BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Teguh Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertian Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus dicapai dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan no.75/2004). Sementara menurut Marquis dan Houston (2010) beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan, Workload atau beban kerja diartikan sebagai patients days yang merujuk pada jumlah prosedur, pemeriksaan kunjungan (visite) pada klien. Hasil penelitian tentang beban kerja di bagian pelayanan intensive Norwegia didapatkan bahwa score aktifitas perawat 75-90% per perawat (Stafseth, 2011). Hasil penelitian tentang pengukuran beban kerja pada sumber daya perawat bagian unit kritikal di Kanada, bahwa dengan menempatkan seorang sekretaris dan seorang farmasi dapat menurunkan kebutuhan 2 perawat RPS dan 1 perawat RP untuk setiap shift (Vanderberg, 1998 dalam Situmorang, 2015). Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan perawat pada tingkatan prestasi yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu. Gillies (1996) dalam Situmorang (2015) menyatakan bahwa untuk memperkirakan beban kerja perawat pada sebuah unit, manajer harus mengumpulkan data tentang : jumlah pasien yang masuk pada unit itu 13 1
2 14 setiap hari/bulan/tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan pasien, di unit tersebut, rata-rata hari perawatan pasien, jenis tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien, frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memberikan tindakan keperawatan. Perkiraan beban kerja perawat pada tiap unit dapat dilakukan dengan mengumpulkan data tentang jumlah klien yang masuk pada unit itu setiap hari/bulan/tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan klien di unit tersebut, rata-rata hari perawatan, jenis tindakan yang dibutuhkan klien, frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang dilakukan, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memberi tindakan keperawatan (Gillies, 1996 dalam Situmorang, 2015). Beban kerja perawat memiliki dampakyang luas sehingga harus menjadi perhatian bagi institusi pelayanan kesehatanterlebih bagi profesi perawat, seperti penelitian (Carayon dan Gurses, 2007) menyatakan bahwa beban kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan kurangatau buruknya komunikasi antara pasien dan perawat, berdampak pada buruknyakualitas pelayanan keperawatan yang diberikan serta berpengaruh terhadapkondisi pasien. Soschalski (2004) menyatakan bahwa perawat dengan beban kerja yang tinggi lebih sering melakukan kesalahan yang menyebabkan kejadian pasienjatuh pada saat perawat bertugas. Kone (2007) menyatakan bahwa rumah sakitdengan tenaga perawat yang kurang menghadapi resiko terhadap hal-hal yang merugikan bagi pasien, seperti angka kejadian infeksi, shock. Tetapi
3 15 jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian, pengunduran diri dankepuasan kerja, sedangkan menurut Tarnow, Hauc, Warden, Shearer (2000) kelebihan beban kerja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam tindakankeperawatan dan pengobatan oleh karena faktor human error/iatrogenic, komplikasi, lambat dalam memberikan kebutuhan klien, menghentikan ventilasi mekanik belum pada waktunya, menjadi faktor yang berkonstribusi terhadap akibat yang merugikan. 2. Mengukur Beban Kerja Perawat Untuk mengukur beban kerja dikembangkan berdasarkan sistem klasifikasi klien, (Gillies, 1994). Perhitungan ini menghasilkan perhitungan beban kerja yang lebih akurat karena dalam sistem klasifikasi klien dikelompokkan sesuai tingkat ketergantungan klien atau sesuai waktu, tingkat kesulitan serta kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Lebih jauh Swansburg & Swansburg (1999) dalam Situmorang (2015) membagi tingkat ketergantungan klien menjadi lima kategori : a. Kategori 1 Perawatan Mandiri 1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut : dapat melakukan makan, minum sendiri atau dengan bantuan yang minimal, merapikan diri dapat melakukan sendiri, dan kebutuhan eliminasi dapat ke kamar mandi sendiri serta mengatur kenyamanan posisi tubuh dapat dilakukan sendiri.
4 16 2) Keadaan umum baik, masuk ke rumah sakit untuk prosedur diagnosik sederhana, check-up, bedah minor. 3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi, membutuhkan penjelasan untuk tiap prosedur tindakan, membutuhkan penjelasan/orientasi waktu, tempat dan orang tiap shift. 4) Tindakan dan pengobatan tidak ada atau hanya tindakan dan pengobatan sederhana. b. Kategori 2 Perawatan Minimal 1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut : makan/minum perawat membantu dalam mempersiapkan, masih dapat makan dan minum sendiri, merapikan diri perlu sedikit bantuan demikian juga dengan penggunaan urinal, kenyamanan posisi tubuh perlu sediikit bantuan. 2) Keadaan umum : tampak sakit sedang, perlu monitoring tandatanda vital, urine diabetik, drainage atau infus. 3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dibutuhkan 5-10 menit setiap shift, klien mungkin sedikit bingung atau agitasi tetapi dapat dikendalikan dengan obat. 4) Pengobatan dan tindakan diperlukan waktu menit setiap shift. Diperlukan evaluasi terhadap aktifitas pengobatan dan tindakan. Perlu observasi status mental setiap 2 jam.
5 17 c. Kategori 3 Perawatan Moderat 1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut : makan dan minum disuapi, masih dapat mengunyah dan menelan makanan, merapikan diri tidak dapat dilakukan sendiri, eliminasi disediakan pispot atau urinal, ngompol dua kali setiap shift, kenyamanan posisi tergantung kepada perawat. 2) Keadaan umum mencakup gejala sakit dapat hilang timbul, perlu observasi fisik dan emosi setiap 2-4 jam. Infus monitoring setiap 7 jam. 3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi perlu menit setiap shift, gelisah, menolak bantuan dapat dikendalikan dengan obat. 4) Pengobatan dan tindakan perlu menit per shift, perlu sering diawasi terhadap efek samping atau reaksi alergi. Perlu observasi status mental setiap 1 jam. d. Kategori 4 Perawatan Ekstensif (Semi Total) 1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut : makan dan minum, tidak bisa mengunyah dan menelan, perlu sonde, merapikan diri perlu dibantu semua, dimandikan, perawatan rambut dan kebersihan gigi dan mulut harus dibantu, eliminasi sering ngompol lebih dari dua kali setiap shift. Kenyamanan posisi perlu dibantu dua orang.
6 18 2) Keadaan umum : tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah, gangguan sistem pernapasan akut, perlu sering dipantau. 3) Kebutuhan pendidikan dan kesehatan dan dukungan emosi : perlu lebih dari 30 menit setiap shift, klien gelisah, agitasi dan tidak dapat dikontrol atau dikendalikan dengan obat. 4) Pengobatan atau tindakan : perlu lebih dari 60 menit per shift. Pengobatan lebih banyak dilakukan dalam satu shift. Observasi status mental perlu lebih sering (kurang dari 1 jam). e. Kategori 5 Perawatan Intensif (Total) Klien yang termasuk dalam kategori ini memerlukan pengawasan secara intensif terus-menerus dalam setiap shift dan dilakukan satu perawatan untuk satu klien. Semua kebutuhan klien diurus/dibantu oleh perawat (Johnson, 1984 dalam Situmorang, 2015). 3. Teknik Perhitungan Beban Kerja Menghitung beban kerja personal secara sederhana dapat dilakukan dengan mengobservasi apakah beban kerja yang ada dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu dengan menunjukkan langsung pada yang bertugas, hasilnya bersifat kualitas sehingga sulit untuk menggambarkan beban kerja personal tersebut dan sangat subjektif. Swansburg and Swansburg (1999) dalam Situmorang (2015), mengatakan bahwa ada empat teknik perhitungan beban kerja perawat, yaitu : Adalah studi untuk menghitung beban kerja dari segi kualitas yang dikaitkan pekerjaan dengan waktu yang dibutuhkan. Tujuannya untuk
7 19 mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : Work sampling adalah mengamati apa yang dilakukan perawat. Informasi yang dibutuhkan dengan teknik ini adalah waktu da kegiatan yang dilakukan oleh perawat melalui pengamatan interval waktu tertentu atau secara random sebagai sample kegiatan. Pada work sampling orang yang diamati harus dilihat/amati dari kejauhan. Ilyas (2004), menjelaskan pada work sampling dapat diamati halahal spesifik terhadap pekerjaan seperti : a. Aktifitas apa yang sedang dilakukan personal pada waktu jam kerja; b. Apakah aktivitas personal tersebut berkaitan 1) Time study and task frequency a) Menentukan sampel yang akan diambil setelah diklasifikasikan b) Membuat formulir kesehatan yang akan diamati serta waktu yang digunakan c) Menentukan observer, harus yang mengetahui kompetensi responden d) Satu observer mengamati satu orang perawat selama 24 jam. 2) Work sampling (merupakan variasi dari time study and task frequncy). Work sampling adalah mengamati apa yang dilakukan perawat. Informasi yang dibutuhkan dengan teknik ini adalah waktu da kegiatan yang dilakukan oleh perawat melalui
8 20 pengamatan interval waktu tertentu atau secara random sebagai sample kegiatan. Pada work sampling orang yang diamati harus dilihat/amati dari kejauhan. Ilyas (2004), menjelaskan pada work sampling dapat diamati hala-hal spesifik terhadap pekerjaan seperti : a) aktifitas apa yang sedang dilakukan personal pada waktu jam kerja; b) apakah aktivitas personal tersebut berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja; c) proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif; d) pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja. Masih menurut Ilyas (2004) dengan cara work sampling peneliti akan mendapatkan informasi yang tepat dari sejumlah personal yang diteliti mengenai kegiatan dan banyaknya pengamatan kegiatan dari mulai datang sampai pulangnya responden. Beberapa tahap yang harus dilakukan dalam melakukan survey adalah : a) Menentukan jenis personal perawat yang ingin diteliti b) Bila jenis personel ini jumlahnya banyak, perlu dilakukan simple random sampling. c) Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan sebagai kegiatan produktif atau tidak produktif atau diklasifikasikan kegiatan langsung dan tidak langsung.
9 21 d) Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan menggunakan work sampling. Pengamat diharapkan memiliki latar belakang sejenis dengan subjek yang ingin diamati. Setiap peneliti/ pengamat akan mengamati 5-8 orang perawat yang bertugas saat itu. e) Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2 15 menit tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan perawat. Semakin tinggi tingkat mobilitas pekerjaan yang diamati, maka makin pendek waktu pengamatan. Semakin pendek jarak pengamatan semakin banyak sampel pengamatan yang dapat diambil oleh peneliti sehingga akurasi penelitianmenjadi lebih akurat. Pengamatan dilakukan selama jam kerja (7 jam) dan bila jenis tenaga yang diteliti berfungsi 24 jam atau 3 shift, maka pengamatan dilakukan sepanjang hari. B. Kinerja Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor dari variabel individu yang terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang, dan demografis. Faktor yang mempengaruhi kinerja yang kedua adalah faktor dari variabel psikologi yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, motivasi, kepuasan kerja dan stres kerja. Sedangkan faktor yang ketiga yang mempengaruhi kinerja adalah faktor organisasi yang terdiri dari
10 22 kepemimpinan, kompensasi, konflik, kekuasaan, struktur organnisasi, desain pekerjaan, desain organisasi, dan karir (Gibson, 2008). Kemampuan dan keterampilan memainkan peran penting dalam perilaku dan kinerja individu. Sebuah kemampuan adalah sebuah trait (bawaan atau dipelajari) yang mengijinkan seseorang mengerjakan sesuatu mental atau fisik. Keterampilan adalah kompetensi yang berhubungan dengan tugas seperti keterampilan mengoperasikan komputer atau keterampilan berkomunikasi dengan jelas untuk tujuan dan misi kelompok. Manajer harus mencocokkan setiap kemampuan dan keterampilan seseorang dengan persyaratan kerja agar dalam bekerja dapat mencapai kinerja (Gibson et al, 2008) C. Caring 1. Pengertian Caring menurut Watson (2004), adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan profesi yang lain dan mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Sedangkan menurut Leininger (1991) dalam Simarmata (2010),caring merupakan fenomena trans kultural dimana perawat berinteraksi dengan pasien, staf dan kelompok lain. Perilaku caring bertujuan dan berfungsi mengubah struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada satu tempat dengan tempat yang lain. Dalam merawat diri sendiri dan orang lain dalam praktiknya akan berbeda pada setiap kultur dan etik serta pada sistem professional care. Sedangkan menurut Shoffner (2003), caring juga diartikan sebagai perilaku saling peduli yang memudahkan diperolehnya
11 23 kesehatan dan pemulihan. Menurut Carruth et.all, (1999) dalam Simarmata (2010), caring adalah suatu tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatian emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan pasien. Menurut Poter & Perry (2005), caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktek keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Sedangkan menurut Marriner-Tomey (1994) dalam Nuracmah (2001), caring bukan semata-mata perilaku, namun caringadalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Menurut Crowden (1994) dalam Lea (1998) mendefinisikan caring merupakan pusat dan elemen inti dari praktek keperawatan. Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa caring adalah manifestasi dari perhatian kepada orang lain, berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk mencegah terjadinya status yang memburuk, memberi perhatian dan konsen, menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia, cinta dan ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati, pengetahuan, penghargaan dan menyenangkan. 2. Aspek-Aspek Caring Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu
12 24 menghargai klien denganmenerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit : a. Aspek kontrak Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawahkewajiban kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, perawat memiliki tugas profesional untuk memberikan care. Untuk itu, kita sebagai perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap care sebagai kontrak kerja kita. b. Aspek etika Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah, bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu merupakan suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting. Dengan care perawat dapat memberikankebahagiaan bagi orang lain. c. Aspek spiritiual Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lainadalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious adalahorang yang care, bukan karena dia seorang
13 25 perawat tetapi lebih karena dia adalahanggota suatu agama atau kepercayaan, perawat harus care terhadap klien. Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan cara yangterbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikanmelalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, danlain-lain (Kozier & Erb, 1985 dalam Nurachmah, 2001). 3. Konsep dasar caring Menurut Watson (1998) dalam Simarmata (2010) ada 10 asumsi yang mendasari konsep caring. Sepuluh asumsi tersebut adalah: a. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik. Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada pasien. Selain itu perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien. b. Memberikan kepercayaan dan harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Disamping itu, perawat meningkatkan perilaku pasien dalam mencari pertolongan. c. Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan kepada pasien, sehingga ia
14 26 sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan berperilaku wajar pada orang lain. d. Mengembangkan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan perilaku empati yaitu turut merasakan apa yang dialami pasien. e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif pasien. Perawat memberikan waktunya dalam mendengarkan keluhan dan perasaan pasien. f. Penggunaan sistematis metode penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada pasien. g. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal pasien. h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien. i. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi. Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan pasien. j. Perawat membantu memberikan semangat spiritual terhadap kebutuhan pasien.
15 27 4. Nilai humanis dalam caring Menurut Dwidiyanti (2007) nilai humanis meyakini kebaikan dan nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen dalam bekerja untuk kemanusiaan. Perilaku yang manusiawi adalah empati, simpati, terharu dan menghargai kehidupan. Dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu perilaku dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar nomor tempat tidur atau sebagai seseorang berpenyakit tertentu. Perawat yang menggunakan pendekatan humanistik dalam prakteknya memperhitungkan semua yang diketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman, kesukaan, perilaku, dan bahasa tubuh. Menurut Dwidiyanti (2007) pendekatan humanistik ini adalah aspek keperawatan tradisional dari caring, yang diwujudkan dalam pengertian dan tindakan. Pegertian membutuhkan kemampuan mendengarkan orang lain secara aktif dan arif serta menerima perasaan-perasaan orang lain. Prasyarat bertindak adalah mampu bereaksi terhadap kebutuhan orang lain dengan keiklasan, kehangatan untuk meningkatkan kesejahteraan yang optimal. Untuk memahami bagaimana perawatan mendekati dengan cara humanistik, diperlukan kesadaran diri yang membuat perawat menerima perbedaan dan keunikan pasien. Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara yaitu :
16 28 a. Mempelajari diri sendiri yaitu proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi. b. Belajar dari oranglain. Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri. c. Membuka diri. Keterbukaan merupakan salah satu kepribadian yang sehat, untuk ini harus ada teman intim yang dapat dipercaya, tempat menceritakan hal yang rahasia. 5. Hubungan perawat dengan pasien dalamcaring Menurut Abraham (1997), hubungan interpersonal tergantung pada komitmen moral perawat dalam melindungi dan meningkatkan martabat manusia serta dirinya sendiri yang lebih dalam, kesadaran perawat dalam memelihara komunikasi dan menghargai jiwanya serta kesadaran perawat akan adanya potensi pasien untuk sembuh berdasarkan pengalaman selama melakukan pelayanan keperawatan. Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat dalam penilaian yang obyektif serta menunjukkan perhatian terhadap subyek, perawat menjadi penghubung dalam pandangan orang lain tentang keperawatan, sehingga mampu menyatukan persepsi yang sama tentang pelayanan yang diberikan antara perawat, pasien, keluarga dan dokter. Menurut Potter dan Perry (1999) dalam Dwidiyanti (2007), perkembangan, persepsi, nilai, latar belakangbudaya, emosi, pengetahuan, peran, dan tatanan interaksi mempengaruhi isi pesan dan perilaku
17 29 penyampaian pesan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berinteraksi dengan pasien yaitu: a. Perkembangan Lingkungan yang diciptakan oleh orang tua mempengaruhi kemampuan anak untuk berkomunukasi. Perawat menggunakan teknis khusus ketika berkomunikasi pada anak sesuai dengan perkembangannya. b. Persepsi Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman, Northouse & Northouse (1992) dalam Dwidiyanti (2007). Perbedaan persepsi akan menghambat komunikasi. c. Nilai Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. d. Latar belakang sosial budaya, Budaya mempengaruhi cara bertindak dan komunikasi dalam pemberian pelayanan keperawatan. e. Emosi Emosi adalah perasaan subyektif tentang suatu peristiwa. Cara seseorang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh keadaan emosinya.
18 30 f. Pengetahuan Hubungan sulit terjalin jika orang yang bersangkutan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Dengan pengkajian, perawat dapat menjalin hubungan terapeutik dengan pasien sesuai dengan tingkat pegetahuannya. g. Peran Perawat perlu menyadari perannya saat berhubungan dengan pasien ketika memberikan asuhan keperawatan. h. Tatanan interaksi Interaksi antara perawat dengan pasien akan lebih efektif jika dilakuakan dilingkungan yang menunjang. Perawat perlu memilih tatanan yang memadai ketika berinteraksi dengan pasien. 6. Komunikasi dalam caring Kemampuan komunikasi menurut Dwidiyanti (2007), adalah hal yang paling penting dalam berhubungan dengan pasien, dan merupakan kompetensi kunci serta menggambarkan profil seorang perawat yang wajib digunakan dalam pelayanan keperawatan. Dengan komunikasi, perawat tentu akan memahami masalah pasien sehingga perawat akan mampu berperilaku caring. Menurut Simarmata (2010), di rumah sakit terjadi pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yang memungkinkan
19 31 individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi verbal yang efektif harus : a. Jelas dan ringkas Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek, langsung. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkan dengan jelas. b. Perbendaharaan kata Komunikasi tidak akan berhasil, jika mengirim pesan tidak mampu menerjemahakan kata dan ucapan. Perawat harus menggunakan katakata yang dapat dimengerti oleh pasien. c. Arti denotatif dan konotatif Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat pada suatu kata. Setelah mendalami tentang definisi dan juga semua unsur yang berhubungan dengan caring dan spiritualitas, maka peneliti mengambil kesimpulan yaitu, caring dan spiritualitas merupakan bagian esensial dari tindakan keperawatan yang dapat meningkatkan kualitas perawat dan juga kualitas pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien. Keduanya merupakan bagian yang terintegrasi dan sulit untuk dipisahkan. Disini seorang perawat haus punya suatuintuisi klinik yang tinggi untuk pemberian pelayanan optimal atau untuk memberikan caring yang lebih baik terhadap pasien. Young (1987) dalam Simarmata (2010)
20 32 mendefinisikan intuisi klinik sebagai suatu proses dimana perawat mengetahui sesuatu tentang pasien yang tidak dapat diungkapkan dengan kata kata, yang diungkapkan dengan kesulitan, atau yang sumber pengetahuannya tidak diketahui. Menurut Simarmata (2010), intuisi adalah suatu aspek dari berpikir kritis, yang mencakup menganalisis dan merasakan isyarat yang berbeda, ingatan, dan perasaan untuk membantu perawat memiliki kesasadan lebih baik tentang kebutuhan pasien. Disini perawat yang memiliki intuisi klinik yang baik akan berpengaruh terhadap sistem caring yang diberikan kepada pasien. Dan intuisi yang baik dipengaruhi oleh kuaitas spiritulitas yang baik dari individu. Kualitas spiritual yang baik berawal dari suatu keyakinan yang ada dalam setiap diri perawat. 7. Alat ukur perilaku caring Perilaku caring dapat diukur dengan beberapa alat ukur (tools) yang telah dikembangkan oleh para peneliti yang membahas ilmu caring. Beberapa penelitian tentang caring bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Watson (2009) menyatakan bahwa pengukuran caring merupakan proses mengurangi subyektifitas, fenomena manusia yang bersifat invisible (tidak terlihat) yang terkadang bersifat pribadi, ke bentuk yang lebih obyektif. Oleh karena itu, penggunaan alat ukur formal dapat mengurangi subyektifitas pengukuran perilaku caring. Tujuan pemakaian alat ukur formal pada penelitian keperawatan tentang perilaku caring antara lain: untuk memperbaiki caring secara terus
21 33 menerus melalui penggunaan hasil (outcomes) dan intervensi yang berarti untuk memperbaiki praktik keperawatan; sebagai studi banding (benchmarking) struktur, setting, dan lingkungan yang lebih menujukkan caring; mengevaluasi konsekuensi caring dan non caring pada pasien maupun perawat. Alat ukurformal caring dapat menghasilkan model pelaporan perawatan pada area praktiktertentu, mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan proses caring dan melakukan intervensi untuk memperbaiki dan menghasilkan model praktik yang lebihsempurna. Selain itu, penggunaan alat ukur formal dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang hubungan caring, kesehatan dan proseskesembuhan dan sebagai validasi empiris untuk memperluas teori caring sertamemberikan petunjuk baru bagi perkembangan kurikulum, keilmuan keperawatan, dan ilmu kesehatan termasuk penelitian (Watson, 2009). Pengukuran perilaku caring perawat dapat dilakukan melalui pengukuran persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat. Penggunaan persepsi pasiendalam pengukuran perilaku caring perawat dapat memberikan hasil yang lebih sensitif karena pasien adalah individu yang menerima langsung perilaku dan tindakan perawat termasuk perilaku caring (Rego, Godinho dan McQueen, 2008). Beberapa alat ukur formal yang mengukur perilaku caring perawat berdasarkan persepsi pasien antara lain caring behaviors assesment tool (digunakan oleh Cronin dan Harrison, 1988), caring behavior checklist and client perception of caring (digunakan oleh McDaniel, 1990), caring
22 34 professional scale (digunakan oleh Swanson, 2000), caring assesment tools (digunakan oleh Duffy,1992, 2001), caring factor survey (digunakan oleh Nelson, Watson, daninovahelath, 2008). Caring behaviors assesment tool (CBA) dilaporkan sebagai salah satu alatukur pertama yang dikembangkan untuk mengkaji caring. CBA dikembangkanberdasarkan teori Watson dan menggunakan 10 faktor karatif. CBA terdiri dari 63 perilaku caring perawat yang dikelompokkan menjadi 7 subskala yang disesuaikan 10 faktor karatif Watson. Tiga faktor karatif pertama dikelompokkan menjadi satu subskala. Enam faktor karatif lainnya mewakili semua aspek dari caring. Alat ukur ini menggunakan skala Likert (5 poin) yang merefleksikan derajat perilaku caring menurut persepsi pasien (Watson, 2009). D. Kebutuhan yang dibutuhkan di Instalasi Gawat Darurat 10 kebutuhan yang paling dibutuhkan oleh pasien instalasi gawat darurat diantaranya: pelayanan yang cepat dan responsif, kejelasan pemberian informasi, keramahan, kesopanan dan keadilan, administrasi yang jelas dan terbuka, ruangan yang nyaman dan bersih, waktu menunggu yang sebentar untuk pelayanan dan administrasi di unit gawat darurat, pelaksanan prosedur secara kompeten, penyediaan layanan doa dan motivasi untuk pasien, fasilitas yang lengkap, dan keamanan, Suroso (2015).
23 35 E. Kerangka Teori Berdasarkan landasan teori menurut Situmorang (2015), Simarmata (2010), dan Watson (2004), Duffi (1990) dalam Watson (2009) di atas, maka dapat dibentuk kerangka teori yang telah dimodifikasi sebagai berikut: 1. Kategori Perawtan Mandiri 2. Kategori Perawatan Minimal 3. Kategori Perawatan Moderat 4. Kategori Perawatan Ekstensif 5. Kategori Perawatan Intensif Beban Kerja Perawat Caring (pelayanan IGD) Aspek caring 1. Aspek kontrak 2. Aspke etika 3. Aspek spritual Gambar 2.1. Kerangka Teori. Situmorang (2015), Simarmata (2010), dan Watson (2004), Kozier dan Erb dalam Nurachmah (2001), Duffi (1990) dalam Watson (2004)
24 36 F. Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori menurut Situmorang (2015), Simarmata (2010), dan Watson (2004), Suroso (2015) diatas, maka dapat dibentuk kerangka konsepyang telah dimodifikasi sebagai berikut: Beban Kerja Perawat Perilaku Caring Di Ruang IGD Work Sampling : 1. Ratio Delay 2. Performance Level 3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses Kebutuhan caring IGD : 1. Cepat dan tanggap dalam pelayanan. 2. Jelas dalam pemberian informasi. 3. Ramah,sopan dan adil. 4. Perhatian,mendoakkan dan memotivasi pasien 5. Kompeten dalam tindakan. Sumber : Suroso (2016) Gambar 2.1. Kerangka Konsep Situmorang (2015), Simarmata (2010), dan Watson (2004),Duffi (1990) dalam Watson (2004),Suroso (2015) G. Hipotesis Pengertian hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan antara beban kerja
25 37 dengan perilaku caring perawat di IGD RSUD PROF.DR. Margono Soekarjo Purwokerto.
BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah salah satu tindakan keperawatan yang dinlakukan setia hari secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi (Watson,2011).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang diharapkan,
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan 1. Pengertian Kepuasan Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang diharapkan, jika kinerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Caring 1. Pengertian Watson (2004) menyebutkan caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus serta sentral dari praktik keperawatan yang dilandaskan pada nilai nilai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus dicapai dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut Marquis dan Houston
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Caring Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi kebutuhan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksireaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya terbanyak di rumah sakit dan yang paling sering berinteraksi lansung dengan klien, sehingga kontribusi perawat cukup besar dalam mutu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai pendukung dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu: 2.1. Perilaku 2.1.1. Defenisi
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Motivasi dan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi
Lebih terperincimaupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Caring 1. Pengertian Perilaku Caring Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Caring Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kemanusiaan dan merupakan dasar mula philosophy being and knowing.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Caring Watson (1985), menjelaskan keperawatan merupakan pengetahuan kemanusiaan dengan fokus utamanya adalah proses kepedulian pada manusia sebagai individu, keluarga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang munculnya topik penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan menguraikan satu-persatu bagian
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING MENURUT JEAN WATSON DI AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA TAHUN 2016/2017 Leo Rulino*, Denny Syafiqurahman** *Dosen Akademi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORISTIS
BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Pemecahan masalah dan proses
Lebih terperinciInteraksi yang dilakukan perawat menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.
JENNI M PURBA Perawat profesional harus mempunyai keterampilan intelektual, teknikal & interpersonal, yang tercermin dalam perilaku caring dalam berkomunikasi dengan orang lain (Johnson, 1989). Keterampilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari bahasa Latin yang berarti to move. Secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang menggambarkan kesatuan nilai-nilai kemanusian secara menyeluruh. Menurut Watson (1979 dalam Dwidiyanti
Lebih terperinciPERSEPSI KLIEN TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRATIK KEPERAWATAN DI RUANG MELATI III RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
PERSEPSI KLIEN TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRATIK KEPERAWATAN DI RUANG MELATI III RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Latar Belakang: Di era globalisasi saat ini tuntutan masyarakat akan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dan keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan pusat pelayanan kesehatan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang kita hadapi dibidang kesehatan, menimbulkan secercah harapan akan peluang meningkatnya pelayanan kesehatan. Hal ini juga berdampak dan menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan, sehingga jelas pelayanan keperawatan di Rumah sakit (RS) merupakan pelayanan yang terintegrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keperawatan. Keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin termasuk tim keperawatan. Keperawatan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan yang memegang peran penting dalam menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi tuntutan masyarakat, baik dalam layanan kesehatan pada umumnya maupun keperawatan pada khususnya.
Lebih terperinciETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI
ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma dalam keperawatan, dari konsep keperawatan individu menjadi keperawatan paripurna serta kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran, menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Perawat lebih banyak berinteraksi dengan pasien dibandingkan tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pengembangan pelayanan keperawatan di Indonesia, beberapa rumah sakit sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan telah berupaya untuk meningkatkan pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengirim pesan kepada penerima. Komunikasi merupakan aspek. pencapaian kesembuhan pasien (Siti Fatmawati, 2009:1)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Komunikasi Terapeutik a. Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi dari pengirim pesan kepada penerima. Komunikasi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa globalisasi ini, arus informasi dari satu tempat ke tempat lain semakin cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses. merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP
PENELITIAN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP Tiara*, Arena Lestari* Perilaku perawat di tempat pelayanan kesehatan atau rumah sakit dalam menghadapi pasien sangat menentukan
Lebih terperinciAPLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON
APLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON Jean Watson lahir pada tahun 1940, dia adalah Bachelor of Science dalam Keperawatan, Master of Science dalam Psychiatric / Mental Health Nursing dari University
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien Dalam konteks teori consumer behaviour, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman pasien setelah mendapatkan pelayanan rumah sakit. Kepuasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang berasal dari dalam pasien. Tujuan pasien memilki motivasi sembuh adalah untuk meningkatkan kemauan pasien
Lebih terperinciPERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT A. Peran Perawat Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Lebih terperinciProgram Studi Ners Universitas Esa Unggul. Saat ini saya sedang melakukan
LAMPIRAN 1 Responden yang terhormat, Nama saya Lisa Agusfina, mahasiswa semester akhir Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ners Universitas Esa Unggul. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia yang kita miliki perlu secara terus menerus ditingkatkan agar mampu berperan dalam persaingan global. Oleh karena itu peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu pula dengan teknologi dibidang kesehatan. Selain itu, juga kebutuhan akan kesehatan pada masyarakat
Lebih terperinciHubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung
Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung 1 Kartini Apriana Hutapea 2 Blacius Dedi 3 Yuliana Elias 1,2,3 Sekolah Tinggi
Lebih terperinciTINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI
TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Pelayanan kesehatan di Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan mutu pelayanan keperawatan adalah. ditemukan permasalahan terkait mutu pelayanan keperawatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan keperawatan yang baik merupakan harapan seluruh pasien. Gillies (2006) mendefinisikan mutu perawatan adalah aplikasi pengetahuan medis yang tepat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional, secara sederhana dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016
HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016 Suriani Ginting Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan Abstrak Caring adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat sebagai suatu profesi, memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dalam memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin termasuk di dalamnya ialah tim keperawatan. Keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan
Lebih terperinciDisampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014
Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORETIS
BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi secara langsung dengan pasien, mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting bagi kesembuhan serta keselamatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lain (Crips &Taylor, 2001). Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, merasakan dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain (Crips &Taylor, 2001).
Lebih terperinciDari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.
Dalam profesi kedokteran terdapat tiga komponen penting yaitu komponen ilmu dan teknologi kedokteran, komponen moral dan etik kedokteran, serta komponen hubungan interpersonal antara dokter dan pasien.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit Intensive care unit (ICU) merupakan suatu area yang sangat spesifik dan canggih di rumah sakit dimana desain, staf, lokasi, perlengkapan dan peralatan, didedikasikan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi pada dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Seperti yang telah dituangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek Spiritual itu sendiri pada tahun tahun awal praktek keperawatan telah menjadi sentral dari perawatan bahkan lebih dari satu abad yang lalu Florence Nightingale
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Selain itu,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah Institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Parasuraman (1997) dalam Wike (2009) kepuasan pasien adalah salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parasuraman (1997) dalam Wike (2009) kepuasan pasien adalah salah satu hasil yang diinginkan dari perawatan di Rumah Sakit yang mana pelanggan mengevaluasi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 tahun
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengertian Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang diberikan perawat atau caring, dalam asuhan. pasiennya. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan yang diberikan perawat atau caring, dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat pasiennya. Caring secara umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai menulis tentang fenomena yang terus-menerus tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus berhubungan dengan klien dan keluarganya sejak kelahiran sampai kematian. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi layanan kesehatan telah lama dibicarakan, baik di Negara maju maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan yang semakin responsiv
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan yang cukup kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit merupakan institusi pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
Lebih terperinciTin Herniyani, SE, MM
Karya Ilmiah ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA BERDASARKAN BEBAN KERJA (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Sari Mutiara) Oleh : Tin Herniyani, SE, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ILMU KOMPUTER TRIGUNADARMA MEDAN 2011 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Motivasi adalah tindakan yang dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi. Hal ini adalah keinginan untuk melakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian mutu Mutu merupakan keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
10 BAB II LANDASAN TEORI A. Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian mutu pelayanan kesehatan Menurut Kottler (1994) layanan merupakan suatu aktivitas atau hasil yang dapat ditawarkan oleh suatu lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua manusia selama menjalankan kehidupan menghendaki dirinya selalu dalam kondisi sehat. Sehat bagi bangsa Indonesia dituangkan dalam Undang-undang Kesehatan Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas pelayanan tentu akan mempengaruhi kerja dari tiap pemberi jasa pelayanan. Umpan balik dan informasi merupakan elemen yang penting dalam membangun
Lebih terperincib. Teknik time and motion study atau penelitian waktu dan gerak.
1.1 Metode Penghitungan Beban Kerja Perawat Perhitungan beban kerja dapat dilakukan melalui observasi langsung terhadap pekerjaan yang dilakukan. Simamora (2004) teknik analisis beban kerja (workload analysis)i
Lebih terperinciPENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN. Sumijatun
PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN Sumijatun Beberapa Teori Penting yg terkait dgn Man. Keperawatan : Teori Boulding Paradigma Keperawatan Model Konseptual Keperawatan 9 teori penting dlm man kep : Menurut
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara
LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Identitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi pasiennya. Keberhasilan suatu rumah sakit ditandai dengan adanya peningkatan
Lebih terperinciTUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1 TEORI CARING DAN CURING
TUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1 TEORI CARING DAN CURING DISUSUN OLEH: ADIESTI AINNIAH 1C FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA KATA PENGANTAR Bismillahi Rahmanirrahim Dengan menyebut
Lebih terperinciHUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Derajat Sarjana S -1 Keperawatan Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk menciptakan kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap orang untuk hidup sehat, sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Public Relations adalah sebuah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi
Lebih terperinciFAKTOR KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN PERAWATAN PADA PASIEN BEDAH DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
FAKTOR KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN PERAWATAN PADA PASIEN BEDAH DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Sri Hartutik, Erika Dewi Noor Ratri STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com ABSTRAK Pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan, pelayanan penunjang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Keluarga 2.1.1. Defenisi Keluarga Banyak ahli yang mendefenisiskan tentang keluarga berdasarkan perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Lebih terperinci