BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan,respon
|
|
- Fanny Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mekanisme Koping Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan oleh individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan,respon terhadap situasi yang menggancam. Upaya individu ini dapat berupa kognitif, perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang bertujuan menyelesaikan stres yang dihadapi. Kemampuan koping diperlukan oleh setiap manusia untuk mampu bertahan hidup didalam lingkungan yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan proses pemecahan masalah dimana seseorang mempergunakannya untuk mengelola kondisi stres. Dengan adanya penyebab stres (stresor) orang akan secara sadar atau tidak sadar bereaksi untuk mengatasi masalah tersebut.dalam keperawatan konsep koping sangat penting karena semua pasien mengalami stres, sehingga sangat perlu kemampuan untuk dapat mengatasinya dan kemampuan koping untuk adaptasi terhadap stres yang merupakan faktor penentu yang penting dalam kesejahteraan manusia (Kelliat, 1998). Koping telah diartikan sebagai usaha seseorang untuk mengatur (mengurangi, memperkecil, menguasai, atau mentoleransi permintaan internal dan eksternal dari transaksi antara manusia dengan lingkungan yang dinilai melebihi seseorang. Sesuai dengan Lazarus dan Folkman (1984) cara seseorang mengatasi situasi yang penuh dengan stres tergantung pada 7
2 8 pandangannya terhadap situasi tersebut evaluasi tentang pengetahuan dikembalikan pada penilaian yaitu suatu proses yang dinamis dan berubahrubah menurut persepsi orang tersebut. Konsekuensi dari suatu peristiwa penting bagi kesejahteraan dan kesehatan mereka serta kemampuan mereka untuk mengatasi ancaman. Menurut Lazarus (1984) membedakan koping menjadi dua tipe yaitu koping yang berorientasi pada masalah ( manipulasi hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sumber stres ) dan koping yang berfokus pada emosi. Koping yang berfokus pada masalah digunakan seseorang ketika menghadapi suatu masalah yang mempunyai kemungkinan untuk dirubah. Sedangkan koping yang berfokus pada emosi sering digunakan apabila pasien telah menilai bahwa tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk mengubah situasi yang membahayakan, mengancam, ataupun menentang dari keadaan dan lingkungan yang dihadapi. Koping yang berfokus pada masalah dengan tingkat kecemasan yang dapat dikendalikan. Kebanyakan individu menggunakan kedua koping tersebut pada waktu yang beragam, walaupun demikian ada keadaan dimana salah satu tipe disukai. Mekanisme koping pada gangguan konsep diri dibagi menjadi dua yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang (Stuart dan Sundeen,1991) :
3 9 1. Koping Jangka Pendek Logan ( dikutip dari Stuart dan Sundeen ) membagi 4 koping jangka pendek khususnya pada krisis identitas. a. Aktifitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis Misalnya : pemakaian obat, ikut balap motor atan mobil, olah raga berat atau obsesi nonton televisi. b. Aktifitas yang memberi kesempatan mengganti identitas Misalnya : ikut kelompok tertentu untuk mendapatkan identitas yang sudah dimiliki kelompok, memiliki kelompok atau pengikut tertentu. c. Aktifitas yang menberi kekuatan atau mendukung sementara terhadap konsep diri / identitas kabur Misalnya : aktifitas yang kompetisi yaitu olah raga, prestasi akademik, kontes dan kelompok anak muda. d. Aktifitas yang memberi arti dari kehidupan Misalnya : penjelasan tentang keisengan menurunkan kegairahan dan tindak berarti pada diri sendiri dan orang lain. 2. Koping jangka Panjang Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan integritas ego. Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat. Ini dapat disebabkan karena ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif. Individu dengan gangguan konsep diri pada usia dewasa dapat menggunakan ego oriented reaction (mekanisme pertahanan
4 10 diri) yang berfariasi untuk melindungi diri sendiri. Macam mekanisme koping yang sering dipakai adalah disosiasi, isolasi, proyeksi. Koping dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala). Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek yaitu fisilogis dan psikologis ( Kelliat,1999). Koping yang efektif menghasilkan adaptasi sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan maladaptif. a. Fisiologis Manifestasi stress pada aspek fisik tergantung pada : 1). Persepsi/penerimaan individu pada stress 2). Keefektifan strategi koping b. Psikososial Stuart dan Sundeen (1991) mengidentifikasikan 2 kategori koping yang biasa dipakai untuk mengatasi kecemasan : 1). Reaksi berorientasi pada tugas ( Task Oriented Reaction ) Cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan. Ada tiga reaksi berorientasi pada tugas : a) Perilaku Menyerang Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b) Perilaku menarik Diri Perilaku menarik diri digunakan secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
5 11 c) Perilaku Kompromi Perilaku Kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang. 2). Reaksi yang berporientasi pada ego ( Ego Oriented Reaction ) Sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini berguna untuk melindungi diri yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama Contohnya : a) Denial (menyangkal) Menghindarkan realitas ketidaksetujuan dengan mengabaikan atau menolak untuk mengenalinya. b) Projeksi Mengaitkan pikiran atau impuls dirinya terutama keinginan yang tidak dapat di toleransi, perasaan emosional, atau motivasi kepada orang lain. c) Regresi Menghindari stress terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan lebih awal. d) Displacement/Mengalihkan Mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan kepada orang atau benda tertentu ke benda yang netral atau tidak membahayakan.
6 12 e) Isolasi Memisahkan komponen emosional dari pikiran yang dapat temporer atau jangka panjang. f) Supresi Suatu proses yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan diri tetapi benar-benar merupakan analogi represi, pencetus kesadaran yang bertujuan suatu ketika dapat mengarah pada represi. Menurut Wiscar and Sandra (1995), sumber koping terdiri atas 2 faktor yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (external) yaitu : (a) Faktor internal meliputi : kesehatan dan energi, sistem kepercayaan seseorang termasuk kepercayaan eksistensial (iman, kepercayaan, agama), komitmen atau tujuan hidup, pengalaman masa lalu, tingkat pengetahuan, perasaan seseorang seperti harga diri, kontrol dan kemahiran, ketrampilan, pemecahan masalah. (b) Faktor external meliputi : dukungan sosial dan sumber material. Menyadur dari Cobb dukungan sosial sebagai rasa memiliki rasa informasi terhadap seseorang atau lebih dengan 3 kategori yaitu : dukungan emosi dimana seseorang merasa dicintai; dukungan harga diri berupa pengakuan dari orang lain akan kemampuan yang dimiliki; perasaan memiliki dalam sebuah kelompok.
7 13 Mekanisme koping seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya lingkungan, konsep diri, rasa aman dan nyaman, pengalaman masa lalu dan tingkat pengetahuan seseorang (Keliat,1999). Menurut Stuart dan Sundeen ( 1998 ), rentang mekanisme koping pada ansietas dapat digambarkan sebagai berikut : Skema Mekanisme Koping Eksternal a. Dukungan emosi b. Dukungan ekonomi c. Sosial Budaya d. Politik Internal a. Lingkungan b. Pengalaman masa lalu c. Konsep diri d. Pengetahuan e. Motivasi f. Kepercayaan Mekanisme koping (Adaptif/Mal adaptif) Gambar.1. Skema Meknisme Koping (Sumber : Stuart and Sundeen,1998) Jadi karakteristik mekanisme koping adalah : a. Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut : 1). Masih mengontrol emosi pada dirinya 2). Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah. 3). Memiliki persepsi yang luas 4). Dapat menerima dukungan dari oang lain b. Maladaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut : 1). Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi 2). Tidak mampu menyelesaikan masalah
8 14 3). Prilakunya cenderung merusak Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakan koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. Menurut National Safety Council ( 2005 ), strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus mempunyai 4 komponen yaitu : a. Peningkatan kesadaran terhadap masalah : fokus objektif yang jelas dan prespektif yang utuh terhadap situasi yang tengah berlangsung. b. Pengolahan informasi : situasi pendekatan yang mengharuskan anda mengalihkan persepsi sehingga ancaman dapat diredam. Pengelolaan informasi juga meliputi pengumpulan informasi dan pengkajian semua sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah. c. Pengubahan prilaku : tindakan yang dipilih secara sadar yang dilakukan bersama sikap yang positif. Dapat meminimalkan atau menghilangkan stressor. d. Resolusi damai : suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil diatasi. Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya prilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas
9 15 menghebat. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. B. Tingkat Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni melalui indra penglihatan, penciuman, rasa, raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmojdo.S., 2003). Pengetahuan mencakup ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta, kaidah, dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui bentuk mengingat atau mengenal kembali. Menurut Notoadmodjo (2003), yang mengutip dari Bloom tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif meliputi : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari. Sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall). Sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan mendefinisikan, dan sebagainya. Sebagai contoh dapat mendefinisikan arti penyakit kusta,
10 16 mampu menyebutkan tanda dan gejala penyakit kusta, mampu menyebutkan etiologi penyakit kusta. 2. Memahami (compherensif ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Sebagai contoh mampu menjelaskan gambaran klinis dari penyakit kusta. 3. Penerapan (aplication) Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata sebelumnya. 4. Analisis (analysa) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu obyek kedalam komponen komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (syntesa) Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation) Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penelitian penelitian itu
11 17 berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan kriteria yang sudah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan menurut Notoadmodjo (2003) yaitu : a. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru. b. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas. c. Kultur Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. Pada remaja akan melakukan mekanisme koping yang efektif jika mereka mengetahui sesuai dengan apa yang mereka lihat. d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dimana pada pasien kusta dengan umur yang bertambah maka pengalamannya lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang umurnya lebih muda.
12 18 e. Sosial ekonomi Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dimana status ekonomi yang baik akan berpengaruh pada fasilitas yang diberikan. C. Penyakit Kusta 1. Definisi Penyakit kusta merupakan suatu penyakit menular menahun yang menyerang kulit dan susunan saraf tepi, sering dapat menimbulkan reaksi akut (ekserbasi) dan dapat menimbulkan cacat bila tidak diobati sewaktu penyakit dalam stadium dini (Marwali. H., 1990). Penyakit kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobakterium Lepare (M. Leprae) yang pertama menyerang saraf tepi selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, sistem retikuloendotelia, mata, otot, tulang, dan testis (FKUI, 1997). Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, penyebabnya adalah Mycobacterium lepare yang intra seluler dan obligat. Saraf perifer sebagai sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat keorgan lain kecuali susunan saraf pusat. ( Adhi Djuanda,1999 ). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular dan menahun. Penyakit kusta sampai saat ini
13 19 masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan/ pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkan. 2. Etiologi dan penularan Mycobacterium Leprae atau basil Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia GH. Armauer Hansen pada tahun Kuman ini memiliki ciri sebagai berikut : tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1 8 mikron, lebar 0,2 0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang satu satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media buatan (FKUI, 1997). Penyakit kusta merupakan penyakit menular dimana cara penularannya adalah dengan cara kulit bersentuhan secara langsung dengan penderita kusta atau melalui saluran mukosa. 3. Patogenesis Meskipun belum tahu cara masuk Mycobacterium Leprae kedalam tubuh, beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa yang tersering ialah melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan pada mukosa nasal. Pengaruh Mycobakterium Leprae terhadap kulit tergantung pada faktor kekebalan (imunitas) seseorang, pengaruh kemampuan hidup Mycobacterium Leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi yang lama, sifat basal yang avirulen dan nontoksis.
14 20 Mycobakterium Leprae merupakan parasit obligat intra seluler yang terutama terdapat pada sel makrofag disekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel schwan di jaringan saraf. Bila basil Mycobakterium Leprae masuk kedalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag yang berasal dari sel monosit, sel mononuklear untuk memfagositnya. Akibatnya aktivitas regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif (FKUI, 1997). 4. Gambaran klinis Menurut Depkes RI (1991), menjelaskan perbedaan tipe kering (pauksi basiller / PB) dan basah (multi basiller / MB) tanpa melalui klasifikasi Madrid yaitu: a. Tipe kering atau tipe PB 1) Tandanya : a) Bercak keputihan seperti panu. b) Bercak keputihan tersebut mati rasa. c) Permukaan bercak kering dan kasar. d) Permukaan bercak tidak berkeringat. e) Batas bercak jelas dan sering ada bintil - bintil kecil. f) Lesi kulit (makula mendatar, popul yang meninggi, luka) : 1 5 lesi, warna kehitaman, distribusi tidak simetris, hilangnya sensasi yang jelas. g) Kerusakan saraf yang menyebabkan hilangnya sensasi adalah hanya satu cabang saraf.
15 21 2) Penyakit kusta tipe ini kurang begitu menular. 3) Pada awalnya penderita tidak terasa terganggu karena seperti panu biasa. 4) Bila tidak segera diobati maka akan timbul kecacatan. b. Tipe basah atau tipe MB 1) Tandanya : a) Bercak putih kemerahan tersebar diseluruh kulit badan. b) Terjadi penebalan dan pembengkakan bercak. c) Pada permukaan bercak sering masih ada rasa bila disentuh dengan kapas. d) Lesi kulit (makula mendatar, popul yang meninggi, luka) : lebih dari 5 lesi, distribusi lesi simetris, hilangnya sensasi. e) Kerusakan saraf yang menyebabkan hilangnya sensasi adalah banyak cabang saraf. 2) Penyakit kusta tipe ini sangat menular. 3) Kalau tidak diobati akan timbul kecacatan. Kusta di kenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena deformitas atau cacat tubuh. Orang awam pun dengan mudah dapat menduga kearea penyakit kusta. Yang penting bagi kita sebagai tenaga kesehatan setidak-tidaknya dapat menduga kearah penyakit kusta terutama bagi kelainan kulit yang masih makula yang hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan eritematosa.
16 22 5. Masalah atau dampak dari penyakit kusta Menurut Depkes RI (1990), penyakit kusta dapat menimbulkan berbagai masalah yaitu : a. Masalah terhadap diri penderita kusta 1) Merasa rendah diri. 2) Merasa tertekan batin (takut terhadap penyakit dan terjadi kecacatan). 3) Takut menghadapi keluarga dan masyarakat karena sikap dan penerimaan keluarga dan masyarakat kurang wajar. 4) Cenderung untuk hidup menyendiri. 5) Minder (apatis). 6) Kehilangan peran didalam masyarakat. 7) Ingin bunuh diri. 8) Kehilangan mata pencaharian/pekerjaan Kusta ini unik dilihat dari segi aspek psiko-sosial. Tidak ada penyakit lain yang disertai stigma dan ketakutan. Keadaan ini nampaknya berhubungan dengan kenyataan bahwa kusta menimbulkan kecacatan dan ketidakmampuan tetapi jarang mematikan, sehingga mereka yang cacat berat tingkat kehidupannya dan dapat dilihat semua orang keadaan cacatnya. b. Masalah terhadap keluarga penderita 1) Panik. 2) Cari pertolongan kedukun.
17 23 3) Takut akan ketularan penyakit tersebut sehingga diusir. 4) Takut diasingkan dari masyarakat sekitar. 5) Mengalami trauma psikis dan masalah sosial ekonomi. Sepanjang keluarga tidak mengenal tanda dan gejala bahwa anggota keluarganya mengidap penyakit kusta tidak akan menimbulkan masalah bagi keluarga, akan tetapi apabila keluarga telah mengetahui gejala-gejala itu adalah penyakit kusta maka keluarga akan mulai merasa panik, takut akan ketularan sehingga penderita akan diasingkan dari keluarga dan lingkungannya. c. Masalah terhadap masyarakat 1) Merasa jijik, ngeri, takut terhadap penderita kusta. 2) Menjauhi penderita dan keluarganya. 3) Takut dan ingin menyingkirkan penderita. 4) Merasa terganggu. 5) Mendorong agar penderita dan keluarga diisolasi. Sikap dari masyarakat sekitar terhadap mereka yang menderita kusta menimbulkan banyak penghinaan, penolakan, bahkan penderita diasingkan. Penderita sendiri mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap sikap masyarakat. Beberapa penderita ada yang menyerah dan pasrah sedangkan yang lainnya bersikap marah dan agresif terhadap masyarakat atas hukuman yang tidak adil. Kadang-kadang mereka bunuh diri untuk mengakhiri penderitaannya tersebut.
18 24 d. Masalah terhadap bangsa dan negara Sebagai akibat dari hal hal tersebut diatas, maka terhadap kehidupan negara dan bangsa dalam berbagai bidang mengalami pengaruh yang cukup kompleks. Oleh karena masalah masalah tersebut mengakibatkan penderita menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya, dan cenderung melakukan kejahatan atau gangguan dilingkungan masyarakat terbuka. 6. Perawatan Kusta Penderita harus diajarkan bagaimana seharusnya ia merawat diri setiap hari, untuk mencegah berlanjutnya cacat tangan dan kaki ketingkat yang lebih berat. Perawatan kusta untuk mencegah terjadinya cacat dapat dilakukan oleh penderita sendiri dan keluarga sebagai berikut : (Depkes RI, 1997) a. Mengamati dan melaporkan kepada petugas kesehatan adanya : 1) Perubahan rasa, berkurangnya kekuatan otot, nyeri syaraf. 2) Timbul luka, kulit retak-retak, atau kekakuan sendi, luka yang tidak sembuh-sembuh. 3) Perlu perbaikan/ganti alat bantu/pelindung. b. Perawatan Mata Bila terjadi lagofthalmos dan insensitive cornea. Maka lakukan hal-hak sebagai berikut : 1) Berkedip secara sadar dan aktif untuk memperoleh fenomena bell (bola mata bergerak keatas).
19 25 2) Dengan bantuan tangan bersih tutup bola mata secara periodik dan teratur. 3) Basuhlah bola mata dengan air bersih agar tidak kering. 4) Lindungi bola mata dari angin, debu, dan sinar matahari. c. Perawatan Tangan 1) Penderita perlu memeriksa tangannya setiap hari,apakah ada kotoran, kemerahan bila ada kotoran perlu dibersihkan, bila ada kemerahan perlu diperiksa ke dokter. 2) Merendam tangan selama menit pagi dan sore dengan air bersih. 3) Dalam keadaan masih basah perlu dioleskan minyak atau vaselin. 4) Kulit yang keras dan tebal perlu digosok agar menjadi tipis dan halus. 5) Jari-jari yang bengkok perlu diurut lurus agar sendi-sendi tidak menjadi kaku. 6) Tangan yang mati rasa perlu di lindungi dengan menghindar dari panas, benda-benda tajam dan kasar. 7) Menggunakan alat bantu (seperti sarung tangan, pipa rokok, gagang alat kerja yang telah dibalut dan sebagainya) untuk melindungi tangan dari hilang rasa.
20 26 d. Perawatan Kaki 1) Bila ada kelemahan otot perlu terapi latihan. 2) Rendam kaki dengan air bersih selama 30 menit. 3) Minyaki agar telapak kaki selalu lembab. 4) Haluskan permukaan kulit yang keras dan tajam. 5) Bila berjalan harus memakai alat bantu jalan (tongkat). 6) Bila timbul ulkus, rawat ulkus setiap hari. Prinsip yang penting dalam perawatan kusta adalah : a) Penderita mengerti bahwa daerah yang mati rasa merupakan tempat terjadinya luka. b) Penderita harus melindungi tempat resiko tersebut (misalnya memakai kacamata, sarung tangan, sepatu dan lain-lain) c) Penderita mengetahui penyebab luka (panas, tekanan benda tajam, dan kasar) d) Penderita dapat melakukan perawatan kulit (merendam, menggosok, dan melumasi) dan melatih sendi bila mulai kaki. e) Penyembuhan luka dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan membersihkan luka, dan mengurangi tekanan pada luka dengan istirahat.
21 27 D. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Pasien Kusta Dengan Mekanisme Koping Yang Digunakan Penderita Kusta Tingkat pengetahuan dan intelegensi seseorang merupakan salah satu sumber koping dalam mengatasi masalah dengan menggunakan cara yang berbeda, akhirnya sumber koping seseorang juga termasuk kekuatan identitas ego, keseimbangan cultural, menstabilkan sistem kepercayaan dan berorientasi pada pencegahan terhadap penyakit (Stuart dan Sundeen,2001). Penyakit kusta dapat menimbulkan kerugian baik dari segi fisik maupun psikis. Secara fisik pasien akan mengalami kecacatan dan penurunan fungsi sedangkan dari segi psikis pasien akan mengalami stres karena dikucilkan oleh masyarakat. Mekanisme koping baik yang efektif (adaptif).maupun yang infektif (maladaptif) salah satunya ditentukan oleh tingkat pengetahuan seseorang (Taylor dan Carol,1997). Kemampuan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian baru mungkin dapat membantu pasien dalam mengatasi masalah (mekanisme koping) yang sedang dihadapi sehingga pasien tidak terlarut dalam kesedihan yang sedang dialami,selain itu mekanisme koping juga dipengaruhi oleh lama tempat tinggal seseorang (Potter,1998).
22 28 E. Kerangka Teori Faktor predisposisi stres a. Biologi b. Psikologi c. Sosial kultural Sumber koping Faktor Internal : a. Sistem kepercayaan b. Harga diri c. Tujuan hidup d. Pengalaman masa lalu e. Tingkat pengetahuan Faktor eksternal : a. Dukungan sosial b. Sumber ekonomi c. Dukungan emosi Stres Mekanisme koping yang digunakan Faktor presipitasi stres a. Alami b. Sumber stres c. waktu Faktor yang mempengaruhi a. Lingkungan b. Konsep diri c. Rasa aman dan nyaman d. Pengalaman masa lalu e. Tingkat pengetahuan Gambar 2 (Sumber Stuart dan Sundeen, 1998)
23 29 F. Kerangka Konsep V. Independen V. Dependen Tingkat Pengetahuan Mekanisme Koping Gambar 3 G. Variabel Penelitian Variabel penelitian terbagi menjadi 2 yaitu : 1. Variabel dependen (terikat) Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah mekanisme koping yang merupakan suatu faktor efek yang ditentukan oleh tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit kusta. 2. Variabel independen (bebas) Dalam penelitian ini, variabel independennya adalah tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit kusta yang merupakan faktor yang mempengaruhi mekanisme koping. H. Hipotesa Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit kusta dengan mekanisme koping yang digunakan penderita kusta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mekanisme Koping Kemampuan koping diperlukan oleh setiap manusia untuk mampu bertahan hidup didalam lingkungan yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan proses pemecahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyerang kulit dan susunan saraf tepi,sering dapat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit kusta 1. Definisi Penyakit kusta merupakan suatu penyakit menular menahun yang menyerang kulit dan susunan saraf tepi,sering dapat menimbulkan reaksi akut (ekserbasi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penderita kusta (lepra) di Indonesia dewasa ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini merupakan penyakit ringan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae ( M.leprae ) yang menyerang hampir semua organ tubuh
Lebih terperinciSINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih
SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS Oleh: Nia Agustiningsih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berbagai masalah ekonomi yang terjadi menjadi salah
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular sampai saat ini sangat ditakuti oleh semua orang baik itu dari masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan oleh masih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum. Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang promotif, pencegahan, dan pengobatan seharusnya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadaan penyakit kusta atau lepra sangat ditakuti. Penyakit itu disebabkan bakteri Microbakterium leprae, juga dipicu gizi buruk. Tidak jarang penderitanya dikucilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan penyumbang kusta nomor 4 terbesar di dunia setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta tersebar di Indonesia secara tidak merata dengan angka penderita yang terdaftar sangat bervariasi menurut Propinsi dan Kabupaten. Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Kusta merupakan penyakit menular langsung yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Ada beberapa pengertian tentang kecemasan, diantaranya disampaikan oleh Kaplan dan Saddok (1997) kecemasan merupakan suatu
Lebih terperinciKECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari
KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari 1. Definisi Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengna perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (stuart & sundeeen,1995). Kecemasan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Lebih terperinciObat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi
Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Untuk Pengobatan Komplikasi Pada Diabetesi Komplikasi Pada Kaki Penderita diabetes dapat mengalami banyak permasalahan pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skripsi 1. Pengertian Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa setingkat strata satu (S1) dalam rangka persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir atau program
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun, disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang kulit saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian besar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Lansia Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan stress lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan penyakit yang menjadi problema di masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan penyakit yang menjadi problema di masyarakat. Hal ini terjadi karena masih banyak hal-hal yang belum terungkap dan kenyataannya penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae. Kecacatan / cacat
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kusta 1. Pengertian Penyakit kusta adalah suatu infeksi granulomatosa menahun pada manusia, yang menyerang jaringan superfisial, khususnya kulit, saraf tepi (Isselbacher, Ashadi,
Lebih terperinciPENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012
PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK
PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis
Lebih terperinci-Faktor penyebab penyakit kusta. -Tanda dan gejala penyakit kusta. -Cara penularan penyakit kusta. -Cara mengobati penyakit kusta
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT KUSTA Judul Pokok Bahasan : Penyakit Kusta : Tanda dan Gejala Penyakit Kusta Sub Pokok Bahasan : -Pengertian penyakit kusta - Penyebab penyakit kusta -Faktor penyebab
Lebih terperinciPROSEDUR DIAGNOSIS KUSTA
Kabupaten dr. ABDUL FATAH A. NIP: 197207292006041014 1.Pengertian 2.Tujuan Adalah penilaian klinis atau pernyataan ringkas tentang status kesehatan individu yang didapatkan melalui proses pengumpulan data
Lebih terperinciPROSES TERJADINYA MASALAH
PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisik adalah bagian dari tubuh manusia yang mudah dilihat dengan kasat mata, termasuk bagian kulit. Kulit merupakan bagian yang terluas dari tubuh dan bagian terpenting
Lebih terperinciPenyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).
PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Kusta 1. Pengertian Penyakit Kusta penyakit menular yang menahun ( kronis ) dan disebabkan oleh kuman kusta ( mycobacterium leprae ) yang menyerang syaraf
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing sehingga yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada pasien kanker amputasi dilakukan sebagai prosedur menyelamatkan jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amputasi adalah menghilangkan satu atau lebih bagian tubuh dan belum pernah terjadi sebelumnya yang bisa sebabkan oleh malapetaka atau bencana alam seperti kecelakaan,
Lebih terperincidan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).
1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Oleh: YUVENSIUS USBOKO NPM :
STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. S DENGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KURANG PENGETAHUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKORAME KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperincidan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinci1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan
PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini, banyak mengalami keprihatinan dengan kesehatan, salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari perhatian. Orang sengaja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak terekspresikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ansietas 1. Pengertian Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hospitalisasi 1. Pengertian Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan
Lebih terperinciB A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
B A B 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi, dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinci1. Bab II Landasan Teori
1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciFAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ
FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ GASTROINTESTINAL Maria Inez Devina Siregar 11.2013.158 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RS
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan atau tindakan operatif, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Segala bentuk pembedahan tersebut selalu didahului
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Marquis & Huston (2010), mengemukakan bahwa konflik merupakan sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Konflik 2.1.1 Pengertian Konflik Marquis & Huston (2010), mengemukakan bahwa konflik merupakan sebagai masalah internal dan eksternal yang terjadi akibat dari adanya
Lebih terperinciKecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.
Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menjadi unit terkecil dalam lingkup masyarakat yang memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap suatu kondisi. Dalam ruang lingkup keluarga terdapat
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL I. DEFINISI Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada fungsi ginjal, dimana tubuh tidak mampu untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rasa Takut dan Cemas Rasa takut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti objek internal dan hal yang tidak disadari. Menurut Darwin kata takut (fear) berarti hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang penyebabnya ialah Mycobacterium leprae dan bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak
BAB I PENDAHULUAN 1,1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perifer sebagai aktivitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia masih banyak penderita penyakit kusta, penyakit kusta masih menjadi momok di masyarakat bila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka penyakit ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker merupakan penyakit yang mematikan dan jumlah penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun 2012 yang dikeluarkan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadiannya yang masih tinggi (World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta merupakan salah satu dari 17 penyakit tropis yang masih terabaikan dengan angka kejadiannya yang masih tinggi (World Health Organization (WHO), 2013). Tahun 2012
Lebih terperinci2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu koping orang tua yang. anaknya dirawat di RSUD kota Semarang
24 2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu koping orang tua yang anaknya dirawat di RSUD kota Semarang G. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini memperlihatkan dampak dari ekspansi penyediaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal
Lebih terperinci