BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut H.W Fowler dalam Abu Ahmadi (2008:1), IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejalagejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes dalam Abu Ahmadi (2008:1) menyatakan IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Ditinjau dari fisiknya, IPA adalah ilmu pengetahuan yang objek telaahnya adalah alam dengan segala isinya termasuk bumi, tumbuhan, hewan serta manusia. Jika dilihat dari namanya IPA diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat dari kejadian yang terjadi di alam. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau mahkluk hidup, tetapi juga cara berfikir, cara kerja, dan cara memecahkan. Ada tiga unsur utama IPA yaitu produk, proses, dan sikap. Menurut Srini Srikandar (1996:2), hakikat IPA sebagai produk yaitu kumpulan hasil kegiatan empirik dan hasil analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta, konsep, prinsip, dan teori IPA. Jika ditelaah lebih lanjut maka fakta merupakan hasil dari kegiatan empirik dalam IPA. Sedangkan konsep, prinsip, dan teori merupakan hasil kegiatan analitik. 6

2 7 Selain IPA sebagai produk, pada prakteknya IPA tidak dapat dipisahkan dari metode-metode penelitian. Sehingga IPA dikatakan sebagai proses, dimana dilakukan untuk memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikanya. Menurut Srini Iskandar (1996:5), keterampilan proses IPA meliputi mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, membuat grafik atau data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. Sedangkan sikap yang dimaksud dalam hakikat IPA yaitu rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Dari ketiga unsur yang terkandung dalam IPA merupakan ciri IPA yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain Pembelajaran IPA Pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang alam sekitar, yang dipelajari dari fakta, prinsip, dan proses penemuan. Pengetahuan siswa tentang alam dapat mencetak siswa dalam bersikap ilmiah. Namun materi IPA yang diberikan harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan yaitu materi IPA yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkatan kelas, sehingga pengusaan pengetahuan tentang IPA dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk kelestarian lingkungan alam sekitar. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA

3 8 diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP, 2007:13). Dari penjelasan tersebut pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dan siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses. Menurut Wahyana (Trianto,2012:144) keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai pengerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Funk (dalam Trianto,2012:144) membagi keterampilan proses menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan proses tingkat dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses tingkat dasar meliputi: observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inferensi. Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi menentukan variabel, menyusun tabel data, menyusun garfik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesa, menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan, dan melakukan eksperimen. Keterampilan proses dalam pembelajaran IPA menekankan pada keterampilan-keterampilan berfikir yang dapat dikembangkan pada anak. Dengan mengembangkan keterampilanketerampilan proses IPA, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap nilai yang dituntut (Trianto,2012:148). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi keterampilan dasar dan keterampilan terpadu. Kedua keterampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah dalam menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

4 9 hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA, maka perlu diciptakan kondisi yang mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu dibimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum yang terdapat dalam taksonomi bloom (dalam Trianto 2012:142), bahwa diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu pembelajaran IPA juga diharapkan untuk memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi. Berdasarkan uraian diatas tentang pembelajaran IPA, maka Trianto (2012:143) mengemukakan tentang hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain : (1) kesadaran akan keindahan alam untuk meningkatkan kayakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam serta hubungan saling ketergantungan, (3) keterampilan dan kemampuan untuk menangani

5 10 peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi, (4) sikap ilmiah yaitu kritis, sensitif, obyektif, jujur, terbuka, benar, dan dapat bekerja sama, (5) kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam, (6) apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. Dengan demikian, jelas bahwa proses pembelajaran IPA menekankan pada pendekatan ketrampilan proses dan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi serta menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap diri siswa sendiri dan kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Oleh karena itu, dengan adanya pembelajaran IPA sangatlah penting untuk diberikan di sekolah dasar, karena IPA sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu tujuan mata pelajaran IPA di sekolah dasar adalah agar siswa dapat menghargai alam yang ada di sekitar lingkungan siswa dengan cara melestarikan dan memanfaatkannya, sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Menurut Roger,dkk (dalam Miftahul, 2013:29) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Miftahul, 2013:31), pembelajaran kooperatif berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok bersama-sama berusaha dalam mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Singkatnya pembelajaran kooperatif

6 11 mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang digunakan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling banyak diaplikasikan dan digunakan dalam pembelajaran IPA, Matematika, IPS. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas Johns Hopkins. Menurut Slavin (2008:143) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur heterogen, heterogen dari prestasi belajar, jenis kelamin, dan etnis. Materi dirancang untuk belajar kelompok, siswa bekerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersama-sama berdiskusi dan saling membantu dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini melibatkan kompetisi antarkelompok. Didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggungjawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2012:51). Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat atau lima orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan suku (Rusman, 2012:213). Slavin (2008:12) memaparkan bahwa Gagasan utama STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis. Hasil kuis diberi skor dan dibandingkan dengan skor dasar untuk menentukan skor peningkatan individu dan skor tim. Kelompok merupakan tampilan yang paling penting dari STAD dan

7 12 penting pula bagi guru dalam rangka mengarahkan anggota masing-masing kelompok. Menurut Slavin (2008: ) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja kelompok/tim, kuis, skor kemajuan individu, dan penghargaan kelompok. Komponen atau langkah-langkah tersebut adalah : a. Tahap Penyajian Materi/ Presentasi Kelas Pada tahap ini, materi yang akan diajarkan diperkenalkan dalam presentasi kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang dilakukan guru. Guru memulai pengajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang dimiliki. b. Tahap Kelompok/ Tim Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada komponen ini menekankan kerja sama antar anggota kelompok untuk memperoleh point yang terbaik untuk tim, dan tim pun juga harus melakukan yang terbaik untuk membantu setiap anggota kelompoknya. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan yang lebih penting yaitu mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Sehingga untuk membantu proses pembelajaran ini, guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain sambil mengajukan pertanyaan dan memotivasi siswa untuk menjelaskan jawabannya. c. Kuis Kuis ini dilakukan satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. d. Skor Kemajuan Individual Gagasan dari skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat. Perolehan skor ini diperoleh dari perbandingan antara skor awal (pretest) sebelum diadakan pembelajaran dengan skor yang diperoleh siswa setelah diadakan pembelajaran model STAD (posttest). Berdasarkan pretest, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.

8 13 Tabel 1 Kriteria Pemberian Skor Perkembangan Individu No Skor Tes Skor Perkembangan 1 Lebih dari 10 point di bawah skor awal 5 2 Antara 10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10 3 Skor awal sampai 10 point di atas skor awal 20 4 Lebih dari 10 point di atas skor awal 30 5 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor 30 awal) Sumber: Slavin (2008:159) e. Rekognisi Tim Salah satu hal yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan memberikan sebuah penghargaan. Begitu pula dalam kelompok, penghargaan yang diberikan dapat membuat kelompok menjadi kompak dan lebih aktif dalam belajar. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Adapun kriteria dapat ditunjukkan dalam tabel dibawah ini. Tabel 2 Kriteria Tingkat Penghargaan Kelompok Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan 15 Tim Baik 16 Tim Sangat Baik 17 Tim Super Sumber: Slavin (2008:160) Pentingnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu melatih siswa untuk bekerja sama dalam kelompok. Gilles dan Ashman (dalam Miftahul, 2013:266) menyatakan bahwa siswa berada dalam kelompok yang sudah terlatih ternyata bisa bekerja dengan lebih kooperatif, lebih mampu membantu temantemannya, dan memperoleh nilai akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belum terlatih sama sekali. Sehingga dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini membantu siswa untuk meningkatkan efektivitas belajar demi memperoleh hasil belajar yang maksimal.

9 14 Konsekuensi positif dalam penerapan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD ini yaitu siswa diberi kebebasan untuk terlibat aktif dan adanya kerjasama antar anggota kelompok untuk mencapai hasil yang baik. Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam IPA yaitu siswa dikelompokkan ke dalam 4-5 kelompok yang bersifat heterogen. Kemudian guru menyajikan materi pelajaran yang akan diajarkan. Dalam kelompok tersebut guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan bersama anggota kelompoknya. Siswa yang bisa mengerjakan tugas atau soal menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Kemudian guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis atau pertanyaan, siswa tidak boleh saling ada kerjasama dengan siswa lain. Dengan adanya kuis atau pertanyaan tersebut, guru memberikan penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai atau point tertinggi. Untuk mengetahui efektivitas siswa dalam belajar IPA, maka kemudian dilakukan evaluasi kepada siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran STAD berbantuan PowerPoint diharapkan dapat meningkatkan efektivitas siswa dalam belajar IPA. Seiring dengan perkembangan teknologi guru dituntut untuk menjadi fasilitator yang kreatif dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kemajuan teknologi. Salah satu media yang digunakan adalah PowerPoint. Penggunaan media pembelajaran PowerPoint dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dan tepat, salah satunya yaitu model pembelajaran STAD. Media PowerPoint digunakan pada saat tahap guru menyajikan materi pelajaran, sehingga waktu yang digunakan untuk menyajikan materi juga dapat diperjelas dengan media pembelajaran PowerPoint. Menurut Susilana dan Riyana (2011:20-21), mengemukakan bahwa : Program PowerPoint salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage).

10 15 Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase sebagai berikut Tabel 3 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase 2 Menyajikan informasi. Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberi penghargaan Sumber: Rusman (2012:211) Kegiatan Guru Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/meminta presentasi hasil kerja kepada kelompok. Menghargai upaya dan hasil belajar individu dan kelompok. Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 (2007:1) pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dikemas berdasarkan prosedur yang tepat dan sesuai. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didi untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik (Rusman, 2012:5). RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

11 16 pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan satuan pendidikan. 1) Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Rusman, 2012:7). 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (Rusman, 2012:7). 3) Kegiatan Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik serta tindak lanjut (Rusman, 2012:7) Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, maka pelaksanaan atau penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan PowerPoint dalam pelaksanaan pembelajaran IPA sesuai dengan standar proses yaitu. 1. Kegiatan Pendahuluan a. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. b. Mengajukan pertanyaan - pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan c. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

12 17 d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus. 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Guru melibatkan siswa melalui tanya jawab untuk menggali pengetahuan yang siswa ketahui berhubungan dengan materi pembelajaran IPA. 2) Guru menyajikan materi dalam pelajaran IPA dengan menggunakan media PowerPoint. * 3) Guru membagi kelas ke dalam enam kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima siswa yang bersifat heterogen.* 4) Guru memfasilitasi siswa dengan membagikan lembar kerja kegiatan diskusi seperti yang terlampir, sebagai pedoman untuk kerja kelompok.* b. Elaborasi 1) Melalui lembar kerja kegiatan seperti yang terlampir, siswa melakukan diskusi dengan kerja tim kelompok untuk memunculkan gagasan-gagasan baru secara tertulis berkaitan dengan materi pembelajaran IPA.* 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mencari contoh atau masalah yang berbeda yang sudah dijelaskan guru dalam pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan melalui diskusi dan saling membantu dalam kelompok.* 3) Guru memberikan panduan lembar kerja diskusi dalam membuat laporan hasil kerja kelompok secara tertulis.* 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkompetisi secara sehat antarkelompok mulai dari membuat laporan hasil kerja kelompok sampai presentasi hasil kerja masing-masing kelompok untuk memperoleh skor terbaik dalam kelompok.* c. Konfirmasi 1) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan terhadap hasil kerja masing-masing kelompok.

13 18 2) Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. 3) Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. 4) Guru memberikan penghargaan kepada tim atau kelompok yang memperoleh skor tertinggi.* 3. Kegiatan Penutup a. Guru memberikan tes secara individu tentang materi yang dipelajari untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh siswa selama pembelajaran.* b. Guru memberikan skor atau penilaian kepada setiap individu.* c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. d. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Keterangan: tanda * menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan PowerPoint Efektivitas Belajar Efektivitas merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 219), efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Menurut Roestiyah (1998) mengatakan efektivitas belajar adalah tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan instruksional khusus yang telah ditetapkan pendidik. Tujuan instruksional khusus merupakan perilaku yang ingin dicapai oleh siswa pada saat proses belajar mengajar (Hamdani, 2011:154). Tingkat pencapaian tujuan instruksional khusus tersebut pada umumnya berupa skor hasil belajar. Dengan adanya tujuan instruksional ini diharapkan siswa mampu mencapai tiga ranah tujuan pengajaran yaitu kognitif, afektif, dan

14 19 psikomotorik (Hamdani, 2011: ). Metode pengajaran dianggap efektif jika lebih banyak tujuan instruksional khusus yang dirumuskan tercapai. Menurut The Liang Gie (1981:36), efektivitas adalah berhubungan dengan hasil-hasil yang dicapai. Sedangkan menurut Yeni (2008:9-10), efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan atau terwujudnya suatu keinginan dari suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sesuai dengan rencana. Dengan kata lain efektivitas dapat juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh apabila tugas dapat selesai dengan cara-cara yang telah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. Menurut Hamzah dan Nurdin (2011:173), pembelajaran dianggap efektif apabila skor yang dicapai siswa memenuhi batas minimal kompetensi yang telah dirumuskan. Sedangkan menurut Yusuf dalam Hamzah dan Nurdin (2011: ) memandang bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan prosedur yang tepat. Dengan demikian efektivitas dalam pembelajaran harus selalu ditingkatkan demi meningkatkan tujuan pendidikan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efektivitas belajar dalam rangka mencapai ketuntasan belajar yaitu kriteria ketuntasan minimal (KKM), seorang guru harus pandai dalam memilih model pembelajaran yang digunakan, salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam efektivitas pembelajaran, menekankan proses belajar siswa secara aktif dan adanya kerjasama antar anggota kelompok untuk mencapai hasil atau skor yang baik dalam kelompok. Selain itu juga dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa (Miftahul, 2013:32). Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Sehingga dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini membantu siswa untuk meningkatkan efektivitas belajar demi memperoleh ketuntasan belajar yang maksimal. Menurut Hamdani

15 20 (2010:60), faktor-faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar yaitu model pembelajaran, peran guru, dan peran siswa dalam pembelajaran. Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran efektivitas belajar terdapat dua istilah yang perlu diperhatikan yaitu validasi dan evaluasi. Rae (2008:12) mengemukakan bahwa validasi dapat dilihat dari dua sisi yaitu intern dan ekstern. Validasi intern merupakan serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti apakah suatu program pendidikan telah tercapai sasaran yang telah ditentukan. Adapun validasi ekternal merupakan serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti apakah sasaran perilaku dari suatu persiapan mengajar intern telah valid. Wina (2008:244) mengemukakan evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa. Melalui evaluasi siswa akan mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang dilakukan. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu dilakukannya. Menurut Wina (2008:87), pengembangan alat evaluasi memiliki dua fungsi utama yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk melihat sejauh mana efektivitas program yang telah disusun oleh guru, oleh sebab itu hasil evaluasi formatif dimanfaatkan untuk perbaikan program pembelajaran. Sedangkan evaluasi sumatif digunakan untuk memperoleh informasi keberhasilan siswa mencapai kompetensi, yang fungsinya sebagai bahan akuntabilitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini disebabkan melalui evaluasi yang tepat, kita dapat menentukan efektivitas program dan keberhasilan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Wina, 2008:240). Made Wena (2012:6) mengemukakan efektivitas belajar diukur dari tingkat pencapaian siswa, dan terdapat empat indikator untuk mendiskripsikannya, yaitu 1) kecermatan penguasan perilaku yang dipelajari, 2) kecepatan unjuk kerja, 3) tingkat alih belajar, dan 4) tingkat retensi. Menurut Umi Mahmudah dan Muntari (2011:21-22), kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari sering disebut dengan tingkat kesalahan unjuk kerja. Semakin cermat siswa menguasai perilaku yang dipelajari, semakin efektif pembelajaran yang telah dijalankan. Atau

16 21 dengan kata lain, semakin kecil tingkat kesalahan, berarti semakin efektif pembelajaran. Sedangkan kecepatan unjuk kerja dikaitkan dengan jumlah waktu yang diperlukan dalam menampilkan unjuk-kerja, semakin cepat siswa menampilkan unjuk kerja, semakin efektif pembelajaran. Untuk indikator tingkat alih belajar merupakan kemampuan siswa dalam melakukan alih belajar dari apa yang telah dikuasainya ke hal lain yang serupa. Semakin cermat penguasaan siswa pada unjuk kerja tertentu, maka semakin besar peluangnya untuk melakukan alih belajar pada unjuk kerja yang sejenis. Sehingga semakin tinggi kualitas hasil yang diperlihatkan siswa, semakin besar peluang keberhasilan dalam melakukan alih belajar pada hasil unjuk kerja. Dan indikator yang keempat tingkat retensi yaitu jumlah unjuk kerja yang masih mampu ditampilkan siswa setelah selang periode waktu tertentu. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan sesuatu yang berpengaruh dan mendapat hasil serta ukuran seberapa jauh target yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan prosedur yang tepat yaitu kecermatan penguasan perilaku yang dipelajari, kecepatan unjuk kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi. Sehingga efektivitas dalam pembelajaran harus selalu ditingkatkan demi meningkatkan tujuan pendidikan. Untuk mengukur efektivitas belajar, dalam penelitian ini menggunakan evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan untuk melihat sejauh mana efektivitas program yang telah disusun oleh guru, sehingga hasil evaluasi formatif dimanfaatkan untuk perbaikan program pembelajaran Menurut Muhibbin Syah (2008:15), faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam : 1. Faktor internal (faktor dari dalam diri) yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan sekitar siswa

17 22 3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang dgunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor di atas dalam banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, seorang guru yang berkompeten dan profesional diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar siswa PowerPoint PowerPoint merupakan salah satu program dalam Microsoft Office. Microsoft Office PowerPoint adalah salah satu jenis program yang tergabung dalam Microsoft office. Microsoft Office PowerPoint merupakan program aplikasi yang dirancang secara khusus untuk menampilkan program multimedia. Hal ini sebagaimana dikemukakan Riyana (2008:102) sebagai berikut: Program Microsoft Office PowerPoint adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relative murah karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan data. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Microsoft Office PowerPoint adalah perangkat lunak yang mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, penggunaan serta relatif murah. Riyana (2008:102) mengatakan Microsoft Office PowerPoint memiliki kemampuan untuk menggabungkan berbagai unsur media seperti pengolahan teks, warna, gambar, grafik, serta animasi. Pada umumnya Microsoft Office PowerPoint digunakan untuk presentasi dalam classical learning, karena Microsoft Office PowerPoint merupakan program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi. Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa Microsoft Office PowerPoint yang digunakan untuk presentasi dalam classical learning disebut personal presentation. Microsoft Office PowerPoint pada pola penyajian ini

18 23 digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk menyampaikan materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru. Penggunaan media PowerPoint dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA yaitu pada saat guru menyajikan materi pelajaran. Materi yang disajikan dalam PowerPoint dapat berupa gambar, animasi, maupun teks. Dengan penggunaan powerpoint ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas siswa dalam belajar IPA. Ada semangat untuk memperhatikan guru dalam menjelaskan serta partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Bagaimana Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam Meningkatkan Efektifitas Belajar Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Untuk meningkatkan efektivitas belajar, model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini mengharuskan siswa aktif untuk bekerja sama dan saling bergantung secara positif antarsatu sama lain dalam konteks struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward. Menurut Miftahul (2013) gagasan dibalik pembelajaran ini adalah bagaimana materi pelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat bekerja sama untuk mencapai sasaran-sasaran pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2011:244) ciri khas pembelajaran kooperatif yaitu menekankan kepada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Menurut Hamdani (2011:165), ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, yaitu sebagai berikut. a. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim, dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. b. Para siswa tergabung dalam suatu kelompok dan harus bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan berhasil tidaknya

19 24 kelompok itu menjadi tanggungjawab bersama oleh seluruh anggota kelompok. c. Untuk mencapai hasil yang maksimal, para siswa yang tergabung dalam kelompok harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapi. Komposisi kelompok dan proses interaksi antarsiswa mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kelompok (Miftahul, 2013). Keaktifan belajar siswa dan kerjasama dalam kelompok sangat berpengaruh besar terhadap efektivitas belajar siswa yang merujuk pada hasil belajar. Dengan demikian diharapkan dapat terjadi interaksi dan kerjasama siswa dalam kelompok pada saat proses belajar mengajar, serta interaksi siswa dengan guru. Selain itu motivasi yang diberikan kepada siswa dengan cara melibatkan siswa aktif akan membuat siswa lebih memahami dan mengerti konsep-konsep IPA dengan benar. Karena siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar, tingkat keberhasilan dalam mengerjakan kuis yang diberikan akan lebih meningkat dibandingkan dengan siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian diatas, efektivitas belajar IPA dengan penerapan model pembelajaran STAD akan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Maka perlu adanya model pembelajaran yang inovatif dalam kegiatan pembelajaran. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Faindatin Nikmah tahun 2000, dengan penelitian tindakan kelas dan menggunakan tiga siklus. Hasil kajian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD dapat meningkatkan prestasi hasil belajar matematika. Siswa menjadi lebih berani dalam bertanya, berani berpendapat, dan berani untuk beragumentasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Seno tahun 2010 dengan menggunakan dua siklus. Hasil kajian dalam penelitian ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Hal ini terlihat pada rata-rata kelas yaitu pada awal (pra siklus) 47,60, pada siklus I rata-rata kelas naik menjadi 66,40. Terjadi peningkatan sebesar 18,80 atau 39,49 % dari kondisi awal. Dan pada siklus II nilai rata-rata naik menjadi 73,20, yaitu terjadi peningkatan 6,80 atau 10,24 % dari siklus I.

20 25 Hasil kajian dari kedua penelitian diatas tentang penerapan model pembelajaran STAD yaitu adanya perubahan yang siswa alami setelah diterapkan model STAD dalam proses pembelajaran. Ini terlihat dari peningkatan setiap siklusnya. Sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan PowerPoint. Dimana pembelajaran kooperatif tipe STAD ini mempunyai kelebihan dalam proses belajar mengajar, yaitu adanya kerjasama dalam kelompok untuk berkompetisi memperoleh penghargaan. Disamping itu pula, dalam proses belajar dipadukan dengan penggunaan media PowerPoint dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan PowerPoint dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa serta efektivitas belajar siswa dalam mencapai ketuntasan belajar pun akan meningkat. 2.3 Kerangka Berfikir Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan PowerPoint pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan siswa untuk aktif, kreatif, berpikir kritis, dan kerjasama untuk membantu teman dalam kelompok kecil. Selain itu memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif STAD yaitu untuk meningkatkan kecakapan individu dan kelompok, meningkatkan komitmen dan kerjasama. Disamping itu pula dalam model STAD terdapat persaingan atau kompetisi sehat antar kelompok untuk memperoleh skor tertinggi. Dengan adanya kompetisi atau persaingan antar kelompok tentu akan meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam model STAD ini dipadukan dengan menggunakan PowerPoint dalam menyajikan materi, dan dengan adanya media PowerPoint diharapkan siswa dapat tertarik untuk mengikuti pembelajaran IPA dengan baik.

21 26 Oleh karena itu jika guru menerapkan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbantuan PowerPoint dalam pembelajaran maka dapat membangun minat siswa untuk belajar IPA dan efektivitas belajar IPA pun juga akan meningkat. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. 1. Jika dalam proses pembelajaran guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbatuan PowerPoint diduga dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa kelas 4 SD Negeri Ujung-ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2012/ Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan PowerPoint disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan standar proses yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan inti memuat kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pembelajaran yang demikian diduga dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa karena adanya kerjasama siswa dalam kelompok yaitu siswa berdiskusi dengan timnya untuk memunculkan gagasan-gagasan baru dan siswa dituntut aktif dalam membuat hasil kerja dengan menemukan sesuatu yang bermakna dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya serta berkompetisi antar kelompok untuk memperoleh penghargaan atas kinerja siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh siswa selama pembelajaran, pada kegiatan penutup guru mengadakan kuis. Dengan berbantuan PowerPoint dalam guru menyajikan materi, memberi semangat siswa untuk memperhatikan penjelasan guru dan partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ujung-ujung 03 yang terletak di Dusun Mukus Desa Ujung-ujung Kecamatan Pabelan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut H. W. Fowler (Trianto 2010:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENGEMBANGAN KBM Menurut BSNP: Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu yang termasuk mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar. Terdapat berbagai aspek dalam ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang diperoleh tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Tipe STAD 2.1.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Mohamad Nur (2011:1) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi kurikulum, tetapi banyak juga yang mengemukakan bahwa pembelajaran itu sendiri merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Pembelajaran Matematika di SD BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, dalam menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi deskripsi kondisi awal, deskripsi hasil siklus I, deskripsi hasil perbaikan pada siklus II, pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Menurut Slameto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Pengertian matematika menurut Glover (2006) yaitu Matematika merupakan suatu pelajaran mengenai angka-angka, pola-pola, dan bangun.

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Dr. Syamsurizal PELATIHAN PEMBELAJARAN AKTIF DI UNIVERSITAS JAMBI 14 sd 17 NOPEMBER 2011 Usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah laku, melaui interaksi dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa IPA berhubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

Kelompok Materi : Materi Pokok

Kelompok Materi : Materi Pokok Silabus Pelatihan Silabus Pelatihan Kelompok Materi : Materi Pokok 87 Materi Pelatihan Alokasi Waktu :. d. Inspirasi Pembelajaran melalui Tayangan Video : JP (90 menit) No Kompetensi Uraian Materi Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi di era modern ini. Dalam mempelajari matematika tidak cukup bila hanya dibaca dihafal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Belajar Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan

Lebih terperinci

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMAN 5 METRO Wari Prastiti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan atau membangun manusia dan hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat melainkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Eggen dan Kauchak (dalam Artanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 mengenai standar proses, pelaksanaan pembelajaran di sekolah terdiri atas tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan di Indonesia peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu perbuatan atau proses yang didalamnya berupa pengalaman belajar langsung dalam sepanjang hidup baik didalam lingkungan atau yang diselenggarakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Segala upaya yang dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA Gagne (1992:3) menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan zaman sekarang ini, banyak siswa mulai malas belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga kerap sekali banyak siswa yang kurang memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan. Dalam kehidupan bernegara pendidikan memegang peran sentral guna menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan jiwa manusia untuk berkembang sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Pendidikan juga merupakan faktor pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sekarang ini sedang mengalami berbagai macam permasalahan, terutama yang erat kaitannya dengan sumber daya manusia yakni guru dan siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan untuk mampu melahirkan sumber daya manusia yang dapat memenuhi tuntutan global. Matematika

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, sehingga menimbulkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Kemmis (dalam Rochiati, 2008) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Kondisi awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning Tipe STAD diketahui ketuntasan hasil belajar IPA semester I kelas

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran berbasis masalah merupakan kegiatan belajar yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi masalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci