BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang bersifat
|
|
- Surya Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2.1 Tuberkulosis (TB) Paru Definisi TB Paru BAB II TINJAUAN PUSTAKA TB paru adalah penyakit yang ditimbulkan karena adanya infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang bersifat sistemis (menyeluruh) sehingga dapat mengenai hampir seluruh organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi yang pertama kali terjadi. TB paru menyebabkan reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-paru, yang meliputi penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag dan pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa yang membentuk tuberkel. Proses pembentukan dinding ini membantu membatasi penyebaran bakteri tuberkulosis kemudian di dalam paru-paru (Algasaff, 1989). Tuberkulosis disebabkan oleh kuman, dan bukanlah penyakit keturunan. Karena disebabkan oleh kuman maka tuberkulosis dapat ditularkan dari seseorang ke orang lain. Bila seorang penderita tuberkulosis batuk-batuk misalnya, maka kuman tuberkulosis yang ada di dalam paru-parunya akan ikut dibatukkan keluar, dan bila kemudian terhirup orang lain maka kuman tuberkulosis tersebut akan ikut pula terhisap dan mungkin menimbulkan penyakit. Hanya saja memang perlu diketahui bahwa tidak semua penderita tuberkulosis paru berpotensi menularkan penyakitnya pada orang lain (Amin dan Bahar, 2006). 10
2 Tatalaksana Pasien TB Penemuan Pasien TB dan Diagnosis TB Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan terduga pasien, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien (Kemenkes, 2014). Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan keluhan tersebut. Penemuan pasien TB merupakan langkah pertama dalam tatalaksana pasien TB (Kemenkes RI, 2014). Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB serta sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap: a. Kelompok khusus yang rentan terhadap atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien HIV, Diabetes melitus, dan malnutrisi. b. Kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang beresiko tinggi terjadinya penularan TB, seperti: lapas/rutan, tempat pengungsian, daerah kumuh, tempat kerja, asrama, dan panti jompo. c. Anak di bawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien TB. d. Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resisten obat. Tahap awal penemuan pasien TB paru dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki gejala utama batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
3 12 malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes RI, 2014). Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Berdasarkan pedoman TB nasional yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI pada tahun 2014, menjelaskan bahwa pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS): a. S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung pertama kali ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua. b. P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasilitas pelayanan kesehatan. c. S (sewaktu): dahak ditampung di fasilitas pelayanan kesehatan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi. Dalam upaya pengendalian TB secara nasional, maka diagnosis TB paru harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan, dan tes cepat. Apabila pemeriksaan bakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter yang
4 13 telah terlatih TB. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun underdiagnosis. Juga tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaan uji tuberkulin Klasifikasi dan Tipe Pasien TB Berdasarkan pedoman TB nasional yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI pada tahun 2014, menjelaskan bahwa tujuan dari pengklasifikasian dan pemberian tipe pada pasien TB adalah untuk kepentingan pengobatan dan surveilan penyakit, dengan maksud: a. Pencatatan dan pelaporan pasien yang tepat. b. Penetapan paduan pengobatan yang tepat. c. Standardisasi proses pengumpulan data untuk pengendalian TB. d. Evaluasi proporsi kasus sesuai lokasi penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan. e. Analisis kohort hasil pengobatan. f. Pemantauan kemajuan dan evaluasi efektifitas program TB secara tepat baik dalam maupun antar kabupaten / kota, provinsi, nasional, dan global. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, pasien TB dapat dikelompokkan menjadi : a. Pasien baru
5 14 Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. b. Pasien kambuh (relaps) Adalah pasien TB yang telah sembuh atau mendapat pengobatan lengkap, kemudian dinyatakan sakit TB kembali dengan BTA(+). c. Pasien pengobatan setelah putus berobat Adalah pasien yang putus berobat selama 2 bulan atau lebih, kemudian dinyatakan masih sakit TB dengan hasil BTA(+) d. Pasien gagal (failure) Adalah pasien TB yang mulai pengobatan kembali setelah hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan ke-5 atau lebih, pada masa pengobatan sebelumnya. e. Pasien pindahan (transfer in) Adalah pasien yang dipindahkan dari Puskesmas/Rumah Sakit antar kabupaten/kota yang berbeda untuk melanjutkan pengobatannya Pengobatan Pasien TB Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB (Kemenkes RI, 2014). Dalam proses pengobatan, pasien TB akan diberi OAT (Obat Anti Tuberkulosis) karena OAT adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB. Tujuan pengobatan TB adalah: a. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup b. Mencegah kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya
6 15 c. Mencegah terjadinya kekambuhan TB d. Menurunkan penularan TB e. Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat Berdasarkan pedoman TB pada tahun 2014, prinsip pengobatan TB adalah sebagai berikut: a. OAT adalah komponen terpenting dalam pengobatan b. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya yang paling efisien untuk mencegah penularan lebih lanjut dari kuman TB c. Pengobatan diberikan dalam paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi d. Diberikan dalam dosis yang tepat e. OAT ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO sampai selesai pengobatan f. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan Pengobatan TB harus meliputi 2 tahap yaitu: a. Tahap awal: pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan teratur
7 16 dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu. b. Tahap lanjutan: tahap ini merupakan tahap yang penting untuk membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang digunakan dalam pengobatan TB adalah sebagai berikut: a. Isoniazid (H) b. Rimfapisin (R) c. Parazinamid (Z) d. Streptomisin (S) e. Etambutol (E) Paduan obat yang digunakan di Indonesia sesuai dengan rekomendasi WHO yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis adalah : a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 Paduan OAT ini diberikan kepada pasien baru yaitu pasien TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis, pasien TB paru yang terdiagnosis klinis, dan pasien TB ekstra paru. b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 Paduan OAT ini dberikan kepada pasien BTA(+) yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang), yaitu pasien kambuh, pasien gagal pada
8 17 pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya, dan pasien yang diobati kembali setelah putus obat (lost to follow-up). c. Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR d. Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini ke-1 yaitu piranizamid dan etambutol. Dalam kegiatan pengobatan TB, harus selalu dilakukan pemantauan. Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis (Kemenkes RI, 2014). Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu contoh uji positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif (Kemenkes RI, 2014). Hasil dari pemeriksaan mikroskopis semua pasien sebelum memulai pengobatan harus dicatat. Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA positif merupakan suatu cara terpenting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan. Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus memulai pengobatan tahap lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan apabila tidak mengalami konversi). Pada semua pasien TB BTA positif, pemeriksaan
9 18 ulang dahak selanjutnya dilakukan pada bulan ke 5. Apabila hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan hingga seluruh dosis pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir pengobatan (Kemenkes RI, 2014). 2.2 Perilaku Pengertian Perilaku Perilaku menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2003) adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons). Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh penderita TB paru dalam menjalani pengobatan, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut : a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk. b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-
10 19 komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud. c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan- tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau penguat untuk masing-masing komponen tersebut. d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka penguatnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi penguat (komponen pertama tidak memerlukan penguat lagi), demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk Perilaku Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dengan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Backer dalam Notoatmodjo (2010), membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan antara lain :
11 20 1. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. 2. Perilaku sakit (illness behavior), yakni mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya. 3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni dari segi sosiologis orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban itu harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain, yang selanjutnya disebut perilaku orang sakit. Perilaku ini melipuli : a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan. b. Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak. c. Mengetahui hak dan kewajiban orang sakit Determinan dan Perubahan Perilaku Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor (Notoatmodjo, 2003). Perilaku menurut Notoatmodjo (2003) terbentuk dari dua faktor utama yakni: Stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal). Faktor eksternal adalah faktor lingkungn, baik lingkungan fisik
12 21 maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Respons merupakan faktor dari diri dalam diri orang yang bersangkutan tersebut (faktor internal). Faktor internal adalah faktor yang menentukan respons seseorang terhadap stimulus seperti: perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan dalam teorinya bahwa perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor: a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilainilai, dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan, laboratorium, dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Karr dalam Notoatmodjo (2010) mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu : a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya.
13 22 b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). c. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. e. Adanya kondisi atau situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat WHO menganalisis bahwa ada 4 alasan pokok (determinan) yang menyebabkan seseorang berperilaku, yaitu: a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) dapat diartikan sebagai pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berprilaku. b. Kepercayaan (personal references). Di dalam masyarakat dimana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh setempat. c. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang. d. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010).
14 Kepatuhan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kepatuhan dapat didefinisikan sebagai sifat patuh atau ketaatan (taat pada perintah, aturan, dan sebagainya). Kepatuhan atau ketaatan adalah tingkat pasien dalam melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau orang lain. Haynes & Sackett (1976) mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Dalam hal pengobatan TB Paru, Kemenkes RI (2014) mengemukakan bahwa penderita yang patuh berobat ialah yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 8 bulan, sedangkan penderita yang tidak patuh adalah penderita yang tidak datang rutin berobat dan bila frekuensi meminum obat tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana pengobatan yang ditetapkan. Selain menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan hal penderita TB paru dinyatakan patuh dalam pengobatan TB paru ialah penderita yang melakukan pemeriksaan dahak mikroskopis secara langsung yaitu : a. Akhir tahap intensif b. Sebulan sebelum akhir pengobatan c. Akhir pengobatan. Dunbar & Stunkard dalam Niven (2002) mengemukakan bahwa saat ini ketidakpatuhan pasien telah menjadi masalah serius yang dihadapi tenaga
15 24 kesehatan profesional. Oleh karena itu penting untuk diketahui tentang tingkat kepatuhan, faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan dan cara-cara untuk meningkatkan kepatuhan. Ley (1988) menyatakan bahwa 48,7% pasien gagal meminum antibiotik mereka, 37,5% gagal meminum obat-obat anti tuberkulosis, dan bahkan diantara pasien-pasien yang berusaha untuk mematuhi instruksi yang diberikan pada mereka, 25% sampai 75% mungkin meminum dosis yang salah, lebih dari 30% membuat kesalahan yang potensial berakibat fatal. Niven (2002) menyatakan bahwa derajat kepatuhan ditentukan oleh beberapa faktor: Kompleksitas prosedur pengobatan Derajat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan Lamanya waktu dimana pasien harus mematuhi nasihat tersebut Apakah penyakit tersebut benar-benar menyakitkan Apakah pengobatan tersebut terlihat berpotensi menyelamatkan hidup Keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien dan bukan profesional kesehatan. Niven (2002) menyatakan ada empat faktor yang memengaruhi kepatuhan, diantaranya yaitu: 1. Pemahaman tentang instruksi, 2. Kualitas interaksi, 3. Isolasi sosial dan keluarga, 4. Keyakinan, sikap dan kepribadian
16 25 Lorenc dalam Niven (2002) menyatakan dalam kuesioner penelitiannya bahwa : 1. Kepatuhan dapat ditingkatkan dengan menyediakan informasi yang komprehensif melalui leaflet. 2. Tingkat pengetahuan pasien tidak ada yang perlu dilakukan dengan kemungkinannya untuk menjadi patuh. 3. Pasien yang mengalami perawatan dalam jangka waktu lama, kepatuhannya kurang dibandingkan dengan pasien yang mengalami perawatan dalam jangka waktu pendek. 4. Pasien yang merasa puas akan lebih patuh terhadap anjuran pengobatan. 5. Pasien diatas 65 tahun akan lebih tidak patuh dibandingkan dengan pasien yang lebih muda. 6. Orang-orang yang hidup sendiri cenderung melakukan pengobatan dibandingkan dengan pasien-pasien lainnya. 7. Frekuensi minum obat yang lebih sering, secara otomatis akan menurunkan kepatuhan. Pengkajian yang akurat terhadap individu yang tidak patuh merupakan suatu tugas yang sulit (Cluss dalam Niven, 2002). Gordin dalam Niven (2002) mengatakan bahwa perkiraan tentang kepatuhan yang dilakukan oleh profesional kesehatan dan laporan yang disampaikan oleh pasien sendiri adalah tidak akurat.
17 LandasanTeori Landasan teori yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan teori Lawrence Green yang dijelaskan oleh Notoatmodjo (2003) mengenai determinan perilaku dalam hal ini perilaku yang dimaksud adalah perilaku penderita TB paru dalam melakukan pengobatan TB paru. Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan dalam teorinya bahwa perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor: a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilainilai, dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan, laboratorium pemeriksaan sputum, dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, motivasi dari keluarga yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
18 KerangkaKonsep Berdasarkan penjelasan dari landasan teori diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Faktor Predisposisi (predisposing factors): 1. Karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga ) 2. Pengetahuan pasien tentang TB paru 3. Sikap pasien TB paru Faktor Pendukung (enabling factors) : 1. Jarak dari tempat tinggal ke Puskesmas 2. Ketersediaan OAT di Puskesmas Kepatuhan Pengobatan Penderita TB Paru Faktor Pendorong (reinforcing factors) : 1. Sikap Petugas Kesehatan 2. Motivasi dari keluarga Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
19 Hipotesis Hipotesis penelitian ini meliputi: 1. Ada pengaruh karakteristik responden terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB paru di puskesmas Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun Ada pengaruh pengetahuan responden terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB paru di puskesmas Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun Ada pengaruh sikap responden terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB paru di puskesmas Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun Ada pengaruh jarak tempat responden dengan Puskesmas terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB paru di puskesmas Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun Ada pengaruh ketersediaan OAT di Puskesmas terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB di puskesmas Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun Ada pengaruh sikap petugas kesehatan terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB paru puskesmas Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun Ada pengaruh motivasi dari keluarga terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB paru di puskesmas Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun 2016.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
Lebih terperinciPanduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:
SOP PENATALAKSANAAN TB PARU 1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. 2. Tujuan Untuk menyembuhkan pasien, mencegah
Lebih terperinciPenemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU
Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paruparu.mycobacterium tuberculosis
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari
1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni
Lebih terperinciPENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS Edwin 102012096 C4 Skenario 1 Bapak M ( 45 tahun ) memiliki seorang istri ( 43 tahun ) dan 5 orang anak. Istri Bapak M mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan
Lebih terperinciSAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Berobat Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menuruti, disiplin. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku penderita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. meminum obatnya secara teratur dan tuntas. PMO bisa berasal dari keluarga,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengawas Minum Obat (PMO) a. Pengertian PMO Menurut Depkes RI (1999) PMO adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam,
Lebih terperinciMengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1
Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di berbagai negara di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penyakit Tuberkulosis paru Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Pengertian Tuberkulosis Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis Mycobakterium tuberculosa. Sebagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB tidak hanya menyerang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB tidak hanya menyerang paru, tetapi juga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Etiologi Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tuberkulosis 1.1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) 2.1.1 Distribusi Penyakit Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri penyakit tuberkulosis menunjukkan kecenderungan yang menurun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberculosis Pulmonal (TB Paru) 1. Definisi TB Paru Tuberculosis pulmonal atau biasa disebut TB paru adalah penyakit yang disebabkan infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengawas Menelan Obat (PMO) Salah satu komponen DOTS (Directly Observed Treatment Short- Course) dalam stategi penanggulangan tuberkulosis paru adalah pengobatan paduan OAT jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Konsep Tuberkulosis ( TB Paru ) a. Etiologi Penyakit TB Paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk basil yang dikenal dengan nama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkolusis 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram positif tahan asam
Lebih terperinciPeran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan
Peran ISTC dalam Pencegahan MDR Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan TB MDR Man-made phenomenon Akibat pengobatan TB tidak adekuat: Penyedia pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang bersifat kronik dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang. Diperkirakan
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016
HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 Yurida Olviani Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Lebih terperinciABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF
ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Dalam mewujudkan hal ini secara optimal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Dalam mewujudkan hal ini secara optimal harus diselenggarakan
Lebih terperinciLampiran 1. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 110 Lampiran 2 111 112 Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA PETUGAS TB (TUBERCULOSIS) DI RUMAH SAKIT YANG TELAH DILATIH PROGRAM HDL (HOSPITAL DOTS LINGKAGE)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aspek Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Penularan TB tergantung dari lamanya kuman TB berada dalam suatu ruangan, konsentrasi kuman TB di udara serta lamanya menghirup udara,
Lebih terperinciMateri Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru
1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis dan Africanum. Organisme ini disebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis (TBC) 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. 1,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2014. Insiden TB diperkirakan ada 9,6 juta (kisaran 9,1-10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang penting saat ini. WHO menyatakan bahwa sekitar sepertiga penduduk dunia tlah terinfeksi kuman Tuberkulosis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang belum dapat diselesaikan sampai saat ini, salah satu penyakit menular tersebut adalah Tuberkulosis. Tuberkulosis
Lebih terperinciKUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN
KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN NOMOR RESPONDEN PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang menyerang organ paru-paru. Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang tertua yang dikenal oleh manusia
Lebih terperinciPenyebab Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Dr. Rr. Henny Yuniarti 23 Maret 2011 Penyebab Tuberkulosis Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Cara Penularan Sumber penularan
Lebih terperinciPengertian. Tujuan. b. Persiapan pasien - c. Pelaksanaan
PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PUSKESMAS SIMAN Jl. Raya Siman No. 48 Telp. ( 0352 ) 485198 Kode Pos 63471 PONOROGO STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENCATATAN DAN PELAPORAN PASIEN TB Pengertian Tujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Triple burden disease yang tengah dihadapi Indonesia menimbulkan sejumlah permasalahan. Masalah yang timbul bukan hanya seputar mewabahnya penyakit menular baru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat, bangsa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun
Lebih terperinciBAB II. Meningkatkan Pengetahuan dan, Mirandhi Setyo Saputri, Fakultas Farmasi UMP, 2014
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal bagi penderitanya, yaitu bisa menyebabkan kematian. Penyakit yang disebabkan
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. Tuberculosis Paru. Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S.
Tinjauan Pustaka Tuberculosis Paru Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S. TB Paru Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit akibat infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bakteri Mycobacterium Tuberkulosis (KemenKes, 2014). Kuman tersebut
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) adalah infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis (KemenKes, 2014). Kuman tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN KELOMPOK (INFORMATION FOR CONSENT) Selamat pagi/siang Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Nama saya dr. Dian Prastuty. PPDS Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah di Dunia. Hal ini terbukti dengan masuknya perhatian terhadap penanganan TB dalam MDGs.
Lebih terperinciDasar Determinasi Kasus TB
Dasar Determinasi Kasus TB EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU Klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran penyakit Tuberkulosis yang begitu
Lebih terperinciDasar Determinasi Pasien TB
Dasar Determinasi Pasien TB K-12 DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI FK USU Klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal, yaitu:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SIMTOM ANSIETAS Ansietas dialami oleh setiap orang pada suatu waktu dalam kehidupannya. Ansietas adalah suatu keadaan psikologis dan fisiologis yang dicirikan dengan komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia maupun di Indonesia. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat setiap penduduk
Lebih terperinciS T O P T U B E R K U L O S I S
PERKUMPULAN PELITA INDONESIA helping people to help themselves * D I V I S I K E S E H A T A N * S T O P T U B E R K U L O S I S INGAT 4M : 1. MENGETAHUI 2. MENCEGAH 3. MENGOBATI 4. MEMBERANTAS PROGRAM
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai paru-paru
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai paru-paru manusia. Tuberkulosis disebabkan oleh kuman dan karena itu tuberkulosis bukanlah penyakit
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian.
21 BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian. 2.1 Bahan Sediaan obat uji yang digunakan adalah kapsul yang mengandung
Lebih terperinciBAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?
BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional bertujuan menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian masyarakat Indonesia agar dapat hidup sejahtera lahir batin dan berkualitas. Salah satu upaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Gambaran Umum TBC Paru a. Definisi Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis sebagian besar menyerang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Pengertian Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan manusia tiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian kedua dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2007 dan ada 9,2 juta penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh yang
Lebih terperinciLatihanPenemuanKasusTB dan MenentukanKlasifikasiSerta TipePasien. Kuliah EPPIT 13 Departemen Mikrobiologi FK USU
LatihanPenemuanKasusTB dan MenentukanKlasifikasiSerta TipePasien Kuliah EPPIT 13 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Kasus 1 IbuMariam, berumur37 tahun, datangkers H Adam Malik dengan keluhan batuk-batuk.
Lebih terperinciPRATIWI ARI HENDRAWATI J
HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) KELUARGA DENGAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan meraih derajat
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori TB Paru Pengetahuan Sikap Tindakan 3.2 Kerangka Konsep 3.2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru BAB
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tuberkulosis 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf kehidupan yang disetujui oleh para pemimpin dunia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang segala usia maupun jenis kelamin. Gambaran penyakit ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Rutan Kelas I Surakarta, Rutan Kelas IIB Wonogiri, Lapas Kelas IIA Sragen dan Lapas Kelas IIB Klaten.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TB Paru adalah salah satu masalah kesehatan yang harus dihadapi masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta kematian, dan diperkirakan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis (Djojodibroto, 2009). Indonesia merupakan negara dengan kasus TB
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2014), merupakan kuman aerob yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat
Lebih terperinciTuberkulosis Dapat Disembuhkan
Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Erlina Burhan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Apakah Penyakit Tuberkulosis atau TB itu? Penyakit menular Kuman penyebab: Mycobacterium tuberculosis Bukan penyakit keturunan
Lebih terperinciPENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN
PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN 2008 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus Tuberkulosis (TB) yang tinggi dan masuk dalam ranking 5 negara dengan beban TB tertinggi di dunia 1. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh masyarakat dunia. Saat ini hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi kuman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis yang tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu pengobatan jika tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosa
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Pengertian Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit radang pareknim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis paru termasuk suatu
Lebih terperinci