BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
|
|
- Benny Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anak adalah generasi yang akan meneruskan kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam suatu negara. Dalam Keputusan Presiden RI no 36 tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi Hak Hak Anak PBB menyatakan bahwa anak adalah potensi sumber daya insani bagi perkembangan dan kemajuan negara terutama dalam pembangunan nasional, sehingga penting untuk dikembangkan dan dibina sedini mungkin untuk dapat berpartisipasi secara optimal dalam pembangunan bangsa dan negara. Sementara itu dalam UU no 4 tahun 1979 menjelaskan pertimbangannya bahwa anak adalah potensi dan penerus cita-cita bangsa sehingga anak-anak perlu mendapatkan perhatian dan prioritas agar mendapatkan kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Dapat kita pahami bersama bahwa anak sebagai penentu kehidupan bangsa di masa depan, maka anak-anak sepatutnya perlu mendapatkan prioritas dalam perlindungan dan kesetaraan hak-hak sebagai salah satu elemen bangsa. Majelis umum PBB telah membuat instrumen hukum yang diperuntukkan melindungi dan menjamin hak-hak anak sebagai generasi penerus dunia dalam konvensi hak anak PBB tanggal 20 November Kemudian diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990 dengan keluarnya keputusan presiden no 36 tahun Dengan keluarnya keputusan presiden tentang ratifikasi Konvensi Hak Anak ini mengikat Indonesia secara hukum internasionanl untuk menjamin pemenuhan hak anak berdasarkan beberapa prinsip umum dalam Konvensi tersebut. Beberapa prinsip umum pemenuhan hak anak yang tertuang dalam konvensi hak anak PBB adalah; memprioritaskan kepentingan yang paling baik bagi anak, melakukan tindakan non-diskriminasi kepada anak, hak untuk hidup dan berkelangsungan hidup, memberikan apresiasi terhadap pendapat yang dikemukakan oleh anak, serta jaminan pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Setelah itu baru pada tahun 2002 terbit UU yang menjamin keberlangsungan hidup anak yaitu UU no 23 tahun 1
2 2002 tentang perlindungan anak. Undang-undang ini kemudian pada tahun 2014 dilakukan perubahan dengan penambahan dan modifilasi beberapa pasal yang lebih disesuaikan dengan pemenuhan hak-hak anak. Undang-undang tersebut adalah UU no 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU no 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Menurut versi UNFPA, Indonesia memiliki tingkat urgenitas tinggi untuk memperlakukan anak-anak dan remaja. Ini terkait dengan jumlah anak-anak dan remaja yang cukup tinggi di Indonesia yaitu sekitar 67 juta. Pemerintah pun melalui Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) telah membuat program nasional untuk menjamin keberlangsungan tumbuh kembang anak dan hak-hak anak. Program tersebut adalah Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI 2015) yang ditetapkan berdasarkan pada bidang-bidang pokok yaitu; kesehatan anak, pendidikan anak, perlindungan anak dan bidang penanggulanag HIV/AIDS. Berangkat dari sini pemerintah merealisasikan jaminan kehidupan dan hak-hak anak melalui Peraturan Menteri KPPA no 14 tahun 2010, no 11,12,13 dan 14 tahun Peraturan Menteri Negara PPPA RI tersebut secara berurutan adalah pereaturan tentang Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak Tingkst Provinsi, Kebijakan Pengembangan KLA, Indikator KLA, Panduan Pengembangan KLA dan Panduan Evaluasi KLA. Menurut Permen PPPA no 11 tahun 2011, pengertian dari KLA adalah; Kabupaten/Kota Layak Anak yang selanjutnya disingkat KLA adalah kabupaten/kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak. Inisiatif Kabupaten/Kota Layak Anak ini digunakan sebagai alat untuk memberikan pemenuhan atas hak-hak anak dan perlindungan kepada anak sebagai warga negara. Dengan demikian diharapkan anak sebagai penerus kehidupan bangsa dapat terjamin keberlangsungan hidup dan tumbuh kembangnya sehingga tercipta generasi yang lebih baik dan kompeten. Menurut Hamid Patilima di dalam 2
3 artikelnya yang berjudul Kota Layak Anak, pada tahun 2006 Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengujicobakan konsep KLA ini kepada 5 Kabupaten/Kota. Kelima Kabupaten/Kota tersebut adalah Kota Jambi, Kota Surakarta, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Gorontalo. Kemudian pada tahun 2007 Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menunjuk 10 Kabupaten/Kota lagi, sayangnya Kota Yogyakarta belum masuk dalam penunjukan menuju Kota Layak Anak ini. Namun, Yogyakarta secara inisiatif sendiri memperkenalkan konsep KLA melalui Pemda setempat. Kota Yogyakarta sendiri telah mendapatkan beberapa penghargaan dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) terhadap inisiatif dan komitmen Yogyakarta mewujudkan Kota Layak Anak Yogyakarta. Pada tahun 2009 Kota Yogyakarta mendapatkan penghargaan atas inisiatifnya untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak (Muhammad dalam Republika, 2012). Kemudian pada tahun 2010 Yogyakarta kembali mendapatkan penghargaan kategori madya. Setelah itu pada tahun 2012 dan 2013 Kota Yogyakarta berhasil mempertahankan predikat Kota Layak Anak kategori madya dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Administrator, 2013). Berbagai penghargaan tersebut menunjukkan keseriusan Kota Yogyakarta dalam mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak. Seperti yang dikatakan oleh Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti dalam website Portal Jogja (2013) bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta bersama masyarakat telah berkomitmen untuk menciptakan Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak. Cita-cita dan komitmen untuk mewujudkan Kota Layak Anak ini bertujuan agar generasi anak bangsa terutama di Yogyakarta tumbuh menjadi anak yang berkarakter, berbudaya dan berkualitas. Berangkat dari komitmen pemerintah Kota Yogyakarta untuk menciptakan Kota Yogyakarta yang ramah terhadap anak inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti seperti apa integrasi komitmen pemerintah dalam penataan ruang Yogyakarta untuk mewujudkan konsep kota yang layak kepada anak. 3
4 1.2. PERTANYAAN PENELITIAN Komitmen Pemerintahan Kota Yogyakarta untuk menciptakan Kota Layak Anak di Yogyakarta adalah salah satu wujud keseriusan dalam mewujudkan pemenuhan hak-hak anak. Berawal dari inisiatif Pemerintah Yogyakarta untuk menciptakan Kota Layak Anak dan terus berkomitmen mewujudkannya sehingga kemudian mendapatkan berbagai penghargaan dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Menjadikan penulis tertarik untuk meneliti seperti apa integrasi yang dilakukan pemerintah dalam penataan ruang Yogyakarta? Berangkat dari pertanyaan utama tersebut, berikut ini adalah pertanyaan yang akan berusaha dijawab dalam penelitian ini. 1. Bagaimana Kota Yogyakarta memasukkan konsep Kota Layak Anak di dalam dokumen recana pembangunan dan penataan ruang di Kota Yogyakarta? 2. Bagaimana implementasi konsep Kota Layak Anak pada ruang permukiman di Kota Yogyakarta? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana cara pemerintah memasukkan sebuah konsep Kota Layak Anak ke dalam dokumen rencana pembangunan dan penataan ruang melalui penjabaran dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang serta aspek kelembagaan yang berkaitan. Kemudian untuk menggambarkan implementasi bagian fisik akan dinilai seberapa besar proses implementasi yang telah dilaksanakan MANFAAT PENELITIAN Adapun penelitian ini semoga bermanfaat secara teoritis maupun praktis dan bermanfaat untuk mengembangkan pengintegrasian konsep Kota Layak Anak Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan kontribusi sebagai referensi bagi para akademisi dan pemerintah berkaitan dengan proses perencanaan 4
5 dan implementasi Kota Layak Anak khususnya di Yogyakarta. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi bagi para akademisi untuk melakukan studi pada tingkat lanjutan. Sementara untuk pemerintah penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai proses perencanaan dan implementasi Kota Layak Anak khususnya di Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai bahan untuk menyusun skripsi untuk syarat memperoleh gelar kesarjanaan S1 pada prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Selain itu penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai sarana untuk mengasah pemikiran kritis, logis dan meningkatkan daya kepekaan terhadap isu-isu perencanaan khususnya yang berkaitan dengan topik dalam penelitian ini Secara Praktis Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi bagi para praktisi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan alternatif solusi, memecahkan permasalahan terkait dengan proses perencanaan dan implementasi Kota Layak Anak di seluruh Indonesia BATASAN PENELITIAN Batasan Fokus Penelitian ini berisi mengenai bagaimana proses-proses yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak. Prosesproses yang dimaksud tersebut adalah proses-proses yang berkaitan dengan pembangunan dan penataan ruang di Yogyakarta. Sehingga dalam penelitian ini nantinya akan menggambarkan alur proses dan cara pemerintah memasukkan konsep Kota Layak Anak ke dalam dokumen rencana pembangunan dan penataan ruang Yogyakarta. Selain itu, dalam setiap proses pasti ditemukan sebuah tantangan dan hambatan yang nantinya juga akan diulas dalam penelitian ini. Kemudian sebagai gambaran sejauh mana implementasi komitmen pemerintah Kota Yogyakarta dalam mewujudkan Kota Layak Anak maka akan diambil beberapa contoh lokasi penerapan dokumen perencanaan Kota Layak Anak di Yogyakarta. 5
6 Batasan Lokasi Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di dalam Kota Yogyakarta secara administrasi. Selanjutnya, lokasi-lokasi ini akan difokuskan pada beberapa tempat yang menjadi alat mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak sesuai dengan indikator Kota Layak Anak. Lokasi penelitian tersebut adalah Kota Yogyakarta secara umum dan 2 kampung secara khusus yaitu kampung Badran dan Kampung Pakuncen Batasan Temporal Penelitian ini menggunakan rentang jangka waktu dari terbentuknya buah pemikiran pertama yang mendasari adanya perhatian terhadap hak-hak anak, yaitu Konvensi Hak-hak Anak PBB sampai proses implementasi Kota Layak Anak di Yogyakarta. Batasan temporal penelitian ini adalah tahun 1989 (Konvensi Hak Anak PBB) hingga tahun
7 1.6. KEASLIAN PENELITIAN Terdapat beberapa penelitian skripsi dan tesis yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan Kota Layak Anak sebagai berikut; Tabel 1. Penelitian Terkait Layak Anak No Penulis Judul Fokus Lokus Metode Hasil 1. - Ayatun Nurjanah Fokus penelitian ini adalah Menggunakan metode Konsep ruang terbuka yang - Konsep Ruang Terbuka untuk mengetahui dan induktif-kualitatif. baik untuk anak-anak dan Publik dalam Inisiatif Kota merumuskan konsep ruang remaja adalah ruang Layak Anak-Anak dan terbuka publik yang layak terbuka yang mengandung Remaja. - Skripsi. bagi kegiatan dan aktifitas anak-anak dan remaja. unsur (1) keterikatan pada dimensi waktu efektif. (2) - Lokus dari penelitian ini Keterjangkauan. (3) adalah ruang terbuka hijau Keingin tahuan terhadap Alun-alun selatan, ruang dan daya tarik ruang. Yogyakarta. (4) Keamanan. (5) Kenyamanan. (6) Kebebasan berinteraksi dan keleluasaan beraktifitas. (7) Adanya rasa penerimaan. 7
8 Lanjutan Tabel Dwita Widyaningsih Fokus penelitian ini adalah Metode yang digunakan Konsep perumahan layak - Konsep Perumahan Layak untuk mentransformasikan adalah dengan metode anak menurut ibu-ibu dan Anak di Wilayah Sub Urban. konsep perumahan layak anak induktif-kualitatif untuk anak-anak di Kelurahan - Skripsi. berdasarkan pendapat dan menemukan sebuah formulasi Sinduharjo, Ngaglik, persepsi ibu-ibu dan anak- konsep perumahan layak Sleman adalah perumahan anak. anak. Penelitian ini dilakukan yang mengandung unsur - Penelitian ini mengambil dengan pengamatan dan keamanan, keselamatan, lokus di wilayah sub-urban wawancara kepada ibu-ibu kesehatan dan kondusif Perkotaan Yogyakarta yaitu secara mendalam. untuk belajar. Sementara Kelurahan Sinduharjo, itu ditemukan dua aspek Kecamatan Ngaglik, yang sangat penting dalam Kabupaten Sleman. konsep perumahan layak anak. Aspek utamanya adalah orientasi rumah terhadap jalan dan tatanan ruang terbuka. Sementara itu aspek pendukungnya adalah specific safety facilities. 8
9 Lanjutan Tabel Dina Agustina Penelitian ini berfokus pada Penelitian ini menggunakan Aktifitas dan kegiatan yang - Kajian Spasial Ruang Publik kajian ruang terbuka yang ananlisis data deskriptif dilakukan anak-anak (Public Space) Untuk Aktifitas digunakan untuk bermain kalitatif. Sementara itu untuk secara dinamis di ruang Bermain di Kawasan Kampung anak-anak apakah sudah mengumpulkan datanya publik mengakibatkan Ramah Anak Golo, Kota sesuai dengan kriteria ruang dilakukan dengan metode terjadinya berbagai Yogyakarta. bermain yang layak untuk survey langsung dan fenomena spasial yang - Skripsi. anak? wawancara mendalam kepada sangat beragam. Sementara - Lokasi penelitian ini berada anak-anak usia sekolah dasar itu, temuan di Golo, di kawasan Kampung Ramah dan key person. Yogyakarta adalah belum Anak Golo, Kota Yogyakarta. terpenuhinya kriteria ruang publik yang digunakan oleh anak-anak sebagai ruang yang layak untuk bermain anak-anak Ika Pasca Himawati. - Fokus dari penelitian ini Penelitian yang dilakukan Program pemerintah - Konstruksi Sosial Kampung adalah untuk mengetahui oleh Ika Pasca Himawati ini tentang kampung ramah Ramah Anak. struktur sosial dan memahami menggunakan metode anak mengalami - Tesis. makna kampung ramah anak. kualitatif dengan pendekatan kesenjangan dengan fenomenologi. implementasi di lapangan. 9
10 Lanjutan Tabel 1 - Lokasi penelitian berada di RW 11 Kampung Badran, Yogyakarta. 5 - Arni Dewi Boronia - Fokus penelitian ini adalah - Penelitian ini menggunakan - Karakteristik Ruang Bermain mengetahui karakteristik pendekatan induktif dan Anak di Kampung Ramah ruang bermain, perilaku deduktif Anak Badran dan Dalem bermain dan kesesuaian - Skripsi, 2015 dengan indikator KLA. Sumber : Perpustakaan S1 Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM. Implementasi program pemerintah ini dikonstruksikan sebagai proses perubahan sosial untuk merubah citra negatif Badran sebagai kampung preman. Sementara itu makna kampung ramah anak sendiri telah dimaknai secara bersama oleh anakanak, orangtua, pengurus dan pemerintah. Hasil dari penelitian ini adalah keramahan sebuah ruang bermain tidak tergantung kepada terencana atau tidaknya ruang bermain. 10
11 Berdasarakan penelitian yang telah dilakukan seperti tersebut dalam tabel di atas, berdasarkan informasi internet dan referensi di perpustakaan Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM, sepengetahuan penulis penelitian yang berjudul PENGINTEGRASIAN KOMITMEN KOTA LAYAK ANAK DALAM PENATAAN RUANG DI KOTA YOGYAKARTA ini belum pernah dilakukan dan layak untuk diteliti. Dimana sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai proses integrasi Kota Layak Anak ke dalam suatu dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang baik itu instrumen perencanaan, pelaku perencanaan-implementasi dan segala yang terkait dengan integrasi komitmen kota layak anak dalam penataan ruang belum pernah diteliti. Sementara itu lokasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Kota Yogyakarta yang sedang berkomitmen untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak SISTEMATIKA PENELITIAN Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; Bab I Pendahuluan Pada bab pertama ini berisi penjabaran dan penjelasan mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan keaslian penelitian Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan pengetahuan dasar penulis sebelum melakukan penelitian Bab III Metode Penelitian Pada bagian ini menjelaskan mengenai metode dan langkah-langkah dalam melakukan penelitian, baik dari metode pengumpulan data dan instrumen penelitian hingga kepada analisis yang digunakan untuk melakukan penelitian ini Bab IV Deskripsi Wilayah Penelitian Pada bagian ini berisi mengenai kondisi dan profil wilayah penelitian, baik kondisi fisik maupun kondisi non fisik. 11
12 Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian ini menjelaskan tentang penjabaran berbagai macam temuan penelitian dan analisis terhadap temuan tersebut sehingga menghasilkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ada pada bab pertama Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan mengenai pokok intisari dari pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Dalam bab ini juga terdapat rekomendasi dan saran dari penulis terkait dengan hasil temuan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan. 12
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada peningkatan ekonomi. Orientasi ekonomi membuat aspek sosial dan lingkungan seringkali diabaikan sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di perkotaan yang sangat cepat seringkali tidak memperhatikan kebutuhan ruang terbuka publik untuk aktivitas bermain bagi anak. Kurangnya ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kota layak anak. Mewujudkan Kota Layak Anak merupakan hak
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa anak merupakan masa depan Bangsa. Anak adalah generasi penerus cita-cita kemerdekaan dan kelangsungan hajat hidup Bangsa dan Negara.
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan manusia selain sandang pangan dan papan adalah sebuah rekreasi. Rekreasi dimana mereka bisa menghilangkan kepenatan mereka dan mencari suasana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. subjek dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam usaha mencapai aspirasi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa, yang mempunyai hak dan kewajiban ikut serta membangun Negara dan Bangsa Indonesia. Anak merupakan subjek dan objek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu isu yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah menyangkut fenomena daerah pinggiran kota dan proses perubahan spasial, serta sosial di daerah ini. Berawal
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. positif maupun negatif. Pada 2012, lebih dari setengah populasi dunia atau sekitar
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kehidupan di banyak kota di dunia tidak terlepas dari perkembangan positif maupun negatif. Pada 2012, lebih dari setengah populasi dunia atau sekitar 3,5 milyar jiwa
Lebih terperinciPANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017
PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 I. LATAR BELAKANG Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan jumlah penduduk mungkin bukan sebuah fenomena yang asing di telinga untuk saat ini. Fenomena ledakan jumlah penduduk hampir terjadi di seluruh belahan dunia
Lebih terperinciPANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017
PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 I. LATAR BELAKANG Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa untuk tumbuh dan berkembang, hal ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjaganya kualitas kehidupan manusia kini dan nanti.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan penerus generasi yang akan datang yang memiliki nilai krusial bagi keberlanjutan peradaban manusia. Segala upaya untuk melindungi dan memelihara keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi pola ruang, kebiasaan bahkan aktifitas masyarakat setempat. Pengaruh ini tidak terlepas dari
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Sebagai hak pemampuan, pendidikan adalah sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya faktor penarik suatu perkotaan dan faktor pendorong dari kawasan perdesaan menjadikan fenomena urbanisasi kerap terjadi di kota-kota di Indonesia. Harapan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup
Lebih terperinciANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan
ANAK INDONESIA ANAK Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan Pasal 1 (1) UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak Jumlah anak = 1/3 jumlah
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Timur 2014-2019 merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.168, 2012 KEMENTERIAN KPP&PA. Pengembangan. Kabupaten/Kota. Layak Anak. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Kawasan Semanggi Surakarta Sebagai Kampung Ramah Anak : Proses, cara, perbuatan menata, pengaturan, penyusunan (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menelusuri kota Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Kampung Kauman. Kampung Kauman terletak di sebelah barat alun-alun utara kota Yogyakarta, Berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk, pembangunan infrastruktur, dan aktivitas ekonomi yang terus meningkat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan bagaimana penelitian ini dengan menjabarkan latar belakang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stearns dan Montag (1974) dalam Irwan (2005) menjelaskan bahwa kota merupakan suatu areal dimana terdapat atau terjadi pemusatan penduduk dengan kegiatannya dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan menguraikan alasan mengapa suatu penelitian layak untuk dilakukan. Bagian ini menjelaskan tentang permasalahan dari sisi teoritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kualitas kesehatan akan berdampak pada peningkatan angka harapan hidup suatu negara. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap jumlah penduduk lanjut
Lebih terperinciKLA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PERWUJUDAN HAK ANAK
KLA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PERWUJUDAN HAK ANAK Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mempunyai visi yaitu terwujudnya kesetaraan gender, dan misi adalah mewujudkan kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik berbasis e-government di Indonesia belum banyak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan publik berbasis e-government di Indonesia belum banyak diterapkan, karena praktik pemerintahan yang memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional, anak-anak Indonesia perlu diikutsertakan baik dimulai dari proses
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan ekonomi, manusia, sosial budaya, dan politik di Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan titik awal perubahan atau perkembangan sebuah kota yang ditandai dengan laju pertumbuhan kawasan urban. Laju pertumbuhan ini merupakan tolok ukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan penataan ruang meliputi aspek-aspek pengaturan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan penataan ruang meliputi aspek-aspek pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan, dimana untuk masing-masing aspek tersebut merupakan suatu rangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019 ini adalah Perubahan dari Rencana Strategi Badan
Lebih terperinciSAMBUTAN DALAM ACARA PENYERAHAN PENGHARGAAN ANUGERAH PELANGI 2017 (Perusahaan Layak Anak Indonesia) Jakarta, 30 Januari 2018
SAMBUTAN DALAM ACARA PENYERAHAN PENGHARGAAN ANUGERAH PELANGI 2017 (Perusahaan Layak Anak Indonesia) Jakarta, 30 Januari 2018 Yang Saya hormati dan banggakan, Ketua Umum, Para Pengurus, dan Seluruh Anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sedang dijalankan oleh Pemerintah RI. Selain itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia seharusnya dapat di akses oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. Tapi
Lebih terperinciLatar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan
Latar Belakang KLA 1. Definisi dan Tujuan KLA Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir di setiap kegiatan yang mereka lakukan selalu ada unsur bermainnya. Itulah mengapa salah
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)
Bab 1 Pendahuluan - 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Masyarakat perkotaan sebagai pelaku utama kegiatan di dalam sebuah kota, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah
BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan, pembahasan dan temuan yang dihasilkan dalam kasus ruang publik anak di Kota Yogyakarta ini dapat dirumuskan bab kesimpulan dan saran meliputi ringkasan temuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN JUDUL I. Judul : Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan Konsep Friendly Hospital II. Pengertian judul Rumah Sakit : - Suatu kompleks / rumah / ruangan yang digunakan untuk menampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan. Lingkungan merupakan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini merupakan pembahasan awal dalam penulisan skripsi yang berjudul Implementasi Kebijakan Pembangunan Lingkungan berbasis karakter Peduli Lingkungan di Kelurahan Tlogomas Kota
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. maupun non fisik, sumberdaya alam juga sumberdaya manusianya dapat
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Potensi adalah sesuatu yang berguna apabila didayagunakan, oleh karena itu agar potensi yang dimiliki Bangsa Indonesia baik dari segi fisik maupun non fisik, sumberdaya
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Carmona, M., Heath, T., Oc, T. & Tiesdell, S Public Places Urban Spaces. The Dimensions of Urban Design, Architectural Press.
DAFTAR PUSTAKA Buku Teks Carmona, M., Heath, T., Oc, T. & Tiesdell, S. 2003. Public Places Urban Spaces. The Dimensions of Urban Design, Architectural Press. Carr, S., Francis, Mark., Rivlin, Leanne G.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat terjadinya pola aktivitas masyarakat mulai dari sosial, ekonomi, budaya dan politik. Kota yang berhasil tidak lepas dari penggunaan fungsi kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan hasil survei oleh Badan Pusat Statistik (bps.go.id:
Lebih terperinciSAMBUTAN LAUNCHING 11 KABUPATEN/KOTA INISIASI KLA DI PROVINSI SULSEL Sulawesi Selatan, 26 Januari 2018
SAMBUTAN LAUNCHING 11 KABUPATEN/KOTA INISIASI KLA DI PROVINSI SULSEL Sulawesi Selatan, 26 Januari 2018 1. Konvensi Hak Anak (KHA), diratifikasi melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. 2. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek DPR RI secara resmi mengesahkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional ( UU sisdiknas ) yang sebelum disahkan UU ini mengundang
Lebih terperinciRUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengapa rumah susun? Kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan primer manusia. Berbagai macam upaya pemenuh kebutuhan ini terwujud dengan semakin banyaknya proyek-proyek
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN
BAGIAN 1 PENDAHULUAN A. Judul Rancangan SENTRA KERAJINAN TERPADU PENERAPAN SOCIAL SUSTAINABILITY SEBAGAI DASAR PENDEKATAN PERANCANGAN Sentra : Pusat aktivitas kegiatan usaha dilokasi atau kawasan tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Awal tahun 2014 lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI
BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu tentang permasalahan lingkungan di perkotaan semakin merebak. Oleh karena itu salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan dibutuhkan pembangunan kota
Lebih terperinciSambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI
Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI Sebagaimana telah kita ketahui bersama Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional / RPJMN 2005 2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Lebih terperinciWALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK
BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BARAT DAYA, Menimbang : a. bahwa setiap
Lebih terperinciNOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.171, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Evaluasi. Kabupaten/Kota. Layak Anak. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciTUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Identitas penting bagi perkembangan kota. Sebagaimana identitas manusia, Heidari dan Mirzaii (2013) mengatakan bahwa identitas kota terkait erat dengan eksistensi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 1974 pemerintah telah melaksanakan pembangunan perumahan secara massal dan terjangkau melalui Perumnas yang merupakan badan usaha milik negara yang dibentuk
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK
i (brt\f- WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA _ WALIKOTA BANJARMASIN,
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PANDUAN PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan
Lebih terperinciResearch Development Roadmap Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada
Research Development Roadmap 2016-2020 Pusat Studi Regional Universitas Gadjah Mada Isu-Isu Isu Internasional Isu Nasional Sustainable cities and communities Wilayah dan Kota Wilayah Infrastruktur Daya
Lebih terperinciOleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan
KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri
Lebih terperincitindakan kekerasan, diskriminasi, dan bullying, supaya anak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Para pendidik dan tenaga kependidikan di
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti ini pendidikan memiliki peranan penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, sifatnya mutlak baik dalam kehidupan seseorang,
Lebih terperinciFASILITASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN KOTA LAYAK ANAK (KLA) DI KOTA MALANG - TAHUN
LAPORAN KEGIATAN FASILITASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN KOTA LAYAK ANAK (KLA) DI KOTA MALANG - TAHUN 2008 BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MALANG Jl. Teluk Cendrawasih 1, Malang Telp
Lebih terperinciMENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN DALAM ACARA IBADAH SYUKUR ULANG TAHUN PWKI KE-70 Jakarta, 28 Februari 2016 Yang terhormat : Ketua Umum DPP PWKI, Ibu Sheila
Lebih terperinciEvaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang
Evaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang Ir. Hery Budiyanto, MSA, PhD 1) 1) Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Merdeka Malang, E-mail: budiyantohery@yahoo.com
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki wilayah perairan lebih luas dibanding daratan. Secara fisik luas daratan di Indonesia ± 1,9 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut permukiman informal di Indonesia., diambil dari kata Melayu, awalnya merupakan terminologi yang dipakai untuk menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.
KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Perumahan dan permukiman merupakan hak dasar bagi setiap warga negara Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD tahun 1945 pasal 28 H ayat (I) bahwa: setiap
Lebih terperinciKOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA
KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aksesibilitas merupakan hubungan kedekatan suatu tempat dengan tempat lain yang diindikasikan dengan kemudahan dalam mencapai tujuan dari lokasi asal (Simmonds, 2001).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Organisasi Perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Pendaftar SMK se-kota Semarang Tahun No Tahun Ajaran Pendaftar Diterima
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mengantisipasi meningkatnya angka pengangguran usia produktif, pemerintah mendorong untuk dikembangkannya jumlah SMK di seluruh kabupaten / kota hingga akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah menjadi satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional yang dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan
Lebih terperinciBAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang
BAB I INTRODUKSI Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan tahapan-tahapan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjelang Pemilihan Umum 2014, lahir gerakan-gerakan yang diinisiasi oleh masyarakat untuk mendukung jalannya pemilihan umum. Aktivitas gerakan-gerakan tersebut beragam, mulai
Lebih terperinci