RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..."

Transkripsi

1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i BAB I : PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan BAB II : VISI, MISI, NILAI DAN TUJUAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Faktor Strategis Kementerian Hukum dan HAM Strategi Kementerian Hukum dan HAM Visi Kementerian Hukum dan HAM Misi Kementerian Hukum dan HAM Nilai dan Tujuan Kementerian Hukum dan HAM Sasaran Strategis Kementerian Hukum dan HAM BAB III : ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Hukum dan HAM Kerangka Regulasi Kerangka Kelembagaan BAB IV : TARGET KINERJADAN KERANGKA PENDANAAN Target Kinerja Kerangka Pendanaan BAB V : PENUTUP LAMPIRAN Lampiran 1 Matriks Kinerja dan Pendanaan Kementerian Hukum dan HAM Penjelasan Makna Tata Nilai (Core Value) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia i R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum Renstra Kementerian Hukum dan HAM tahun ini adalah penjabaran RPJMN ke-3 yang ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.dalam mendukung prioritas Presiden program dan kegiatan Kementerian/Lembaga ditujukan untuk menciptakan supremasi hukum; memberdayakan masyarakat untuk sadar hukum dan hak asasi manusia; memperkuat manajemen dan kelembagaan secara nasional; dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Program dan kegiatan tersebut dijadikan kerangka dasar dan arah pelaksanaan kebijakan dan kegiatan prioritas pembangunan di Kementerian Hukum dan HAM. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah salah satu Kementerian yang mempunyai peran sangat strategis antara lain sebagai: 1. Satu-satunya Kementerian yang memegang fungsi utama penyusunan dokumen perencanaan pembentukan peraturan perundangundangan di lingkungan Pemerintah dan melaksanakan penyelarasan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang; 2. Penanggung jawab dalam perumusan dan pelaksana kebijakan serta standarisasi teknis di bidang Peraturan Perundangundangan; 3. Penanggung jawab dalam perumusan dan pelaksana kebijakan dan standarisasi teknis dibidang pemasyarakatan; 4. Penjaga pintu gerbang terdepan negara melalui fungsi keimigrasian terkait penegakan hukum terhadap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara; 5. Penanggung jawab dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang administrasi hukum umum; 6. Penanggungjawab dalam perumusan dan pelaksana kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kekayaan intelektual; 7. Penanggungjawab dalam merumuskan pemajuan HAM agar aparatur pemerintah dapat menerapkan norma dan standar HAM dengan melibatkan peran dan partisipasi masyarakat; 8. Penanggungjawab pelaksanaan bantuan hukum kepada orang atau kelompok masyarakat miskin. Sebelum menguraikan perencanaan strategis tahun , terlebih dahulu diuraikan capaian Kementerian Hukum dan HAM dalam kurun waktu Capaian ini sekaligus menjadi prespektif bagi penyusunan renstra tahun , banyak hal 1 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

3 yang telah dilakukan oleh kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam usaha mengartikulasikan dan menterjemahkan seluruh amanat ke dalam sasaran program dan kegiatan pada masing-masing bidang yang dapat dilihat dalam uraian berikut; a. Sekretariat Jenderal Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sesuai dengan tugas dimaksud, capaian kinerja Sekretariat Jenderal antara lain : 1) Diterimanya 470 CPNS dari 1000 formasi (sedang mengajukan afirmasi khusus Papua dan Papua Barat. 2) Pembayaran tunjangan Kinerja Pegawai di Kementerian Hukum dan HAM di Seluruh Indonesia. 3) Dokumen ORTA Kantor Wilayah (Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor 28 tahun 2014, tanggal 17 Oktober 2014 tentang ORTA Kanwil) 4) Terbentuknya 9 (Sembilan) Lembaga Pemasyarakatan (Telah terbit Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-06.OT.01.01, Tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pembentukan 9 Lapas Klas III) 5) Terbentuknya 4 (empat) Rumah Tahanan Negara (Telah terbit Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-07.OT.01.02, Tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pembentukan Rutan Klas IIB) 6) Perubahan Nomenklatur Kanim Kotabaru menjadi Kanim Batulicin (Telah terbit Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-05.OT tanggal 3 Juli 2014 tentang Perubahan Nomenklatur Kanim Kotabaru menjadi Kanim Batulicin) 7) Pelayanan ketatausahaan Kementerian yang memenuhi standar pelayanan prima dalam ketatausahaan antara lain terlaksananya sistem persuratan elektronik SiMaya di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM yang tujuannya untuk mempermudah pelaksanaan penyampaian surat atau dokumen secara elektronik, penyempurnaan tata naskah dinas Kemenkumham. 8) Pembinaan mental kesehatan dan kesejahteran pegawai yang memenuhi standar pelayanan prima antara lain Peningkatan Pemahaman Pegawai terhadap nilainilai agama, terbentuknya karakter keteladanan pegawai, terlaksananya 2 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

4 pelayanan kesehatan pegawai untuk meningkatkan kesehatan jasmani dalam mendukung produktifitas kinerja pegawai. b. Direktorat Jenderal Perundang-Undangan Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Kementerian Hukum dan HAM memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam setiap proses penyusunan mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan/penetapan, dan pengundangannya. Peran strategis tersebut dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang- Undangan yang tertuang dalam program pembentukan hukum, baik yang dilaksanakan di tingkat pusat maupun daerah (fasilitasi pembentukan produk hukum di daerah). Secara garis besar capaian prioritas program pembentukan hukum yang sudah dihasilkan pada kurun waktu , antara lain: 1. Kegiatan Perancangan Peraturan Perundang-Undangan Program dan kegiatan perancangan peraturan perundang-undangan telah dilaksanakan berdasarkan target capaian yang telah ditetapkan. Selain melakukan Penyusunan dan Pembahasan Rancangan atas prakarsa sendiri, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga terlibat dalam penyusunan dan pembahasan RUU yang di prakarsai oleh Kementerian/Lembaga lain. Dalam periode Rancangan Undang-Undang (RUU) prakarsa Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang telah disusun sebanyak 42 (empat puluh dua) RUU, yang terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) RUU Prioritas Program Legislasi Nasional Tahun, 6 (enam) RUU Kumulatif Terbuka, dan 3 (tiga) RUU di luar prolegnas. Dari 42 RUU tersebut 11 RUU telah menjadi Undang- Undang, 2 RUU sedang dibahas di DPR, 5 RUU telah disampaikan kepada Presiden, 20 (dua puluh) RUU telah selesai disusun dan 4 (empat) RUU belum disusun. Grafik Penyusunan Rancangan Undang-Undang Tahun : 3 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

5 2. Kegiatan Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Pada tahap penyusunan dan pembahasan, Kementerian Hukum dan HAM yang menjadi Panitia Antar Kementerian (PAK), pengharmonisasian peraturan perundang-undangan, dan pembahasannya. Pelaksanaan Harmonisasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan dari instansi terkait selama tahun sebagai berikut: Tabel Pengharmonisasi Peraturan Perundang-undangan Tahun 2010 s/d 31Desember 2014 Harmonisasi PUU TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 PERMOHONAN MASUK BARU SISA TH SEBELUMNYA JUMLAH PERMOHONAN SELESAI BELUM SELESAI Kegiatan Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah Pada tingkat daerah, Kementerian Hukum dan HAM sebagai instansi yang salah satu tugas dan fungsinya memfasilitasi secara substansial proses pembentukan Peraturan Perundang-undangan di daerah dengan memperkuat kelembagaan instansi vertikal Kementerian Hukum dan HAM di daerah (kantor-kantor wilayah). Bentuk kegiatan fasilitasi perancangan peraturan daerah yaitu pemetaan peraturan daerah, mediasi, konsultasi dan kajian peraturan daerah. Dalam periode capaian yang telah dihasilkan Direktorat Fasilitasi Peraturan daerah diantaranya melakukan: (seribu tujuh belas) kegiatan fasilitasi perancangan peraturan daerah terhadap Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; - publikasi peraturan daerah dalam sistem informasi peraturan daerah sebanyak (tujuh ribu seratus lima puluh sembilan) Peraturan Daerah; - pembinaan teknis perancangan Peraturan Daerah kepada Kantor Wilayah sebanyak 68 kegiatan. - Penerbitan Buku Panduan Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah sebagai penjabaran teknis dalam penyusunan peraturan-peraturan daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 4 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

6 Grafik Capaian Kegiatan Fasilitasi Peraturan Daerah Tahun : c. Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Sesuai dengan tugas dan fungsi di bidang administrasi hukum umum, maka pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) peran strategis yang meliputi beberapa kegiatan, antara lain: 1. Kegiatan Bidang Pelayanan Jasa Hukum, antara lain meliputi: a. Pemberian Persetujuan Mempekerjakan Advokat Asing oleh Kantor Advokat Indonesia; b. Pemberian Legalisasi; c. Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas; d. Pengesahan Badan Hukum Yayasan; e. Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan; f. Penerbitan Sertifikat Jaminan Fidusia; g. Pemberian Surat Keterangan Wasiat; h. Rekomendasi ijin pelaksanaan penjualan boedel (pelaksanaan penjualan harta kekayaan orang yang dinyatakan tidak hadir) dan harta peninggalan yang tak terurus (onbeheerde nalatenschap); i. Pemberian Surat Tanda Terdaftar Kurator; j. Pengangkatan Notaris; k. Permohonan Pelayanan Administrasi dan Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS); l. Penyusunan Pertimbangan Menteri Tentang Permohonan Grasi; m. Penyusunan Pertimbangan Pendapat Hukum Pidana dan Keterangan Ahli Hukum Pidana; n. Penelaahan dan Pembahasan terhadap Penerapan Hukum Pidana; o. Pendaftaran Partai Politik; p. Pemberian Analisa dan Pertimbangan Hukum Tata Negara; q. Penentuan Status Kewarganegaraan; r. Permohonan Pewarganegaraan, Perolehan, Pembatalan, dan Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia; 5 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

7 s. Perumusan dan Identifikasi Sidik Jari (Daktiloskopi). 2. Kegiatan Bidang Hukum Internasional, antara lain meliputi: a. Melakukan Kerjasama Hukum melalui Otoritas Pusat sebagai tindak lanjut permintaan Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana dan Ekstradisi dari dan kepada Negara lain; b. Penyusunan Draft Perjanjian Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana dan Ekstradisi dengan Negara lain; c. Penyusunan Kajian/Telaahan/Pendapat Hukum dan Kerjasama di bidang Hukum Ekonomi Internasional, Hukum Perdata Internasional, Lembaga Internasional, Hukum Laut, Hukum Udara, Hukum Lingkungan dan Hukum Humaniter serta Pemindahan Narapidana Internasional; 3. Kegiatan Pelaksanaan Teknis Operasional Pelayanan Hukum, antara lain meliputi: a. Pembinaan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas Balai Harta Peninggalan di seluruh Indonesia; b. Pemberian pertimbangan/tanggapan atas permasalahan di bidang hukum perdata umum; c. Penyiapan bahan atas pemberian pendapat hukum (legal opinion); d. Pemberian bimbingan dan pertimbangan mengenai masalah di bidang hukum tata negara. 4. Pelayanan Teknis dan Administrasi (Bidang Kesekretariatan), antara lain meliputi: a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran; b. Pengelolaan urusan kepegawaian; c. Pengelolaan urusan keuangan; d. Pengelolaan urusan tata usaha dan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum; e. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum; dan Pengelolaan urusan umum Beberapa capaian Kinerja bidang Administrasi Hukum Umum sepanjang tahun sebagai berikut: 1. Pelayanan Fidusia Penyelesaian pelayanan Fidusia yaitu Pendaftaran Sertifikat Jaminan Fidusia pada tahun 2013 sebesar permohonan dan tahun 2014 sebesar sangat jauh meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya Hal ini disebabkan karena penyelesaian pelayanan Fidusia sudah secara online, sejak tanggal 15 Maret R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

8 Tahun Penyelesaian Pelayanan Fidusia Tahun Pendaftaran Sertifkat Jaminan Fidusia Perubahan Sertifkat Jaminan Fidusia Penghapusan Sertifikat Jaminan Fidusia (Roya) Penyelesaian Pelayanan Jasa Hukum Pendirian PT, Yayasan, Perkumpulan dan layanan kenotariatan Penyelesaian Pelayanan Jasa Hukum SK Pendirian PT, Yayasan, Perkumpulan dan layanan Kenotariatan Tahun Tahun SK Pendirian PT SK Yayasan SK Perkumpulan Kenotariatan R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

9 3. Pelayanan Pemberian Status Kewarganegaraan RI Baik Dalam Negeri Maupun Luar Negeri Penyelesaian Pemberian Status Kewarganegaraan RI Tahun Tahun Dalam Negeri Luar Negeri Pada tahun 2013 untuk capaian penyelesaian pemberian status kewarganegaraan terkait dengan pelaksanaan pemberian legalisasi status kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Warga Negara Indonesia di wilayah Kerajaan Saudi Arabia. Kegiatan legalisasi ini sebagai tindak lanjut dari Program Amnesty yang diberikan oleh Kerajaaan Saudi Arabia kepada pekerja atau warga asing di Saudi Arabia yang overstayer maupun tidak memiliki dokumen 8 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

10 kewarganegaraan (undocumented). Sedangkan tahun 2014 diselesaikan pemberian status kewarganegaraan RI di dalam negeri sebanyak 253 permohonan dan luar negeri sebanyak 102 permohonan melalui kegiatan detasering terkait Permasalahan Kewarganegaraan Republik Indonesia di KBRI Kuala Lumpur (66 permohonan) dan KRI Tawao (36 permohonan). 4. Pelayanan Badan Hukum Partai Politik dan Pendaftaran Perubahan AD/ART dan Susunan Kepengurusan Partai Politik. Kementerian Hukum dan HAM dalam hal ini Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum juga bertugas sebagai verifikator partai politik baru dan menerima perubahan AD/ART dan Susunan kepengurusan. Penyelesaian Pelayanan Badan Hukum Partai Politik dan Perubahan AD/ART dan Susunan Kepengurusan Tahun Pelayanan Tahun Badan Hukum Partai Politik Adanya hambatan dalam pelayanan yaitu masih belum adanya regulasi Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang verifikasi Partai Politik yang dilakukan secara administratif dan periodik untuk pelaksanaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik pada angka 4 pasal 4 ayat (1) bunyinya Penelitian dan/atau verifikasi Partai Politik dilakukan secara administratif dan periodik oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bekerjasama dengan 9 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

11 instansi terkait. 5. Pelayanan Pemberian Pendapat Hukum di Bidang Grasi Pelayanan Pemberian Pendapat Hukum dibidang Grasi berupa pertimbangan Menteri tentang Permohonan Grasi yang diselesaikan tepat waktu dan sesuai ketentuan. Penyelesaian Pendapat Hukum di Bidang Grasi Tahun Pendapat Tahun Hukum Bidang Grasi Informasi penting terkait hal tersebut diatas yaitu sebagaimana yang ditetapkan dalam UUD 1945 bahwa Grasi adalah Hak Prerogatif Presiden, dan dalam pelaksanaan hak tersebut yang berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi, antara lain diatur tentang kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam meneliti dan melaksanakan proses pengajuan grasi dari Terpidana. Penyelesaian Grasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Permohonan Grasi sebagai berikut terhadap proses permohonan grasi yang diajukan berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 1950, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengirimkan salinan dan petikan Keppres Grasi Nomor 41/G Tahun 2011 tanggal 6 Desember 2011 ke Pengadilan Negeri dan salinan ke Kejaksaan Negeri sebanyak 489 Salinan dan petikan Keppres grasi. 10 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

12 6. Permohonan Bantuan Hukum Timbal Balik dan Ekstradisi yang diteruskan dari dan kepada pihak terkait. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam menangani permintaan Mutual Legal Assistance (MLA) dan ekstradisi dari negara peminta bekerjasama dengan beberapa kementerian, lembaga dan instansi antara lain Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia, Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Penyelesaian Bantuan Timbal Balik dan Ekstradisi Yang diteruskan dari dan kepada pihak terkait Tahun Tahun Bantuan Hukum Timbal Ekstradisi Balik Capaian kinerja tersebut terkait dengan pelayanan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI yang mewakili negara dengan fungsi kelembagaan sebagai Otoritas Pusat. 11 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

13 7. Pelayanan Perumusan dan Identifikasi Sidik Jari Penyelesaian Pelayanan Perumusan dan Identifikasi Sidik Jari (TNI, Warga Binaan, Pemohon Paspor, instansi internal Kementerian Hukum dan HAM, permohonan perorangan, serta insidentil) Tahun Tahun Permohonan Selesai R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

14 d. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Selama periode , Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah melakukan berbagai upaya dalam rangka melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diamanatkan melalui tugas fungsi bidang Kekayaan Intelektual. Beberapa capaian yang telah dihasilkan yaitu : 1. Pelayanan permohonan Kekayaan Intelektual sebagaimana terlihat dalam tabel dan grafik berikut: Tabel Realisasi Penerimaan Permohonan Kekayaan Intelektual dan Penyelesaian Permohonan Kekayaan Intelektual JENIS PERMOHON AN Permo honan Penyele saian Permoh onan Penyele saian Permoh onan Penyele saian Hak Cipta Paten Merek Desain Industri (per 30 Desember) JENIS Permohon Penyelesaia Permohona Penyelesai PERMOHONAN an n n an Hak Cipta Paten Merek Desain Industri Grafik Permohonan dan Penyelesaian Permohonan Hak Cipta Penyelesaian Hak Grafik Permohonan dan Penyelesaian Permohonan Merek 13 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

15 Penyelesaian Permohonan Grafik Permohonan dan Penyelesaian Permohonan Paten Penyelesaian Paten Permohonan Paten Grafik Permohonan dan Penyelesaian Permohonan Desain Industri Penyelesaian Desain Industri Permohonan Desain Industri Penegakan hukum atas tindak pidana di bidang Kekayaan Intelektual antara lain berupa pemusnahan barang barang bajakan dan barang barang yang dihasilkan dari 14 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

16 pelanggaran kekayaan intelektual. Dengan upaya penegakan hukum ini diharapkan akan tercipta iklim berusaha dan berinvestasi yang kondusif; Tabel Perkembangan Penyidikan No Jenis Kekayaan Intelektual Penerimaan Laporan Pengaduan Laporan Pengaduan Dalam Proses Penyelesaian Laporan Pengaduan 1 Hak Cipta Paten Merek Desain Industri Tabel Perkembangan Penyidikan Penyebaran informasi di bidang Kekayaan Intelektual dalam bentuk pemberian sosialisasi kepada para pemangku kepentingan di antaranya kalangan perguruan tinggi, para pelaku Usaha Kecil dan menengah, serta masyarakat secara umum. Selain itu, telah ditetapkan Kawasan Berbudaya Kekayaan Intelektual kepada kawasan, wilayah dan institusi dengan kriteria tertentu serta yang dianggap mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap kemajuan sistem Kekayaan Intelektual. Hal ini dilakukan dalam rangka peningkatan kesadaran hukum akan arti pentingnya Kekayaan Intelektual. Kementerian Hukum dan HAM telah memiliki laman sebagai salah satu sarana memperoleh informasi terkait Kekayaan Intelektual. Adapun jumlah masyarakat yang mengakses melalui laman tersebut yakni tahun 2012 sebanyak kunjungan, Tahun 2013 sebanyak kunjungan dan 2014 sebanyak kunjungan. 2. Penerapan sistem Industrial Property Automation System (IPAS) untuk penerimaan permohonan Kekayaan Intelektual hingga penyelesaiannya. Hal ini bertujuan agar kualitas pelayanan publik dapat ditingkatkan serta percepatan penyelesaian permohonan Kekayaan Intelektual secara efektif dan efisien. 15 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

17 3. Kerja sama, baik secara internasional, regional dan bilateral di antaranya penandatanganan Beijing Treaty dan Marrakesh Treaty. Selain itu juga dilakukan berbagai kerja sama dengan instansi pemerintah maupun non pemerintah. Hal ini dilakukan dalam rangka penguatan sistem Kekayaan Intelektual. 4. Pengundangan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Permohonan, Penerbitan Izin Operasional dan Evaluasi Lembaga Manajemen Kolektif. Hal ini dalam rangka penyesuaian terhadap perkembangan jaman dan untuk lebih memberi perlindungan hukum yang memadai bagi para pemangku kepentingan. 5. Penyelesaian pendaftaran Indikasi Grografis (IG) sebanyak 30 IG terdaftar sebagai wujud perlindungan terhadap potensi kekayaan alam di seluruh wilayah Indonesia. e. Direktorat Jenderal Imigrasi Menjaga pintu gerbang negara Republik Indonesia serta pengawasan Keimigrasian, merupakan salah satu tanggung jawab dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui perumusan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis dibidang Keimigrasian. Penegakan hokum dan pelayanan bidang keimigrasian menjadi core bussiness dari tugas fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bidang keimigrasian. Beberapa capaian selama periode sebagai berikut : 1. Pengesahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang telah disesuaikan dengan perkembangan Keimigrasian secara nasional dan internasional dan menggantikan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian. 2. Pengesahan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang telah mencabut Peraturan Pemerintah pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992, yang tersebar dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian, dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1994 tentang Surat Perjalanan Republik Indonesia; 3. Pelaksanaan penyampaian pernyataan memilih bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda yang membuka ruang dilaksanakannya di Kantor Imigrasi sebagai wujud pelayanan prima dalam memfasilitasi secara administratif yang mendekatkan jangkauan geografis, efektif dan efisien secara fungsional dengan terintegrasinya data secara kesisteman, melalui Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-19.AH Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyampaian Pernyataan Memilih Kewarganegaraan Bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda. 4. Penghapusan Arrival/Departure Card terhadap WNI dilakukan mulai tanggal 23 Maret 2012 sesuai dengan terbitnya Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-01.GR tahun Kemudahan ini diberikan kepada WNI yang keluar dan masuk wilayah Indonesia melalui TPI yang menggunakan SIMKIM atau 16 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

18 pos lintas batas yang menggunakan Sistem Manajemen Pengawasan Wilayah Perbatasan (Border Control Management). 5. Penggunaan autogate untuk WNI pemegang paspor elektronik dan non elektronik di Bandara Soekarno Hatta di Jakarta dan Bandara Ngurah Rai di Denpasar, Bali. 6. Pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing di pusat dan daerah melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Kepala Kantor yang melaksanakan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, dan sebagai perwujudan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai leading sector dalam pelaksanaan pengawasan Orang Asing di Indonesia. 7. Pembentukan Unit Layanan Paspor (ULP) untuk mewujudkan pelayanan prima dalam penerbitan paspor guna pendekatan pelayanan dan peningkatan kepuasan publik. 8. Penerapan e-passport untuk meningkatkan pelayanan dan pengamanan paspor yang disesuaikan dengan rekomendasi oleh International Civil Aviation Organization (ICAO). 9. Meningkatkan pelayanan dan pengamanan dalam pemberian dokumen Keimigrasian bagi Orang Asing berupa implementasi Penerbitan E-Kitas dan E- Kitap. 10. Penerapan pelayanan sistem penerbitan paspor one stop service / Sistem Penerbitan Paspor Terpadu (SPPT) 120 (seratus dua puluh) Kantor Imigrasi pada tahun Menyederhanakan persyaratan penggantian paspor dengan tidak mewajibkan melampirkan bukti identitas diri melalui terbitnya Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-01.GR Tahun 2012 tentang perubahan keenam atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-IZ Tahun 1995 tentang Paspor Biasa, Paspor untuk Orang Asing, Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Indonesia dan Surat Perjalanan Laksana Paspor Untuk Orang Asing. 12. Penyediaan MAP gratis kepada Pemohon Dokumen Perjalanan dan Izin Tinggal mulai tanggal 04 Februari 2013 dengan terbitnya Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-144.UM Tahun 2013 tanggal 25 Januari Proses penyidikan keimigrasian yang dilaksanakan di Direktorat Jenderal Imigrasi dan Kantor Imigrasi di seluruh wilayah Indonesia. 14. Pemulangan WNI tersangka tindak pidana korupsi yang bekerja sama dengan instansi penegak hukum lainnya. 15. Pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing di tingkat Pusat dan Daerah baik di Divisi Keimigrasian maupun Kantor Imigrasi. 16. Pelaksanaan fungsi Intelijen Keimigrasian sebagai tugas dan fungsi, dan juga pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara; 17. Penerapan SIMKIM di Perwakilan RI sebanyak 14 lokasi. f. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia berkewajiban untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana (UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan). Pemasyarakatan memiliki Core Business dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yaitu pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan. Core Business tersebut dilaksanakan oleh 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yaitu Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan 17 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

19 Negara, Balai Pemasyarakatan, dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat pelaksanaan pembinaan berdasarkan putusan hakim dalam rangka mewujudkan reintegrasi sosial terhadap narapidana. Reintegrasi sosial merupakan upaya pengembalian hidup, kehidupan, dan penghidupan narapidana guna mengembalikan ikatan narapidana dengan masyarakat. Bagi seseorang yang dalam proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan ditempatkan di Rumah Tahanan Negara. Rumah Tahanan Negara adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan (PP Nomor 58 Tahun 2010 tentang perubahan atas PP Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP). Bagi seseorang yang berada dalam bimbingan Balai Pemasyarakatan atau disebut Klien Pemasyarakatan ditempatkan di Balai Pemasyarakatan. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS adalah pranata untuk melaksanakan bimbingan Klien Pemasyarakatan (UU No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan). Pada proses peradilan, benda sitaan dan barang rampasan Negara sebagai aset tindak pidana ditempatkan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara (Rupbasan). Rupbasan adalah tempat benda yang disita oleh Negara untuk keperluan proses peradilan (UU. No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). Berlakunya Undang-Undang nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak membuat fungsi Pemasyarakatan lebih strategis mengingat proses peradilan pidana anak dimulai sejak penyidikan melalui upaya diversi dan restorative justice hingga pendampingan pada sidang anak yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Undang-Undang ini menuntut adanya pelaksanaan penelitian kemasyarakatan pada kasus anak yang berhadapan dengan hukum yang dijadikan pertimbangan dan rekomendasi putusan hakim sehingga peran pemasyarakatan sangat terlihat dalam penyusunan litmas. Selain itu, peran aktif Pembimbing Kemasyarakatan juga diperlukan khususnya pada pelaksanaan sidang peradilan anak. Undang-undang tersebut juga menuntut adanya pembangunan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS) di tiap provinsi. LPKA adalah lembaga atau tempat Anak menjalani masa pidananya. Sedangkan LPAS adalah tempat sementara bagi Anak selama proses peradilan berlangsung, sehingga Pemasyarakatan perlu melakukan upaya-upaya terhadap pengimplementasian UU tersebut. Selain UU SPPA, isu over crowded juga menjadi salah satu permasalahan yang belum dapat diselesaikan oleh pemasyarakatan. Sehingga perlu adanya kebijakan guna upaya untuk mengurangi tingkat over crowded yang terjadi di Lapas dan Rutan. Berikut data yang menjelaskan tentang jumlah penghuni : Penghuni Tabel Data Penghuni Tahun T a h u n URAIAN R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

20 URAIAN Penghuni Tahanan Dewasa dan Pemuda T a h u n , Tahanan Anak , Narapidana Dewasa , Anak Didik , Jumlah , Data diatas menyebutkan bahwa adanya peningkatan jumlah penghuni baik tahanan dewasa dan pemuda, tahanan anak, narapidana dewasa, dan anak didik mulai dari tahun 2010 hingga tahun Jumlah penghuni pada tahun 2010 sebanyak , tahun 2011 sebanyak , tahun 2012 sebanyak , tahun 2013 sebanyak , dan pada tahun 2014 adalah sebanyak orang. Mulai dari tahun semuanya telah memperoleh registrasi dan klasifikasi secara tepat waktu dan sesuai standar. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat over crowded antara lain : 1. Optimalisasi pemindahan narapidana Pelaksanaan pemindahan narapidana pada dasarnya tidak mengurangi tingkat over kapasitas secara keseluruhan. Namun pelaksanaan pemindahan narapidana tersebut diharapkan agar terjadi pemerataan penghuni antara Lapas/Rutan yang mengalami over kapasitas dengan yang tidak. 2. Optimalisasi pelaksanaan program reintegrasi Sebagai salah satu upaya mengurangi tingkat over crowded, pemasyarakatan mempunyai program reintegrasi yang dilaksanakan melalui kegiatan asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK), Cuti Menjelang Bebas (CMB), Cuti Bersyarat (CB), dan Pembebasaan Bersyarat (PB). Untuk mengetahui capaian dari indikator ini dapat diukur dari jumlah narapidana yang telah mendapat PB, CMB, CB, Asimilasi, dan CMK sampai dengan April tahun 2014 telah dilaksanakan Program Reintegrasi kepada narapidana berupa Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Cuti Bersyarat, Asimilasi, dan Cuti Mengunjungi Keluarga dengan perincian sebagai berikut : NO URAIAN GRAFIK DATA PB, CMB, CB, ASSIMILASI DAN CMK Tahun TAHUN Pembebasan Bersyarat Cuti Menjelang Bebas Cuti Bersyarat Assimilasi R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

21 NO URAIAN TAHUN Cuti Mengunjungi Keluarga Jumlah Rehabilitasi narapidana pengguna narkoba ke Panti Rehabilitasi Melakukan rehabilitasi terhadap narapidana pengguna narkoba merupakan tanggung jawab yang harus dijalankan oleh negara. Pada sisi lain, rehabilitasi pengguna narkoba di panti rehabilitasi berdampak langsung pada menurunnya tingkat hunian Lapas/Rutan. Terapi rehabilitasi narapidana pengguna narkoba di Panti Rehabilitasi juga merupakan salah satu kegiatan dalam kerangka untuk assimilasi. 4. Penambahan kapasitas hunian dengan melakukan pembangunan infrastruktur (rehabilitasi dan pembangunan Lapas/Rutan) Penanganan masalah over crowded dapat dilakukan dengan pemenuhan sarana dan prasarana pada lapas/rutan dengan melakukan rehabilitasi dan pembangunan UPT Pemasyarakatan. Langkah ini diperkirakan secara signifikan akan mengurangi permasalahan over crowded. 5. Penguatan koordinasi dengan Instansi terkait dalam hal Restoratif Justice. Peran Pembimbing Kemasyarakatan (PK) sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pengadilan Anak sangat penting yaitu dalam melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana. Setiap anak yang berhadapan dengan hukum harus dilakukan pendampingan semenjak diduga melakukan tindak pidana dalam pemeriksaan di kepolisian sampai dengan putusan hakim sidang pengadilan. Karena sarandan rekomendasi PK sangat mempengaruhi putusan hakim dalam memutus perkara anak jika putusan hakim tanpa Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) maka putusan tersebut batal demi hukum. Untuk melengkapi deskripsi kinerja PK Bapas dibawah ini disajikan tabel/grafik anak yang mendapatkan pendampingan dalam sidang anak adalah sebagai berikut: Tabel Data Jumlah Anak yang Mendapatkan Pendampingan dalam Sidang Anak Diversi Putusan Pidana Tahun Panti Jumlah Akot Sosial Akot Bersyarat Penjara Sosial Capaian strategis lainnya di bidang pemasyarakatan yang juga sangat bersinergi dengan percepatan program reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat disebutkan berupa : 1. Program Getting to zero HALINAR di LAPAS/ RUTAN. 2. Pengendalian Isi Hunian Lapas/Rutan. 3. Pelaksanaan Layanan Pemasyarakatan berbasis Informasi dan Teknologi (IT). 4. Program Penguatan Pengawasan Internal Pemasyarakatan dan Penegakan Kode Etik. 5. Implementasi Undang-Undang No 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 20 R e n c a n a S t r a t e g i s K e m e n t e r i a n H u k u m d a n H A M

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015 2019 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. Kami PASTI! Profesional Akuntabel Sinergi Transparan Inovatif

RENCANA STRATEGIS. Kami PASTI! Profesional Akuntabel Sinergi Transparan Inovatif RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015-2019 SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA Kami PASTI! Profesional Akuntabel Sinergi Transparan Inovatif KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mene

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mene BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2016 KEMENKUMHAM. Jabatan. Kelas Jabatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG DAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1698, 2014 KEMENKUMHAM. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. NC PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG Organisasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan Kinerja. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.KP.08.01.

Lebih terperinci

2016, No di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lem

2016, No di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.55, 2016 KEMENKUMHAM. Pelaksanaan. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Semoga dokumen ini memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

Semoga dokumen ini memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan tahun 01 merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I. KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAM Nomor : M.HH-13.0T.02.

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I. KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAM Nomor : M.HH-13.0T.02. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAM Nomor : M.HH-13.0T.02.01 Tahun 2011 KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU

Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU NO FOKUS PERMASALAHAN SARAN TINDAK INDIKATOR PEMBARUAN KEBERHASILAN Pelaksanaan Misi dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAPAS

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAPAS M A S Y A R A K A T Anak PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAPAS POLISI JAKSA HAKIM LPAS, LPKA. TINDAKAN 0 1/3 mp LPKA 1/3 1/2 mp 1/2-2/3 mp 2/3 s.d Bebas murni M A S Y A R A K A T LINGKUNGAN UU SPPA mengamanahkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG BALAI PERTIMBANGAN PEMASYARAKATAN DAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1362, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Tunjangan Kinerja. Jabatan. Kelas Jabatan. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pada hakikatnya perlakuan terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN ATAS YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: PP 38-2009 mengubah: PP 75-2005 lihat: PP 82-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 38, 2007 APBN. PAJAK. PNBP. Departemen Hukum dan

Lebih terperinci

BAB III PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM

BAB III PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM BAB III PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM A Deskripsi Umum Departemen Hukum dam Hak Asasi Manusia dimulai pada hari-hari pertama kemerdekaan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TANGGAL 28 MEI 2009

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TANGGAL 28 MEI 2009 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TANGGAL 28 MEI 2009 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TANGGAL 28 Mei 2009 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TANGGAL 28 Mei 2009 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.282, 2018 KEMENKUMHAM. Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1452, 2014 KEMENKUMHAM. Pengubahan Klas. UPT. Pemasyarakatan. Penilaian. Pedoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014

Lebih terperinci

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.810, 2016 KEMENKUMHAM. Remisi. Asimilasi. Cuti Mengunjungi Keluarga. Pembebasan Bersyarat. Cuti Menjelang Bebas. Cuti Bersyarat. Pemberian. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Calling Visa. Penetapan Negara. Pemberian Visa. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMORM.HH-01.GR.01.06

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAMA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAMA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN

Lebih terperinci

PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM PEMENUHAN HAM ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH)

PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM PEMENUHAN HAM ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM PEMENUHAN HAM ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) 16 APRIL 2015 VISI, MISI DAN TUSI KANWIL KEMENTERIAN. HUKUM & HAM JATENG VISI : Masyarakat memperoleh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Kelas Jabatan. Struktural. Fungsional. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-19.AH.10.01 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN PERNYATAAN MEMILIH KEWARGANEGARAAN BAGI ANAK BERKEWARGANEGARAAN GANDA DENGAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Menetapkan : 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Menetapkan : 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.40, 2015 KEUANGAN. Pajak. PNBP. Jenis. Tarif. KEMENKUMHAM. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5667) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.40, 2015 KEUANGAN. Pajak. PNBP. Jenis. Tarif. KEMENKUMHAM. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5667) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASAI MANUSIA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASAI MANUSIA LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR : 38 TAHUN 2009 TANGGAL : 28 MEI 2009 PRESIDEN -1- JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASAI MANUSIA I.

Lebih terperinci

PENANGANAN PERKARA ANAK PADA BAPAS JAKARTA-TIMUR. PUSANEV_BPHN. Oleh : Ida Rifdiah

PENANGANAN PERKARA ANAK PADA BAPAS JAKARTA-TIMUR. PUSANEV_BPHN. Oleh : Ida Rifdiah PENANGANAN PERKARA ANAK PADA BAPAS JAKARTA-TIMUR. Oleh : Ida Rifdiah Peta Peraturan Perundangan-undangan Terkait Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Bapas. Terkait pelaksanaaan tugas dan fungsi Bapas dalam

Lebih terperinci

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN PERAN DAN DUKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN TAHUN 2016 Undang Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 1 Ketentuan Umum, angka 18 : Visa Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.571, 2017 BKN. Jabatan Fungsional. Pembimbing Kemasyarakatan. Juklak Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Ne No.2122, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Klasifikasi Arsip. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KLASIFIKASI ARSIP KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN ATAS YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PASPOR

Lebih terperinci

1. Hubungan Sistem Pemasyarakatan dengan Lembaga-Lembaga Penegak Hukum Lainnya dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu

1. Hubungan Sistem Pemasyarakatan dengan Lembaga-Lembaga Penegak Hukum Lainnya dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu MATRIKS SUBSTANSI MANAJEMEN 1. Hubungan Sistem dengan Lembaga-Lembaga Penegak Hukum Lainnya dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu Pelaksanaan Misi dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu NO HIGH-QUICK WINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Modul Penanganan ABH di Bapas merupakan bagian dari Modul Penyuluhan penanganan anak yang berhadapan dengan hukum terkait diversi dan keadilan restoratif bagi petugas

Lebih terperinci

TARGET KINERJA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2018

TARGET KINERJA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2018 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2018 NO KEPALA KANTOR WILAYAH 1 Pembinaan dan pengendalian kinerja di 2 Penguatan Koordinasi dengan Instansi Terkait di Tercapainya dan terlaksananya seluruh

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.186, 2016 KEMENKUMHAM. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 243, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENGADUAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENGELOLAAN PENGADUAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA PENGELOLAAN PENGADUAN DILINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM Harmoni dalam Gerak dan Langkah RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM Profesional Akuntabel

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Lampung Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Lampung terletak di Ibukota Provinsi Lampung yaitu Bandar Lampung. Saat

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA

MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M 01.PR.07.10 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PP 26/1999, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 26/1999, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 26/1999, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 26 TAHUN 1999 (26/1999) Tanggal: 7 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n 2 000 Tentang Desain Industri DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Hukum merupakan landasan penyelenggaraan negara dan landasan pemerintahan untuk memenuhi tujuan bernegara, yaitu mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah

Lebih terperinci

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1528, 2015 KEMENKUMHAM. Lembaga Pemasyarakatan. Rumah Tahanan Negara. Pengamanan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak merupakan amanah dan karunia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PASPOR

Lebih terperinci

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 32/2000, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU *12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02.PR.08.03 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN BALAI PERTIMBANGAN PEMASYARAKATAN DAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN MENTERI HUKUM DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2015 PIDANA. Diversi. Anak. Belum Berumur 12 Tahun. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5732). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent No.572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Jabatan Fungsional. Asisten Pembimbing Kemasyarakatan. Juklak Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 244, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DAN PENANGANAN ANAK YANG BELUM BERUMUR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.832, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Remisi. Asimilasi. Syarat. Pembebasan Bersyarat. Cuti. Tata Cara. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DAN PENANGANAN ANAK YANG BELUM BERUMUR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kebijakan..., Atiek Meikhurniawati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kebijakan..., Atiek Meikhurniawati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Direktorat Jenderal Pemasyarakatan marupakan instansi pemerintah yang berada dibawah naungan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI yang memiliki visi pemulihan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAM R.I NOMOR M.HH-05.OT TAHUN 2010 TANGGAL 30 DESEMBER 2010

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAM R.I NOMOR M.HH-05.OT TAHUN 2010 TANGGAL 30 DESEMBER 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAM R.I NOMOR M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 TANGGAL 30 DESEMBER 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN HUKUM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1999 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci