3 PENGARUH PENAMBAHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii ATAU Sargassum polycystum PADA BERAS TIRUAN TERHADAP KARAKTERISTIK SENSORI DAN FISIKOKIMIANYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 PENGARUH PENAMBAHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii ATAU Sargassum polycystum PADA BERAS TIRUAN TERHADAP KARAKTERISTIK SENSORI DAN FISIKOKIMIANYA"

Transkripsi

1 17 3 PENGARUH PENAMBAHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii ATAU Sargassum polycystum PADA BERAS TIRUAN TERHADAP KARAKTERISTIK SENSORI DAN FISIKOKIMIANYA Latar belakang Pendahuluan Rumput laut sebagai bahan baku berbagai produk olahan bernilai ekonomi tinggi untuk tujuan pangan maupun non pangan membuat rumput laut banyak dibudidayakan dan diperdagangkan di pasar lokal dan internasional. Di sisi lain, potensi rumput laut coklat di Indonesia sebagai sumber bahan bioaktif membuka peluang yang cukup besar untuk diteliti dan dikembangkan. Ekspedisi laut Sibolga mencatat adanya 555 jenis alga yang tumbuh di wilayah Perairan Indonesia. Penelitian lanjutan mencatat ada 23 jenis diketahui telah digunakan secara tradisional sebagai bahan makanan, baik berupa sayuran maupun dibuat penganan. Ekspedisi Danish menemukan sebanyak 25 jenis alga merah, 28 jenis alga hijau dan 11 jenis alga coklat (Firdaus 2011). Eucheuma cottonii merupakan salah satu rumput laut karaginofit, yaitu rumput laut yang mengandung bahan utama polisakarida karagenan. Alga polisakarida yang mengandung karagenan merupakan sumber nutrisi yang baik untuk diet serat (dietary fiber) terutama bagi penderita diabetes mellitus (Yuan 2008). Bahan pangan berserat tinggi memiliki sifat hipoglikemik (Brennan et al. 2004). Faridah (2005) melaporkan bahwa penambahan rumput laut sebagai sumber serat pangan mempengaruhi daya cerna pati dan kandungan serat pangan dari beras tiruan yang dihasilkan. Persentase penambahan rumput laut sebagai sumber serat pangan yang semakin tinggi menyebabkan menurunnya daya cerna pati. Daya cerna yang rendah dapat menghambat penyerapan glukosa sehingga dapat mengurangi kadar glukosa darah. Efek hipoglikemik dari serat pangan larut air sangat berguna untuk mencegah dan mengelola kondisi metabolik pada pasien diabetes melitus. Rumput laut yang kaya akan serat dapat ditambahkan ke dalam beras tiruan dengan pencampuran sumber bahan pangan lokal seperti beras, jagung dan singkong yang merupakan suatu hal yang penting untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian mengenai beras tiruan dengan penambahan rumput laut ini telah dilakukan. Dewi dan Halim (2011) melakukan penelitian pembuatan beras analog berbasis umbi garut dan tepung rumput laut sebagai pangan pokok alternatif penderita penyakit degeneratif. Pengembangan beras analog dari bahan baku tepung mocaf (modified cassava flour) dan alginat telah dilakukan oleh Subagyo dan inovasi teknologi beras analog dari tepung mocaf dengan penambahan rumput laut E. cottonii telah dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (BBP2HP 2013). Rumput laut jenis Sargassum sp. mengandung polifenol yang dikenal dengan phlorotannin yang termasuk dalam golongan tanin (Yuan 2008). Phlorotannin adalah salah satu jenis tanin yang secara spesifik terkandung dalam rumput laut coklat dan diketahui beraktivitas antioksidan, penghambat glikasi,

2 18 inhibitor α-glukosidase dan amilase. Komponen polifenol yang terdapat dalam rumput laut coklat dapat menghambat peningkatan kadar glukosa darah bagi penderita diabetes melitus (Mohamed et al. 2012). Tanin dapat menekan peningkatan gula darah bagi penderita diabetes melitus tipe 2 (Firdaus 2011). Beberapa penelitian yang memanfaatkan rumput laut coklat dalam kaitannya dengan kesehatan sudah dilakukan. Hall et al. (2012) telah menambahkan rumput laut coklat dalam roti untuk menurunkan energy intake, nilai glikemik dan kolesterol. Penambahan rumput laut sebesar 4% Ascophyllum nodosum dapat menurunkan energy intake sebesar 16,4%. Kadam dan Prabashankar (2010) meneliti beberapa sumber pangan dari laut yang diaplikasikan dalam produk roti dan pasta, kaya akan polisakarida yang memiliki keunggulan dalam mengatasi beberapa penyakit termasuk diabetes. Teknologi ekstrusi merupakan salah satu teknologi yang digunakan untuk pembuatan beras tiruan. Ekstrusi adalah suatu proses yang mengkombinasikan beberapa proses meliputi pencampuran, pemasakan, pengadonan, penghancuran, pencetakan dan pembentukan (Estiasih dan Ahmadi 2009). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi yang tepat dalam pembuatan beras tiruan berbahan dasar beras, jagung dan singkong dengan penambahan rumput laut E. cottonii sebagai sumber serat pangan atau S. polycystum sebagai sumber phlorotannin dan serat pangan serta mengkarakterisasinya berdasarkan nilai sensori dan fisikokimia. Waktu dan tempat Metode Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai dengan April Bertempat di Laboratorium Pengolahan, Organoleptik, dan Kimia Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan, dan Seafast Center IPB. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan baku dan bahan kimia. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan beras tiruan adalah tepung beras, tepung jagung, tepung singkong, rumput laut Eucheuma cottonii, dan rumput laut Sargassum polycystum. Beras dipilih dari jenis beras pera Indica IR42, jagung diperoleh dari PAU-IPB jenis Pionir, sedangkan singkong yang dipilih adalah singkong (Manihot utilissima) segar. Rumput laut E. cottonii diperoleh dari Kepulauan Seribu sedangkan rumput laut jenis S. polycystum dari Pulau Tahuna, Sulawesi utara. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis antara lain HCl 0,2N, bromocresol green, H 3 BO 3, metilen merah, K 2 SO 4, CuSO 4.5H 2 O, H 2 SO 4, H 2 O 2 30%, NaOH, kloroform, etanol, asam asetat, iod, buffer Na-fosfat, dinitrosalisilat, maltosa murni, petroleum eter benzena, maltosa standar, buffer fosfat, dinitrosalisilat, enzim amilase pankreatin, NaOH, etanol, natrium tungstan, asam fosfomolibdat, asam fosfat, dan Na 2 CO 3.

3 19 Alat yang digunakan yaitu disc mill buatan lokal, ekstruder ulir tunggal hasil perekayasaan Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan dengan spesifikasi yang tertera pada Lampiran 27, ayakan 60 mesh merk De dalal, oven merk Shellab, blender merk Miyako, timbangan analitik merk AND tipe GR-202, tungku pengabuan (furnace) merk Vulcan A-550, alat destruksi kjeldahl merk Gerhardt, alat destilasi uap merk Velp Scientica UDK 142, ekstraktor soxhlet merk Electrothermal, rotavapor merk Heidolph Instrument Laborata 4000, desikator, spektrofotometer merk Hach DR2800, serta peralatan gelas merk Iwaki Pyrex. Preparasi Bahan Tahap preparasi rumput laut E. cottonii seperti disajikan pada Gambar 6. Rumput laut Pembersihan dari kotoran Pembersihan dan Pencucian Dilakukan 2 kali Perendaman 1 malam Pencucian Penghancuran Bubur rumput laut Gambar 6 Alur proses preparasi rumput laut E. cottonii (Wonggo 2010). Tahap preparasi rumput laut S. polycystum menurut Chaidir (2006) disajikan pada Gambar 7. Pengkomposisian dan Proses Ekstrusi Komposisi terpilih ditambahkan rumput laut E. cottonii pada berbagai konsentrasi yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30% atau S. polycystum pada berbagai konsentrasi yaitu 0%, 5%, 10%, dan 15%. Persentase penambahan E. cottonii berdasarkan rekomendasi dari American Diabetes Association yaitu maksimum 50 g/ hari untuk diet tinggi serat (ADA 2008) dan asupan serat pangan harian sebesar g/orang/hari (Kemenkes 2013). Persentase penambahan

4 20 S. polycystum mengacu pada penelitian Hall et al. (2012). Komposisi yang sudah ditambah rumput laut diproses lebih lanjut menjadi beras tiruan dengan teknologi ekstrusi (Gambar 8). Rumput laut Pembersihan dan Pencucian Pencucian dengan air Dilakukan 2 kali Perendaman 9 jam Pencucian Penghancuran Bubur rumput laut Gambar 7 Alur proses preparasi rumput laut S. polycystum (Chaidir 2006). Metode Analisis Analisis yang dilakukan meliputi sensori, rendemen, densitas kamba, proksimat, daya cerna pati secara in vitro, serat pangan dan phlorotannin. Sensori (Setyaningsih et al. 2010) Analisis sensori (pengujian dengan panca indera) dilakukan dengan metode kuantitatif yaitu uji kesukaan (hedonik) (Setyaningsih et al., 2010). Panelis terdiri dari dari pegawai BBP2HP Jakarta sebanyak 25 orang. Waktu pengujian sekitar pukul dan Panelis mengisi kuesioner terhadap sampel produk beras tiruan baik yang mentah maupun matang dalam bilik-bilik pencicip. Penilaian sensori meliputi warna, rasa, tekstur dan bau. Disiapkan air mineral untuk menetralkan indera perasa panelis setelah mencicip sampel beras tiruan. Skor kesukaan menggunakan skala 1 sampai dengan 9, yaitu skor 1 (amat sangat tidak suka) sampai dengan skor 9 (amat sangat suka). Rendemen (Wardani et al. 2012) Rendemen dihitung berdasarkan persentase produk akhir dengan bahan awal.

5 21 Bahan tepung dan rumput laut E. cottonii atau S. polycystum Pencampuran kering dengan bahan lain Penambahan air Pencampuran hingga homogen Ekstrusi 90 C Pengeringan oven 60 C, 3 jam Beras tiruan Gambar 8 Alur proses pembuatan beras tiruan dengan penambahan rumput laut E.cottonii atau S. polycystum (Estiasih dan Ahmadi 2009). Densitas kamba (Hussain et al. 2008) Densitas kamba dihitung berdasarkan perbandingan antara berat bahan dalam suatu wadah gelas berukuran tertentu dibagi volume wadah gelas (g/ml). Analisis proksimat (AOAC 2005) (a) Analisis kadar air Analisis ini menggunakan metode gravimetri dengan alat oven pada suhu 105 C selama 20 jam. Kadar air ditentukan dengan menghitung perbandingan bobot sampel yang hilang setelah dioven dan bobot sampel awal kemudian dikali seratus persen. (b) Analisis kadar abu Analisis ini menggunakan metode gravimetri dengan tanur pada suhu 550 C selama 24 jam. Kadar abu ditentukan dengan menghitung perbandingan antara berat sampel akhir dan berat sampel awal kemudian dikali seratus persen. (c) Analisis kadar protein Kadar protein diuji dengan metode Kjeldahl, prinsipnya menangkap nitrogen yang terdapat dalam sampel. Tahap uji protein yaitu destruksi, destilasi

6 22 dan titrasi. Sampel ditimbang sebanyak 0,75 g pada kertas timbang, dibungkus dan dimasukkan ke dalam labu destruksi. Sebanyak 5,25 g kalium sulfat dan 0,62 g CuSO 4.5H 2 O dimasukkan ke dalam labu destruksi. Di dalam ruang asam, ditambahkan 15 ml H 2 SO 4 pekat (95-97 %) dan 3 ml H 2 O 2 secara perlahanlahan dan didiamkan selama 10 menit. Destruksi dilakukan pada suhu 410 C selama ± 2 jam atau sampai larutan jernih dan didiamkan hingga mencapai suhu kamar lalu ditambahkan akuades sebanyak ml. Hasil destruksi selanjutnya didestilasi. Alat destilasi dicuci dengan cara melakukan destilasi akuades sebelum dilakukan destilasi dan apabila destilat yang tertampung mengubah warna garam borat (merah violet menjadi hijau) maka dilakukan pencucian/destilasi ulang sampai hasil destilat yang tertampung tidak berubah warna (merah violet). Erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan H 3 BO 3 4 % yang mengandung indikator sebagai penampung destilat. Labu yang berisi hasil destruksi dipasang pada rangkain alat destilasi uap. Natrium hidroksida-thiosulfat ditambahkan sebanyak ml. Destilasi dilakukan dan destilat ditampung dalam erlenmeyer hingga volume mencapai 150 ml. Hasil destilat dititrasi dengan HCl 0,2 N yang sudah dibakukan sampai warna berubah dari biru menjadi merah muda. (d) Analisis kadar lemak Analisis yang dilakukan yaitu mengekstrak lemak dengan metode soxhlet pada suhu 80 C selama 8 jam dengan pelarut khloroform. Kemudian dilakukan evaporasi sampai kering dan labu alas bulat yang sudah kering dimasukkan ke dalam oven bersuhu 150 C selama 2 jam untuk menghilangkan sisa khloroform dan uap air. Kadar lemak ditentukan dengan menghitung perbandingan antara berat lemak dan berat sampel awal kemudian dikali seratus persen. (e) Analisis kadar karbohidrat Analisis kadar karbohidrat dilakukan dengan metode by-difference yaitu pengurangan dari total keseluruhan dengan presentasi kadar lemak, protein, air dan abu. Daya cerna pati in vitro (Muchtadi 1989) Pengukuran daya cerna pati secara in vitro meliputi pembuatan kurva standar dan analisa sampel. Didalam pembuatan kurva standar, sebanyak 1 ml maltosa standar yang mengandung 100, 150, 200, 250, 300, 350 dan 400 mg/l maltosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup kemudian ditambahkan masing-masing 3 ml larutan dinitrosalisilat (DNS). Larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Dalam analisa sampel, Sebanyak 0,5 g sampel pati dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan dengan 50 ml akuades. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan alumunium foil dan dipanaskan dalam penangas air hingga mencapai suhu 90 C terus diaduk lalu didinginkan. Sebanyak 1 ml larutan sampel tersebut dipipet ke dalam tabung reaksi bertutup lalu ditambahkan 1,5 ml akuades dan 2,5 ml larutan buffer phospat ph 7. Masing-masing sampel dibuat dua kali, yang salah satunya digunakan sebagai blanko. Tabung ditutup dan diinkubasikan pada suhu 37 C selama 15 menit. Larutan sampel dan blanko diangkat dan ditambahkan 2,5 ml larutan enzim amilase pankreatin (1 mg/ml dalam larutan buffer phospat ph 7 untuk sampel dan 2,5 ml larutan buffer phospat untuk blanko). Kedua tabung tersebut diinkubasi kembali selama 30 menit.

7 23 Kemudian larutan sampel dan blanko ditambahkan masing-masing 3 ml DNS. Larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm. Serat pangan metode enzimatik (Asp et al. 1983) Sampel ditimbang seberat 1 g kemudian ditambah 50 ml buffer phospat ph 6 dan 100 μl termamyl. Larutan dipanaskan sambil ditutup dan diinkubasi pada suhu 100 C selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Sampel didinginkan kemudian ditambahkan 20 ml akuades dan HCl 4 M hingga ph 1,5. Sampel ditambahkan 100 mg pepsin lalu erlenmeyer ditutup dan ditambahkan 20 ml akuades dan diatur phnya hingga 6,8 dengan cara ditambahkan NaOH. Sampel ditambahkan enzim pankreatin, lalu erlenmeyer ditutup dan diinkubasi pada suhu 40 C selama 60 menit sambil diaduk, kemudian sampel ditambahkan HCl kembali hingga ph 4,5. Sampel disaring kemudian endapan dicuci dengan 10 ml akuades sebanyak dua kali. - Pengukuran serat pangan tidak larut Residu dari hasil persiapan sampel dicuci dengan 10 ml etanol 95 % sebanyak 2 kali dan 10 ml aseton sebanyak dua kali. Residu dikeringkan pada suhu 105 C hingga diperoleh berat yang tetap kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang (D1). Suspensi yang telah kering diabukan dengan suhu 500 C selama 5 jam, didinginkan, dimasukkan dalam desikator dan ditimbang (L1). - Pengukuran serat pangan larut Volume dari filtrat yang didapat dari persiapan sampel ditambahkan akuades hingga 100 ml. Filtrat ditambahkan etanol 95 % dengan suhu 60 C sebanyak 400 ml, kemudian diendapkan selama 1 jam. Filtrat disaring, kemudian dicuci dengan 10 ml etanol 95 % dan 10 ml aseton sebanyak dua kali. Sampel dikeringkan pada suhu 105 C selama 24 jam, kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang (D2). Sampel yang telah kering diabukan dengan suhu 500 C selama 5 jam, didinginkan, dimasukkan dalam desikator dan ditimbang (L2). Penetapan blanko Analisis ini menggunakan blanko yang diperoleh dengan cara yang sama tetapi tanpa adanya sampel (akuades). Nilai blanko harus diperiksa ulang terutama jika menggunakan enzim dari kemasan yang baru. Total serat pangan diperoleh dengan menjumlahkan serat pangan larut dan tidak larut.

8 24 Keterangan : 1 = menunjukkan berat sampel pada analisis serat pangan tidak larut 2 = menunjukkan berat sampel pada analisis serat pangan larut W = berat sampel (g) B = berat blanko bebas serat (g) D = berat setelah analisis dan dikeringkan (g) L = berat setelah diabukan (g) Kadar phlorotannin (tanin) (AOAC 2005) Dalam analisis kadar phlorotannin meliputi pembuatan kurva standar dan persiapan contoh. Dalam pembuatan kurva standar, ditambahkan 2 ml pereaksi folin denis ke dalam labu takar 100 ml yang telah diisi air suling ml. Kemudian di pipet masing-masing 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml larutan standar asam tanat, lalu ditambahkan 5 ml larutan Na 2 CO 3 jenuh dan ditepatkan hingga 100 ml dengan air suling. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 40 menit, kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 725 nm. Dalam persiapan contoh, ditimbang contoh ± 2 g yang telah dihaluskan, kemudian dimasukkan ke dalam labu didih 500 ml lalu ditambahkan 350 ml air suling. Larutan kemudian direfluks selama 3 jam lalu didinginkan. Kemudian larutan disaring dan dipindahkan ke dalam labu takar 500 ml kemudian ditepatkan dengan air suling dan dihomogenkan. Dipipet 2 ml filtrat ke dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan 2 ml pereaksi folin denis serta 5 ml Na 2 CO 3 jenuh. Larutan ditepatkan dengan air suling, dihomogenkan dan dibiarkan selama 40 menit kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 725 nm. Keterangan : Analisis data X = banyaknya tanin contoh (mg), X diperoleh dari persamaan regresi Y=a+bX B = bobot contoh (g) Rancangan percobaan (Steel dan Torrie 1993) Rancangan percobaan yang digunakan dalam pembuatan beras tiruan adalah rancangan acak lengkap. Perlakuan pada penelitian ini adalah persentase rumput laut E. cottonii atau S. polycystum. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut: Keterangan : Y ij Y ij = μ + Ʈ i + ij = respon yang diamati dari satuan percobaan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i

9 25 μ = nilai tengah umum Ʈi = pengaruh perlakuan ke-i (i untuk E. cottonii adalah 0%, 10%, 20%, 30% dan untuk S. polycystum adalah 0%, 5%, 10% dan 15%) ij = galat percobaan Sebelum dilakukan analisis ragam dilakukan terlebih dahulu uji kenormalan data. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov. Apabila data yang diperoleh dengan analisis ragam (ANOVA) menunjukkan adanya pengaruh, maka dilanjutkan uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey. Pengujian nilai kesukaan panelis menggunakan analisis non parametrik yaitu Kruskall Walis. Prosedur pengujian Kruskall Walis menggunakan rumus : Keterangan : n = jumlah data total ni = banyaknya pengamatan pada perlakuan ke-i Ri 2 = jumlah peringkat dari perlakuan ke-i T = banyaknya pengamatan seri dalam tiap ulangan H = simpangan baku H 1 = H terkoreksi t = banyaknya pengamatan seri FK = faktor koreksi Data hasil uji Kruskall Wallis apabila menunjukkan beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil dan Pembahasan Karakteristik sensori beras tiruan dengan penambahan rumput laut E. cottonii atau S. polycystum Beras tiruan yang berasal dari tiga jenis sumber karbohidrat, komposisi beras:jagung:singkong=1:3:1 dan suhu ekstruder 90 C adalah komposisi terpilih. Komposisi terpilih kemudian ditambahkan rumput laut E. cottonii sebesar 10%, 20%, dan 30% atau S. polycystum sebesar 0%, 5%, 10%, dan 15% kemudian diproses lebih lanjut dengan alat ekstruder menjadi beras tiruan. Hasil uji kesukaan beras tiruan dengan penambahan rumput laut E. cottonii atau S. polycystum disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Hasil uji kesukaan beras

10 26 merupakan rata-rata nilai uji sensori dari parameter kenampakan/warna, tekstur, rasa dan bau baik mentah maupun matang. Produk beras tiruan rumput laut disajikan pada Gambar 9 dan Gambar 10. Tabel 4 Hasil uji kesukaan beras tiruan dengan penambahan E. cottonii. Perlakuan Tingkat Kesukaan Kategori Kontrol 6,15±0,32 b Agak suka Beras Tiruan+RLC 10% 6,06±0,19 b Agak suka Beras Tiruan+RLC 20% 8,02±0,21 c Sangat suka Beras Tiruan+RLC 30% 5,46±0,66 a Netral Keterangan : RLC=Rumput laut E. cottonii. Angka-angka dalam huruf superscript yang berbeda (a,b,c) menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05). a2 a1 b1 b2 c1 c2 d1 d2 Gambar 9 Beras tiruan rumput laut dengan penambahan E. cottonii. (a1) beras tiruan kontrol mentah, (a2) beras tiruan kontrol matang, (b1) beras tiruan E. cottonii 10% mentah, (b2) beras tiruan E. cottonii 10% matang, (c1) beras tiruan E. cottonii 20% mentah, (c2) beras tiruan E. cottonii 20% matang, (d1) beras tiruan E. cottonii 30% mentah, (d2) beras tiruan E. cottonii 30% matang. Tabel 5 Hasil uji kesukaan beras tiruan dengan penambahan S. polycystum. Perlakuan Tingkat Kesukaan Kategori Kontrol 6,15±0,32 c Agak suka Beras Tiruan+RLS 5% Beras Tiruan+RLS 10% Beras Tiruan+RLS 15% 4,50±0,40 a 4,67±0,26 a 5,33±0,39 b Agak tidak suka Biasa Biasa Keterangan : RLS=Rumput laut S.polycystum. Angka-angka dalam huruf superscript yang berbeda (a,b,c) menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05). Hasil uji kruskall wallis terhadap parameter kesukaan beras tiruan rumput laut menunjukkan perbedaan pada setiap perlakuannya. Hasil uji lanjut tukey menunjukkan menunjukkan hasil berbeda nyata (Lampiran 6). Komposisi beras

11 27 tiruan dengan penambahan rumput laut E. cottonii 20% memiliki tingkat kesukaan tertinggi yaitu 8,02±0,21 dibandingkan dengan komposisi lain. a2 a1 b1 b2 c1 c2 d1 d2 Gambar 10 Beras tiruan rumput laut dengan penambahan S. polycystum (a1) beras tiruan kontrol mentah, (a2) beras tiruan kontrol matang, (b1) beras tiruan S. polycystum 5% mentah, (b2) beras tiruan S. polycystum 5% matang, (c1) beras tiruan S. polycystum 10% mentah, (c2) beras tiruan S. polycystum 10% matang, (d1) beras tiruan S. polycystum 15% mentah, (d2) beras tiruan S. polycystum 15% matang. Proporsi beras tiruan dengan penambahan rumput laut E. cottonii 30% membentuk tekstur nasi yang terlalu kenyal dan lengket sehingga lebih tidak disukai panelis. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa beras tiruan menurun dengan meningkatnya konsentrasi bubur rumput laut. Hal ini dapat terjadi karena bubur rumput laut memiliki rasa yang netral/ hambar sehingga semakin tinggi penambahan bubur rumput laut menyebabkan rasa hambar yang dihasilkan lebih dominan. Beras tiruan dengan penambahan rumput laut E. cottonii 20% memiliki kenampakan yang lebih menarik, warna yang lebih cerah, bau dan rasa yang netral, serta tekstur yang lebih mirip dengan beras pada umumnya. Hasil uji kruskall wallis terhadap parameter kesukaan beras tiruan dengan penambahan rumput laut S. polycystum menunjukkan perbedaan dan hasil uji lanjut tukey menunjukkan hasil berbeda nyata (Lampiran 7). Beras tiruan dengan penambahan rumput laut S. polycystum 15% memiliki tingkat kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan rumput laut 5% dan 10%. Proporsi rumput laut 15% memiliki kenampakan warna coklat tua menyerupai beras merah, dibandingkan dengan komposisi lain yang berwarna coklat pucat. Rumput laut coklat mengandung pigmen fotosintetik antara lain karoten, fukosantin, klorofil a, dan klorofil c. Pigmen yang memberi warna coklat adalah fukosantin (Fitton et al. 2008). Tanin berciri bau agak memusingkan dan terasa sepat (Firdaus 2011). Pada penelitian ini, tingkat kesukaan panelis terhadap beras tiruan dengan penambahan rumput laut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol yang warnanya kuning cerah sehingga terlihat menarik. Rasa yang agak sedikit pahit dan bau yang kurang enak pada beras tiruan dengan

12 28 penambahan rumput laut penilaian yang rendah. dibandingkan beras kontrol diduga mempengaruhi Karakteristik fisikokimia beras tiruan dengan penambahan rumput laut E. cottonii atau S. polycystum Beras tiruan selanjutnya dianalisis untuk mengetahui karakteristik fisikokimianya. Karakteristik fisikokimia beras tiruan dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6 Karakteristik fisikokimia beras tiruan dengan penambahan E. cottonii. Parameter Kontrol Beras Tiruan + RL 10% Beras Tiruan + RL 20% Beras Tiruan + RL 30% Rendemen (%) 83,33±1,15 a 88,67±2,31 b 91,20±1,31 b 92,00±0,40 b Densitas kamba 1,59±0,10 b 1,61±0,03 b 1,51±0,01 a 1,54±0,02 a (g/ml) Daya cerna pati (%) 19,24±0,05 d 17,89±0,11 c 15,99±0,05 b 15,35±0,01 a Air (%) 8,84±0,01 c 8,73±0,00 b 8,68±0,06 b 8,46±0,01 a Abu (%) 0,52±0,05 a 1,19±0,25 b 1,39±0,01 b 1,45±0,06 b Protein (%) 8,54±0,18 a 8,01±0,01 a 8,39±0,35 a 8,37±0,34 a Lemak (%) 1,75±0,20 b 1,67±0,14 b 1,38±0,11 b 0,80±0,07 a Karbohidrat (%) 80,36±0,44 ab 80,41±0,10 ab 80,16±0,29 a 80,92±0,19 c Serat Pangan (%) 6,77±0,04 a 7,11±0,10 b 8,18±0,04 c 8,22±0,06 c Keterangan : RL=Rumput laut. Angka-angka dalam baris yang sama diikuti huruf superscript berbeda (a,b,c,d) menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05). Tabel 7 Karakteristik fisikokimia beras tiruan dengan penambahan S. polycystum. Parameter Kontrol Beras Tiruan Beras Tiruan Beras Tiruan + RL 5% + RL 10% + RL 15% Rendemen (%) 83,33±1,15 a 90,60±0,72 a 87,67±8,39 a 86,87±4,29 a Densitas 1,59±0,10 b 1,52±0,01 a 1,55±0,03 a 1,49±0,02 a kamba (g/ml) Daya cerna pati 19,24±0,01 b 17,52±0,04 a 17,26±0,18 a 17,24±0,01 a (%) Air (%) 8,84±0,01 c 7,56±0,07 b 5,73±0,09 a 7,67±0,01 b Abu (%) 0,52±0,05 a 0,57±0,37 a 0,84±0,15 a 0,98±0,09 a Protein (%) 8,54±0,18 ab 8,21±0,17 a 8,38±0,02 a 8,73±0,02 b Lemak (%) 1,75±0,20 b 1,41±0,01 a 2,39±0,01 c 2,16±0,11 c Karbohidrat (%) 80,36±0,44 a 82,25±0,27 b 82,66±0,07 b 80,45±0,06 a Serat pangan 6,78±0,04 a 6,78±0,18 a 7,22±0,02 b 8,11±0,03 c (%) Phlorotannin (mg/100g) - 23,88±0,03 a 34,58±0,02 b 44,79±0,07 c Keterangan : RL=Rumput laut. Angka-angka dalam baris yang sama diikuti huruf superscript berbeda (a,b,c) menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05).

13 Rendemen beras tiruan berkisar antara 83,33 92,00%. Hasil analisis ragam beras tiruan dengan penambahan rumput laut E. cottonii menunjukkan perbedaan, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut tukey dan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Lampiran 9). Penambahan rumput laut dapat membantu memperlancar kerja mesin ekstruder sehingga tidak banyak adonan yang tertinggal dalam ulir dan die nya. Keberadaan bahan terdispersi juga akan mempengaruhi proses ekstrusi seperti protein dan selulosa/serat (Estiasih dan Ahmadi 2009). Daya cerna pati menunjukkan kemampuan pati untuk dicerna dan diserap oleh tubuh. Hasil analisis ragam terhadap daya cerna pati menunjukkan adanya perbedaan. Hasil uji lanjut tukey, menunjukkan nilai yang berbeda nyata dengan kontrol (Lampiran 9). Semakin besar proporsi rumput laut yang ditambahkan, menunjukkan nilai daya cerna pati yang semakin rendah. Meningkatnya kandungan serat pangan berkaitan dengan menurunnya daya cerna pati. Artinya, semakin tinggi proporsi penambahan rumput laut, beras tiruan akan lebih lama dicerna. Nilai daya cerna beras tiruan rumput laut pada penelitian ini masih lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan et al. (2011) yang meneliti sifat fisikokimia oyek dan tiwul dari umbi garut, suweg dan singkong yang mencapai kisaran 18,87 28,75%. Beberapa hal yang diduga sebagai penyebab rendahnya daya cerna pati pada beras tiruan rumput laut adalah kadar serat pangan rumput laut (E. cottonii dan S. polycystum) yang tinggi terutama serat pangan larut air yang berpengaruh terhadap rendahnya penyerapan glukosa darah (Lubis 2009; Hardoko 2007; Yuan 2008), kadar tanin yang terdapat pada S. polycystum yang menghambat enzim α- amilase untuk memecah karbohidrat menjadi glukosa (Firdaus 2011). Beras dan jagung merupakan bakal tanaman untuk tumbuh dan mengandung komponen minor seperti protein dan lemak (Shih 2004; Godber dan Juliano 2004) yang berpengaruh terhadap rendahnya daya cerna pati dibandingkan dengan umbi garut, suweg dan singkong. Pada penelitian ini, komposisi beras tiruan rumput laut didominasi oleh sumber pati beras dan jagung. Rumput laut mengandung polisakarida dalam jumlah besar seperti karagenan yang terkandung dalam rumput laut E. cottonii. Sebagian besar polisakarida ini tidak dicerna dalam saluran pencernaan manusia dan kemudian digunakan sebagai serat pangan. Daya cerna yang rendah akan memperlambat laju peningkatan glukosa darah sehingga nilai indeks glikemiknya juga rendah. Disamping itu, serat larut air dalam rumput laut memiliki efek-efek hipoglikemik yang berkaitan dengan waktu transit dalam organ pencernaan (Groff et al. 1999). Serat mampu menghambat pelepasan gula dari tepung dengan cara menyerap, mengikat dan membungkus partikel-partikel tepung dan segera mengeluarkannya keluar tubuh. Hal ini menyebabkan ketersediaan gula menurun sehingga akan mengurangi permintaan insulin dari pankreas dan kondisi gula darah stabil (Lubis 2009). Semakin tinggi penambahan rumput laut, maka kandungan serat pangan semakin besar. Rumput laut memiliki kandungan serat pangan 78,94% (Astawan et al. 2004) dan asupan serat pangan yang dianjurkan untuk orang normal g/orang/hari (Kemenkes 2013). Nilai serat pangan tertinggi yaitu beras tiruan dengan penambahan rumput laut E. cottonii 30%. Hasil analisis ragam terhadap serat pangan menunjukkan 29

14 30 adanya perbedaan (Lampiran 9). Hasil uji lanjut tukey menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Lampiran 9). Kisaran nilai serat pangan beras tiruan dengan penambahan rumput laut adalah 7,0 8,0%, artinya jika rata-rata orang mengkonsumsi karbohidrat dari beras tiruan rumput laut sebesar g//hari maka asupan serat pangan sebesar (21-28%) (28-32%) per hari. Kisaran serat pangan tersebut sudah memenuhi standar asupan serat pangan harian. Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang sangat berpengaruh dalam proses penyimpanan beras tiruan. Beras tiruan hasil penelitian ini mempunyai kadar air yang berkisar antara 8,46 8,84%. Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan kadar air maksimum beras giling adalah 14% (BSN 2008). Hal ini berarti beras tiruan hasil penelitian sesuai dengan persyaratan SNI. Hasil analisis ragam terhadap kadar abu menunjukkan perbedaan dan hasil uji lanjut tukey menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Lampiran 8). Penambahan rumput laut memberikan pengaruh terhadap nilai kadar abu. Hal ini diduga bahwa rumput laut mengandung trace element terutama iodium. Hasil analisis ragam terhadap kadar protein tidak menunjukkan adanya perbedaan pada tiap perlakuan (Lampiran 8). Nilai kadar protein berada pada kisaran 8,01 8,54%. Menurut Juliano (1972), beras dengan kadar protein lebih besar dari 8% cenderung pera. Hal ini berhubungan dengan sifat polaritas protein terhadap air. Protein beras bersifat menghambat penyerapan air dan pengembangan granula pati ketika beras ditanak, sehingga membatasi kemampuan membentuk gelatinisasi secara optimal. Kadar lemak berada pada kisaran nilai 0,80 1,75%. Rendahnya nilai kadar lemak disebabkan oleh kadar lemak rumput laut yang rendah yaitu sekitar 0,1 0,2% (Depkes 2005) sehingga tidak mempengaruhi kadar lemak beras tiruan. Hasil analisis ragam terhadap rendemen tidak menunjukkan adanya perbedaan pada tiap perlakuan (Lampiran 11). Rendemen beras tiruan dengan penambahan rumput laut S. polycystum berkisar antara 83,33 90,60%. Struktur produksi ekstrusi terbentuk dari biopolimer yang meleleh dan pengembangan gelembung uap air sehingga menjadi perubahan bentuk bahan menjadi berongga. Keberadaan bahan terdispersi akan mempengaruhi proses ekstrusi. Misalnya yaitu protein dan selulosa/serat (Estiasih dan Ahmadi 2009). Berdasarkan analisis ragam terhadap densitas kamba, penambahan rumput laut S. polycystum menunjukkan adanya perbedaan, kemudian dilakukan uji lanjut tukey dan memberikan hasil yang berbeda nyata (Lampiran 11). Daya cerna pati menunjukkan kemampuan pati untuk dicerna dan diserap oleh tubuh. Hasil analisis ragam terhadap daya cerna pati menunjukkan perbedaan dan hasil uji lanjut tukey menunjukkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan kontrol (Lampiran 11). Komposisi beras tiruan dengan penambahan rumput laut S. polycystum 15% menunjukkan nilai daya cerna pati yang paling rendah. Nilai daya cerna pati yang rendah akan berpengaruh terhadap kontrol glukosa darah. Phlorotannin pada S. polycystum akan membentuk senyawa kompleks dengan protein dan pati yang bersifat tidak larut sehingga cenderung menurunkan daya cerna protein dan daya cerna pati (Firdaus 2011). Dampak dari kompleks antara pati dengan phlorotannin menyebabkan sisi atau bagian pati yang secara normal dihidrolisis oleh enzim pencernaan menjadi tidak dikenali. Semakin banyak ikatan pati dengan phlorotannin maka semakin banyak sisi-sisi yang tidak dapat dikenali oleh enzim pencernaan, sehingga kemampuan hidrolisis pati menurun. Akibatnya, daya cerna pati menjadi rendah (Thomas et al. 1997).

15 31 Prinsip aktivitas phlorotannin sebagai antihiperglikemik adalah pengikatan phlorotannin pada sisi aktif α-glukosidase dan α-amilase. Enzim α-glukosidase dan α-amilase adalah enzim yang berperan dalam pemecahan dan pemutusan polisakarida (pati) menjadi glukosa. Enzim α-amilase beraktivitas di rongga mulut sedangkan α-glukosidase di usus halus. Penghambatan aktivitas kedua enzim ini dapat menghambat kecepatan pemutusan pati sehingga glukosa darah tidak segera naik setelah mengkonsumsi makanan. Pencegahan peningkatan glukosa darah secara cepat ini merupakan salah satu cara pengobatan penderita hiperglikemik (Firdaus 2011). Hasil analisis ragam terhadap phlorotannin menunjukkan adanya perbedaan kemudian dilakukan uji lanjut tukey dan hasilnya menunjukkan perbedaan nyata (Lampiran 11). Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang sangat berpengaruh dalam proses penyimpanan beras tiruan. Beras tiruan hasil penelitian ini mempunyai kadar air yang berkisar antara 5,73 8,84%. Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan kadar air maksimum beras giling adalah 14% (BSN 2008). Hal ini berarti beras tiruan hasil penelitian sesuai dengan persyaratan SNI. Hasil analisis ragam terhadap kadar abu menunjukkan bahwa penambahan rumput laut tidak memberikan perbedaan (Lampiran 10). Kadar abu rumput laut coklat berkisar 19-40% (Yuan 2008), jika dibandingkan dengan nilai kadar abu beras tiruan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa penambahan rumput laut tidak banyak memberikan pengaruh terhadap kadar abu. Hasil analisis ragam terhadap kadar protein menunjukkan perbedaan kemudian dilakukan analisis uji lanjut tukey dan memberikan hasil berbeda nyata (Lampiran 10). Kadar lemak rumput laut coklat Sargassum sp. berada pada kisaran 2-3% (Yuan 2008). Pada penelitian ini, hasil analisis ragam menunjukkan nilai kadar lemak menunjukkan perbedaan dan hasil uji lanjut tukey menunjukkan perbedaan nyata (Lampiran 10). Kesimpulan Komposisi beras tiruan terpilih adalah perbandingan beras, jagung dan singkong 1:3:1 pada suhu ekstruder 90 C dengan penambahan rumput laut E. cottonii 20% atau S. polycystum 15%. Nilai sensori, rendemen, densitas kamba, daya cerna pati, air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan serat pangan untuk beras tiruan dengan penambahan rumput laut E. cottonii 20% berturut-turut 8,02 (sangat suka), 91,20%, 1,51 g/ml, 15,99%, 8,68%, 1,39%, 8,39%, 1,38%, 80,16%, dan 8,18%. Sedangkan nilai sensori, rendemen, densitas kamba, daya cerna pati, air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat pangan, dan phlorotannin dengan penambahan rumput laut S. polycystum 15%. berturut-turut 5,33 (biasa), 86,87%, 1,49 g/ml, 17,24%, 7,67%, 0,98%, 8,73%, 2,16%, 80,45%, 8,11%, dan 44,79 mg/100g.

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan yaitu umbi garut kultivar creole berumur 10 bulan yang diperoleh dari kebun percobaan Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu

Lebih terperinci

2 PEMBUATAN BERAS TIRUAN DARI BERAS, JAGUNG DAN SINGKONG SERTA EVALUASI KARAKTERISTIK SENSORI DAN FISIKOKIMIANYA

2 PEMBUATAN BERAS TIRUAN DARI BERAS, JAGUNG DAN SINGKONG SERTA EVALUASI KARAKTERISTIK SENSORI DAN FISIKOKIMIANYA 4 2 PEMBUATAN BERAS TIRUAN DARI BERAS, JAGUNG DAN SINGKONG SERTA EVALUASI KARAKTERISTIK SENSORI DAN FISIKOKIMIANYA Latar belakang Pendahuluan Sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1 Formulir organoleptik LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah jagung pipil kering dengan varietas Pioneer 13 dan varietas Srikandi (QPM) serta bahanbahan kimia yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara Gunung Mas di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah 3. MATERI DAN METODE Proses pemanasan dan pengeringan gabah beras merah dilakukan di Laboratorium Rekayasa Pangan. Proses penggilingan dan penyosohan gabah dilakukan di tempat penggilingan daerah Pucang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Politeknik Negeri

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Politeknik Negeri Universitas Lampung, Laboratorium Biokimia IPB dan Laboratorium Pengolahan

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan-bahan untuk membuat beras analog dan analisis. Bahan yang digunakan untuk pembuatan beras analog

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 12 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu pada Bulan April sampai Juli 2014. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Che-Mix Pratama,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan untuk pembuatan produk, menguji total bakteri asam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kimia antara lain heksana, air destilata, dietil eter, kertas saring, batu didih, KI, eter, metanol, etanol, alkohol, aseton,

Lebih terperinci

III. Metode Penelitian

III. Metode Penelitian III. Metode Penelitian 3.1. Waktu dan tempat Penelitian dilakukan pada Bulan Februari sampai Bulan Agustus 2006 di Laboratorium Pengolahan Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, Jakarta.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu 1. Analisa Proksimat a. Kadar Air (AOAC 1999) Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan ditaruh di dalam cawan aluminium yang telah diketahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

= ( ) + + ( ) 10 1

= ( ) + + ( ) 10 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh perhitungan serat pangan, SD, dan RSD Total serat pangan (TDF) pada kacang kedelai metode AOAC TDF, % = [(bobot residu P A B) / (bobot sampel - Kadar Lemak - Kadar air)] x 0

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Produksi Kelanting MT,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Produksi Kelanting MT, III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Produksi Kelanting MT, Gantiwarno, Pekalongan, Lampung Timur, dan Laboratorium Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan 1. Penentuan Formulasi Bubur Instan Berbasis Tepung Komposit : Tepung Bonggol Pisang Batu dan Tepung Kedelai Hitam Tujuan: - Mengetahui

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis Lampiran 1. Prosedur Analisis 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Sebanyak 2 g contoh ditimbang secara teliti dalam cawan alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Cawan kemudian dikeringkan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,

Lebih terperinci

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006) LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006) Prosedur pengujian daya serap air: 1. Sampel biskuit dihancurkan dengan menggunakan mortar. 2. Sampel

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Jurnal Sains Kimia Vol 10, No.1, 2006: 40 45 STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Emma Zaidar

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Biokimia Zat Gizi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958) LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2011 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2011 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2011 di beberapa laboratorium, yaitu di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, CV. An-

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan satu faktor (Single Faktor Eksperimen) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu penambahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis

Lampiran 1. Prosedur analisis LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis 1. Kadar air (AOAC 1995) Sebanyak 5 g sampel ditimbang dalam cawan aluminium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Cawan kemudian dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Umbi bawang dayak segar, simplisia, keripik, metanol, etanol, etilasetat, heksan, air destilata, toluen, H 2 SO 4 pekat, H 2 BO 3 3%, NaOH-5%, Na 2 S 2

Lebih terperinci

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet Lampiran 1. Prosedur Analisis a. Kadar Air (AOAC, 1995) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Sebelum digunakan, cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu 100 o C selama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT III. METODOLOGI PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan untuk pembuatan beras artificial dan bahan untuk analisis. Bahan untuk pembuatan beras terdiri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan produk ekstrusi, yaitu jewawut, air dan minyak kelapa sawit. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis proksimat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012. Cangkang kijing lokal dibawa ke Laboratorium, kemudian analisis kadar air, protein,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di 31 III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah permen jelly pepaya yang terbuat dari pepaya varietas IPB 1 dengan bahan tambahan sukrosa, ekstrak rumput

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 19 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2010, bertempat di Laboratorium Pengolahan Hasil Perairan, Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Bahan baku yang digunakan adalah limbah padat industri kecap yang berasal dari Industri Kecap cap angsa Jalan Meranti No. 12 Medan dan kaki serta

Lebih terperinci

A. WAKTU DAN TEMPAT B. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN. 1. Penelitian Tahap I

A. WAKTU DAN TEMPAT B. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN. 1. Penelitian Tahap I III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Juli 2011 hingga Februari 2012, bertempat di Laboratorium Rekayasa dan Proses Pengolahan Pangan Departemen Ilmu

Lebih terperinci

Kadar protein = % N x 6.25

Kadar protein = % N x 6.25 LAMPIRAN Lampiran Analisis karakterisasi mutu kimia a. Kadar air Sejumlah sampel (± g) dimasukan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya. Kemudian cawan dimasukan ke dalam oven bersuhu 00 o C sehingga

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 17 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2012. Karakterisasi limbah padat agar, pembuatan serta karakterisasi karbon aktif dilakukan di Laboratorium Karakterisasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 28 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa serta Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Lebih terperinci