Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan Humanistic Psychoanalysis teori Erich Fromm. Kompetensi Mampu memahami ciri-ciri khusus, struktur & dinamika kepribadian berdasarkan pandangan humanistic psychoanalisis.

2 Latar Belakang Pendahuluan Erich Fromm merupakan tokoh psikologi kepribadian yang unik. Teori yang dikembangkannya berada di dua kaki yang berbeda, satu kaki berada di psikoanalisis dan kaki yang lain berada di humanistik sehingga tidak aneh jika teori yang dikembangkannya disebut dengan psikoanalisis humanistik. Sebagai seorang Yahudi Jerman, ia sangat dipengaruhi Freud. Tetapi pengalaman hidup semasa Perang Dunia I telah membangkitkan minatnya untuk menyelidiki secara mendalam latar belakang orang-orang yang mengikuti para pemimpinnya untuk melakukan pengrusakan seperti yang dilihatnya pada pengikut Hitler dalam peperangan. Padahal tidak sedikit diantara pengikut tersebut dikategorikan sebagai orang yang cerdas dan intelek. Teori-teori Fromm memberikan penjelasan yang menarik mengenai sisi psikologis dari filosofi dan juga keterlibatannya dalam dunia politik praktis di negara-negara yang di tinggali yaitu Amerika Serikat dan Meksiko. Meskipun pembahasannya tampak mengarah kepada kolektifitas tetapi ia tidak melepaskan diri dengan pendekatan personal sebagai pendekatan khas dalam psikologi. Erich Fromm juga mengembangkan metode psikoterapi dan konseling untuk proses penyembuhan neurosis dengan pendekatan unik. Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl Marx terutama dalam buku The Economic and Philosophical Manuscripts yang ditulis pada tahun Fromm membandingkan ideide Freud dan Marx, meneliti kontradiksi-kontradiksi antara keduanya dan mencoba menyamakan pemikiran mereka. Dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis Fromm menganalisa pemikiran Marx dan memandang Marx sebagai pemikir yang lebih ulung daripada Freud. Pada tahun 1959, Fromm menulis analisis yang sangat kritis bahkan polemis tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya. Sebaliknya, ia memberikan pujian kepada Marx pada tahun Meskipun Fromm dapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian Maxian, ia sendiri lebih suka disebut humanis dialektik. Tulisan-tulisan Fromm dipengaruhi oleh pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi, kesusastraan, dan filsafat. Buku awal dan mungkin yang paling berpengaruh yang ditulis oleh Erich Fromm adalah Escape From Freedom diterbitkan pada awal Perang Dunia II. Fromm menggambarkan kebebasan sebagai masalah terbesar bagi kebanyakan individu. 2

3 Kebebasan telah mendatangkan perasaan kesendirian yang sangat hebat dan ketidakmampuan untuk mengerahkan kekuatan individu. Manusia dalam Pandangan Erich Fromm Fromm pada dasarnya memiliki pandangan yang positif terhadap hakikat manusia. Meskipun demikian, keberadaan manusia dihadapkan kepada dilema eksistensial karena keberadaan manusia pada hakikatnya mengalami dualistik. Di satu sisi, manusia berjuang untuk bebas menguasai lingkungan dengan hakikat kemanusiaannya tetapi disisi lain kebebasan tersebut telah memperbudak manusia karena tidak dapat memisahkan diri dari kebinatangan sebagai akar alamiahnya. Dinamika kehidupan bergerak tanpa henti seolaholah manusia akan hidup abadi. Setiap orang tanpa sadar mengingkari kematian yang kekal dan berusaha bertahan di dunia yang fana. Mereka menciptakan cita-cita ideal yang tidak pernah dapat dicapai dengan cara mengejar kesempurnaan sebagai kompensasi perasaan tidak sempurna. Menurut Fromm, ciri orang normal atau yang sehat mental adalah orang yang mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm, normal berarti keadaan optimal dalam pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari seorang individu. Kecemasan yang dialami manusia merupakan persepsi terhadap kebebasan. Kecemasan terkait dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan kekuatan dan ketakutan akan kesendirian. Kecemasan terkait dengan kebebasan yang tidak sehat. Satusatunya untuk menjadi sehat adalah merangkul kebebasan dan mengekspresikannya bukan sekedar merasakannya. Kekuatan sejati berasal dari individualitas dan kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkan. Cara untuk mencapai individualitas dan kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkan. Cara untuk mencapai individuasi adalah dengan memilki kemampuan untuk menjadi diri sendiri dan merangkul kekuasaan yang terkait dengan kebebasan sejati. Konsep Utama Humanistik Psikoanalisis 1. Teori Kepribadian Tema dasar dari semua tulisan Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena dipisahkan dari manusia lain dan alam. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang tetapi hanya terjadi pada manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom, ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad 3

4 ke abad tetapi juga makin merasa kesepian. Jadi kebebasan menjadi keadaan yang negatif hingga manusia melarikan diri. Jawaban dari kebebasan menjadi kebebasan adalah: a. Pertama: semangat, cinta, dan kerjasama yang menghasilkan manusia yang mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. b. Kedua: manusia merasa aman dengant unduk pada penguasa yang kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Dalam buku-bukunya, Fromm menyatakan bahwa setiap masyarakat yang telah diciptakan manusia entah itu berupa feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, atau komunisme semuanya menunjukkan usaha manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar manusia. Kontardiksi yang dimaksud adalah seorang individu merupakan bagian dan sekaligus terpisah dari alam. Selain itu, seorang individu merupakan binatang sekaligus manusia. Sebagai binatang, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu yang harus dipuaskan. Sedangkan sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran, dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan kasian, perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas, transedensi, kebebasan, nilai-nilai, serta norma-norma. Teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat mengakui asumsi transmisi kebudayaan dalam membentuk kepribadian tipikal atau kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba menjelaskan fungsi-fungsi sosio historis dari tipe kepribadian tersebut yang menghubunkan kebudayaan tipikal dari suatu kebudayaan obyekstif yang dihadapi suatu masyarakat. Untuk merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu masyarakat perlu menterjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits) dari setiap individu agar bersedia melaksanakan apa yang harus dilakukan. Fromm membagi sistem dalam struktur masyarakat menjadi tiga bagian berdasarkan karakter sosialnya sebagai berikut: 1. Sistem A adalah masyarakat pecinta kehidupan. karakter sosial masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, sikap-sikap yang destruktif dan kekejaman sangat jarang terjadi dan tidak didapati hukuman fisik yang merusak. Upaya kerja sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai. 2. Sistem B adalah masyarakat non destruktif agresif. Masyarakat ini memiliki dasar tidak destruktif. Meskipun demikian, masyarakat ini tidak memiliki kelemahan-lkelemahan dan rasa saling percaya. 4

5 3. Sistem C adalah masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif agresif, brutal, pendedam, pengkhianatan, dan penuh dengan permusuhan. Pada masyarakat seperti ini, biasanya sangat sering terjadi persaingan, sangat mengutamakan kekayaan, dan menggunakan materi sebagai keunggulan simbol sosial. Berdasarkan tiga sistem di atas, Fromm juga menyebutkan dan menjelaskan lima karakter sosial yang ditemukan dalam masyarakat, yakni sebagai berikut: 1. Tipe reseptif (mengharapkan dukungan dari pihak luar). 2. Tipe eksploitasi (memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya). 3. Tipe penimbunan (suka mengunpulkan dan menimbun barang atau materi). 4. Tipe pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang). 5. Tipe produktif (karakter yang kreatif dan selalu berusaha untuk menggunakan barangbarang untuk suatu kemajuan). Erich Fromm menjelaskan karakter sosial manusia dan membaginya menjadi dua kutub yaitu produktif dan nonproduktif. Produktif Non-Produktif Accepting Yakin dengan kemampuan dirinya, aktif, berpikir positif. Menerima dan merespons keberadaan diri orang lain. Keyakinan bahwa semua orang itu datang dari "atas". Tidak mampu melihat hubungan antara perbuatannya dengan hasilnya. Receptive Preserving Kreatif mencari dunia baru untuk ditaklukan, memanfaatkan segala sesuatu untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya dan orang lain. Menarik diri dari dunia eksternal, menyimpan hasil kerja untuk diri sendiri. Mementingkan diri sendiri. Hoarding Taking Bekerjasama dengan orang lain berdasarkan tujuan bersama, kejujuran, dan sikap rasional. Mengambil dari orang lain dengan kekuatan atau tipu meslihat. Exploitative Exchanging Kepribadian memperoleh keuntungan tanpa merugikan orang lain. Tidak benar-benar peduli dengan orang lain yang hanya dipandang sebagai sumber potensial yang memberi keuntungan. Marketing 5

6 Dengan Biophilous Mencintai kehidupan dan sangat mempedulikan kesejahteraan orang lain. Menyelesaikan masalah dengan kekerasan Necrophilous Kelima karakter sosial memiliki validitas dari proposisi-proposisi berikut ini: a. Manusia mempunyai kodrat esensial bawaan. b. Masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esensial ini. c. Tidak satupun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia. d. Eksistensi manusia memungkinkan terciptanya masyarakat semacam itu. Meskipun membagi sistem masyarakat dan karakter sosial yang ada, sebenarnya Fromm memilki sebuah gambaran mengenai masyarakat ideal. Masyarakat ideal adalah masyarakat yang setiap manusia di dalamnya berhubungan satu sama lain dengan penuh cinta, yang berakar dari ikatan-ikatan persaudaraan dan solidaritas. Suatu masyarakat yang memberi kemungkinan kepada setiap anggotanya untuk mengatasi kodratnya dengan menciptakannya, bukan membinasakannya, tempat yang memungkinkan setiap orang mencapai pengertian tentang diri dengan mengalami dirinya sebagai subjek dengan kemampuan yang dimilikinya bukan berdasarkan konformitas atau sebuah tempat yang menjalankan sistem orientasi dan devosi tanpa perlu mengubah kenyataan dan memuja berhala. Fromm memgusulkan nama untuk masyarakat yang sempurna tersebut dengan "Sosialisme Komunitarian Humanistik". Dalam masyarakat semacam itu, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi manusia sepenuhnya. 2. Kondisi Eksistensi Manusia Di lema eksistensi yang dikembangkan Fromm mengikuti filsafat dualisme. Semua gerak di dunia di latar belakangi oleh pertentangan dua kelompok ekstrim yaitu tesa dan antitesa. Pertentangan itu akan menimbulkan sintesa yang pada dasarnya dipandang sebagai tesa baru yang akan memunculkan antitesa yang lain. Itulah dinamika yang tidak pernah berhenti bergerak. Menurut Fromm, hakikat manusia juga bersifat dualisme. Paling tidak, ada empat dualisme di dalam diri manusia yaitu sebagai berikut: a. Manusia sebagai Binatang dan sebagai Manusia Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologis yang harus dipuaskan, seperti kebutuhan: makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusia sebagai manusia 6

7 memilki kebutuhan kesadaran diri, berpikir, dan berimajinasi. Kebutuhan manusia itu terwujud dalam pengalaman khas sebagai manusia yang meliputi perasaan lemah lembut, cinta, kasih, perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas, kesedihan, transedensi, kebebasan,nilai, dan norma. b. Hidup dan Mati Manusia memiliki kesadaran diri bahwa ia akan mati, tetapi berusaha mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati dan melakukan usaha-usaha yang tidak sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian. c. Ketidaksempurnaan dan Kesempurnaan Manusia mampu mengonsepsikan realisasi diri yang sempurna. Tetapi, karena hidup itu singkat, maka kesempurnaan tidak dapat dicapai. Ada orang berusaha memecahkan dikotomi ini dengan mengisi rentang sejarah hidupnya dengan prestasi di bidang kemanusiaan atau meyakini dalil kelanjutan perkembangan sesudah kematian. d. Kesendirian dan Kebersamaan Manusia adalah pribadi yang mandiri tetapi tidak bisa menerima kesendirian. Manusia menyadari diri sebagai individu yang terpisah namun pada saat yang sama menyadari kalau kebahagiaannya bergantung pada kebersamaan dengan orang lain. Dilema ini tidak pernah terselesaikan. Namun, orang harus berusaha menjembatani dualisme ini agar tidak menjadi gila. Dualisme-dualisme tersebut adalah aspek binatang dan manusia, kehidupan dan kematian, ketidaksempurnaan dan kesempurnaan, kesendirian dan kebersamaan yang semuanya merupakan kondisi dasar eksistensi manusia. Pemahaman tentang jiwa manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensi manusia. Kondisi yang dibawa sejak lahir antara tesa-antitesa eksistensi manusia disebut dilema eksistensi. Di satu sisi manusia berjuang untuk bebas, menguasai lingkungan dengan hakikat kemanusiaannya. Tetapi di sisis lain, kebebasan itu memperbudak manusia dengan memisahan hakikat kebinatangan dari akar-akar alamiahnya. Dinamika kehidupan bergerak tanpa henti, seolah-olah manusia bakal hidup abadi. Setiap orang tanpa sadar mengingkari kematian yang kekal dan berusaha bertahan di dunia yang fana. Mereka menciptakan citacita ideal yang tidak pernah dapat dicapai dengan cara mengejar kesempurnaan sebagai kompensasi perasaan ketidaksempurnaan. anak yang berjuang untuk memperoleh otonomi diri mungkin merasakan kesendirian yang membuatnya merasa tidak berdaya dan kesepian. Begitu juga masyarakat yang berjuang untuk merdeka mungkin merasa lebih terancam oleh 7

8 isolasi dari bangsa lain. Dengan kata lain, kemandirian dan kebebasan yang diinginkan justru menjadi beban. Ada dua cara yang dilakukan untuk menghindari dilema eksistensi ini yaitu: 1) Menerima otoritas dari luar dengan tunduk kepada penguasa dan menyesuaikan diri dengan masyarakat. Manusia menjadi budak (dari penguasa negara) untuk mendapatkan perlindungan atau rasa aman. 2) Bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerjasama, meciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama dalam masyarakat yang lebih baik. 3. Kebutuhan Manusia Umumnya kata ''kebutuhan'' diartikan sebagai kebutuhan fisik. Sedangkan Fromm memandangnya sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit. Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia yang menurut Fromm meliputi dua kelompok kebutuhan: a. Pertama, kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu dan kebutuhan untuk menjadi otonom yang terdiri dari kebutuhan relatedness, rootedness, transcendense, unity, dan identity. b. Kedua, kebutuhan memahami dunia dengan di landasi tujuan dan memanfaatkan sifat unik manusia yang terdiri dari kebutuhan frame of orientation, frame of devotion, excitation stimulation, dan effectiveness. Selanjutnya dibawah ini rincian kebutuhan-kebutuhan di atas sebagai berikut: 1) Kebutuhan kebebasan dan keterikatan. Kebutuhan-kebutuhan ini terdiri atas berikut ini: a) Keterhubungan (relatedness) Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri. Kebutuhan untuk bergabung dengan mahkluk lain yang dicintai dan menjadi bagian dari sesuatu. Dalam hal ini akan muncul keinginan rasional untuk mempertahankan hubungan yang pertama yakni hubungan dengan ibu yang diwujudkan ke dalam perasaan solidaritas dengan orang lain. Hubungan yang memuaskan akan bernilai positif apabila hubungan tersebut di dasarkan pada cinta, perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pengertian dari orang lain, dapat juga bersifat negatif apabila hubungan tersebut didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan. 8

9 b) Keberakaran (rootedness) Kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman di dunia (merasa seperti di rumahnya). Manusia menjadi asing dengan dunianya karena dua alasan. Pertama, ia direnggut dari akar-akar keterhubungannya oleh situasi (ketika manusia dilahirkan, ia menjadi sendirian dan kehilangan ikatan alaminya). Kedua, pikiran dan kebebasan yang dikembangkannya sendiri justru memutus ikatan alami dan menimbulkan perasaan isolasi atau tak berdaya. keberakaran adalah kebutuhan untuk mengikat diri dengan kehidupan. Setiap saat, orang dihadapkan kepada dunia baru yang mengharuskan tetap aktif dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia. Dengan demikian, ia akan tetap merasa aman, tidak cemas, berada di tengah-tengah dunia yang penuh ancaman. Orang dapat membuat ikatan fiksasi yang tidak sehat yakni mengidentifikasikan diri dengan situasi dan tidak mau bergerak maju untuk membuat ikatan dengan dunia baru. c) Menjadi Pencipta (transcendency) Karena individu menyadari diri sendiri dari lingkungannya, mereka kemudian mengenali betapa kuat dan menakutkan alam semesta itu yang membuatnya merasa tak berdaya. Orang ingin mengatasi perasaan takut dan ketidakpastian menghadapi kemaraan dan ketakmenentuan semesta. Orang membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat pasif dari penguasaan alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari mahkluk ciptaan menjadi pencipta. Seperti halnya keterhubungan, transendensi bisa positif (menciptakan sesuatu) atau negatif (menghancurkan sesuatu). d) Kesatuan (unity) Kebutuhan ini bertujuan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakikat binatang dan non binatang dalam diri seseorang. Keterpisahan, kesepian, dan isolasi semuanya bersumber dari kemandirian dan kemerdekaan ''untuk apa orang mengejar kemandirian dan kemerdekaan kalau hasilnya justru kesepian dan isolasi''. Dari dilema ini muncul kebutuhan unitas. Orang dapat mencapai unitas, memperoleh kepuasan (tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri) kalau hakikat kebinatangan dan kemanusiaan itu bisa didamaikan dan hanya berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya dengan cara berbagi cinta dan kerjasama dengan orang lain. e) Identitas (identity) Kebutuhan untuk menjadi ''aku'', kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus merasakan kemampuan untuk mengontrol nasibnya 9

10 sendiri, harus bisa membuat keputusan, dan merasa bahwa hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri. Misalnya, orang primitif mengidentifikasikan diri dengan sukunya sehingga ia tidak melihat dirinya sebagai bagian yang terpisah dari kelompoknya. 2) Kebutuhan untuk memahami dan bereaktifitas. Kebutuhan-kebutuhan ini terdiri atas berikut ini: a. Kerangka Orientasi (frame of orientation) Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakannya yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa. b. Kerangka Kesetiaan (frame of devotion) Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak. Manusia membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya, sesuatu yang membuat hidupnya menjadi bermakna. Kerangka pengabdian adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup menjadi dasar dari nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan. c. Keterangsangan stimulasi (excitation stimulation) Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf dan untuk menfaatkan kemampuan otak. Manusia tidak hanya membutuhkan stimulus sederhana (misalnya makanan) tetapi stimulus yang mengaktifkan jiwa (misal puisi atau hukum fisika). Stimulus tidak cukup hanya direspons saat itu tetapi harus direspons secara aktif, produktif, dan berkerlanjutan. d. Keefektifan (effectivity) Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi atau kemampuan. 4. Mekanisme Melarikan Diri dari Kebebasan Masyarakat kapitalis kontemporer menempatkan orang sebagai korban dari pekerjaan mereka sendiri. Konflik antara kecenderungan mandiri dan ketidakberdayaan dapat merusak kesehatan mental. Menurut Fromm, ciri orang normal atau sehat mental adalah orang yang mampu bekerja produktif sesuai tuntutan lingkungan sosialnya dan sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm, normal berarti keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu. 10

11 Terdapat dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan yaitu sebagai berikut: a. Mencapai kebebasan positif dengan berusaha menyatu dengan orang lain tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi. Ini adalah pendekatan optimistik dan altruistik yang menghubungkan diri dengan orang lain melalui kerja dan cinta, melalui ekspresi perasaan dan kemampuan intelektual yang tulus dan terbuka. Fromm menyebutnya dengan pendekatan humanistik karena membuat orang tidak merasa kesepian dan tertekan ketika semua orang menjadi saudara dengan yang lain. b. Memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulatbulat individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman. Solusi semacam ini dapat menghilangkan kecemasan yang disebabkan oleh kesendirian dan ketidakberdayaan. Namun, menjadi negatif karena tidak mengijinkan orang mengekspresikan dan mengembangkan diri. Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung dibawah kekuatan lain disebut Fromm sebagai mekanisme pelarian. Apabila mekanisme pelarian ini hanya digunakan sekali masih dianggap normal, baik secara individual maupun kolektif. Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting yaitu: otoritarianisme, destruktif, dan konformitas. 1) Otoritarianisme (authoritarianism) Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian diri dan menggabungkannya dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya demi memperoleh kekuatan yang tidak dimilikinya. Kebutuhan untuk bergabung dengan mitra yang memiliki kekuatan bisa merupakan masokisme ataupun sadisme. Masokisme merupakan hasil dari perasaan dasar tidak berdaya, lemah, dan inferior yang kekuatannya tertuju atau menindas dirinya. Masokisme merupakan bentuk tersembunyi dari perjuangan memperoleh cinta dan kesetiaan tetapi tidak memberi sumbangan positif pada kemandirian. Sedangkan sadisme dipakai untuk meredakan kecemaan dasar melalui penyatuan diri dengan orang lain atau institusi. Sadisme juga merupakan bentuk neurotis yang lebih parah dan lebih berbahaya (karena mengancam orang lain) daripada masokisme. 2) Pengrusakan (destructiveness) Destruktif berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan tak berdaya. Orang yang destruktif mencari kekuatan dengan cara tidak membangun hubungan dengan pihak luar, tetapi melalui usaha membalas atau merusak kekuatan orang lain. Individu maupun negara 11

12 dapat menggunakan strategi destruktif, merusak orang atau objek dalam rangka memperoleh perasaan kuat yang hilang. 3) Penyesuaian (conformity) Bentuk pelarian dari perasaan kesepian dari isolasi berupa penyerahan individualitas dan menjadi apa saja seperti yang diinginkan kekuatan dari luar. Orang menjadi robot merespons sesuatu persis seperti yang direncanakan dan menuruti kemauan orang lain. 12

13 Daftar Pustaka Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7 th ed.) USA: MC Graw Hill. Fudyartanta, K., (2012). Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 13

Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis

Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis Modul ke: Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Eric Fromm Pandangan Eric Fromm: Keberadaan manusia

Lebih terperinci

TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM

TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM A. Sejarah Singkat Erich Fromm lahir di Frankfrut, Jerman, pada tanggal 23 Maret 1900 dan belajar psikologi dan sosiologi di Universitas Heidelberg, Frankfrut dan Munich.

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL FOR THE LOVE OF MY SON KARYA MARGARET DAVIS (KAJIAN KEPRIBADIAN MARXIAN ERICH FROMM )

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL FOR THE LOVE OF MY SON KARYA MARGARET DAVIS (KAJIAN KEPRIBADIAN MARXIAN ERICH FROMM ) KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL FOR THE LOVE OF MY SON KARYA MARGARET DAVIS (KAJIAN KEPRIBADIAN MARXIAN ERICH FROMM ) Felisia Purnawanti Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana

Lebih terperinci

HUMANISTIC PSYCHOANALITIC

HUMANISTIC PSYCHOANALITIC Modul ke: HUMANISTIC PSYCHOANALITIC ERICH FROMM Fakultas PSIKOLOGI Fransisca M. Sidabutar, M.Psi Program Studi Psikologi Latar Belakang Seorang Yahudi yang lahir di Jerman PD I nasionalisme ekstrem?? :

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Konsep manusia dari Erich Fromm merujuk pada pandangan yang bersifat

BAB V PENUTUP. 1. Konsep manusia dari Erich Fromm merujuk pada pandangan yang bersifat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep manusia dari Erich Fromm merujuk pada pandangan yang bersifat antropologico-philosophies, dengan berada pada dua persimpangan yaitu pandangan manusia yang mendasarkan

Lebih terperinci

Erich Fromm H U M A N I S T I C P S Y C H O A N A L Y S I S. Manusia yang sehat secara mental menemukan jawaban atas keberadaan mereka.

Erich Fromm H U M A N I S T I C P S Y C H O A N A L Y S I S. Manusia yang sehat secara mental menemukan jawaban atas keberadaan mereka. Erich Fromm H U M A N I S T I C P S Y C H O A N A L Y S I S Manusia yang sehat secara mental menemukan jawaban atas keberadaan mereka. Individu yang sehat mampu menemukan cara bersatu kembali dengan dunia.

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Pandangan Murray sangat holistik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, psikologi adalah salah satu disiplin ilmu yang amat penting dipelajari. Namun sebagian besar teori psikologi berasal dari Barat, jadi besar

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Relasi Objek Teori Relasi Objek: 1. Pentingnya pola

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian

Psikologi Kepribadian MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori Melanie Klein,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA BAHAN TAYANG MODUL 7 SEMESTER GASAL 2016 Fakultas FAKULTAS TEKNIK RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik SIPIL www.mercubuana.ac.id Dalam bahasa

Lebih terperinci

MODEL KEPRIBADIAN SEHAT. Lia Aulia Fachrial, M.SI

MODEL KEPRIBADIAN SEHAT. Lia Aulia Fachrial, M.SI MODEL KEPRIBADIAN SEHAT Lia Aulia Fachrial, M.SI Tujuan Mengenali ciri-ciri individu yang sehat memiliki kepribadian sehat berdasarkan teoriteori psikologi Mampu membuat perbedaan antara individu yang

Lebih terperinci

Mengapa Sosialisme? Albert Einstein

Mengapa Sosialisme? Albert Einstein Mengapa Sosialisme? Albert Einstein Apakah pantas bagi seseorang yang bukan merupakan pakar di bidang persoalan sosial dan ekonomi mengemukakan pandangannya berkaitan dengan sosialisme? Karena berbagai

Lebih terperinci

NATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme

NATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme NATURALISME Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penolakan Sosial 2.1.1 Konsep Penolakan Sosial Penolakan merupakan keadaan yang sangat umum dan berpotensi untuk menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima

Lebih terperinci

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro KEMITRAAN SEKOLAH Workshop Strategi Pengembangan Mutu Sekolah Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah diselenggarakan Prodi S2 Manajemen Pendidikan dan S3 Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gordon Allport: Prinsip dasar tingkah laku:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Empati 2.1.1 Definisi Empati Empati merupakan suatu proses memahami perasaan orang lain dan ikut merasakan apa yang orang lain alami. Empati tidak hanya sebatas memasuki dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Manusia sebagai Pelaku Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Broadcasting Sofia Aunul Abstract Pemahaman komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan model konseling kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Secara uji statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Ego Kreatif Ego kreatif:

Lebih terperinci

PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA

PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA JURUSAN PPB FIP UPI BANDUNG 1999 I PENDAHULUAN A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharpakan : 1. mampu melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z Karakteristik manusia komunikan Rahmawati Z Kenalilah Dirimu. Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai psikolog, kita memandang komunikasi justru pada perilaku manusia komunikasi.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana-S1 Psikologi Disusun oleh: YULIANA FATMA SARI F 100 040

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AGAMA & NEGARA

HUBUNGAN AGAMA & NEGARA KEWARGANEGARAAN Modul ke: HUBUNGAN AGAMA & NEGARA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA POKOK BAHASAN: 1. PENGERTIAN AGAMA 2. HAKEKAT AGAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Didalam karya

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah media penghantar individu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu solusi atau upaya yang dibuat agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci

MENJADI MANUSIA OTENTIK

MENJADI MANUSIA OTENTIK MENJADI MANUSIA OTENTIK Penulis : Reza A.A. Wattimena G. Edwi Nugrohadi A. Untung Subagya Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap

Lebih terperinci

RADIKALISME AGAMA (Suatu Pendekatan Sosiologi) Oleh: Abu Hapsin, Ph.D.

RADIKALISME AGAMA (Suatu Pendekatan Sosiologi) Oleh: Abu Hapsin, Ph.D. RADIKALISME AGAMA (Suatu Pendekatan Sosiologi) Oleh: Abu Hapsin, Ph.D. Ilmu Sosial: agama sebagai fakta sosial yang memiliki banyak dimensi. Antropologi: banyak prilaku keagamaan yang berasal dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dalam mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia, tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi 9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme NATURALISME (1) Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI KEPRIBADIAN 1 KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI KEPRIBADIAN 1 KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 2 SKS TIU : Agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai serta teori-teori psikologi 1 Hakekat Psikologi Kepribadian 1. Macam-macam istilah Psikologi Kepribadian pengertian watak, tempe ramen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak saja dinilai sebagai karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak saja dinilai sebagai karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra di tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadirannya telah diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Karya sastra tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang 152 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang makna hidup pada pekerja seks komersial (PSK), diperoleh bahwa : a. The Freedom

Lebih terperinci

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme Nasionalisme adalah rasa kesadaran untuk berbangsa dan bernegara sendiri secara berdaulat. Menurut Dr. Hertz, nasionalisme mengandung empat unsur yaitu sebagai berikut:

Lebih terperinci

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

Alfred Adler. Individual Psychology

Alfred Adler. Individual Psychology Alfred Adler Individual Psychology Manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior, suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan kepada orang lain. Manusia

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Dinamisme (the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH BAGI POLITIK HUKUM. Negara perlu disatu sisi karena Negara merupakan institusi pelembagaan kepentingan umum dan di lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA BY: BASYARIAH LUBIS, AMKeb, sst, mkes Makhluk Yang Utuh atau paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial & Spiritual. Makhluk Biologis : Sistem organ tubuh Lahir, tumbang,

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD Berbagai pengertian dan pengembangan pendidikan Islam yang disampaikan oleh beberapa ahli pendidikan

Lebih terperinci

Perbandingan ideologi pancasila dengan Ideologi lain

Perbandingan ideologi pancasila dengan Ideologi lain Modul ke: Perbandingan ideologi pancasila dengan Ideologi lain Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pancasila Sebagai Ideologi Negara pendahuluan Perbandingan

Lebih terperinci

Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya

Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya bahwa semua kebahagiaan yang kita alami berasal dari objek materi dan kita mencurahkan seluruh hidup kita untuk mengejarnya, maka kita dikendalikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan

Lebih terperinci

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA 1. Pendekatan Sosiologi Terhadap Agama. Beberapa cara melihat agama; menurut Soedjito (1977) ada empat cara, yaitu: memahami atau melihat sejarah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh kemampuannya dalam mengembangkan serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

PERIMBANGAN KEKUASAAN DALAM KEPEMIMPINAN ORGANISASIONAL

PERIMBANGAN KEKUASAAN DALAM KEPEMIMPINAN ORGANISASIONAL PERIMBANGAN KEKUASAAN DALAM KEPEMIMPINAN ORGANISASIONAL Dewasa ini tuntutan masyarakat dunia akan penegakkan hak asasi manusia semakin menguat. Namun bagaimana hal tersebut dapat dimplementasikan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai proses pembinaan dan bimbingan yang dilakukan seseorang secara terus-menerus kepada anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Lebih terperinci

Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental

Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental Arief Budiman * KALAU kita melihat pengalaman beberapa negara di Asia Timur, khususnya Korea Selatan dan Taiwan di satu pihak (yang mengambil jalan kapitalisme)

Lebih terperinci

KARAKTER INKLUSIF SEBAGAI KUNCI PRIBADI YANG SEHAT SECARA MENTAL. Y. Heri Widodo Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

KARAKTER INKLUSIF SEBAGAI KUNCI PRIBADI YANG SEHAT SECARA MENTAL. Y. Heri Widodo Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. KARAKTER INKLUSIF SEBAGAI KUNCI PRIBADI YANG SEHAT SECARA MENTAL Y. Heri Widodo Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Abstrak Salah satu ciri mendasar sehat mental adalah kemampuan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia dengan kemampuan berbeda-beda dengan rencana yang. kesialan atau kekurangan dengan istilah cacat.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia dengan kemampuan berbeda-beda dengan rencana yang. kesialan atau kekurangan dengan istilah cacat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu sangat mendambakan dirinya terlahir dalam keadaan sempurna jasmani dan rohani. Dengan kesempurnaannya tersebut, ia akan berkembang secara wajar,

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD 1 A. Pengantar RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD Oleh: D. Tiala Berbicara mengenai Psikoanalisis, maka kita tidak akan terlepas dari nama seorang tokoh klasik terkenal, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci