PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA POPULASI LANJUT USIA DI DUSUN NGEBEL YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA POPULASI LANJUT USIA DI DUSUN NGEBEL YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA POPULASI LANJUT USIA DI DUSUN NGEBEL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Disusun Oleh : MELINA WIDIASTUTI 09/PSIK/ PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2013 i

2 ii

3 PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA POPULASI LANJUT USIA DI DUSUN NGEBEL YOGYAKARTA Melina Widiastuti 1, Paulus Subiyanto 2, Fajriyati Nur Azizah 3 INTISARI Latar Belakang: Semakin bertambahnya umur seseorang, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif dan status kesehatan. Penurunan fungsi kognitif pada lansia ini apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kepikunan yang akan berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, telah banyak dikembangkan program latihan yang dapat meningkatkan fungsi kognitif salah satunya yaitu Brain Gym. Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif pada populasi lanjut usia di Dusun Ngebel, Bantul. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian quassy experiment (eksperimen semu). Uji statistik menggunakan Independent t-test dan Paired t-test dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purpossive sampling dengan responden sebanyak 36 responden yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu, kelompok intervensi (n=18) dan kelompok kontrol (n=18). Kelompok intervensi mendapatkan 8 kali sesi brain gym, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat latihan. Instrumen pengukuran fungsi kognitif yang digunakan adalah Mini- Mental State Examination (MMSE). Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di kelompok intervensi dengan brain gym memiliki nilai rerata posttes yang lebih tinggi 1,17 poin dari nilai pretes sedangkan kelompok kontrol justru mengalami sedikit penurunan nilai rerata 0,39 poin lebih rendah pada nilai posttesnya. Hasil uji t-tes berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95%, didapatkan nilai p=0,004(t=-3,378) pada kelompok intervensi sedangkan nilai p=0,168 (t=1,441) pada kelompok kontrol. Sedangkan menurut uji t-tes independen, nilai p = 0,001 (t=3,549), maka selisih rerata nilai fungsi kognitif pada kelompok intervensi berbeda secara bermakna setelah dilakukan brain gym yang artinya intervensi brain gym berpengaruh meningkatkan nilai fungsi kognitif lansia jika dibandingkan dengan nilai fungsi kognitif lansia di kelompok kontrol. Kesimpulan: Brain gym memiliki pengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa brain gym. Kata Kunci: Brain Gym, Fungsi Kognitif, Lanjut Usia 1 Mahasiswa PSIK Stikes Jend. A. Yani Yogyakarta 2 Dosen Akper Panti Rapih Yogyakarta 3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jend.A.Yani Yogyakarta iii

4 THE INFLUENCE OF BRAIN GYM ON COGNITIVE FUNCTION OF ELDERS IN NGEBEL YOGYAKARTA Melina Widiastuti 1, Paulus Subiyanto 2, Fajriyati Nur Azizah 3 ABSTRACT Background: As human aging, the degenerative aging process occurs that could impact on the changes in a human being, not just physical changes but also cognitive and health status. Cognitive decline in elders if doesn t get any notice it could lead to dementia which would affect the elders quality of life. Therefore, the training program has been developed that could improve cognitive functions, one of them which we knew as Brain Gym. Objective: Determine the influence of Brain Gym on cognitive function in elders in Ngebel, Bantul, Yogyakarta. Methods: This study is an experimental research study with quassy experimental design. Statistics test which used are Independent t-test dan Paired t-test with significancy α=0,05. The sampling methods which used was purposive sampling technique with the total respondents were 36 respondents and divided in to two groups, the intervention group (n=18) and control group (n=18). The intervention group get 8 times of the Brain Gym sessions, while the control group received no training. The instrument to measure cognitive function which used was Mini- Mental State Examination (MMSE). Result: Based on the research, elders in intervention group with brain gym has an average value of post-test 1,17 points higher than the pre-test value while the average value of post-test in control group without brain gym 0,39 points lower than pre-test value. The result of paired t-test with 95% of CI, p=0.004 (t=-3,378) in intervention group while p=0,168 (t=1,441) in control group. Then, the result of independent t-test, p-value was 0,001 (t=3,549), it means brain gym has an influence in increasing the cognitive functions among elders compared to control group. Conclusions: Brain gym effective has an influence on enhance the cognitive function among elders. Keywords: Brain gym, Cognitive Function, Elderly 1 Student of Nursing Science in School of Health Science Jend.A.Yani Yogyakarta 2 Lecturer in Nursing Academy of Panti Rapih Yogyakarta 3 Lecturer of Nursing Study Program in School of Health Science Jend.A.Yani Yogyakarta iv

5 PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH PENELITIAN SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah Penelitian Skripsi dengan judul: Pengaruh Brain Gym terhadap Fungsi Kognitif pada Populasi Lanjut Usia di Dusun Ngebel Yogyakarta ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan hasil penjiplakan, pengutipan, penyusunan oleh orang/pihak lain, atau cara-cara lain yang tidak sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku di STIKES A.Yani Yogyakarta dan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Apabila dalam Naskah Penelitian Skripsi ini ditemukan adanya pelanggaran atas apa yang saya nyatakan di atas, atau pelanggaran atas etika keilmuan, dan/atau ada klaim terhadap kealian Naskah Penelitian Skripsi saya ini, maka saya siap menanggung sanksi dari pihak akademik. Yogyakarta,19 Agustus 2013 Melina Widiastuti NPM: v

6 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat yang tak terhitung banyaknya. Sholawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Segenap syukur kepada Allah atas limpahan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. I. Edy Purwoko, Sp.B selaku Ketua STIKES A.YANI Yogyakarta 2. Dwi Susanti, S.Kep., Ns selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES A.YANI Yogyakarta 3. Paulus Subiyanto, Sp.KMB selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dan masukan yang sangat berarti bagi penulis 4. Fajriyati Nur Azizah, S.Kep., Ns selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan nasihat dalam mengerjakan skripsi ini 5. Wenny Savitri., S.Kep., Ns., MNS selaku penguji yang telah memberikan saran untuk kebaikan skripsi ini. 6. Kepala Dukuh Dusun Ngebel, Ketua RT dan Kader Posyandu Adji Yuswa yang telah membantu mempermudah penelitian ini 7. Seluruh lansia yang bersedia tergabung dalam penelitian ini 8. Semua pihak yang belum tercantum yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Harapan penulis skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya di bidang ilmu keperawatan. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Yogyakarta, 19 Agustus 2013 Penulis viii

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii INTISARI... iii ABSTRACT... iv HALAMAN PERNYATAAN... v HALAMAN MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Keaslian Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9 A. Lanjut Usia Pengertian Lansia Klasifikasi Lansia Perubahan yang Terjadi pada Lansia Struktur dan Fungsi Otak Fungsi Kognitif pada Lansia B. Brain Gym Pengertian Manfaat brain gym Keuntungan brain gym Mekanisme Kerja Brain Gym Gerakan Brain Gym C. Landasan Teori D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ix

8 B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Alat dan Metode Pengumpulan Data G. Validitas dan Reliabilitas H. Analisa dan Model Statistik I. Etika Penelitian J. Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Gambaran Umum Lokasi Penelitian Analisis Hasil Penelitian a. Analisis Univariat b. Analisis Bivariat B. Pembahasan C. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN x

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Skor MMSE Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 4.1 Karakteristik Responden Kel.Kontrol Tabel 4.2 Karakteristik Responden Kel.Intervensi Tabel 4.3 Rata-Rata Hasil Pengukuran Nilai Fungsi Kognitif Kel.Kontrol Tabel 4.4 Rata-Rata Hasil Pengukuran Nilai Fungsi Kognitif Kel.Intervensi Tabel 4.5 Normalitas Data Tabel 4.6 Hasil Analisis Paired t-test Fungsi Kognitif Lansia...57 Tabel 4.7 Hasil Analisis Independent t-test xi

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Data Demografi Responden Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Partisipan Lampiran 3. Lembar Persetujuan menjadi Responden Lampiran 4. Prosedur Pelaksanaan Brain Gym (Senam Otak) Lampiran 5.Gambar Gerakan brain gym Lampiran 6. Lembar Mini Mental State Examination (MMSE) Lampiran 7. Jadwal Penyusunan Skripsi Lampiran 8. Rekapan Data Responden Lampiran 9. Data Distribusi Frekuensi Lampiran 10. Hasil Analisis Uji Hipotesis Lampiran 11. Surat Izin Studi Pendahuluan dari Kampus Lampiran 12. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Gubernur Lampiran 13. Surat Keterangan Izin Penelitian dari BAPPEDA Lampiran.14 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Kampus Lampiran 15. Lembar Bimbingan Skripsi xii

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Nugroho, 2008). Lanjut Usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut Depkes RI (2003) dalam Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara (2008), lansia diklasifikasikan dalam 5 kelompok yaitu: pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia tahun, lansia yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia beresiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial yaitu lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/ jasa, dan lansia tidak potensial. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994 dalam Nugroho, 2008). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang disebut sebagai penyakit degeneratif (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008). Membedakan perubahan pada lanjut usia yang berlangsung secara normal atau patologis merupakan bagian penting bagi perawatan kesehatan untuk lanjut usia (lansia). Hal ini juga penting bagi seorang perawat untuk memahami perubahan fisiologis yang normal pada lanjut usia (lansia). Dengan demikian, perawat akan mampu mengetahui bagaimana cara membedakan perubahan pada lanjut usia ini yang normal ataupun tidak (Wallace,2008). Salah satu perubahan yang terjadi pada usia lanjut yaitu perubahan perlahan pada fungsi persarafan yang akan mempengaruhi fungsi kognitif pada usia lanjut. Banyak orang percaya sebagai akibat dari bertambahnya usia, kerusakan kognitif merupakan suatu hal yang tidak dapat dicegah dan dihindari. Ketika terjadi 1

12 2 berbagai perubahan pada fungsi persarafan seseorang sebagai akibat dari proses bertambahnya usia, perubahan ini tidak akan berakibat pada fungsi kognitif seseorang secara berlebihan. Kerusakan kognitif yang kronis merupakan perubahan patologis dari penuaan sebagai akibat dari demensia. Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan mengenai gangguan kognitif secara patologis pada seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun sebagai akibat dari berbagai proses penyakit, faktor keturunan, gaya hidup, dan mungkin pengaruh lingkungan. Hal ini didefenisikan oleh Asosiasi Alzheimer sebagai kehilangan pada dua area atau lebih seperti bahasa, memori, kemampuan visual dan spasial, atau penilaian yang keseluruhan gangguan tersebut akan berakibat cukup parah mengganggu kehidupan sehari-hari (Wallace, 2008). Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi,memori dan juga bahasa. Penurunan ini dapat mengakibatkan masalah antara lain pada memori jangka panjang dan proses informasi. Untuk memori jangka panjang, lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi baru atau informasi tentang orang. Keluhan kehilangan memori atau penurunan proses mengingat dapat direfleksikan dengan proses neurodegeneratif yang berkaitan dengan fakta bahwa dalam proses menua terjadi insidensi peningkatan fungsi kognitif yang tidak digunakan dan aspek nonpsikologis seperti berkurangnya mobilitas atau pergerakan fisik (Azizah, 2011). Kurangnya latihan dapat menyebabkan kesulitan pergerakan fisik yang mempengaruhi aktivitas motorik (seperi mandi, berpakaian, berdiri tegak dengan membawa beban padanya; perubahan proses kognitif (memori, perhatian, dan kinerja) dan bahkan perubahan cerebral. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lautenschlager (2008) mengemukakan bahwa mereka yang dengan kerusakan memori subjektif, program aktivitas fisik yang dilakukan selama 6 bulan dapat meningkatkan fungsi kognitifnya. Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko jatuh (Nugroho,2008). Hal ini menggambarkan bahwa penurunan fungsi kognitif apabila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan kepikunan yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.

13 3 Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai program yang bertujuan untuk menstimulasi peningkatan fungsi kognitif yang akan berdampak kepada peningkatan kualitas hidup lanjut usia (lansia). Salah satu program yang saat ini banyak diperkenalkan yaitu Brain Gym. Brain gym adalah suatu program latihan yang berfokus pada kegiatan fisik yang spesifik untuk mengaktifkan fungsi otak, sehingga meningkatkan kinerja kognitif dan membuat lebih mudah dalam menerima pembelajaran. Pembelajaran yang meliputi seluruh bagian otak melalui gerakan ini memungkinkan seseorang untuk mengakses area di dalam otak mereka yang sebelumnya jarang digunakan (Barnes,2003). Brain gym awalnya lebih banyak dikenalkan kepada kelompok usia anakanak, yang biasa digunakan oleh guru sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan konsentrasi siswanya sehingga diharapkan kalau kedepannya dapat berdampak pada peningkatan prestasi akademik anak didiknya. Namun, akhirakhir ini juga banyak ditemukan bahwa brain gym tidak hanya baik untuk kelompok anak-anak tetapi juga untuk lanjut usia dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitifnya. Seperti yang telah dibuktikan dalam penelitian Barnes (2003); Festi (2010); dan Sangundo (2008) menyatakan bahwa lanjut usia yang memperoleh latihan brain gym menunjukkan kemampuan kognitif yang lebih baik daripada mereka yang tidak dilakukan brain gym. Kemajuan di bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi masyarakat dan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat yang bermuara pada meningkatnya kesejahteraan rakyat akan meningkatkan usia harapan hidup sehingga menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia dari tahun ke tahun akan semakin meningkat (Menkokesra, 2012). Populasi terbesar penduduk lansia, sekitar 80%, diperkirakan hidup di negara berkembang, termasuk Indonesia. Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk diketahui bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Menkokesra, 2012). Menurut survei Komisi Nasional Lanjut Usia Jakarta (2009), jika dilihat

14 4 sebaran penduduk lanjut usia menurut provinsi, presentase penduduk lansia diatas 10 persen ada di provinsi D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan D.I Yogyakarta itu sendiri mengenai Profil Kesehatan Kabupaten/Kota pada tahun 2010 diperoleh rasio data sebaran kepadatan penduduk usia lanjut tertinggi pertama berada di Kabupaten Bantul yaitu sebesar 10.5% penduduk lansia dari seluruh total penduduk berdasar kelompok usia dibandingkan dengan Kabupaten Sleman dan Kulon Progo. Kecamatan Kasihan merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Bantul dengan kepadatan penduduk lansia yang tergolong lebih banyak dibandingkan kecamatan lainnya menurut data dari Biro Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta tahun Prevalensi kejadian demensia berdasarkan data dari penelitian yang dilakukan oleh Amirullah (2008) diketahui bahwa nilai fungsi kognitif yang diukur menggunakan Mini-Mental State Examinantion (MMSE) kategori normal di posyandu Adji Yuswo Dusun Ngebel ini sebesar 54,9%, sedang sebesar 29,4%, dan berat sebesar 11,8%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa beberapa lansia di dusun Ngebel ini ada yang mengeluhkan masalah memorinya yang cepat lupa hal ini ditunjukkan berdasarkan skor pengukuran yang dilakukan peneliti menggunakan MMSE dengan hasil ada yang mengalami demensia tahap ringan dan sedang. Dari hasil wawancara dengan ketua posyandu lansia, tidak ada upaya khusus yang dilakukan dalam menanggulangi masalah penurunan kognitif ini karena masalah ini belum menjadi sorotan. Aktivitas yang rutin dilakukan lansia di dusun ngebel ini adalah senam lansia satu bulan sekali yang digunakan sebagai upaya meningkatkan aktivitas olahraga pada lansia. Penelitian serupa terhadap pengaruh brain gym pada lansia telah banyak dilakukan, namun terdapat perbedaan dalam hal partisipan antara partisipan di lembaga sosial dan komunitas. Penelitian mengenai brain gym yang ada sebelumnya lebih banyak dilakukan di lembaga sosial. Lansia dalam lingkungan lembaga sosial dan komunitas memiliki perbedaan karakteristik yang akan memengaruhi fungsi kognitifnya juga, salah satunya dalam lembaga sosial

15 5 tersebut lansia memiliki keteraturan jadwal kegiatan seperti olahraga, sedangkan lansia di lingkungan masyarakat tidak. Selain itu, dukungan sosial yang diperoleh yang akan berakibat pada status kesehatan fisik dan mental lansia yang juga memengaruhi fungsi kognitif ini akan berbeda pula di kedua lingkup ini. Untuk itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh brain gym dalam konteks lingkungan masyarakat umum khusunya di Dusun Ngebel, Kasihan, Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh Brain Gym terhadap fungsi kognitif pada populasi lanjut usia di Dusun Ngebel, Kasihan, Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif pada populasi lanjut usia di Dusun Ngebel. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui karakteristik lanjut usia di Dusun Ngebel, Kasihan, Bantul. b. Diketahui nilai rerata fungsi kognitif lansia pada kelompok kontrol di Dusun Ngebel yang tidak dilakukan intervensi Brain Gym. c. Diketahui nilai rerata fungsi kognitif lansia pada kelompok intervensi di Dusun Ngebel sebelum dan sesudah intervensi Brain Gym. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan di bidang kesehatan khususnya keperawatan jiwa dan gerontik mengenai pengaruh brain gym

16 6 terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia dengan harapan hidup lansia yang semakin meningkat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Puskesmas Puskesmas dapat menjadikan penelitian ini sebagai rujukan dalam memasukkan program penunjang dalam kegiatan posyandu lansia yang diadakan di masing-masing daerah yang akan berguna dalam meningkatkan kemampuan kognitif dari populasi lanjut usia. b. Bagi Praktek Keperawatan Penelitian ini dapat digunakan oleh perawat untuk mensosialisasikan manfaat latihan kognitif ini pada populasi usia lanjut mengingat perawat sebagai profesi yang terdekat dengan pasien.. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian dilakukan terkait dengan pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif lansia. Beberapa penelitian serupa antara lain sebagai berikut: 1. Barnes (2003), melakukan suatu penelitian mengenai Enhancing cognitive performance in dementia care: Using Brain Gym exercises to access and enhance cognitive performance. Hasil penelitian menunjukkan dari 24 responden yang diberikan intervensi Brain Gym, sebanyak 16 dari mereka menunjukkan fungsi kognitif yang lebih baik setelah memperoleh latihan Brain Gym. Dilakukan pengukuran fungsi kognitif 10 menit sebelum dilakukan Brain Gym dan kemudian diulang kembali untuk pengukuran fungsi kognitif setelah dilakukan latihan Brain Gym. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Barnes (2003) yaitu dalam hal instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur fungsi kognitif responden, dalam penelitian ini menggunakan instrumen MMSE (Mini-mental State Examination) sedangkan penelitian Barnes (2003) menggunakan Tes

17 7 Tugas Individu untuk mengetahui pengaruh brain gym pada fungsi kognitifnya. 2. Festi (2010), telah melakukan penelitian tentang pengaruh Brain Gym terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia dikarang Werdha Peneleh Surabaya. Hasil penelitian menyatakan bahwa perbedaan fungsi kognitif yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan intervensi brain gym serta terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sesudah pelaksanaan intervensi brain gym. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian Quassy Experiment dengan uji analisis Mc.Neemar dan chi square. Penelitian yang dilakukan oleh Festi (2010) ini memberikan perlakuan selama 3 minggu dengan durasi 2 kali dalam sehari yakni menjelang dan setelah bangun tidur dengan durasi + 15 menit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Festi (2010) yaitu, pada penelitian ini tidak menggunakan uji analisis Mc.Neemar tetapi menggunakan Uji Paired t-test dan juga dalam penelitian ini intervensi diberikan sebanyak 2 kali dalam 1 minggu selam 4 minggu dengan durasi + 15 menit. 3. Sangundo (2008), melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pelaksanaaan Brain Gym terhadap fungsi Kognitif pada populasi usila di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Latihan Brain Gym memberikan efek yang signifikan terhadap fungsi kognitif pada usia lanjut yang diukur menggunakan MMSE. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental lapangan dengan analisis data Independent sample t-test. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Sangundo (2008) dengan penelitian yang dilakukan ini yaitu mengenai metode intervensi yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Sangundo (2008) ini memberikan intervensi sebanyak 5 kali dalam 1 minggu dengan durasi 15 menit selama 3 pekan, sedangkan penelitian ini hanya memberikan intervensi sebanyak 2 kali dalam satu minggu dengan durasi 15 menit selama 4 minggu. Selain itu, penelitian ini juga berbeda dalam hal analisa data, populasi, dan jumlah sampel yang ada. Pada penelitian ini penelitian

18 8. dilakukan pada populasi di komunitas dan dianalisa menggunakan uji Paired t-test.

19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dukuh III Ngebel yang merupakan salah satu dusun di kelurahan Tamantirta, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kepala Dukuh Dusun Ngebel, wilayah Dukuh III Ngebel berbatasan dengan Dusun Geblagan di sebelah utara, berbatasan dengan Dukuh IV Ngrame di sebelah selatan, berbatasan dengan Dukuh I Tlogo di sebelah barat, dan berbatasan dengan Dukuh II Rukeman, Gatak di sebelah Timur. Dusun Ngebel memiliki beberapa kegiatan rutin yang dilaksanakan baik secara menyeluruh satu dukuh atau dalam lingkup kecil tiap RT antara lain, arisan RT, pengajian ibu-ibu/bapak-bapak, serta posyandu lansia. Dusun Ngebel ini memiliki jumlah penduduk lansia yang cukup banyak berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan penuturan dari Kepala Dukuh setempat sehingga kegiatan posyandu lansia dapat berjalan dengan baik diikuti oleh hampir seluruh lansia yang ada disana. Posyandu ini berdiri pada tanggal 28 September 2010 dan sampai dengan saat ini semua RT yang ada dalam wilayah pudukuhan ini telah aktif dalam kegiatan Posyandu tersebut. Kegiatan yang dilakukan dalam posyandu lansia ini selain kegiatan pokok posyandu seperti penimbangan berat badan, pemeriksaan dasar, dan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) juga terdapat kegiatan senam lansia. Senam lansia tersebut dilakukan satu bulan sekali sesuai dengan jadwal posyandu lansia yang diikuti oleh hampir seluruh lansia yang hadir. Senam lansia biasanya dipimpin oleh instruktur senam yang dipanggil dari sanggar senam. Selain kegiatan senam lansia di posyandu tersebut, tidak ada lagi kegiatan senam lainnya yang dilaksanakan di Dukuh Ngebel ini. 51

20 52 2. Analisis Hasil Penelitian a. Analisis Univariat 1) Karakteristik Responden Populasi dalam penelitian ini adalah rata-rata lansia yang aktif mengikuti kegiatan di Posyandu Lansia Adji Yuswa selama periode kunjungan bulan desember 2012-februari 2013 yaitu sebanyak 60 lansia. Dalam penelitian ini diambil sebanyak 36 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Lansia yang mendapat perlakuan brain gym sebanyak 18 orang sedangkan kelompok kontrol tanpa brain gym yaitu sebanyak 18 orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Responden dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia tahun. Hasil analisis univariat berfungsi untuk mendeskripsikan karakteristik dari subjek penelitian sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang bermakna. Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan di kelompok kontrol (n=18) Karakteristik n % a. Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan b. Usia c. Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA ,1 88,9 16,7 22,2 61, ,0 38,9 0,0 11,1 Total ,0 Sumber: Data Primer Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang diambil dalam kelompok kontrol yaitu sebanyak 18 responden dengan jumlah responden berjenis kelamin wanita sebanyak 16 orang sedangkan pria

21 53 sebanyak 2 orang. Usia responden terbanyak dalam penelitian ini yaitu rentang usia tahun dengan presentase sebesar 61,1 % dan usia responden paling sedikit yaitu dengan rentang usia sebesar 16,7%. Tingkat pendidikan responden paling banyak dengan tingkat pendidikan tidak sekolah yaitu sebanyak 9 orang dan yang paling sedikit yaitu lansia dengan tingkat pendidikan SMA ada 2 orang sedangkan tidak ada lansia dengan tingkat pendidikan SMP. Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan di kelompok intervensi periode Juni 2013 (n=18) Karakteristik n % a. Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan b. Usia c. Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA ,1 88,9 11,1 22,2 66, ,6 38,9 5,6 0,0 Total ,0 Sumber: Data Primer Pada tabel 4.2 diketahui bahwa lansia pada kelompok intervensi terdapat sebanyak 16 orang yang berjenis kelamin perempuan dan 2 orang yang berjenis kelamin laki-laki. Usia lansia paling banyak berada di rentang usia yaitu sebesar 66,7% dan yang paling sedikit ada di rentang usia terdapat sekitar 11,1%. Untuk Tingkat pendidikan disini paling banyak yang tidak sekolah yaitu sebesar 55,6% sedangkan yang paling sedikit yaitu SMA tanpa ada seorangpun dan 1 orang (5,6%) untuk lansia di tingkat pendidikan SMP.

22 54 2) Gambaran Rata-Rata Hasil Pengukuran Fungsi Kognitif pre-tes dan post-tes MMSE pada kelompok kontrol Tabel 4.3 Rata-Rata Hasil Pengukuran Nilai Fungsi Kognitif pre-tes dan post-tes pada kelompok kontrol Kategori N Mean Std. Dev Min Max Nilai Pretes MMSE 18 25,06 2, Nilai Posttes MMSE 18 24,67 2, Sumber: Data Primer Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa rata-rata nilai MMSE lansia pada kelompok kontrol saat pretes adalah 25,06 dan nilai post-tes 24,67. Untuk nilai fungsi kognitif yang diukur menggunakan instrumen Mini- Mental State Examination (MMSE) memiliki nilai tertinggi pada saat pre-tes 29 dan nilai terendah 19, sedangkan nilai tertinggi pada saat post-tes 29 dan nilai terendah posttes yaitu 20 di kelompok kontrol. Selisih rata-rata nilai MMSE pretes dan posttes pada kelompok kontrol yaitu -0,39, yang artinya nilai posttes MMSE pada kelompok kontrol lebih rendah 0,39 poin daripada nilai pretes MMSE di kelompok kontrol. 3) Gambaran Rata-Rata Hasil Pengukuran Fungsi Kognitif pre-tes dan post-tes MMSE pada kelompok intervensi Tabel 4.4 Rata-Rata Hasil Pengukuran Nilai Fungsi Kognitif pre-tes dan post-tes pada kelompok intervensi di Dusun Ngebel, Kasihan, Bantul di kelompok intervensi periode Juni-Juli 2013 Kategori N Mean Std.Dev Min Max Nilai pretes MMSE 18 23,50 2, Nilai posttes MMSE 18 24,67 2, Sumber: Data Primer Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa rata-rata nilai MMSE lansia pada kelompok intervensi adalah saat pretes adalah 23,50 dan nilai post-tes 24,67. Untuk nilai fungsi kognitif yang diukur menggunakan instrumen Mini-Mental State Examination (MMSE) memiliki nilai tertinggi pada saat pre-tes 27 dan nilai terendah 17, sedangkan nilai tertinggi pada saat post-tes 29 dan nilai terendah posttes yaitu 20 di kelompok intervensi.

23 55 Selisih rata-rata nilai MMSE pretes dan posttes pada kelompok intervensi yaitu 1,17, yang artinya nilai posttes MMSE pada kelompok kontrol lebih tinggi 1,17 poin daripada nilai pretes MMSE di kelompok intervensi. 4) Gambaran Perbedaan Perubahan Fungsi Kognitif Post-tes MMSE pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan Bagan 4.1 Perbedaan Perubahan Fungsi Kognitif Post-tes MMSE pada kelompok Kontrol dan Perlakuan Kel. Intervensi Gambaran hasil nilai MMSE pada kedua kelompok Bagan 4.1 Menunjukkan hasil nilai MMSE pada kelompok perlakuan yang meningkat yaitu sebanyak 13 orang (72,2%), tetap sebanyak 2 orang (11,1%), dan menurun sebanyak 3 orang (16,7%). Hasil MMSE pada kelompok kontrol yang mengalami peningkatan ada sebanyak 4 orang (22,2%), tetap ada sebanyak 5 orang (27,8%), dan menurun sebanyak 9 orang (50%). Kel. Kontrol Naik Tetap Menurun

24 56 b. Analisis Bivariat 1) Hasil Uji Normalitas Data Nilai Pretes, Posttes Fungsi Kognitif dan Selisih Nilai MMSE pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Brain Gym Tabel 4.5 Output Hasil Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk PERLAKUAN Statistic df Sig. Statistic df Sig Nilai Pre-Tes Dilakukan Brain Gym x Tanpa brain x gym Nilai Post-Tes Dilakukan Brain Gym Tanpa brain x gym Selisih Nilai Dilakukan Brain Gym MMSE Tanpa brain gym Sumber: Data Primer Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk sampel yang besar (lebih dari 50) sedangkan Shapiro-Wilk untuk sampel yang sedikit (kurang atau sama dengan dari 50). Dari tabel 4.5 Diketahui bahwa nilai signifikansi dengan Shapiro-Wilk (untuk sampel kecil) pada nilai fungsi kognitif pretes, posttes, dan selisih nilai MMSE menunjukkan nilai yang lebih dari 0,05 sehingga dapat dikatakan data berdistribusi normal dan uji parametrik dapat digunakan.

25 57 2) Hasil penelitian yang menggambarkan tentang kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Analisis Paired t-test Fungsi Kognitif Lansia yang tergabung dalam Kelompok Kontrol tanpa intervensi brain gym dan Kelompok Intervensi brain gym Pasangan n Mean + SD t Sig.(2- Ket tailed) Intervensi 18 Pre-tes 23, ,378,004 Bermakna Post-tes 24,67+ 2,78 Kontrol 18 Pre-Tes 25,06+2,48 Post-Tes 24,67+2,84 Sumber: Data Primer Selisih Nilai MMSE 1,441,168 Tidak Bermakna Tabel 4.6 Menunjukkan hasil dari uji t-berpasangan (Paired t- Test) antara pre-tes dan post-tes pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penghitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi yaitu 0,004 (p < 0,05) pada kelompok intervensi yang berarti bahwa brain gym dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia. Tabel 4.7 Hasil Analisis Independent t-test Selisih Nilai Fungsi Kognitif (MMSE) pada lansia di Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Brain Gym Std.Error Perlakuan N Mean Std.Deviation Mean Dilakukan brain 18 1,17 1,465,345 gym Tidak dilakukan 18 -,39 1,145,270 brain gym Selisih Nilai Equal variances MMSE assumed Equal variances not assumed Sumber: Data Primer Levene s Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed)

26 58 Tabel 4.7 Menunjukan rata-rata (Mean) selisih nilai MMSE pada kelompok intervensi adalah sebesar 1,17 dan kelompok kontrol sebesar -0,39. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan diperoleh rata-rata nilai post-tes MMSE yang meningkat sebanyak 1,17 poin lebih besar daripada nilai saat pre-tes, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata nilai post-tes MMSE yang menurun sebanyak 0,39 poin lebih rendah daripada rata-rata nilai pre-tes. Nilai Levene s tes memperoleh nilai 0,369 yang artinya lebih besar dari 0,05 yang berarti variabel pada dua kelompok tersebut memiliki varians yang sama, sehingga nilai signifikansi yang digunakan adalah hasil uji t baris yang pertama yaitu equal variances assumed. Hasil uji t-independen diperoleh nilai signifikansinya 0,001. Hal ini berarti bahwa nilai p< 0,05 dan dapat diambil kesimpulan ada perbedaan rerata selisih nilai MMSE yang bermakna antara kelompok intervensi brain gym dan kelompok kontrol. B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Pada penelitian ini, jenis kelamin responden paling banyak diikuti oleh perempuan yaitu sebanyak 16 orang pada masing-masing kelompok kontrol dan intervensi apabila dibandingkan dengan responden berjenis kelamin lakilaki yang hanya sebanyak 2 orang saja pada masing-masing kelompok. Hal ini seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) mengenai jenis kelamin dengan pengaruhnya terhadap fungsi kognitif diketahui bahwa perempuan lebih banyak mengalami gangguan fungsi kognitif dibanding laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menyatakan bahwa perempuan mempunyai risiko lebih tinggi dari pria untuk menderita penyakit demensia alzheimer, ini dapat disebabkan karena umur

27 59 perempuan yang lebih panjang daripada pria (Santoso, 1996 dalam Rachmawati, 2008). Responden dalam penelitian ini didominasi oleh lansia dengan kisaran usia yaitu tahun yaitu sebanyak 11 responden (61,1%) pada kelompok kontrol dan 12 responden (66,7%) pada kelompok intervensi. Sedangkan jumlah paling sedikit sebanyak 3 responden (16,7%) pada kelompok kontrol dan 2 responden (11,1%) pada kelompok intervensi yaitu lansia dengan rentang usia tahun. Menurut Gossard (2013) sedikitnya 10% seseorang yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% dari mereka yang berusia 85 tahun memiliki beberapa bentuk kemunduran fungsi kognitif, dengan rentang penurunan fungsi kognitif ringan sampai demensia. Penurunan fungsi kognitif terkait dengan penuaan bukanlah penyakit namun lebih merupakan akibat dari perubahan struktur dan fungsi otak yang normal terjadi selama penuaan. Seluruh orang yang tumbuh dan berkembang akan mengalami penurunan kapasitas kognitif seiring dengan perkembangan waktu/usia. Data menunjukkan bahwa kerangka biologis yang mendasari penurunan kemampuan berpikir dan bernalar termasuk didalamnya antara lain penurunan volume otak, kehilangan integritas myelin, penipisan korteks, gangguan serotonin,asetilkolin, dan dopamin yang merupakan reseptor pengikat sinyal, akumulasi neurofibril yang kusut, dan kerusakan konsentrasi yang diakibatkan oleh berbagai sistem metabolis otak. Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 kembali, tingkat pendidikan lansia yang tergabung dalam penelitian ini banyak diikuti oleh lansia yang tidak mengenyam pendidikan yaitu sebesar 9 lansia (50,0%) untuk kelompok kontrol dan 10 lansia (55,6%) pada kelompok intervensi yang kemudian diikuti oleh tingkat pendidikan lansia yang paling sedikit yaitu SMP pada kelompok kontrol dan SMA pada kelompok intervensi dengan tidak ada satupun pada tingkat pendidikan tersebut atau 0,0%. Menurut Turner dan Helms (1995) dalam Dariyo (2003) individu yang memiliki latar belakang pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh

28 60 tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun kemampuan intelektualnya secara kualitatif dan kuantitatif. 2. Pengaruh Brain Gym terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia Hasil analisis statistik dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukkan adanya pengaruh dari intervensi brain gym terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia. Fungsi kognitif lansia tersebut diukur dengan menggunakan instrumen Mini-Mental State Examination (MMSE) yang nilai tersebut akan digunakan sebagai data pre-tes dan data post-tes pada kedua kelompok. Setelah diberikan brain gym selama 4 minggu dengan 2 kali pertemuan setiap minggunya selama 15 menit dilakukan analisis data menggunakan uji t berpasangan (Paired t-test) yang disajikan dalam tabel 4.5 diperoleh nilai p=0,004 pada kelompok intervensi yang artinya bahwa brain gym memiliki pengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia. Nilai rata-rata fungsi kognitif pada kelompok intervensi mengalami peningkatan dari rata-rata pretes 23,50 menjadi 24,67 saat posttes. Sedangkan rerata nilai fungsi kognitif pada kelompok kontrol tidak jauh berbeda antara nilai pre-tes yaitu 25,06 yang berubah menjadi 24,67 pada saat post-tes. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji analisis menggunakan Independent t-test yang disajikan dalam tabel 4.6 yang diperoleh hasil rata-rata nilai MMSE pada kelompok intervensi 1,17 poin lebih tinggi pada nilai posttes dibandingkan dengan nilai pretes, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan 0,39 poin lebih rendah pada nilai posttes jika dibandingkan dengan nilai pretes. Nilai signifikansi yang diperoleh dengan uji t-independen yaitu sebesar 0,001 yang artinya p < 0,05 dan diperoleh kesimpulan ada perbedaan rerata nilai MMSE yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil tersebut seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Sangundo (2008) tentang pengaruh dari brain gym terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lanjut usia. Intervensi brain gym yang diberikan sebanyak 5 kali dalam seminggu dengan durasi 15 menit ini memperoleh hasil perbedaan rerata selisih nilai MMSE yang bermakna antara usila yang memperoleh brain gym

29 61 dengan usila yang berada di kelompok kontrol, dimana selisih nilai MMSE bernilai positif lebih besar terdapat pada kelompok perlakuan atau rerata selisih nilai MMSE usila pada kelompok intervensi lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Responden dalam kelompok kontrol dan kelompok intervensi didominasi oleh lansia dengan rentang usia yaitu sebanyak 61,1% dan 66,7% dengan tingkat pendidikan yang mendominasi yaitu tidak sekolah sebanyak 54,6% di kelompok kontrol dan 66,7% pada kelompok intervensi. Responden dengan rentang usia dan tidak memiliki dasar pendidikan di kelompok kontrol dan intervensi ini mengalami perubahan fungsi kognitif yang berbeda dimana responden dengan kriteria tersebut di kelompok intervensi lebih banyak yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang lebih banyak mengalami penurunan. Hal tersebut dikaitkan dengan pengoptimalan fungsi otak yang tidak dilakukan di kelompok kontrol. Paparan terhadap proses pembelajaran yang baru yang mampu mengasah kemampuan intelektual dan kegiatan fisik yang mampu meningkatkan aliran darah ke otak tidak dilakukan di kelompok kontrol dapat mendasari terjadinya perbedaan skor fungsi kognitif diantara dua kelompok tersebut. Penelitian lainnya yang serupa dengan penelitian ini seperti yang dilakukan oleh Barnes (2003) yang meneliti mengenai penggunaan brain gym pada pasien alzheimer untuk meningkatkan fungsi kognitif di lembaga perawatan demensia. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil pengukuran tugas individu post-tes pada kelompok perlakukan sebanyak 23% apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya mengalami peningkatan sebanyak 3% peningkatan hasil pengukuran tugas individu. Peningkatan nilai post-tes pada kelompok perlakuan tersebut dialami setelah dilakukan brain gym selama 45 menit sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan latihan brain gym. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa latihan gerakan (Educational Kinesiology) tidak memiliki efek yang sama pada semua pasien alzheimer. Pada tes

30 62 pengukuran yang kedua di kelompok kontrol, 11 orang memiliki hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pengukuran tes yang pertama sedangkan 3 orang lainnya memiliki hasil yang cenderung tidak berubah. Hal tersebut dapat dihubungkan dengan pengulangan terhadap tugas individu yang ada relatif hanya dengan waktu yang singkat. Brain gym merupakan program latihan yang berfokus pada aktifitas fisik yang spesifik yang dapat mengaktifkan otak, dengan demikian dapat meningkatkan kinerja fungsi kognitif dan membuat proses belajar menjadi lebih mudah. Pembelajaran menggunakan seluruh otak melalui gerakan ini dapat membuat seseorang mengakses area di otak mereka yang sebelumnya jarang digunakan oleh mereka (Barnes, 2003). Otak tersusun dari kumpulan neuron, dimana neuron merupakan sel saraf panjang seperti kawat yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat sistem saraf dan otak. Sel-sel pada suatu daerah otak menghubungkan bagianbagian tubuh yang lain secara kontinyu dan otomatis. Neuron mengirimkan sinyal dan menyebar secara terencana, semburan listrik terhentak-hentak yang membentuk bunyi yang jelas (kertak-kertuk) yang timbul dari gelombang kegiatan neuron yang terkoordinasi, dimana gelombang itu sebenarnya sedang mengubah bentuk otak dan membentuk sirkuit otak menjadi pola-pola yang lama kelamaan akan menyebabkan seseorang mampu menangkap suara, sentuhan, dan gerakan. Otak mempunyai lima bagian utama yaitu otak besar (serebrum), otak tengah (mesenfalon), otak kecil (serebelum), jembatan varol, dan sumsum sambung (medula oblongata) yang memiliki fungsi dan peranan penting sehingga fungsinya saling terkait satu sama lain (Price, 2006). Beberapa mekanisme yang mungkin dari aktifitas fisik sehingga dapat mempengaruhi fungsi kognitif antara lain peningkatan sirkulasi darah ke otak, mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler, dan menstimulasi pertumbuhan neuron dan pertahanannya. Menurut Barnes (2003) brain gym berfungsi untuk menunda meningkatnya masalah persepsi dan defisit koordinasi motorik. Latihan brain gym ini sendiri dapat merangsang kemudahan dan keseimbangan gerakan sepanjang tiga dimensi

31 63 tubuh yaitu dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan-belakang), dan dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Penelitian yang juga dilakukan oleh Festi (2010) tentang pengaruh brain gym terhadap peningkatan fungsi kognitif lansia, metode brain gym yang dilakukan 2 kali sehari dengan durasi 15 menit selama 3 pekan ini memperoleh hasil terdapat perbedaan fungsi kognitif antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi brain gym. Perbedaan fungsi kognitif lansia antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol terjadi karena pada kelompok kontrol tidak terjadi pengoptimalan fungsi otak kembali secara menyeluruh dan efektif karena pada lansiia terjadi beberapa perubahan, diantaranya perubahan fisik dan psikologis, perubahan ini mempengaruhi penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Dalam mode paralel, dengan meningkatkan kemudahan pergerakan di dalam dimensi tubuh tersebut secara teoritis dapat menstimulasi integrasi koneksi saraf antara pusat otak dalam dimensi yang sama. Pusat otak yang terletak berlawanan dari masing-masing dimensi menyediakan fungsi komplementer untuk suatu tugas kinerja. Ketika bagian berlawanan dari masing-masing dimensi diintegrasi, kemampuan atau kinerja secara umum akan meningkat; kemampuan tersebut yang disebut dengan komunikasi untuk dimensi hemisfer kanan-kiri, organisasi untuk dimensi atas bawah, dan pemahaman/perhatian untuk dimensi depan dan belakang otak. Suatu waktu, dimensi tersebut tidak terintegrasi untuk melakukan suatu tugas karena stress dan faktor lainnya. Pada keadaan ini, penggunaan latihan brain gym dapat meningkatkan kemudahan seseorang dalam melakukan gerakan fisik dan penerimaan informasi diantara pusat-pusat otak terhadap tugas yang diberikan sehingga dapat meningkatkan kinerja dan fungsi kognitif mereka (Dennison, 2004). Berdasarkan evaluasi dari responden yang mendapatkan perlakuan brain gym mengatakan bahwa mereka sekarang lebih mudah mengingat sesuatu, kemampuan komunikasi dan bahasa lebih baik, dan juga badan mereka terasa lebih ringan dan kuat setelah mengikuti kegiatan brain gym.

32 64 C. Keterbatasan Penelitian 1. Kesulitan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mengalami kesulitan sebagai berikut : a. Kesulitan dalam melakukan screening nilai fungsi kognitif karena peneliti harus berkeliling satu dusun untuk mencari rumah dari setiap lanjut usia yang ada di wilayah tersebut. b. Kesulitan yang berhubungan dengan proses pengenalan gerakan-gerakan brain gym pada awalnya kepada lansia. c. Ada beberapa peserta brain gym yang tidak secara rutin mengikuti kegiatan karena memiliki beberapa kesibukkan sehingga peneliti harus mencarikan ganti jadwal untuk responden tersebut. d. Peneliti harus melakukan perubahan kriteria inklusi (perubahan batas nilai MMSE) karena kesulitan mendapatkan responden dengan kriteria awal yang ditetapkan. 2. Kelemahan Penelitian a. Jeda waktu dalam memberikan intervensi brain gym kurang dipertimbangkan sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. b. Tidak ada pemberian informasi tentang gerakan brain gym pada keluarga dan responden di kelompok kontrol, hanya secara umum saja sehingga untuk kendali untuk tidak melakukan brain gym pada kelompok kontrol kurang reliabel. c. Apersepsi dengan asisten peneliti kurang demonstrasi bersama sehingga akan berpengaruh terhadap kesetaraan intepretasi hasil pengukuran nilai MMSE. d. Responden yang diambil hanya responden yang mengikuti kegiatan posyandu lansia saja, padahal di wilayah tersebut masih ada lansia yang tidak terdaftar dalam kegiatan posyandu lansia. e. Homogenitas dalam kedua kelompok kurang dapat dilakukan karena jumlah responden yang digunakan dalam lingkup kecil sehingga homogenitas sulit dilakukan.

33 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar responden didominasi berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 88,9% dan laki-laki 11,1% pada masing-masing kelompok dimana rentang usia tertinggi yaitu sebanyak 61,1% di kelompok kontrol dan 66,7% di kelompok intervensi dengan tingkat pendidikan tidak sekolah yaitu 50% di kelompok kontrol dan 55,6% di kelompok intervensi. 2. Nilai pretes MMSE yaitu dari 23,50 menjadi 24,67 yang artinya terdapat peningkatan pada nilai posttes sebanyak 1,17 poin lebih tinggi pada kelompok intervensi. 3. Nilai pretes MMSE yaitu 25,06 berubah menjadi 24,67 yang artinya terdapat perbedaan 0,39 poin lebih rendah pada nilai posttes untuk kelompok kontrol. 4. Ada pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif pada kelompok intervensi dengan diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05) dengan menggunakan analisis t berpasangan. Sedangkan menurut analisis independent t-test diperoleh nilai p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan selisih rerata yang bermakna pada kelompok intervensi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan kata lain brain gym efektif dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia. B. Saran 1. Bagi pihak Puskesmas, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu program yang ditawarkan dan dikenalkan kepada lansia melalui kegiatan Posyandu Lansia mengingat kegiatan tersebut berada dibawah naungan Puskesmas dan banyak lansia yang terlibat dalam kegiatan tersebut sebagai metode untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia sehingg diharapkan kualitas hidup lansia dapat terus meningkat. 65

34 66 2. Bagi keperawatan gerontik, hasil penelitian ini diharapkan dapat disosialisasikan sehingga disini dapat diketahui bahwa menjadi tua tetapi masih dapat memiliki fungsi kognitif yang baik. 3. Bagi Posyandu Adji Yuswa, Kasihan, Bantul, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan senam brain gym yang diselipkan dalam kegiatan posyandu lansia. 4. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu acuan dan lebih mengembangkannya lagi, namun lebih dispesifikasi lagi terhadap pertimbangan jeda waktu pemberian perlakuan karena akan mempengaruhi hasil penelitian, kriteria inklusi penelitian dapat lebih dispesifikasikan lagi, misalnya saja tingkat pendidikan responden yang dapat dibuat dua jenis tingkat pendidikan saja dan dapat menambah jumlah sesi pertemuan untuk melakukan intervensi agar dapat diperoleh pengaruh yang lebih spesifik.

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 47 PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA Sarifah Dwi Wulan Septianti¹, Suyamto², Teguh Santoso³ 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Menurut Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap seluruh aspek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian Di dalam sub bab ini akan memberikan penjelasan mengenai jenis penelitian yang dilakukan peneliti serta tempat / lokasi pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN LAMPIRAN 52 LAMPIRAN 1 ب س م للا الر ح م ن الر ح ي م LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Dengan ini saya Nama : Usia : Jenis Kelamin : Alamat : Pendidikan terakhir : Tanggal Pengambilan Data : Menyatakan

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL LAMPIRAN Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Jenis Kelamin : Umur : Alamat : No. telp : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah diberikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di 14 posyandu lansia Tamantirto Kasihan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di 14 posyandu lansia Tamantirto Kasihan 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di 14 posyandu lansia Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Posyandu lansia tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen jenis quasi experimental. Quasi experiment atau eksperimen semu merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tuntang, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang beralamat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41. Deskripsi Data Deskripsi data dalam hasil penelitian dan pembahasan akan dibahas mengenai data hasil belajar pretes kelas yang akan menggunakan teori Van Hiele

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V di SD Negeri Sumberejo 01 yang berjumlah 21 orang dengan rincian 12 orang putra

Lebih terperinci

Statistics. BWTsebelum1 BWTsesudah1 BWTselisih1 BWTsebelum2 BWTsesudah2 BWTselisih2. N Valid

Statistics. BWTsebelum1 BWTsesudah1 BWTselisih1 BWTsebelum2 BWTsesudah2 BWTselisih2. N Valid Lampiran 1 Uji Stastitik Statistics BWTsebelum1 BWTsesudah1 BWTselisih1 BWTsebelum2 BWTsesudah2 BWTselisih2 N Valid 13 13 13 13 13 13 Missing 13 13 13 13 13 13 Mean 5,538 7,308 1,769 5,385 7,115 1,731

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria

Lebih terperinci

DAFTAR SINGKATAN. : Blessed Information Memory Concentration. : Blessed Orientation Memory Concentration. : Functional Activitie Questionnaire

DAFTAR SINGKATAN. : Blessed Information Memory Concentration. : Blessed Orientation Memory Concentration. : Functional Activitie Questionnaire DAFTAR SINGKATAN Lansia TTS BIMC BOMC FAQ STMS CDT MMSE SSP : Lanjut Usia : Teka Teki Silang : Blessed Information Memory Concentration : Blessed Orientation Memory Concentration : Functional Activitie

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua adalah proses dimana menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya secara perlahan (Darmojo,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperimen yaitu desain eksperimen dengan kelompok kontrol dan kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang diambil merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post test control

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Brain Gym dan seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Ilmu Psikologi mendefinisikan memori sebagai sebuah proses pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi. Rehearsal adalah proses mengulang informasi secara sadar untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan tipe atau jenis penelitian quasi eksperimen kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan memberikan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) tahun 2011 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk lanjut usia

Lebih terperinci

Tabel 4 Non Equivalent Control Group Design Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen 1 X 1.2 X 1.1 Y 1 Eksperimen 2 X 2.2 X 2.

Tabel 4 Non Equivalent Control Group Design Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen 1 X 1.2 X 1.1 Y 1 Eksperimen 2 X 2.2 X 2. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian, Desain dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi exsperimen). Dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan 6162 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan komunikasi matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian correlational dengan pendekatan cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan BAB III KERANGKA PENELITIAN 1.1 Kerangka Penelitian Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan posyandu lansia. Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka

Lebih terperinci

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di posyandu Anyelir A dan posyandu Wijaya Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta.

Lebih terperinci

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pengolahan Data Statistika (Manual) Setelah dilakukan penelitian di lapangan maka langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini menggunakan quasy experimental study with kontrol group design. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Februari sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Deskripsi dari pelaksanaan pembelajaran menggunakan model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian experimental dengan menggunakan rancangan pre-experimental (pre-post test with control group design) untuk

Lebih terperinci

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan 3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian ini menggunakan disain penelitian Quasy

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian ini menggunakan disain penelitian Quasy BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan disain penelitian Quasy Eksperimen with control grup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, yaitu jenis Quasi Experimental Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah lanjut usia dihadapi oleh negara- negara di dunia, termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa beberapa wilayah di Indonesia

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018 HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan pendekatan pre-test dan post-test

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen 01 dan SD Kristen 03 Kabupaten Woosobo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan pendekatan pretest-posttest

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Gugus Jayabaya yang berada di Desa Gemawang. Gugus Jayabaya terdiri dari SD Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ANI MU TAMAROH R1115004 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasieksperimental design). Quasy-experimental design digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah keadaan ketika seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Diskripsi Data 4.1.1.1 Objek Dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RUTINITAS IBADAH SHALAT WAJIB TERHADAP DEMENSIA PADA LANJUT USIA BERDASARKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RUTINITAS IBADAH SHALAT WAJIB TERHADAP DEMENSIA PADA LANJUT USIA BERDASARKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RUTINITAS IBADAH SHALAT WAJIB TERHADAP DEMENSIA PADA LANJUT USIA BERDASARKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG MENDAPATKAN BRAIN GYM DI PSTW PUSPAKARMA MATARAM

SKRIPSI PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG MENDAPATKAN BRAIN GYM DI PSTW PUSPAKARMA MATARAM SKRIPSI PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG MENDAPATKAN BRAIN GYM DI PSTW PUSPAKARMA MATARAM OLEH: D. KUSUMA NINGRAT NIM. 1302115019 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 02 yang menjadi kelas eksperimen dengan jumlah siswa 22 orang. Jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N I BERGAS yang beralamat di Karangjati, Kec. Bergas, Kab. Semarang. Populasi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah PERBEDAAN INTERVENSI SENAM DIABETES PADA DIET RENDAH GULA TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS USIA 35-70 TAHUN DI PUSKESMAS BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nurlika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasy

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasy BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasy Experiment) dengan pendekatan pre-test post-test control Group Design dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BERKEMIH PADA LANSIA

PENGARUH LATIHAN SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BERKEMIH PADA LANSIA PENGARUH LATIHAN SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BERKEMIH PADA LANSIA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh: AGUS SETYO WAHYUDI J 210 141 045 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di 65 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di MTsS Pondok Pesantren Thawalib Padang tentang perbedaan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur harapan hidup meningkat

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL SKRIPSI Disusun oleh: Dani Agus Triana Putriningtyas 201510104379

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. UU No.13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia menyatakan bahwa lansia

Lebih terperinci

SUCI ARSITA SARI. R

SUCI ARSITA SARI. R ii iii iv ABSTRAK SUCI ARSITA SARI. R1115086. 2016. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pola Makan Balita di Desa Sambirejo Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi. Program Studi DIV

Lebih terperinci

GAMBARAN STATUS KOGNITIF LANJUT USIA MENURUT JENIS PEKERJAAN DI WILAYAH PUSKESMAS MASARAN II SKRIPSI

GAMBARAN STATUS KOGNITIF LANJUT USIA MENURUT JENIS PEKERJAAN DI WILAYAH PUSKESMAS MASARAN II SKRIPSI GAMBARAN STATUS KOGNITIF LANJUT USIA MENURUT JENIS PEKERJAAN DI WILAYAH PUSKESMAS MASARAN II SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun oleh : FRAMESTI NURJANAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dibahas hasil penelitian dengan analisis data yang diperoleh, perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL BANGUN RUANG PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL BANGUN RUANG PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL BANGUN RUANG PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR SKRIPSI Oleh Muhani Anggraini Susanti NPM 12144600120 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Setting Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Setting Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Setting Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2006: 3) eksperimen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian pra-eksperiment dengan desain penelitian one group

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian pra-eksperiment dengan desain penelitian one group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian pra-eksperiment dengan desain penelitian one group pre-post test design (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Data 4.1.1.1. Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 8A dan 8C SMP Stella Matutina

Lebih terperinci

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Nia Aprindah Rau Sefti Rompas Vandri D.

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Nia Aprindah Rau Sefti Rompas Vandri D. HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT Nia Aprindah Rau Sefti Rompas Vandri D Kallo Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang menggunakan 2 kelompok,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH PENGARUH INTERVENSI PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN METODE PEER GROUP MELALUI PERAN STUDENT ADVISOR PADA SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH II MOYUDAN TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Tahap Awal Penelitian tahap awal di SD Negeri Srikayangan dan SD Negeri Pergiwatu diawali dengan kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah anak yang berumur 36-60

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *  ABSTRAK Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta RELATIONSHIP BETWEEN ELDERLY GYMNASTIC

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN Wirdasari Hasibuan*, Ismayadi** ABSTRAK Program pelayanan posyandu

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Keladan yang terletak di desa Keladan RT 04 Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan pada siswa XI IPS 2 dan XI IPS 3 SMA Negeri I Pabelan semester 1. SMA Negeri I Pabelan merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT LANSIA DI PANTI WERDHA KARYA KASIH MONGONSIDI MEDAN

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT LANSIA DI PANTI WERDHA KARYA KASIH MONGONSIDI MEDAN PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT LANSIA DI PANTI WERDHA KARYA KASIH MONGONSIDI MEDAN SKRIPSI Oleh Paula Angelina Situmorang 061101072 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PROSES PENUAAN TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA DENGAN GANGGUAN ELIMINASI DI KELURAHAN SEWUKAN MAGELANG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: RITA

Lebih terperinci

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah terjadinya peningkatan usia harapan hidup merupakan salah satu tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini berisi analisis instrumen penelitian, uji keseimbangan pretest dan uji beda rerata posttest, deskripsi data hasil belajar, normalitas data hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Merujuk pada pendapat Sugiyono

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah 57 siswa kelas 4 SD Kristen Satya Wacana Salatiga yang dibagi menjadi 2 kelas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TERAPI TOPIKAL TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA KRONIS di ASRI WOUND CARE CENTRE MEDAN

EFEKTIVITAS TERAPI TOPIKAL TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA KRONIS di ASRI WOUND CARE CENTRE MEDAN 1 EFEKTIVITAS TERAPI TOPIKAL TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA KRONIS di ASRI WOUND CARE CENTRE MEDAN SKRIPSI Oleh : Muhammad Affan 1212121113 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 i HALAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci