SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN NAMA : HERMAN SIMANJUNTAK NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN NAMA : HERMAN SIMANJUNTAK NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN"

Transkripsi

1 PRODUKSI GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON BUATAN BAPAK ALBERT HUTAGALUNG DI DESA LUMBAN BARINGIN KECAMATAN SIPOHOLON KABUPATEN TAPANULI UTARA: KAJIAN TERHADAP TEKNIK PEMBUATAN DAN PEMASARAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : HERMAN SIMANJUNTAK NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

2 PRODUKSI GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON BUATAN BAPAK ALBERT HUTAGALUNG DI DESA LUMBAN BARINGIN KECAMATAN SIPOHOLON KABUPATEN TAPANULI UTARA : KAJIAN TERHADAP TEKNIK PEMBUATAN DAN PEMASARAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : HERMAN SIMANJUNTAK NIM : Pembimbing I Pembimbing II Drs. Fadlin, M.A. Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si NIP NIP Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Seni Di Departemen Etnomusikologi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

3 PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan Pada Tanggal : Hari : Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan, Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP Panitia Ujian: Tanda Tangan 1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. ( ) 2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. ( ) 3.Drs. Kumalo Tarigan, M.A. ( ) 4. Drs. Fadlin, M.A. ( ) 5. Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si ( )

4 ABSTRAKSI Penelitian ini akan membicarakan tentang PRODUKSI GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON BUATAN BAPAK ALBERT HUTAGALUNG DI DESA LUMBAN BARINGIN KECAMATAN SIPOHOLON KABUPATEN TAPANULI UTARA : KAJIAN TERHADAP TEKNIK PEMBUATAN DAN PEMASARAN. Sering disebut dengan gitar Sipoholon, adalah salah satu jenis gitar yang diproduksi di daerah kecamatan Sipoholon dan merupakan produk asli buatan daerah tersebut. Gitar ini mulai diproduksi sekitar tahun 1930-an oleh Alm. Bapak Karal Hutagalung, dan sekarang telah diturunkan kepada generasi kedua yang juga merupakan anak kandungnya sendiri yaitu bapak Albert Hutagalung. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang produksi gitar tersebut yang diantaranya menyangkut tentang sejarah asal mulanya gitar diproduksi, tekhnik pembuatan, proses pemasaran gitar, dan hal-hal lainnya yang terkait dengan gitar sipoholon akan dibahas di dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dengan penelitian lapangan secara langsung dan melakukan observasi dan dibagi dalam tahapan penentuan pokok permasalahan, melakukan pengamatan secara langsung, penentuan informan pangkal, informan kunci dan dengan tekhnik pengumpulan data dengan wawancara dengan narasumber, rekaman audiovisual, foto-foto dan studi kepustakaan yang tentunya relevan dengan topik penelitian ini. Adapun hasil yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana teknik pembuatan gitar Sipoholon yang menariknya berbeda dengan beberapa jenis gitar lainnya yang sudah ada dan hal hal mengenai pemasaran gitar tersebut. iv

5 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi yang berjudul PRODUKSI GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON BUATAN BAPAK ALBERT HUTAGALUNG DI DESA LUMBAN BARINGIN KECAMATAN SIPOHOLON KABUPATEN TAPANULI UTARA : KAJIAN TERHADAP TEKNIK PEMBUATAN DAN PEMASARAN ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni S-1 pada Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak U. Simanjuntak dan Ibu M.br.Panjaitan yang telah membesarkan penulis dengan kasih sayang dan bersusah payah membiayai, mendoakan, dan mendukung serta memberikan semangat yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Tak lupa juga kepada saudara-saudara penulis yang tersayang abangku Hardi Simanjuntak dan adikku Henny Simanjuntak yang selalu memberi dorongan, semangat dan masukkan sebagai inspirasi dalam penulisan ini. Terima kasih kepada Ketua Departemen Etnomusikologi Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. dan Dra. Heristina Dewi M.PD selaku Sekretaris Departemen Etnomusikologi yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam administrasi serta registrasi perkuliahan dalam menyelesaikan tugas akhir penulis. v

6 Terima kasih kepada Bapak Drs. Fadlin, M.A. selaku dosen pembimbing I dan Drs.Setia Dermawan, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukkan yang berguna dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih Kepada Bapak dr. Drs. Syahron Lubis. MA selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan tak lupa kepada ibu Audri yang juga telah banyak membantu proses administrasi di kantor jurusan, serta kepada seluruh staf pengajar jurusan Etnomusikologi penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan yang diberikan, sehingga memperluas wawasan penulis dalam ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh informan diantaranya Bapak Albert Hutagalung dan keluarga sebagai informan kunci, Abang Ranto Hutagalung, Bapauda saya sendiri B.Simanjuntak dan keluarga penulis mengucapkan banyak terima kasih karena banyak membantu dalam penelitian yang saya jalani selama ini, Bapak Edison Hutauruk, Bapak Amudi Tobing S.Sn.M.Hum. Ucapan terima kasih kepada semua sahabat-sahabat seperjuangan 09 baik yang sudah Sarjana maupun yang sedang menyusun dan menyusul, yang menjadi tempat saling berkeluh kesah dan memberikan masukan, gagasan, ide, dorongan beserta semangat dalam menyelesaikan tulisan ini. Juga kepada teman satu atap rumah saya Yonathan Sirait yang menjadi teman saling bertukar pikiran dalam banyak hal dan juga kepada Vachiona Napitu. Terimakasih juga banyak buat abang-abang alumni terkhusus buat abang saya Henry Situmeang S.Sn yang banyak membantu saya selama penelitian dan juga memberikan masukan untuk penyempurnaan tulisan ini. Tidak lupa saya vi

7 mengucapkan terimakasih kepada Ikatan Mahasiswa Enomusikologi, semoga semakin sukses ke depannya bagi seluruh mahasiswanya dan juga semua teman teman dari berbagai stambuk. Mungkin tidak semua bisa saya sebutkan, tetapi hanya bisa mengucapkan terimakasih untuk seluruh keluarga besar saya, teman bermain, abang, adik, dan semua handai taulan yang telah mendukung untuk bisa menyelesaikan tulisan ini. Penulis menyadari tulisan ini masih belum dapat dikatakan sempurna, oleh sebab itu penulis juga masih tetap mengharapkan segala masukkan dan saransaran yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian sehingga lebih mengarah kepada kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu Etnomusikologi. Akhirnya, penulis berharap tulisan ini dapat berguna dan menambah pengetahuan serta informasi baru bagi seluruh pembaca. Medan, April 2014 Penulis Herman Simanjuntak vii

8 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pokok Permasalahan Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Konsep dan Teori Konsep Teori Lokasi Penelitian Metode dan Teknik Penelitian Studi Kepustakaan Penelitian Lapangan Wawancara Kerja Laboratorium BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 2.1 Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Taput Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara Lokasi Penelitian Pola Perkampungan dan Letak Rumah Penduduk, Sistem Bahasa, dan Mata Pencaharian Sistem Kekerabatan Sistem Kepercayaan Sistem Kesenian BAB III TEKNIK PEMBUATAN GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON 3.1 Sejarah Singkat Mengenai Gitar Pengenalan Bagian Gitar Klasifikasi Sach dan Hornbostel Asal Mula Pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon Biografi Bapak Albert Hutagalung Teknik Pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon Bahan Baku Yang Digunakan Kayu Lem Perekat Dempul Kayu dan Besi Cat Thinner Melamin Kayu Kertas Pasir Campuran Oli Bahan-Bahan Lainnya Peralatan Yang Digunakan viii

9 Ketam Gergaji Karenda Tuhil-Tuhil Penggaris/Meteran Kikir Matras/Mal Kompresor Bor Peralatan-Peralatan Lainnya Teknik Pembuatan Gitar Pengolahan Bahan Baku Kayu Pembuatan Bagian Badan (Body) Bagian Samping Gitar Bagian Depan Gitar Pembuatan Lubang Suara Bagian Belakang Gitar Pembuatan Jembatan (Bridge) Penggabungan Bagian Leher dan Badan Membuat Lubang di Bagian Kepala (Head) Membentuk Bagian Ujung Kepala Pembuatan dan Pengukuran Posisi Fret Mengoleskan Cat Dasar Pada Freetboard Proses Pendempulan Pengecatan Tahap Akhir BAB IV PEMASARAN GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON 4.1 Gambaran Umum Tentang Pemasaran Produk Gitar Bona Pasogit Harga Gitar Promosi Produk Gitar Saluran Distribusi Pengelolaan Gitar Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha BAB V PENUTUP 5.1 Rangkuman Kesimpulan Saran DAFTAR GAMBAR Peta 1. Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Peta 2. Wilayah Kecamatan Sipoholon Gambar 1. Chittara atau Khittara Gambar 2. Guitare Latina Gambar 3. Guitare Morisca Gambar 4. Al ud Gambar 5. Evolusi Tanbur...35 Gambar 6. Guitare Morisca ix

10 Gambar 7. Gitar Klasik/Standart Gambar 8. Gitar Elektrik Gambar 9. Pembagian alat musik dawai berdasarkan bentuknya 40 Gambar 10. Pohon Kayu Jalutung Gambar 11. Kayu Antuang yang sudah diolah Gambar 12 Lem merek fok dan Lem kayu Gambar 13. Dempul Kayu Gambar 14. Cat Oker Hitam Gambar 15. Thinner Gambar 16. Impra Gambar 17. Kertas Pasir Gambar 18. Campuran Oli Gambar 19. Bahan Lainnya, Rosette (Hiasan) Gambar 20. Mesin Ketam dan Ketam Kuku Gambar 21. Gergaji Listrik dan Manual Gambar 22. Karenda Gambar 23. Tuhil-Tuhil Gambar 24. Meteran Gambar 25. Kikir Gambar 26. Matras/Mal Gambar 27. Mesin Kompresor Gambar 28. Bor Gambar 29. Kampak Kayu Gambar 30. Martil Gambar 31. Tang Potong Gambar 32. Gunting Gambar 33. Obeng Gambar 34. Kuas Gambar 35. Kayu/Papan Perekat Gambar 36. Kuas Kecil Gambar 37. Proses Pengikisan Gambar 38. Kayu Sebelum Dikikis Gambar 39. Kayu Setelah Dikikis Gambar 40. Pengeleman Gambar 41. Memasukkan Kayu Gambar 42. Bilahan Kayu Gambar 43. Memasukkan Bilahan Gambar 44. Mengeluarkan Bilahan Gambar 45. Menggambar Pola Gambar 46. Memotong Pola Gambar 47. Menghaluskan Kayu Gambar 48. Penjemuran Bagian Rangka Gambar 49. Wadah Gitar Gambar 50. Proses Pengukuran Gambar 51. Pengeleman Gambar 52. Menggambar Bentuk Gambar 53. Penjepitan Gambar 54. Pengeringan x

11 Gambar 55. Memotong Pola Gambar 56. Bagian Depan Gitar Gambar 57. Menandai Lubang (1) Gambar 58. Mengikis Lubang (1) Gambar 59. Menandai Lubang (2) Gambar 60. Mengikis Lubang (2) Gambar 61. Mencungkil Lubang Gambar 62. Hasil Akhir (1) Gambar 63. Hasil Akhir (2) Gambar 64. Membentuk Jembatan Gambar 65. Membuat Posisi Saddle Gambar 66. Hasil Akhir (Jembatan) Gambar 67. Bagian Leher Tampak Depan, Belakang, Samping Gambar 68. Pemasangan Freetboard Gambar 69. Proses Pengeringan Gambar 70. Menarik Bagian Leher Gambar 71. Pengetaman Bagian Depan Gambar 72. Pengetaman Bagian Belakang Gambar 73. Pengetaman Bagian Freetboard Gambar 74. Pengetaman Bagian Samping Gambar 75. Pengikiran Bagian Badan Gambar 76. Pengikiran Bagian Leher Gambar 77. Pengikiran Bagian Heel Gambar 78. Pengikiran Bagian Samping Gambar 79. Membelah Bagian Heel Gambar 80. Memasukkan Kayu Gambar 81. Mengebor Bagian Kepala Gambar 82. Bagian Kepala Gambar 83. Membentuk Dengan Pisau Gambar 84. Membentuk Dengan Gergaji Gambar 85. Meletakkan Matras Gambar 86 Membuat Tanda Gambar 87 Membuat Garis Gambar 88 Menggergaji Gambar 89 Hasil Akhir Gambar 90 Menggosok Freetboard Gambar 91 Setelah Digosok (Freetboard) Gambar 92 Mengoleskan Cat Gambar 93 Menghaluskan Body Gambar 94 Mendempul Bagian Depan Gambar 95 Mendempul Bagian Belakang Gambar 96 Mendempul Bagian Samping Gambar 97 Setelah Didempul (1) Gambar 98 Setelah Didempul (2) Gambar 99 Gitar Setelah Dicat Gambar 100 Lambang Gitar Bona Pasogit Gambar 101 Bagian Jembatan (Bridge) Gitar Gambar 102 Daftar Pemesanan xi

12 Gambar 103 Plakat Gitar Bona Pasogit Tabel Pembuatan Gitar Bona Pasogit LAMPIRAN DAFTAR INFORMAN DAFTAR PUSTAKA xii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah musik dikenal berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike atau musike techne, Hardjana (1983:6-7). Menurut mitologi Antique Yunani, musik merupakan hadiah dewa Appolon dan Muse. Dalam bahasa Yunani mousike berarti muse, yang artinya seni atau ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh para Muses yaitu sembilan dewi yang merupakan anak anak dari dewa Zeus yang setiap Muses mewakili satu bidang seni atau ilmu pengetahuan. Pada umumnya para dewi digambarkan sebagai wanita yang cantik yang menguasai musik instrumen tertentu. Instrumen merupakan suatu hasil karya cipta manusia untuk dapat menciptakan suatu benda yang dapat menghasikan suara atau bunyi. Instrumen juga diciptakan untuk dapat menghasilkan ciri khas tersendiri dan dapat menirukan suara atau instrumen yang telah ada sebelumnya. Menurut sejarahnya, instrumen pada awalnya dibuat dari benda-benda di sekitar yang mudah ditemukan seperti kerang atau kulit-kulit binatang dan juga bagian tanaman. Seiring berkembangnya zaman alat musik berevolusi dengan munculnya berbagai macam variasi dan kualitas bahan yang semakin diperhatikan. Hampir semua yang terdapat di alam telah digunakan oleh setidaknya satu budaya untuk membuat alat musik. Instrumen dibuat bahkan dari bentuk, gaya dan juga menggunakan bahan-bahan yang tentunya berbeda-beda. 1

14 Dari abad-keabad, dapat dilihat bahwa segala instrumen tidak terlepas dari perkembangan sejarah dan asal mulanya instrumen tersebut bersangkut paut dengan sejarah musik dalam bentuk gaya atau corak. Perkembangan zaman juga menuntun pada perkembangan alat musik itu juga. Gitar adalah salah satu jenis alat musik petik yang memiliki enam buah senar. Bahkan ada pula yang juga memiliki tujuh, delapan ataupun dua belas senar. Dalam ilmu organologi alat musik, gitar digolongkan ke dalam klasifikasi golongan chordophone 1 dan disebut sebagai long neck lute 2 yaitu alat musik yang mempunyai leher yang panjang. Termasuk salah satu jenis alat musik harmonis yang artinya bisa digunakan untuk membentuk chord 3 untuk mengiringi sebuah lagu dan gitar juga merupakan instrumen yang sangat menarik untuk dibicarakan termasuk persebarannya. Instrumen ini adalah salah satu instrumen yang paling populer dari zaman dulu hingga bahkan sampai saat ini di berbagai belahan dunia. Hampir semua kawasan pusat peradaban manusia, alat musik petik mirip gitar senantiasa ada. Pada abad ke-11, di Eropa mulai bermunculan jenis-jenis instrumen petik mirip gitar. Desainnya diyakini diperoleh dari alat-alat musik yang ada di Asia salah satunya adalah gittern. Selama dua abad lebih, gittern berkembang menjadi berbagai bentuk dengan nama-nama baru yang mirip, semisal quitarra, guiterre, gitarer, dan gitar. Memasuki abad ke-15, mulai berkembang instrumen petik lain yang bernama lute, yang bentuknya seperti gitar namun dengan bentuk tubuh seperti buah pir dengan course yang lebih banyak. Memasuki abad ke-17 hingga 1 Salah satu klasifikasi jenis alat musik yang proses menghasilkan bunyinya berasal dari getaran senar atau dawai. 2 Lute adalah salah satu alat musik yang berdawai mirip gitar dengan bentuk tubuh menyerupai buah pir dibelah dua. Amat populer di Eropa sejak abad pertengahan hingga abad ke-18. Merupakan keturunan dari alat musik ud di Timur Tengah. Lute kemudian mengalami evolusi menjadi alat-alat musik berdawai lainnya seperti vihuela dan gitar. 3 Kesatuan bunyi dalam musik yang mengandung tiga not atau lebih. 2

15 18, popularitas gitar seakan terhenti. Sedikit sekali musisi atau komposer yang memperhatikan gitar. Kendati begitu, gitar terus berkembang. Bahkan ada yang makin mirip desainnya dengan gitar modern (Jubing, 2007 : 33). Hingga menjelang abad ke-20 desain gitar di Eropa tidaklah seragam. Masing-masing gitaris bisa saja memainkan jenis gitar yang berbeda dari gitaris lainnya. Antonio Torres Jurado ( ) adalah pembuat gitar dari Spanyol yang menemukan standar anatomi gitar (dimensi, rangka, panjang dawai, dan sebagainya) yang mampu menghasilkan kualitas suara secara maksimal, sekaligus nyaman dimainkan. Kini, kendati pembuat gitar punya kekhasan masing-masing ada patokan tertentu dalam desain gitar modern yang berpegang pada desain Torres (Jubing, 2007 : 34). Pembuatan instrumen dawai atau senar salah satunya termasuk gitar adalah usaha yang sudah lama dilakukan. Luthier adalah istilah yang digunakan untuk pembuat gitar. Awalnya istilah ini hanya dipakai untuk pembuat gitar klasik. Namun kini digunakan pula untuk para pembuat gitar dari jenis apa pun, termasuk alat-alat musik lain yang memakai dawai dan fret. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini gitar banyak diproduksi dengan berbagai jenis, bentuk, merek 4 (brand) dan harga oleh 4 Beberapa contoh produk gitar ternama sekarang ini yang berasal dari luar Indonesia yaitu Ibanez, Yamaha, ESP (Jepang), PRS, Carvin, Peavey, Fender, Gibson, Hammer (USA), Samick (Korea Selatan) dan beberapa merek lainnya. Ada juga beberapa merek gitar produk lokal di antaranya adalah Rick Hanes (Sidoarjo, Jawa Timur), Genta (Bandung, Jawa Barat), Mahogani (Brastagi, Sumatera Utara), Bona Pasogit (Sipoholon, Sumatera Utara) dan beberapa merek lainnya. (dikutip dari berbagai sumber online). 3

16 produsen pembuatnya yang tentunya semakin menambah pilihan bagi konsumen yang hendak memilikinya sesuai dengan jenis dan kualitas yang diinginkannya. Gitar klasik, Gitar flamenco, Folk-akustik, Akustik-elektrik (electro-acoustic), Elektrik (solid-body) adalah beberapa jenis gitar yang umum dipakai saat ini. Selain itu ada juga aneka varian gitar lainnya seperti Gitar 12 senar, akustik maupun elektrik, Gitar 2 leher atau double-neck, Gitar resonator, dan Gitar sunyi atau silent guitar. Gitar Bona Pasogit Sipoholon atau yang lebih sering disebut dengan gitar Sipoholon adalah salah satu jenis gitar yang diproduksi di daerah Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara dan merupakan produk asli buatan daerah tersebut. Gitar ini mulai diproduksi sekitar tahun 1940-an oleh Alm Bpk.Karal Hutagalung 5 dan sampai sekarang proses pembuatannya sudah diturunkannya kepada generasi selanjutnya yang tak lain kepada anaknya sendiri. Gitar ini juga telah mendapat trademark (merekdagang) yang resmi dan legal dengan nama Gitar Bona Pasogit dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada tahun Alm. Bpk Karal Hutagalung adalah seorang luthier yang pertama kali membuat Gitar Bona Pasogit Sipoholon Ini. Kini usahanya telah diteruskan kepada anaknya sendiri sampai saat ini. Dia meninggal dunia pada tanggal 04 Desember Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung. 4

17 Gitar ini menurut wawancara saya dengan Bpk.Albert Hutagalung 7, dari dulu hingga sampai saat ini proses pembuatannya dilakukan secara manual. Yaitu dengan keuletan tangan (handmade) dan dikerjakan dengan peralatan yang sangat sederhana dan tentunya mungkin berbeda di dalam proses pembuatan, bahan bahan yang digunakan, dan juga peralatan yang digunakan dengan beberapa jenis gitar lain yang sudah ada sebelumnya yang diproduksi di dalam maupun luar negeri. Bahkan dulunya Alm. Bpk. Karal Hutagalung berupaya menciptakan sebuah alat sejenis gergaji listrik yang bisa membantu untuk mempermudah proses pengerjaan gitar tersebut. Kurangnya modal dan perhatian pemerintah daerah setempat menjadi kendala di dalam penyediaan alat atau mesin teknologi yang canggih untuk proses produksi gitar tersebut sampai saat ini. Tetapi itu tidak lantas membuat usaha ini tidak berkembang tetapi justru sebaliknya. Dengan bahan bahan dasar kayu yang berkualitas dan dengan teknik pembuatan, serta alat alat yang sederhana yang digunakan dapat menghasilkan produk gitar yang tak kalah kualitasnya dengan jenis gitar lainnya. Indikasinya terlihat dari banyaknya permintaan pembeli untuk gitar tersebut. Gitar ini sudah dijual ke berbagai wilayah, baik itu di daerah sekitar Tapanuli Utara yang menjadi sentra produksinya, ataupun di luar daerah di beberapa kawasan Sumatera Utara, luar provinsi, bahkan permintaan pernah hingga sampai ke luar negeri. Biasanya gitar ini diproduksi tergantung dari permintaan. Artinya apabila ada yang memesan maka akan dibuat sesuai dengan jumlah pesanan yang datang. Semua gitar yang sudah selesai akan dipajang dalam 7 Bapak Albert Hutagalung adalah salah seorang anak dari Alm. Bapak Karal Hutagalung yang meneruskan dan mewarisi usaha pembuatan Gitar Bona Pasogit ini. Dia termasuk generasi pertama yang meneruskan usaha pembuatan gitar ini. 5

18 sebuah ruangan menunggu pemilik yang telah membelinya datang untuk mengambil ataupun mungkin juga akan dikirim langsung kepada pemiliknya. Tulisan ini akan dimaksudkan untuk mendeskripsikan mengenai produksi Gitar Bona Pasogit 8 Sipoholon menyangkut tentang teknik pembuatan dan sistem pemasarannya. Mengenai teknik pembuatan akan dideskripsikan mengenai proses dan cara pembuatannya yang menyangkut teknik pembuatan, bahan serta alat yang digunakan dan beberapa hal terkait yang menyangkut mengenai teknik pembuatannya. Menarik untuk dibicarakan karena pembuatannya masih menggunakan cara yang sangat sederhana dengan keuletan tangan (handmade) dan dibantu menggunakan peralatan yang sederhana juga. Sedangkan mengenai pemasarannya akan mengulas tentang sistem pemasaran yang menyangkut tentang produksi, faktor faktor yang mempengaruhi permintaan kepada gitar tersebut. proses pemasaran dan pangsa pasar yang menjadi tujuan pembuat gitar dalam hal ini adalah Bpk. Albert Hutagalung. Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, saya memilih judul untuk penelitian ini yaitu: Produksi Gitar Bona Pasogit Sipoholon Buatan Bapak Albert Hutagalung di Desa Lumban Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara: Kajian Terhadap Teknik Pembuatan dan Pemasaran. 1.2 Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan di dalam tulisan ini adalah: 8 Bona Pasogit adalah bahasa Batak yang artinya dalam Bahasa Indonesia adalah kampung halaman. 6

19 1. Bagaimana teknik pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon yang dilakukan oleh bapak Albert Hutagalung. 2. Bagaimana pemasaran produk Gitar Bona Pasogit Sipoholon buatan bapak Albert Hutagalung. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Sesuai dengan pembatasan pokok permasalahan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1 Untuk mengetahui tentang teknik pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon buatan bapak Albert Hutagalung. 2. Untuk mengetahui pemasaran produk Gitar Bona Pasogit Sipoholon buatan bapak Albert Hutagalung Manfaat Penelitian 1. Menambah informasi dan pengetahuan tentang salah satu dari sekian banyak aset kebudayaan yang masih dimiliki daerah Sumatera Utara yaitu salah satunya Gitar Bona Pasogit Sipoholon. 2. Sebagai suatu upaya untuk memberikan masukan bagi masyarakat umum untuk lebih mengenal produk gitar tersebut, dan juga khususnya kepada pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan salah satu kebudayaan daerah ini untuk dapat tetap bertahan, semakin berkembang, dan dapat dilestarikan. 7

20 3. Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi bahan informasi sebagai gambaran materi dasar bagi penelitian selanjutnya. 1.4 Konsep dan Teori Konsep Produksi dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam pengertian luas produksi adalah segala usaha untuk menambah atau mempertinggi nilai atau faedah dari sesuatu barang. Sedangkan dalam arti sempit produksi adalah segala usaha dan aktivitas untuk menciptakan suatu barang atau mengubah bentuk suatu barang menjadi barang lain (Abdullah, 1992: 4; 38). Jadi yang dimaksud dengan produksi dalam tulisan ini adalah proses pembuatan atau menciptakan suatu barang dalam hal ini gitar Bona Pasogit Sipoholon tersebut yang tentu saja menjadi sebuah produk gitar baru dan tentunya sudah memiliki trademark (merek dagang) yang tersendiri. Kajian adalah mempelajari, memeriksa, menyelidiki suatu hal atau objek yang sudah ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995). Dalam tulisan ini yang menjadi objek kajian adalah mengenai teknik pembuatan serta pemasaran gitar tersebut. Teknik adalah metode atau sistem di dalam mengerjakan sesuatu, sedangkan pembuatan adalah proses atau cara yang dilakukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online). Yang dimaksud dengan teknik pembuatan dalam tulisan ini adalah metode atau cara dalam membuat atau menghasilkan produk gitar tersebut yang tentunya dilakukan dengan handmade dan mungkin berbeda dengan proses pembuatan gitar dengan bantuan mesin dan teknologi. Teknik dalam tulisan ini 8

21 juga membicarakan tentang pedoman dasar, cara, langkah langkah atau kerangka kerja yang dipakai untuk menghasilkan gitar dalam hal ini produk gitar Bona Pasogit. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana baik individu maupun kelompok yang terlibat dalam proses tersebut memperoleh produk atau jasa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk atau jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 1997). Yang menjadi fokus dan yang dimaksud dengan pemasaran dalam tulisan ini adalah bagaimana produksi, sistem pemasaran produk gitar tersebut kepada setiap pembeli (konsumen) yang tentunya berhubungan dengan target pemasarannya atau pangsa pasar yang menjadi tujuan produk gitar tersebut. Faktor faktor yang mempengaruhi sehingga permintaan oleh konsumen terjadi, dan memilih menggunakan gitar tersebut dibandingkan beberapa jenis gitar lainnya yang memiliki merek (trademark) yang mempunyai nama serta penawaran produk yang dilakukan oleh pembuat gitar tersebut dalam hal ini Bapak Albert Hutagalung selaku pemilik usaha tersebut juga akan menjadi objek kajian di dalam tulisan ini Teori Studi etnomusikologi adalah studi yang bukan hanya sebagai studi musik dari aspek oralnya, akan tetapi juga dari aspek sosial, kultural, psikologi, dan estetikanya pula. Ada setidaknya enam wilayah penyelidikan yang menjadi perhatian dan salah satunya adalah mengenai budaya material musik. Dalam tulisan ini untuk membahas mengenai pendeskripsian alat musik, penulis mengacu 9

22 pada teori yang dikemukakan oleh Kashimo Shususmu yaitu Measuring and Ilustrating Musical Instrument. (Pendekatan yang mendasar untuk membahas mengenai budaya material instrumen musik yaitu pendekatan secara struktural dan fungsional) dalam Laporan Asia Performing Traditional Art (AFTA), 1978:174 terjemahan Rizaldi Siagian. Studi Struktural berkaitan dengan pengamatan (Observasi), pengukuran, perekaman atau pencatatan bentuk, ukuran besar kecil konstruksi, serta bahanbahan yang dipakai untuk pembuatan alat musik tersebut. Kemudian studi fungsional memperhatikan fungsi dari alat-alat atau komponen yang memproduksi (menghasilkan suara) antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara (loudness) bunyi, nada, warna nada, dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Dalam tulisan ini mengenai proses dan teknik pembuatan gitar tersebut akan memakai pendekatan secara struktural. Proses menghasilkan atau menciptakan alat musik membutuhkan kecermatan serta keuletan mulai dari pemilihan bahan sampai finishing. Setiap alat musik mempunyai cara pembuatan yang berbeda-beda, mulai dari bahan baku yang digunakan, serta tingkat kesulitan pada saat proses pengerjaannya. Menurut Williams (1986: 1), proses pembuatan alat musik gitar akustik di mulai dari pemilihan bahan baku, peralatan yang digunakan, cara memproduksi, sistem pelarasan hingga finishing. Menurut Pearson dan Webster ( 1956 ), penggunaan kayu sebagai bahan baku pembuatan alat musik telah dikenal sejak 2500 SM. Hal ini disebabkan karena kayu memiliki karakter unik dan cocok untuk dijadikan bahan baku 10

23 pembuatan khususnya alat musik berdawai, karena kemampuan kayu untuk memancarkan suara melalui getaran ( Kollmann dan Cote, 1958 ). Menurut Brown ( 1952 ), persyaratan kayu sebagai bahan baku adalah jenis kayu yang memiliki perbandingan elastisitas ( kelenturan ) yang tinggi terhadap masa jenis atau kerapatannya. Namun demikian, kekuatannya sangat penting karena dapat mempengaruhi suara yang dihasilkan. Kayu dengan kualitas tinggi diperlukan untuk menghasilkan suara yang baik. Peralatan digunakan untuk memudahkan pengerjaan, dan dalam membuat instrumen musik diperlukan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis bahan yang akan digunakan. Peralatan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap lama tidaknya proses pembuatan dan baik tidaknya kualitas sebuah instrumen. Untuk cara memproduksi hingga tahap akhir berkaitan dengan langkah langkah beserta teknik yang digunakan selama berlangsungnya proses pembuatan alat musik tersebut. Sedangkan sistem pelarasan sendiri merupakan kegiatan menentukan frekuensi nada yang akan digunakan pada instrumen musik tersebut. Dalam penelitian etnomusikologi ada dua pendekatan yang digunakan baik itu pendekatan emik ataupun pendekatan etik. Pendekatan emik mendasarkan pada ukuran-ukuran, kriteria dan paradigma dari sisi masyarakat pemilik musik atau kebudayaan. Sedangkan pendekatan etik menekankan pada ukuran, kriteria dan paradigma dari sisi peneliti. Dalam pendekatan emik peneliti tidak membuat ukuran-ukuran maupun kriteria kriteria sendiri dalam mengamati fenomena kebudayaan, tetapi berusaha menangkap bahasa ataupun kebudayaan masyarakat itu dengan ukuran dan kriteria pemilik bahasa ataupun kebudayaan masyarakat tertentu yang diteliti. 11

24 Pendekatan secara emik digunakan di dalam tulisan ini untuk melengkapi teori tersebut yang akan melihat gambaran dari objek yang menjadi kajian mengenai teknik pembuatan dalam tulisan ini. Selain mengenai deskripsi tentang instrumen musik, masih ada sejumlah masalah-masalah analisis lain yang menjadi sasaran penelitian mengenai budaya material musik. Salah satunya menurut Alan P.Merriam dalam buku berjudul Etnomusikologi: Defenisi dan Perkembangannya terjemahan dari Santosa dan Rizaldi Siagian dengan editor Rahayu Supangga menjelaskan bahwa nilai ekonomi instrumen juga penting untuk menjadi sasaran kajian yang mencakup budaya material musik. Dalam buku tersebut Alan P.Merriam memberikan sebuah pemahaman yaitu sebagai berikut: Nilai ekonomi instrumen juga penting. Mungkin ada beberapa spesialis yang mencari nafkah dari membuat instrumen. Apakah ada atau tidak spesialis di sana, proses pembuatan instrumen jelas melibatkan waktu ekonomis pembuatnya. Instrumen dapat dijual dan dibeli, dapat dipesan; di dalam keadaan apa pun, produksinya adalah bagian dari kegiatan ekonomi di dalam masyarakat luas. Instrumen mungkin dianggap sebagai lambang kekayaan, mungkin dimiliki oleh perorangan; pemilikannya mungkin diakui secara individual akan tetapi untuk kepentingan praktis diabaikan; atau mereka mungkin menjadi lambang kekayaan suku bangsa atau desa tertentu (1992:116). Menurut Kotler (2008 : 48), bauran pemasaran adalah seperangkat taktik pemasaran yang dapat dikontrol meliputi produk, harga, tempat, dan promosi yang dipadukan perusahaan untuk menciptakan respon dari target marketnya. 12

25 Bauran pemasaran juga dikenal dengan 4P. Menurut Kotler & Amstrong, 4P didefinisikan: 1. Produk (Product) Produk adalah kombinasi benda atau jasa dari perusahaan yang ditawarkan ke target pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk secara luas meliputi desain, merek, hak paten, positioning, dan pengembangan produk baru 2. Harga (Price) Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga juga merupakan pesan yang menunjukkan bagaimana suatu brand memposisikan dirinya di pasar. 3. Distribusi (Place) Distribusi meliputi aktivitas perusahaan dalam membuat produknya tersedia di target pasar. Strategi pemilihan tempat meliputi transportasi, pergudangan, pengaturan persediaan, dan cara pemesanan bagi konsumen. 4. Promosi (Promotion) Promosi adalah aktivitas perusahaan untuk mengkomunikasikan produk dan jasanya dan mempengaruhi target konsumen untuk membeli. Kegiatan promosi antara lain, iklan, personal selling, promosi penjualan, dan public relation. Dalam hal pemasaran, tulisan ini akan berpedoman kepada teori pemasaran secara umum (Philip Kotler,1997). Dijelaskan bahwa setidaknya ada beberapa konsep inti mengenai pemasaran antara lain yaitu: (1) Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan. Kebutuhan adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Sedangkan Keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kepuasan tersebut. Permintaan 13

26 adalah keinginan akan suatu produk yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan membelinya. (2) Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. (3) Nilai, Biaya dan Kepuasan. Nilai adalah perkiraan konsumen tentang kemampuan total suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Biaya adalah sesuatu yang harus disertakan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan. Kepuasan adalah hasil yang didapat setelah memilih atau menggunakan produk tersebut (4) Pertukaran, Transaksi dan Hubungan. Pertukaran adalah cara untuk mendapatkan produk. Transaksi adalah pertukar nilai antara suatu pihak. Hubungan adalah membangun sebuah jaringan dengan pembeli. (5) Pasar, Pemasaran, dan Pemasar. Pasar adalah semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu. Mengenai pemasaran telah dijelaskan di bagian konsep dalam tulisan ini. Pemasar adalah orang yang mencari sumber daya dari orang lain dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu. Mengenai konsep inti dari pemasaran ini akan dilihat dari perilaku pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) yang dijelaskan secara deskripsi. Tulisan ini akan menjelaskan mengenai mengapa timbulnya kebutuhan, keinginan, dan permintaan kepada gitar tersebut yang dipengaruhi juga oleh produk (merek). Mengenai nilai, biaya, dan kepuasan akan dijelaskan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga memilih untuk membeli produk gitar tersebut. Akhirnya 14

27 akan terjadi hubungan timbal balik antara pembeli dan penjual. Proses pertukaran, transaksi dan hubungan yang dilakukan akan dijelaskan juga dalam tulisan ini. Mengenai pasar, pemasaran, dan pemasar akan dilihat dari sisi pembuat atau penjual gitar tersebut dalam hal ini Bapak Albert Hutagalung. 1.5 Lokasi Penelitian Adapun tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah di desa Lumban Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara tepatnya dalam sebuah gudang bengkel milik bapak Albert Hutagalung yang juga berdekatan dengan kediaman beliau dimana proses produksi gitar tersebut dikerjakan. Untuk mendukung informasi mengenai gitar tersebut penulis juga mengumpulkan sejumlah data dan informasi dari orang orang yang tentunya mengetahui tentang gitar tersebut diantaranya masyarakat setempat, para pekerja yang membantu produksi gitar tersebut, seniman yang mengetahui tentang gitar tersebut, dan tentunya para pembeli atau konsumen yang telah memakai gitar tersebut. 1.6 Metode dan Teknik Penelitian Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu semua hal yang menjadi objek penelitian digambarkan, diringkaskan, dan menarik segala aspek yang didapat dari hasil penelitiaan tersebut untuk dianalisis secara deskriptif. Menurut Sugiyono (2005:1) Metode Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan 15

28 secara trianggulasi (gabungan), analisa data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna generalisasi. Dalam melakukan penelitian ini, saya melakukan beberapa tahapan antara lain: Studi Kepustakaan Sebelum melakukan penelitian lapangan ke lokasi objek penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan studi pustaka yang tujuannya untuk mencari sebanyak mungkin data dan informasi yang tentunya relevan dengan objek yang menjadi bahan kajian di dalam tulisan ini nantinya. Penulis mengumpulkan berbagai referensi diantaranya buku, tulisan ilmiah dan catatan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Dalam tulisan ini penulis juga mendapat tambahan data dan informasi yang relevan mengenai objek yang menjadi kajian dengan penulusuran data secara online yang tentunya dengan memanfaatkan jaringan internet. Untuk mendukung dan melengkapi wawasan penulis di dalam tulisan ini, penulis juga melakukan studi kepustakaan terhadap topik-topik lain yang berhubungan dengan penelitian ini seperti pengetahuan tentang sejarah, musikologi, metodologi penelitian, fisika, ekonomi, etnografi dan beberapa topik lainnya. Hasil yang didapat dari studi kepustakaan tersebut akan menjadi landasan di dalam pembahasan tulisan ini Penelitian Lapangan Penelitian Lapangan dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan mengenai objek yang akan diteliti. Penulis melakukan observasi secara langsung ke lokasi penelitian yaitu yang berada di desa Lumban 16

29 Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara, dan langsung menemui informan kunci yaitu bapak Albert Hutagalung di lokasi proses pembuatannya yang tak jauh dari kediamannya. Penulis juga mencari dan menemui beberapa narasumber yang berkompeten sebagai informan pangkal yang tentunya tau mengenai gitar sipoholon tersebut untuk mencari sejumlah data tambahan. Dalam pengamatan langsung ke lokasi penelitian, penulis dilengkapi dengan kamera digital 16 mega pixel yang membantu di dalam pengambilan gambar maupun video yang tentunya bertujuan untuk mengumpulkan data dalam bentuk foto-foto dan rekaman video Wawancara Untuk melakukan wawancara penulis terlebih dahulu menyusun daftar sejumlah beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada informan yang tentunya berkaitan dengan pokok permasalahan. Pada akhirnya wawancara bersifat informal dan bebas dan tidak terikat kepada daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan akan berkembang sesuai dengan pokok pembicaraan yang tentunya masih fokus kepada hal yang menjadi inti permasalahan. Penulis langsung melakukan wawancara kepada Bapak Albert Hutagalung selaku informan kunci dan beberapa informan lainnya yang tentunya paling tidak mengetahui tentang gitar tersebut Kerja Laboratorium Semua data yang telah diperoleh akan dikaji, diolah, dan dianalisis dalam kerja laboratorium. Data yang didapat dari lapangan dan semua data hasil dari 17

30 studi kepustakaan selanjutnya akan dibuat dalam bentuk tulisan ilmiah yang berupa skripsi yang disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka serta teknik penulisan secara ilmiah. 18

31 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian masyarakat yang tinggal di daerah Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara yang menjadi lokasi penelitian. 2.1 Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian antara meter di atas permukaan laut. Letak geografisnya berada pada Lintang Utara dan 98-99,5 Bujur Timur. Secara geografis letak Kabupaten Tapanuli Utara diapit atau berbatasan langsung dengan lima kabupaten yaitu, di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah. 9 Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 km 2 yang terdiri dari luas dataran 3.793,71 km 2 dan luas perairan Danau Toba 6,60 km 2. Dari 15 9 Tapanuli Utara Dalam Angka

32 kecamatan yang ada, kecamatan yang paling luas di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan Garoga sekitar 567,58 km 2 atau 14,96% dari luas Kabupaten dan kecamatan yang terkecil luasnya yaitu Kecamatan Muara sekitar 79,75 km 2 atau 2,10%. Kabupaten Tapanuli Utara yang berada pada rata-rata ketinggian lebih dari 900 meter di atas permukaan laut sangat berpeluang memperoleh curah hujan yang banyak. Wilayah ini merupakan salah satu daerah dengan curah hujan yang cukup banyak yaitu 0,8 mm pertahun dengan suhu udara rata-rata adalah 22 0 C. Adapun lokasi penelitian berada di Kecamatan Sipoholon yang menjadi salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. 10 Peta 1. Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara 10 Tapanuli Utara Dalam Angka

33 2.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara Pada masa Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten Dairi, Toba Samosir, Samosir, dan Humbang Hasundutan yang sekarang termasuk dalam Keresidenan Tapanuli yang dipimpin oleh seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di daerah. Dr. Ferdinand Lumbantobing diangkat sebagai Residen Tapanuli dan disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri khususnya di Tapanuli Utara. Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli Utara ( dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan ( dulu Kabupaten Padang Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias ( dulu Kabupaten Nias). Dengan terbentuknya Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan yang pada saat itu juga dibagi menjadi 4 kabupaten. Di samping itu di tiap kabupaten dibentuk badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota partai politik setempat. Pada tahun 1956 dibentuk Kabupaten Dairi yang pada waktu itu menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara mengingat luasnya wilayahnya untuk meningkatkan daya guna pemerintahan. 11 Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir sesuai 11 Tapanuli Utara Dalam Angka

34 dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kemudian pada tahun 2003 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan Undang-Undang No.9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Setelah Kabupaten Tapanui Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan yang salah satunya adalah Kecamatan Sipoholon yang menjadi lokasi penelitian. Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasan Nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. Potensi alam antara luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan membangun irigasi. Sebahagian perairan Danau Toba yang dimiliki dan sungai yang cukup banyak untuk dianfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan perikanan maupun pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya Pulau Sibandang di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan Wisata Rohani Salib Kasih di Kecamatan Siatas Barita. Kekayaan seni dan budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan kepariwisataan nasional. Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral seperti kaolin, batu gamping, belerang, batu besi, mika, batubara, dan panas bumi Tapanuli Utara Dalam Angka

35 2.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang menjadi objek kajian dalam tulisan ini adalah berada di sebuah gudang bengkel instrumen tempat pembuatan gitar Sipoholon tersebut dekat dengan kediaman Bapak Albert Hutagalung selaku pembuatnya, yang letaknya berada di Desa Lumban Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan Sipoholon memiliki batas - batas wilayah tertentu. Adapun batas - batas wilayah tersebut adalah berbatasan dengan Kecamatan Parmonangan di sebelah Barat, Kecamatan Andiankonting di Selatan, Kecamatan Tarutung di sebelah Timur, Kecamatan Siborong - borong dan Pagaran di sebelah Barat Daya. Sipoholon merupakan satu diantara 15 kecamatan yang ada di Tapanuli Utara. Kecamatan Sipoholon berada pada ketinggian di atas permukaaan laut. Letak geografis Sipoholon adalah Lintang Utara dan Bujur Timur. Luas wilayah kecamatan Sipoholon adalah Km 2 dan jarak Kecamatan Sipoholon 6 km menuju ibukota Kabupaten. Pada tahun 2010, Kabupaten Tapanuli Utara secara wilayah administrasi terdiri dari 15 kecamatan yang terbagi dalam 232 desa dan 11 kelurahan. Kecamatan yang paling banyak jumlah desa/kelurahan yaitu Kecamatan Tarutung ( 24 desa dan 7 kelurahan) dan yang paling sedikit jumlah desa/kelurahan yaitu Kecamatan Simangumban (8 desa). 13 Keadaan desa/kelurahan ditinjau dari tingkat perkembangannya masih sangat memprihatinkan, dari 243 desa/kelurahan baru 1,23 % desa/kelurahan swasembada sisanya 30,04 % desa swakarya dan 68,72% 13 Sipoholon Dalam Angka 23

36 desa swadaya. 14 Di Kecamatan Sipoholon sendiri terdapat 14 desa atau kelurahan yang salah satunya adalah Desa Lumban Baringin yang sekarang lebih dikenal dan diganti dengan nama Desa Hutauruk 15 yang menjadi lokasi penelitian dalam tulisan ini. Desa ini memiliki luas sekitar 6,92 km 2 atau 3,66% luas Kecamatan Sipoholon dan berada pada 969 m di atas permukaan laut. Pada tahun 1946 Wilayah Kecamatan Sipoholon dilepas dari Kecamatan Tarutung sehingga Wilayah Kecamatan Sipoholon dibagi atas 7 Kenegerian dan salah satu diantaranya adalah Negeri Hutauruk. Pada tahun 1952 ke Negerian Hutauruk Kecamatan Sipoholon kembali dibagi menjadi 4 dilingkungan yang di kepalai oleh Kepala Kantor atau Kepala Desa yakni Desa Hutauruk Parjulu, Desa Lumban Rihit, Desa Hutagurgur Partangga dan Desa Lumban Soit. Kemudian melalui SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 140/ 3144 / Tahun 1992, tanggal 27 Oktober 1992 keempat Desa yakni Desa Hutauruk Parjulu, Desa Lumban Rihit, Desa Hutagurgur Partangga dan Desa Lumban Soit digabung menjadi 1 Desa yakni Desa Hutauruk. Dilihat dari letak ketinggian sudut geografis, desa ini terletak di dataran tinggi yaitu meter di atas permukaan laut. Desa ini terdiri dari 6 buah dusun dan berbatasan diantaranya di sebelah Utara Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon, sebelah Timur Desa Hutabarat Kecamatan Tarutung, di sebelah Selatan Desa Hutabarat Kecamatan Tarutung dan sebelah Barat Desa Hutapea Kecamatan Adian Koting. Jarak desa menuju ibukota Kecamatan adalah 2,5 km. 14 Tapanuli Utara Dalam Angka 15 Wawancara dengan Sekretaris Kecamatan Sipoholon Bapak Edison Hutauruk 24

37 Peta 2. Wilayah Kecamatan Sipoholon (Sumber : Google.com) 2.3 Pola Perkampungan dan Letak Rumah Berdasarkan pengamatan penulis bahwa pola perkampungan di desa Lumban Baringin sama dengan pola perkampungan Batak Toba pada umumnya. Letak rumah selalu berhadapan menghadap jalan atau menghadap halaman umum membentuk sebuah perkampungan. Penduduk yang tinggal memiliki bentuk pola pemukiman yang berkelompok. Setiap rumah dibangun menghadap jalan dan sejajar mengikuti alur jalan desa yang berbeda dengan pemukiman yang ada di dusun-dusun. Biasanya jarak pusat desa dengan perkampungan lainnya sangat jauh, hal ini disebabkan banyak masyarakat yang mencari lahan pertanian yang bisa digarap. Mereka tinggal di dekat lahan tersebut dan kemudian membentuk komunitas sendiri yang menjadi cikal bakal sebuah perkampungan ataupun dusun. Karena kebanyakan dusun-dusun berada pada wilayah yang lebih rendah dari jalan desa atau berada di lembah, maka pola perkampungannya menjadi berbeda dengan yang ada di pusat desa. 25

38 2.4 Penduduk, Sistem Bahasa dan Mata Pencaharian Penduduk yang mendiami wilayah Desa Hutauruk adalah suku Batak Toba. Sangat jarang ditemukan suku lain yang mendiami wilayah desa tersebut. Setiap dusun atau desa di daerah Kecamatan Sipoholon biasanya selalu dihuni oleh satu kelompok marga. Jumlah Penduduk yang terdapat di desa ini kurang lebih 3458 jiwa dengan jumlah rumah tangga sekitar 815 KK. 16 Sejak berabad-abad yang lampau suku-suku bangsa yang tinggal di berbagai kepulauan di Nusantara memiliki bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam pergaulan dan komunikasi antar sesama suku tersebut. Bahasa itu dinamakan sebagai bahasa daerah yang disebutkan sesuai dengan suku bangsa yang memiliki bahasa tersebut. Misalnya bahasa Batak Toba dipergunakan oleh Batak Toba. Bahasa yang umum digunakan yaitu Bahasa Indonesia dan Batak Toba. Dalam percakapan sehari-hari karena sudah terbiasa dan turun temurun bahasa yang digunakan adalah Bahasa Batak Toba. Sementara Bahasa Indonesia digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah dan di dalam kegiatan yang bersifat formal dalam urusan administrasi pemerintahan meskipun sebenarnya karena terbiasa pada saat percakapan berlangsung juga menggunakan Bahasa Batak Toba. Dengan kondisi alam yang berada pada wilayah pegunungan, mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Sektor pertanian sampai saat ini masih merupakan tulang punggung perekonomian daerah pada umumnya sebagai penghasil nilai tambah dan devisa maupun sumber penghasilan atau penyedia lapangan pekerjaan sebagai besar penduduk. Pentingnya sektor pertanian 16 Sipoholon Dalam Angka

39 memberikan fasilitas dan dorongan yang lebih terarah bagi perkembangan pembangunan kerakyatan. Di desa ini luas lahan pertanian sekitar 131 Ha dengan rata-rata produksi 53,69 Ton/Ha. Hasil pertanian yang dihasilkan diantaranya padi, palawija (jagung, ubi kayu, kacang tanah, ketela), sayur-sayuran seperti cabe, bawang merah, buncis, kentang dan yang lainnya. Terdapat juga beberapa hasil dari perkebunan diantaranya kopi, kelapa, karet. 17 Selain sebagai petani masyarakat yang tinggal di desa tersebut ada juga yang bekerja di bidang usaha atau profesi lainnya antara lain seperti di bidang pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, dan juga bidang akademis seperti PNS ataupun guru dan juga dalam usaha kecil menengah. 2.5 Sistem Kekerabatan Sebagai wilayah yang mayoritas Suku Batak Toba maka sistem kekerabatan ataupun tata cara kehidupan sosial masyarakat yang tinggal tercermin dalam sebuah konsep budaya yang disebut dengan Dalihan Na Tolu. Dalam setiap aktivitas, kekerabatan dan adat istiadat di desa ini diatur oleh tiga konsep yaitu hula-hula (pihak keluarga pemberi istri); anak boru (pihak keluarga penerima istri); dan dongan tubu (sesama saudara lelaki dari induk marga yang sama). Ketiga konsep ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ketiga hal ini mempunyai prestise dan tingkatan yang berbeda. Hula-hula berada pada status tertinggi baik secara sosial maupun dalam konteks spritual atau adat. Ketiga konsep ini juga terungkap dalam sebuah pepatah Batak Toba yang menyatakan somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu. Artinya setiap orang 17 Sipoholon Dalam Angka

40 harus sopan dan hormat terhadap hula-hula, memberikan perhatian terhadap anak boru, serta harus menjaga hubungan yang baik dengan dongan tubu. Disamping itu, masyarakat yang tinggal sangat menjunjung tinggi hubungan antara kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial lainnya berdasarkan turunan marga. Ketika seseorang baru bertemu dengan yang lain, biasanya masing-masing individu akan menyebutkan marganya terlebih dahulu dan kemudian mencari posisi marganya tersebut dalam keluarga atau turunan marganya. Kemudian hal ini akan memunculkan posisi baru bagi setiap individu tersebut dalam konteks adat sesuai dengan konsep dalihan na tolu. Beberapa marga yang mayoritas menempati desa ini adalah marga Sipahutar, Hutagalung, Situmeang, Simanungkalit dan Manalu dan beberapa marga lain. 2.6 Sistem Kepercayaan Sesuai dengan falsafah Negara, pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan. Penduduk yang tinggal di Desa Lumban Baringin secara keseluruhan telah memeluk agama yang telah diakui oleh negara. Agama yang mereka anut adalah agama Kristen Protestan, Islam dan Kristen Khatolik. Di desa ini tidak terdapat masyarakat yang menganut sistem kepercayaan. Di desa ini terdapat sembilan Gereja Kristen Protestan dan satu Gereja Khatolik Sipoholon Dalam Angka

41 2.7 Sistem Kesenian Menurut Koentjaraningrat (1990:204) salah satu unsur kebudayaan manusia adalah kesenian. Sebagai wilayah mayoritas suku Batak Toba, masyarakat yang tinggal juga mengenal sistem kesenian Batak Toba secara umum yaitu seni musik, seni tari, dan seni teater. Dalam sistem kesenian Batak Toba dikenal jenis bentuk ansambel musik yaitu gondang sabangunan dan uning-uningan. Demikian halnya dalam seni tari dikenal dengan istilah manortor atau menari dan dalam seni teater dikenal dengan nama opera. Penggunaan kesenian yang ada pada masyarakat Batak Toba juga erat kaitannya dengan sistim kekerabatan yang dipakai. Di dalam berkesenian peranan-peranan dalihan natolu sangat berpengaruh, dan ketiga pengelompokan kekerabatan yang ada dalam dalihan natolu tersebut akan dimiliki oleh setiap orang Batak secara bergantian tergantung pada siapa yang melakukan acara. 19 Dalam setiap upacara adat seperti pesta perkawinan, upacara kematian, pesta mangadati maupun acara adat lainnya biasanya diiringi dengan musik yaitu gondang sabangunan ataupun gondang hasapi. 19 Dikutip dari tulisan Alat-alat Musik Sumatera Utara oleh Julianus P Limbeng 29

42 BAB III TEKNIK PEMBUATAN GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON 3.1 Sejarah Singkat Mengenai Gitar Sudah sekian banyak ahli menyelidiki, namun sampai kini asal usul gitar yang sesungguhnya masih terus diperdebatkan. Sekian banyak pendapat bertebaran, namun tetap saja di dalamnya mengandung sebuah keraguan. Sebuah alat musik kuno bernama Khitarra sering disebut sebagai nenek moyang gitar. Kendati begitu, hanya namanya saja yang mirip, lantaran bentuknya seperti harpa kecil. Berbagai artefak kuno di Mesopotamia dan Mesir juga menunjukan adanya alat musik petik dengan tubuh dan leher seperti gitar. Kenyataanya, hampir di semua kawasan pusat peradaban manusia, alat musik petik mirip gitar senantiasa ada. Kata gitar atau guitar dalam bahasa Inggris, pada mulanya diambil dari nama alat musik petik kuno di wilayah Persia pada kira-kira tahun 1500 SM yang dikenal dengan nama Citar atau Cehtar. Alat musik ini kemudian berkembang menjadi berbagai model gitar kuno yang dikenal dengan istilah umum tanbur. Pada tahun 300 SM Tanbur Persia dikembangkan oleh bangsa Yunani dan enam abad kemudian oleh bangsa Romawi ( Bellow, 1970 : ). Abad ke-11 bermunculan jenis-jenis instrumen petik mirip gitar yang salah satunya adalah gittern. Bentuknya sudah mirip dengan gitar modern. Bahkan 30

43 dilengkapi dengan Freet 20 pada lehernya. Senarnya terbuat dari usus domba ( bukan usus kucing, kendati julukannya adalah Catgut). Jumlah jalur (course) senarnya tiga atau empat, dengan dua senar per jalur. Pada tahun 1300-an di daratan Eropa berkembang dua desain gittern dengan nama guitare latine (berasal dari Spanyol) dan guitare morisca (berasal dari Timur Tengah dan Timur Jauh) (Jubing, 2007 : 33). Pada abad ke-15 instrumen petik bernama lute mulai berkembang. Kendati demikian, gittern tidak sepenuhnya lenyap. Di sebagian wilayah Eropa ia tetap bertahan, namun dengan nama baru, vihuela. Vihuella menjadi popular di Spanyol sementara alat-alat musik pendahulunya sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Di Eropa lute disambut baik dan berkembang menjadi berbagai model lute Eropa hingga kira-kira akhir abad ke-17. Desain lute maupun vihuela yang makin baik memungkinkan penambahan course serta peningkatan kualitas suara. Hal ini mendorong makin suburnya penciptaan komposisi untuk lute dan vihuela. Vihuela menikmati kejayaan hanya hingga akhir abad ke-16 ketika ia mulai digantikan oleh gitar barok. Bentuknya sudah mirip dengan gitar modern, hanya saja ukurannya jauh lebih kecil dan hanya memiliki empat course. Ini menyulitkan bila musisi hendak memainkan lagu-lagu yang lebih kompleks. Karena itu, sempat muncul gitar Barok 21 dengan lima course pada abad ke-16. Pada masa inilah kejayaan gitar dimulai. Para gitaris dan komposer andal bermunculan (Jubing, 2007 : 34). Memasuki abad ke-17 hingga 18 popularitas gitar seakan terhenti. Berangsur-angsur gitar akhirnya hanya menjadi alat musik para seniman keliling 20 Deretan bilah logam tipis pada leher gitar yang diatur dalam jarak tertentu. Digunakan untuk mengatur panjang pendeknya senar agar dapat menghasilkan not yang berbeda beda 21 Salah satu pembabakan zaman di dalam musik klasik. ( ) 31

44 jalanan. Para bangsawan dan masyarakat kelas atas lainnya menjauhi gitar. Tetapi gitar terus berkembang. Memasuki abad ke-19, gitar memasuki kembali gerbang kejayaannya. Pada masa ini lahir komposer-komposer luar biasa yang karya-karya mereka bahkan hingga kini masih menjadi favorit para gitaris modern (Jubing, 2007 : 34) Menjelang abad ke-20 Antonio Torres Jurado ( ) adalah tokoh yang menemukan standar anatomi gitar (dimensi. rangka, panjang dawai, dan sebagainya) yang menghasilkan kualitas suara secara maksimal, sekaligus nyaman dimainkan. Temuan Jurado ini segera diikuti para pembuat gitar lainnya. Abad ke- 20 juga menyaksikan lahirnya jenis gitar baru, yakni gitar akustik folk. 22 Salah satu perintisnya adalah Henry Martin, putra dari Christian Frederick Martin, pendiri pabrik gitar Martin. Kendati awalnya memproduksi gitar dengan senar nilon, memasuki tahun 1920-an dimulai terobosan membuat gitar dengan senar dari logam. Sejak itu, Martin terus mengembangkan berbagai desain gitar akustik. Penemuan listrik membawa revolusi pada dunia, termasuk instrumen gitar. Adalah Lyody Loar dari perusahaan pembuat gitar Gibson yang diketahui pertama kali bereksperimen dengan pick-up 23 magnetik pada gitar. Kendati demikian, Adolph Rickenbaker serta dua rekannya Paul Bart dan George Beauchamp-lah yang sukses mewujudkan gitar elektrik pertama dan memproduksinya secara komersial di awal tahun 1930-an. Langkah ini diikuti perusahaan-perusahaan pembuat gitar lainnya, termasuk Gibson yang akhirnya malah memimpin pasar gitar elektrik. Persaingan yang makin ketat melahirkan berbagai desain gitar yang makin beragam. 22 Musik rakyat yang berasal dari tradisi lisan. 23 Peranti yang berfungsi mengubah energi fisik getaran senar menjadi energi listrik untuk kemudian diteruskan ke amplifier dan diubah menjadi gelombang suara yang bisa terdengar. 32

45 Gbr 1. Gambar alat musik Chitarra atau Khittara ( Sumber : www. Gitaris.Com ) Keterangan Gambar : Gambar ini merupakan gambar alat musik Chitara atau Khitara dalam lukisan mitologi persia Gbr.2 Guitare Latina 33

46 Gbr.3 Guitare Morisca ( Sumber : www. Gitaris.Com) Keterangan Gambar : Gambar 2 dan 3 merupakan contoh alat musik Guitare Latina dan Guitara Morisca Gbr.4 Al ud ( Sumber : www. Gitaris.Com) Keterangan Gambar : Al ud (lute) merupakan alat musik yang banyak dijumpai di timur tengah biasa juga digunakan dalam orkes musik gambus. 34

47 Gbr.5 Evolusi Tanbur ( Sumber : www. Gitaris.Com) Keterangan Gambar : Jenis tanbur dari Persia. Jika dibandingkan dengan alat musik saz dari Turki maka akan terlihat sekali kemiripannya. 35

48 Gbr.6 Guitare Morisca ( Sumber : www. Gitaris.Com) Keterangan Gambar : Gambar guitare Morisca dalam relief pada sebuah guci dan seorang wanita yang sedang memainkan guitare morisca Pengenalan Bagian Gitar Bagian-bagian pada gitar penting untuk diingat agar bisa memahami bagianbagian apa saja yang terdapat pada gitar. Umumnya istilah yang digunakan 36

49 memakai bahasa Spanyol ataupun menggunakan bahasa Inggris. Tetapi di sini akan digunakan bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami dan diingat. Gbr.7 Untuk Gitar Klasik/Standart ( Sumber : Gitarpedia Jubing Kristianto, 2005 ) 37

50 Gbr.8 Untuk Gitar Elektrik ( Sumber : Gitarpedia Jubing Kristianto, 2005 ) 38

51 3.1.2 Klasifikasi Sachs Dan Hornbostel Curt Sachs ( 1913 ) dan Erich Von Hornbostel ( 1933 ) adalah dua ahli organologi alat musik ( Instrumentenkunde ) berkebangsaan Jerman yang telah mengembangkan satu sistem pengklasifikasian / penggolongan alat musik. Sistem penggolongan alat musik Sahcs dan Hornbostel berdasarkan pada sumber penggetar utama dari bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik. Selanjutnya Sahcs-Hornbostel menggolongkan berbagai alat musik atas empat golongan besar, yaitu : 1) Kordofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah dawai yang direngangkan. Contoh adalah gitar dan biola. 2) Aerofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah udara. Sebagai contoh adalah suling, terompet, atau saksofon. 3) Membranofon, di mana pengetar utama penghasil bunyi adalah membrane atau kulit. Contoh adalah gendang dan drum. 4) Idiofon, di mana penggetar utama bunyi adalah badan atau tubuh dari alat musik itu sendiri. Contoh adalah gong, symbal, atau alat perkusi. Dari sistem pengelompokan yang mereka lakukan, selanjutnya Sahcs- Hornbostel menggolongkan lagi alat musik kordofon menjadi lebih terperinci berdasarkan karakteristik bentuknya yakni: 1) Jenis Busur; 2) Jenis Lira; 3) Jenis Harpa; 4) Jenis Lute; 5) Jenis Siter 39

52 Gbr 9 Pembagian alat musik dawai berdasarkan bentuknya : a) Busur ; b) Lira ; c) Harpa ; d) Lute ; e) Siter ( Sumber : Alat Musik Dawai Irwansyah Harahap 2004 ) Untuk Gitar digolongkan kepada jenis lute, pada prinsipnya berarti gitar menggunakan kotak resonator suara. Selain itu jenis lute mempunyai leher ( Neck ) yang berfungsi sebagai papan jari ( Finger Board ) atau juga sebagai penyangga dawai ( String Bearer ). Jenis lute ( pada umumnya tergolong keluarga gitar ) juga dapat ditemukan di berbagai wilayah lain di dunia. Kita temukan Sehtar di Persia, Tanbur di Turki, Sitar dan Sarangi di India, Pipe di Cina, Al Ud di Arab, Vihuella dari Spanyol dan lain sebagainya. 3.2 Asal Mula Pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon Karal Hutagalung adalah tokoh yang pertama kali membuat gitar dengan cara handmade di daerah kecamatan Sipoholon kabupaten Tapanuli Utara. Lahir 40

53 pada tanggal 17 maret 1923 beliau adalah putra asli daerah setempat. Gitar ini mulai diproduksi sekitar tahun 1940-an. Karal Hutagalung semasa muda sudah bisa memainkan beberapa instrumen seperti gitar, biola, mandolin, dan organ engkol atau lebih sering disebut poti marende 24. Awal mula beliau membuat gitar adalah setelah dia mencoba memperbaiki sendiri gitarnya yang rusak kala itu dan ternyata mampu diperbaiki. Beliau kemudian tertarik untuk membuat gitar yang baru dengan buatannya sendiri. Kurangnya modal untuk membeli bahan baku, serta ketersediaan peralatan yang akan digunakan untuk proses pembuatannya menjadi kendala pada awalnya. Namun akhirnya beliau memutuskan untuk menerima pesanan beberapa orang yang sudah mengetahui bahwa dia dapat membuat gitar dengan kualitas yang tak kalah dengan gitar lainnya buatan Eropa ataupun produk luar lainnya yang banyak digunakan oleh masyarakat. Saat itu proses pembuatannya masih dilakukan di rumahnya sendiri. Dan dia mengerjakan sendiri pesanan gitar yang datang kepadanya. Dengan uang muka yang diterimanya beliau kemudian menggunakannya sebagai modal awal untuk membeli bahan baku berupa kayu dan beberapa bahan bahan lainnya. Sedangkan untuk peralatannya masih menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Beliau saat itu menciptakan alat sejenis gergaji listrik guna membantu di dalam proses pengerjaannya. Dia juga banyak memodifikasi peralatan sejenis pisau yang ternyata bisa digunakan untuk sesuai dengan keperluannya dalam pembuatan yang 24 Berasal dari bahasa Batak Toba yang merupakan dua kata yang dipisah. Menurut pandangan Leo Joosten (2008:108,198) dalam Kamus Batak Toba Indonesia, Poti berarti peti yang berasal dari kayu yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang, Marende berarti menyanyi. Jadi jika diartikan secara bersamaan Poti Marende adalah peti kayu yang bernyanyi. Anggur (1977:42) mengartikan Poti Marende adalah orgel, piano. Diungkap kembali oleh Jakro dalam Website Kamus Batak Online yang menyatakan Poti Marende adalah harmonium, orgel, dan organ. 41

54 mungkin tak bisa dikerjakan dengan jenis pisau yang asli. Karena masih menggunakan peralatan yang seadanya saat itu beliau hanya bisa mengerjakan 2-3 gitar saja dalam seminggu. Semula proses pengerjaannya dilakukan di rumah saja. Tetapi pada tahun 1954 berkat uang yang dikumpul dari usaha pembuatan tersebut tersebut akhirnya dapat membeli tanah yang letaknya di pinggir jalan raya Jalan Balige Lumban Baringin Kecamatan Sipoholon. Semenjak itu akhirnya dapat mempunyai lokasi sendiri untuk proses pengerjaannya, dan termasuk tempat yang strategis karena berada di jalan lintas menuju beberapa kota atau kabupaten yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Semenjak itu dia tidak lagi mengerjakannya sendiri. Untuk meringankan pekerjaannya ia dibantu oleh ketiga orang anaknya dan beberapa pekerja yang kebetulan juga masih saudara dekat dengannya. Beliau sendiri mempunyai 9 orang anak, 5 anak laki laki dan 4 anak perempuan. Tak hanya membuat gitar, beliau juga mencoba membuat organ engkol yang masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan sebutan poti marende. Merasa penasaran dengan instrumen sejenis harmonium 25 yang dibuat oleh bangsa Eropa, dia tertarik untuk membuat sejenis harmonium tersebut dengan sebutan poti marende untuk digunakan nantinya di gereja sebagai pengiring nyanyian sewaktu ibadah berlangsung. Setelah dia berhasil membuatnya perrmintaan datang kepadanya awalnya berasal dari gereja yang akan menggunakannya dalam kegiatan ibadah setiap hari minggu ataupun acara keagamaan lainnya. 25 Merupakan salah satu dari jenis kelompok instrumen organ yang menggunakan lidah suara dan prinsip kerjanya sama dengan organ Amerika, harmonika, concertina, dan akordion diungkapkan oleh Murray Campbell and Clive Greated (1987:453) dalam bukunya Oxford The Musician s Guide Acoustics. Harmonium adalah alat musik keyboard, suaranya berasal dari vibrasi atau getaran lidah tipis (reed) dari metal yang ditiup oleh angin atau udara secara terus menerus dari sepanjang pedal yang terdapat di bawahnya (Willi Apel, 1972:371). 42

55 Sekitar tahun 1970-an badan RMG (Rheinische Missionsgesellschaft) yaitu sebuah lembaga penyiaran injil dari Jerman pada saat sedang melakukan misi penginjilan di daerah sekitar Kabupaten Taapanuli Utara tertarik untuk melihat hasil karya beliau. Namun menurut mereka kala itu hasil buatannya belum bisa dikatakan bagus dari segi kualitas suara dibandingkan harmonium yang mereka gunakan di Eropa. Tetapi mereka akhirnya memberikan suatu keterangan dan pemahaman bagaimana agar kualitas suara poti marende tersebut bisa lebih baik lagi. Akhirnya beliau kemudian berusaha menyempurnakan hasil buatannya, dan saat lembaga RMG datang untuk kedua kalinya mereka sempat memberikan penghargaan berupa cenderamata kepada beliau karena sudah bisa membuat hampir sama dengan buatan Eropa yang juga dipakai di gereja-gereja di sana. Sejalan dengan pembuatan gitar dan poti marende, semakin banyak instrumen yang dapat dibuat oleh bapak Karal Hutagalung seperti biola, mandolin, suling, kecapi, bass dan bahkan beliau juga mampu membuat senapan angin. Peralatan peralatan yang digunakan juga sudah ada beberapa yang menggunakan bantuan mesin untuk meringankan di dalam proses pengerjaannya. Permintaan juga datang untuk membuat beberapa instrumen tersebut. Tetapi permintaan kebanyakan untuk gitar karena cukup banyak digemari oleh masyarakat dan juga kepada poti marende yang tentunya dipakai oleh gereja-gereja saat itu. Beliau juga bisa membuat gitar yang lebih spesifik yang tentunya menurut keinginan pembeli baik dari segi ukuran, bentuk, maupun tambahan ornamen ornamen yang akan dibuat pada gitar tersebut. Hal ini membuat nilai lebih pada perkembangan usaha beliau dan membuat permintaan gitar otomatis meningkat. 43

56 Perkembangan teknologi lama kelamaan mengakibatkan poti marende tergerus oleh instrumen keyboard yang semakin canggih. Pada akhirnya fungsi poti marende sudah digantikan oleh keyboard dalam ibadah keagamaan di gereja. Itu mengakibatkan permintaan terhadap poti marende yang dibuat oleh beliau semakin menurun. Tetapi sesekali ada juga yang masih ingin dibuatkan karena menganggap buatan beliau masih bisa digunakan dalam ibadah keagamaan di gereja. Sekitar tahun 90-an poti marende akhirnya tidak diproduksi lagi oleh beliau. Di tahun 2000 gitar ini sudah didaftarkan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan mendapat nama dengan trademark (merk dagang) Gitar Bona Pasogit. Tetapi dari dulu hingga sampai saat ini masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan gitar Sipoholon karena memang mencerminkan wilayah daerah setempat dan juga menjadi salah satu kebanggaan kecamatan Sipoholon khususnya dan daerah kabupaten Tapanuli Utara. Seiring berjalan waktu permintaan terhadap beberapa instrumen seperti biola, mandolin, kecapi dan beberapa instrumen lainnya semakin menurun dan hanya sesekali saja yang memesan. Di usia senjanya bapak Karal Hutagalung masih juga aktif untuk membuat gitar Bona Pasogit tersebut, meskipun sebenarnya usaha pembuatan tersebut sudah diwariskannya kepada ketiga anaknya. Di masa tua beliau juga diberikan penghargaan oleh pemerintah Indonesia sebagai veteran karena bisa menciptakan senapan angin yang juga digunakan oleh para tentara pada saat masa penjajahan. Akhirnya karena kondisi fisik yang semakin menurun di usia 82 tahun dia tak lagi ikut di dalam proses 44

57 pembuatan gitar tersebut. Pada tanggal 4 Desember 2009 beliau akhirnya menutup mata pada usia 86 tahun. Sebenarnya dahulu hanya ada satu lokasi pembuatan gitar ini, yaitu lokasi yang pertama kali menjadi tempat pembuatan gitar tersebut yang saat itu dibeli oleh Karal Hutagalung. Tetapi saat ini ditemukan tiga lokasi pembuatan yang jaraknya sangat berdekatan satu sama lainnya. Usaha ini diwariskan beliau kepada ketiga anaknya yaitu Bapak Albert Hutagalung, Bapak Hotma Hutagalung, dan Bapak Ronny Hutagalung. Bapak Albert Hutagalung sendiri akhirnya membangun sebuah gudang baru untuk lokasi pembuatan gitar yang tak jauh dari kediaman beliau. Sedangkan kedua adiknya menetap pada lokasi lama tersebut. Lokasi terakhir ditempati oleh Bapak Rosir Siregar yang dulunya adalah pekerja dan juga masih saudara dekat yang membantu usaha pembuatan gitar keluarga Hutagalung dalam proses pembuatan gitar dan beberapa instrumen yang saat itu masih dibuat oleh bapak Karal Hutagalung. Beliau akhirnya membuat lokasi sendiri yang berdekatan juga dengan kedua lokasi pembuatan yang lain. Meskipun demikian, hasil dari gitar yang dibuat oleh ketiganya tentunya berbeda karena proses dan teknik pembuatannya tidak sama untuk menghasilkan gitar yang mempunyai kualitas yang bagus yang tentunya sesuai dengan keinginan konsumen. Bahkan menurut beliau harga gitar yang dibuatnya lebih mahal dari kedua tempat tersebut karena dia bisa menjamin kualitas gitar yang diproduksi sehingga harganya sedikit mahal Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung. 45

58 3.2.1 Biografi Bapak Albert Hutagalung Biografi yang akan dibahas disini hanya berupa biografi ringkas, artinya hanya memuat hal-hal umum mengenai kehidupan bapak Albert Hutagalung dimulai dari masa kecil hingga masa kehidupannya sekarang ini, termasuk pula pengalaman beliau sebagai pembuat instrumen gitar tersebut, dan pengalaman berkesenian lainnya. Biografi yang di bahas di sini sebagian besar adalah hasil wawancara dengan bapak Albert Hutagalung, dan juga wawancara dengan saudara-saudara beliau, sahabat-sahabat beliau, keluarga beliau, dan juga masyarakat setempat yang mengetahui tentang pembuatan gitar yang dilakukan oleh beliau. Albert Hutagalung lahir di Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, tepatnya di desa Hutauruk. Ia adalah anak dari Bapak Karal Hutagalung dan Ibu R. br. Parapat. Karal Hutagalung sendiri adalah orang yang pertama kali membuat dan merintis usaha pembuatan gitar Bona Pasogit tersebut. Albert Hutagalung adalah anak pertama dari Alm.Karal Hutagalung dan tentunya menjadi generasi pertama yang menjadi penerus usaha pembuatan gitar sampai pada saat sekarang ini. Karal Hutagalung sendiri mempunyai sembilan orang anak. Dari kecil sampai beranjak dewasa Bapak Albert Hutagalung sudah terbiasa melihat bapak nya yaitu Karal Hutagalung membuat gitar dan beberapa instrumen buatan beliau lainnya diantaranya seperti poti marende, biola, hasapi, ataupun mandolin. Beliau juga dahulu nya berperan penting di dalam mengajarkan tentang bagaimana teknik dan proses pembuatan gitar tersebut kepada bapak Albert Hutagalung pertama kali dan kepada dua adiknya yang lain yang juga kebetulan 46

59 diajarkan. Sebelumnya dia dan adiknya hanya bekerja membantu dan tugas mereka mengerjakan bagian-bagian yang tidak terlalu rumit di dalam proses pembuatan gitar tersebut. Pada akhirnya Karal Hutagalung memberikan segala teknik teknik di dalam proses pembuatannya terutama kepada Bapak Albert Hutagalung. Lama kelamaan karena sudah terbiasa melihat dan juga berkat didikan sang ayah mereka sudah bisa membuat dan mengerjakan sendiri. Semula proses pengerjaannya dilakukan di rumah mereka saja. Tetapi pada tahun 1954 berkat uang yang dikumpul dari usaha pembuatan beberapa instrumen tersebut akhirnya dapat membeli tanah yang letaknya di pinggir jalan raya Jalan Balige Lumban Baringin Kecamatan Sipoholon. Semenjak itu mereka mempunyai lokasi sendiri untuk proses pengerjaannya, dan termasuk tempat yang strategis karena berada di jalan lintas menuju beberapa kota atau kabupaten yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Bapak Albert Hutagalung beserta adiknya akhirnya ikut membantu usaha tersebut setelah mereka menamatkan sekolahnya masingmasing. Beliau sendiri hanya menamatkan pendidikan sampai jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas) saja. Sebelum ikut bersama ayahnya membantu di dalam proses pengerjaannya dia sempat bekerja sebagai supir angkutan umum. Tetapi sekitar tahun 1964 dia berhenti dan ikut ayahnya beralih pekerjaan untuk membuat gitar tersebut. Banyak hal yang mereka alami di dalam menggeluti usaha ini. Kurangnya modal dan pendapatan yang menurun karena permintaan sedikit membuat usaha pembuatan yang mereka tekuni mengalami pasang surut setiap tahunnya. Terkadang mengalami peningkatan dan kadang mengalami penurunan juga. Ketersediaan bahan baku berupa kayu yang cukup langka juga 47

60 sempat beberapa kali menjadi masalah lainnya di dalam usaha yang mereka jalankan ini. Sekitar tahun 1990-an usaha mereka bisa dibilang mengalami kestabilan dan semakin berkembang. Itu karena semakin banyaknya permintaan yang datang untuk membuat gitar tersebut. Gitar tersebut sudah ramai dibicarakan oleh banyak masyarakat yang tertarik untuk membelinya. Gaung bersambut permintaan pun semakin banyak. Bukan hanya dari daerah Sipoholon sendiri, tetapi banyak juga permintaan yang datang dari luar daerah Kecamatan Sipoholon, dari luar provinsi, bahkan beberapa kali permintaan datang dari mancanegara. Pada tahun 2005 tepatnya pada usia 82 tahun Karal Hutagalung tidak lagi aktif dan ikut di dalam mengerjakan proses pembuatan gitar tersebut. Karena kondisi fisiknya yang menurun mengingat umur beliau yang sudah tua dia memutuskan untuk pensiun. Bapak Albert Hutagalung akhirnya meneruskan semenjak itu bersama adiknya tanpa sang ayah dan beberapa orang pekerja yang masih saudara dekat mereka juga. Bapak Karal Hutagalung sendiri akhirnya meninggal dunia pada tahun 2009 pada usia 86 tahun. Bapak Albert Hutagalung menikah dengan R. br. Hutabarat dan dikaruniai 8 orang anak, 6 anak laki-laki dan 2 anak perempuan, dan sudah mempunyai beberapa cucu dari anak-anaknya tersebut. Dengan profesi yang digelutinya dalam usaha tersebut beliau dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai pada tingkat perguruan tinggi. Menariknya meskipun dia mengetahui cara membuat gitar, tetapi beliau tidak terlalu mahir di dalam memainkannya. Justru dia mahir di dalam memainkan organ atau yang dulu masyarakat setempat kenal dengan sebutan poti marende. 48

61 Dia tertarik memainkannya semenjak remaja karena melihat poti marende yang dibuat oleh ayahnya sendiri dan semenjak saat itu belajar untuk memainkannya. Beliau juga sempat menjadi pelayan di gereja nya sendiri dan beberapa kali di beberapa gereja lainnya untuk mengiringi ibadah setiap minggunya dan beberapa kegiatan keagamaannya lainnya. Meskipun begitu beliau hanya mengetahui sebatas lagu-lagu rohani yang dibawakan pada saat ibadah dan tidak terlalu mengetahui lagu lagu selain dari itu. Sudah banyak acara-acara yang juga diikuti oleh bapak Albert Hutagalung karena pekerjaannya di dalam membuat produk gitar handmade dengan nama Bona Pasogit ini, baik dahulu bersama ayahnya ataupun semenjak dia menjadi penerus usaha sampai pada saat ini. Itu karena produk gitarnya sudah dikenal masyarakat luas. Beberapa event yang pernah diikuti antara lain PRSU (Pekan Raya Sumatera Utara), Lake Toba Ecotourism Summit, pameran di acara Medan Fair, The Season of Indonesian Cultural Heritage and Craft pada tahun 2007 di Jakarta, Jakarta Expo Tourism (Jakarta Fair), mengikuti pameran kesenian di Bandung, mengikuti festival seni di Dusseldoorf, Jerman yang dibawa langsung oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Gitar Bona Pasogit ini juga sempat beberapa kali menembus pasar Amerika Serikat dan Belanda karena ada permintaan dari kedua negara tersebut. Para jemaat gereja yang berasal dari mancanegara seperti dari Jerman, Belanda, Inggris yang melakukan kegiatan keagamaan di sekitar wilayah Kabupaten Tapanuli Utara juga beberapa kali membeli produk gitar tersebut dan membawanya pulang ke negara nya masingmasing. Hal inilah yang membuat usaha pembuatan gitar ini tetap bertahan hingga saat ini. 49

62 3.3 Teknik Pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon Pembuatan Gitar Bona Pasogit ini dahulu seluruhnya dikerjakan dengan handmade (buatan tangan), meskipun seiring perkembangan waktu dan tentunya perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini sudah menggunakan beberapa peralatan mesin untuk membantu meringankan dalam proses pembuatannya agar lebih cepat dan efesien dalam waktu pengerjaannya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai bahan bahan, peralatan, dan teknik pembuatan gitar Bona Pasogit tersebut Bahan Baku Yang Digunakan Kayu Kayu digunakan sebagai bahan baku untuk membuat konstruksi badan dan leher gitar. Kayu yang digunakan antara lain adalah jenis kayu lokal antara lain kayu antuang 27, jalutung 28, turi-turi 29 (monis-monis), damar laut dan pinus. Menurut Bapak Albert Hutagalung kayu antuang menjadi kayu yang menjadi pilihan utama untuk membuat gitar tersebut karena kualitasnya yang bagus. Kelebihan kayunya menurut beliau seperti bobotnya yang ringan dan lembek, mudah untuk diolah di dalam pengerjaannya, dan pada saat proses pengamplasan hasilnya tidak menimbulkan serabut serabut di permukaan (berbulu). Sedangkan untuk kayu lainnya hanya dijadikan opsi lain apabila kayu antuang tidak ada. Menurut beliau jenis kayu antuang termasuk kayu yang langka dan lumayan susah dicari. Kayu ini sendiri hanya tumbuh di sekitar hutan di daerah Sarullla, 27 Sejenis kayu mahoni yang berdiameter besar (swietenia macrophylla). 28 Disebut juga dengan hausurian atau hau simareme-eme. Kayu ini tumbuh di sekitar hutan tropis di wilayah Tapanuli Utara. Jelutong atau Jalutung (Dyera Costulata) berasal dari semenanjung Malaysia. Pokok ini biasanya terdapat di hutan pamah. 29 Turi (Sesbania Glandifora) merupakan pohon kecil anggota suku Fabaceae. Tumbuhan dengan banyak kegunaan ini asalnya diduga dari Asia Selatan dan Asia Tenggara, namun sekarang telah tersebar ke berbagai daerah tropis dunia. 50

63 yang membutuhkan waktu kira kira dua hingga tiga jam perjalanan dari kecamatan Sipoholon dan itupun harus memasuki kawasan hutan karena termasuk kawasan sekitar pedalaman wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Kayu tersebut biasanya dipesan dengan harga sekitar Rp Rp per kubiknya tergantung bentuk dan modelnya dan setiap kubiknya bisa cukup hingga kira-kira kurang lebih setengah tahun untuk menjamin ketersediaan pemakaiannya. Kayu pinus sendiri adalah jenis kayu yang dipakai apabila kayu antuang sulit dicari dan ketersediaannya di gudang bengkel pembuatan beliau sudah habis atau pesanannya belum datang dari para pengumpul kayu tersebut. Kayu pinus tersebut banyak dijumpai di wilayah di perladangan dan hutan di wilayah Sipoholon sehingga mudah ditemukan. Sedangkan untuk jenis kayu jalutung sendiri dahulunya menjadi bahan baku utama yang dipakai sebelum beralih pada kayu antuang. Kayu ini juga jenis kayu yang sulit untuk dicari. Untuk badan (body) gitar dan leher (neck) dalam pembuatannya memakai kayu antuang tetapi khusus untuk kepala gitar (head) memakai jenis kayu yang sering disebut monismonis atau turi-turi. Sedangkan untuk bagian jembatan (bridge) pada gitar memakai jenis kayu damar laut. Proses pengeringan bahan kayu dilakukan secara alami (dikeringkan dalam ruang terbuka dan diletakkan di dalam gudang bapak Albert Hutagalung) sampai kira-kira selama kurang lebih 4 bulan. Hal ini untuk menjaga kualitas tekstur kayu, karena bila proses pengeringan menggunakan sinar matahari secara langsung dimana cuaca dan suhu yang tidak menentu, maka dapat berdampak pada kualitas teksturnya. Akan terjadi perubahan warna yang mulai terlihat setelah 51

64 beberapa minggu. Selain perubahan warna, permukaan kayu juga akan menjadi kasar. Gbr. 10 Pohon Kayu Jalutung (Dokumentasi Penulis) Keterangan Gambar : Gambar pohon ini diambil di depan gudang bengkel bapak Albert Hutagalung. Beliau belum lama baru saja menanam pohon tersebut. Gbr.11 Kayu Antuang yang sudah diolah (Dokumentasi Penulis) 52

65 Lem Perekat Lem menjadi bahan yang digunakan untuk merekatkan organ-organ dalam proses perakitan gitar. Lem kayu, lem setan, lem bermerek fox adalah beberapa lem yang digunakan dalam pembuatan gitar ini. Gbr.12 Lem merek Fox dan Lem Kayu (Dokumentasi Penulis) Dempul Kayu dan Besi Digunakan untuk menutup pori-pori kayu pada bagian gitar yang berbahan kayu yang akan dilakukan pengecetan agar memudahkan dalam proses pengecetan dan supaya cat yang nantinya digunakan tidak terlalu boros, sehingga hasil akhir permukaannya dapat rata, halus, dan bersinar. Dempul yang dipakai memakai berbagai varian warna yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk bagian depan (body) biasanya memakai dempul berwarna kuning dan warna merah untuk bagian belakang. Tetapi warna dempul tersebut dikondisikan dengan ketersediaannya dan apabila ada spesifikasi permintaan warna gitar yang dipesan. 53

66 Gbr.13 Dempul Kayu (Dokumentasi Penulis) Cat Cat yang digunakan adalah cat besi dengan berbagai warna dan merek sesuai kebutuhan dalam proses pengecatan gitar tersebut. Untuk cat dasarnya menggunakan cat oker hitam dan biasanya dipakai untuk bagian leher gitar. Gbr.14 Cat Oker Hitam (Dokumentasi Penulis) Thinner Digunakan sebagai campuran untuk bahan dempul. Campuran thinner ini untuk menghasilkan permukaan gitar yang halus sebelum dilakukan proses pengecatan. 54

67 Gbr.15 Thinner (Dokumentasi Penulis) Melamin kayu Digunakan sebagai vernis yaitu bahan lapisan terakhir atau dalam proses finishing pada proses pengecatan dan yang digunakan bermerek imfra. Gbr.16 Impra (Dokumentasi Penulis) 55

68 Kertas Pasir Digunakan sesuai dengan keperluan di dalam proses pembuatan yang fungsinya untuk menghaluskan bagian-bagian organ gitar tersebut. Gbr.17 Kertas Pasir (Dokumentasi Penulis) Campuran Oli Digunakan untuk pengolesan bagian leher untuk memperlicin gitar setelah diberi cat oker hitam sebagai cat dasar. Oli juga dipakai apabila ada bagian pada gitar yang memerlukan campuran oli tersebut. Gbr.18 Campuran Oli (Dokumentasi Penulis) 56

69 Bahan-Bahan Lainnya Beberapa bahan lainnnya antara lain perlengkapan untuk gitar tersebut seperti berbagai macam ukuran dan merek senar, putaran kuping (bagian head/kepala), spull (pick up khusus untuk gitar akustik elektrik ataupun elektrik), penahan senar, jembatan senar (saddle), hiasan bagian dekat lubang resonator (rossete), mur baut. Semua bahan bahan ini dibeli ataupun dipesan semuanya dari kota Medan dari salah satu toko musik yang ada di sana. Gbr.19 Contoh Bahan Lainnya, Rosette (Hiasan) (Dokumentasi Penulis) Peralatan Yang Digunakan Ketam Ketam berfungsi untuk membentuk, meratakan, dan menghaluskan permukaan kayu. Mesin ini menjadi peralatan yang utama dan vital di dalam pembuatan gitar tersebut karena digunakan dari tahap dasar hingga sampai tahap dimana gitar siap untuk di dempul karena kayu yang digunakan pada seluruh bagian organ gitar harus dalam kondisi halus. 57

70 Gbr.20 Mesin Ketam dan Ketam Kuku (Dokumentasi Penulis) Gergaji Digunakan untuk memotong dan membelah bahan kayu. Ada berbagai jenis gergaji yang dipakai dan salah satunya adalah yang diciptakan oleh bapak Karal Hutagalung pada awal mula merintis usaha pembuatan gitar ini. Seiring waktu kini gergaji tersebut telah menggunakan tenaga listrik untuk menggunakannnya tidak lagi secara manual meskipun ada juga gergaji yang masih dipakai secara manual. Gbr.21 Gergaji Listrik dan Manual 58

71 (Dokumentasi Penulis) Karenda Karenda atau mesin gerinda berfungsi juga untuk meratakan permukaan kayu. Gbr.22 Karenda (Google.com) Tuhil-Tuhil Tuhil-Tuhil atau jenis pahat berfungsi untuk pengait pada saat perakitan badan gitar dengan bagian leher. Ada beberapa jenis yang dipakai dan sudah dimodifikasi yang menyesuaikan dengan kebutuhan pada saat perakitannya. Alat ini juga diciptakan sendiri. 59

72 Gbr.23 Tuhil-Tuhil (Dokumentasi Penulis) Penggaris/Meteran Berfungsi untuk mengukur panjang-pendeknya ukuran bahan atau konstruksi badan gitar secara keseluruhan. Gbr 24. Meteran (Dokumentasi Penulis) 60

73 Kikir Berfungsi untuk membentuk permukaan kayu menjadi halus dan juga membuat beberapa bagian kayu sedikit kasar sesuai yang diinginkan atau hanya sedikit bagian yang dihaluskan. Gbr.25 Kikir (Dokumentasi Penulis) Matras/Mal Berfungsi untuk mengukur ketepatan jarak antara fret. Alat ini dibuat sendiri oleh bapak Albert Hutagalung. Adapun standar pengukuran jarak yang dipakai adalah berdasarkan hitungan tradisional yang sejak dahulu telah dipakai oleh bapak Karal Hutagalung dan sampai saat ini masih digunakan. Gbr.26 Matras/Mal (Dokumentasi Penulis) 61

74 Kompresor Digunakan pada saat proses pengecatan gitar. Disebut juga dengan alat airbruss yang digunakan dengan teknik disemprot. Kompresor yang digunakan bermerek shark. Gbr.27 Mesin Kompresor (Dokumentasi Penulis) Bor Digunakan untuk membuat lubang-lubang pada bahan dengan menyesuaikan diameter dan ukuran mata bor yang digunakan. Adapun ukuran mata bor yang digunakan adalah 6 mm. 62

75 Gbr.28 Bor (Dokumentasi Penulis) Peralatan-Peralatan Lainnya Ada cukup banyak peralatan yang digunakan dalam pembuatan gitar ini. Beberapa diantara peralatan tersebut bahkan ada yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa, seperti sejenis pisau yang ujung mata pisaunya dibuat sesuai dengan kebutuhan. Adapun berbagai peralatan tersebut antara lain: pisau, batu asa, kampak kayu, martil, obeng, tang potong, gunting, dan beberapa peralatan lainnya. Semua peralatan tersebut digunakan menyesuaikan dengan kebutuhan pada saat proses pembuatan gitar tersebut dilakukan. 63

76 Gbr.29 Kampak Kayu Gbr.30 Martil (Dokumentasi Penulis) Gbr.31 Tang Potong Gbr.32 Gunting (Dokumentasi Penulis) Gbr.33 Obeng (Dokumentasi Penulis) 64

77 Keterangan Gambar : Obeng telah dimodifikasi pada bagian mata obeng tersebut yang digunakan pada saat proses mangarujak atau membentuk ujung kayu yang tajam dan digunakan juga untuk membentuk pola ukiran lubang di dalam badan gitar selain digunakan sesuai dengan kebutuhannya. Gbr.34 Kuas (Dokumentasi Penulis) Keterangan Gambar : Jenis kuas berukuran besar yang pada bagian bawahnya kasar ini digunakan untuk menghaluskan permukaan kayu di bagian leher gitar sebelum diberi cat oker hitam. Gbr.35 Kayu/Papan Perekat Gbr.36 Kuas Kecil (Dokumentasi Penulis) 65

78 Keterangan Gambar : Kuas dipakai pada saat proses pendempulan. Kayu perekat digunakan sebagai tempat untuk merekatkan 2 buah kayu antuang yang telah dibentuk sesuai dengan ukurannya dan sudah diolesi lem kayu yang akan dijadikan bagian badan gitar dan digambar pola bentuk dari bagian badan (body) gitar tersebut Teknik Pembuatan Gitar Pengolahan Bahan Baku Kayu Dalam pembuatan gitar tersebut setelah bahan-bahan siap semua maka selanjutnya adalah proses pembentukan bahan dan dibentuk sesuai desain kerangka dan konstruksi per bagian organ-organ gitar. Pembentukan kayu dipotong sesuai model dengan mengikuti pola konstruksi yang diinginkan. Proses pengeringan bahan kayu sendiri dilakukan secara alami (dikeringkan dalam ruang terbuka dan diletakkan di dalam gudang bapak Albert Hutagalung) sampai kira-kira selama kurang lebih 4 bulan. Hal ini untuk menjaga kualitas tekstur kayu, karena bila proses pengeringan menggunakan sinar matahari secara langsung dimana cuaca dan suhu yang tidak menentu, maka dapat berdampak pada kualitas teksturnya. Akan terjadi perubahan warna yang mulai terlihat setelah beberapa minggu. Selain perubahan warna, permukaan kayu juga akan menjadi kasar. Setelah kayu benar-benar kering, selanjutnya dibentuk untuk organ-organ gitar yang diantaranya adalah membuat pola untuk bagian leher (neck), (head) kepala, papan jari (fingerboad), dan penahan leher (heel). Selain bagian leher juga 66

79 termasuk organ-organ pada badan (body) gitar seperti kerangka body, jembatan (bridge), pembentukan lubang resonator (soundhole). Untuk tahap awalnya sendiri kayu dipotong dengan bentuk bentuk persegi panjang yang nantinya akan digunakan untuk bagian badan gitar. Selanjutnya adalah proses pengikisan kayu-kayu tersebut dengan menggunakan gergaji listrik. Setiap bilahan kayu diselipkan atau dimasukkan ke bagian mesin gergaji listrik, dan setelah tekstur kayu sudah sesuai dengan diinginkan maka bagian sisi kayu yang lain kembali dikikis. Setiap bagian sisi pada kayu harus dikikis dengan rata dengan tekstur yang halus. Gbr.37 Proses Pengikisan (Dokumentasi Penulis) 67

80 Gbr.38 Kayu Sebelum Dikikis Gbr.39 Kayu Setelah dikikis (Dokumentasi Penulis) Setiap dua buah kayu yang telah dikikis tadi digabungkan atau direkatkan menjadi satu. 30 Adapun tempat merekatkan dan menjepit kedua buah kayu menggunakan wadah berupa papan berbentuk persegi yang sengaja telah dibuat oleh bapak Albert Hutagalung. Kayu direkatkan dengan mengoleskan lem kayu pada kedua sisi sisi kayu pada bagian depan dan belakang dengan menggunakan kuas. Selanjutnya kayu dimasukkan ke dalam papan dan diratakan satu sama lain sehingga keduanya menjadi sama. Apabila lem masih dirasa kurang maka bisa mengoleskannya lagi pada sisi bagian tengah kedua kayu. Setelah itu bagian sisi papan yang masih terbuka dimasukkan bilahan bilahan kayu kecil yang berguna untuk menjepit kedua buah kayu yang akan direkatkan tadi supaya tetap rata antara kedua sisi kayu. Adapun proses pengelemannya sendiri berlangsung dua hingga empat jam lamanya. 30 Disebut juga dengan Mangarapit 68

81 Gbr.40 Pengeleman Gbr.41 Memasukkan Kayu (Dokumentasi Penulis) Gbr.42 Bilahan Kayu Gbr.43 Memasukkan Bilahan (Dokumentasi Penulis) Pembuatan Bagian Badan (Body) Setelah kedua kayu sudah merekat maka bilahan kayu yang dimasukkan tadi dibuka dan kayu diambil. Adapun kayu kayu yang telah selesai direkatkan digunakan untuk pembuatan bagian depan dan belakang gitar (sound board dan back board). Kayu ditandai dan digambar dengan menggunakan pulpen bentuk pola badan gitar sebelum kemudian ditentukan berapa panjang dan lebarnya. Pola yang sudah dibentuk kemudian dipotong dengan menggunakan gergaji sesuai dengan alur dari bentuk yang sudah digambar. Semua bagian sisi harus rata dan tidak ada sisa serabut pada kayu yang masih melekat pada kayu tersebut. 69

82 Untuk menghaluskan bagian kayu digunakan mesin ketam. Mesin digunakan harus berjalan dengan satu arah tanpa bolak balik baik secara vertikal maupun horizontal. Ini dimaksudkan untuk menjaga tekstur kayu supaya lebih halus dan permukaannya tidak rusak. Kayu harus sangat halus dan diperlukan waktu ½ -1 jam lamanya untuk proses menghaluskannya. Gbr.44 Mengeluarkan Bilahan Gbr.45 Menggambar Pola (Dokumentasi Penulis) Gbr.46 Memotong Pola Gbr.47 Menghaluskan Kayu (Dokumentasi Penulis) Bagian Samping Gitar Untuk bagian samping (side board) rangka gitar telah dibuat dan memakai jenis kayu yang sama ataupun bisa berbeda dengan kayu yang dipakai untuk 70

83 bagian depan dan belakang. Bagian inilah yang berpengaruh terhadap bentuk dan model tabung gitar yang akan dibuat. Kayu sebelumnya dibasahi terlebih dahulu dengan air karena jika langsung dilakukan pembentukan langsung akan kesulitan mengikuti pola-pola lengkungan bagian samping serta mengakibatkan kayu patah bahkan bisa rusak, sehingga dapat mempengaruhi bentuk gitar menjadi tidak sesuai dengan konstruksi yang diinginkan dan menyulitkan dalam proses perakitan. Untuk pengeringannya memerlukan waktu yang cukup lama yaitu kurang lebih setengah hari. Prosesnya adalah bagian rangka kayu dijemur di bawah sinar matahari dan dijepit dengan penjepit jemuran pada semua bagian keliling rangkanya. Bagian atas dan bawah juga telah dikunci dengan baut yang dibuat pada wadah berupa kayu yang tujuannya untuk mengetatkan bagian rangka itu sendiri. Gbr.48 Penjemuran Bagian Rangka (Dokumentasi Penulis) Bagian Depan Gitar Setelah bagian rangka selesai dijemur selanjutnya adalah membuat dan mengukur panjang dan lebar yang akan dijadikan bagian depan (soundboard) dan belakang (backboard) badan gitar yang dihitung berdasarkan bentuk rangka 71

84 tersebut. Rangka gitar terlebih dahulu dimasukkan pada sebuah wadah terbuat dari kayu yang bentuk dan luasnya mencakup bagian rangka gitar tersebut. Untuk menentukan dan mengukur panjang dan lebar semua bagian badan menggunakan mal/penggaris dengan meletakkannya di bagian rangkanya. Kemudian memasang tiga bilahan kayu yang fungsinya menopang bagian depan ataupun belakang gitar. Ketiga bilahan kayu tentunya berbeda ukuran dan tekstur dari kedua ujungnya dibuat agak runcing supaya bisa dimasukkan pada bagian rangka gitar. Setelah ketiga bilahan kayu sudah halus maka dilengketkan pada ketiga bagian sisi badan gitar menggunakan lem kayu. Kayu yang sudah siap digunakan membuat bagian badan tadi dan sudah dibentuk polanya diletakkan pada bagian rangka gitar. Selanjutnya menggambar ukuran pola badan gitar langsung pada bagian kayu tersebut dengan menggunakan pulpen dan pengggaris berdasarkan ukuran rangka gitar tersebut. Kemudian memotong pola bagian gitar yang sudah selesai digambar, dihaluskan lagi dengan memakai mesin amplas dan direkatkan dengan lem kayu pada bagian rangka tersebut. Untuk bagian depan setelah direkatkan dengan bagian rangka, selanjutnya dijepit dengan dua buah papan yang kemudian dikunci dengan baut pada kedua bagian papan tersebut. Adapun tujuannya adalah untuk lebih merekatkan bagian depan dengan bagian rangka dan dikeringkan yang dijemur di bawah sinar matahari kurang lebih selama 4 jam. Proses ini berlaku hanya untuk bagian depan saja karena sangat berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan nantinya. Setelah dibuka kemudian dihaluskan lagi dengan mesin ketam bagian bagian sisinya dan memotong dan mengikis kembali pola bentuk bagian depan gitar dengan menggunakan pisau agar semakin sesuai dengan bentuk rangkanya. 72

85 Gbr.49 Wadah Gitar Gbr.50 Proses Pengukuran (Dokumentasi Penulis) Gbr.51 Pengeleman Gbr.52 Menggambar Bentuk (Dokumentasi Penulis) Gbr.53 Penjepitan Gbr.54 Pengeringan (Dokumentasi Penulis) 73

86 Gbr.55 Memotong Pola Gbr.56 Bagian Depan Gitar (Dokumentasi Penulis) Pembuatan Lubang Suara (Resonator) Dengan menggunakan jangka lubang resonator dibuat dengan cara memutarnya untuk menandai terlebih dahulu pada bagian depan serta mengikisnya secara perlahan, kemudian dengan cara yang sama pada bagian dalam lalu mencungkil lubang yang sudah jadi dari sisi bagian dalam. Gbr.57 Menandai Lubang (1) Gbr.58 Mengikis Lubang (1) (Dokumentasi Penulis) 74

87 Gbr.59 Menandai Lubang (2) Gbr.60 Mengikis Lubang (2) (Dokumentasi Penulis) Gbr.61 Mencungkil Lubang Gbr 62 Hasil Akhir Bagian Belakang Gitar Setelah ketiga bilahan kayu untuk bagian belakang direkatkan, selanjutnya menggabungkan bagian belakang dengan bagian depan dan rangka dengan menggunakan lem kayu. Adapun pembuatan untuk seluruh bagian badan gitar ini dikerjakan menurut keinginan bapak Albert Hutagalung yang mana terlebih dahulu yang akan dibuat. 75

88 Gbr 63 Hasil Akhir Lebar bagian atas : 29 cm Diameter : 9,5 cm Lebar bagian tengah : 28 cm Lebar bagian bawah : 38 cm Panjang bagian body : 49 cm (Dokumentasi Penulis) Pembuatan Jembatan (Bridge) Dilengketkan memakai lem kayu ke bagian badan dan juga memakai mur/baut. Setelah itu membentuk bagian jembatan yang diantaranya membuat lubang saddle (penahan senar) dan lubang untuk memasukkan senar. Untuk membentuknya sendiri dengan menggunakan tuhil-tuhil yang dipahat sedemikian rupa dan juga memakai kikir membuat lubang untuk posisi saddle. Panjang untuk posisi saddle ± 5,5 cm dan panjang keseluruhan jembatan ± 17 cm. Gbr.64 Membentuk Jembatan Gbr.65 Membuat Posisi Saddle 76

89 Gbr.66 Hasil Akhir (Jembatan) (Dokumentasi Penulis) Penggabungan Bagian Leher ke Bagian Badan Untuk menggabungkannya bagian leher yang dipersiapkan antara lain papan jari (fingerboard) yang nantinya terdapat sejumlah fret dan kayu yang dijadikan bagian leher yang sudah terdapat bagian kepala (head). Pada bagian belakang kayu sendiri ada bagian penahan yang berfungsi sebagai penyambung antara leher dan badan. Penahan leher (heel) adalah bagian yang menonjol mirip sebuah tanduk terletak pada bagian belakang gitar dipersambungan leher dan tubuh gitar. Kayu yang dijadikan bagian leher disatukan dan disejajarkan dengan bagian badan. Dengan memakai martil bagian belakang kayu dipukul hingga masuk bagian tengah penyangga badan gitar. Untuk lebih merekatkan lalu diberi lem kayu pada bagian belakang tersebut. Pengeleman berlangsung dan ditunggu kurang lebih 20 menit. Setelah itu papan jari yang sudah disiapkan dilengketkan juga memakai lem kayu ke bagian leher yang sudah menyatu dengan bagian badan. Lalu untuk merekatkan semua bagian yang sudah disatukan tadi, kemudian dijepit dan dikunci dengan beberapa bilahan kayu ukuran sedang berbentuk 77

90 persegi yang telah dibuat serta dimodifikasi sedemikian rupa. Proses penjepitan serta merekatkan seluruh bagian berlangsung selama 3 jam dan dijemur di bawah sinar matahari. Setelah pengeringan selesai selanjutnya adalah penyempurnaan seluruh bagian leher dan badan gitar. Penahan leher pada bagian belakang kemudian dihaluskan, dipotong, dan dibentuk hingga ujungnya menjadi menonjol. Selanjutnya dengan menarik narik menggunakan tangan bagian leher diperiksa kembali untuk memastikan bahwa apakah sudah merekat dengan baik dengan bagian badan, dan begitu juga dengan papan jari yang menempel di bagian leher. Bagian badan, papan jari, dan sisi sisi bagian leher dihaluskan dan diratakan kembali dengan memakai mesin ketam. Beberapa bagian permukaan kayu juga dibentuk dengan menggunakan kikir membentuk pola lekungan-lekungan yang terdapat pada bagian badan maupun leher. Untuk bagian penahan leher kemudian dimasukkan lagi kayu yang panjangnya kira kira ¾ jari telunjuk pada sisi bagian dalam. Organ ini disebut dengan walang yang juga berfungsi sebagai penghubung dan penyambung bagian leher dan badan. Ini dimaksudkan untuk lebih menguatkan konstruksi supaya leher tidak mudah patah. Dengan menggunakan gergaji bagian sudut penahan leher dibelah kemudian kayu dipukul menggunakan martil hingga masuk sisi bagian dalamnya. 78

91 Gbr.67 Bagian Leher Tampak Depan, Belakang, Samping (Dokumentasi Penulis) Keterangan Gambar : Panjang bagian head (kepala) ± 18 cm Lebar bagian head ± 6,5 cm Tebal bagian head ± 1,5 cm Panjang untuk nut ± 4,5 cm Panjang Freetboard (papan penjarian) ± 40 cm Lebar Freetboard ± 6 cm Panjang Heel (penahan leher) ± 9 cm Tebal Akhir Heel ± 2 cm Panjang Seluruh Leher ±60 cm 79

92 Gbr.68 Pemasangan Freetboard Gbr.69 Proses Pengeringan (Dokumentasi Penulis) Gbr.70 Menarik Bagian Leher (Dokumentasi Penulis) Gbr.71 Pengetaman Bagian Depan Gbr.72 Pengetaman Bagian Belakang 80

93 Gbr.73 Pengetaman Bagian Freetboard Gbr.74 Pengetaman Bagian Samping (Dokumentasi Penulis) Gbr.75 Pengikiran Bagian Badan Gbr.76 Pengikiran Bagian Leher (Dokumentasi Penulis) 81

94 Gbr.77 Pengikiran Bagian Heel Gbr.78 Pengikiran Bagian Samping (Dokumentasi Penulis) Gbr.79 Membelah Bagian Heel Gbr.80 Memasukkan Kayu (Dokumentasi Penulis) Membuat Lubang di Bagian Kepala (Head) Lubang pada bagian kepala adalah tempat memasukkan pengatur nada (tuning machine) yang sering disebut kuping gitar. Model bagian kepala 82

95 bermacam macam dibuat diantaranya bagian kuping terbagi atas dua jalur kiri dan kanan, dan satu jalur seperti kebanyakan pada gitar elektrik. Beberapa model kepala gitar ada yang dibuat tidak menggunakan capstan (penghubung antar kuping) tetapi terbagi atas dua jalur. Untuk membuat lubang adalah dengan cara mengebor bagian atas kepala hingga tembus ke bawah dan membuat tiga lubang pada sisi bagian kiri dan kanan yang sebelumnya telah diukur dan ditandai dengan pulpen. Adapun untuk gitar yang menggunakan capstan (biasanya gitar klasik) membuat lubang dengan mengebor dari bagian samping kepala dan membentuk dan membagi bagian tengah kepala sebagai pemisah jalur kiri dan kanan. Gbr.81 Mengebor Bagian Kepala (Dokumentasi Penulis) 83

96 Gbr.82 Bagian Kepala Jarak lubang ke bagian atas kepala : 3 cm Jarak penentuan lubang dari ujung samping : 0,5 cm Jarak ke bagian atas antar lubang : 3,5 cm Jarak ke bagian samping antar lubang : 5 cm Jarak lubang dari bagian leher : 5,5 cm (Dokumentasi Penulis) Membentuk Bagian Ujung Kepala Dengan memakai pisau dan gergaji bagian ujung kepala dipotong dan dibentuk sesuai dengan pola dan bentuk yang diinginkan. Gbr.83 Membentuk dengan Pisau Gbr.84 Membentuk dengan gergaji (Dokumentasi Penulis) 84

97 Pembuatan dan Pengukuran Posisi Fret Menentukan dan membagi batas antara fret 31 pada papan jari (freetboard) memakai pengukuran secara tradisional. Cara pengukurannya sendiri telah digunakan semenjak pertama kali pembuatan gitar dilakukan oleh Alm. Bapak Karal Hutagalung dan sampai sekarang masih tetap digunakan oleh Bapak Albert Hutagalung. 32 Untuk menentukannya terlebih dahulu matras/mal 33 diletakkan di atas papan jari, lalu dengan memakai pulpen dan penggaris batas antar fret dengan ketentuan yang ada pada matras ditandai dan dibuat garis pemisah pada papan jari yang akan menunjukkan jarak antara fret. Kemudian setiap batas yang sudah ditandai digergaji lagi dengan halus agar batas antar fret tetap terlihat. Pemasangan fret dilakukan setelah proses pendempulan selesai. Gbr.85 Meletakkan Matras Gbr.86 Membuat Tanda (Dokumentasi Penulis) 31 Deretan logam tipis pada leher gitar yang diatur dalam jarak tertentu. Digunakan untuk mengatur frekuensi nada dan panjang pendeknya senar agar dapat menghasilkan not atau nada yang berbeda-beda. 32 Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung. 33 Berfungsi untuk mengukur ketepatan jarak antara fret. Alat ini dibuat sendiri oleh bapak Albert Hutagalung. Adapun standar pengukuran jarak yang dipakai adalah berdasarkan hitungan tradisional yang sejak dahulu telah dipakai oleh bapak Karal Hutagalung dan sampai saat ini masih digunakan. 85

98 Gbr.87 Membuat Garis Gbr.88 Menggergaji (Dokumentasi Penulis) Gbr.89 Hasil Akhir Mengoleskan Cat Dasar Pada Freetboard Sebelum bagian papan jari diberikan atau dioleskan cat, dengan menggunakan kertas pasir dan kuas seluruh bagian papan jari dari atas hingga bawah digosok gosok untuk menghasilkan permukaan kayu yang agak kasar. Selanjutnya baru dioleskan cat oker hitam yang hanya sebagai cat dasar untuk bagian ini. Mengeringkan cat memerlukan waktu 2 jam lamanya sebelum dilakukan pendempulan bagian badan. 86

99 Gbr.90 Menggosok Freetboard Gbr.91 (Setelah Digosok) (Dokumentasi Penulis) Gbr.92 Mengoleskan Cat (Dokumentasi Penulis) Proses Pendempulan Sebelum dilakukan pendempulan seluruh bagian badan dan leher dihaluskan kembali dengan menggunakan kertas pasir. Proses menghaluskan sendiri membutuhkan waktu satu hingga dua jam lamanya karena tekstur kayu keseluruhan bagian harus betul betul halus. Dengan memakai kuas dempul yang juga diberi campuran thinner dioleskan pada bagian gitar. Adapun dempul yang dipakai memakai beberapa varian warna disesuaikan dengan warna gitar yang akan dibuat. Artinya warna dempul yang 87

100 dipakai sama dengan warna cat yang akan digunakan. Contohnya apabila gitar akan dibuat warna kuning, dempul yang digunakan juga berwarna kuning pada bagian depan (soundboard) dan untuk bagian belakang badan dan leher, termasuk bagian samping menggunakan dempul warna merah. Cara itu berlaku untuk setiap warna dan tentunya juga dibuat apabila ada permintaan warna yang lebih spesifik. Proses pengeringan setelah didempul berlangsung kurang lebih ½ hari. Gbr.93 Menghaluskan Body Gbr.94 Mendempul Bagian Depan (Dokumentasi Penulis) Gbr.95 Mendempul Bagian Belakang Gbr.96 Mendempul Bagian Samping (Dokumentasi Penulis) 88

101 Gbr.97 Setelah Didempul (1) Gbr.98 Setelah Didempul (2) (Dokumentasi Penulis) Pengecatan Yang pertama dilakukan adalah pengecatan dasar (fondation) dengan teknik disemprot menggunakan tenaga angin dari peralatan kompresor. Untuk cat dasar menggunakan warna cat yang kontras dengan warna akhir yang dikehendaki. Misalnya bila warna akhir yang diinginkan adalah warna hitam maka warna cat dasar yang digunakan adalah warna putih. Setelah pengecatan warna akhir selesai maka dilanjutkan proses finishing dengan menggunakan bahan cat melamine atau vernis sebagai lapisan pengkilap dan pelindung kecerahan cat. Kesempurnaan hasil finishing dan pengecatan sangat bergantung pada ketelitian dalam proses pendempulan sehingga hasilnya tampak halus, rata, dan mengkilap pada hasil akhirnya. Pengeringan setelah dicat berlangsung dua jam lamanya. 89

102 Gbr.99 Gitar Setelah Dicat (Dokumentasi Penulis) Tahap Akhir Bagian akhir adalah pemasangan keseluruhan organ organ pendukung gitar diantaranya adalah pengatur nada (tuning machine), nut, saddle, pemasangan senar, dan juga proses penyeteman/penalaan (tuning). 90

103 Tabel Pembuatan Gitar Bona Pasogit Pengeringan Kayu Pemotongan Kayu Pengolahan Bahan Baku Kayu Pembentukan Bahan Pengikisan Kayu Merekatkan 2 buah Kayu Bagian Samping Gitar Bagian Depan Gitar Pembuatan Bagian Badan (Body) Pembuatan Lubang Suara (Resonator) Bagian Belakang Gitar Pembuatan Jembatan (Bridge) Membentuk Jembatan Membuat Posisi Saddle Pemasangan Freetboard Proses Pengeringan Penggabungan Bagian Leher dan Menarik Bagian Leher Proses Pengetaman Badan Proses Pengikiran Membelah Bagian Heel Memasukkan Kayu (yang dijadikan walang) Membuat Lubang di Bagian Kepala Mengebor Bagian Kepala (Head) Membentuk Bagian Ujung Kepala Membentuk Dengan Pisau Membentuk Dengan Gergaji Pembuatan dan Pengukuran Posisi Meletakkan Matras Membuat Tanda Fret Membuat Garis Menggergaji Mengoleskan Cat Dasar Pada Menggosok Freetboard Mengoleskan Cat Freetboard Proses Pendempulan Menghaluskan Bagian Badan Proses Pendempulan Pengecatan Pengecatan Dasar Pengeringan Cat 91

104 BAB IV PEMASARAN GITAR BONA PASOGIT SIPOHOLON 4.1 Gambaran Umum Tentang Pemasaran Dalam setiap bidang industri dimanapun industri itu berada baik bergerak di bidang produk maupun jasa pasti tidak terlepas dari kegiatan pemasaran, karena tanpa kegiatan tersebut sangatlah sulit suatu produk bisa sampai ke tangan konsumennya. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana baik individu maupun kelompok yang terlibat dalam proses tersebut memperoleh produk atau jasa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk atau jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 1997). Menurut Kurtz (2008:42) strategi pemasaran adalah sebuah keseluruhan, program perusahaan untuk menentukan target pasar dan memuaskan konsumen dengan membangun kombinasi elemen dari bauran pemasaran; produk, distribusi, promosi, dan harga. Sedangkan menurut Kotler & Amstrong (2008:45), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk menciptakan nilai dan mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan konsumen. Strategi bauran pemasaran adalah salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan atau usaha guna mempertahankan eksistensi dan kelangsungan perusahaan dalam persaingan yang semakin ketat dalam era global saat ini. Sebagaimana menurut Kotler & Armstrong bauran pemasaran adalah adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol meliputi produk, harga, tempat, 92

105 dan promosi yang dipadukan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran Produk Gitar Bona Pasogit Salah satu komponen bauran pemasaran yang penting adalah produk. Kegiatan pemasaran dikatakan berhasil apabila perusahaan atau penjual mampu membujuk konsumen dan akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan. Menurut Assauri produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan untuk digunakan oleh konsumen guna memenuhi kebutuhannya dan memberikan kepuasan. 35 Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Awal mula usaha pembuatan gitar ini berjalan, masyarakat lebih mengenalnya dengan nama Gitar Sipoholon. Awalnya gitar ini belum mempunyai nama yang sah dan pasti untuk dipakai kepada produk gitar tersebut. Karena itu Sipoholon menjadi merek 36 yang dipakai pada gitar tersebut selama beberapa tahun. Pada tahun 2000 gitar ini sudah didaftarkan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan mendapat nama dengan trademark (merek dagang) Gitar Bona Pasogit. Bona Pasogit akhirnya menjadi merek (brand) yang disematkan kepada gitar yang diproduksi ini. Meskipun begitu sampai saat ini masyarakat lebih sering menyebut dan mengenalnya dengan sebutan gitar Sipoholon karena memang mencerminkan wilayah daerah setempat dan juga menjadi salah satu 34 Philip Koetler dan Gary Amstrong. 35 Sofyan, Assauri. Manajemen Pemasaran (dalam konsep dan strategi). 36 Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi semuanya yang mengidentifikasikan produk para penjual dan membedakannya dari produk para pesaing (Lamb 2001:421). 93

106 kebanggaan khususnya kecamatan Sipoholon dan daerah kabupaten Tapanuli Utara. Gitar akustik, klasik, akustik elektrik, gitar berukuran besar maupun kecil diproduksi setiap harinya. Setiap pembeli juga bisa memesan gitar menurut selera yang diinginkan baik dari jenis, model, bentuk, ukuran, maupun ornamen yang akan dibuat pada gitar tersebut. Yang membedakan gitar ini dengan beberapa produk gitar lainnya adalah pemilihan bahan baku yaitu kayu lokal yang dipakai berasal dari daerah sekitar Tapanuli Utara, peralatan yang digunakan dalam proses produksinya, serta teknik pembuatan yang masih memakai konsep tradisional yang sudah diwariskan secara turun temurun. Untuk menjaga kualitas produk gitar, yang utama dilakukan adalah memilih bahan baku kayu dengan kualitas yang baik. Kayu yang dipilih dan digunakan memiliki ciri fisik diantaranya adalah bobotnya yang ringan dan lembek, mudah untuk diolah di dalam pengerjaannya, dan pada saat proses pengamplasan hasilnya tidak menimbulkan serabut serabut di permukaan (berbulu). Adapun pembuatan Gitar Bona Pasogit ini dahulunya dikerjakan dengan handmade (buatan tangan), meskipun seiring perkembangan waktu dan tentunya perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini sudah menggunakan bantuan beberapa peralatan mesin 37 untuk membantu meringankan dalam proses pembuatannya agar lebih cepat dan efesien dalam waktu pengerjaannya. Untuk menjaga kualitas gitar yang dihasilkan pemilihan bahan baku berupa kayu sangat penting dalam proses pembuatannya dan kayu yang digunakan adalah beberapa jenis kayu lokal. 37 Beberapa peralatan mesin digunakan setelah dibeli menggunakan dana bantuan diantaranya yang diberikan oleh pemerintah kabupaten Tapanuli Utara sebesar 40 juta (Albert Hutgalung). 94

107 Target pemasaran produknya adalah untuk semua kalangan masyarakat, bawah sampai atas dan dari sisi kemampuan baik pemula maupun yang sudah mahir memainkan gitar. Gitar Bona Pasogit diproduksi 38 sekitar setiap bulannya, yang berarti dalam satu minggu 6-7 gitar bisa diproduksi. Adapun untuk penghasilannya kurang lebih sekitar lima juta rupiah per bulannya 39. Gitar ini sudah dijual ke berbagai wilayah, baik itu di daerah sekitar Tapanuli Utara yang menjadi sentra produksinya, ataupun di luar daerah di beberapa kawasan Sumatera Utara, luar provinsi, bahkan permintaan pernah hingga sampai ke luar negeri. Gbr.100 Lambang Gitar Bona Pasogit (Dokumentasi Penulis) Keterangan Gambar : Lambang gitar ini dibuat pada bagian kepala (head) gitar. Arti lambang tersebut adalah nada. Gbr 101 Bagian Jembatan (Bridge) Gitar (Dokumentasi Penulis) 38 Awal mula berdiri hingga saat ini dapat dikatakan bahwa usaha ini memiliki tingkat produksi yang setiap tahunnya meningkat. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga pernah terjadi pasang surut penjualan (Albert Hutgalung). 39 Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung 95

108 Keterangan Gambar : Merek dibuat pada bagian jembatan gitar. Pada gambar bentuk jembatan berbeda dengan bentuk bagian jembatan gitar umumnya. 4.3 Harga Gitar Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Demi mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya seorang konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Penentuan harga pada umumnya yaitu dengan menjumlah secara keseluruhan biaya-biaya mulai dari biaya dasar sampai ke biaya operasionalnya. Dari biaya-biaya tersebut lalu dijumlahkan untuk menentukan harganya. Penentuan harga sangat mempengaruhi citra produk serta keputusan konsumen untuk membeli. Penentuan harga juga berhubungan dengan pendapatan dan turut mempengaruhi penawaran atau saluran pemasaran. Keputusan dalam penentuan harga harus konsisten dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. 40 Adapun harga-harga produk gitar Bona Pasogit dapat dilihat pada tabel berikut ini: Jenis Gitar Harga Gitar Gitar Standar Rp ,00 Gitar Akustik Rp ,00 Gitar Akustik Elektrik Rp ,00 Gitar Klasik Rp ,00 Gitar Ukuran Kecil-Besar Rp ,00-Rp ,00 40 Philip Kotler dan Gary Amstrong Dasar-Dasar Pemasaran terjemahan Alexander Sindoro. 96

109 Dengan menghitung harga bahan dasar, biaya operasional, serta tingkat kesulitan di dalam proses pembuatannya harga-harga tersebut sudah dirasa tepat untuk konsumen yang ingin membeli. Untuk bahan baku berupa kayu sendiri dibeli per kubiknya dengan harga Rp ,00 - Rp , Adapun biaya produksi untuk menghasilkan satu buah gitar kira-kira mencapai Rp ,00 - Rp , Untuk permintaan gitar lebih spesifik yang dipesan menurut keinginan pembeli, akan ditulis terlebih dahulu baik itu model, ukuran, maupun ornamen yang ingin dibuat pada gitar tersebut. Harga gitar tentunya berbeda tergantung seberapa banyak bentuk-bentuk yang akan dibuat pada gitar tersebut. Pembeli memberikan uang muka sesuai kesepakatan sebagai tanda jadi dan proses pelunasannya setelah gitar sudah selesai dan siap untuk diambil, atau bisa juga dikirimkan langsung kepada pembeli yang biasanya dari luar daerah kecamatan Sipoholon. 4.4 Promosi Produk Gitar Promosi merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawrkan perusahaan yang bersangkutan. 43 Untuk mengenalkan 41 Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung 42 Wawancara dengan Bapak Albert Hutagalung. 43 Ratih hurriyati, Bauran Pemasaran & Loyalitas Konsumen. 97

110 gitar Bona Pasogit kepada konsumen salah satunya adalah dengan cara penjualan perorangan (personal selling). 44 Bapak Albert Hutagalung berinteraksi secara langsung saling bertemu muka dengan calon pembeli. Beliau memberikan semua informasi yang dibutuhkan calon pembeli dari pertanyaan yang diajukan mengenai produk gitar. Dengan begitu beliau dapat langsung memperoleh tanggapan tentang keinginan dan kesukaan pembeli. Gitar Bona Pasogit dipasarkan secara lisan karena bapak Albert Hutagalung tidak memiliki budget atau modal yang besar untuk melakukan promosi dalam bentuk iklan di media massa. Beliau hanya mampu melakukan pemasaran secara langsung. Ketika suatu produk mampu memberikan yang terbaik dan memuaskan konsumen, maka mereka akan menjadi loyal dan menyebarkan berita bagus tentang produk tersebut kepada masyarakat yang lainnya. Produk yang memiliki kualitas yang baik tentunya akan dicari oleh banyak orang. Begitu juga dengan gitar tersebut yang secara bergerilya dari mulut ke mulut informasi mengenai produk gitar semakin banyak diketahui oleh masyarakat. Dengan begitu semakin banyak masyarakat yang ingin melihat gitar tersebut dan tentunya juga tertarik untuk membelinya. Media massa juga ikut berperan dalam mengenalkan gitar Bona Pasogit. Ini sekaligus menjadi sarana promosi gratis yang bisa memberikan informasi kepada 44 Untuk mengenalkan produk kepada konsumen tentunya dapat melakukan kegiatan promosi. Dalam melakukan kegiatan promosi ada hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah pemilihan bauran promosi (promotion mix) yang terdiri atas iklan (advertising), penjualan perorangan (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), informasi dari mulut ke mulut (word of mouth) dan surat pemberitahuan langsung (direct mail). Rambat Lupiyoadi dan A Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa. 98

111 khayalak luas dengan liputan dari media massa. Tentunya hal ini tidak sama dengan promosi dengan menggunakan iklan, karena liputan yang ditampilkan redaksi media massa sendiri yang ingin menggali informasinya. Gitar sudah beberapa kali dimuat di media massa khususnya media cetak lokal dalam wilayah yang meliput tentang gitar tersebut. 45 Dengan ulasan editorial maka berdampak juga bagi produk gitar Bona Pasogit karena masyarakat diberikan informasi sesuai dengan topik liputan atau pembahasannya yang diantaranya mungkin tentang keunggulan, pelayanan, bahkan prestasi dari gitar Bona Pasogit. Untuk lebih mengenalkan produk gitar Bona Pasogit kepada masyarakat luas, gitar ini juga sering mengikuti pameran pameran kesenian atau festival kebudayaan baik bertaraf lokal, nasional maupun internasional. Di bawah naungan dan bantuan pemerintah daerah gitar ini berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan tersebut. Salah satu acara yang rutin diikuti adalah Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) yang diadakan setiap tahunnya. Untuk acara ini biasanya gitar yang dibawa berjumlah dua atau tiga untuk dipamerkan dalam acara. Adapun gitar yang dibawa adalah gitar yang dibuatkan khusus untuk mengikuti acara tersebut. 46 Beberapa event yang juga pernah diikuti antara lain Lake Toba Ecotourism Summit, pameran di acara Medan Fair, The Season of Indonesian Cultural Heritage and Craft pada tahun 2007 di Jakarta, Jakarta Expo Tourism (Jakarta Fair), mengikuti pameran kesenian di Bandung, mengikuti festival seni di Dusseldoorf, Jerman yang dibawa langsung oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. 45 Wawancara dengan bapak Albert Hutagalung. 46 Wawancara dengan bapak Albert Hutagalung. 99

112 4.5 Saluran Distribusi Lokasi sangat menentukan kesediaan bahan dasar, kelangsungan usaha dan sasaran konsumen sehingga produk dapat mencapai pasar yang dituju secara efektif dan efisien. Penentuan tempat selayaknya memperhatikan beberapa elemen penting seperti saluran pemasaran, cakupan pengelompokan pasar, lokasi persediaan bahan dasar, dan transportasi yang baik. Penentuan tempat sangat penting dalam pemasaran karena berjalannya usaha kedepannya juga ditentukan oleh penempatan tempat yang sesuai dengan barang yang dihasilkan dalam produksi sebuah usaha. Untuk menyalurkan produknya agar produk yang dihasilkan dapat diperoleh dengan mudah pada tempat dan waktu yang tepat dilakukan dengan dikirimkan secara langsung ataupun pembeli bisa mengambilnya langsung ke lokasi gudang pembuatan gitar. 47 Adapun pembeli yang berada di luar daerah kecamatan Sipoholon biasanya dikirimkan langsung ke lokasi yang dituju yang pada saat pemesanan sudah menyertakan alamatnya. Untuk melihat dan memesan gitar Bona Pasogit tersebut para pembeli biasanya langsung datang ataupun bisa memesannya via telepon langsung kepada bapak Albert Hutagalung. Lokasi pembuatan gitar berada di jalan Raya Balige Km.3 Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara. Pembeli yang datang terlebih dahulu melihat dan mencoba gitar yang sudah selesai dikerjakan dan setelah itu baru memesan untuk dibuatkan. Untuk gitar spesifik yang dipesan akan ditulis terlebih dahulu baik itu model, ukuran, maupun ornamen yang ingin dibuat pada gitar tersebut. Pembeli memberikan uang muka sesuai kesepakatan sebagai 47 Gitar tidak dijual maupun dipasarkan pada toko toko alat musik. 100

113 tanda jadi dan proses pelunasannya setelah gitar sudah selesai dan siap untuk diambil atau dikirimkan langsung. Untuk membuat satu gitar memerlukan waktu 5 hari prosesnya dalam keadaan siap diambil dan sudah dikemas. Gitar diambil kira-kira satu hingga dua minggu tergantung daftar tungga (list) pesanan gitar lainnya. Artinya bila pesanan yang dikerjakan masih sedikit maka gitar akan selesai lebih cepat dan juga sebaliknya. Untuk gitar yang dikirim langsung dibebankan juga biaya transportasi tergantung seberapa jauh lokasi pengiriman. Selain membuat gitar bapak Albert Hutagalung juga membuka jasa reparasi berbagai jenis gitar yang bermasalah dan sudah rusak. Gbr 102 Daftar Pemesanan (Dokumentasi Penulis) Keterangan Gambar : Daftar pemesanan ditulis dengan keterangan tanggal selesai/pengambilan nama pemesan,, lokasi pemesan, dan keterangan permintaan gitar yang spesifik. 101

114 Gbr 103 Plakat Gitar Bona Pasogit (Dokumentasi Penulis) Keterangan Gambar : Plakat gitar dibuat di depan bengkel pembuatan dan letaknya persis di pinggir jalan. 4.6 Pengelolaan Gitar Usaha pembuatan Gitar Bona Pasogit dirintis pertama kali oleh Karal Hutagalung. Usaha tersebut sudah diteruskan oleh anak-anak beliau yang mewarisi dan menjalankan usaha ini hingga sampai saat ini. Usaha ini diwariskan Alm. Karal Hutagalung kepada ketiga anaknya yaitu Bapak Albert Hutagalung, Bapak Hotma Hutagalung, dan Bapak Ronny Hutagalung. Adapun kepemilikan usaha ini dipegang oleh ketiganya meskipun sebenarnya bapak Albert Hutagalung tidak lagi bersama menjalankan dan mengelola dengan kedua adiknya. Beliau memutuskan mengelola usaha pembuatan gitar tersebut dengan sendiri sementara kedua adiknya masih bersama-sama menjalankannya. Saat ini beliau dibantu oleh dua orang pekerja dalam proses pembuatannya. Keduanya masih merupakan saudara dekat bapak Albert Hutagalung. Istri beliau juga terkadang ikut membantu untuk pekerjaan yang tidak terlalu sulit dalam proses pembuatannya. 102

115 Mereka sehari-hari melayani permintaan pesanan dari pembeli yang ingin dibuatkan gitar. 4.7 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Faktor pendukung antara lain: a) Tempat produksi, merupakan salah satu faktor pendukung yang dimiliki oleh usaha pembuatan gitar ini. Tempat produksi juga berada dekat dengan kediaman bapak Albert Hutagalung beserta keluarganya. Lokasi strategis yang letaknya persis di pinggir jalan mudah diakses oleh masyarakat yang hendak melihat hasil produksi gitar tersebut. Tempat juga berpengaruh karena dekat dengan lokasi sejumlah bahan baku berupa kayu untuk pembuatan gitar ini. b) Keunggulan produk, kualitas gitar yang dihasilkan berusaha dikerjakan dengan maksimal untuk menjaga kepercayaan konsumen yang ingin menggunakannnya. c) Harga gitar yang masih terjangkau oleh kalangan masyarakat untuk sebuah gitar yang diproduksi secara handmade. Faktor penghambat antara lain: a) Sebagai usaha kecil menengah, maka tidak heran jika promosi yang digunakan dalam memasarkan produknya masih model pemasaran klasik. Promosi yang digunakan belum cukup bisa untuk lebih mengenalkan kepada kalangan masyarakat dalam cakupan yang lebih luas lagi. b) Produk gitar lainnya yang juga semakin banyak di pasaran dan menjadi beberapa alternatif pilihan untuk konsumen pemakai. 103

116 BAB V PENUTUP 5.1 Rangkuman Dalam ilmu organologi alat musik, gitar digolongkan ke dalam klasifikasi golongan chordophone dan disebut sebagai long neck lute yaitu alat musik yang mempunyai leher yang panjang. Termasuk salah satu jenis alat musik harmonis yang artinya bisa digunakan untuk membentuk chord untuk mengiringi sebuah lagu. Instrumen ini adalah salah satu instrumen yang paling populer dari zaman dulu hingga bahkan sampai saat ini di berbagai belahan dunia. Hampir semua kawasan pusat peradaban manusia, alat musik petik mirip gitar senantiasa ada. Pembuatan instrumen dawai atau senar salah satunya termasuk gitar adalah usaha yang sudah lama dilakukan. Luthier adalah istilah yang digunakan untuk pembuat gitar. Awalnya istilah ini hanya dipakai untuk pembuat gitar klasik. Namun kini digunakan pula untuk para pembuat gitar dari jenis apa pun, termasuk alat-alat musik lain yang memakai dawai dan fret. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini gitar banyak diproduksi dengan berbagai jenis, bentuk, merek dan harga oleh produsen pembuatnya yang tentunya semakin menambah pilihan bagi konsumen yang hendak memilikinya sesuai dengan jenis dan kualitas yang diinginkannya. Gitar Bona Pasogit Sipoholon atau yang lebih sering disebut dengan gitar Sipoholon adalah salah satu jenis gitar yang diproduksi di daerah Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara dan merupakan produk 104

117 asli buatan daerah tersebut. Gitar ini mulai diproduksi sekitar tahun 1940-an oleh Bpk.Karal Hutagalung dan sampai sekarang proses pembuatannya sudah diturunkannya kepada generasi selanjutnya yang tak lain kepada anaknya sendiri. Albert Hutagalung adalah anak dari Bapak Karal Hutagalung. Dia adalah anak pertama dari Karal Hutagalung dan tentunya menjadi generasi pertama yang menjadi penerus usaha pembuatan gitar sampai pada saat sekarang ini. Dari kecil sampai beranjak dewasa Bapak Albert Hutagalung sudah terbiasa melihat bapak nya yaitu Karal Hutagalung membuat gitar dan beberapa instrumen buatan beliau lainnya diantaranya seperti poti marende, biola, hasapi, ataupun mandolin. Sebelumnya dia hanya bekerja membantu mengerjakan bagian-bagian yang tidak terlalu rumit di dalam proses pembuatan gitar tersebut. Pada akhirnya Karal Hutagalung memberikan segala teknik teknik di dalam proses pembuatannya kepada Bapak Albert Hutagalung. Lama kelamaan karena sudah terbiasa melihat dan juga berkat didikan sang ayah beliau sudah bisa membuat dan mengerjakannya sendiri. Gitar ini menurut Bpk.Albert Hutagalung dari dulu hingga sampai saat ini proses pembuatannya dilakukan secara manual, meskipun seiring perkembangan waktu dan tentunya perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini sudah menggunakan beberapa peralatan mesin untuk membantu meringankan dalam proses pembuatannya agar lebih cepat dan efesien dalam waktu pengerjaannya. Pembuatan dikerjakan dengan beberapa peralatan yang sangat sederhana dan tentunya mungkin berbeda di dalam proses pembuatan dan juga bahan bahan yang digunakan dengan beberapa jenis gitar lain yang sudah ada sebelumnya yang diproduksi di dalam maupun luar negeri. 105

118 Kayu yang digunakan sebagai bahan baku antara lain adalah jenis kayu lokal antara lain kayu antuang, jalutung, turi-turi (monis-monis), damar laut dan pinus. Bahan bahan lain yang digunakan seperti lem, dempul kayu, cat, thinner. Sedangkan beberapa peralatan yang digunakan antara lain mesin ketam, gergaji listrik maupun manual, tuhil-tuhil, kikir, dan beberapa peralatan lainnya. Gitar akustik, klasik, akustik elektrik, gitar berukuran besar maupun kecil diproduksi setiap harinya. Setiap pembeli juga bisa memesan gitar menurut selera yang diinginkan baik dari jenis, model, bentuk, ukuran, maupun ornamen yang akan dibuat pada gitar tersebut. Harga gitar bervariasi mulai dari Rp , ,00. Untuk lebih mengenalkan produk gitar Bona Pasogit kepada masyarakat luas, gitar ini juga sering mengikuti pameran pameran kesenian atau festival kebudayaan baik bertaraf lokal, nasional maupun internasional yang tentunya juga dibantu oleh pemerintah kabupaten Tapanuli Utara. 5.2 Kesimpulan Tak bisa dipungkiri bahwa gitar adalah salah satu alat musik yang banyak digemari oleh setiap orang dari berbagai kalangan. Ini menjadikan begitu banyak gitar yang diproduksi untuk memudahkan masyarakat untuk mendapatkannya. Hal ini menjadikan produsen berusaha membuat gitar yang bagus dan tentunya dengan kualitas baik pula. Produk gitar Bona Pasogit masih tetap bertahan sampai saat ini di tengah makin banyaknya produk gitar lainnya yang menjadi beberapa alternatif pilihan 106

119 baik lokal maupun asing. Hal itu tidak menjadikan gitar ini kalah bersaing dan terhindar dari kepunahan serta masih tetap diproduksi sampai sekarang. Secara keseluruhan pembuatannya masih menggunakan peralatan yang sangat sederhana dan tentunya dibarengi dengan keuletan tangan dalam pembuatannya. Tak ada peralatan mesin canggih yang digunakan dalam proses produksinya seperti kebanyakan pembuatan produk gitar lainnya baik lokal maupun asing. Bahan baku kayu yang digunakan pun masih menggunakan jenis kayu lokal yang berasal dari daerah sekitar Kabupaten Tapanuli Utara. Pembuatan gitar terdiri dari beberapa tahapan yang secara garis besar diantaranya adalah pembentukan bahan, merakit bagian leher, merakit bagian badan, penggabungan bagian leher dan badan, dan proses finishing. Adapun teknik/cara dalam pembuatannya masih menggunakan ilmu yang sudah turun temurun dari bapak Karal Hutagalung, tak lain adalah ayah dari bapak Albert Hutagalung yang kini telah meneruskan usaha pembuatan gitar tersebut. Beliau masih menggunakan cara kerja yang telah diajarkan oleh ayahnya dahulu dan menjadi pedoman dasar dalam proses pembuatannya. Pemasaran gitar dikendalikan langsung oleh Bapak Albert Hutagalung. Artinya pembeli yang hendak dibuatkan gitar bisa datang ke lokasi pembuatannya atau juga dengan cara memesan dengan menghubungi beliau terlebih dahulu. Gitar tidak ditemui seperti kebanyakan produk gitar lainnya di beberapa toko alat musik karena memang tidak dipasarkan dan juga bapak Albert Hutagalung tidak menjalin kerjasama dengan penyalur atau perantara untuk proses pendistribusiannya. 107

120 5.3 Saran Peran pemerintah setempat dalam hal ini pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Utara sangat diperlukan untuk lebih memperhatikan usaha pembuatan gitar ini baik itu dalam memberi bantuan dana berupa modal usaha untuk lebih meningkatkan produksinya dan juga semakin intens diperkenalkan dan diikutkan dalam acara pameran kebudayaan dalam maupun luar negeri. 108

121 Lampiran Gitar Akustik Gudang Pembuatan Gitar (Tampak Luar) 109

122 Berbagai Macam Jenis Gitar Rumah Bapak Albert Hutagalung 110

123 Gudang Pembuatan Gitar (Tampak Dalam) Penulis Bersama Bapak Albert Hutagalung 111

BAB I PENDAHULUAN. Istilah musik dikenal berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike atau musike

BAB I PENDAHULUAN. Istilah musik dikenal berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike atau musike BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah musik dikenal berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike atau musike techne, Hardjana (1983:6-7). Menurut mitologi Antique Yunani, musik merupakan hadiah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi penduduk,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN 2.1. Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

Lebih terperinci

ORGANOLOGI AKUSTIKA GITAR BASS SOLID ELEKTRIK FRETLESS OLEH BAPAK ZULKARNAEN LUBIS DI JALAN BRIDGEN KATAMSO NO. 89 KELURAHAN KAMPUNG BARU KOTA MEDAN

ORGANOLOGI AKUSTIKA GITAR BASS SOLID ELEKTRIK FRETLESS OLEH BAPAK ZULKARNAEN LUBIS DI JALAN BRIDGEN KATAMSO NO. 89 KELURAHAN KAMPUNG BARU KOTA MEDAN ORGANOLOGI AKUSTIKA GITAR BASS SOLID ELEKTRIK FRETLESS OLEH BAPAK ZULKARNAEN LUBIS DI JALAN BRIDGEN KATAMSO NO. 89 KELURAHAN KAMPUNG BARU KOTA MEDAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA :ALFRED WILLIAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sampai sekarang.dalam bahasa Yunani, musik atau mousike yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. dan sampai sekarang.dalam bahasa Yunani, musik atau mousike yang berarti BAB I PENDAHULUAN Musik merupakan suatu bidang kehidupan yang sudah ada sejak dahulu dan sampai sekarang.dalam bahasa Yunani, musik atau mousike yang berarti muse adalah seni atau ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

STUDI ORGANOLOGI HASAPI BATAK TOBA BUATAN GUNTUR SITOHANG Di DESA TURPUK LIMBONG KECAMATAN HARIAN BOHO KABUPATEN SAMOSIR Skripsi Sarjana Dikerjakan

STUDI ORGANOLOGI HASAPI BATAK TOBA BUATAN GUNTUR SITOHANG Di DESA TURPUK LIMBONG KECAMATAN HARIAN BOHO KABUPATEN SAMOSIR Skripsi Sarjana Dikerjakan STUDI ORGANOLOGI HASAPI BATAK TOBA BUATAN GUNTUR SITOHANG Di DESA TURPUK LIMBONG KECAMATAN HARIAN BOHO KABUPATEN SAMOSIR Skripsi Sarjana Dikerjakan O L E H Gideon Simaremare NIM: 100707016 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN ORGANOLOGIS TULILA BUATAN BAPAK J BADU PURBA SIBORO DI DESA LESTARI INDAH KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA

KAJIAN ORGANOLOGIS TULILA BUATAN BAPAK J BADU PURBA SIBORO DI DESA LESTARI INDAH KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA KAJIAN ORGANOLOGIS TULILA BUATAN BAPAK J BADU PURBA SIBORO DI DESA LESTARI INDAH KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA O L E H NAMA: FITRI SUCI HATI SARAGIH NIM: 090707009 FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

KAJIAN ORGANOLOGIS ALAT MUSIK GAMBUS BUATAN BAPAK SYAHRIAL FELANI

KAJIAN ORGANOLOGIS ALAT MUSIK GAMBUS BUATAN BAPAK SYAHRIAL FELANI KAJIAN ORGANOLOGIS ALAT MUSIK GAMBUS BUATAN BAPAK SYAHRIAL FELANI Skripsi Sarjana Dikerjakan O L E H JACKRY OCTORA TOBING NIM: 100707027 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

Lebih terperinci

KAJIAN ORGANOLOGIS GENDANG SINGANAKI

KAJIAN ORGANOLOGIS GENDANG SINGANAKI KAJIAN ORGANOLOGIS GENDANG SINGANAKI BUATAN : BAPAK HASAN BASRI BARUS SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : Octica Tampubolon NIM : 110707025 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memainkan musik memerlukan media atau alat penghasil bunyi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memainkan musik memerlukan media atau alat penghasil bunyi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memainkan musik memerlukan media atau alat penghasil bunyi. Diawali dari berbagai macam proses dan melalui beragam bentuk yang manusia ciptakan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS METODE PENGAJARAN GITAR KLASIK DI LPM

ANALISIS METODE PENGAJARAN GITAR KLASIK DI LPM ANALISIS METODE PENGAJARAN GITAR KLASIK DI LPM FARABI KOTA MEDAN. SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN OLEH : NIKANOR PERMATA INARI SITOMPUL NIM : 050707021 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO

DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H JAYANTHA SURBAKTI NIM : 070707008 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk mengekspresikan apa yang kita rasakan, dari dalam diri kita.kesenian dalam Suku Karo sangat beraneka

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN

ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN KATEMAN, RIAU OLEH: NAMA :ANDI FARHAN NIM : 100707001 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Skripsi Sarjana Dikerjakan O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF TARI PERSEMBAHAN YANG DIBAKUKANDAN MUSIK PENGIRING OLEH SANGGAR SINGGASANA SIAK DALAM

STUDI DESKRIPTIF TARI PERSEMBAHAN YANG DIBAKUKANDAN MUSIK PENGIRING OLEH SANGGAR SINGGASANA SIAK DALAM STUDI DESKRIPTIF TARI PERSEMBAHAN YANG DIBAKUKANDAN MUSIK PENGIRING OLEH SANGGAR SINGGASANA SIAK DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU DIKERJAKAN O L E H NAMA:PRINSA AGNEST NAINGGOLAN NIM:110707058 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

KAJIAN ORGANOLOGIS GANDANG SIKAMBANG BUATAN BAPAK CHAIRIL SIREGAR DI DESA JAGO-JAGO, TAPANULI TENGAH

KAJIAN ORGANOLOGIS GANDANG SIKAMBANG BUATAN BAPAK CHAIRIL SIREGAR DI DESA JAGO-JAGO, TAPANULI TENGAH KAJIAN ORGANOLOGIS GANDANG SIKAMBANG BUATAN BAPAK CHAIRIL SIREGAR DI DESA JAGO-JAGO, TAPANULI TENGAH SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H PARDON SIMBOLON NIM: 080707004 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN

DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN GINTING KM.7 PADANG BULAN MEDAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H ATMAN JEREMIA BARUS NIM: 070707011

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E DAN 2013

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E DAN 2013 TEKNIK PERMAINAN DAN STRUKTUR MUSIK HUSAPI SIMALUNGUN PADA LAGU PARENJAK-ENJAK NI HUDA SITAJUR YANG DISAJIKAN OLEH ARISDEN PURBA DI HUTA MANIK SARIBU SAIT BUTTU KEC. PAMATANG SIDAMANIK KAB. SIMALUNGUN

Lebih terperinci

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN SKIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : TUMPAK JOSEPIN SINAGA NIM :

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SALIB KASIH SEBAGAI OBJEK WISATA ROHANI DI KOTA TARUTUNG KERTAS KARYA OLEH JOHANES BROTHERS SITUMEANG NIM. 082204092

PENGEMBANGAN SALIB KASIH SEBAGAI OBJEK WISATA ROHANI DI KOTA TARUTUNG KERTAS KARYA OLEH JOHANES BROTHERS SITUMEANG NIM. 082204092 PENGEMBANGAN SALIB KASIH SEBAGAI OBJEK WISATA ROHANI DI KOTA TARUTUNG KERTAS KARYA OLEH JOHANES BROTHERS SITUMEANG NIM. 082204092 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM PENDIDIKAN NON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN FUNGSI MUSIK MINUS ONE SEBAGAI PENGIRING AKTIVITAS IBADAH MINGGU DI GEREJA KRISTEN

PENGGUNAAN DAN FUNGSI MUSIK MINUS ONE SEBAGAI PENGIRING AKTIVITAS IBADAH MINGGU DI GEREJA KRISTEN PENGGUNAAN DAN FUNGSI MUSIK MINUS ONE SEBAGAI PENGIRING AKTIVITAS IBADAH MINGGU DI GEREJA KRISTEN INDONESIA BERASTAGI SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA NIM : 100707023 : MARK S ARITONANG UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE ( )

PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE ( ) PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE (1990-2003) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : EKO RENOLD TAMBUNAN NIM : 080706018 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks Bab II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks penelitian ini, meliputi perilaku konsumen, motivasi konsumen, loyalitas konsumen, produk, bauran pemasaran, merek

Lebih terperinci

PENGESAHAN. Yogyakarta, 22 Oktober 2013 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

PENGESAHAN. Yogyakarta, 22 Oktober 2013 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan, PERSETUJUAN Tugas akhir karya seni yang berjudul Ikan Tuna Sebagai Inspirasi Penciptaan Lampu Hias ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan. Yogyakarta, 22 Oktober 2013 Pembimbing Muhajirin,

Lebih terperinci

PENGARUH IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN TERHADAP PETANI DI

PENGARUH IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN TERHADAP PETANI DI PENGARUH IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN TERHADAP PETANI DI DESA SIPOLDAS KECAMATAN PANEI (1990-2000) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H Nama : ELEGUS NAPITUPULU Nim : 080706017 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern ini perkembangan industri musik sangat pesat, khususnya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern ini perkembangan industri musik sangat pesat, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman modern ini perkembangan industri musik sangat pesat, khususnya di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri musik dapat memberikan pengaruh

Lebih terperinci

POTENSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA ( )

POTENSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA ( ) POTENSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA (1995-2010) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H JUNITA I SITUMORANG NIM :130706052 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kegiatan pengembangan industri bertujuan untuk menyediakan bahanbahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kegiatan pengembangan industri bertujuan untuk menyediakan bahanbahan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kegiatan pengembangan industri bertujuan untuk menyediakan bahanbahan kebutuhan pokok masyarakat, meningkatkan kemakmuran bangsa, meningkatkan pendapatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

POTENSI DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH POTENSI DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH DISUSUN O L E H SUPRIONO SINAGA NIM : 062204092 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI DIPLOMA III PARIWISATA BIDANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan perlu mendapat perhatian yang baik bagi pemerintah daerah untuk keberlangsungan

Lebih terperinci

DESKRIPSI MIDI DAN PROSES PRODUKSI MUSIK BERFORMAT MIDI UNTUK LAGU SUARA JIWA BAND EQUALIZ

DESKRIPSI MIDI DAN PROSES PRODUKSI MUSIK BERFORMAT MIDI UNTUK LAGU SUARA JIWA BAND EQUALIZ DESKRIPSI MIDI DAN PROSES PRODUKSI MUSIK BERFORMAT MIDI UNTUK LAGU SUARA JIWA BAND EQUALIZ SKRIPSI SARJANA Disusun Oleh: Joseph Reno Natama 120707061 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

NUNUT: SEBUAH GRUP MUSIK KERONCONG DI DESA LOBU SINGKAM KECAMATAN SIPOHOLON KABUPATEN TAPANULI UTARA.

NUNUT: SEBUAH GRUP MUSIK KERONCONG DI DESA LOBU SINGKAM KECAMATAN SIPOHOLON KABUPATEN TAPANULI UTARA. NUNUT: SEBUAH GRUP MUSIK KERONCONG DI DESA LOBU SINGKAM KECAMATAN SIPOHOLON KABUPATEN TAPANULI UTARA. SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : SENOVIAN BUTARBUTAR NIM : 020707009 Pembimbing I Pembimbing

Lebih terperinci

POTENSI DANAU SIAIS SEBAGAI OBJEK WISATA TAPANULI SELATAN

POTENSI DANAU SIAIS SEBAGAI OBJEK WISATA TAPANULI SELATAN POTENSI DANAU SIAIS SEBAGAI OBJEK WISATA TAPANULI SELATAN KERTAS KARYA DISUSUN O L E H DEVI KUMALASARI.M NIM : 072204005 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NONGELAR DALAM PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PETANI KOPI LASUNA DAN PETANI KOPI SIGARAR UTANG DI DESA PARULOHAN KECAMATAN LINTONG NIHUTA (1988-2002) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : ADINOVA SIHOMBING NIM : 090706004 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gitar merupakan alat musik berdawai yang banyak digemari masyarakat pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Gitar merupakan alat musik berdawai yang banyak digemari masyarakat pada BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gitar merupakan alat musik berdawai yang banyak digemari masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak dipungkiri berdasarkan hasil yang diperoleh dari situs wikipedia, 60%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dan perkembangan di era globalisasi ini, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dan perkembangan di era globalisasi ini, perkembangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring pertumbuhan dan perkembangan di era globalisasi ini, perkembangan tradisi dan budaya mulai ditinggalkan dan dilupakan secara perlahan. Budaya yang

Lebih terperinci

KEHIDUPAN EKONOMI, BUDAYA DAN SOSIAL ETNIS JAWA DI BERASTAGI ( )

KEHIDUPAN EKONOMI, BUDAYA DAN SOSIAL ETNIS JAWA DI BERASTAGI ( ) KEHIDUPAN EKONOMI, BUDAYA DAN SOSIAL ETNIS JAWA DI BERASTAGI (1968-1986) SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H SESELIA DORMAULI NIM: 050706016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

Lebih terperinci

PERTENUNAN BOI-TULUS TEKSTIL DI KECAMATAN BALIGE

PERTENUNAN BOI-TULUS TEKSTIL DI KECAMATAN BALIGE PERTENUNAN BOI-TULUS TEKSTIL DI KECAMATAN BALIGE (1950-1998) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : SWANDI F TAMBUNAN NIM : 090706036 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan banyaknya objek wisata yang tersebar di banyak kota dan kabupatennya. Salah satunya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK FENOMENA PILIHAN HIDUP TIDAK MENIKAH (STUDI DESKRIPTIF PADA WANITA KARIR ETNIS BATAK TOBA DI KOTA MEDAN) SKRIPSI Diajukan Oleh PRIMA DAFRINA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN DAN TEKNIK PERMAINAN ALAT MUSIK SAPE KAYAAN DI MANDALAM KABUPATEN KAPUAS HULU SKRIPSI

PROSES PEMBUATAN DAN TEKNIK PERMAINAN ALAT MUSIK SAPE KAYAAN DI MANDALAM KABUPATEN KAPUAS HULU SKRIPSI PROSES PEMBUATAN DAN TEKNIK PERMAINAN ALAT MUSIK SAPE KAYAAN DI MANDALAM KABUPATEN KAPUAS HULU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PRASARANA JALAN SEBAGAI ASPEK PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KERTAS KARYA OLEH DEFRIANTO

PRASARANA JALAN SEBAGAI ASPEK PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KERTAS KARYA OLEH DEFRIANTO PRASARANA JALAN SEBAGAI ASPEK PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KERTAS KARYA OLEH DEFRIANTO 092204006 PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Awal September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Awal September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awal September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk mendorong perekonomian nasional. Salah satu poin kebijakan tersebut ditujukan bagi pemberdayaan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIK MENYANYIKAN LAGU MELAYU DELI YANG DI LAGUKAN OLEH IBU AZLINA ZAINAL

ANALISIS TEKNIK MENYANYIKAN LAGU MELAYU DELI YANG DI LAGUKAN OLEH IBU AZLINA ZAINAL ANALISIS TEKNIK MENYANYIKAN LAGU MELAYU DELI YANG DI LAGUKAN OLEH IBU AZLINA ZAINAL SKRIPSI SARJANA O L E H NAMA: ANGGI SIMANJUNTAK NIM : 110707042 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di sepanjang pulau sumatera dengan posisi yang jauh lebih dekat ke pantai Barat. disebelah utara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik selalu dihubungkan dengan keindahan bunyi yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Musik selalu dihubungkan dengan keindahan bunyi yang diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik selalu dihubungkan dengan keindahan bunyi yang diciptakan manusia sesuai dengan aturan yang ada dan telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Orang berhak menyebut

Lebih terperinci

KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR ( )

KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR ( ) KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR (1962-1998) SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H JHONDATO SAGALA NIM : 060706008 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji dan syukur saya ucapkam kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji dan syukur saya ucapkam kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur saya ucapkam kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta kasih dan karunianya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul Pengelolaan Pantai Lumban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat dan dalam pengembangannya terbuka untuk umum, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media informasi dewasa ini berkembang amat pesat, baik media cetak, elektronik maupun media internet. Dalam hal ini peningkatan dalam penyampaian informasi

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF TEKNIK PERMAINAN MUSIK KOMUNITAS BEATBOX GENDANG MULUT DI MEDAN

STUDI DESKRIPTIF TEKNIK PERMAINAN MUSIK KOMUNITAS BEATBOX GENDANG MULUT DI MEDAN STUDI DESKRIPTIF TEKNIK PERMAINAN MUSIK KOMUNITAS BEATBOX GENDANG MULUT DI MEDAN SKRIPSI SARJANA O L E H YOSENI L. V. TURNIP NIM: 100707067 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah bekerja untuk orang lain untuk menyelesaikan tugas tugas yang membantu pencapaian sasaran organisasi seefisien mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membawakan berbagai aliran musik, otomatis memerlukan alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membawakan berbagai aliran musik, otomatis memerlukan alat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membawakan berbagai aliran musik, otomatis memerlukan alat musik didalamnya. Alat musik merupakan instrument yang dipakai dalam membawakan suatu karya

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah produk atau hasil yang dilakukan atau diciptakan oleh sekelompok masyarakat dalam berbagai aktifitas kegiatan yang mempunyai tujuan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara mendalam mengenai tanggapan pelanggan terhadap produk K2 Guitar/Bass

BAB I PENDAHULUAN. secara mendalam mengenai tanggapan pelanggan terhadap produk K2 Guitar/Bass BAB I PENDAHULUAN 1.1. Introduksi Penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk memperoleh pemahaman secara mendalam mengenai tanggapan pelanggan terhadap produk K2 Guitar/Bass Custom di Yogyakarta.

Lebih terperinci

PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) UNTUK MEMBANGUN LOYALITAS PENGGUNA LAYANAN DIGITAL PERPUSTAKAAN USU

PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) UNTUK MEMBANGUN LOYALITAS PENGGUNA LAYANAN DIGITAL PERPUSTAKAAN USU PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) UNTUK MEMBANGUN LOYALITAS PENGGUNA LAYANAN DIGITAL PERPUSTAKAAN USU SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA ii PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA 140823016 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN

ANALISIS PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN ANALISIS PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Etnik Pesisir merupakan salah satu etnik yang mendiami daerah pesisir

BAB I PENDAHULUAN. Etnik Pesisir merupakan salah satu etnik yang mendiami daerah pesisir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etnik Pesisir merupakan salah satu etnik yang mendiami daerah pesisir pantai bagian barat Sumatera Utara., tepatnya di daerah Sibolga dan Tapanuli Tengah. Secara

Lebih terperinci

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam mineral. Berbagai macam bahan mineral yang banyak ditemukan diantaranya berupa batuan sedimen,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS ( ) SKRIPSI. Dikerjakan FEBRIANUS MENDROFA

PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS ( ) SKRIPSI. Dikerjakan FEBRIANUS MENDROFA PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS (1980-1990) SKRIPSI Dikerjakan O L E H FEBRIANUS MENDROFA 050706008 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani Kecamatan Mandau

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani Kecamatan Mandau FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis, Riau SKRIPSI Oleh: ROIDA SILABAN 100905007 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Kota Medan 2.1.1 Etnografi Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi

Lebih terperinci

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan 2010

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan 2010 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK FENOMENA PLAGIAT DENGAN MEMANFAATKAN SITUS GOOGLE PADA MAHASISWA FISIP USU ( Studi Kasus Pada Skripsi Mahasiswa Departemen Sosiologi) S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur menyimpan beragam potensi wisata. Potensi itu bukan hanya wisata air terjun, kuliner maupun wisata pantai. Salah satu kabupaten yang memiliki kekayaan alam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu ikon pariwisata yang sangat menonjol. Bukan hanya sebagai kota pariwisata, Yogyakarta juga berhasil menyabet predikat

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT OTOMASI KEARSIPAN PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT. PELINDO I MEDAN) SKRIPSI OLEH: GALLY ANGGA ANANTA NIM:

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT OTOMASI KEARSIPAN PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT. PELINDO I MEDAN) SKRIPSI OLEH: GALLY ANGGA ANANTA NIM: FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT OTOMASI KEARSIPAN PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT. PELINDO I MEDAN) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk meraih gelar Sarjana Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing 14 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan yang berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi bangsa, karena pada kegiatan tersebut terjadi proses antara produsen dan konsumen

Lebih terperinci

STRATEGI JARINGAN PEMASARAN SURAT KABAR LOKAL

STRATEGI JARINGAN PEMASARAN SURAT KABAR LOKAL STRATEGI JARINGAN PEMASARAN SURAT KABAR LOKAL (Studi Deskriptif Tentang Strategi Jaringan Pemasaran Surat Kabar Tribun Medan Dalam Meningkatkan Penjualan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI KOTA MEDAN ( )

KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI KOTA MEDAN ( ) KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI KOTA MEDAN (1990 2000) SKRIPSI SARJANA D I S U S U N O L E H : NAMA : BONA P. HUTABARAT N I M : 070706021 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar belakang Penelitian Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

PERANAN PAKET WISATA DALAM PEMASARAN KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA KERTAS KARYA OLEH RATNA PERTIWI

PERANAN PAKET WISATA DALAM PEMASARAN KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA KERTAS KARYA OLEH RATNA PERTIWI PERANAN PAKET WISATA DALAM PEMASARAN KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA KERTAS KARYA OLEH RATNA PERTIWI 092204037 PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur OLEH

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. pemahaman secara mendalam dari fenomena yang terjadi pada gitaris rock dalam

Bab I. Pendahuluan. pemahaman secara mendalam dari fenomena yang terjadi pada gitaris rock dalam Bab I Pendahuluan 1.1. Introduksi Penelitian ini menggunakan metode kualititatif karena untuk memperoleh pemahaman secara mendalam dari fenomena yang terjadi pada gitaris rock dalam proses mengambil keputusan

Lebih terperinci

THE MUSIC BOX PEMATANG SIANTAR

THE MUSIC BOX PEMATANG SIANTAR LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TUGAS AKHIR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO THE MUSIC BOX PEMATANG SIANTAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minat untuk mengunjungi suatu tempat didasari dari rencana konsumen untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen untuk berkunjung ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan untuk merancang dan mengaplikasikan strategi pemasaran seakurat mungkin dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku yang kaya akan seni budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan, dengan ciri khas daerahnya

Lebih terperinci