PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI INTEGRASI KAKAO DAN KAMBING DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI INTEGRASI KAKAO DAN KAMBING DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI INTEGRASI KAKAO DAN KAMBING DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH (Development of Cacao Goat Integration Farming System Jono Oge Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah) F.F. MUNIER 1, A. ARDJANHAR 1, U. FADJAR 2, SYAFRUDDIN 1 dan S.WIRYADIPUTRA 3 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Jl. Raya Lasoso 62, Biromaru Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Jl. Salak No. 1A, Bogor Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, PB Sudirman No. 90, Jember ABSTRACT Donggala Regency is the main cocoa producer in Central Sulawesi Province. The area of cocoa plantation in Donggala Regency approximately ha or 54% from the area of cocoa planting in Central Sulawesi. Result of Participatory Rural Appraisal (PRA) survey was done by BP 2 TP Bogor, at 10 poor villages in Donggala Regency have shown that the productivity of cocoa in villages about kg/ha/year. The aim of this assessment is know the increasing productivity in both goat and cocoa which is followed by increasing farmer income. This assessment was conducted in Jono-Oge village, Sirenja Subdistrict, Donggala Regency, Central Sulawesi Province from May December The technology was assessed for agronomy of cacao plant like trimming and canopy management, efficient fertilization, pest and disease controls, while goat raising technology like pen rehabilitation, feeding, disease and parasite controls. The cooperator farmers involved in this assessment were as many as 20 persons. The area of cocoa plant was 0,5 ha and 6 goats for every cooperator farmer. The result showed an increase of dry cocoa productivity to 345,5 kg/0,5 ha/4 months, or kg/ha/year (introduction pattern) while that of farmer pattern (traditional) only 153,7 kg/0,5 ha/4 months or 614,8 kg/ha/year. The average daily body weight gain of goat has 56,3 g with finisher weight of 18,5 kg (introduction pattern), while farmer pattern only 27,8 g with average of finisher weight of 16,8 kg. Result of feasibility analysis showed that the introduction pattern resulted in R/C 1,47 and netto income of Rp or Rp /month, while farmer pattern achieved R/C 1,19 and nett income of Rp or Rp /month. Key Words: Integration Farming System, Goat, Cocoa, Productivity ABSTRAK Kabupaten Donggala merupakan produsen kakao utama di provinsi Sulawesi Tengah. Luas areal pertanaman kakao di Kabupaten Donggala kurang lebih ha atau 54% dari luas tanaman kakao di Sulawesi Tengah. Namun berdasarkan hasil survei Participatory Rural Appraisal (PRA) yang dilakukan BP 2 TP Bogor, pada 10 desa miskin di Kabupaten Donggala menunjukkan bahwa produktivitas kakao rakyat di desa-desa tersebut hanya berkisar kg/ha/tahun. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui peningkatan produktivitas kambing dan kakao yang diikuti dengan peningkatan pendapatan petani. Pengkajian ini telah dilaksanakan di Desa Jono-Oge, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dari bulan Mei-Desember Teknologi yang dikaji untuk budidaya tanaman kakao yakni pemangkasan dan pengelolaan tanaman penaung, pemupukan yang efisien, pengendalian hama dan penyakit, sedangkan teknologi pemeliharaan kambing adalah perbaikan perkandangan, pemberian pakan, pengendalian penyakit dan parasit. Petani koperator yang dilibatkan dalam pengkajian ini sebanyak 20 orang. Luas tanaman kakao yang dikaji 0,5 ha dan 6 ekor kambing untuk setiap petani koperator. Hasil pengkajian ini adanya peningkatan rataan produktivitas kakao kering mencapai 345,5 kg/0,5 ha/4 bulan, atau kg/ha/tahun (pola introduksi) sedangkan kebiasaan petani hanya 153,7 kg/0,5 ha/4 bulan atau 614,8 kg/ha/tahun. Rataan pertambahan bobot hidup harian (PBHH) kambing 56,3 g dengan rataan bobot akhir 18,5 kg (pola introduksi), sedangkan pola petani hanya 27,8 g dengan rataan bobot akhir 16,8 kg. Hasil analisa kelayakan SUT integrasi kambing dan kakao pola introduksi selama 4 bulan dengan R/C 1,47 dan pendapatan 598

2 bersih Rp atau Rp /bulan, sedangkan pola petani dengan R/C 1,19 dan pendapatan bersih Rp atau Rp /bulan. Kata Kunci: SUT Integrasi, Kambing, Kakao, Produktivitas PENDAHULUAN Kabupaten Donggala merupakan produsen kakao utama di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Luas pertanaman kakao di Kabupaten Donggala ± ha atau 54% dari luas pertanaman kakao di Provinsi Sulawesi Tengah. Namun dari hasil Partisipatory Rural Appraisal (PRA) yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (BP2TP) pada sepuluh desa miskin di Kabupaten Donggala menunjukkan bahwa produktivitas kakao rakyat di desa tersebut hanya berkisar kg/ha/tahun (ANONIMUS, 2003). Angka produktivitas ini lebih rendah dibanding rata-rata produktivitas kakao nasional yang mencapai 932,94 kg/ha/tahun, apalagi bila dibandingkan dengan potensi produksi kakao yang dapat mencapai 2 3 ton/ha/tahun. Dilaporkan bahwa rendahnya produktivitas kakao rakyat di desa miskin di Kabupaten Donggala antara lain berkaitan dengan teknik budidaya yang belum intensif, terutama berkaitan dengan aspek bibit, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan, dan naungan. Sementara itu, rendahnya mutu produksi kakao di desa-desa tersebut selain karena tidak dilakukan fermentasi juga karena terjadi serangan hama penggerek buah kakao (PBK, Conopomorpha cramerella) dan busuk buah. Sistem integrasi tanaman-ternak merupakan satu sistem dan usaha agribisnis yang saling mengisi dari tanaman tersedia input pakan dan dari ternak menghasilkan kotoran untuk pupuk (DJAJANEGARA dan ISMAIL, 2004). Integrasi kakao dengan usaha kambing sangat tepat karena kulit buah kakao dapat digunakan sebagai pakan. Disamping itu tanaman gamal sebagai tanaman penaung tanaman kakao dapat dimanfaatkan untuk pakan kambing sebagai sumber protein kasar. Kotoran kambing dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik (pupuk kandang) sehingga penggunaan input pupuk kimia diharapkan dapat dikurangi dan produk kakao yang dihasilkan bisa diarahkan kepada produk organik. Permintaan produk organik di pasaran internasional cukup tinggi sehingga akan meningkatkan daya saing produk kakao tersebut. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan produktivitas kakao dan kambing dengan menggunakan teknologi budidaya yang dapat dilaksanakan oleh petani. MATERI DAN METODE Pengkajian ini dilaksanakan di Desa Jono- Oge, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dari bulan Mei- Desember Desa ini merupakan salah satu desa petani tertinggal (poor farmers) pada zona dataran rendah lahan kering. Petani koperator yang dilibatkan dalam kegiatan pengkajian ini sebanyak 20 orang dengan luas tanaman kakao yang dikaji 10 ha atau 0,5 ha/petani. Teknologi yang dikaji untuk budidaya tanaman kakao yakni pemangkasan dan pengelolaan tanaman penaung, pemupukan yang efisien, pengendalian hama dan penyakit. Teknologi pangkasan bentuk diterapkan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) yang berumur 2 4 tahun. Cabang primer dari jorket yang dipelihara berjumlah tiga dan dipilih yang tumbuhnya kuat dan seimbang dengan memendekan tajuk tinggi tanaman hingga 3 4 m. Pangkasan pemeliharaan dan produksi dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) bertujuan untuk mempertahankan kerangka yang sudah terbentuk, memperoleh distribusi daun yang merata, memperoleh aerasi yang baik, dan merangsang pembungaan. Kriteria 100% yaitu pemangkasan benar ditandai cahaya matahari merata di sekitar pohon kakao, kriteria 75% yaitu pemangkasan agak benar ditandai cahaya matahari agak kurang di sekitar pohon kakao, kriteria 50% yaitu pemangkasan kurang benar ditandai cahaya matahari kurang di sekitar pohon kakao. Pemupukan dilakukan berdasarkan hasil analisa sampel tanah yang diambil di lahan petani koperator di Desa Jono-Oge. Teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK, Conopomorpha 599

3 cramerella), Helopeltis sp., dan penyakit busuk buah kakao (Phytophthora palmivora) dengan cara kultur teknik dan sanitasi, perlakuan penyarungan buah, dan penggunaan insektisida apabila terpaksa. Pengendalian PBK dilakukan dengan menurunkan populasi hama PBK dengan teknologi pembungkusan buah kakao menggunakan plastik (sarungisasi). Perhitungan Intensitas serangan PBK dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh SULISTYOWATI (2003) sebagai berikut: Z (n x z) P = x 100% N x Z dimana: P = Intensitas serangan (%) n = Buah contoh ke-i pada kategori serangan z = Kategori serangan pada buah ke-i N = Jumlah buah yang diamati Z = Kategori serangan tertinggi Kambing Peranakan Etawah (PE) betina yang didistribusikan kepada petani koperator berumur 1,0 1,5 tahun sebanyak 6 ekor kambing setiap petani koperator. Teknologi pemeliharaan kambing adalah perbaikan perkandangan, pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan kambing, pengendalian penyakit dan parasit. Model kandang adalah model panggung agar lebih mudah mengumpulkan kotoran kambing. Bahan pembuatan kadang menggunakan bahan baku lokal yang tersedia di lokasi pengkajian. Susunan pakan yang diberikan pada kambing (pola introduksi) dengan komposisi; 60% rumput (rumput alam dan atau setaria) + 20% gamal + 20% Kulit Buah Kakao (KBK). Sebagai pembanding, ternak kambing hanya diberikan rumput alam secukupnya berdasarkan kebiasaan peternak (pola peternak). Semua jenis pakan yang digunakan dalam pengkajian ini akan dianalisa untuk mengetahui kandungan nutrisinya seperti bahan kering, protein kasar dan serat kasar. Produksi kambing betina diamati dengan melihat pertambahan bobot hidup harian (PBHH). Penimbangan dilakukan setiap dua minggu sekali pada pagi hari sebelum diberikan pakan. Penimbangan ini dilaksanakan selama 2,5 bulan untuk semua kambing betina yang dikaji. PBHH kambing betina dihitung dengan menggunakan rumus: B A PBHH = L dimana: B : bobot badan akhir A : bobot badan awal L : lama pemeliharaan Analisa kelayakan usaha dengan menggunakan uji Revenue Cost Ratio (R/C) yang dikemukakan oleh SOEKARTAWI (1995) sebagai berikut: Total Revenue (TR) R/C = Total Cost (TC) HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi budidaya kakao Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menghendaki kondisi lingkungan yang sesuai dengan kelembaban sedang di sekitar tanaman agar aktivitas fisiologis berjalan dengan optimum. Untuk menciptakan kondisi tersebut, salah satu teknologi pemangkasan baik tanaman kakao maupun naungannya. Pemangkasan cabang yang tidak produktif sangat membantu efisiensi penggunaan hara yang dihasilkan dapat diserap sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemangkasan cabang atau ranting sakit dapat mengurangi sumber infeksi hama dan penyakit terutama hama PBK, penyakit busuk buah, kanker batang dan antraknosa. Hama PBK sangat menyenangi kondisi iklim yang lembab, saat sore hari imago PBK beristirahat pada dahan atau ranting yang dinaungi (SULISTYOWATI, 2003). Penyakit busuk buah dan kanker batang, perkembangannya sangat dipengaruhi oleh iklim, demikian pula penyakit antraknosa. Jaringan atau ranting sakit yang terserang perlu dihilangkan karena menjadi sumber infeksi. Pemangkasan tanaman kakao di lapang hingga saat ini masih berdasarkan kriteria yang bersifat kualitatif. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa teknologi pemangkasan pemeliharaan pada tanaman kakao dewasa sebanyak 11 petani 600

4 koperator telah melakukan pemangkasan dengan kriteria 100%, 5 petani koperator telah melakukan pemangkasan dengan kriteria 75% dan 4 petani koperator lainnya telah melakukan pemangkasan dengan kriteria 50%. Tanaman naungan pada tanaman kakao di lokasi pengkajian seperti gamal (Gliricidia sepium) dan kelapa dalam. Sebagian besar tanaman kakao milik petani koperator belum ditanami tanaman penaung pohon gamal. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas kakao tertinggi dapat dicapai pada kondisi lingkungan tanaman kakao yang terlindungi sebagian dari terik matahari. Permasalahan yang timbul di lapang yaitu pada petani koperator yang tanaman naungannya menggunakan pohon kelapa dalam. Petani ini tidak dapat melakukan pemangkasan pada tanaman kelapanya sehingga walaupun petani telah melakukan pamangkasan pada tanaman kakaonya, kondisi iklim mikro di sekitar kebun tetap lembab. Hal ini memicu terjadinya serangan hama dan penyakit, terutama panyakit busuk buah dan kanker batang. Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (WITJAKSANA, 1989) bahwa tanaman kelapa sebagai penaung tanaman kakao dengan tajuk yang terlalu rimbun dapat dilakukan dengan pengurangan tajuk, pengurangan tajuk 5 6/pelepah atau tersisa pelepah per pohon, dan hal tersebut tidak menurunkan hasil kelapa. Agar pengurangan itu tidak terlalu merugikan, disarankan agar memotong daun tua paling bawah. Berdasarkan hasil analisis tanah di Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor dianjurkan bahwa dosis pemupukan untuk tanaman kakao di Desa Jono-Oge dapat dilihat pada Tabel 1. Pemupukan pada tanaman kakao sangat dianjurkan terutama setelah panen buah kakao. Sebelum kegiatan pengkajian ini para petani hanya sebagian kecil yang melakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk urea kurang sesuai kebutuhan tanaman kakao yang produktif. Aplikasi pemupukan dibagi menjadi 2 tahapan, tahap pertama saat awal musim hujan (Oktober November) dan tahap kedua akhir musim hujan (Maret April). Pemupukan anorganik dengan cara tugal (bintang 6) hanya dilakukan petani koperator yang memiliki lahan miring untuk menghindari terjadinya pohon rebah akibat terpotongnya akar tanaman saat dicangkul membuat piringan. Tabel 1. Dosis pupuk pada lahan tanaman kakao di Desa Jono-Oge Jenis pupuk Urea SP-36 KCl Pupuk bokashi (kotoran kambing) Pemupukan I dan II (gram/pohon/6 bulan) Sampel Tanah Dianalisis di Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, 2005 Sanitasi sangat penting dilakukan, hal ini berkaitan erat dengan serangan hama dan penyakit. Kebun kakao yang tidak dilakukan sanitasi akan menjadi sumber infeksi hama dan penyakit. Pengendalian PBK dengan cara sarungisasi merupakan cara pengendalian yang efektif saat ini. Efektifitas pengendalian dengan teknik sarungisasi mencapai % (SULISTYOWATI, 2003). Pengedalian hama PBK dengan metode penyarungan buah kakao ini sudah dikuasai oleh petani koperator. Namun pelaksanaannya di tingkat petani koperator belum seluruhnya melaksanakan dengan berbagai macam alasan seperti terbatasnya waktu untuk menyarung buah kakao, petani koperator tidak mampu mengalokasikan waktu untuk setiap kegiatan usahataninya. Berdasarkan hasil pengamatan dengan mengambil secara acak buah kakao di kebun petani koperator untuk menghitung intensitas serangan hama PBK, menunjukkan bahwa intensitas serangan hama PBK di desa Jono-Oge cukup bervariasi yakni dari tidak ada serangan (0) sampai serangan sedang (35,2%) pada Tabel 2. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan intensitas serangan PBK dengan pengendalian sarungisasi cukup rendah. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh SULISTIAWATY (2003) bahwa efektivitas sarungisasi dapat mencapai %. Rataan intensitas serangan PBK dengan pengendalian insektisida kimia masih cukup tinggi. Kondisi ini disebabkan karena insektisida kimia hanya mampu membunuh imago, padahal keberadaan imago pada 601

5 tanaman kakao hanya pada sore hari, pada malam hari imago kawin dan bertelur, sedangkan penyemprotan dilakukan sore hari. Rataan intensitas serangan PBK pada kontrol (kebiasaan petani) cukup tinggi karena tidak dilakukan pengendalian. Serangan busuk buah kakao relatif rendah pada pengendalian dengan sarungisasi karena umumnya petani koperator yang melakukan pengendalian dengan sarungisasi telah melakukan pemangkasan dengan cara yang benar. Sedangkan petani koperator yang melakukan pengendalian PBK dengan insektisida dan kontrol belum memangkas secara benar sehingga masih terjadi serangan busuk buah 10%. Tabel 2. Rataan intensitas serangan PBK dan serangan busuk buah kakao Pengendalian Intensitas PBK Serangan (%) Busuk buah kakao Kontrol 46,7 10,0 Insektisida 35,2 10,0 Sarungisasi 0 0 Pengendalian hama penggerak batang dilakukan dengan menggunakan agen hayati yaitu Beauveria bassiana (Bb). Bb merupakan jamur parasitik termasuk dalam kelas Deuteromycetes. Jamur ini mengeluarkan toksin beauvericin, beauverolides, asam oksalat yang berperan sebagai racun perut hama. Jamur ini juga masuk melalui kulit serangga hama dengan cara menempel pada kulit dan menembus masuk kedalam tubuh serangga hama (JESMANAT, 2000). Beberapa petani koperator yang mengaplikasikan Bb pada tanaman kakaonya, menunjukkan cukup berhasil mematikan hama penggerek batang. Batang yang terserang hama penggerek tidak lagi mengeluarkan serbuk bekas gerekan larva dan campuran kotoran larva dengan asumsi bahwa larva yang ada dalam jaringan batang sudah terselimuti jamur Bb. Hasil percobaan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Medan menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan efektivitas yang tinggi atau mortalitas larva mencapai 100% dengan konsentrasi yang dianjurkan adalah 1,18 x 10 7 konidia/ml air. Rataan produksi kakao kering petani koperator selama 4 bulan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan produksi kakao kering petani koperator selama bulan September Desember 2005 Pengendalian Kontrol Insektisida Sarungisasi Produksi kakao kering (kg/0,5 ha/4 bulan) Desa Jono-Oge 153,7 268,2 345,5 Tabel 3 menunjukkan rataan produksi kakao kering tertinggi dengan metode pengendalian sarungisasi, sedangkan rataan produksi kakao kering kontrol (kebiasaan petani) rendah. Rataan produksi kakao kering pada Tabel 3 diatas merupakan rataan produksi panen raya, dimana panen raya terjadi 2 kali setahun berarti rataan produksi kakao kering tertinggi (metode sarungisasi) adalah kg/ha/tahun, sedangkan pada kontrol (kebiasaan petani) lebih rendah hanya 614,8 kg/ha/tahun. Teknologi pemeliharaan kambing Jenis kambing yang diintroduksi dan dikembangkan pada pengkajian ini adalah jenis Peranakan Etawah (PE). Kambing PE ini didatangkan dari kawasan Lembah Palu yang kondisi alamnya berbeda dengan lokasi pengkajian sehingga memerlukan waktu adaptasi sekitar 3 bulan. Skala pemilikan pemilikan kambing untuk layak diusahakan sebagai tambahan pendapatkan keluarga adalah berkisar 5 7 ekor. Jumlah kambing ini dapat mencukupi kebutuhan kotoran kambing (manure) sebagai bahan baku pembuatan pupuk bokashi untuk luasan kebun kakao 1 ha. Pemberian pakan dasar berupa rumput alam dan atau rumput setaria 60% dari total hijauan pakan dan pakan tambahan daun gamal 20 % + kulit buah kakao (KBK) 20% dari total hijauan pakan, diberikan dalam bentuk dilayukan. Rataan total pemberian pakan harian 2,2 kg/ekor dengan komposisi rumput 1,3 kg/ekor, daun gamal 0,45 kg/ekor dan KBK 0,45 kg/ekor. Sebagai pembanding, ternak kambing 602

6 Tabel 4. Kandungan nutrisi pakan Jenis pakan Rumput alam Rumput setaria Daun gamal KBK Kandungan nutrisi Bahan kering (%) Protein kasar (%) Serat kasar (%) Lemak (%) 32,9 7,5 29,5 2,2 35,9 12,7 39,9 0,4 42,7 18,3 38,2 2,8 18,7 9,9 32,7 9,2 Pakan dianalisis di Lab. Analitik, Fak. Pertanian Untad, Palu, 2005 hanya diberikan rumput alam secukupnya berdasarkan kebiasaan peternak. Kandungan protein pada susunan pakan ini sudah dapat memenuhi kebutuhan protein kasar untuk produksi dan reproduksi kambing yakni 16%. Pakan yang diberikan pada kambing semuanya dapat dihabiskan kecuali KBK pada awal pemberian tersisa, tetapi setelah 2 minggu kemudian dapat dihabiskan semuanya. Pemberian obat-obatan pada kambing apabila terserang penyakit dan parasit. Berdasarkan pemantauan di lapang, umumnya kambing betina pada kegiatan pengkajian ini sehat. Gangguan infeksi pada mulut akibat mengkonsumsi hijauan pakan berduri dapat diatasi dengan pemberian antibiotik secara intensif selama 3 hari berturut-turut. Pemberian obat cacing pada awal kegiatan pengkajian dan selanjutnya setelah 2 bulan kemudian. Integrasi kambing dan kakao akan memberikan tambahan keuntungan petani selain melalui penjualan kakao, juga melalui penjualan kambing dan pupuk kandang dari kotoran kambing yang sudah difermentasi. Komposisi pakan yang diberikan pada kambing betina memberikan respon positif terhadap Pertambahan Bobot hidup Harian (PBHH) (Tabel 5). Tabel 5 menunjukkan rataan PBHH kambing pada pola introduksi lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (kebiasaan petani). Tingginya rataan PBHH pola introduksi ini karena didukung oleh manajemen pemeliharaan yang baik sesuai anjuran teknis. Namun PBHH pola introduksi ini relatif lebih rendah dari hasil pengkajian sebelumnnya. PRABOWO dan BAHRI (2004) melaporkan bahwa hasil kajian di Lampung Timur, kambing betina yang diberikan pakan kulit buah kakao 30 70% dan blok suplemen lengkap (ad libitum) dengan rataan PBHH 58,6 g. Adanya perbedaan ini karena adanya penambahan blok suplemen lengkap yang dikonsumsi kambing 5 10 g/hari. Pada kontrol (kebiasaan petani), pemberian pakan lengkap kurang tepat waktu dan takarannya tidak sesuai anjuran. Tabel 5. Rataan PBHH kambing Desa/pola pemeliharaan Bobot awal (kg) Bobot akhir (kg) PBHH (g) Kenaikan bobot badan (kg) Kontrol Introduksi 15,1 14,4 16,8 18,5 27,8 53,3 1,7 4,1 603

7 Analisa kelayakan usahatani Tabel 6. Struktur biaya dan pendapatan bersih (R/C) dari usaha kambing betina pola petani per kandang 6 ekor selama 2,5 bulan Parameter Biaya (Rp.) Biaya Tetap Biaya penyusutan kandang per 6 bulan Biaya Produksi Bakalan ternak kambing betina muda 6 ekor R.p Tenaga kerja Rp (¼ hari) x 75 hari Jumlah pengeluaran Penerimaan Kambing dewasa (siap kawin) berbobot hidup 16,8 kg 6 ekor Rp bersih periode (2,5 bulan) R/C 1,15 Tabel 7. Struktur biaya dan pendapatan bersih (R/C) dari usaha kambing betina pola introduksi per kandang 6 ekor selama 2,5 bulan Parameter Biaya (Rp.) Biaya Tetap Biaya penyusutan kandang per 6 bulan Biaya Produksi Bakalan ternak DEG betina muda 6 ekor Rp Pakan Kulit buah kakao 0,45 kg x 6 ekor x 75 hari x Rp Daun gamal 0,45 kg x 6 ekor x 75 hari x Rp Rumput 1,3 kg x 6 ekor x 75 hari x Rp. 150 Obat-obatan/vitamin Tenaga kerja Rp (¼ hari) x 75 hari Jumlah pengeluaran Kambing dewasa (siap kawin) berbobot hidup 18,5 kg 6 ekor Rp bersih periode (2,5 bulan) R/C 1,30 604

8 Tabel 8. Struktur biaya dan pendapatan bersih (R/C) dari kakao pola petani dan introduksi untuk luas kebun kakao 0,5 ha selama 4 bulan Komponen biaya Volume Biaya (Rp) Pola petani Pola introduksi Pola petani Pola introduksi Pupuk Urea 50 kg 200 kg SP kg 100 kg KCl 30 kg 150 kg Pupuk kandang - 2 t Insektisida 3 liter 1 liter Herbisida 1 liter 2 liter Plastik (pembungkus buah) - 15 pak Karet gelang - 1,5 kg Peralatan (cangkul, garpu, 1 paket 1 paket paralon, keranjang, dll.) Tenagakerja (HOK) Penyiangan 12 HOK 2,5 HOK Pemangkasan 8 HOK 8 HOK Pemupukan 1,5 HOK 2 HOK Pengendalian hama & 6 HOK 2 HOK penyakit Penyarungan - 8 HOK Panen 6 HOK 7,5 HOK Jumlah pengeluaran Penerimaan 153,7 kg 345,5 kg bersih R/C 1,29 1,67 Upah tenaga kerja : Rp /HOK Penjualan kakao kering di desa Rp /kg Penjualan kakao kering di Palu Rp /kg Tabel 9. Struktur biaya dan pendapatan bersih (R/C) dari integrasi usahatani kakao dan kambing kontrol (kebiasaan petani) selama 4 bulan Usahatani/ternak (Rp.) Penerimaan (Rp.) (Rp.) Usaha kambing Usahatani kakao Total bersih per musim bersih per bulan R/C 1,19 605

9 Tabel 10. Struktur biaya dan pendapatan bersih (R/C) dari integrasi usahatani kakao dan kambing pola introduksi selama 4 bulan Usahatani/ternak (Rp) Penerimaan (Rp) (Rp) Usaha kambing Usahatani kakao Total bersih per musim - bersih per bulan R/C 1,47 KESIMPULAN Hasil pengkajian pengembangan yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa rataan produksi kakao kering tertinggi mencapai 345,5 kg/0,5 ha/4 bulan atau kg/ha/tahun, sedangkan kontrol (pola petani) hanya 153,7 kg/0,5 ha/4 bulan atau 614,8 kg/ha/tahun. Rataan pertambahan bobot hidup harian (PBHH) lebih tinggi pada pola introduksi yaitu 53,3 g, diikuti kenaikan rataan bobot akhir yang tinggi yakni 3,4 kg, sedangkan pada kontrol (kebiasaan petani) hanya 27,8 g, diikuti kenaikan rataan bobot akhir hanya 2,0 kg selama 2,5 bulan. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS Pengembangan inovasi dan diseminasi teknologi pertanian untuk pemberdayaan petani miskin pada lahan marginal di Donggala, Sulaweai Selatan. Laporan Akhir. BP2TP dan BPTP Sulteng. DJAJANEGARA, A. dan I.G. ISMAIL Manajemen sarana Usahatani dan pakan dalam sistem integrasi tanaman-ternak. Pros. Seminar Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman- Ternak. Balitbangtan, Deptan, Jakarta. hlm JESMANAT Diktat Kuliah: Pengenalan Jamur Patogen Serangga Hama. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. PRABOWO, A. dan S. BAHRI Kajian sistem usahatani ternak kambing pada perkebunan kakao rakyat di Lampung. Makalah Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak di Denpasar, Juli Puslitbang Peternakan berkerjasama dengan BPTP Bali dn CASREN. hlm SOEKARTAWI Analisis Usahatani. Universitas Indonesia-Press (UI-Press), Jakarta. SULISTYOWATI, E Pengenalan Hama Utama. Teknik Pengamatan dan Pengedalian pada Tanaman Kakao. Puslitkoka, Jember. WITJAKSANA Kelapa sebagai Penaung Kakao. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Puslitkoka, Jember. 606

Donggala antara lain berkaitan dengan teknik budidaya yang belum sesuai seperti bahan tanam, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan, d

Donggala antara lain berkaitan dengan teknik budidaya yang belum sesuai seperti bahan tanam, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan, d OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO DAN KAMBING MELALUI PERBAIKAN BUDIDAYA SECARA TERINTEGRASI F.F. MUNIER, A. ARDJANHAR, Y. LANGSA dan FEMMI N.F Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

Heni Sulistyawati PR dan Lintje Hutahaean Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Heni Sulistyawati PR dan Lintje Hutahaean Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK DAMPAK TEKNOLOGI SISTEM USAHATANI INTEGRASI KAKAO DAN KAMBING TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH Heni Sulistyawati PR dan Lintje Hutahaean Balai Pengkajian

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI GELAR TEKNOLOGI

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI GELAR TEKNOLOGI LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI GELAR TEKNOLOGI TAHUN ANGGARAN 2006 Oleh: Caya Khairani Asni Ardjanhar Syafruddin Yogi Purna Rahardjo Sumarni BPTP SULAWESI TENGAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LADA MELALUI PERBAIKAN SISTEM USAHATANI

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LADA MELALUI PERBAIKAN SISTEM USAHATANI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LADA MELALUI PERBAIKAN SISTEM USAHATANI DEWI SAHARA, YUSUF DAN SUHARDI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tenggara ABSTRACT The research on increasing farmer

Lebih terperinci

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI Abstrak Kebijaksanaan pembangunan pertanian di Sulawesi Tengah diarahkan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENGKAJIAN

LAPORAN HASIL PENGKAJIAN LAPORAN HASIL PENGKAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI TERPADU BERBASIS KAKAO DI LAHAN KERING DI KABUPATEN DONGGALA DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TAHUN ANGGARAN 2006 Oleh: F.F. Munier, dkk

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KAKAO DI SULAWESI TENGGARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KAKAO DI SULAWESI TENGGARA DEWI SAHARA, DAHYA DAN AMIRUDDIN SYAM 1) Balai Pengkajian Teknologi Sulawesi Tenggara ABSTRACT Cocoa is Southeast

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG SITI AMINAH, DAN ZULQOYAH LAYLA Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Pengenalan pemanfaatan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK TEKNIS NOMOR : 26/1801.013/011/B/JUKNIS/2013

Lebih terperinci

BOBOT HIDUP DOMBA EKOR GEMUK (DEG) YANG DIBERIKAN PAKAN TAMBAHAN LEGUMINOSA

BOBOT HIDUP DOMBA EKOR GEMUK (DEG) YANG DIBERIKAN PAKAN TAMBAHAN LEGUMINOSA BOBOT HIDUP DOMBA EKOR GEMUK (DEG) YANG DIBERIKAN PAKAN TAMBAHAN LEGUMINOSA (Body weight of fat tail sheep with leguminous supplemented) F.F. MUNIER Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah,

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU Afrizon, Dedi Sugandi, dan Andi Ishak (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu) afrizon41@yahoo.co.id Pengkajian Keragaan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING HERY SURYANTO DAN SUROSO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Dalam mengusahakan tanaman lada (Piper nigrum L) banyak menghadapi kendala

Lebih terperinci

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP REKOMENDASI PENGENDALIAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO (Theobromae cocoa) di PT. PERKEBUNAN HASFARM SUKOKULON KEBUN BETINGA ESTATE KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA Christina

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO 1 Erryka Aprilia Putri, 2 Anik Suwandari & 2 Julian Adam Ridjal 1 Mahasiswa,Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PETANI DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR. Isbandi¹ dan Debora Kana Hau² 1)

KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PETANI DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR. Isbandi¹ dan Debora Kana Hau² 1) KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PETANI DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR Isbandi¹ dan Debora Kana Hau² 1) Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK Peluang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao.

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KERAGAAN USAHATANI TANAMAN DAN TERNAK DI DAERAH PENELITIAN

VI. ANALISIS KERAGAAN USAHATANI TANAMAN DAN TERNAK DI DAERAH PENELITIAN VI. ANALISIS KERAGAAN USAHATANI TANAMAN DAN TERNAK DI DAERAH PENELITIAN Analisis deskripsi mengenai ketersediaan sumberdaya dilakukan guna keperluan analisis menggunakan program linier, meliputi ketersediaan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) R. H. MATONDANG dan A. Y. FADWIWATI Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Gorontalo Jln. Kopi no. 270 Desa Moutong

Lebih terperinci

PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP HARIAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BETINA YANG DIBERIKAN PAKAN TAMBAHAN GAMAL (Gliricidia sepium)

PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP HARIAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BETINA YANG DIBERIKAN PAKAN TAMBAHAN GAMAL (Gliricidia sepium) PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP HARIAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BETINA YANG DIBERIKAN PAKAN TAMBAHAN GAMAL (Gliricidia sepium) (The Daily Body Live Gain of Etawah Grade Doe Due to Given of Gliricidia (Gliricidia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

BOBOT HIDUP KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BETINA YANG DIBERIKAN KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cocoa L)

BOBOT HIDUP KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BETINA YANG DIBERIKAN KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cocoa L) BOBOT HIDUP KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BETINA YANG DIBERIKAN KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cocoa L) (Live Weight of Etawah Grade Fed Cocoa (Theobroma cocoa L) Shell) F.F. MUNIER Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI

DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI Lintje Hutahaean, Syamsul Bakhri, dan Maskar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 BOBOT HIDUP KAMBING BETINA PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERIKAN PAKAN TAMBAHAN DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) DAN KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cocoa L.) (Effect of Feed Additive of Gliricidia (Gliricidia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan) 1 KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan) SUCIANI, I G.N. KAYANA, I W. SUKANATA, DAN I W. BUDIARTHA

Lebih terperinci

FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH

FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH Lintje Hutahaean, Saidah, dan Ferry. F. Munier Balai Pengkajian

Lebih terperinci

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten 44 V. Penutup Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali, maka pada bagian penutup ini disajikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING

PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING BALAI PENELITIAN TERNAK 2012 Bidang Fokus : Ketahanan Pangan Jenis Insentif : Paket Insentif

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG e-j. Agrotekbis 2 (3) : 337-342, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Feasibility Analysis Of Milkfish Farms

Lebih terperinci

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118 Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur Dwi Suci Rahayu 1) dan Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118 Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PISANG ASAL KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNOLOGI PPBBI

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PISANG ASAL KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNOLOGI PPBBI PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PISANG ASAL KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNOLOGI PPBBI 1 Pendahuluan Pisang merupakan salah satu tanaman buah unggulan apabila dibandingkan dengan komoditas buah yang lain karena produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah potensial untuk pengembangan komoditas kakao karena sumber daya alam dan kondisi sosial budaya yang mendukung serta luas areal kakao yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

PERUBAHAN NILAI PENDAPATAN RUMAH TANGGA TANI DI KAWASAN PRIMA TANI LAHAN KERING DATARAN TINGGI IKLIM BASAH KABUPATEN GIANYAR

PERUBAHAN NILAI PENDAPATAN RUMAH TANGGA TANI DI KAWASAN PRIMA TANI LAHAN KERING DATARAN TINGGI IKLIM BASAH KABUPATEN GIANYAR PERUBAHAN NILAI PENDAPATAN RUMAH TANGGA TANI DI KAWASAN PRIMA TANI LAHAN KERING DATARAN TINGGI IKLIM BASAH KABUPATEN GIANYAR Jemmy Rinaldi dan I Ketut Kariada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Kajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam pengendalian hama PBK di Kalimantan Timur

Kajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam pengendalian hama PBK di Kalimantan Timur PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 5, Agustus 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1222-1226 DOI: 10.13057/psnmbi/m010545 Kajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam

Lebih terperinci

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADA KOPI TRADISIONAL DAN KOPI SAMBUNG DI DESA LUBUK KEMBANG, KEC. CURUP UTARA, KAB. REJANG LEBONG

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADA KOPI TRADISIONAL DAN KOPI SAMBUNG DI DESA LUBUK KEMBANG, KEC. CURUP UTARA, KAB. REJANG LEBONG ISSN: 141-8837 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADA KOPI TRADISIONAL DAN KOPI SAMBUNG DI DESA LUBUK KEMBANG, KEC. CURUP UTARA, KAB. REJANG LEBONG (FARMING INCOME ANALYSIS ON TRADITIONAL AND GRAFTING COFFEE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 21 MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG (Introduction of New Maize Varieties, as

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH Muh. Rusdi, Herman S. dan Ruslan Boy Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jurnal Jurnal Perspektif Perspektif Pembiayaan Pembiayaan dan Pembangunan dan Pembangunan Daerah Daerah Vol. 2. Vol. 2, 2 Oktober-Desember. 1, Juli - September 2014 2014 ISSN: 2338-4603 Penerapan Sistem

Lebih terperinci

BOBOT LAHIR KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERIKAN KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cocoa L.)

BOBOT LAHIR KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERIKAN KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cocoa L.) BOBOT LAHIR KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERIKAN KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cocoa L.) (The Birth Weight of Etawah Grade Fed on Cocoa Pod Husk (Theobroma cocoa L.) F.F. MUNIER Balai Pengkajian

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000) STUDI KELAYAKAN PT. PERKEBUNAN GLENMORE SEBAGAI PRODUSEN BENIH KAKAO Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan - Surabaya I. Pendahuluan PT. Perkebunan Glenmore

Lebih terperinci

Penaung. TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia,

Penaung. TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia, Managemen Tanaman Penaung TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, 15-26 September 2014 PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Jl. PB Sudirman No. 90 Jember 68118 Indonesia,

Lebih terperinci

MODEL USAHATANI INTEGRASI KAKAO KAMBING DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

MODEL USAHATANI INTEGRASI KAKAO KAMBING DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MODEL USAHATANI INTEGRASI KAKAO KAMBING DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DWI PRIYANTO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 (Makalah diterima 20 September 2007 Revisi 8 Januari 2008)

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Evaluasi Panjang Potongan Hijauan yang Berbeda dalam Ransum Kering Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Kambing Lokal dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin,

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK Oleh Caya Khairani, dkk BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2005 LAPORAN PELAKSANAAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK Abstrak Teknologi

Lebih terperinci

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH M. A. Firmansyah 1, Suparman 1, W.A. Nugroho 1, Harmini 1 dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG (Utilization of Low Cost Ration for Beef Cattle Fattening at Prima Tani Location of Tulang Bawang Regency)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi (Coffea spp.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi yang banyak tumbuh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting di Indonesia (Hendrata dan Sutardi, 2009). Kakao di Indonesia merupakan penghasil

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga Indonesia cocok untuk melestarikan dan memajukan pertanian terutama dalam penyediaan

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU. Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU. Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian KM 6,5 Bengkulu

Lebih terperinci

Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli

Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli I PUTU AJUS HERYANA, I MADE SUDARMA, I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA Prodi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci