BAB II KONSEP DASAR. tertentu ( Smeltzer, C. Suzanne, 2001 ).
|
|
- Vera Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secaa hiperaktif terhadap stimuli tertentu ( Smeltzer, C. Suzanne, 2001 ). Asma adalah penyakit paru-paru kronis, asma ditandai dengan mengi (wheezing ), batuk dan rasa sesak di dada yang timbul secara episodic atau kronis akibat bronkokonstriksi ( Ganong, MD dan William F, 2008 ). Asma adalah penyakit dengan cirri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan ( Muttaqin, 2008). Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik ( kontraksi spasme pada saluran nafas ). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi ( Somantri Irman, 2008 ). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversible, ditandai dengan adanya penyempitan jalan nafas. 5
2 B. Anatomi fisiologi Gambar 2.1. Anatomi keadaan normal dan asmathic pada bronkial ( sumber : Syaifuddin, 2009 ) Gambar 2.2 Anatomi pernafasan ( Sumber : Syaifuddin, 2009 ) 6
3 Menurut Syaifuddin, (2009) anatomi dan fisiologi pernafasan sistem pernafasan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Anatomi sistem pernafasan a. Hidung Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu yang masuk ke dalam hidung ( Syaifuddin,2009) b. Sinus paranasalis Sinus paranasalis rongga dalam tengkorak yang terletak di dekat hidung dan mata.terdapat empat sinus yaitu: sinus frontalis, etmoidalis, sfenoidalis, dan maksilaris ( Brunner and Suddarth, 2001) c. Faring Faring atau tenggorok adalah rongga yang menghubungkan antara hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi dalam tiga area,yaitu nasofaring,orofaring dan hipofaring ( Brunner and Suddarth, 2001) d. Laring Merupakan unit organ terakhir pada jalan nafas atas. Laring juga disebut kotak suara karena pita suara terdapat di sini. Terdapat juga kartilago tiroid yang merupakan kartilago terbesar pada faring (Syaifuddin,2009) 7
4 e. Trakea Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang berbulu getar yang disebut sel bersilia (Syaifuddin, 2009 ) f. Bronkus Bronkus merupakan lanjutan dari trakea terletak pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V. bronkus mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan terletak mengarah ke paru-paru ( Syaifuddin, 2009 ). 2. Fisiologi sistem pernapasan Bernafas adalah proses keluar masuknya udara ke dalam dan keluar paru. Proseses bernafas diawali dengan memasukan udara ke dalam rongga paru untuk kemudian diedarkan ke dalam sirkulasi serta pengeluaran zat sisa (CO2) dari sirkulasi menuju keluar tubuh melalui paru. a. Ventilasi Ventilasi adalah proses pergerakan udara masuk dan keluar paru.ventilasi terdiri dari dua tahap yaitu,inspirasi dan ekspirasi 8
5 b. Difusi gas Difusi adalah proses ketika terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada tempat pertemuan udarah darah. c. Tranportasi gas Bagian ketiga dari proses pernapasan adalah transportasi gas ( oksigen dan karbon dioksida ) dari paru menuju ke sirkulasi tubuh ( Syaifuddin, 2009 ). C. Etiologi Menurut Heru Sundaru, (2002) ada beberapa hal yang merupakan penyebab dari asma bronchial yaitu : 1. Alergen Allergen merupakan factor pencetus asma yang sering di jumpai pada penderita asma. Debu rumah, tengau debu rumah, apora jamur, serpih kulit kucing, anjing dan sebagainya yang dapat menimbulkan serangan asma pada penderita yang peka. 2. Infeksi saluran pernafasan Infeksi saluran pernafasan merupakan salah satu pencetus yang paling sering menimbulkan asma. Bebagai macam virus, seperti virus influenza sangat sering di jumpai pada penderita yang sedang mendapat serangan asma. 9
6 3. Tekanan jiwa Tekanan jiwa selain dapat mencetuskan asma, juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Selain gejala asma yang timbul harus segera diobati, penderita asma yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. 4. Olahraga/kegiatan jasmani Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika melakukan olahraga yang cukup berat. Penyelidikan menunjukkan bahwa macam, lama dan beratnya oalhraga menentukan timbulnya asma. 5. Obat-obatan Obat-obatan juga dapat mencetuskan serangan asma. Yang tersering yaitu obat-obat yang termasuk golongan penyekat reseptor-beta atau lebih popular dengan nama beta blocker. 6. Polusi udara Pada penderita asma sangat peka terhadap debu, asap yang tidak terkendali seperti asap yang mengandung hasil pembakaran yang berupa sulfur dioksida dan oksida fotokemikal. D. Klasifikasi asma Menurut Brunner dan Suddarth, (2001) berdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : 10
7 1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. 2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa pernafasan dan emosi. 3. Asthma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergi E. Patofisiologi Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau dua lebih dari yang berikut ini yaitu kontrkasi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan nafas, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian bronki dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronki dan kelenjar mukus membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Antibodi yang dihasilakn ( IgE ) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap 11
8 antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast ( disebut mediator ) seperti hisatamin, bradikinin dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang beraksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru memepengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang banyak. Pada asma nonalergi ketka ujung saraf pada jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, udara dingin, emosi dan polutan, jumlah asetikolin yang dilepaskan meningkat. Selain itu, reseptor a dan B- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor a-adrenergik dirangsang, terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor B-adrenergik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor a-adrenergik dan B-adrenergik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofasfat ( camp ). Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan camp, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta mengakibatkan peningkatan camp, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan B-adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiwi dan kontriksi otot polos ( Smeltzer dan Bare, 2001 ) F. Manifestasi Klinik 12
9 Menurut Irman Somantri, (2008) gejala asma terdiri dari triad yaitu dispne, batuk dan mengi ( bengek atau sesak nafas ). Gejala sesak nafas sering dianggap gejala yang harus ada. Hal tersebut berarti jika penderita menganggap penyakitnya adalah asma namun tidak mengeluhkan sesak nafas, maka perawat harus yakin bahwa pasien bukan penderita asma. Gambaran klinis pasien yang menderita asma : 1. Gambaran obyektif adalah kondisi pasien dalam keadaan : a. Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing b. Dapat diserati batuk dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan c. Bernafas dengan otot-otot nafas tambahan d. Sianosis, takikardi, gelisah 2. Gambaran suyektif adalah pasien mengeluhkan sesak, sukar bernafas dan anoreksia 3. Gambaran psikososial adalah cemas, takut, mudah tersinggung dan kurangnya pengetahuan pasien terhadap situasi penyakitnya G. PENATALAKSANAAN Menurut Brunner dan Bare, (2001) dalam penatalaksanaan medis terdapat lima pengobatan yang digunakan dalam menobati asma yaitu : 1. Agonis beta Agonis beta ( agen B-adrenergik ) adalah medikasi awal yang digunakan dalm mengobati asma karena agen ini medilatasi otot-otot polos bronkial. Agen adrenergik juga meningkatkan gerakan siliaris, 13
10 menurunkan mediator kimiawi anafilaktik dan dapat menguatkan efek bronkodilatasi dan kortikosteroid. Agens adrenergik yang paling umum digunakan adalah epinefrin, albuterol, metaproterol, isoproterol dan terbutalin. Obat-obat tersebut biasanya diberikan secara [arenteral atau melalui inhalasi. 2. Metilsantin Metilsantin seperti aminofilin dan teofilin, digunakan karena mempunyai efek bronkodilatasi. Agen ini merileksasikan otot-otot polos bronkus, meningkatkan gerakan mukus pada jalan nafas, dan meningkatkan konstraksi diafragma. Aminofilin diberikan secara intravena, teofilin diberikan secara peroral. Metilsantin tidak digunakan dalam serangan akut karena awitannya lebih lambat dibanding agonis beta. Jika obat ini diberikan terlalu cepat akan terjadi takikardi. 3. Antikolinergik Antikolinergik seperti atropin tidak pernah dalam riwayatnya untuk pengobatan rutin asma karena efek samping sistemiknya, seperti kekeringan pada mulut, penglihatan kabur, palpitasi, sering kencing. Agens ini diberikan secara inhalasi. 4. Kortikosteroid Obat ini penting dalam pengobatan asma. Medikasi ini mungkin diberikan secara intravena ( hidrokortison ), secara oral ( prednison, predhnisolon ), atau melalui inhalasi ( beklometason dexamethason ). Kortikosteroid yang di hirup mungkin efektif dalam mengobati pasien 14
11 asma tergantung steroid. Keuntungan urama dalam pemberian ini adalah mengurangi efek kortikosteroid pada sitem tubuh lainnya. Iritasi tenggorokan, batuk, mulut kering, suara parau dan infeksi jamur pada mulut. 5. Inhibilator sel mast Natrium kromolin, suatu inhibilator sel mast adalah bagian integral dari pengobatan asma. Medikasi ini di berikan secara inhalasi. Medikasi ini mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik, dengan demikian mengakibatkan bronkodilatasi dan penurunan inflamasi jalan nafas ( Brunner and Bare, 2001 ). H. KOMPLIKASI Menurut Sundaru dan Sukanto, (2006) ada beberapa komplikasi yang timbul pada penyakit asma bronchiale, antara lain : 1. Pneumothoraks 2. Pneumodiastinum 3. Atelektasis 4. Asperigilosis bronkopulmoner alergik 5. Gagal nafas 6. Bronkitis 7. Fraktur iga 15
12 I. PENGKAJIAN FOKUS 1. Pengkajian Menurut Marilynn E. Doengoes, (1999) pengkajian pada pasien asma meliputi : a. Aktivitas/ istirahat Gejala : keletihan, kelelahan, malaise Tanda : keletihan, gelisah, insomnia b. Sirkulasi Gejala : pembengkakan pada extremitas bawah Tanda : peningkatan TD, takikardi, pucat c. Integritas ego Gejala : peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup Tanda : ansietas, ketakutan d. Makanan/cairan Gejala : mual/muntah, anoreksia, penurunan BB Tanda : turgor kulit jelek, berkeringat e. Pernafasan 16
13 Gejala : nafas pendek, ketidakmampuan bernafas, batuk disertai sputum Tanda : fase ekspirasi memanjang, penggunaan otot bantu pernafasan f. Keamanan Gejala : riwayat reaksi alergi, kemerahan, berkeringat g. Interaksi sosial Gejala : hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung Tanda : keterbatasan mobilitas fisik 2. Pemeriksaan penunjang ( Sundaru, 2006 ) a. Pemeriksaan spinometri. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma. b. Pemeriksan tes kulit. Untuk menunjukan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh. c. Radiologi Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain lain. d. Scanning paru 17
14 Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi uada selama serangan asma tidak menyeluruh pada paruparu. e. Elektrokardiografi Gambaran elektrografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi tiga bagian, disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu : 1) Perubahan aksis jantug yaitu pada umumnya terjadi right axis defiasi dan clock wicerotation. 2) Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yaitu terdapatnya RBB ( right bundle branch block ). 3) Tanda-tanda hipoksemia yaitu terdapatnya sinus takukardi, SVES dan VES atau terjadiya depresi sekmen ST negatif. 3. Laboratorium. a. Analisa gas darah. Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis respiratorik b. Sputum. Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel sel epitel dari perlekatannya. Peawarnaan gram penting untuk 18
15 melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotic c. Sel eosinofil Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai /mm 3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara /mm 3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat. J. PATHWAY J. PATHWATS Faktor pencetus serangan (Faktor intrinsik dan ekstrinsik) Reaksi antigen dan anti body ( IgE ) Peningkatan sel mast Pada trakeobronkhial Pelepasan mediator kimiawi ( histamine, bradikinin, dan anafilatoksin ) Respon dinding bronkus Bronkospasme Sesak nafas ( wheezing ) Gangguan Pola nafas Kekurangan O2 ( hipoksemia) Gelisah Edema mukosa Sumbatan mukus Obstruksi saluran nafas Hipoventilasi Keruasakan pertukaran gas Batuk berlebihan Hipersekresi mukosa Produksi mucus bertambah Batuk tidak efektif Bersihan jalan nafas tidak efektiv Cemas Bernafas melalui mulut Gelisah 19
16 K. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi berlebih 2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan bronkospasme 3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen 4. Resiko infeksi berhubungan dengan batuk tidak efektif 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebihan 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen 7. Cemas berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan 8. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit L. INTERVENSI KEPERAWATAN 20
17 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi berlebih Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam jalan nafas efektif Kriteria hasil : - sesak berkurang - batuk berkurang - klien dapat mengeluarkan sputum - TTV dalam keadaan normal Intervensi : a. Kaji status pernafasan setiap 4 jam Rasional : dengan adanya bronkospasme maka akan timbul bunyi nafas yang abnormal, frekuensi nadi meningkat, pernafasan cepat dan dangkal b. Observasi tanda-tanda vital Rasional : untuk mengetahui tanda-tanda hipoksia seperti takikardi c. Berikan posisi yang nyaman dengan posisi semi fowler Rasional : dengan posisi kepala lebih tinggi akan memepermudah fungsi pernafasan d. Anjurkan pasien untuk melakukan nafas dalam Rasional : meningkatkan status oksigenasi 21
18 e. Jaga populasi ruangan seminim mungkin Rasional : populasi ruangan merupakan salah satu pencetus alergi pernafasan 2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan bronkospasme Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam pola nafas kembali efektif Kriteria hasil : - pola nafas efektif, - bunyi nafas normal, - batuk berkurang Intervensi : a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan berfariasi tergantung derajat gagal nafas. b. Auskultasi bunyi nafas Rasional : ronchi dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi Rasional : memudahkan dalam ekspansi paru dan pernafasan 22
19 d. Kolaborasi pemberian oksigen dan humidifikasi tambahan seperti nebulizer Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas 3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat Kriteria hasil : - frekuensi nafas normal - warna kulit normal - tidak ada dispenea Intervensi : a. Observasi status pernafasan tiap 4 jam Rasional : untuk mengidentifikasikan indikasi kearah kemajuan atau penyimpangan dari hasil klien b. Berikan posisi semi fowler Rasional : posisi ini memungkinkan expansi paru lebih baik c. Berikan oksigen melalui nasal kanul 4lt/menit selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2 Rasional : pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot pernafasan d. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi 23
20 Rasional : pengobatan di berikan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti kondisi sebelumnya 4. Resiko infeksi berhubungan dengan batuk yang tidak efektif Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam klien tidak mengalami infeksi nosokomial Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi -mukosa mulut lembab - batuk berkurang Intervensi : a. Monitor tanda-tanda infeksi tiap 4 jam Rasional : adanya rubor, tumor, kolor, dolor merupakan tandatanda infeksi b. Inspeksi dan catat warna, kekentalan dan jumlah sputum Rasional : sputum merupakan media berkembangnya kuman c. Berikan nutrisi yang adekuat Rasional : nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh d. Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi 24
21 Rasional : antibiotic dapat mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebihan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola tidur terpenuhi 6-8jam/hari Kriteria hasil : -pola tidur 6-8jam /hari -tidur tidak terbangun lagi karena batuk Intervensi : a. Kaji pola tidur setiap hari Rasional : mengetahui perubahan pola tidur yang terjadi b. Beri posisi yang nyaman Rasional : memudahkan dalam istirahat tidur c. Rapikan tempat tidur Rasional : agar pasien dapat tidur nyenyak e. Berikan lingkungan yang nyaman Rasional : menciptakan suasana yang tenang 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan : setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 3x24 jam aktivitas normal 25
22 Kriteria hasil : -pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas -pasien dapat memenuhi ADL secara mandiri Intervensi : a. Kaji tingkat kemampuan aktivitas Rasional : mengetahui tingkat aktivitas pasien b. Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien Rasional : membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan c. Tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi Rasional : membantu pasien untuk memenuhi ADL secara mandiri d. Jelaskan pentingnya istirahat dan aktivitas dalam proses penyembuhan Rasional : menambah pengetahuan pasien dan keluarga 7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kecemasan pasien berkurang Kriteria hasil : - pasien terlihat tenang, - cemas berkurang - expresi wajah tenang. 26
23 Intervensi : a. Kaji tingkat kecemasan pasien Rasional : mengetahui skala kecemasan pasien b. Berikan pengetahuan tentang penyakit yang di derita Rasional : mnambah tingkat pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan c. Beri support pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : ungkapan perasaan dapat mengurangi kecemasan d. Ajarkan tehnik nafas dalam pada pasien Rasional : mengurangi rasa cemas 8. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pengetahuan klien tentang penyakit yang di derita bisa bertambah. Kriteria hasil : - kecemasan berkurang - pengetahuan bertambah - klien paham dengan penyakit yang di derita Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit yang di derita 27
24 Rasional : untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari klien tentang penyakitnya b. Jelaskan pada klien tentang penyakit yang di derita Rasional : mengurangi kecemasan pada klien c. Ajarkan tehnik cara penggunaan obat inhalasi Rasional : menambah pengetahuan tentang cara mengatasi penyakit yang di derita d. Jelaskan pada klien tentang efek samping dari obat yang di berikan Rasional : menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan yang di berikan 28
Asma sering diartikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan.
A S M A DEFINISI Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulun tertentu. Asma dimanifestasikan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,
Lebih terperinciASMA BRONKHIAL. inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar
ASMA BRONKHIAL A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Pengertian Asma atau RAD (Reactive Air-way Disease) adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL Konsep Medik : A. Pengertian Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan ketangkasan dalam berusaha atau kegairahan (Alwi, 2003).
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Aktivitas adalah keaktifan atau kegiatan berupa usaha, pekerjaan, kekuatan dan ketangkasan dalam berusaha atau kegairahan (Alwi, 2003). Aktivitas yang dimaksudkan di
Lebih terperinciBAB I LAPORAN PENDAHULUAN
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. DEFINISI PENYAKIT Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. Asma
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian penyakit asma akhir-akhir ini mengalami peningkatan dan relatif sangat tinggi dengan banyaknya morbiditas dan mortalitas. WHO memperkirakan 100-150 juta
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASTHMA ATTACK
LAPORAN PENDAHULUAN ASTHMA ATTACK A. PENGERTIAN Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast, eosinofil, dan limfosit-t
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) A. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik dengan karakteristik
Lebih terperinciBronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Asma bronkiale adalah penyakit jalan napas abstruktif intermitten
BAB II TINJAUAN TEORI A. DEFINISI Asma bronkiale adalah penyakit jalan napas abstruktif intermitten reversibel di mana trakhea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu. (Brunner
Lebih terperinciPATOGENESIS PENYAKIT ASMA
PATOGENESIS PENYAKIT ASMA Pendekatan terapi yang rasional terhadap penyakit asma adalah tergantung dari pengetahuan mengenai patogenesis penyakit asma Asma adalah penyakit yang diperantarai oleh ikatan
Lebih terperinci5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan
5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
Lebih terperinciFARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM
FARMAKOTERAPI ASMA H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM Pendahuluan Etiologi: asma ekstrinsik diinduksi alergi asma intrinsik Patofisiologi: Bronkokontriksi akut Hipersekresi mukus yang tebal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran
Lebih terperinciC. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan
Lebih terperincikekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit
Lebih terperinciD. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui. Malacia
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT
PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT Faisal Yunus Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan Jakarta PENDAHULUAN Asma penyakit kronik saluran napas Penyempitan saluran napas
Lebih terperinciPrevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.
L/O/G/O Buku pedoman ASMA DEFINISI : Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.Boalemo 11,0% Riskesdas
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE
1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE KONSEP TEORI A. Definisi Asma bronkial merupakan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas
Lebih terperinciSMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONCHIALE DI BANGSAL BOUGENVILLE III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONCHIALE DI BANGSAL BOUGENVILLE III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciOrgan yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru
Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini asma semakin berkembang menjadi penyakit pembunuh bagi masyarakat di dunia, selain penyakit jantung. Serangan yang terjadi akibat asma menjadi momok
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk
BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien asma di ruang IGD Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal
Lebih terperinci- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
LP Asma Bronkial LP ASMA BRONKIAL 1. Pengartian Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang
27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care
Lebih terperinciPertukaran gas antara sel dengan lingkungannya
Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL
PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN Oleh: DARU KUMORO CIPTO JATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL 1. PENGARTIAN Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran
Lebih terperinci5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea
1. Terjadinya inspirasi pada proses pernapasan manusia adalah karena diafragma.... a. melengkung, tulang rusuk dan dada terangkat b. melengkung, tulang rusuk dan dada turun c. mendatar, tulang rusuk dan
Lebih terperinciSISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Pernapasan manusia meliputi proses inspirasi dan ekspirasi Inspirasi : pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat pernapasan Ekspirasi :pengeluaran udara pernapasan
Lebih terperinciBAB II TUJUAN TEORITIS. sesak dan batuk, terutama pada malam hari atau pagi hari (Wong, 2003).
BAB II TUJUAN TEORITIS 2.1. ASMA 2.1.1 Defenisi Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan nafas tempat banyak sel (sel mast, eosinofil, dan limfosit T) memegang peranan. Pada anak yang rentan, inflamasi
Lebih terperinciM.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.
Triya Damayanti M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, 2000. Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Ph.D. :Tohoku University, Japan, 2011. Current Position: - Academic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Asma merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat, asma
Lebih terperinciINSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )
1 INSUFISIENSI PERNAFASAN Ikbal Gentar Alam (131320090001) Pendahuluan 2 Diagnosa dan pengobatan dari penyakit penyakit respirasi tergantung pada prinsip dasar respirasi dan pertukaran gas. Penyakit penyakit
Lebih terperinciAnatomi dan Fisiologi saluran pernafasan. 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1
Anatomi dan Fisiologi saluran pernafasan 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Anatomi Sistem Pernafasan Manusia 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 2 Sistem pernafasan atas 1/9/2009 Zullies
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. A. Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia sangat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Penyakit asma menjadi masalah yang sangat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asma 2.1.1. Pengertian Asma Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan peningkatan
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG Pendahuluan asma merupakan proses inflamasi kronik dimana yang berperan adalah sel-sel inflamasi maupun struktural dari bronkus GINA 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang
Lebih terperinciSuradi, Dian Utami W, Jatu Aviani
KEDARURATAN ASMA DAN PPOK Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta WORKSHOP PIR 2017 PENDAHULUAN PPOK --> penyebab utama mortalitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asma Bronkhiale 1. Definisi Asma bronkiale adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
Lebih terperinciSistem Pernafasan Manusia
Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi atau Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.pengetahuan
Lebih terperinciPATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh kainnya, termasuk meningitis, ginjal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
Lebih terperinciPENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan
PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asma 2.1.1. Definisi Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi sehingga menimbulkan gejala yang berhubungan dengan luas inflamasi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Asthma berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Asma Bronkial Kata Asthma berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah atau sukar bernapas. Menurut United States National Tuberculosis Association 1967,
Lebih terperincimekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.
B. HIPERKAPNIA Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO 2 yang diproduksi
Lebih terperinciVENTRIKEL SEPTAL DEFECT
VENTRIKEL SEPTAL DEFECT 1. Defenisi Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan 2. Patofisiologi Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma telah di kenal sejak ribuan tahun lalu, para ahli mendefinisikan bahwa asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang memberikan gejalagejala batuk,
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :
STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Kelainan Paru akibat Paparan Uap/Gas BBM Secara fisiologis sebelum masuk ke paru udara inspirasi sudah dibersihkan dari partikel debu dan asap yang memiliki diameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma
bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan penyakit saluran pernafasan kronik yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab 17,2% kematian di dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 5,1%, infeksi pernapasan bawah
Lebih terperinciFarmakoterapi Sistem Pencernaan dan. Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt. Dr. Agung Endro Nugroho, MSi, Apt. PENGANTAR
Farmakoterapi Sistem Pencernaan dan Pernafasan Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt. Dr. Agung Endro Nugroho, MSi, Apt. PENGANTAR Tujuan Manfaat Mata kuliah terkait Pokok bahasan Pustaka acuan pokok Sistem Pembelajaran
Lebih terperinciKELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih
PERTUSIS KELOMPOK III Amalia Putri Azizah Ayu Nila Sari Asri Nurul Falah Euis Oktaviani P Fitrah Rahmah Mariyatul Qibtiyah Rizqa A. M Selly M.P Susan Eka Putri Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronchopneumonia merupakan penyakit saluran nafas bagian bawah yang biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai dengan gejala awal
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Rumah sakit paru dr. Ario Wirawan beralamat di jalan Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK mentri kesehatan RI.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Bronchiolitis Bronchiolitis adalah suatu peradangan pada bronchiolus yang disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan adanya edema atau pembengkakan
Lebih terperinci. Konsep Dasar Asthma Bronkial Untuk menambah pemahaman tentang konsep asthma bronchial, berikut ini akan di bahas tentang pengertian, etiologi,
. Konsep Dasar Asthma Bronkial Untuk menambah pemahaman tentang konsep asthma bronchial, berikut ini akan di bahas tentang pengertian, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada
Lebih terperinci2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma
2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma penatalaksanaan asma terbaru menilai secara cepat apakah asma tersebut terkontrol, terkontrol sebagian
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang. Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas
Lebih terperinciASIDOSIS RESPIRATORIK
ASIDOSIS RESPIRATORIK A. PENGERTIAN. Asidosis Respiratorik (Kelebihan Asam Karbonat). 1. Asidosis Respiratorik adalah gangguan klinis dimana PH kurang dari 7,35 dan tekanan parsial karbondioksida arteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asma merupakan penyakit peradangan saluran nafas yang kronik. Penyebab pasti dari asma belum diketahui, namun asma hampir selalu berasosiasi dengan reaksi
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA Konsep Medik : 1. Pengertian Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada paru-paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi. 2. Tanda dan Gejala 1. Secara khas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan adanya trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba memerlukan tatalaksana segera dan kemungkinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis dapat bersifat acute maupun chronic ( Manurung, 2008). Bronchitis adalah suatu peradangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dispnea, batuk dan mengi (Burnner and Sudarth's, 2000). keadaan normal (Price and Willson, 1995)
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asma adalah Penyakit obstruksi jalan nafas yang dapat pulih dan intermiten, yang ditandai oleh penyempitan jalan nafas, mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi (Burnner
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN ASMA MASA KINI
PENATALAKSANAAN ASMA MASA KINI Dr. Taufik SpP(K) Bagian Pulmonologi FKUA/RSUP Dr.M.Djamil Padang PENDAHULUAN Asma merupakan penyakit saluran nafas yang menjadi masalah kesehatan global saat ini. Kekerapannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi Rinitis Alergi (RA) menurut ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) merupakan reaksi inflamasi pada mukosa hidung akibat reaksi hipersensitivitas
Lebih terperinciBatuk pada Anak. Divisi Respirologi Dept. Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RS.H.Adam Malik, Medan
Batuk pada Anak Divisi Respirologi Dept. Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RS.H.Adam Malik, Medan -Kedengaran -Mengganggu tidur -Mengganggu aktifitas -Membuat cemas + iklan obat batuk Perang..! 2 Lawan... 3 Batuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai dengan sulit bernafas terjadi saat saluran pernafasan memberikan respon yang berlebihan dengan cara menyempit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Respirasi merupakan proses
Lebih terperinci- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA
- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp4nafas Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN
BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Bronkitis adalah suatu penyakit yand ditandai oleh adanya inflamasi bronkus (Ngastiyah, 2003). Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat
Lebih terperinci