BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Portofolio Menurut Manurung (2012), portofolio dilandasi dengan suatu konsep dimana pemilik dana melakukan investasi pada lebih dari satu instrumen investasi, atau pada lebih dari satu instrumen yang sejenis (misalnya dua atau lebih saham, dua atau lebih properti, dan sebagainya). Pembentukan portofolio memiliki maksud dan tujuan tertentu, namun biasanya tujuan utamanya adalah untuk melakukan diversifikasi atas risiko, sehingga mengurangi risiko yang dihadapi oleh investor. Teori portofolio pertama kali dikembangkan oleh Markowitz pada tahun 1952 dengan memperkenalkan konsep tingkat pengembalian dan risiko. Dalam teorinya, investor rasional akan selalu memilih tingkat pengembalian yang setinggi-tingginya dengan risiko yang serendahrendahnya, dimana tingkat pengembalian yang diharapkan di masa mendatang diukur berdasarkan tingkat pengembalian yang telah terjadi melalui data historis dan ketidakpastian atas tercapainya tingkat pengembalian yang diharapkan tersebut merupakan risiko. Teori ini menjadi fondasi dari berbagai 9

2 10 teori keuangan serta digunakan oleh banyak manajer investasi untuk mengelola dana dan terutama, untuk melakukan diversifikasi risiko. Markowitz merumuskan tingkat pengembalian dan risiko portofolio sebagai berikut: Berdasarkan persamaan di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengembalian portofolio yang dilambangkan dengan merupakan rata-rata pengembalian (mean) dari masing-masing instrumen yang disertakan di dalam portofolio tersebut; sedangkan risiko portofolio diperoleh berdasarkan varians (variance) statistik yang digabungkan dengan kovarians antar instrumen yang satu dengan yang lain. Oleh karenanya, teori Markowitz juga dikenal dengan sebutan mean-variance portfolio theory. Secara teoritis, seluruh aset dan kombinasinya dengan tingkat risiko yang berbeda-beda dapat dipetakan dalam sebuah diagram antara tingkat pengembalian tingkat risiko. Diagram tersebut tidak hanya mencerminkan berbagai jenis aset berisiko yang dapat dipilih oleh investor, namun juga melambangkan berbagai komposisi persentase konstituennya.

3 11 Apabila dipetakan ke dalam sebuah diagram, akan terbentuk pemetaan (sebagai contoh) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Ti ng kat Pe ng em bal ian C E D B A F Risiko Gambar 2.1. Tingkat Pengembalian dan Risiko yang Mungkin Ditawarkan oleh Berbagai Kombinasi Aset dan Portofolio Sebagaimana disinggung sebelumnya, bahwa seorang investor rasional akan lebih memilih tingkat pengembalian yang lebih tinggi dengan tingkat risiko yang lebih rendah; maka yang akan dipilih oleh seorang investor rasional untuk kombinasi aset yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. adalah titik-titik yang menawarkan: tingkat pengembalian lebih tinggi untuk risiko yang sama (kombinasi pada titik B lebih diminati daripada A; begitu pula kombinasi pada titik E lebih diminati daripada D), atau

4 12 risiko lebih rendah untuk tingkat pengembalian yang sama (kombinasi pada titik C lebih diminati daripada A; begitu pula kombinasi pada titik E lebih diminati daripada F). Dengan demikian, akan tampak jelas bahwa seorang investor tidak akan memilih komposisi yang berada di wilayah interior (bagian yang diarsir berwarna abu-abu pada Gambar 2.1.). Perhatikan bahwa dari pembahasan di atas terdapat dua titik yang secara teoritis akan lebih diminati oleh para investor karena pada kedua titik tersebut tidak ada titik lain dengan tingkat pengembalian lebih tinggi untuk risiko yang sama maupun titik lain dengan risiko lebih rendah untuk tingkat pengembalian yang sama, yaitu: Kombinasi C yang merupakan portofolio dengan tingkat risiko terendah, atau disebut juga global minimum variance portfolio. Kombinasi B yang melambangkan portofolio dengan tingkat pengembalian tertinggi (biasanya berupa sebuah sekuritas). Apabila kedua titik (B dan C) tersebut dihubungkan, maka akan terbentuk sebuah kumpulan investasi berupa kurva antara investasi dengan risiko terendah dan tingkat pengembalian tertinggi. Kumpulan investasi tersebut disebut sebagai efficient frontier sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.2. di bawah ini.

5 Tingkat Pengembalian 13 B C Risiko Gambar 2.2. Kombinasi Aset dan Portofolio dalam Efficient Frontier Pada perkembangan selanjutnya, William F. Sharpe mengembangkan teori portofolio Markowitz dengan memperkenalkan teori harga aset yang dikenal secara luas dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) di tahun Teori tersebut memiliki beberapa asumsi yang kerap diperdebatkan oleh para peneliti, meski demikian teori tersebut tetap digunakan secara luas, terutama dalam melakukan valuasi harga aset. Bentuk dari model CAPM adalah sebagai berikut: Variabel yang mempengaruhi tingkat pengembalian berdasarkan persamaan tersebut adalah tingkat pengembalian bebas risiko (risk-free rate), tingkat pengembalian pasar (market return), dan koefisien beta. Beta sendiri merupakan konstanta yang mengukur perubahan yang diharapkan terhadap

6 14 tingkat pengembalian (return) instrumen apabila terjadi perubahan pada tingkat pengembalian pasar. Contohnya, apabila suatu saham memiliki beta sebesar 3, maka return saham tersebut diharapkan akan naik/turun sebesar 3% ketika return pasar naik/turun sebesar 1%. Teori CAPM sendiri sebenarnya merupakan bentuk dari singleindex model karena dalam bentuk persamaannya, tingkat pengembalian suatu sekuritas hanya ditentukan oleh satu buah indeks saja, yaitu koefisien beta. Menurut CAPM, risiko yang relevan dari suatu investasi berkaitan dengan bagaimana investasi tersebut memberikan kontribusi terhadap risiko portofolio pasar. Dengan demikian, terdapat dua kategori risiko dari sebuah investasi menurut teori ini, yakni: Risiko sistematik, yaitu komponen yang mengukur kontribusi investasi terhadap risiko pasar. Koefisien beta mengukur besarnya jenis risiko ini karena koefisien tersebut mengestimasi besaran tingkat pengembalian suatu instrumen yang berubah-ubah sesuai tingkat pengembalian pasar. Risiko non-sistematik, yaitu komponen risiko yang tidak berkontribusi terhadap risiko pasar, sehingga dapat terdiversifikasi ketika suatu investasi dikombinasikan dengan investasi lainnya. Manurung (1996a) melakukan penelitian atas validitas model CAPM terhadap Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menemukan bahwa distribusi saham yang terdaftar di bursa tidak normal sehingga menggunakan

7 15 metode analisis non-parametrik dalam rangka menguji model CAPM. Hasil penelitiannya mendapati bahwa regresi cross-sectional untuk BEI tidak konsisten dengan CAPM, yang dikarenakan hubungan negatif yang signifikan antara rata-rata return dan estimasi beta Portofolio Optimum Menurut Elton-Gruber (2011), pembentukan portofolio optimum dapat difasilitasi dengan mudah apabila terdapat sebuah angka yang mengukur seberapa besar keinginan untuk menyertakan sebuah saham ke dalam portofolio optimum. Dengan mengacu kepada single-index model yang menggambarkan pergerakan saham secara bersamaan terhadap pasar (yang dilambangkan dengan koefisien beta) maka seharusnya terdapat angka yang mengukur besaran keinginan tersebut. Dalam bukunya, Elton-Gruber mendefinisikan besaran tersebut melalui rasio tingkat pengembalian berlebih terhadap koefisien beta (excess return over beta ratio atau rasio ERB). Tingkat pengembalian berlebih (excess return) adalah selisih antara tingkat pengembalian yang diharapkan atas sebuah saham terhadap tingkat bunga bebas risiko. Rasio ERB mengukur tingkat pengembalian tambahan (yang melebihi tingkat pengembalian yang ditawarkan oleh investasi bebas risiko) suatu sekuritas per unit risiko yang

8 16 tidak terdiversifikasi (risiko sistematik yang dilambangkan dengan koefisien beta). Secara matematis, rumusan Elton-Gruber tersebut dilambangkan dengan persamaan sebagai berikut: dimana: ERB = rasio excess return over beta = tingkat pengembalian saham = tingkat bunga bebas risiko = koefisien yang menunjukkan perubahan yang diharapkan atas tingkat pengembalian saham setiap terjadi perubahan 1% pada tingkat pengembalian pasar (IHSG). Apabila berbagai aset diperingkat berdasarkan rasio ERB (dari yang tertinggi hingga terendah), maka peringkat tersebut melambangkan seberapa besar preferensi masing-masing investor dalam menyertakan aset tersebut ke dalam portofolio investasinya. Dengan kata lain, jika suatu aset dengan rasio ERB tertentu disertakan ke dalam portofolio, maka aset-aset lain dengan rasio yang lebih tinggi juga akan turut disertakan, dan sebaliknya. Banyaknya aset yang dipilih bergantung kepada suatu batasan unik dimana aset-aset dengan rasio ERB diatas batas tersebut akan diterima dan aset-aset dibawah batas tersebut akan dikeluarkan. Batasan tersebut disebut sebagai cutoff rate ( ).

9 17 Dalam teorinya, perhitungan rumus dari cutoff rate diperoleh dari penurunan rumus atas perhitungan alokasi aset untuk membentuk efficient frontier. Oleh karenanya, hasil perhitungan daripada besaran alokasi aset menurut teori Elton-Gruber seharusnya tidak terlalu jauh berbeda dengan yang dihasilkan oleh perhitungan menurut teori Markowitz. Hanya saja, cara perhitungannya lebih sederhana sehingga dapat diaplikasikan untuk memilih diantara aset-aset yang banyak jumlahnya. Selain itu, adanya piranti lunak seperti Microsoft Excel akan lebih mempermudah pengaplikasian pembentukan portofolio optimum menurut Elton-Gruber tersebut Inflasi Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan atas tingkat harga secara berkelanjutan (Colander, 2010). Meski inflasi belum terjadi pada suatu negara, kekhawatiran akan terjadinya inflasi akan mempengaruhi kebijakan makroekonomi yang ditempuh, misalnya dengan mencegah pemerintah untuk menurunkan tingkat bunga. Tingkat harga yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan besarnya tingkat inflasi cukup beragam, namun yang sering digunakan adalah indeks harga konsumen (Consumer Price Index / CPI), yaitu indeks yang mengukur berbagai harga dari sekumpulan barangbarang konsumsi, yang telah ditetapkan dan tidak boleh berubah-ubah, dan

10 18 masing-masing komponen (barang konsumsi) diberi penimbang sesuai pengeluaran konsumen secara rata-rata. Pengaruh inflasi terhadap return saham telah diteliti oleh berbagai peneliti terdahulu. Nelson (1976) melakukan penelitian yang dipublikasikan di dalam Journal of Finance mengenai inflasi dan return saham untuk periode Januari 1953 hingga Juni 1974; hasilnya mendapati bahwa inflasi memiliki hubungan negatif dengan tingkat pengembalian saham. Jaffe dan Mandelker (1976) melakukan penelitian serupa namun dengan periode yang berbeda, yaitu untuk periode Januari 1953 sampai Desember Mereka juga berkesimpulan bahwa inflasi memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap return saham; namun inflasi dengan selisih ( lag ) 1 periode, 2 periode, dan 3 periode (lag-1, lag-2, dan lag-3) memberikan hasil yang bervariasi dan tidak signifikan. Penelitian yang lebih terkini dilakukan oleh Mauliano (2010) yang mengkaji pengaruh inflasi terhadap pergerakan IHSG dengan menggunakan data saham pada periode Januari 2004 hingga Mei Penelitian tersebut mendapati bahwa inflasi tidak memiliki hubungan negatif, namun signifikan terhadap pergerakan IHSG, meskipun pengaruhnya hanya sekitar 2,88%. Danaparamita (2011) melakukan penelitian serupa dengan periode pengumpulan data yang lebih lama, yaitu mulai Januari 2002 hingga Desember 2010 dengan menggunakan analisis VAR (Vector Autoregression). Danaparamita berkesimpulan bahwa nilai lag-1 dan lag-2 inflasi tidak

11 19 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG; sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaffe dan Mandelker pada tahun Tingkat Bunga Tingkat bunga merupakan sebuah tingkat pengembalian aset yang mempunyai risiko mendekati nol (Manurung dan Saragih, 2004). Biasanya tingkat bunga digunakan sebagai patokan menentukan risk-free rate dalam berbagai perhitungan. Investor dapat menggunakan tingkat bunga sebagai patokan untuk perbandingan bila ingin melakukan investasi. Umumnya, tingkat bunga memiliki hubungan negatif dengan bursa saham (Pasaribu, Tobing, dan Manurung, 2009). Tingkat bunga telah diyakini sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi pergerakan saham maupun indeks saham dan telah dilakukan berbagai pengujian sebelumnya. Dayananda dan Ko (1994) melakukan penelitian mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap tingkat pengembalian saham, dimana salah satu variabel yang diuji adalah tingkat bunga. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat bunga memiliki hubungan negatif, meskipun tidak signifikan baik dengan menggunakan data bulanan maupun triwulanan. Pasaribu, Tobing, dan Manurung (2009) juga melakukan penelitian serupa dan mendapati bahwa sebagian besar faktor domestik (salah

12 20 satunya adalah tingkat bunga) tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Kesimpulan yang sama juga dicapai oleh Raharjo (2010) dalam penelitiannya mengenai pengaruh inflasi, nilai kurs Rupiah, dan tingkat suku bunga terhadap harga saham di BEI; tingkat suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham pada periode 2007 hingga Jumlah Uang Beredar (M2) Jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral dalam rangka melangsungkan kebijakan moneter; jumlah uang yang diminta (money demand) ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk melakukan transaksi bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang tersedia. Semakin tinggi tingkat harga, maka semakin besar jumlah uang yang diminta. Penjelasan yang menggambarkan bagaimana tingkat harga ditentukan dan berubah seiring dengan perubahan jumlah uang beredar ada di dalam teori kuantitas uang (quantity theory of money). Berdasarkan teori ini, jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian menentukan nilai uang, sementara pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan sebab utama terjadinya inflasi. Hal ini juga berlaku terhadap tingkat harga saham, dimana

13 21 kenaikan harga saham akan meningkatkan permintaan atas uang sehingga menyebabkan naiknya jumlah uang yang beredar, begitu pula sebaliknya. Sprinkel (1964) menyatakan bahwa ada hubungan positif antara pertumbuhan uang beredar dengan harga saham tapi waktunya tidak selalu konsisten dan kelihatannya menjadi lebih pendek. Rozeff (1974) melakukan penelitian yang relatif sama dan hasil analisa regresinya menyimpulkan adanya hubungan yang lemah. Manurung dan Saragih (2004) meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap saham farmasi namun mendapati bahwa variabel perubahan uang beredar tidak signifikan dalam mempengaruhi tingkat pengembalian saham farmasi Nilai Tukar (Kurs) Sebagaimana dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kurs merupakan nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan nilai mata uang negara yang lain. Kurs biasanya dijadikan ukuran untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil (Salvator, 1997:10). Tidak stabilnya nilai tukar suatu negara akan berdampak pada arus modal, laju investasi, dan perdagangan internasional. Indonesia, sebagai negara pengekspor dan

14 22 pengimpor berbagai komoditi, tentunya akan sangat menjaga kestabilan nilai tukarnya. Hermanto (1998) menyatakan bahwa nilai kurs mempengaruhi tingkat pengembalian saham dan volatilitas pasar. Manurung dan Saragih (2004) mendapati adanya hubungan negatif antara variabel kurs dengan tingkat pengembalian saham meskipun tidak signifikan. Pasaribu, Tobing, dan Manurung (2009), dengan periode penelitian , berakhir pada kesimpulan bahwa nilai tukar tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG secara keseluruhan; hasil serupa juga diperoleh oleh Mauliano (2010) dengan periode penelitian 2004 hingga Harga Minyak Mentah Dunia Salah satu faktor luar negeri yang cukup memegang peranan penting dalam pergerakan bursa Indonesia adalah harga komoditi, yang biasanya diproksi oleh harga minyak mentah dunia. Naik-turunnya harga minyak mentah dunia merupakan suatu indikasi yang mempengaruhi pasar modal suatu negara. Hal ini dikarenakan, secara tidak langsung, kenaikan harga minyak mentah dunia akan berimbas pada kegiatan ekspor dan impor.

15 23 Witjaksono (2010) menyimpulkan dari penelitiannya bahwa harga minyak mentah dunia memiliki pengaruh positif terhadap pergerakan IHSG dengan menggunakan data bulanan selama periode Pasaribu, Tobing, dan Manurung (2009) juga melakukan penelitian serupa dengan menggunakan harga minyak mentah dunia sebagai salah satu variabelnya dan mendapati bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh positif dan cukup signifikan terhadap pergerakan IHSG selama periode Mauliano (2010) menyetujui hasil tersebut serta memberikan kuantifikasi pengaruh harga minyak mentah dunia sebesar 12,32% terhadap pergerakan IHSG dengan menggunakan data bulanan Januari 2004 hingga Mei Bursa Saham Regional Pasar modal di Indonesia tidak terlepas dari kegiatan investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Pengaruh globalisasi tersebut terbuka bagi investor asing di seluruh dunia, namun diyakini akan lebih terasa pengaruhnya dengan keberadaan para investor dalam kawasan yang sama (berdekatan). Oleh karenanya, perubahan di satu bursa akan ditransmisikan ke bursa negara lain, dimana bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang lebih kecil. Achsani (2000) menyatakan bahwa syok yang terjadi di bursa Amerika Serikat akan kurang direspon oleh bursa regional Asia, namun

16 24 syok yang dialami oleh bursa Singapura, Korea Selatan, atau Hong Kong akan langsung ditransmisikan ke hampir semua bursa saham di Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Adapun beberapa bursa saham regional yang cukup besar di kawasan Asia Pasifik dan diyakini memiliki pengaruh terhadap pergerakan IHSG adalah bursa Singapura (indeks Straits Times), Hong Kong (indeks Hang Seng), Jepang (Nikkei-225), dan Korea Selatan (KOSPI Korea Composite Stock Price Index) Indeks Straits Times Berdasarkan situs perusahaan indeks FTSE (Financial Times and Stock Exchange: indeks Straits Times (STI) merupakan indeks patokan yang diakui secara global sebagai barometer pasar saham di Singapura. Sejak tahun 1966, indeks tersebut melacak kinerja 30 saham perusahaan teratas yang terdaftar di Bursa Efek Singapura, yang diberikan peringkat berdasarkan kapitalisasi pasarnya. STI mengadopsi metodologi internasional FTSE dalam menghitung indeks dan dirancang agar dapat diperdagangkan guna memenuhi kebutuhan investor domestik maupun internasional.

17 25 Fitur-fitur dari indeks STI adalah sebagai berikut: STI dirancang untuk menciptakan produk-produk terstruktur, indeks pelacak dana dan ETF (exchange-traded funds), atau untuk digunakan sebagai tolok ukur kinerja saham. Indeks tersebut telah disaring berdasarkan likuiditas guna memastikan bahwa indeks tersebut dapat diperdagangkan secara relatif mudah. Informasi mengenai STI didistribusikan dengan basis streaming intra-detik, memberikan informasi tercepat dan paling up-to-date atas pasar Singapura bagi para investor. Indeks Straits Times sering digunakan sebagai variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap pergerakan IHSG. Hal ini cukup meyakinkan karena letak negara Singapura yang sangat dekat dengan Indonesia, apalagi Singapura merupakan salah satu negara maju di kawasan Asia Tenggara. Mauliano (2010) menyatakan bahwa STI tidak memiliki pengaruh terhadap pergerakan IHSG, akan tetapi Muzammil (2011) menemukan pengaruh negatif namun signifikan atas pergerakan STI terhadap IHSG, baik secara parsial maupun simultan, dalam periode penelitian Januari 2006 hingga Desember 2009.

18 Indeks Hang Seng Menurut situs bursa efek Hong Kong ( indeks Hang Seng (HSI) merupakan indeks kapitalisasi pasar tertimbang yang mengikuti pergerakan 40 atau lebih perusahaan teratas yang terdaftar dan diperdagangkan di bursa efek Hong Kong. Indeks tersebut mencakup lebih dari 65% total kapitalisasi pasar dalam bursa efek. Indeks ini dikelola dan dipublikasikan oleh Hang Seng Indexes Company Ltd., yang merupakan anak perusahaan dari Hang Seng Bank di Hong Kong sejak tahun Saham-saham pembentuk HSI dipilih secara ketat berdasarkan analisa terinci, dan didukung oleh konsultasi eksternal secara ekstensif. Agar memenuhi syarat untuk disertakan ke dalam HSI, sebuah perusahaan harus: berada di antara perusahaan-perusahaan teratas yang membentuk 90% dari total nilai pasar seluruh saham yang terdaftar di bursa efek Hong Kong (nilai pasar diperoleh berdasarkan nilai rata-rata selama 12 bulan terakhir). berada di antara perusahaan-perusahaan teratas yang membentuk 90% dari total turnover seluruh saham yang terdaftar di bursa efek Hong Kong (turnover dihitung secara agregat dan dinilai

19 27 secara individual dalam sub-periode 8 triwulan selama 24 bulan terakhir), dan memiliki sejarah terdaftar (listed) minimal 24 bulan di bursa efek Hong Kong. Hong Kong telah menjadi salah satu negara maju dalam bidang industri dan perdagangan di kawasan Asia; dan dengan demikian indeks Hang Seng menjadi salah satu pertimbangan sebagai indeks terbesar yang mempengaruhi bursa-bursa lain dalam kawasan yang sama. Pasaribu, Tobing, dan Manurung (2009) menyimpulkan adanya pengaruh yang sangat signifikan atas HSI terhadap pergerakan IHSG. Mereka juga menemukan bahwa pola pergerakan IHSG relatif sama dengan pola pergerakan HSI pada periode Januari 2005 hingga Desember Nikkei-225 Berdasarkan situs indeks Nikkei (indexes.nikkei.co.jp), indeks Nikkei-225 memetakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek Tokyo (Tokyo Stock Exchange TSE), yangmana merupakan indeks Asia tertua dan terkemuka di dunia. Perusahaan

20 28 media Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) telah ditugaskan secara resmi untuk menghitung indeks ini sejak tahun Sekarang ini, indeks Nikkei-225 digunakan sebagai indikator utama perekonomian Jepang, mirip dengan Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Amerika Serikat. Namun, tidak seperti DJIA, Nikkei-225 dirancang untuk merefleksikan keseluruhan pasar, bukan rata-rata tertimbang berdasarkan industri. Komponen indeks Nikkei-225 ditinjau setiap tahun pada bulan September; perubahan apapun, jika diperlukan, akan dipublikasikan pada bulan Oktober dan penyesuaian akan dilakukan terhadap indeks. Sebagai indeks tertua di kawasan Asia, Nikkei-225 juga diyakini memiliki pengaruh terhadap pergerakan IHSG. Hal ini juga ditambah dengan posisi Jepang sebagai negara industri maju dengan produk domestik bruto (PDB) tertinggi ketiga di dunia (data IMF tahun 2011). Penelitian-penelitian sebelumnya telah sering menggunakan indeks Nikkei-225 sebagai salah satu faktor luar negeri yang mempengaruhi IHSG. Witjaksono (2010) menemukan adanya pengaruh positif yang signifikan antara kedua variabel (Nikkei-225 dan IHSG), namun hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Mauliano (2010), yang tidak menemukan pengaruh antara pergerakan Nikkei-225 dan IHSG.

21 KOSPI Menurut situs bursa efek Korea Selatan (eng.krx.co.kr), KOSPI adalah indeks dari seluruh saham biasa yang diperdagangkan di bursa efek Korea Selatan. Indeks ini mewakili pasar saham di Korea Selatan, seperti DJIA atau S&P 500 di Amerika Serikat. KOSPI diperkenalkan pada tahun 1983 dengan base value sebesar 100, terhitung mulai 4 Januari 1980, dan dihitung berdasarkan kapitalisasi pasar. Pada tahun 2007, volume transaksi harian KOSPI mencapai ratusan juta lembar saham (atau trilyunan Won). KOSPI diupdate dalam situs KRX setiap 10 detik dan tersedia dalam publikasi statistik KRX ( KRX Review ) dengan basis harian, bulanan, maupun tahunan. Sebagai tambahan, indeks historis juga tersedia bagi investor hingga tertanggal 4 Januari Indeks KOSPI juga merupakan salah satu indeks dengan nilai transaksi yang besar setiap harinya di kawasan Asia. Indeks ini juga diyakini sebagai indeks regional yang akan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Penelitian terdahulu mengungkapkan adanya pengaruh yang cukup signifikan dari pergerakan KOSPI terhadap IHSG, seperti yang pernah dilakukan oleh Mauliano (2010), dimana KOSPI memberikan pengaruh sebesar 4,90%; dan juga

22 30 Susetyo (2010), dimana KOSPI memiliki pengaruh tidak hanya terhadap pergerakan IHSG namun juga terhadap pergerakan indeks LQ Indeks Dow Jones Seperti yang dicantumkan dalam situs S&P Dow Jones Indices ( Indeks Dow Jones, atau yang lebih dikenal dengan Dow Jones Industrial Average (DJIA), merupakan ukuran rata-rata tertimbang atas harga 30 saham perusahaan blue-chip yang diperdagangkan di bursa efek New York dan Nasdaq. DJIA mencakup seluruh industri, dengan pengecualian bidang transportasi dan utilitas (karena dihitung dalam indeks lain, yaitu Dow Jones Transportation Average dan Dow Jones Utility Average). Seleksi saham-saham konstituen tidak sepenuhnya berdasarkan ukuran-ukuran kuantitatif; biasanya suatu saham ditambahkan ke dalam DJIA hanya jika perusahaan penerbit memiliki reputasi yang sangat baik, menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan, dan menarik minat banyak investor. DJIA adalah salah satu dari tiga indikator utama pergerakan pasar saham Amerika Serikat dan juga salah satu indikator ekonomi dunia yang paling banyak dipantau oleh para investor.

23 31 Sebagai salah satu indikator ekonomi dunia, terdapat suatu kemungkinan yang cukup besar bahwa DJIA akan mempengaruhi pergerakan bursa saham di Indonesia. M. Samsul (2008) menyatakan bahwa pergerakan bursa saham di negara manapun akan dipengaruhi oleh indeks-indeks pasar dunia, terutama negara yang telah maju. Penyebabnya antara lain adalah globalisasi perdagangan dan aliran informasi, serta regulasi pasar modal yang membuka peluang bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di negara lain. Mauliano (2010) mendapati pengaruh yang cukup besar antara DJIA dengan IHSG; dari seluruh variabel yang diteliti, DJIA merupakan variabel dengan pengaruh tertinggi kedua, dengan pengaruh sebesar 23,58%. Witjaksono (2010) juga menemukan pengaruh positif dan signifikan dari indeks Dow Jones terhadap pergerakan IHSG Indeks LQ45 Berdasarkan JSX (Jakarta Stock Exchange) Fact Book 2007, indeks LQ45 diciptakan untuk menyediakan informasi kepada pasar melalui sebuah indeks yang mewakili 45 perusahaan paling likuid yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta. Hingga saat ini, indeks LQ45 mencakup setidaknya 70% kapitalisasi pasar dan nilai transaksi di pasar reguler. Indeks ini dinyatakan dalam Rupiah ( IDR ) dan dipublikasikan sepanjang jam perdagangan aktif

24 32 JSX. Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham biasa yang telah lulus penyaringan dari aspek likuiditas serta besaran kapitalisasi pasar. Berikut merupakan langkah-langkah dalam memilih saham untuk disertakan ke dalam indeks LQ45: 1. Saham-saham kandidat harus telah terdaftar di bursa efek Jakarta selama setidaknya 3 bulan. 2. Saham-saham tersebut diberikan peringkat berdasarkan rata-rata nilai transaksi mereka di pasar reguler dalam 12 bulan terakhir. 60 saham dengan rata-rata nilai transaksi tertinggi menjadi dasar patokan indeks LQ45 akan dibentuk. 3. Dari keenam puluh saham tersebut, 45 saham dipilih secara tertimbang berdasarkan nilai transaksi, kapitalisasi pasar, jumlah hari perdagangan aktif, dan frekuensi transaksi dalam pasar reguler selama 12 bulan terakhir. 4. Saham-saham tersebut harus yang disertakan di dalam perhitungan IHSG. 5. Perusahaan penerbit saham harus memiliki kondisi keuangan yang baik, prospek pertumbuhan yang menjanjikan, dan frekuensi transaksi perdagangan yang tinggi dalam pasar reguler. Setiap 6 bulan sekali, JSX akan mengevaluasi pergerakan daripada sahamsaham LQ45 tersebut. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, maka saham tersebut akan digantikan pada periode

25 33 selanjutnya. Pergantian saham konstituen indeks LQ45 ditinjau setiap bulan Februari dan Agustus, dengan pemberitahuan setidaknya 3 hari kerja sebelum tanggal efektif. Guna menjamin kualitas indeks, JSX menyelenggarakan sesi konsultasi dan diskusi dengan para pakar dari dunia praktisi, akademisi, profesional dalam bidang pasar modal (anggota Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan / BAPEPAM-LK), serta lembaga independen dari waktu ke waktu Penelitian Sebelumnya Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, sebagian besar hanya berfokus tentang pembentukan portofolio saham dengan menggunakan metode Markowitz, seperti yang pernah dilakukan oleh Manurung (1997), Manurung dan Berlian (2004), serta Puspitasari dan Pramesti (2011). Metode Elton-Gruber yang dinamakan Simple Criteria for Optimal Portfolio Selection (SCFOPS) untuk membentuk portofolio sebenarnya pernah dilakukan oleh Bawazer dan Sitanggang (1994) dan Sukarno (2007), akan tetapi dalam penelitian tersebut mereka tidak menganalisa pengaruh berbagai variabel makro terhadap pergerakan portofolio yang telah dibentuk. Penelitian terdahulu juga banyak yang berkisar tentang pengaruh variabel makro terhadap IHSG selama periode tertentu dan kebanyakan

26 34 menggunakan analisa statistik yang tidak terlampau jauh berbeda. Contohnya antara lain adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh Manurung (1996b), Pasaribu, Tobing, dan Manurung (2009), Mauliano (2010), dan Witjaksono (2010). Akan tetapi, penelitian-penelitian terdahulu belum menganalisa pengaruh variabel-variabel makro terhadap portofolio optimum (menurut metode Elton-Gruber), yang secara tidak langsung mencerminkan saham-saham yang menarik untuk dipilih oleh investor. Pengaruh tersebut diharapkan akan lebih menyesuaikan terhadap saham-saham yang dipilih oleh para investor, meskipun pemilihan tersebut juga akan dipengaruhi oleh berbagai analisis fundamental dan preferensi masing-masing investor. Kedua tabel berikut ini merangkum penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, beserta metode yang digunakan, dan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan penelitian: Tabel 2.1. Penelitian-penelitian Terdahulu mengenai Pembentukan Portofolio Investasi Penulis (tahun) Periode penelitian Metode yang Digunakan Kesimpulan Bawazer dan Sitanggang (1994) Tahun 1990 dan 1991 Metode Elton- Gruber (SCFOPS) Perusahaan yang mempunyai prospek pada tahun 1991 merupakan perusahaan yang memiliki peringkat tertinggi pada tahun 1990

27 35 Tingkat pengembalian bervariasi dari -0.8% hingga Agustus 1.01% (mingguan); dengan Manurung (1997) 1992 hingga Model Markowitz risiko sebesar 1.96% hingga 8.1%. Koefisien korelasi Juni 1994 berubah setiap saat dan mengubah alokasi aset optimum. Tingkat pengembalian bursa saham akan cukup tinggi Manurung Tahun (melebihi 50%) bila terjadi dan Berlian 1996 hingga Model Markowitz inflasi cukup rendah di bawah 5%. Instrumen investasi yang (2004) 2003 disarankan mencakup properti, deposito, dan reksa dana campran. Terdapat perbedaan return yang signifikan atas sahamsaham kandidat portofolio, Sukarno (2007) Tahun 2004 hingga 2006 Metode Elton- Gruber (SCFOPS) dengan menggunakan metode SCFOPS, dibandingkan dengan saham-saham nonkandidat. Tingkat risiko antara saham kandidat dan non-kandidat tidak terlampau jauh berbeda.

28 36 Tingkat risiko dan Puspitasari Tahun pengembalian tidak selalu dan Pramesti 2007 hingga Model Markowitz memiliki hubungan linear (portofolio dengan return (2011) 2009 tinggi belum tentu disertai risko yang tinggi pula). Tabel 2.2. Penelitian-penelitian Terdahulu mengenai Pengaruh Variabel Makro terhadap Pergerakan IHSG Penulis (tahun) Periode penelitian Analisa Statistik Kesimpulan Manurung (1996b) Januari 1989 hingga September 1995 Akar unit dan kointegrasi Faktor asing memegang peranan penting dalam pergerakan indeks; sedangkan PDB dan pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap IHSG. Tanadi (2003) N/A Regresi (model multifaktor) Tingkat bunga dan kurs US Dollar mempengaruhi tingkat pengembalian saham. Indeks regional seperti Hang Pasaribu, Tobing, dan Manurung (2009) Tahun 2000 hingga 2008 Regresi linear berganda dengan karakter model Best Linear Unbiased Estimate (BLUE) Seng memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap IHSG; sebagian besar faktor domestik (inflasi, SBI, dan kurs tengah) tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

29 37 Secara berurutan, mulai dari Mauliano (2010) Januari 2004 hingga Mei 2009 Regresi linear berganda dengan menggunakan metode Backward pengaruh terbesar hingga terkecil, adalah: indeks KLSE, Dow Jones, harga minyak mentah dunia, indeks Hang Seng, KOSPI, tingkat bunga, dan inflasi. Variabel yang secara signifikan mempengaruhi Tahun Regresi linear IHSG meliputi: tingkat Witjaksono 2000 berganda dengan bunga, harga minyak mentah (2010) hingga karakter model dunia, harga emas, kurs US 2009 BLUE Dollar terhadap Rupiah, indeks Nikkei-225, dan indeks Dow Jones.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasar modal dapat menunjang ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasar modal dapat menunjang ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat menunjang ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar Modal memiliki peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dalam Bahasa Inggris disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite merupakan salah satu indeks pasar

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting terutama terkait dengan arus permodalan dan pertumbuhan ekonomi. Pasar modal merupakan indikator

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua dasawarsa terakhir ini dimana jarak geografis dan budaya suatu negara dengan negara lainnya semakin

Lebih terperinci

Pembentukan Portofolio Saham Optimum Dengan Metode ELTON-GRUBER dan Variabel Makro yang Mempengaruhinya

Pembentukan Portofolio Saham Optimum Dengan Metode ELTON-GRUBER dan Variabel Makro yang Mempengaruhinya 1 Pembentukan Portofolio Saham Optimum Dengan Metode ELTON-GRUBER dan Variabel Makro yang Mempengaruhinya George Danish Wardana dan Adler Haymans Manurung ABSTRAK This paper has objective to construct

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses globalisasi. Begitu pula halnya dengan pasar modal Indonesia, melalui

BAB I PENDAHULUAN. proses globalisasi. Begitu pula halnya dengan pasar modal Indonesia, melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menjadi kunci indikator ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguntungkan bagi pemulihan perekonomian pasca krisis seperti isu terorisme

I. PENDAHULUAN. menguntungkan bagi pemulihan perekonomian pasca krisis seperti isu terorisme I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi Indonesia selama tahun 2003 ternyata mampu bertahan dan mengalami pertumbuhan walaupun menghadapi situasi yang kurang menguntungkan bagi pemulihan perekonomian

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Amerika Serikat yaitu subprime mortgage yang mengakibatkan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Amerika Serikat yaitu subprime mortgage yang mengakibatkan Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia di lima tahun terakhir ini dihadapkan pada satu babak baru yaitu runtuhnya stabilitas ekonomi global, krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berinvestasi, maka investor tersebut harus memperhatikan resiko-resiko yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. berinvestasi, maka investor tersebut harus memperhatikan resiko-resiko yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran yang kita keluarkan saat ini guna mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Ketika memutuskan untuk berinvestasi, maka investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, batasan ekonomi antar negara telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, batasan ekonomi antar negara telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, batasan ekonomi antar negara telah menjadi semakin kabur (borderless world), aktivitas ekonomi tidak hanya terbatas pada lingkungan domestik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dan sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dan sarana representasi untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan disuatu negara, karena hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang IHSG yang mencatat pergerakan saham dari semua sekuritas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga mencerminkan pasar modal yang tengah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian di suatu Negara, pasar modal merupakan sebuah indicator kemajuan perekonomian Negara serta menunjang ekonomi Negara yang bersangkutan. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasakan akibat dari krisis. Dengan adanya globalisasi, pengaruh tersebut

BAB I PENDAHULUAN. merasakan akibat dari krisis. Dengan adanya globalisasi, pengaruh tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi pada akhirnya merupakan jalan yang dibuat untuk menyatukan ekonomi seluruh negara tanpa batasan. Tidak adanya batas membuat pengaruh antara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ardian Agung Witjaksono (2010) Sunariyah, (2006: 20-22).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ardian Agung Witjaksono (2010) Sunariyah, (2006: 20-22). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya krisis ekonomi global memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan pasar modal di Indonesia. Dampak krisis keuangan dunia atau lebih dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah

Lebih terperinci

PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES

PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu akibat dari persaingan bisnis yang semakin ketat adalah perusahaan harus mencari sumber modal lebih untuk mendanai kegiatan ekspansinya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Globalisasi yang tengah menjadi fenomena kehidupan masyarakat dunia, telah membawa dampak dan perubahan yang besar terhadap pola hubungan ekonomi antar negara. Perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian sebuah negara. Peran pasar modal bukan hanya sekedar tempat pertemuan lenders dan borrowers ataupun tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini semakin pesat. Semakin banyak masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi. Hal ini membuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Di beberapa

Lebih terperinci

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL 3.1 Capital Asset Pricing Model Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner dan Mossin pada tahun 1964 hingga 1966. Capital assets pricing model merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Setiap investor dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melangsungkan usahanya. Peran pasar modal sebagai alternatif investor

BAB I PENDAHULUAN. untuk melangsungkan usahanya. Peran pasar modal sebagai alternatif investor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dalam rangka memperoleh modal untuk melangsungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis Asia yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan keterpurukan secara fundamental dibeberapa negara Asia termasuk Indonesia. Namun seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan modal adalah melalui pasar modal, dalam hal ini pasar

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan modal adalah melalui pasar modal, dalam hal ini pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator komponen utama dalam kegiatan perekonomian adalah pembentukan modal kemampuan sebagai motor penggerak aktifitas akan sangat mempengaruhi kinerja perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 63 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Data dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis pada penelitian ini akan penulis sajikan dalam bentuk tabelaris sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak memasuki memasuki era globalisasi, satu persatu negara di dunia mulai ikut dalam proses globalisasi. Kemajuan teknologi yang semakin canggih di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi ekonomi, globalisasi teknologi, globalisasi keuangan, dan lain-lain. Globalisasi merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. krisis kredit properti (subprime mortgage crisis) di Amerika Serikat (AS) telah

I. PENDAHULUAN. krisis kredit properti (subprime mortgage crisis) di Amerika Serikat (AS) telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan global yang terjadi sejak awal tahun 2007, bermula dari krisis kredit properti (subprime mortgage crisis) di Amerika Serikat (AS) telah memberikan pengaruh

Lebih terperinci

Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada suatu aset. dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan mendapatkan return.

Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada suatu aset. dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan mendapatkan return. BABl PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada suatu aset dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan mendapatkan return. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 adalah gabungan indeks saham dari 45 emiten yang tercatat di BEI yang telah memenuhi kriteria tertentu yang diterapkan Bursa. Indeks LQ45 ini memuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin berinvestasi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sektor ekonomi global saat ini didominasi oleh peranan pasar modal. Globalisasi telah memungkinkan hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi dari hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Single Index Model Pada dasarnya Single Index Model menyederhanakan masalah portofolio dengan mengkaitkan hubungan antara setiap saham dalam portofolio

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mencapai tujuan tersebut Pratomo (2004) Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Pasar modal merupakan. yang bersangkutan (Ang,1997). Pasar Modal memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Pasar modal merupakan. yang bersangkutan (Ang,1997). Pasar Modal memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi dewasa ini yang mengalami perkembangan sangat pesat. Pasar modal merupakan indikatorkemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1. Pengertian Portofolio Dalam fenomena yang terjadi pada dunia keuangan, "portofolio" digunakan untuk menyebutkan kumpulan investasi yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan laporan Organisasi Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia merupakan salah satu negara Asia Pasifik yang memiliki posisi penting dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan di beberapa jenis pasar keuangan, mulai dari pasar uang, pasar modal, hingga pasar derivatif. Dalam setiap jenis pasar ini, investasi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur telah mengalami pasang surut yang membuat perkembangan industri manufaktur membutuhkan dana yang besar. Hal ini menyebabkan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua dasawarsa terakhir ini dimana jarak geografis dan budaya suatu negara dengan negara lainnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju (developed countries) yang dikenal sebagai emerging market (Morgan Stanley,

BAB I PENDAHULUAN. maju (developed countries) yang dikenal sebagai emerging market (Morgan Stanley, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi bagi investor di negaranegara maju (developed countries) yang dikenal sebagai emerging market (Morgan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor agar dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Berikut ringkasan beberapa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh nilai tukar rupiah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh nilai tukar rupiah BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh nilai tukar rupiah per dollar AS, tingkat suku bunga (SBI), tingkat inflasi, indeks Hang Seng dan indeks Dow

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka waktu yang relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka waktu yang relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu yang relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi berkomitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010). Pada akhir tahun 1994, IHSG. mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pada bulan Oktober 2012 IHSG

Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010). Pada akhir tahun 1994, IHSG. mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pada bulan Oktober 2012 IHSG " BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi perekonomian Indonesia yang semakin kondustif memberikan dampak positif terhadap pasar modal di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan indeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar modal yaitu Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange ) dan Bursa Efek Surabaya (Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan performa terbaiknya dalam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal tidak hanya dimiliki oleh negara-negara industri, bahkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal tidak hanya dimiliki oleh negara-negara industri, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tidak hanya dimiliki oleh negara-negara industri, bahkan banyak Negara-negara yang sedang berkembang yang juga memiliki pasar modal. Hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat guna menunjang pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan konsumsi sekarang atau konsumsi mendatang. Penundaan konsumsi sekarang untuk konsumsi mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini, semakin pesat perkembangan teknologi informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini, semakin pesat perkembangan teknologi informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, semakin pesat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di dunia, disertai pula dengan adanya deregulasi keuangan, telah menghilangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memiliki dua fungsi penting yaitu pertama sebagai sarana pendanaan atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan kembali membaik dengan didukung pulihnya daya beli masyarakat dan makin tingginya kepercayaan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN HARGA EMAS DUNIA DAN KURS RUPIAH PADA RETURN PASAR

PENGARUH PERUBAHAN HARGA EMAS DUNIA DAN KURS RUPIAH PADA RETURN PASAR PENGARUH PERUBAHAN HARGA EMAS DUNIA DAN KURS RUPIAH PADA RETURN PASAR Umi Murtini Sirilus Kristiyo Amijoyo Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wihidin Sudiro Husodo 5-25, Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, hampir semua negara menaruh perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, hampir semua negara menaruh perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, hampir semua negara menaruh perhatian lebih terhadap pasar modal karena memiliki peranan penting pada perkembangan suatu negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, keduanya sama-sama memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia memerlukan dana investasi yang sangat besar agar mampu menciptakan kesempatan kerja baru dan meningkatkan tingkat pertumbuhan Produk Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara, karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur perkembangan perekonomian di sebuah negara. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor. Hal ini dapat dilihat pada potensi keuntungan investasi di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. investor. Hal ini dapat dilihat pada potensi keuntungan investasi di Bursa Efek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi dalam bentuk saham tahun 2015 diperkirakan akan semakin menarik investor. Hal ini dapat dilihat pada potensi keuntungan investasi di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci