BAB II KAJIAN TEORI. Teori merupakan alat terpenting dalam sebuah penelitian. Menurut Neuman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. Teori merupakan alat terpenting dalam sebuah penelitian. Menurut Neuman"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI Teori merupakan alat terpenting dalam sebuah penelitian. Menurut Neuman (1997) Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang bisa digunakan, membantu dalam mengarahkan pertanyaan penelitian yang dapat diajukan dan membimbing kita dalam memaknai data. Teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah teori pragmatik, konteks situasi tutur, maksim kerjasama, maksim kesantunan dan skala kesantunan menurut Leech. Berikut adalah penjelasan masing-masing teori tersebut. 2.1 Pragmatik Berdasarkan urutan cabang-cabang linguistik tampak bahwa paragmatik merupakan cabang yang terakhir sekaligus terbaru. Berkenaan dengan usianya yang masih muda itulah ilmu pragmatik sering dikatakan sebagai young science. Definisi pragmatik telah banyak disampaikan oleh para linguis yang menggeluti bidang pragmatik. Seperti yang disampaikan oleh Mey (1994:42) Pragmatics is the study of the conditions of human langguage uses as these are determined by the context of society. Pragmatik adalah ilmu bahasa yang 8

2 9 mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Selain definisi di atas ada pula Parker (1986:11) dalam bukunya Linguistics for Non-Linguists menyatakan bahwa pragamatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate Sehingga penulis menyimpulkan bahwa pragmatik adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai maksud penutur dan yang ditafsirkan oleh lawan bicaranya. Dalam pragmatik dijabarkan mengenai aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh para penutur agar apa yang dituturkan dapat diterima secara efektif oleh lawan bicaranya. Aturan-aturan tersebut disebut dengan prinsip kerja sama atau maksim kerja sama, namun pelanggaran terhadap prinsip kerja sama justru dapat menimbulkan humor. Selain prinsip kerja sama, terdapat pula prinsip kesopanan yang harus dipatuhi oleh para penutur Konteks Situasi Tutur Di atas sudah diuraikan bahwa pragmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan. Dengan mendasarkan pada gagasan

3 10 Leech (1983:13-14), Wijana (1996) menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat disebut dengan konteks situasi tutur (speech situational contexts). Konteks situasi tutur mencakup aspek aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk verbal. Penutur dan lawan tutur di dalam beberapa literatur, khususnya dalam Searle (1983), lazim dilambangkan dengan S (speaker) yang berarti pembicara atau penutur dan H (hearer) yang dapat diartikan pendengar atau mitra tutur. Leech (1983:13) digunakannya lambang pragmatik tidak hanya pada bahasa ragam lisan saja, melainkan juga dapat mencakup ragam bahasa tulis. Konteks tuturan telah diartikan bermacam-macam oleh para linguis. Konteks dapat mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan baik secara fisik maupun nonfisik. Leech (1983) menyampaikan I shall consider context to be any background knowledge assumed to be shared by S and H and which contributes to H s interpretation of what S means by a given utterance yang berarti konteks dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur itu di dalam proses bertutur. Tujuan tutur berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang. Dikatakan demikian karena pada dasarnya tuturan itu terwujud karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tutur yang jelas dan tertentu sifatnya. Secara pragmatik, satu bentuk tutur dapat memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam. Demikian sebaliknya, satu maksud atau tujuan tutur dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan

4 11 yang berbeda-beda. Disinilah dapat dilihat perbedaan mendasar antara pragmatik yang berorientasi formal atau struktural. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan bidang yang ditangani prgamatik. Karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang terdapat dalam situasi tutur tertentu, dapat dikatakan bahwa yang dibicarakan di dalam pragmatik itu bersifat konkret karena jelas keberadaan siapa penuturnya, dimana tempat tuturnya, kapan waktu tuturnya, dan seperti apa konteks situasi tuturnya secara keseluruhan. Tuturan dapat dipandang sebagai sebuah produk tindak verbal. Dapat dikatakan demikian, karena pada dasarnya tuturan yang ada di dalam sebuah pertuturan itu adalah hasil tindak verbal para peserta tutur dengan segala pertimbangan konteks yang melingkupi dan mewadahinya. Seringkali, dalam suatu percakapan, tuturan-tuturan yang diujarkan merupakan tindak tutur tidak langsung karena memiliki makna yang tersembunyi. Makna yang demikian disebut dengan implikatur percakapan. Levinson (1983) menjelaskan bahwa implikatur merupakan bagian terpenting dalam pragmatik karena implikatur memberikan penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan. Grice (1975) menjelaskan bahwa terdapat seperangkat asumsi yang melingkupi dan mengatur kegiatan percakapan sebagai suatu tindakan berbahasa. Tujuan dari seperangkat asumsi tersebut adalah memandu peserta percakapan agar suatu percakapan dapat berlangsung lancar dan baik, yakni setiap peserta percakapan

5 12 memahami makna dari tiap tuturan. Seperangkat asumsi tersebut disebut dengan prinsip kerjasama. Selain itu, ada aturan lain yang bersifat sosial, yaitu tiap peserta tuturan harus sopan dalam mengujarkan tuturannya. Aturan tersebut disebut dengan prinsip kesopanan. 2.2 Pengertian Maksim Menurut Grice (1975) maksim merupakan prinsip kebahasaan di dalam interaksi lingual; prinsip-prinsip yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan Maksim Kerjasama Grice Grice (1975: 45) mengemukakan bahwa suatu percakapan biasanya membutuhkan kerja sama antara penutur dan mitra tutur untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Prinsip yang mengatur kerja sama antara penutur dan mitra tutur dalam suatu percakapan dinamakan prinsip kerja sama (cooperative principle). Di dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama, setiap penutur harus menaati empat maksim percakapan (conversational maxim), yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner).

6 Maksim Kuantitas (Quantity Maxim) Dalam maksim kuantitas terdapat dua aturan, yaitu: a. Make your contribution as informative as required, b. Do not make your contribution more informative than required (Grice, 1975: 45). Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi demikian tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan mitra tutur. Tuturan yang tidak mengandung informasi yang sungguh- sungguh diperlukan mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam Prinsip Kerja Sama Grice. Seperti contoh yang ditulis oleh Grundy (2000:70) It s the taste. Informasi dari penutur dalam ungkapan tersebut sangat singkat dan akan mempersulit mitra tutur untuk mencerna maksud dari ungkapan tersebut. Sebaliknya, jika penutur mengungkapkan secara panjang lebar maka akan membuat mitra tutur cenderung bosan Maksim Kualitas (Quality Maxim) Seperti maksim kuantitas, maksim kualitas juga mempunyai dua aturan, yaitu: a. Do not say what you belive to be false, b. Do not say that for which you lack adequate evidence (Grice, 1975: 46). Dalam maksim kualitas, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas. Rahardi (2005: 55) mengemukakan bahwa dalam komunikasi sebenarnya, penutur dan mitra tutur sangat lazim menggunakan tuturan dengan maksud yang tidak

7 14 senyatanya dan tidak disertai dengan bukti-bukti yang jelas. Bertutur yang terlalu langsung dan tanpa basa-basi dengan disertai bukti-bukti yang jelas dan apa adanya justru akan membuat tuturan menjadi kasar dan tidak sopan. Dengan kata lain, untuk bertutur yang santun maksim kualitas ini seringkali tidak dipatuhi. Beberapa penutur pada sekian banyak percakapan ingin dianggap benar dan berkata sesuai kenyataan oleh lawan tuturnya, seperti contoh percakapan yang ditulis oleh Cutting (2003:35) berikut ini : (1) A: I ll ring you tomorrow then B: Erm, I shall be there as for as I know, and in meantime have a word with Mum and Dad if they re free. Right, bye-bye then sweetheart. A: Bye Menurut Cutting dalam percakapan tersebut, perkataan B as for as I know memiliki arti saya tidak yakin itu benar. Jika A menelpon B dan ternyata B tidak ada, B terhindar dari tuduhan berbohong karena ia sudah menyatakan keraguannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penataan maksim kualitas dalam sebuah percakapan berfungsi untuk menyampaikan sebuah kebenaran dan mempertahankan pendapat (kebenaran) Maksim Relevansi (Relevance Maxim) Berbeda dengan dua maksim sebelumnya yang terdiri dari dua aturan, maksim relevansi hanya terdiri dari satu aturan saja, yaitu : Be relevant yang artinya Perkataan Anda harus relevan Grice (1975: 46). Dalam maksim relevansi,

8 15 dinyatakan bahwa agar terjadi kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang dipertuturkan. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama. Seperti contoh percakapan yang tidak relevan yang diungkapkan oleh Cutting (2003:35) berikut: (2) A: There s somebody at the door B: I m in bath Menurut Cutting, B mengharapkan A mengerti posisi dimana ia berada relevan dengan ujaran A bahwa B tidak bisa membukakan pintu karena sedang mandi.secara umum, maksim relevan dalam sebuah percakapan berfungsi untuk membuat setiap pertuturan yang disampaikan member informasi yang relevane dengan tuturan yang direspon serta situasi ujarnya Maksim Pelaksanaan (Manner Maxim) Dalam maksim pelaksanaan, hal yang ditekankan bukan mengenai apa yang dikatakan, tetapi bagaimana cara mengungkapkan. Sebagai aturan utama, Grice (1975: 46) menyebutkan Be perspicacious atau Anda harus berbicara jelas. Selanjutnya Grice menguraikan aturan utama di atas menjadi empat aturan khusus, yaitu : a. Avoid obscurity of expression b. Avoid ambiguity c. Be brief (avoid unnecessary prolixity)

9 16 d. Be orderly Dalam maksim pelaksanaan, peserta tutur harus bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Orang yang bertutur dengan tidak mempertimbangkan hal-hal di atas dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan. Berikut adalah percakapan yang tidak mematuhi maksim pelaksanaan yang ditulis oleh Levinson (1983) (3) A: I hear you went to the opera last night; how was the lead singer? B: The singer produced a series of sounds corresponding closely to the score of an aria from Rigoletto. B melanggar maksim pelaksanaan karena ia tidak menjawab pertanyaan A secara langsung dan bahkan tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan oleh A. Secara umum, maksim pelaksanaan dalam sebuah percakapan berfungsi untuk menyampaikan tuturan secara jelas, tidak ambigu, singkat dan teratur Maksim Kesantunan (Maxims of Politeness) Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur, dan orang ketiga yang dibicarakan penutur dan lawan tutur. dalam bertindak tutur yang santun, agar pesan dapat disampaikan dengan baik pada peserta tutur, komunikasi yang terjadi perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip kesantunan berbahasa. Leech (1993: ) membagi maksim kesantunan menjadi enam yaitu maksim kearifan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim

10 17 pujian (approbiation maxim), maksim kesepakatan (agreement maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim simpati (sympathy maxim) Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim) Gagasan dasar dalam maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Orang bertutur yang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan dapat dikatakan sebagai orang santun. Semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya. Demikian pula tuturan yang diutarakan secara tidak langsung lazimnya lebih sopan dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung. Berikut adalah contoh tuturan yang mengikut maksim kebijaksanaan: (4) You know, i really do think you ought to sell that car. Its costing more and more money in repairs and it uses up far too much fuel. Penutur kalimat tersebut mengikuti maksim kebijakasanaan yang ditandai oleh kata yang menarik solidaritas lawan tutur yaitu you know serta predikat yang sopan yaitu I really do think. Di sisi lain penutur menguntungkan lawan tutur dengan memberikan masukan bahwa dengan menjual mobil akan menyimpan banyak uang dan waktu.

11 Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) Menurut Leech (1993: 209) The generosity maxim involves minimizing the benefit and maximizing the cost to self. Generosity maxim only applicable in impositives and commisives. Maksud dari maksim kedermawanan ini adalah buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin; buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Dengan maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Seperti pada contoh berikut yang ditulis oleh Leech (1983:133) : (5) You can land me your car (impolite) (6) I can lend you my car (7) You must come and have dinner with us (8) We must come and have dinner with you (impolite) Tuturan yang berupa tawaran (6) dan undangan (7) tersebut dianggap santun karena dua kalimat tersebut menguntungkan lawan tutur dan mengurangi keuntungan penutur. Sedangkan tuturan (5) dan (8) memperlihatkan hubungan penutur dan lawan tutur dengan skala untung-rugi yang terbalik Maksim Penghargaan (Approbiation Maxim) Maksim penghargaan ini diutarakan dengan kalimat ekspresif dan kalimat asertif. Contoh tuturan ekspresif yakni mengucapkan selamat, mengucapkan terima

12 19 kasih, memuji, dan mengungkapkan bela sungkawa. Dalam maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Leech (1984:135) Minimize dispraise of other, Maximize praise and approval of other yang artinya minimalkan ketidakpujian terhadap orang lain dan maksimalkan pujian terhadap orang lain. Rahardi (2005: 63) menambahkan, dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak lain seperti pada contoh berikut: (9) dear aunt Mabel, I want to thank you so much for the Christmas present this year. It was so very thoughtfull of you (10) I wonder if you could keep the noise from your Saturday parties down a bit. Im finding it very hard to get enough sleep over the weekends (11) Your food is not delicious Pada contoh kalimat (9) penutur menggunakan maksim penghargaan yaitu memaksimalkan rasa hormat kepada lawan tutur dengan menggunakan kalimat It was very oughtfull of you. Sedangkan pada kalimat (10) penutur menimalkan rasa tidak hormat walaupun dirinya merasa ternganggu. Sebaliknya pada contoh kalimat (11) penutur mengungkapkan tuturan yang merendahkan lawan tutur. Peserta tutur yang merendahkan atau mengejek lawan tuturya akan dianggap tidak santun.

13 20 Dikatakan demikian karena mengejek merupakan tindakan yang tidak menghargai perasaan orang lain Maksim Kesederhanaan (Modesty Maxim) Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tuturdiharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Maksim kerendahan hati ini diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Bila maksim kemurahan atau penghargaan berpusat pada orang lain, maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Leech (1984:136) Minimize the expression of praise of self; maximize the expression of dispraise of self. Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Seperti pada contoh berikut: (12) A: they were so kind to us B: yes, they were, weren t they? (13) A: you were so kind to us ( impolite) B: yes, I was, wasn t I? Contoh kalimat (12) menunjukan bahwa memang sopan apabila peserta tutur sependapat dengan pujian terhadap orang lain, kecuali pujian terhadap diri sendiri. Sedangkan pada contoh kalimat (13) mitra tutur memaksimalkan pujian terhadap dirinya sendiri, melanggar maksim kerendahan hati sama dengan membual dan ini merupakan suatu pelanggaran sosial.

14 Maksim Pemufakatan (Agreement Maxim) Dalam maksim ini ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun. Maksim kecocokan ini diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka seperti yang ditulis oleh Leech (1984:138) Minimize disagreement between self and other; maximize agreement between self and other. Namun peserta tutur cenderung melebih-lebihkan kesepakatannya dengan ungkapan-ungkapan penyesalan, kesepakatan sebagian dan lain sebagainya. Berikut adalah contoh kalimat maksim kesepakatan dan kalimat yang tidak mengindahkan maksim kesepakatan: (14) A: a referendum will satisfy everybody B: yes, definitely (15) A: it was an interesting exhibition, wasn t it? B: No, it was very uninteresting (16) A: English is a difficult to learn

15 22 B: True, but the grammar is quite easy Contoh percakapan (14) menunjukan maksim kesepakatan karena ada persetujuan antara kedua belah pihak, sedangkan pada contoh percakapan (15) salah satu peserta tutur tidak sepakat sehingga melanggar maksim kesepakatan. Contoh percakapan (16) menunjukan bahwa B tidak seutuhnya sepakat dengan tuturan A dengan menyebutkan kata penghubung but Maksim Simpati (Sympathy Maxim) Leech (1993: 207) mengatakan Minimize anthipathy between self and other ; Maximaze sympathy between self and other di dalam maksim ini diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Orang yang bersikap antipati terhadap orang lain, apalagi sampai bersikap sinis terhadap pihak lain, akan dianggap sebagai orang yang tidak tahu sopan santun di dalam masyarakat. Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapatkan kesusahan, atau musibah, penutur layak turut berduka, atau mengutarakan ucapan bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian seperti pada contoh berikut: (17) I was sorry to hear about your father (18) I was sorry to hear your father s death (impolite)

16 23 Pada contoh kalimat (17) penutur mengungkapkan perasaan belasungkawa dengan santun sedangkan pada contoh kalimat (18) penutur mengungkapkan bela sungkawanya secara langsung sehingga terkesan tidak santun. 2.3 Skala Kesantunan Leech Kesantunan berbahasa seseorang, dapat diukur dengan 5 jenis skala kesantunan. Skala kesantunan adalah peringkat kesantunan, mulai dari yang tidak santun sampai dengan yang paling santun. Dalam model kesantunan Leech, setiap maksimum interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Skala kesantunan Leech (1983) dibagi menjadi lima yaitu skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale), skala pilihan (optionality scale), skala ketidaklangsungan (indirectness scale), skala keotoritasan (authority scale), skala jarak sosial (social distance scale) Skala Kerugian dan Keuntungan (Cost-benefit Scale) Leech (1983:123) mengatakan Representing the cost or benefit of on act to speaker and hearer. Cost benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin

17 24 tuturan itu menguntungkan diri penutur akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan itu seperti contoh berikut: (19) would you like to use my electric drill? Kalimat diatas menunjukan penutur menawarkan keuntungan bagi lawan tuturnya dan meminimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Bandingkan dengan contoh dibawah ini: (20) I d use an electric drill if i were you Penutur pada contoh kalimat (20) bertujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri dan tindakan tersebut dianggap tidak santun. Dalam skala kesantunan ini penutur dapat dianggap memenuhi prinsip kesantunan apabila memiliki kriteria sebagai berikut: a. Penutur mau mengorbankan kepentingan dirinya untuk menguntungkan pihak lawan tutur. b. Penutur bersedia dirinya dirugikan demi kepentingan lawan tutur Skala Pilihan (Optionality Scale) Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur sperti yang dikatakan oleh Leech (1983:124) Indicating the degree of choice permitted to speaker or hearer by a specific linguistic act. Penutur dianggap santun apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. memberikan banyak pilihan kepada mitra tutur

18 25 b. tidak memaksa mitra tutur hanya dengan satu pilihan saja Semakin pertuturan itu memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan memilih bagi si penutur dan si mitra tutur, tuturan tersebut dianggap tidak santun seperti pada contoh berikut: (21) Buy me some food Smith! (22) If you have time, please buy me some food Smith. (23) If you have time and do not mind, please buy me some food Smith. Pada contoh kalimat (21) penutur tidak memberikan pilihan lain kepada mitra tutur yakni Smith, mitra tutur tidak ada pilihan lagi selain membelikan makanan. Pada contoh kalimat (22) dan (23) terlihat bahwa penutur memberikan pilihan yang leluasa kepada mitra tutur, sehingga tuturan tersebut dianggap santun Skala Ketidaklangsungan (Indirectness Scale) Leech (1983:124) mengatakan bahwa Indirectness Scale is indicating the amount of inferencing required of the hearer in order to establish the intended speaker meaning. Skala ini menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tidak langsung, maksud sebuah tuturan, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. Salah

19 26 satu ciri bentuk tuturan tidak langsung adalah terdapat modal verba didalamnya. Menurut Palmer (2001:3) modal verba adalah kata kerja bantuan yang digunakan untuk menunjukkan modalitas yaitu menanyakan kesanggupan, meminta izin, meminta tolong kepada lawan tutur dan sebagainya. Kata-kata yang termasuk modal verba adalah can, could, may, might, will, would, must, shall, should, ought to. Perhatikan contoh kalimat berikut: (24) Would you mind having another sandwich? (25) Close the door! Contoh kalimat (22) disampaikan secara tidak langsung karena terdapat modal verba didalamya, sehingga penutur dapat dianggap santun. Pada contoh kalimat (23) penutur mengucapkan kalimatnya secara langsung makan penutur dianggaap tidak santun Skala Keotoritasan (Authority Scale) Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan seperti yang dikatakan oleh Leech (1983:125) Authority Scale is representing the status relationship between speaker and hearer. Semakin jauh jarak peringkat sosial (rank rating) antara penutur dan dengan mitra tutur, tuturan yang digunakan cenderung menjadi semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak peringkat status sosial di

20 27 antara keduanya, cenderung berkuranglah peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur itu. Perhatikan contoh kalimat berikut: (26) The chief demanded that I lend him my phone. Kalimat tersebut menunjukan bahwa penutur memiliki jarak peringkat sosial yang dekat dengan mitra tutur sehingga penutur dapat dianggap santun Skala Jarak Sosial (Social Distance Scale) Leech (1983:126) mengatakan Social distance scale indicating the degree of familiarity between speaker and hearer. Social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial di antara keduanya, akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin jauh jarak peringkat sosial antara penutur dengan mitra tutur, akan semakin santunlah tuturan yang digunakan itu. Jarak peringkat sosial dapat dipengaruhi oleh umur, status kekeluargaan dan faktor lainnya. Dengan perkataan lain, tingkat keakraban hubungan antara penutur dengan mitra tutur sangat menentukan peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur. Perhatikan contoh berikut: (27) Get that essay by me next week. Apabila contoh kalimat di atas di ucapkan kepada mitra tutur yang memiliki jarak peringkat sosial yang dekat atau akrab maka penutur dianggap santun. Sebaliknya,

21 28 apabila mitra tutur tidak memiliki hubungan keakraban yang dekat maka penutur dapat dianggap tidak santun. 2.4 Kaitan Antara Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesantunan Penggunaan prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan di berbagai wilayah berbeda satu sama lain. Namun mayoritas wilayah lebih memilih penerapan prinsip kesantunan ketimbang prinsip kerjasama. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keharmonisan antara peserta tutur Menurut pandangan yang diucapkan Leech (1996:80), the PP can be seen not just as another principle to be added to CP, but as a necessary complement with serious trouble. Prinsip Kesantunan (PP) dapat dilihat bukan hanya sekedar sebagai prinsip lainnya yang ditambahkan pada prinsip kerjasama (CP), tetapi sebagai pelengkap yang penting untuk menyelamatkan prinsip kerjasama (CP) dari masalah yang serius. Pada kenyataanya, penerapan prinsip kerjasama tanpa disetai prinsip kesantunan, membuat tuturan yang diucapkan menjadi terlalu terbuka dan kurang santun. Maka prinsip kesantunan diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan tuturan dengan hubungan yang baik di antara peserta tutur, sehingga isi pesan yang disampaikan oleh penutur dapat sampai dengan baik kepada lawan tutur dan di sisi lain tetap menjaga keharmonisan hubungan antara penutur dengan lawan tutur. Berikut ini diberikan contoh mengenai penerapan prinsip kesantunan yang menyelamatkan prinsip kerjasama.

22 29 (28) A:We ll all miss Bill and Agatha, won t we? B: Well, we ll all miss Bill A berharap B mengiakan pendapat A yang mengatakan bahwa mereka akan merindukan Bill dan Agatha, namun B hanya mengiakan sebagian saja dengan mengatakan bahwa mereka akan merindukan Bill tanpa menyebutkan Agatha karena pada kenyataannya B tidak akan merindukan Agatha. B bisa saja berkata jujur dengan apa yang ia pikirkan, maka ia telah bertindak tidak santun kepada pihak ketiga yaitu Agatha. Karena itu untuk menaati prinsip kesantunan, B menahan sebagian informasi yang diinginkan A yang merupakan pelanggaran terhadap prinsip kerjasama. Pelanggaran terhadap prinsip kerjasama yang dilakukan B semata-mata hanya untuk menjaga kesantunan. Maka dapat dikatakan bahwa prinsip kesantunan menyelamatkan prinsip kerjasama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian penulisan. Hal ini dikarenakan hasil dari suatu karya ilmiah haruslah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting bagi manusia untuk menjaga hubungan dengan manusia lain, bahkan sejak lahir di dunia. Salah satu bentuk umum dari komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks.

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. BAB II LANDASAN TEORI Di dalam bab ini dipaparkan teori-teori yang digunakan dalam menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. Teori mengenai pelanggaran maxim diambil

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaanya, seperti komunikasi lisan atau tertulis. Menurut Yule (1996:3) definisi mengenai

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan

Lebih terperinci

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendefinisikan pragmatik sebagai Meaning in use or meaning in context, yang

BAB II KAJIAN TEORI. mendefinisikan pragmatik sebagai Meaning in use or meaning in context, yang 8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pragmatik Definisi pragmatik telah banyak disampaikan para linguis yang menggeluti bidang pragmatik. Diantaranya adalah Thomas (1995: 1) yang secara sederhana mendefinisikan pragmatik

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research

Lebih terperinci

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik I Made Rai Arta 1 Abstrak Tulisan ini memuat kajian prinsip kerjasama dan kesantunan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu sering melakukan percakapan. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara (speaker) dan seorang

Lebih terperinci

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Vol. 4 No.1 Juli 2014 ISSN 2089-3973 ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This article is aimed to explain the disobedience

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS Compiled by: Theresia Riya Vernalita H., S.Pd. Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada ungkapan memberi saran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada awalnya para ahli linguistik menyebut ilmu yang mempelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada awalnya para ahli linguistik menyebut ilmu yang mempelajari 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pragmatik Pada awalnya para ahli linguistik menyebut ilmu yang mempelajari tentang makna adalah semantik. Hal tersebut sesuai dengan definisi semantik yang diberikan oleh O

Lebih terperinci

BAB 2 IHWAL TINDAK TUTUR, STRATEGI MENGKRITIK, PRINSIP KERJA SAMA, DAN PRINSIP KESANTUNAN

BAB 2 IHWAL TINDAK TUTUR, STRATEGI MENGKRITIK, PRINSIP KERJA SAMA, DAN PRINSIP KESANTUNAN BAB 2 IHWAL TINDAK TUTUR, STRATEGI MENGKRITIK, PRINSIP KERJA SAMA, DAN PRINSIP KESANTUNAN 2.1 Tindak Tutur Dalam pragmatik kata tuturan ini dapat digunakan sebagai produk suatu tindak verbal (Leech,1983:14).

Lebih terperinci

Analisis Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa.

Analisis Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa. 127 Analisis Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa Syahdan 1), Destina Kasriyati 2), Refika Andriani 3) 1 Universitas Lancang Kuning E-mail: syahdantengku@gmail.com 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun 1994. Ilmu pragmatik merupakan salah satu pokok bahasan yang harus diberikan dalam pengajaran

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued)

English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued) English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued) Pelajaran 22: Menangani situasi yang serius (lanjutan) L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-22.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selatan, bahasa yang paling sering disebut Hangungmal ( 한국말 ; 韩国말 ), atau

BAB I PENDAHULUAN. Selatan, bahasa yang paling sering disebut Hangungmal ( 한국말 ; 韩国말 ), atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea ( 한국어 / 조선말 ) adalah bahasa yang paling luas digunakan di Korea, dan merupakan bahasa resmi Korea Selatan. Secara keseluruhan terdapat sekitar 78 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat melakukan tindak tutur. Pada saat penutur menuturkan tuturan tersebut, penutur sekaligus melakukan tindakan

Lebih terperinci

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How to do things with word pada tahun 1965. Austin (1962)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti melakukan percakapan. Percakapan dilakukan oleh setidaknya dua orang, yaitu seorang pembicara dan seorang pendengar atau lawan

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA Diana Tustiantina 1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dianatustiantina@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011 REVIEW JOURNAL OF PRAGMATICS; Is there a need for a maxim of politeness? Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pragmatik oleh Santana Adiputra 180110070013 Devina Christania 180110070015 Dewi Arumsari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Percakapan adalah sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk menyampaikan ide, pendapat, komentar, atau perasaannya. Sebagai makhluk

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK. PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK Herdiana 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari

BAB I PENDAHULUAN. Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari hari. Implikatur merupakan makna implisit atau tersirat. Implisit memiliki arti termasuk atau terkandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan bagaimana pembicara menyampaikan maksud dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan bagaimana pembicara menyampaikan maksud dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu cabang linguistik yang berfungsi menjelaskan bagaimana pembicara menyampaikan maksud dalam berkomunikasi. Pembahasan pragmatik juga

Lebih terperinci

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas 8 BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas koperasi saat melakukan transaksi dengan nasabah atau sebaliknya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data

III. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data III. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data.

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 1Latihan Soal 1.1

SMP kelas 9 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 1Latihan Soal 1.1 SMP kelas 9 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 1Latihan Soal 1.1 1. Shinta : "Will John pass the exam?" Dewi :.... He is a smart and diligent student. I am quite sure I am uncertain I am not positive I think he

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan BAB II KAJIAN TEORI H. Kesantunan Berbahasa Kesantunan berbahasa merupakan salah satu kajian dari ilmu pragmatik. Jika seseorang membahas mengenai kesantunan berbahasa, berarti pula membicarakan pragmatik.

Lebih terperinci

Lesson 30: will, will not. Pelajaran 30: Akan, Tidak Akan

Lesson 30: will, will not. Pelajaran 30: Akan, Tidak Akan Lesson 30: will, will not Pelajaran 30: Akan, Tidak Akan Reading (Membaca) I hope you will visit me one day. ( Aku harap kamu akan mengunjungi saya satu hari ) I think your sister will like that cellphone.

Lebih terperinci

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A HANDLING TAMU E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A CARA PENERIMAAN TAMU Menanyakan nama dan keperluan (RESEPSIONIS) Good Morning. What can I do for you? Good morning, can

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 10 Giving directions (continued)

English for Tourism Lesson 10 Giving directions (continued) English for Tourism Lesson 10 Giving directions (continued) Pelajaran 10: Memberi Petunjuk Jalan (lanjutan) L1: Anda sedang mendengarkan "Kursus Bahasa Inggris Dasar untuk Pariwisata dan Perhotelan" yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini meliputi konsep mengenai (1) pengertian pragmatik, (2) pengertian prinsip kerja sama, (3) pengertian maksim kuantitas,

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 18 Out on the ferry (continued)

English for Tourism Lesson 18 Out on the ferry (continued) English for Tourism Lesson 18 Out on the ferry (continued) Pelajaran 18: Di feri (lanjutan) L1 Juni Tampi: Eng: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-18. Di Feri. Eng: Lesson 18.

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI

ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sejenis Sebelumnya Penelitian tentang humor mengenai prinsip kerjasama sudah penah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Rini Devi Ellytias (2013)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Pembawa Acara Musik Inbox Edisi Desember 2015 di Stasiun Televisi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan

Lebih terperinci

Lesson 63: Reported speech. Pelajaran 63: Pidato Laporan

Lesson 63: Reported speech. Pelajaran 63: Pidato Laporan Lesson 63: Reported speech Pelajaran 63: Pidato Laporan Reading (Membaca) He told me that he would come. (Dia bilang kepadaku dia akan datang.) She said that she would be fine. (Dia berkata bahwa dia akan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. Since the first publishing 3 weeks ago, there have been over 500 copies sold.

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. Since the first publishing 3 weeks ago, there have been over 500 copies sold. 1. Farhan : So, how many copies have been sold this far? Yola : Thank God. Many people seem to like it very much. SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1 Since the first publishing 3 weeks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA Ratna Susanti, S.S.,M.Pd. Politeknik Indonusa Surakarta ratnasusanti19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 25 A job interview

English for Tourism Lesson 25 A job interview English for Tourism Lesson 25 A job interview Pelajaran 25: Wawancara Pekerjaan L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-25. Wawancara Pekerjaan. Lesson 25. A Job Interview.

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti melakukan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara

Lebih terperinci

No Kegiatan Kalimat yang di latih Arti. 2. How are you? 3.- Do you remember about population? - Can you explain about population?

No Kegiatan Kalimat yang di latih Arti. 2. How are you? 3.- Do you remember about population? - Can you explain about population? 45 Lampiran 3. Siklus 1 1 Pendahuluan 1. Good morning/ Good afternoon 2. How are you? 3.- Do you remember about population? about population? 4.- Do you know the meaning of population? - What is the definition

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8Latihan Soal 8.1

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8Latihan Soal 8.1 1. SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8Latihan Soal 8.1 Karl : Hello, Sheila. Do you have plan for tomorrow? Sheila : Not, yet. Do you have any idea? Karl : Yeah, how about visiting Yogyakarta Palace?

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa 1. Pengertian Bahasa Menurut Poerwadarminta (2007: 80) bahasa adalah sistem lambang yang berupa sembarang bunyi (bunyi bahasa) dipakai orang untuk melahirkan pikiran dan

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 21 Dealing with a situation

English for Tourism Lesson 21 Dealing with a situation English for Tourism Lesson 21 Dealing with a situation Pelajaran 21: Menangani situasi yang serius L1 Juni Tampi: Eng: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Halo, Saya Juni Tampi dari Radio

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada saat ini banyak menuntut masyarakat untuk memahami berbagai macam penggunaan bahasa yang digunakan sebagai suatu alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian bahasa sebagai sarana komunikasi kurang begitu diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. Mereka berfikir bahwa yang terpenting dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

ASPEK SOPAN SANTUN UJARAN DALAM FILM EAT PRAY LOVE KARYA RYAN MURPHY. (Analisis Pragmatik) JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

ASPEK SOPAN SANTUN UJARAN DALAM FILM EAT PRAY LOVE KARYA RYAN MURPHY. (Analisis Pragmatik) JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ASPEK SOPAN SANTUN UJARAN DALAM FILM EAT PRAY LOVE KARYA RYAN MURPHY (Analisis Pragmatik) JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana sastra Oleh: Mohamad Nawir

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 16 Discussing a tour

English for Tourism Lesson 16 Discussing a tour English for Tourism Lesson 16 Discussing a tour Pelajaran 16: Membicarakan Perjalanan Wisata L1 Juni Tampi: Eng: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-16: Membicarakan Perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talk Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang relevan. Salah

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com

Lebih terperinci

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung Lesson 66: Indirect questions Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung Reading (Membaca) Could you tell me where she went? (Bisakah kamu beritahu aku kemana dia pergi?) Do you know how I can get to the

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9 SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9 1. Text for questions 1 and 2 To : Fahmi (The chair student of 8 B) 06/01/2017 Please forward to your classmates. During the long holiday, all

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM ACARA HUMOR DHAGELAN BASIYO (SUATU KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM ACARA HUMOR DHAGELAN BASIYO (SUATU KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM ACARA HUMOR DHAGELAN BASIYO (SUATU KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan komunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki perangkat-perangkat yang menyaratkan terjadinya

Lebih terperinci

giving opinion asking for help asking for an opinion E. Kunci Jawaban : D Pembahasan Teks :

giving opinion asking for help asking for an opinion E. Kunci Jawaban : D Pembahasan Teks : 1. SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 10Latihan Soal 10.2 Lira:Dery, what do you think about our new English teacher? Dery: I think she smart. She explained the lesson clearly Lira: I think so. I also

Lebih terperinci

Lesson 28: Other Prepositions. (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain. Cara menggunakan preposisi lainnya.

Lesson 28: Other Prepositions. (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain. Cara menggunakan preposisi lainnya. Lesson 28: Other Prepositions (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain Cara menggunakan preposisi lainnya. Reading (Membaca) I go to school by bus. ( Saya pergi ke sekolah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri individu yang beretika adalah individu tersebut santun berbahasa. Santun berbahasa adalah bagaimana bahasa menunjukkan jarak sosial diantara para

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 24 Checking out (continued)

English for Tourism Lesson 24 Checking out (continued) English for Tourism Lesson 24 Checking out (continued) Pelajaran 24: Check out (lanjutan) L1 Juni Tampi: Eng: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-24: Check out. Eng: Lesson 24:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai prinsip kesantunan dan implikatur yang menggunakan pendekatan pragmatik sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian

Lebih terperinci

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal apology. regret. sympathy. gratitude. purpose

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal apology. regret. sympathy. gratitude. purpose 1. Reny : You looked so sad. Whats the matter with you? SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.1 Yuyun : Ive lost my wallet somewhere between my house and the school, There

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim prinsip kesantunan tuturan tokoh-tokoh dalam drama serial Korea God s Quiz. Setelah melakukan analisis

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN SISWA DI JEJARING FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA

PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN SISWA DI JEJARING FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN SISWA DI JEJARING FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA Oleh Rohmah Tussolekha Karomani Nurlaksana Eko Rusminto Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Email: omah.azka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu terpenuhi. Salah satunya adalah kesadaran terhadap bentuk sopan santun. Kesopansantunan

Lebih terperinci