MODUL RDE - 03: PENGENALAN DAN PEMBACAAN PETA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL RDE - 03: PENGENALAN DAN PEMBACAAN PETA"

Transkripsi

1 PELATIHAN ROAD DESIGN ENGINEER (AHLI TEKNIK DESAIN JALAN) MODUL RDE - 03: PENGENALAN DAN PEMBACAAN PETA 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK) MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1

2 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar KATA PENGANTAR Pengenalan dan Pembacaan Peta merupakan suatu modul yang ditulis berupa uraian, penjelasan atau prinsip-prinsip umum tentang simbol-simbol gambar pelaksanaan dan gambar teknis jalan pada proyek jalan dan jembatan yang pada umumnya dilakukan pada ruas-ruas jalan Nasional, Propinsi, maupun Kabupaten / Kota. Ada beberapa persyaratan gambar yang diketengahkan dalam modul ini yaitu fungsi gambar, jenis gambar, penyajian gambar, kodefikasi gambar, legenda, kelengkapan gambar, gambar teknik jalan dan desain serta sistematika gambar beserta contoh-contohnya. Dengan memahami hal tersebut di atas diharapkan juru ukur dapat memahami secara teknis hal-hal yang secara riil diperlukan dalam membaca gambar pelaksanaan dan design pekerjaan jalan agar diperoleh hasil yang tepat, dalam pengertian tidak ada hal yang tidak terekam atau terlewatkan dalam penyusunan gambar pelaksanaan maupun gambar terlaksana yang akan diserahkan serta pengaruhnya terhadap penghitungan anggaran biaya konstruksi maupun tagihan pembayaran pelaksanaan sesuai kontrak yang dilaksanakan. Demikian mudah-mudahan modul ini dapat dimanfaatkan bagi yang memerlukannya. Dan kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan modul ini. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -i-

3 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -ii-

4 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Ahli Teknik Desain Jalan (Road Design Engineer) MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu membuat desain jalan mencakup perencanaan geometrik dan perkerasan jalan termasuk mengkoordinasikan perencanaan drainase, bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu: 1. Melaksanakan Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK dan UU Jalan. 2. Melaksanakan Manajemen K3, RKL dan RPL. 3. Mengenal dan Membaca Peta. 4. Melaksanakan Survei Penentuan Trase Jalan. 5. Melaksanakan Dasar-dasar Pengukuran Topografi 6. Melaksanakan Dasar-dasar Survei dan Pengujian Geoteknik. 7. Melaksanakan Dasar-dasar Perencanaan Drainase. 8. Melaksanakan Rekayasa Lalu-lintas. 9. Melaksanakan Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan. 10. Melaksanakan Perencanaan Geometrik. 11. Melaksanakan Perencanaan Perkerasan Jalan. 12. Melakukan pemilihan jenis Bahan Perkerasan Jalan. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -iii-

5 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar NOMOR : RDE 03 JUDUL MODUL : PENGENALAN DAN PEMBACAAN PETA TUJUAN PELATIHAN : TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) : Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan Pengetahuan Pengenalan dan Pembacaan Peta dalam memberikan instruksi kegiatan penggambaran dan pembacaan gambar hasil pengukuran ke dalam kertas gambar atau pemetaan. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) : Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menjelaskan pengertian prinsip umum gambar 2. Menjelaskan simbol kartografi dalam gambar 3. Melaksanakan prinsip rancangan peta dalam gambar 4. Melaksanakan prinsip skala, legenda dan site plan dalam gambar Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -iv-

6 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i LEMBAR TUJUAN... i DAFTAR ISI v DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI TEKNIK DESAIN JALAN (Road Design Engineer)... vii DAFTAR MODUL... viii PANDUAN INSTRUKTUR... ix BAB 1 PENDAHULUAN Umum Penglihatan dan Persepsi Gambaran Visual Simbol-Simbol dan Batasan Perseptual BAB 2 SIMBOL-SIMBOL KARTOGRAFI Umum Tipe-Tipe Simbol Variabel Grafik Bentuk Dimensi Warna Tekstur (Raut) Simbol-Simbol dan Penggambaran Peta-Peta Topografi Penggambaran dan Informasi Lokasi BAB 3 RANCANGAN PETA Umum Masalah-Masalah Rancangan Umum Prinsip-Prinsip Rancangan Kartografi Rancangan Simbol-Simbol Peta Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -v-

7 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar 3.5 Ketinggian BAB 4 SKALA, LEGENDA DAN SITE PLAN Skala Gambar Legenda Site Plan (Rencana Tata Letak Lapangan) RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -vi-

8 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI TEKNIK DESAIN JALAN (Road Design Engineer) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Teknik Desain Jalan (Road Design Engineer) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Teknik Desain Jalan (Road Design Engineer) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masingmasing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Teknik Desain Jalan (Road Design Engineer). Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -vii-

9 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : Road Design Engineer (RDE) Nomor Modul Kode Judul Modul 1 RDE 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK, dan UU Jalan 2 RDE 02 Manjemen K3, RKL dan RPL 3 RDE 03 Pengenalan dan Pembacaan Peta 4 RDE 04 Survai Penentuan Trase jalan 5 RDE 05 Dasar-dasar Pengukuran Topografi 6 RDE 06 Dasar-dasar Survai dan Pengujian Geoteknik 7 RDE 07 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Jalan 8 RDE 08 Rekayasa Lalu Lintas 9 RDE 09 Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap 10 RDE 10 Perencanaan Geometrik 11 RDE 11 Perencanaan Perkerasan Jalan 12 RDE 12 Bahan Perkerasan Jalan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -viii-

10 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar PANDUAN INSTRUKTUR A. BATASAN NAMA PELATIHAN : AHLI TEKNIK DESAIN JALAN (Road Design Engineer ) KODE MODUL : RDE - 03 JUDUL MODUL : PENGENALAN DAN PEMBACAAN PETA DESKRIPSI : Modul ini membahas pengetahuan pengertian tentang kartografi, skala, legenda dan site plan (tata letak lapangan) yang perlu dipahami dan dipraktekkan untuk pelatihan ahli teknik desain jalan. TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit) Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -ix-

11 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar B. KEGIATAN PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah Pembelajaran Pengantar Menjelaskan TIK dan TIU serta pokok bahasan Merangsang motivasi peserta untuk mengerti/memahami dan membandingkan pengalamannya Waktu = 10 menit Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas. OHT 2. Ceramah Bab I Pendahuluan Pengertian Umum Penglihatan dan Gambaran Visual Simbol simbol dan batasan batasan perseptual Waktu = 15 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 3. Ceramah Bab II Simbol simbol kartografi Umum Tipe tipe simbol Variabel grafik Dimensi Warna Tekstur Simbol simbol dan Penggambaran Peta peta topografi Penggambaran dan informasi lokasi Waktu = 20 menit 4. Ceramah Bab III Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT Umum Masalah - masalah Rancangan umum Prinsip prinsip rancangan kartografi Rancangan simbol-simbol peta Ketinggian Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT Waktu = 15 menit Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -x-

12 Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 5. Ceramah Bab IV Skala Legend dan site Plan Skala Legenda Site plan Waktu = 20 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 6. Penutup Review materi dan Diskusi umum Waktu = 10 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -xi-

13 Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Menurut J.S. Keates dalam bukunya : Cartographic Design and Production, kartografi telah didefinisikan sebagai seni, pengetahuan, dan teknologi pembuatan peta... menyangkut semua tahapan evaluasi, penghimpunan, perancangan, dan penyusunan naskah yang dibutuhkan untuk menghasilkan peta baru atau perubahan dokumen peta dari semua bentuk data dasar. Hal ini mencakup pula semua tahapan dalam reproduksi peta. Banyak buku tentang kartografi cenderung berisikan uraian yang menjelaskan praktekpraktek sekarang ini dengan cara-cara deskriptif. Hal ini akan membawa kurang jelasnya perbedaan antara prinsip-prinsip dan aplikasi serta kecenderungan untuk mempertimbangkan bahan pembelajaran dari sudut pandangan tipe-tipe peta khusus. Sasaran penulisan buku ini ialah untuk mengusahakan pemahaman secara sistimatik dan memberikan analisis yang dapat dijadikan dasar studi lebih Ianjut. Buku ini ditulis bagi mereka yang berkeinginan mempelajari kartografi, baik karena mereka berminat menjadi ahli kartografi (atau memperluas pengetahuan kartografinya), atau karena kartografi mempunyai hubungan iangsung dengan kegiatan mereka di lapangan. Tiga aspek utama kartografi adalah (hal-hal yang bersifat) metrik, grafik dan teknik. Karena peta-peta terutama menyangkut lokasi, maka penggambaran mengenai semua atau sebagal permukaan bumi yang sistimatik dan berskala diperlukan sebagal dasar bagi setiap peta. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengukuran dan perhitungan. Mengingat aspek ini telah dianalisa secara menyeluruh, dan lagi pula banyak bukubuku telah ditulis khusus untuk itu, make aspek metrik tak dibicarakan dalam buku ini. Sebuah peta adalah gambaran grafik, dan informasi disampaikan melalui simbolsimbol grafik yang dapat dipahami oleh pemakainya. 1.2 PENGLIHATAN DAN PERSEPSI Penggunaan peta adalah proses komunikasi visual. Karena visual maka ia merupakan proses persepsi, sebab ia tergantung pada kombinasi aktivitas indera lihat dan reaksi yang timbul dalam otak. Walaupun kartografi terutama bersangkutan dengan penciptaan rangsangan, hat itu jelas harus dilakukan sejauh mungkin atas dasar-dasar apa yang diketahui tentang reseptor dan respon. Hal ini mencakup pengertian batasbatas daya penglihatan dalam hubungannya dengan tipe-tipe gambaran visual yang Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 1

14 Bab 1 Pendahuluan menjadikan bahan tersusunnya peta; sebagian di antaranya berupa batas-batas fisis, dan memberikan aturan-aturan tertentu. Memahami respon dalam otak adalah jauh lebih kompleks, dan bagian proses komunikasi ini tidak sama sekali sepenuhnya dipahami. 1.3 GAMBARAN VISUAL Suatu gambaran visual adalah pola yang terbentuk pada retina mata, terdiri dari unsurunsur yang tercipta oleh refleksi atau pengiriman cahaya dari objek dalam medan visual. Dalam hal dengan peta, dan hampir semua gambar grafik, medan visual ini berupa bidang permukaan dua dimensi. Unsur-unsur visual dalam sebuah gambaran grafik dapat berbeda dalam empat macam : dalam hal lokasinya dalam medan visual, dalam hal bentuk, dalam hal dua dimensi, dan dalam hal warna. Karena gambaran grafik bersifat statis, maka dimensi keempat, yaitu waktu, tidak tercakup. Dalam sebuah gambaran grafik, unsur-unsur disusun dalam bentuk simbol-simbol grafik dalam pola tersendiri; yaitu pada pola titik, pola garis, atau pola wilayah. Komponen-komponen ini bervariasi menurut faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, tetapi variasinya tidak sama betul untuk ketiga tipe tersebut. Secara teoritis, sebuah titik tidak mempunyai dimensi atau bentuk tetapi hanya lokasi; sebuah garis membentang ke satu arah dan mempunyai bentuk; dan suatu area (wilayah) membentang dalam dua dimensi dan mempunyai bentuk maupun dimensi. Dalam kenyataan, agar dapat dikenali lewat indera, tiap komponen gambaran grafik harus dapat dilihat dan harus mempunyai dimensi minimal tertentu dan karenanya juga bentuk. Semua unsur-unsur tersebut dapat bervariasi dalam warna, tetapi hubungannya dengan beberapa sifat warna adalah kompleks. Maka sebelum membuat rancangan simbol peta, perlu memahami prinsip-prinsip penglihatan dan persepsi, agar dengan demikian diketahui informasi apa yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam menciptakan simbol-simbol peta. 1.4 SIMBOL-SIMBOL GARIS DAN BATASAN PERSEPTUAL Aturan dasar agar dapat terbaca dengan jelas, yang merupakan sasaran utama dalam rancangan simbol, ialah bahwa simbol-simbol harus dapat dikenali dengan mudah atau jelas artinya dimana pun simbol tersebut berada. Tetapi agar kondisi itu lebih memuaskan lagi, bergantung pada soal pengaturan kontras, perlu untuk memahami bahwa dua simbol (yang sama) dalam keadaan serupa betul, dan dalam banyak hal adakalanya dua simbol (yang berbeda) menunjukkan kemiripan dan hanya sedikit Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 2

15 Bab 1 Pendahuluan berbeda. Oleh sebab itu, pengungkapan hubungan yang demikian itu tidak sematamata memerlukan kontras tetapi juga kontinyuitas. a. Identifikasi Agar dapat menanggapi suatu simbol peta, maka pemakai yang memahami gambar peta harus dapat mengidentifikasi tiap simbol dengan mudah. Hal ini sebagian tergantung pada kemampuan membedakan simbol tersebut dari simbolsimbol lain, dan sebagian lagi pada kemampuan mengingat karakteristiknya. Dalam hal ini suatu simbol yang sangat kompleks kurang mudah diingat, dan karenanya orang dapat mengidentifikasi dengan cepat bila dibanding dengan sebuah simbol yang sederhana. b. Perbedaan (Diskriminasi) Kemampuan untuk membedakan antara gambar-gambar tergantung pada persepsi mengenai kontras dan hubungan. Sebagaimana hal perlunya untuk melihat bahwa dua buah gambar adalah berbeda, maka harus dimungkinkan pula untuk melihat gambar-gambar lain yang sama keadaannya. Perbedaan-perbedaan persepsi dalam ukuran dan warna dipengaruhi oleh posisi relatif. Bilamana simbolsimbol itu sating berdekatan maka ada suatu penekanan kekontrasan di antara mereka; hal ini dikenal sebagai kontras simultan atau peningkatan kontras. Misalnya, apabila dua buah garis hanya memiliki sedikit perbedaan dalam ukuran, maka perbedaan ini lebih mudah dilihat apabila garis-garis tersebut berdekatan dibanding dengan apabila garis-garis tersebut berjauhan. Ketentuan yang sama berlaku untuk variasi dalam kesan warna dan kesan bayangan. Hal ini sering menyebabkan timbulnya masalah dalam pembandingan serangkaian simbolsimbol titik, seperti yang digunakan untuk menyatakan isi atau dimensi lainnya. Walaupun dalam penjelasan simbol-simbol, di mana semua variasi simbol adalah berdekatan dan ukuran yang berbeda sedikit dapat dilihat, dua buah simbol yang mirip menggambarkan jumlah yang sedikit berbeda dapat terletak secara terpisah jauh dalam peta. Dalam keadaan yang demikian itu akan sulit menentukan apakah mereka itu sama atau berbeda. Karenanya aturan yang dipakai ialah bahwa perbedaan harus cukup untuk dapat dipakai pada semua situasi peta dan tidak hanya bagi simbol-simbol yang bersama-sama berkelompok. Satu-satunya cara pasti untuk menguji kelayakan ukuran dan bentuk simbol adalah dengan memakainya dalam suah situasi peta dan tidak hanya dalam suatu spesifikasi. Ukuran simbol juga mempengaruhi perbedaan persepsi dalam Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 3

16 Bab 1 Pendahuluan warna. Suatu wilayah yang sangat kecil dengan warna tertentu akan kelihatan kurang jenuh dibanding dengan suatu wilayah yang luas, sehingga mungkin tampak mempunyai kesan warna yang berbeda. Sehubungan dengan itu, warna-warna harus ditetapkan dalam kaitannya dengan keadaan daerah yang sebenarnya seperti yang terpusat dalam peta., dan tidak hanya dalam kaitannya dengan kotak-kotak simetris yang digunakan dalam spesifikasi saja. Harus pula dicatat bahwa dalam banyak keadaan perbedaan dapat ditingkatkan dengan perubahan-perubahan yang relatif kecil dalam rancangan warna. Apabila suatu simbol yang khusus ternyata tidak memuaskan, maka dalam banyak hal keadaannya dapat diperbaiki dengan sedikit modifikasi pada kejenuhan dan ketercahayaannya. Agar pengalaman dalam hal ini dapat dimanfaatkan, sangatlah penting ahli kartografi menelaah banyak rancangan peta dan menganalisis warna-warna tidak hanya dalam istilah-istilah deskriptif yang bersifat umum saja, tetapi seksama mungkin dengan menggunakan peristilahan yang sistematik. c. Pengenalan Dalam praktek, pemakai peta tidak hanya mengidentifikasi dan membedakan simbol-simbol secara sederhana. Keterbiasaan dengan sekelompok simbol akan tercapai manakala pemakai peta dapat mengenali simbol-simbol itu. Pengenalan mengandung arti penempatan simbol (atau arti yang terkait dengan simbol itu) dalam suatu kelompok yang dikenali, atau menyepadankan dengan suatu gambaran sama yang diingat, dan hal ini tergantung pada pengetahuan ataupun pengenalan sebelumnya. Hal yang demikian diperoleh lewat pengamalan, dan tergantung pada pemakai, tidak pada stimulusnya. Maka, meskipun praktek dalam pembacaan peta mengarahkan orang pada pengenalan simbol-simbol dan dengan demilk.ian dapat mengembangkan suatu kecenderungan untuk memilih simbol yang lebih dikenalnya, namun pengenalan bukanlah satu kelengkapan bentuk grafis itu sendiri. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 4

17 Bab II Simbol-simbol Kartografi BAB 2 SIMBOL-SIMBOL KARTOGRAFI 2.1 UMUM Simbol-simbol dalam peta terdiri dari titik-titik. garisgaris, atau wilayah yang berdiri sendiri. Kesemuanya mempunyai ukuran, bentuk dan warna. Sebagai tambahan informasi yang terkandung simbol-simbol secara individual, simbol-simbol juga menyajikan informasi yang bersifat kolektif, mengingat bahwa mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada satu wilayah peta akan dapat membawa orang pada pemahaman mengenai bentuk, posisi relatif, distribusi, dan struktur. Lokasinya pada peta ditentukan oleh posisinya di muka bumi atau hubungannya dengan hal tersebut; dan unsur ini, meskipun kadang-kadang dimodifikasi, tidak dapat diubah. Maka rancangan simbolsimbol harus memperhitungkan kemungkinan penjajarannya dan pemisahannya, sebab hal ini akan mempengaruhi kenampakan aktualnya pada suatu titik tertentu. Oleh sebab itu, perancangan simbol-simbol melalui dua tahapan. Kemungkinan grafik yang membedakan satu simbol dengan lainnya harus telah diusahakan dan dimodifikasi secara sistematik dengan mengingat hubungan-hubungan antara simbol-simbol yang ada, dan variasi grafik ini harus dipakai dalam kaitannya dengan informasi yang disajikan. 2.2 TIPE-TIPE SIMBOL Semua simbol dapat diklasifikasikan menurut pola titik-titik, garis-garis, atau wilayah. Batasan ini tidak mutlak retapi bersifat nisbi mengingat skala dan karakteristik ciri-ciri yang digambarkan. Pada peta yang berskala besar sebuah gedung dapat ditunjukkan dengan sebuah garis sesuai dengan ukuran-ukuran denah yang benar, yaitu "kerangka denah" sebenarnya pada permukaan tanah. Ini merupakan simbol garis untuk membedakan suatu wilayah, yaitu memisahkan satu permukaan bumi dari lainnya. Informasi yang sama dapat diberikan dengan cara mewarnai permukaan wilayah di mana gedung terletak tanpa memakai garis batas kelilingnya. Ini akan merupakan penggunaan simbol wilayah di mana suatu perwujudan ciri pada peta dibedakan dengan suatu perubahan kenampakan permukaan. Pada skala kecil, di mana ukuran denah bangunan gedung, bila skalanya diperkecil, hanya akan menjadi lebih kecil dari simbol yang terkecil yang dapat digambarkan pada skala peta tersebut, gedung itu mungkin akan digambarkan dengan sebuah simbol titik. Ini berarti tidak lagi Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 1

18 Bab II Simbol-simbol Kartografi menunjukkan dimensi gedung, tetapi hanya merupakan satu dari kelompok kenampakan yang dilukiskan secara kolektif sebagai bangunan gedung-gedung yang terdapat pada tempat gedung-gedung itu berada. Beberapa contoh tersebut menunjukkan bahwa klasifikasi ke dalam simbol-simbol titik, garis, dan wilayah adalah hanya merupakan dasar umum, sedangkan kenampakan aktual suatu simbol terutama ditentukan oleh skala dan informasi 2.3 VARIABEL GRAFIK Simbol-simbol grafik dapat bervariasi dalam bentuk, dimensi, dan warnanya. Istilah bentuk menunjukkan semua kemungkinan adanya variasi dalam bentuk, dan berlaku untuk simbol-simbol titik dan simbol-simbol garis, yang mencakup pula simbol-simbol garis yang digunakan untuk membatasi wilayah. Dengan simbol wilayah, bentuk, sejauh menyangkut ukuran dua dimensi, adalah merupakan fungsi lokasi suatu kenampakan. Dimensi-dimensi itu menunjukkan semua variasi ukuran; termasuk ukuran-ukuran simbol titik dan ukuran atau lebar simbol-simbol garis. Istilah itu hanya relevan bagi simbol-simbol wilayah terdiri dari pota-pola simbol titik dan garis yang digunakan secara kolektif. 2.4 BENTUK Bentuk dipakai dalam berbagai rupa dan struktur. Untuk simbol-simbol titik bentuk dasarnya dapat teratur atau tidak beraturan. Bujur sangkar atau lingkaran merupakan bentuk yang teratur; sedangkan simbol untuk sebuah pohon yang berdaun gugur mungkin berupa bentuk yang tidak teratur. Kedua tipe dapat bersifat mewakili, dalam arti bahwa dengan cara yang sangat disederhanakan dapat menggambarkan beberapa unsur bentuk aktual atau kenampakan dari perwujudan ciri permukaan bumi. Oleh sebab itu variasi dalam bentuk dapat dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dari karakteristik perwujudan permukaan bumi, yang secara umurn dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Bentuk bagan (denah) Gambar denah yang disederhanakan dapat dipakai sebagai dasar bentuk. Misalnya, kebanyakan gedung-gedung bentuknya empat persegi panjang, oleh karenanya bujur sangkar atau empat persegi panjang dapat dipakai untuk menggambarkannya. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 2

19 Bab II Simbol-simbol Kartografi Sebuah sumur atau lubang air seringkali digambarkan dengan sebuah lingkaran kecil, bentuk ini dipakai juga untuk sebuah lubang yang bentuknya cenderung menyerupai sebagian lingkaran. b. Profil Dimensi lain yang paling nyata mengenai perwujudan ciri individual muka bumi ialah ketinggiannya. Perwujudan ciri-ciri yang tampak di suatu bentang alam karena bentangnya secara vertikal dapat digambarkan atas dasar aspek ini. Misalnya, pepohonan dapat digambarkan dengan simbol-simbol dimana garis vertikal menggambarkan tinggi suatu kenampakan yang berdiri. Apabila seluruh profil memiliki bentuk yang tegas, seperti sebuah menara tinggi, maka simbol dapat menggambarkan kenampakan- profil struktur yang disederhanakan. c. Fungsi Bentuk simbol dapat pula dihubungkan dengan suatu aspek yang amat berlainan, yaitu fungsinya. Istilah ini dipakai secara meluas untuk menyatakan tujuan, penggunaan atau peristiwa yang memberikan alasan dasar untuk mencantumkan informasinya dalam peta. Abstraksi semacam itu adalah karakteristik bagi sesuatu yang tidak ada atau begitu kecil kenampakannya di muka bumi. Misalnya, penggunaan dua palu bersilangan untuk pertambangan, dua pedang bersilangan untuk suatu medan perang, sebuah tabung reaksi untuk pabrik kimia, sebuah salib untuk gereja. Dalam beberapa hal simbol-simbol tersebut menggambarkan simbolisasi bentuk pada perwujudannya yang ekstrim, karena bentuk simbol individual tidak lagi berdasarkan sesuatu aspek kenampakan fisiknya, tetapi berdasarkan konsepkonsep yang artinya dapat diidentifikasi. d. Bentuk dan arah (orientasi) Dengan beberapa simbol titik mungkin pula untuk menentukannya dengan arah. Umpamanya, sebuah empat persegi panjang dalam posisi ke atas adalah berbeda dengar sebuah empat persegi panjang yang mempunyai posisi horisontal. Dua macam simbol yang berbeda secara nyata dapat diperoleh meskipun secara geometris keduanya mempunyai bentuk yang sama. Apabila sebuah simbol vertikal pendek yang menggambarkan sebuah pohon ditampilkan dalam penjajaran sudut menyudut, hat itu dapat menyatakan suatu kategori yang berbeda; misalnya sebuah pohon yang terbakar atau roboh. Dalam hal ini jajaran simbol menyatakan bentuk yang lain. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 3

20 Bab II Simbol-simbol Kartografi e. Bentuk dan simbol-simbol garis Bentuk sebuah simbol garis secara esensial menyatakan kontinyuitas, baik yang bersifat benar-benar kontinyu maupun yang tidak kontinyu. Ada sejumlah kemungkinan variasi dalam kontinyuitas dan sebagai simbolsimbol garis memberikan informasi yang cukup besar dalam banyak peta. Variasi-variasi ini sangat penting dalam perancangan simbol. Garis yang kontinyu merupakan pernyataan maksimum dari sebuah bentuk lurus atau memanjang. Simbol garis kontinyu dapat direduksi sampai akhirnya menjadi simbol-simbol titik. Atau dengan kata lain yang lebih tepat, variasi dalam bentuk garis tergantung pada lebar pemisahan dari bagian-bagian dan panjang bagianbagian tersebut. Jika bagian-bagian itu diganti dengan tanda-tanda silang, lingkaran, dan lain-lainnya maka garis tersebut menjadi serangkaian simbol-simbol titik. Simbol-simbol garis dalam sebuah peta Oleh sebab itu, dalam banyak hal variasi dalam bentuk simbol garis perlu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kontinyuitas kenampakan yang digambarkan. Kontinyuitas ini dapat berkaitan dengan karakteristik kenampakan yang sebenarnya ada, dengan hasil-hasil pengukuran yang digambarkan, serta abstraksi yang digambarkan. Misalnya, garis biru yang kontinyu biasanya digunakan untuk meng gambarkan sungai. Apabila hal itu masih tetap dipakai untuk perairan yang mengalir, maka akan selalu ada perbedaan penggambaran dalam bentang alam antara tanah dar perairan, dan yang selalu menjadi rintangan bagi gerakan manusia. Apabila air mengalir tidak terus menerus sepanjang waktu, Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 4

21 Bab II Simbol-simbol Kartografi seperti yang terjadi pada sungai musiman. maka fenomena dapat digambarkan secara baik dengan garis biru yang terpotong-potong. Apabila garis batas suatu wilayah merupakan kenampakan yang kontinyu dalam bentang alam dan ada secara konsisten sepanjang garis tertentu, seperti misalnya sebuah pagar di sekeliling hutan, maka layak untuk menggambarkannya dengan simbol garis yang kontinyu. Namun apabila batas wilayah merupakan suatu zona transisi, seperti yang biasa dijumpai pada wilayah hutan alami, atau rawa-rawa, maka penggambaran yang lebih konsisten ialah dengan garis yang tidak kontinyu. Apabila garis-garis dipakai untuk menggambarkan nilai nilai, maka tata urutan pengukuran harus dipertimbangkan. Garis tinggi (kontur) yang merupakan hasil survai selengkapnya (biasanya digambar secara fotogrametrik sebagai suatu garis yang memiliki ketinggian tetap) adalah sebuah garis dari ukuran yang kontinyu, dan dapat diidentifikasi sebagai sebuah garis yang kontinyu. Garis kontur yang diinterpolasi berasal dari hasil sejumlah kecil pengukuran. Walaupun ditunjukkan sebagai sebuah garis yang menunjukkan ketinggian tertentu, dasar informasinya adalah pada tata urutan yang lebih rendah dibanding garis yang diukur tersebut. Maka tata urutan yang lebih rendah dapat dikenali dengan menunjukkannya sebagai sebuah garis yang tidak kontinyu. Sebuah garis kontur yang tergambar dalam sketsa adalah merupakan perkiraan pada tata urutan yang lebih rendah lagi. 2.5 DIMENSI Dalam tahapan ini menjadi lebih jelas bahwa dimensi sebuah simbol, dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi fisik sebuah kenampakan, hanya mempunyai hubungan yang tepat pada skala-skala yang memungkinkan bentangan denah yang benar sesuatu kenampakan dapat ditunjukkan. Dalam semua kasus lainnya dimensi simbol berhubungan dengan karakteristik kenampakan lainnya. a. Simbol titik-titik Besarnya simbol titik dapat berkisar mulai dari yang terkecil (minimum) yang dibutuhkan untuk menunjukkan letak sebuah titik, sampai pada sebuah simbol yang dengan sengaja dibesarkan untuk menggambarkan sebuah nilai atau ukuran. Apabila tujuannya hanya untuk menggambarkan lokasi, maka besarnya simbol akan tergantung pada dua faktor : besar minimal sehingga ia nampak jelas, dan besar yang dibutuhkan untuk menunjukkan tingkat arti pertingnya datam formasi Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 5

22 Bab II Simbol-simbol Kartografi peta. Besar minimum yang diperlukan adalah yang memungkinkan bentuknya dapat dilihat. Sebuah bentuk lingkaran yang amat kecil tak dapat dibedakan dari bujur sangkar yang kecil sekali. Apabila besar simbol ditingkatkan, maka hal ini dilakukan dalam hubungannya dengan arti pentingnya atau dalam hubungannya dengan simbol lainnya. b. Simbol-simbol garis Besarnya simbol garis adalah pada ukurannya, atau lebar garis. Dalam simbol garis ganda, seperti garis rangkap untuk jalan, besarnya mencakup lebar kedua garis dan jarak antaranya. 0.1 mm 0.1 x 0.2 x mm 0.15 x 0.2 x mm 0.2 x 0.2 x mm 0.3 x 0.3 x 0.1 Variasi dalam dimensi garis Aturan dasar yang sama berlaku, yaitu bahwa perbedaan ukuran garis haruslah perbedaan yang dapat terlihat jelas, yang dapat ditemukan oleh pemakai peta. c. Simbol-simbol wilayah Variasi dalam dimensi tidak berlaku untuk simbol-simbol wilayah, sebab luasnya dipengaruhi oleh lokasi. Penggunaan titik berulang dan simbol-simbol garis merupakan hal khusus, yang akan dikemukakan kemudian. 2.6 WARNA a. Simbol-simbol titik Variasi dalam warna pada simbol-simbol titik secara esensial bergantung pada variasi sifat warna. Kekontrasan antara warna-warni merupakan unsur dominan. Pemilihan warna untuk suatu kategori simbol titik tertentu dipengaruhi oleh ukuran simbol, kategori utamanya, pentingnya arti simbol, serta asosiasi warna. Misalnya, simbol-simbol titik kecil harus ditunjukkan dengan warna yang kuat, yaitu warna Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 6

23 Bab II Simbol-simbol Kartografi yang memberikan kontras nyata terhadap warna putih, agar simbol-simbol tersebut nampak jelas. b. Simbol-simbol garis Simbol garis tunggal juga tergantung terutama pada variasi warna, dan dalam hal ini bertalian erat dengan simbol-simbol titik. Untuk alasan yang sama, warna harus dipilih yang cukup kontras dengan warna lainnya. Karena batasan dalam perbedaan yang dapat terlihat jelas ini alasan-alasan itu akan ditelaah dalam bagian uraian di belakang), maka warna yang dipakai untuk mencetak peta berwarna dipilih terutama atas dasar persyaratan simbol-simbol titik dan garis. Beberapa variasi dalam ketercahayaan dan kejenuhan dimungkinkan, yaitu dengan mengubah garis berwarna yang kontinyu menjadi rangkaian titik-titik atau garis coretan halus. Hal ini biasanya dipakai bila dikehendaki untuk menurunkan perhatian pada simbol garis dengan membuatnya kurang menyolok secara visual. c. Simbol-simbol wilayah Semua variasi dalam kenampakan permukaan wilayah dapat dilukiskan sebagai variasi dalam warna. Secara mendasar variasi dapat dibagi menjadi dua kelompok: karakteristik permukaan yang berasal dari warna, ketercahayaan, dan kejenuhan; dan karakteristik permukaan yang berasal dari pengulangan titik dan simbol-simbol garis. Wilayah dapat dibedakan dengan menggunakan warna-warna, baik pada tingkat kejenuhan penuh atau penurunan tingkat kejenuhan. Penggunaan variasi yang paling umum dalam warna untuk wilayah ialah dengan kejenuhan, sebab secara teknis paling lebih mudah dicapai. Sementara itu, karena warna pada peta berwarna itu biasanya dipilih bertalian dengan gambar garis, maka akan terlalu kuat, yaitu terlalu jenuh untuk penggunaan meluas pada wilayah yang besar. Bila digunakan tanpa penurunan tingkat kejenuhan, maka akan begitu menyolok warnanya hingga akan mempengaruhi gambaran visual peta. Suatu warna yang tak jenuh, seperti yang digunakan dalam peta, terdiri dari sebuah kesan warna, yaitu berupa kombinasi titik-titik atau garis-garis berwarna dan suatu proporsi warna kertas putih. Dengan mengubah kombinasi panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh wilayah peta sebagai suatu keseluruhan, maka kenampakan yang terjadi adalah warna yang lebih lemah atau tidak jenuh. Ini juga berarti bahwa sejumlah kesan warna dari sesuatu warna apapun dapat dibuat, dan dapat dikaitkan dengan aneka macam kelompok kenampakan atau nilai yang Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 7

24 Bab II Simbol-simbol Kartografi berbeda-beda dari kenampakan yang sama. Perlu dicatat pula bahwa jumlah perbedaan yang dapat terlihat dalam tingkat kejenuhan, yaitu jumlah efektif kesan warna yang dapat dihasilkan untuk satu macam warna, tergantung pada warna khusus. Pengaruh visual dari daerah mempunyai warna sangat jenuh Wilayah dapat pula dibedakan dengan mengubah ketercahayaan. Ini dapat dilakukan dengan dua cara. Untuk peta warna hitam putih, pengubahan warna hitam menjadi pola titik-titik atau garis-garis halus beraturan akan menghasilkan perubahan ketercahayaan, sebab dengan dikuranginya proporsi warna hitam pada suatu wilayah tertentu, maka jumlah cahaya yang dipantulkan ditingkatkan. Peningkatan ketercahayaan, pengurangan kejenuhan Variasi semacam itu berfungsi sama sebagai pengurangan kejenuhan warna kromatik, dan penggunaannya memberikan serangkaian perbedaan-perbedaan yang terlihat dalam warna abu-abu. Manakala warna dipakai, perubahan dalam ketercahayaan hanya dapat dihasilkan dengan degradasi, yaitu dengan menambah proporsi warna hitam di wilayah yang berwarna, atau melapiskan beberapa warna tinta di wilayah yang sama. Dalam proses pencetakan, cara ini tak dapat dilakukan dengan mencampur tinta sehingga pengaruh itu ditimbulkan dengan penambaban warna abu-abu yang dibuat dari warna hitam pada wilayah yang sama, baik dalam tingkat kejenuhan penuh atau dalam bentuk tidak jenuh. Oleh sebab itu, ada kemungkinan mengkombinasikan perubahan-perubahan ketercahayaan warna hitam dengan perubahan tingkat kejenuhan warna. Dalam kombinasi kedua proses tersebut dapat memberikan serangkaian variasi warna yang ekstensif. Untuk berbagai alasan praktis, degradasi warna (kesan bayangan) jarang digunakan dalam rancangan peta, padahal itu dapat merupakan cara yang efektif dalam variasi warna. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 8

25 Bab II Simbol-simbol Kartografi 2.7 TEKSTUR (RAUT) Variasi yang didasarkan pada penciptaan permukaan yang bercirikan simbol-simbol titik atau garis-garis yang dikombinasikan atau diulang-ulang, benar-benar merupakan perubahan kategori pertama. Perbedaan Visualnya, karena variasi itu menciptakan tekstur, yaitu unsur-unsur komponen dalam pola dapat dilihat, sehingga dapat dibuat kontras. Kesan warna dan kesan bayangan dihasilkan dengan pola-pola dan titik-titik yang begitu halus sehingga tidak mudah terlihat oleh mata; mereka memberikan kesan semu warna yang kontinyu. Apabila pola tersebut ditingkatkan kekasarannya sampai tingkat unsur-unsurnya dapat dilihat, maka pola itu sendiri menjadi bagian identitas simbol yang dapat dilihat. Apabila pola tersebut ditingkatkan lebih lanjut ukuran besar unsur-unsurnya, maka titik-titik individual yang menyusun pola itu dapat disusun sebagai simbol-simbol titik atau garis yang terpisah dengan memiliki bentuk serta dimensinya sendiri. Apabila simbol-simbol titik dan garis dipakai dalam cara ini, diperoleh tidak hanya variasi dalam bentuk dan dimensi normal pada simbol-simbol, tetapi kombinasi itu menimbulkan dua aspek lain. Misalnya, bila suatu wilayah hutan diberi suatu pola titik-titik hijau halus (kecil tetapi secara visual berbeda) maka unsur-unsur grafis akan mencakup warna, bentuk, dan dimensi titik, dan efek-efek kombinasinya tergantung pada penjarakan dalam kaitannya dengan besarnya titik (setara dengan tingkat kejenuhan). Dan keteraturannya (manakala distribusi terdiri dari titik-titik yang disusun dnegan penjarakan yang beraturan). 2.8 SIMBOL-SIMBOL DAN PENGGAMBARAN Setelah menelaah prinsip-prinsip dasar mengenai susunan simbol kartografis dan cara-cara simbol-simbol grafis tersebut dapat digunakan untuk menyampaikan informasi, maka perlu untuk mempertimbangkan bagaimana prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk situasi-situasi peta khusus. Hal ini mencakup hubungan antara isi peta dan penggambaran grafiknya. Pada uraian ini tidaklah tepat untuk mencoba menelaah semua aspek dari semua tipe-tipe peta; perhatian utama dalam bab ini adalah pada permasalahan khusus mengenai penggambaran aneka macam informasi dengan simbol-simbol peta. Untuk menganalisis permasalahan tersebut perlu membuat beberapa pembagian pokok bahasan peta. Ini dapat didekati dalam berbagai cara. Cukup mudah kiranya untuk membedakan peta topografi dan menentukan isinya, karena peta topografi merupakan peta dasar - dalam arti bahwa informasi topografis harus disajikan cukup Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 9

26 Bab II Simbol-simbol Kartografi luas dalam setiap tipe peta yang sebaiknya ditelaah terlebih dahulu. Di samping itu, ada banyak sekali unsur-unsur lain yang dapat digambarkan dalam peta. Peta dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu : peta topografi untuk tujuan khusus, peta subyek khusus tentang lingkungan fisik (alam), dan peta subyek tentang lingkungan manusia. 2.9 PETA-PETA TOPOGRAFI Topografi menunjukkan pengertian semua kenampakan permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, baik yang sifat alamiah ataupun buatan yang dapat diberi satu posisi khusus. Posisi ini dinyatakan dalam hubungannya dengan permukaan topografi, yang bervariasi dalam ketinggiannya, di atas ataupun di bawah datum (titik ataupun garis permukaan nol). Oleh sebab itu, dua unsur utama itu; yang pertama ialah ukuran relief yang didasarkan pada variasi dalam ketinggian; dan yang kedua ialah ukuran posisi planimetrik suatu obyek atau kenampakan pada permukaan topografis. Relief diukur berdasarkan tiga koordinat : x, y, dan z. Planimetri diukur dalam x dan y, yang hanya mencatat posisinya dan tidak menggambarkan bentangan vertikal suatu kenampakan khusus. Oleh karenanya, informasi planimetrik pada peta topografi didasarkan pada pengukuran titik-titik tertentu, kenampakan-kenampakar memanjang, atau garis-garis diskontinyuitas (garis kerangka). Pada skala besar, di mana setiap kenampakan yang sebenarnya disurvei dapat diukur sesuai dengan besarnya bagan, garis-garis hanya menggambarkan pembagian di antara permukaan-permukaan, dan secara umum bukan menggambarkan karakteristik kenampakan-kenampakan itu sendiri. Umpamanya, sebuah garis mungkin menggambarkan suatu dinding atau sebuah pagar. Ini akan berlaku sebagai suatu pembagian dalam bentang alam dan posisi planimetriknya ditentukan dalam survei menurut garis pusatnva. Dinding luar sebuah bangunan diukur pada titik di mana permukaan berubah dari horisontal ke vertikal. Simbol hanya menyatakan sesuatu di sepanjang garis yang ditunjukkan, apa yang terdapat pada satu sisi berbeda dengan yang terdapat pada sisi lainnya. Identifikasi atau klasifikasi kenampakan-kenampakan individual biasanya diserahkan pada pemakai peta. la dapat menterjemahkan bentukbentuk yang ditunjukkan di peta ke dalam identitas, baik berdasarkan pada pengetahuannya mengenai struktur karakteristik wilayah yang berpenduduk padat, ataupun melalui penyelidikan nyata di lapangan, dimana ia dapat menghubungkan setiap garis individual dengan kenampakan khusus pada bentang alam. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 10

27 Bab II Simbol-simbol Kartografi Garis-garis dalam denah (bagan) Walaupun petugas survei (surveyor) dapat memandang tipe informasi planimetrik ini sebagai "tidak bersimbol", ditinjau dari sudut pandangan kartografis semua unsur dalam gambar grafik adalah simbol, oleh karenanya apa yang sebenarnya dinyatakan dengan tipe gambar garis itu harus dimengerti. Meskipun denah skala besar dari sebuah wilayah perkotaan nampak eksak dan jelas, denah yang berfungsi dengan cara demikian itu hanya berlaku untuk seseorang yang telah mengenal secara baik lingkungan wilayah perkotaan yang bersangkutan. Denah itu, mungkin tidak akan dimengerti sama sekali bagi orang yang belum mengenalnya. Karena simbol-simbol grafik digunakan untuk persyaratan informasi yang sangat terbatas. Contoh yang serupa, sebuah hutan ditentukan di sepanjang garis di mana wilayah yang bercirikan dengan adanya pohon-pohon berubah menjadi wilayah yang ditandai dengan tidak adanya pepohonan. Ini merupakan juga suatu "bagan" dan bagian dari informasi planimetrik. Tetapi karena tidak ada cara yang jelas bagi pemakai peta untuk dapat menyimpulkan adanya wilayah hutan, maka pada peta skala besar pun perlu digambarkan beberapa karakteristik wilayah hutan agar orang dapat mengidentifikasikannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memuat serangkaian simbolsimbol yang memiliki karakteristik itu, seperti gambar pohon yang untuk menunjukkan bahwa wilayah yang dilingkungi adalah mempunyai karakteristik dengan pohon-pohon itu. Dengan mengecilkan skala, hubungan planimetrik dengan informasi lainnya menjadi semakin kompleks. Karena dengan demikian perlu untuk menghilangkan beberapa kenampakan, atau rincian kecil dalam bentuk-bentuk planimetrik dan juga untuk menyederhanakan posisinya dengan generalisasi. Maka menjadi sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi kenampakan-kenampakan individual yang telah diabstraksikan dan dilambangkan dari keadaan keseluruhannya. Oleh sebab itu, sebuah jalan mungkir tidak ditunjukkan menurut posisi planimetrik yang benar pada bagian-bagian tepinya; ia akan dilambangkan sebagai salah satu kelompok obyek Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 11

28 Bab II Simbol-simbol Kartografi yang dikenal sebagai "jalan, dan beberapa karakteristik lainnya yang mungkin ditunjukkan. Simbol ini setalu mencakup faktor-faktor yang secara visual tidak merupakan bagian identitasnya pada tiap titik, seperti klasifikasi jalurnya. Dengan skala diperkecil, menunjukkan penyederhanaan dan klasifikasi Dengan demikian, perbedaan antara informasi planimetrik dan informasi ketinggian bertalian dengan sifat pengukuran yang dilakukan petugas survai, apakah secara tangsung di medan pada permukaan bumi atau secara tidak langsung dari potret udara; dan materi pokok peta yang disebut planimetri diklasifikasikan demikian sesuai dengan cara yang dipakai dalam pengukurannya. Dalam istilah yang sederhana, ia tak dapat disamakan dengan setiap pengelompokan kenampakan-kenampakan topografis. Lingkungan fisik dan lingkungan manusia Agaknya sangat penting secara kartografis untuk membedakan kelompok-kelompok utama kenampakan-kenampakan pada peta topografi, pembagian dasar antara unsurunsur fisik dan unsur-unsur manusia lebih berguna dibanding dengan yang didasarkan pada ketinggian dan planimetri. Lingkungan fisik terdiri dari permukaan tanah dan permukaan air. Kenampakan-kenampakan hidrografik adalah semua yang karakteristiknya bertalian dengan adanya air. Relief permukaan topografi (yang dalam beberapa peta mencakup wilayah di bawah permukaan air, yang dinyatakan sebagai kedalaman di bawah rata-rata permukaan air laut atau permukaan air) adalah sebuah unsur; sedang karakteristik permukaan daratan yang mencakup penegrtian tanah, batuan, tumbuhan penutup, adalah unsur yang lain. Sejauh hal ini terdiri dari unsurunsur alamiah atau yang tergantung padanya (seperti kehidupan tumbuh-tumbuhan), mereka dapat dipandang sebagai bagian lingkungan fisik, sekalipun telah diubah atau dipengaruhi oleh manusia. Banyak aspek lingkungan fisik lain yang tidak harus Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 12

29 Bab II Simbol-simbol Kartografi terdapat secara nyata di permukaan bumi, baik dalam bentuk yang dapat dilihat atau pun yang berwujud nyata, seperti misalnya gejala iklim. Maka hal yang demikian itu menjadikan bagian materi pokok bagi peta-peta subyek khusus yang memusatkan pada sajian mengenai lingkungan fisik PENGGAMBARAN DAN INFORMASI LOKASI Pencantuman tiap unsur dalam sebuah peta memprakirakan bahwa terdapat cukup informasi untuk kemungkinan pencantumannya. Dalam peta topografi alasan dasar ini dapat diterima, sebab fungsi pengadaan survei adalah untuk memberikan informasi sampai derajat keseksamaan yang diperlukan. Meskipun demikian, sebuah peta berskala kecil diperoleh dari peta yang berskala lebih besar dan generalisasi secara progresif akan mengubah posisi planimetrik dalam hubungannya dengan skala. Dalam batas skala maka tujuan dasarnya adalah untuk menggambarkan kenampakankenampakan menurut posisinya yang benar. Untuk beberapa peta yang mempunyai subyek khusus, asumsi yang sama dapat dibuat. Dalam peta geologi misalnya, batas berbagai formasi batuan telah akan dilakukan survai di lapangan, dan informasi yang dicatat dalam hubungan dengan kenampakan topografis yang ditunjukkan pada peta lainnya. Kondisi yang sama tak harus berlaku untuk semua jenis peta yang mempunyai subyek khusus. Banyak diantaranya dibuat dari data yang tidak diperoleh untuk tujuan pembuatan peta, dan data semacam itu dapat mengandung kekurangan serius ditinjau dari sudut pandangan kartografis. Walaupun benar bahwa peta dapat dibuat hampir untuk semua subyek, namun benar pula bahwa hal itu berlaku hanya apabila informasi yang sesuai diperoleh. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II - 13

30 Bab III Rancangan Peta BAB III RANCANGAN PETA 3.1 UMUM Rancangan peta adalah sesuatu yang bertalian dengan penyajian grafis mengenai informasi yang terkandung dalam peta. Fungsi rancangan tersebut adalah untuk mengkomunikasikan informasi secara efektif kepada pemakai peta; oleh karenanya, rancangan itu harus mempertimbangkan semua kondisi yang mempengaruhi proses rancangan, yaitu tuntutan pemakai, perkiraan tingkat pemahaman, keadaan pemakaian, kerumitan informasi, kemungkinan-kemungkinan teknis serta pembiayaan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini rancangan merupakan titik tempat semua faktor dipertemukan bersama-sama sehingga ia merupakan bagian kritis bagi kegiatan ahli kartografi. Rancangan bukan semata-mata merupakan suatu kegiatan yang menjembatani antara penghimpunan atau pengumpulan data dan pelaksanaan teknis pembuatan peta. Rancangan meliputi dua tahap kegiatan. Tahap pertama menyangkut berbagai pertimbangan umum yang mempengaruhi kenampakan peta dan cara penggambaran isi peta. Tahap kedua meliputi penentuan-penentuan terinci mengenai simbol-simbol tunggal yang menggambarkan informasi secara grafik. Meskipun ada beberapa interaksi di antara kedua tahapan tersebut, namun secara umum dimungkinkan untuk melihatnya secara terpisah. 3.2 MASALAH-MASALAH RANCANGAN UMUM Keadaan-keadaan umum di mana ketentuan-ketentuan mengenai rancangan dasar ditetapkan akan berbeda-beda sehubungan dengan keadaan produksi peta secara keseluruhan. Walaupun kondisi-kondisinya nyata berbeda, tetapi dimungkinkan untuk mengidentifikasi tiga situasi utama. Dalam produksi peta-peta topografi serta peta-peta pembayaran dan penerbangan, ketentuan-ketentuan umum mengenai kenampakan grafik pada peta dalam kaitannya dengan isi dan kegunaannya harus merupakan tanggapan atas hasil perbincangan antara organisasi survai, pihak yang memerlukan peta yang dengan itu mewakili pemakai, dan pengaturan kartografik. Dengan tersedianya fasilitas teknis tertentu serta suatu tingkat pembiayaan, tidaklah mungkin untuk memperoleh ketentuan-ketentuan umum mengenai isi tanpa mempertimbangkan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 1

31 Bab III Rancangan Peta pula sejauh mana hal itu dapat diwujudkan secara grafik. Kegiatan awal untuk petapeta semacam itu harus mencakup pertimbangan, baik yang bertalian dengan isi maupun cara-cara yang mungkin untuk menggambarkannya. Ini merupakan tugas ahli kartografi mengenai isi. Apabila pihak pemakai menghendaki enam buah kategori penggunaan tanah, maka ketentuan-ketentuan secara teknik grafik untuk itu harus dibuat secara jelas. Pada tempat kedua, banyak peta dibuat untuk menggambarkan tujuan-tujuan yang bersifat ilmiah, dan hal ini dapat diklasifikasikan sebagai peta-peta subjek khusus. Peta-peta ini dapat bervariasi mulai dari yang memuat data yang sangat khusus hingga yang berupa peta-peta sederhana untuk atlas sekolah dasar. Dalam hal-hal tertentu, isi dan tujuan peta akan ditentukan oleh penyusunan peta, baik yang benar-benar telah mengenal kartografi maupun yang belum. Meskipun tanggung jawab isi terletak pada penyusunan peta, kejelasan serta kenampakan grafik dalam peta menjadi tanggung jawab para ahli kartografi. Karena keterkaitan antara skala, isi, dan simbol-simbol, tidaklah dapat dipakai anggapan bahwa rancangan dapat dipikirkan secara terpisah dari isinya, dan bila perlu isi dapat dimodifikasi disesuaikan dengan penggambarannya. Situasi semacam ini benar-benar dapat terjadi dalam gambar-gambar peta hitam putih berskala kecil, di mana kemungkinan penggambaran grafik hanya terbatas serta isi informasi peta dengan mudah menjadi berkelebihan. Peta-peta subyek khusus yang diproduksi oleh ahli-ahli kartografi secara langsung, yang dalam hal demikian mereka bertindak sebagai pembuat dan sekaligus perancang. Cara-cara semacam itu adalah yang paling mudah, sebab sejak semula ahli kartografi telah memiliki konsep skala serta batasan-batasan isi peta, sehingga pengumpulan dan evaluasi data dapat sekaligus mempertimbangkan kemungkinankemungkinan serta keterbatasan-keterbatasan. Dalam situasi ini yang penting, ahli kartografi tidak terperangkap untuk sampai pada suatu rancangan yang memuaskan, namun secara esensial informasinya salah, yang dapat terjadi apabila ia tidak cukup memahami bahan yang disajikan. Produk peta yang baik dan jelas hanya terancang secara baik sejauh kebenaran informasi yang disajikan. Beberapa peta yang secara teknis diproduksi dengan baik, ternyata setelah diteliti mungkin memiliki cacat dalam hal isinya. Akhirnya, situasi kartografis dapat menyangkut penciptaan sebuah peta atau seri peta untuk seorang pelanggan yang tidak memiliki pengetahuan kartografi, sebagaimana banyaknya peta dibuat untuk memenuhi pesanan. Dalam hal ini fungsi pertama ahli kartografi ialah mengusahakan terpenuhinya tuntutan pemakai sejelas mungkin dalam hubungannya dengan tingkat biaya yang bersangkutan. Hal ini sangat tergantung Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 2

32 Bab III Rancangan Peta kepadanya untuk memperjelas konsekuensi dipenuhinya tuntutan-tuntutan tertentu secara memuaskan, terutama yang menyangkut kerumitan gambaran grafik. Dalam situasi ini maka pembicaraan harus dipusatkan pada tujuan-tujuan yang harus terpenuhi oleh peta; masalah penggambaran grafik selalu dipikirkan oleh ahli kartografi sewaktu mendiskusikan bahan agar dapat memberikan pandangan yang pantas bagi pelanggan, namun keputusan-keputusan mengenai rancangan harus tetap dipandang sebagai bagian dari fungsi kartografi. 3.3 PRINSIP-PRINSIP RANCANGAN KARTOGRAFI Sebelum keputusan-keputusan terperinci dibuat, perlu terlebih dahulu ditelaah faktorfaktor yang mempengaruhi rancangan peta tertentu, serta membuat beberapa tujuan dasar. Hal ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : a. Isi Isi peta harus benar-benar ditelaah secara menyeluruh. Hal ini berlaku untuk jenjang kenampakan-kenampakan fisik artificial, pokok materi khusus dan sub klasifikasinya, daerah-daerah yang bercirikan distribusi yang rapat dan yang jarang, serta tumpang-tindih distribusi yang satu terhadap lainnya. Misalnya, dalam peta penggunaan tanah, citra yang dominan akan menggambarkan kategorikategori penggunaan tanah. Apabila dikehendaki untuk menggambarkan topografi sebagai bagian dari informasi dasar, maka sejauh hal itu dapat dilakukan tanpa mencampuri rincian tata guna tanah, haruslah ditentukan secara hati-hati. Hal ini tentu akan mempengaruhi isi maupun metode yang digunakan untuk menggambarkan relief. Dalam seri yang lebih luas karakteristik geografis yang bersifat ekstrim harus dipertimbangkan, sebab suatu rancangan yang berlaku secara baik dalam suatu daerah yang terbuka dan dengan sedikit ukuran planimetri, mungkin akan ternyata kurang memadai untuk daerah-daerah pembangunan. Bila peta diperoleh dan harus diproduksi sebagian besar melalui seleksi dan generalisasi, maka suatu pemahaman secara jelas tentang karakteristik geografis daerah dan materi pokoknya merupakan langkah pertama. b. Tingkat-tingkat Visual Dalam semua rancangan peta, sasaran harus memiliki lebih dari satu tingkat visual; yaitu, materi pokok yang paling penting secara grafik harus nampak sebagai gambaran latar depan yang paling jelas bagi pemakai, dan informasi penunjang yang harus disajikan sebagai latar belakang pada suatu tingkat visual yang lebih rendah. Hal ini dapat diperoleh dengan mengatur penekanan serta membuat kontras dalam merancang simbol-simbol, namun hal itu harus dikerjakan atas Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 3

33 Bab III Rancangan Peta dasar pemisahan materi. Bahkan dalam peta-peta umum seperti peta-peta topografi dan peta-peta referensi yang berskala kecil, meskipun tak ada peta yang hanya memiliki tujuan pemakaian tunggal, maka ada kebenarannya bahwa beberapa bagian dari isi peta mempunyai arti yang lebih dibanding dengan bagian lainnya. Misalnya, dalam sebuah peta topografi kenampakan-kenampakan lingkungan manusia, yang dalam bentuk kombinasi akan mendominasi informasi planimetri, selalu digambarkan sebagai latar depan gambar. Pada peta-peta dengan subjek khusus ada perbedaan nyata antara penggambaran informasi dasar dalam bentuk permukaan topografi terpilih, dan bahkan sajian khusus yang secara visual akan nampak dominan sebab berisikan informasi utama yang menjadi bahan perhatian. Tingkat-tingkat tersebut akan sangat dipengaruhi oleh penggunaan warna yang kontras, tebal tipisnya, dan perlakuan warna permukaan yang digunakan untuk daerah. a. Simbol-simbol garis yang tak dikembangkan, banyak bentuk-bentuk yang membingungkan b. Klasifikasi menurut simbol-simbol yang benar. c. Sifat mudah dibaca disempurnakan dengan pemakaian warna. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 4

34 Bab III Rancangan Peta c. Kekontrasan dan Perimbangan Pembagian isi ke dalam tingkat-tingkat yang berbeda bergantung pada kekontrasan. Sebagai suatu prinsip umum, rancangan awal harus menggunakan derajat kekontrasan minimal yang dibutuhkan sehingga semua simbol dapat terlihat, dan simbol-simbol yang dominan nampak menjadi dominan. Alasan untuk itu ialah bahwa apabila sebagian di antara gambar diberi penekanan secara berlebihan pada tingkat permulaannya, maka bagian lainnya mungkin harus dibuat lebih kontras agar tetap dapat terlihat. Oleh karenanya, apabila suatu rancangan dimulai dengan kontras yang berlebihan, maka akan terjadi akumulasi progresif garis-garis yang lebih tebal serta warna-warna yang lebih tajam. Dalam kasus yang ekstrim, sebagai akibatnya akan terwujud suatu rancangan yang padat dan tidak menarik. Alasan lain untuk mengikuti prinsip tersebut ialah meskipun kebutuhan peningkatan kekontrasan dapat dilihat dengan mudah bila rancangan aslinya ditelaah, namun akan lebih sulit untuk mengetahui bahwa beberapa bagian pada gambar memiliki kekontrasan yang berlebihan. Apabila sebuah simbol garis tidak dapat tampil secara jelas pada suatu wilayah yang diberi kesan warna. Bobot akhir gambar yang dominan akan berupa suatu akumulasi kekontrasan yang akan menjadikannya tampak menonjol dari kemungkinan kombinasi warna yang melatarbelakanginya. Suatu gambaran pada hanya dapat dihindarkan dengan membuat rancangan awal yang memerlukan kekontrasan minimal. Dapat ditambahkan pula bahwa sejauh menyangkut gambar cetak, maka makin meningkatnya pemakaian tinta secara progresif akan mengurangi pemantulan dari permukaan kertas. Harus pula dijaga agar tetap dalam kondisi minimal yaitu dengan menghindarkan penggunaan warna yang cukup jenuh secara berlebihan, terutama apabila digunakan untuk suatu wilayah. 3.4 RANCANGAN SIMBOL-SIMBOL PETA Pengertian mengenai tujuan-tujuan umum tersebut akhirnya membawa pada ketetapan mengenai simbol-simbol individual. Sebagaimana halnya seorang artis yang bekerja mulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke arah yang terinci, dan seorang surveyor bekerja mulai dengan keseluruhan baru kemudian bagian-bagiannya, maka seorang ahli kartografi merancang peta, mula-mula dengan menciptakan pola umum dan kemudian memperhalus rinciannya. Kecuali untuk peta-peta yang sederhana, rancangan tidak terjadi atas dasar pemahaman sekilas secara seketika, tetapi dimulai dengan suatu hipotesis yang didasarkan pada penganalisisan isinya; mengujinya Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 5

35 Bab III Rancangan Peta dalam hubungannya dengan rincian khusus yang terdapat dalam bagian-bagian peta yang berlainan; dan akhirnya memperhalusnya dengan penyesuaian-penyesuaian kecil. Dalam beberapa kasus, penyesuaian tak akan menghasilkan jawaban yang memuaskan, sebab dasar dugaannya salah, dan hal ini biasanya timbul disebabkan skala peta tersebut sejak semula salah. Meskipun sekali sebuah hipotesis telah dibentuk, dalam kebanyakan kasus sangat sulit untuk mengetahui bahwa dugaan itu merupakan sumber malapetaka. Apabila suatu rancangan terbukti sulit, maka upaya harus dibuat dengan mempertanyakan pada kerangka dasar dari seluruh struktur peta. a. Kategori-kategori yang Konsisten Tidak peduli tipe peta apa yang diurusi, ada beberapa aturan yang dapat digunakan. Pokok bahasan harus dibagi menjadi kelompok-kelompok atau kategori-kategori yang serupa; misalnya, semua kenampakan perairan harus didaftar dan mendapat perlakuan sebagai suatu unsur dalam peta; semua sub bagian yang diinginkan dalam suatu kategori harus ditempatkan dalam tata urutan. Hal ini penting untuk dilaksanakan secara sistematik, dan dengan demikian tak akan ada satupun kenampakan yang secara visual tidak ada hubungannya dengan kategori utamanya. Dalam peta jalan (lalu-lintas) misalnya, semua simbol yang menggambarkan kenampakan-kenampakan yang berkaitan dengan jalan harus dikelompokkan, sehingga jumlah keseluruhan informasi mengenai jalan jelas kelihatan, dan ketetapan membuat sub kelompok yang sesuai dapat dilakukan. Dalam peta yang mempunyai warna beraneka macam, kelompok utama isianya biasanya ditangani dengan menggunakan warna-warna khusus. Walaupun demikian tidak mungkin atau tidak dikehendaki untuk menggambarkan semua sub kelompok dalam satu warna, harus ada pernyataan unsur grafik yang menggambarkan keseluruhan. b. Bentuk-bentuk Dasar Reaksi pertama dari setiap pemakai peta adalah mengidentifikasi keadaan fisik wilayah yang tercakup dalam peta untuk menentukan di mana ia terdapat. Bagi pemakai peta yang telah berpengalaman, ia akan memanfaatkan semua petunjuk yang diberikan oleh tata susunan daratan dan perairan, relief, tempat-tempat pemukiman, dan menyesuaikan pemikirannya dengan skala. Bagi pemakai peta yang tak berpengalaman tak akan mudah menyesuaikan diri dengan skala, dan mungkin tak memahami arti penting berbagai petunjuk yang tersajikan. Aspek orientasi ini bergantung sebagian besar pada pengenalan bentuk-bentuk Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 6

36 Bab III Rancangan Peta kenampakan topografi utama. Hal ini dapat dicapai secara mudah dengan membuat perbedaan visual yang jelas antara daratan dan perairan, sebab hal ini merupakan perbedaan utama yang terdapat dalam bentang alam. Manakala dimungkinkan, perbedaan ini harus dinyatakan dengan suatu perbedaan warna permukaan dan bukan hanya pola garisnya saja. Sehubungan dengan itu, warna permukaan menunjukkan setiap perbedaan wilayah yang ditimbulkan oleh penggunaan warna pada setiap bentuk yang ada di seluruh permukaan. Ini mencakup pula variasi warna abu-abu maupun variasi lainnya dalam warna, ketercahayaan, dan kejenuhan. Untuk wilayah kecil dengan berskala besar mungkin dapat terjadi bahwa pembagian secara garis besar itu tidak akan terdapat dalam peta. Dalam kasus semacam itu tak akan terdapat dalam peta. Dalam kasus semacam itu kontras utama lain pada bentang alam perlu diberi penekanan; misalnya, dalam sebuah kawasan pembangunan, yaitu dengan pembedaan antara wilayah yang dibangun dan yang berupa tanah kosong. Pengenalan bentuk paling mudah ditentukan dengan cara pemisahan permukaan secara visual dalam wilayah-wilayah yang berbeda. Pembedaan ini tidak perlu disertai kekontrasan yang kuat; dalam banyak hal dengan sedikit pengubahan warna permukaan sudah mencukupi, sebab mata dengan sangat efisien dapat menangkap perbedaan-perbedaan itu. Penambahan suatu kesan warna yang amat pucat untuk suatu perairan terbuka umumnya sudah mencukupi untuk menghasilkan gambaran garis besar permukaan daratan. c. Pengurangan/Reduksi Gambar Garis Penggunaan warna permukaan dalam hubungannya dengan bentuk-bentuk global terkait dengan aturan dasar yang lain. Dalam kebanyakan peta, sebagian besar informasi ditampilkan dengan simbol-simbol garis. Dalam kenyataan banyak peta yang hampir seluruhnya tersusun dari gambar-gambar garis. Pola-pola garis yang sangat banyak dan bercampur baur merupakan unsur-unsur yang paling sulit bagi pemakai peta untuk menguraikannya dan mendapatkan informasi dari pola simbol itu. Oleh sebab itu, akan sangat baik untuk melakukan pengurangan gambar garis sejauh mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan memisahkan berbagai wilayah dengan menggunakan warna permukaan sebagai pengganti pemakaian garis-garis pembatas. Maka prosedur yang ditunjuk di atas juga berkaitan dengan pengurangan kerumitan gambar garis. Hal ini bertalian pula aturan mengenai intensitas warna wilayah. Apabila wilayah digambarkan dengan warna-warna gelap atau sangat jenuh maka jelas bahwa gambar garis perlu sesuai ketebalannya agar cukup kontras. Dengan demikian penggunaan kesan warna muda dan warna- Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 7

37 Bab III Rancangan Peta warna pucat perlu sedapat mungkin dipertimbangkan penggunaannya dalam rancangan dasar. Bilamana suatu wilayah ditentukan dengan suatu perubahan dalam warna permukaan, maka setiap garis pembatas, sekiranya tercakup juga dalam penggambaran, haruslah berupa garis halus. Hal ini disebabkan ia hanya bertugas mempertajam bagian tepi atau pun merupakan garis peralihan, dan bukan satu-satunya bukti visual pembagian wilayah-wilayah. Pengurangan gambar garis yang kompleks dengan menggunakan warna permukaan Apabila wilayah itu cukup kecil dan memiliki bentuk yang rumit, maka penampilan garis-garis halus untuk mempertajam tepi akan meningkatkan kejelasannya. d. Penggunaan Warna Putih Apabila prosedur ini digunakan maka ada pula konsekuensi-konsekuensinya. Yang paling penting terletak dalam hal perlakuan umum permukaan kertas putih yang tak tercetak. Secara sederhana ini dapat dipandang sebagai suatu latar belakang kosong, yang sementara ini hanya merupakan hal yang tidak penting. Namun dalam banyak peta, bila warna wilayah tersusun secara layak, maka warna putih dapat dipakai sebagai bagian dari perbendaharaan grafik, baik dengan mempertahankan wilayah tertentu itu hanya berwarna putih, atau pun untuk memanfaatkan kekontrasannya dengan warna-warna lain. Misalnya, beberapa peta topografi yang memakai warna permukaan secara meluas menggunakan jalan yang berwarna putih sebagai bagian dari klasifikasi jalan. Dalam hal ini terdapat perbedaan besar antara jenis hipotesis rancangan yang dengan sengaja menggunakan warna permukaan dan warna putih, dengan hipotesis rancangan yang membayangkan suatu gambar garis dan kemudian menambah dengan sejumlah warna terbatas warna permukaan untuk simbol-simbol wilayah tertentu. Dalam banyak hal, kebutuhan nyata akan lebih banyak warna bukanlah berpangkal dari rumitnya informasi peta, tetapi dari tidak adanya kemampuan kartografis untuk Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 8

38 Bab III Rancangan Peta memanfaatkan pelukis yang ada secara efektif. Kebanyakan pemecahan masalahmasalah ini didasarkan pada penanganan kondisi wilayah. e. Subjek dan Latar Belakang Perbedaan antara penggunaan gambar-gambar garis dan gambar-gambar wilayah dapat dipakai pula untuk menunjukkan hubungan isi peta yang utama. Dalam suatu peta subjek khusus, bila informasi yang digambarkan pada latar depan terdiri terutama dari simbol-simbol titik dan garis, maka kekontrasan dapat dengan mudah didapatkan dengan sejauh mungkin memanfaatkan perbedaan-perbedaan warna wilayah sebagai latar belakang. a. Latar depan gambar garis, warna sebagai latar belakang b. Latar depan gambar wilayah, garis sebagai latar belakang Misalnya, bila informasi utama terdiri dari pola-pola garis seperti garis isotermis, maka latar belakangnya harus dirancang demikian rupa sehingga bagian-bagian garis besar topografis digambarkan dengan variasi warna dan kesan-kesan warna. Sebaliknya, bila gambar yang dominan terdiri atas serangkaian wilayah-wilayah berwarna, maka relief permukaan tanah harus ditunjukkan dengan pola-pola garis, seperti garis-garis kontur. f. Penyebaran Tumpang-Tindih Sebagai kelanjutan hal tersebut di atas, suatu situasi yang sulit akan timbul apabila lebih dari unsur isi peta itu membutuhkan sejumlah kelas yang tersebar pada wilayah dan digambarkan dengan perubahan dalam warna, ketercahayaan, atau kejenuhan. Apabila sub kelompok tersebut digambarkan dengan variasi dalam warna misalnya, maka dua macam penyebaran akan tampak bertentangan, dan warna-warna yang jelas akan berubah. Ini akan terjadi misalnya, kalau terdapat beberapa kategori vegetasi atau penggunaan tanah, dan juga kesan-kesan warna hipsometrik akan dipakai untuk seluruh permukaan. Dalam situasi yang demikian, maka perlu dipakai cara yang memanfaatkan kekontrasan antara kesan warna dan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 9

39 Bab III Rancangan Peta tekstur. Jika satu penyebaran digambarkan dengan variasi dalam warna, yang mungkin dinyatakan sebagai beberapa kesan warna dalam satu warna atau lebih, maka penyebaran lainnya harus ditunjukkan dengan variasi dalam tekstur, yaitu menggunakan pola-pola titik dan garis secara memadai dengan berbagai latar belakang warna intensitas yang berbeda, sehingga dengan demikian kesan yang membingungkan dapat dihindarkan. Pengurangan gambar garis yang kompleks dengan menggunakan warna permukaan g. Penekanan Penggunaan kontras dalam warna harus dihubungkan dengan kenampakankenampakan visual yang dominan dan cukup penting. Dalam hal ini, warna-warna paling menonjol harus digunakan secara hemat agar tetap menarik. Misalnya, bila warna merah dipakai berlebihan, maka nilai penekanannya akan berkurang. Hal ini sangat penting untuk menjamin agar unsur-unsur dominan yang kecil dalam keluasan wilayah yaitu hanya memberikan kenampakan gambar yang kecil pada mata tampak dalam warna yang betul-betul jenuh, sehingga akan dapat memberikan kenampakan yang cukup kontras terhadap kenampakan-kenampakan lainnya. Warna merah, jingga, dan ungu adalah warna-warna yang bermanfaat untuk penekanan, terutama bila kenampakan-kenampakan terdapat ukuran kecil, tetapi hanya akan menjadi efektif pada warna latar belakang yang relatif muda dan tidak jenuh. Kontras-kontras utama secara visual perlu dipakai untuk hal-hal yang tidak serupa, dan bukan untuk sub-sub kelompok dalam hal yang sama. Sepanjang pengembangan perancangan, harus disertai pertimbangan seksama mengenai perbedaan-perbedaan yang dapat terlihat dan pengaruh satu simbol terhadap lainnya. Sebelum rancangan akhirnya ditetapkan bagi suatu spesifikasi, ia harus diuji terhadap kemungkinan kombinasi serta pengaturan-pengaturan susunan simbol. Pembentukan seperangkat simbol-simbol grafik individual, khususnya bila setiap warna wilayah ditangani secara terpisah sebagai unit yang simetris seperti dalam penjelasan mengenai simbol-simbol, jarang dapat dilakukan dengan mengantisipasi pengaruh simbol-simbol itu dalam peta. Meskipun warna kuning pucat mungkin dapat terlihat bila ia diperkecil sampai beberapa milimiter persegi dengan berbagai garis-garis berwarna terletak di atasnya. Imajinasi ahli Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 10

40 Bab III Rancangan Peta kartografi akan diuji terutama dalam kemampuan melihat hubungan simbol-simbol yang beraneka ragam dalam penataan-penataan yang berbeda-beda, dan hal ini hanya dapat dicapai dengan tetap terus mempertimbangkan rancangan sebagai suatu keseluruhan. 3.5 KETINGGIAN Ketinggian suatu titik tertentu, menunjukkan kenyataan bahwa ia dapat diukur, dapat dipandang sebagai atribut titik tersebut, yang dinyatakan dalam bentuk angka. Karena informasi angka pada peta merupakan salah satu perluasan bentuk simbol grafik, tampil dengan mengambil ruang di sekitarnya, maka ia hanya diperuntukkan bagi sejumlah terbatas titik-titik penting yang benar-benar telah terseleksi. Pada setiap skala, seleksi mengenai informasi ketinggian ini merupakan bagian penting dari peta topografi. Perlu diingat bahwa meskipun titik-titik tinggi, seperti puncak-puncak gunung, merupakan suatu pilihan yang jelas, mungkin sama perlunya untuk mencakup informasi lokasi-lokasi lain, seperti jalan sempit yang melintas pegunungan, pemukiman, dan bagian-bagian rendah (depresi). Informasi mengenai ketinggian absolut sangat penting dalam tiga tipe utama peta, yaitu : peta pelayaran, peta penerbangan, dan peta-peta perekayasaan yang berskala besar. Dalam peta-peta tersebut, informasi mengenai ketinggian dan kedalaman merupakan bagian isi peta yang bersifat sangat menentukan, dan oleh sebab itu memegang peranan yang lebih penting dalam penggambaran relief. a. Kontur Di samping ketinggian-ketinggian tempat tertentu tersebut, ketinggian permukaan daratan lainnya digambarkan menurut klasifikasi, yaitu dengan membaginya ke dalam suatu seri wilayah yang ditentukan berdasarkan tingkat-tingkat ketinggiannya. Garis-garis pembagi kelas-kelas wilayah itu disebut kontur, yaitu garis-garis yang mempunyai ketinggian sama dalam kaitannya dengan garis dasar peta. Meskipun garis kontur apabila selengkapnya diukur adalah merupakan suatu garis yang mempunyai nilai tetap, fungsinya bersifat kolektif; artinya garis-garis kontur tersebut merupakan alat untuk menggambarkan ketinggian setiap titik pada peta yang terdapat dalam batas-batas kelas tertentu. b. Jarak Antara (Interval) Kontur Ukuran setiap tingkat dalam klasifikasi tergantung pada interval vertikal, yaitu jarak vertikal di antara garis-garis kontur. Agar dapat efektif interval-interval kelas harus Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 11

41 Bab III Rancangan Peta sama, kalau tidak, tidaklah mungkin menghubungkan ukuran pada skala horisontal dengan ukuran pada ska0000la vertikal. Oleh sebab itu, seleksi interval vertikal merupakan suatu penetapan dasar dalam menggambarkan ketinggian. Ini dipengaruhi oleh sifat medan, skala peta, tuntutan kegunaan peta, dan kesulitan memperoleh informasi. Bagaimana pun interval kontur, wilayah-wilayah yang memiliki perubahan ketinggian secara cepat akan memiliki garis-garis kontur yang lebih banyak dalam jarak tertentu daripada daerah-daerah yang mengalami perubahan ketinggian secara lambat. Makin besar perbedaan lereng, makin sulit untuk menentukan interval vertikal secara memuaskan. Suatu interval kontur yang besar mungkin diperlukan bagi wilayah-wilayah yang mempunyai lereng-lereng curam, di mana garis-garis kontur relatif masih akan saling berdekatan. Interval besar yang digunakan untuk wilayah-wilayah yang landai ataupun tak berlereng akan menghasilkan garis-garis kontur yang saling terpisah jauh yang sulit untuk menghubungkannya secara visual, dan hanya memiliki suatu kaitan yang tidak tetap dengan variasi bentuk nyata yang ada di lapangan. Pemisahan kontur dan lereng Secara teoritik agaknya diseyogyakan, paling tidak untuk peta topografi yang berskala besar, untuk menggunakan interval kontur sekecil mungkin agar dapat memberikan informasi ketinggian secara maksimal. Interval kontur yang kecil benar-benar diperlukan bagi peta perekayasaan yang digunakan untuk menghitung isi, dan hal ini biasa terjadi. Dalam berbagai situasi lainnya, intensitas informasi kontur dibatasi oleh tuntutan penggunaan peta yang nyata, pembiayaan serta sulitnya memperoleh informasi, dan pengaruh garis-garis kontur atas informasi peta lainnya. Kebanyakan penggunaan peta lebih bertalian dengan ketinggian relatif dibanding dengan ketinggian absolutnya. Perbedaan ketinggian relatif menentukan lereng, Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 12

42 Bab III Rancangan Peta bentuk-bentuk permukaan secara terinci, arah aliran air, dan sebagainya. Pada peta topografi berskala besar, tipe yang biasa digunakan untuk orientasi (yaitu yang dipakai di lapangan), suatu interval kontur 10 meter berarti bahwa tiap titik pada permukaan tanah dapat ditemukan dalam jarak 5 meter, atau separo dari interval kontur. Dengan kata lain, bila garis-garis kontur yang bersebelahan dengan suatu titik menunjukkan 30 dan 40 meter, maka tiap titik di antara garis-garis kontur tersebut dapat ditandai dengan ketinggian sekitar 35 meter; dan ini tidak dapat memiliki kesalahan lebih dari 5 meter. Hanya pada titik-titik khusus saja yang agaknya memerlukan informasi yang lebih terinci dari ini. Pada skala-skala yang lebih kecil, garis kontur digunakan terutama untuk memperoleh pengetahuan tentang bentuk permukaan wilayah, sehingga ketentuan mengenai ketinggian absolut menjadi kurang penting, sebab ia bukan merupakan aspek penggunaan peta biasa. Oleh sebab itu, intensitas pembuatan kontur, yang biasanya menghabiskan sebagian besar pembiayaan survai, harus ditetapkan dalam kaitannya dengan kebutuhan minimal, dan bukan dengan kebutuhan maksimalnya. c. Interval-interval Tambahan Karena ketetapan mengenai interval vertikal merupakan suatu hasil kompromi, maka pada situasi-situasi khusus ia harus dimodifikasi ataupun ditambah sampai beberapa tingkat. Beberapa alternatif pemecahannya ialah dengan menggunakan interval-interval berbeda untuk wilayah-wilayah topografi yang berlainan, yaitu dengan menggunakan interval kontur yang tak sama. Cara terakhir hanya dipakai dalam hubungannya dengan kesan-kesan warna pada skala kecil, yang nanti akan dikemukakan pada topik tersendiri. Informasi tambahan dapat berupa dalam dua macam bentuk; kontur-kontur tambahan (yang sebenarnya yang merupakan kontur-kontur) yang diukur dengan derajat keseksamaan yang sama sebagai kontur standar. Dengan demikian, kontur-kontur itu merupakan informasi pada tingkat yang sama. Garis-garis bentuk (form lines) dapat digambar dari hasil pengamatan di lapangan atau dari hasil interpelasi yang didasarkan pada kontur standar. Kontur-kontur ini memiliki tingkat ketepatan yang lebih rendah, oleh karenanya secara visual harus dibedakan dari kontur-kontur standar. Penggunaan interval vertikal yang berbeda-beda untuk daerah-daerah yang berlainan biasanya dijumpai pada peta-peta topografi yang berskala besar dan sedang, yang pemakaiannya mencakup seluruh wilayah negara atau pun daerah-daerah yang luas. Karena peta-peta semacam itu terdiri dari seri lembar-lembar yang terpisah, maka dimungkinkan untuk membaginya menjadi kelompok-kelompok yang bertalian dengan karakteristik topografi utama Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 13

43 Bab III Rancangan Peta wilayah; misalnya, seperti yang telah dibuat dalam seri peta topografi daerah Perancis. d. Gambar Kontur Masalah penggambaran grafik harus mempertimbangkan kualitas informasi yang dijadikan dasar garis-garis kontur, sifat informasi, perlu pemakai peta untuk mengenali ketinggian tempat secara individual, serta pengaruh pola kontur pada simbol-simbol lainnya. Untuk pembicaraan dalam urutan sebaliknya, pengaruh pola kontur pada simbolsimbol sangat bervariasi pada berbagai wilayah topografi. Di satu pihak, apabila hanya terdapat sedikit garis kontur, adanya garis-garis halus yang tak teratur mungkin sulit untuk dibedakan, sebab adanya simbol-simbol informasi lainnya. Di lain pihak, garis-garis kontur yang mengelompok rapat akan sangat berpengaruh pada keseluruhan warna peta, dan mungkin mempersulit pada keseluruhan warna peta, dan mungkin mempersulit untuk mencakup simbol-simbol lainnya secara jelas. Akibat-akibat grafik dari hal itu ialah pada daerah dengan relief rendah khususnya yang berkarakteristik dengan banyak lereng kecil, mungkin memerlukan kontur tambahan untuk membantu pengenalan polanya. Pada daerah yang memiliki lereng-lereng curam, perlu untuk menggunakan garis-garis kontur yang halus guna memperkecil pengaruh yang timbul. Walaupun garis kontur yang lebih tebal akan menjadikan garis-garis kontur secara individual nampak jelas dalam peta, namun hal itu akan menimbulkan kesulitan grafik mengingat kontur-kontur tersebut saling berdekatan. Meskipun garis-garis kontur sering digunakan secara kolektif untuk memperoleh kesan umum mengenai bentuk-bentuk permukaan tanah, namun harus tetap dapat mengidentifikasikan ketinggian-ketinggian daerah secara nyata. Karena secara grafik tidak mungkin untuk mencakup informasi ini sebagai bagian dari simbol garis, maka harus ditambah dengan menyelipkan angka-angka kontur. Bagaimana hal ini dikerjakan akan tergantung pada frekuensi dan arahnya. e. Pemberian Angka Garis-garis Kontur Apabila garis-garis kontur digunakan untuk menggambarkan lereng, maka masalah pertama dalam penggunaan peta biasanya ialah untuk menentukan arah lereng. Mengingat angka-angka hanya dapat dibaca dalam satu arah, maka ada alasan untuk menempatkan angka-angka sedemikian rupa sehingga selalu terbaca di bagian atas lereng. Apabila peta diorientasikan di lapangan, maka jika angkaangka kontur dapat dibaca pada suatu lereng, maka daerah permukaan tanah Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 14

44 Bab III Rancangan Peta menjadi makin tinggi di bagian yang terlebih jauh dari pengamat. Apabila angkaangka kontur terletak di bagian bawahnya, maka daerah permukaan tanah itu menjadi menurun. Akibatnya metode ini seringkali dipakai dalam peta-peta yang sering digunakan untuk di lapangan. Untuk peta-peta berskala kecil, yang biasanya tidak memiliki orientasi (arah) namun terbaca dalam standar arah baca, ada kelaziman untuk menjajarkan angka-angka kontur sedekat mungkin dengan arah baca tanpa mengingat arah lereng. Frekuensi penomoran kontur harus dipertimbangkan, baik secara mendatar maupun vertikal. Suatu kontur yang tersendiri mungkin harus terus ditelusuri hingga dijumpai angka petunjuknya. Dalam pola-pola kontur yang tertutup, sekali suatu angka tertentu telah terbaca, maka relatif akan mudah untuk menghitung, baik ke atas maupun ke bawah, hingga mencapai tingkat yang diinginkan pada suatu lereng tertentu. Untuk daerah semacam itu, pembacaan garis-garis kontur dibantu dengan menyertakan angka-angka mendatar untuk setiap wilayah lereng hingga setiap kontur dapat ditentukan secara tepat dengan membacanya dari angka yang terdekat, dan pada kontur-kontur yang menimbulkan kesulitan interpretasi selalu diberi angka-angka. Hal ini biasanya menjadi sangat penting pada perubahan-perubahan dalam lereng serta pada lereng yang terputus-putus. Pembacaan ketinggian tempat juga dibantu dengan adanya kontur indeks. Dari namanya menunjukkan bahwa indeks-indeks kontur tersebut membantu membedabedakan kontur-kontur lainnya. Kontur indeks digambarkan dalam garis-garis yang lebih tebal; oleh sebab itu, lebih mudah untuk membedakan dan menghitungnya. Dalam praktek biasanya disertakan angka-angka kontur untuk kontur-kontur indeks pada suatu daerah lereng, dan menambahkan juga angka-angka kontur lain sampai tingkat tertentu sesuai dengan kebutuhan pemakai peta; seperti yang dapat diperkirakan sebelumnya oleh ahli kartografi. Kontur indeks juga membantu untuk menguatkan visualisasi dalam penggambaran kontur. Dengan menampilkan informasi pada dua tingkat visual, akan membuat lebih mudah membedakan bentuk-bentuk utama dari yang terinci. f. Informasi Kontur Dalam banyak hal juga penting bagi pemakai peta untuk mengetahui ketepatan informasi kontur suatu peta, yang akan mempengaruhi dalam pemanfaatannya. Hal ini ditegaskan dengan pernyataan mengenai sifat informasi kontur di pinggir kota. Perbedaan utama terdapat di antara kontur-kontur yang telah dihasilkan melalui penelitian, baik dengan ukur tanah maupun dengan pengukuran fotogrametri, seta kontur-kontur hasil interpelasi dari observasi sejumlah ketinggian tempat-tempat Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 15

45 Bab III Rancangan Peta tertentu. Apabila kedua-duanya tergambar pada peta yang sama, maka akan lebih baik jika perbedaan itu dinyatakan secara grafik dengan simbol Index Standard Tambahan Bentuk-bentuk dan angka-angka kontur Bentuk grafik yang digunakan untuk menggambarkan garis-garis kontur dapat diatur sebagai berikut. Suatu kontur standar yang diukur harus berupa garis halus yang kontinyu. Suatu kontur tambahan yang diukur harus berupa garis kontinyu yang lebih tebal, bisanya dua kali lipat dari ketebalan garis kontur standar. Konturkontur interpelasi, baik yang standar, tambahan (suplemen), ataupun index, harus merupakan garis yang terputus-putus. g. Kontur dan Lereng Dalam situasi yang ekstrim dapat menimbulkan sejumlah kesulitan mengenai hubungan antara lereng dan kontur, baik dalam kaitannya dengan situasi kartografis maupun penggunaan peta. Dalam hal yang pertama, karena kontur harus berupa garis-garis yang dapat terbaca secara jelas, maka ada suatu batas mengenai jumlahnya yang dapat ditunjukkan dalam suatu jarak datar tertentu. Ini berarti bahwa untuk daerah karang terjal (cliff) ataupun lereng yang sangat curam tidak mungkin digambarkan kontur-kontur yang ada. Untuk pemecahannya, kontur pada kaki serta kontur di bagian puncak lereng harus tergambar, sedangkan kontur-kontur yang ada di antara keduanya ditiadakan secara progresif. Untuk suatu karang terjal, kontur bagian atas harus dipertahankan sedang lainnya dihilangkan. Eliminasi kontur untuk karang terjal lereng curam Karena diperlukan adanya dua kontur agar dapat mengetahui ketinggian suatu titik yang tidak terletak pada garis kontur, maka masalah timbul pada kontur-kontur yang akhir, yaitu yang melingkungi suatu daerah. Tanpa informasi lain, tidak mungkin untuk menentukan secara pasti, apakah daerah yang tertutup tersebut Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 16

46 Bab III Rancangan Peta lebih tinggi atau lebih rendah dibanding dengan yang terdapat pada nilai kontur. Hal ini biasanya dicontohkan dengan bukti-bukti kecil atau depresi. Hal ini dapat diatasi dengan menambah angka ketinggian tempat yang ada di dalam lingkungan kontur, yang dapat diperbandingkan dengan nilai kontur; atau dengan merubah bentuk kontur. Biasanya hal ini dilakukan dengan cara menambah tanda garis-garis pendek pada sisi yang lebih rendah dibanding dengan kontur. Kontur-kontur tertutup h. Kontur dan Warna Gambar kontur memberikan karakteristik suatu unsur tertentu dari permukaan bumi, yaitu ketinggiannya. Walau demikian, ia dapat pula diklasifikasikan sebagai termasuk salah satu kelompok besar atau kelas yang membedakan unsur-unsur keadaan alami utama. Akibatnya, dalam praktek biasa dijumpai pada banyak peta yang mencakup penggambaran relief pembuatan warna kontur yang berbeda dalam hubungannya dengan klasifikasi permukaan bumi. Kebanyakan garis kontur ditunjukkan dalam warna coklat yang secara umum menggambarkan sifat warna tanah. Mungkin juga garis-garis kontur digambarkan dalam warna yang lain, seperti warna hitam dan biru, tergantung pada sifat permukaan bumi. Hitam biasa digunakan untuk menunjuk batuan, dan biru tergantung pada sifat permukaan bumi. Hitam biasa digunakan untuk menunjukkan batuan, dan biru dipakai untuk medan es atau salju abadi. Terlepas dari pertimbangan-pertimbangan dalam tata ukuran warna, seperti warna harus mempunyai derajat keseimbangan, sebab garis-garis kontur itu harus bersinambungan dan kesinambungan itu harus nampak secara visual. Ini merupakan alasan lain untuk menentukan warna-warna yang dipakai dalam mencetak sebuah peta dalam hubungannya dengan kebutuhan simbol-simbol titik dan simbol-simbol garis. Dalam berbagai hal pemakaian warna hitam merupakan cara penggambaran salah, sebab warna hitam diperuntukkan bagi rincian planimetrik kenampakan-kenampakan yang bersifat kultural. Tetapi untuk garisgaris halus, diperlukan warna yang secara visual nampak kontras. Apabila warna hijau digunakan untuk vegetasi dan warna merah untuk penekanan, maka hanya tinggal satu kemungkinan warna netral, yaitu hitam. Dalam teori, akan lebih baik dengan warna coklat, tetapi hal ini berarti memperkenalkan warna cetak yang lain untuk memperoleh suatu hasil pengaruh yang sangat kecil. Namun pemakaian warna hitam untuk garis kontur pada daerah batuan juga mempengaruhi warna coklat yang terpilih untuk garis kontur lainnya. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 17

47 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan BAB IV SKALA, LEGENDA, DAN SITE PLAN 4.1 SKALA GAMBAR Skala adalah perbandingan ukuran di gambar dengan ukuran sebenarnya di lapangan. Untuk ilmu bangunan, dapat digunakan gambar dengan skala: 1 : 5 1 : 10 1 : 20 1 : 50 1 : : : : 1000 Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan seterusnya hingga 1 : Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi gambar adalah : Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1000 Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50 Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : LEGENDA Tanda-tanda untuk Gambar Ukur pada peta-peta yang tersebut berikut hanya berlaku untuk perbandingan (skala) di bawah 1 : 2500 (1 : 100, 1 : 200, 1 : 250, 1 : 500, 1 : 1000 dan 1 : 2000). Untuk perbandingan dari 1 : 2500 ke atas (1 : 1250), 1 : 2500, 1 : , 1 : , 1 : dan sebagainya) terlebih baik pakailah Legenda Topografi. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 1

48 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur Titik-Titik Ukur Titik tetap dari jaring segitiga, P = Primair, S = Sekundari, T = Tertair, Q = Quartair. T17 digambar hitam dan digambar merah. Titik perantaraan tetap baru, dibuat dengan cara ke muka atau cara ke belakang dari batu atau dari beton. T.p. 19 digambar hitam dan digambar merah. Idem tidak tetap baru, dari kayu atau dari bambu. Titik polygon dari batu atau beton warna merah. Idem dari besi (pipa atau besi masief) warna biru. Idem dari kayu atau bambu (bersifat sementara) warna hitam. Pada Peta Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 2

49 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur Garis-Garis Ukur Garis ukur (garis konstruksi) lebih tipis dari garis polygon. Garis perpanjangan (p) lebih pendek dan tipis dari garis ukur. Garis tegak lurus, (t) lebih pendek dari garis perpanjangan Garis perpanjangan (p) ; setengah panah merah sedapat mungkin di sudut yang lancip. Garis tegak lurus, dikira-kira atau disikukan dengan buku (portepel). (tidak diberi tanda) Garis tegak lurus dengan prisma atau siku-siku besar dari kayu (pakai tanda siku) dengan merah. Garis tegak lurus dibuat dengan teropong (theodolisi) (tanda siku berganda) dengan merah. Garis tegak lurus (t) garis perpanjangan (P). Perpanjangan dari suatu garis ukur (polygon) diberi tanda panah merah. Batas atau pagar lurus berpotongan dengan garis ukur diberi tanda merah setengah oval. Pada Peta Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 3

50 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur 153,90 129,40 129,40 129,40 (c) 207,15 271,14 Angka-Angka Ukur Angka ukur biasa ditulis pada Gambar Ukur di tempat pengukuran (terrain) dengan potlot (H3) dan di kantor atau di rumah, hari itu juga harus ditinta (pada gambar hitam) di atas, di bawah atau di sebelahnya angka potlot tadi sehingga angka potlot dan tinta dua-dua dapat terang dibaca. Dalam peta angkaangka ukur tidak ditulis. Angka ukur yang diukur dua kali harus ditulis dua kali pula. Idem tetapi yang kedua kalinya diukur oleh orang lain. Diberi tanda (c) merah di belakangnya. Angka akhir dari suatu garis ukur atau polygon diukur dengan pita ukur (tidak begitu teliti), dicoret dua hitam di bawahnya. Idem, diukur dengan pegas ukur (teliti), dicoret dua merah di bawahnya. Pada Peta Angka-angka ukur pada peta tidak ditulis (juga tidak dengan potlot) Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 4

51 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur Angka-Angka Ukur Angka jarak dari suatu titik utama, dicoret satu di bawahnya dengan hitam atau merah, tergantung dari 87,31 alat ukur yang dipergunakan. Dengan pita ukur dicoret hitam, dan dengan pegas ukur dicoret merah di bawahnya. Sesuatu angka ukur yang diukur kembali oleh orang lain (veri ficatie) 12,70 ditulis merah, coret satu atau dua 82,30 merah atau hitam di bawahnya 89,40 sama halnya seperti di atas, tergantung dari alat ukur yang dipergunakan. Angka ukur dari garis miring (hyoptenusa) atau diagonal atau <26,31> garis kontrol yang mengukur dan merah kalau diukur oleh orang lain kembali. Jarak dari batas pekarangan (15,21) (perceel) diberi dari dan ke mana diukur. (-) Idem kalau tidak dapat diukur. Kalau sudut miringnya lebih besar dari T 0 lebih baik tentukan jarak itu secara trigonometris (kalau tidak dapat jarak horizontal itu diukur dengan cara dipotong-potong). Pada Peta Angka-angka ukur pada peta tidak ditulis (juga tidak dengan potlot) Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 5

52 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur Pada Gambar Ukur Angka-Angka Ukur Mengukur dengan rambu (afstand meter baak) dalam keadaan luar biasa tempo-tempo suatu jarak dari ukuran detail diukur dengan cara potis dengan rambu (baak). Ini hanya dikerjakan kalau jarak yang dikehendaki tidak begitu teliti, dan sedapat mungkin jangan dilakukan. Kalau terpaksa, maka ukurlah jarak itu paling sedikit 4 kali dengan rambu, sudut miring diukur pulang balik, dan ditulis biru. Sudut (horizontal) dari polygon ditulis dengan merah. Kalau mengukurnya mempergunakan formulir untuk sudut-sudut dan jarak-jarak optis, pengukuran (angka ukur) tidak perlu digambar lagi pada gambar ukur, cukup ditulis dalam formulir saja. BATAS PEKARANGAN (Perceel) Batas pekarangan harus diukur jaraknya, dan diberi tanda yaitu untuk : Pagar bambu = p.b. Pagar papan = p.p. Pagar kawat = p.k. Pagar duri tiang kayu atau bambu = k.d.k. Pada Peta Pada Peta Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 6

53 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur Pada Gambar Ukur BATAS PEKARANGAN (Perceel) Pagar duri tiang besi = k.d.b. Pagar duri tiang tembok atau beton = k.d.t. Gulungan atau pematang = g.l. Batas dibuat batu kali yang disusun rapat. Dibuat biasanya kalau dua pekarangan berlainan tingginya. Batas pekarangan tidak berpagar. Batas dari : Kampung (hijau), Kawedanan (ungu), Karesidenan (jingga), Propinsi (merah muda). TEMBOK PEKARANGAN (Perceel) Pinggir jalan, selokan, tangga dan lain-lain yang terbuat dari batu (plesteran) tanda menunjukkan sebelah mana yang ditembok. Tembok pada skala 1:250 atau lebih kecil (1:250, 1:200, 1:100, 1:50). Tebal tembok ditulis di dalamnya, diarsir dengan merah miring-miring 45 0 antara. Pada gambar ukur digambar lebih besar dari semestinya (tidak menurut skala). Pada peta digambar menurut skala. Pada Peta Pada Peta Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 7

54 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur TEMBOK PEKARANGAN (Perceel) Idem kalau salah satu sisi menjadi batas pekarangan. Batas pekarangan selamanya digambar dengan tinta hitam, atau pada gambar ukur digambar lebih tebal dari sisi yang lain. Idem pada skala lebih besar dari 1:250, (1:500, 1:1000, 1:2000). Batas pekarangan melalui tengahtengah tembok pada skala 1:250 atau lebih kecil. Idem pada skala lebih besar dari 1:250 Batas pekarangan melalui tembok rangkap, pada skala lebih kecil dari 1:250, batas digambar dengan tinta hitam, atau pada gambar ukur digambar lebih tebal dari sisi yang lain. Idem pada skala lebih besar dari 1:250 Batas pekarangan tidak melalui tengah-tengah tembok pada skala 1:250 atau lebih kecil. Idem pada skala lebih besar dari 1:250. Pada Peta Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 8

55 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur TUGU (PILAR) DAN JEMBATAN Pada Peta Tugu besar dari (0,40 m) digambar dan diarsir dengan merah. Tugu kecil dari batu (0,40 m) digambar dan diarsir atau seluruhnya dengan merah. Tugu batu alam (dipahat), besar dan kecil, digambar dengan merah. Besi batas besar ( 0,0 m) digambar dengan biru. Besi batas kecil (0,0 m) digambar dengan biru. [B.M. 235] Piket, pancang tembok atau patok besar, digambar dan diarsir dengan hitam (0,10 m).nomor piket ditulis [B.M. 235] dengan hitam. [F.T. 54] Idem, kecil (0,10 m) digambar dengan hitam. Piket Hektometer, dan Kilometer dari D.K.A. atau P.U. (salah satu sudut harus menghadap ke as jalan (kereta api). Piket tanda pengkolan dari D.K.A. Pada gambar diukur : Digambar hitam, dan semua tulisan yang tertulis pada papan piket itu ditulis di sebelahnya. Pada peta : Tulisan ini tidak dibuat. [F.T. 54] Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 9

56 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur Pada Gambar Ukur TUGU (PILAR) DAN JEMBATAN Jembatan batu, diarsir dengan merah, atau digambar seluruhnya dengan merah. Jembatan kayu, digambar hitam. Jembatan bambu, digambar hitam. Jembatan besi, digambar hitam dengan diagonal biru. Pengkolan untuk memuat dan membongkar barang-barang D.K.A. atau pelabuhan dari batu atau beton, digambar hitam dengan diagonal merah. Idem dari kayu, digambar hitam dengan diagonal hitam. Idem dari besi, digambar hitam dengan diagonal biru. RUMAH-RUMAHAN Rumah batu atau beton (gedung). Gambar Ukur : Pinggir garis merah tipis (vermiljoen) dan arsir rangkap (miring ) lebar + 2 mm dengan potlot H/3. Peta : Pinggir garis merah tipis (vermiljoen) dan dicat merah muda (carmyn) tipis sekali. Atap : dari beton = (B). Pada Peta Pada Peta Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 10

57 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur RUMAH-RUMAHAN Rumah kayu lantai batu (ubin atau beton). Atap Genteng = (G). Gambar Ukur : Pinggir dengan tinta hitam tipis dan arsiran dengan potlot seperti di atas. Peta : Pinggir merah (vermiljoen) seperti di atas dan dicat tipis dengan kuning muda. Rumah kayu lantai tanah atau rumah panggung. Atap dari ijuk = (I) Gambar Ukur : Pinggir dengan tinta hitam tipis, dan arsiran dengan potlot seperti di atas. Peta : Pinggir merah (vermiljoen) seperti di atas dan dicat tipis dengan kuning muda. Rumah bambu lantai batu (ubin atau beton). Atap seng (zeng) = (Z). Rumah bambu lantai tanah atau rumah panggung. Atap dari alangalang, atap, aren = (A). Pada Peta Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 11

58 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur RUMAH-RUMAHAN Rumah seng (zeng) lantai batu (ubin atau beton). Pinggir garis merah (vermiljoen) tipis. Dengan arsiran horizontal antara + 2 mm dan vertikal +4 mm dengan biru (cobald). Atap dari Sirap = (S). Rumah seng lantai tanah rumah pangung. Pinggir garis hitam tipis dan arsiran seperti di atas Atap seng (zeng) = (Z). Pada Peta Perhatian : Kalau rumah terlalu besar untuk diarsir bolehlah arsiran-arsiran tersebut di atas gambar hanya + 2 cm, keliling rumah. Panjang keliling rumah harus diukur sungguhpun panjangnya itu dapat dihitung dari garis-garis perpanjangan atau garis-garis tegak lurus. Demikian pula rumah tersebut tidak dapat dianggap siku (90 0 ), jadi tiap-tiap sudut rumah harus dapat digambar dari garis-garis ukur (garis konstruksi). Kalau sudut rumah terlihat nyata dengan mata tidak siku diberi tanda titik siku dengan merah, yaitu : Untuk sudut lancip Untuk sudut tumpul Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 12

59 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur JALAN Jalan besar diperkeras dan diaspal. Nama jalan ditulis hitam dan dikurung dengan tanda, kalau nama itu diambil dari papan nama di pinggir jalan. Jalan besar diperkeras tidak diaspal. Jalan tidak diperkeras dan tidak diaspal Kalau jalan berpinggir batu (trottoir, tangga batu atau kaki lima dari gedung) diberi tanda dengan merahmerah membelakangi ke tengah jalan. Pinggir jalan digambar seperti di atas dengan merah. Jalan setapak (Voedpad). Jalan Kereta Api (D.K.A.) atau tram (lebih tebal dari garis polygon). Sungguhpun yang diukur rail kereta api, tetapi yang digambar hanya asnya saja. Polygon (garis ukur) sedapat mungkin sejajar dengan rail D.K.A. Batas tanah yang dipergunakan oleh Jawatan Pemerintah untuk kepentingan umum (D.K.A., Irigasi, Listrik dan lain-lain) (onteigeuninggrens). As dari jalan kawat arus tinggi (hhogspanningskabel). Pada Peta Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 13

60 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur SUNGAI, SELOKAN dan sebagainya Pinggir sungai, selokan, danau, dan sebagainya dibuat dari batu atau bahan digambar dengan merah. Kalau pinggir dari tanah, tumpukan (susunan) batu atau sasak, digambar biru. Tiap-tiap sungai, selokan dan sebagainya harus diberi tanda arah mengalirnya air, dan nama dari sungai atau selokan itu, digambar dengan biru. Tanda untuk selokan dan lain-lain yang tidak diketahui arah air mengalirnya, digambar dengan biru. Pinggir Laut Pada Peta Danau (Situ) Terusan air, selokan dan sebagainya, yang melalui terowongan atau yang tertutup di atasnya. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 14

61 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Pada Gambar Ukur SUNGAI, SELOKAN dan sebagainya Terusan air, selokan, dan sebagainya, yang diukur pinggir atasnya. Idem pakai tanggul. Pada Peta Pipa minyak pada a di atas tanah, dan pada b di dalam tanah. Contoh-contoh mengukur Mengukur dekat jalan kereta api Buatlah polygon sedapat mungkin sejajar dengan as D.K.A. yang harus diukur ialah : tanda hectometer, tanda pengkolan, jembatan, pekarangan (perceel) kiri kanan as D.K.A. rumah dan lain-lain. 4.3 SITE PLAN (RENCANA TATA LETAK LAPANGAN) a. Umum Supaya terkoordinasi dan terintegrasi secara efisien dan efektif semua komponen-komponen sarana dan prasarana yang menjadi bagian dari pekerjaan persiapan proyek untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan konstruksi, bangunan-bangunan sementara proyek dengan nienggunakan sumber daya secara optimal, perlu dibuat konsep site plan atau tata letak lapangan. Di dalam menyiapkan suatu site plan harus berpijak dan mengacu pada : 1. Volume dari pekerjaan-pekerjaan yang dominan seperti dalam : pekerjaan galian pekerjaan timbunan pekerjaan grouting pekerjaan beton Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 15

62 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan pekerjaan tell structure pekerjaan pembesian pekerjaan bekisting pekerjaan pengeboran terowongan pekerjaan sarana dan prasarana jalan kerja 2. Waktu yang efektif untuk membawa material-material dari storage area (borrow area) ke proyek dan diusahakan melalui jalan/ jarak yang terpendek. 3. Lokasi general office dan ware house sedekat mungkin ke pintu utama proyek supaya gampang dicari pihak luar / pihak ketiga dan juga supaya lebih mudah mengamankan proyek dari pihak yang tidak bertanggung jawab. 4. Bilamana area untuk ware house storage tidak memungkinkan di dalam lokasi proyek, maka diusahakan pada lokasi yang dekat dengan proyek. 5. Metode-metode pelaksanaan untuk pekerjaan yang dominan menjadi dasar analisa teknis yang utama untuk didapatkan koordinasi kerja dan ter-integrated item-item pekerjaan satu sama lain pada waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai mutu, waktu dan biaya yang telah ditetapkan. 6. Laboratorium untuk testing dan pengontrolan kualitas untuk pekerjaan menjadi salah satu kunci keberhasilan tercapainya mutu yang ditetapkan oleh spesifikasi teknik. 7. Mengacu pada kriteria-kriteria diterima site plan oleh pengawas lapangan atau oleh bowher dengan memperhatikan prosedur dan proses mutu pelaksanaan konstruksi seperti berikut. 8. Mengacu pada organisasi site proyek yang diperlukan b. Survei lapangan 1. Sumber air kerja o disediakan atau tidak o membuat sumur o menggunakan air sungai Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 16

63 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan o menggunakan PAM o jarak sumber air kerja 2. Listrik o menggunakan fasilitas PLN o mengusahakan sendiri (genset) 3. Tenaga Kerja o didapat dari daerah sekitar job site o mendatangkan dari luar o akomodasi yang diperlukan o perlu ijin khusus / tidak o perlu biaya khusus untuk jalan / tidak 4. Keadaan cuaca di site o terang / kadang-kadang hujan / hujan terus menerus o diperlukan data curah hrijan dari Radar; Meteorologi dan Geofisika setempat 5. Data penyelidik tanah (sondir, boring loc isb) o Jika tidak disertakan dalam dokumen tender, perlu ditanyakan ke konsultan o Perlu diketahui jenis tanah yang akan digali yang terlihat dari luar (batu, o tanah keras, dsb) o Data air tanah (elevasi dan sifat air tanah) 6. Quarry Borrow Area o disediakan atau mencari sendiri o jika disediakan, apakah sudah memenuhi persyaratan teknis (dilakukan test) o ada berapa quarry / borrow area o lokasi quarry (gunung / sungai / tanah datar / belukar) - jarak site o jenis batuan / pasir / tanah timbun o jalan menuju quarry / borrow area (ada, membuat baru, perlu diperbaiki, perlu diperlebar, perlu membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki yang sudah ada) dan lain-lain o apakah perlu ada biaya pembebasan tanah Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 17

64 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan o transpor material ke site (truck, dump truck, dipikul) o biaya retribusi material (royalti) per m 2. o Bagaimana penernpatan alat-alat quarry / borrow area (bila diperlukan) o Cara pengambilan material (diledakkan, membeli dari leveransir, membeli dari masyarakat setempat, mengambil di lokasi) 7. Survei harga bahan lokal o ada / tidak ada pabrik kayu balok, papan, plywood o pembayaran untuk kayu (kontan/tidak) o harga bahan / Kayu loco di pabrik I dilokasi proyek o harga pasir batu, split, tanah urug di lokasi pengambilan dan sampai dengan o di lokasi proyek berapa c. Daftar Simak Untuk memastikan site plan (Rencana Tata Letak Lapangan) telah tersusun dengan tepat, lengkap dan efektif serta efisien dalam rangka pelaksanaan proyek, dapat dibuat daftar simak (check list) rencana tata letak lapangan seperti contoh berikut : Daftar Simak rencana tata lapangan untuk pelaksanaan konstruksi. CHECKLIST UNTUK PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI Bab/ Sub Kegiatan yang diwajibkan Ada Tidak Catatan Bab 1. Pekerjaan persiapan lapangan Penetapan tempat kerja kontraktor dan pengawas pekerjaan (untuk pekerjaan besar, tempat kerja terdapat dibeberapa tempat). 1. Dok, yang menyatakan bahwa Pimpro bersama kontraktor telah menetapkan tempat kerja/kantor lapangan, barak pekerja, kantor pengawas lapangan 2. Dok, yang menyatakan bahwa tempat kerja telah memenuhi syarat keselamatan, kesehatan, tidak mengganggu lingkungan dan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 18

65 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan CHECKLIST UNTUK PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI Bab/ Sub Bab Kegiatan yang diwajibkan Ada Tidak Catatan tersedia fasilitas bekerja secukupnya sesuai dokumen kontrak 3. Dok, yang menunjukkan dan menetapkan / penyerahan jalan kerja dan lain prasarana untuk pelaksanaan pek. Sesuai kesepakatan / penjelasan dalam dokumen kontrak. 2. Pengukuran lapangan (pada umumnya jumlah buku ukur dan gambar ukur yang diaudit cukup banyak) 1. Dok, yang menyatakan bahwa rencana kerja pengukuran lapangan telah dibuat oleh kontraktor dan telah diperiksa dan disepakati oleh pengawas pekerjaan. 2. Isi rencana kerja pengukuran yang telah disepakati adalah : 1) Tahap-tahap pengukuran yang akan dilakukan 2) Peta situasi rencana pengukuran lapangan 3) Jadwal pengukuran setiap tahap di lapangan 4) Metoda pengukuran yang dilaksanakan 5) Daftar jenis peralatan ukur yang digunakan 6) Daftar tenaga juru ukur yang ditugaskan 3. Dok, yang menyatakan bahwa telah dilakukan pengecekan benchmark/titik tetap yang ditunjuk, oleh kontraktor dan hasilnya telah diperiksa dan disepakati Asisten terkait. 4. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan benchmark harus ada dok, tentang tambahan atau perubahan benchmark yang telah disepakati oleh asisten terkait. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 19

66 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan CHECKLIST UNTUK PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI Bab/ Sub Kegiatan yang diwajibkan Ada Tidak Catatan Bab 5. Perhitungan hasil ukur yang dicatat dalam buku ukur telah diperiksa dan didiskusikan, khususnya koordinat dan elevasi bangunan tertentu dan disepakati oleh Asisten terkait. 6. Gambar hasil pengukuran telah memenuhi standar gambar yang telah disepakati bersama dan telah diperiksa dan disepakati oleh pengawas pekerjaan. 7. Setiap koreksi Pengawas Pekerjaan atas perhitungan maupun gambar ukur telah dikerjakan kembali oleh kontraktor dan telah disepakati pengawas pekerjaan. 8. Dok, yang menyatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan penyerahan hasil ukur telah sesuai dengan jadwal yang disepakati. 3. Pembuatan gambar kerja dan konstruksi (pada umumnya jumlah gambar kerja/konstruksi yang diaudit cukup banyak) 1. Semua gambar kerja dan konstruksi telah dibuat oleh kontraktor dan setelah diperiksa dan dikoreksi kelengkapannya disepakati pengawas pekerjaan. 2. Kelengkapan gambar yang telah terpenuhi adalah standar gambar, simbol gambar, ukuran dan skala gambar sesuai dengan pedoman gambar teknik yang ada. 3. Semua gambar kerja untuk pekerjaan sementara/ darurat telah disiapkan kontraktor dan telah diperiksa dan disetujui, dilaksanakan oleh pengawas pekerjaan. 4. Semua gambar telah diberi nomor gambar, halaman gambar dan judul gambar, tanggal dan nama pembuat, penanggung jawab yang menyetujui, baik untuk gambar maupun gambar revisi. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 20

67 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan CHECKLIST UNTUK PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI Bab/ Sub Bab Kegiatan yang diwajibkan Ada Tidak Catatan 5. Setiap koreksi pengawas pekerjaan atas gambar yang diajukan telah diperbaiki kembali oleh kontraktor dan telah disepakati pengawas pekerjaan. 6. Dok, yang menyatakan bahwa penyelesaian gambar kerja / konstruksi telah sesuai dengan jadwal yang ditetapkan atau 7 hari sebelum pekerjaan dimulai. 7. Setiap perubahan gambar kerja / konstruksi selama pelaksanaan pekerjaan telah dibuat kembali oleh kontraktor dan telah diperiksa / disetujui pengawas pekerjaan. 8. Gambar purna laksana telah dipersiapkan oleh kontraktor dan telah diperiksa pengawas pekerjaan serta disetujui Pimpro. 9. Penyerahan gambar purna laksana telah dilakukan sesuai dengan jadwal yang disepakati atau bersamaan dengan penyerahan pekerjaan selesai kepada Pimpro. 4. Buku harian, buku pengawas (Direksi) dan laporan mingguan (pada umumnya jumlah buku harian / buku Direksi dan laporan mingguan yang diaudit cukup banyak) 1. Kontraktor telah memberitahu kepada Pimpro bahwa buku harian serta buku pengawas dan disediakan di kantor kerja kontraktor. 2. Isi buku harian atau form laporan harian yang telah ditulis : 1) Kedatangan bahan bangunan, alat-alat dan tenaga kerja 2) Keadaan cuaca dan kendala yang dihadapi 3) Kegiatan yang dilakukan pada hari yang sama 4) Pencapaian progress pekerjaan 3. Isi buku pengawas yang telah ditulis: 1) Persetujuan atas rencana kerja kontraktor Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 21

68 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan CHECKLIST UNTUK PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI Bab/ Sub Bab Kegiatan yang diwajibkan Ada Tidak Catatan 2) Perintah kerja bagi kontraktor untuk suatu kegiatan 3) Persetujuan hasil kerja kontraktor yang telah sesuai persyaratan yang disepakati. 4) Teguran atau peringatan atas penyimpangan atau keterlambatan suatu kegiatan pekerjaan atau keterlambatan suatu kegiatan pekerjaan. 4. Buku harian/laporan harian telah ditulis setiap hari serta ditandatangani oleh kontraktor dan pengawas pekerjaan. 5. Dokumen yang menyatakan buku harian dan buku pengawas selalu ada di kantor kontraktor, tidak pernah dipindahkan. 6. Laporan mingguan telah dibuat kontraktor dan diketahui dan disetujui pengawas pekerjaan serta telah dikirim tepat waktunya kepada Pimpro. 7. Bilamana pekerjaan telah selesai, buku harian dan buku pengawas merupakan bagian dokumen yang harus diserahkan kepada proyek. 5. Pembuatan rencana pekerjaan sementara atau darurat (untuk pekerjaan besar biasanya lebih dari sebuah pekerjaan sementara yang diaudit) 1. Dok, yang menunjukkan bahwa kontraktor telah membuat rencana kerja pembuatan pekerjaan sementara yang isinya : 1) Jenis pekerjaan sementara yang akan dibuat 2) Jadwal pembuatan setiap rencana pekerjaan sementara 2. Dokumen yang menyatakan usulan rencana setiap pekerjaan sementara telah disampaikan oleh kontraktor dan telah diperiksa, dikoreksi serta disepakati pengawas pekerjaan. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 22

69 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan CHECKLIST UNTUK PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI Bab/ Sub Bab Kegiatan yang diwajibkan Ada Tidak Catatan 3. Bagian pekerjaan sementara yang perlu diperiksa pengawas. 1) Perhitungan teknis, kekuatan, konstruksi dan bahannya 2) Gambar rencana teknis konstruksi 3) Metode pelaksanaan yang akan diterapkan 4) Jadwal pelaksanaan pekerjaan 5) Peralatan bekerja yang mungkin akan digunakan 6) Rencana pemeliharaan selama dipergunakan 4. Setiap koreksi atau petunjuk pengawas pekerjaan atau Pimpro atas rencana pekerjaan sementara yang diusulkan telah disetujui dan diselesaikan oleh kontraktor. 5. Setiap rencana pekerjaan sementara sudah diserahkan kepada pengawas 7 hari dengan jadwal yang disepakati. 6. Pekerjaan sementara yang menggunakan peralatan khusus, sertifikasi alat kerjanya telah diinformasikan kepada Pimpro dan telah disepakati. 7. Perintah pembuatan pekerjaan sementara / darurat telah diberikan oleh pengawas pekerjaan kecuali bilamana dianggap cukup berat diberikan oleh Pimpro. 6. Penempatan dan pengujian bahan bangunan (untuk pekerjaan besar beberapa lokasi penimbunan bahan bangunan dan cukup banyak hasil pengujian bahan yang harus diaudit) 1. Kontraktor telah memberitahu secara tertulis lokasi penimbunan bahan bangunan dan telah disetujui pengawas pekerjaan. 2. Persetujuan pengawas pekerjaan diberikan untuk : Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 23

70 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan CHECKLIST UNTUK PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI Bab/ Sub Bab Kegiatan yang diwajibkan Ada Tidak Catatan 1) Tempat penimbunan bahan telah aman dari gangguan keamanan dan tidak mengganggu lingkungan 2) Cara penyimpanan maupun penimbunan telah sesuai standar penimbunan maupun penyimpanan 3. Setiap bahan bangunan yang diterima telah memiliki surat bukti pengujian bahan yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang melakukan pengujian bahan dan telah disetujui pengawas pekerjaan. 4. Bilamana terdapat bukti bahan bangunan yang tidak memenuhi persyaratan, harus ada dokumen yang menyatakan penolakan dan perintah pengeluaran dari wilayah kerja kontraktor. 5. Dokumen yang menyatakan pengiriman bahan bangunan telah sesuai dengan jadwal dan volume yang telah disepakati dan telah diketahui pengawas pekerjaan. 6. Setiap keterlambatan pengiriman serta penyimpangan dalam penimbunan bahan bangunan telah diberikan teguran tertulis dari pengawas pekerjaan. 7. Pengkajian metode pelaksanaan atau pemasangan (untuk pekerjaan yang bersifat khusus harus ada dokumen metode pelaksanaan atau pemasangannya) 1. Dokumen metode pelaksanaan atau pemasangan telah disiapkan kontraktor dan setelah diperiksa disetujui pengawas pekerjaan. 2. Persetujuan pengawas diberikan untuk efektivitas dan efisiensi pelaksanaan 1) Penentuan rekayasa pelaksanaan atau pemasangan 2) Perhitungan dan pemilihan alat Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 24

71 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan CHECKLIST UNTUK PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI Bab/ Sub Bab Kegiatan yang diwajibkan Ada Tidak Catatan kerja dan tenaga manusia 3) Penetapan waktu yang dialokasikan harus cukup efisien 4) Urutan kegiatan atau flow chart kegiatan metode pelaksanaan harus tepat waktu 3. Dokumen yang menyatakan bahwa kontraktor telah melakukan penyesuaian atas koreksi dan petunjuk yang diberikan pengawas pekerjaan atau Pimpro dan setelah diperiksa kembali disetujui pengawas pekerjaan Pimpro. 8. Penempatan alat-alat kerja dan alat komunikasi (untuk proyek yang besar penempatan alat kerja ini beberapa lokasi) 1. Dokumen yang menyatakan usul rencana penggunaan alat kerja dan konstruksi dari kontraktor dan setelah diteliti dan diperiksa mendapat persetujuan dari pengawas pekerjaan. 2. Yang diteliti dan mendapat persetujuan pengawas adalah : 1) Rencana mobilisasi alat kerja dan konstruksi 2) Rencana penempatan alat kerja dan konstruksi 3) Jenis, jumlah dan kapasitas alat kerja yang direncanakan 4) Rencana lokasi bengkel pemeliharaan alat kerja 5) Jadwal penggunaan atau pengoperasian dan pemeliharaan alat kerja dan konstruksi 6) Gambar situasi penempatan dan bengkel alat kerja 3. Dokumen yang menyatakan bahwa rencana pengoperasian alat kerja dan konstruksi yang diusulkan telah sesuai dengan metode pelaksanaan pekerjaan yang disepakati. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 25

72 Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan CHECKLIST UNTUK PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI Bab/ Sub Bab Kegiatan yang diwajibkan Ada Tidak Catatan 4. Dokumen yang menyatakan teguran atau peringatan kepada kontraktor bilamana terdapat penyimpangan atau perubahan terhadap rencana yang telah disetujui. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 26

73 Modul RDE 03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Bab IV Skala, Legenda dan Site Plan Ilustrasi tata letak lapangan Untuk lebih memudahkan fungsi dan manfaat dari site plan ini dapat dilihat pada gambar berikut, contoh-contoh site plan dan penjelasannya. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV - 27

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

Peta Tematik. Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

Peta Tematik. Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Peta Tematik Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Pengertian Peta Tematik Peta tematik adalah peta yang menggambarkan suatu data yang mempunyaitema khusus dan ada kaitannya

Lebih terperinci

BAB VI GENERALISASI. Macam Generalisasi 1. Generalisasi Geometris 2. Generalisasi Konsep

BAB VI GENERALISASI. Macam Generalisasi 1. Generalisasi Geometris 2. Generalisasi Konsep BAB VI GENERALISASI Umum Generalisasi adalah pemilihan dan penyederhanaan dari penyajian unsur-unsur pada peta dan selalu hams berhubungan dengan skala dan tujuan dari peta itu sendiri. Semua peta disajikan

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN PELATIHAN STRUCTURE ENGINEER OF BRIDGE CONSTRUCTION PEKERJAAN (AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada

Lebih terperinci

BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA

BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA 1. Tata Letak Peta Tata letak suatu peta (Map lay out) merupakan pengaturan data spasial dari berbagai macam elemen yang disebut dengan PETA.

Lebih terperinci

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN Kuliah Minggu ke 2 Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta Sudarto Lab Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan OUTLINE 1 Pengertian Peta 2 Pemahaman dan Fungsi Peta

Lebih terperinci

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA .1 PETA TOPOGRAFI..2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA . Peta Topografi.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini,

Lebih terperinci

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya 5. Peta Topografi 5.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi rendahnya permukaan dari pandangan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA II. 1 Peta Multiguna (Multipurpose map) Peta multiguna secara sederhana didefinisikan sebagai peta yang yang bisa digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan.

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Juru Gambar Pekerjaan Jalan Dan Jembatan Kode Jabatan Kerja : INA. 521322109 / KON. ST. III Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu yang mempelajari pemetaan disebut a. Geomorfologi b. Kartografi c. Hidrologi d. Pedologi e. Oseanografi 2. Gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

Adipandang YUDONO

Adipandang YUDONO Pengenalan Kartografi Adipandang YUDONO 11 E-mail: adipandang@yahoo.com Outline Apa itu Kartografi? Peta Definisi Peta Hakekat Peta Syarat-syarat yang dikatakan peta Fungsi peta Klasifikasi peta Simbol-simbol

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI TEKNIK LALU LINTAS (TRAFFIC ENGINEER ) Kode Jabatan Kerja : INA.5211.113.07 Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

Home : tedyagungc.wordpress.com

Home : tedyagungc.wordpress.com Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik

Lebih terperinci

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara Pembuatan Peta merupakan gambaran permukaan bumi

Lebih terperinci

PETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2)

PETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2) Mata Kuliah : PEMETAAN DAN TATA RUANG LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT Kode MK : M10B.113 SKS : 3 (2-1) PETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2) OLEH SYAWALUDIN A. HRP, S.Pi., MSc. FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

MODUL RDE - 04: SURVEI PENENTUAN TRASE JALAN

MODUL RDE - 04: SURVEI PENENTUAN TRASE JALAN PELATIHAN ROAD DESIGN ENGINEER (AHLI TEKNIK DESAIN JALAN) MODUL RDE - 04: SURVEI PENENTUAN TRASE JALAN 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Klara Puspa Indrawati Tulisan mengenai batik sebagai sebuah produk geometri ini muncul dari ketertarikan saya terhadap keindahan pada detail. Dalam ilmu arsitektur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

TUGAS MANDIRI MINGGU KETIGA SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

TUGAS MANDIRI MINGGU KETIGA SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN Nama : Indah Sri Lestari NIM : 135040201111092 Kelas : M TUGAS MANDIRI MINGGU KETIGA SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN A. Resume materi. Tanah sebagai Obyek Survei Sifat tanah berubah dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA Lampiran 1 Ringkasan Materi RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA 1 Pengertian Intepretasi Citra Inteprtasi Citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : FOREMAN OF ASPHALT PAVEMENT Kode Jabatan Kerja : INA.5211.222.04 Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

MENGGAMBAR PERSPEKTIF

MENGGAMBAR PERSPEKTIF BAB III MENGGAMBAR PERSPEKTIF Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM Kompetensi Dasar : Menggambar Perspektif Materi Pembelajaran : Teknik menggambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM III - 1 BAB III 3.1 TINJAUAN UMUM Di dalam suatu pekerjaan konstruksi diperlukan suatu rancangan yang dimaksudkan untuk menentukan fungsi struktur secara tepat dan bentuk yang sesuai serta mempunyai fungsi

Lebih terperinci

3.2. TAHAP PERANCANGAN DESAIN

3.2. TAHAP PERANCANGAN DESAIN BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum pengumpulan dan pengolahan data, pada tahap ini disusun kegiatan yang harus dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM MODUL 1 PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM DASAR PEMETAAN Tehnik Pemetaan Manual OLEH : Syahrul Kurniawan Christanti Agustina JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MARET, 2010 I. TUJUAN

Lebih terperinci

MODUL SSLE 05 : INSTALASI DAYA

MODUL SSLE 05 : INSTALASI DAYA PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE) MODUL SSLE 05 : INSTALASI DAYA KENDALA DAN PROTEKSI 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN RANCANGAN TAPAK Gambar ini menunjukkan hubungan antara letak obyek bangunan dengan letak site pada lingkungan di sekitarnya. Acapkali dijumpai istilah

Lebih terperinci

Pemetaan. sumber.hayati.laut

Pemetaan. sumber.hayati.laut - Pemetaan. sumber.hayati.laut Abu Bakar Sambah Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya Malang Fungsi Peta a) menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desain Grafis Desain grafis terdiri dari dua buah kata yaitu desain dan grafis, desain merupakan proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Pelajaran

Ringkasan Materi Pelajaran Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan manusia dengan bumi Kompetensi Dasar 5.1 Menginterpretasi peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi 5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI DESAIN HIDRO MEKANIK (HYDRO MECHANICAL DESIGN ENGINEER) Kode Jabatan Kerja : INA. 5220.112.09 Kode Pelatihan :... DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

Materi : Bab II. KARTOGRAFI Pengajar : Ir. Yuwono, MS

Materi : Bab II. KARTOGRAFI Pengajar : Ir. Yuwono, MS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TEKNIS PENGUKURAN DAN PEMETAAN KOTA Surabaya, 9 24 Agustus 2004 Materi : Bab II. KARTOGRAFI Pengajar : Ir. Yuwono, MS FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil

Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil Silabus Pada kuliah ini diberikan pengertian mengenai berbagai sistem koordinat pemetaan, pemetaan topografi, pematokan jalur dan bangunan. Peta dan fungsi peta;

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik UNY Email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Kompetensi yang ingin dicapai Menyebutkan macam-macam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA 3.1 Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia Penyeleksian data untuk pemetaan Laut Teritorial dilakukan berdasarkan implementasi UNCLOS

Lebih terperinci

Session_02. Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) MATAKULIAH KARTOGRAFI

Session_02. Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) MATAKULIAH KARTOGRAFI MATAKULIAH KARTOGRAFI Disusun oleh : Ardiansyah, S.Si GIS & Remote Sensing Research Center Syiah Kuala University Session_02 Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) 1. Intisari Peta 2. Hakekat Peta 3. Syarat

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi, Lanjutan Modul 2 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Istilah persepsi sering disamakan

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 10 PENYERAHAN PEKERJAAN SELESAI

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 10 PENYERAHAN PEKERJAAN SELESAI PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 10 PENYERAHAN PEKERJAAN SELESAI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR Dalam desain, terdapat beberapa sistem tanda yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah desain komunikasi visual lingkungan, berupa Sign

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA Edisi : I Tahun 2003 KERJASAMA ANTARA DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAAN NASIONAL Cibogo, April 2003 MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA Oleh:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI START PERSIAPAN - - TELAAH PERMASALAHAN - - INVENTARISASI KEB. DATA PENGUMPULAN DATA AWAL PENGOLAHAN DATA ANALISA DATA & EVALUASI

BAB III METODOLOGI START PERSIAPAN - - TELAAH PERMASALAHAN - - INVENTARISASI KEB. DATA PENGUMPULAN DATA AWAL PENGOLAHAN DATA ANALISA DATA & EVALUASI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1. BAGAN ALIR PENYELESAIAN TUGAS AKHIR START PERSIAPAN - - TELAAH PERMASALAHAN - - INVENTARISASI KEB. DATA PENGUMPULAN DATA AWAL STUDI PUSTAKA PENGOLAHAN DATA DATA SEKUNDER

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA I. Citra Foto Udara Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG

BAB III TEORI PENUNJANG BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 Desain Grafis dalam Perancangan Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Desain

Lebih terperinci

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 2. Berikut ini ciri-ciri peta, kecuali... a. Berjudul c. bermata angin b. berskala d. bersampul

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : COST ESTIMATOR OF BRIDGE Kode Jabatan Kerja : Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan

Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan PETA SECARA UMUM Peta merupakan penyajian grafis obyek dipermukaan bumi sebagian maupun keseluruhan yang digambarkan pada suatu bidang datar, diskalakan

Lebih terperinci

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK TCE-06 DOKUMEN KONTRAK DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya Kompleks PU Pasar Jumat Tlp.

Lebih terperinci

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014 COVER Page 1 MODUL GEOGRAFI GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014 Wahyu Gilang Ramadan, S.Pd SMA BAKTI IDHATA, JAKARTA Jl. Melati, No. 25 Cilandak barat, Cilandak Jakarta Selatan 12260

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS, Integrasi GISdan Inderaja Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan ketrampilan untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

Lebih terperinci

Elemen Dasar. 1.4 x x. 1.0 x x. 3.4 x. 1.0 x x

Elemen Dasar. 1.4 x x. 1.0 x x. 3.4 x. 1.0 x x LogoGRAM Elemen Dasar LOGO PERBANAS INSTITUTE adalah simbol utama dalam identitas visual dan harus digunakan menyertai materi publikasi seperti brosur, kartu nama, suratmenyurat, situs web dan sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR i Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 3 1 Ruang lingkup... 4 2 Istilah dan definisi... 4 2.1 Istilah Teknis Perpetaan... 4 2.2 Istilah Tata Ruang... 5 3 Penyajian Muka

Lebih terperinci

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer HUMAN Manusia merasakan dunia nyata dengan menggunakan piranti yang lazim dikenal dengan panca indera -mata, telinga, hidung, lidah dan kulit- sehingga lewat komponen inilah kita dapat membuat model manusia

Lebih terperinci

BAB V PETA TEMATIK. 1. Umum

BAB V PETA TEMATIK. 1. Umum 1. Umum BAB V PETA TEMATIK Peta Tematik adalah suatu peta yang memperlihatkan infonmasi kualitatif dan atau kuantitatif pada unsur tertentu. Unsur-unsur tersebut ada hubungannya dengan detail topografi

Lebih terperinci

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH 1. Tata Guna Lahan 2. Identifikasi Menggunakan Foto Udara/ Citra Identifikasi penggunaan lahan menggunakan foto udara/ citra dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA

STANDAR LATIHAN KERJA 1 STANDAR KERJA (S L K) Keahlian Nama Jabatan : Pengawasan Jalan / Jembatan : Kepala Supervisi Pekerjaan Jalan/Jembatan (Chief Supervision Engineer of Roads/Bridges) Kode SKKNI : DEPARTEMEN PEMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik (2014), Indonesia memiliki 17.504 pulau dan luas daratan mencapai 1.910.931,32 km 2. Karena kondisi geografisnya yang

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

TCE-08 PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU

TCE-08 PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU TCE-08 PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya Kompleks

Lebih terperinci

BAB IV PETA TOPOGRAFI. 1. umum

BAB IV PETA TOPOGRAFI. 1. umum 1. umum BAB IV PETA TOPOGRAFI Peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur alam (asli) dan unsur-unsur buatan manusia di atas permukaan bumi. Unsur-unsur tersebut diusahakan untuk diperlihatkan

Lebih terperinci

Apa itu Rupa dasar?desain dasar?

Apa itu Rupa dasar?desain dasar? Rupadasar 2D Apa itu Rupa dasar?desain dasar? Ilmu yang mempelajari Nirmana Ilmu yang mengajarkan unsur elemen yang ada pada sebuah karya seni/desain. Ilmu yang mengorganisasi unsur atau elemen agar menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 18 menetapkan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV -104)

SURVEYING (CIV -104) SURVEYING (CIV -104) PERTEMUAN 15 : PERENCANAAN FOTO UDARA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Format foto udara BEDA FOTO UDARA DAN PETA STEREOSKOPIS

Lebih terperinci

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file PENGINDERAAN JAUH copyright@2007 --- anna s file Pengertian Penginderaan Jauh Beberapa ahli berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi inderaja

Lebih terperinci

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN O H T PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jl.

Lebih terperinci

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA

Lebih terperinci

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 02FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K 5410012 PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA

STANDAR LATIHAN KERJA SLK PELAKSANA PEKERJAAN JEMBATAN 1 STANDAR KERJA (S L K) Keahlian : Pelaksanaan Jembatan Nama Jabatan : Pelaksana Pekerjaan Jembatan (Bridge Construction Engineer) Kode SKKNI : DEPARTEMEN PEMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) Geologi Regional Kuliah lapangan Geologi dilakukan pada hari Sabtu, 24 November 2012 di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, yang terletak ±20 km di

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG I. LATAR BELAKANG Transportasi merupakan pendukung perekonomian suatu daerah. Tersedianya suatu jaringan dan sistem transportasi

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14 Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM Di dalam pembangunan suatu jalan diperlukan perencanaan yang dimaksudkan untuk merencanakan fungsi struktur secara tepat, dan bentuk bentuk yang sesuai serta mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan program study Diploma III Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado adalah mencetak tenaga kerja yang profesional. Untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 FAKTOR MANUSIA - PENGELIHATAN - PENDENGARAN - SENTUHAN. Interaksi Manusia dan Komputer Faktor Manusia 8

BAB 2 FAKTOR MANUSIA - PENGELIHATAN - PENDENGARAN - SENTUHAN. Interaksi Manusia dan Komputer Faktor Manusia 8 BAB 2 FAKTOR MANUSIA - PENGELIHATAN - PENDENGARAN - SENTUHAN Interaksi Manusia dan Komputer Faktor Manusia 8 BAB 2 FAKTOR MANUSIA PENDAHULUAN Sistem komputer terdiri atas 3 aspek, yaitu perangkat keras

Lebih terperinci

TEORI ARSITEKTUR 1 CIRI VISUAL BENTUK. dosen penanggung jawab: Hamdil Khaliesh, ST.

TEORI ARSITEKTUR 1 CIRI VISUAL BENTUK. dosen penanggung jawab: Hamdil Khaliesh, ST. TEORI ARSITEKTUR 1 CIRI VISUAL BENTUK DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS TANJUNGPURA FAKULTAS TEKNIK PRODI ARSITEKTUR JL. Ahmad Yani Pontianak 78124 telp. (0561) 740186. 736439 kotak pos 1049 dosen

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA PERPETAAN - 2 KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan Extra

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI (Route Location)

PENENTUAN LOKASI (Route Location) PENENTUAN LOKASI (Route Location) Penentuan lokasi jalan merupakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang dilakukan setelah tahapan perencanaan (planning) dan sebelum tahap perancangan (design) suatu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun: Nara Sumber : Sukendra Martha. Editor : Diah Kirana Kresnawati Agus Hermawan Atmadilaga

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun: Nara Sumber : Sukendra Martha. Editor : Diah Kirana Kresnawati Agus Hermawan Atmadilaga KATA PENGANTAR Panduan Membaca Peta Rupabumi Indonesia merupakan panduan untuk membaca salah satu produk BAKOSURTANAL yaitu Peta Rupabumi Indonesia yang disingkat RBI. Peta RBI sangat penting karena berisikan

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA

PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA MODUL ONLINE 18.6 INTERPRETASI KENAMPAKAN BUDAYA PADA PETA PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1 A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Tata Cara Penulisan Laporan Praktikum

Tata Cara Penulisan Laporan Praktikum Tata Cara Penulisan Laporan Praktikum 1) Bahan dan Ukuran Bahan dan ukuran mencakup naskah, ukuran dan sampul. a. Naskah dibuat di atas kertas HVS 70 gram dan tidak bolak-balik b. Ukuran naskah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan

Lebih terperinci

Definisi, Tujuan, dan Manfaat Desain Grafis

Definisi, Tujuan, dan Manfaat Desain Grafis Definisi, Tujuan, dan Manfaat Desain Grafis 1. Definisi Desain Grafis Desain grafis dapat diartikan sebagai media penyampaian informasi kepada yang membutuhkan (masyarakat) yang disampaikan dalam bentuk

Lebih terperinci

TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY

TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY D://Vero/Juta/Akademik/Bahankulia h/peranc.kota Teori Perancangan Kota (Urban Design) ( Roger Trancik ) TEORI PERANCANGAN KOTA 1. Teori Figure Ground 2. Teori

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Sistem Informasi Geografis Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 5 Cara Memperoleh Data / Informasi Geografis 1. Survei lapangan Pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air), pengumpulan

Lebih terperinci