BAB II LANDASAN TEORI. akademik, remaja, serta teori mengenai K-pop. Dalam bab ini juga akan
|
|
- Hartanti Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 23 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini bertujuan untuk menguraikan landasan teori yang menjadi dasar masalah dalam objek penelitian, diantaranya memuat mengenai prokrastinasi akademik, remaja, serta teori mengenai K-pop. Dalam bab ini juga akan dikemukakan hipotesa sebagai dugaan sementara dari masalah penelitian. A. PROKRASTINASI AKADEMIK 1. Definisi Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastinare, yang berarti menunda sampai hari lain. Prokrastinasi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pro yang memiliki arti umum sebagai gerakan maju, dan cratinus yang memiliki arti milik esok hari (Ferrari, 1995). Prokrastinasi diartikan sebagai menunda sampai di keesokan hari (Knaus, 2002). Prokrastinasi menurut Weiten (2006) adalah suatu masalah yang berkaitan dengan waktu, yaitu kecenderungan untuk menunda pengerjaan tugas sampai di penghujung waktu. Prokrastinasi merupakan bentuk penundaan tugas hingga di detik terakhir dan menyalahkan pengaturan waktu yang buruk sebagai pengalihan dugaan ketidakkompetanan individu tersebut (Covington dan Dray dalam Santrock, 2009). Burka (dalam Ferrari, 1995) mengungkapkan bahwa prokrastinasi merupakan perilaku penundaan tugas. Begitupun, tidak selalu aktivitas pengerjaan tugas yang terlambat merupakan sebuah prokrastinasi. Fiore (2009) mendefinisikan prokrastinasi adalah sebuah mekanisme coping yang berhubungan 12
2 24 dengan kecemasan dalam memulai dan menyelesaikan tugas ataupun keputusan. Alderman (2004) menyebutkan bahwa prokrastinasi itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari perilaku self-handicapping, yaitu sebuah strategi untuk menghindari atau menolak kegagalan. Berdasarkan pemaparan definisi dari beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah suatu perilaku penundaan terhadap pengerjaan tugas tertentu sebagai pengalih dari dugaan ketidakkompetenan pelaku prokrastinasi. 2. Definisi Prokrastinasi Akademik Scraw, Wadkins, & Olafson (dalam Santrock, 2009) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik berkaitan dengan gagalnya siswa untuk meraih potensinya. Alasan siswa dan mahasiswa melakukan prokrastinasi adalah pengaturan waktu yang buruk, sulit berkonsentrasi, kecemasan, keyakinan negatif, masalah personal, kebosanan, harapan yang terlalu tinggi, dan ketakutan akan kegagalan (University of Buffalo Counseling Service dalam Santrock, 2009). Burka dan Yuen (2008) menegaskan bahwa prokastinator memiliki aspek irrasional di dalam dirinya. Prokrastinator memiliki pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman untuk tidak melakukannya dengan segera, karena hasilnya akan tidak maksimal, maksudnya adalah penundaan dikategorikan sebagai prokrastinasi apabila penundaan yang dilakukan siswa dan mahasiswa merupakan kebiasaan atau pola yang menetap yang dilakukan berulang-ulang oleh siswa dalam pengerjaan tugas karena pemikiran-pemikiran irrasional di dalam dirinya mengenai tugas.
3 25 Baumeister (dalam Weiten, 2006) mengungkapkan bahwa prokrastinasi adalah salah satu tipe perilaku self-defeating, yaitu perilaku yang dapat merugikan dan merusak diri sendiri. Lay (dalam Weiten, 2006) juga mengungkapkan bahwa prokrastinator cenderung mengalami kecemasan yang tinggi dan masalah kesehatan yang meningkat. Ferrari et al. (1995) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik merupakan hasil dari fear of failure (takut gagal). Schouwenburg (1995) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik berkaitan dengan mudahnya siswa serta mahasiswa terganggu terhadap perilaku di luar kegiatan belajar seperti aktivitas sosial. Prokrastinasi akademik menurut Schouwenburg (1995) adalah suatu perilaku menunda pengerjaan tugas ataupun kegiatan belajar untuk ujian, dan digantikan dengan kegiatan lain yang tidak perlu. Pengerjaan tugas dilakukan setelah mendekati batas tenggang waktu, sehingga pengerjaannya menimbulkan tekanan, ketakutan, serta kecemasan. Wolters (dalam Hudley, 2008) menambahkan bahwa prokrastinasi merupakan suatu bentuk penolakan akademik (academic avoidance) yang digunakan siswa dan mahasiswa ketika berada di dalam setting akademik, seperti dalam pengerjaan tugas dan kerja kelompok. Prokrastinasi akademik dari beberapa pendapat tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah perilaku penundaan baik pada tugas, belajar, dan kegiatan akademik yang digantikan dengan kegiatan lain di luar akademik, serta penundaan yang dilakukan secara berulang-ulang. Tugas dikerjakan setelah mendekati masa tenggang, sehingga dalam pengerjaannya timbul rasa takut, cemas, dan tertekan.
4 26 3. Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik Schouwenberg (1995) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh faktor perilaku berikut: a. Kurangnya kecepatan dan ketepatan, baik dalam intensi dan perilaku. Tidak adanya ketepatan dalam pengerjaan tugas begitupun dengan intensinya dalam pengerjaan tugas. b. Kesenjangan antara intensi dengan perilaku sebenarnya. Intensi yang dimiliki untuk pengerjaan tugas, tidak dibarengi dengan perwujudan perilaku yang direncanakan. c. Kehadiran aktivitas-aktivitas yang saling bersaing atau berlawanan, contohnya aktivitas belajar untuk ujian yang bersamaan dengan adanya aktivitas sosial dan organisasi pada waktu yang bertepatan. Faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya prokrastinasi menurut Rosario (2009) antara lain: a. Faktor sekolah atau kampus, yaitu mengenai tingkatan jenjang pendidikan dari siswa dan mahasiswa. Hal ini meliputi tingkat kesulitan tugas akademik yang diterima siswa dan mahasiswa. b. Faktor keluarga, meliputi i) tingkat pendidikan orangtua serta ii) jumlah dari saudara kandung. Orangtua berperan dalam memberikan dukungan kepada anak dalam melakukan pengerjaan tugas akademiknya. Begitupun kehadiran dari saudara kandung yang menentukan seberapa besar distraksi yang diterima siswa dan mahasiswa di lingkungan rumahnya.
5 27 4. Dimensi prokrastinasi akademik Schouwenburg (1995) mengemukakan tiga dimensi prokrastinasi akademik. Dimensi-dimensi ini merupakan patokan alat pengukur perubahan dan fluktuasi dari perilaku prokrastinasi di bidang akademik. Adapun dimensi dari prokrastinasi akademik tersebut adalah sebagai: a. Prokrastinasi. Perilaku menunda aktivitas belajar untuk ujian hingga dipenghujung waktu, dan menimpakan kesalahan pada manajemen waktu untuk menutupi ketidakkompetenan diri. Pada umumnya pelaku prokrastinasi membiarkan dirinya terganggu dengan aktivitas lain selain belajar, serta memiliki masalah pada konsentrasinya. b. Takut gagal (fear of failure). Rasa takut umumnya menghasilkan penghindaran. Perilaku menghidar, dalam ranah pendidikan, hampir tidak dapat dibedakan dengan prokrastinasi akademik. Perasaan takut gagal tersebut salah satunya ditandai dengan rasa tekanan ketika belajar, dan merasa ragu terhadap kemampuan diri. c. Kurangnya motivasi (lack of motivation). Kurangnya motivasi pada prokrastinasi akademik dalam hal ini merupakan rasa ketidaktertarikan terhadap belajar ataupun mata pelajaran tertentu. Hermans (dalam Ferrari, 1995) mengungkapkan dimensi yang diukur pada prokrastinasi akademik antara lain: a. Rendahnya kedisiplinan (Low work discipline), karakteristik yang menggambarkan rendahnya kedisiplinan perilaku pelaku prokrastinasi
6 28 akademik dalam pengerjaan tugas, ketidakteraturan dalam mengerjakan tugas, serta pengabaian hal lain di luar tugas utama. b. Takut gagal (Fear of failure), menggambarkan pelaku prokrastinasi yang memiliki karakteristik perilaku yang memiliki ketakutan akan kegagalan, selalu merasa bersalah, bahkan cenderung merasa panik. Individu yang melakukan prokrastinasi biasanya selalu merasa cemas dan terbayang dengan tugas yang diabaikannya. c. Ketertarikan belajar (Study Interest), mengggambarkan ketertarikan akan mata pelajaran tertentu pada siswa dan mahasiswa, bagaimana tinggi rendahnya minat mereka pada mata pelajaran tertentu. 5. Bentuk-Bentuk Perilaku Prokrastinasi Akademik Ferrari (1995) menjabarkan bahwa prokrastinasi akademik menunjukkan perilaku sebagai berikut: a. Menunda pelaksanaan belajar ketika sudah diniatkan b. Menunda ketika tugas akan dikerjakan c. Kesenjangan antara intensi belajar dengan perilaku yang sebenarnya d. Melakukan hal lain selain tentang pelajaran. University of Buffalo Counseling Service (dalam Santrock, 2009) memaparkan bentuk dari prokrastinasi: a. Menghindari tugas dengan harapan akan hilang dengan sendirinya b. Menyepelekan tugas atau terlalu melebih-lebihkan kemampuan dan kapasitas c. Menghabiskan waktu bermain games dan internet
7 29 d. Mengganti tugas yang prioritasnya lebih rendah dari yang lain, misalnya membersihkan kamar drpd belajar untuk ujian e. Percaya bahwa penundaan sesaat secara berulang tidak akan berpengaruh f. Semangat hanya di awal pengerjaan tugas g. Menjadi bingung diantara dua pilihan yang pada akhirnya tidak ada yang selesai satupun. Alderman (2004) menambahkan mengenai empat pola dari prokrastinasi pada siswa dan amahasiswa: a. Belajar di menit terakhir b. Menyibukkan diri dengan hal-hal kecil c. Mengumpulkan bahan untuk proyek tanpa pernah memulai ataupun menunda dalam pengerjaan awalnya d. Memilih banyak menanggung aktivitas tetapi tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan satu aktivitas pun. B. REMAJA Remaja menurut Newman & Newman (2006) merupakan masa transisi dari anak-anak menuju ke masa dewasa, tahap ini terbagi atas dua yaitu tahap remaja awal (12-18 tahun) dan tahap remaja akhir (18-24 tahun). Tantangan dan peristiwa serta kegembiraan pada masa remaja memiliki andil dalam membangun arti dan kemandirian diri dari hidup mereka kedepannya. Remaja merupakan masa pencarian dan penjelajahan identitas diri. Pada tahap ini juga remaja memiliki perkembangan sosial yang semakin meluas. Thalib (2010), masa remaja umumnya masih berada di bangku SMP,
8 30 SMA, dan sebagian sebagai mahasiswa. Proses perkembangan remaja juga tidak lepas dari lingkungannya, baik itu keluarga ataupun teman sebaya. Pada usia ini pula remaja harus mampu menyesuaikan diri demi keberhasilan mencapai tugas perkembangan pada tahap dewasa. Keniston (dalam Thalib, 2010) menyatakan bahwa transisi yang diikuti dengan adanya perubahan-perubahan selalu menimbulkan kesulitan ataupun masalah pada penyesuaian diri remaja. Pada tahap transisi, remaja dalam kondisi tidak stabil karena ada perasaan tidak aman karena harus mengganti atau mengubah pola tingkah laku anak-anak ke dewasa. Emosi yang tidak stabil dapat mendatangkan perasaan tidak bahagia pada remana (Nuryoto dalam Thalib, 2010). Perasaan tidak bahagia pada remaja bisa berakibat pada tingkah laku yang tidak teroganisir, prestasi belajar yang rendah karena kurangnya motivasi dan keyakinan diri, dan melarikan diri dari keadaan yang ada. Djamarah (2002) mengungkapkan bahwa remaja kerap menemukan jati dirinya sesuai dengan atau berdasarkan situasi kehidupan yang mereka alami. Remaja juga percaya pada kelompok mereka dalam menemukan jati dirinya. Pergaulan remaja kebanyakan diwujudkan dalam bentuk kelompok baik kelompok kecil maupun kelompok besar yang diikuti dengan pertimbangan seperti moral, sosial ekonomi, ketertarikan atau minat, kesamaan bakat, dan kemampuan. Thalib (2010) mengemukakan tentang kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan remaja antara lain: 1. kebutuhan untuk mencapai sesuatu yang akan memupuk rasa ambisi
9 31 2. kebutuhan akan rasa superior, ingin menonjol, ingin terkenal dalam arti positif maupun negatif 3. kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan sehingga mereka berlombalomba untuk memperoleh kejuaraan dalam berbagai hal. 4. kebutuhan akan keteraturan, ingin terlihat rapi, teratur, dan cantik 5. kebutuhan akan kebebasan dalam menentukan sikap 6. kebutuhan dalam menciptakan hubungan persahabatan 7. keinginan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain atau empati 8. mencari bantuan dan simpati untuk memecahkan masalah 9. ingin berkuasa tetapi bukan untuk dikuasai 10. menganggap rendah diri sendiri dan tidak sombong akan kemampuan yang dimiliki 11. adanya kesediaan untuk membantu orang lain 12. membutuhkan variasi dalam kehidupan dan tidak menyukai hal-hal bersifat rutin 13. adanya keuletan dalam melaksanakan tugas dan tidak mudah menyerah dengan hambatan yang ada 14. bergaul dan ketertarikan dengan lawan jenis, dan cenderung bersikap agresif, serta suka mengkritik orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. C. KOREAN WAVE Korean wave atau gelombang Korea merupakan istilah yang dipopulerkan oleh media China satu dekade yang lalu. Korean wave merujuk pada pengertian
10 32 kepopuleran budaya pop Korea di China yang dimulai dengan masuknya drama serta musik, yang dikenal dengan Korean Pop (K-pop), asal negeri ginseng tersebut. Sejak saat itu Korea Selatan mulai dikenal sebagai produsen budaya populer antar Negara, yaitu dengan mengekspor sejumlah produk kultural pada seluruh wilayah Asia (Korean Culture and Information Service, 2011). Fenomona gelombang Korea ini merupakan budaya populer yang juga menjadi salah satu kajian pada psikologi populer saat ini. Williams (dalam Storey, 2009) menyatakan bahwa budaya populer adalah sesuatu yang disukai banyak orang. Dalam hal ini Lull (dalam Giles, 2003) menambahkan bahwa budaya populer memiliki dampak yang besar pada sosialisasi antar remaja. Begitu jelasnya terlihat bagaimana antusias remaja Indonesia dengan kehadiran artis asal negri ginseng yang ada di tanah air. 1. Korean Pop (K-pop) K-pop merupakan kepanjangan dari Korean pop. K-pop pertama kali muncul dan meluas di pertengahan 1990-an di bawah naungan gelombang korea (Korean wave). K-pop mendapat perhatian dari seluruh dunia bersamaan dengan keberhasilan grup K-pop, maka bisa didefinisikan K-pop sebagai musik pop Korea yang dinyanyikan dan diperformakan oleh artis Korea dan diterima secara positif oleh fans internasional. Di Indonesia, penyebaran pengaruhnya budaya populer Korea ini diawali sekitar tahun 2002 dengan tayangnya salah satu ikon budaya popular dikemas dalam bentuk drama berjudul Endless Love yang ditayangkan di Indosiar lalu diikuti oleh drama lainnya. Tercatat terdapat sekitar 50 judul K- drama tayang di tv swasta Indonesia (Susanthi, 2011). Jung (2011)
11 33 mengungkapkan bahwa K-pop merupakan produk yang diproses sedemikian rupa dengan menggabungkan pengaruh barat dan timur serta aspek budaya lokal dan juga global. Alasan utama strategi tersebut dilakukan adalah untuk memenuhi keinginan ataupun hasrat dari kelompok konsumen yang beragam, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan yang diraih. Djamarah (2002) menjabarkan mengenai kelompok pada remaja, nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok saling belajar dalam berorganisasi dan mematuhi aturan dalam kelompok sekalipun dalam hal tertentu tindakan suatu kelompok kurang memperhatikan norma umum yang berlaku dalam masyarakat, karena keutuhan kelompok berada di atas segalanya. Sesuai dengan kelompok remaja penggemar K-pop yang memiliki aturan dalam kelompoknya, contohnya seperti kesepekatan mengenai kehadiran dalam setiap aktivitas di dalam fan club-nya yang memiliki konsekuensi bila tidak memenuhi syarat yang telah disepakati. Fan club untuk artis K-pop di Indonesia telah hadir sejak lama, tepatnya sekitar tahun Fan club K-pop berkembang pesat lewat media online di internet seperti lewat forum atau komunitas di jejaring sosial. Gambaran dari kelompok dan kegiatan dari fan club bisa dilihat dari salah satu kelompok penggemar Super Junior (Suju), yaitu Everlasting Friend (ELF). Perkumpulan penggemar (fan club) Suju diantaranya adalah Forsujuindo. Perkumpulan ini berawal dari forum biasa, kemudian berkembang membentuk forum tersendiri dengan anggota aktif dalam forum berjumlah kurang lebih 7000 anggota (Steviani, 2012).
12 34 Adapun definisi dari kata fan club menurut kamus Oxford adalah kelompok penggemar dari artis populer yang terorganisasi. Internet atau teknologi merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan fan club K-pop di Indonesia (Jung, 2011). Para remaja yang tergabung pada fanclub K-pop tersebut sangat tergantung pada internet terutama situs Youtube, Facebook, dan Twitter. Adapun media sosial tersebut mereka gunakan sebagai wadah untuk memperbanyak teman yang memiliki ketertarikan pada bidang K-pop ataupun juga untuk saling bertukar informasi mengenai idola mereka. Keterlibatan remaja dalam kumpulan penggemar K-pop merupakan salah satu bentuk ekspresi perasaan mereka terhadap idolanya. Wilis (dalam Gilis, 2003) mengungkapkan ekpresi remaja terhadap kelompok musik tertentu merupakan cara remaja menentukan jati diri mereka. Begitu juga dengan remaja yang berada dalam tahap pencarian jati diri di dalam komunitas K-pop yang mereka bentuk. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam kelompok penggemar (fan club), dalam hal ini Forsujuindo, tersebut antara lain: a. Gathering rutin. b. Konser mini c. Cosplay (berdandan semirip mungkin dengan idola) d. Belajar bahasa korea e. Mengunduh video idola f. Mengunggah video kreasi sendiri g. Membuat cover dance/ sing h. Memperbaharui berita mengenai artis idola.
13 35 2. Perkembangan K-pop Di Kota Medan Di kota Medan wabah K-pop ditandai dengan lahirnya banyak fan club K- pop yang anggotanya didominasi remaja putri dan tidak sedikit juga anggotanya yang merupakan remaja laki-laki (Daulay, 2012). Acara atau event besar juga selalu diadakan setiap tahunnya dengan sponsor acara yang berbeda-beda. Di Indonesia secara umum di tahun 2010, tercatat ada sekitar 120 acara besar yang digelar oleh fan club K-pop yang ada di Indonesia, diantaranya acara fans gathering, festival, dan lomba lain (Jung, 2011). Selain itu juga kerap diadakan acara sederhana rutin oleh tiap fan club dari artis atau kelompok groupband K-pop yang diadakan setiap minggu ataupun setiap bulannya. Kegiatan mereka antara meliputi nonton bareng, bertukar koleksi video, dan juga cover dance serta cover sing yang anggotanya aktif melakukan perekrutan anggota baru. Pada tahun 2012 digelar gathering akbar K-pop di kota Medan sebanyak 2 kali dengan sponsor yang berbeda, yang pertama diselenggarakan oleh pihak radio medan yang diadakan bulan juli dan bertempat di salah satu restoran besar di kota medan dengan peserta kurang lebih sebanyak 300 orang. Acara gathering akbar berikutnya diadakan oleh salah satu fans club K-pop, yaitu K-pop Center Medan (KCM), bertempat di auditorium USU pada bulan Desember dengan peserta acara mencapai lebih dari 500 orang, acara tersebut merupakan tahun kedua setelah tahun sebelumnya acara yang sama diadakan di hotel garuda (Daulay, 2012). Adapun acara gathering akbar ataupun gathering reguler yang diadakan oleh fans club K-pop yang ada di kota Medan biasanya menggelar acara lomba tari (cover dance), menyanyi, flash mob dan berdandan ala idola kesayangan mereka. Selain
14 36 acara perkumpulan fans, banyak acara di kota Medan yang menggelar tema K- pop, seperti beberapa acara peluncuran produk dari perusahaan ternama yang diadakan di Mall-Mall besar di kota Medan bahkan sampai salah satu tempat wisata di Sumatera Utara juga turut menggelar lomba tari K-pop (cover dance) sebagai upaya untuk menarik perhatian pengunjung dan peminat yang sebagian besar adalah remaja. Banyaknya rangkaian acara gathering K-pop dikarenakan banyaknya bermunculan fans club K-pop di kota Medan. Regar (2011) mengungkapkan perkembangan K-pop yang pesat di kota Medan dikarenakan adanya fasilitas internet yang menunjang kepopuleran musik Korea tersebut. D. PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA REMAJA ANGGOTA DAN BUKAN ANGGOTA FAN CLUB K-POP. Prokrastinasi sendiri dilakukan oleh hampir setiap orang dari berbagai kalangan di setiap ada kesempatan untuk menunda (Ferrari, 1995). Penelitian mengenai prokrastinasi di kalangan mahasiswa menunjukkan hasil persen mahasiswa melakukan prokrastinasi sebelum mengerjakan tugas akademik (Knaus dalam Weiten, 2006). Baumeister (dalam Weiten, 2006) menyatakan kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi terus menerus dapat berakibat meningkatnya stress dan menghambat performa dalam pengerjaan tugas akademik. Penelitian Ahmaini (2010) yang mengungkapkan bahwa mahasiswa yang aktif di organisasi memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik yang lebih besar dari pada yang bukan anggota organinsasi. Prokrastinasi akademik terjadi karena mudahnya siswa dan mahasiswa terganggu oleh aktivitas lain di luar
15 37 aktivitas akademik atau belajar (Schouwenburg, 1995). Rendahnya ketertarikan terhadap mata pelajaran dan kegiatan belajar juga merupakan salah satu faktor yang membuat siswa dan mahasiswa cenderung melakukan prokrastinasi akademik. Efek globalisasi dan kemajuan teknologi menjadikan remaja Indonesia sedang dilanda K-pop yang kemudian mengubah gaya hidup dan aktivitas para remaja, mendengarkan lagu dari bangun tidur, mengunduh lagu serta video, dan berkumpul dengan sesama penggemar dalam sebuah fan club merupakan beberapa kegiatan dari banyak kegiatan lain yang dilakukan secara rutin (Munib, 2012). Kegiatan yang dilakukan remaja anggota fan club kemungkinan dapat menghambat aktivitas, khususnya di bidang akademik. Penelitian yang dilakukan Jung di Singapura pada tahun 2011, meneliti mengenai aktivitas remaja penggemar K-pop di Indonesia, diketahui bahwa remaja banyak melakukan aktivitas sehari-harinya berkaitan dengan idola mereka dan kebanyakan dari mereka cukup sering dalam penggunaan sarana internet. Dapat terlihat juga dari data statistik yang dilampirkan pada bab sebelumnya bahwa begitu besarnya peminat dari kalangan remaja, khususnya Indonesia, yang mengakses segala sesuatu informasi dari internet. Dapat dibayangkan bagaimana besarnya aktivitas remaja di dunia maya yang berkaitan dengan segala sesuatu tentang K-pop. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang berlawanan dengan aktivitas akademik siswa dan mahasiswa. Seperti yang disebutkan Schouwenburg (1995) bahwa siswa yang memiliki prokrastinasi yang tinggi sangat mudah terdistraksi dengan kegiatan sosial lain dibandingkan kegiatan belajar. Kegiatan
16 38 para remaja (siswa dan mahasiswa) anggota fan club K-pop seperti mengunduh lagu ataupun video dilakukan lewat internet yang merupakan dampak dari berkembangnya teknologi yang ada. Selain itu media sosial juga tidak luput sebagai sarana para remaja anggota fan club K-pop untuk memperlebar pergaulannya kepada sesama pecinta artisnya. Trezza (2011) mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi yang ada dapat menjadi distraksi atau penghambat para siswa dan mahasiswa dalam belajar. Tidak hanya berkegiatan di dunia maya, remaja anggota fan club K-pop juga memiliki banyak aktivitas lain di luar itu, sebut saja dengan mengikuti kegiatan gathering, yang biasannya diisi oleh lomba menyanyi ataupun cover dance yang sengaja menyerupai artis kesayangan mereka. Jung (2011) menemukan fakta yang didapat dari United K-pop Lovers Indonesia (UKLI), bahwa ada sekitar 100 kelompok dance cover yang didata oleh UKLI. Tiap kelompok dance cover tersebut memiliki akun khusus di media sosial (Facebook, blog, Twitter) yang aktif merekrut anggota baru untuk bergabung menirukan artis kesayangan mereka. Remaja anggota fan club K-pop di kota Medan juga memiliki gambaran aktivitas yang tidak jauh berbeda dari yang dipaparkan sebelumnya. Peneliti mencoba bertanya terhadap beberapa remaja yang tergabung dalam fan club K- pop, mereka merasa mengerjakan tugas akademik secara terdesak dikarenakan mereka cenderung menghabiskan hari-hari dengan konsumsi hal berbau K-pop kurang lebih 8-10 jam per hari atau bahkan lebih. Mesikpun begitu mereka berdalih masih mampu mengimbangi antara sekolah dengan hobi mereka. Para
17 39 remaja anggota fan club K-pop di kota Medan memiliki banyak kegiatan yang cukup menyita waktu dan perhatiannya. Remaja anggota fan club K-pop di kota Medan banyak mengikuti aktivitas seputar idola mereka. Waktu remaja untuk belajar bertabrakan dengan kegiatan berkaitan dengan K-pop seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya. Tugas dari siswa dan mahasiswa sendiri adalah memenuhi kewajiban mereka untuk mengerjakan tugas akademik, sudah seharusnya akademik menjadi prioritas utama di atas aktivitas menyenangkan lain. E. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan antara prokrastinasi akademis pada remaja anggota fan club dengan remaja bukan anggota fan club K-pop di kota Medan.
BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan-kemungkinannya (Miller dalam Thalib, 2010). Dembo (2004) mengungkapkan, menjadi peserta didik bukanlah hal yang
12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah sebuah proses yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku manusia ke arah yang lebih baik. Proses ini merupakan hal penting karena menjadi cerminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pemerintah Korea Selatan dalam penyebaran budaya Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat global, yang biasa disebut Korean
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau juga dikenal dengan Hallyu atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya Korea, terutama musik, telah menjadi sebuah fenomena yang sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011), disebutkan bahwa debut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah hallyu, pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu tersebut. Hal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi saat ini, salah satu budaya yang masih berkembang di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean Wave" adalah
Lebih terperinci2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat
BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida
HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com
Lebih terperinci, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan teknologi informasi di Indonesia berpengaruh sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah dengan masuknya budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gisela Puspita Jamil, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya Korea (Hallyu Wave) saat ini masih hangat diperbincangkan di media ataupun pada penggemarnya sendiri. Hallyu Wave ini pertama popular di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinikmati secara lokal di tempat tertentu, dapat dinikmati juga oleh banyak orang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia hiburan, kini memanfaatkan juga berbagai media telekomunikasi, sehingga berbagai kegiatan hiburan yang tadinya hanya bisa dinikmati secara
Lebih terperinci2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, negara-negara di dunia sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam berbagai hal. Perkembangan yang pesat ini kerap kali disebut globalisasi.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pengolahan data, serta hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di Komunitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. penggemar K-Pop di Indonesia untuk mengunduh secara ilegal melalui internet
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti bagaimana pengaruh niat penggemar K-Pop di Indonesia untuk mengunduh secara ilegal melalui internet terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini diawali oleh rasa penasaran peneliti ketika menghadiri sebuah konser boyband asal Korea Selatan yakni MBLAQ di MEIS, Ancol Jakarta pada tahun
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ProkrastinasiAkademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 Tentang Kebudayaan ayat 1 bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
Lebih terperinciPENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1
PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 Villia Octariana Putri Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN Alasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena Hallyu (Korean Wave) mulai berkembang dan menjadi salah satu fenomena budaya pop yang hadir, tumbuh, dan berkembang di tengah-tengah masyarakat saat ini.hallyu
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis musik K-Pop kini semakin digandrungi di Indonesia. K-Pop atau Korean Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena prokrastinasi terjadi hampir di setiap bidang dalam kehidupan. Prokrastinasi banyak terjadi di lingkungan akademik atau lingkungan sekolah, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki naluri untuk berinteraksi dan hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan peradaban dan semenjak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini.
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI
ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI Primadhina NPH, Wahyu Selfiana Harta, Leni Nurul Azizah, Fadhilla Dwi Utami Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Representasi Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur (Studi Fenomenologi Pada Universe Cover Ease Entry (U-CEE)
Lebih terperincisendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan
BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang belajar di perguruan tinggi. Arnett (dalam Santrock, 2011) menyatakan bahwa mahasiswa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk dapat berlangsung hidup.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode saat ini merupakan zaman modern, Negara Indonesia dituntut untuk mampu menjadi sebuah negara yang hebat dan mampu bersaing di era globalisasi dan diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)
Lebih terperinciPERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA REMAJA ANGGOTA DAN BUKAN ANGGOTA FAN CLUB K-POP
1 PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA REMAJA ANGGOTA DAN BUKAN ANGGOTA FAN CLUB K-POP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: DEAN MAYRISA 081301034 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai dari tugas rumah tangga, tugas dari kantor ataupun tugas akademis. Banyaknya tugas yang diberikan
Lebih terperinciBAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Media Sosial 2.1.1 Definisi Walaski (2013) menjelaskan media sosial sebagai sarana bagi pengguna untuk berkoneksi dengan orang lain secara virtual. Di dalam media sosial, penggunanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. musik pop yang berasal dari Negara Korea. Menurut Chua dan Iwabuchi 2008
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah K-Pop yang merupakan singkatan dari Korean Pop adalah aliran genre musik pop yang berasal dari Negara Korea. Menurut Chua dan Iwabuchi 2008 (dalam Jung 2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan internet saat ini semakin pesat dan menarik pengguna dari berbagai kalangan masyarakat terutama mahasiswa. Pengguna internet di Indonesia telah mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap hari khalayak mengakses televisi. Menurut data BPS tahun 2006 yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menunjukkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Fenomena Budaya Populer Korea saat ini telah merambah ke segala penjuru baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih aktif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimakan oleh orang Korea. Di Jepang, fenomena Korean wave juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya Korea sudah terkenal secara global di dunia mulai dari drama, boyband (grup musik pria), baju khas, hingga makanan-makanan yang biasa dimakan oleh orang Korea.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Banyak yang belum sadar akan hal ini, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil. Ketidaksadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media sosial telah membuat remaja semakin memiliki banyak informasi terhadap merek-merek yang ditujukan untuk mereka. Kalau di masa lalu, sebagian besar adalah rekomendasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini televisi telah berkembang secara pesat dan menjadi media yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berbagai acara televisi dapat disaksikan baik dari stasiun televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini pemerintah berupaya meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan
Lebih terperinciDahulukan Hal yang Harus Didahulukan. 10/28/2013 Softskills 1
Dahulukan Hal yang Harus Didahulukan 10/28/2013 Softskills 1 Tujuan Peserta mampu membedakan kegiatankegiatan berdasarkan kepentingan dan urgensi atau kemendesakan. Peserta mampu menerapkan pemahaman di
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswi adalah sebutan bagi wanita yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi sebagai dasar pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menopang kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN REFERENSI
BAB 2 TINJAUAN REFERENSI Dalam bab ini, penulis akan membahas variabel tunggal penelitian yaitu prokrastinasi akademik, kemudian bahasan mengenai definisi prokrastinasi akademik, definisi kegiatan ekstrakurikuler,
Lebih terperinciTinjauan Fenomena Hallyu Lovers di Indonesia
Tinjauan Fenomena Hallyu Lovers di Indonesia Oleh Dina Fatimah Program Studi Desain Interior UNIKOM Abstrak Fenomena adalah rangkaian peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat diamati dan dinilai lewat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakarat Indonesia. Terlebih kamera aksi ini banyak dimiliki oleh kalangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini fenomena digital mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kemudahan dalam penggunaannya menjadi kelebihan digital dibandingkan pendahulunya yaitu analog.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mingkin, karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak maupun
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun
1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan, manusia memiliki berbagai macam aktivitas dan tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun terkadang sebaliknya yaitu
Lebih terperinciLAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version
LAMPIRAN KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Psikologi UKM Bandung, salah satu persyaratan tugas yang harus dipenuhi adalah melakukan penelitian. Sehubungan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...
9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PERSETUJUAN. ii PERNYATAAN ORISINALITAS. iii LEMBAR PENGESAHAN. iv KATA PENGANTAR. v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii ABSTRAK viii ABSTRACT.. ix DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara psikologi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Hallyu Wave merupakan istilah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena Hallyu Wave atau demam Korea sudah berkembang dalam beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Hallyu Wave merupakan istilah yang berarti menyebarnya
Lebih terperincidi Era Digital Mendidik Anak
Mendidik Anak di Era Digital Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga 2017 Tugas orang tua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang bersifat audio-visual, audio berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi komunikasi massa media televisi sering dijuluki sebagai faktor penentu perubahan yang kehadirannya tidak bisa dibendung makin mendekati abad ke-21,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Perbandingan Pengguna Media Sosial di Indonesia No Media Sosial Pengguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini banyak orang sibuk dengan ponselnya saat perjalanan di kereta, di ruang tunggu, bahkan ketika sedang makan. Mereka menganggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang, apalagi di zaman yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan penilaiannya, keberadaan
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN
RINGKASAN Penelitian ini bertujuan mengkaji partisipasi remaja dalam komunitas baca online dan memetakan peran komunitas baca online dalam mendorong pengembangan kemampuan literasi remaja. Pada akhirnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya tercipta karena pemikiran manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prokrastinasi akademik merupakan masalah serius yang membawa konsekuensi bagi pelakunya (Gunawinata dkk., 2008: 257). Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi
Lebih terperinci