VI. ANALISIS KERAGAAN USAHATANI TANAMAN DAN TERNAK DI DAERAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. ANALISIS KERAGAAN USAHATANI TANAMAN DAN TERNAK DI DAERAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 VI. ANALISIS KERAGAAN USAHATANI TANAMAN DAN TERNAK DI DAERAH PENELITIAN Analisis deskripsi mengenai ketersediaan sumberdaya dilakukan guna keperluan analisis menggunakan program linier, meliputi ketersediaan sumberdaya lahan, tenaga kerja, hijauan pakan ternak, modal sendiri dan kredit usahatani yang dapat dipinjam petani di lokasi penelitian. Hasil analisis ini digunakan untuk menentukan kendala dalam pengembangan pola usahatani yang optimal. Analisis deskripsi juga dilakukan terhadap beberapa peubah diantaranya adalah tingkat produksi dari setiap cabang usahatani, penggunaan sarana produksi dan pola usahatani yang dilakukan. Hasil analisis ini selanjutanya digunakan sebagai koefisien teknis dan koefisien peubah fungsi tujuan dalam merumuskan model usahatani integrasi tanaman-ternak yang optimal pada tingkat petani untuk memperoleh pendapatan yang maksimum Penguasaan Sumberdaya Penggunaan Lahan dan Pola Tanam Berdasarkan kemampuan lahan untuk ditanami padi dalam satu tahun, serta mempertimbangkan kebiasaan yang dilakukan petani, maka sumberdaya lahan yang dikuasai oleh petani dikelompokkan menjadi: (1) lahan sawah satu kali tanam per tahun, (2) lahan sawah dua kali tanam per tahun, dan (3) lahan kebun, dengan luas masing-masing jenis lahan sebagaimana terlihat pada Tabel 8. Petani di lokasi penelitian menguasai lahan kebun lebih luas dibandingkan penguasaan lahan sawah yang rata-rata masih di bawah satu hektar. Hal ini menunjukkan

2 bahwa usahatani yang dilakukan di kecamatan contoh yaitu Kecamatan Damsol dan Sirenja lebih mengarah pada usahatani lahan kering. Tabel 8. Luas Lahan yang Dikuasai Petani Contoh Berdasarkan Jenis Lahan (Hektar) Jenis Lahan Luas Luas Minimum Maksimum Rataan Lahan Sawah 1x Tanam Lahan Sawah 2x Tanam Lahan Kebun Pola tanam yang dilakukan petani di daerah penelitian untuk lahan sawah satu kali tanam adalah padi-bera. Penanaman padi dilakukan pada musim tanam pertama yaitu pada bulan Februari dan panen pada bulan Mei. Sedangkan untuk lahan sawah dua kali tanam, penanaman padi dilakukan pada musim tanam pertama yaitu pada bulan Februari-Juni dan musim tanam kedua pada bulan Agustus-Desember. Setelah panen, lahan diistirahatkan dan dibiarkan kosong selama kurang lebih satu bulan, sebelum diolah kembali untuk penanaman pada musim tanam berikutnya. Selain menanam padi pada musim tanam kedua, sebagian petani juga menanam kacang kedelai, terutama jika hasil panen padi pada musim tanam pertama dirasa kurang dari yang seharusnya dapat dicapai. Selain itu petani memilih menanam kedelai jika awal musim tanam berikutnya bertepatan dengan awal musim panas yaitu pada bulan April. Penanaman kedelai dilakukan diantara dua musim tanam, karena petani tidak lagi mengolah lahannya untuk penanaman kedelai, tetapi langsung memanfaatkan lahan sawah tersebut setelah panen padi dilakukan, yaitu dengan merebahkan sisa jerami dengan menggunakan mesin. Penanaman tanpa menggunakan bedengan, tetapi dengan menggunakan larikan

3 dari tali untuk meratakan jarak tanam. Komoditas tanaman pangan lainnya seperti tanaman palawija yang banyak ditanam di Kabupaten Donggala adalah jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar, namun karena data input dan output untuk komoditas tersebut tidak tersedia di kecamatan contoh, dalam hal ini tidak ditemukan petani yang menanam komiditi tersebut pada pelaksanaan penelitian, sehingga tidak dimasukkan dalam analisis program linier. Tabel 9. Pola Usahatani dan Pola Tanam yang Diterapkan Petani pada Setiap Jenis Lahan Berdasarkan Waktu dalam Setahun Jenis Lahan/ Ternak Pola Tanam/ Ternak Musim Tanam / Bulan Musim Tanam I Musim Tanam II Sawah Padi-bera (PT1) Padi-Padi (PT2) Padi-kedele (PT3) Kebun Kakao Kelapa Ternak Sapi Kambing Lahan kering umumnya diusahakan dengan tanaman tahunan seperti kakao, kelapa dan cengkeh, serta sebagian kecil yang mengusahakan lada, vanili atau durian, yang ditanam pada lahan yang berbeda. Namun ada pula yang menanam kakao diantara pohon kelapa, dimana pohon kelapa dijadikan sebagai tanaman pelindung bagi tanaman kakao. Selain kelapa, tanaman pelindung

4 lainnya yang umum digunakan adalah tanaman gamal dan lamtoro, yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi maupun kambing. Selain sebagai tanaman pelindung bagi tanaman kakao, gamal juga dimanfaatkan sebagai tanaman pagar. Khusus untuk tanaman cengkeh, walaupun banyak diusahakan oleh petani di daerah ini tidak dimasukkan dalam analisis karena siklus panen dilaksanakan dua tahun sekali, sementara analisis yang dilakukan hanya untuk jangka waktu satu tahun Ketersediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani baik uasahatani lahan sawah maupun lahan kebun serta usahatani ternak sangat ditentukan oleh kegiatan yang dilakukan pada setiap cabang usahatani berdasarkan pada fase pertumbuhan tanaman atau ternak. Rata-rata curahan kerja untuk masing-masing cabang usahatani disajikan pada Tabel 10. Tabel ini juga menampilkan penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan menyediakan rumput sebagai pakan ternak, serta kegiatan pengolahan limbah, baik limbah pertanian yang akan dijadikan pakan maupun limbah ternak yang akan dijadikan pupuk organik. Kebutuhan tenaga kerja untuk budidaya tanaman padi didasarkan pada setiap kegiatan yang dilakukan mulai dari pengolahan lahan sampai kepada kegiatan panen dan pasca panen. Secara rinci, kegiatan per bulan pada aktivitas budidaya tanaman padi adalah sebagai berikut: bulan pertama adalah kegiatan persemaian seperti membuat bedengan, menabur bibit dan pemberian pupuk serta pemeliharaan persemaian, serta mengolah lahan untuk penanaman padi yang dilakukan dengan menggunakan traktor, bulan kedua: penanaman dan pemeliharaan seperti penyemprotan racun rumput (herbisida) insektisida serta

5 pemupukan pertama, bulan ketiga: pemeliharaan dalam hal ini penyiangan dan pemupukan kedua, bulan keempat: pemeliharaan dan penyemprotan, dan bulan kelima: kegiatan panen dan pasca panen, mulai dari memotong, merontokkan, penjemuran, sampai pada pengangkutan. Kegiatan yang menyerap tenaga kerja paling banyak adalah pada saat penanaman dan panen padi dilakukan. Tabel 10. Curahan Kerja pada Masing-Masing Cabang Usahatani Berdasarkan Bulan dalam Setahun Uraian Curahan Kerja Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan HOK/Ha PT PT PT HOK/Ha Kakao Kelapa HOK/Ekor Sapi Kambing HOK/Pengambilan Rumput HOK/Ton Jerami Keterangan: PT = Pola Tanam HOK = Hari Orang Kerja Berbeda dengan curahan kerja pada tanaman semusim, maka curahan tenaga kerja untuk kegiatan usahatani tanaman tahunan dan ternak dilakukan sepanjang tahun. Untuk tanaman kakao, kegiatan yang dimasukkan dan dihitung curahan kerjanya adalah mulai dari pemeliharaan tanaman dan bukan sejak penanaman. Hal ini dilakukan karena tanaman kakao mulai berbuah rata-rata pada umur 4-5 tahun. Tanaman kakao yang ada di daerah penelitian sebagian besar telah berumur antara tahun, dengan kisaran umur mulai dari 5 sampai 20 tahun. Selain itu untuk tujuan integrasi dengan ternak, maka yang dibutuhkan

6 adalah tanaman yang telah berbuah untuk diambil kulit buahnya dan dipergunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Sebagaimana ditampilkan pada Tabel 10, maka curahan tenaga kerja setiap bulan untuk tanaman kakao umumnya berdasarkan siklus hidup kakao sepanjang tahun. Kakao yang telah berbuah, kurang lebih setelah berumur empat tahun, dapat dipanen sepanjang tahun, dengan kuantitas buah yang semakin meningkat sampai kakao berumur tahun dan mulai menurun kembali sampai kakao berumur 20 tahun. Panen kakao dapat dibedakan atas panen raya dan panen antara. Panen raya biasanya dilakukan pada bulan April dan Mei, sementara panen antara, dilakukan pada bulan selain bulan April dan Mei, dengan frekuensi pemetikan setiap dua minggu sekali. Pada saat panen, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak, terutama pada saat panen raya. Kegiatan pada saat panen mulai dari pemetikan, membelah buah dan mengeluarkan isi kakao, kemudian menjemur dan melakukan fermentasi, biasanya menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Pemumupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada awal dan akhir musim hujan, umumnya pada bulan Maret dan bulan Oktober. Penyemprotan untuk membasmi hama dan penyakit dilakukan dua minggu sekali, sedangkan penyemprotan menggunakan herbisida untuk mengendalikan gulma dilakukan tiga kali dalam setahun, bergantian dengan penyiangan secara manual. Selain penyiangan yang bertujuan untuk sanitasi dan menghindarkan tanaman kakao dari hama dan penyakit, tanaman kakao juga perlu dipangkas secara teratur. Pada umumnya petani kakao di lokasi penelitian membutuhkan minimal tiga hari dalam seminggu untuk merawat tanamannya, dengan melakukan

7 kegiatan rutin seperti pembersihan gulma, pemangkasan, pemupukan dan penyemprotan. Pada saat-saat tertentu dimana kegiatan yang dilakukan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, maka petani menyewa tenaga kerja luar keluarga dengan rata-rata biaya sewa antara Rp sampai Rp per orang per hari. Penggunaan tenaga kerja pada aktivitas budidaya tanaman kelapa di lokasi penelitian sebagian besar ditujukan untuk kegiatan panen dan pasca panen, yang dilakukan setiap empat bulan sekali. Hal ini disebabkan usia pohon kelapa yang rata-rata sudah di atas 10 tahun dimana tanaman ini sudah berproduksi. Tanaman kelapa mulai berproduksi pada umur 5 sampai dengan 7 tahun, dan puncak produksi dicapai antara tahun ke-12 sampai dengan tahun ke-15. Pada saat panen, tenaga kerja dibutuhkan untuk kegiatan memanjat dan memetik buah kelapa serta mengangkut kelapa dari kebun. Tenaga kerja untuk kegiatan pasca panen mulai dari mengupas sabut, dan membelah kelapa, menjemur, mengeluarkan daging buah serta menjemur hingga menjadi kopra. Pemupukan jarang dilakukan, tetapi pada umumnya setiap habis panen atau paling sedikit setelah dua kali panen dilakukan satu kali pemupukan. Curahan kerja dalam pemeliharaan ternak, baik ternak sapi maupun kambing digunakan untuk kegiatan memberi pakan, membersihkan kandang dan menggembala bagi ternak yang dipelihara dengan sistem semi intensif. Kegiatan mencari rumput untuk pakan dihitung secara terpisah, dimana petani rata-rata menggunakan waktu selama dua jam per hari untuk mengumpulkan kurang lebih 30 kg rumput atau 8.57 HOK per bulan. Pemeliharaan sapi membutuhkan curahan kerja sebanyak 5.76 HOK perbulan untuk rata-rata pemeliharaan 2.77 ekor,

8 sehingga kebutuhan tenaga kerja per ekor per bulan adalah 2.08 HOK. Sedangkan untuk pemeliharaan ternak kambing, rata-rata jumlah curahan kerja per bulan adalah 2.84 HOK dengan rata-rata pemilikan ternak 5.25 ekor. Sehingga kebutuhan tenaga kerja per ekor kambing setiap bulannya adalah 0.54 HOK. Ketersediaan tenaga kerja keluarga merupakan kendala dalam melaksanakan usahatani baik tanaman maupun ternak, karena jumlahnya yang terbatas. Ketersediaan tenaga kerja keluarga ini dihitung berdasarkan rata-rata jumlah anggota keluarga pria dan wanita yang terlibat dalam usahatani, yang diasumsikan dapat bekerja 7-8 jam sehari, 25 hari kerja per bulan atau 300 hari kerja setahun. Dengan rata-rata jumlah anggota keluarga pria sebanyak 1.39 orang dapat menyediakan tenaga kerja sebanyak HOK per bulan dan rata-rata jumlah anggota keluarga wanita sebanyak 1.07 orang, maka ketersediaan tenaga kerja keluarga adalah HOK per bulan Penggunaan dan Ketersediaan Modal Usahatani Ketersediaan modal usahatani berasal dari modal yang dimiliki oleh petani maupun dari pinjaman yang diperoleh untuk aktivitas usahatani. Besarnya modal milik sendiri yang digunakan untuk membiayai usahatani ini diperoleh dari informasi yang diberikan oleh petani, demikian pula dengan jumlah pinjaman. Berdasarkan hasil informasi petani di lokasi penelitian, maka rata-rata modal yang dimiliki untuk pembiayaan usahatani adalah sebesar Rp 2 224,31 per musim tanam. Modal yang dimiliki ini dialokasikan untuk membiayai aktivitas usahatani pada setiap musim tanam, sehingga kendala modal milik sendiri dibedakan atas dua musim tanam. Untuk cabang usahatani dengan siklus produksi tahunan seperti

9 tanaman perkebunan dan ternak, maka kebutuhan modal usahatani juga dibedakan menjadi dua musim tanam. Terbatasnya modal yang dimiliki petani menuntut mereka untuk meminjam modal jika kebutuhan usahatani lebih besar dari modal yang dapat disediakan oleh petani. Pinjaman dapat berupa sarana produksi maupun sejumlah dana tertentu untuk membeli input produksi. Petani biasanya meminjam kepada penjual sarana produksi, pemilik gilingan padi, koperasi atau kepada bank. Besarnya pinjaman bervariasi, tetapi pada umumnya disesuaikan dengan kebutuhan sarana produksi per luas lahan yang diusahakan, terutama untuk kebutuhan pupuk, pestisida dan herbisida. Jangka waktu pengembalian pinjaman disesuaikan dengan siklus produksi cabang usahatani yang dibiayai yaitu per musim tanam untuk tanaman semusim dan per tahun untuk tanaman tahunan. Untuk keperluan analisis program linier, maka besarnya kredit yang dapat dipinjam oleh petani didasarkan pada maksimum kredit yang dapat diberikan oleh Bank Rakyat Indonesia pada tingkat kantor unit yaitu untuk jenis Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 5 juta per musim tanam dengan suku bunga 13.5 persen per tahun Pendapatan Usahatani Petani Contoh Perbedaan sumberdaya yang dikuasai petani menyebabkan adanya perbedaan dalam tingkat pendapatan usahatani maupun dari luar usahatani. Sebagai ukuran pendapatan usahatani, maka pada Tabel 11 dan 12 disajikan penerimaan dari masing-masing cabang usahatani baik dari usahatani tanaman maupun ternak selama satu tahun.

10 Pendapatan usahatani lebih didominasi oleh usahatani tanaman, baik dari usahatani lahan sawah maupun lahan kebun. Kondisi ini menunjukkan bahwa penghasilan utama petani contoh adalah dari bercocok tanam, sementara ternak merupakan usahatani sampingan yang berfungsi sebagai tabungan jika sewaktuwaktu membutuhkan dana dalam jumlah besar Tabel 11. Pendapatan Petani Contoh dari Usahatani Tanaman pada Lahan Sawah dan Lahan Kebun Komponen Padi PT1 Lahan Sawah Padi PT2 Padi PT3 (Rp 000) Lahan Kebun Kedelai Kakao Kelapa Penerimaan Biaya Saprodi Biaya Tenaga Kerja Total Biaya Pendapatan Penerimaan usahatani tanaman sebagian besar atau persen berasal dari lahan sawah, sedangkan usahatani kakao dan kelapa pada lahan kebun menyumbangkan persen dari total pendapatan petani. Penerimaan dari usahatani ternak, baik ternak sapi maupun ternak kambing berasal dari penerimaan tunai dan non tunai. Penerimaan tunai berasal dari penjualan ternak, sedangkan penerimaan non tunai berupa natura dari penambahan nilai ternak, yaitu dari pertambahan bobot badan ternak (Tabel 12). Pendapatan dari usahatani ternak memberikan sumbangan sebesar 6.39 persen dari total pendapatan usahatani, yaitu sebesar Rp per tahun. Guna keperluan analisis program linier, maka penerimaan untuk ternak berasal dari pertambahan nilai ternak melalui pertambahan bobot badan selama setahun.

11 Hal ini mengingat petani tidak memiliki pola penjualan ternak rutin setiap tahunnya. Petani menjual ternaknya hanya sewaktu-waktu pada saat membutuhkan dana. Tabel 12. Pendapatan Petani Contoh dari Usahatani Ternak dalam Setahun Komponen Penerimaan Penjualan Bersih Tunai Sapi Non Tunai Total Tunai (Rp 000) Kambing Non Total Tunai Natura Total 1 Penerimaan Pengeluaran Pakan Hijauan Obat-obatan Total Biaya Pendapatan Input-Output Usahatani Pendukung Model Integrasi Tanaman-Ternak Hasil yang diperoleh dari usahatani tanaman selain hasil utama, juga hasil sampingan yang dapat dijadikan pakan bagi ternak sapi dan kambing, sebagai penentu terlaksananya sistem integrasi tanaman dan ternak. Produk samping atau hasil ikutan usahatani tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dalam penelitian ini berasal dari tanaman padi dan kakao. Sumber pakan yang berasal dari tanaman padi adalah jerami dan dedaknya, sedangkan dari tanaman kakao diperoleh dari kulit buah kakao. Guna keperluan menyamakan satuan antara kebutuhan pakan bagi ternak serta ketersediaan pakan baik hijauan maupun konsentrat yang berasal dari

12 sumber yang beragam, maka digunakan satuan Bahan Kering (dry matter/ DM). Kandungan bahan kering dari beberapa sumber pakan disajikan pada Tabel 13. Pada Tabel juga ditampilkan kandungan bahan kering rumput lapangan sebagai sumber hijauan yang selama ini digunakan oleh petani di lokasi penelitian. Tabel 13. Kandungan Bahan Kering Beberapa Bahan Baku Pakan Asal Limbah Pertanian Rumput Lapangan Jerami Padi segar Jerami Padi Fermentasi Kulit Buah Kakao Dedak Padi Sumber Pakan Kandungan BK (%) Sumber: * Agus et al. (2000) ** Ditjen Peternakan departemen Pertanian (2006) ** 73.14* 91.33** 86.00** Input Output Usahatani Padi Sistem integrasi padi-ternak menuntut adanya keterkaitan antara usahatani tanaman padi dengan usahatani ternak baik sapi maupun kambing. Input tanaman padi berupa bibit, pupuk, pestisida digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh output berupa padi sebagai hasil utama serta jerami dan dedak sebagai hasil sampingan. Output dari tanaman padi berupa jerami dan dedak ini digunakan sebagai input untuk ternak sapi dan kambing yang akan digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output berupa daging dan hasil samping berupa kotoran yang kemudian dijadikan input tanaman padi. Jumlah input yang digunakan oleh petani contoh serta output yang dihasilkan dari tanaman padi, ternak sapi dan kambing ditampilkan pada Tabel 14. Varietas padi yang banyak diusahakan oleh petani adalah Cigeulis, Ciliwung, Paburu dan Ciherang, dengan rata-rata penggunaan benih adalah kg per hektar. Sedangkan penggunaan pupuk dan pestisida bervariasi pada tiap

13 petani. Seluruh petani (100%) menggunakan urea dengan dosis yang beragam, yaitu rata-rata kg per hektar, menggunakan KCl persen, menggunakan SP persen, menggunakan ZA persen, menggunakan pupuk lain seperti pupuk pelengkap cair persen, dengan biaya sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 14. Demikian pula penggunaan pestisida dan herbisida sangat bervariasi baik jenis maupun jumlahnya, dengan rata-rata biaya sebagaimana ditampilkan pada Tabel 14. Pemakaian pupuk organik atau pupuk kompos yang berasal dari kotoran sapi maupun kambing masih belum dilakukan oleh petani di daerah ini. Pada model integrasi yang dibangun, maka kebutuhan pupuk kompos untuk setiap hektar lahan sawah adalah sebanyak kg per musim tanam, dimana menurut Dirjen Peternakan Departemen Pertanian (2008) bahwa kebutuhan pupuk kandang untuk 1 hektar lahan sawah adalah antara ton. Penggunaan jerami padi sebagai pakan terutama setelah jerami kering sangat terbatas, mengingat nilai nutrisi jerami padi yang rendah, yaitu: kandungan protein kasar 4.6 persen, abu 18 persen, NDF (Neutral Detergent Fiber = serat yang tidal larut dalam larutan detergen netral/dinding sel) 76 persen, ADF (Acid Detergent Fiber = serat yang tidak larut dalam larutan detergen asam) 51 persen, selulosa 31 persen, hemiselulosa 25 persen dan lignin 6 persen (Doyle et al., 1986 dalam Agus et al., 2004). Kandungan serat kasar yang tingggi serta adanya lignin menyebabkan daya cerna jerami menjadi rendah, menurut Van Soest (1982) adalah sebesar persen. Jerami padi memiliki kandungan gizi yang rendah, sehingga perlu dilakukan teknologi pengolahan yang dapat meningkatkan kualitas

14 jerami, misalnya melalui proses fermentasi yang telah banyak diintroduksikan melalui pelaksanaan program integrasi padi-ternak. Proses fermentasi selain meningkatkan kualitas nutrisi, juga akan meningkatkan nilai biologis dari jerami padi, sehingga lebih disukai ternak. Hal yang lebih penting adalah dengan teknologi ini pakan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat memenuhi kekurangan pakan terutama pada saat musim kemarau. Tabel 14. Input, Hasil Utama dan Hasil Ikutan Usahatani Padi Berdasarkan Pola Tanam per Hektar Lahan Uraian Padi 11 Padi21 Padi22 Padi31 Input Benih (kg) Pupuk Anorganik (kg) Pestisida/herbisida (Rp 000) Tenaga Kerja (Rp 000) Lainnya (Rp 000) Hasil Utama Beras (kg) Konsumsi keluarga (kg) Dijual (kg) Hasil Ikutan / Pakan Ternak Jerami fermentasi (kgbk) Dedak (kg BK) Keterangan: kgbk = kilogram Bahan Kering Berdasarkan hasil pemanfaatan teknologi jerami fermentasi ini pada Balai Besar Penelitian Padi di Sukamandi Jawa Barat, pakan dapat disimpan selama tujuh bulan. Proses fermentasi jerami padi dilakukan dengan menggunakan probiotik seperti probion atau starbio/starter atau EM4 sebanyak 2.5 kg dan urea sebanyak 2.5 kg untuk setiap 1 ton jerami. Pemberian probion ditujukan sebagai pemacu proses degradasi serat, sedangkan urea sebagai sumber nitrogen yang

15 dibutuhkan mikroorganisme untuk berkembang biak. Adapun proses pembuatan produk fermentasi adalah sebagai berikut: jerami dengan kadar air sekitar 60 persen (jerami kering panen) ditumpuk setebal kurang lebih 20 cm, kemudian ditaburkan campuran probion dan urea secara merata. Selanjutnya diatas tumpukan pertama ditumpuk lagi jerami setebal 20 cm dan ditaburi campuran probion dan urea, demikian seterusnya sampai bahan habis atau maksimal tinggi tumpukan 3 meter. Tumpukan dibiarkan tanpa perlakuan apapun selama 21 hari, selanjutnya dibongkar dan dikeringanginkan atau dijemur di bawah sinar matahari. Setelah proses ini selesai, selanjutnya pakan dapat dipergunakan dan disimpan pada tempat yang terlindung dari terpaan hujan dan sengatan matahari (Ditjen Peternakan Departemen Pertanian, 2008). Proses fermentasi jerami padi ini membutuhkan biaya kurang lebih Rp 53.5 ribu untuk setiap ton jerami atau Rp 214 ribu untuk setiap hektar lahan (untuk 4 ton jerami), dan hasil yang diperoleh akan susut atau berkurang sebanyak 40 persen. Jika dikonversi ke dalam satuan bahan kering maka setiap 4 ton jerami akan diperoleh jerami fermentasi sebanyak kg Bahan Kering (Tabel 14). Pemanfaatan dedak padi sebagai pakan ternak belum banyak dilakukan di lokasi penelitian, namun ada beberapa peternak yang telah memanfaatkan limbah ini sebagai pakan ternak sapinya dengan pemberian kurang lebih dua kilogram per ekor per hari. Produksi dedak padi sekitar 8 persen dari produk utama (gabah kering giling) sedangkan produksi beras sekitar 60 persen dari produksi gabah, sehingga diperoleh produksi dedak sebagaimana terlihat pada Tabel 14. Pemanfaatan dedak padi sebagai sumber karbohidrat pada pakan ternak

16 ruminansia diharapkan dapat meningkatkan pertambahan berat badan ternak, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani melalui nilai jual ternak yang lebih tinggi. Komposisi pakan yang dimasukkan dalam program linier adalah 70 persen hijauan dan 30 persen dedak. Sumber hijauan untuk model konsumsi pakan 1 adalah dari rumput selama 6 bulan musim hujan dan dari jerami fermentasi selama 6 bulan musim kemarau. Sedangkan untuk model pakan 2, kebutuhan hijauan 50 persen dari rumput dan 50 persen dari jerami fermentasi Input Output Usahatani Kakao Penggunaan faktor produksi serta hasil yang diperoleh baik hasil utama maupun hasil ikutan tanaman kakao di lokasi penelitian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 15. Produksi kakao pada saat dilakukan penelitian sangat rendah yaitu rata-rata 449 kg. Panen kakao dilakukan setiap bulan yang terdiri dari panen raya dan panen antara. Produksi pada masa panen raya yaitu pada bulan April rata-rata 80 kg dan bulan Mei rata-rata 69 kg, sedangkan pada bulan-bulan lainnya rata-rata 30 kg atau kurang lebih 40 persen dari produksi normal. Tabel 15. Input, Hasil Utama dan Hasil Ikutan Usahatani Kakao Uraian (Hektar/Tahun) Kakao Input Pupuk Anorganik (Rp 000) Pestisida/Herbisida (Rp 000) Tenaga Kerja (Rp 000) Lainnya (Rp 000) Hasil Utama Biji Kakao Kering (kg) 449 Hasil Ikutan / Pakan Kulit Buah Kakao (kgbk)

17 Kondisi ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Fadjar et al. (2006), bahwa produksi kakao di lokasi penelitian berkisar antara kg kakao kering per hektar per tahun. Menurut Roesmanto (1991), rata-rata produksi biji kakao kering untuk tanaman dengan umur tahun adalah kg per tahun. Produksi yang rendah disebabkan kondisi tanaman yang kurang terpelihara, akibat tanaman yang terserang hama Penggerek Buah Kakao-PBK (Conopomorpha cramerella), Helopeltis sp., dan penyakit busuk buah kakao (Phytopthora palmivora). Hal ini menyebabkan petani merasa tidak memperoleh keuntungan secara ekonomis dengan memelihara tanaman yang produktivitasnya rendah. Potensi kulit buah kakao sebagai pakan ternak ruminansia lebih terbatas dibanding jerami padi, karena selain mengandung serat kasar yang tinggi (40.03 persen) (Laconi, 1998 dalam Ditjen Peternakan Departemen Pertanian, 2008) juga terdapat kandungan theobromine yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak jika diberikan dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini diduga karena theobromine dapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen ternak ruminansia, sehingga dapat menurunkan kemampuan ternak untuk mencerna dan memanfaatkan nutrisi yang dikonsumsi. Kulit buah kakao dapat digunakan sebagai pakan sebaiknya setelah diproses terlebih dahulu, yaitu melalui pencacahan, pengeringan, perendaman, amoniasi ataupun fermentasi. Penelitian Priyanto et al. (2004) dan Prabowo et al. (2004), bahwa kulit buah kakao dapat diberikan kepada ternak dalam bentuk segar dan dapat menggantikan hijauan sampai dengan 50 persen. Penelitian lain menunjukkan

18 bahwa pemberian kulit buah kakao fermentasi yang dapat memberikan pertambahan berat badan yang berarti hanya sampai pada taraf 30 persen dan pemberian lebih dari itu tidak memberikan pertambahan berat badan yang berbeda dengan taraf pemberian 30, 20 dan 10 persen (Saloko dan Syahrir, 2004). Dalam penyusunan model integrasi pada penelitian ini koefisien input dan output untuk kulit buah kakao adalah tanpa proses fermentasi, namun memanfaatkan secara segar dengan proses pencacahan dan pelayuan. Jumlah yang diberikan kepada ternak adalah 30 persen dari kebutuhan hijauan untuk pola konsumsi pakan 1 dan 50 persen untuk pola konsumsi pakan 2. Ketersediaan pakan dari kulit buah kakao dihitung berdasarkan produksi biji kakao kering, dimana setiap kilogram biji kakao kering beratnya 50 persen dari kakao basah sehingga jika produksi kakao kering adalah 449 kg, maka kakao basah adalah 898 kg. Proporsi kulit kakao dari kakao basah adalah 65 : 35 persen, sehingga produksi kulit buah kakao kg/hektar/tahun atau jika dikonversi ke dalam satuan bahan kering adalah kg bahan kering/hektar/tahun Input - Output Usahatani Ternak Pemeliharaan ternak sapi di lokasi penelitian pada umumnya dilakukan secara semi intensif, terutama untuk kecamatan Damsol. Sapi dikandangkan mulai sore hingga pagi hari dan setelah itu digembalakan. Pemberian pakan dilakukan dua kali yaitu pagi hari sebelum digembalakan dan sore hari setelah dibawa kembali ke kandang. Sedikit berbeda dengan pemeliharaan sapi, pemeliharaan kambing lebih kepada pemeliharaan secara ekstensif, dimana pemberian pakan hanya berasal dari penggembalaan. Kandang digunakan sebagai tempat berteduh

19 pada malam hari. Penggunaan faktor produksi serta produksi dari usahatani ternak sapi dan kambing ditampilkan pada Tabel 16. Kebutuhan pakan bagi ternak sapi dan kambing selama ini dipenuhi dari hasil mencari rumput di sekitar areal pertanian yang tidak dibeli dan dari penggembalaan. Jumlah rumput yang dapat disediakan per hari rata-rata sebanyak 30 kg, yang lebih diperuntukkan bagi ternak sapi, sementara untuk kambing lebih banyak diperoleh dari penggembalaan. Tabel 16. Input, Hasil Utama dan Hasil Ikutan Usahatani Ternak Sapi dan Kambing (Ekor/Tahun) Uraian Sapi Kambing Input Hijauan (kg BK ) Dedak (kg BK ) Obat-obatan (Rp 000) Hasil Utama Daging (kgbh) Hasil Ikutan Kompos (kg) Keterangan: kg BK = kilogram Bahan Kering kg BH = kilogram Berat Hidup Selain pemberian rumput, beberapa petani telah memanfaatkan dedak padi sebagai pakan tambahan bagi ternak sapinya, dengan jumlah pemberian rata-rata 2 kg/ekor/hari. Dedak padi termasuk ke dalam golongan konsentrat sumber energi, yang diharapkan pemberiannya dapat meningkatkan pertambahan berat badan. Pemberian konsentrat adalah 30 persen dari jumlah pakan yang diberikan. Berdasarkan hasil analisa kebutuhan dan penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia oleh Dirjen Budidaya Ternak Ruminansia, Dirjen Peternakan Departemen Pertanian (2006), maka kebutuhan hijauan berdasarkan bahan kering untuk satu Satuan Ternak (ST) adalah 6.25 kg BK/ST/hari atau kg

20 BK/ST/tahun atau berdasarkan National Research Counsil (1984), kebutuhan ternak sapi sekitar 2-3 persen bahan kering dari berat badan sapi yang berasal dari hijauan dan konsentrat. Satu satuan ternak adalah setara dengan 1 ekor sapi dengan berat hidup 250 kg atau berumur 2 tahun. Jika dalam populasi umur dan berat ternak beragam serta tidak diketahui secara pasti, maka digunakan angka konversi Satuan Ternak untuk masing-masing jenis ternak, dimana standar satuan ternak untuk 1 ekor sapi potong adalah ST dan 1 ekor kambing adalah ST (Dirjen Peternakan Departemen Pertanian, 2006). Sehingga berdasarkan data ini maka kebutuhan hijauan untuk satu ekor sapi adalah kg BK per bulan dan untuk ternak kambing adalah kg BK per bulan. Kebutuhan hijauan akan bertambah setiap bulannya seiring dengan pertambahan berat badan ternak. Rata-rata pertambahan berat badan harian ternak sapi Bali dengan pemberian rumput lapangan adalah kg/ekor/hari atau 8.58 kg/ekor/bulan (Damry et al., 2008), sehingga kebutuhan hijauan meningkat 0.26 kg BK atau tiga persen dari pertambahan berat badan setiap bulannya, sehingga kebutuhan hijauan per tahun adalah kg bahan kering. Untuk ternak kambing, rata-rata pertambahan berat badan harian adalah kg (Ella et al., 2003) atau 1.41 kg/bulan, dengan demikian kebutuhan hijauan meningkat 0.04 kg bahan kering per bulan, sehingga kebutuhan hijauan per tahun menjadi 261 kg bahan kering. Selain pertambahan berat badan yang merupakan hasil utama dari usahatani ternak sapi dan kambing, ternak juga menghasilkan kotoran yang dapat dijadikan sumber utama pembuatan pupuk organik. Produksi kotoran untuk satu Satuan Ternak adalah 10.7 kg bahan segar/hari atau 8.11 kg/ekor/ hari untuk

21 ternak sapi dan 1.23 kg bahan segar per ekor per hari untuk ternak kambing. Setelah dijadikan kompos, maka satu ekor sapi dapat menghasilkan kg pupuk per tahun dan ternak kambing sebanyak kg pupuk per tahun. Kebutuhan pupuk organik untuk lahan sawah adalah ton/ hektar, untuk tanaman kakao 2 kg/ pohon dan untuk tanaman kelapa adalah 3 kg/pohon.

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK 7.1. Pola Usahatani Pola usahatani yang dimasukkan dalam program linier sesuai kebiasaan petani adalah pola tanam padi-bera untuk lahan sawah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para peternak selayaknya memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan produk sampingan olahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ketersediaan Limbah Pertanian Pakan ternak sangat beragam tergantung varietas tanaman yang ditanam petani sepanjang musim. Varietas tanaman sangat berdampak

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) R. H. MATONDANG dan A. Y. FADWIWATI Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Gorontalo Jln. Kopi no. 270 Desa Moutong

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia dari Dosen : Rika Widiawati,

Lebih terperinci

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN 1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA 5.1. Karakteristik Petani Padi Padi masih merupakan komoditas utama yang diusahakan oleh petani tanaman pangan di Kabupaten Konawe dan Konawe

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN Sunanto dan Nasrullah Assesment Institution an Agricultural Technology South Sulawesi, Livestock research center ABSTRAK

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Perbaikan Kualitas Pakan Dan Pengolahan Limbah Kandang Guna Meningkatkan... PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN

Lebih terperinci

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Bangkinang-Salah satu kegiatan diseminasi inovasi hasil penelitian dan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau adalah kegiatan temu lapang. Pada sabtu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya

I. PENDAHULUAN. Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya mengandalkan hijauan. Karena disebabkan peningkatan bahan pakan yang terus menerus, dan juga

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN MEMBUAT SILASE Oleh : Drh. Linda Hadju BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2014 PENDAHULUAN Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan merupakan bahan pakan sumber serat yang sangat diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. (2005) porsi hijauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Cara pengeringan Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Prinsip pengeringan adalah CEPAT agar penurunan kualitas dapat ditekan. Cara pengeringan 1. Sinar matahari. Untuk

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK Susy Edwina, Dany Varian Putra Fakultas Pertanian Universitas Riau susi_edwina@yahoo.com

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al., I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi yang menurun dan meningkatnya impor daging di Indonesia yang dikarenakan alih fungsi lahan yang digunakan untuk pembuatan perumahan dan perkebunan. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit. BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013 Dari bermacam-macam limbah pertanian yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi. Selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber asam lemak esensial yang menunjang perbaikan kualitas sumberdaya

Lebih terperinci

1 SET A. INDIVIDU PETANI

1 SET A. INDIVIDU PETANI 1 SET A. INDIVIDU PETANI Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani sehamparan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah padi dan singkong. Indonesia dengan luas area panen ha

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah padi dan singkong. Indonesia dengan luas area panen ha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris memiliki produk pertanian yang melimpah, diantaranya adalah padi dan singkong. Indonesia dengan luas area panen 13.769.913 ha dan produktivitas

Lebih terperinci

Pemamfaatan jerami padi fermentasi dengan menggunakan teknologi. pengepresan Jerami sebagai sumber pakan sapi untuk meningkatkan

Pemamfaatan jerami padi fermentasi dengan menggunakan teknologi. pengepresan Jerami sebagai sumber pakan sapi untuk meningkatkan A.Judul Pemamfaatan jerami padi fermentasi dengan menggunakan teknologi pengepresan Jerami sebagai sumber pakan sapi untuk meningkatkan swasembada daging 2014 B.Latar Belakang Salah satu penentu keberhasilan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut OPTIMASI PERAN TERNAK DOMBA DALAM MENUNJANG USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DEDI SUGANDI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayu Ambon No. 80 Kotak Pos 8495, Lembang ABSTRAK Ternak domba bagi

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT A. MUZANI dan MASHUR Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, PO Box 1017, Mataram ABSTRAK Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH M. A. Firmansyah 1, Suparman 1, W.A. Nugroho 1, Harmini 1 dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan utama makanan ternak ruminansia adalah hijauan pada umumnya, yang terdiri dari rumput dan leguminosa yang mana pada saat sekarang ketersediaannya mulai terbatas

Lebih terperinci