SERI ANALISA ANGGARAN MULTIPIHAK BERBASIS SPM/MDGs & BERKEADILAN GENDER PANDUAN ANALISA PRAKTIS APBD BAGI DPRD VERSI UJICOBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SERI ANALISA ANGGARAN MULTIPIHAK BERBASIS SPM/MDGs & BERKEADILAN GENDER PANDUAN ANALISA PRAKTIS APBD BAGI DPRD VERSI UJICOBA"

Transkripsi

1 SERI ANALISA ANGGARAN MULTIPIHAK BERBASIS SPM/MDGs & BERKEADILAN GENDER PANDUAN ANALISA PRAKTIS APBD BAGI DPRD 2014 VERSI UJICOBA

2

3 Kata Pengantar Tercapainya pelayanan dasar yang berkualitas bagi masyarakat sangat ditentukan oleh alokasi anggaran yang tersedia. Salah satu fungsi DPRD adalah fungsi anggaran, dimana DPRD perlu mengkaji dan menganalisa apakah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) benar-benar dialokasikan untuk pelayanan dasar masyarakat. Hasil analisa anggota DPRD ini menjadi bahan diskusi dan masukan kepada pemerintah daerah. Untuk itulah, pelatihan analisa anggaran praktis kepada anggota DPRD penting dilakukan. Analisa ini perlu praktis, sederhana tetapi bisa menjawab persoalan pelayanan dasar dalam waktu singkat. Pelatihan analisa APBD ini telah diujicobakan di 10 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu tahun Pelatihan analisa APBD bagi anggora DPRD ini merupakan bagian dari kerjasama antara Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dan dengan DFATD1 (Department of Foreign Affairs, Trade and Development) Pemerintah Kanada melalui Program BASICS (Better Approaches for Service Provision through Increased Capacities in Sulawesi atau Peningkatan Pelayanan Dasar melalui Pengembangan Kapasitas di Sulawesi). Hasil dari pengalaman dan pembelajaran dari pelatihan-pelatihan tersebut kemudian dirangkum dalam bentuk draft panduan, agar mudah bagi anggota DPRD se-indonesia lainnya untuk melakukan hal yang sama. Buku panduan ini dikembangkan untuk para anggota DPRD sebagai rujukan dalam melakukan analisa APBD secara ringkas dan praktis. Buku panduan ini menyediakan langkah-langkah praktis, dalam melakukan analisa APBD khususnya pada komponen belanja yang berbasis SPM/MDGs dan responsif gender. Kami berharap buku panduan ini dapat memberikan manfaat dalam mewujudkan penganggaran daerah yang lebih berpihak pada pelayanan publik menuju pencapaian SPM dan MDGs, khususnya pada sektor kesehatan dan pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku panduan ini. Jakarta, April 2014 William James Duggan Direktur Program BASICS 1

4 Daftar Isi PENGANTAR SEKILAS PROYEK BASICS DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN I II III IV APA DAN MENGAPA ANALISIS ANGGARAN? 1.1 Apa Kaitan Analisis Anggaran Dan Fungsi DPRD? 1.2 Mengapa Penting Analisis Anggaran Praktis Untuk DPRD? ANALISIS ANGGARAN MULTIPIHAK BERBASIS PELAYANAN DASAR DAN RESPONSIF GENDER 2.1 Apa Yang Dimaksud Analisis Anggaran Multipihak? 2.2 Apa Manfaat DPRD Mendukung Analisis Anggaran Multipihak 2.3 Mengapa Pelayanan Dasar Menjadi Fokus Dalam Analisis Anggaran Multipihak? 2.4 Mengapa Anggaran Perlu Responsif Gender? KIAT-KIAT UMUM ANALISIS ANGGARAN 3.1 Kiat-Kiat Analisis RAPBD 3.2 Kiat-Kiat Memahami Persoalan Sektor Pelayanan Dasar 3.3 Pertanyaan Kunci Yang Bisa Ditanyakan Kepada SKPD Dalam Pembahasan RAPBD TEKNIK PRAKTIS ANALISIS RAPBD 4.1 Pengantar Teknik Analisis APBD 4.2 Analisis Makro APBD Teknik 1 - Analisis Sehat Tidaknya APBD Teknik 2 - Analisis Proporsi Anggaran 4.3 Analisis Mikro APBD Teknik 3 - Analisis Alokasi Anggaran Untuk Pencapaian SPM dan MDGs Pendidikan Teknik 4 - Analisis Alokasi Anggaran Untuk Pencapaian SPM dan MDGs Kesehatan Teknik 5 - Analisis Efisiensi Anggaran Untuk Pelayanan Dasar Teknik 6 - Analisa Efektivitas Anggaran Untuk Pelayanan Dasar 4.4 Analisis Potensi Korupsi APBD LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Indikator SPM Sektor Pendidikan dan Kesehatan Indikator MDGs Indonesia Tahun 2011 Sektor Pendidikan & Kesehatan Kalender Analisis Anggaran Multipihak Seri Analisis Anggaran Multipihak Berbasis SPM/MDGs dan Responsif Gender 2

5 Daftar Istilah dan Singkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Responsif Gender ARG Anggaran yang merespon kebutuhan, permasalahan, aspirasi dan pengalaman perempuan dan laki-laki yang tujuannya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Indeks Pembangunan Manusia IPM Indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yang meliputi harapan hidup, tingkat pendidikan, dan pendapatan. Kebijakan Umum Anggaran KUA Dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Kesetaraan Gender Kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, pertahanan, keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil yang dampaknya seimbang. Millenium Development Goals MDGs Disebut juga Tujuan Pembangunan Milenium adalah hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, dan mencakup delapan sasaran untuk dicapai pada 2015, yaitu: (1) mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, (2) pendidikan universal, (3) kesetaraan gender, (4) kesehatan anak, (5) kesehatan ibu, (6), penanggulangan HIV/ AIDS, (7) kelestarian lingkungan, dan (8) kemitraan global. Perencanaan Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Program Bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah. Rencana Kerja dan Anggaran RKA Dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah. Rencana Kerja Renja Dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. 3

6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Rencana Strategis Renstra Dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. Responsif Gender Perhatian dan kepedulian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan perempuan dan laki-laki di dalam masyarakat yang disertai upaya menghapus hambatan-hambatan struktural dan kultural dalam mencapai kesetaraan gender. Standar Pelayanan Minimal SPM Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Perangkat Pemerintah Daerah (Provinsi maupun Kabupaten/Kota) yang bertugas membantu penyusunan kebijakan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan yang menjadi urusan daerah. Ke dalam SKPD termasuk Sekretariat Daerah, Staf-staf Ahli, Sekretariat DPRD, Dinasdinas, Badan-badan, Inspektorat Daerah, lembaga-lembaga daerah lain yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Daerah, Kecamatan-kecamatan (atau satuan lainnya yang setingkat), dan Kelurahan/Desa (atau satuan lainnya yang setingkat). Fungsi Legislasi Fungsi DPR dan DPRD sebagai pembuat peraturan perundangundangan (Undang-undang dan Peraturan Daerah) Fungsi Anggaran Fungsi Pengawasan Fungsi DPR dan DPRD untuk menetapkan APBN dan APBD Fungsi DPR dan DPRD sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintahan dalam menjalankan peraturan perundang-undangan. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah RAPBD DPRD Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang akan dibahas bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD. RAPBD yang sudah disetujui dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah menjadi APBD Adalah bentuk lembaga perwakilan rakyat (parlemen) daerah (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah bersama dengan pemerintah daerah. DPRD diatur dengan undang-undang, terakhir melalui Undang-Undang Nomor 27 Tahun Angka Partisipasi Murni APM Persentase jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk usia sekolah yangsesuai. Indikator APM ini dipakai untuk mengetahui banyaknya anakusia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai. Semakin tinggi APM berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah. 4

7 Angka Kematian Ibu AKI Banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau dalam masa kehamilan atau selama 42 hari sejak melahirkan yang disebabkan karena kehamilannya dan bukan karena sebab-sebab lain (seperti kecelakaan atau cedera). Angka kematian ibu dihitung per kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi AKB Banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Kesehatan Ibu dan Anak KIA Upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, dan anak balita serta anak prasekolah. Belanja Langsung BL Komponen belanja dalam APBD yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Belanja Tidak Langsung BTL Komponen belanja dalam APBD yang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari: belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan keuangan, belanja bantuan sosial, dan belanja tidak terduga. Kebijakan Umum Anggaran KUA Dokumen yang memuat kebijakan tentang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode satu tahun. KUA disusun berdasarkan RKPD dan pedoman Surat Edaran Menteri Dalam Negeri. Prioritas Plafon Anggaran Sementara PPAS Rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran SKPD sebelum disepakati dengan DPRD. 5

8 I. APA dan MENGAPA ANALISIS ANGGARAN 1.1. APA KAITAN ANALISIS ANGGARAN DAN FUNGSI DPRD? Dengan fungsi anggaran yang dimilikinya, DPRD berperan memastikan dukungan anggaran bagi pemenuhan pelayanan dasar masyarakat. DPRD berperan penting dalam mendukung dan memastikan Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran pada program dan kegiatan yang lebih menunjang pada pencapaian SPM dan MDGs. Dengan fungsi pengawasan yang dimilikinya, DPRD berperan mengawasi agar alokasi APBD benar-benar tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menjawab persoalan dalam pemenuhan pelayanan dasar. Dengan fungsi legislasi yang dimilikinya, DPRD berperan memastikan adanya kebijakan-kebijakan yang mendukung peningkatan pelayanan dasar dengan anggaran yang memadai Dengan fungsi representasi yang dimilikinya, DPRD berperan memastikan tersedianya alokasi anggaran untuk menjawab persoalan-persoalan pelayanan dasar dari daerah dan konstituen yang diwakilinya. 1.2 MENGAPA PENTING PANDUAN ANALISIS ANGGARAN PRAKTIS UNTUK DPRD? Tebalnya dokumen APBD sehingga dibutuhkan cara yang singkat dan praktis untuk menganalisanya. Kondisi beragamnya latar belakang pendidikan dan profesi anggota DPRD sehingga membutuhkan satu pedoman analisa APBD yang dapat dipahami semua. Terbatasnya waktu anggota DPRD sehingga membutuhkan instrumen/ alat analisis praktis untuk memahami dan menganalisa konsep pelayanan dasar yang ada di dalam APBD. Banyaknya urusan wajib pemerintahan dan urusan pilihan yang diusulkan SKPD untuk diakomodasi di dalam APBD, sehingga dibutuhkan kecermatan dalam menentukan prioritas alokasi anggaran. Kewajiban DPRD kepada konstituen untuk bisa memenuhi kebutuhan pelayanan dasar masyarakat dalam kondisi terbatasnya pembiayaan pembangunan di daerah. 6

9 Contoh Hasil Analisa Anggaran bagi Peningkatan Pelayanan Dasar DPRD berkontribusi menaikan alokasi APBD untuk menempatkan bidan kontrak pada desa-desa yang tidak mempunyai bidan (Pengalaman Program Bidan Kontrak di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara). DPRD mendukung penambahan alokasi anggaran untuk survei kesehatan berbasis masyarakat dan program desa sehat (Pengalaman Kampo Waraka di Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara). DPRD mengalokasikan anggaran (yang sebelumnya tidak ada) untuk mendukung program/kegiatan Badan Pemberdayaan Perempuan (Pengalaman di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara). DPRD mendukung penambahan alokasi anggaran untuk kader kesehatan danguru di daerah ataupun pulau-pulau yang terpencil (Pengalaman di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara). 7

10 II. ANALISIS ANGGARAN MULTIPIHAK BERBASIS PELAYANAN PUBLIK DAN RESPONSIF GENDER 2.1 APA YANG DIMAKSUD ANALISIS ANGGARAN MULTI PIHAK? Analisis anggaran multipihak merupakan kegiatan analisis RAPBD yang melibatkan Pemerintah Daerah, DPRD, dan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) secara partisipatif dan dilakukan sebelum proses formal pembahasan RAPBD. 2.2 APA MANFAAT DPRD MENDUKUNG ANALISIS ANGGARAN MULTIPIHAK? Untuk memperkaya pemahaman anggota DPRD terhadap permasalahan pelayanan dasar di daerahnya dan mendapatkan berbagai alternatif solusinya sehingga pengalokasian anggaran menjadi tepat sasaran dan lebih optimal. 2.3 MENGAPA PELAYANAN DASAR MENJADI FOKUS DALAM ANALISIS ANGGARAN MULTIPIHAK? Pelayanan dasar adalah ukuran pembangunan di dunia. Indikator pelayanan dasar merupakan indikator yang dipakai sebagai ukuran maju tidaknya suatu daerah dan negara, karenanya upaya peningkatan pelayanan dasar sangat penting untuk dilakukan. Kondisi pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Terbukti dari masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, angka gizi buruk, jumlah penderita HIV/AIDS, angka putus sekolah, buta huruf, dan belum meratanya pelayanan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. 8

11 Apa yang Menjadi Ukuran Keberhasilan Pembangunan? Tujuan Pembangunan Millenium yang harus segera dicapai pada tahun 2015 mensyaratkan pengurangan kemiskinan, pendidikan dasar bagi semua warga negara, kesetaraan gender, peningkatan kesehatan ibu dan anak, penanggulangan penyakit menular, dan kelestarian lingkungan sebagai indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Standard Pelayanan Minimal mengukur keberhasilan pembangunan dari tersedianya pelayanan dasar yang paling minimal bagi masyarakat. Sedangkan Indeks Pembangunan Manusia mengukur keberhasilan pembangunan dengan melihat persentase anak yang bisa sekolah, panjang usia warga, dan jumlah pengeluaran warga. Jadi, ukuran keberhasilan pembangunan bukanlah diukur dari bangunan fisik semata (mall, gedung-gedung bertingkat dan jalan raya), tetapi pada BAGAIMANA PEMERINTAH MEMENUHI KEBUTUHAN PALING DASAR DARI RAKYATNYA, terutama untuk kaum marjinal seperti perempuan, kaum miskin, anak-anak, kelompok masyarakat berkebutuhan khusus, dan masyarakat adat. 2.4 MENGAPA ANGGARAN PERLU RESPONSIF GENDER? Responsif gender artinya selalu memperhatikan kepentingan dan kebutuhan laki-laki dan perempuan dalam setiap pengambilan keputusan, terutama dalam perencanaan dan penganggaran. Mengapa? Karena laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang setara tetapi kebutuhan, pengalaman, dan pendapatnya bisa berbeda. Analisis anggaran yang responsif gender penting untuk memastikan tersedianya alokasi anggaran bagi program/ kegiatan yang mendukung kesetaraan gender 4 dan menjawab kebutuhan khusus laki-laki dan perempuan. Sehingga setiap program pembangunan bisa diakses, memiliki manfaat dan dampak yang dapat dinikmati bersama serta melibatkan baik laki-laki maupun perempuan. 4 Kesetaraan gender artinya laki-laki dan perempuan mendapatkan hak-hak dan kesempatan yang sama sebagai manusia dalam setiap bidang kehidupan. 9

12 Pemerintah daerah, DPRD maupun organisasi masyarakat sipil perlu menyadari kondisi ini. Anggaran akan lebih efektif, efisien, dan berkeadilan jika disusun dengan mempertimbangkan analisis gender 5. Perencanaan dan penganggaran yang tidak responsif gender bisa menyebabkan tidak maksimalnya pelayanan pendidikan dan kesehatan. Sebagai contoh: untuk meningkatkan Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan dasar, tidak cukup hanya melihat jumlah anak yang tidak bersekolah, tetapi harus lebih spesifik melihat adanya kesenjangan putus sekolah pada anak laki-laki dan perempuan. Analisis ini akan berdampak pada intervensi yang harus dilakukan sesuai kebutuhan. Implikasi lebih jauh, tanpa analisis gender program dan anggaran yang dilaksanakan menjadi tidak efektif dan efisien karena tidak tepat sasaran dan tidak menjawab persoalan yang sesungguhnya. APM boleh jadi meningkat, tetapi kesenjangan partisipasi sekolah antara laki-laki dan perempuan juga meningkat Pembahasan yang lebih rinci tentang perencanaan dan penganggaran responsif gender bisa dilihat dalam Panduan Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Berbasis SPM, MDGs dan Responsif Gender Untuk Urusan Pendidikan dan Kesehatan (BASICS, September 2012).

13 KIAT-KIAT UMUM III. ANALISIS ANGGARAN 3.1 KIAT-KIAT ANALISIS RAPBD 1. Jangan khawatir melihat dokumen RAPBD yang tebal. Kondisi ini dapat disiasati dengan memilih secara tepat bagian tertentu dari dokumen RAPBD. Dengan demikian anggota DPRD dapat melakukan analisis substansi dalam waktu singkat. Lampiran I, II, dan IV RAPBD perlu diperhatikan karena ini adalah dasar analisis. 2. Jangan panik bila waktu yang tersedia antara penerimaan dokumen RAPBD dan pembahasannya sangat singkat. Dengan mempergunakan panduan ini, setiap anggota DPRD akan dapat melakukan analisis makro dan mikro terhadap dokumen RAPBD dalam waktu kurang lebih 1-2 jam. 3. Pahamilah permasalahan sektor, khususnya pendidikan dan kesehatan. Setiap anggota DPRD perlu memahami permasalahan yang ada berdasarkan sektor yang menjadi bidangnya. Pemahaman terhadap masalah tersebut bisa didapat dari penjaringan aspirasi masyarakat, hearing (dengar pendapat) dengan SKPD teknis terkait, data-data dari dokumen perencanaan daerah (RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, Renja SKPD), dan data pendukung lainnya. Contoh: 1. Tingginya angka buta huruf dan angka putus sekolah sehingga perlu dicermati berapa anggaran untuk pengentasan buta huruf dan putus sekolah dalam RAPBD untuk sektor pendidikan; 2. Tingginya angka kematian ibu dan bayi sehingga perlu dicermati berapa anggaran untuk kegiatan program keselamatan ibu melahirkan dan anak dalam RAPBD untuk sektor kesehatan. 11

14 4. Cermati setiap persoalan, program/kegiatan, dan anggaran. Ketika mencermati dokumen RAPBD, ada beberapa hal yang mungkin terjadi: Ada masalah atau kebutuhan di lapangan yang tidak dianggarkan; Ada program/kegiatan yang tidak terlalu prioritas tetapi mendapatkan alokasi anggaran yang besar. Sementara ada bererapa program/kegiatan yang prioritas sesuai kebutuhan masyarakat tetapi tidak mendapatkan anggaran yang memadai; Sering terjadi salah jumlah dalam kalkulasi anggaran program/kegiatan ataupun sektor terkait; Tidak ada inovasi, artinya program/kegiatan yang dianggarkan dari tahun ke tahun selalu sama tanpa melihat permasalahan dan kebutuhan masyarakat di lapangan; Tidak ada program/kegiatan yang menunjang pencapaian visi dan misi dari kabupaten/kota; Pemborosan anggaran; Tidak ada keterkaitan antara masalah yang ingin diselesaikan dengan program/kegiatan yang dilakukan dan anggarannya; Alokasi anggaran lebih banyak ke belanja pegawai. 5. Pelajari daftar persoalan-persoalan yang ada dalam panduan ini sebagaireferensi. 6. Cermati Lampiran IV dokumen RAPBD, misalnya pada sektor pendidikan dan kesehatan, apakah terdapat anggaran yang cukup memadai untuk program/kegiatan yang menjawab permasalahan sektor tersebut. Jika kiat-kiat ini dijalankan, Anda pasti akan siap melakukan pembahasan RAPBD. 12

15 3.2 KIAT-KIAT MEMAHAMI PERSOALAN SEKTOR PELAYANAN DASAR 1. Kaji ulang informasi dari SKPD yang menjadi mitra ataupun dari hasil reses ke masyarakat, apa saja persoalan yang dihadapi masyarakat di lapangan. Informasi yang perlu didapatkan dari sektor pendidikan, antara lain: angka putus sekolah laki-laki dan perempuan, baik pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) maupun pendidikan menengah (SMA/MA); angka buta huruf laki-laki dan perempuan; ketersediaan dan distribusi guru (apakah ada ketimpangan antara kota dan desa serta daerah-daerah terpencil dan kepulauan); akses pendidikan khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus (penyandang disabilitas fisik dan mental) dan anakanak dari masyarakat adat; dan lain-lain sesuai permasalahan yang ada di daerah. Informasi yang perlu didapatkan dari sektor kesehatan, antara lain: angka kematian ibu dan angka kematian bayi/balita; angka gizi kurang dan gizi buruk; ketersediaan dan distribusi tenaga kesehatan (khususnya di desa-desa dan daerah terpencil serta kepulauan); ketersediaan dan distribusi obat dan alat kesehatan (khususnya di desadesa dan daerah terpencil serta kepulauan); jumlah penderita penyakit menular dan penanganannya; jumlah rumah tangga yang menikmati air bersih dan mempunyai sanitasi yang layak. dan lain-lain sesuai permasalahan yang ada di daerah. 13

16 2. Lakukan diskusi dengan masyarakat (penerima manfaat pelayanan) dan unit pemberi pelayanan tentang permasalahan yang mereka hadapi dan usulan solusinya. Sektor pendidikan dapat dilakukan diskusi dengan Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), guru dan siswa, serta aparat desa/kelurahan; Sektor kesehatan dapat dilakukan diskusi dengan ibu hamil, keluarga ibu yang meninggal karena melahirkan, warga lanjut usia, kelompok masyarakat berkebutuhan khusus, kader posyandu, pengurus desa siaga, aparat desa/kelurahan, bidan dan petugas kesehatan lainnya. 3. Perhatikan juga kondisi pelayanan di daerah kepulauan, terpencil dan masyarakat marjinal. Biasanya kelompok masyarakat yang sering tidak terjangkau adalah kelompok masyarakat miskin, perempuan, penyandang disabilitas dan masyarakat adat yang pelayanannya belum memadai. 14

17 3.3 PERTANYAAN KUNCI YANG BISA DITANYAKAN KEPADA SKPD DALAM PEMBAHASAN RAPBD 1. Apa permasalahan dalam pencapaian kinerja sektor tersebut? 2. Apa solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut? 3. Apakah untuk solusi tersebut tersedia alokasi anggarannya dalam RAPBD? Jika ada, pada program dan kegiatan yang mana dialokasikan anggarannya? Ingat sering kali penyelesaian masalah tidak sejalan dengan program dankegiatan yang ditawarkan. Misalnya masalah tingginya angka putus sekolah yang sebenarnya disebabkan karena jarak yang jauh dari rumah ke sekolah tetapi program yang direncanakan dalam RAPBD adalah pengadaan buku Lembar Kerja Siswa (LKS) secara gratis. Hal ini tentu saja tidak akan menyelesaikan masalah. 4. Apakah ada kerjasama antar sektor untuk menjawab masalah tersebut? Sebagai contoh alokasi anggaran sektor kesehatan di sebuah kabupaten rendah, tetapi penanganan persoalan kesehatan dibantu oleh sektor lainnya. Seperti: sektor pendidikan membantu melalui kurikulum mengenai kesehatan reproduksi, sektor pertanian membantu melalui program peningkatan gizi, sektor pekerjaan umum membantu membangun sanitasi dan air bersih serta akses jalan menuju fasilitas kesehatan. Dengan demikian, secara umum kinerja sektor kesehatan di kabupaten tersebut menjadi lebih baik. Apakah hal tersebut di atas terjadi di kabupaten/kota Saudara? 5. Apa saja keberhasilan dari sektor tersebut? 6. Bagaimana keberhasilan sektor ini dapat didukung anggarannya untuk diperluas atau direplikasi di tempat lain? 15

18 7. Bagaimana penjelasan logisnya bahwa kegiatan yang dianggarkan akan mencapai tujuan yang ditargetkan atau membawa hasil? 8. Bagaimana hasil-hasil monitoring ini mempengaruhi anggaran di sektor tersebut? 9. Bagaimana memastikan bahwa penerima manfaat adalah perempuan dan lakilaki, mereka yang miskin, penyandang disabilitas dan kelompok marjinal lainnya di lokasi kegiatan yang dilaksanakan? 10. Bagaimana memastikan bahwa laki-laki dan perempuan memperoleh akses, partisipasi, manfaat dan dampak yang setara akan program dan kegiatan? 11. Bagaimana memastikan bahwa lokasi program/kegiatan ataupun penerima manfaat program & kegiatan tepat sasaran baik lokasi, maupun yang menerima? 16

19 TIPS UNTUK PERUBAHAN APBD Perlu juga diketahui, meski pembahasan RAPBD Pokok tidak jauh berbeda dengan RAPBD Perubahan namun tujuannya sangat berbeda. Perubahan APBD dilakukan setiap tahun apabila terjadi bencana alam atau ada persoalan krusial yang tidak cukup anggarannya pada APBD Pokok sehingga membutuhkan tambahan alokasi anggaran. Untuk revisi alokasi anggaran, DPRD harus memiliki data program dalam APBD Pokok. Sumber tambahan APBD perubahan adalah silpa tahun sebelumnya serta pendapatan tahun berjalan yang diyakini melampaui target semula. Misalnya tahun 2013 terdapat silpa atau sisa saldo anggaran Rp 30 M, maka dalam pembahasan RAPBD Perubahan 2014, dana silpa tersebut dapat dimasukkan untuk pemenuhan program kegiatan yang direncanakan. Walaupun sudah dua tahun dilatih, setiap pembahasan anggaran saya memakai cara analisis yang diajarkan karena mudah diingat. (Anggota DPRD Kab. Buton Utara, 2012) Sudah dua 22 bimtek yang saya ikuti dalam dua periode menjadi anggota DPRD, tidak ada yang seperti ini. Pelatihan analisis anggaran ini banyak praktik dan membuat saya bisa melakukannya sendiri. (Mantan Wakil Ketua DPRD Kab. Konawe Selatan, 2011) 17

20 IIV. TEKNIK PRAKTIS ANALISA RAPBD 4.1 PENGANTAR TEKNIK ANALISIS APBD Analisis yang diperkenalkan dalam panduan praktis ini terdiri dari 3 jenis analisis, yaitu: A. Analisis Makro, yang terdiri dari: 1. Teknik analisis sehatnya APBD; dan 2. Teknik analisis proporsi anggaran. B. Analisis Mikro, terdiri dari: 1. Teknik analisis anggaran untuk pencapaian SPM/MDGs sektor pendidikan; 2. Teknik analisis anggaran untuk pencapaian SPM/MDGs sektor kesehatan; 3. Teknis analisis efisiensi anggaran untuk pelayanan dasar; dan 4. Teknik analisis efektifitas anggaran untuk pelayanan dasar. C. Analisis Potensi Korupsi Masing-masing teknik analisis dan data APBD yang dianalisis dirangkum dalam tabel di bawah ini. No. Teknik Analisis Data APBD Yang Dianalisis Sumber Data 1. Teknik 1 Analisis Sehatnya APBD 2. Teknik 2 Analisis Proporsi Anggaran 3. Teknik 3 Analisis Alokasi Anggaran Untuk Pencapaian SPM/MDGs Pendidikan 1. Belanja pegawai pada Belanja Tidak Langsung 2. Belanja pegawai pada Belanja Langsung 3. Total Belanja Daerah 1. Total belanja urusan pendidikan dan kesehatan. 2. Total Belanja Daerah Program, Kegiatan, dan Alokasi Anggaran Pendidikan yang langsung mendukung pencapaian SPM/MDGs. Lampiran I: Ringkasan APBD Lampiran I: Ringkasan APBD Lampiran II: Ringkasan APBD Menurut Urusan Pemerintah Daerah dan Organisasi Lampiran IV: Rekapitulasi Belanja Menurut Urusan Pemerintah Daerah, Organisasi, Program dan Kegiatan. 18

21 No. Teknik Analisis Data APBD Yang Dianalisis Sumber Data 4. Teknik 4 Analisis Alokasi Anggaran Untuk Pencapaian SPM/MDGs Kesehatan 5. Teknik 5 Analisis Efisiensi Anggaran Untuk Pelayanan Dasar 6. Teknik 6 Analisis Efektifitas Anggaran Untuk Pelayanan Dasar 7. Teknik 7 Analisis Potensi Korupsi Program, Kegiatan, dan Alokasi Anggaran Kesehatan yang langsung mendukung pencapaian SPM/MDGs. Alokasi anggaran kegiatan yang dinilai perlu diefisienkan. Kegiatan yang dinilai tidak relevan dengan permasalahan. Kegiatan dan alokasi anggaran yang dinilai mencurigakan. Lampiran IV: Rekapitulasi Belanja Menurut Urusan Pemerintah Daerah, Organisasi, Program dan Kegiatan. Lampiran IV: Rekapitulasi Belanja Menurut Urusan Pemerintah Daerah, Organisasi, Program dan Kegiatan. Lampiran IV: Rekapitulasi Belanja Menurut Urusan Pemerintah Daerah, Organisasi, Program dan Kegiatan. Lampiran IV: Rekapitulasi Belanja Menurut Urusan Pemerintah Daerah, Organisasi, Program dan Kegiatan. 19

22 Di bawah ini adalah contoh dari Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran IV APBD yang menjadi bahan utama dalam analisis APBD dalam panduan ini. No. URAIAN JUMLAH PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YG SAH Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai Data belanja pegawai yang Belanja Hibah dianalisis dengan Teknik 1 Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/kabupaten/kota dan Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/kab/kota dan Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal SURPLUS/(DEFISIT) PEMBIAYAAN DAERAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembayaran Pokok Utang PEMBIAYAAN NETTO SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,20 ( ,41) , , , , , ,41 0,00..., BUPATI, NAMA LENGKAP 20

23 Lampiran II Peraturan Daerah Nomor : Tanggal : PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA... RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAH DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN... Kode Uraian 2 URUSAN WAJIB Pendidikan Dinas Pendidikan Kesehatan Dinas Kesehatan Uptd Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah Uptd Pusat Pelayanan Kesehatan Pendapatan , , , , , , Belanja Tidak Langsung , , , , , , ,00 Langsung ,00 132, , , , , ,00 Jumlah Belanja , , , , , , ,00 Data total belanja pendidikan dan kesehatan yang dianalisis dengan Teknik 2. 21

24 Contoh Program dan Kegiatan Kesehatan Dalam Lampiran IV APBD 22

25 Bahan Dan Alat Yang Diperlukan 1. Dokumen RAPBD dan lampiran-lampirannya. Tandai lampiran I, II dan IV, misalnya dengan melipat ujungnya agar mudah dan cepat untuk membolak-balik lembarannya. 2. Dokumen RKPD tahun yang direncanakan. 3. Dokumen KUA dan PPAS tahun bersangkutan. 4. Dokumen RPJMD kabupaten/kota yang berlaku. 5. Data-data sekunder yang relevan seperti data putus sekolah, buta huruf, gizi buruk, kesehatan ibu dan anak, dan lain-lain. 6. Kalkulator dan kaca pembesar jika APBD ditulis dengan huruf sangat kecil sehingga dengan kacamata pun sulit untuk mencermati angka-angkanya. 4.2 ANALISIS MAKRO APBD A. Pengertian Analisis makro APBD adalah analisis untuk memperoleh gambaran umum mengenai sejumlah aspek (sehat tidaknya APBD, komposisi jenis belanja dan komposisi belanja sektoral) agar diperoleh profil umum APBD apakah dipergunakan secara baik, sehat, wajar dan sesuai dengan standar-standar yang berlaku. APBD YANG BAIK UNTUK PELAYANAN DASAR 1. APBD yang sehat dalam arti persentase Total Belanja Pegawai (baik Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung) kurang dari 50% dari Total Belanja APBD. 2. Belanja pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari total APBD, kecuali jika prestasi dan mutu pendidikan sudah baik (misalnya: tidak ada lagi buta buruf dan putus sekolah pada SD dan SMP di semua wilayah, distribusi guru merata baik di desa dan daerah terpencil maupun di perkotaan) 3. Belanja kesehatan sekurangnya 10% dari total APBD atau bisa lebih pada daerah yang Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan jumlah penderita HIV/AIDS masih tinggi. 4. APBD yang memprioritaskan program/kegiatan yang menjawab persoalanpersoalan daerah terkait dengan pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan. 5. APBD yang saling sinergi antar sektor, saling mendukung untuk mencapai tujuan RPJMD. 23

26 6. APBD yang pro rakyat, artinya lebih menjawab permasalahan rakyat dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dibandingkan kepentingan lainnya misalnya pengadaan baju seragam PNS, alat tulis kantor, makan-minum rapat, honor kepanitiaan, dan lain-lain. 7. APBD yang responsif gender dalam arti menjawab permasalahan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam bidang pendidikan maupun pelayanan kesehatan dan kemudian meresponnya dalam program/kegiatan serta alokasi anggaran dalam APBD. 8. APBD yang tidak berpotensi untuk korupsi atau penyalahgunaan dana. 9. APBD yang transparan (diumumkan kepada masyarakat, bisa diakses atau dilihat oleh siapa saja karena merupakan dokumen publik), partisipatif, disusun bersama para pihak, dan dikonsultasi-publikan. 10. APBD yang akuntabilitasnya tinggi, setiap rupiah bisa dipertanggungjawabkan. B. Tujuan Umum Analisis Makro APBD Menganalisis apakah APBD suatu daerah tergolong sehat dilihat dari persentase perbandingan antara total belanja pegawai dengan total belanja program/ kegiatan; Menganalisis apakah persentase alokasi anggaran sektor pendidikan dan kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan yang mengatur kedua sektor tersebut. C. Output Analisis Makro APBD Keluaran (output) analisis makro APBD berupa: Rangkuman hasil analisis kesehatan APBD dan rekomendasinya. Rangkuman hasil analisis apakah alokasi anggaran sektor (khususnya pendidikan dan kesehatan) sesuai dengan ketentuan dan rekomendasinya. D. Proses Umum Analisis makro APBD yang diperkenalkan dalam panduan ini terdiri dari 2 teknik analisis, yaitu: Teknik 1, Analisis sehat tidaknya APBD; Teknik 2, Analisis proporsi belanja sektoral (pendidikan dan kesehatan). 24

27 4.2.1 TEKNIK 1 - ANALISIS SEHAT TIDAKNYA APBD A. Pengertian Analisis sehat tidaknya APBD dapat dilakukan untuk melihat kesesuaian antara pendapatan dan belanja, apakah belanja sesuai kemampuan pendapatannya, juga apakah anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan program/kegiatan memadai bila dibandingkan dengan belanja pegawai. APBD yang sehat berarti juga mengalokasikan cukup anggaran untuk melakukan program/kegiatan, terutama yang terkait pelayanan dasar. Ketika belanja pegawai sudah melebihi 50% dari total belanja dalam APBD, maka belanja untuk pembangunan akan sangat terbatas. Alokasi anggaran yang sehat menunjukkan komitmen pemerintah daerah bagi pelayanan dasar untuk masyarakat sehingga mampu mendesain peruntukkan alokasi anggaran yang proporsional untuk kesejahteraan masyarakatnya. B. Tujuan Analisis ini ditujukan untuk melihat apakah alokasi anggaran untuk belanja pembangunan mencukupi atau anggaran lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai, baik untuk gaji tetap maupun tambahan honor dalam setiap kegiatan, sehingga persentasenya melebihi 50% dari total belanja yang tersedia dalam satu tahun berjalan. C. Langkah-Langkah: Langkah 1 Periksa dokumen Lampiran I RAPBD (Ringkasan RAPBD). Lakukan telaahan secara cermat terhadap struktur Belanja Daerah RAPBD yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Cermati jumlah Belanja Pegawai yang ada pada Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Langkah 2 Hitung rasio (persentase) belanja pegawai terhadap total Belanja Daerah dengan menggunakan rumus di bawah ini: Ratio Belanja Pegawai Total Belanja Pegawai Langsung + Total Belanja Pegawai Tidak Langsung Total Belanja RAPBD X 100% 25

28 Dalam dokumen RAPBD Lampiran I Kota X, tercatat data belanja pegawai sebagai berikut: Belanja pegawai (gaji) pada belanja tidak langsung tercatat sebesar Rp ,41. Belanja pegawai (honorarium) pada belanja langsung tercatat sebesar Rp ,80. Total Belanja Daerah tercatat sebesar Rp ,41 Ratio Belanja Pegawai Rp ,41 + Rp ,80 =53,7% Rp ,41 X 100% Langkah 3 Seharusnya persentase belanja pegawai tidak lebih dari 50% dari total belanja daerah agar cukup anggaran untuk membiayai pembangunan. Dengan parameter itu, buat analisis dan kesimpulan dengan cara sebagai berikut: 1. Jika persentase belanja pegawai lebih kecil dari 50%, maka APBD dapat dikatakan sehat. 2. Jika persentase belanja pegawai sama dengan 50%, maka APBD masih sehat, tetapi pemerintah daerah perlu hati-hati. 3. Jika persentase belanja pegawai lebih dari 50%, maka bisa dikatakan APBD tersebut tidak sehat karena lebih banyak belanja pegawai daripada belanja program dan kegiatan. Langkah 4 Selanjutnya buat alternatif rekomendasi seperti contoh di bawah ini: Jika belanja pegawai sama dengan atau lebih dari 50% maka bisa dibuat rekomendasi untuk membatasi hal ini misalnya dengan: Melakukan studi analisis kebutuhan pegawai di daerah masing-masing sehingga bisa diketahui letak persoalan kepegawaian; - Melakukan evaluasi mekanisme penggajian pegawai dengan berbasis kinerja; - Mendorong moratorium penerimaan pegawai atau kebijakan lainnya. 26

29 KASUS 1 MORATORIUM PNS SEBAGAI HASIL ANALISIS BELANJA PEGAWAI PADA RAPBD Hasil analisis RAPBD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menunjukkan belanja pegawai mencapai sekitar 60% dari total belanja sehingga pemerintah daerah berniat menghentikan tambahan Pegawai Negeri Sipil walaupun Calon Pegawai Negeri Sipil (Manado Post, 23 Februari 2013). Setidaknya, analisis ini membantu untuk mengidentifikasi permasalahan anggaran dalam kabupaten dan memahami bahwa semakin banyak anggaran untuk pegawai maka semakin sedikit anggaran untuk pembangunan. KASUS 2 MEMINDAHKAN GURU KE DAERAH PEMEKARAN Di salah satu kabupaten induk di Sulawesi Utara, persentase belanja pegawai pada belanja langsung dan tidak langsung menunjukkan angka 82 % dari total belanja dalam APBD. Berarti banyak sekali alokasi anggaran untuk pegawai! Ternyata hal ini dikarenakan terdapat banyak guru yang tidak mau pindah ke kabupaten pemekaran. Hasil analisis ini didiskusikan dengan bupati, kemudian bupati menghentikan penerimaan pegawai negeri baru termasuk yang dari pusat dan mendukung jika ada pegawai yang ingin pindah. 27

30 KASUS 3 APBD YANG AGAK SEHAT DI KABUPATEN LUWUK TIMUR (Lihat tabel tren belanja APBD Kabuparen Luwuk Timur di halaman sebelah) Analisis ini dilihat dengan trend anggaran beberapa tahun sehingga DPRD bisa memberikan rekomendasi kebijakan yang lebih kuat dan berbasis analisis. Jika mau dilakukan, mintalah staf sekwan untuk mencari APBD beberapa tahun terakhir. Di bawah ini adalah kecenderungan (trend) persentase belanja pegawai langsung dan tidak langsung dalam kurun beberapa tahun. Persentase Belanja Pegawai: Total Belanja dikalikan 100% 1. Persentase belanja pegawai dari tahun ke tahun turun. Dari segi struktur belanja menunjukkan lebih besar alokasi belanja langsung ketimbang belanja tidak langsung. 2. Belanja modal dalam setiap tahunnya mencapai 30% rata-rata atau melebih dari ketentuan yang dipersyaratkan hanya 29 %. Sehingga bisa dikatakan bahwa APBDnya cukup sehat. Dari data di atas menunjukkan: 1. Belanja total untuk setiap tahunnya terus mengalami peningkatan (dari 516 Milyar tahun 2010 APBD Realisasi sampai 831 Milyar APBD 2013). 2. Belanja langsung naik dari 52,7% tahun 2010 sampai 60,2% tahun 2012 dan kemudian menjadi 57,7% pada tahun Hal-hal yang menarik: belanja pegawai pada belanja tidak langsung terus menurun dari 38,1% menjadi 35,2% dan juga belanja pegawai pada belanja langsung dari 8,3% naik menjadi 9,6% di tahun 2011 dan kemudian turun signifikan menjadi 1.8% di tahun Jika dijumlahkan belanja pegawai pada tahun 2013 untuk belanja langsung dan tidak langsung sebesar 37%, yang berarti secara makro, lebih banyak anggaran untuk publik, yaitu sebesar 63% 28

31 29

32 4.2.2 TEKNIK 2 ANALISIS PROPORSI ANGGARAN A. Pengertian Analisis proporsi anggaran pendidikan dan kesehatan adalah analisis untuk melihat apakah alokasi anggaran kedua sektor ini sudah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu: Alokasi anggaran pendidikan minimal 20% dari APBD sesuai amanat UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Alokasi anggaran kesehatan minimal dari 10% dari APBD di luar gaji pegawai sesuai dengan amanat UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan PEMAHAMAN UMUM TENTANG PROPORSI ANGGARAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN 1. Dasar hukum alokasi dana pendidikan dan kesehatan adalah sebagai berikut: Anggaran Pendidikan dalam APBD minimal 20% tidak termasuk gaji. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, khususnya pasal 49 ayat (1) menyatakan, Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran Kesehatan minimal 10% dalam APBD tidak termasuk gaji. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 171 ayat (2) menyatakan, Besaran anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupa//ten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan daerah di luar gaji. Pasal 171 ayat (3) dan Pasal 172 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 mengamanatkan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam APBN dan APBD diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik, terutama bagi penduduk miskin, kelompok lanjut usia, dan anak terlantar. 2. Anggaran urusan pendidikan adalah keseluruhan sumber daya baik dalam bentuk uang maupun barang yang menjadi input dan dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan pendidikan. 3. Anggaran urusan kesehatan dalam APBD meliputi anggaran Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah. 30

33 B. Tujuan Analisis DPRD harus memastikan alokasi anggaran untuk kedua sektor tersebut memenuhi jumlah persentase minimal seperti yang diamanatkan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku, serta mengkoreksinya apabila ternyata belum sesuai dengan ketentuan. C. Langkah-Langkah Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis anggaran pendidikan dan kesehatan adalah sebagai berikut : Langkah 1 Buka Lampiran I APBD (Ringkasan APBD) dan Lampiran II. Selanjutnya perhatikan dengan cermat total belanja untuk urusan pendidikan dan kesehatan di Lampiran II dan Total Belanja Daerah APBD di Lampiran I. Langkah 2 Hitung rasio (persentase) alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan dengan rumus berikut: Persentase Anggaran Pendidikan Total Belanja Urusan Pendidikan (Lampiran II) Total Belanja APBD (Lampiran I) X 100% Persentase Anggaran Kesehatan Total Belanja Urusan Kesehatan - Belanja Tidak Langsung Pegawai Urusan Kesehatan (Lampiran II) Total Belanja APBD (Lampiran I) X 100% Catatan: Pasal 171 ayat (2) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan, Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji. Gaji diartikan sebagai bayaran pokok yang diterima oleh seseorang, tidak termasuk unsur-unsur variabel dan tunjangan lainnya (Amstrong dan Murlis, 1994:7). Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti (Hasibuan, 2002). 31

34 Contoh: Dalam dokumen APBD Kota X, tercatat data alokasi anggaran sebagai berikut: Dalam Lampiran II, tercatat total belanja urusan pendidikan sebesar Rp ,00. Dalam Lampiran II, tercatat belanja urusan kesehatan sebesar Rp ,00 dengan total belanja tidak langsung (belanja pegawai) sebesar Rp ,00; Dalam Lampiran I tercatat Total Belanja APBD tercatat sebesar Rp ,41 dan Gaji (Belanja Pegawai pada Belanja Tidak Langsung) sebesar Rp ,41. Persentase Anggaran Pendidikan = , ,41 X 100% = 40% Persentase Anggaran Kesehatan , ,00 = , ,00 = ,41 = 3% X 100% Langkah 3 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, buatlah rekomendasi terhadap alokasi anggaran sektor pendidikan dan kesehatan. Beberapa alternatif rekomendasi yang bisa dibuat adalah seperti berikut: Apabila belanja pendidikan kurang dari 20%, rekomendasikan untuk penambahan anggaran. Pastikan penambahan anggaran tersebut benar-benar bisa menyelesaikan permasalahan pendidikan yang ada. Belanja kesehatan yang kurang dari 10% bisa direkomendasikan untuk penambahan anggaran untuk mengatasi permasalahan kesehatan, khususnya untuk kelompok masyarakat yang menjadi prioritas (masyarakat miskin, lanjut usia, anak terlantar, masyarakat adat, masyarakat berkebutuhan khusus, dan masyarakat di daerah terpencil/kepulauan) 32

35 KASUS PERSOALAN KESEHATAN TINGGI, ALOKASI ANGGARAN BELUM MEMADAI Salah satu kabupaten di NTT mempunyai permasalahan kesehatan tinggi, dimana jumlah kematian bayi tinggi dan penyakit menular banyak diderita, juga jumlah bidan dan petugas kesehatan terbatas di desa-desa, HIV/AIDS sudah mulai menyebar. Alokasi anggaran urusan kesehatan ternyata hanya 5% dari APBD. Bisa dianalisis walau sangat umum bahwa alokasi anggaran kesehatan belum memadai. Apabila RAPBD kabupaten/kota tidak mampu memenuhi 10% alokasi untuk kesehatan. DPRD dapat merekomendasikan efisiensi pada program-program yang dipandang tidak terlalu mendesak untuk menambah alokasi anggaran kesehatan. 33

36 KASUS ANGGARAN KESEHATAN RENDAH, TETAPI CAPAIAN TINGGI: BAGAIMANA BISA? Baik juga untuk diperhatikan kasus ini. Ada daerah yang alokasi anggaran kesehatan dalam APBD rendah, tetapi capaian MDGs/SPM tinggi. Mengapa bisa? Ternyata terjadi sinergi antar sektor dalam menuntaskan persoalan kesehatan. Misalnya, SKPD kesehatan bekerjasama dengan SKPD Pekerjaan Umum dalam mengalokasikan anggaran penyediaan air bersih dan dengan SKPD Pertanian untuk anggaran perbaikan gizi masyarakat. Kerjasama ini membantu upaya kesehatan untuk mengurangi kematian anakanak karena diare akibat sulitnya air bersih yang menyebabkan anak-anak tidak membersihkan tangan. Juga menurunkan angka gizi buruk dengan adanya penyuluhan Dinas Pertanian tentang pola makan bergizi dan menanam tanaman sayur-sayuran dan beternak. Dari sisi alokasi anggaran memang sedikit untuk Dinas Kesehatan, tetapi sinergi yang dilakukan menjadikan pelayanan kesehatan lebih efektif dan optimal. Oleh karenanya penting memastikan problem dasar kesehatan di daerah bisa diselesaikan secara bersama atau lintas sektor. 4.3 ANALISIS MIKRO APBD A. Pengertian Analisis mikro APBD adalah analisis untuk mengetahui apakah persoalan pelayanan dasar mendapat anggaran yang memadai dalam RAPBD, serta menganalisis apakah alokasi anggaran tersebut efektif dan efisien. Kajian ini merupakan inti dari analisis anggaran untuk pelayanan dasar. Mengapa? Logikanya sederhana, bagaimana mungkin persoalan pelayanan dasar akan selesai kalau tidak pernah dianggarkan? Fakta di lapangan, pada banyak RAPBD yang disusun, seringkali tidak ada keterkaitan antara apa yang ingin dicapai dengan anggaran yang diperlukan. Sedangkan efisiensi anggaran dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran dan menghindari pemborosan atau kesalahan alokasi anggaran yang tidak perlu. 34

37 B. Tujuan Umum Tujuan umum analisis mikro APBD adalah untuk: 1. Mengetahui apakah ada alokasi anggaran untuk mengatasi persoalan pelayanan dasar terkait pencapaian MDGs dan SPM bidang pendidikan dan kesehatan. 2. Mengetahui apakah pengalokasian anggaran dilakukan secara efisien dan efektif dalam menjawab persoalan layanan dasar. C. Keluaran Analisis Mikro APBD Keluaran (output) analisis mikro APBD berupa: a. Format tabel analisis alokasi anggaran untuk penyelesaian masalah pelayanan dasar untuk pencapaian MDGs/SPM dan rekomendasi (misalnya untuk sektor pendidikan dan kesehatan). b. Format tabel analisis efisiensi anggaran. c. Format tabel analisis efektivitas anggaran. D. Analisi Mikro APBD terdiri dari 4 teknik, yaitu: Teknik 3 Analisis Alokasi Anggaran untuk Pencapaian MDGs dan SPM Pendidikan. Teknis 4 Analisis Alokasi Anggaran untuk Pencapaian MDGs dan SPMKesehatan. Teknik 5 Analisis Efisiensi Anggaran untuk Pelayanan Dasar. Teknik 6 Analisis Efektivitas Anggaran untuk Pelayanan Dasar TEKNIK 3 - ANALISIS ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENCAPAIAN SPM DAN MDGs BIDANG PENDIDIKAN A. Pengertian Analisis alokasi anggaran untuk pencapaian SPM dan MDGs bidang pendidikan merupakan analisis mengenai alokasi anggaran bagi program/kegiatan untuk menyelesaikan permasalahan pelayanan dasar pendidikan untuk mencapai SPM dan MDGs. B. Tujuan Analisis Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi dan memastikan bahwa program/kegiatan yang menjawab kebutuhan dan permasalahan pelayanan dasar pendidikan untuk mencapai SPM dan MDGs mendapatkan alokasi anggaran yang memadai. 35

38 C. Langkah-Langkah Analisis Langkah 1 Siapkan dokumen profil pendidikan dari Dinas Pendidikan. Periksa dari data yang ada: Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Sekolah (APS) dari semua jenjang pendidikan (laki-laki dan perempuan), angka buta huruf (laki-laki dan perempuan), data anak yang tidak pernah sekolah, hasil analisis kebutuhan dan distribusi guru, data capaian indikator SPM pendidikan. Sebaiknya mintalah data terpilah berdasarkan jenis kelamin. Gunakan juga dokumen hasil survei (dari berbagai pihak) tentang permasalahan kesehatan, misalnya: rendahnya APM dan APK, tingginya angka buta huruf, kekurangan atau ketimpangan distribusi guru, kesulitan akses menuju sarana pendidikan, minimnya sarana dan prasarana pendidikan, tingginya biaya pendidikan, dan lain-lain Apabila tidak ada cukup data dan informasi seperti di atas, DPRD bisa mendapatkan informasi langsung dari masyarakat pada waktu reses. 36

39 Langkah 2 Buka Lampiran IV APBD untuk sektor pendidikan. Cermati dan tandai program dan kegiatan yang menjawab masalah pendidikan dengan melakukan mapping atau pemetaan program sebagai berikut: Program dan kegiatan yang mendukung langsung pencapaian SPM pendidikan, antara lain seperti tabel di bawah ini: Program untuk peningkatan kompetensi guru SD/MI dan SMP/MTs (sertifikasi guru, pelatihan guru, pendidikan lanjutan S1 untuk guru) Program pendidikan lanjutan S1 untuk kepala sekolah dan pengawas sekolah (SD/ MI dan SMP/MTs) Program untuk pemenuhan sarana belajar di sekolah (ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, perpustakaan dan perlengkapannya, laboratorium dan perlengkapannya) Program untuk mengatasi kekurangan guru Program untuk pemerataan distribusi guru Program dan kegiatan yang mendukung langsung pencapaian MDGs bidang pendidikan, antara lain seperti tabel di bawah ini: Program terkait pengentasan anak putus sekolah pendidikan dasar (termasuk pendidikan non formal seperti : Kejar Paket A, Kejar Paket B, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat/PKBM) Program terkait pengentasan buta huruf (termasuk pendidikan non formal seperti : Kejar Paket A, Kejar Paket B, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat/PKBM) Program terkait pendidikan anak usia dini (PAUD) 37

40 Contoh Tabel Program/Kegiatan Pendidikan Yang Dianggap Mendukung Langsung Pencapaian MDGS/SPM NAMA KEGIATAN KODE MDGs (KM) KODE SPM (KS) Anggaran dalam RAPBD yang sedang dibahas Program xxxx Kegiatan xxx KM.1/KM.2/KM.3 KS.1 Program yyyy Kegiatan yyyy KM.1/KM.2/KM.3 KS.1 KM.1/KM.2/KM.3 Jumlah KS.1 Keterangan: Kolom 1 Diisi dengan program dan kegiatan pendidikan yang mendukung langsung pencapaian SPM dan MDGs bidang pendidikan Kolom 2 Diisi dengan kode SPM yang relevan dengan program dan kegiatan tersebut. Kolom 3 Diisi dengan kode MDGs yang relevan dengan program dan kegiatan tersebut. Kolom 4 Diisi dengan jumlah anggaran yang dialokasikan untuk setiap kegiatan. Langkah 3 Lakukan pengisian tabel yang ada dibawah ini, dengan berdasarkan persoalan yang diketahui dan program/kegiatan pada Lampiran IV. Persoalan pendidikan yang bisa dicek Misal: warga yang buta huruf Format Analisis Alokasi Anggaran Pencapaian MDGS/SPM Pendidikan Dan Rekomendasi Ada/ tidak persoalan ini di kab/kota Jawaban masalah dianggarkan / tidak Memadai/tidak jumlah anggaran dan untuk kegiatan apa Apakah kegiatan menjawab masalah dan Rekomendasi Misal: ada Ada Hanya Rp 20 juta untuk paket A dan B, tidak memadai Pengadaan paket A dan B sudah ada, belum tahu apa efektif, Rekomendasi: Perlu cek hasil monitoring SKPD, perlu anggaran evaluasi program & kegiatan terkait buta huruf 38

41 APBD YANG PEKA TERHADAP KEBUTUHAN DAN BUDAYA MASYARAKAT BAJO Masyarakat Bajo adalah masyarakat yang hidup di pulau-pulau. Laut adalah kampung halaman mereka. Sekolah dan desa mereka di atas laut. Angka putus sekolah di daerah ini cukup tinggi. Setelah dicek di lapangan, hal ini terjadi karena guru sering tidak datang sehingga anak-anak tidak sekolah. Penyebab guru sering tidak dating ke sekolah karena gurunya tidak tinggal di kampung Bajo, sehingga setiap hari harus datang dengan perahu kecil (katinting) dengan dana pribadi mereka sendiri. Untuk mengatasi hal ini, di APBD Kabupaten Wakatobi, dianggarkan biaya transportasi guru-guru yang bertugas di sekolah Kampung Bajo agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan angka putus sekolah bisa berkurang. Perlu juga anggaran untuk peningkatan kapasitas bagi guru-guru yang mengajar di daerah khusus (daerah masyarakat adat seperti Kampung Bajo) Contoh: Di Kampung Bajo, pada saat air surut anak-anak yang sedang belajar di sekolah biasanya memilih untuk bubar dan pergi ke daerah air surut karena saat itu adalah kesempatan mencari makanan dan bermain. Pemahaman guru akan kebiasaan ini menjadi penting untuk mencari solusi agar kegiatan belajar mengajar tidak terganggu. 39

42 ANGGARAN PENDIDIKAN BERBASIS KONDISI LAPANGAN: MENINGKATKAN APM DI MADRASAH IBTIDAIYAH DAN TSANAWIYAH Di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, sekolah madrasah dan tsanawiyah yang dikelola Kementerian Agama kondisinya memprihatinkan. Satu ruangan digunakan untuk 3 kelas. Anak anak yang bersekolah di sini kebanyakan dari golongan tidak mampu dan mereka menjadi bagian dari capaian daerah akan Angka Partisipasi Murni (APM). Pemda membantu membangun beberapa ruangan kelas, tetapi tidak berani untuk mendanai lebih lanjut. Persoalan ini dimuat dalam Perda Kabupaten Sitaro sehingga Dinas Pendidikan mempunyai justifikasi hukum untuk mendanai dengan anggaran lebih besar dalam APBD. Di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, hal ini juga terjadi. Menurut pemda, murid-murid di Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah adalah bagian dari masyarakat kabupaten sehingga secara rutin alokasi anggaran APBD juga mendanai sekolah-sekolah yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agama. APBD YANG MENDUKUNG PEMENUHAN TENAGA PENDIDIK DI DAERAH TERPENCIL DAN KEPULAUAN Kabupaten Kepulauan Sangihe di Provinsi Sulawesi Utara sudah lama mengalami permasalahan kekurangan guru, khususnya di desa-desa terpencil dan pulau-pulau. Akibatnya, proses belajar mengajar tidak berjalan lancar dan banyak anak memilih untuk tidak sekolah. Walaupun sudah ada tambahan guru dari Program Indonesia Mengajar, tetapi belum mencukupi kebutuhan guru untuk SD dan SMP. Dinas Pendidikan menggagas Program Sangihe Mengajar yang merekrut sarjana pendidikan lokal sebagai guru tidak tetap untuk ditempatkan di desadesa terpencil dan pulau-pulau. Program ini didukung oleh DPRD dengan memberikan tambahan alokasi dana Rp. 270 juta pada tahun 2013 untuk honor guru 26 orang guru. Program Sangihe Mengajar berkontribusi pada peningkatan capaian Angka Partisipasi Murid (APM) di daerah-daerah khusus tersebut. 40

43 4.3.2 TEKNIK 4 ANALISIS ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENCAPAIAN SPM DAN MDGs BIDANG KESEHATAN A. Pengertian Analisis alokasi anggaran untuk pencapian SPM dan MDGs bidang kesehatan adalah analisis mengenai alokasi anggaran bagi program/kegiatan untuk menyelesaikan permasalahan pelayanan dasar kesehatan untuk mencapai SPM dan MDGs. B. Tujuan Analisis Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi dan memastikan bahwa program/kegiatan yang menjawab kebutuhan dan permasalahan pelayanan dasar pendidikan untuk mencapai SPM dan MDGs mendapatkan alokasi anggaran yang memadai. C. Langkah-langkah Langkah 1 Siapkan dokumen kesehatan berupa Laporan SPM atau profil kesehatan tahun bersangkutan, RPJMD dan RKPD. Periksa apa saja persoalan yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu/AKI, Angka Kematian Bayi/AKB, Angka Kematian Balita/AKABA, penyakit menular termasuk HIV/AIDS dan TBC, serta gizi buruk. Selain itu bisa digunakan catatan mengenai persoalan kesehatan yang digali dan didiskusikan dengan masyarakat ketika reses. Langkah 2 Buka Lampiran IV untuk sektor kesehatan. Cermati dan tandai program dan kegiatan yang menjawab masalah SPM dan MDGs dengan melakukan pemetaan (mapping) program/kegiatan sebagai berikut: Program/kegiatan mana yang mendukung langsung pencapaian SPM kesehatan. Program/kegiatan mana yang mendukung langsung pencapaian MDGs bidang kesehatan (Tujuan 3, 4, 5, 6, dan 7) Program/kegiatan yang sifatnya perlu tapi tidak mendukung langsung pencapaian MDGs dan SPM kesehatan. Program /kegiatan yang tidak perlu dan tidak mendukung pencapaian MDGs dan SPM kesehatan. 41

44 Contoh Tabel Program/Kegiatan Kesehatan Yang Dianggap Mendukung Langsung Pencapaian MDGS/SPM NAMA KEGIATAN Program Obat & Perbekalan Kesehatan Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Upaya Kesehatan Masyarakat Pemeliharaan dan Pemulihan Kesehatan Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan KODE MDGs (KM) KODE SPM (KS) Anggaran dalam RAPBD yang sedang dibahas KM.1/KM.2/KM.3 KS ,00 KM.1/KM.2/KM.3 KS ,00 KM.1/KM.2/KM.3 KS ,00 Peningkatan Kesehatan Masyarakat KM.1/KM.2/KM.3 KS ,00 Program Pencegahan dan Penanggulanan Penyakit Menular Penyemprotan/fogging Sarang Nyamuk Pelayanan Pencegahan & Penanggulangan Penyakit Menular Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/ puskesmas Pembantu dan Jaringannya KM.3 KS ,00 KM.3 KS ,00 Pembangunan Puskesmas KM.1/KM.2/KM.3 KS ,00 Pembangunan Puskesmas Perairan KM.1/KM.2/KM.3 KS ,00 Pengadaan Sarpras Puskesmas KM.1/KM.2/KM.3 KS ,0 JUMLAH ,00 Keterangan: Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Diisi dengan program dan kegiatan pendidikan yang mendukung langsung pencapaian SPM/MDGs. Diisi dengan kode MDGs yang relevan dengan program dan kegiatan tersebut. Diisi dengan kode SPM yang relevan dengan program dan kegiatan tersebut. Diisi dengan jumlah anggaran yang dialokasikan untuk setiap kegiatan. 42

45 Langkah 3 Lakukan pengisian tabel di bawah ini berdasarkan persoalan yang diketahui dan program/kegiatan berikut. Format Analisis Alokasi Anggaran Pencapaian MDGS/SPM Kesehatan Dan Rekomendasi Indikator Persoalan kesehatan yang bisa dicek Ada/ tidak persoalan ini di kab/kota Jawaban masalah dianggarkan /tidak Memadai/ tidak jumlah anggaran untuk kegiatan apa Apakah kegiatan menjawab masalah? Jika tidak, apa rekomendasinya? Angka kematian Bayi dan Anak Tinggi Ada Ada 200 juta Tidak, krn alokasi hanya utk bagi bagi makanan tambahan 2 kali. Rekomendasi: Perlu anggaran untuk disurvei mengapa Angka kematian Keterangan: Kolom 1 Diisi dengan masalah kesehatan yang bisa dicek dari dokumen maupun temuan survey atau hasil reses, misalnya angka kematian ibu, kasus gizi buruk, kondisi fasilitas puskesmas, dst. Kolom 2 Diisi jawaban apakah ada atau tidak permasalahan tersebut di daerah yang bersangkutan. Kolom 3 Diisi apakah ada atau tidak alokasi anggaran dalam RAPBD yang sedang di bahas untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kolom 4 Diisi pendapatan tentang alokasi anggaran yang dianggarkan apakah memadai atau tidak dan untuk kegiatan apa. Kolom 5 Diisi dengan review singkat apakah kegiatan yang rencanakan relevan dengan permasalahan yang terjadi serta usulan rekomendasi untuk perbaikan rencana tersebut. 43

46 SURVEI UNTUK MENEMUKAN MASALAH KESEHATAN YANG PERLU DIDUKUNG ANGGARAN Dari hasil survei Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara tentang kondisi alat kesehatan di desa-desa, ditemui bahwa banyak timbangan bayi dan timbangan dewasa yang sudah rusak. Persoalannya, bagaimana bisa memonitor kesehatan bayi dan ibu kalau alat yang utama tidak berfungsi? Selain itu, ditemukan informasi bahwa kebanyakan ibu meninggal karena pendarahan dan tekanan daerah tinggi, tetapi tidak ada tensimeter yang mengukur tekanan darah dan Hb meter yang mendeteksi anemia pada ibu hamil. Berdasarkan hasil survey ini, Dinas Kesehatan mengalokasikan anggaran pada APBD 2012 untuk pengadaan alat kesehatan bagi para bidan di desa-desa. Kegiatan penimbangan bayi di posyandu (Kab. Minut) 44

47 ALOKASI ANGGARAN UNTUK MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI Angka kematian ibu di Kabupaten Buton Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara, cukup tinggi sementara cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah. Salah satu penyebab kematian ibu adalah terlambatnya melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan khususnya untuk ibu hamil dan bersalin resiko tinggi. Keterlambatan untuk melakukan rujukan dikarenakan mahalnya biaya transportasi yang harus ditanggung keluarga dari desa ke fasilitas kesehatan rujukan (belum termasuk biaya akomodasi dan konsumsi bagi pendamping ibu bersalin selama dirawat). Oleh karena itu, dalam APBD dianggarkan biaya rujukan persalinan bagi ibu hamil resiko tinggi dari keluarga miskin. Sejak adanya program jaminan biaya rujukan persalinan ini, jumlah kematian ibu di Kabupaten Buton Utara menurun drastis pada tahun

48 4.3.3 TEKNIK 5 ANALISIS EFISIENSI ANGGARAN UNTUK PELAYANAN DASAR A. Pengertian Analisis efisiensi anggaran adalah analisis untuk melihat pos alokasi anggaran yang terlalu tinggi sehingga bisa diefisienkan. Efesiensi berkorelasi langsung dengan pospos alokasi anggaran yang berpotensi boros. B. Tujuan Analisis Analisis ini dimaksudkan untuk melihat apakah ada pos alokasi anggaran yang bisa diefisienkan atau dikurangi sehingga anggaran tersebut bisa dipakai untuk menambahkan anggaran yang diperlukan untuk peningkatan pelayanan dasar. C. Langkah-langkah Langkah 1 Lihat Lampiran IV APBD untuk pendidikan atau kesehatan. Langkah 2 Lihat anggaran untuk program/kegiatan pada lampiran IV dan identifikasi jika ada program dan kegiatan yang bisa diefisienkan. Misalnya anggaran sewa gedung kantor dalam belanja barang dan jasa. Perlu dicermati, apakah selama ini gedung rumah sakit belum tersedia. Atau memastikan apakah tidak ada asset fasilitas pemda yang bisa ditempati rumah sakit. Langkah 3 Rumuskan hasil analisis dan rekomendasi perubahan. Ingat rekomendasi sangat tergantung pada hasil analisis atas pos anggaran. Bila hasilnya ditemukan terjadi pemborosan atau potensi mark up/menaikkan harga dari satuan target yang diajukan, maka rekomendasinya adalah efesiensi anggaran atas program tersebut. Namun demikian, bila hasil analisisnya ditemukan program yang diajukan tidak mendesak untuk dilaksanakan atau karena tidak tepat sasaran, maka rekomendasinya adalah melakukan penghapusan program untuk dialihkan anggarannya kepada program mendesak yang berkaitan langsung dengan pelayanan dasar. 46

49 Contoh Kasus Analisis Efisiensi Anggaran Pendidikan Bandingkan anggaran untuk kebutuhan kantor dan pelayanan pendidikan. Misalnya, anggaran untuk alat tulis menulis sebesar Rp ,00. Anggaran untuk pengadaan pagar dan penimbunan halaman sebesar Rp Sementara anggaran untuk memberantas buta huruf sebesar Rp , dan Paket B untuk anak putus sekolah hanya Rp Rekomendasi : Anggaran yang bisa diefisienkan adalah anggaran untuk alat tulis, anggaran ntuk pagar dan timbun tanah. Dari alokasi yang dikurangi bisa menambah alokasi anggaran untuk keaksaraan, Paket B dan C atau dana Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau pendataan putus sekolah. 47

50 Selain contoh di atas, bisa dicermati contoh mark up belanja di bawah ini: TIDAK EFISIEN ATAUKAH MARK UP BELANJA? Anggaran untuk baju seragam kerap cukup besar, sehingga pertanyaannya: Apakah kita perlu anggaran sebesar itu? Jika bisa dikurangi, anggaran bisa diefisienkan untuk pelayanan dasar. Seorang Ketua DPRD pernah berkata bahwa anggaran fotokopi bisa sampai 300 juta pada satu SKPD. Berarti ada alokasi kurang lebih Rp 1 juta per hari untuk fotokopi, dan jika harga fotokopi Rp 200 per lembar, maka setiap hari ratarata 5000 lembar yang difotokopi. Jumlah yang cukup tinggi. Anggaran ini bisa direkomendasikan untuk dikurangi dan dialihkan untuk menambah anggaran pelayanan pendidikan dan kesehatan. PEMBOROSAN ANGGARAN PERJALANAN DINAS DIEFISIENKAN Dinas Kesehatan di sebuah Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan Rp ,00 untuk perjalanan dinas. Jumlah ini jauh lebih besar dari jumlah anggaran untuk 4 program pelayanan dasar (perbaikan gizi masyarakat, pengembangan lingkungan sehat, pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, serta pengawasan dan pengendalan kesehatan makanan) yang hanya dianggarkan Rp ,00 Padahal, kebijakan belanja barang dan jasa dalam RKPD menyatakan bahwa penganggaran belanja perjalanan dinas, baik perjalanan dinas dalam maupun luar daerah, agar dilakukan secara selektif, serta frekuensi dan jumlah harinya dibatasi sesuai kebutuhan riil. Dengan dasar kebijakan RKPD tersebut, DPRD merekomendasikan agar alokasi perjalanan dinas dikurangi dan menambah alokasi anggaran bagi program pelayanan dasar kesehatan. 48

51 4.3.4 TEKNIK 6 ANALISIS EFEKTIVITAS ANGGARAN UNTUK PELAYANAN DASAR A. Pengertian Analisis efektivitas anggaran adalah analisis untuk mengkaji apakah alokasi anggaran untuk program/kegiatan yang bertujuan mengatasi masalah pelayanan dasar sudah cukup efektif dan memadai untuk mencapai tujuan tersebut. B. Tujuan Analisis Analisis ini dimaksudkan untuk memastikan alokasi anggaran yang lebih tepat dan efektif mendukung program/kegiatan untuk menjawab masalah pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan. C. Langkah-Langkah Langkah 1 Buka dan cermati Lampiran IV dokumen RAPBD Langkah 2 Lihat anggaran untuk program/kegiatan pada lampiran IV dan identifikasi jika ada jenis program/ kegiatan yang bisa diefektifkan. No. Format Identifikasi Kegiatan Yang Bisa Diefektifkan Nama 1 KegiatanPenyediaan jasa administrasi dan keuangan 2 Penyusunan laporan keuangan sumesteran Anggaran yang diusulkan Temuan ,- Tidak jelas fungsinya dan sudah ada pegawai/staf PNS yang menangani khusus ,- Ini untuk siapa? pegawai atau jasa pihak lain? (berpotensi bocor) Usulan Rekomendasi Dihilangkan untuk direlokasi kegiatan lain Dihilangkan untuk direlokasi kegiatan lain. 49

52 4.4 ANALISIS POTENSI KORUPSI DALAM RAPBD A. Pengertian Analisis potensi korupsi dalam RAPBD adalah kegiatan analisis yang difokuskan untuk mengkritisi RAPBD dengan melakukan pemetaan terhadap alokasi anggaran yang berpotensi untuk dikorupsi dalam pelaksanaannya. Apa Korupsi Itu? Korupsi adalah perbuatan buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi merupakan tindak pidana. Menurut undang-undang ini pelaku korupsi adalah setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. 50

53 Korupsi APBD Winarso dan Syamsuddin Alimsyah (2011) menjelaskan korupsi APBD selama ini sudah melalui proses yang direncanakan oleh para pihak yang terlibat dalam proses penyusun APBD, baik karena ada dorongan pihak luar yang menjanjikan pendapatan berlebih atau karena atas kehendaknya sendiri. B. Tujuan Tujuan analisis dilakukan untuk memastikan apakah alokasi anggaran yang diajukan dalam RAPBD sesuai aturan dan tepat sasaran sesuai peruntukannya untuk mencegah atau mengantisipasi penyalahgunaan anggaran/korupsi dalam pelaksanaan APBD. C. Langkah-Langkah Langkah 1 Buka dan cermati Lampiran IV dokumen RAPBD Langkah2 Lihat anggaran untuk program/kegiatan pada Lampiran IV dan identifikasi apakah anggaran itu sesuai dengan aturan Format Identifikasi Kegiatan yang Berpotensi Korupsi No. Nama Kegiatan Anggaran yang diusulkan 1 Honorarium bagi anggota DPRD dalam pembahasan Peraturan perundangan daerah. Analisis PP 24 tahun 2004 tidak mengatur pemberian honor bagi DPRD dalam membentuk perda Sehingga akan terjadi doble budget (penganggaran ganda) karena sudah menjadi bagian dari tugas DPRD dalam rangka pelaksanaan fungsi legislasi Ditemukan jalan Usulan Rekomendasi Alokasi anggaran untuk pos tersebut dihilangkan atau dialihkan pada kegiatan lain 51

54 2 Alokasi anggaran Peningkatan jalan 3 Alokasi anggaran pembangunan gedung olah raga 4 Alokasi anggaran untuk kegiatan : BIM- TEK DPRD 55 orang Ditemukan jalan masih dalam kondisi baik dan tidak terlalu panjang dan lebar sehingga biaya pemeliharaanya tidak perlu sebesar itu ditemukan gedungnya sudah dibangun sebelum pembahasan anggaran. - anggaran tinggal formalitas saja untuk melegitimasi pembayaran atas pekerjaan yang sudah ditentukan sebelumnya oleh pejabat tertentu jumlah anggota DPRD dan sekwan keseluruhan hanya 50 orang, sehingga ada selisih 5 orang Dihilangkan untuk direlokasi kegiatan lain. Atau diganti kegiatan dengan merasionalkan anggaran Anggaran dialihkan untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat bagi masyarakat Anggaran dirasionalisasi sesuai kebutuhan Langkah3 Rumuskan hasil analisis dan rekomendasi perubahan. Bila alokasi anggaran tersebut bertentangan aturan maka harus dicoret atau dihilangkan dalam daftar kegiatan yang disetujui untuk dialihkan atau direlokasi dengan menambahkan anggaran atas kegiatan yang disetujui atau dengan membuat kegiatan baru yang mendesak. MODUS KORUPSI APBD Korupsi paling berpotensi dalam APBD terjadi dalam pos anggaran pendapatan dan belanja daerah, yakni: 1. Praktik korupsi melalui sumber dana pendapatan daerah dengan cara menyembunyikan sebagian realisasi pendapatan daerah. Misalnya, secara sengaja menetapkan target pajak perhotelan hanya Rp. 10 miliar, dan saat pelaporan Dinas Pendapatan Daerah melaporkan realisasi 11 Miliar seolah-olah melampui target 1 Milyar. Pada hal kenyataan realisasi pajak hotel seharusnya Rp. 20 milyar sehingga ada selisih yang sengaja disembunyikan atau tidak dilaporkan sebanyak Rp. 9 miliar. 52

55 2. Penipuan terhadap anggaran. Modus ini dilakukan dengan cara mengambil pos anggaran yang bukan peruntukannya. Misalnya dana penelitian kualitas pelayanan publik dialihkan menjadi biaya survei konsultan politik untuk pemenangan Bupati. Ini berpotensi terjadi di daerah yang memasuki masa pilkada dan Bupatinya berniat maju kembali sebagai kandidat Bupati periode berikutnya. 3. Menciptakan anggaran baru yang sebenarnya tidak diatur dalam peraturan. Misalnya pengalokasian dana aspirasi atau pagu politik. 4. Mark up anggaran. Misalnya melebihkan berbagai tunjangan anggota dewan yang telah diatur dalam PP Nomor 24 tahun 2004 tentang Kedudukan Keuangan dan Protokoler Pimpinan dan Anggota DPRD. 5. Pembuatan anggaran tanpa perincian. Modus ini dilakukan dengan cara membuat anggaran dalam bentuk satuan tanpa diperinci lagi. D. Praktek-Praktek Yang Dapat Membocorkan Anggaran 1. Menyembunyikan sumber pendapatan daerah. Praktik penyembunyian sumber pendapatan biasanya ditemukan dalam dua modus. Pertama, Pemerintah secara sengaja atau lalai dengan tidak menerbitkan aturan pungutan yang secara ketat terhadap obyek pajak atau retribusi tertentu. Kedua, Pemerintah secara sengaja lalai dalam pengawasan pungutan retribusi atau pajak sehingga berpotensi menimbulkan kebocoran pungutan. 2. Mengerjakan lebih dulu pekerjaan/pengadaan barang/jasa sebelum tersedianya anggaran. Misalnya; oknum Pemerintah merestui pekerjaan proyek peningkatan infrastruktur jalan lebih awal sebelum penetapan APBD. akibatnya pembahasan APBD menjadi formalitas saja untuk membayar nilai proyek yang sudah dikerjakan. 3. Pemotongan uang anggaran oleh pihak-pihak tertentu. Praktik pemotongan uang paling sering ditemukan dalam alokasi anggaran bantuan sosial (Bansos) atau biaya penelitian. Biasanya, oknum pejabat berwenang secara sengaja mengajak calon menerima bantuan sosial bernegosiasi untuk dipotong sebagian dana bantuan yang akan ditanda tangani dalam kuitansi. Pemotongan biasa dilakukan untuk tujuan tertentu. Pertama, mengalihkan sebagian anggaran kepada pihak lain yang tidak terdaftar selaku penerima bantuan karena memiliki kedekatan oleh pejabat yang menangani bansos. Kedua, digunakan untuk keperluan memperkaya pribadi. 53

56 4. Pemberian suap/sogok (bribery). Praktik suap dilakukan oleh oknum tertentu, misalnya pihak-pihak yang berkehendak mendapatkan proyek pada pemerintahan atau karena kepentingan lain. Suap dilakukan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dari orang atau pegawai atau pejabat yang disuap 5. Penggelapan (emblezzement). Praktik penggelapan anggaran lebih sering ditemukan dalam alokasi anggaran bantuan sosial dan hibah. Sering kali bantuan sosial diperuntukkan untuk rehabilitasi korban bencana atau bantuan masyarakat miskin, namun oleh oknum tertentu dana tersebut tidak disalurkan dengan tepat sasaran. 6. Pertentangan kepentingan/memiliki usaha sendiri (internal trading). UU 27 tahun 2009 tentang MD3 secara tegas melarang seorang anggota DPR, DPRD terlibat langsung maupun mengelola proyek yang didanai dengan menggunakan uang Negara. Karenanya, dalam UU tersebut, DPR dan DPRD dilarang merangkap jabatan dalam perusahan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pertentangan kepentingan dalam membahas anggaran. Termasuk untuk mencegah terjadinya manipulasi kekuasaan yang dapat menguntungkan perusahaannya sendiri. 7. Pilih kasih (favoritisme). Praktik pengajuan alokasi anggaran yang dilatari atas semangat balas budi. Misalnya mengajukan alokasi anggaran dengan memberi prioritas kepada lembaga-lembaga tertentu yang memiliki kedekatan tertentu dengan pejabat bersangkutan. Salah satu modusnya adalah dengan memberikan garansi atau pekerjaan proyek kepada lembaga tertentu atas dasar balas budi karena lembaga tersebut menjadi salah satu pemodal saat menjadi calon bupati 54

57

58 Jika anda pempunyai saran untuk perbaikan panduan ini, mohon kirimkan saran dan kritik anda kepada kami melalui kepada : namanembu@gmail.com

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan urusan wajib yang harus dipenuhi oleh pemerintah

Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan urusan wajib yang harus dipenuhi oleh pemerintah PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No.17 - September 2013 Komitmen Sultra Peran Pemerintah Provinsi dalam Mempercepat Pencapaian SPM dan MDGs di Sulawesi Tenggara Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang : a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Hal mendasar dalam perencanaan pembangunan tahunan adalah kemampuannya dalam memproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah secara

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG TENTANG PAGU INDIKATIF ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2008 BERITA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH BERPERSPEKTIF GENDER KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE

Lebih terperinci

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD 5.1. Evaluasi APBD Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Solok diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya berasal

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU SALINAN PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Kabupaten Cianjur (Renstra -Bappeda) Tahun yang disusun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Kabupaten Cianjur (Renstra -Bappeda) Tahun yang disusun BAB I PENDAHULUAN Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cianjur (Renstra -Bappeda) Tahun 2011-2016 yang disusun mengacu kepada RPJMD Kabupaten Cianjur Tahun 2011-2016, perlu

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 sebagai dokumen perencanaan periode lima tahunan,

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G 1 Menimbang Mengingat : a. b. c. 1. 2. PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pemerintah Daerah Dan Fungsi Pemerintah Daerah 1. Pengertian Pemerintah Daerah Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 ayat (5), pengertian pemerintahan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGGARAN 2016

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGGARAN 2016 BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG --------------------------------------------------------------------------------PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2015 ---------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penentu maju tidaknya suatu bangsa, bagaimana tingkat pendidikan suatu generasi akan sangat menentukan untuk kemajuan suatu bangsa kedepannya.

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL RENCANA KERJA 2017 Rancangan Akhir Rencana Kerja KATA PENGANTAR Bidang kependudukan merupakan salah satu hal pokok dan penting

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang PPAS APBD 2016 BAB I 1

1.1 Latar Belakang PPAS APBD 2016 BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan dan penganggaran adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan dalam Seminar Pembangunan Abad Milenium/Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan

Lebih terperinci

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi BAB 4 P E N U T U P Kata Pengantar Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Bab 4 Berisi : Gorontalo di susun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Provinsi Kesimpulan dari hasil penyusunan Gorontalo

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS Mesin Pemotong Rumput RENCANA KERJA 2015 iii KATA PENGANTAR Perubahan paradigma sistim perencanaan berimplikasi pada proses perencanaan yang cukup panjang,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Juknis Penyusunan RKA Dinas Kominfo Tahun Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Juknis Penyusunan RKA Dinas Kominfo Tahun Anggaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang- undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang- undang nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengintegrasikan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN FORUM DELEGASI MUSRENBANG KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2008

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

Lebih terperinci

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI Paparan bab ini tidak menjelaskan tentang kegiatan pemantauan dan evaluasi sanitasi tetapi hanya memuat tentang strategi untuk melakukan pemantauan dan evaluasi dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PEMBANGUNAN TERINTEGRASI DAERAH

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PEMBANGUNAN TERINTEGRASI DAERAH BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PEMBANGUNAN TERINTEGRASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a. bahwa Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR: 8 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 T E N T A N G KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATEN

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG NOMOR 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

WALIKOTA TANJUNGBALAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI

WALIKOTA TANJUNGBALAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI WALIKOTA TANJUNGBALAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

Lebih terperinci

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH 1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi,

Lebih terperinci

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENYUSUNAN RKA SKPD

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENYUSUNAN RKA SKPD ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) PENYUSUNAN RKA SKPD Sesi 10 Penyusunan RKA SKPD Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. SIKLUS APBN & ASUMSI DASAR EKONOMI Tujuan Pembelajaran pada sesi ini adalah sebagai

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI i ii iii v BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Acuan Kebijakan I-1 1.2. Pendekatan Kebijakan Nasional I-4 1.3. Pokok Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN Oleh : NAMA : HASIS SARTONO, S.Kom NIP : 19782911 200312 1 010

Lebih terperinci