BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-5: Perkembangan PJJ di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-5: Perkembangan PJJ di Indonesia"

Transkripsi

1 BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-5: Perkembangan PJJ di Indonesia SEAMEO SEAMOLEC Jakarta - INDONESIA 2012

2 Pendahuluan Sampai dengan tahun 2010, Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan beragam upaya untuk meningkatkan dan memeratakan akses terhadap pendidikan berkualitas, salah satunya melalui PJJ. Sistem PJJ, yang dipersepsikan sebagai inovasi abad 21, merupakan sistem pendidikan yang memiliki daya jangkau luas lintas ruang, waktu, dan sosio-ekonomi. Sistem PJJ membuka akses terhadap pendidikan bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Dengan karakteristik tersebut, sistem PJJ seringkali dianggap sebagai solusi terhadap berbagai masalah pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pemerataan dan demokratisasi pendidikan, serta perluasan akses terhadap pendidikan berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat lintas ruang dan waktu. Melalui berbagai perangkat hukum yang telah dikeluarkan pemerintah, yaitu SK Mendiknas No. 107/U/2001, UU Sisdiknas No. 20/2003, PP 17/2010, PP 66/2010, dan juga Permendikbud No/24/2012, sistem PJJ sudah menjadi bagian yang menyatu dalam dunia pendidikan di Indonesia, dan menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap pendidikan, termasuk pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Situasi ini mendorong berbagai institusi pendidikan, terutama pendidikan tinggi, untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan jarak jauh. 1

3 A. Perkembangan PJJ Sistem PJJ pertama kali diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia melalui sistem pendidikan koresponden yaitu pendidikan guru tertulis pada akhir tahun 1950an. Pendidikan Guru Tertulis terus berkembang dan berjalan, sampai didirikannya Pusat Pendidikan Guru Tertulis di Bandung sekitar awal tahun 1970an. Bentuk sistem PJJ di Indonesia kemudian diterapkan di Universitas Terbuka (UT), sebagai universitas penyelenggara sistem PJJ dengan modus tunggal, yang didirikan pada pertengahan tahun 1980an. Walaupun UT mengandalkan bahan ajar cetak (modul) sebagai bahan ajar utama, perkembangan UT juga didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan UT menggunakan bahan ajar multimedia berbasis teknologi informasi dan komunikasi secara luas. Secara umum, perkembangan PJJ sampai dengan awal tahun 2000an dapat digambarkan sebagai berikut. Model Sistem PJJ Tabel 1: Perkembangan PJJ sampai awal tahun 2000an Karakteristik Teknologi Penyampaian Fleksibilitas Waktu Tempat Kecepatan Bahan Ajar yang Dirancang Secara Sistematis Interaksi Dengan Siswa Generasi Pertama The Correspondence Model Print (cetak) Generasi Kedua The Multimedia Model Print Audiotape Videotape Computer based learning (CAI/CAL) Interactive video Generasi Ketiga The Telelearning Model Audioteleconferencing Videoconferencing Audigraphic Communication Broadcast TV/Radio and audioteleconferencing 2

4 Model Sistem PJJ Generasi Keempat The Flexible Learning Model Interactive multimedia (IMM) online Internet based access to WWW resources Computer mediated communication (CMC) Generasi Kelima The Intelligent Flexible Learning Model Interactive multimedia (IMM) online Internet based access to WWW resources Computer mediated communication (CMC) using automated response systems Campus portal access to institutional processes and resources Karakteristik Teknologi Penyampaian Fleksibilitas Waktu Tempat Kecepatan Bahan Ajar yang Dirancang Secara Sistematis Interaksi Dengan Siswa Dalam perkembangannya, sistem PJJ mengambil manfaat besar dari perkembangan media dan teknologi pembelajaran yang dapat menjembatani kebutuhan akan pendidikan secara massal dan luas. Perkembangan teknologi yang pesat memunculkan model PJJ yang fleksibel dan cerdas, mampu membuka akses pendidikan bagi siapa saja melintasi batas ruang dan waktu, serta mengatasi berbagai kendala sosio-ekonomi. Karakteristik sistem PJJ yang fleksibel lintas ruang, waktu, dan sosioekonomi dalam membuka akses terhadap pendidikan menyebabkan sistem PJJ menarik bagi banyak kalangan. Melalui sistem PJJ, setiap orang dapat memperoleh akses terhadap pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan keluarga, rumah, pekerjaan, dan tidak kehilangan kesempatan berkarir. Di samping akses, sistem PJJ juga meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan bagi setiap orang. Sifat massal sistem PTJJ dalam mendistribusikan pendidikan berkualitas yang terstandar, standarisasi kurikulum, materi pembelajaran, proses pembelajaran, layanan belajar, dan evaluasi pembelajaran, menjadikan pendidikan berkualitas dapat dinikmati oleh berbagai kalangan lintas ruang dan waktu. Keluwesan yang dijanjikan oleh sistem PJJ juga telah memicu pemikiran yang lebih luas tentang PJJ. Bila pada era masyarakat industri sistem PJJ hanya merupakan jalan untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan tenaga kerja terampil, maka pada era pasca industrialisasi (post-industrial society), sistem PJJ telah jauh berkembang ke arah peningkatan kualitas 3

5 hidup manusia, seperti berorientasi pada self-realization (pencarian diri) dan pemenuhan kebutuhan personal untuk meningkatkan kebahagiaan dan kenikmatan hidup (Peters, 1993). Kebutuhan akan pendidikan tidak lagi hanya pada saat usia tertentu, atau kelompok tertentu, tetapi menjadi kebutuhan semua orang secara berkelanjutan tanpa terbatas pada individu usia sekolah. Di samping itu, pesatnya perkembangan teknologi dan industri jasa juga mengakibatkan perubahan jenis dan bentuk keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja (Peters, 2000). Hal ini mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan pendidikan profesional yang berkelanjutan yang akhirnya mengubah persepsi tentang konsep PJJ dari sekedar distance training menjadi pendidikan berkelanjutan terbuka (open continuing education). Secara umum, sistem PJJ dengan keunikannya serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang mendukungnya, telah berkembang menjadi sistem pendidikan yang banyak diperhitungkan dalam upaya menjawab beragam tantangan, terutama pada jenjang pendidikan tinggi. 4

6 B. Perkembangan TIK dalam Pembelajaran Sejak tahun 2001, TIK telah ditetapkan sebagai salah satu strategi untuk peningkatan kualitas pendidikan, terutama di jenjang pendidikan tinggi. Dalam Renstra Diknas (tahun 2006, maupun tahun 2010) telah dinyatakan bahwa penguatan dan perluasan pemanfaatan TIK merupakan salah satu arah kebijakan pendidikan nasional. Pemanfaatan TIK di Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2000, jumlah pengguna internet di Indonesia sebanyak 2 juta. Tahun 2005, Departemen Komunikasi dan Informatika mencatat survey pengguna internet meningkat sebesar 16 juta. Berdasarkan data-data statistik dunia ( jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2010 mencapai sekitar 30 juta pengguna. Diperkirakan pada tahun 2011 akan mencapai 39,6 juta pengguna. Pertumbuhan pengguna internet yang sangat cepat ini sangat mendukung perkembangan PJJ di Indonesia. Di samping itu, situasi ekonomi nasional dan global menyebabkan harga komputer semakin dan biaya akses internet juga semakin terjangkau oleh berbagai pihak. Dalam dunia pendidikan di Indonesia, pemanfaatan TIK ditandai dengan dikembangkannya Jejaring Pendidikan Nasional Jardiknas, yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun Di dalam Jardiknas terdapat berbagai zona layanan, termasuk zona sekolah dan zona perguruan tinggi. Sampai tahun 2011, sudah lebih dari 350 perguruan tinggi tergabung dalam zona perguruan tinggi, yang dikenal dengan nama INHERENT Indonesian Higher Education Research Network. 5

7 Pada awalnya, pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan di Indonesia lebih banyak berfokus pada administrasi dan pengelolaan pendidikan. Namun demikian, dalam dasawarsa terakhir, pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran telah menjadi semakin luas dan marak di berbagai jenjang pendidikan. Di jenjang persekolah, Pusat Telekomunikasi dan Informasi, Kemdiknas, telah menjadi pelopor penyediaan beragam materi persekolahan dalam bentuk elektronik yang disimpan dalam repositori edukasi.net maupun ditayangkan dalam program TV Edukasi. Di tingkat pendidikan tinggi, upaya-upaya pemanfaatan TIK dalam pembelajaran telah menjadikan banyaknya perguruan tinggi di Indonesia dan juga Ditjen Dikti menginisiasi program yang dikenal dengan nama e-learning. Berdasarkan pemetaan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, kemudian lahir istilah blended learning sebagai proses belajar dan mengajar yang menggabungkan pemanfaatan e-learning dan pembelajaran tatap muka konvensional. Gambar Peta Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran (Sumber: Sloan C, 2007) Proporsi Materi yang disampaikan secara online Kategori Deskripsi 0% Traditional - tradisional 1-29% ICT/Web Facilitated difasilitasi TIK/Jaringan 30-79% Blended/ Hybrid 80+% Online/ e- learning Pembelajaran tatap muka tanpa memanfaatkan TIK atau teknologi jaringan, pembelajaran disampaikan melalui tatap muka lisan maupun dengan memanfaatkan bahan cetak. Pembelajaran yang sudah memanfaatkan TIK atau teknologi jaringan untuk mempermudah dan memfasilitasi pembelajaran tatap muka. Menggunakan internet sebagai sumber belajar, blog sebagai tempat untuk menayangkan silabus dan materi perkuliahan, menggunakan untuk komunikasi, dan semua diarahkan untuk memperkaya pembelajaran tatap muka. Pembelajaran yang meramu pemanfaatan TIK/teknologi online dan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran disampaikan lebih banyak secara online, menggunakan repository bahan ajar online, menggunakan diskusi online, tapi tetap diperkaya dengan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran yang sangat mengandalkan pemanfaatan TIK/teknologi online: hamper semua materi disajikan dan disampaikan secara online, interaksi dilakukan secara virtual. Biasanya tidak memiliki pembelajaran tatap muka atau hanya memiliki pada tingkat minimal. 6

8 Inisiasi pembelajaran blended learning dilakukan oleh ITB, UI, UGM di akhir tahun 1990an kemudian oleh perguruan tinggi yang tergabung dalam proyek GDLN (Global Development Learning Network) (UI, ITB, UGM, Unud, Unhas, Unri) pada awal tahun 200an, terutama dengan memanfaatkan beragam kapasitas TIK dalam pembelajaran, termasuk telekonferensi, , e-learning program, dll. Inisiasi pemerintah secara luas untuk memanfaatkan pembelajaran blended learning diwujudkan melalui rintisan program Pendidikan Jarak Jauh untuk Guru SD di 23 LPTK, yang dikenal dengan nama HYLITE (Hybrid Learning for Indonesian Teachers) yang diresmikan pada tahun Gambar Konsorsium HYLITE

9 C. Tantangan bagi Pendidikan Tinggi Pada saat ini, pendidikan tinggi di Indonesia sedang menghadapi berbagai tantangan, antara lain: 1. Daya saing bangsa masih belum terlalu tinggi, ditunjukkan dengan indikator yang berlaku internasional. Angka partisipasi kasar pendidikan tinggi di Indonesia pada tahun 2010 baru mencapai 26,34%. dan diharapkan sampai tahun 2015 APK PT di Indonesia adalah 33%, dan pada tahun 2025 APK PT di Indonesia sudah mencapai 53%. P erbandingan P DB /K apita ( ) vs AP K P T (S umber: WE F, G C I R eport , Worl d B ank, B P S, K emdiknas, K emkeu) Indones i a Secara khusus, berdasarkan Unesco dan DIKTI 2011, di peroleh data perbandingan lulusan PT dalam bidang pertanian, teknik dan sains, serta target Indonesia untuk tahun 2011 dan 2025 adalah sebagai berikut: 8

10 P erbandingan L ulus anp ertanian, T eknik, dans ains S erta Target Indonesia Untuk Tahun 2015 dan 2025 (S umber: Unescodan DIK TI, 2011) P ortuga l K ualitas Malays i a Indonesia K uantitas Sementara itu, penelitian menunjukkan bahwa biaya kuliah di pendidikan tinggi di Indonesia masih relative mahal, padahal ada keterkaitan yang erat antara faktor status ekonomi sosial dengan angka partisipasi di pendidikan tinggi. Dinyatakan bahwa, faktor yang berpengaruh bukan hanya biaya kuliah yang mahal, tetapi juga karena mahasiswa miskin pada umumnya berasal dari lingkungan keluarga dan sekolah yang kurang mempersiapkan transisi bagi mereka untuk berhasil di perguruan tinggi. Dari lulusan SMA peringkat 25% teratas, hanya 29% siswa dari keluarga miskin yang sanggup menyelesaikan pendidikan sarjana, sementara 75% siswa dari keluarga mampu sanggup. Mutu pendidikan di Indonesia masih belum cukup tinggi ditunjukkan dengan indikator eksternal yang berlaku internasional dan indikator internal yang berlaku nacional, walaupun sudah beberapa perguruan tinggi negeri yang mampu menembus peringkat atas Asia dan dunia dalam Webometrics. 9

11 Tabel Top Instituional Repository - Indonesia (Juli 2011) Sumber: WORLD RANKING REPOSITORY NAME SIZE VISIBILITY SCHOLAR RICH FILES 23 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Repository Diponegoro University Institutional Repository University of Sumatera Utara Repository Univ. Muhammadiyah Surakarta Digital Library Petra Christian University Scientific Repository Gunadarma University Repository Yogyakarta State University Repository Digital Library of Institut Teknologi Bandung Andalas University Repository Universitas Pelita Harapan Inst. Digital Repository Sementara itu, untuk Webometrics di Asia Tenggara maka diperoleh ranking sebagai berikut: Universitas Rangking Universitas Indonesia 12 Institut Teknologi Bandung 16 Universitas Gajah Mada 18 Universitas Gunadarma 19 Institut Pertanian Bogor 31 Uiversitas Negeri Makassar 32 Universitas Petra Surabaya 34 Universitas Muhammadiyah Malang 35 Institut Teknologi Sebelas November 36 Universitas Diponegoro 38 Universitas Andalas 40 Universitas Negeri Sebelas Maret 41 Universitas Airlangga 43 10

12 2. Globalisasi dan knowledge-based economy yang menantang manusia Indonesia untuk berkemampuan menciptakan dan memanfaatkan pengetahuan; memiliki profesionalisme tinggi; sertifikasi profesi; memiliki entrepreneurial spirit, dan menguasai soft skills. Modal sumberdaya manusia yang dimiliki Indonesia sesungguhnya adalah sangat potencial. Modal S umber Daya Manusia (S umber: Menko P erekonomian, 2011) Adanya Bonus Demografi..merupakan modaldasarbagipeningkatan produktivitas ekonomi dan pengembanganpasardomestik... "B onus Demografi" 100 tahunkemerdekaan Dependenc y R atio s emakin kec il ( ): Us ia produktif s emakin bes ar (B onus Demog rafi ~ Demografic Dividen), kes empatan dan potens i mening katkan produktivitas s emakin ting g i, s emakin ting g i ting kat kes ejahteraan. Akan tetapi kalau tidak dikelola deng an baik akan menjadi B enc ana Demog rafi~ Demografic Dis as ter. K ualitas S DM s ebag ai kata kunc i, P endidikan dan K es ehatan s ebag a i peran kunc i. 5 Namun, secara umum, kualitas sumberdaya manusia Indonesia masih belum mampu bersaing dalam skala global, bahkan Indonesia masih berada pada peringkat yang relatif rendah dalam Human Development Index dunia, yaitu ranking 108 (Human Development Index Rankings, Sumber: hdr.undp.org/en/statistics/) 11

13 3. Civil society: tuntutan akan kualitas dan peran perguruan tinggi dalam membentuk masyarakat yang berkarakter dan masyarakat madani. Sebagai lembaga sosial yang secara tradisional bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, perguruan tinggi adalah lembaga yang paling merasakan tuntutan sosial untuk menghadapi beragam perubahan global tersebut. Dunia usaha, pemerintah dan masyarakat yang memerlukan ilmu pengetahuan baru yang berbasis teknologi informasi, bioteknologi serta ilmu-ilmu multidisiplin lainnya akan menuntut perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih tinggi. Globalisasi ekonomi yang sedang berlangsung dengan cepat pada beberapa dekade ke depan, di satu fihak akan memberikan kesempatan yang amat besar kepada perguruan tinggi untuk memberikan pelayanan ilmu pengetahuan dan teknologi baik kepada pemerintah, masyakarat mau pun kepada dunia usaha. Tetapi kalau perguruan tinggi terlalu terjerumus pada kegiatan tersebut, peranan perguruan tinggi selama ini yang hampir monopolisitik dalam pengembangan ilmu pasti akan mengalami perubahan drastis. Yang tidak kalah pentingnya untuk selalu diperhatikan adalah peranan perguruan tinggi Indonesia sebagai lembaga menghasilkan calon pemimpin bangsa yang bermoral dan berbudaya demokratis. Kalau perguruan tinggi terlalu terjebak dalam arus globalisasi yang merupakan suatu proses yang nir-demokratis, secara pasti perguruan tinggi akan tidak mampu melaksanakan salah satu tugas utamanya tersebut. 12

14 Secara mikro, tantangan yang dihadapi oleh pendidikan tinggi di Indonesia meliputi: Digitalisasi proses pembelajaran yang semakin berkembang Kapasitas daya tampung perguruan tinggi Pembinaan kualitas perguruan tinggi Waktu studi di perguruan tinggi yang belum efektif Masa tunggu lulusan perguruan tinggi untuk mendapat pekerjaan masih tinggi Minat mahasiswa terhadap bidang sains dan teknologi yang relatif masih rendah Kualitas tenaga pengajar perguruan tinggi yang belum memadai dan belum tersebar dengan baik Krisis sumberdaya keuangan perguruan tinggi. Tantangan-tantangan tersebut masih ditambah dengan perubahan kebutuhan akan pendidikan bagi masyarakat era pasca industri, baik dari segi jenis maupun metode. Hal ini dikarenakan kompetensi yang dituntut oleh dunia kerja juga berubah dengan sangat pesat. Di masa mendatang, kompetensi seorang lulusan pada jenjang pendidikan tinggi diharapkan meliputi penguasaan bidang ilmu secara mumpuni dan beberapa kompetensi lain, yaitu: Kemampuan untuk belajar secara berkelanjutan secara mandiri dan otonomi. Kemampuan berkomunikasi secara jelas melalui berbagai cara dan medium dengan berbagai khalayak. Kepekaan sosial (toleransi, ambigu, multibudaya). Kemampuan untuk bertanggung jawab secara sosial. Kemampuan dan kesiapan untuk selalu luwes dalam bertindak. Pemenuhan tuntutan tersebut menjadikan seorang lulusan pendidikan tinggi yang kreatif, percaya diri, memiliki integritas dan kesungguhan dalam berkarya, mampu berkomunikasi, dan kompeten secara sosial. Tantangan-tantangan tersebut memunculkan beberapa pertanyaan terhadap pendidikan tinggi yang sekarang masih terus berlangsung di Indonesia. tradisi Apakah tradisi yang berlangsung dalam dunia pendidikan tinggi, sebagaimana yang sekarang berjalan, akan tetap berlangsung terus di masa depan untuk menjawab beragam tantangan yang dihadapi? Mampukah perguruan tinggi di Indonesia dengan citra klasiknya yang berbasiskan ruang kelas dan dosen, serta strategi pembelajaran yang tradisional untuk menjawab tantangan dan mencapai idealisme yang dicita-citakan? Dipercaya bahwa dalam menjawab tantangan tersebut, perguruan tinggi akan mengalami transformasi, yaitu memiliki bentuk yang berbeda di masa mendatang, berlandaskan pada paradigma pendidikan yang berbeda, serta menyelenggarakan proses pembelajaran yang berbeda. Perbedaan tersebut ditandai oleh proses pembelajaran lintas ruang dan waktu tanpa terbatas pada dinding kelas, proses pembelajaran yang sistematis berbasis pemanfaatan beragam media dan teknologi, pemanfaatan berbagai jenis sumber belajar, pelaku utama dalam pendidikan adalah mahasiswa; paradigma belajar untuk pemenuhan 13

15 kebutuhan dan peningkatan kualitas hidup (bukan cuma sekedar mencari selembar ijasah saja); serta bentuk pendidikan yang sangat fleksibel untuk memenuhi beragam kebutuhan. Salah satu strategi jawaban terhadap tantangan tersebut adalah penerapan P)JJ, yang saat ini telah berkembang sedemikian pesat didukung oleh kemajuan TIK dan lebih dikenal sebagai pembelajaran berbasis TIK. 14

16 D. Peran PJJ 1. PJJ untuk Meningkatkan Akses Akses terhadap pendidikan tinggi menjadi sangat penting dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Keinginan untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan telah menjadi pemicu utama untuk menyelenggarakan sistem PJJ. Peningkatan daya tampung perguruan tinggi secara fisik untuk meningkatkan akses bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, karena masih dibatasi oleh kendala ruang dan sumber daya keuangan pendidikan tinggi. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, peran sistem PJJ menjadi semakin penting. Secara umum, sistem PJJ akan mampu membuka akses terhadap pendidikan bagi siapa saja melintasi ruang dan waktu, serta kendala sosioekonomis. Berdasarkan paradigma akses ini, sistem PJJ menerapkan prinsip industrialisasi yaitu sifat pendidikan yang massal untuk mencapai keuntungan ekonomis (economies of scale). Semakin tinggi tingkat partisipasi, semakin rendah biaya pendidikan. Secara khusus, paradigma akses sangat didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat, sehingga menjadikan sistem PJJ sebagai sistem pendidikan fleksibel yang dapat meningkatkan keterbukaan pendidikan, dapat meminimalkan keterbatasan waktu, tempat, dan kendala ekonomi maupun demografi (seperti usia) seseorang untuk memperoleh pendidikan. Dengan demikian, keterpisahan antara kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar yang menimbulkan suatu jarak psikologis dan komunikasi dalam proses pembelajaran dapat diminimalkan, dan akses terhadap pendidikan semakin terbuka bagi siapa saja. Jika pada awalnya, sistem PJJ dianggap sebagai jalan untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan tenaga kerja terampil, maka pada era pasca industrialisasi (postindustrial society), sistem PJJ telah jauh berkembang sebagai sistem pendidikan yang dianggap mampu untuk memberikan kesempatan pertama maupun kesempatan kedua (second chance) bagi masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan dengan sistem tatap muka, serta sistem pendidikan yang berperan dalam peningkatan kualitas hidup manusia, seperti berorientasi pada self-realization (pencarian diri) dan pemenuhan kebutuhan personal untuk meningkatkan kebahagiaan dan kenikmatan hidup (Peters, 1993). Kebutuhan akan pendidikan tidak lagi hanya pada saat usia tertentu, atau kelompok tertentu, tetapi menjadi kebutuhan semua orang secara berkelanjutan tanpa terbatas pada individu usia sekolah. Di samping itu, pesatnya perkembangan teknologi dan industri jasa juga mengakibatkan perubahan jenis dan bentuk keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja (Peters, 2000). Hal ini mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan pendidikan profesional yang berkelanjutan. 15

17 Keluwesan sistem PTJJ telah memungkinkan terjadinya pendidikan berkelanjutan terbuka bagi seluruh masyarakat yang memerlukannya lintas ruang, waktu, dan sosioekonomi. (open continuing education). Fenomena-fenomena ini telah menyuburkan perluasan sudut pandang, bahwa sistem PTJJ bukan sekedar suatu alternatif metode belajar-mengajar, tetapi merupakan pilihan sistem pendidikan bagi siapa saja lintas ruang dan waktu. 2. PJJ untuk Pemerataan Pendidikan Isu pemerataan dilandaskan pada keadilan dan kesamaan hak untuk memperoleh kesempatan berpartisipasi dalam proses pendidikan, bagi siapa saja tanpa batasan kendala apapun. Karakteristik sistem PJJ yang fleksibel lintas ruang, waktu, dan sosioekonomi dalam membuka akses terhadap pendidikan menyebabkan sistem PTJJ menarik bagi banyak kalangan. Melalui sistem PJJ, setiap orang dapat memperoleh pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan keluarga, rumah, pekerjaan, dan tidak kehilangan kesempatan berkarir. Di UT sebagai penyelenggara sistem PJJ modus tunggal, kesempatan pendidikan yang dibuka bagi siapa saja lintas ruang dan waktu telah memberi warna tersendiri bagi karakteristik mahasiswa UT, yang terdiri dari 90% mahasiswa bekerja, dan sekarang telah mencapai jumlah mahasiswa sekitar Dengan demikian, pendidikan yang ditawarkan oleh UT telah menjadi wahana pemerataan pendidikan bagi mereka yang dulunya tidak berkesempatan untuk berpartisipasi dalam pendidikan tatap muka, tanpa harus kehilangan kesempatan berkarir, dan menjadi mahasiswa sambil bekerja. Selain itu, sistem PJJ juga banyak menarik kalangan perempuan untuk memperoleh pendidikan tinggi. Di UT, mahasiswa perempuan selalu lebih besar jumlahnya daripada mahasiswa laki-laki. Hal ini disebabkan karakteristik PJJ yang relatif sangat menarik bagi perempuan, yaitu akses untuk memperoleh pendidikan tanpa harus meninggalkan rumah/pekerjaan. Dengan demikian, distribusi pendidikan (yang berkualitas) dapat merata sampai ke daerah pelosok yang masih sulit dijangkau oleh sistem pendidikan lainnya. Keluasan daya jangkau dari sistem PJJ juga sangat didukung oleh pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi yang intensif. Isu pemerataan juga telah memunculkan adanya tuntutan sistem pendidikan tinggi model supermarket, yang sangat terbuka, sangat dipengaruhi oleh kebutuhan pembeli, dan sangat fleksibel untuk memenuhi beragam kebutuhan peserta didik maupun pemangku kepentingan. Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh TIK yang dimanfaatkan secara intensif dalam sistem PJJ, serta konsep keterpisahan fisik antara kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar pada sistem PJJ telah membuka kemungkinan pemanfaatan sarana pendidikan secara lebih luas. 16

18 Dengan tidak dilakukannya kegiatan mengajar dan belajar dalam waktu yang bersamaan dalam tempat yang sama, maka: rasio ideal dosen-siswa yang biasanya membatasi kualitas suatu program pendidikan, dan dinding kelas yang biasanya membatasi daya tampung program pendidikan dapat diabaikan. Kedua hal ini secara drastis mengubah fenomena pendidikan yang tadinya bersifat tertutup menjadi lebih terbuka dalam arti fisik, dan identitas pendidikan berbasis ruang kelas menjadi mengabur. Pendidikan adalah bagi semua orang di mana saja dan kapan saja. 3. PJJ untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan Berdasarkan karakteristik proses pembelajaran yang terjadi dalam sistem PJJ, kurikulum, bahan ajar, proses pembelajaran, dan bahan ujian biasanya dikemas dalam bentuk standar untuk didistribusikan lintas ruang dan waktu dengan menggunakan berbagai teknologi informasi dan komunikasi. Untuk mendukung pencapaian kualitas yang standar, sistem PJJ sangat tergantung pada pemanfaatan fasilitas belajar bersama berdasarkan kemitraan antar institusi. Dengan demikian, tenaga pengajar yang berkualitas dapat dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk konsorsium untuk menjadi pengembang bahan ajar dan bahan ujian. Bahan ajar dan bahan ujian kemudian dikemas untuk didistribusikan ke berbagai pelosok tanah air. Hal ini menjamin terjadinya pemerataan akses terhadap pendidikan berkualitas lintas ruang, waktu, dan kondisi sosioekonomi. Untuk menjamin kualitas, secara intrinsik, penyelenggaraan sistem PTJ diharapkan memenuhi persyaratan: didasarkan pada kegiatan perencanaan yang sistemik berkenaan dengan kurrikulum, bahan ajar, proses pembelajaran, alat dan sistem evaluasi; berbasiskan media dan TIK; memanfaatkan sistem penyampaian yang inovatif dan kreatif; menyelenggarakan proses pembelajaran interaktif berbasiskan TIK tanpa mengesampingkan kesempatan tatap muka; mengembangkan dan membina tingkat kemandirian siswa; dan menyediakan layanan pendukung yang berkualitas (administrasi akademik, bantuan belajar siswa, unit sumber belajar untuk layanan administrasi dan siswa, akses, konektivitas, dan infrastruktur). Berdasarkan hal-hal tersebut, peran sistem PJJ menjadi sangat penting untuk secara massal menawarkan budaya belajar yang berbeda, pengalaman belajar yang bermakna, serta integritas akademik kepada masyarakat luas di Indonesia, yang pada akhirnya dapat berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat, dan daya saing bangsa. 17

Sisdiknas No. 20/2003. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. PP No. 66/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (perbaikan atas PP 17/2010)

Sisdiknas No. 20/2003. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. PP No. 66/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (perbaikan atas PP 17/2010) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN 2011 Aturan yang digunakan Sisdiknas No. 20/2003 SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGEMBANGAN E-LEARNING

PELATIHAN PENGEMBANGAN E-LEARNING PELATIHAN PENGEMBANGAN E-LEARNING Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) Sabtu, 30 April 2016 M. Udin Harun Al Rasyid, Ph.D http://udinharun.lecturer.pens.ac.id/

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR Aturan yang digunakan Sisdiknas No. 20/2003 SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Webometrics UNHAS Januari 2011

Laporan Perkembangan Webometrics UNHAS Januari 2011 Laporan Perkembangan Webometrics UNHAS Januari 2011 Peringkat Webometric UNHAS Januari 2011 adalah 2615 (world ranking), 27 (Indonesian ranking). (Lihat tabel 2 di bawah atau http://www.webometrics.info/rank_by_country.asp?country=id)

Lebih terperinci

Kurikulum Berbasis TIK

Kurikulum Berbasis TIK PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam mendapatkan informasi dan berkomunikasi, yang tidak lagi dibatasi oleh dimensi ruang

Lebih terperinci

2015 IMPLEMENTASI SISTEM D UAL MOD E UNIVERSITAS TERBUKA

2015 IMPLEMENTASI SISTEM D UAL MOD E UNIVERSITAS TERBUKA BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan

Lebih terperinci

VI. PERANCANGAN PROGRAM

VI. PERANCANGAN PROGRAM VI. PERANCANGAN PROGRAM Dalam merancang program kebijakan yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pendidikan guru di Kota dan Kabupaten Bogor, harus diperhitungkan keadaan yang mendukung agar dapat

Lebih terperinci

FASILITAS DI INTERNET

FASILITAS DI INTERNET FASILITAS DI INTERNET e-mail (SurEl / Surat Elektronik) FTP (PPB / Protokol Pemindahan Berkas) TelNet / Rlogin (PMJ / Prosedur Masuk Jauh) Network News (JBb / Jaringan Beritaberita) WAIS, Gopher, www (Wire-Wiri-Wae,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah bangsa (termasuk di dalamnya pembangunan pada lingkup kabupaten/kota) adalah suatu keniscayaan, melalui pendidikan bermutu

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA FAKULTAS

PROGRAM KERJA FAKULTAS PROGRAM KERJA FAKULTAS STRATEGI 2030 Untuk mewujudkan tujuan, Fakultas Pertanian IPB menyusun strategi dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Berkembangnya kompetensi dan komitmen staf

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terutama penggunaan internet saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terutama penggunaan internet saat ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terutama penggunaan internet saat ini berkembang pesat setiap tahunnya. Menurut data Internet World Stats, Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminat oleh mahasiswa saat ini. Dari hasil penelitian Tengker dan Morasa (2007)

BAB I PENDAHULUAN. diminat oleh mahasiswa saat ini. Dari hasil penelitian Tengker dan Morasa (2007) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakar Masalah Akuntansi merupakan salah satu jurusan di fakultas ekonomi yang banyak diminat oleh mahasiswa saat ini. Dari hasil penelitian Tengker dan Morasa (2007) menyebutkan

Lebih terperinci

E-EDUCATION. 6. Komputer dan Pendidikan PTSI C

E-EDUCATION. 6. Komputer dan Pendidikan PTSI C E-EDUCATION Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M, 1995). Ivan Illich

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGY (ICT) PADA LEVEL PENDIDIKAN DASAR

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGY (ICT) PADA LEVEL PENDIDIKAN DASAR PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGY (ICT) PADA LEVEL PENDIDIKAN DASAR Disampaikan dalam Festival dan Anugerah e-pendidikan 2009 oleh Pustekom Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bahan ajar inovatif dan interaktif dibutuhkan oleh siswa dan guru agar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bahan ajar inovatif dan interaktif dibutuhkan oleh siswa dan guru agar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahan ajar inovatif dan interaktif dibutuhkan oleh siswa dan guru agar kegiatan belajar mengajar menarik, pengadaan bahan ajar yang bermutu menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012.

BAB I PENDAHULUAN. tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan paradigma dunia tentang makna pendidikan, pendidikan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang semakin berat. Pendidikan di Indonesia masih

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI. Didin Saripudin Universitas Pendidikan Indonesia

PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI. Didin Saripudin Universitas Pendidikan Indonesia PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Didin Saripudin Universitas Pendidikan Indonesia GLOBALISASI GLOBALISASI MENYANGKUT KESADARAN BARU BAHWA DUNIA ADALAH SATU TERMPAT TINGGAL. GLOBALISASI DISEBUTKAN PULA SEBAGAI

Lebih terperinci

JAUH PA D A P E R G U R UAN

JAUH PA D A P E R G U R UAN 133 B A B I X P E N D I D I K A N JARAK JAUH PA D A P E R G U R UAN T I N G G I A. P R O G R A M P E N D I D I K A N T I N G G I J A R A K J A U H Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 107/U/2001

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap orang, terutama warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang

Lebih terperinci

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL I ndonesia merupakan salah satu Negara yanga mempunyai jumlah perguruan tinggi terbanyak di dunia, baik negeri maupun swasta. Jenis program studi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa, melalui pendidikan lahir sumberdaya manusia terdidik yang berkualitas serta bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.

Lebih terperinci

Kebijakan Nasional Pendidikan Tinggi Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Prof. Mohamad Nasir

Kebijakan Nasional Pendidikan Tinggi Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Prof. Mohamad Nasir Kebijakan Nasional Pendidikan Tinggi Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Prof. Mohamad Nasir MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Bali, 2 Februari 2018 1 Era Disrupsi Teknologi Revolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka sumber belajar dengan mudah diakses di seluruh pelosok tanah air kapan

BAB I PENDAHULUAN. beraneka sumber belajar dengan mudah diakses di seluruh pelosok tanah air kapan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini terutama internet telah memasuki seluruh aspek kebutuhan umat manusia terutama dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat pesat, terutama teknologi internet mempengaruhi semua aspek kehidupan. Kebutuhan akan suatu konsep

Lebih terperinci

e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Outline Definisi E-learning Konsep e-learning

e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Outline Definisi E-learning Konsep e-learning 1 2 3 4 e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Outline Definisi e-learning Konsep e-learning E-learning framework Komponen e-learning Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 1 BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 A. Sekilas Tentang Kurikulum 2013 Sebelum membahas mengenai penilaian dalam Kurikulum 2013, sebaiknya kita pahami dulu tentang latar belakang, arah, dan tujuan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Pengguna Internet Indonesia

Grafik 1.1 Pengguna Internet Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan yang edukatif. Proses pembelajaran yang berkualitas tidak

Lebih terperinci

fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007

fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007 fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa tujuan Pendirian Negara Republik Indonesia antara lain adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BLENDED- E LEARNING SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI. RAVIK KARSIDI Rektor UNS Guru Besar Sosiologi Pendidikan

BLENDED- E LEARNING SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI. RAVIK KARSIDI Rektor UNS Guru Besar Sosiologi Pendidikan BLENDED- E LEARNING SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI RAVIK KARSIDI Rektor UNS Guru Besar Sosiologi Pendidikan Disampaikan dalam Seminar Nasional Dies Natalis Ke-12 Pascasarjana

Lebih terperinci

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS SISTEM BELAJAR MENGAJAR ON-LINE Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

PANDUAN ONLINE PENGAJUAN PROPOSAL PEMBUKAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JARAK JAUH BAGI PROGRAM DIPLOMA DAN SARJANA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

PANDUAN ONLINE PENGAJUAN PROPOSAL PEMBUKAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JARAK JAUH BAGI PROGRAM DIPLOMA DAN SARJANA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 1 PANDUAN ONLINE PENGAJUAN PROPOSAL PEMBUKAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JARAK JAUH BAGI PROGRAM DIPLOMA DAN SARJANA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INDONESIA 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Telkom University. Sumber : diakses pada tanggal 3 September 2014

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Telkom University. Sumber :  diakses pada tanggal 3 September 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Telkom University Telkom University didirikan pada tanggal 14 Agustus 2013 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) I b M PEMBELAJARAN MULTIMEDIA DIGITAL ANIMATOR 3D PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Candra Irawan, M.Kom (0628057201) Agus Winarno, M.Kom (0631017101)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak terelakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada

Lebih terperinci

MANFAAT TIK DALAM PEMBELAJARAN. Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah TIP. Dosen Pengampu : Agus Susilo, S.Pd M.Pd

MANFAAT TIK DALAM PEMBELAJARAN. Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah TIP. Dosen Pengampu : Agus Susilo, S.Pd M.Pd MANFAAT TIK DALAM PEMBELAJARAN Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah TIP Dosen Pengampu : Agus Susilo, S.Pd M.Pd Disusun Oleh: Nama NIM : DIAN KARTIKA : A.210.110.076 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI 3.1. Kekuatan 1. STMIK AMIKOM YOGYAKARTA saat ini telah meraih 6 penghargaan dalam bidang penelitian bertaraf internasional, yang dapat meningkatkan reputasi STMIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dihasilkan melalui pendidikan.dalam proses pendidikan pula, manusia. belajar dari, tentang, dan dengan tehnologi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dan dihasilkan melalui pendidikan.dalam proses pendidikan pula, manusia. belajar dari, tentang, dan dengan tehnologi itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana utama untuk memperoleh,menerapakan dan mengembangkan ipteks. Pendidikan termasuk kegiatan pembelajaran dan penanaman nilai-nilai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS TERBUKA (UT)

IV. GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS TERBUKA (UT) 40 IV. GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS TERBUKA (UT) 4.1. Sejarah Dan Perkembangan Universitas Terbuka (UT) Pendirian Universitas Terbuka pada tahun 1984 yang dikukuhkan melalui Keppres Nomor 41 Tahun 1984. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan formal mempunyai proses bimbingan yang terencana dan sistematis mengacu pada kurikulum. Kurikulum merupakan unsur yang siknifikan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Pengembangan inovasi inherent yang dilakukan oleh Ditjen Dikti hingga tahun 2008 belum sepenuhnya menyentuh seluruh perguruan tinggi yang ada di

Pengembangan inovasi inherent yang dilakukan oleh Ditjen Dikti hingga tahun 2008 belum sepenuhnya menyentuh seluruh perguruan tinggi yang ada di 1 PE DAHULUA Latar Belakang Indonesian Higher Education etwork (Inherent) merupakan inovasi teknologi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi atau information and communication technology

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Universitas Terbuka 1. Lokasi Penelitian Universitas Terbuka (UT) berkedudukan di Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang Tangerang Selatan. 2. Sejarah Singkat

Lebih terperinci

Variasi Proses Pembelajaran melalui Penerapan E-learning

Variasi Proses Pembelajaran melalui Penerapan E-learning Variasi Proses Pembelajaran melalui Penerapan E-learning Marfuatun, M.Si Jurdik Kimia FMIPA UNY A. Pendahuluan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan

Lebih terperinci

Repositori Institusi di Perguruan Tinggi. Kania Aranda Rendy Indriyanto

Repositori Institusi di Perguruan Tinggi. Kania Aranda Rendy Indriyanto Repositori Institusi di Perguruan Tinggi Kania Aranda Rendy Indriyanto Repositori Institusi? Repositori Institusi adalah sebuah wadah penyimpanan dan pengelolaan informasi berbentuk digital untuk memperoleh,

Lebih terperinci

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG PERPUSTAKAAN TINGKAT PENGELOLA

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG PERPUSTAKAAN TINGKAT PENGELOLA 1 PEDOMAN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG PERPUSTAKAAN TINGKAT PENGELOLA DIREKTORAT KARIR DAN KOMPETENSI SDM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Magister Teknik Elektro, Dr. Tubagus Maulana Kusuma, SKom.,MEng.Sc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Magister Teknik Elektro, Dr. Tubagus Maulana Kusuma, SKom.,MEng.Sc. KATA PENGANTAR Dalam era informasi ini, tantangan yang dihadapi Program Magister Teknik Elektro, Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Program Magister Teknik

Lebih terperinci

MODEL SEKOLAH DAN KELAS DIGITAL MASA DEPAN. Novi Eko Prasetyo Ikip Budi Utomo Malang

MODEL SEKOLAH DAN KELAS DIGITAL MASA DEPAN. Novi Eko Prasetyo Ikip Budi Utomo Malang MODEL SEKOLAH DAN KELAS DIGITAL MASA DEPAN Novi Eko Prasetyo Ikip Budi Utomo Malang email: enopi79@gmail.com ABSTRAK Perkembangan teknologi secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap dunia pendidikan.

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGY (ICT) PADA LEVEL PENDIDIKAN DASAR

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGY (ICT) PADA LEVEL PENDIDIKAN DASAR PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGY (ICT) PADA LEVEL PENDIDIKAN DASAR Disampaikan dalam Festival dan anugerah e-pendidikan 2009 oleh Pustekom Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology) telah membawa perubahan pada dunia pendidikan. Saat ini terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media

Lebih terperinci

VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG

VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN 2014 2018 TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG A. PENDAHULUAN Dalam UURI No. 12/2012 tentang Perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia telah ditetapkan melalui Masterplan Pendidikan Riau 2020, di mana sektor pendidikan

Lebih terperinci

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era komunikasi interaktif merupakan salah satu bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era komunikasi interaktif merupakan salah satu bentuk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era komunikasi interaktif merupakan salah satu bentuk dari perkembangan teknologi. Era komunikasi interaktif ini kemudian semakin berkembang pesat sejak kehadiran internet.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Informasi merupakan satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karena dengan adanya informasi kita dapat mengambil keputusan secara tepat. Informasi berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional pada jenjang pascasarjana dbidang intertidisiplin diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. internasional pada jenjang pascasarjana dbidang intertidisiplin diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk menghasilkan mahasiswa yang berkualitas dan mempunyai daya saing internasional pada jenjang pascasarjana dbidang intertidisiplin diperlukan kegiatan akademis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

PENDIDIKAN VOKASI BERKELANJUTAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PENDIDIKAN VOKASI BERKELANJUTAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENDIDIKAN VOKASI BERKELANJUTAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL Dasar Hukum UU No. 23 Tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membawa dampak bagi segala aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan membawa persaingan yang semakin

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Bab 1. Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Pembangunan pendidikan tinggi sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945 merupakan bagian tugas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Perguruan tinggi

Lebih terperinci

Oleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana Oleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana Disampaikan sebagai Keynote Speech dalam SENASTEK II tahun 2015 di Denpasar Visi Kemenristek 2015-2019 Terwujudnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

I M P L I K A S I T E K N O L O G I INFORMASI DAN KOMUNIKASI D A L A M P E N D I D I K A N

I M P L I K A S I T E K N O L O G I INFORMASI DAN KOMUNIKASI D A L A M P E N D I D I K A N I M P L I K A S I T E K N O L O G I INFORMASI DAN KOMUNIKASI D A L A M P E N D I D I K A N munir@upi.edu PENGANTAR Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum kegiatan belajar mengajar harus dilakukan hanya dalam ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan kelas sambil sesekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akuntansi yang sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan akuntansi mempunyai kualitas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat beberapa tahun terakhir menjadi perhatian berbagai pihak. Arus informasi begitu cepat berubah sehingga

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1. Identifikasi Permasalahan Identifikasi permasalahan berisikan Isu-isu strategis yaitu isu-isu yang berkaitan dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumbawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dalam proses kehidupan manusia karena dapat meningkatkan kemampuan seseorang secara kualitatif (Up Grading Human Resources).

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN TERBUKA & JARAK JAUH

SISTEM PENDIDIKAN TERBUKA & JARAK JAUH Pelatihan Tutor TTM 2015 PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH Membuka Akses Pendidikan Tinggi bagi Semua Making Higher Education Open to All SISTEM PENDIDIKAN TERBUKA & JARAK JAUH TUJUAN Pada akhir kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 13/I3/PP/2011 Tentang PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING DI INSTITUT

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 13/I3/PP/2011 Tentang PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING DI INSTITUT Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 13/I3/PP/2011 Tentang PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar itu terjadi dalam diri seseorang, yang dipengaruhi oleh latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar itu terjadi dalam diri seseorang, yang dipengaruhi oleh latar belakang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar itu terjadi dalam diri seseorang, yang dipengaruhi oleh latar belakang, kemampuan prasyarat, kondisi fisik, dan pengalaman seseorang, minat dan motivasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat menentukan daya saing antar bangsa. Oleh karena itu sektor pendidikan harus terus ditingkatkan mutunya.

Lebih terperinci

Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme

Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme Pembelajaran Berbasis TIK Disampaikan oleh: Awan Sundiawan pada BIMTEK Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme Ribuan aplikasi baru akan muncul secara online Sumber: http://socialbakers.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pendidikan dan pengajaran, terus berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata dihabiskan di media digital antara lain untuk mengelola website personal

BAB I PENDAHULUAN. ternyata dihabiskan di media digital antara lain untuk mengelola website personal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika Internet sudah menjadi suatu hal yang biasa dan kini bergeser menjadi salah satu kebutuhan masyarakat umum di Indonesia. Para pelaku bisnis pun melihat hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perguruan tinggi dikatakan baik, apabila sarana perguruan tinggi dapat menunjang tujuan utama perguruan tinggi. Salah satu sarana penunjang

Lebih terperinci

VISI, MISI, DAN PROGRAM PRIORITAS SEANDAINYA MENJADI MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

VISI, MISI, DAN PROGRAM PRIORITAS SEANDAINYA MENJADI MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TUGAS UAS MATA KULIAH ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN VISI, MISI, DAN PROGRAM PRIORITAS SEANDAINYA MENJADI MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Dosen Pengampu: Prof. Dr. Aceng Rahmat, M.Pd. Atikah Solihah

Lebih terperinci

2016 STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI E-TRAINING DI PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL REGIONAL I BANDUNG

2016 STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI E-TRAINING DI PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL REGIONAL I BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan tonggak kekuatan suatu bangsa, bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki kualitas pendidikan yang bagus. Seiring berkembangnya zaman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Perubahan yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Perubahan yang cukup besar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade dalam masa pergantian abad saat ini terjadi banyak perubahan yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Perubahan yang cukup besar pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan national bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Merujuk dari tujuan Sisdiknas tersebut maka tujuan pendidikan sekolah dasar

Lebih terperinci

LEARNING MANAGEMENT SYSTEM DOSENJAGA UNTUK MENGELOLA PENDIDIKAN JARAK JAUH. Abstrak

LEARNING MANAGEMENT SYSTEM DOSENJAGA UNTUK MENGELOLA PENDIDIKAN JARAK JAUH. Abstrak LEARNING MANAGEMENT SYSTEM DOSENJAGA UNTUK MENGELOLA PENDIDIKAN JARAK JAUH Dwi Susanto 1, Mochammad Hariadi 2, dan Surya Sumpeno 3 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) 2,3 Teknik Elektro Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan kemajuan teknologi sudah semakin pesat, hal tersebut haruslah sejalan dengan pembaharuan pendidikan. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 pasal

Lebih terperinci

Review Buku : Rozaqul Arif

Review Buku : Rozaqul Arif Review Buku : Rozaqul Arif Judul Buku : Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) Penulis : Rulli Nasrullah Jumlah Halaman : xxix + 296 Tahun : 2014 Penerbit : Kencana Prenadamedia Group Perubahan merupakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TESIS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TESIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (Studi Situs di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi modern menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi peningkatan harkat dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS

HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS Oleh: BAMBANG SUGIRI Q 100 040 112 PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Memasuki era globalisasi yang identik dengan istilah modernisasi, hampir semua aspek kehidupan manusia pada masa kini mengalami berbagai perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 ini dunia pendidikan kita menjadi geger, geger dengan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 ini dunia pendidikan kita menjadi geger, geger dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad 21 ini dunia pendidikan kita menjadi geger, geger dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang menyadari pentingnya pendidikan dalam rangka

Lebih terperinci

Topik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) menjelaskan Visi Pertanian Abad 21

Topik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) menjelaskan Visi Pertanian Abad 21 Topik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) TIK: Setelah mengikuti kuliah ini, anda akan dapat menjelaskan Visi Pertanian Abad 21 Visi Paradigma pembangunan pertanian baru yang

Lebih terperinci

E-learning, Cermin Pendidikan Masa Kini: Siapkah kita? Oleh : Christina Wahyu Cahyani Senin, 13 Pebruari :46

E-learning, Cermin Pendidikan Masa Kini: Siapkah kita? Oleh : Christina Wahyu Cahyani Senin, 13 Pebruari :46 KOPI - Perkembangan teknologi yang semakin canggih kini telah mengubah dunia pendidikan. Pembelajaran yang dulunya menggunakan cara konvensional berangsur-angsur berubah menjadi modern. Penggunaan alat-alat

Lebih terperinci