STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT"

Transkripsi

1 STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa Desa adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua informasi yang berasal atau disebutkan dalam teks dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini. Bogor, Juni 2007 Abas Sudrajat A

3 ABSTRAK ABAS SUDRAJAT, Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa Desa. Komisi Pembimbing: LALA M KOLOPAKING dan SUTARA HENDRAKUSUMAATMADJA Program Raksa Desa adalah bentuk artikulasi perhatian Pemerintah Propinsi Jawa Barat dalam bentuk tugas pembantuan kepada pemerintah desa di seluruh Propinsi Jawa Barat. Untuk pencapaian tujuan Program Raksa Desa diperlukan pemerintah kabupaten yang kapabel dalam melakukan fasilitasi dan pembinaan serta pengawasan. Permasalahannya tidak semua pemerintah kabupaten mempunyai komitmen dan kurangnya melakukan koordinasi antar sektor. Khususnya dalam pengelolaan Program Raksa Desa pada tiap tingkatan pemerintahan telah dibentuk Satuan Pelaksana yang melibatkan berbagai dinas atau instansi terkait namun dirasa belum berjalan oftimal, hal ini karena (1) masih lemahnya koordinasi antar sektor (2) masih kurang oftimalnya peran dan fungsi Satlak (3) perlu mengungkapkan pelaksanaan Program Raksa Desa di tingkat kecamatan dan desa disamping manfaat yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan (4) perlu mengkaji kembali strategi kedepan guna upaya perbaikan sehingga terjadi sinergi yang diharapkan. Tujuan Kajian secara umum adalah untuk mengkaji dan merumuskan strategi alternatif yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa. Secara khusus tujuan kajian ini adalah (1) mengungkapkan pelaksanaan program Rakdes yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang (2) mengungkapkan peran dan fungsi serta dukungan Dinas atau Instansi terkait dalam menunjang Program Raksa Desa (3) mengungkapkan pelaksanaan Program Rakdes di tingkat desa yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan (4) Merumuskan alternatif strategi yang layak untuk diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang dalam mensinergikan Program Raksa Desa. Objek kajian ini adalah pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Raksa Desa. Lokasi kajian di Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari 111 responden menggunakan rumus Slovin. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Bapeda, BPMS, Bagian Pemerintahan, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Analisis yang digunakan dalam kajian ini mengukur persepsi/pendapat responden menggunakan angket atau kuisioner berdasarkan Skala Likert yang diinterprestasikan dalam interval Sugiyono. Selanjutnya menentukan alternatif strategi yang layak menggunakan analisis SWOT, Matrik IE, SPACE Matrik dan QSPM. Hasil kajian ini mengungkapkan bahwa pelaksanaan sinergitas program pada Satlak kabupaten memperoleh jawaban sebesar 55,33 persen yang apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti netral. Hal ini perlu perhatian dan perbaikan menyangkut komitmen kepala dinas atau instansi,koordinasi dan pelaksanaan rapat koordinasi Rakdes. Dinas atau ainstansi yang tergabung dalam Satlak Rakdes memberikan dukungan program dan anggaran dalam menunjang Program Rakdes memperoleh

4 prosentase sebesar 66,67 persen berarti setuju disamping itu melakukan pembinaan dan monitoring program Rakdes dengan mendapat 74,67 persen yang berarti setuju. Selanjutnya pelaksanaan Rakdes di tingkat Satlak kecamatan memperoleh 82,29 persen yang berarti sangat setuju, sedangkan pelaksanaan di tingkat satlak desa mendapat 81,67 persen berarti sangat setuju, untuk pelaksanaan di tingkat kelompok masyarakat penerima bantuan memperoleh prosentase sebesar77,39 persen yang berarti setuju atas pernyataan tersebut. Rancangan program yang dihasilkan dari analisis strategi memunculkan 12 alternatif strategi, namun alternatif strategi yang direkomendasikan untuk diterapkan oleh Satlak Raksa Desa adalah (1) mengefektifkan koordinasi antar satlak,antar sektor termasuk dengan propinsi (2) mengoftimalkan kinerja Satlak Program Raksa Desa (3) meningkatkan pembinaan dan pengawasan. Ketiga faktor tersebut apabila dilakukan oleh Satlak Rakdes secara terintegrasi dan berkesinambungan akan meningkatkan sinergitas program dan pencapaian tujuan yang diharapkan. Sedangkan alternatih program yang direkomendasikan yaitu (1) Program pembentukan Bumdes di desa paska Rakdes (2) Program pembangunan desa sejahtera.

5 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm, dan sebagainya.

6 STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

7 Judul Tugas Akhir : Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang Untuk Mensinergikan Program Raksa Desa Nama : Abas Sudrajat N R P : A Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. Lala. M. Kolopaking, MS Ir.Sutara Hendrakusumaatmadja, M.Sc Diketahui, Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro M.S Tanggal Ujian : 01 Juni 2007 Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Bismillahirrahmanirrohim, Tiada kata yang patut penulis ucapkan kecuali Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ridho-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Kajian Pembangunan Daerah yang berjudul Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa Desa Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis sampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penulisan kajian ini terutama kepada Bapak Dr. Ir. Lala M Kolopaking, MS selaku pembimbing pertama dan Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja, MSc selaku pembimbing kedua, serta seluruh dosen Sekolah Pascasarjana Magister Profesional Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Ketua Program Studi Magister Manajemen Pembangunan Daerah serta ucapan serupa disampaikan kepada rekan-rekan seluruh mahasiswa/i Magister Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam penulisan kajian ini. Penulis serahkan amal kebaikan yang telah membantu kepada Allah SWT semoga Yang Maha Kuasa dapat membalasnya dengan berlipat ganda, amin. Penulis berharap semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat khususnya bagi Pemerintah Kabupaten Karawang sebagai bahan rekomendasi strategi alternatif untuk mensinergikan Program Raksa Desa maupun Pemerintah kabupaten lain yang memerlukan serta pihak pihak yang membutuhkan kajian studi ini. Penulis

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat, tanggal 13 Agustus 1972 dari ayah Dana Salya dan Ibu E. Sumini. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN Cilengkrang Sumedang pada tahun Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP) Cimalaka Sumedang tahun 1988 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Sumedang tahun Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan D III di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor Sumedang tahun 1994, dan menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN) di Bandung, jurusan Manajemen Pembangunan Daerah pada tahun Pada Tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Magister Profesional Manajemen Pembangunan Daerah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor. Penulis diangkat menjadi pegawai negeri sipil pada tahun 1992 pada waktu masih kuliah di STPDN dengan status ikatan dinas. Pada saat ini penulis bertugas di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Sosial Kabupaten Karawang. Penulis menikah pada tahun 2002 dengan Ambar Wulan, SE dan dikaruniai satu orang anak laki-laki yaitu Andhika Nurfadilah Sudrajat.

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Kajian Manfaat Kajian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Konsep Strategi dalam Pemerintahan Daerah Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan Kronologis dan Dasar Hukum Kebijakan Program Raksa Desa Arah dan Mekanisme Program Raksa Desa Maksud dan Tujuan program Raksa Desa Strategi dan Pendekatan Komponen Kegiatan Program Raksa Desa Kriteria Desa Lokasi Program Raksa Desa Prinsip Pengelolaan dan Pengorganisasian Konsep Pembangunan Manusia dalam IPM III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Metode Kajian Lokasi Kajian Sasaran Kajian Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Metode Perangcangan Program IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kondisi Pemerintahan Daerah Kondisi Sosial dan Ekonomi ii

11 V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH 5.1. Alokasi Program Raksa Desa di Kabupaten Karawang Satuan Pelaksana Program Raksa Desa Kabupaten Karawang Dukungan Dinas atau Instansi dlm Menunjang Program Raksa Desa Pelaksanaan Program Raksa Desa Pelaksanaan Program Rakdes di Kabupaten Karawang Pelaksanaan Program Rakdes di tingkat Satlak Kecamatan Pelaksanaan Program Rakdes di tingkat Satlak Desa Pelaksanaan Program Raksa Desa Menurut Persepsi Kelompok Masyarakat Penerima Bantuan Exit Strategy Program Raksa Desa VI. ANALISIS PERANCANGAN PROGRAM 6.1. Lingkungan Internal (Kekuatan-Kelemahan) Lingkungan Eksternal (Peluang-Ancaman) Formulasi Strategi Analisis Evaluasi Faktor Internal Satlak Raksa Desa Analisis Evaluasi Faktor Eksternal satlak Program Raksa Desa Analisis SWOT Satlak Program Raksa Desa Matriks Internal-Eksternal Satlak Raksa Desa Penentuan Strategi QSPM Satlak Raksa Desa Alternatif Strategi dan Program VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Rekomendasi Kebijakan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN iii

12 No DAFTAR TABEL Halaman 1. Distribusi Sampel Pengukuran dari Satlak Kecamatan, Desa dan Masyarakat Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Karawang Perkembangan Ketenagakerjaan di Kab. Karawang Tahun Rencana Pencapaian IPM Kabupaten Karawang Tahun Perkembangan Indek Pembangunan Manusia Tahun PDRB, Jumlah penduduk dan PDRB per kapita APBD Kabupaten Karawang Tahun Daftar Alokasi Program Raksa Desa Tiap Kecamatan Jawaban Angket tentang Pelaksanan Sinergitas Program Raksa Desa Dari Dinas atau Instansi yang Tergabung Dalam Satlak - Kabupaten Karawang Kegiatan Rapat Satlak Program Raksa Desa Tingkat Kabupaten Karawang Jawaban Angket tentang Dukungan Dinas atau Instansi dalam Menunjang Rakdes Dukungan Program dan Anggaran Dinas atau Instansi dalam (Satlak Raksa Desa) Tahun Kegiatan Pembinaan dan Monitoring dari Satlak Kabupaten Karawang Realisasi Raksa Desa Bidang Kesehatan Kasus Yang Ditangani Dana Program Raksa Desa Tahun Jumlah Kematian Ibu dan Bayi di Kab Karawang Tahun Daftar Rekapitulasi Usulan Infrastruktur Fisik Desa Lokasi Raksa Desa Tahun Jawaban Angket Tentang Pelaksanaan Program Rakdes di Tingkat satlak Kecamatan Jawaban Angket Tentang Pelaksanaan Rakdes di Tingkat Satlak Desa Jawaban Angket tentang Pelaksanaan Rakdes Menurut Persepsi Kelompok Masyarakat Penerima Bantuan Kekuatan dan Kelemahan Satlak Program Raksa Desa di Kabupaten - Karawang Peluang dan Ancaman pada Satlak Raksa Desa di Kabupaten Karawang Nilai Rata-rata Evaluasi Faktor Internal Satlak Raksa Desa Nilai Rata-rata Evaluasi Faktor Eksternal Satlak Raksa Desa iv

13 25. Matriks SWOT Satlak Raksa Desa di Kabupaten Karawang Variabel Penyusun SPACE Matriks Satlak Raksa Desa Nilai Rata-rata Empat faktor SPACE Matriks Satlak Raksa Desa QSPM Satlak Raksa Desa Kabupaten v

14 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Proses Pemberdayaan Masyarakat Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi IPM Kerangka Pemikiran Peta Karawang Jumlah Penduduk Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karawang Tahun Piramida Penduduk Kabupaten Karawang Tahun Peta Kluster Keluarga Miskin di Kabupaten Karawang Grafik Perkembangan IPM Tahun Komposisi Angka Buta Huruf di Kabupaten Karawang APK dan APM SD/MI, SLTP/MTs, dan SMA/MA/SMK di Kaupaten Karawang Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Karawang Tahun Perkembangan Jumlah Prasarana Pendidikan Sudah Tahun Kasus Penaganan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Karawang Tahun Perkembangan Indeks Daya Beli Hierarki Exit Strategy Program Raksa Desa Matrik IE Satlak Program Raksa Desa SPACE matrik Satlak Program Raksa Desa vi

15 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Data Responden Tabulasi Data Tentang Pelaksanaan Sinegritas Program Rakdes Satlak Kabupaten Karawang Tabulasi Data Tentang Pelaksanaan Raksa Desa Tingkat Satlak Kecamatan Tabulasi Data Tentang Pelaksanaan Raksa Desa Tingkat Satlak Desa Tabulasi Data Tentang Manfaat Program Raksa Desa Bagi Masyarakat Penerima Bantuan Faktor Internal Satlak Program Raksa Desa Faktor Eksternal Satlak Program Raksa Desa Rekapitulasi Nilai Evaluasi Faktor Internal (EFI) Rekapitulasi Nilai Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) vii

16 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Kabupaten Karawang hakekatnya adalah ingin mewujudkan Kabupaten Karawang yang sejahtera, tertib, aman dan bersih yang menjadi landasan dalam proses pencapaian tujuan pembangunan. Orientasi pembangunan pengentasan kemiskinan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang harus dapat meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat miskin dengan mengutamakan penyediaan kebutuhan dasar dan pelayanan umum, penyedian sumber daya produksi, dan peningkatan kegiatan usaha serta penguatan organisasi sosial dan ekonomi masyarakat. Hal tersebut perlu ditunjang dengan penyusunan kebijakan penaggulangan kemiskinan termasuk pengembangan model dan instrumen pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kondisi masyarakat Karawang. Berkaitan dengan hal tersebut, rumusan Rencana strategis dan Kebijakan Umum Kabupaten Karawang yang disusun melalui mekanisme penelaahan dan pengkajian, dan sebagai tujuan jangka panjang yang ingin dicapai, dirumuskan formulasi Visi Kabupaten Karawang, yaitu : Terwujudnya Masyarakat Karawang yang Sejahtera Melalui Pembangunan di Bidang Pertanian Dan Industri yang Selaras dan Seimbang Berdasarkan Iman dan Taqwa Dari rumusan visi tersebut maka pernyataan visi dijabarkan pada 9 (sembilan) rumusan Misi Kabupaten Karawang, sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. 2. Meningkatkan cakupan layanan dan kualitas kesehatan masyarakat.

17 3. Mengembangkan ekonomi kerakyatan pada sektor pertanian dengan pola agribisnis dan agroindustri yang didukung oleh sektor industri lainnya. 4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur wilayah. 5. Meningkatkan kualitas angkatan kerja dan peluang kerja. 6. Meningkatkan pelayanan, pembinaan dan kesadaran hukum serta hak asasi manusia. 7. Menciptakan tata pemerintahan Kabupaten Karawang yang bersih dan berwibawa. 8. Mengutamakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan pada seluruh kegiatan pembangunan. 9. Pemberdayaan perempuan dan pengarusatamaan gender Rumusan Visi dan Misi yang merupakan target jangka panjang masih bersifat abstrak, maka perlu dijabarkan menjadi suatu yang konkrit dan dapat diukur keberhasilan dan kegagalannya. Oleh karena itu perlu adanya suatu indikator yang merupakan acuan pencapaian visi secara makro dalam kurun waktu jangka menengah dan jangka pendek. Selanjutnya untuk menjamin Pemerintah Kabupaten Karawang dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dalam koridor perkembangan lingkungan strategis yang dihadapi saat ini serta persfektif kedepan bidang pengelolaan keuangan daerah maka perlu dibuatkan landasan berpijak yang komprehensif. Undang-undang 32 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa Pemerintah Propinsi memiliki kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat, namun kewajiban tersebut bukan hanya merupakan tugas Pemerintah Propinsi tapi 2

18 juga merupakan tugas Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kabupaten/Kota serta Pemerintah Desa, dunia usaha dan masyarakat. Program Raksa Desa adalah bentuk artikulasi perhatian Pemerintah Propinsi Jawa Barat dalam bentuk tugas pembantuan kepada pemerintah desa di seluruh Propinsi Jawa Barat. Prioritas program tersebut terkait dengan pencapaian Indek Pembangunan Manusia (IPM) Propinsi Jawa Barat. Untuk pencapaian tujuan pelaksanaan Program Raksa Desa diperlukan pemerintah kabupaten yang kapabel dalam melakukan fasilitasi dan pembinaan serta pengawasan. Permasalahannya tidak semua pemerintah kabupaten mempunyai komitmen dan kurangnya melakukan koordinasi antar sektor dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program. Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Karawang berupaya mensinergikan Program Raksa Desa dengan strategi program untuk dikembangkan. Adapun Pertanyaan pokok kajian ini adalah Bagaimanakah Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa Desa? Perumusan Masalah Dalam implementasinya, perencanaan pembangunan yang dirumuskan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kabupaten Karawang Tahun , bahwa pencapain target IPM secara kuantitatif mengalami peningkatan pada seluruh indikator-indikator IPM, walaupun peningkatan pada masing-masing indikator IPM belum memperlihatkan perkembangan yang cukup tinggi. Hal tersebut memperlihatkan bahwa program dan kegiatan yang dilaksanakan selama 3

19 ini berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Karawang dapat dinilai belum terlaksana secara oftimal. Dengan dasar uraian tersebut, dapat dipahami bahwa pola dari kebijakan pembangunan yang selama ini berjalan belum memberikan dampak yang signifikan terhadap optimalisasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu program yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat atau IPM yaitu Program Raksa Desa yang telah berjalan di Kabupaten Karawang sejak tahun 2003, selain program lain yang berbasis pemberdayaan masyarakat baik dari pemerintah pusat maupun dari sektor lainnya. Namun pada perjalanannya dirasa masih kurang sinergi, dimana program-program sejenis yang begitu banyak kelihatan masih bersifat sektoral atau kurang terpadu. Khususnya dalam pengelolaan Program Raksa Desa pada tiap tingkatan pemerintahan telah dibentuk Satuan Pelaksana yang melibatkan berbagai dinas atau instansi terkait namun dirasa belum berjalan oftimal, hal ini dimungkinkan karena masih lemahnya koordinasi antar sektor mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Dengan pemahaman tersebut, maka pertanyaan spesifik pertama yang diajukan dalam kajian ini adalah Bagaimanakah Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Program Raksa Desa untuk Mensinergikan pelaksanaan Program Raksa Desa? Langkah selanjutnya adalah mengungkapkan peran dan dukungan dari dinas atau instansi terkait yang tergabung dalam Satuan Pelaksana (SATLAK) Program Raksa Desa dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan Program Raksa Desa baik ditinjau dari peran dan fungsinya maupun komitmen kebijakan program. Hal ini didasarkan masih kurang oftimalnya peran dari Satlak. 4

20 Kabupaten yang diindikasikan dengan masih kurangnya koordinasi dan jarangnya menyelenggarakan rapat khusus menyangkut Program Raksa Desa. Dengan demikian maka pertanyaan spesifik kedua yang diajukan dalam kajian ini adalah Bagaimanakah peran dan dukungan Dinas atau instansi terkait dalam menunjang Program Raksa Desa? Dilain pihak kita perlu mengkaji pelaksanaan dari Program Raksa Desa di tingkat kecamatan dan desa disamping manfaat yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan. Hal ini tentunya akan memberikan gambaran terhadap evaluasi pelaksanaan Program Raksa Desa ditinjau dari aspek muatan atau hasilnya yang selama ini masih berjalan, baik dari aspek ketersediaan modal usaha masyarakat dan penambahan infrastruktur desa yang menunjang peningkatan daya beli, maupun peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga kita dapat mengetahui persepsi dari kelompok masyarakat penerima bantuan. Hal ini didasari pemikiran mengingat luasnya cakupan kajian dan keterbatasan waktu penulis. Dengan demikian pertanyaan spesifik ketiga yang diajukan adalah Bagaimanakah persepsi yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan terhadap pelaksanaan Program Raksa Desa di tingkat desa? Selanjutnya setelah mengungkapkan kelemahan atau kendala dalam pelaksanaan Program Raksa Desa oleh Pemerintah Kabupaten Karawang, perlu mengkaji kembali strategi atau kebijakan kedepan guna upaya perbaikan sehingga terjadi sinergi yang yang diharapkan khususnya dalam pelaksanaan Program Raksa Desa, sehingga pertanyaan spesifik keempat yang diajukan adalah 5

21 Bagaimanakah alternatif strategi yang perlu diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa? Tujuan Kajian Tujuan penulisan Kajian ini secara umum adalah untuk mengkaji dan merumuskan strategi alternatif yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa, yang bertujuan untuk peningkatan pembangunan Kabupaten Karawang. untuk itu, selain mengungkapkan strategi alternatif juga dukungan dinas atau instansi terkait dalam menunjang keberhasilan program ditinjau dari aspek peran dan fungsi serta dukungan program. Adapun secara khusus tujuan kajian ini adalah : a. Mengungkapkan pelaksanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa. b. Mengetahui dan mengungkapkan peran dan fungsi serta dukungan Dinas atau Instansi terkait dalam menunjang Program Raksa Desa. c. Mengungkapkan persepsi kelompok masyarakat penerima bantuan terhadap pelaksanaan Program Raksa Desa di tingkat desa. d. Merumuskan alternatif strategi yang layak untuk diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang (Satlak Raksa Desa) dalam mensinergikan Program Raksa Desa. 6

22 Manfaat Kajian Adapun manfaat dari kajian ini adalah : a. Secara teoritis, kajian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk memahami tentang strategi yang dilakukan untuk mensinergikan Program Raksa Desa di Kabupaten Karawang dan memberikan wawasan atau pengetahuan bagi pembaca yang berminat dalam bidang studi ini. b. Secara praktis, kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan atau informasi yang dapat dipertimbangkan khususnya oleh Pemerintah Kabupaten Karawang dan Kabupaten lain umumnya dalam merumuskan strategi atau kebijakan untuk mensinergikan Program Raksa Desa. 7

23 II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Konsep Strategi dalam Pemerintahan Daerah Strategi merupakan aspek penting dalam organisasi, karena dengan strategi akan dapat menentukan sejauhmana suatu tujuan organisasi mengalami keberhasilan ataupun kegagalan. Strategi merupakan sejumlah sarana atau jalur tindakan (means) yang perlu ditemukan oleh suatu organisasi secara aktif, guna mewujudkan sasaran organisasi. Strategi bersifat umum dan mendukung eksistensi organisasi. Selain itu strategi juga diperlukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Dalam hal ini Kotten ( Salusu,1996;104) menyatakan bahwa tipe-tipe strategi adalah : a. Corporate strategi (strategi organisasi), strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif strategi baru. Pembatasan diperlukan yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa. b. Program strategy (strategi program), strategi ini lebih memberikan perhatian pada implikasi strategik dari suatu program tertentu.apa kiranya dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi. c. Resource support strategy (strategi pendukung sumberdaya), strategi sumberdaya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya esensial yang tersedia guna meningkatkan kreativitas kinerja sumberdaya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dsb.

24 d. Institusi strategy (strategi kelembagaan), fokus strategi institusional adalah menggambarkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategik. Dilain pihak Stoner (1986;118) menyatakan bahwa Strategi adalah program yang luas untuk mencapai tujuan organisasi, berarti bagaimana cara melaksanakan misinya. Ada tiga hal penting yang secara khusus perlu diperhatikan dalam lingkup manajemen strategis, yaitu : 1. Strateginya sendiri, yang meliputi rumusan arah organisasi, sarana untuk mencapai hal tersebut, dan dukungan dari daya saing yang kuat. 2. Keberhasilan aplikasi strategi yang mencakup pembahasan tentang penerapan strategi untuk memperoleh hasil paling efektif. 3. Inovasi (upaya pembaharuan) atas strategi yang ada, agar organisasi tetap mampu memberi tanggapan pada berbagai perubahan yang ada, sehingga strategi dapat diubah atau diperbaharui dalam aplikasinya. Dalam pengelolaan perubahan strategi, dapat ditemukan beberapa model strategi (Chaffee, 1985) yang digolongkan menjadi tiga pilihan pendekatan, yaitu : a. Pendekatan strategi linier, dimana pendekatan ini terpusat pada perencanaan dengan sasaran dan uraian tentang sarana pencapaiannya sebagai hasil pengambilan keputusn strategis. Adapun rumusannya adalah strategi sebagai suatu penentu sasaran dasar jangka panjang bagi satu organisasi, dan adopsi merupakan jalur tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan sasaran tersebut (Chandler, 1962). 9

25 b. Pendekatan strategi adaptif, berhubungan dengan pemikiran konsep pertambahan (incrementalism). Adapun rumusannya adalah strategi berkaitan dengan pengembangan satu kecocokan aktif antara peluang dan resiko, telah ditemukan dalam lingkungan usaha, dilengkapi dengan kemampuan organisasi dan sumberdaya yang diperlukan untuk mengeksploitasi peluang tersebut. (Hofer,1973). c. Pendekatan strategi interpretif, berkaitan dengan hubungan antara organisasi dengan lingkungannya, dimana kendalinya berada di tangan manajer yang memegang peta kognitif tentang gambaran dunia yang diharapkan mampu untuk menjelaskan apa organisasi dimaksud dengan melalui wajah organisasi serta menyediakan tanggapan yang sesuai (Weick, 1983). Dalam hal itu kultur dan nilai organisasi memegang peranan penting sebagai motivasi manajemen. Dan keberhasilan masa lalu perlu dikembangkan lebih lanjut sebagai jawaban atas terjadinya perubahan lingkungannya. Untuk itulah diperlukan aspek kepemimpinan strategis, harus ikut bertanggungjawab secara langsung dalam mengarahkan organisasi. Dia harus paham tentang sasaran jangka panjang dan strategi yang ditetapkan, selanjutnya perlu diaplikasikan melalui struktur organisasi yang juga dipilih oleh kepemimpinan strategis. Selanjutnya tanggungjawab utama lainnya adalah melakukan komunikasi kepada semua pihak. Sebagai organisasi yang besar, Pemerintah Kabupaten Karawang yang merupakan bagian dari pemerintahan daerah menjalankan fungsinya sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat 3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai berikut : 10

26 Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dilain pihak berdasarkan penjelasan atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan pula bahwa urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah. Ini berarti bahwa pemerintah daerah diantaranya mengemban amanah untuk melakukan dan meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan serta peran serta masyarakat. Pemerintah daerah dituntut meningkatkan layanannya terhadap masyarakat sehingga IPM daerah meningkat dan dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Pentingnya strategi dirasakan dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah untuk 5 tahun yang penyusunannya berpedoman pada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM nasional. RPJM daerah itu sendiri memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, program kewilayahan disertai rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Adapun untuk lebih jelas hal tersebut 11

27 tersirat dalam pasal 151 Bab VII Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai berikut : 1. Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJM daerah dan bersifat indikatif. 2. Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirumuskan dalam bentuk rencana kerja satuan kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Dengan demikian strategi mempunyai peranan yang sangat penting dalam penentuan keberhasilan pencapaian sasaran dan tujuan organisasi Pemerintah Kabupaten Karawang khususnya Satuan Pelaksana Program Raksa Desa dalam mensinergikan Program Raksa Desa. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kondisi hasil pembangunan selama ini, antara lain harus disadari bahwa Bangsa Indonesia masih memiliki kesempatan untuk keluar dari keterpurukan akibat krisis moneter dan diperlukan visi dan misi serta komitmen yang jelas dari seluruh elemen bangsa untuk diimplementasikan melalui strategi-strategi yang tepat. Hal tersebut perlu diawali dengan menelusuri struktur sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat yang selama ini melembaga dengan mengedepankan pemberdayaan sebagai inti 12

28 pendekatan pembangunan, dimana pendekatan tersebut mendekati pada proses demokratisasi dan penegakan HAM serta terfokus pada pembangunan berbasis masyarakat (community based develompent). Menurut Rothman dan Tropman dalam Isbandi (2003), secara konseptual, sedikitnya ada lima prinsip dasar dan konsep pembangunan berbasis masyarakat (community based development-cbd), yaitu : 1. Untuk mempertahankan eksistensinya, CBD memerlukan break-event dalam setiap kegiatan yang dikelola. 2. Konsep CBD selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanan maupun pelaksanaan program termasuk pengawasan. 3. Dalam melaksanakan CBD, antara kegiatan pelatihan dan pembangunan fisik merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. 4. Dalam mengimplementasikan CBD harus dapat memaksimalkan sumberdaya (resources), khususnya dalam hal dana, baik yang berasal dari pemerintah, swasta, maupun sumber-sumber lainnya, seperti dana dari sponsor pembangunan sosial. 5. Organisasi CBD harus lebih memfungsikan diri sebagai katalis yang menghubungkan antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dan kepentingan masyarakat yang lebih bersifat mikro. Dalam mencapai visi pengembangan masyarakat, perlu dikembangkan model-model yang diarahkan pada pembangunan masyarakat, dimana menurut Jack Rothman dalam Isbandi (2003) menyusun dan merumuskan tiga model dalam praktek pembangunan masyarakat, yaitu : 13

29 a. Model Pengembangan Lokal (Locality Development Model), model pembangunan lokal mensyaratkan bahwa perubahan dalam masyarakat dapat dilakukan secara oftimal bila melibatkan partisipasi aktif yang luas dari spektrum masyarakat tingkat lokal, baik dalam penentuan tujuan maupun pelaksanaan tindakan perubahan. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengembangkan kemampuan masyarakat agar dapat berfungsi secara integratif. Strategi yang digunakan ialah mencari cara untuk dapat memotivasi warga masyarakat agar terlibat aktif dalam proses perubahan. Partisipasi aktif seluruh warga masyarakat dalam pembangunan itulah yang menjadi tujuan utama proses perubahan. b. Model Perencanaan Sosial (Social Planning Model), model ini menganggap betapa penting menggunakan cara perencanaan yang matang dan perubahan yang terkendali untuk mencapai tujuan akhir secara rasional. Perencanaan dilakukan dengan sadar dan rasional, dalam pelaksanaannya dilakukan pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan yang terjadi. Sasaran atau tujuan utama model in adalah menciptakan, menyusun, dan memberikan bantuan baik yang bersifat materi maupun pelayanan yang berbentuk jasa kepada masyarakat. Oleh karenanya yang ingin dikembangkan yaitu kemampuan dan kecakapan masyarakat dalam memecahkan permasalahannya melalui usaha yang terencana, terarah dan terkendali. Strategi yang digunakan adalah mengumpulkan atau mengungkapkan faktafakta dan data mengenai permasalahan kemudian mengambil tindakan yang rasional dan feasible. 14

30 c. Model Aksi Sosial (Sosial Action Model), model ini menekankan betapa pentingnya penanganan kelompok penduduk yang tidak beruntung secara terorganisasi, terarah dan sistematis. Model ini bertujuan mengadakan perubahan yang mendasar didalam lembaga utama atau kebiasaan masyarakat. Adapun langkah yang ditempuh dengan menggerakkan golongan masyarakat tertentu guna terlibat aktif dalam mengadakan perubahan. Tujuannya yaitu mengubah sistem atau kebijakan pemerintah secara langsung dalam rangka menanggulangi masalah yang mereka hadapi. Strateginya adalah mengadakan usaha-usaha yang lebih terorganisir untuk mencapai tujuan atau target tertentu, melalui tindakan yang lebih terorganisir dan terarah, golongan-golongan tersebut mampu memperoleh kekuatan dan tujuan yang diinginkan. Selanjutnya prinsip kesetaraan bagi para stakeholder merupakan sebuah kunci keberhasilan dalam membangun kemitraan. Akan tetapi menurut kenyataan di lapangan, masyarakat lokal sebagai stakeholder berada pada posisi paling lemah sehingga diperlukan pemberdayaan. Pemberdayaan mengandung makna membantu komunitas dengan sumberdaya, kesempatan, keahlian dan pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan warga komunitas. Oleh karenanya pemberdayaan menjadi tujuan pengembangan masyarakat. Dengan kata lain pemberdayaan mengandung tiga komponen penting yaitu power sharing, partisipasi dan keberlanjutan. 15

31 Langkah awal dari pemberdayaan masyarakat adalah pencerahan. Pencerahan masyarakat merupakan buah dari upaya-upaya pelayanan publik yang difasilitasi oleh pemerintah sebagaimana gambaran berikut : Masyarakat Pencerahan Pemberdayaan Partisipasi Gambar 1. Proses Pemberdayaan Masyarakat Merujuk uraian di atas, posisi masyarakat sebagai subjek bukan objek dari program pembangunan sehingga diharapkan dengan pemberdayaan tercipta kedirian dan peran serta atau partisipasi masyarakat menjadi meningkat. Melalui proses pendampingan diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat lokal, sehingga pada saatnya nanti mereka akan dapat memiliki peran yang sebanding dengan stakeholder lainnya. Menurut Bina Desa (1998) ciri-ciri masyarakat kuat adalah : (1) Kedirian, tidak mudah dipengaruhi. (2) Kritis dalam menghadapi persoalan. (3) Teguh dan konsisten dalam menjalankan cita-cita komunitas. (4) Solidaritas dan kesetiakawanan. (5) Kemadirian. (6) Gender persfektif. (7) Kemampuan dalam mengelola sumberdaya alam. (8) Kooperatif (9) Replikatif (10) Non eksklusif. Untuk menuju masyarakat lokal yang kuat ada beberapa upaya atau langkah-langkah strategis dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui kegiatan pendampingan, diantaranya adalah : a. Pembentukan dan pengorganisasian sistem kelembagaan, kegiatan ini diawali dengan pembentukan kelompok-kelompok dampingan, melalui mekanisme kelompok akan dibangun konsensus-konsensus atau komitmen 16

32 bersama untuk menyelesaikan persoalan komunitas. Antar kelompok juga akan membentuk jaringan kerjasama baik dibidang kegiatan usaha produktif, sharing pengetahuan dan pengalaman, informasi dan yang lebih penting adalah dalam rangka me nghimpun kekuatan bersama sehingga mereka memiliki daya tawar (bargaining position) yang lebih kuat. b. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, hal ini dilakukan melalui kegiatan pelatihan, belajar bersama, diskusi kelompok, diklat, magang, study banding, seminar dll. c. Menciptakan dan mengembangkan usaha produktif, kegiatan usaha produktif diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang berarti penguatan masyarakat dibidang ekonomi. Jenis kegiatannya bisa mengembangkan usaha produktif yang sudah ada atau membuka bidang usaha yang baru. d. Mengembangkan sistem informasi kampung, nilai-nilai strategis yang sesungguhnya dari mengembangkan sistem informasi kampung adalah penguatan masyarakat lokal dibidang informasi. Sistem informasi ini sangat membantu masyarakat lokal dalam pembentukan jaringan antar lembaga atau kelompok yang telah terorganisir melalui kegiatan pendampingan masyarakat. Sistem informasi yang dikembangkan juga akan menjadikan masyarakat lokal mampu mengakses informasi ke dunia luar. Kekuatan masyarakat lokal dalam mengakses informasi dapat mempengaruhi seluruh aktifitas mereka yang pada akhirnya akan bermuara pada sustainable tidaknya komunitas mereka. 17

33 Selanjutnya Desa menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal 1, butir 12 adalah : Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurusi kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diatur dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan dalam pasal 206, desa mempunyai kewenangan antara lain mencakup : 1. Urusan pemerintahan yang sudah ada dan berdasarkan hak asal usul desa. 2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa. 3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi dan atau pemerintah Kabupaten/Kota. 4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh perundang-undangan diserahkan kepada desa Kronologis dan Dasar Hukum Kebijakan Program Raksa Desa Perubahan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, disamping karena adanya perubahan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 juga memperhatikan beberapa Ketetapan MPR dan Keputusan MPR, seperti Ketetapan MPR Nomor: IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah, dan Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/

34 tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, BPK dan Mahkamah Agung dan pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 5/MPR/2003 tentang Penugasan kepada MPR-RI untuk menyampaikan Saran Atas Laporan Pelaksanaan Keputusan MPR-RI oleh Presiden, DPR, BPK, dan MA pada Sidang Tahunan MPR-RI Tahun Sejalan dengan amanat Tap MPR tersebut serta adanya perkembangan dalam peraturan perundang-undangan dibidang Keuangan Negara yaitu Undangundang Nomor 17 tahun 2003 tantang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara serta Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, menyebabkan terjadinya perubahan dalam sistem pengelolaan keuangan negara. Di dalam Undang-undang mengenai Keuangan negara, terdapat penegasan dibidang pengelolaan keuangan yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari Presiden sebagian diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa Gubernur/Bupati/Walikota bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan Pemerintahan Daerah. Dengan demikian pengaturan pengelolaan dan 19

35 pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah ataupun penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah melekat dengan pengaturan pemerintahan daerah sebagaimana diamanatkan pada pasal 194 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sejalan dengan dinamika perubahan pengelolaan keuangan daerah baik mekanisme dan prosedurnya sebagaimana diuraikan di atas, maka prinsip utama yang perlu ditekankan dalam perbaikan konsepsi pengelolaan keuangan daerah ke depan adalah mendudukan kembali makna dari prinsip pengelolaan keuangan atau anggaran publik yaitu apa yang menjadi kewajiban dari masyarakat (pajak atau retribusi dan aspek pembebanan lainnya) akan menjadi hak bagi pemerintah, dan apa yang menjadi kewajiban pemerintah (pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat) akan menjadi hak bagi masyarakat. Jadi dengan prinsip dari rakyat untuk rakyat akan menjadi spirit hidup atau jiwa dari semua kebijakan pengelolaan keuangan publik yang ditopang oleh akuntabilitas, transparansi, dan profesionalisme yang menjadi dasar bagi keberhasilan pengelolaan keuangan atau anggaran daerah yang tentunya hal tersebut akan mendukung citra dan kredibilitas pemerintahan daerah dimata masyarakatnya. Pada hakekatnya pemberian kekuasaan di bidang pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan cita-cita pelaksanaan otonomi daerah. Untuk menjamin pemerintahan daerah dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dalam koridor perkembangan lingkungan strategis yang dihadapi saat ini serta perspektif ke depan dibidang pengelolaan keuangan daerah, maka perlu dibuatkan landasan 20

36 berpijak yang komprehensif dengan memperhatikan permasalahan keuangan secara umum serta praktek-praktek permasalahan pengelolaan keuangan daerah yang terjadi. Pemahaman dan implementasi atas permasalahan lingkup pengelolaan keuangan daerah akan menjadi dasar dalam menetapkan arah kebijakan dan strategi pelaksanaan selanjutnya. Prioritas kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang menjadi prioritas adalah peningkatan peran pemerintah dalam penghormatan dan perlindungan hak-hak dasar masyarakat miskin, pemantapan dan penajaman berbagai upaya pemenuhan hak-hak dasar khususnya melalui program penciptaan lapangan kerja dan usaha, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan pangan, pengembangan sistem informasi manajemen, memperkuat sistem monitoring dan evaluasi serta asistensi kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan hak dasar rakyat merupakan keharusan untuk dilaksanakan. Secara nasional arah kebijakan penanggulangan kemiskinan tahun 2006 diarahkan pada berbagai regulasi dan pengembangan program yang memiliki dampak luas terhadap penghormatan, perlindungan dan pemenuhan kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan tindak kekerasan serta partisipasi dalam kehidupan sosial politik. Selain itu untuk mendukung pemenuhan hak-hak dasar rakyat miskin secara bertahap, kebijakan penanggulangan kemiskinan diarahkan pada perwujudan keadilan dan kesetaraan gender, dan pengembangan wilayah melalui percepatan pembangunan perdesaan, pembangunan perkotaan, percepatan kawasan pesisir, dan pembangunan kawasan tertinggal. 21

37 Sejalan dengan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan, maka perlu menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Oleh karenanya pemerintah berupaya untuk mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi dengan agenda utamanya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, partisipatif, berkepastian hukum, transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas, bersih dan bebas KKN, peka dan tanggap terhadap segenap kepentingan dan aspirasi masyarakat. Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan penyelenggaraan negara diantaranya diarahkan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan melalui (1) Peningkatan kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar, pelayanan umum dan pelayanan unggulan. (2) Peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan dirinya, berpartisipasi dalam proses pembangunan dan mengawasi jalannya pemerintahan. (3). Peningkatan transparansi, partisipasi dan mutu pelayanan melalui peningkatan akses dan sebaran informasi. Sebagaimana kita ketahui bahwa Pembangunan adalah usaha yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan guna meningkatkan kondisi yang lebih baik, terwujudnya kehidupan masyarakat yang berdaulat, mandiri, memiliki daya saing, berkeadilan, sejahtera, maju serta memiliki kekuatan moral dan etika yang baik. Pembangunan Daerah Propinsi Jawa Barat di masa yang akan datang tidak terlepas dari tuntutan dan tantangan yang diartikulasikan kedalam visi dan misi serta strategi Jawa Barat yang akseleratif tahun Dalam rangka mewujudkan visi Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Guna Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat 2010, perlu dilakukan upaya berkesinambungan dan berkelanjutan untuk melaksanakan pembangunan 22

38 daerah yang efektif dan efisien. Pendekatan pembangunan daerah yang bertumpu pada pembangunan manusia merupakan suatu landasan untuk mewujudkan visi yang sudah ditetapkan. Pembangunan manusia adalah pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan bukan sebagai alat pembangunan. Dalam Rencana Strategis Propinsi Jawa Barat dinyatakan bahwa indikator pencapaian visi Jawa Barat adalah Indeks Pembangunan Manusia yang pada tahun 2010 diharapkan mencapai nilai 80. Pengertiannya adalah Jawa Barat pada tahun 2010 dapat mensejajarkan kualitas pembangunan manusianya pada kelompok daerah kategori sejahtera. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 mengamanatkan bahwa Pemerintah Propinsi memiliki kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat. Pada dasarnya kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat bukan hanya merupakan tugas Pemerintah Propinsi, namun juga merupakan tugas Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kabupaten/Kota serta Pemerintah Desa, dunia usaha dan masyarakat. Dengan kata lain semua stakeholder pembangunan harus bersama-sama dan bersinergis memikul tanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat bukan tugas yang ringan, apalagi bilamana terjadi kendala atau hambatan dalam teknis pelaksanaannya seperti belum stabilnya faktor keamanan, belum pulihnya kondisi perekonomian nasional, dan faktor lainnya. Dengan mencermati hal-hal tersebut maka perlu dilakukan upaya terobosan yang tepat untuk mempercepat pencapaian sasaran melalui aktifitas pembangunan yang efektif dan efisien yang terintegrasi dan terkonsentrasi di desa. Sesuai Arah Kebijakan Umum (AKU) APBD Propinsi 23

39 Jawa Barat tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2001, Pemerintah Propinsi dapat memberikan tugas pembantuan kepada Desa dan menetapkan kebijakan untuk mengarahkan pembangunan berbasis IPM ke desa melalui program yang disebut Program Raksa Desa. Dengan asumsi jika IPM desa meningkat maka akan meningkatkan IPM Kecamatan, dan jika IPM Kecamatan meningkat maka akan meningkatkan IPM Kabupaten. Selanjutnya dengan meningkatnya IPM Kabupaten maka akan meningkatkan IPM Propinsi Jawa Barat Arah dan Mekanisme Program Raksa Desa Maksud dan Tujuan Program Raksa Desa Pemerintah Propinsi Jawa Barat meluncurkan Program Raksa Desa dengan maksud untuk mempercepat pencapaian peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dengan memberdayakan pemerintah dan masyarakat desa melalui pendayagunaan sumberdaya lokal secara mandiri dan sumberdaya pembangunan secara oftimal. Sedangkan tujuan Program Raksa Desa itu sendiri yaitu : a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur desa. b. Meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan, melalui penyediaan permodalan bagi kelompok usaha ekonomi masyarakat. c. Meningkatkan kinerja aparat kecamatan, desa atau kelurahan. d. Meningkatkan upaya pemerataan pembangunan antar wilayah di Jawa Barat. e. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar. f. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. 24

40 g. Memformulasikan kegiatan guna meningkatkan senergitas programprogram Pemerintah Propinsi maupun kabupaten/kota yang terkoordinasi di lokasi Program Raksa Desa Strategi dan Pendekatan Sebagaimana kita ketahui bahwa desa memiliki posisi terdepan dalam struktur pemerintahan di Indonesia. Dalam hal ini desa mempunyai basis yang kuat dan mendasar baik dalam rangka otonomi maupun pembangunan. Desa juga dapat dikatakan sebagai agen pembangunan dan agen demokrasi dalam pembangunan sistem demokrasi di Indonesia. Dengan posisi tersebut, upaya memerankan desa melalui implementasi tugas pembantuan merupakan bentuk artikulasi paradigma perencanaan pembangunan yang mengedepankan pendekatan partisifatif. Dengan perencanaan partisipatif ini diharapkan terlaksana pembangunan yang sinergis, efisien dan efektif serta meningkatnya iklim demokrasi kepemerintahan dan pembangunan. Adapun strategi yang digunakan dalam Program Raksa Desa adalah : a. Mendorong tumbuh dan berkembangnya prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat, partisipasi masyarakat serta transparansi. b. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan organisasi yang berakar pada masyarakat desa. c. Membangun sinergi berbagai kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di desa dalam kontek kewilayahan. 25

41 d. Mendorong tumbuhnya kesalehan sosial dengan wujud kesetiakawanan sosial dalam konteks pembangunan desa. e. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga masyarakat (BPD dan LPM) terutama dalam menjalankan fungsi kontrol sosial terhadap pelaksanaan program-program pembangunan desa. Sedangkan pendekatan yang dilgunakan dalam pelaksanaan program Raksa Desa adalah : a. Pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (Comunity Based Development). b. Bottom up planning yaitu perencanaan dari bawah artinya perencanaan untuk menentukan prioritas kegiatan yang dilakukan melalui mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan. c. Pemberiaan kredit permodalan lebih diarahkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang memiliki usaha dalam sektor informal, mikro dan usaha kecil. d. Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan diarahkan pada pembangunan infrastruktur yang dapat mengungkit secara signifikan pada tingkat ekonomi masyarakat serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan dasar kesehatan, pendidikan serta sumberdaya ekonomi. Dalam hal ini strategi ke depan (exit strategy). Program Raksa Desa perlu dipersiapkan guna keberlanjutan program. Sedangkan kalau kita kaji maka sasaran Program Raksa Desa antara lain adalah : a. Meningkatnya kuantitas dan kualitas infrastruktur perdesaan. b. Meningkatnya perekonomian masyarakat perdesaan. 26

42 c. Meningkatnya angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah masyarakat perdesaan. d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya bagi ibu hamil dan menyusui Komponen Kegiatan Program Raksa Desa Program Raksa Desa merupakan bentuk artikulasi perhatian Pemerintah Propinsi Jawa Barat, yang diformulasikan dalam bentuk tugas pembantuan dari Pemerintah Propinsi kepada Pemerintah Desa. Menurut pasal 206 huruf C dan pasal 207 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 : tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah propinsi dan atau Pemerintah Kabupaten/Kota disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia. Tugas pembantuan pada dasarnya meliputi aspek sebagai berikut : a. Merupakan kewenangan pemberi tugas, dalam hal ni Pemerintah Propinsi Jawa Barat. b. Penerima tugas dapat menolak sebagian atau seluruhnya, bila pemberian tugas pembantuan tersebut tidak disertai pembiayaan, sarana atau prasarana serta sumberdaya manusia. c. Penerima tugas (Desa) harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pemberi tugas (Pemerintah Propinsi Jawa Barat). Tugas pembantuan kepada desa ini diharapkan dapat membantu pemerintah dan masyarakat desa dalam mengatasi permasalahan yang ada di desa, diantaranya : 27

43 1. Prasarana fisik atau infrastruktur perdesaan (jalan, jembatan, irigasi dll, yang menunjang perekonomian pedesaan). 2. Perekonomian desa (permodalan, teknologi dan pemasaran). 3. Pendidikan (penurunan angka drop out dan pemberantasan buta aksara). 4. Kesehatan (penanggulangan ibu hamil atau ibu bersalin beresiko tnggi dan komplikasi kebidanan serta bayi baru lahir). Program Raksa Desa ini diarahkan pada sasaran dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik dan masalah yang dihadapi oleh masing-masing desa. Prioritasnya adalah segala kegiatan yang terkait dengan pencapaian IPM Jawa Barat yang meliputi aspek pendidikan, kesehatan dan daya beli. Adapun besarnya dana bantuan Program Raksa Desa yang berkaitan dengan bidang peningkatan daya beli masyarakat sebesar Rp ,- tiap desa, dengan proporsi 60 persen untuk kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan 40 persen untuk kegiatan pembangunan dan pengembangan sarana prasarana dasar pedesaan Kriteria Desa Lokasi Program Raksa Desa Desa-desa di Jawa Barat memiliki karakteristik yang berbeda-beda, secara garis besar desa-desa di Jawa Barat dapat diklasifikasikan menjadi desa di daerah perkotaan dan desa di daerah pedesaan. Secara umum daerah pedesaan bercirikan struktur kegiatan penduduk berbasis agraris, kepadatan penduduk rendah, dan cara hidup maupun pola budaya yang dekat dengan pemanfaatan sumberdaya alam, tempat tinggal penduduk berkelompok, tersebar, potensi 28

44 tenaga kerja dengan tingkat pendidikan baik agak langka serta mempunyai sistem organisasi sederhana dengan kegiatan subsistem atau primer. Bantuan Program Raksa Desa pada dasarnya diarahkan untuk semua desa di Jawa Barat, namun dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap setiap tahun sampai semua desa menerima. Desa-desa yang diprioritaskan menerima bantuan Program Raksa Desa adalah desa-desa dengan kriteria sebagai berikut : a. Desa-desa terpilih dalam satu wilayah kecamatan dan atau antar kecamatan yang diupayakan satu hamparan. b. Desa yang memiliki banyak jumlah rumah tangga berstatus Pra sejahtera dan sejahtera 1. c. Desa rawan air bersih dan sanitasi dasar. d. Desa rawan infrastruktur jalan. e. Desa rawan listrik, yang ditentukan oleh proporsi rumah tangga yang berlangganan listrik kurang dari 50 persen Prinsip Pengelolaan dan Pengorganisasian Tugas pembantuan kepada desa berupa Program Raksa Desa dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Kebijakan dan Program Raksa Desa ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi b. Dana Program Raksa Desa bersifat specifik grant dari Pemerintah Propinsi dan disalurkan langsung kepada desa. 29

45 c. Tenaga pendamping yaitu berperan sebagai fasilitator kecamatan ditetapkan dan didanai oleh Pemerintah propinsi melalui SATLAK Kabupaten/Kota. d. Penentuan jenis kegiatan serta pelaksanaannya diselenggarakan oleh Desa dengan membentuk kelompok kerja sesuai dengan garis kebijakan Propinsi Jawa Barat serta memperhatikan aspirasi masyarakat desa. Secara teknis diusulkan bertahap oleh desa kepada SATLAK Kecamataan selanjutnya ke Bupati atau Walikota melalui SATLAK Kabupaten/Kota untuk memperoleh pengesahan. e. Pelaporan dan pertanggungjawaban dilakukan oleh desa dan disampaikan secara berjenjang dan atau langsung kepada SATLAK Propinsi Jawa Barat. f. Pemantauan kegiatan dilakukan oleh SATLAK Propinsi bekerjasama dengan SATLAK Kabupaten/Kota yang secara operasional dikendalikan dan dikordinasikan oleh Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota. g. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun administratif, transparan dan partisipatif. h. Hasil kegiatan harus dapat dilestarikan dan dikembangkan baik oleh Pemerintah Desa maupun masyarakat. Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengelolaan Program Raksa Desa dibentuk Satuan Pelaksana (SATLAK) pada setiap tingkatan pemerintahan, yaitu : 1. SATLAK Propinsi, ditetapkan oleh Gubernur Jawa Barat dimana Wakil Gubernur selaku penanggungjawab Program Raksa Desa. SATLAK 30

46 Propinsi diketuai oleh Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah Propinsi Jawa Barat dengan beranggotakan unsur dinas terkait. 2. SATLAK Kabupaten/Kota dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, terdiri dari Ketua SATLAK Kabupaten/Kota dengan beranggotakan unsur dinas terkait. Tugas dan tanggung jawab SATLAK Kabupaten/Kota adalah melakukan pembinaan dan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan perkembangan kegiatan. 3. SATLAK kecamatan dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota atas usulan Camat. SATLAK Kecamatan terdiri dari Camat selaku Ketua SATLAK Kecamatan dengan beranggotakan unsur teknis terkait dengan kegiatan program yang dilaksanakan di desa dan dalam pelaksanaannya di bantu oleh seorang Tenaga Pendamping Program Raksa Desa. 4. SATLAK Desa, dibentuk oleh Camat berdasarkan usulan Kepala Desa. SATLAK Desa terdiri dari Kepala Desa selaku Ketua SATLAK Desa, Pemegang Kas atau pengelola administrasi keuangan serta sekretaris. Dilengkapi dengan Bidang Ekonomi, Bidang Fisik/infrastruktur Desa, Bidang Pendidikan dan Bidang kesehatan Konsep Pembangunan Manusia dalam IPM Dewasa ini untuk mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia, UNDP atau The United Nations Development Program mengembangkan suatu indeks komposit yang memasukan unsur keberhasilan pembangunan 31

47 ekonomi dan keberhasilan sosial yang selanjutnya disebut Indeks Pembangunan Manusia. UNDP mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan terakhir (the ultimed end), sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana ( principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan. (UNDP, 1995 : 12). Dalam hal ini menurut UNDP, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik sedangkan hubungan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia terbukti tidak bersifat otomatis. Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu alat ukur sederhana untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia. IPM merupakan angka rata-rata dari indeks pendidikan, indeks kesehatan, dan indeks kemampuan daya beli masyarakat. IPM merupakan indeks komposit yang paling banyak digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur taraf kualitas fisik penduduk. Dalam hal ini, IPM akan berkaitan dengan dimensi-dimensi yang memiliki ukuran, yaitu : a. Dimensi ekonomi, perwujudannya adalah kehidupan yang layak yang diukur dengan indikator pengeluaran perkapita riil, secara ringkas dapat dirumuskan sebagai tingkat daya beli masyarakat berkaitan dengan tingkat income perkapita. 32

48 b. Dimensi Sosial, meliputi aspek-aspek kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan tingkat pengetahuan dengan indikator Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) serta tingkat kesehatan dengan indikator adalah Angka Harapan Hidup (AHH). Dimensi, indikator dan indeks dimensi untuk IPM dapat digambarkan sebagai berikut : Dimensi : Umur Panjang dan sehat Pengetahuan Kehidupan yang layak Indikator : Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf Pengeluaran Perkapita riil yg disesuaikan Indeks Dimensi : Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Pendapatan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Gambar 2. Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi IPM Dengan menggunakan IPM, UNDP membagi tingkatan status pembangunan manusia suatu wilayah kabupaten menjadi 4 golongan yaitu rendah kurang dari 50, menengah bawah antara 50-66, menengah atas antara 66-80, dan tinggi mulai 80 ke atas Dalam merumuskan kebijakan pembangunan, perlu diperhatikan tingkat pencapaian setiap tahun. Karena itu kajian tentang pencapaian upaya pembangunan manusia perlu dilakukan dalam suatu periode tertentu, yang 33

49 memberi kesempatan untuk mengkaji dampak dari program bagi peningkatan kapasitas dasar penduduk. Tingkat pencapaian setiap tahun menuju status pembangunan manusia yang ideal (reduction in shortfall) yang telah dihasilkan pada suatu periode merupakan validasi bagi kebijakan pembangunan yang telah diputuskan pada periode tersebut. 34

50 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pembangunan merupakan suatu proses untuk melakukan perubahan yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Pembangunan juga bermakna pembebasan dari kebodohan dan kemiskinan, dengan demikian diperlukan suatu strategi yaitu mulai dari visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat bukan tugas yang ringan apalagi jika terdapat kendala dan hambatan dalam teknis pelaksanaan pembangunan itu sendiri seperti faktor keamanan belum kondusif dan perekonomian nasional yang belum stabil. Pembangunan harus terintegrasi dan dikonsentrasikan di desa. Dalam mewujudkan visi Akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat guna mendukung pencapaian Visi Jawa Barat 2010, yaitu IPM 80 perlu dilakukan upaya berkesinambungan dan berkelanjutan untuk melaksanakan pembangunan daerah yang efektif dan efisien. Pemerintah Propinsi Jawa Barat menyadari bahwa pendekatan pembangunan daerah yang bertumpu pada pembangunan manusia merupakan suatu landasan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Program Raksa Desa merupakan bentuk artikulasi perhatian Pemerintah Propinsi Jawa Barat, yang diformulasikan dalam bentuk tugas pembantuan dari Pemerintah Propinsi Jawa Barat kepada pemerintah desa. Prioritasnya adalah segala kegiatan yang terkait langsung dengan pencapaian IPM Jawa Barat yang meliputi aspek pendidikan, kesehatan dan daya beli. Untuk pencapaian tujuan dari Program Raksa Desa diperlukan keberadaan Pemerintah Daerah yang kapabel,

51 mempunyai komitmen yang kuat untuk mendukung keberhasilan program dan disamping itu melakukan fasilitasi, pembinaaan dan pengawasan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Hal lain diperlukannya strategi yang tepat dalam pengelolaan program oleh Satuan Pelaksana Program Raksa Desa dengan mensinergikan berbagai program terkait dengan pemberdayaan masyarakat dari berbagai sektor sehingga terjadi keterpaduan yang pada akhirnya menunjang keberhasilan Program Raksa Desa. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya diperlukan langkah-langkah perbaikan baik menyangkut koordinasi antar Satlak, antar sektor maupun kegiatan pembinaan yang berkesinambungan. Dalam kajian ini akan mengkaji pelaksanaan strategi untuk mensinergikan Program Raksa Desa oleh Pemerintah Kabupaten Karawang (Satlak Raksa Desa) untuk diadakan penelaahan terhadap faktor-faktor yang menjadi kendala atau kelemahan dalam pelaksanaannya. Penulis tidak menguraikan secara komprehensif tentang pelaksanaan dan dampak Program Raksa Desa terhadap masyarakat sekitar, mengingat keterbatasan waktu dan pembatasan permasalahan. Dari uraian tersebut diatas maka kerangka pemikiran kajian ini dapat digambarkan sebagai berikut : 35

52 Komitmen Pemda Strategi Pemda Program Raksa Desa Peran &Dukungan Instansi Terkait ( program & anggaran) Pelatihan Pendampingan feedback Bantuan Modal Usaha Ekonomi Infrastruktur Desa Bidang Pendidikan Bidang Kesehatan Ketersediaan modal dan Kemandirian Perkembangan Prasarana Desa Peningkatan Pelayanan Pendidikan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (Peningkatan IPM) Gambar 3. Kerangka Pemikiran 3.2. Metode Kajian Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode campuran antara kualitatif dengan kuantitatif. Dalam hal ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengkaji strategi Pemerintah Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Raksa Desa untuk mensinergikan Program Raksa Desa. Untuk mengukur pendapat atau persepsi responden dalam hal pelaksanaan Program Raksa Desa maka dipergunakan angket atau kuisioner. Dalam kuisioner, 36

53 setiap pertanyaan/pernyataan diberi lima alternatif penilaian. Penggunaan lima alternatif penilaian ini sesuai dengan skala Likert. Menurut Sugiyono (1994 : 74-75) menyatakan bahwa Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, ini telah ditetapkan secara specifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut dengan variabel penelitian. Penelitian dengan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif dengan penilaian atau penskoran sebagai berikut : Keterangan Simbol Bobot Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju (SS) (S) (N) (TS) (STS) Untuk menginterprestasikan data yang diperoleh melalui angket, digunakan interprestasi data kuantitatif ke dalam data kualitatif dari masingmasing indikator yang dikembangkan dalam butir-butir pernyataan yang telah disusun sesuai dengan interprestasi yang dikemukakan oleh Sugiyono (1994 : 74) sebagai berikut : a. Jumlah prosentase 0-20 persen masuk kategori jawaban sangat tidak setuju. b. Jumlah prosentase persen masuk kategori jawaban tidak setuju. c. Jumlah prosentase persen masuk kategori jawaban netral atau ragu. d. Jumlah prosentase persen masuk kategori jawaban setuju. e. Jumlah prosentase persen masuk kategori jawaban sangat setuju. 37

54 Selanjutnya menggunakan analisis SWOT, SPACE matrik dan QSPM guna menentukan alternatif-alternatif strategi yang layak dari paduan faktor-faktor penting dari lingkungan internal dan eksternal Satlak Program Raksa Desa, kemudian dilakukan analisis strategi guna memilih strategi yang layak untuk diterapkan Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat, pengumpulan dan pengolahan data dilakukan selama 4 bulan, dimulai dari Bulan September 2006 sampai dengan Bulan Desember Sasaran Kajian Sasaran kajian adalah pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Raksa Desa untuk mensinergikan Program Raksa Desa, berupa pelaksanaan Satlak kabupaten, kecamatan, desa dan kelompok masyarakat penerima bantuan. Adapun aspek yang dikaji mencakup komitmen dan koordinasi yang dilakukan oleh Dinas atau Instansi yang tergabung dalam Satlak Program Raksa Desa dalam menunjang keberhasilan program. Selanjutnya mengkaji dan menguraikan peran dan fungsi serta dukungan dari dinas atau instansi terkait dalam menunjang pelaksanaan Program Raksa Desa. Dilain pihak mengungkapkan pelaksanaan Program Raksa Desa yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan di desa, dan mengungkapkan faktor internal dan eksternal Satlak Rakdes guna merumuskan alternatif strategi yang layak untuk diterapkan. 38

55 3.5 Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Data yang dipergunakan dalam kajian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan mempergunakan kuisioner dan wawancara. Informasi yang dikumpulkan dari responden meliputi pelaksanaan koordinasi dan komitmen para Kepala Dinas atua Instansi terkait yang tergabung dalam SATLAK Program Raksa Desa tingkat Kabupaten Karawang, Satlak kecamatan, dan Satlak desa, serta ketua kelompok masyarakat penerima bantuan. Dalam hal ini masyarakat sekitar tidak dijadikan responden mengingat luasnya cakupan kajian dan pembatasan masalah serta keterbatasan waktu penulis. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Bagian Pemerintahan, BPS, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Sosial (BPMS), Bapeda, Dinas Pendidikan, serta Dinas kesehatan Kabupaten Karawang meliputi jumlah desa lokasi Raksa Desa,perkembangan IPM, APBD Kabupaten Karawang, dukungan program dan anggran dari dinas atau instansi, prasaranan fisik Rakdes, jumlah dan prosentase buta aksara, jumlah tenaga medis, jumlah penanganan kasus pelayanan kesehatan dari program Rakdes, realisasi kegiatan Rakdes,prasarana kesehatan dan pendidikan serta penambahan prasarana desa. Dalam hal ini penentuan sampel dilakukan dengan cara : a. Untuk Satuan Pelaksana (Satlak) Program Raksa Desa Kabupaten Karawang berjumlah 15 Responden, terdiri atas Kepala BPMS, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Koperasi, Kepala Dinas Binamarga dan Ciptakarya, Kepala Bagian Pemerintahan, Kepala Bagian Pengendalian Program, Kepala Bapeda serta unsur staf pelaksana. 39

56 b. Dalam menentukan ukuran sampel dari Satlak Kecamatan, Satlak Desa, dan Kelompok masyarakat maka penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Sevila at all 1993:161) yaitu sebagai berikut : n = N Keterangan : 1 + N e² n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi e = nilai kritis (batas ketelitian yg dinginkan) yaitu 10 % Dengan demikian didapat distribusi sampel sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Sampel Pengukuran dari Satlak Kecamatan, Desa dan Masyarakat No Lokasi dan lingkup kegiatan Uraian Jumlah Populasi Nilai yang diperoleh Jumlah Sampel Ket 1 Satlak Kecamatan 24 Kec x 7 Org 168 6,75 7 n1 2 Satlak Desa 202 Desa x 7 Org ,80 57 n² 3 Ketua Kelompok Masyarakat 202 Desa x 4 Org ,45 32 n³ Penerima Bantuan Jumlah , Metode Perancangan Program Sesuai dengan tujuan kajian, hasil dari kajian ini diharapkan adanya rancangan program atau strategi untuk mensinergikan Program Raksa Desa. Dalam kajian ini menggunakan metode analisis SWOT (strength, weaknesses, oportunity, threats). 40

57 Adapun paduan lingkungan internal berupa kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan Satlak Program Raksa Desa sebagai berikut : Kekuatan-kekuatan : Kelemahan-kelemahan : 1. Adanya komitmen Pemda 1. Kurang komitmen pejabat 2. Legalitas kewenangan Satlak 2. Sinergitas program blm oftimal 3. Dukungan BOP 3. Kurang koordinasi antar Satlak 4. Dukungan Dinas atau instansi 4. Jarang melaksanakan rakor 5. PTO dan Juknis 5. Kemampuan SDM aparat relatif 6. Kesanggupan pemerintah desa Sedangkan lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman pada Satlak Program Raksa Desa adalah : Peluang : Ancaman : 1. Terdapat pendamping 1. Persepsi thd bantuan pemerintah 2. Peningkatan peran masy desa 2. Kecemburuan yang blm dibantu 3. Tersedia modal usaha 3. Masih terjadi penyelewengan 4. Meningkat pelayanan kesehatan 4.Timbul kemacetan modal usaha dan pendidikan. 5. Keterlambatan realisasi program 5. Bertambahnya infrastruktur desa. 6. Dapat dibentuk Bumdes. Dari paduan lingkungan Internal dan Eksternal dalam SWOT kemudian dilakukan analisis strategi dengan menggunakan Matrik IE untuk menentukan alternatif strategi yang dapat dikembangkan, kemudian penentuan strategi melalui SPACE matrik, dan metode QSPM untuk dapat menentukan alternatif-alternatif strategi yang layak yang dihasilkan dari penentuan nilai daya tarik tertinggi. 41

58 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang merupakan bagian dari wilayah pantai utara Pulau Jawa, dalam hal ini kabupaten yang termasuk dalam wilayah tersebut yaitu Kabupaten Subang, Indramayu dan Cirebon. Kabupaten Karawang memiliki luas wilayah 1.753,27 Km persegi atau ha, dengan skala perbandingan dengan luas Propinsi Jawa Barat 3,73 persen serta memiliki laut seluas 4 mil x 57 Km. U Sumber : Bapeda Kab. Karawang, 2006 Gambar 4. Peta Karawang Secara geografis Kabupaten Karawang terletak antara BT dan LS, termasuk daerah dataran yang relatif rendah, mempunyai variasi kemiringan wilayah antara 0 50 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0-2 persen, 2-15 persen, persen dan diatas 40 persen dengan suhu rata-rata 27 0 C.

59 Secara administratif Kabupaten Karawang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : Di sebelah Utara Di sebelah Timur Di sebelah Tenggara Di sebelah Selatan Di sebelah Barat : Batas laut jawa. : Berbatasan dengan Kabupaten Subang. : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. : Berbatasan dengan Kab. Bogor & Cianjur. : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi. Wilayah Kabupaten Karawang terdiri dari dataran dan pantai serta sebagian perbukitan dan pegunungan, kondisi ini memberikan kontribusi yang sangat besar, yaitu melimpahnya sumber daya alam berupa; potensi laut dengan ikan tangkapannya yang saat ini masih relatif kecil, sekitar ,1 ton per tahun, minyak bumi dan gas serta hutan bakau sesuai kewenangan yang dimiliki oleh daerah sesuai Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang pengelolaan 4 mil laut, wisata pantai seperti Pantai Tanjungbaru, Pantai Pisangan dan Pakisjaya, lahan pertanian yang luas menghampar seluas Ha. yang terdiri dari lahan teknis, marginal atau perladangan dan tadah hujan yang mampu memproduksi beras sebanyak rata-rata ,60 ton Gabah Kering Pungut (GKP) dan memberikan kontribusi ke 3 (tiga) propinsi yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten sebanyak 10,44 persen serta perkebunan dan kawasan hutan yang berada di bagian selatan. 43

60 4.2. Kondisi Pemerintahan Daerah Aspek ini akan berkaitan dengan kondisi yang mempengaruhi aspek-aspek politik menyangkut proses penetapan kebijakan sesuai dengan tugas dan fungsi serta kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah. Aspek tersebut akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : a. Kelembagaan dan Wilayah Administrasi Pemerintahan Implementasi otonomi daerah di Kabupaten Karawang diawali dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2001 tentang kewenangan Pemerintah Kabupaten Karawang. yang berisi 25 bidang kewenangan yakni 11 kewenangan wajib dan 14 kewenangan lainnya. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut dibentuk lembaga-lembaga daerah melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pembentukan Lembaga Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Sesuai dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2004 yang diarahkan pada organisasi pemerintah daerah yang efektif dan efisien yang terdiri dari 3 badan daerah, 2 kantor daerah dan 14 dinas daerah serta Sekretariat DPRD dan Sekretariat Daerah. Secara administratif, Pemerintah Kabupaten Karawang memiliki 30 kecamatan hasil dari pemekaran wilayah tahun 2005 dengan 12 kelurahan dan 297 desa, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : 44

61 No Tabel 2. Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Karawang Nama Kecamatan Jumlah Desa/ Kelurahan No Nama Kecamatan Jumlah Desa/ Kelurahan 1. Karawang Barat Jayakerta 8 2. Karawang Timur Kutawaluya Telukjambe Barat Cilamaya Kulon Telukjambe Timur Cilamaya Wetan Pangkalan Cikampek Tegalwaru Tirtamulya Klari Jatisari Ciampel Banyusari Rengasdengklok Kotabaru Batujaya Purwasari Pakisjaya Telagasari Tirtajaya Rawamerta Cibuaya Lemahabang Pedes Tempuran Cilebar Majalaya 7 Sumber : Bag. Pemerintahan Setda Karawang, 2006 Pembagian wilayah administratif terbagi atas 3 kawasan yaitu : a. Kawasan Utara Terdiri atas kecamatan-kecamatan: Pakisjaya, Cibuaya, Batujaya, Kutawaluya, Pedes, Tirtajaya, Jayakerta, Tempuran, Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, Rengasdengklok dan Cilebar. b. Kawasan Tengah Terdiri atas kecamatan-kecamatan: Karawang Barat, Karawang Timur, Klari, Purwasari, Cikampek, Kotabaru, Banyusari, Tirtamulya, Jatisari, dan Rawamerta, Telagasari Lemahabang, serta Majalaya. c. Kawasan Selatan Terdiri atas kecamatan-kecamatan: Teluk Jambe Barat, Teluk Jambe Timur, Ciampel, Tegalwaru, dan Pangkalan. 45

62 Dengan kondisi pembagian wilayah yang cukup proporsional diharapkan perencanaan pembangunan akan lebih berorientasi pada pengembangan karakteristik wilayah dengan pengelolaan potensi geografi, demografi serta keterkaitan antar wilayah dapat dijadikan dasar untuk memperhitungkan mobilitas terpadu dari seluruh sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Karawang, termasuk pertimbangan konsentrasi lokasi kegiatan pembangunan yang menjadi pusat jaringan pengembangannya. Kondisi obyektif pembagian wilayah kecamatan tersebut akan terus diupayakan penataannya agar tercipta keseimbangan antara jumlah desa di masing-masing kecamatan, sehingga luas wilayah dan potensi sumber daya alam dan kondisi demografi dapat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan tugas, baik bidang pemerintahan, pembangunan maupun pelayanan kepada masyarakat. A. Aparatur Pemerintahan Daerah Untuk mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah, maka penyelenggaraan pemerintahan diarahkan pada paradigma pemerintahan yang baik (Good Governance), dimana akan mengedepankan aplikasi tugas dan fungsi pemerintah dalam mewujudkan aspirasi masyarakat. Untuk mendukung pencapaian hal tersebut diperlukan aparatur pemerintah daerah yang memadai baik dari aspek jumlah yang proporsional maupun aspek kualitas yang profesional. Adapun kondisi aparatur Pemerintah Kabupaten Karawang sampai dengan tahun 2004 tercatat sebanyak orang, dengan klasifikasi jenjang pendidikan formal S2 sebanyak 49 orang, S1 sebanyak orang, Sarjana Muda/D3 sebanyak orang, SMA sebanyak orang, SMP sebanyak 263 dan selebihnya 201 orang berpendidikan SD. 46

63 4.3. Kondisi Sosial dan Ekonomi Secara umum kondisi geografis Kabupaten karawang memberikan dampak yang beragam yaitu heterogenitas penduduk Kabupaten Karawang baik dilihat dari kultur masyarakat, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian masyarakat. A. Kependudukan Penduduk Kabupaten Karawang berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2001 tercatat sebanyak jiwa, sedangkan pada tahun 2005 tercatat sebanyak jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,93 persen, atau sedikit lebih besar dibandingkan target yang diharapkan sebesar jiwa. Kenaikan jumlah penduduk tersebut bukan semata disebabkan oleh pertumbuhan alami kabupaten akan tetapi lebih dipengaruhi oleh migrasi dari luar kabupaten yang datang sebagai tenaga kerja pada sektor jasa, industri dan perdagangan. Jika dibandingkan dengan luas wilayah seluas 1.753,27 Km 2 maka angka kepadatan penduduk bruto Kabupaten Karawang mencapai jiwa/km 2. Gambar 5. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karawang Tahun , , , , , , , , , , , LAKI-LAKI Sumber : BPS Kab. Karawang, 2006 PEREMPUAN Sedangkan berkaitan dengan produktivitas penduduk perlu diupayakan peningkatan kualitas penduduk agar dapat dioptimalkan sebagai salah satu modal pembangunan. 47

64 Gambar 6. Piramida Penduduk Kabupaten Karawang Tahun (120,000) (90,000) (60,000) (30,000) 0 30,000 60,000 90, , ,000 Laki-Laki Perempuan Sumber : BPS Kab. Karawang, 2006 Dari gambaran tersebut, tercatat bahwa penduduk perempuan saat ini berjumlah lebih besar dari penduduk laki-laki, akan tetapi jumlah tersebut berbanding kontras dengan tingkat kualitas hidup penduduk perempuan, dimana kualitas sumber daya mereka masih rendah dibandingkan penduduk laki-laki pada berbagai bidang pembangunan. Hal tersebut perlu diantisipasi dengan kebijakan kebijakan pembangunan yang mengupayakan peningkatan kualitas hidup perempuan. B. Ketenagakerjaan Kabupaten Karawang telah berkembang menjadi salah satu daerah kawasan industri di Jawa Barat. Adanya penambahan jenis industri PMA, PMDN dan Non Fasilitas setiap tahunnya telah menjadikan Kabupaten Karawang sebagai daerah tujuan para pencari kerja baik secara regional maupun nasional. Hal ini menyebabkan jumlah pencari kerja pun selalu bertambah setiap tahunnya. Apabila dihubungkan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja yang selalu mengalami penurunan, keadaan ini akan memberikan kesan yang negatif terhadap kinerja Pemerintah Daerah. 48

65 Tabel 3. Perkembangan Ketenagakerjaan Tahun No Uraian Tahun Angkatan Kerja n/a 2 Penduduk yang bekerja * n/a 3 Angkatan kerja mencari pekerjaan * Angka sementara Sumber : BPS Kabupaten Karawang, n/a Dalam tabel tersebut di atas terlihat bahwa jumlah angkatan kerja yang bekerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan jumlah penduduk yang bekerja mengalami penurunan. tergambar pula bahwa ternyata banyak angkatan kerja yang belum terserap oleh lapangan kerja yang ada. Masih tingginya angka pengangguran di Kabupaten Karawang antara lain disebabkan oleh (1) banyaknya arus migrasi penduduk yang masuk dan menetap di Kabupaten Karawang. (2) banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan terutama perusahaan-perusahaan garmen atau konveksi yang berskala import, (3) investasi disektor manufaktur yang ada selama ini mengunakan teknologi tinggi (padat modal) sehingga hanya menyerap sedikit tenaga kerja, (4) terbatasnya tenaga kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan industri manufaktur. C. Kesejahteraan Sosial Dengan dipengaruhi oleh kondisi geografis dan tidak terlepas dari aspek budaya masyarakat Karawang, mata pencaharian sebagian besar penduduk karawang berada pada lapangan pekerjaan sektor pertanian. Hal tersebut berkaitan dengan ketersediaan lahan pertanian sebesar 51,11 persen dari keseluruhan luas 49

66 wilayah Kabupaten Karawang. Disamping itu terjadi sebaran penduduk miskin seperti gambaran berikut : Gambar 7. Peta Kluster Keluarga Miskin Kab. Karawang Sumber : Bapeda Kab Karawang, 2006 Dari gambar di atas, data persentase KK miskin terhadap jumlah KK per kecamatan ditunjukan dengan zona warna sebagai berikut : 1. Zona hijau, jika persentase KK miskin suatu daerah berada pada interval dibawah atau sama dengan 21,26 persen. 2. Zona kuning, jika prosentase KK miskin suatu daerah berada pada interval anatara 35,69 persen dan 21,26 persen. 3. Zona orange, jika prosentase KK miskin suatu daerah berada pada interval antara 36,69 persen dan 55 persen. 4. Zona merah, jika prosentase KK miskin suatu daerah berada pada interval lebih besar atau sma dengan 54,99 pesrsen. 50

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Karawang yang sejahtera, tertib, aman dan bersih yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Karawang yang sejahtera, tertib, aman dan bersih yang menjadi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Kabupaten Karawang hakekatnya adalah ingin mewujudkan Kabupaten Karawang yang sejahtera, tertib, aman dan bersih yang menjadi landasan dalam proses pencapaian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Konsep Strategi dalam Pemerintahan Daerah. akan dapat menentukan sejauhmana suatu tujuan organisasi mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Konsep Strategi dalam Pemerintahan Daerah. akan dapat menentukan sejauhmana suatu tujuan organisasi mengalami II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Konsep Strategi dalam Pemerintahan Daerah Strategi merupakan aspek penting dalam organisasi, karena dengan strategi akan dapat menentukan sejauhmana suatu tujuan organisasi

Lebih terperinci

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG ASEP AANG RAHMATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pembangunan merupakan suatu proses untuk melakukan perubahan yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Pembangunan juga bermakna pembebasan dari

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah, KATA PENGANTAR Alhamdulillaah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan petunjuk- Nya kami telah menyusun dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG [- BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG P embangunan sektor Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Garut dalam kurun waktu tahun 2009 s/d 2013 telah memberikan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance)

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance) BAB II RENCANA STRATEGIS A. RENCANA STRATEGIS 1. VISI Tantangan birokrasi pemerintahan masa depan meliputi berbagai aspek, baik dalam negeri maupun manca negara yang bersifat alamiah maupun sosial budaya,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN 2011-2015 5.1. Visi Paradigma pembangunan moderen yang dipandang paling efektif dan dikembangkan di banyak kawasan untuk merebut peluang dan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik dan transparan, walaupun perencanaan yang baik dapat dibuat

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik dan transparan, walaupun perencanaan yang baik dapat dibuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan Pembangunan daerah harus diawali dengan pelaksanaan perencanaan yang baik dan transparan, walaupun perencanaan yang baik dapat dibuat dengan tidak mudah.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi a. Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) sebagai bagian integral dari Pemerintah Kuantan Singingi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH SEMESTA BERENCANA KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS Mesin Pemotong Rumput RENCANA KERJA 2015 iii KATA PENGANTAR Perubahan paradigma sistim perencanaan berimplikasi pada proses perencanaan yang cukup panjang,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii i Kata Pengantar Seraya memanjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Kepegawaian Daerah telah dapat melalui tahapan lima tahun kedua pembangunan jangka menengah bidang kepegawaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a

Lebih terperinci

Artikel Perencanaan Pembangunan Daerah Karya : Said Zainal Abidin BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Artikel Perencanaan Pembangunan Daerah Karya : Said Zainal Abidin BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Artikel Perencanaan Pembangunan Daerah Karya : Said Zainal Abidin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan perencanaan yang akurat serta diharapkan

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN

RENCANA STRATEGIS TAHUN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014 2019 BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN GARUT KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Menurut RPJPD Kabupaten Kampar 2005-2025, berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, maka RPJM ke-2 (2011-2016) ditujukan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN 136 PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA) DJULI SUGIARTO

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memajukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pengaruh yang cukup luas pada tata kehidupan masyarakat, baik secara nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pengaruh yang cukup luas pada tata kehidupan masyarakat, baik secara nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah secara langsung maupun tidak langsung telah membawa pengaruh yang cukup luas pada tata kehidupan masyarakat, baik secara nasional maupun lokal. Namun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa sebagai salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN SEBAGAI SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN SUMBER PENERIMAAN PETANI DI PEDESAAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN SEBAGAI SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN SUMBER PENERIMAAN PETANI DI PEDESAAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN SEBAGAI SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN SUMBER PENERIMAAN PETANI DI PEDESAAN (Studi Kasus di Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau) RAHMAT PARULIAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB III ISU-ISU STRATEGIS.

DAFTAR ISI BAB III ISU-ISU STRATEGIS. BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Landasan Hukum 1.4. Hubungan Hubungan Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 1.5.

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JENEPONTO TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN

ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN Yudithia SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini,

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DESA

SAMBUTAN KEPALA DESA SAMBUTAN KEPALA DESA Bismillahirrokhmanirrokhim. Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatuh. RPJMDes - Puji syukur mari kita panjatkan ke pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci