BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Hallyu Wave merupakan istilah yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Hallyu Wave merupakan istilah yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena Hallyu Wave atau demam Korea sudah berkembang dalam beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Hallyu Wave merupakan istilah yang berarti menyebarnya budaya popular Korea (Korean Pop Culture atau K-pop) secara berpengaruh di seluruh dunia, atau secara singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea (Rafiqi, 2014). Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami demam Korea yang cukup tinggi. Penggemar K-pop banyak mengadakan event yang bertemakan K-pop di berbagai Kota di Indonesia. Saya diberitahu bahwa Indonesia dilanda demam K-pop tertinggi kedua setelah Thailand.." ujar So-Yeon, chief produser MCountdown Indonesia (merdeka.com, 2013). Salah satu event yang menandakan bahwa hallyu wave melanda Indonesia adalah adanya flashmob tarian gangnam style milik Psy (salah satu penyanyi K- Pop) di bundaran Hotel Indonesia yang di lakukan oleh 1000 orang (KapanLagi.com, 2012). Flashmob adalah cover dance yang dilakukan secara masal. Cover dance merupakan salah satu bentuk ekspresi penggemar K-pop. Fokus cover dance yaitu mengikuti gerakan yang sudah pernah ditampilkan oleh para artis Korea. Titik kesempurnaan dari cover dance bukan pada kreativitas, namun kemiripan dengan penampilan sang idola, baik dari segi detail gerakan, kostum, postur tubuh, serta ekspresi yang ditampilkan di atas panggung (KapanLagi.com, 2011). Banyaknya cover dance group yang terbentuk di antara 1

2 2 para penggemar K-pop membuat kompetisi cover dance mulai banyak diadakan. Salah satu kompetisi cover dance yang popular diantara penggemar K-pop adalah KapanLagi.com Online K-Pop Cover Dance Competition yang dilaksanakan pada tahun lalu secara online mulai 15 Maret Peserta yang mendaftar pada kompetisi ini melebihi perkiraan penyelenggara. Hal ini memperlihatkan tingginya antusias para penggemar K-pop dan membuktikan bahwa Cover Dance K-pop Indonesia memang patut diperhitungkan (KapanLagi.com, 2014). Salah satu kota dengan perkembangan cover dance K-pop yang tinggi adalah kota Malang. Hampir setiap ada Korean festival pasti memiliki agenda kompetisi cover dance K-pop. Salah satu acara terbesar untuk cover dance K-pop yang terselenggara di Kota Malang adalah SBSquad Cover Dance Concert Competition Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 2000 penggemar K-pop (KapanLagi.com, 2014). Kiky, salah seorang panitia acara tersebut, mengatakan bahwa terdapat 6 cover dance grup yang merupakan subgrup dari SBSquad, 2 cover dance grup bintang tamu, dan 13 cover dance grup peserta lomba dari berbagai kota (Kiky, wawancara pribadi, Mei, 2015). Sebutan bagi para dancer atau penari yang melakukan cover dance, baik secara individu/solo maupun secara berkelompok/grup, adalah cover dancer. Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada tiga cover dancer (Jani dkk., wawancara pribadi, Agustus, 2015), mereka pada mulanya adalah seorang penggemar K-pop biasa. Mereka kemudian bertemu dengan sesama penggemar K-pop yang memiliki grup idola yang sama dan memutuskan untuk membuat cover dance grup. Dalam melakukan aktivitasnya, menurut salah seorang manajer

3 3 dari salah satu manajemen cover dance di Kota Malang (Kiky, wawancara pribadi, Mei, 2015), cover dancer tidak mendapatkan bayaran dari manajemen cover dance-nya. Mereka hanya mendapat imbalan berupa uang ketika memenangkan suatu kompetisi. Uang hadiah kompetisi itu tidak 100% diberikan, namun dipotong sebagian untuk biaya manajemen. Selain itu, untuk kostum dan hal-hal yang menyangkut penampilan diri seperti merubah bentuk dan warna rambut sepenuhnya ditanggung oleh tiap-tiap cover dancer. Cover dancer juga dituntut untuk selalu update dan berlatih tarian terbaru dari artis idola yang mereka cover tariannya. Aktivitas cover dance grup kami yang memerlukan waktu, tenaga, dan finansial yang cukup banyak ini mungkin menurut sebagian orang merupakan hal yang sia-sia, namun bagi kami ini sangat bernilai mbak. Apa ya? Ini adalah identitas kami. Rasane hidup itu suwung mbak kalau nggak ada grup ini. (Jani, wawancara pribadi, Agustus, 2015) Pernyataan Jani tersebut sesuai dengan teori eksistensi Satre (dalam Frankl, 1964), yang menyatakan bahwa eksistensi mendahului esensi. Eksistensi adalah segala kemungkinan yang apabila direalisasikan dapat mengarahkan individu pada keberadaan yang otentik. (dalam Brouwer, 1987). Otentik dalam hal ini adalah mempunyai kebebasan dalam batas-batas tertentu dan tanggung jawab untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna serta tujuan hidupnya. Usaha untuk memenuhi eksistensi diri inilah yang mendorong seseorang melakukan berbagai kegiatan yang dapat membuat hidupnya terasa bermakna. Wujud eksistensi diri cover dancer menurut pernyataan Jani diperlihatkan dari perasaan cover dancer bahwa kegiatan yang dilakukannya merupakan kegiatan yang bermakna untuk dirinya.

4 4 Frankl (1964) mengungkapkan bahwa, ketika eksistensi diri tidak terpenuhi, maka akan timbul kekosongan eksistensi (the existential vacuum), hal ini merupakan manifestasi dari kebosanan dalam menjalani hidup. Kekosongan eksistensi dapat menyebabkan seseorang merasa hampa dan hidup dirasa tidak bermakna (meaningless), seperti halnya pernyataan Jani bahwa bila tidak ada cover dance hidupnya akan terasa suwung (hampa atau kosong). Jani menerangkan lebih lanjut bahwa perasaan suwung (hampa atau kosong) ini terjadi karena dia sudah biasa dengan identitasnya sebagai dancer cover (Jani, wawancara pribadi, Agustus, 2015). Hampir setiap orang yang mengenalnya selalu menyangkutkan dirinya dengan dance cover yang ia lakukan, sehingga orang-orang sudah terbiasa mengenalnya sebagai dancer cover. Harga diri mempunyai andil dalam pemenuhan eksistensi diri seseorang, Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2007) yang menyebutkan bahwa, harga diri disebut juga kelangsungan hidup dari jiwa yang merupakan sarana bagi pertumbuhan eksistensi seseorang. Harga diri dalam hal ini merujuk pada evaluasi keseluruhan atas diri seorang individu (Santrock, 2007). Individu yang memiliki harga diri tinggi berarti individu yang memandang dirinya positif. Semakin tinggi harga diri seseorang maka ia akan semakin sadar terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan memandang kelebihan-kelebihan tersebut lebih penting dari kelemahannya. Sebaliknya, individu dengan harga diri rendah cenderung memfokuskan diri terhadap kelemahan dirinya dan memandang dirinya secara negatif (Byron & Byrne dalam Aditomo, 2004). Dari pernyataan di atas, individu yang mempunyai harga diri yang tinggi akan lebih menyadari akan potensi-

5 5 potensi yang dimilikinya, sehingga ia akan berusaha untuk mengembangkannya. Menurut Binswanger dan Boss (dalam Brouwer, 1987), eksistensi diri dapat diartikan sebagai pengungkapan potensi-potensi bawaan yang dengan kebebasannya, manusia dapat memilih mana yang ingin direalisasikannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa bila seseorang mampu merealisasikan dan mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, maka semakin tinggi harga diri yang dimilikinya dan semakin tinggi pemenuhan eksistensi dirinya. Salah satu masalah utama pada eksistensi diri seseorang terletak pada orang lain. Manusia secara konstan berada dalam relasi dengan manusia lain yang menjadikan keberadaan dirinya (Misiak & Sexton, 2005). Senada dengan Misiak dan Sexton, Heidegger (dalam Bastaman, 1996) menyatakan: Alles dasein ist mitsein yang berarti bahwa mengada sebagai pribadi (being person) selalu berarti mengada bersama pribadi lain (being with other person). Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa dalam pemenuhan eksistensi, manusia tidak akan lepas dari peran orang lain. Manusia selalu ada dan harus hidup di dalam lingkungan sosial, seperti keluarga, teman-teman, tetangga, organisasi, lingkungan kerja dan masyarakat pada umumnya. Penerimaan dan penolakan dalam lingkungan sosial mempunyai pengaruh kuat terhadap sikap, perasaan, pikiran, perbuatan dan penyesuaian diri seseorang. Penerimaan sosial bagi seseorang adalah adanya rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh kelompoknya (Sinthia, 2011). Oleh karena itu, penerimaan dalam lingkungan sosial mempunyai pengaruh terhadap pemenuhan eksistensi diri seseorang.

6 6 Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa, eksistensi diri merupakan pencapaian seseorang yang dapat merealisasikan diri otentiknya, yaitu mempunyai kebebasan dalam batas-batas tertentu dan tanggung jawab untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya. Pencapaian eksistensi mampu diraih individu salah satunya dengan cara pengungkapan potensi-potensi diri yang dimiliki melalui kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi individu tersebut. Eksistensi diri yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan kekosongan atau kebosanan dalam menjalani hidup (the existential vacuum). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap salah satu cover dancer K-pop yang mengungkapkan bahwa kegiatan cover dance yang ia lakukan merupakan kegiatan yang bernilai bagi dirinya dan bila ia tidak melakukan kegiatan tersebut ia berasumsi hidupnya pasti akan tersasa kosong (Jani dkk., wawancara pribadi, Agustus, 2015). Hasil penelitian mengindikasikan, bahwa eksistensi diri berkorelasi kuat terhadap mental health dan well being pada manusia, dan absensinya berkorelasi dengan psikopatologi (Yalom dalam Brouwers & Tomic, 2012). Alasan inilah yang membuat peneliti tertarik ingin mengetahui pencapaian eksistensi diri pada cover dancer K-pop serta korelasinya dengan harga diri dan penerimaan sosial. Oleh karena itu, peneliti mengadakan penelitian dengan judul: Hubungan antara Harga Diri dan Penerimaan Sosial dengan Eksistensi Diri pada Cover Dancer Boyband dan Girlband Korea di Kota Malang.

7 7 B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi teoritik dan menambah wawasan tentang eksistensi diri ditinjau dari harga diri dan penerimaan sosial bagi masyarakat luas pada umumnya dan ilmuwan psikologi pada khususnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi cover dancer boyband/girlband Korea dan pemuda pada umumnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada para cover dancer boyband dan girlband Korea, serta pemuda pada umumnya tentang peran harga diri dan penerimaan sosial dalam pemenuhan eksistensi diri. Untuk mendapatkan pemenuhan eksistensi diri yang maksimal dapat dilakukan dengan mengembangkan harga diri dan mengupayakan penerimaan sosial secara maksimal.

8 8 b. Bagi orang tua Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi orang tua dalam mendidik anak. Orang tua diharapkan tidak mendikte perilaku dan kegiatan anak dalam kehidupan sehari-hari, namun cukup dengan membimbing anak agar tidak melakukan perbuatan yang negatif. Dengan begitu anak dapat mengeksplor potensi yang ada dalam dirinya dan dapat memenuhi eksistensi diri tanpa ada paksaan dari luar dirinya. c. Bagi masyarakat umum Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi masyarakat umum untuk tidak mudah menilai negatif atau memandang sebelah mata apa yang dilakukan seseorang. Setiap orang pasti mempunyai alasan dalam berperilaku dan setiap perilaku memiliki nilai atau makna yang berbeda pada tiap individu. d. Bagi peneliti lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti seputar eksistensi diri dalam konteks sosial maupun permasalahan-permasalahan sosial lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Eksistensi Diri pada Cover Dancer Boyband dan Girlband Korea

BAB II LANDASAN TEORI. A. Eksistensi Diri pada Cover Dancer Boyband dan Girlband Korea 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Eksistensi Diri pada Cover Dancer Boyband dan Girlband Korea 1. Pengertian Eksistensi Diri Eksistensi secara etimologi berasal dari bahasa Latin existo, yang terdiri dari dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau juga dikenal dengan Hallyu atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu

BAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pemerintah Korea Selatan dalam penyebaran budaya Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat global, yang biasa disebut Korean

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Fenomena Budaya Populer Korea saat ini telah merambah ke segala penjuru baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih aktif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : Eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pengolahan data, serta hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di Komunitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Representasi Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur (Studi Fenomenologi Pada Universe Cover Ease Entry (U-CEE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 Tentang Kebudayaan ayat 1 bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena Hallyu (Korean Wave) mulai berkembang dan menjadi salah satu fenomena budaya pop yang hadir, tumbuh, dan berkembang di tengah-tengah masyarakat saat ini.hallyu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musik pop yang berasal dari Negara Korea. Menurut Chua dan Iwabuchi 2008

BAB I PENDAHULUAN. musik pop yang berasal dari Negara Korea. Menurut Chua dan Iwabuchi 2008 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah K-Pop yang merupakan singkatan dari Korean Pop adalah aliran genre musik pop yang berasal dari Negara Korea. Menurut Chua dan Iwabuchi 2008 (dalam Jung 2011

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis musik K-Pop kini semakin digandrungi di Indonesia. K-Pop atau Korean Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki naluri untuk berinteraksi dan hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan peradaban dan semenjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011),

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya Korea, terutama musik, telah menjadi sebuah fenomena yang sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011), disebutkan bahwa debut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika.

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Benni Yohanes, S. Sen., M. Hum. dalam bukunya berjudul Seni Tata Rias dalam Dimensi Sosial, pada dasarnya tata rias adalah sebuah seni dalam menciptakan keindahan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Segala bentuk kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Hallyu atau Korean Wave. Hallyu diartikan sebagai gelombang budaya populer

BAB I PENDAHULUAN. atau Hallyu atau Korean Wave. Hallyu diartikan sebagai gelombang budaya populer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya populer merupakan suatu budaya yang banyak diminati oleh masyarakat dan bersifat dinamis yaitu selalu berubah-ubah mengikuti pergantian zaman. Kemajuan

Lebih terperinci

, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL

, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan teknologi informasi di Indonesia berpengaruh sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah dengan masuknya budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gisela Puspita Jamil, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gisela Puspita Jamil, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya Korea (Hallyu Wave) saat ini masih hangat diperbincangkan di media ataupun pada penggemarnya sendiri. Hallyu Wave ini pertama popular di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. budaya dalam negeri. Dunia musik telah mengalami perkembangan, genre musik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. budaya dalam negeri. Dunia musik telah mengalami perkembangan, genre musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia hiburan di tanah air banyak memiliki ragam bintang. Salah satunya melalui industri musik yang menjadi salah satu mata pencaharian yang cukup berkembang di dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 Villia Octariana Putri Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN Alasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korean Wave atau hallyu atau gelombang Korea adalah suatu bentuk arus peningkatan popularitas kebudayaan Korea di seluruh dunia. Gelombang hallyu pertama kali dibawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945. Kemudian dalam waktu empat dekade sejak merdeka, negara tersebut berubah menjadi salah satu negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara harus memiliki Soft Power (kekuatan lunak). Kekuatan lunak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. negara harus memiliki Soft Power (kekuatan lunak). Kekuatan lunak memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, meningkatkan perekonomian dan memperluas kekuasaan tidak perlu lagi dilakukan dengan genjatan senjata atau peperangan. Jalan lain untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak empat tahun yang lalu, industri musik Jepang tengah mengalami pergeseran kekuasaan dan kejayaan dari para penyanyi solo bersuara merdu dan juga band beraliran

Lebih terperinci

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, negara-negara di dunia sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam berbagai hal. Perkembangan yang pesat ini kerap kali disebut globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah hallyu, pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kebutuhan manusia makin banyak yang harus terpenuhi, bukan hanya kebutuhan pokok saja seperti pangan, papan dan sandang. Seiring dengan perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evita Puspita Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evita Puspita Sari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah bunyi yang teratur. Musik diyakini sebagai bahasa universal yang bisa memberikan kehangatan insani dan makanan ruhani bagi si pendengar (Ibrahim, 2007:95).

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau Korean Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi saat ini, salah satu budaya yang masih berkembang di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean Wave" adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman sekarang ini budaya asing sangat besar pengaruhnya terhadap kebudayaan di Indonesia. Salah satunya adalah budaya Barat. Tetapi seiring berubahnya waktu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 JENIS DAN PENDEKATAN PENELITIAN 3.1.1 Pendekatan atau Paradigma Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretif. Pendekatan interpretif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk dapat berlangsung hidup.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman dan tekhnologi, maka berkembang pula program-program di dalam penyiaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman dan tekhnologi, maka berkembang pula program-program di dalam penyiaran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya wawasan manusia yang didukung oleh perkembangan jaman dan tekhnologi, maka berkembang pula program-program di dalam penyiaran. Sejumlah besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korea atau yang lebih dikenal dengan artis K-Pop, telah populer beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Korea atau yang lebih dikenal dengan artis K-Pop, telah populer beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bukan rahasia lagi jika fenomena artis-artis Korea, terutama artis musik Korea atau yang lebih dikenal dengan artis K-Pop, telah populer beberapa tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sejarah Masuknya Hallyu ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sejarah Masuknya Hallyu ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Sejarah Masuknya Hallyu ke Indonesia Dewasa ini remaja di Indonesia sudah tidak asing dengan kata hallyu di kalangan dan lingkungannya. Kata Hallyu sendiri sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi 1 BAB I PENDAHULUAN B. LATAR BELAKANG Jepang telah menyebarkan pengaruh budayanya ke seluruh dunia terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi Jepang) dan Manga (Komik Jepang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren

BAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana bisnis salon perawatan rambut dan tata rias wajah Korean Beauty. Salon ini merupakan salon perawatan rambut dan tata rias wajah yang mengusung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya baik dalam hal produksi ataupun berakting. Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya baik dalam hal produksi ataupun berakting. Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, film merupakan salah satu media massa yang sering digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan. Film juga merupakan media dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimakan oleh orang Korea. Di Jepang, fenomena Korean wave juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimakan oleh orang Korea. Di Jepang, fenomena Korean wave juga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya Korea sudah terkenal secara global di dunia mulai dari drama, boyband (grup musik pria), baju khas, hingga makanan-makanan yang biasa dimakan oleh orang Korea.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya, Nina W. Syam (2012 : 234) berpendapat,

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya, Nina W. Syam (2012 : 234) berpendapat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini budaya Korea Selatan sedang menjadi topik pembicaraan tidak hanya di Indonesia tetapi di berbagai negara. Khususnya karena booming musik K-POP nya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan definisi budaya Edward T.Hall (1959) dalam Aloliliweri

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan definisi budaya Edward T.Hall (1959) dalam Aloliliweri BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan definisi budaya Edward T.Hall (1959) dalam Aloliliweri (2003: 8) yang menyebutkan bahwa budaya adalah alat kehidupan bagi manusia. Budaya juga dikatakannya

Lebih terperinci

REALITA BELAKANG PANGGUNG K-POP CROSS COVER DANCE (STUDI PADA GRUP K-POP CROSS COVER DANCE WAR SCHOOL )

REALITA BELAKANG PANGGUNG K-POP CROSS COVER DANCE (STUDI PADA GRUP K-POP CROSS COVER DANCE WAR SCHOOL ) REALITA BELAKANG PANGGUNG K-POP CROSS COVER DANCE (STUDI PADA GRUP K-POP CROSS COVER DANCE WAR SCHOOL ) Oleh: Orchita Ardhestya Rarasati dan V. Indah Sri Pinasti, M.Si. 13413244008 ABSTRAK Meniru koreografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea.

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini diawali oleh rasa penasaran peneliti ketika menghadiri sebuah konser boyband asal Korea Selatan yakni MBLAQ di MEIS, Ancol Jakarta pada tahun

Lebih terperinci

SIKAP NASIONALISME DI KALANGAN PECINTA LAGU DAN PENYANYI KOREA YANG TERGABUNG DALAM KOMUNITAS KOREA POP FANDOM MALANG

SIKAP NASIONALISME DI KALANGAN PECINTA LAGU DAN PENYANYI KOREA YANG TERGABUNG DALAM KOMUNITAS KOREA POP FANDOM MALANG SIKAP NASIONALISME DI KALANGAN PECINTA LAGU DAN PENYANYI KOREA YANG TERGABUNG DALAM KOMUNITAS KOREA POP FANDOM MALANG Dian Mariani Universitas Negeri Malang E-mail: yukohafiz@yahoo.com ABSTRAK: Tujuan

Lebih terperinci

Pusat K-Pop Di Surabaya

Pusat K-Pop Di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1 (2012) 1-6 1 Pusat K-Pop Di Surabaya Njoo Lestari O. S. dan Timoticin Kwanda, B.Sc., MRP. Program Studi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka seolah-olah batas-batas suatu Negara menjadi sempit dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terbuka seolah-olah batas-batas suatu Negara menjadi sempit dan salah satu BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas persoalan-persoalan yang terkait dengan: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Pembatasan Masalah, Manfaat Penelitian, dan Penegasan Istilah yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sekelompok laki-laki ataupun perempuan yang menari dan menyanyi

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sekelompok laki-laki ataupun perempuan yang menari dan menyanyi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya sekelompok laki-laki ataupun perempuan yang menari dan menyanyi dalam penampilan mereka atau yang biasa disebut dengan boyband dan girlband menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Perbandingan Pengguna Media Sosial di Indonesia No Media Sosial Pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Perbandingan Pengguna Media Sosial di Indonesia No Media Sosial Pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini banyak orang sibuk dengan ponselnya saat perjalanan di kereta, di ruang tunggu, bahkan ketika sedang makan. Mereka menganggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH DAMPAK MUSIK KOREA (K-POP) TERHADAP REMAJA

KARYA ILMIAH DAMPAK MUSIK KOREA (K-POP) TERHADAP REMAJA KARYA ILMIAH DAMPAK MUSIK KOREA (K-POP) TERHADAP REMAJA OLEH : EVA HAIRDIANA UMAR KELAS : XII IPA C PEMERINTAH KABUPATEN PASER DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS 1 TANAH GROGOT TAHUN AJARAN 2012 /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG

RESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG RESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG Pada tahun 1990an istilah Hallyu atau Korean Wave menjadi populer di kawasan Asia Timur yang disebabkan oleh meledaknya musik pop

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, dapat dilihat bahwa perkembangan entertaiment di Negara Korea Selatan, berkembang dengan sangat pesat. Seperti munculnya dramadrama yang membanjiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. girlband, boyband hingga idol grup yang mulai masuk kedalam keberagaman

BAB I PENDAHULUAN. girlband, boyband hingga idol grup yang mulai masuk kedalam keberagaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri musik di Indonesia saat ini sudah sangatlah pesat, ditandai dengan hadirnya berbagai macam jenis musik seperti grup band, girlband, boyband

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memanfaatkan sumberdaya- sumberdaya lainnya. Beberapa hal yang perlu diantisipasi adalah kondisi yang tidak didukung

BAB I PENDAHULUAN. mampu memanfaatkan sumberdaya- sumberdaya lainnya. Beberapa hal yang perlu diantisipasi adalah kondisi yang tidak didukung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia bisnis sekarang dituntut menciptakan kinerja karyawan yang tinggi untuk pengembangan perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja dalam

Lebih terperinci

Realita Belakang Panggung K-Pop Cross Cover Dance (Studi pada Grup K-Pop Cross Cover Dance War School )

Realita Belakang Panggung K-Pop Cross Cover Dance (Studi pada Grup K-Pop Cross Cover Dance War School ) Realita Belakang Panggung K-Pop Cross Cover Dance (Studi pada Grup K-Pop Cross Cover Dance War School ) Oleh: Orchita Ardhestya Rarasati dan V. Indah Sri Pinasti E-mail: orchitaa@gmail.com Pendidikan Sosiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di era saat ini. Selebriti seolah telah menjelma menjadi sosok nyaris sempurna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di era saat ini. Selebriti seolah telah menjelma menjadi sosok nyaris sempurna digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemujaan terhadap selebriti merupakan suatu hal yang kerap terjadi, terlebih di era saat ini. Selebriti seolah telah menjelma menjadi sosok

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PADUAN SUARA

PETUNJUK TEKNIS PADUAN SUARA PETUNJUK TEKNIS PADUAN SUARA PENYELENGGARAAN Kompetisi : Paduan Suara Kategori : A : Pelajar SMA B : Mahasiswa dan Umum Hari & Waktu : Kategori A : 13 Maret 2017 Kategori B : 14 Maret 2017 Tempat : Auditorium

Lebih terperinci

STUDI FENOMENOLOGI AKUNTABILITAS SBSQUAD ENTERTAINMENT SEBAGAI INDUSTRI KREATIF

STUDI FENOMENOLOGI AKUNTABILITAS SBSQUAD ENTERTAINMENT SEBAGAI INDUSTRI KREATIF Jurnal Akuntansi Aktual Vol. 4, No. 2 Juni 2017, hlm. 92-99 e-issn: 25801015; p-issn: 20879695 Email: jaa.journal@um.ac.id Journal Homepage: http://journal.um.ac.id/index.php/jaa STUDI FENOMENOLOGI AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

TARI NUSANTARA COMPETITION GUIDELINE PUBLIC HEALTH PROJECT 2016

TARI NUSANTARA COMPETITION GUIDELINE PUBLIC HEALTH PROJECT 2016 COMPETITION GUIDELINE TARI NUSANTARA PUBLIC HEALTH PROJECT 2016 A. NAMA KEGIATAN Nama kegiatan ini adalah Lomba Tari Nusantara Public Health Project 2016 B. TEMA KEGIATAN Sentuhan Karya Anak Bangsa dalam

Lebih terperinci

Pola Interaksi Simbolik Pecinta K-Pop

Pola Interaksi Simbolik Pecinta K-Pop Pola Interaksi Simbolik Pecinta K-Pop POLA INTERAKSI SIMBOLIK PECINTA K-POP DALAM KOMUNITAS KOREAN LOVERS DI SURABAYA (KLOSS) Erin Wahyuastri Program Studi S-1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas

Lebih terperinci

Hubungan antara Self-Esteem dengan Perilaku Compulsive Buying pada Remaja Anggota Hansamo

Hubungan antara Self-Esteem dengan Perilaku Compulsive Buying pada Remaja Anggota Hansamo Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Self-Esteem dengan Perilaku Compulsive Buying pada Remaja Anggota Hansamo 1 Elviana Fitri Rangkuti, 2 Oki Mardiawan 1.2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I `PENDAHULUAN. Demam korea atau yang dikenal sebagai K-pop di Indonesia telah sampai pada

BAB I `PENDAHULUAN. Demam korea atau yang dikenal sebagai K-pop di Indonesia telah sampai pada BAB I `PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demam korea atau yang dikenal sebagai K-pop di Indonesia telah sampai pada kalangan anak muda selama kurang lebih sepuluh tahun. Mendunianya wabah demam Korea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan mampu menjalani kehidupannya dengan baik, akan tetapi tidak semua orang mampu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di televisi ditayangkan, mulai dari acara talk show, sinetron/drama, live music,

BAB I PENDAHULUAN. di televisi ditayangkan, mulai dari acara talk show, sinetron/drama, live music, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia hiburan di tanah air berkembang dengan cukup pesat. Beragam acara di televisi ditayangkan, mulai dari acara talk show, sinetron/drama, live music, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cakupan konsumen hampir seluruh dunia. Tidak hanya dalam sektor tersebut, dalam

BAB I PENDAHULUAN. cakupan konsumen hampir seluruh dunia. Tidak hanya dalam sektor tersebut, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur dengan perkembangan pembangunan ekonomi yang cukup pesat. Korea Selatan juga telah dinobatkan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan negara-negara Eropa dalam memerkenalkan budayanya secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan negara-negara Eropa dalam memerkenalkan budayanya secara luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korea Selatan saat ini dapat dikatakan berhasil menjadi saingan berat bagi Amerika dan negara-negara Eropa dalam memerkenalkan budayanya secara luas ke dunia

Lebih terperinci

PERILAKU KONFORMITAS ANGGOTA KOMUNITAS HANSAMO BANDUNG CONFORMITY BEHAVIOR OF HANSAMO S MEMBERS BANDUNG

PERILAKU KONFORMITAS ANGGOTA KOMUNITAS HANSAMO BANDUNG CONFORMITY BEHAVIOR OF HANSAMO S MEMBERS BANDUNG ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2229 PERILAKU KONFORMITAS ANGGOTA KOMUNITAS HANSAMO BANDUNG CONFORMITY BEHAVIOR OF HANSAMO S MEMBERS BANDUNG Dhanur Dara Rufa

Lebih terperinci

Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Sikap Remaja Surabaya SKRIPSI

Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Sikap Remaja Surabaya SKRIPSI Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Sikap Remaja Surabaya (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Pengaruh Budaya K-Pop di Televisi Terhadap Sikap Remaja di Kota Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunitas mainan pun banyak macamnya mulai dari diecast (mobil-mobilan), lego, gundam, dan lain-lain. Sebenarnya, komunitas diecast sangat banyak jumlahnya

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA

2015 PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan informasi telah terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Kemajuan teknologi komunikasi ini ditandai dengan makin luasnya jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun lalu,demam Korea yang menyelimuti masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun lalu,demam Korea yang menyelimuti masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Sejak beberapa tahun lalu,demam Korea yang menyelimuti masyarakat Indonesia. Budaya pop Koreaberkembang dengan sangat subur di Indonesia.Pemicu yang memegang

Lebih terperinci

PANDUAN ARCHETYPE DANCE COMPETITION

PANDUAN ARCHETYPE DANCE COMPETITION PANDUAN ARCHETYPE DANCE COMPETITION HIMPUNAN MAHASISWA PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 Lomba ini merupakan salah satu rangkaian acara Archetype 2017 Himpunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah berkembang menjadi sebuah fenomena global. Dalam enam dekade terakhir, negara-negara berkembang menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor

Lebih terperinci

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2013 dibanding triwulan I-2013

BAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2013 dibanding triwulan I-2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2013 dibanding triwulan I-2013 mencapai 2,61 persen (q-to-q)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18),

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Pop Culture atau budaya populer mulai mendapatkan tempat tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18), budaya populer diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya tercipta sebagai makhluk individual sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya tercipta sebagai makhluk individual sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya tercipta sebagai makhluk individual sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. CELEBRITY WORSHIP 1. Definisi Celebrity Worship Menyukai selebriti sebagai idola atau model adalah bagian normal dari perkembangan identitas di masa kecil dan remaja (Greene dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penyampaian informasi gagasan emosi,keahlian,dan lain-lain melalui

BAB I PENDAHULUAN. proses penyampaian informasi gagasan emosi,keahlian,dan lain-lain melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi menurut Bernard Berelson & Gary A.Steiner adalah suatu proses penyampaian informasi gagasan emosi,keahlian,dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dengan individu maupun kelompok. Komunikasi sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dengan individu maupun kelompok. Komunikasi sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan cara manusia dalam berinteraksi antara individu dengan individu maupun kelompok. Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia karena manusia

Lebih terperinci

Kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak dicapai dengan mudah karena melalui proses yang panjang dan berliku. Dari proses yang panjang tersebut,

Kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak dicapai dengan mudah karena melalui proses yang panjang dan berliku. Dari proses yang panjang tersebut, BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia pada tahun 1950 dan ekonominya sebagian besar tergantung pada bantuan ekonomi AS. Tetapi sekarang Korea

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI Primadhina NPH, Wahyu Selfiana Harta, Leni Nurul Azizah, Fadhilla Dwi Utami Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa Barat atau yang lebih dikenal dengan etnis Sunda sangat kaya dengan berbagai jenis kesenian. Kesenian itu sendiri lahir dari jiwa manusia dan gambaran masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan penggemar boyband Korea

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan penggemar boyband Korea 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Aktivitas-aktivitas yang dilakukan penggemar boyband Korea menunjukkan perilaku fanatisme sebagai penggemar. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi mengikuti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kehidupan moderen ini kesehatan sudah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat Indonesia. Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan tubuh yang sehat terbukti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif seseorang baik yang berdasarkan atas apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya maupun tidak

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS STADIUM TRIPUDIUM FESTIVAL (STF)

PETUNJUK TEKNIS STADIUM TRIPUDIUM FESTIVAL (STF) PETUNJUK TEKNIS STADIUM TRIPUDIUM FESTIVAL (STF) PENYELENGGARAAN Kompetisi : Tari Tradisional dan Tari Saman Hari & Waktu : Sabtu, 13 April 2013, pukul 09.00 17.00 Tempat : Kampus USBI, Sampoerna School

Lebih terperinci

Deskripsi. Jadi tunggu apalagi? Let s Join and show your skill!!!

Deskripsi. Jadi tunggu apalagi? Let s Join and show your skill!!! Deskripsi CTF (Capture The Flag) adalah bentuk baru ajang perlombaan untuk mengasah kemampuan peserta dalam bidang Keamanan Jaringan. CTF InformationALL 2017 ini adalah kompetisi nasional yang diadakan

Lebih terperinci

KAJIAN ETNOGRAFI KOMUNIKASI PADA GAYA BERKOMUNIKASI KOMUNITAS HANSAMO MODERN DANCE BOYS DI KOTA BANDUNG

KAJIAN ETNOGRAFI KOMUNIKASI PADA GAYA BERKOMUNIKASI KOMUNITAS HANSAMO MODERN DANCE BOYS DI KOTA BANDUNG 1 KAJIAN ETNOGRAFI KOMUNIKASI PADA GAYA BERKOMUNIKASI KOMUNITAS HANSAMO MODERN DANCE BOYS DI KOTA BANDUNG Lucy Pujasari Supratman & Adli Rafiqi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak individu menganggap bahwa tampil menarik di hadapan orang lain merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinikmati secara lokal di tempat tertentu, dapat dinikmati juga oleh banyak orang,

BAB I PENDAHULUAN. dinikmati secara lokal di tempat tertentu, dapat dinikmati juga oleh banyak orang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia hiburan, kini memanfaatkan juga berbagai media telekomunikasi, sehingga berbagai kegiatan hiburan yang tadinya hanya bisa dinikmati secara

Lebih terperinci