BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI JUDUL i PRASYARAT GELAR. ii LEMBAR PENGESAHAN... iii UCAPAN TERIMAKASIH.. iv ABSTRAK. viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI.. x DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL.. xiv DAFTAR LAMPIRAN. xv DAFTAR ISTILAH.. xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Manfaat Praktis Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Masalah Ruang Lingkup Objek.. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Tinjauan Pustaka Konsep Penelitian Pelabuhan Pusat Perdagangan Pemerintah Kolonial Belanda Landasan Teori Teori Perkembangan Pelabuhan Teori Struktural Fungsional Teori Perdagangan Internasional Model Penelitian 26 BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian 28 x

2 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Instrumen Penelitian Teknik Pengunpulan Data Studi Pustaka Observasi Wawancara Teknik Analaisis Data Analisis Kualitatif Analasis Kontekstual Analisis Etnoarkeologi Penyajian Hasil Penelitian.. 34 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Identifikasi Lokasi Penelitian Letak Geografis Pelabuhan Sangsit Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sangsit Sejarah Pelabuhan Sangsit Sampai pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sangsit pada abad XIX Tinggalan Arkeologi di Desa Sangsit Pelabuhan Sangsit Kuno Pasar Desa Sangsit Jalan Raya Provinsi Rumah Tinggal (Ex Kantor Syahbandar) Rumah Milik Pedagang Cina. 65 BAB V FAKTOR PENDUKUNG PERKEMBANGAN PELABUHAN SANGSIT PADA MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA Faktor-faktor Pendukung Perkembangan Pelabuhan Sangsit Menjadi Pusat Perdagangan Pada Masa Pemerintah Kolonial Belanda Abad XIX Faktor Geografis Faktor Sosial Ekonomi Faktor Sosial Budaya Faktor Politik. 87 BAB VI PERAN DAN KONTRIBUSI PELABUHAN SANGSIT PADA MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA Peran dan Kontribusi Pelabuhan Sangsit Pada Masa Pemerintah Kolonial Belanda xi

3 6.1.1 Bidang Ekonomi Bidang Politik Bidang Sosial Budaya Pelabuhan Sangsit Pasca Masa Penjajah Kolonial. 122 BAB VII PENUTUP Simpulan Saran. 129 Daftar Pustaka. 131 Lampiran xii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan Model Penelitian Gambar 4.1 Masjid Jami Almunawwarah 56 Gambar 4.2 Pasar Desa Sangsit. 58 Gambar 4.3 Jalan Raya Provinsi (Singaraja-Sangsit-Kubutambahan).. 62 Gamabr 4.4 Kantor Syahbandar berarsiketur fungsionalis 63 Gambar 4.5 Kantor Syahbandar Tampak Samping Kiri 64 Gambar 4.6 Rumah Miliki Pedagang Cina. 66 xiii

5 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Hasil Pertanian Tanaman Pangan Desa Sangsit Tahun Tabel 4.2 Hasil Pertanian Tanaman Holtikultura Desa Sangsit Tahun Tebel 4.3 Hasil Perkebunan Desa Sangsit Tahun Tabel 4.4 Hasil Peternakan Desa Sangsit tahun Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Desa Sangsit Menuru Angkatan Kerja.. 45 Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Buleleng tahun Tabel 5.2 Jumlah Distrik Keresidenan Singaraja Tahun Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Asing yang menetap di Buleleng Tahun Tabel 5.4 Jumlah Penduduk Pribumi nonbali Tahun Tabel 6.1 Tabel Pelayaran Kapal dari Bali ke Pelabuhan Lainnya di Hindia Belanda tahun Tabel 6.2 Perbandingan Ekspor dan Impor Bali Utara ahun Tabel 6.3 Ruas Jalan Penghubung Bali Utara xiv

6 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Informan Lampiran 2. Daftar Wawancara Lampiran 3. Peta Provinsi Bali 137 Lampiran 4. Peta Kabupaten Buleleng 138 Lampiran 5. Peta Kecamatan Sawan Lampiran 6. Peta Desa Sangsit 140 Lampiran 7. Peta Pelabuhan Sangsit Kuno Lampiran 8. Peta Pelabuhan Sangsit Kini 142 xv

7 DAFTAR ISTILAH Subandar Yuridis Art Nouveau Art Deco Hinterland Foreland Traktat Tawan Karang Pumpunan Comparative Advantage Market City : Syahbandar/ kepala pelabuhan. : Aspek hukum dalam suatu wilayah. : Seni rupa modern yang kaya akan ornamen yang identik dengan karakteristik tumbuhan yang berliuk-liuk. : Seni rupa yang didalamnya merupakan gabungan dari beberapa gaya dan gerakan dari awal abad 20, seperti kubisme, art nouveau, dan moderenisme. : Daerah pedalaman pendukung perkembangan pelabuhan (penghasil barang dagangan dari pertanian dan perkebunan). : Daerah depan/luar (pesisir pantai). : Perjanjian antarnegara baik dalam hal perjanjian persahabatan ataupun perjanjian perdamaian. : Hak istimewa yang dimiliki raja-raja di Bali untuk merampas dan menguasai kapal yang terdampar di seluruh pesisir Bali. : Tempat berhimpun/ tempa berkumpul. : Keunggulan relatif suatu barang dalam perdagangan internasonal yang diukur berdasarkan rasio nilai tukar suatu barang terhadap barang lain. : Kota perdagangan. Tangkad Keramat Bulakan : Sekumpulan batu karang yang membentuk suatu gugusan yang berfungsi untuk pemecah ombak. : Sebuah tempat (seperti sumur) yang berfungsi untuk tempat penampungan air. Malignant Cattarhal : Penyakit ingusan pada sapi. Fever Cultuurstelsel : Sistem Tanam Paksa Kontrolir : Pengawas Pemerintah Hindia Belanda yang kedudukannya di bawah Asisten Residen. xvi

8 ABSTRAK Pada abad X Pelabuhan Sangsit sudah berperan sebagai pelabuhan dagang, hal tersebut berdasarkan pada hasil penelitian Balai Arkeologi tahun 1998 berupa temuan keramik yang berasal dari Dinasti Sung (abad X-XIII) dan Dinasti Ming (abad XVI- XVIII). Berfungsinya Pelabuhan Sangsit membuka peluang bagi para pedagang baik lokal maupun asing untuk mencari penghidupan yang lebih baik, dan menjadikan Pelabuhan Sangsit menjadi daerah urban yang heterogen. Pada masa Pemerintah Kolonial Belanda, berpotensi melakukan perdagangan ekspor impor yang didukung dengan beberapa faktor menjadikan Pelabuhan Sangsit sebagai pusat perdagangan abad XIX di Bali. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor pendukung perkembangan serta peranan Pelabuhan Sangsit pada masa Pemerintah Kolonial Belanda abad XIX. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan pelabuhan, teori perdagangan internasional, dan teori struktural fungsional. Penelitian yang bersifat kualitatif ini menggunakan metode pengumpulan data seperti studi pustaka, observasi dan wawancara. Hasil yang diperoleh adalah faktor-faktor pendukung perkembangan Pelabuhan Sangsit yang menjadikan Pelabuhan Sangsit sebagai pusat perdagangan di Bali abad XIX, yakni faktor Gegrafis, faktor sosial ekonomi, faktor sosial budaya, dan faktor politik, melalui faktor tersebut dapat diketahui kontribusi yang diberikan Pelabuhan Sangsit untuk masyarakat khususnya di Bali dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. (Kata Kunci: Pelabuhan Sangsit, Faktor Perkembangan, Kolonial Belanda, Pusat Perdagangan, Peran). viii

9 ABSTRACT In the 10 th century, Sangsit Harbor had been functioned as a trading harbor. It is based on the research done by archaeology Center in 1998, in the form of ceramic findings dated from Sung Dynasty (10 th -13 th century) and Ming Dynasty (16 th -18 th ). Sangsit Harbor gave opportunities for both local and foreign trader to seek a better life and made it heterogeneous urban areas. During the Dutch Government, the Harbor Sangsit had ability to do import and export trade that was support by several factors and made it became the center of trading in 19 th century in Bali. This study aims to identify development factors and the role of the Harbor Sangsit during the Dutch Colonial Government to the 19 th century. The theories used in this research are port development theory, international trade theory, and the theory of structural-functional. This qualitative research using data collection methods such as literature study, observation, and interviews. The results obtained are factors of development of the Harbor Sangsit that made it as trading center in Bali. In 19 th century these factors are factor of geographic, socio economic, culture, and politic. Through these factors, the contributions of Harbor Sangsit for the society could be known. The contribution are in the fields of economic, politic, and socioculture. (Keywords: Sangsit Harbor, Development Factor, Dutch Colonial, Trading Center, Role). ix

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buleleng adalah salah satu kabupaten di Bali yang kaya dengan tinggalan arkeologi, hampir menyamai Kabupaten Gianyar. Mulai tahun 1954 Buleleng mendapat perhatian dalam penelitian, karena terus ditemukan data baru baik dalam ekskavasi maupun survei. Pada tahun 1954 Goris telah melakukan penelitian terhadap prasasti Bali Kuno yang ada di Buleleng dan sekitarnya (Goris, 1954; Bagus, 2010: ). Banyaknya temuan tinggalan arkeologi di Bali Utara membuktikan Bali Utara berperan penting pada masa lalu. Tinggalan arkeologi yang ditemukan bukan saja produk lokal, dicurigai pula berasal dari luar seperti temuan keramik, gerabah, beberapa tipe seni arca yang jarang ditemukan di Bali Selatan (Geria, 2002: 399). Data tentang perdagangan di Bali selain terdapat dalam prasasti-prasasti juga terdapat pada bangunan-bangunan pelinggih yang antara lain disebut dengan Ratu Ayu Subandar, Ratu Ngurah Subandar, dan Ratu Ulang Alu yang ditemukan pada beberapa pura di Bali, seperti pada teras IV Pura Besakih di bagian barat terdapat pelinggih Ida Ratu Ayu Subandar, Ida Ratu Ulang Alu, Pelinggih Ratu Subandar, dan pelinggih Ratu Ulang Alu yang didedikasikan untuk pemujaan atau memuliakan Dewa perdagangan (Suarbhawa, 2010: ). Pada uraian di atas telah disebutkan kata subandar atau syahbandar, yang merupakan bahasa Persia yang berarti raja 1

11 2 atau kepala pelabuhan, dan dapat disimpulkan bahwa perdagangan di Bali tidak hanya dilakukan di pasar, namun juga dilakukan di pelabuhan. Pelabuhan kuno di Bali telah diidentifikasi bersamaan dengan penelitian benda arkeologis seperti gerabah, keramik, dan prasasti-prasasti Bali Kuno. Berdasarkan yang dilakukan di Desa Sembiran mengindikasikan bahwa pelabuhan tertua di Bali yakni terdapat di Desa Sembiran Kecamatan Tejakula. Temuan yang berhasil ditemukan berupa gerabah rolet (rolet merupakan pola hias lingkar pada gerabah karena dihasilkan oleh roda pemutarnya yang berasal dari India dan diperkirakan dibuat sekitar 200 SM dan sudah ada di Bali atau Indonesia pada awal masehi). Pelabuhan kuna selanjutnya berdasarkan Prasasti (Prasasti Blanjong 835 Saka/913 M) yakni Pelabuhan yang terletak di Blanjong Sanur. Hasil penelitian prasasti yang telah diteliti terdapat pada Prasasti no 353 Sawan/Bila AI yang berangka tahun 945 Saka (1023 M), Prasasti no 409 Sembiran AIV bertahun 987 Saka (1065 M), isi prasasti tersebut menerangkan bahwa terdapat pelabuhan yang cukup penting dalam perdagangan maritim di Pesisir Buleleng, yaitu Pelabuhan Manasa. Pelabuhan ini tidak saja untuk kepentingan para pedagang dari seluruh Nusantara, seperti dari Bugis, Jawa, dan Madura namun juga sama pentingnya bagi para pedagang asing seperti dari India dan Cina, hal ini dibuktikan dengan tinggalan-tinggalan arkeologi yang telah ditemukan, yakni berupa keramik yang berasal dari Dinasti Sung (abad X-XIII), dan Dinasti Ming (abad XVI-XVIII). Keramik dari dahulu sampai sekarang mempunyai fungsi sebagai wadah kubur, sebagai bekal kubur, sebagai penghias bangunan, sebagai perlengkapan upacara

12 3 perkawinan, sebagai batu nisan sebagai perabot rumah tangga, sebagai barang dagangan, alat tukar, dan hadiah. Keberadaan keramik asing ini menunjukkan bahwa salah satu bukti bahwa Bali sudah mengadakan hubungan dengan orang asing memalui perdagangan lalu lintas laut dengan pelabuhan sebagai sarananya (Bagus, 2009:147). Orang Belanda pertama kali datang ke Bali tahun 1597 dalam rangka menjalin hubungan persahabatan, namun setelah menemukan adanya perdagangan budak dan opium/candu yang dilakukan di Pesisir Pantai Utara Bali mengakibatkan Belanda berusaha untuk memonopoli perdagangan yang sangat menguntungkan ini, sehingga tujuan kedatangan Belanda ke Bali mulai berlanjut pada taraf perdagangan dan akhirnya sampai kepada perbuatan traktat dalam upaya mengikat raja-raja di Bali sebagaimana tercermin dalam perjanjian penghapusan tawan karang (Agung, 1989:5). Keikutsertaan Raja Buleleng mengadakan kontrak dengan pemerintah Belanda, maka secara yuridis Belanda berhak atas wilayah Buleleng, tetapi secara de facto kerajaan Buleleng tetap tidak mau tunduk terhadap Belanda. Kemudian dari pihak Belanda kembali mengadakan perjanjian, khusus mengenai hukum tawan karang pada tanggal 8 Mei 1843 sebagai penegasan terhadap perjanjian tahun 1841, tetapi Raja Buleleng tetap bersikeras mempertahankan hukum tersebut. Melihat tindakan Raja Buleleng tersebut, Pemerintah Kolonial Belanda melakukan ekspedisi militernya pada tahun 1846 dan 1849, sehingga pada tahun 1849 Buleleng telah berhasil ditaklukkan oleh Belanda (Partama, 1992:9).

13 4 Pada tahun 1850 Belanda mulai menata pemerintahannya di Buleleng dengan menempatkan seorang Controllir van Bloeman Waanders di Singaraja. Birokrasi Pemerintah Kolonial bekerjasama dengan para bangsawan Bali keturunan penguasa tradisional untuk diberi wewenang memunguti pajak dan upeti dari penduduk dan petani. Juga ditetapkan tertib pemerintahan wilayah-wilayah dengan membentuk distrik-distrik yang masih dipimpin punggawa-punggawa rezim lama (Satrodiwiryo, 2007:10). Kebijaksanaan politik yang dilakukan Pemerintah Kolonial Belanda adalah untuk menguasai dalam bidang ekonomi sehingga berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat Buleleng. Kota pelabuhan dan dagang yang disandang Buleleng sebagai akibat kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda, secara perlahan menjadikan Pelabuhan Sangsit berkontribusi besar pada pola pikir masyarakat Buleleng yang menunjukkan kemajuan seperti dalam hal perdagangan, serta bersikap dinamis dan terbuka kepada para pendatang. Pemerintah Belanda menetapkan daerah Singaraja dengan ketujuh pelabuhannya yakni Pelabuhan Pengastulan, Pelabuhan Temukus, Pelabuhan Anturan, Pelabuhan Sangsit, Pelabuhan Buleleng, Pelabuhan Kubu Kelod, dan Pelabuhan Lirang mulai dikembangkan sehingga akan menarik para pedagang untuk mengadakan perdagangan di Bali Utara, tapi kenyataannya hanya tiga pelabuhan yang terkenal setelah menyusutnya jumlah pedagang di Pelabuhan Kuta di Bali Selatan yaitu Pelabuhan Buleleng, Pelabuhan Sangsit, dan Pelabuhan Temukus. Perdagangan yang ada di Kuta setelah tahun 1849 mengalami kemerosotan, otomatis

14 5 para pedagang yang pada mulanya mengadakan perdagangan di Pelabuhan Kuta secara perlahan pindah ke daerah Singaraja yang kemudian menjadi pusat perdagangan di Bali. Pada tahun 1850 Pemerintah Kolonial Belanda mulai melakukan usaha-usaha perbaikan terhadap Pelabuhan Buleleng, Pelabuhan Sangsit, dan Pelabuhan Temukus, karena tiga pelabuhan inilah yang paling pesat perkembangannya, dibanding dengan empat pelabuhan lainnya, sehingga pada tahun 1860 ketiga pelabuhan ini ditetapkan oleh Pemerintah Belanda sebagai pusat perdagangan di Bali (Pratiwi, 1993:53). Upaya Belanda lainnya untuk meramaikan tiga pelabuhan di Buleleng maka Pemerintah Kolonial Belanda melakukan pembangunan jalan darat dari Singaraja- Seririt, Singaraja-Tabanan-Denpasar, Singaraja-Jembrana, Singaraja-Seririt-Pupuan- Tabanan-Denpasar, dan Singaraja-Sangsit-Kubutambahan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat dipahami bahwa setelah jatuhnya Buleleng ke tangan Kolonial Belanda, banyak sekali perubahan yang terjadi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik. Upaya Pemerintah Kolonial Belanda dalam hal menunjang perekonomian yakni diantaranya perluasan pelabuhan yang ada di Buleleng yakni Pelabuhan Sangsit, Pelabuhan Buleleng, dan Pelabuhan Temukus mengakibatkan berpindahnya pusat perdagangan Bali dari Bali Selatan ke Bali Utara pada tahun 1849 dan hal ini juga menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, dan penanaman modal asing di Bali Utara.

15 6 Pelabuhan Sangsit merupakan salah satu pelabuhan yang ada di Pantai Utara Pulau Bali, sampai saat ini cukup ramai didatangi oleh perahu maupun kapal dari luar seperti Madura, Sulawesi, dan Lombok. Keeksistensian Pelabuhan Sangsit sudah ada pada masa Bali Kuno, ini bisa dibuktikan dalam beberapa penelitian prasasti Bali kuno yang telah dilakukan, seperti Prasasti no 353 Sawan /Bila AI yang berangka tahun 945 Saka (1023 M) yang dikeluarkan oleh Raja Marakata, dan Prasasti no 409 Sembiran AIV bertahun 987 Saka (1065 M) yang dikeluarkan Raja Anak Wungsu (Bagus, 2010: ). Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Manasa merupakan wilayah penting dalam kegiatan perdagangan di Bali Utara, dan berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Arkeologi Denpasar tahun 1994 dan 1998 mengenai Situs Sangsit menyatakan bahwa dari beberapa pelabuhan yang ada, mengindikasikan Pelabuhan Sangsit sekarang merupakan Pelabuhan Manasa pada masa Bali Kuno. Sebelum kedatangan Belanda ke Bali Utara, keadaan perekonomian sudah menunjukkan perkembangan dengan hadirnya pendatang dari Cina, Eropa, Jawa, Madura, Bugis, dan Timur Tengah. Penggunaan mata uang juga telah digunakan sebagai alat tukar yang muncul karena ada kebutuhan akan benda-benda yang dapat dihitung untuk tujuan tukar menukar secara tidak langsung (Nastiti, 2003:99). Keadaan berubah saat Belanda berkuasa dan menerapkan sistem pemerintahan baru, khusus dalam hal perekonomian Belanda menjadikan Bali Utara sebagai pusat perdagangan Internasional. Mengandalkan 7 Pelabuhan walaupun hanya 3 yang berperan secara maksimal, Belanda menjadikan Bali Utara sebagai perdagangan

16 7 terbuka bagi orang-orang asing yang ingin berdagang. Keadaaan perekonomian seperti ini dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan swasta asing untuk membuat perkebunan kopi dan kelapa karena kedua tanaman ini memiliki umur panjang dan memiliki nilai ekonomis tinggi jika diekspor. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pelabuhan Sangsit pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda karena Pelabuhan Sangsit difungsikan sebagai pusat perdagangan di Bali pada abad XIX, dan hingga saat ini belum ada kajian khusus tentang Pelabuhan Sangsit sebagai pusat perdagangan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda abad XIX. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka muncullah permasalahan yang dibahas lebih lanjut, dan masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Faktor apa yang menyebabkan Pelabuhan Sangsit mampu berkembang sebagai pusat perdagangan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda abad XIX di Bali? 2. Bagaimana peran dan kontribusi Pelabuhan Sangsit pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda abad XIX? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan itu dapat diuraikan sebagai berikut.

17 Tujuan Umum Berdasarkan tujuan ilmu arkeologi yakni: 1) merekonstruksi sejarah kebudayaan masa lampau, 2) merekonstruksi cara-cara hidup manusia pada masa lampau dan 3) merekonstruksi proses budaya masa lampau (Setyadhi, 2011: 10), maka dalam penelitian ini mengungkapkan 3 tujuan ilmu arkeologi yang telah disebutkan di atas. Tujuan tersebut diantaranya merekonstruksi sejarah kebudayaan manusia masa lampau. Penulis berusaha untuk mengungkap dan merekonstruksi perihal sejarah Pelabuhan Sangsit sebagai pelabuhan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan perdagangan di Pesisir Bali Utara masa Pemerintahan Kolonial Belanda abad XIX. Tujuan berikutnya dalam penelitian ini yakni merekonstruksi cara-cara hidup manusia pada masa lampau. Penulis berusaha untuk mengungkap tentang caracara kehidupan masyarakat Desa Sangsit yang turut berperan dalam mengembangkan kegiatan perdagangan di Pelabuhan Sangsit, sehingga membantu Pelabuhan Sangsit berkembang sebagai pusat perdagangan pada abad XIX di Bali pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Tujuan berikutnya adalah merekonstruksi proses kebudayaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Desa Sangsit, yang mengakibatkan keheterogenitasan serta munculnya budaya baru dalam masyarakat Sangsit masa lampau yang berlanjut sampai saat ini.

18 Tujuan Khusus Tujuan Khusus penelitian ini untuk menjawab suatu permasalahan yang telah dirumuskan dengan mengungkapkan faktor-faktor pendukung dalam perkembangan Pelabuhan Sangsit menjadi pusat perdagangan terpenting pada masa Pemerintah Kolonial Belanda abad XIX di Bali, serta menjelaskan tentang peranan dan kontribusi Pelabuhan Sangsit di Bali pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda abad XIX. 1.4 Manfaat Penelitian yakni: Penulis berharap dengan melakukan penelitian ini dapat memberikan manfaat, Manfaat teoretis Manfaat teoretis dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi para akademisi secara ilmiah dalam ilmu arkeologi yang menyangkut kajian tentang perdagangan di pelabuhan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda, terkait dengan sejarah perkembangan, faktor-faktor pendukung perkembangan pelabuhan-pelabuhan di Bali serta peran dan kontribusi pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda abad XIX. Selain itu diharapkan pula dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan refrensi bagi penelitian berikutnya Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat awam terkait dengan sejarah perkembangan Pelabuhan Sangsit, sehingga untuk kedepannya diharapkan

19 10 masyarakat dapat menjaga dan mempertahankan fungsi Pelabuhan Sangsit. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait, agar pemerintah setempat mampu memberikan perhatian lebih terhadap benda-benda cagar budaya sehingga tetap terjaga dalam era globalisasi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Suatu penelitian diperlukan adanya batasan-batasan, ini diperlukan agar hasil yang didapat sesuai dengan rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam bab berikutnya, dan menjaga pembahasan agar tidak menyimpang terlalu jauh Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup ini dibatasi oleh judul, yaitu tentang Pelabuhan Sangsit Sebagai Pusat Perdagangan pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda di Kabupaten Buleleng Abad XIX yang mengarah pada pengungkapan faktor perkembangan Pelabuhan Sangsit sebagai pusat perdagangan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda, serta peran dan kontribusi Pelabuhan Sangsit dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya masyarakat Desa Sangsit Ruang Lingkup Objek Ruang lingkup objek penelitian, meliputi Pelabuhan Sangsit Kuno yang terletak di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Data yang menunjukkan Pelabuhan Sangsit Kuno, yakni rumah-rumah Cina, Ex Kantor Syahbandar, Pasar Desa Sangsit, dan Jalan Raya Provinsi.

Pelabuhan Sangsit Sebagai Pusat Perdagangan pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda di Kabupaten Buleleng Abad XIX

Pelabuhan Sangsit Sebagai Pusat Perdagangan pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda di Kabupaten Buleleng Abad XIX Pelabuhan Sangsit Sebagai Pusat Perdagangan pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda di Kabupaten Buleleng Abad XIX Ayi Rizki Ramadani 1*, I Gusti Ngurah Tara Wiguna 2, Zuraidah 3 [123] Program Studi Arkeologi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN POLITIK TAWAN KARANG PADA MASA KERAJAAN BALI KUNO DAN KOLONIAL BELANDA. Komang Ayu Suwindiatrini

KEBIJAKAN POLITIK TAWAN KARANG PADA MASA KERAJAAN BALI KUNO DAN KOLONIAL BELANDA. Komang Ayu Suwindiatrini 1 KEBIJAKAN POLITIK TAWAN KARANG PADA MASA KERAJAAN BALI KUNO DAN KOLONIAL BELANDA Komang Ayu Suwindiatrini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract Tawan karang was more

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasasti adalah suatu putusan resmi yang di dalamnya memuat sajak untuk memuji raja, atas karunia yang diberikan kepada bawahannya, agar hak tersebut sah dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim PARADIGMA KEMARITIMAN DAK JEJAK SEJARAH KEMARITIMAN YANG TERHAPUS 1. Aditya Ramadinata 1601552010 2. Dewi Fitrianingsi 160155201017 3. Friska Emelia Tindaon 160155201015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Hal tersebut memiliki makna bahwa negara Indonesia berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses yang menunjukan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Strategi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak terjadi perubahan dalam kehidupan, kehidupan yang berlangsung di dunia bersifat dinamis. Namun, kita dapat mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. b. c. bahwa dengan Peraturan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN ~ GRAHAILMU DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN BAB2 Arsitektur Cina Akhir Abad Ke-19 di Pasuruan Denah, Bentuk, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat menunjukkan identitas bangsa. Pencarian akar budaya di masa lampau dan upaya perlindungan atasnya merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari kegiatan perekonomian, salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai penggerak perekonomian, tetapi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berkembang. xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berkembang. xii INTISARI KOTA PELABUHAN AMBON 1817-1865: STUDI TENTANG PERKEMBANGAN KOTA PELABUHAN Perkembangan kota pelabuhan Ambon pada tahun 1817 sampai tahun 1865, ditentukan oleh faktor-faktor internal dari kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak lahirnya orde baru sampai sekarang ini, kita perlu memperhatikan pokok-pokok pikiran yang mendasari

Lebih terperinci

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

Sejarah Sosial & Politik Indonesia. Sejarah Sosial & Politik Indonesia Sejarah Ina Modern * Ricklefs: sejarah tertulis dimulai prasasti Yupa, Kutai 400M *3 unsur fundamental sbg kesatuan historis Budaya & agama: Islamisasi Ina 1300 M Unsur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 07 Tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan. Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jeruk Pada Desa Gunung Bau Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Nama : Anak Agung Irfan Alitawan NIM : 1306105136 Abstrak Sektor Pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam. 148 BAB V KESIMPULAN Penelitian mengenai temuan gerabah pada suatu situs arkeologi dapat menjawab berbagai macam hal tentang kehidupan manusia di masa lampau. Gerabah cukup populer didapati pada situs-situs

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor pertanian. Sampai saat ini,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

POTENSI SITUS GILIMANUK SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA SKRIPSI. Oleh. Fera Dwi Yanti NIM

POTENSI SITUS GILIMANUK SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA SKRIPSI. Oleh. Fera Dwi Yanti NIM POTENSI SITUS GILIMANUK SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA SKRIPSI Oleh Fera Dwi Yanti NIM 060210302142 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

BUPATI DONGGALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA,

BUPATI DONGGALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA, BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut terbesar di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pertambangan khususnya tambang batu bara dinegara Indonesia sangat pesat pertumbuhannya seiring dengan permintaan pasar dunia akan kebutuhan batu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Ida Bagus Surya Mahayana.NIM.1417151017. Perencanaan Jalur Sepeda Sebagai Tujuan Wisata Desa di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Pembimbing I: Ir. Ida Ayu Mayun, M.P. Pembimbing II: Ir. Anak

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan sebagai pengawet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31 km² dan berjarak

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian lahirnya

I. PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian lahirnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara kepulauan tentu memiliki wilayah perairan yang sangat luas. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan 1.2 Lokasi Kegiatan 1.3 Bidang Kegiatan 1.4 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan 1.2 Lokasi Kegiatan 1.3 Bidang Kegiatan 1.4 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan Pengembangan Taraf Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan, Kesehatan, dan Peningkatan Produktivitas di Desa Pemuteran. 1.2 Lokasi Kegiatan Kuliah Kerja

Lebih terperinci

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bali merupakan sebuah pulau kesatuan wilayah dari Pemerintah Propinsi yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota madya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya alih fungsi ruang hijau menjadi ruang terbangun, merupakan sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua Kabupaten Kota di Indonesia.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 1 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG PERHUBUNGAN LAUT DI KOTA AMBON

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 1 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG PERHUBUNGAN LAUT DI KOTA AMBON PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 1 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG PERHUBUNGAN LAUT DI KOTA AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penduduk Sibolga mulai meningkat jumlahnya ketika Pemerintah Jepang

BAB V PENUTUP. Penduduk Sibolga mulai meningkat jumlahnya ketika Pemerintah Jepang 144 BAB V PENUTUP Penduduk Sibolga mulai meningkat jumlahnya ketika Pemerintah Jepang datang menguasai daerah perdagangan, kerana letaknya yang begitu strategis diwilayah pantai barat Sumatra, serta adanya

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BUPATI WAKIL BUPATI SEKRETARIS DAERAH ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN BAGIAN ADMINISTRASI SUMBER DAYA ALAM BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

BUPATI WAKIL BUPATI SEKRETARIS DAERAH ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN BAGIAN ADMINISTRASI SUMBER DAYA ALAM BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH NOMOR : 13 TAHUN 2008 TANGGAL : 8 MEI 2008 STRUKTUR ORGANISASI DAERAH BUPATI WAKIL BUPATI STAF AHLI : 1. EKONOMI DAN PEMBANGUNAN 2. HUKUM DAN POLITIK. 3. PEMERINTAHAN SEKRETARIS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG 1 NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata sudah merupakan bagian penting dari kebutuhan manusia. Pariwisata sendiri sebenarnya adalah sebuah kegiatan rekreasi atau liburan yang mana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Setiap kali mendengar nama Pulau Bali, yang langsung terlintas di kepala

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Setiap kali mendengar nama Pulau Bali, yang langsung terlintas di kepala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaung Pulau Bali sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia sangat terdengar jelas. Setiap kali mendengar nama Pulau Bali, yang langsung terlintas di kepala setiap

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kajian Pustaka F. Historiografi yang Relevan...

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kajian Pustaka F. Historiografi yang Relevan... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Yunani kuno tidak diragukan lagi merupakan salah satu peradaban paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Dari daerah yang terletak di ujung semenanjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009 91 BAB 5 KESIMPULAN Pada masa Jawa Kuno, raja merupakan pemegang kekuasaan dan otoritas tertinggi dalam pemerintahan. Seorang raja mendapatkan gelarnya berdasarkan hak waris yang sifatnya turun-temurun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

PERANAN RELIGI DALAM PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS (Berdasarkan Data Prasasti) Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi Program Studi Arkeologi.

PERANAN RELIGI DALAM PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS (Berdasarkan Data Prasasti) Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi Program Studi Arkeologi. 1 PERANAN RELIGI DALAM PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS (Berdasarkan Data Prasasti) Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi Program Studi Arkeologi Abstrak Most of the inscriptions issued by the kings of ancient Bali

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki wilayah laut yang sangat luas maka salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan adalah angkutan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar kota di Negara Indonesia tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir. Setiap fenomena kekotaan yang berkembang pada kawasan ini memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang; rumusan masalah; tujuan; serta metodologi penelitian penyusunan landasan konsepsual Museum Nelayan Tradisional Bali di Kabupaten Klungkung.

Lebih terperinci

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya berupa perairan. Nenek moyang bangsa Indonesia juga pada mulanya bermigrasi dari daratan China Selatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 821 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN SERANG DITERBITKAN OLEH BAGIAN ORGANISASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci