ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KINERJA BERBASIS BALANCED SCORECARD PADA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK STUDI KASUS LIMA KPP MADYA JAKARTA TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KINERJA BERBASIS BALANCED SCORECARD PADA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK STUDI KASUS LIMA KPP MADYA JAKARTA TAHUN 2013"

Transkripsi

1 ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KINERJA BERBASIS BALANCED SCORECARD PADA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK STUDI KASUS LIMA KPP MADYA JAKARTA TAHUN 2013 Muhamad Syaifudin, Emil Bachtiar Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia Abstrak Pendapatan negara dari perpajakan setiap tahun selalu mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan belanja negara sehingga DJP dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam mencapai target penerimaan pajak. KPP Madya Jakarta sebagai unit vertikal DJP berupaya untuk meningkatkan kinerja penerimaan pajaknya dengan melakukan pengelolaan kinerja berbasis balanced scorecard. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa terhadap sistem balanced scorecard yang ada perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam rangka mengefektifkan tugas dan fungsi DJP. Dari delapan belas indikator kinerja utama (IKU), hanya empat IKU yang mampu menggambarkan tingkat capaian realisasi penerimaan pajak, sembilan IKU perlu dilakukan perbaikan/penyempurnaan, dan lima IKU tidak perlu dilakukan perbaikan/penyempurnaan. Studi ini menyarankan agar IKU dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pelanggan dilakukan perbaikan/penyempurnaan; dan beberapa sasaran strategis pada sistem balanced scorecard dilakukan penyesuaian. Kata kunci: Balanced scorecard, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, indikator kinerja utama, DJP. The Analysis of Effectiveness Balanced Scorecard-based Performance Management At the Directorate General of Taxation Case Study Five Jakarta Medium Tax Offices Year 2013 Abstract State revenues from taxation each year always increase along with the increase in government spending so that the DGT is required to improve its performance in achieving the target of tax revenue. Jakarta Medium Tax Offices as a vertical unit DGT seeks to improve the performance of tax revenue by the balanced scorecard-based performance management. The results of this study concludes that the balanced scorecard system that is necessary to do some improvements in order to streamline the tasks and functions of the DGT. Of eighteen key performance indicators, only four were able to describe the level of achievement of tax revenue, nine key performance indicator necessary repairs/refinement, and five key performance indicator and five key performance indicator did not have to do repairs/refinement. This study suggested that key performance indicator in learning and growth perspective, internal process perspective, and customer perspective repairs/improvements; some of the strategic objectives in a balanced scorecard system adjusted. Keywords: Balanced scorecard, learning and growth perspective, internal process perspective, customer perspective, key performance indicators, DGT.

2 PENDAHULUAN Pendapatan Negara setiap tahun selalu mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan belanja Negara. Dalam APBN-P tahun 2014 ini, total pendapatan Negara sebesar triliun rupiah dengan komposisi penerimaan Negara dari pajak yaitu 76,21 persen atau triliun rupiah, penerimaan Negara bukan pajak sebesar 23,67 persen atau 387 triliun rupiah dan hibah sebesar 0,12 persen atau 2 triliun rupiah sedangkan total belanja Negara adalah sebesar 1.876,9 triliun rupiah (UU No.12 Tahun 2014 tentang APBN-P 2014). Tugas untuk mengamankan penerimaan Negara dari pajak ini diemban oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP), salah satu unit eselon I dibawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia. DJP senantiasa dituntut untuk mampu meningkatkan kinerjanya dalam mencapai target penerimaan pajak. Untuk memastikan keberhasilan pencapaian peningkatan kinerja organisasi dalam mengamankan penerimaan pajak, maka pada tahun 2007 dimulailah penyusunan rencana strategis (renstra) DJP untuk tahun Setelah renstra dihasilkan, hal berikutnya yang penting adalah memastikan seluruh program dalam renstra tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk itu diperlukan pengelolaan kinerja untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program-program yang telah ditetapkan dalam renstra. Dalam renstra tersebut, ditetapkan sasaran-sasaran strategis (SS) organisasi setiap tahunnya yang kemudian dijadikan bahan penyusunan peta strategi. Peta strategi merupakan alat bagi pimpinan untuk memonitor jalannya fungsi supporting dan proses bisnis untuk memastikan output dan outcome suatu organisasi dapat tercapai. Hal ini merupakan filosofi dari ditetapkannya balanced scorecard (BSC) sebagai alat pengelolaan kinerja di Kemenkeu, dimana keberhasilan organisasi tergantung dari bagaimana fungsi supporting berjalan dengan baik dan proses bisnis telah dilakukan dengan optimal. Peraturan mengenai pengelolaan kinerja ini, diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 12/KMK.01/2010 tentang pengelolaan kinerja di lingkungan Kemenkeu yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang pengelolaan kinerja di lingkungan Kemenkeu dengan menggunakan sistem manajemen kinerja berbasis balanced scorecard yang mengatur pengelolaan kinerja organisasi dan pengelolaan kinerja pegawai untuk seluruh unit organisasi di lingkungan Kemenkeu yang memiliki peta strategi. Peraturan ini kemudian ditindaklanjuti DJP dengan mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-105/PJ/2012 tentang pengelolaan kinerja di lingkungan DJP yang

3 mencakup seluruh unit organisasi di lingkungan DJP. Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari Pada tahun 2012, saat dimulainya pengelolaan kinerja berbasis BSC, persentase realisasi penerimaan pajak DJP secara Nasional hanya 94,44% atau mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2011 yang mencapai 97,26%. Pada tahun 2013, persentase realisasi penerimaan pajak secara Nasional juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang hanya mencapai 92,57%. Penurunan persentase realisasi penerimaan pajak tersebut juga terjadi di lima KPP Madya Jakarta. Total persentase realisasi penerimaan pajak di lima KPP Madya Jakarta mengalami penurunan pada tahun 2012 yang hanya mencapai 92,57%, dan ,70% jika dibandingkan realisasi penerimaan pajak pada tahun 2011 yang mencapai 93,67%. Lima KPP Madya Jakarta tersebut menyumbang sekitar tujuh sampai delapan persen dari total penerimaan pajak DJP secara Nasional. Penulis bermaksud melakukan studi mengapa setelah penerapan pengelolaan kinerja berbasis balanced scorecard malah terjadi penurunan kinerja realisasi penerimaan pajak?. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas reformasi perpajakan melalui pengelolaan kinerja berbasis balanced scorecard. Tinjauan literatur balanced scorecard diuraikan pada bagian kedua makalah ini. Bagian ketiga menjelaskan metode kajian yang dilakukan dan objek studi. Bagian keempat makalah ini menganalisis kinerja organisasi, kinerja perspektif, sasaran strategis, indikator kinerja utama dalam balanced scorecard DJP, dan evaluasi atas indikator kinerja utama dan sasaran strategis di DJP. Selanjutnya simpulan dan saran dikemukakan di bagian penutup. TINJAUAN PUSTAKA Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu berkaitan dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai. Pengelolaan atau manajemen kinerja menurut Wibowo (2007) adalah gaya manajemen dalam mengelola sumber daya yang berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi. Balanced scorecard adalah suatu kerangka kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Selain ukuran kinerja keuangan masa depan,

4 balanced scorecard juga memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Kaplan dan Norton, 1996). Perspektif Balanced Scorecard Terdapat empat perspektif yang digunakan dalam balanced scorecard, yaitu keuangan (financial), pelanggan (customer), proses bisnis internal (internal business process), dan pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth). Keempat perspektif tersebut harus memberikan keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang, antara hasil yang diinginkan dan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut, dan antara ukuran objektif dan ukuran subjektif. Perspektif keuangan dalam balanced scorecard untuk sektor privat menggambarkan mengenai keberhasilan di aspek keuangan apa yang harus diperlihatkan kepada para pemegang saham. Ukuran ini memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan laba perusahaan. Tujuan dan ukuran keuangan memainkan peran ganda, yaitu menentukan kinerja keuangan yang diharapkan dari strategi dan menjadi sasaran akhir dari tujuan dan ukuran perspektif yang lain. Perspektif pelanggan dalam balanced scorecard menggambarkan mengenai apa yang harus kita perlihatkan kepada pelanggan dalam rangka mewujudkan visi kita. Ukuran yang digunakan terdiri dari ukuran generik dan ukuran spesifik. Ukuran generik terdiri dari kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, profitabilitas pelanggan, dan pangsa pasar di segmen sasaran. Kepuasan pelanggan akan mempengaruhi retensi pelanggan dan akuisisi pelanggan. Akuisisi pelanggan dan retensi pelanggan akan mempengaruhi profitabilitas pelanggan dan akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar. Ukuran spesifik tergantung kepada proposisi nilai yang akan diberikan kepada pelanggan. Proposisi nilai pelanggan merupakan pernyataan tentang atribut yang diberikan perusahaan kepada produk/jasanya untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan dalam segmen pasar sasaran. Proposisi nilai pelanggan merupakan sebuah fungsi dari tiga variabel lain (Kaplan dan Norton, 1996), yaitu: atribut produk/jasa, hubungan pelanggan, serta citra dan reputasi. Perspektif proses bisnis internal dalam balanced scorecard menggambarkan mengenai proses bisnis apa yang harus kita kuasai dengan baik untuk menyenangkan para pemegang

5 saham dan pelanggan kita. Proses bisnis yang diidentifikasi tersebut harus memungkinkan perusahaan untuk memberikan proposisi nilai kepada pelanggan dan memenuhi harapan keuntungan keuangan kepada pemegang saham. Rantai nilai proses bisnis internal menurut pendekatan balanced scorecard terdiri dari tiga bagian, yaitu inovasi, operasi, dan layanan purna jual (Kaplan dan Norton, 1996). Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dalam balanced scorecard menggambarkan mengenai bagaimana kita memelihara kemampuan kita untuk berubah dan meningkatkan diri untuk mewujudkan visi kita. Dalam perspektif ini diidentifikasi suatu infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam rangka menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Menurut Kaplan dan Norton (1996) terdapat tiga kategori utama untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu kapabilitas pegawai, kapabilitas sistem informasi, serta motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan. Keempat perspektif tersebut saling berhubungan dan memiliki hubungan sebab-akibat (causal relationship) di antara keempatnya. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan modal dasar organisasi. Modal dasar yang baik dan kuat akan menjadikan organisasi mampu menjalankan roda proses bisnis utama dengan baik. Selanjutnya dengan proses bisnis yang baik, organisasi mampu memenuhi keinginan pelanggan dengan baik dan mampu memuaskan para pelanggannya. Pada akhirnya kepuasan pelanggan menjadikan pelanggan loyal dan organisasi akan memperoleh keuntungan keuangan. Untuk membangun balanced scorecard yang dapat dikaitkan dengan strategi organisasi maka dari visi, misi organisasi diterjemahkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang tergambar dalam peta strategis organisasi perlu memperhatikan tiga prinsip (Kaplan dan Norton, 1996) berikut: a. Hubungan sebab akibat Sebuah balanced scorecard yang disusun secara semestinya seharusnya dapat menjelaskan strategi organisasi melalui urutan hubungan sebab-akibat. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan suatu urutan pernyataan jika-maka. b. Faktor pendorong kinerja Sebuah balanced scorecard yang baik seharusnya memiliki bauran dari ukuran outcome dan ukuran pendorong kinerja.

6 c. Keterkaitan dengan masalah keuangan Hubungan sebab akibat dari seluruh ukuran dalam balanced scorecard seharusnya terkait dengan sasaran keuangan yang merupakan tujuan puncak/utama dari organisasi sektor privat yang mencari laba. Balanced scorecard yang terbaik akan menjelaskan cerita strategi dengan baik sehingga strategi dapat disimpulkan sebagai kumpulan dari tujuan-tujuan, langkah-langkah, dan hubungan diantara mereka (Kaplan dan Norton, 1996). Metode Analisis Efektivitas Balanced Scorecard Untuk dapat menilai efektivitas suatu sistem balanced scorecard, maka menganut pernyataan Kaplan dan Norton (1996) yang menyatakan bahwa balanced scorecard yang terbaik akan menjelaskan cerita strategi dengan baik sehingga strategi dapat disimpulkan sebagai kumpulan dari tujuan-tujuan, langkah-langkah, dan hubungan diantara mereka, maka kita akan menganalisis efektivitas balanced scorecard dengan tiga prinsip dari Kaplan dan Norton (1996) yaitu : hubungan sebab akibat, faktor pendorong kinerja, dan keterkaitan dengan masalah keuangan. METODE STUDI Studi ini dirancang bersifat kualitatif. Pengumpulan data yang digunakan pada studi ini dilakukan melalui dua metode, yaitu: a. Dokumentasi Metode dokumentasi ini dilakukan dengan mempelajari dokumen di KPP Madya Jakarta yaitu laporan kinerja organisasi, laporan penerimaan pajak, data, dan dokumen lain yang digunakan dalam mendukung pengolahan data dalam penelitian ini. b. Studi Literatur Literatur yang dipilih oleh Penulis adalah jurnal ilmiah, artikel, dan berbagai sumber lainnya. Di dalam studi ini, peneliti memberikan batasan obyek yang akan dibahas hanya pada pelaksanaan balanced scorecard di lima KPP Madya Jakarta pada tahun 2013.

7 Balanced Scorecard di KPP Madya Jakarta Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-105/PJ/2012 tentang pengelolaan kinerja di lingkungan DJP, KPP Madya Jakarta juga melaksanakan pengelolaan kinerja berbasis balanced scorecard pada tahun 2012 sampai sekarang. Pada gambar 1 berikut adalah peta strategi dan sasaran strategis dari balanced scorecard di KPP Madya Jakarta Tahun Gambar 1 Peta Strategi KPP Madya Jakarta Tahun 2013 Sumber : KPP Madya Jakarta, 2013

8 No IKU Tabel 1 Nilai Kinerja Organisasi KPP Madya Jakarta Tahun 2013 IKU Bobot KPP A KPP B KPP C Indeks Capaian Nilai Bobot Indeks Capaian Stakeholders Perspective 35,00% 71,31% 24,96% 35,00% 86,45% 30,26% 35,00% 56,11% 19,64% 35,00% 61,33% 21,46% 35,00% 94,65% 33,13% SS-1 Penerimaan Pajak Negara yang Optimal 100,00% 71,31% 71,31% 100,00% 86,45% 86,45% 100,00% 56,11% 56,11% 100,00% 61,33% 61,33% 100,00% 94,65% 94,65% 1 Persentase Realisasi Penerimaan Pajak 57,14% 88,80% 50,74% 57,14% 97,00% 55,43% 57,14% 85,62% 48,93% 57,14% 86,14% 49,22% 57,14% 92,00% 60,84% 2 Persentase Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak 42,86% 48,00% 20,57% 42,86% 72,39% 31,02% 42,86% 16,76% 7,18% 42,86% 28,25% 12,11% 42,86% 79,00% 33,81% Customer Perspective 15,00% 109,35% 16,40% 15,00% 105,26% 15,79% 15,00% 99,42% 14,91% 15,00% 102,07% 15,31% 15,00% 102,53% 15,38% SS-2 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak yang Tinggi 100,00% 109,35% 109,35% 100,00% 105,26% 105,26% 100,00% 99,42% 99,42% 100,00% 102,07% 102,07% 100,00% 102,53% 102,53% 3 Persentase Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak 100,00% 109,35% 109,35% 100,00% 105,26% 105,26% 100,00% 99,42% 99,42% 100,00% 102,07% 102,07% 100,00% 102,53% 102,53% Internal Process Perspective 30,00% 108,37% 32,51% 30,00% 110,44% 33,13% 30,00% 111,64% 33,49% 30,00% 114,27% 34,28% 30,00% 118,87% 35,66% SS-3 Peningkatan Efektivitas Pelayanan dan Penyuluhan 33,33% 120,00% 40,00% 36,00% 113,33% 40,80% 33,33% 120,00% 40,00% 33,33% 115,50% 38,50% 33,33% 116,65% 38,88% 4 Persentase Tindak Lanjut Pengaduan Pelayanan Perpajakan 35,71% 120,00% 42,86% 33,33% 120,00% 40,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 35,71% 120,00% 42,85% 5 Persentase Realisasi Penyuluhan sesuai Renstra 28,57% 120,00% 34,29% 33,33% 100,00% 33,33% 44,44% 120,00% 53,33% 45,00% 110,00% 49,50% 28,57% 108,00% 30,95% 6 Persentase Jumlah WP yang Dilakukan Sosialisasi 35,71% 120,00% 42,86% 33,33% 120,00% 40,00% 55,56% 120,00% 66,67% 55,00% 120,00% 66,00% 35,71% 120,00% 42,85% SS-4 Peningkatan Efektivitas Pengawasan 33,33% 112,38% 37,46% 36,00% 110,91% 39,93% 33,33% 94,94% 31,64% 33,33% 113,85% 37,95% 33,33% 119,99% 39,99% 7 Persentase Tindak Lanjut Pemanfaatan Data Approweb oleh A 27,27% 120,00% 32,73% 27,27% 100,00% 27,27% 27,27% 120,00% 32,73% 27,27% 120,00% 32,73% 27,27% 120,00% 32,72% 8 Persentase Pemenuhan Pembetulan SPT Tahunan PPh 27,27% 120,00% 32,73% 18,18% 100,00% 18,18% 27,27% 120,00% 32,73% 27,27% 97,45% 26,58% 27,27% 120,00% 32,72% 9 Persentase Realisasi Penyelesaian Pemeriksaan 18,18% 120,00% 21,82% 27,27% 120,00% 32,73% 18,18% 120,00% 21,82% 18,18% 120,00% 21,82% 18,18% 120,00% 21,82% 10 Persentase Realisasi Penerimaan Hasil Pemeriksaan 27,27% 92,07% 25,11% 27,27% 120,00% 32,73% 27,27% 28,10% 7,66% 27,27% 120,00% 32,73% 27,27% 120,00% 32,72% SS-5 Peningkatan Efektivitas Penegakan Hukum 33,33% 92,74% 30,91% 28,00% 106,12% 29,71% 33,33% 120,00% 40,00% 33,33% 113,46% 37,82% 33,33% 120,00% 40,00% 11 Persentase Pencairan Piutang Pajak 57,14% 120,00% 68,57% 42,86% 114,29% 48,98% 57,14% 120,00% 68,57% 57,14% 120,00% 68,57% 57,14% 120,00% 68,57% 12 Persentase Jumlah Penerimaan Pajak dari Pencairan Piutang P 42,86% 56,38% 24,16% 57,14% 100,00% 57,14% 42,86% 120,00% 51,43% 42,86% 104,73% 44,88% 42,86% 120,00% 51,43% Learning and Growth Perspective 20,00% 105,85% 21,17% 20,00% 126,00% 25,20% 20,00% 107,41% 21,54% 20,00% 106,74% 21,35% 20,00% 106,66% 21,33% SS-6 Penataan Struktur Organisasi yang Efektif 33,33% 110,00% 36,67% 33,33% 52,63% 17,54% 33,33% 113,13% 37,71% 33,33% 112,63% 37,54% 33,33% 112,63% 37,54% 13 Persentase Mitigasi Risiko yang Selesai Dijalankan 50,00% 120,00% 60,00% 0,00% 0,00% 0,00% 50,00% 115,46% 57,73% 50,00% 120,00% 60,00% 50,00% 120,00% 60,00% 14 Persentase Tindak Lanjut atas Temuan Itjen/BPK/BPKP 50,00% 100,00% 50,00% 50,00% 105,26% 52,63% 50,00% 110,80% 55,40% 50,00% 105,26% 52,63% 50,00% 105,00% 52,63% SS-7 Sistem Manajemen yang Handal 33,33% 100,00% 33,33% 0,00% 0,00% 0,00% 33,33% 100,00% 33,33% 33,33% 100,00% 33,33% 33,33% 100,00% 33,33% 15 Persentase Akurasi Data SIKKA 100,00% 100,00% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% SS-8 Peningkatan Kapasitas Lembaga 33,33% 107,54% 35,85% 100,00% 108,46% 108,46% 33,33% 110,01% 36,67% 33,33% 107,62% 35,87% 33,33% 107,37% 35,79% 16 Persentase Pegawai yang Memenuhi Standar Jamlat 29,41% 120,00% 35,29% 29,41% 120,00% 35,29% 29,41% 120,00% 35,29% 29,41% 120,00% 35,29% 29,41% 120,00% 35,29% 17 Persentase Penyerapan DIPA non Belanja Pegawai 35,29% 102,64% 36,23% 35,29% 105,26% 37,15% 35,29% 109,74% 38,73% 35,29% 103,70% 36,60% 35,29% 102,00% 36,07% 18 Persentase Penyelesaian Kegiatan Dalam DIPA 35,29% 102,64% 36,01% 35,29% 102,04% 36,01% 35,29% 102,04% 36,01% 35,29% 101,22% 35,72% 35,29% 102,00% 36,01% Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 95,04% 104,38% 89,59% 92,40% 105,50% Nilai Bobot Indeks Capaian Nilai Bobot KPP D Indeks Capaian Sumber : Data NKO dari Lima KPP Madya Jakarta, 2013 (telah diolah kembali) Nilai Bobot KPP E Indeks Capaian Nilai Proses penghitungan NKO untuk unit yang memiliki peta strategi dapat digambarkan pada gambat 2 berikut: Gambar 2 Proses Penghitungan NKO Sumber : Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-105/PJ/2012 Secara sederhana, formula perhitungan NKO adalah sebagai berikut: 1. Indeks Capaian = Realisasi : Target. 2. NSS = Σ (Capaian IKU x Bobot Akhir IKU) Nilai Sasaran Strategis (NSS) adalah nilai yang menunjukkan konsolidasi dari seluruh IKU di dalam satu sasaran strategis. 3. NKP = (Σ NSS / ΣSS) x Bobot Perspektif

9 Nilai Kinerja Perspektif (NKP) adalah nilai yang menunjukkan konsolidasi dari seluruh NSS dalam satu perspektif. 4. NKO = Σ NKP Nilai Kinerja Organisasi (NKO) menunjukkan konsolidasi dari seluruh nilai perspektif dalam satu peta strategi. Penentuan besaran pembobotan tiap perspektif ditentukan berdasarkan fokus strategi organisasi. Prosedur penentuan bobot perspektif pada unit organisasi yang memiliki peta strategi sesuai dengan tabel 2 berikut: Tabel 2 : Penentuan Bobot Perspektif No Tingkat Organisasi Penentuan Bobot Perspektif 1 Unit Eselon I Konsensus bersama antara Kepala Pusat Analisis dan (Kemenkeu-One) Harmonisasi Kebijakan (PUSHAKA) sebagai Pengelola Kinerja Kemenkeu dan Pimpinan DJP. 2 Unit Eselon II (Kemenkeu-Two) Konsensus bersama antara Pengelola Kinerja Eselon I dan masing-masing Pimpinan Unit Eselon II yang bersangkutan. 3 Unit Eselon III dengan Peta Strategi (Kemenkeu-Three) Konsensus bersama antara Pengelola Kinerja Unit Eselon II dan masing-masing Pimpinan Unit Eselon III pada unit yang bersangkutan. Sumber : Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-105/PJ/2012 PEMBAHASAN Sebelum melakukan pembahasan, Penulis akan melakukan pengujian terlebih dahulu terhadap hasil pencapaian nilai kinerja organisasi (NKO) dari masing-masing KPP Madya Jakarta. Pengujian pertama dilakukan dengan menguji hasil perkalian antara bobot dengan indeks capaian untuk memastikan kebenaran penghitungan nilai kinerja sehingga tidak terjadi salah hitung. Hal tersebut penulis lakukan karena dari indikasi awal ada nilai kinerja yang salah hitung dari salah satu KPP. Pengujian kedua dilakukan untuk menguji jumlah nilai dari masing-masing indikator kinerja utama (IKU) yang akan menjadi nilai sasaran strategis (SS), jumlah nilai SS akan menjadi nilai perspektif dan jumlah nilai perspektif akan menjadi NKO. Pengujian dapat dilihat pada tabel 3.

10 Tabel 3 Pengujian NKO KPP Madya Jakarta Tahun 2013 Nomor IKU KPP A KPP B KPP C KPP D KPP E Data Uji 1 Uji 2 Data Uji 1 Uji 2 Data Uji 1 Uji 2 Data Uji 1 Uji 2 Data Uji 1 Uji 2 Stakeholders 24,96% 24,96% 24,96% 30,26% 30,26% 30,26% 19,64% 19,64% 19,64% 21,46% 21,47% 21,46% 33,13% 33,13% 30,25% SS-1 71,31% 71,31% 71,31% 86,45% 86,45% 86,45% 56,11% 56,11% 56,11% 61,33% 61,33% 61,33% 94,65% 94,65% 86,43% 1 50,74% 50,74% 50,74% 55,43% 55,43% 55,43% 48,93% 48,92% 48,92% 49,22% 49,22% 49,22% 60,84% 52,57% 52,57% 2 20,57% 20,57% 20,57% 31,02% 31,03% 31,03% 7,18% 7,18% 7,18% 12,11% 12,11% 12,11% 33,81% 33,86% 33,86% Customer 16,40% 16,40% 16,40% 15,79% 15,79% 15,79% 14,91% 14,91% 14,91% 15,31% 15,31% 15,31% 15,38% 15,38% 15,38% SS-2 109,35% 109,35% 109,35% 105,26% 105,26% 105,26% 99,42% 99,42% 99,42% 102,07% 102,07% 102,07% 102,53% 102,53% 102,53% 3 109,35% 109,35% 109,35% 105,26% 105,26% 105,26% 99,42% 99,42% 99,42% 102,07% 102,07% 102,07% 102,53% 102,53% 102,53% Internal Process 32,51% 32,51% 32,51% 33,13% 33,13% 33,13% 33,49% 33,49% 33,49% 34,28% 34,28% 34,28% 35,66% 35,66% 35,65% SS-3 40,00% 40,00% 39,99% 40,80% 40,80% 40,80% 40,00% 40,00% 40,00% 38,50% 38,50% 38,50% 38,88% 38,88% 38,85% 4 42,86% 42,85% 42,85% 40,00% 40,00% 40,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 42,85% 42,85% 42,85% 5 34,29% 34,28% 34,28% 33,33% 33,33% 33,33% 53,33% 53,33% 53,33% 49,50% 49,50% 49,50% 30,95% 30,86% 30,86% 6 42,86% 42,85% 42,85% 40,00% 40,00% 40,00% 66,67% 66,67% 66,67% 66,00% 66,00% 66,00% 42,85% 42,85% 42,85% SS-4 37,46% 37,46% 37,45% 39,93% 39,93% 39,92% 31,64% 31,64% 31,64% 37,95% 37,95% 37,94% 39,99% 39,99% 39,99% 7 32,73% 32,72% 32,72% 27,27% 27,27% 27,27% 32,73% 32,72% 32,72% 32,73% 32,72% 32,72% 32,72% 32,72% 32,72% 8 32,73% 32,72% 32,72% 18,18% 18,18% 18,18% 32,73% 32,72% 32,72% 26,58% 26,57% 26,57% 32,72% 32,72% 32,72% 9 21,82% 21,82% 21,82% 32,73% 32,72% 32,72% 21,82% 21,82% 21,82% 21,82% 21,82% 21,82% 21,82% 21,82% 21,82% 10 25,11% 25,11% 25,11% 32,73% 32,72% 32,72% 7,66% 7,66% 7,66% 32,73% 32,72% 32,72% 32,72% 32,72% 32,72% SS-5 30,91% 30,91% 30,91% 29,71% 29,71% 29,71% 40,00% 40,00% 40,00% 37,82% 37,82% 37,81% 40,00% 40,00% 40,00% 11 68,57% 68,57% 68,57% 48,98% 48,98% 48,98% 68,57% 68,57% 68,57% 68,57% 68,57% 68,57% 68,57% 68,57% 68,57% 12 24,16% 24,16% 24,16% 57,14% 57,14% 57,14% 51,43% 51,43% 51,43% 44,88% 44,89% 44,89% 51,43% 51,43% 51,43% Learning and Growth 21,17% 21,17% 21,18% 25,20% 25,20% 25,20% 21,54% 21,48% 21,54% 21,35% 21,35% 21,35% 21,33% 21,33% 21,32% SS-6 36,67% 36,66% 36,66% 17,54% 17,54% 17,54% 37,71% 37,71% 37,71% 37,54% 37,54% 37,54% 37,54% 37,54% 37,50% 13 60,00% 60,00% 60,00% 0,00% 0,00% 0,00% 57,73% 57,73% 57,73% 60,00% 60,00% 60,00% 60,00% 60,00% 60,00% 14 50,00% 50,00% 50,00% 52,63% 52,63% 52,63% 55,40% 55,40% 55,40% 52,63% 52,63% 52,63% 52,63% 52,50% 52,50% SS-7 33,33% 33,33% 33,33% 0,00% 0,00% 0,00% 33,33% 33,33% 33,33% 33,33% 33,33% 33,33% 33,33% 33,33% 33,33% ,00% 100,00% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% SS-8 35,85% 35,84% 35,91% 108,46% 108,46% 108,45% 36,67% 36,67% 36,67% 35,87% 35,87% 35,87% 35,79% 35,79% 35,76% 16 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 35,29% 17 36,23% 36,22% 36,22% 37,15% 37,15% 37,15% 38,73% 38,73% 38,73% 36,60% 36,60% 36,60% 36,07% 36,00% 36,00% 18 36,01% 36,22% 36,22% 36,01% 36,01% 36,01% 36,01% 36,01% 36,01% 35,72% 35,72% 35,72% 36,01% 36,00% 36,00% NKO 95,04% 95,04% 95,05% 104,38% 104,38% 104,38% 89,59% 89,53% 89,58% 92,40% 92,41% 92,40% 105,50% 105,50% 102,60% Sumber : Data NKO KPP Madya Jakarta, 2013 (telah diolah kembali) Tabel 4 Persentase Realisasi Penerimaan Pajak KPP Madya Jakarta Tahun 2013 KPP Madya 2013 No Urutan Jakarta Rencana Realisasi % 1 A 8,899 7,902 88,796% 3 2 B 13,288 12,960 97,532% 1 3 C 30,612 26,210 85,620% 5 4 D 7,460 6,435 86,260% 4 5 E 21,508 19,842 92,254% 2 Sumber : Data KPP Madya Jakarta, 2013 (telah diolah kembali) Untuk bisa menggunakan data NKO sebagai data analisis, maka kita akan menggunakan bobot penghitungan NKO dari KPP B sebagai tolok ukur (benchmark) dikarenakan KPP B mendapatkan realisasi penerimaan pajak tertinggi dan nilai kinerja organisasi yang tertinggi juga. Dan sebelum menggunakan bobot KPP B sebagai tolok ukur, maka penulis akan melakukan pengujian terlebih dahulu bobot yang digunakan oleh KPP B, apakah sudah memenuhi ketentuan pembobotan yaitu total bobot empat perspektif adalah seratus persen, total bobot SS dalam satu

11 perspektif adalah seratus persen, dan total bobot IKU dalam satu SS adalah seratus persen. Pengujian bobot B dapat dilihat pada tabel 5 berikut: No IKU Stakeholders Perspective Tabel 5 Perubahan Bobot KPP B IKU SS-1 Penerimaan Pajak Negara yang Optimal KPP B Bobot setelah Bobot Keterangan pembetulan 35,00% Sesuai 35,00% 100,00% Sesuai 100,00% 1 Persentase Realisasi Penerimaan Pajak 57,14% Sesuai 57,14% 2 Persentase Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak 42,86% Sesuai 42,86% Customer Perspective 15,00% Sesuai 15,00% SS-2 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak yang Tinggi 100,00% Sesuai 100,00% 3 Persentase Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak 100,00% Sesuai 100,00% Internal Process Perspective 30,00% Sesuai 30,00% SS-3 Peningkatan Efektivitas Pelayanan dan Penyuluhan 36,00% Sesuai 36,00% 4 Persentase Tindak Lanjut Pengaduan Pelayanan Perpajakan 33,33% Sesuai 33,33% 5 Persentase Realisasi Penyuluhan sesuai Renstra 33,33% Sesuai 33,33% 6 Persentase Jumlah WP yang Dilakukan Sosialisasi 33,33% Sesuai 33,33% SS-4 Peningkatan Efektivitas Pengawasan 36,00% Sesuai 36,00% 7 Persentase Tindak Lanjut Pemanfaatan Data Approweb oleh AR 27,27% Sesuai 27,27% 8 Persentase Pemenuhan Pembetulan SPT Tahunan PPh 18,18% Sesuai 18,18% 9 Persentase Realisasi Penyelesaian Pemeriksaan 27,27% Sesuai 27,27% 10 Persentase Realisasi Penerimaan Hasil Pemeriksaan 27,27% Sesuai 27,27% SS-5 Peningkatan Efektivitas Penegakan Hukum 28,00% Sesuai 28,00% 11 Persentase Pencairan Piutang Pajak 42,86% Sesuai 42,86% 12 Persentase Jumlah Penerimaan Pajak dari Pencairan Piutang Pajak 57,14% Sesuai 57,14% Learning and Growth Perspective 20,00% Sesuai 20,00% SS-6 Penataan Struktur Organisasi yang Efektif 33,33% Sesuai 33,33% 13 Persentase Mitigasi Risiko yang Selesai Dijalankan 0,00% Revisi 50,00% 14 Persentase Tindak Lanjut atas Temuan Itjen/BPK/BPKP 50,00% Sesuai 50,00% SS-7 Sistem Manajemen yang Handal 0,00% Sesuai 0,00% 15 Persentase Akurasi Data SIKKA 0,00% Sesuai 0,00% SS-8 Peningkatan Kapasitas Lembaga 100,00% Revisi 66,66% 16 Persentase Pegawai yang Memenuhi Standar Jamlat 29,41% Sesuai 29,41% 17 Persentase Penyerapan DIPA non Belanja Pegawai 35,29% Sesuai 35,29% 18 Persentase Penyelesaian Kegiatan Dalam DIPA 35,29% Sesuai 35,29% Dengan menggunakan dua data yaitu: data realisasi penerimaan pajak dan data NKO hasil pengujian kedua setelah disesuaikan dengan bobot penghitungan NKO dari KPP B, kita akan melakukan analisis untuk mengetahui hubungan antara capaian NKO dengan persentase realisasi penerimaan pajak di lima KPP Madya Jakarta. Data NKO yang disesuaikan dengan bobot KPP B dapat kita lihat pada tabel 6 di bawah ini.

12 Tabel 6 Nilai Kinerja Organisasi KPP Setelah Menggunakan Bobot KPP B KPP A KPP B KPP C KPP D KPP E No. IKU Bobot Indeks Indeks Indeks Indeks Indeks Nilai Nilai Nilai Nilai Capaian Capaian Capaian Capaian Capaian Nilai Stakeholders 35,00% 71,31% 24,96% 86,45% 30,26% 56,11% 19,64% 61,33% 21,46% 86,43% 30,25% SS-1 100,00% 71,31% 71,31% 86,45% 86,45% 56,11% 56,11% 61,33% 61,33% 86,43% 86,43% 1 57,14% 88,80% 50,74% 97,00% 55,43% 85,62% 48,92% 86,14% 49,22% 92,00% 52,57% 2 42,86% 48,00% 20,57% 72,39% 31,03% 16,76% 7,18% 28,25% 12,11% 79,00% 33,86% Customer 15,00% 109,35% 16,40% 105,26% 15,79% 99,42% 14,91% 102,07% 15,31% 102,53% 15,38% SS-2 100,00% 109,35% 109,35% 105,26% 105,26% 99,42% 99,42% 102,07% 102,07% 102,53% 102,53% 3 100,00% 109,35% 109,35% 105,26% 105,26% 99,42% 99,42% 102,07% 102,07% 102,53% 102,53% Internal 30,00% 107,07% 32,12% 110,43% 33,13% 96,57% 28,97% 100,47% 30,14% Process 118,55% 35,57% SS-3 36,00% 119,99% 43,20% 113,32% 40,80% 79,99% 28,80% 76,66% 27,60% 115,99% 41,76% 4 33,33% 120,00% 40,00% 120,00% 40,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 120,00% 40,00% 5 33,33% 120,00% 40,00% 100,00% 33,33% 120,00% 40,00% 110,00% 36,66% 108,00% 36,00% 6 33,33% 120,00% 40,00% 120,00% 40,00% 120,00% 40,00% 120,00% 40,00% 120,00% 40,00% SS-4 36,00% 112,37% 40,45% 110,90% 39,92% 94,93% 34,17% 115,89% 41,72% 119,99% 43,20% 7 27,27% 120,00% 32,72% 100,00% 27,27% 120,00% 32,72% 120,00% 32,72% 120,00% 32,72% 8 18,18% 120,00% 21,82% 100,00% 18,18% 120,00% 21,82% 97,45% 17,72% 120,00% 21,82% 9 27,27% 120,00% 32,72% 120,00% 32,72% 120,00% 32,72% 120,00% 32,72% 120,00% 32,72% 10 27,27% 92,07% 25,11% 120,00% 32,72% 28,10% 7,66% 120,00% 32,72% 120,00% 32,72% SS-5 28,00% 83,65% 23,42% 106,12% 29,71% 120,00% 33,60% 111,27% 31,16% 120,00% 33,60% 11 42,86% 120,00% 51,43% 114,29% 48,98% 120,00% 51,43% 120,00% 51,43% 120,00% 51,43% 12 57,14% 56,38% 32,22% 100,00% 57,14% 120,00% 68,57% 104,73% 59,84% 120,00% 68,57% Learning and 20,00% 108,48% 21,70% 89,83% 17,97% 111,05% 22,21% 109,27% 21,85% Growth 109,01% 21,80% SS-6 33,33% 110,00% 36,66% 52,63% 17,54% 113,13% 37,71% 112,63% 37,54% 112,50% 37,50% 13 50,00% 120,00% 60,00% 0,00% 0,00% 115,46% 57,73% 120,00% 60,00% 120,00% 60,00% 14 50,00% 100,00% 50,00% 105,26% 52,63% 110,80% 55,40% 105,26% 52,63% 105,00% 52,50% SS-7 0,00% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00% 0,00% 100,00% 0,00% 100,00% 0,00% 15 0,00% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00% 0,00% 100,00% 0,00% 100,00% 0,00% SS-8 66,66% 107,74% 71,82% 108,45% 72,29% 110,03% 73,35% 107,61% 71,73% 107,28% 71,52% 16 29,41% 120,00% 35,29% 120,00% 35,29% 120,00% 35,29% 120,00% 35,29% 120,00% 35,29% 17 35,29% 102,64% 36,22% 105,26% 37,15% 109,74% 38,73% 103,70% 36,60% 102,00% 36,00% 18 35,29% 102,64% 36,22% 102,04% 36,01% 102,04% 36,01% 101,22% 35,72% 102,00% 36,00% NKO AWAL 95,05% 104,38% 89,58% 92,40% 102,60% NKO AKHIR 95,18% 97,14% 85,73% 88,77% 103,00% Sumber : Data NKO KPP Madya Jakarta, 2013 (telah diolah kembali) Analisis Kinerja Organisasi Penulis menganalisis efektivitas pengelolaan kinerja melalui pencapaian NKO dengan realisasi penerimaan pajak. Tabel 7 Urutan Pencapaian Realisasi Penerimaan Pajak dan NKO Tahun 2013 KPP Madya Jakarta KPP A KPP B KPP C KPP D KPP E Realisasi Penerimaan Pajak Nilai Kinerja Organisasi Sumber : Data Lima KPP Madya Jakarta, 2013 (telah diolah kembali)

13 Dari tabel 7, Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak adanya hubungan antara urutan pencapaian NKO dan urutan realisasi penerimaan pajak yaitu KPP yang mendapatkan NKO tertinggi belum tentu mendapatkan realisasi penerimaan pajak yang tertinggi juga. Dan tingkat keberhasilan pencapaian NKO belum dapat menggambarkan tingkat keberhasilan pencapaian realisasi penerimaan pajak seratus persen. Hal tersebut digambarkan dengan KPP dengan NKO lebih dari seratus persen ternyata tidak mendapatkan persentase realisasi penerimaan pajak yang seratus persen juga. Analisis Kinerja Perspektif Penulis menganalisis efektivitas pengelolaan kinerja melalui pencapaian nilai kinerja perspektif (NKP) dengan realisasi penerimaan pajak. Tabel 8 Urutan Pencapaian Realisasi Penerimaan Pajak dan NKP Urutan Realisasi Penerimaan Pajak KPP B KPP E KPP A KPP D KPP C Stakeholder Perspective KPP B KPP E KPP A KPP D KPP C Customer Perspective KPP A KPP B KPP E KPP D KPP C Internal Process Perspective KPP E KPP B KPP A KPP D KPP C Learning&Growth Pers. KPP C KPP D KPP E KPP A KPP B Sumber : NKO Lima KPP Madya Jakarta, 2013 (telah diolah kembali) Dan data tabel 8 tersebut, Penulis mengambil suatu simpulan bahwa hanya perspektif stakeholder yang mampu menggambarkan tingkat capaian realisasi penerimaan pajak yaitu KPP B dengan NKP stakeholder yang tinggi mendapatkan tingkat persentase realisasi penerimaan pajak yang tinggi pula. Sedangkan perspektif yang lain belum mampu menggambarkan hubungan dengan tingkat persentase realisasi penerimaan pajak. Analisis Sasaran Strategis Penulis menganalisis efektivitas pengelolaan kinerja melalui pencapaian nilai sasaran strategis (NSS) dengan realisasi penerimaan pajak.

14 Tabel 9 Urutan Pencapaian Realisasi Penerimaan Pajak dan NSS Urutan Realisasi Penerimaan Pajak KPP B KPP E KPP A KPP D KPP C SS-1 Penerimaan Pajak Negara yang Optimal KPP B KPP E KPP A KPP D KPP C SS-2 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak yang Tinggi KPP A KPP B KPP E KPP D KPP C SS-3 Peningkatan Efektivitas Pelayanan dan Penyuluhan KPP A KPP E KPP B KPP C KPP D SS-4 Peningkatan Efektivitas Pengawasan KPP E KPP D KPP A KPP B KPP C SS-5 Peningkatan Efektivitas Penegakan Hukum KPP C&E SAMA KPP D KPP B KPP A SS-6 Penataan Struktur Organisasi yang Efektif KPP C KPP D KPP E KPP A KPP B SS-7 Sistem Manajemen yang Handal SS-8 Peningkatan Kapasitas Lembaga KPP C KPP B KPP A KPP D KPP E Sumber : NKO Lima KPP Madya Jakarta, 2013 (telah diolah kembali) Dari data tabel 9, Penulis dapat mengambil suatu simpulan bahwa hanya sasaran strategis penerimaan pajak Negara yang optimal saja yang mampu menggambarkan tingkat capaian realisasi penerimaan pajak yaitu KPP dengan capaian sasaran strategis penerimaan pajak Negara yang tinggi, akan mendapatkan tingkat persentase realisasi penerimaan pajak yang tinggi pula. Analisis Indikator Kinerja Utama Penulis menganalisis efektivitas pengelolaan kinerja melalui nilai IKU dengan realisasi penerimaan pajak. Tabel 10 Urutan Pencapaian Realisasi Penerimaan Pajak dan Nilai IKU No Urutan Realisasi Penerimaan Pajak KPP B KPP E KPP A KPP D KPP C 1 Persentase Realisasi Penerimaan Pajak KPP B KPP E KPP A KPP D KPP C 2 Persentase Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak KPP E KPP B KPP A KPP D KPP C 3 Persentase Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak KPP A KPP B KPP E KPP D KPP C 4 Persentase Tindak Lanjut Pengaduan Pelayanan Perpajakan KPP A&B&E KPP D KPP C 5 Persentase Realisasi Penyuluhan sesuai Renstra KPP A&C SAMA KPP D KPP E KPP B 6 Persentase Jumlah WP yang Dilakukan Sosialisasi SAMA SEMUA 7 Persentase Tindak Lanjut Pemanfaatan Data Approweb oleh AR KPP A&C&D&E SAMA KPP B 8 Persentase Pemenuhan Pembetulan SPT Tahunan PPh KPP A&C&E SAMA KPP B KPP D 9 Persentase Realisasi Penyelesaian Pemeriksaan SAMA SEMUA 10 Persentase Realisasi Penerimaan Hasil Pemeriksaan KPP B&D&E SAMA KPP A KPP C 11 Persentase Pencairan Piutang Pajak KPP A&C&D&E SAMA KPP B 12 Persentase Jumlah Penerimaan Pajak dari Pencairan Piutang Pajak KPP C&E SAMA KPP D KPP B KPP A 13 Persentase Mitigasi Risiko yang Selesai Dijalankan KPP A&D&E SAMA KPP C KPP B 14 Persentase Tindak Lanjut atas Temuan Itjen/BPK/BPKP KPP C KPP B&D SAMA KPP E KPP A 15 Persentase Akurasi Data SIKKA 16 Persentase Pegawai yang Memenuhi Standar Jamlat SAMA SEMUA SAMA SEMUA 17 Persentase Penyerapan DIPA non Belanja Pegawai KPP C KPP B KPP D KPP A KPP E 18 Persentase Penyelesaian Kegiatan Dalam DIPA KPP A KPP B&C SAMA KPP E KPP D Sumber : NKO Lima KPP Madya Jakarta, 2013 (telah diolah kembali)

15 Dari data tabel 10, maka ada beberapa IKU yang dicapai oleh KPP B dan/atau KPP E (sebagai peringkat pertama dan kedua realisasi penerimaan pajak tertinggi) dengan menempati urutan tertinggi dibandingkan KPP lain. IKU tersebut adalah: 1. IKU-1 Persentase Realisasi Penerimaan Pajak 2. IKU-2 Persentase Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak 3. IKU-4 Persentase Tindak Lanjut Pengaduan Pelayanan Perpajakan 4. IKU-10 Persentase Realisasi Penerimaan Hasil Pemeriksaan Dari data tersebut, Penulis mengambil suatu simpulan bahwa hanya ada empat IKU saja yang mampu menggambarkan tingkat capaian realisasi penerimaan pajak yaitu KPP dengan nilai IKU yang tinggi maka akan mendapatkan tingkat persentase realisasi penerimaan pajak yang tinggi pula. Evaluasi atas Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tabel 11 Evaluasi SS dan IKU SS dan IKU Keterangan SS-1 Penerimaan Pajak Negara yang Tetap tidak perlu diubah Optimal IKU-1 Persentase Realisasi Penerimaan Pajak Tetap dan Efektif menggambarkan hubungan antara IKU dan realisasi penerimaan pajak IKU-2 Persentase Pertumbuhan Tetap dan Efektif menggambarkan hubungan antara Realisasi Penerimaan Pajak IKU dan realisasi penerimaan pajak SS-2 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak yang Tinggi Tetap, ada penambahan satu SS tingkat kepuasan WP yang tinggi atas pelayanan perpajakan dan satu IKU ditambahkan dengan indeks kepuasan pengguna layanan IKU-3 Persentase Tingkat Kepatuhan Revisi, perhitungannya menambahkan unsur Formal Wajib Pajak kepatuhan SPT Masa PPh dan PPN SS-3 Peningkatan Efektivitas Pelayanan Tetap dan Efektif dan Penyuluhan IKU-4 Persentase Tindak Lanjut Tetap dan Efektif menggambarkan hubungan antara Pengaduan Pelayanan Perpajakan IKU dan realisasi penerimaan pajak

16 IKU-5 Persentase Realisasi Penyuluhan sesuai Renstra IKU-6 Persentase Jumlah WP yang Dilakukan Sosialisasi SS-4 Peningkatan Efektivitas Pengawasan IKU-7 Persentase Tindak Lanjut Pemanfaatan Data Approweb oleh AR IKU-8 Persentase Pemenuhan Pembetulan SPT Tahunan PPh IKU-9 Persentase Realisasi Penyelesaian Pemeriksaan IKU-10 Persentase Realisasi Penerimaan Hasil Pemeriksaan SS-5 Peningkatan Efektivitas Penegakan Hukum IKU-11 Persentase Pencairan Piutang Pajak IKU-12 Persentase Jumlah Penerimaan Pajak dari Pencairan Piutang Pajak SS-6 Penataan Struktur Organisasi yang Efektif IKU-13 Persentase Mitigasi Risiko yang Selesai Dijalankan IKU-14 Persentase Tindak Lanjut atas Temuan Itjen/BPK/BPKP SS-7 Sistem Manajemen yang Handal Revisi, rencana penyuluhan pada awal tahun sebaiknya ditetapkan oleh kantor pusat DJP sehingga jumlah dan waktu pelaksanaan sama antar KPP. Tetap tidak perlu diubah Tetap tidak perlu diubah Tetap dengan saran perbaikan aplikasi approweb dan ketersediaan data untuk penggalian potensi Dihilangkan karena sudah tercakup dalam IKU-7 Tetap tidak perlu diubah Tetap dan Efektif menggambarkan hubungan antara IKU dan realisasi penerimaan pajak Tetap tidak perlu diubah Revisi dengan IKU pemblokiran rekening WP Dihilangkan karena sudah tercakup dalam IKU-11 Kurang relevan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Kurang relevan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Kurang relevan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Kurang relevan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

17 IKU-15 Persentase Akurasi Data SIKKA SS-8 Peningkatan Kapasitas Lembaga IKU-16 Persentase Pegawai yang Memenuhi Standar Jamlat IKU-17 Persentase Penyerapan DIPA non Belanja Pegawai IKU-18 Persentase Penyelesaian Kegiatan Dalam DIPA Kurang relevan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Kurang relevan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Tetap tidak perlu diubah sudah sesuai dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Kurang relevan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Kurang relevan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Berdasarkan evaluasi tersebut, penulis dapat gambarkan saran penulis dalam peta strategi seperti gambar 3 di bawah ini. Gambar 3 Usulan Peta Strategis KPP Madya Jakarta

18 Dengan SS dan IKU sebagai berikut: 1. SS-1 Penerimaan Pajak Negara yang Optimal dengan IKU: persentase realisasi penerimaan pajak, dan persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak. 2. SS-2 Tingkat Kepuasan WP yang Tinggi atas Pelayanan Perpajakan dengan IKU indeks kepuasan pengguna layanan. 3. SS-3 Tingkat Kepatuhan WP yang Tinggi dengan IKU persentase tingkat kepatuhan formal WP. 4. SS-4 Peningkatan Pelayanan yang Berkualitas dengan IKU tingkat kepuasan WP atas layanan unggulan DJP. 5. SS-5 Peningkatan Efektivitas Pelayanan dan Penyuluhan dengan IKU: persentase tindak lanjut pengaduan pelayanan perpajakan, persentase realisasi penyuluhan sesuai renstra, dan persentase jumlah WP yang dilakukan sosialisasi. 6. SS-6 Peningkatan Efektivitas Pengawasan dengan IKU: persentase tindak lanjut pemanfaatan data Approweb oleh AR, persentase realisasi penyelesaian pemeriksaan, dan persentase realisasi penerimaan hasil pemeriksaan. 7. SS-7 Peningkatan Efektivitas Penegakan Hukum dengan IKU: persentase pemblokiran rekening WP. 8. SS-8 Sumber Daya Manusia yang Berkompetensi dengan IKU: indeks hasil penilaian pegawai, persentase jumlah pegawai yang terkena kasus pelanggaran kode etik, dan persentase pegawai yang memenuhi standar jamlat. 9. SS-9 Lingkungan Kerja yang Positif dengan IKU indeks kepuasan pegawai. 10. SS-10 Sistem Informasi yang Handal dengan IKU: kesediaan data untuk penggalian potensi perpajakan, keakuratan informasi perpajakan yang dapat ditindaklanjuti. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab IV, dapat diambil simpulan mengenai penerapan pengelolaan kinerja berbasis BSC di lima KPP Madya Jakarta sebagai berikut: a. Dengan diterapkannya balanced scorecard, ternyata belum mampu memberikan dukungan yang efektif dalam pencapaian target realisasi penerimaan pajak. Sehingga penerapan

19 pengelolaan kinerja berbasis BSC belum efektif dalam mendukung kinerja DJP dalam rangka pencapaian realisasi penerimaan pajak. b. Dari delapan belas IKU yang digunakan dalam mengukur kinerja di KPP Madya Jakarta, hanya ada empat IKU yang mampu menggambarkan tingkat capaian realisasi penerimaan pajak yaitu KPP dengan nilai IKU yang tinggi maka akan mendapatkan tingkat persentase realisasi penerimaan pajak yang tinggi pula. Ada sembilan IKU yang perlu dilakukan perbaikan/penyempurnaan karena belum mampu menggambarkan tingkat capaian realisasi penerimaan pajak. Dan ada lima IKU dimana semua KPP mendapatkan indeks capaian yang sama sehingga IKU ini tidak perlu dilakukan perbaikan/penyempurnaan. SARAN Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV adalah sebagai berikut: a. Penerapan balanced scorecard sebagai sistem pengelolaan kinerja di DJP perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan IKU sehingga IKU yang digunakan dapat menggambarkan hubungan sebab akibat dari ketiga perspektif pendorong kinerja terhadap perspektif stakeholder. b. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif proses internal, dan perspektif pelanggan perlu dilakukan perubahan/penyempurnaan. c. Pemberian bobot untuk setiap SS dan IKU antar KPP agar disinergikan sehingga terdapat kesamaan besaran bobot sehingga dapat tercipta keserasian dan keadilan dalam menilai IKU. d. Pemberian nilai indeks capaian untuk IKU yang realisasinya melebihi 100 persen maksimal hanya dapat diberikan indeks capaian seratus persen juga supaya indeks capaian IKU dapat menggambarkan hubungan sebab akibat yang nyata terhadap realisasi penerimaan pajak. DAFTAR REFERENSI Buku Kaplan, R.S. dan Norton, D.P. (1996). Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action. Boston: Harvard Business School Press. Kaplan, R.S. dan Norton, D.P. (1996). Using Balanced Scorecard as a Strategic Management System. Boston: Harvard Business School Press.

20 Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Peraturan Perundang-undangan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-105/PJ/2012 tentang pengelolaan kinerja di lingkungan DJP. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 12/KMK.01/2010 tentang Pengelolaan Kinerja di Kemenkeu. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di Kemenkeu.

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD FOKUS PENGUKURAN BSC Fokus pengukuran BSC untuk melaksanakan proses manajemen sbb: Mengklarifikasi dan menerjemahkan

Lebih terperinci

Gambar Piramida Penyelarasan Strategi

Gambar Piramida Penyelarasan Strategi Balanced Scorecard Kementerian Keuangan Konsep Balanced Scorecard (BSC) dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton yang berawal dari studi tentang pengukuran kinerja di sektor bisnis pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung jawab mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan tersebut telah tercapai. Pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK BERBASIS BALANCED SCORECARD (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang)

ANALISIS PENGELOLAAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK BERBASIS BALANCED SCORECARD (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang) ANALISIS PENGELOLAAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK BERBASIS BALANCED SCORECARD (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang) Oleh: Afian Fuadi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Lebih terperinci

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut: Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal

Lebih terperinci

Key Performance Indicators Perusahaan

Key Performance Indicators Perusahaan Key Performance Indicators Perusahaan Cascade Strategic Visi dan Misi Unit : Corporate Unit Pelayanan Memberikan pelayanan terbaik dengan standart perbankan untuk mencapai kepuasan pelanggan. 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen yang memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Materi 1. What is Financial Management? 2. Goals of Financial Management in the Context of BSC 3. Financial Aspect of BSC What is Financial Management

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Keuangan yang merupakan salah satu Kementerian yang. perekonomian di negara ini berhubungan dengan Kementerian Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Keuangan yang merupakan salah satu Kementerian yang. perekonomian di negara ini berhubungan dengan Kementerian Keuangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Keuangan yang merupakan salah satu Kementerian yang sangat sentral kedudukannya dalam kepemerintahan, karena seluruh aspek perekonomian di negara ini

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, proses dalam menghasilkan produk/jasa tersebut, sistem jual-beli yang ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

Prepared by Yuli Kurniawati

Prepared by Yuli Kurniawati BALANCE SCORECARD Prepared by Yuli Kurniawati SEJARAH BALANCE SCORECARD Pertama kali disampaikan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam artikel berjudul Balanced

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bandung adalah salah satu kota wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Seiring dengan semakin banyak turis yang datang, bisnis akomodasi di Kota bandung pun semakin berkembang. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan setiap tahun dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan setiap tahun dengan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 23 mengamanatkan: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan setiap tahun dengan Undang- Undang dan dilaksanakan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card

Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card Performa (2008) Vol. 7, No.2: 31-36 Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card Murman Budijanto, Dwi Lia Indriani Laboratorium Sistem

Lebih terperinci

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC TESIS MM PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DI DINAS PEKERJAAN UMUM DAERAH KOTA BLITAR DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) JAMHARI KASA TARUNA NRP 9106 201 307 DOSEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap organisasi membutuhkan panduan agar perjalanannya terarah, seperti halnya suatu peta dalam satu perjalanan. Peta yang baik akan menuntun organisasi untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengukuran Kinerja Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat konsitensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. Kinerja merupakan penentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Visi, Misi dan Tujuan Balai Besar Latihan Kerja Industri Serang 4.1.1 Visi Balai Besar Latihan Kerja Industri Serang Menjadi pusat tenaga kerja yang professional dan berkualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENILAIAN KINERJA PEMBERI LAYANAN KESEHATAN

ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENILAIAN KINERJA PEMBERI LAYANAN KESEHATAN ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENILAIAN KINERJA PEMBERI LAYANAN KESEHATAN (Studi Kasus pada Poliklinik dan Rumah Bersalin Rejosari Husada Delanggu Klaten) p SKRIPSI Disusun Sebagai Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah mempunyai strategi agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Selain

Lebih terperinci

Integrasi Balanced Scorecard dan Data Envelopment Analysis dalam Pengukuran Kinerja dan Efisiensi

Integrasi Balanced Scorecard dan Data Envelopment Analysis dalam Pengukuran Kinerja dan Efisiensi Petunjuk Sitasi: och, B. N., Muslim, E., & Karina, L. (2017). Integrasi Balanced card dan Data Envelopment Analysis dalam Pengukuran Kinerja dan Efisiensi. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F125-131).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997:419) mengungkapkan penilaian kinerja sebagai penentu

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Menurut Sumarni dan Soeprihanto (1995) koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layanannya dalam mencapai customer value (nilai pelanggan) yang paling tinggi

BAB I PENDAHULUAN. layanannya dalam mencapai customer value (nilai pelanggan) yang paling tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan jaman pada saat ini sebuah organisasi sektor publik dituntut untuk dapat bersaing dalam memberikan kepuasan dan peningkatan mutu layanannya dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang komunikasi, informasi, dan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang membutuhkan anggaran yang cukup besar setiap tahunnya untuk melaksanakan berbagai macam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan penetapan tujuan dan berakhir dengan evaluasi. Pada penetapan tujuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan penetapan tujuan dan berakhir dengan evaluasi. Pada penetapan tujuan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen Kinerja Manajemen kinerja merupakan suatu proses dalam manajemen sumber daya manusia. Implikasi dari kata manajemen berarti proses aktivitasnya diawali dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara berkembang. Hal tersebut terjadi antara lain sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

KEMENTERIANKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PUSAT KEPATUHAN INTERNAL KEPABEANAN DAN CUKAI

KEMENTERIANKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PUSAT KEPATUHAN INTERNAL KEPABEANAN DAN CUKAI KEMENTERIANKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PUSAT KEPATUHAN INTERNAL KEPABEANAN DAN CUKAI JALAN JENDERAL A.YANI JAKARTA-13230 KOTAK POS 108 JAKARTA-10002 TELEPON (021) 47866926;

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Departemen Keuangan sebagai lembaga negara yang berfungsi melaksanakan kebijakan fiskal sangatlah vital bagi terselenggaranya hampir semua aspek perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perilaku manusia dalam suatu organisasi. Dengan adanya alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia bisnis banyak mengalami perkembangan sehingga tercipta kondisi persaingan yang semakin kompetitif. Keadaan ini menuntut perusahaan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS Majalah Ilmiah Unikom, Vol.6, hlm. 51-59 BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS ISNIAR BUDIARTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh semua perusahaan di era globalisasi saat ini. Kunci untuk memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN 2.1 Konsep Dasar Audit Manajemen Menurut Bayangkara (2008:2), audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisien dan efektivitas operasi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Angka pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembangunan di segala bidang. Penerimaan negara dari sektor pajak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja. seperti koreksi akan kebijakan, meluruskan kegiatan- kegiatan utama dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja. seperti koreksi akan kebijakan, meluruskan kegiatan- kegiatan utama dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak- pihak tertentu untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Analisa SWOT Analisa SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu

Lebih terperinci

Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik

Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Seiring dengan semakin banyak turis yang datang (Tabel

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.01/2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam meningkatkan kinerja aparatur. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk Bogasari Division sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk Bogasari Division sebagai salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri tepung terigu merupakan industri dengan pertumbuhan yang tinggi di jaman Orde Baru. Hal ini karena industri tepung terigu merupakan industri

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA Welin Kusuma 1, Patdono Suwignjo 1, Iwan Vanany 1 1 Program Pascasarjana Bidang

Lebih terperinci

The Balanced Scorecard. Amalia

The Balanced Scorecard. Amalia The Balanced Scorecard Amalia Sistem Penilaian Kinerja [Performance Measurement Systems] Merupakan mekanisme untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan organisasi dalam menerapkan strategi Tujuan SPK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahan dalam suatu negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kinerja 2.1.1. Definisi Pengukuran Kinerja Kaplan, dan Norton (1996) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai : the activity of measuring the performance of an activity

Lebih terperinci

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD Banyak organisasi yang mampu merumuskan rencana strategis dengan baik, namun belum banyak organisasi yang mampu melaksanakan kegiatan operasional bisnisnya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Berdikari (Persero) merupakan badan usaha milik negara yang terdiri dari beberapa Satuan Badan Usaha (SBU), yaitu peternakan, logistik dan niaga. Satuan

Lebih terperinci

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar jika berbagai sumber daya dikelola dengan baik, serta pendapatan nasional negara tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR PENGANTAR (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2011 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pusat. personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pusat. personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Pada suatu organisasi bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah serta perusahaan milik pemerintah dan organisasi sektor publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang semakin ketat. Kondisi ini memacu dunia usaha untuk lebih peduli terhadap strategi yang dijalankan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Sumber: Data Hasil Pribadi Gambar 3.1 Flowchart MetodePenelitian 40 41 1 Penerjemahan Visi dan Misi ke dalam empat perspektif Analisis SWOT

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA SEBELUM DAN SESUDAH DITETAPKANNYA METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENGUKURAN KINERJA

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA SEBELUM DAN SESUDAH DITETAPKANNYA METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENGUKURAN KINERJA JURNAL AKUNIDA ISSN 24423033 Volume 1 Nomor 1, Juni 2015 9 ANALISIS PENGUKURAN KINERJA SEBELUM DAN SESUDAH DITETAPKANNYA METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENGUKURAN KINERJA ANALYSIS OF PERFORMANCE

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Indah Pratiwi, Herrizqi Shinta, Dessy Riyasari Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.... i ii iii iv v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 20 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Penerapan Metode Balanced Scorecard dalam Penyusunan Key Performance Indikator pada Direktorat KITSDA, Direktorat Jenderal Pajak

Penerapan Metode Balanced Scorecard dalam Penyusunan Key Performance Indikator pada Direktorat KITSDA, Direktorat Jenderal Pajak Penerapan Metode Balanced Scorecard dalam Penyusunan Key Performance Indikator pada Direktorat KITSDA, Direktorat Jenderal Pajak Dwi Kurniawan 1, Bambang Hermanto 2 1 Institut Teknologi Nasional, 2 Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Balanced Scorecard pertama kali dikembangkan pada tahun 1990 oleh ahli Amerika Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk jangka panjang (Setiawan, 2011).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk jangka panjang (Setiawan, 2011). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Perencanaan Strategis Perencanaan strategis (penyusunan rencana jangka panjang) merupakan salah satu tahapan dalam manajemen strategis yaitu serangkaian

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran umum objek penelitian KPP Jakarta Kebayoran Lama, yang kini berubah menjadi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada

Lebih terperinci

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value. Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang meyakini bahwa jika perusahaan memiliki orang-orang dengan kemampuan yang tepat dan sikap yang baik akan dapat melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu organisasi dikatakan berhasil apabila visi, misi dan tujuannya tercapai. Untuk dapat mencapainya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam beberapa dasarwasa ini telah terjadi perubahan yang cepat dan terus menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari era

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Balanced Scorecard, Strategy, Strategic Management System

ABSTRACT. Keywords: Balanced Scorecard, Strategy, Strategic Management System ABSTRACT Strategy is a system that be used by company to accomplish the vision. In order to make the strategy successfully execute, the management needs a management s tool or system that be capable of

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab landasan teori ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengukuran kinerja, Balanced Scorecard, perspektif dalam Balanced Scorecard, penyelarasan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil

BAB V PENUTUP. Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja PDAM Kota Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja perusahaan dengan pendekatan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rias Andriati dalam artikel majalah SWA,16 Agustus 2010 menyatakan bahwa seringkali perusahaan hanya berorientasi pada laba, yaitu keuntungan yang didapat dari

Lebih terperinci

MVC dengan BALANCED SCORECARD (BSC)

MVC dengan BALANCED SCORECARD (BSC) MVC dengan BALANCED (BSC) Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. BSC DAN PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN 1. What we want to be? - Visi dan Misi 2. What we have to do? - Kebijakan/Program/Kegiatan 3. Where

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan strategi balanced scorecard dimana balanced scorecard memiliki empat perspektif strategi, yaitu

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Laporan Kinerja 2017 I II Kementerian Keuangan Laporan Kinerja 2017 III IV Kementerian Keuangan P E N G A N T A R Pada tahun 2017, dari hasil pengukuran kinerja, Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJA tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk pencapaian suatu target tertentu. Sehingga pengukuran kinerja merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan. pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan. pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada umumnya pengukuran kinerja yang dilakukan oleh suatu badan usaha hanya berorientasi pada jangka pendek dan mengandung tingkat subyektivitas yang tinggi. Di samping

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2%

BAB V ANALISA DATA. Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2% BAB V ANALISA DATA 5.1 Perspektif Keuangan Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2% yang diperoleh dari kuesioner perbandingan berpasangan untuk mencari tingkat kepentingan dari perspektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Dalam UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PENGELOLAAN KINERJA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BAWAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PENGELOLAAN KINERJA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BAWAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada mulanya pajak merupakan suatu pemberian secara cuma-cuma (upeti) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dipaksakan dan harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci