BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Disabilitas adalah suatu bentuk akibat dari keterbatasan seseorang pada
|
|
- Dewi Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas adalah suatu bentuk akibat dari keterbatasan seseorang pada lingkungan sosial dan fisik. Disabilitas disebabkan beberapa hal, diantaranya kondisi kekurangan nutrisi, kondisi tempat tinggal dan tempat tinggal yang berbahaya, akses terbatas untuk program vaksinasi dan layanan kesehatan reproduksi, kurang kebersihan, sanitasi buruk, perang dan konflik, serta bencana alam (Departement For International Development, 2000). Disabilitas berhubungan dengan kemiskinan. Karena kendala fisik dan sosial, orang-orang dengan keterbatasan kehilangan kesempatan secara institusional, lingkungan dan menerima perilaku diskriminatif (Awan et al, 2011). Salah satu contoh kategori disabilitas yaitu tunanetra. Tunanetra yaitu kondisi seseorang di mana penderita mengalami keterbatasan penglihatan (Somantri, 2007). Terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa tunanetra banyak terjadi pada kelompok dengan sosial ekonomi rendah dibanding kelompok ekonomi sosial di atasnya. Kebutaan menyebabkan ketidakmampuan untuk bekerja dan berakibat pada rendahnya pendapatan, peningkatan kemiskinan, rendahnya tingkat kesejahteraan dan menurunnya kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. Hal ini menjadi lingkaran setan di mana mayoritas disabilitas akibat kebutaan mengakibatkan penurunan produktifitas dan kualitas hidup (Awan et al, 2011). Kebutaan pada anak atau dewasa merupakan 1
2 2 konsekuensi ekonomi dan sosial yang besar bagi keluarga, komunitas dan suatu negara (Oduntan, 2005). Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat 285 juta penderita gangguan penglihatan di seluruh dunia di mana sebagian besar (90%) dari penderita gangguan penglihatan tinggal di negara berkembang. Usia di bawah 15 tahun yang diperkirakan menderita gangguan penglihatan berjumlah 19 juta jiwa (WHO, 2012). Kementrian Sosial Republik Indonesia (RI) pada tahun 2006 (Pusat Data dan Statistik Nasional) mencatat bahwa tunanetra menyumbang 17% dari total angka kecatatan anak di Indonesia. Tunanetra dibagi menjadi dua (2) yaitu low vision dan total blind. Individu yang menderita low vision mengalami kesulitan lebih besar dalam menemukan konsep diri dibandingkan dengan individu yang menderita total blind. Ketidakpastian konsep diri pada tunanetra memunculkan masalah penyesuaian dalam hal seksual, hubungan pribadi, mobilitas, dan kebebasan (Somantri, 2007). Salah satu masalah yang muncul pada penyesuaian dalam hal seksual adalah pengalaman menstruasi bagi remaja putri. Menstruasi adalah keluarnya darah dari vagina sebagai akibat terlepasnya mukosa uterus yang terjadi secara periodik (Ganong, 1998). Menstruasi pertama kali muncul sebagai tanda terjadi peralihan dari masa anak-anak ke dewasa yang diperankan oleh banyak hormon. Sebanyak 6% remaja wanita mengetahui menstruasi adalah proses fisiologis, 36% mengetahui bahwa menstruasi disebabkan oleh hormon, 94% menggunakan pembalut selama menstruasi tetapi hanya 11,3% yang membuangnya (Adhikari et al, 2008).
3 3 Penelitian Hapsari et al (2009) pada enam remaja putri normal yang duduk di bangku Sekolah Dasar, didapatkan hasil bahwa partisipan mendapat sumber informasi tentang menstruasi antara lain dari buku, teman, ibu, dan lembaga pelayanan kesehatan. Jenis informasi yang mereka butuhkan tentang menstruasi adalah tanda dan gejala, frekuensi menstruasi, makanan yang harus dimakan selama menstruasi, hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama menstruasi, dan bagaimana menghilangkan bau darah menstruasi. Penelitian Daniswari (2012) mengenai pengalaman menstruasi pada delapan remaja berkebutuhan khusus retardasi mental ringan dan sedang didapatkan hasil bahwa pengalaman remaja putri retardasi mental dalam menghadapi menstruasi secara garis besar sama dengan remaja normal, kecuali aspek kebersihan diri, cara membersihkan pembalut, masalah emosi, serta persepsi yang salah terkait kehamilan. Anak tunanetra mengalami keterbatasan dalam hal penerimaan informasi. Kondisi normal, informasi diperoleh dari indera penglihatan, sedangkan pada tunanetra informasi diterima melalui indera lain, antara lain indera penciuman, peraba, dan perasa. Selain itu juga masih terbatasnya media informasi untuk remaja tunanetra. Hal itu menyebabkan anak dengan tunanetra kesulitan mengakses atau mendapat sumber informasi. Anak atau remaja dengan tuna netra memiliki sikap tidak berdaya, sifat ketergantungan, tingkat kemampuan rendah dalam hal orientasi waktu, resisten terhadap perubahan, cenderung kaku dan cepat menarik tangan saat bersalaman, serta mudah mengalami kebingungan saat berada di lingkungan baru yang tidak familiar (Somantri, 2007). Kondisi tersebut berakibat kurangnya pengetahuan, salah satunya yaitu masalah kurangnya
4 4 pengetahuan remaja tunanetra yang berkaitan dengan menstruasi. Masalah fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan remaja tentang menstruasi adalah kurangnya personal hygiene yang beresiko terjadinya infeksi saluran kemih yang merupakan faktor predisposisi terjadinya gagal ginjal kronik dan hipertensi (Proverawati & Misaroh, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 64 SLB yang tersebar di empat (4) kabupaten, antara lain Kabupaten Bantul (16 SLB), Kabupaten Gunung Kidul (8 SLB), Kabupaten Kulon Progo (7 SLB), Kabupaten Sleman (24 SLB), dan Kotamadya Yogyakarta (9 SLB). Asrama Yaketunis (Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam) merupakan tempat tinggal anak dan remaja dengan tuna netra yang sebagian besar dari mereka bersekolah di sekolah yang dimiliki oleh Yaketunis Yogyakarta. Letak asrama Yaketunis bersebelahan dengan sekolahsekolah dibawah naungan Yaketunis. Jumlah penyandang tunanetra baik itu total atau low vision ada sekitar 50 orang yang tinggal di asrama tersebut. Jumlah remaja putri yang tinggal di asrama yaketunis ada 14 orang dengan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Asrama Yaketunis diasuh oleh 5 orang pengasuh yang berinteraksi langsung dengan mereka. Menurut salah seorang pengasuh, anak yang tinggal di asrama SLB A Yaketunis akan membutuhkan pengasuh ketika mereka memerlukan suatu pengarahan, mengantar mereka untuk pergi ke suatu tempat, dan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pengasuh asrama bertindak sebagai orang tua pengganti bagi penghuni asrama.
5 5 Menurut salah seorang remaja putri penghuni asrama Yaketunis, dia merasa kaget dan takut saat pertama kali menstruasi. Orang yang pertama kali diberitahu adalah ibunya karena pada saat itu dia masih tinggal di rumah dan sedang dalam masa persiapan untuk tinggal di asrama. Oleh ibunya, dia diajarkan bagaimana cara memakai pembalut, membersihkan pembalut dan membuangnya, dan cara membersihkan organ genital pada saat menstruasi. Saat diajari, ibunya mengajari dengan memperagakan, dia menerima informasi dengan indera peraba dan pendengaran. Pada saat awal menstruasi, hal tersebut dirasakan sulit karena merupakan hal yang baru bagi partisipan. Partisipan dalam studi pendahuluan ini menandai datangnya menstruasi dengan tanda-tanda fisik dan emosi seperti pada remaja normal pada umumnya misalnya sakit pada payudara, sakit pada perut bagian bawah, keluarnya darah melalui vagina, dan kondisi emosi yang mudah marah. Pada saat di lingkungan sekolah, dia mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi oleh guru bimbingan konseling. Laporan penelitian tentang menstruasi pada remaja tunanetra masih terbatas. Melihat latar belakang di atas maka muncul ketertarikan untuk mengetahui gambaran pengalaman remaja putri tunanetra dalam menghadapi menstruasi di asrama Yaketunis Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran pengalaman remaja putri tunanetra dalam menghadapi menstruasi di asrama Yaketunis Yogyakarta?.
6 6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengalaman remaja putri tunanetra dalam menghadapi menstruasi di asrama Yaketunis Yogyakarta. 2. Tujuan khusus Selain tujuan umum, penelitian juga memiliki tujuan khusus, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang: a. Respon remaja putri tunanetra saat menarche. b. Keluhan fisik dan emosional yang dirasakan remaja putri tunanetra ketika menstruasi c. Sumber informasi tentang menstruasi d. Orang yang membantu remaja putri tunanetra ketika menstruasi e. Kebersihan diri, cara remaja putri tunanetra mengatasi gangguangangguan menstruasi f. Cara remaja putri tunanetra menandai datangnya menstruasi pada bulan berikutnya. g. Kondisi kesulitan yang dialami remaja putri tunanetra ketika menstruasi. h. Dukungan sosial yang diperoleh remaja putri tunanetra ketika menstruasi.
7 7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan bagi profesi keperawatan. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti Peneliti dapat meningkatkan pemahaman mengenai gambaran pengalaman remaja putri tunanetra, dalam menghadapi menstruasi. b. Bagi partisipan Partisipan dalam penelitian ini, remaja putri tunanetra, dapat mengetahui gambaran pengalaman terkait menstruasi yang dialami. Partisipan dapat lebih memahami dan melakukan perawatan kesehatan menstruasi dengan kondisi keterbatasan yang mereka alami. c. Bagi institusi Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pengalaman remaja putri tunanetra, dalam menghadapi menstruasi yang tinggal di asrama bagi institusi. Institusi dapat memberikan pendidikan kesehatan terkait menstruasi dan memberikan fasilitas yang memadai serta mudah diakses oleh remaja putri tunanetra.
8 8 E. Keaslian Penelitian 1. Daniswari (2012) dengan judul penelitian Gambaran Pengalaman Remaja Putri Berkebutuhan Khusus (Retardasi Mental) dalam Menghadapi Menstruasi di SLB N 1 Bantul. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran pengalaman remaja putri berkebutuhan khusus (retardasi mental) dalam menghadapi menstruasi. Penelitian dengan rancangan kualitatif dan pendekatan fenomenologi dengan sampel 8 siswi retardasi mental sedang dan ringan. Pengambilan data melalui wawancara mendalam menggunakan pedoman interview tidak terstruktur dengan pertanyaan open-ended. Analisis data menggunakan metode Collaizi. Hasil penelitian dijabarkan dalam 6 kategori, yaitu kategori ambivalensi saat mengalami menarche, peran penting ibu dalam menghadapi menarche, ragam persepsi tentang arti menstruasi, perubahan normal yang dirasakan saat menstruasi, serta kesadaran terhadap norma sosial terkait menstruasi vs kurang adekuatnya perawatan diri. Persamaan dengan penelitian ini adalah pokok bahasan pada gambaran pengalaman remaja putri berkebutuhan khusus dalam menghadapi menstruasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah partisipan penelitian. Pada penelitian Daniswari partisipan adalah remaja putri dengan retardasi mental di SLB N 1 Bantul, sedangkan pada penelitian ini partisipan adalah remaja putri dengan tunanetra yang tinggal di Asrama Yaketunis Yogyakarta. Remaja putri retardasi mental dan remaja putri tunanetra merupakan remaja putri dengan kebutuhan khusus. Partisipan dalam penelitian ini merupakan
9 9 remaja putri tunanetra yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan remaja berkebutuhan khusus lainnya. 2. Fauziah (2005) dengan judul penelitian Pengetahuan, Sikap, Perilaku tentang Menstruasi dan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Kabupaten Purworejo. Penelitian bertujuan untuk menilai hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja putri tentang menstruasi dengan gangguan menstruasi. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Analisis data meliputi analisis univariabel, analisis bivariabel dan analisis multivariabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap remaja putri tentang menstruasi, dengan gangguan menstruasi dengan p < 0,05. Persamaan penelitian ini terletak pada pokok bahasan yaitu menstruasi. Perbedaan penelitian ini terletak pada jenis penelitian, responden, dan variabel. Jenis penelitian Fauziah menggunakan jenis penelitian kuantitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Responden pada penelitian Fauziah adalah remaja normal, sedangkan responden penelitian ini adalah remaja berkebutuhan khusus yaitu tunanetra yang memiliki katakteristik berbeda dengan remaja normal. Pada panelitian Fauziah terdapat 2 variabel, yaitu pengetahuan, sikap, serta perilaku tentang menstruasi dengan gangguan menstruasi, sedangkan penelitian ini hanya terdapat 1 variabel, yaitu pengalaman dalam menghadapi menstruasi pada remaja putri tunanetra.
10 10 3. Zacharin et al (2010) dengan judul penelitian The Impact of Menstruation in Adolescents with Disabilities Related to Cerebral Palsy. Penelitian Zacharin et al bertujuan untuk menilai akibat menstruasi pada remaja dengan developmental disabilities dan keluarganya, dan untuk membandingkannya dengan remaja normal seusia yang sudah menstruasi. Keluarga remaja putri yang berusia antara tahun dengan disabilitas yang dirawat di Royal Children Hospital Melbourne, direkrut untuk menjadi responden. Jumlah responden penelitian sebanyak 103. Rata-rata usia responden adalah 15,11 tahun, rata-rata usia menarche 12,3 tahun, dan 79 remaja putri sudah mengalami menstruasi. Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebanyak 59 responden (76%) merasa senang dengan menstruasi pada aktivitas sosialnya. Lebih dari 50% mencari masukan atau nasihat sebelum menarche. Pencarian akan semakin banyak berhubungan dengan adanya disabilitas (p=0,01) dan pengaruh menstruasi pada aktivitas sosial (p=0,01), yang mana dalam mencari bantuan akan sangat prediktif (p=0,005). Kepuasan perawatan dengan managemen pada saat ini berbanding terbalik dengan perilaku pencarian pengobatan (p=0,034). Karekteristik menstruasi pada responden penelitian sama pada seseorang tanpa disabilitas. Pada penelitian Zacharin et al, tingkat kecemasan orang tua tinggi berhubungan dengan pengaruh menstruasi, terutama pada kasus disabilitas. Terapi medis mungkin dibutuhkan, akan tetapi informasi bagi keluarga dirasa kurang. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada bahasan penelitian mengenai menstruasi dan responden penelitian yaitu remaja putri dengan disabilitas.
11 11 Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jenis penelitian dan karekteristik responden. Pada penelitian Zacharin et al jenis penelitian adalah kuantitatif, sedangkan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Karakteristik responden pada penelitian Zacharin et al adalah remaja putri dengan cerebral palsy, sedangkan partisipan penelitian pada penelitian ini adalah remaja putri dengan tunanetra. Partisipan pada penelitian ini yang merupakan remaja putri tunanetra memiliki karakteristik yang berbeda dengan remaja putri dengan cerebral palsy pada penelitian Zacharin et al. 4. McPherson et al (2004) dengan judul penelitian Menstruation Across Time: Menarche, Menstrual Attitudes, Experience, and Behaviour. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara pengalaman saat awal mengalami menstruasi dan pengalaman saat ini. Sebanyak 327 orang responden penelitian merupakan mahasiswi Universitas Harvard yang berusia tahun. Responden penelitian berpartisipasi dalam penelitian melalui poster, , kelas, dan snowball sampling. Responden penelitian kemudian dilakukan skrining menggunakan Menstrual Education and Preparedness Questionnaire (MEP) pada fase pertama. Pada fase kedua, sebanyak 46 responden penelitian tergabung dalam kelompok negatif yang memiliki pengalaman negatif saat menarche serta memiliki persiapan yang kurang saat menstruasi. Sedangkan 38 responden tergabung dalam kelompok positif yang memiliki pengalaman positif saat menarche serta memiliki persiapan yang baik saat menstruasi. Kedua kelompok tersebut kemudian diminta untuk melengkapi kuesioner mengenai sikap, pengalaman, serta perilaku dalam
12 12 menghadapi menstruasi saat ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman saat awal mengalami menstruasi dan pengalaman saat ini memiliki hubungan yang kuat pada perilaku menstruasi. Responden pada kelompok negatif menunjukkan bahwa perilaku menstruasi mereka lebih negatif dibandingkan pada kelompok positif. Sedangkan responden pada kelompok positif menunjukkan bahwa mereka memiliki gambaran diri dan perilaku kesehatan yang lebih baik. Kesimpulan mengarah pada pengalaman awal menstruasi berhubungan dengan pengalaman menstruasi di kemudian hari. Persamaan penelitian ini dalam hal penggunaan variabel mengenai perilaku menstruasi. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jenis, responden, tempat, dan sebagian variabel penelitian. Penelitian McPherson merupakan penelitian kuantitatif, responden penelitian merupakan remaja normal, tempat penelitian dilakukan di Universitas Harvard, serta menggunakan tiga variabel yaitu sikap, pengalaman dan perilaku. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, partisipan penelitian merupakan remaja putri tunanetra, dilakukan di Asrama Yaketunis Yogyakarta, serta menggunakan variabel pengalaman dalam hal menghadapi menstruasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas adalah evolving process yang didukung oleh proses interaksi antara lingkungan, masyarakat serta kebijakan yang menghambat penyandang disabilitas tidak mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian ini memperkenalkan beberapa istilah untuk menyebutkan orang dengan disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting sekali dalam perkembangan seseorang remaja putri. Pada tahap ini remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang atau haid merupakan suatu kondisi yang dialami oleh setiap perempuan. Biasanya seorang gadis dikatakan sudah menginjak remaja bila telah mengalami haidnya yang pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau remaja awal (Monks, 2006). Masa pra pubertas ini memiliki banyak potensi
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pra remaja merupakan masa anak gadis sebelum masuk tahapan pubertas atau remaja awal (Monks, 2006). Masa pra pubertas ini memiliki banyak potensi intelektual dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu gangguan cacat motorik yang biasa terjadi pada anak usia dini, biasanya ditemukan sekitar umur kurang dari 2 tahun. Anak dengan cerebral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan seperti perkembangan fisik, emosional, maupun sosial yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan dibentuk belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal diharapkan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO remaja adalah tahapan individu yang mengalami pubertas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO remaja adalah tahapan individu yang mengalami pubertas dimana terjadi transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja (WHO, 2015). Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada periode ini remaja mengalami pubertas. Selama pubertas, remaja mengalami perubahan hormonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menempati urutan nomor 4 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Jawa Barat pada tahun 2005 dihuni
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan personal sangat penting untuk mengurangi bau badan, mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat kurang menjaga kebersihan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan. Kesehatan reproduksi menurut WHO (World Health Organization)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terjadi pada kelompok anak (orang yang sangat muda), tua, orang yang sakit atau orang yang cacat (Kittay, 2005).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit
Lebih terperinciumur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja akan mengalami suatu perkembangan fisik, seksual dan psikososial sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak awal masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya juga terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran orang tua baik ayah maupun ibu, dalam pertumbuhan dan perkembangan anak menuju dewasa sangat berpengaruh dan dapat menentukan bagaimana kesehatan anak di masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ini merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan manusia melewati beberapa fase, salah satunya adalah masa remaja. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksual mulai berkembang pesat. Ini merupakan
Lebih terperinci2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia 62 juta remaja sedang tumbuh di tanah air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerebral palsy atau CP adalah penyebab umum dari cacat fisik pada anak. Gangguan ini dapat menyebabkan kecacatan pada fungsi kognitif dan gerak dari yang ringan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja sering disebut masa pubertas. Dimana masa pubertas adalah masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan jiwa yang dikarekteristikkan oleh emosi negatif yang kuat dan mengatasi rasa takut dimasa depan. Biasanya ditandai dengan gejala kecemasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik maupun psikis. Perubahan tersebut meliputi kematangan mental, emosional, dan sosial. Perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja merupakan fenomena internasional yang belum terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization (WHO) menetapkan tema untuk Hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal atau alamiah bagi perempuan yang dimulai dari konsepsi sampai melahirkan bayi. Seorang ibu akan membutuhkan waktu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA
HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Lebih terperinciIJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Kecemasan Pada Remaja Putri Kelas VII di SMP Tarakanita Solo Baru Sukoharjo (The Correlation Knowledgeable About Mentrual With the Anxiety
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal. Anak dengan reardasi mental mempunyai keterlambatan dan keterbatasan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja diawali dari suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Badan Pusat Statistik DIY (2015), jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 sebesar 252,04 juta jiwa, terdiri dari 125,38 juta perempuan dan 126,65 juta laki-laki.
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NANIK TRY KUSUMA WARDANI 201210201121 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya manusia terlahir di dunia dengan keadaan normal dan sempurna. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Beberapa orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada pertemuan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, 1994, yang diadakan oleh WHO dan lembaga dunia lainnya, diperoleh kesepakatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa yang lebih dewasa. Ia memandang dunianya seperti apa yang ia inginkan, bukan sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO), 2007 menyebutkan Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan Indonesia menjadi negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputihan (flour albus, leukorhea, atau white discharge) merupakan gejala yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal hygiene atau kebersihan diri berasal dari bahasa Yunani yakni suatu tindakan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan individu dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan hidup, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian. Perlu disadari bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan atau storm and stress, suatu masa dimana ketegangan emosi meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN Hafriani 1, Defiyani 2 1 Dosen Program Studi D III Kebidanan STIKes Bina Nusantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam. dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh kearah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan perempuan, terutama kesehatan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi kini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun. Masa keserasian bersekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada remaja adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada remaja adalah masalah gizi, seks, gaya hidup dan masalah kesehatan reproduksi (Sudarma, 2008). Di antara masalah-masalah
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi pertama (menarche) merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan seksual pada remaja putri. Usia rata-rata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Retardasi mental merupakan anak yang memiliki kemampuan yang kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata yang muncul dalam masa perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan gejala yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah (Hutabarat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut The Health Resource and Services Administration Guideline Amerika Serikat tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan keadaan yang memerlukan perhatian khusus, dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam memfungsikan dirinya sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami masa-masa remaja. Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja adalah periode perkembangan seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menarche merupakan perdarahan pertama kali dari uterus yang terjadi pada wanita di masa pubertas sekitar usia 10-16 tahun. Menarche merupakan perubahan yang menandakan
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), dan tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sehat baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang mengharuskan setiap orang hidup secara produktif baik secara sosial maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua mempunyai harapan untuk memiliki anak yang normal, sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir dengan kondisi fisik dan
Lebih terperinci: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche di MI Salafiyah Simbang Kulon 02 Kabupaten Pekalongan. Ervina Ulfa dan Rizky Ajeng Mardiyana Aida Rusmariana,
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan tubuh yang sempurna. Banyak orang yang mempunyai anggapan bahwa penampilan fisik yang menarik diidentikkan dengan memiliki tubuh yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak cacat adalah anak yang berkebutuhan khusus karena mereka adalah anak yang memiliki kekurangan. Anak cacat atau berkelainan juga memiliki klasifikasi. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang gadis pada masa pubertas, yang biasanya muncul usia 11 sampai 14 tahun. Perubahan penting terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) periode remaja adalah umur 10-19 tahun. Fase dimana terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan perkembangan psikologi dan kedewasaan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia menurut World Health Organization (WHO) mencapai 289.000 jiwa terbagi atas beberapa negara antara lain Amerika Serikat sebanyak 9300
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa wanita menganggap masa tua sebagai momok yang menakutkan. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, dipelihara, dan dibina sebaik-baiknya sehingga dapat tercapai kualitas hidup yang baik. World Health Organisation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan merawat diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu kebutuhan yang ditujukan pada
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN
PENELITIAN PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN MEMERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS Nurhayati* Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang mempunyai prevalensi
Lebih terperinci