Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)"

Transkripsi

1 Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) URL : JMP Online Vol 1, No. 10, Kresna BIP. ISSN ANALISIS KELANCARAN PROSEDURAL SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI OPERASI ALJABAR Felisia Anindya Larasati 1, Tri Nova Hasti Yunianta 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK Dikirim : 22 Desember 2017 Revisi pertama :22 Desember 2017 Diterima : 26 Desember 2017 Tersedia online : 27 Desember 2017 Kata Kunci : Kelancaran Prosedural, Matematika, Prosedural Fluency, Operasi Aljabar felisiaanindya@gmail.com 1, trinova.yunianta@staff.uksw.edu 2 Kelancaran prosedural merupakan salah satu faktor pendukung bagi siswa untuk mahir dalam belajar matematika. Analisis mengenai kelancaran prosedural penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelancaran prosedural matematika yang dimiliki siswa SMP terkhususnya pada materi operasi hitung aljabar. Subjek dari penelitian ini adalah tiga siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga yang telah belajar materi aljabar. Subjek dipilih secara acak berdasarkan tingkat kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Metode dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Instrumen yang digunakan berupa soal isian berupa tabel yang sudah disediakan dan harus dikerjakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Analisis kelancaran prosedural ini menggunakan tiga kriteria penilaian yaitu skor aktual, kemampuan penyelesaian, serta ketepatan subjek dalam menjawab soal operasi aljabar. Data kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk nilai persentase rata-rata dan didapati hasil bahwa, subjek dengan kemampuan matematika tinggi memiliki rata-rata skor pada tes pertama sebesar 84,56% dan tes kedua sebesar 90,29%, subjek dengan kemampuan matematika sedang memiliki rata-rata skor pada tes pertama sebesar 80,89% dan tes kedua sebesar 88,88% dan subjek dengan kemampuan matematika rendah memiliki rata-rata skor pada tes pertama sebesar 45,34% dan tes kedua sebesar 46,54%. Felisia Anindya Larasati 995

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelancaran prosedural merupakan satu diantara beberapa faktor yang mendukung kesuksesan dalam belajar matematika, dan kelancaran prosedural merupakan komponen penting dalam kecakapan matematis siswa (Klipatrick, 2001 : 116). Findell (2001 : 121) meyatakan bahwa kelancaran prosedural dapat digambarkan sebagai keterampilan serta kemampuan siswa dalam melaksanakan pengetahuan mengenai prosedur, serta kemampuan dalam membangun fleksibilitas, keakuratan, serta efisiensi dalam menyelesaikan suatu masalah. Tanpa kelancaran prosedur yang cukup, siswa mengalami kesuliatan memperdalam pemahaman mereka tentang ide-ide matematika atau memecahkan masalah matematika (Aprianti, 2014 : 2). Menurut National Council of Teachers of Mathematics (2014 : 1), untuk mengembangkan kelancaran prosedural, siswa membutuhkan pengalaman dalam mengaitkan konsep dan prosedur, serta membangun prosedur yang sudah dikenal, karena mereka menciptakan strategi dan prosedur informal mereka sendiri. Siswa membutuhkan kesempatan untuk membenarkan strategi informal dan prosedur yang biasa digunakan secara matematis, untuk mendukung dan membenarkan pilihan mereka mengenai prosedur yang tepat, dan untuk memperkuat pemahaman dan keterampilan mereka melalui praktik terdistribusi. Kenyataannya, masih ditemukan siswa yang belum menggunakan kemampuan proseduralnya dengan maksimal, dan ditunjukkan dengan siswa yang sering salah dalam mengerjakan soal matematika. Hasil penelitian Haryanti (2013) menunjukkan bahwa dari hasil tes yang diberikan pada penelitiannya menggambarkan presentase kesulitan materi matematika pada siswa salah satunya adalah operasi pada bilangan bulat. Hasil presentase pengetahuan prosedural pada tes pertama dan kedua yang dilakukan, didapatkan bahwa pada materi bilangan bulat, siswa masih berada pada 0% dengan kata lain siswa masih mengalami kesulitan dalam materi operasi bilangan bulat dan siswa banyak melakukan kesalahan prosedur dalam perhitungan. Penelitian Limardani (2015) mengenai kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal operasi aljabar juga menunjukkan bahwa 47,0% siswa SMP Negeri 4 Jember masih kesulitan dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan operasi aljabar. Penelitian-penelitian tersebut didukung oleh hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada siswa SMP yang sudah pernah belajar mengenai materi aljabar di salah satu sekolah di Salatiga, siswa cenderung kesulitan dalam mengerjakan soal operasi aljabar yang merupakan materi pelajaran matematika SMP. Gambar 1. Hasil Jawaban Siswa Mengerjakan Soal Operasi Aljabar Felisia Anindya Larasati 996

3 Ketika diberikan soal operasi aljabar, siswa mampu menyelesaikan soal tersebut tetapi jawaban yang diberikan masih salah. Contoh hasil pekerjaan siswa terlihat pada Gambar 1. Hasil dari pekerjaan siswa menunjukkan siswa belum memahami konsep pengurangan bilangan bulat negatif, yang ditunjukkan dengan. Seharusnya hasil yang diperoleh siswa adalah. Karena kurangnya kelancaran prosedural tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan negatif, berakibat hasil yang dikerjakan pada soal operasi aljabar masih salah. Selain penelitian pendukung yang telah dipaparkan diatas, terdapat penelitian lain yang dilakukan terkait dengan kelancaran prosedural matematika siswa yaitu penelitian Stott (2012) yang berjudul A Quick Tool for Tracking Procedural Fluency Progress in Grade 2, 3, and 4 Learners. Tujuan penelitian adalah untuk memantau kamajuan kelancaran prosedural (procedural fluency) peserta didik dalam serangkaian kegiatan yang cepat dan mudah untuk mengelola dan menandai, serta kegiatan tersebut memungkinkan seseorang untuk melihat seberapa cepat peserta didik menjawab dalam waktu yang sudah ditentukan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, analisis mengenai kelancara n prosedural penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kelancaran prosedural matematika pada siswa SMP, berkaitan dengan perlunya siswa memiliki pengetahuan yang mendalam dan fleksibel mengenai berbagai prosedur khususnya pada mata pelajaran matematika materi operasi aljabar. Oleh karena itu, dipandang perlu meneliti tentang Analisis Kelancaran Prosedural Matematika Siswa SMP pada Materi Operasi Aljabar. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana analisis kelancaran prosedural matematika siswa SMP pada materi operasi aljabar?. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah untuk mengetahui kelancaran prosedural matematika siswa SMP pada materi operasi aljabar. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pembelajaran matematika dalam mengetahui sejauh mana kelancaran matematika siswa SMP pada materi operasi aljabar. 2) Bagi siswa, untuk mengembangkan kelancaran prosedural siswa SMP dalam mengerjakan soal matematika terkhusus pada materi operasi aljabar. 3) Bagi guru bidang studi matematika, dapat digunakan sebagai umpan balik untuk mengetahui sejauh mana kelancaran prosedural siswa SMP dalam mempelajari operasi aljabar. Felisia Anindya Larasati 997

4 4) Menambah wawasan guru untuk selanjutnya menerapkan metode mengajar yang menunjang kelancaran prosedural siswa dalam pembelajaran matematika di SMP. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kelancaran Prosedural Kelancaran prosedural adalah kemampuan untuk menerapkan prosedur secara akurat, efisien, dan fleksibel; untuk mentransfer prosedur ke berbagai masalah dan konteks; untuk membangun atau memodifikasi prosedur dari prosedur lain; dan untuk mengenali kapan suatu strategi atau prosedur lebih tepat diterapkan daripada yang lain (NCTM, 2014 : 2). Kelancaran prosedural sering menjadi perhatian dalam bidang matematika di sekolah. Kelancaran perhitungan dalam matematika diartikan lebih dari kecepatan dan akurasi yang sebelumnya telah dianggap sebagai patokan dalam matematika. Pengetahuan prosedural merupakan urutan dari tindakan yang di dalamnya melibatkan aturan dan algoritma (Hiebert & Leverve, 1986). Koneksi minimal yang diperlukan untuk mengkreasi representasi internal dari suatu prosedur adalah koneksi keterkaitan tindakan dalam prosedur itu. Russell (2000 : 156) menjelaskan bahwa ada kebutuhan untuk menyeimbangkan keduanya, keterampilan dan pemahaman untuk memastikan peserta didik dalam mengembangkan baik kompetensi prosedural maupun pemahaman, dimana siswa harus berusaha untuk menghubungkan antara pemahaman konseptual dan kemampuan berhitung. Bahr & de Garcia (2010 : 154) membagi tiga aspek kelancaran prosedural. Pertama, efisiensi secara tidak langsung menyatakan bahwa siswa tidak terhenti pada langkah-langkah yang banyak dan tidak kehilangan arah dalam strategi berlogika. Kedua, keakuratan tergantung pada beberapa aspek dari proses pemecahan masalah, pengetahuan kombinasi bilangan, dan memperhatikan hasil dari pengecekan yang berulang. Ketiga, fleksibilitas memerlukan pengetahuan pendekatan yang lebih dari satu untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Fleksibel yang dimaksud adalah saat siswa menyelesaian suatu masalah, ia dapat memilih satu di antara strategi maupun metode yang ada dan sesuai untuk mengecek ulang hasilnya. Implemantasi Kelancaran Prosedural Tanpa kelancaran prosedural yang memadai, siswa mengalami kesulitan dalam memperdalam pemahaman mereka tentang ide matematika atau pemecahan masalah matematika. Perhatian mereka terfokus untuk mengerjakan hasil yang harus mereka ingat atau hitung dan mempersulit mereka melihat hubungan penting. Siswa membutuhkan belajar melatih keterampilannya dengan baik sehingga mereka juga dapat mengembangkan untaian kemampuan lainnya. Saat siswa mempraktikkan prosedur yang tidak mereka mengerti, ada cara berbahaya yang akan meraka praktikkan dengan prosedur yang salah, sehingga membuatnya lebih sulit untuk mempelajari yang benar. Misalnya pada suatu tes standar kelas 2 nasional untuk masalah pengurangan dua digit yang membutuhkan pinjaman sebagai =?, adalah 38% benar. Banyak anak mengurangkan digit Felisia Anindya Larasati 998

5 yang lebih kecil dari digit yang lebih besar di setiap kolom untuk mendapatkan 26 sebagai perbedaan antara 62 dan 48 (lihat Gambar 2). Gambar 2. Kesalahan Dalam Pengurangan Jika siswa belajar mengurangi dengan pemahaman, mereka jarang membuat kesalahan ini. Selanjutnya, ketika siswa mempelajari sebuah prosedur tanpa pemahaman, mereka membutuhkan latihan yang ekstensif agar tidak melupakan langkah-langkahnya. Jika siswa mengerti melakukannya, mereka cenderung tidak melupakan langkah-langkah kritis dan lebih cenderung dapat merekonstruksi ketika mereka melakukannya. Oleh karena itu, pergeseran penekanan untuk belajar dengan pemahaman bisa dalam jangka panjang mengarah ke tingkat yang lebih tinggi daripada keterampilan yang bisa dicapai dengan latihan sendiri. Siswa yang belajar prosedur tanpa pemahaman biasanya tidak bisa melakukan lebih dari menerapkan prosedur yang dipelajari, sedangkan siswa yang belajar dengan pemahaman dapat memodifikasi atau menyesuaikan prosedur agar lebih mudah menggunakan. Misalnya, siswa dengan pemahaman terbatas akan pertambahan biasanya membutuhkan kertas dan pensil untuk menambahkan 598 dan 647. Siswa dengan lebih banyak pemahaman akan menyadari bahwa 598 hanya 2 kurang dari 600, jadi mereka mungkin mambahkan 600 dan 647 dan kemudian dikurangi 2 dari jumlah itu. METODE PENILITIAN Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penelitian ini juga memerlukan tindakan yang diteliti pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau objek yang diteliti mendekati kebenarannya. Penelitian deskriptif tidak menguji hipotesis dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif yang berupa argumentasi dan opini (Wicaksono, 2013 : 20). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kristen 2 Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Agustus Subjek dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013 : 53-54), dalam hal ini adalah siswa kelas VIII dengan syarat sudah belajar mengenai materi aljabar. Subjek diambil 3 orang secara acak dari kelas 8A sampai 8D dengan kategori berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah dengan melihat nilai mata pelajaran matematika dan dibantu oleh guru matematika yang mengampu kelas tersebut untuk mengetahui kemampuan matematika subjek. Pada penelitian ini, soal yang diujikan berupa soal isian dengan cara melengkapi tabel yang sudah disediakan. Soal terdiri dari 98 soal dan dibagi menjadi empat bagian kegiatan yaitu 30 soal penjumlahan aljabar, 30 soal pengurangan aljabar, Felisia Anindya Larasati 999

6 13 soal perkalian aljabar, dan 25 soal pembagian aljabar. Alokasi waktu yang digunakan adalah 8 menit untuk soal penjumlahan aljabar, 9 menit untuk soal pengurangan aljabar, 7 menit untuk soal perkalian aljabar, dan 7 menit untuk pembagian aljabar. Soal yang dibuat berdasarkan materi yang sudah diajarkan oleh guru pengampu mata pelajaran matematika dan dibuat sesuai dengan kisi-kisi buku yang dipakai dalam pembelajaran, serta alokasi waktu disesuaikan dengan mengujicobakan terlebih dahulu kepada siswa kelas VIII. Soal yang akan dipakai terlebih dahulu divalidasi oleh validator ahli. Hasil pekerjaan subjek diperoleh secara bertahap dengan empat kali pertemuan, dimana pada pertemuan pertama subjek mengerjakan soal penjumlahan, pertemuan kedua subjek mengerjakan soal pengurangan, pertemuan ketiga subjek mengerjakan soal perkalian dan pertemuan keempat subjek mengerjakan soal pembagian dengan dua kali pengerjaan soal pada setiap pertemuan. Hasil pekerjaan siswa yang telah terkumpul kemudian dilakukan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan kelancaran prosedural siswa dalam mengerjakan soal operasi aljabar. Keabsahan data juga diuji menggunakan triangulasi sumber dimana pengumpulan data dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber data adalah siswa, guru, dan dosen. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama dalam proses pengumpulan data yang dapat memberikan interpretasi langsung terhadap realita yang ditemukan, sehingga diperoleh informasi yang lebih dalam terkait prosedural siswa. Instrumen lain yang digunakan adalah soal operasi aljabar yang disusun dalam bentuk tabel dan disesuaikan dengan materi yang telah diajarkan kepada subjek. Data yang diharapkan dari pelaksanaan tes operasi aljabar berupa hasil pekerjaan siswa pada lembar kerja yang sudah disediakan untuk kemudian dianalisis hasilnya. Tabel 1 adalah sepenggal contoh dari seluruh rangkaian kegiatan yang diberikan. Tabel 1. Contoh Lembar Kerja Tes Soal Operasi Aljabar Kegiatan Contoh Penjumlahan Lengkapi tabel di bawah ini dengan cara menjumlahkan! + 3x - 5 2x - 5y - 5 5y 1 Pengurangan Lengkapi tabel di bawah ini dengan cara mengurangkan! 3a - 5-2a 5b 1 3a 5b Felisia Anindya Larasati 1000

7 Lanjutan Tabel 1. Contoh Lembar Kerja Tes Soal Operasi Aljabar Perkalian Lengkapi tabel di bawah ini dengan cara mengalikan! 5 2y 3x 2 x 5x 4y 2 2 (3x 1) = 6x x x Pembagian Lengkapi tabel di bawah ini dengan cara membagi! 15z 3 9z 2 6z 3 z 3z Sumber : Data Primer (2017) Tes soal operasi aljabar dibuat dengan tingkatan soal yang beragam yaitu dari mudah sampai sedang dengan pengerjaan secara bertahap. Soal operasi aljabar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dibuat dan dikerjakan dengan cara mengoperasikan satu suku dengan satu suku sampai tiga suku dengan tiga suku. Tujuan soal dibuat secara bertahap adalah untuk menguji kemampuan menerapkan prosedur secara akurat, efisien, dan fleksibel dalam mengerjakan soal operasi aljabar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data Hasil Pekerjaan Subjek Analisis data dilakukan secara mendalam hanya dengan melihat hasil pekerjaan siswa, karena data yang akan dianalisis adalah kelancaran prosedural siswa dalam mengerjakan soal operasi aljabar berdasarkan perolehan nilai siswa dengan waktu yang telah ditentukan pada soal. Hasil pekerjaan siswa akan dinilai sesuai dengan jumlah soal serta dengan melihat ketepatan siswa dalam menuliskan jawaban. Dalam setiap bagian soal terdapat tiga kriteria penilaian untuk mengetahui peningkatan kelancaran prosedural siswa. Tiga kriteria penilaian yang berbeda ini di antaranya adalah: 1) Skor sebenarnya yaitu penilaian yang dilakukan dengan melihat jawaban benar dalam keseluruhan soal. 2) Kemampuan penyelesaian yaitu penilaian yang dilakukan berdasarkan jumlah soal keseluruhan yang dapat dikerjakan siswa. 3) Ketepatan yaitu penilaian yang dilakukan dengan menilai jumlah jawaban yang benar dari soal yang telah berhasil dikerjakan siswa. Perolehan nilai yang dihasilkan menunjukkan seberapa cepat siswa mempelajari materi soal yang diujikan dan seberapa akurat pekerjaan siswa. Secara khusus, persentase penyelesaian dan akurasi memungkinkan pelacakan efisisensi dan keakuratan. Tingkat penyelesaian berasal dari kecepatan (atau seberapa efisien peserta didik bekerja) pada soal yang terjawab dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Tingkat akurasi berasal dari jumlah jawaban yang benar dari soal yang berhasil dikerjakan pada saat itu (Stott, 2013; Stott & Graven, 2013). Nilai yang didapatkan Felisia Anindya Larasati 1001

8 Presentase Felisia Anindya Larasati / JMP Online Vol. 1 No. 10 Desember (2017) juga akan dibandingkan dari kegiatan pertama dan kedua untuk melihat bagaimana kemajuan subjek dalam mengerjakan soal. Hasil penilaian yang telah dilakukan dapat digambarkan dalam Tabel 2. Dari Tabel 2, dapat terlihat bahwa kemampuan menyelesaikan soal operasi aljabar setiap anak dengan kemampuan matematika yang bervariasi adalah berbeda. Setelah dilakukan tes sebanyak dua tahap, dapat dilihat perkembangan setiap anak dalam menyelesaikan 98 soal pada setiap tahapan tes melaui persentase yang akan dijelaskan dalam Grafik 1, Grafik 2, dan Grafik 3. Tabel 2. Kriteria Penilaian Keterampilan Prosedural Kriteria Penilaian Skor Sebenarnya Kemampuan Penyelesaian Ketepatan Kegiatan Test 1 Test 2 Test 1 Test 2 Test 1 Test 2 Jumlah Soal 98 soal 98 soal 98 soal 98 soal 98 soal 98 soal Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017) Subjek Tinggi Subjek Sedang Subjek Rendah 76 soal benar = 77,55% 84 soal benar = 85,71% 85 soal dikerjakan = 86,73% 91 soal dikerjakan = 92,86% 76 benar dari 85 soal yang dijawab = 89,41% 84 benar dari 91 soal yang dijawab = 92,31% 71 soal benar = 72,45% 82 soal benar = 83,67% 83 soal dikerjakan = 84,69% 91 soal dikerjakan = 92,86% 71 benar dari 83 soal yang dijawab = 85,54% 82 benar dari 91 soal yang dijawab = 90,11% 28 soal benar = 28,57% 29 soal benar = 29,59% 58 soal dikerjakan = 59,18% 62 soal dikerjakan = 63,27% 28 benar dari 58 soal yang dijawab = 48,28% 29 benar dari 62 soal yang dijawab = 46,77% Analisis Hasil Pekerjaan Tiap Subjek Dengan membandingkan tahapan tes pertama dan kedua, dapat dilihat bahwa perkembangan subjek berkemampuan matematika tinggi untuk kedua tahapan tes ini meningkat dari 77,55% sampai 85,71% dengan kenaikan sebesar 8,16 poin untuk skor sebenarnya, peningkatan juga terjadi pada kemampuan penyelesaian subjek dari 86,73% sampai 92,86% dengan peningkatan sebesar 6,13 poin, dan untuk ketepatan subjek dalam menjawab soal juga mengalami peningkatan dari 89,41% sampai 92,31% dengan peningkatan sebesar 2,9 poin menunjukkan adanya kemajuan subjek dalam mgerjakan soal operasi aljabar. 95% 90% 85% 80% 75% 70% 65% 77.55% 85.71% 92.86% 92.31% 86.73% 89.41% Skor Sebenarnya Penyelesaian Ketepatan Tes 1 Tes 2 Grafik 1. Perkembangan Subjek Berkemampuan Matematika Tinggi dalam Mengerjakan Soal Aljabar Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017) Felisia Anindya Larasati 1002

9 Presentase Presentase Felisia Anindya Larasati / JMP Online Vol. 1 No. 10 Desember (2017) Perkembanganyang meningkat juga dapat dilihat dari subjek berkemampuan matematika sedang dengan persentase dari 72,45% sampai 83,67% dengan kenaikan sebesar 11,22 poin untuk skor sebenarnya, peningkatan juga terjadi pada kemampuan penyelesaian dari 84,69% sampai 92,86% dengan peningkatan sebesar 8,17 poin, dan untuk ketepatan subjek dalam menjawab soal juga mengalami peningkatan dari 85,54% sampai 90,11% dengan peningkatan poin sebesar 4,57 poin menunjukkan adanya kemajuan subjek dalam mgerjakan soal operasi aljabar. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 83.67% 72.45% 92.86% 84.69% 85.54% 90.11% Skor Sebenarnya Penyelesaian Ketepatan Tes 1 Tes 2 Grafik 2. Perkembangan Subjek Berkemampuan Matematika Sedang dalam Mengerjakan Soal Aljabar Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017) Persentase subjek berkemampuan matematika rendah juga terlihat meningkat dari 28,57% sampai 29,59% dengan kenaikan sebesar 1,02 poin untuk skor sebenarnya, dan peningkatan juga terjadi pada kemampuan penyelesaian subjek dari 59,18% sampai 63,27% dengan peningkatan sebesar 4,09 poin, dan untuk ketepatan subjek dalam menjawab soal juga mengalami penurunan dari 48,28% ke 46,77% dengan penurunan sebesar 1,51 poin menunjukkan kecenderungan menurun dalam mengerjakan soal aljabar. 80% 60% 40% 20% 0% 28.57% 29.59% 59.18% 63.27% 48.28% 46.77% Skor Sebenarnya Penyelesaian Ketepatan Grafik 3. Perkembangan Subjek Berkemampuan Matematika Rendah dalam Mengerjakan Soal Aljabar Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017) Analisis Kemampuan Operasi Aljabar Tiap Subjek Soal operasi aljabar yang diberikan kepada subjek terdiri dari empat macam tipe soal yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Pada setiap tipe soal yang diberikan selalu dimulai dari tingkatan soal yang paling mudah sampai yang sulit dan telah disesuaikan oleh kemampuan siswa SMP. Pada tipe soal penjumlahan, soal didesain mulai dari satu suku dangan satu suku, satu suku dengan dua suku, satu suku dengan tiga suku, kemudian dua suku dengan dua suku, dua suku dengan tiga Tes 1 Tes 2 Felisia Anindya Larasati 1003

10 suku, dan tiga suku dengan tiga suku. Desain soal yang sama juga diterapkan pada operasi pengurangan dan perkalian aljabar. Hal yang serupa juga diterapkan pada pembagian aljabar namun hanya sebatas pembagian satu suku dengan satu suku, dua suku dengan satu suku, dua suku dengan dua suku, dan tiga suku dengan dua suku. Tujuan dari tingkat kesulitan soal yang dibuat bertahap pada soal ini adalah supaya subjek terbiasa berlatih dengan bermacammacam soal dengan tahapan yang runtut, sehingga dapat melatih kelancaran prosedural subjek. Ditinjau dari nilai sebenarnya dalam menjawab setiap soal operasi penjumalahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian aljabar, perkembangan kemampuan subjek dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Kemampuan Operasi Aljabar Subjek Subjek Jenis Tes Penjumlahan Pengurangan Perkalian Pembagian ST Tes 1 93,33% 56,66% 84,62% 80,00% Tes 2 100% 66,66% 92,30% 88,00% SS Tes 1 83,33% 36,67% 92,31% 92,00% Tes 2 90% 63,33% 92,31% 96,00% SR Tes 1 23,33% 20,00% 46,15% 36,00% Tes 2 23,33% 20,00% 61,54% 32,00% Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017) Pembahasan Persentase kelancaran prosedural subjek tergolong cukup dilihat dari rata-rata yang diperoleh, namun tidak semua siswa memiliki kelancaran prosedural yang sama. Dalam penelitian ini, temuan yang diperoleh adalah lembar kerja yang digunakan untuk mengecek kelancaran prosedural juga dapat digunakan untuk meningkatkan kelancaran prosedural subjek dalam mengerjakan soal operasi aljabar sehingga jika rutin dilakukan dalam pembelajaran aljabar dapat melatih siswa untuk lebih mengerti dan memahami dalam mengerjakan soal operasi aljabar. Selain itu ditemukan juga bahwa peningkatan kelancaran prosedural siswa berkemampuan matematika sedang lebih baik dibandingkan dengan kelancaran prosedural siswa berkemampuan matematika tinggi. Hal tersebut dengan melihat peningkatan skor yang diperoleh subjek berkemampuan matematika sedang sebesar 7,99 poin dan subjek berkemampuan matematika tinggi sebesar 6,07 poin dari persentase tes pertama dan kedua. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kelancaran prosedural subjek disajikan dalam bentuk nilai persentase rata-rata dan didapati hasil bahwa subjek dengan kemampuan matematika tinggi memiliki ratarata skor pada tes pertama sebesar 84,56% dan tes kedua sebesar 90,29%. Rata-rata persentase subjek dengan kemampuan matematika sedang pada tes pertama sebesar 80,89% dan tes kedua sebesar 88,88%. Subjek dengan kemampuan matematika rendah memiliki rata-rata skor pada tes pertama sebesar 45,34% dan tes kedua sebesar 46,54%. Hasil skor menunjukkan bahwa yang menjadi kelemahan subjek dalam mengerjakan operasi aljabar yaitu masih kurangnya pemahaman subjek dalam Felisia Anindya Larasati 1004

11 mengerjakan soal pengurangan aljabar karena dapat dilihat pada skor yang diperoleh untuk pengurangan aljabar masih rendah dibandingkan dengan nilai penjumlahan, perkalian, dan pembagian aljabar. Persentase yang dihasilkan subjek berkemampuan matematika tinggi sebesar 56, 66% pada tes pertama dan 66,66% pada tes kedua dalam mengerjakan pengurangan aljabar. Penilaian yang kurang juga ditunjukkan subjek berkemampuan matematika sedang dalam mengerjakan pengurangan aljabar dengan persentase 36,67% pada tes pertama dan 63,33% pada tes kedua. Kendala tersebut juga terjadi pada subjek berkemampuan matematika rendah dengan persentase penilaian yang sama untuk pengurangan aljabar yaitu hanya 20% pada tes pertama dan kedua. Persentase kamampuan operasi aljabar dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 3. Saran Persentasi kelancaran prosedural subjek tergolong baik dilihat dari rata-rata yang diperoleh, namun tidak semua siswa memiliki kelancaran prosedural yang sama. Maka saran dari penelitian ini adalah : 1. Bagi guru diharapkan selalu memberikan bimbingan kepada siswa untuk mengembangkan kelancaran proseduralnya agar lebih maksimal. 2. Bagi siswa diharpakan selalu berlatih untuk mengembangkan kemampuan matematika. DAFTAR PUSTAKA Aprianti, R. (2014). Kelancaran Prosedural Matematis Siswa dalam Materi Operasi Hitung Pecahan di SMP. Artikel Penelitian Universitas Tanjungpora Pontianak, 2. Bahr, D., & de Garcia, L. A. (2010). Doing Math In Elementary School Haryanti, D. (2013). Memperbaiki Pengetahuan dan Kemampuan Prosedural Siswa Melalui Metode Penugasan Berbasis Kesalahan. Artikel Penelitian Universitas Tanjungpura Pontianak. Hiebert, J., & Leverve, P. (1986). Conceptual and Procedural Knowledge in Mathematics. An Introductory Analysis. Klipatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington DC: National Academy Press. Limardani, L. G. (2015). Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesiakan Soal Operasi Aljabar Berdasarkan Teori Pemahaman Skemp pada Siswa VIII D SMP Negeri 4 Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa Universitas Jember. NCTM. (2014). Principles to actions: Ensuring Mathematical Success for all. National Council of Teachers of Mathematics, 1. NCTM. (2014). Procedural Fluency in Mathematics. National Council of Teachers of Mathematics, 2. Russell, S. (2000). Developing computational fluency with whole numbers. Teaching Children Mathematics, 156. Felisia Anindya Larasati 1005

12 Stott, D. (2012). A Quick Tool for Tracking Procedural Fluency Progress in Grade 2, 3, and 4 Learners. Journal of AMESA. Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Wicaksono, H. N. (2013). Analisis Kesalahan Siswa kelas V SD Negeri Salatiga 02 Pada Pokok Bahasan Soal Cerita Pecahan Semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana, 20. Felisia Anindya Larasati 1006

PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN KELANCARAN PROSEDURAL SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN KELANCARAN PROSEDURAL SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN KELANCARAN PROSEDURAL SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Asmida, Sugiatno, Asep Nursangaji Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN RINI APRIANTI NIM : F

ARTIKEL PENELITIAN RINI APRIANTI NIM : F KELANCARAN PROSEDUR MATEMATIS SISWA DALAM MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh RINI APRIANTI NIM : F04208027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita rasakan

Lebih terperinci

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Adi Asmara Prodi Pendidikan Matematika FKIP UMB Email: asmaraadi@gmail.com Abstrak Pembelajaran matematika dengan pemahaman memerlukan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP Nyemas Plisa, Bambang Hudiono, Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak Email: nyemasplisapradanita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya baik secara rasional, logis, sistematis, bernalar

Lebih terperinci

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA K POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Deni Suhendra, Sugiatno, dan Dede Suratman Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan secara sistematis,

Lebih terperinci

Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan

Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017, Hal. 270-277 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X Halaman 270 Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP Ismarwan, Bambang, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAN Email : marwanis@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengetahuan Prosedural Matematika

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengetahuan Prosedural Matematika 5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pengetahuan Prosedural Matematika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui. Prosedur adalah

Lebih terperinci

MENGATASI KESULITAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN DI SMP

MENGATASI KESULITAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN DI SMP MENGATASI KESULITAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH : MURTIWI APRILIA NIM : F04211008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA Dini Hardaningsih 1, Ika Krisdiana 2, dan Wasilatul Murtafiah 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Matematika, FPMIPA, IKIP PGRI Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP D Novi Wulandari, Zubaidah, Romal Ijuddin Program Studi Pendidikan matematika FKIP Untan Email :

Lebih terperinci

Pembentukan Karakter dan Komunikasi Matematika Melalui Model Problem Posing Berbantuan Scaffolding Materi Segitiga

Pembentukan Karakter dan Komunikasi Matematika Melalui Model Problem Posing Berbantuan Scaffolding Materi Segitiga JURNAL KREANO, ISSN : 2086-2334 Diterbitkan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 4 Nomor 1 Bulan Juni Tahun 2013 Pembentukan Karakter dan Komunikasi Matematika Melalui Model Problem Posing Berbantuan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN

Lebih terperinci

Mega Ristiana. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

Mega Ristiana. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL SISWA KELAS VII A SMP KRISTEN 02 SALATIGA Mega Ristiana Mega_ristiana@yahoo.com

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP Anggun Rizky Putri Ulandari, Bambang Hudiono, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian pengajaran di sekolah adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan terarah agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang memegang peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi. Matematika juga

Lebih terperinci

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK Nining Arum Sari, Agung Hartoyo, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email: niningarum29@yahoo.co.id Abstrak:

Lebih terperinci

MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI WAWANCARA KLINIS VIKA PUSPITASARI NIM F

MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI WAWANCARA KLINIS VIKA PUSPITASARI NIM F MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI WAWANCARA KLINIS ARTIKEL PENELITIAN Oleh : VIKA PUSPITASARI NIM F04209012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA Dian Nopitasari 1 Program Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Dewi Nurrizki, Reviandari Widyatiningtyas,

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO JURNAL Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL

DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL AA. Gde Somatanaya, Drs., M.Pd. (NIDN 0026115602) UNIVERSITAS

Lebih terperinci

POTENSI NUMBER SENSE SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS DI SMA

POTENSI NUMBER SENSE SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS DI SMA 1 POTENSI NUMBER SENSE SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS DI SMA Hani Rokhmawati, Agung Hartoyo, Dian Ahmad Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak Email: hani.rokhmawati@yahoo.com

Lebih terperinci

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA Kamarudin, Sugiatno, Dian Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email : k4m4rud1n@yahoo.co.id Abstrak:

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA Shofia Hidayah Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang shofiahidayah@gmail.com

Lebih terperinci

KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DI KELAS VII.D SMP NEGERI 51 PALEMBANG

KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DI KELAS VII.D SMP NEGERI 51 PALEMBANG KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DI KELAS VII.D SMP NEGERI 51 PALEMBANG Sicilia Firaisti 1) Yusuf Hartono 2) Cecil Hiltrimartin 3) Pendidikan Matematika, FKIP

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER Sri Irawati Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura Alamat : Jalan Raya Panglegur 3,5 KM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi matematika (mathematical communication), penalaran. (mathematical problem solving), mengaitkan ide ide (connection), dan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi matematika (mathematical communication), penalaran. (mathematical problem solving), mengaitkan ide ide (connection), dan 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika diperlukan oleh ilmu pengetahuan lain sebagai landasan berpikir dan pengembangan konsep. Dengan belajar matematika seseorang mempunyai sikap dan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN- ENDED PADA MATERI PECAHAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN- ENDED PADA MATERI PECAHAN DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN- ENDED PADA MATERI PECAHAN Yoseffin Dhian Crismasanti 202013018@student.uksw.edu Program

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA 1 Weny Atika (1), Tina Yunarti (2), Pentatito Gunowibowo (3) Pendidikan Matematika, Universitas Lampung atikaweny@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN Ikrimah Syahidatunnisa Tatang Mulyana Firdaus Departemen Pendidikan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2) ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI TURUNAN FUNGSI DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com JMP Online Vol 1, No. 10, 1021-1030. 2017 Kresna BIP. ISSN 2550-481 DESKRIPSI PENGGUNAAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN PADA PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

KESULITAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PELUANG DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

KESULITAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PELUANG DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KESULITAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PELUANG DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Uni Nurul Rahmawati, Sugiatno, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email :unnie_nurulrahmawati69@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA 1 PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA Widya Septi Prihastuti, Bambang Hudiono, dan Ade Mirza Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email: wwidyasp@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga mengenali tanda-tanda komponen, hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS Ahmad Fadillah 1 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X

PENERAPAN STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X PENERAPAN STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X Indah Oktriani Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya Email: indahoktriani@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang diperlukan dalam kehidupan manusia, karena melalui pembelajaran matematika siswa dilatih agar dapat berpikir kritis,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang kemampuan Koneksi

BAB V PEMBAHASAN. deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang kemampuan Koneksi BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV, maka pada bab ini akan dikemukan pembahasan hasil penelitian berdasarkan analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN Jurnal Euclid, vol.2, No.2, p.263 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN Fitrianto Eko Subekti, Reni Untarti, Malim Muhammad Pendidikan Matematika FKIP

Lebih terperinci

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS P - 1 Abdul Mujib 1, Erik Suparingga 2 1,2 Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah 1 mujib_umnaw@yahoo.co.id, 2 erik_umnaw@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadiannya.

Lebih terperinci

Disusun untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh YULIANA ISMAWATI JURNAL

Disusun untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh YULIANA ISMAWATI JURNAL ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SPLDV SISWA BERKEMAMPUAN TINGGI DI KELAS VIII SMP KRISTEN SATYA WACANA BERDASARKAN TAHAPAN POLYA DITINJAU DARI TINGKAT KESUKARAN SOAL JURNAL Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, yang tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam matematika saja melainkan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP Tomo, Edy Yusmin, dan Sri Riyanti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email : tomo.matematika11@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

WAWANCARA KLINIS UNTUK MENGATASI HAMBATAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENYEBUT YANG BERBEDA DI SMP PONTIANAK

WAWANCARA KLINIS UNTUK MENGATASI HAMBATAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENYEBUT YANG BERBEDA DI SMP PONTIANAK Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, Vol. 1 No.2 WAWANCARA KLINIS UNTUK MENGATASI HAMBATAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENYEBUT YANG BERBEDA DI SMP PONTIANAK Sandie Prodi

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA. Oleh :

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA. Oleh : Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.430 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA Oleh : Fitrianto Eko Subekti, Anggun Badu Kusuma Pendidikan Matematika, FKIP Universitas

Lebih terperinci

ASSESMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh: Drs. Endang Mulyana M.Pd.

ASSESMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh: Drs. Endang Mulyana M.Pd. ASSESMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh: Drs. Endang Mulyana M.Pd. A. Pendahuluan Tujuan utama asesmen dalam matematika sekolah adalah untuk mengembangkan kecakapan matematika bagi semua siswa.

Lebih terperinci

Profil Kemampuan Koneksi Matematis Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Level Kemampuan Akademik

Profil Kemampuan Koneksi Matematis Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Level Kemampuan Akademik Jurnal Analisa 3 (2) (2017) 115-129 p-issn : 2549-5135 http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/analisa/index e-issn : 2549-5143 Profil Kemampuan Koneksi Matematis Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi seseorang yang membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Bogdan & Biklen (Rahmat, 2009) menyatakan bahwa penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB II HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN KELANCARAN PROSEDURAL MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSEGI PANJANG DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN KELANCARAN PROSEDURAL MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSEGI PANJANG DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BAB II HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN KELANCARAN PROSEDURAL MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSEGI PANJANG DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Dalam kajian teori yang tersaji melalui hubungan antara pemahaman

Lebih terperinci

DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS

DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS Tri Aprianti Fauzia Dadang Juandi Tia Purniati Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT, KPK DAN FPB BAGI SISWA KELAS V SDN KESONGO 01 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT, KPK DAN FPB BAGI SISWA KELAS V SDN KESONGO 01 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT, KPK DAN FPB BAGI SISWA KELAS V SDN KESONGO 01 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG JURNAL Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS Nurul Farida 1, Rina Agustina 2 1,2 Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Alamat: Jl Ki Hajar Dewantara 15

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 104 Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA Samsul Feri

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 JEMBER SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

Lebih terperinci

PENALARAN PROPORSIONAL SISWA KELAS VII Yandika Nugraha 1, Imam Sujadi, Pangadi 2

PENALARAN PROPORSIONAL SISWA KELAS VII Yandika Nugraha 1, Imam Sujadi, Pangadi 2 Vol. 9 No. 1 (Mei) 2016, Hal. 34-47 βeta βeta 2016 ISSN: 2085-5893 http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/beta PENALARAN PROPORSIONAL SISWA KELAS VII Yandika Nugraha 1, Imam Sujadi, Pangadi 2 Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Karena selain dapat mengembangkan penalaran logis,

Lebih terperinci

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal. 97 DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Hamdan Sugilar Pendidikan matematika UIN Sunan Gunung Djati Bandung hamdansugilar@uinsgd,ac,id Dikirim: 28

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE DI MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE DI MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA Jurnal Elemen Vol. 3 No. 1, Januari 2017, hal. 49 57 KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE DI MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA Armadan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Surakarta yang beralamatkan di Jalan Kolonel Sutarto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan bagi siswa. Begitu pula bagi guru, matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit

Lebih terperinci

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK Maisaroh, Edy Yusmin, Asep Nursangaji Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari yang mudah sampai yang rumit. Hal itu berguna untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dari yang mudah sampai yang rumit. Hal itu berguna untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemecahan masalah merupakan landasan matematika di sekolah. Tanpa adanya kemampuan untuk memecahkan masalah maka kegunaan dan kekuatan ide-ide matematika,

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat. ANALISIS KESALAHAN SISWA MENURUT NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI OPERASI HITUNG PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS VII B SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA Aditya Deddy Priyoko, Tri Nova Hasti Yunianta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pada tahun 2001, National Research Council (NRC) merupakan kapasitas berfikir secara logis mengenai hubungan antara

BAB II KAJIAN TEORI. Pada tahun 2001, National Research Council (NRC) merupakan kapasitas berfikir secara logis mengenai hubungan antara 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Adaptif Menurut Depdiknas (Shadiq, 2009) ada dua hal yang sangat berkaitan dengan penalaran yaitu secara induktif dan deduktif, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL Melida Rismawati 1), Edy Bambang Irawan 2), Hery Susanto 3) 1) 2) 3) Universitas Negeri Malang melris_l@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu jalur formal, non formal dan informal (Depdiknas, 2003). Salah satu pelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat. Dampak dari perkembangan ini menuntut adanya individu-individu yang berkualitas, yaitu

Lebih terperinci

Pengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga Menggunakan Pendekatan Open-Ended di Kelas VIII MTs

Pengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga Menggunakan Pendekatan Open-Ended di Kelas VIII MTs Pengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga Menggunakan Pendekatan Open-Ended di Kelas VIII MTs Risnawati, Wahyunur Mardianita, Ruzi Rahmawati Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia Volum 2 Nomor 2 bulan September Page p-issn: e-issn:

Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia Volum 2 Nomor 2 bulan September Page p-issn: e-issn: Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia is licensed under A Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0 International License PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 9, No. 1, April 2018, Hal. 30-36 ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA Asri Dwi Kusumawati 1, Sutriyono

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL SISWA SD DALAM POKOK BAHASAN PECAHAN

ANALISIS KEMAMPUAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL SISWA SD DALAM POKOK BAHASAN PECAHAN ANALISIS KEMAMPUAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL SISWA SD DALAM POKOK BAHASAN PECAHAN Yunni Arnidha Prodi PGSD STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Jl. Makam KH. Ghalib No 112 Pringsewu Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan suatu bangsa. Hamalik (2010, hlm. 79)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA. Thesa Kandaga Universitas Pasundan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA. Thesa Kandaga Universitas Pasundan PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA Thesa Kandaga Universitas Pasundan ABSTRAK Salah satu model pembelajaran yang dipandang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Rini Petronela, Yulis Jamiah, Silvia Sayu Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email: rinipetr75@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pendekatan Indirect Instruction dengan menggunakan strategi PAIKEM. memberikan jawaban yang logis dan sesuai dengan konsep.

BAB V PENUTUP. pendekatan Indirect Instruction dengan menggunakan strategi PAIKEM. memberikan jawaban yang logis dan sesuai dengan konsep. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah memperhatikan hasil penelitian dan hasil analisis pekerjaan siswa, maka disimpulkan bahwa kemampuan penalaran adaptif siswa melalui pendekatan Indirect Instruction dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika: BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada BAB IV, maka pada bab ini akan dikemukakan pembahasan hasil penelitian berdasarkan hasil analisis deskriptif. Berikut pembahasan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Kartasura Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Depdiknas Kurikulum Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Depdiknas Kurikulum Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk bisa mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan pada kurikulum. Begitu juga pada pembelajaran matematika, guru

Lebih terperinci

KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN Fitri Kumalasari, Toto Nusantara, Cholis Sa dijah. Universitas Negeri Malang 1

KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN Fitri Kumalasari, Toto Nusantara, Cholis Sa dijah. Universitas Negeri Malang 1 KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN Fitri Kumalasari, Toto Nusantara, Cholis Sa dijah 1,2,3 Universitas Negeri Malang 1 kumalafitrisari@gmail.com, 2 toto.nusantara.fmipa@um.ac.id,

Lebih terperinci

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang Abstrak Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP IT Nurul Iman Pesawaran yang terletak di di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP IT Nurul Iman Pesawaran yang terletak di di 26 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP IT Nurul Iman Pesawaran yang terletak di di Jalan Pondok Pesantren Nurul Iman Desa Purworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBING PROMPTING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP. Agni Danaryanti, Dara Tanaffasa

PENERAPAN MODEL PROBING PROMPTING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP. Agni Danaryanti, Dara Tanaffasa EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 8-14 PENERAPAN MODEL PROBING PROMPTING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP Agni Danaryanti, Dara Tanaffasa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SUB POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII SEMESTER GENAP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara sistematis dan cermat. Penelitian kualitati adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. secara sistematis dan cermat. Penelitian kualitati adalah penelitian yang 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah memberikan gambaran tentang gejala fenomena yang diteliti secara

Lebih terperinci