BAB I PENDAHULUAN. kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek, 1990:3). Ada satu pandangan yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek, 1990:3). Ada satu pandangan yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan suatu karya yang begitu variatif. Sastra membentuk suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek, 1990:3). Ada satu pandangan yang mengatakan bahwa arti sebuah karya sastra ditentukan oleh maksud si pengarang. Kualifikasi karya sastra biasanya bertambah apabila arti sebuah karya sastra tergantung pada maksud pengarang (Sugihastuti, 2011:3-4). Dalam membedah suatu karya sastra terutama novel, seseorang bisa meneliti dan melihat berbagai aspek yang menjadi pokok masalah dalam novel tersebut. Novel ceritanya lebih kompleks dibandingkan dengan cerita pendek yang hanya menceritakan sebagian kisah yang memiliki batas maksimum. Pola dan unsur-unsur yang terdapat di dalam novel juga lebih banyak dibandingkan dengan cerita pendek. Novel yang akan diteliti merupakan jenis karya sastra roman saku. Ukurannya yang kecil praktis dibawa kemana-mana.secara fungsi, novel ini adalah sebuah bacaan ringan untuk menghibur kalangan menengah ke bawah sebagai hiburan sementara di waktu senggang karena mereka kurang mampu membeli novel keluaran Balai Pustaka yang isinya mengandung unsur pendidikan, tentunya bahasa yang dipakai juga berkelas.roman berarti karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing 1

2 2 (KBBI,2008:1180). Saku menurut konteks pada novel tersebut merupakan kantong yang terletak pada baju, celana atau rok. Jadi dapat dikatakan roman saku adalah prosa yang berisikan cerita ringan dan mudah dibawa kemana-mana karena ukurannya kecil dan dapat dimasukkan ke kantong atau saku. Novel ini lahir pada era 1960-an. Banyak novel-novel kecil berukuran kurang lebih 11x15 cm, tidak terlalu tebal diterbitkan.pengarang Jawa yang sudah mahir atau pemula ikut andil dalam pembuatan novel tersebut (Nugroho, 1996:81). Salah satu contohnya adalah Any Asmara yang kelima novelnya akan dijadikan bahan penelitian. Tahun terbit novel ini tidak selalu dicantumkan, akan tetapi dapat dilihat dari Surat Izin Penerbitan (SIP) (Nugroho, 1996:81). Nama pengarangpun seringkali disamarkan. Novel ini terbitan non-balai Pustaka sehingga tujuan dan isi dari bacaan tersebut sangat bertolak belakang. Mereka cenderung mengungkapkan masalah politik, kehidupan bermasarakat, dan terkadang juga sejarah (Widati, 2001:162). Lima novel yang akan diteliti merupakan karya Any Asmara. Lima novel karya Any Asmara yang dijadikan bahan penelitian diantaranya Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk. Lima novel tersebut mempunyai satu kesatuan tema yaitu mengenai cinta. Setiap konflik yang diciptakan pengarang pada akhirnya akan berujung kepada pengorbanan cinta.

3 Novel Pangurbanan Pengorbanan dicetak tahun 1964 dan diterbitkan oleh CV DUA-A-Yogyakarta. Terdapat 32 halaman, merupakan koleksi Perpustakaan Balai Bahasa Yogyakarta dengan nomor katalog C Asm. P. Novel Kuburan sing Angker Pemakaman yang Angker dicetak tahun 1965 dan diterbitkan oleh CV DUA-A-Yogyakarta. Novel ini terdiri dari 32 halaman yang merupakan koleksi Balai Bahasa Yogyakarta dengan nomer catalog C Asm. K. Novel Gendruwo Kali Buntung Gandarwo di Kali Buntung dicetak tahun 1968 dan diterbitkan oleh CV DUA-A-Yogyakarta. Novel ini terdiri dari 32 halaman yang merupakan koleksi Perpustakaan Jurusan Sastra Nusantara dengan nomor katalog Asm. G. Novel Tekek kok Lorek Tokek bercorak lorek di dalam bahasa Jawa Tekek kok Lorek merupakan sebuah istilah yang berarti Wong kok Nyorek Orang kok mencoreng dicetak tahun 1968 dan diterbitkan oleh CV DUA-A-Yogyakarta. Novel ini terdiri dari 30 halaman yang merupakan koleksi Balai Bahasa Yogyakarta dengan nomor katalog C Asm. T. Novel Ni Wungkuk dicetak tahun 1970 dan diterbitkan oleh CV DUA-A- Yogyakarta. Novel ini terdiri dari 36 halaman yang merupakan koleksi Balai Bahasa Yogyakarta dengan nomor katalog C Asm. N. Semua kutipan di dalam penelitian ini ditulis dengan EYD Bahasa Jawa. 3

4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, berikut rumusan masalah yang akan diajukan pada penelitian ini: 1. Bagaimana perwatakan pada setiap tokoh utama dalam lima novel karya Any Asmara diantaranya Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk? 2. Bagaimana persamaan psikis masyarakat pada waktu itu yang disampaikan oleh pengarang melalui lima karyanya yang telah diteliti di dalam penelitian ini? Kedua rumusan masalah akan peneliti ulas melalui pendekatan Psikoanalisis untuk dapat menjabarkan rumusan masalah tersebut. 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Setiap penelitian memiliki ruang lingkup penelitian untuk membatasi objek yang dikaji agar tidak melebar ke permasalahan yang lain. Pada hal ini, peneliti lebih memfokuskan pada karakter dan watak setiap tokoh utama dalam lima novel karya Any Asmara melalui Teori Fiksi Robert Stanton untuk dapat dilanjutkan ke orientasi lebih lanjut mengenai pandangan dari pengarang terhadap psikis masyarakat pada masa itu melalui penggambaran pada setiap tokohnya menurut teori psikoanalitis Carl Gustav Jung. 4

5 1.4 Tujuan Penelitian Setelah dilihat dari deskripsi yang dipaparkan pada uraian sebelumnya, sebuah penelitian pasti memiliki tujuan. Tujuan penelitian yang akan diulas berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut. Menyajikan ulang unsur struktural pada lima novel karya Any Asmara yang dititikberatkan pada penokohan tokoh utamanya. Menyajikan ulang lima novel karya Any Asmara dari sudut pandang penelitian yang lain yaitu secara psikoanalisis untuk mengulas tentang kepribadian pada setiap tokoh utama. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian lima novel karya Any Asmara tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Demikian juga dalam penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut. a. Secara Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian lima novel karya Any Asmara diantaranya Pangurbanan,Kuburan Sing Angker,Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk diharapakan dapat membantu dalam mengaplikasikan teori-teori sastra, khususnya teori psikologi dalam menganalisis sebuah karya sastra. 5

6 b. Secara Praktis Secara praktis, hasil penelitian lima novel karya Any Asmara diharapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat dalam memahami dan menghargai karya sastra seperti novel. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian lima novel karya Any Asmara diantaranya Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk sejauh pengamatan penulis belum pernah dilakukan. Namun, beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian penulis dalam bentuk skripsi terdapat tiga skripsi. Skripsi yang pertama berjudul Integrasi Kepribadian Tokoh-Tokoh Manyura Karya Yanura Nugraha : Analisis Psikologi-Analitis Carl. G. Jung. Skripsi ini ditulis oleh Sunandar pada tahun 2007 dan merupakan Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini membahas mengenai kepribadian tokoh-tokoh Manyura dan dianalisis melalui teori psikologi Carl Gustav Jung. Skripsi yang kedua berjudul Dinamika Kepribadian Tokoh Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Psikoanalisis. Skrpsi ini ditulis oleh Febriesha Gempar J.P pada tahun 2006 dan merupakan Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini membahas tentang kajian Psikoanalisis Represi Keinginan dan arus bawah sadar para tokoh-tokohnya. 6

7 Dalam skripsi tersebut juga dibahas tentang arus bawah sadar yang mempengaruhi mekanisme pertahanan para tokoh-tokohnya. Skripsi yang ketiga berjudul Struktur Novel Jagate Wis Peteng Karya Any Asmara. Skripsi ini ditulis oleh Ernaningsih pada tahun Skripsi Jurusan Sastra Nusantara Universitas Gadjah Mada, membahas mengenai struktur novel Jagate Wis Peteng. 1.7 Landasan Teori Teori dan pendekatan sangat diperlukan dalam suatu objek penelitian. Teori merupakan pisau yang harus digunakan untuk membelah suatu objek, tentunya objek dan pisau yang kita gunakan harus sesuai untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam membedah kelima novel karya Any Asmara di atas, maka kelima novel tersebut dapat dibedah (analisis) dari sudut pandang lain di antaranya melalui pendekatan atau teori Psikologi. Analisis struktural dibutuhkan terlebih dahulu untuk membedah masalah penokohan dalam penelitian ini. Mekanisme yang akan dilakukan adalah menganalisis tokoh terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pembahasan masalah psikoanalisisnya. 7

8 1.7.1 Tokoh dan Penokohan Penokohan adalah salah satu unsur terpenting di dalam sebuah karya. Ibarat sebuah rumah, tokoh merupakan suatu pondasi yang harus dirancang dan dibangun terlebih dahulu. Tokoh dan penokohan merupakan sebuah karakter. Menurut Robert Stanton dalam bukunya Teori Fiksi (An Introductin to Fiction), mengatakan bahwa karakter dibagi menjadi dua konteks. Konteks pertama, karakter yang merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter yang merujuk pada berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individuindividu tersebut. Dalam buku Teori Fiksi Robert Stanton, pembagian konteks karakter terdapat di dalam pernyataan berikut. Tema karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita konteks kedua, karakter marujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut (Robert Stanton via Sugihastuti, 2007:33). Tokoh di dalam peranannya dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama yaitu tokoh yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung di dalam cerita. Tokoh tambahan yaitu tokoh yang kemunculannya hanya sedikit. Tokoh tambahan hanya muncul jika dianggap terkait dengan tokoh utama. 8

9 1.7.2 Teori Psikoanalisis Pendekatan psikologi pada awal mulanya lebih dekat dengan pendekatan biografis dibandingkan dengan pendekatan yang bersifat sosiologis, sebab analisis yang dilakukannya cenderung memanfaatkan data-data personal (Syuropati, 2011:62). Psikoanalisis adalah sistem menyeluruh dalam psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud untuk menangani orang-orang yang mengalami neurosis dan masalah mental lainnya. Penelitian ini akan mengangkat teori psikoanalisis menurut Carl Gustav Jung. Motivasi awal Carl Gustav Jung menyelidiki tipologi manusia adalah keinginannya untuk mengerti dan memahami pandangan Sigmund Freud tentang gangguan mental. Sedangkan, ada pandangan berbeda dari Sigmund Freud yang dicetuskan oleh Alfred Adler sehingga membuat Carl Gustav Jung mengkaji lebih dalam teori Sigmund Freud dan Alfred Adler (Naisaban,2003:4). Alfred Adler menyatakan ada satu daya motivasi yang mempengaruhi semua bentuk perilaku dan pengalaman manusia. Daya motivasi tersebut disebut Dorongan ke arah kesempurnaan. Daya tersebut mendorong manusia memenuhi semua potensi dan keinginan yang ada di dalam dirinya, sehingga seorang manusia dapat semakin dekat dengan apa yang diidealkan (Syuropati, 2011:108). Teori psikologi pertama kali dicetuskan oleh Sigmund Freud. Dia lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiburg, kota kecil di daerah Moravia, sekarang termauk Cekoslowakia. Sigmund Freud pernah belajar ilmu kedokteran di London. Sigmund 9

10 Freud bekerja dalam laboratorium Profesor Bruecke, seorang ahli ternama dalam bidang fisiologi. Sebagai dokter, Sigmund Freud bertugas di rumah sakit umum di Wina dan memusatkan perhatiannya pada anatomi otak. Kemudian, Sigmund Freud mengadakan riset terkait kokain, sejenis obat bius. Setelah Sigmund Freud berkunjung di Berlin, Sigmund Freud menulis beberapa karangan mengenai cacat otak pada anak-anak (Freud, 1980:xv-xvi). Sigmund Freud meninggal pada tanggal 23 September 1939, di London. Sepanjang hidupnya, Sigmund Freud menghabiskan waktunya untuk berfikir dan berkarya, sehingga menjadikannya seorang yang terkenal. Teori psikologi yang dicetuskan Sigmund Freud terdapat tiga sistem kepribadian, yaitu Das Es (the id) merupakan aspek biologis, Das Ich (the ego) merupakan aspek psikologis, dan Das Ueber Ich (the super ego) merupakan aspek sosiologis (Suryabrata, 1982: ). Das Es dalam bahasa Inggris disebut the Id, merupakan aspek biologis dan sistem yang original di dalam kepribadian. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir atau unsur-unsur biologis seseorang. Fungsi dari Id sendiri adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Pengertian Das Es dapat dilihat pada pendapat Kartono seperti tampak pada kutipan sebagai berikut. Das Es, yaitu ketidaksadaran. Hal ini berupa tenaga hidup, dorongandorongan, insting-insting, dan nafsu-nafsu. Karena itu manusia disebut makhluk dorongan. Dalam Das Es ini berkuasalah prinsip kesenangan atau Lustprinzip dan semua dorongan mengarah pada pemuasan kesenangan (Kartono, 1996:128). 10

11 Demi mencapai pemuasan atau kesenangan seseorang memiliki dua alat atau proses, yaitu: a) Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya. b) Proses Primer (primair vorgang) misalnya membayangkan makanan ketika sedang lapar (Suryabrata, 1982:125). Das Ich dalam bahasa Inggris disebut the Ego merupakan aspek psikologis kepribadian yang timbul akibat kebutuhan organisme yang ingin berhubungan dengan dunia kenyataan. Misalnya, orang lapar perlu makan agar rasa laparnya dapat terobati. Perbedaan Das Es dan Das Ich adalah perlunya subyektif (dunia batin) dan obyektif (dunia nyata) untuk mengejar kenikmatan. Das Ich lebih berpegang pada kenyataan dan realita (Suryabrata, 1982: ). Pengertian Das Ich menurut Kartono ada pada kutipan di bawah ini. Das Ich, yang memiliki unsur kesadaran, yang mampu menghayati secara batiniah maupun lahiriah. Das Ich menampilkan akal budi dan pikiran, selalu siap menyesuaikan diri, dan mampu mengendalikan dorongandorongan. Das Ich menampilkan prinsip realitas, yaitu menghambat dan mengendalikan prinsip kesenangan (Kartono, 1996:129). Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi kepribadian. Hal ini dipengaruhi oleh nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat. Misalnya, ajaran yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya diaplikasikan melalui perintah dan larangan. Das Ueber Ich lebih mengarah ke kesempurnaan daripada kesenangan. Maka dari itu, Das Ueber Ich dianggap sebagai aspek moral kepribadian di dalam 11

12 masyarakat (Suryabrata, 1982: ). Pengertian Uber Ich/Ueber ich menurut Kartono ada pada kutipan di bawah ini. Uber Ich/Ueber ich, atau Aku-Ideal. Aku-Ideal ini merupakan zat yang lebih tinggi pada diri manusia, yang memberikan garis-garis pengarahan ethis dan norma-norma yang harus dianut. Salah satu fungsi terpenting dari Uber-Ich ialah: berfungsi sebagai hati nurani, yang mengontrol dan mengeritik perbuatan sendiri (Kartono, 1996:129). Berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. Pada tahun , Sigmund Freud mengobati pasiennya menggunakan metode Dr. Breuer yaitu sugesti hipnotis, kemudian dia mengembangkannya menjadi sugesti dalam keadaan sadar dan metode asosiasi bebas (Freud, 1980:xviii-xiv). Pada periode pertama, Sigmund Freud membedakan psikis ke dalam tiga struktur, yaitu yang tak sadar, yang prasadar, dan yang sadar. Yang tak sadar merupakan sesuatu yang terkena represi. Yang prasadar merupakan apa yang dilupakan, tetapi dapat diingat kembali tanpa perantara psikoanalisis. Yang sadar merupakan kesadaran. Keadaan prasadar dengan sadar dapat disebut ego (Freud, 1980:xx). Sigmund Freud membahas mengenai teori mimpi. Teori ini mengatakan bahwa mimpi merupakan jalan utama yang mengantarkan ke alam ketidaksadaran. Analisis mimpi dapat diartikan sebagai keinginan tak sadar yang muncul dalam kesadaran. Mimpi merupakan realisasi keinginan yang tertunda (Freud, 1980:xxi). Teori psikoanalisis tidak hanya dapat digunakan untuk manusia fana, akan tetapi dapat juga digunakan untuk tokoh-tokoh di dalam sebuah karya sastra. Seperti 12

13 halnya sastra, mimpi juga memiliki prosedur yang sama, yaitu dengan adanya pengalihan dan simbolisasi yang dianalogikan dengan metafora. Akan tetapi, antara bahasa mimpi dan bahasa sastra tetap memiliki perbedaan sensor, yaitu bahwa proses dalam mimpi merupakan mekanisme tidak sadar, sedangkan di dalam sastra merupakan tindakan sadar. Setelah itu, Sigmund Freud membahas mengenai teori seksualitas. Teori ini mengulas mengenai psikoseksuil seorang anak yang mengalami masa pubertas. Pada awalnya, seksualitas pada anak kecil bertumpu pada fungsi-fungsi fisiologi, seperti makan dan membuang air. Setelah anak tersebut mengalami perkembangan akan terjadi fase genital (Freud, 1980:xxii-xxiii). Pada tahun , Sigmund Freud membahas mengenai teori totem dan tabu. Teori ini mengulas masalah antropologi budaya. Hal ini dipengaruhi oleh mitos-mitos dari berbagai suku primmitif. Hal tersebut di atas nantinya akan membatasi tingkah laku manusia. Misalnya, larangan membunuh hewan totem seperti kucing di Indonesia dan membunuh sapi di India (Freud, 1980:xxvii-xxviii). Setelah itu, dijelaskan mengenai teori narsisme. Teori narsisme adalah teori yang merujuk pada konflik antara ego dan naluri-naluri libidinal. Hal tersebut harusnya dimengerti sebagai suatu proses yang berlangsung dalam pengakuan libido itu sendiri (Freud, 1980:xxix-xxx). Pendapat lain mengenai teori psikologi adalah seorang medikus dan psikiater dari Wina bernama Alfred Adler. Alfred Adler adalah seorang berkebangsaan Yahudi. Alfred Adler lahir pada 7 Februari 1870 di Rudolfsheim, 13

14 Austria. Alfred Adler meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen, Skotlandia (A.Syuropati, 2011: ). Pada awalnya, Alfred Adler adalah pengikut Sigmund Frued dan menjadi anggotanya. Alfred Adler diangkat menjadi presiden Masyarakat Psikoanalisis Wina. Alfred Adler kemudian menyimpang dari ajaran Sigmund Freud dan mengembangkan ajaran Sigund Freud. Alfred Adler akhirnya mendirikan aliran baru yang diberi nama Individual Psychologie. Hal tersebut membuat Alfred Adler mendapat julukan Bapak Individual Psychologie (Suryabrata, 1982: ). Menurut Suryabrata (1982), terdapat tujuh pokok teori Alfred Adler, antara lain: 1. Individualitas sebagai Pokok Persoalan: pentingnya sifat khas (unik) kepribadian yang berhubungan dengan individualitas, kebulatan serta sifat-sifat khas pribadi manusia. Menurut Alfred Adler, setiap manusia memiliki tindak dan sifat yang mencerminkan kekhasan diri pribadinya. 2. Pandangan Teleologis: Finalisme Semu: Alfred Adler mengambil positivisme ajaran filsafat dari Hans Vaihinger mengenai harapan semu. Dia percaya bahwa manusia lebih cenderung didorong oleh harapan-harapan masa depan daripada pengalaman masa lampau. Setiap orang memiliki Leitlene, yaitu rancangan hidup rahasia yang tidak disadari. Manusia berupaya memperjuangkannya walaupun 14

15 berbagai rintangan menghadang. Tujuan yang akan dikejar tersebut sebenarnya merupakan harapan fiksi yang belum tentu akan terealisasikan. Meskipun demikian harapan fiksi tersebut dapat digunakan sebagai pendukung usaha manusia dalam menjalani hidup. 3. Dua Dorongan Pokok: manusia memiliki dua dorongan pokok yang melatarbelakangi setiap tingkah lakunya. a. Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak mengabdi kepada masyarakat. b. Dorongan keakuan yang mendorong manusia bertindak untuk mengabdi kepada aku (diri sendiri). 4. Rasa Rendah Diri dan Kompensasi: rasa rendah diri merupakan rasa kurang percaya dengan kemampuan diri sendiri dan cenderung timbul akibat perasaan kurang berharga atau kurang mampu dalam segala hal. Rasa rendah diri membawa penderitaan, akan tetapi hilangnya rasa rendah diri tersebut juga tidak menjadi salah satu pokok suatu kenikmatan hidup. Bagi Alfred Adler, tujuan manusia bukanlah mendapatkan kenikmatan, akan tetapi mencapai suatu kesempurnaan. 5. Dorongan Kemasyarakatan: dasar yang dibawa sejak lahir, yaitu manusia adalah makhluk sosial. 15

16 6. Gaya Hidup, Leitlinie: prinsip yang dapat digunakan sebagai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang. 7. Diri yang Kreatif: penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama dari tingkah laku. Pengertian dasar dari teori Alfred Adler adalah individualistis yang berarti merupakan kesatuan dan ciri-ciri pribadi manusia (Kartono, 1996:132). Carl Gustav Jung menghargai kedua pandangan di atas. Ia melihat bahwa Sigmund Freud dan Alfred Adler berbicara tentang materi yang sama, tetapi karena keganjilan psikologis pribadi yang oleh Jung disebut juga sebagai perbedaan tipologi, maka keduanya berbicara tentang materi yang sama dari sudut pandang yang berbeda. Carl Gustav Jung menemukan bahwa pandangan Freud lebih ekstrover (pengaruh dari luar diri manusia), sedangkan Alfred Adler lebih introver (pengaruh dari dalam diri manusia) (Sharp, 1987:260 via Naisaban, 2003:4). Carl Gustav Jung selanjutnya mengadakan penelitian dan observasi selama hampir 20 tahun sebelum dia merumuskan sebuah teori. Ia meneliti pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan tipe kepribadian manusia, mitologi-mitologi, bidang seni, filsafat dan psiko-patologi (Naisaban, 2003:4). Teori psikoanalitis dari Jung dianggap lebih lengkap karena merupakan perkembangan dari kedua teori sebelumnya yaitu Sigmund Freud dan Alfred Adler. Nama lengkapnya adalah Carl Gustav Jung, lahir 26 Juli 1875 di Kesswill dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht. Dia merupakan psikiater Swiss dan perintis teori psikoanalitis (Syuropati, 2011:107). 16

17 Psike/jiwa menurut Carl Gustav Jung berarti seluruh aktifitas psikis, baik secara sadar ataupun tidak sadar. Carl Gustav Jung membagi tipe fungsi menjadi empat, yaitu dua fungsi yang rasional, ialah: rasio/pikiran dan perasaan. Dua fungsi irrasional, yaitu pengindraan dan intuisi. Keempat fungsi tersebut berlangsung pada setiap manusia, namun pada proses adaptasi terhadap lingkungan hanya ada satu fungsi saja yang dominan atau superior sifatnya. Fungsi superior menentukan tipe individu, yaitu tipe berpikir, tipe perasaan, tipe penginderaan, dan tipe intuitif. Carl Gustav Jung juga membagi tipe susunan kepribadian menjadi dua, yaitu tipe ekstrover dan tipe introver (Kartono, 1996: ). Teori psikoanalisis oleh Carl G. Jung dapat digunakan untuk menganalisis lima novel karya Any Asmara diantaranya adalah Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk karena teori psikoanalitis Carl Gustav Jung lebih lengkap dibanding teori Sigmund Freud dan Alfred Adler. Novel bertemakan cinta karya Any Asmara ini, menggunakan bahasa Jawa. Tokoh-tokoh yang diciptakan bersamaan dengan konflik yang lahir sebagai cerminan kondisi masyarakat pada waktu itu, membuat peneliti lebih dalam mengkaji lima novel karya Any Asmara melalui sudut pandang psikis para tokohnya. Teori psikologi tidak dapat berdiri sendiri tanpa didukung teori struktur sastra yang membahas masalah penokohan. Dalam analisis penokohan, peneliti mengambil dari buku berjudul Teori Fiksi Robert Stanton. 17

18 1.8 Metode Penelitian Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, metode analisis dan metode studi pustaka. Metode deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan lima novel karya Any Asmara dari aspek penokohan. Metode analisis untuk menganalisis permasalahan yang ada di dalam kelima novel. Metode studi pustaka serta sumber lain yaitu metode yang mengacu pada sumber-sumber kepustakaan. Data dalam penelitian ini banyak diperoleh atau bersumberkan pada studi pustaka. Langkah-langkah yang diterapkan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan objek penelitian terlebih dahulu yaitu lima novel karya Any Asmara diantaranya adalah Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk. 2. Mengumpulkan data-data dari berbagai sumber cetak maupun elektronik yang dianggap berkaitan untuk mendukung peneletian. 3. Melakukan identifikasi tokoh utama dalam novel berdasarkan teori struktural kemudian dianalisis secara psikoanalisis. 4. Mengumpulkan hasil analisis dan melaporkan dalam bentuk laporan tertulis. 18

19 1.9 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian dalam penelitian yang berjudul Analisis Tokoh- Tokoh Lima Novel Karya Any Asmara. Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk: Psikoanalisis Carl Gustav Jung ini, disajikan dalam lima bab sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi sinopsis lima novel karya Any Asmara diantaranya adalah Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk. Bab III berisi analisis tokoh utama dalam lima novel karya Any Asmara diantaranya adalah Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk. Bab IV berisi analisis psikologi lima novel karya Any Asmara diantaranya adalah Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk menurut teori Carl Gustav Jung. Bab V adalah kesimpulan dari penelitian ini yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada Bab I. Pedoman yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan Pedoman Penulisan Skripsi yang ditulis oleh Tim Penyusun Program Studi Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada tahun Penulisan kutipan-kutipan yang ada di dalam cerita, disesuaikan dengan pedoman Ejaan Bahasa Jawa yang disempurnakan yang diterbitkan oleh Balai Penelitian 19

20 Bahasa Yogyakarta tahun Keseluruhan penulisan Skripsi ini berdasarkan ejaan yang sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

ZHAFRAN FADHIL DAMARA ( ) ANNISA WIDYA SARI ( MUH. RAHMAT FAHREZA ( )

ZHAFRAN FADHIL DAMARA ( ) ANNISA WIDYA SARI ( MUH. RAHMAT FAHREZA ( ) TUGAS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN ALFRED ADLER (INTI TEORI, STRUKTUR KEPRIBADIAN DAN DINAMIKA KEPRIBADIAN) ZHAFRAN FADHIL DAMARA (1471042015) ANNISA WIDYA SARI (14710420 MUH. RAHMAT FAHREZA (1371041032) FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat sosial tidak bisa dilepaskan dari sastra. Karena dalam kehidupan tidak bisa

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Novi Dwi Setianis Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Gestalt telah berkembang sejak sekitar abad Ke 19. Dimulai dengan Gestalt I, kemudian berkembang terus hingga menuju ke Gestalt II. Gestalt II ini kemudian memunculkan

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Didalam karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sastra adalah sebuah media bagi pengarang untuk menuangkan ide kreatif dan imajinasinya. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seorang pengarang menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan jiwa dalam penelitian ini berupa kecemasan neurosis tokoh.

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Perkembangan karya sastra pada masa sekarang sangatlah pesat. Hal ini terbukti dari banyak karya sastra yang muncul. Semakin maraknya karya sastra pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan. dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71).

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan. dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak definisi yang menjelaskan tentang pengertian sebuah sastra. Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan tertentu diberikan

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra mempunyai beberapa definisi, yaitu karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai ilmu pengetahuan. Badrun mengungkapkan definisi serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu tentang analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia kedudukannya di muka bumi ini, karena interaksinya dengan lingkungan tidak hanya dibekali oleh naluri (insting)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda Karya Agnes Davonar Tinjauan Psikologi Sastra

Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda Karya Agnes Davonar Tinjauan Psikologi Sastra Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda Karya Agnes Davonar Tinjauan Psikologi Sastra Sarry Kaswinda Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD 1 A. Pengantar RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD Oleh: D. Tiala Berbicara mengenai Psikoanalisis, maka kita tidak akan terlepas dari nama seorang tokoh klasik terkenal, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan

Lebih terperinci

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA TOKOH-TOKOH NOVEL BIOLA PASIR DARI MASA LALU KARYA D.K. SUMIRTA Ni Komang Dewi Anggraeni email: dewianggraeni081292@gmail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep didefinisikan sebagai ling gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. imajinasi antara pengarang dengan karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang

BAB 1 PENDAHULUAN. imajinasi antara pengarang dengan karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra banyak terlahir karya yang menarik untuk dipelajari maupun dikaji. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1989:3).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan karya fiksi yang diceritakan secara panjang lebar oleh pengarang dengan menyuguhkan tokoh atau karakter, serangkaian peristiwa, serta latar yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Pendekatan Psikoanalisa Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Alur Isi Frans Anton Mesmer 1734

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang) terhadap dunia (realita

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang) terhadap dunia (realita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luxemburg (dalam Sangidu, 2004: 41) menyatakan bahwa karya sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang) terhadap dunia (realita sosial) yang dihadapinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Rashomon hasil karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dipublikasikan di majalah sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia. Ia tidak

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: 08 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Teori Sigmund Freud Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI Bagian Isi Apa itu Kepribadian?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebuah karya sastra tercipta karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang

BAB I PENDAHULUAN. tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel adalah jenis sastra imajinatif yang berupa fiksi. Novel memiliki cerita berbentuk prosa dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) Widya Haznawati 1 Arif Mustofa 2, Riza Dwi Tyas.W 3 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sikap (Attitude) 2.1.1 Definisi Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Berdasarkan batasan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value

BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value BAB I PENDAHULUHAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kata moral sering dipakai dengan pengertian yang lain yaitu budi pekerti, akhlak, nilai etika dan sebagainya, meskipun satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Psikologi berasal dari kata Yunani, psycheyang berarti jiwa dan logosyang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Jaenudin, 2012:1). Psikologi terus berkembang seiring

Lebih terperinci