TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM"

Transkripsi

1 TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM A. Sejarah Singkat Erich Fromm lahir di Frankfrut, Jerman, pada tanggal 23 Maret 1900 dan belajar psikologi dan sosiologi di Universitas Heidelberg, Frankfrut dan Munich. Setelah meraih gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia belajar psikoanalisis di Munich dan Institut Psikoanalisis di Munich dan Institut Psikoanalisis Berlin yang terkenal. Ia pergi ke Amerika Serikat tahun1933 sebagai lector di Institut Psikoanalisis di Chicago kemudian ia melakukan praktik privat di New York City. Ia pernah mengajar pada sejumlah universitas dan institut di negara ini dan meksiko. Buku-bukunya mendapat perhatian yang luar biasa, tidak hanya oleh ahli-ahli dalam bidang psikologi, sosiologi, filsafat, dan agama tetapi juga oleh masyarakat umum. Fromm sangat di pengaruhi oleh tulisan karya Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The economic and philoshophical manuscripts yang di tulis pada tahun Karya Karl Marx ini di terjemahkan dalam bahasa Inggris oleh T.B. Bottomore termuat dalam Marx s concept of man karangan Fromm (1961). Dalam Beyond the chains of illusion (1962), Fromm membandingkan ide-ide Freud dan Marx, menyelidiki kontradiksi-kontradiksinya dan mencoba melakukan sintesis. Kontradiksi yang di maksud adalah bahwa seorang pribadi merupakan bagian tetapi sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang dan sekaligus manusia.sebagai binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan fisiologis tertentu yang harus dipuaskan. Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran, dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan kasihan, sikapsikap perhatian tanggung jawab, identitas, integritas, bisa norma (1968). Kedua aspek individu, yakni aspek binatang dan aspek manusia, merupakan kondisi-kondisi dasar eksistensi manusia. Pemahaman tentang psikhe manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensinya (1955, hlm. 25). Fromm memandang Marx sebagai pemikir yang lebih unggul daripada Freud dan menggunakan psikoanalisis terutama untuk mengisi celah-celah dalam pemikiran Marx. Fromm (1959) menulis analisis yang sangat kritis bahkan polemis tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya, berbeda sekali dengan kata-kata pujian yang diberikannya bagi Marx (1961). Meskipun Fromm dapat disebut dengan tepat sebagai seorang teoritikus kepribadian Marxian, namun ia sendiri lebih suka disebut humanis dialetik. Tema dasar dari semua tulisan Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditentukan dalam semua spesies binatang; itu adalah situasi khas manusia. Anak misalnya, bebas dari ikatan-ikatan primer dengan orangtuanya, tetapi dengan akibat bahwa ia merasa terisolasi dan tak berdaya. Seorang anak akhirnya terkatung-katung dalam suatu dunia yang sama sekali asing. Anak kecil ia adalah milik seseorang dan memiliki perasaan berhubungan dengan dunia dan orang-orang lain, meskipun ia tidak bebas. Dengan latar belakang pendidikan ajaran psikoanalisis Freud dan

2 dipengaruhi oleh Karl Marx, Karen Horney, dan teoritikus berorientasi sosial lainnya, Fromm mengembangkan teori kepribadian yang menekankan pengaruh factor sosiobiologis, sejarah, ekonomi, dan struktur kelas. Dalam bukunya, Escape from freedom (1941), Fromm mengembangkan tesis bahwa karena manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, maka mereka juga makin merasa kesepian. Jadi kebebasan menjadi keadaan negative dari mana manusia melarikan diri. B. Asumsi-Asumsi Dasar Fromm Asumsi paling dasar Fromm adalah kepribadian individu dapat dipahami hanya dalam tentang sejarah manusia. Fromm meyakini bahwa manusia tidak memiliki insting-insting yang kuat untuk beradaptasi dengan dunia yang sedang berubah, tetapi mereka sanggup mengembangkan kemampuan rasionya-sebuah kondisi yang disebut Fromm dilema manusia. Manusia mengalami dilema dasar ini karena sudah menjadi terpisah dari alam tetapi memiliki kemampuan untuk menjadi sadar akan diri mereka sebagai makhluk-makhluk yang terisolasi. Kemampuan manusia untuk menalar merupakan berkah sekaligus kutukan. Disatu sisi mengizinkan manusia untuk bertahan namun, disisi lain memaksa mereka untuk memecahkan dikotomi dasar yang tak terpecahkan yang disebut dikotomidikotomi eksistensial, karena mereka berakar dalam eksistensial terdalam manusia. Manusia tidak dapat menghilangkan dikotomi-dikotomi eksistensial ini selain hanya bereaksi kepada dikotomi-dikotomi ini yang sifatnya relative karena berkaitan dengan budaya dan kepribadian individu masing-masing. Dikotomi pertama dan yang paling fundamental berkenaan dengan hidup dan mati. kesadaran diri dan rasio menyatakan pada kita bahwa kita pasti akan mati. namun kita berusaha mati-matian menegasikan dikotomi ini dengan mempostulasikan hidup sesudah mati. Dikotomi eksistensial kedua adalah manusia sanggup mengonsepsikan tujuan realisasi diri yang seutuhnya namun kita juga sadar bahwa hidup terlalu singkat untuk mencapai tujuan tersebut. Hanya jika masa hidup individu sama panjangnya dengan usia kemanusiaan, barulah dia dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam perkembangan manusia yang berlangsung dalam proses historis. Dikotomi eksistensial ketiga adalah manusia pada akhirnya sendirian saja meskipun kita tidak bisa menoleransikan pengisolasian. Manusia menyadari diri mereka sebagai individu yang berbeda, dan diwaktu yang sama percaya bahwa kebahagiaan mereka bergantung pada perasaan bersatu dengan sesama manusia lainnya. C. Kebutuhan-Kebutuhan Manusia Umumnya kata kebutuhan diartikan sebagai kebutuhan fisik, yang oleh Fromm dipandang sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit. Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia, menurut Fromm meliputi dua kelompok kebutuhan; pertama kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu dan menjadi otonom, yang terdiri dari kebutuhan Relatedness, Rootedness, Transcendence, Unity, dan Identity. Kedua, kebutuhan memahami dunia, mempunyai tujuan dan

3 memanfaatkan sifat unik manusia, yang terdiri dari kebutuhan Frame of orientation, frame of devotion, Excitation-stimulation, dan Effectiveness. Adapun kebutuhan kebebasan dan keterikatan manusia yaitu: 1) Keterhubungan (Relatedness) Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian. Kebutuhan untuk bergabung dg makhluk lain yang dicintai dan menjadi bagian dari sesuatu. Dan hubungan itu akan bernilai positif bila hubungan tersebut didasarkan pada cinta, perhatian, tanggungjawab, dan juga bernilai negatif bila hubungan tersebut didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan. 2) Keberakaran (rootedness) Kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman didunia (layaknya dirumah). Setiap saat orang dihadapkan pada dunia baru yang mengharuskan dia tetap aktif dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia. 3) Menjadi pencipta (transcendency) Karena individu menyadari diri sendiri dari lingkungannya, mereka kemudian mengenali begitu kuat dan menakutkan alam semesta itu, yang membuatnya merasa tak berdaya. Transendensi bisa positif (kreatifitas) atau negatif (identity). 4) Rasa identitas (identity) Kebutuhan untuk sadar kepada dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah manusia harus bisa membuat keputusan, dan merasa bahwa disisinya nyata miliknya sendiri. Kita perlu membentuk konsep tentang diri kita agar sanggup berkata aku adalah aku 5) Kerangka orientasi (frame of orientation) Seperangkat keyakinan mengenai eksitensi hidup, perjalanan hidup tingkahlaku bagaimana yang harus dikerjakannya yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa. Komponen negatif adalah tujuan-tujuan irasional, dan komponenkomponen positifnya adalah tujuan-tujuan rasional D. Beban Kebebasan Menurut sejarah, seiring manusia semakin memperoleh kebebasan ekonomi dan poltik, mereka semakin terasing. Contohnya, selama abad pertengahan manusia memiliki kebebasan pribadi yang terbatas. Mereka terkurung peran yang diberikan oleh masyarakat, peran yang menyediakan rasa aman, tempat bergantung, dan kepastian. Kemudian, setelah mereka mendapatkan kebebasan untuk bergerak secara sosial dan geografis, mereka paham bahwa mereka bebas dari rasa aman pada tempat tertentu di dunia. Mereka tidak lagi terikat pada wilayah geografis, suatu urutan sosial, atau suatu pekerjaan. Mereka menjadi terpisah dari asal (akar) mereka dan terasingkan dari satu sama lain. Sejalan dengan anak menjadi lebih mandiri dan tidak membutuhkan ibunya, mereka menjadi lebih mandiri dan tidak membutuhkan ibunya, mereka mendapat kebebasan lebih untuk mengungkapkan individualitas mereka, bergearak tanpa diawasi, memilih

4 teman, pakaian, dan seterunya.di saat berasamaan, mereka merasakan beban dari kebebasan, yaitu mereka bebas dari rasa aman saat berada dekat ibunya. Di tingkat sosial dan individu, beban ini menciptakan kecemasan dasar (basic anxiety), yaitu perasaan kita sendiran di dunia. E. Mekanisme Pelarian Kabur dari kebebasan (escape from freedom), Fromm (1941) menyebutkan tiga mekanisme dasar dari pelarian authoritarianism, merusak, dan komformitas. Berbeda dengan kecenderungan neurotic Horney, mekanisme pelarian Fromm adalah kekuatan yang mendorong manusia, baik secara individu maupun kolektif. 1. Authoritarianism Fromm (1941) mendefinisikan authoritarianism sebagai kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian seseorang secara individu dan meleburkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya demi mendapatkan kekuatan yang tidak dimilikinya. Kebutuhan untuk bersatu dengan mitra yang kuat ini dapat berupa dua hal yaitu masokisme atau sadisme. Masokisme timbul dari rasa ketidakberdayaan, lemah, serta rendah diri dan bertujuan untuk menggabungkan diri dengan orang atau institusi yang lebih kuat. Sedangkan sadisme bertujuan mengurangi kecemasan dasar dengan mencapai kesatuan dengan satu orang atau lebih. Fromm (1941) memperkenalkan tiga jenis kecenderungan sadisme yang semuanya lebih kurang tergolong sama, antara lain: a. Kebutuhan untuk membuat orang lain bergantungan pada dirinya dan berkuasa akan mereka yang lemah. b. Keinginan untuk mengeksploitasi orang lain, memanfaatkan mereka, dan menggunakan mereka untuk keuntungan dan kesenangan dirinya sendiri. c. Keinginan untuk melihat orang lain menderita, baik secara fisik maupun psikologis. 2. Sifat merusak Sifat merusak (destructiveness) berasal dari perasaan kesendirian, keterasingan, dan ketidakberdayaan. Namun berbeda dengan sadisme dan masokisme, sifat merusak tidak bergantung pada hubungan berkesinambungan dengan orang lain; melainkan mencari jalan untuk menghilangkan orang lain. Baik individu maupun bangsa dapat merusak sebagai sebagai mekanisme pelarian. Dengan menghancurkan objek atau orang, seseorang atau sebuah bangsa berusaha untuk mendapatkan kembali rasa kekuasaan yang hilang. 3. Konformitas Orang yang melakukan konformitas berusaha melarikan diri dari rasa kesendirian dan keterasingan dengan menyerahkan individualitas mereka dan menjadi apapun yang orang lain inginkan. Dengan demikian, mereka jadi seperti robot, memberikan reaksi yang dapat diperkirakan secara otomatis sesuai dengan olah orang lain. Mereka jarang mengungkapkan pendapat mereka sendiri,

5 berpegangan erat pada patokan perilaku, dan sering tampak kaku dan terpogram. 4. Kebebasan Positif Munculnya kebebasan politik dan ekonomi mau tidak mau mendorong kita kearah perbudakan akan keterasingan dan ketidakberdayaan. Seseorang dapat bebas dan tidak sendiri, kritis namun tidak dipenuhi keraguan, mandiri namun tetap menjadi bagian dari kesatuan umat manusia (Fromm, 1941, hlm127). Manusia bisa mendapatkan kebebasan positif dengan pengungkapan spontan dari potensi rasional maupun emosionalnya. F. Orientasi-Orientasi Karakter Menurut Fromm, orientasi karakter dapat mencerminkan kepribadian manusia. Orientasi yang dimaksud yakni cara yang yang relatif tetap dari seseorang dalam berhubungan dengan orang atau hal-hal lain. Fromm juga berpendapat bahwa karakter adalah pengganti dari minimnya insting manusia. Manusia bertindak berdasarkan karakter bukan insting. Secara umum, manusia dapat berhubungan dengan orang atau halhal lain dengan cara-cara produktif atau non-produktif. G. Orientasi-orientasi Non-produktif Dalam mencapai suatu hal, manusia dapat melalui salah satu dari empat orientasi nonproduktif, yaitu : 1) Menerima hal-hal secara pasif, 2) Mengeksploitasi atau merampas hal-hal dengan paksa, 3) Menimbun objek-objek, 4) Memasarkan atau menukarkan hal-hal. Istilah non-produktif ini digunakan untuk menunjukkan bahwa strategi-strategi tersebut akan gagal ketika digunakan untuk mencapai kebebasan positif atau realisasi diri. Orientasi nonproduktif tidak selalu negatif, karena masing-masing memiliki sisi positif dan negatif. Kepribadian merupakan percampuran dari berbagai orientasi, meskipun salah satu orientasi lebih dominan. Reseptif (Receptive) Pada karakter ini, menganggap sumber semua kebaikan berada diluar diri mereka, juga bahwa satu-satunya cara berhubungan dengan dunia adalah dengan menerima semua hal termasuk cinta, pengetahuan dan kepemilikan material. Karakter ini lebih berfokus pada menerima daripada memberi. Kualitas negatif dari karakter ini diantaranya kepasifan, ketundukan dan kurang percaya diri. Adapun sifat positif mereka adalah kebalikan dari sifat negatif, yaitu kesetiaan, penerimaan, dan kepercayaan terhadap orang lain. Eksploitatif (Eksploitative) Meskipun karakter eksploitatif sama dengan karakter reseptif dalam hal mempercayai bahwa sumber kebaikan terletak pada luar diri mereka, namun pribadi eksploitatif bersifat agresif dalam mengambil apa yang diinginkan daripada menunggu dan menerima dengan pasif.

6 Sisi negatif dari karakter eksploitatif, yaitu mereka lebih cenderung egosentris, penuh tipu daya, arogan, dan penuh bujuk rayu. Sedangkan sisi positifnya, mereka bersifat impulsif, bangga, memikat dan penuh percaya diri. Penimbun (Hoarding) Karakter penimbun berusaha menyelamatkan apa yang diperolehnya. Mereka mempertahankan apa yang ada dalam dirinya dan tidak membiarkan satupun yang lepas. Sisi negatif dari karakter penimbun diantaranya mencakup regiditas, sterilitas, keraskepalaan, kompulsif, dan tidak kreatif. Sebaliknya, sisi positifnya mencakup suka kerapihan, suka kebersihan, dan hemat. Marketing (Marketing) Karakter marketing melihat diri mereka sebagai komoditas, dimana nilai pribadi mereka bergantung kepada nilai tukar mereka, yaitu kemampuan untuk menjual diri mereka sendiri dalam hal kompetensi. Mereka harus membuat orang lain percaya bahwa mereka memiliki kecakapan khusus dan pandai menjual. Mereka memainkan banyak peran dan berpegang pada motto Aku adalah apa yang kamu inginkan. Ciri negatif dari karakter marketing adalah tidak memiliki tujuan, oportunis, tidak konsisten dan menyia-nyiakan diri sendiri. Sedangkan cirri positifnya diantaranya kesediaan untuk berubah berpikir terbuka, adaptif dan murah hati. H. Orientasi Produktif Tiga dimensi dalam orientasi produktif yaitu kerja, cinta dan penalaran. Dengan melalui orientasi klasik, manusia dapat menjawab dilema dasar manusia yakni menyatu dengan dunia dan orang lain dengan tetap mempertahankan keunikan dan individualitasnya. Manusia dianggap sehat ketika mereka dapat menilai kerja bukan sebagai akhir, melainkan sebagai bentuk pengekspresian diri secara kreatif. Mereka bekerja bukan untuk mengeksploitasi orang lain, memasarkan diri sendiri, menarik diri dari orang lain, atau mengakumulasi kepemilikan material yang tidak dibutuhkan. Meraka tidak malas atau aktif namun kompulsif, melainkan menggunakan kerja sebagai cara memproduksi hal-hal yang dibutuhkan hidup. Empat kualitas cinta yang mencirikan cinta yang produktif yaitu perhatian, tanggung jawab, penghargaan dan pengenalan. Manusia yang sehat memiliki Biofilia sebagai tambahan empat karakter. Biofilia yaitu cinta yang menggebu terhadap kehidupan dan semua yang hidup. Individu biofilia ingin mempengaruhi manusia melalui cinta, rasio, dan keteladanan, bukan dengan kekuatan pemaksaan. Menurut Fromm, cinta pada orang lain dan pada diri sendiri tidak dapat dipisahkan, namun cinta pada diri harus datang lebih dulu. Semua orang berkemampuan melakukan cinta yang produktif namun sebagian besar tidak mampu mencapainya karena ketidak mampuan mereka dalam mencintai diri sendiri apa adanya. Pemikiran yang produktif tidak dapat dipisahkan dari kerja dan cinta yang produktif, didorong oleh minat besar kepada orang atau objek lain.

7 Manusia yang sehat melihat orang lain sebagaimana adanya dan bukan bukan seperti yang mereka inginkan terhadap orang-orang itu. Dengan cara yang sama, mereka mengenal diri mereka apa adanya, tidak perlu menipu diri sendiri. Fromm percaya bahwa manusia yang sehat berpegang pada sejumlah kombinasi dari kelima kombinasi karakter tersebut. Perjuangan bertahan hidup sebagai individu yang sehat bergantung pada kemampuan mereka dalam menerima hal-hal dari orang lain secara terbuka, mengambil hal-hal dengan tepat, menjaga hal-hal dengan baik, menukar hal-hal dengan benar, dan bekerja, mencintai, dan berpikir secara produktif. Manusia dapat berhubungan dengan orang atau hal-hal lain melalui cara produktif dan non-produktif. Masing-masing diuraikan menjadi lima pasangan yang berkombinasi. Tidak ada orang yang murni produktif ata non-produktif, semua orang berada di tengah-tengahnya.

8 Accepting PRODUCTIVE Yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, independen, aktif, berpikir positif, menerima keberadaan diri & orang lain apa adanya. Contoh : Psikoterapis ketika menerima dan merespon klien Kreatif mencari dunia baru untuk ditaklukkan, memanfaatkan segala NON-PRODUCTIVE Keyakinan bahwa semua yang baik itu datang dari atas. Orang yang dependen, pasif, tidak mampu melihat antara hubungan perbuatannya dengan hasinya, senang merengek. Contoh : Pegawai negeri yang kurang inisiatif, terus menerus minta bantuan dan Menarik diri dari dunia eksternal, menyimpan hasil kerja untuk diri sendiri, Receptive sesuatu untuk terus menerus dapat memberi keuntungan bagi diri sendiri mementingkan diri sendiri, curiga, kikir, semaunya sendiri. Preserving dan orang lain. Contoh : pengusaha yang terus menerus mendirikan perusahaan baru di ranah ynag berbeda. Contoh : mengumpulkan harta dan tidak menginvestasikan dalam ekonomi umum. Hoarding Taking Exchanging Bekerja sama dengan orang lain berdasarkan tujuan bersama, kejujuran, dan sikap rasional. Contoh : Wiraswasta yang mengembangkan waralaba, memberi keuntungan pada orang lain. Kepribadian pedagang yang memperoleh keuntungan tanpa merugikan orang lain. Memberi kepuasan dari layanan dari produk yang dijual. Contoh : Marketing yang mampu menyesuaikan diri sehingga mampu menjual kepada konsumen yang berbeda sifat dan kebuthannya. Mencintai kehidupan dan sangat mempedulikan kesejahteraan orang lain. Mengambil kekuatan dari orang lain dengan kekuatan atau tipu muslihat. Mereka tidak menghasilkan sesuatu dengan keringatnya sendiri tetapi memanfaatkan orang lain. Orang yang suka memaksa orang lain. Contoh : Petambang yang mengambil mineral tanpa bisa memperbarui sumber alam Kepribadian jual beli, menjaga pemimpin tetap menarik agar layak jual. Tidak benarbenar peduli dengan orang lain yang hanya dipandang sebagai sumber potensial yang memberi keuntungan. Contoh : Aktor yang menjual penampilannya kepada penontonnya. Orang yang tertarik dengan kematian, kesakitan, kerusakan, dan kehancuran. Eksploitativ Marketing e Biophilous Tidak mengambil jarak, selalu bersama dengan orang lain. Contoh : Pekerja sosial pengasuh anak jalanan. Menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Contoh : Perampok yang minum sampai mabuk sebelum melakukan kejahatan. Necrophilous

9 I. Gangguan-Gangguan Kepribadian J. Berikut ini jenis-jenis gangguan kepribadian yang lebih khusus menurut Fromm, yaitu necrophilia (nekrofilia), malignant narcissism, incestuous symbiosis (IS). Kita perlu menyadari bentuk gangguan kepribadian ini, terutama yang berpengaruh besar di masyarakat. Kita juga perlu menyadari kemungkinan kita memiliki andil membentuk kepribadian tidak sehat ini dalam lingkungan kita. 1. Nekrofilia (necrophilia). K. Istilah ini artinya mencintai yang mati dan biasanya merujuk pada penyimpangan seksual dengan mayat. Individu dengan gangguan ini benci kemanusiaan, suka berselisih, dan memperoleh kepuasan dari barang-barang yang jorok. Mereka tidak memilih untuk bersikap destruktif, karena perilaku destruktif itu merupakan cerminan karakter dasar mereka. 2. Narsisisme sadistik (Malignant Narcissism). L. Narsisme dalam bentuk sadis dapat menghalangi persepsi mengenai realitas sehingga menganggap segala sesuatu pada dirinya memiliki nilai sangat tinggi dan yang dimiliki orang lain nilainya sangat rendah. Mereka yakin akan kualitas personal mereka yang luar biasa sehingga berpikir tidak perlu membuktikannya. 3. Simbiosis Insestik (Incestuous Symbiosis). M. Gangguan ini ditandai dengan adanya ketergantungan ekstrem pada ibu atau bayangan ibu. Simbiosis insestik ini adalah bentuk berlebihan dari fiksasi ibu (orang yang tetap bergantung pada ibu). Erich Fromm setuju pada pendapat Harry Stack Sullivan yang mengatakan bahwa kemelekatan pada ibu lebih diakibatkan oleh kebutuhan akan rasa aman, bukannya seks. Mereka cemas dan takut apabila hubungan dengan ibu terancam. Mereka bahkan yakin tidak dapat hidup tanpa pengganti ibu. N. Erich Fromm menyebutkan adanya sindrom kemerosotan (syndrome of decay) dan sindrom pertumbuhan (syndrome of growth). Sindrom kemerosotan ditandai dengan munculnya tiga gangguan kepribadian di atas, yaitu nekrofilia, narsisme sadistik, sekaligus simbiosis insestik. Sebaliknya sindrom pertumbuhan ditandai oleh adanya biofilia, cinta, serta kebebasan positif. O. Kesimpulan 1. Orientasi-orientasi karakter akan menjadi ciri khas dari seorang individu. 2. Orientasi karakter terbagi atas dua yaitu orientasi nonprodukif dan orientasi produktif. 3. Orientasi nonproduktif terdiri atas Reseptif (receptive), Eksploitatif (explotative), Penimbun (Hoarding), dan Marketing (marketing). 4. Terdapat beberapa gangguan kepribadian yang sangat kritis, yaitu Nekrofilia (Necrophilia), Narsisme Berat, dan Simbiosis Insestik (Incentuous Symbiosis). 5. Psikoterapi merupakan jenis terapi yang memfokuskan pada keterikatan atu hubungan yang sangat dekat antara terapis dan pasien terapi. 6. Hasil tulisan Fromm tidak menghasilakan penelitian Empiris yang banyak.

10 P. Q.

Erich Fromm H U M A N I S T I C P S Y C H O A N A L Y S I S. Manusia yang sehat secara mental menemukan jawaban atas keberadaan mereka.

Erich Fromm H U M A N I S T I C P S Y C H O A N A L Y S I S. Manusia yang sehat secara mental menemukan jawaban atas keberadaan mereka. Erich Fromm H U M A N I S T I C P S Y C H O A N A L Y S I S Manusia yang sehat secara mental menemukan jawaban atas keberadaan mereka. Individu yang sehat mampu menemukan cara bersatu kembali dengan dunia.

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis

Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis Modul ke: Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Eric Fromm Pandangan Eric Fromm: Keberadaan manusia

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 07 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan Humanistic Psychoanalysis

Lebih terperinci

HUMANISTIC PSYCHOANALITIC

HUMANISTIC PSYCHOANALITIC Modul ke: HUMANISTIC PSYCHOANALITIC ERICH FROMM Fakultas PSIKOLOGI Fransisca M. Sidabutar, M.Psi Program Studi Psikologi Latar Belakang Seorang Yahudi yang lahir di Jerman PD I nasionalisme ekstrem?? :

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Konsep manusia dari Erich Fromm merujuk pada pandangan yang bersifat

BAB V PENUTUP. 1. Konsep manusia dari Erich Fromm merujuk pada pandangan yang bersifat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep manusia dari Erich Fromm merujuk pada pandangan yang bersifat antropologico-philosophies, dengan berada pada dua persimpangan yaitu pandangan manusia yang mendasarkan

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL FOR THE LOVE OF MY SON KARYA MARGARET DAVIS (KAJIAN KEPRIBADIAN MARXIAN ERICH FROMM )

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL FOR THE LOVE OF MY SON KARYA MARGARET DAVIS (KAJIAN KEPRIBADIAN MARXIAN ERICH FROMM ) KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL FOR THE LOVE OF MY SON KARYA MARGARET DAVIS (KAJIAN KEPRIBADIAN MARXIAN ERICH FROMM ) Felisia Purnawanti Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana

Lebih terperinci

Kepribadian dan Perilaku Konsumen

Kepribadian dan Perilaku Konsumen Kepribadian dan Perilaku Konsumen Definisi Kepribadian adalah ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya Kepribadian cenderung mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penolakan Sosial 2.1.1 Konsep Penolakan Sosial Penolakan merupakan keadaan yang sangat umum dan berpotensi untuk menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan

Lebih terperinci

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Definisi: Suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan dengan corak-corak maladaptif dari penyesuaian dirinya terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Nomor : Usia : PETUNJUK PENGISIAN

Nomor : Usia : PETUNJUK PENGISIAN Nomor : Usia : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian kerjakanlah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Kerjakanlah semua nomor dan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut.

organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut. 14 BUDAYA ORGANISASI organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut. Setiap individu memiliki kepribadian, begitu pula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan

Lebih terperinci

Alfred Adler. Individual Psychology

Alfred Adler. Individual Psychology Alfred Adler Individual Psychology Manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior, suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan kepada orang lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, psikologi adalah salah satu disiplin ilmu yang amat penting dipelajari. Namun sebagian besar teori psikologi berasal dari Barat, jadi besar

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY)

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) Biografi CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) 1. Carl Rogers dilahirkan di Illionis 8 Januari 1902 USA. 2. Ia menaruh perhatian atas ilmu pengetahuan alam dan biologi. Pengaruh filsafat J. Deway mendorong

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

Produksi Iklan Multimedia dan Interaktif

Produksi Iklan Multimedia dan Interaktif Modul ke: Produksi Iklan Multimedia dan Interaktif Teori Kepribadian Freud Teori Neo Freud Gaya Hidup Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

NATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme

NATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme NATURALISME Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) A. PENGERTIAN Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative

Lebih terperinci

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD 1 A. Pengantar RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD Oleh: D. Tiala Berbicara mengenai Psikoanalisis, maka kita tidak akan terlepas dari nama seorang tokoh klasik terkenal, yaitu

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan sejatinya sangat diutamakan dalam kehidupan sehari-hari karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa menderita karena fungsi tubuh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisasi topik yang diteliti 1. Kebermaknaan Hidup a. Pengertian Kebermaknaan Hidup Makna hidup menurut Frankl adalah kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

MENJADI MANUSIA OTENTIK

MENJADI MANUSIA OTENTIK MENJADI MANUSIA OTENTIK Penulis : Reza A.A. Wattimena G. Edwi Nugrohadi A. Untung Subagya Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga. BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

Erikson. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. 8 tahap psikososial. Daftar Pustaka. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

Erikson. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. 8 tahap psikososial. Daftar Pustaka. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: Erikson Fakultas PSIKOLOGI Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Program Studi PSIKOLOGI Biografi Evaluasi Teori 8 tahap psikososial Daftar Pustaka Biografi Bernama lengkap Erik Homberger Erikson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga

Lebih terperinci

. Riwayat Hildegard E.Peplau

. Riwayat Hildegard E.Peplau . Riwayat Hildegard E.Peplau Hildegard peplau( Hilda) di lahirkan di reading pennisylvia merupakan keluarga imigran dari jerman. Dia merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Ayahnya seorang pekerja keras

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi

Lebih terperinci

Minggu-12. Product Knowledge and Price Concepts. Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (1)

Minggu-12. Product Knowledge and Price Concepts. Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (1) Product Knowledge and Price Concepts Minggu-12 Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (1) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email:

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL Psikologi Umum 1 PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL Erik Homburger Erikson Ursa majorsy Teori perkembangan Erikson sangat dipengaruhi oleh psikoanalisa Freud. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi 9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat kita simak dari liputan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG 1. Hakekat Perilaku Menyimpang Sebelum masuk ke dalam materi perubahan sosial budaya, saudara dapat menyaksikan video terkait dengan perilaku menyimpang di masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah organisasi apapun bentuknya membutuhkan pegawai yang paling ideal untuk mendukung terciptanya pencapaian tujuan organisasi. Pegawai sebagai Man Power

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

Mengapa Sosialisme? Albert Einstein

Mengapa Sosialisme? Albert Einstein Mengapa Sosialisme? Albert Einstein Apakah pantas bagi seseorang yang bukan merupakan pakar di bidang persoalan sosial dan ekonomi mengemukakan pandangannya berkaitan dengan sosialisme? Karena berbagai

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling menarik untuk dipelajari, karena banyak sekali masalah yang dihadapi. Seiring dengan perkembangan jaman dan peradaban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

Adam Smith Sebuah Primer Bagian 4: Tentang Wealth of Nations. Upah bergantung pada pertumbuhan ekonomi

Adam Smith Sebuah Primer Bagian 4: Tentang Wealth of Nations. Upah bergantung pada pertumbuhan ekonomi Adam Smith Sebuah Primer Bagian 4: Tentang Wealth of Nations Upah bergantung pada pertumbuhan ekonomi Ketidaksempurnaan tersebut terjadi juga di pasar kerja. Tanah, modal dan kerja mungkin bisa saling

Lebih terperinci

Pengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme

Pengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme Pengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian seseorang. Dimulai dari keluargalah karakter seseorang dibangun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak yang sepenuhnya tergantung pada orangtua, ke masa remaja yang ditandai oleh pencarian identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi yang di tandai dengan terjadinya perubahanperubahan pesat pada kondisi ekonomi keseluruhan dan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi ETIK UMB Modul ke: MENGENAL POTENSI DIRI FEB Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM Program Studi Manajemen Passion adalah : Bisa disebut juga panggilan jiwa, atau bisa diartikan hasrat diri dan gairah, orientasi

Lebih terperinci

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro KEMITRAAN SEKOLAH Workshop Strategi Pengembangan Mutu Sekolah Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah diselenggarakan Prodi S2 Manajemen Pendidikan dan S3 Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental

Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental Arief Budiman * KALAU kita melihat pengalaman beberapa negara di Asia Timur, khususnya Korea Selatan dan Taiwan di satu pihak (yang mengambil jalan kapitalisme)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan Menurut fakih (1996) dalam memahami konsep gender maka harus dibedakan pada kata gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Eksistensialisme dan Humanisme Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Perkembangan Aliran-Aliran Pesatnya

Lebih terperinci

PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA BY: BASYARIAH LUBIS, AMKeb, sst, mkes Makhluk Yang Utuh atau paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial & Spiritual. Makhluk Biologis : Sistem organ tubuh Lahir, tumbang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan

`BAB I PENDAHULUAN. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan `BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan membutuhkan karyawan sebagai tenaga yang menjalankan setiap aktivitas yang ada dalam organisasi perusahaan. Karyawan merupakan aset terpenting

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci