Resume Hasil Penilikan IV Penilaian Kinerja PHPL PT. Graha Sentosa Permai

Transkripsi

1 Resume Hasil Penilikan IV Penilaian Kinerja PHPL PT. Graha Sentosa Permai I. Identitas LP-PHPL : a. Nama LP-PHPL : PT. Global Resource Sertifikasi b. No. Akreditasi KAN : LPPHPL-017-IDN c. Alamat Kantor : Komplek Batan Indah Blok G-28 Kademangan, Setu, Serpong d. Telp./Fax : e. Website dan ; info@global-resource.co.id II. Identitas Auditee : a. Nama IUPHHK-HA : PT. Graha Sentosa Permai b. SK IUPHHK-HA : SK. 381/Menhut-II/2005, 9 November 2005 c. Luas Areal : Ha d. Alamat Kantor Pusat : Jl. Kunir No.37 Blok I/8 Jakarta e. Waktu Pelaksanaan : Desember 2016 III. Resume Hasil Penilaian Kinerja PHPL Penilikan IV: KRITERIA/INDIKATOR VERIFIER RINGKASAN JUSTIFIKASI NILAI A PENILAIAN KINERJA PHPL 1. PRASYARAT 1.1 Kepastian Kawasan Pemegang Izin dan Pemegang Hak Pengelolaan Ketersediaan dokumen legal dan administrasi tata batas PT GSP masih lengkap sesuai dengan pelaksanaan tata batas yang telah dilakukan (100% atau temu gelang). Dokumen legal berupa tersedianya akta pendirian perusahaan dan perubahannya, SK IUPHHK-HA, dokumen perizinan lainnya dan dokumen perencanaan (RKUPHHK- HA dan RKTUPHHK-HA) beserta peta lampirannya. Sedangkan dokumen administrasi tata batas berupa tersedianya Dokumen Pedoman Tata Batas, BATB dan Laporan TBT beserta peta lampirannya Realisasi penataan batas areal kerja sudah 100% (temu gelang) yaitu sepanjang 207,66% dan Penetapan Areal Kerja dan Penunjukan Kawasan Hutan Areal IUPHHK-HA PT GSP masih dalam proses di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Keberadaan areal kerja PT GSP masih mendapatkan pengakuan dari para

2 pihak baik pemerintah pusat dan daerah, perusahaan lain yang berbatasan langsung dan perwakilan masyarakat sekitar dan tidak terdapat konflik batas dalam pemanfaatan areal. PT GSP telah melakukan tata batas areal kerja 100% (temu gelang) dimana proses penataan batas areal kerja PT GSP tersebut dilakukan dengan melibatkan para pihak terkait. Di dalam areal kerja terdapat kegiatan penambangan emas liar dan perladangan/perkebunan oleh masyarakat sekitar, namun masih dalam skala kecil, walaupun kedepannya bisa menjadi potensi konflik dalam pemanfaatan areal. PT GSP telah melakukan monitoring kegiatan tersebut dan dalam rangka antisipasi manajemen kalau terjadi konflik dengan masyarakat dan pihak lainnya, PT GSP telah menyusun dokumen SOP terkait Mekanisme Penyelesaian Konflik dengan Masyarakat Terdapat perubahan fungsi kawasan dan PT GSP telah melakukan perubahan perencanaan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang berupa Revisi RKUPHHK-HA Periode Tahun Tahun 2015 diikuti penyesuaian di lapangan yaitu pada peta kerja RKTUPHHK-HA Tahun 2015 dan RKTUPHHK-HA Tahun Terdapat bukti upaya PT GSP melakukan pendataan penggunaan kawasan di luar sektor kehutanan yang berizin berupa jalan Pemerintah Kabupaten Katingan dengan trayek Desa Tumbang Jala Desa Tumbang Habangoi sepanjang ± 35 Km dan pembuatan sawah (pembuatan jalan tani) dan yang tak berizin berupa kegiatan penambangan emas liar dan ladang/kebun masyarakat sekitar. PT GSP telah melakukan koordinasi

3 1.2 Komitmen pemegang izin dengan instansi berwenang terkait penggunaan kawasan yang berizin karena telah diketahui secara langsung oleh pihak yang berwenang (Pemerintah Kabupaten Katingan dan Dinas Kehutanan Kabupaten Katingan). Sedangkan penggunaan kawasan yang tak berizin belum dilaporkan ke instansi yang berwenang. Selain itu ladang/kebun masyarakat yang berada di dalam areal belum seluruhnya dilakukan pendataan. Upaya yang dilakukan untuk mencegah penggunaan kawasan di luar sektor kehutanan tanpa izin adalah dengan melakukan pemeliharaan batas luar areal kerja di beberapa lokasi strategis, pendekatan persuasif dengan masyarakat terkait dan pemasangan papan nama larangan berkebun/berladang pada lokas strategis (pingir jalan utama), Masih tersedia dokumen visi dan misi yang ditandatangani oleh Direktur PT GSP No. 07/Kpts/Dir/VI/2011 tanggal 01 Juni 2011 dan dalam Dokumen Revisi RKUPHHK-HA PT GSP Berbasis IHMB Periode Tahun Tahun 2015 yang disetujui melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK.14/BUHA-2/2015 tanggal 17 Juni Rumusan visi dan misi tersebut legal dan sesuai dengan kerangka PHL, yaitu memuat prinsip kelestarian ekologi, produksi dan sosial dengan segala komponen pendukungnya secara berkelanjutan Sosialisasi visi dan misi perusahaan masih dilakukan pada internal karyawan (level pemegang izin) secara formal dan informal. Sosialisasi internal karyawan secara formal dilakukan pada tanggal 9 Desember 2016 bertempat di Camp Blok Produksi. Untuk sosialisasi secara informal dilakukan berupa masih terpasangnya tulisan rumusan visi dan

4 1.3 Jumlah dan kecukupan tenaga profesional bidang kehutanan pada seluruh tingkatan untuk mendukung pemanfaatan implementasi penelitian, pendidikan dan latihan. misi perusahaan pada lokasi strategis dengan di kantor cabang Palangkaraya, di lingkungan Base Camp Sei Rahanjang (di ruang kantor dan ruang pertemuan) dan di Camp Binhut. Sedangkan sosialisasi visi dan misi perusahaan kepada masyarakat sekitar dilaksanakan kepada masyarakat Desa Nusa Kutau dan Desa Batu Badak bersamaan dengan Sosialisasi Kawasan Lindung yang dibuktikan dengan berita acara, daftar hadir dan foto dokumentasi sosialisasi. Untuk sosialisasi kepada masyarakat desa lainnya belum dilakukan terutama Desa Tumbang Habangoi yang berada di dalam areal Terdapat implementasi PHL dengan melakukan upaya kegiatan pengelolaan hutan produksi secara berkelanjutan sesuai dengan visi dan misi perusahaan yang telah ditetapkan. Namun beberapa kegiatan belum tereliasasi dan belum sesuai dengan visi dan misi perusahaan, yaitu antara lain Penataan areal kerja belum seluruhnya sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan yaitu sebagian tanda batas blok dan petak tebangan kurang jelas, kegiatan pembinaan hutan (luas dan kualitas tanaman) belum mencapai 100%, penataan batas partisifatif terhadap areal-areal yang merupakan sumber penghidupan masyarakat di dalam areal kerja (ladang/kebun masyarakat) belum dilakukan Keberadaan tenaga profesional berupa sarjana kehutanan dan sarjana pertanian sebagian besar tersedia secara kebutuhan masing-masing bagian. Sedangkan keberadaan GANIS- PHPL sebagian besar memenuhi dari ketentuan Dirjen PHPL No. P.16/PHPL- IPHH/2015 yang dipersyaratkan yaitu mencapai 80,00%. Sebagian besar bidang pengelolaan hutan memiliki

5 1.4 Kapasitas dan mekanisme untuk perencanaan pelaksanaan pemantauan periodik, evaluasi dan penyajian umpan balik mengenai kemajuan pencapaian (kegiatan) IUPHHK HA/RE/HT/Pemegang Hak Pengelolaan GANIS-PHPL melebihi dari yang dipersyaratkan, namun terdapat bidang pengelolaan hutan yang belum ada GANIS-PHPL yaitu GANIS-PHPL KURPET. Terkait GANIS-PHPL KURPET, secara legalitas PT GSP belum memiliki GANIS-PHPL tersebut, namun secara operasional pelaksanaan kegiatan, PT GSP telah memiliki tenaga kerja yang mempunyai kemampuan bidang KURPET (GIS) sebanyak 2 (dua) orang, yaitu Anderson, S.Hut. dan Dadah Sunandar, A.Md Realisasi peningkatan kompetensi SDM PT GSP adalah 143,40% dari rencana sesuai kebutuhan Dokumen ketenagakerjaan PT GSP masih tersedia lengkap di lapangan Tersedia struktur organisasi dan job deskripsi yang sesuai dengan kerangka PHPL yaitu tersedia unit kerja/bagian yang bertanggung jawab menjamin terlaksananya kelestarian fungsi produksi, lingkungan/ekologi dan sosial dan disahkan oleh Direktur Utama PT GSP No. 09/Kpts/Direksi/XI/2013 tanggal 19 Nopember Dalam struktur organisasi terdapat rangkap jabatan dari beberapa posisi jabatan, namun untuk sementara pelaksanaan kegiatan secara umum masih berjalan sebagaimana mestinya Tersedia perangkat SIM yang memadai, dilengkapi tenaga pelaksana seperti yang tercantum dalam Daftar Tenaga Kerja PT GSP Periode Bulan November 2016 dan digambarkan pada struktur organisasi PT GSP. Perangkat dan pendukung SIM masih berfungsi sebagaimana mestinya Masih terdapat unit SPI yang dilengkapi personil tim SPI dan terdapat pelaksanaan audit internal oleh unit SPI yang dilakukan secara rutin/berkala, namun dalam pelaksanaannya terdapat ketidaksesuaian antara SOP

6 1.5 Persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan (PADIATAPA) Pengawasan Internal dengan pelaporan yang dibuat, terutama pada prosedur kerja yang tertulis di SOP, antara lain dari perencanaan pengawasan dan pelaksanaan pengawasan inernal. Selain itu hasil temuan audit SPI belum terdapat audit kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan (terutama kerawanan terhadap gangguan hutan berupa penebangan liar, penambangan emas liar dan kegiatan perladangan/perkebunan masyarakat sekitar) dan bagian administrasi & keuangan serta bagian peralatan, sehingga peranan SPI masih belum berjalan efektif untuk mengontrol seluruh tahapan kegiatan pengusahaan hutan Masih terdapat keterlaksanaan sebagian tindak koreksi dan pencegahan manajemen berbasis hasil monitoring dan evaluasi baik monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh internal camp maupun yang dilakukan oleh Tim SPI. Monitoring dan evaluasi internal sebagian belum terdokumentasi dengan baik. Selain itu monitoring dan evaluasi yang dilakukan unit SPI pelaksanaannya masih belum berjalan dengan efektif untuk mengontrol seluruh tahapan kegiatan pengusahaan hutan Kegiatan RKT PT GSP yang akan mempengaruhi kepentingan hak-hak masyarakat setempat mendapatkan persetujuan dari para pihak atas dasar informasi awal yang memadai yaitu dibuktikan dengan tersedianya Dokumen RTUPHHK-HA PT GSP Tahun 2015 dan Tahun 2016 yang disahkan secara self approval oleh Direktur utama PT GSP dan disampaikan Kepada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah, Dokumen perizinan TPK Hutan dan TPK Antara serta persetujuan penggunaan koridor dari pejabat yang

7 berwenang serta Dokumen Sosialisasi RKT Tahun 2016, Dokumen Sosialisasi PMDH Tahun 2016 dengan desa binaan dan dokumen kesepakatan antara PT GSP dan perangkat Desa Sebaung Terdapat persetujuan dalam proses tata batas areal kerja PT GSP dari para pihak yaitu pemerintah (Kementerian LHK, Dinas Kehutanan Kabupaten Katingan, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah, Pemda Kabupaten Katingan dan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya), perusahaan yang berbatasan, aparat kecamatan dan desa sekitar, konsultan pelaksana tata batas dan internal perusahaan Proses penyusunan rencana dan pelaksanaan kelola sosial/pmdh/csr PT GSP masih mengakomodir kepentingan masyarakat. Masyarakat membuat usulan kegiatan yang ditandatangani oleh aparat desa setempat. Perencanaan kelola sosial/pmdh dituangkan dalam Kesepakatan Program Kerja Kelola Sosial tahun 2016 sebagian sesuai RKT tahun berjalan dan realisasi kegiatan kelola sosial/pmdh dibuatkan laporan realisasi kegiatan kelola sosial/pmdh setiap bulannya. Sedangkan bukti pelaksanaan kegiatan dibuatkan berita acara, bukti kuitansi a dan foto dokumenatsi kegiatan Terdapat persetujuan dalam proses penetapan kawasan lindung PT GSP dari sebagian para pihak yaitu pihak pemerintah (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah) dan internal perusahaan serta dari masyarakat desa sekitar yaitu Desa Nusa Kutau dan Desa Batu Badak dari kegiatan sosialisasi kawasan lindung PT GSP, Namun sosialisasi kepada masyarakat Desa Tumbang Habangoi yang berada di dalam areal belum dilakukan. Sehingga, persetujuan dalam

8 2 PRODUKSI 2.1 Penataan areal kerja jangka panjang dalam pengelolaan hutan lestari 2.2 Tingkat pemanenan lestari untuk setiap jenis hasil hutan kayu utama dan bukan kayu pada setiap tipe ekosistem. proses penetapan kawasan lindung PT GSP dari para pihak baru mencapai 66,67% PT GSP telah menyusun revisi RKUPHHK-HA periode , disusun berdasarkan IHMB. Kondisi biofisik setempat berupa hutan tanah kering dengan topografi datar sampai bergelombang, maka dibuat rencana penataan areal kerja dengan sistem silvikultur tebang pilih (TPTI). RKUPHHK-HA tersebut telah mendapat pengesahan dari pihak yang berwenang Lokasi blok RKT 2015, RKT 2016 dan blok URKT 2017 telah sesuai dengan peta Revisi RKUPHHK-HA periode Batas blok RKT 2015,RKT 2016 dan URKT 2017 telah sesuai dengan peta RKT Lokasi batas petak, titik ikat PAK URKT 2017 telah sesuai dengan peta RKT Telah dilakukan PAK dan dibuat batas blok, petak berupa papan nama, pal, alur, tanda cat. Namun dalam hal pemeliharaan batas blok dan petak masih ada sebagian yang kurang terpelihara. Ada sebagian batas petak belum ada papan nama, alur, cat batas blok dan petak kurang jelas Tersedia data potensi hasil IHMB, data potensi dari ITSP RKT 2016 dan tersedia peta pendukungnya. Dilapangan dijumpai tanda tanda kegiatan ITSP berupa label merah pada pohon masak tebang, label kuning pada pohon inti, barcode pada pohon masak tebang di URKT Tersedia data pengukuran jenis pohon, keliling, diameter, tinggi pohon dan tinggi pangkal tajuk. Tersedia data analisis riap, nilai riap rata-rata untuk semua jenis selama 3 (tiga) tahun sebesar 1,23 m 3 /hektar/tahun PT GSP telah menentukan jatah tebangan tahunan untuk RKT tahun

9 2.3 Pelaksanaan penerapan tahapan sistemsilvikultur untuk menjamin regenerasi hutan. 2.4 Ketersediaan dan penerapan teknologi ramah lingkungan 2016 berdasarkan hasil ITSP. Sudah ada upaya menganalisis riap pertumbuhan dari PUP dan membuat laporannya Tersedia SOP sistem silvikultur antara lain SOP PAK, ITSP, Perpetaan, Pengawasan Blok, PWH, Pemanenan kayu, RIL, Persemaian, Penanaman pengayaan/ rehabilitasi, Pemeliharaan tanaman, dan pengelolaan PUP. Isi SOP telah sesuai dengan karakteristik areal setempat, SOP terdapat nomor dan tanggal pengesahan oleh kabag sesuai bidang Telah ada implementasi SOP PAK, ITSP, Perpetaan, Pengawasan blok, PWH, Pemanenan kayu, Persemaian, Penanaman pengayaan/rehabilitasi, dan pengelolaan PUP. Namun dalam hal pemeliharan batas masih ada batas petak yang belum ada papan nama, berdasarkan verifikasi dokumen dan uji petik tanaman pembinaan masih banyak yang mati (< 80%) Diketahui potensi tegakan tinggal per hektar di areal bekas tebangan adalah di blok RKT 2013 sebanyak 145,00 batang, blok RKT 2014 sebanyak 93,26 batang, blok RKT 2015 sebanyak 147,50 batang Potensi permudaan per hektar di areal bekas tebangan PT GSP adalah di blok RKT 2013 potensi semai sebanyak ,00 batang, potensi pancang 1.880,00, potensi tiang 300,00 batang. Di blok RKT 2014 potensi permudaan per hektar adalah potensi semai sebanyak ,46 batang, potensi pancang 923,07 batang, potensi tiang 173,07 batang. Di blok RKT 2015 potensi permudaan tingkat semai sebanyak ,00 batang, potensi pancang 1.000,00 batang dan potensi tiang sebanyak 290,00 batang Tersedia SOP RIL, isinya sesuai dengan kondisi areal setempat. Urutan kerja sesuai dengan kaidah RIL dan tahapan

10 untuk pemanfaatan hutan 2.5 Realisasi penebangan sesuai dengan rencana kerja penebangan / pemanenan / pemanfaatan pada areal kerjanya. TPTI. Terdapat nomor SOP dan tanggal pengesahan PT GSP telah melaksanakan tahapan kegiatan RIL. Yang pertama dalam kegiatan perencanaan pemanenan telah dilakukan PAK, ITSP, Perpetaan, PWH. Dalam kegiatan operasi pemanenan telah dilakukan pembuatan TPn, pembuatan jalan sarad, teknik penebangan, penyaradan, inspeksi blok tebangan dan pengangkutan kayu ke TPK. Dalam kegiatan pemeliharaan alat dan K-3, telah tersedia bengkel, pengelolaan kesehatan Camp, sarana tambahan berupa klinik, sarana olah raga dan ibadah. Kegiatan paska pemanenan terdapat kegiatan perawatan goronggorong,jembatan,jalan, penutupan bekas TPn, jalan sarad, bekas jalan sarad di blok RKT 2016 pada topografi miring telah dibuat sodetan. Dilakukan penanaman pengayaan/rehabilitasi pada bekas TPn, bekas jalan sarad Jumlah pohon per hektar sebanyak 37,77 batang, jumlah pohon yang rusak per hektar sebanyak 9 batang. Maka besarnya tingkat kerusakan tegakan tinggal sebesar (9/37,77) x 100% = 23,77% Rata-rata besarnya faktor eksploitasi adalah 75,82%, dan besarnya limbah pemanfaatan hutan minimal adalah 24,18% PT GSP telah menyusun RKT 2016, rencana tebangan direvisi dari rencana sebesar m 3 menjadi m 3. Dalam menentukan rencana jatah tebangan tahunan telah mengacu rencana dalam revisi RKUPHHK-HA periode Rencana volume tebangan dalam RKT 2016 masih dibawah rencana tebangan dalam revisi RKUPHHK-HA. RKT 2016 dan RKUPHHK- HA telah disahkan PT GSP telah menyusun peta rencana

11 2.6 Tingkat investasi dan reinvestasi yang memadai dan memenuhi kebutuhan dalam pengelolaan jangka panjang yaitu peta lampiran revisi RKUPHHK-HA,peta lampiran RKT Terdapat peta kerja lapangan berupa peta penataan areal kerja, peta trace jalan/ peta PWH, peta sebaran pohon dan peta rencana jalan sarad. Dari overlay peta diketahui bahwa terdapat kesesuaian lokasi blok tebangan dan lokasi kawasan lindung dalam peta kerja dengan peta RKT2016 serta peta revisi RKUPHHK-HA PT GSP telah mengimplementasi peta kerja berupa penandaan batas blok tebangan/dipanen/ ditanam beserta areal yang ditetapkan sebagai kawasan lindung (untuk konservasi/ bufferzone / pelestarian plasma nutfah/sarpras dan litbang). Berupa papan nama, alur, pal, cat pada batas blok, batas petak, batas sempadan sungai. Lokasi yang belum ada penandaan papan nama yaitu di batas petak J4/K5 RKT 2016, lokasi pembinaan hutan tanaman rehabilitasi bekas TPn 7 RKT 2016, lokasi penanaman bekas jalan sarad di RKT Realisasi volume tebangan tahun 2015 adalah sebesar ,99 m 3. Rencana tebangan tahun 2015 adalah sebesar m 3.. Maka persentase realisasi volume tebangan tahun 2015 adalah 86,54 %. Pada tahun 2016 PT GSP telah merevisi rencana tebangan RKT 2016 menjadi m 3, dan berdasarkan rekapituasi LHP bulan Nopember 2016, realisasi tebangan sebesar ,74 m 3. Maka persentase realisasi tebangan tahun 2016 sampai bulan Nopember sebesar 69,83 %. Rata-rata persentase realisasi tebangan RKT 2015 dan RKT 2016 adalah sebesar 76,52 % Kondisi kesehatan finansial PT GSP yaitu tingkat likuiditas sebesar 99,08%, solvabilitas 118,47% dan rentabilitas sebesar 2,99% (potitif) Pada tahun 2015 PT GSP telah

12 hutan, administrasi, penelitian dan pengembangan serta peningkatan kemampuan sumber daya merencanakan anggaran pengusahaan hutan sebesar Rp ,- dan realisasi anggaran tersebut sebesar Rp ,-. Maka tingkat kecukupan anggaran pengusahaan hutan yang dilakukan oleh PT GSP pada tahun 2015 adalah sebesar 81,95% Realisasi anggaran pengusahaan hutan PT GSP pada tahun 2015 sebesar 81,95% atau terjadi simpangan sebesar 18,05% dari rencana anggaran yang seharusnya. Maka dikatakan alokasi anggaran pengusahaan hutan tersebut terjadi simpangan <20%, sehingga alokasinya termasuk proporsional Diketahui lokasi tebangan RKT 2016 telah sesuai rencana, namun kegiatan lapangan rata-rata tidak mencapai 100%,atau kegiatan tidak bisa tepat waktu. Jadi realisasi pendanaan berjalan lancar namun tidak sesuai dengan tata waktu Realisasi anggaran pembinaan hutan pada tahun 2015 adalah sebesar Rp ,- dari rencana sebesar RP ,-. Maka persentase realisasi anggaran pembinaan hutan tahun 2015 adalah sebesar 72,90% Telah ada kegiatan pembinaan hutan berupa pengadaan bibit persemaian, pengayaan/ rehabilitasi, penanaman tanah kosong, KKJ, pemeliharaan tanaman pengayaan, pemeliharaan tanaman tanah kosong, pemeliharaan tanaman KKJ dan pemeliharaan tanaman rehabilitasi. Dalam dokumen diketahui bahwa realisasi fisik pembinaan hutan satuannya berupa batang bibit pohon, dan luasan (Ha). Persentase realisasi fisik pembinaan hutan adalah sebesar 70,79%, dan berdasarkan verifikasi lapangan diketahui persen hidup tanaman pembinaan hutan adalah sebesar 82,08%.

13 3 EKOLOGI 3.1 Keberadaan, kemantapan dan kondisi kawasan dilindungi pada setiap tipe hutan Kawasan lindung PT. GSP telah ditetapkan/dikukuhkan melalui Keputusan Direksi PT. Graha Sentosa Permai No. 08/Kpts/Direski/VII/2015 tentang Penetapan Kawasan Lindung Di Areal Kerja PT GSP. Jenis dan luas kawasan lindung yang ditetapkan sesuai dengan dokumen perencanaan jangka panjang perusahaan yaitu dokumen Revisi RKUPHHK-HA Berbasis IHMB Periode Tahun PT. GSP. Adapun kawasan lindung yang ditetapkan adalah : Sempadan sungai : ha ; KPSL : 180 ha ; Kawasan lereng > 40% : 384 ha ; Buffer zone HL : 912 ha ; dan Kawasan Pelestarian PN : 250 ha. Jenis-jenis kawasan lindung seluruhnya sesuai dengan kondisi biofisik areal dengan alasan : ditempatkan sesuai dengan tujuan perlindungannya (sempadan sungai. Kelerengan > 40 %, buffer zone HL dan/atau dialokasikan di areal berhutan (KPPN dan KPSL) Selama kurun waktu Januari Desember 2016, penataan batas kawasan lindung dilakukan pada sempadan Sungai Hiran di blok RKT 2016 dan sempadan Sungai Karitan di blok RKT 2017 dengan luas 247,4 Ha. Dengan demikian, akumulasi prestasi penataan batas kawasan lindung sampai dengan Desember 2016 mencapai Ha atau setara dengan 67,44% dari total luas kawasan lindung yang potensial terganggu. Selain melakukan penataan batas baru untuk kawasan lindung, pemegang izin juga melakukan pemeliharaan tanda batas untuk kawasan lindung sempadan sungai Hiran dan buffer zone HL Telaah Peta Citra Satelit 8 ETM+Band 542 Path/Row 119/61 Liputan tanggal 16 Desember 2015 dan 22 April 2016 skala 1 : , diketahui bahwa sebagian kawasan lindung penutupannya berupa non hutan. Hasil deliniasi penampalan

14 3.2 Perlindungan dan pengamanan hutan peta tersebut dengan peta RKUPHHK-HA PT GSP ditemukan bukti audit kawasan lindung yang masih berhutan mencapai ha atau setara dengan 74,12% dari total luas kawasan lindung Di PT. GSP Terdapat pengakuan kawasan lindung dari sebagian para pihak (minimal 50%) Tersedia laporan kelola untuk kawasan lindung : 1). Sempadan sungai ; 2). KPSL; 3). KPPN dan; 4). Buffer zone HL. Adapun kawasan lindung yang belum dikelola dan disusun laporannya untuk periode Bulan Januari Desember 2016 adalah kawasan lereng > 40% Terdapat revisi SOP Pengamanan dan Perlindungan Hutan No. 16/SOP-LINK dengan melibatkan Kabag Bersangkutan pada lembar pengesahan dokumen, PT GSP juga menyusun dokumen prosedur baru untuk perlindungan hutan yaitu : 1). Pengendalian Kebakaran Hutan Dan Lahan No. 09/SOP-LINK ditetapkan di Jakarta dan 2). Pos Pengamanan No. 27/SOP-LINK ditetapkan di Jakarta Jenis sarana prasarana perlindungan hutan PT GSP masih terbatas. Papan peringatan terutama untuk gangguan yang sering terjadi di areal kerja (perburuan satwa liar, penebangan ilegal dan perambahan hutan) jarang ditemukan di blok RKT 2015 dan Sebagian dari rencana pengadaan sarana sampai dengan tahun 2016 belum terealisasi. Adapun sarana yang telah terealisasi sebanyak 43 unti dari 79 unit yang direncanakan. Dengan demikian, pemenuhannya baru mencapai 54,43% Berdasarkan Struktur Organisasi PT GSP, bagian yang bertanggung jawab terhadap perlindungan dan pengamanan hutan adalah Bagian Pembinaan yang membawahi Seksi Perlindungan Hutan dan Bagian Sosial yang membawahi Seksi Penyelesaian Konflik dan Seksi

15 3.3 Pengelolaan dan pemantauan dampak terhadap tanah dan iar Pengelolaan Sosekbud. Berdasar daftar karyawan PT GSP per Oktober 2016, terdapat 5 karyawan yang memiliki kualifikasi GANIS BINHUT. Dengan demikian, jumlah SDM dengan kualifikasi GANIS tersebut telah sesuai dengan PERDIRJEN PHPL No. P.16/PHPL- IPHH/ Tindak perlindungan dan pengaman hutan selama periode bulan Januari Desember 2016 mencakup seluruh jenis ganguan (perambahan dan perladangan, pencurian kayu, perburuan satwa liar dan penambangan tanpa izin) dengan mempertimbangkan jenis tindakan preemtif, preventif dan represif Tersedia dokumen prosedur untuk kelola dan pematauan dampak sesuia dengan perkiraan dampak besar dan penting meskipun beberapa dokumenter tersebut belum direvisi dengan melibatkan Kabag berrsangutan Tersedia sarana pengelolaan dampak berupa sarana sipil teknis (saluran drainase, sudetan, goronggorong/jembatan, matingmating/sleeper dan cross drain). Sarana vegetaif berupa tanaman rehabilitasi lahan kosong dan terbuka seperti bekas TPn, kanan kiri jalan, dll. Selain itu, tersedia alat berat pembuat dan pemeliharaan seperi excavator, grader, drum truk, dll. Sarana pemantau dampak yang dimiliki terdiri dari : OMBROmeter, bak pemantau erosi dan peilschaal Pelaksana pengelolaan dan pemantauan dampak menjadi tanggung jawab Kabag Pembinaan Hutan yang membawahi Seksi Persemaian/Bibit dan Seksi Penanamn dan Pemeliharaan. Adapun karyawan PT GSP yang memiliki kompetensi GANIS BINHUT sebanyak 5 orang. Dengan demikian, SDM PT GSP telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku PT GSP telah menyusun rencana kelola

16 3.4 Identifikasi spesies flora dan fauna yang dilindungi dan/atau langka (endangered), jarang (rare), terancam punah (threatened) dan endemik dampak yang dirinci pada dokumen RKL tahun Implementasi kelola dampak untuk periode bulan Januari Desember 2016 meliputi : 1). Rehabilitasi lahan kosong dan terbuka seperti bekas TPn, bekas jalan sarad, kanan kiri jalan; 2). Mengelola limbah B3 dan limbah rumah tangga; 3). Pemasangan papan larangan merambah hutan untuk mengurangi lahan terbuka; 4). Pengerasan jalan dengan memanfaatkan alat berat dan; 5). Membangun sarana kelola sipil teknis seperti saluran drainase, sudetan, gorong-gorong/jembatan, dll Tersedia dokumen RPL PT GSP yang merupakan dokumen rencana pemantauan dampak terhadap tanah dan air akibat pengelolaan hutan yang disusun tahun Adapun implementasi pemantauan untuk periode bulan Januari Desember mencakup seluruh rencana yaitu : pemantauan erosi, pemantaun pencemaran air sungai, curah hujan, debit air sungai, dan pemantauan biota sungai Terdapat indikasi dampak besar dan penting terhadap beberapa komponen lingkungan yaitu erosi dan kimia air sungai. Dugaan erosi relatif tinggi sampai dengan sangat tinggi terjadi di areal pemegang izin pada lahan dengan kelerengan > 15 %. Sedangkan indikasi dampak pada kimia air ditunjukkan oleh kadar besi (Fe) yang relatif tinggi yaitu 16,4 mg/lt. Adapun upaya pengelolaan dampak seperti ditunjukkan pada tindak kelola dan pemantauan dampak pada verifier dan Tersedia dokumen prosedur identifikasi flora fauna berupa : 1). SOP Identifikasi Flora Nomor : 11/SOP-LINK. Ditetapkan di Jakarta tanggal ; 2). SOP Identifikasi Satwa Liar Nomor : 12/SOP-LINK. Ditetapkan di Jakarta tanggal

17 3.5 Pengelolaan flora untuk: 1. Luasan tertentu dari hutan produksi yang tidak terganggu dan bagian yang tidak rusak. 2. Perlindungan terhadap spesies fauna dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik Dokumen-dokumen tersebut dilengkapi dengan peraturan perundangan yang relevan yaitu PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa, CITES dan IUCN, sehingga mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka (endangered), jarang (rare), terancam punah (threatened) dan endemik. Selain itu, dokumen ini telah disahkan oleh pejabat-pejabat yang berwenang sehingga memenuhi aspek legal dokumen PT GSP telah mengidentifikasi seluruh potensi jenis flora fauna yang dilindungi dan/atau langka (endangered), jarang (rare), terancam punah (threatened) dan endemik di dalam areal. Identifikasi status perlindungan dan kategori kerawanan jenis tersebut dilakukan pada saat identifikasi NKT dan hasil dari kegiatan tersebut diidentifikasi terdapat 5 jenis tumbuhan yang tergolong hampir punah/critical Endangered (CR). Sedangkan jenis satwa tidak ditemukan jenis-jenis yang hampir punah Sebagian besar dokumen SOP pengelolaan flora yang dilindungi telah direvisi sesuai dengan CARs yang diterbitkan tahun 2015 yaitu pelibatan Kabag bersangkutan dalam menyusun dokumen prosedur kerja. Namun masih terdapat dokumen yang belum direvisi yaitu SOP Pemantauan Vegetasi, Satwa Liar dan Biota Air No. 18/SOP-LINK. Dengan demikian pemenuhannnya terhadap ketersediaan prosedur kerja pengelolaan jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang izin baru mencapai (7 : 8) x 100% = 87,50% Selama periode bulan Januari Desember 2016, tindak kelola flora oleh pemegang izin mencakup tindakan kelola dengan upaya perlindungan jenis yaitu patroli pengamanan hutan termasuk di

18 3.6 Pengelolaan fauna untuk: 3. Luasan tertentu dari hutan produksi yang tidak terganggu dan bagian yang tidak rusak 4. Perlindungan terhadap spesies fauna dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik areal lindung dan kelola habitat dengan di buffer zone TN, KPPN, KPSL dan sempadan sungai. Dengan demikian, tindak kelola flora untuk periode 1 tahun terakhir telah mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan rawan Terdapat gangguan berupa illegal logging yang terjadi di areal kerja PT GSP. Gangguan illegal ini cenderung tidak memperhatikan kelestarian lingkungan (merusak habitat flora tertentu). Dengan demikian, kondisi flora yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang ada di areal pemegang izin terganggu Tersedia 8 dokumen prosedur kerja kelola fauna yang telah disusun PT GSP. Dokumen-dokumen tersebut sebagian besar telah disahkan oleh para pejabat yang berwenang kecuali SOP Pemantauan Vegetasi, Satwa Liar dan Biota Air No. 18/SOP-LINK. Dengan demikian ketersediaan prosedur pengelolaan fauna baru memenuhi (7 : 8) x 100% = 87,50% Tindak kelola fauna untuk periode bulan Januari Desember 2016 berupa : 1). Reidentifikasi identitas perlindungan, kerawanan dan kekhasan jenis fauna penyusun areal kerja PT GSP; 2). Kelola habitat fauna yang dipertahankan untuk tidak rusak dan terganggu yaitu KPPN, KPSL, sempadan sungai dan buffer zone TN Bukit Baka Bukit Raya; 3). Perlindungan jenis dengan patroli pengamanan. Dengan demikian, tindak kelola untuk kurun waktu 1 tahun terakhir telah mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau jarang, langka, terancam punah dan endemic Terdapat gangguan yang mengancam kondisi (keberadaan dan kelimpahan) jenis fauna dilindungi dan/atau jarang, langka, terancam punah dan endemik berupa : penebangan tanpa izin, penambangan tanpa izin dan perburuan

19 4 SOSIAL 4.1 Kejelasan deliniasi kawasan operasional perusahaan/pemegang izin dengan kawasan masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat satwa liar. Gangguan-gangguan ilegal tersebut cenderung tidak terkendali dan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga selain menjadi ancaman langsung bagi spesies-spesies tersebut juga merusak ekosistem habitatnya. Adapun upaya mencegah dan menanggulangi gangguan tersebut, seperti dirinci pada verifier PT GSP memiliki dokumen-dokumen terkait kondisi sosial masyarakat setempat, namun tidak update. Dalam hal perencanaan, terdapat kegiatan pengelolaan sosial yang dilaksanakan pada periode tahun 2016, namun tidak diakomodir dalam dokumen RKT 2016 maupun Dokumen Rencana Tahun 2016 Bidang Kegiatan Binhut- Keling- Kelolal Sosial. Dengan kata lain, ada inkonsistensi pada perencanaan pengelolaan sosial Tahun Pada periode RKT 2016, secara substansial PT. GSP tidak merubah mekanisme penataan partisipatif dan mekanisme penyelesaian konflik. Revisi yang dilakukan terkait dengan perubahan nama prosedur penataan batas partisipatif menjadi SOP Identifikasi Desa. Hal yang belum dilakukan adalah usaha memperoleh kesepakatan dari masyarakat, terutama masyarakat desa binaan atas mekanisme atau SOP yang digunakan. PT GSP belum melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa-desa Nusa Kutau, Batu Badak sebagai desa binaan serta masyarakat di luar desa binaan seperti Tumbang Jala, Sebaung dan Tumbang Taei Mekanisme yang menopang pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat setempat, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatannya telah dimiliki PT GSP.

20 Penyempurnaan dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan lingkup kegiatan perusahaan. Revisi yang dilakukan tidak merubah substansi dari SOP bahkan sebaliknya menjadi lebih sesuai dengan kondisi lapangan pada lingkup aktivitas PT GSP Batas antara kawasan areal konsesi PT GSP dengan perladangan masyarakat hanya jelas dan tegas di atas peta, sedangkan di lapangan batas-batas tersebut belum terlihat dengan jelas karena pihak perusahaan hanya melakukan kegiatan identifikasi dan inventarisasi, serta pemantauan (monitoring) terhadap aktivitas masyarakat pada ladang/lahan yang mereka kuasai. Hasil pemantauan direkam dalam bentuk laporan mengenai perkembangan kondisi perladangan. PT GSP belum melakukan penandaan batas antara ladang masyarakat yang letaknya persis bersebelahan dengan areal yang masih dikuasai perusahaan. Adapun pembangunan pagar, portal tidak terkait langsung dengan penataan batas antara kawasan konsesi dengan kawasan kehidupan masyarakat PT GSP telah mendapatkan persetujuan atau dukungan tertulis dari masyarakat desa Nusa Kutau dan Batu Badak serta secara tidak langsung dari Desa Tumbang Habangoi dan Sebaung. Akan tetapi belum seluruh masyarakat yang memberikan dukungan tertulis karena masih terdapat desa yang belum memberikan persetujuananya, yakni Desa Tumbang Jala. Masyarakat Tumbang Jala belum memberikan dukungan secara tertulis, namun selama ini kerjasama terjalin baik dan tidak pernah terjadi konflik antara kedua pihak. Adapun konflik yang terjadi pada tahun 2016 tidak ada kaitannya dengan kesepaktan atau dukungan atas dan luas areal konsesi PT.GSP. 4.2 Implementasi tanggung Dokumen-dokumen terkait tanggung

21 jawab sosial perusahaan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jawab sosial kepada masyarakat yang dimiliki PT. GSP lengkap dan jelas. Dokumen-dokumen tersebut terdiri dari dokumen-dokumen yang menyangkut legalitas, kebijakan dan strategi perusahaan, standar prosedur operasional, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan atau realisasi kegiatan. PT GSP juga memiliki dokumen-dokumen yang memuat data dan informasi tentang kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat setempat sebagai referensi untuk mengimplementasikan tanggungjawab sosialnya kepada masyarakat Nusa Kutau, Tumbang Habangoi, Batu Badak, Tumbang Jala, Kecamatan Petak Malai serta Desa Tumbang Taei dan Sebaung, Kecamatan Marikit Mekanisme pemenuhan kewajiban sosial pemegang izin terhadap masyarakat yang diformatkan dalam bentuk SOP tersedia lengkap. PT GSP memiliki mekanisme mengenai pemberdayaan masyarakat, pelibatan masyarakat dalam segmen pekerjaan, akses terhadap sumber-sumber daya hutan, dll, yang keseluruhannya memadai untuk dijadikan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam rangka pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap masyarakat. Selain itu prosedur-prosedur tersebut memenuhi azas legalitas dan sesuai kaidah penyusunan dokumen prosedur PT GSP terbukti telah melaksanakan sosialisasi mengenai hak dan kewajiban terhadap masyarakat terkait dengan kegiatan pengelola SDH kepada sebagian masyarakat, secara formal maupun non formal, Sosialisasi secara formal dilakukan dihadapan masyarakat desa binaan Nusa Kutau dan Batu Badak. Sedangkan sosialisasi non formal dilakukan ketika bertemu dengan masyarakat Desa Tumbang

22 4.3 Ketersediaan mekanisme dan implementasi distribusi manfaat yang adil antar para pihak Habangoi dan Sebaung. Tidak terdapat informasi tertulis atau lisan mengenai sosialisasi kepada masyarakat dua desa lainnya, Tumbang Jala dan Tumbang Taei PT GSP memiliki bukti realisasi pemenuhan tanggung jawab sosial kepada sebagian masyarakat desa binaan dan warga masyarakat di luar desa binaan. Berdasar jenis kegiatan, rencana kelola sosial yang terealisasi adalah sekitar 78%, sedangkan berdasarkan alokasi anggaran, biaya yang telah dikeluarkan untuk merealisasikan rencana kelola sosial melebihi target, yakni 112% PT GSP memiliki dokumentasi terkait pelaksanaan tanggung jawab sosial pemegang izin termasuk ganti rugi, yang lengkap. Setiap kegiatan yang telah dilaksanakan dibuat laporan atau dokumennya, seperti laporan kegiatan, Berita Acara, tanda terima, kuitansi, dan foto-foto kegiatan PT GSP memiliki data dan informasi mengenai masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat yang terlibat, tergantung, terpengaruh oleh aktivitas pengelolaan SDH secara lengkap dan jelas. Data dan informasi terkait hal ini secara detil diuraikan di dalam dokumen-dokumen Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Laporan Penilaian Dampak Sosial (SIA). Dokumen lain seperti Laporan Penilaian NKT dan Revisi Penilaian NKT juga memuat data dan informasi tentang masyarakat setempat yang terpengaruh atas keberadaan PT GSP dengan segala aktivitasnya Mekanisme peningkatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat berbasis hutan secara umum terdapat beberapa SOP seperti SOP Kemitraan Dengan Masyarakat, SOP Akses Masyarakat Kepada Sumberdaya Hutan

23 dan SOP Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan. Akan tetapi beberapa kegiatan yang sering dilaksanakan setiap tahun seperti pelibatan tenaga survei potensi, kerjasama suplai kebutuhan camp, perakitan/pemiliran kayu tidak terakomodir dalam prosedur tersebut. Demikian pula dengan kegiatan kerjasama pembangunan jalan usaha tani Desa Batu Badak dan kerjasama (rencana) pembangunan tambak ikan Desa Nusa Kutau, tidak menggunakan atau berdasarkan acuan yang baku Rencana kegiatan kelola sosial yang terkait kegiatan peningkatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat yang dimiliki PT GSP tidak lengkap, karena terdapat jenis kegiatan yang berimplikasi pada peningkatan peran serta dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat tidak termasuk dalam dokumen perencanaan, dilaksanakan kegiatannya. Secara kuantitatif perencanaan kegiatan sebesar 77,78% Kegiatan kelola sosial PT GSP pada Tahun 2016 telah tepat sasaran karena sebagian besar kegiatan dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat lokal. Selain itu program-program PMDH seluruhnya diperuntukkan bagi masyarakat setempat, terutama masyarakat desa binaan. Sebagian besar kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat lokal terdokumentasi dengan baik PT GSP memiliki bukti dokumen / laporan mengenai pelaksanaan distribusi manfaat kepada para pihak secara lengkap & jelas. Pemenuhan hakhak karyawan seperti upah dan tingkat kesejahteraan karyawan terimplementasi dan terdokumentasi dengan baik. Demikian pula realisasi kegiatan kelola sosial dirasakan oleh

24 4.4 Keberadaan mekanisme resolusi konflik yang handal berbagai kalangan masyarakat sekitar Kecamatan Petak Malai, Marikit dan Mentikei. Kewajiban kepada negarapun telah tertunaikan melalui pelunasan terhadap berbagai macam pajak. Bukti setor yang dimiliki perusahaan menunjukkan PT GSP patuh terhadap kewajiban membayar pajak kepada negara PT GSP memiliki mekanisme resolusi konflik yang diformat dalam bentuk SOP yang lengkap dan jelas. Tahapan penyelesaian konflik yang tersusun dalam SOP ini memuat segala aspek yang berhubungan dengan proses penanganan konflik antara perusahaan dengan masyarakat. SOP yang digunakan persis sama dengan SOP tahun yang lalu. Pada tahun 2016 manajemen merasa tidak perlu melakukan revisi karena tidak terjadi perubahan signifikan baik di kalangan internal perusahaan maupun eksternal, baik pemerintah maupun masyarakat setempat Peta Potensi Konflik PT GSP yang dibuat pada Tahun 2016 memuat data dan informasi yang lengkap dan jelas seperti sebaran lokasi potensi konflik, serta dilengkapi deskripsi aspek-aspek konflik seperti sumber konflik, bentuk konflik, kategori konflik, para pihak yang berkonflik, pihak lain yang terlibat sebagai mediator dan alternatif resolusi konflik yang disepakati PT GSP memiliki kelembagaan resolusi konflik yang lengkap dengan sumberdaya manusia memadai dan komitmen perusahaan dalam pendanaan proses penyelesaian konflik. Institusi penanganan konflik tersebut dibentuk berdasarkan Surat Direksi sehingga memiliki dasar hukum atau legalitas yang kuat. Struktur kepengurusan disusun secara hierarki mulai dari direktur, manager, kepala

25 4.5 Perlindungan, Pengembangan dan Peningkatan Kesejahteraan Tenaga Kerja bagian, kepala seksi dan staf pelaksana lapangan. Selain itu disertakan pula uraian tugas dari masing-masing personil yang duduk dalam kepengurusan lembaga tersebut Dokumen/laporan penanganan konflik yang pernah terjadi di PT. GSP tidak terdokumentasi secara baik. Data dan informasi mengenai bentuk-bentuk konflik yang terjadi serta proses penyelesaiannya tidak dibukukan atau dibuat laporan khusus, melainkan diperoleh dari dokumen-dokumen lain seperti SK pembentukan Tim Patroli dan Laporan tentang kegiatan ilegal kepada pihak berwenang. PT GSP tidak menyusun atau membuat laporan penanganan konflik secara kronologis dan komprehensif PT GSP telah menjalankan hubungan industrial dengan seluruh karyawan. Perusahaan telah menyusun peraturan perusahaan, peraturan perusahaan (PP) mendapat pengesahan dari pemerintah, membuat perjanjian kerja secara tertulis, memberikan upah layak (di atas UMSK) dan menjalankan kewajiban pemenuhan hak-hak karyawan sesuai dengan klausul yang terdapat di dalam peraturan, telah menyediakan sarana dan prasarana kerja PT GSP telah merealisasikan sebagian besar rencana pengembangan kompetensi. Karyawan. Rencana pengembangan kompetensi karyawan dengan mengikutsertakan personel perusahaan pada diklat tertentu sebagian dapat terlaksana, sedang sebagian yang lain seperti diklat K3 Umum tidak terealisir. Sebagian besar peningkatan kompetensi yang terealisasi adalah peningkatan kemampuan dan ketrampilan tenagatenaga teknis PHPL PT GSP memiliki dokumen standar

26 B VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 1.1. Areal unit manajemen hutan terletak dikawasan hutan produksi jenjang karir antara lain berupa SOP Penilaian Karya dan Konseling, SOP Perencanaan Tenaga Kerja, Peraturan Perusahaan dan SK Branch Head Office (BHO) Palangkaraya tentang penetapan kualifikasi jabatan, prosedur-prosedur mengenai rekrutmen dan penilaian prestasi karyawan. Implementasi telah dilakukan secara keseluruhan antara lain mengangkat karyawan tidak tetap menjadi karyawan tetap, melakukan promosi jabatan, melakukan pelimpahan tugas, dan melakukan penilaian kinerja atas seluruh karyawan Pada tahun 2016 PT GSP telah melakukan perbaikan fasilitas base camp seperti penambahan fasilitas (klinik, unit kendaraan hauling dan mobil operasianal, portal/pintu masuk dan perluasan bengkel, rumah penjaga pintu portal). Rehabilitasi fasilitas dengan melakukan pengecatan masjid, mess karyawan, bengkel dan pos satpam dan lain-lain. Dari segi non fisik PT GSP telah menunaikan kewajibannya seperti yang tertera pada peraturan perusahaan a. Dokumen legal IUPHHK-HA PT GSP mulai dari tingkat Kabupaten hingga Menteri kehutanan telah lengkap dan sah dan ada peta lampiran dari SK tersebut Pemegang izin memiliki rencana penebangan pada b. Iuran IUPHHK telah dibayarkan sesuai dengan SPP sejumlah Rp ,- sehingga PT GSP telah memenuhi kewajiban pembayaran iuran IUPHHK. c. Tidak ada penggunaan kawasan yang sah diluar kegiatan IUPHHK-HA di dalam areal kawasan PT GSP a. Revisi RKUPHHK, RKT 2015 dan RKT 2016 beserta lampirannya telah NA

27 areal tebangan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang disahkan oleh pejabat yang berwenang.dokumen RKUPHHK dan lampirannya berbasis IHMB disusun oleh GANIS-PHPL CANHUT. Dokumen RKT 2015 dan RKT 2016 disusun berdasarkan RKUPHHK-HA dan disahkan oleh pejabat yang berwenang. Peta rencana penataan areal kerja RKT dibuat oleh GANIS- PHPL CANHUT Adanya rencana kerja yang sah 3.1. Pemegang izin menjamin bahwa semua kayu yang diangkut dari Tempat Penimbunan Kayu (TPK) hutan ke TPK Antara dan dari TPK Antara ke industri primer hasil hutan (IPHH)/pasar, mempunyai identitas fisik dan dokumen yang sah b. Tidak terdapat areal yang tidak boleh ditebang pada RKT 2015 sedangkan pada RKT 2016 terdapat areal yang tidak boleh ditebang yang sekaligus menjadi batas Blok RKT c. Penandaan lokasi blok tebangan pada peta lampiran RKT adalah jelas dan telah disahkan/dicap oleh pihak yang berwenang, dan penandaan blok tebangan pada peta terbukti di lapangan a. Dokumen Revisi RKUPHHK-HA PT GSP Periode 2011 s/d 2020 telah disahkan oleh pejabat yang berwenang. b. PT GSP adalah hutan alam sehingga verifier kesesuaian lokasi dan volume pemanfaatan kayu pada areal penyiapan lahan yang diizinkan untuk pembangunan hutan tanaman industri LHP dibuat dan disahkan oleh petugas yang berwenang, LHP dengan fisik kayu sesuai, Nomor batang di LHP dapat ditemukan di lapangan Pengiriman kayu yang dilakukan dari TPK Hutan menggunakan dokumen NA

28 3.2. Pemegang izin telah melunasi kewajiban pungutan pemerintah yang terkait dengan kayu SKSSHHK menuju TPKA Antara Labehu. Dari TPA Antara Labehu dokumen kayu menggunakan SKSHHK menuju industri lokal ataupun menuju TPKA Perigi/TPKA Tewang Kampung yang selanjutnya menggunakan dokumen SKSHHK Industri. Keseluruhan dokumen kayu telah lengkap dan sah a. Tanda-tanda PUHH/Barcode pada kayu dari pemegang IUPHHK-HA PT. GSP bisa dilacak balak hingga ke tunggak. b. Identitas kayu diterapkan secara konsisten oleh PT GSP Dokumen SKSHHK, Lampiran DKB serta Berita Acara Pemeriksaan diterbitkan oleh pejabat yang berwenang a. Dokumen SPP DR dan/atau PSDH telah diterbitkan dan sesuai dengan LHP yang disahkan, SPP PSDH sebesar Rp. 3,159,920,950,- dan DR sebesar 698, USD. b. IUPHHK-HA PT GSP telah melunasi seluruh kewajiban pembayaran DR sebesar 698, $ dan PSDH sebesar Rp. 3,159,920, Pengangkutan dan perdagangan antar pulau 3.4. Pemenuhan penggunaan Tanda V-Legal c. PT GSP telah membayar SPP SPDH DR sesuai dengan tarif PSDH DR yang berlaku, yaitu PP No. 12 Tahun Terdapat Dokumen Pengakuan Sebagai Pedagang Kayu Antar Pulau Terdaftar dengan No , tanggal 1 Desember 2012 yang berlaku hingga 31 Desember Berdasarkan dokumen Surat Izin Berlayar (SIB)/port clearance menunjukkan bahwa kapal yang mengangkut kayu dari PT GSP adalah kapal berbendera Indonesia Tanda V-Legal sudah dibubuhkan bersamaan dengan barcode pada batang kayu dan dokumen SKSHHK Pemegang izin telah Tersedia dokumen AMDAL, RKL dan

29 memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)/Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (DPPL)/Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan melaksanakan kewajiban yang dipersyaratkan dalam dokumen lingkungan tersebut RPL dan disusun berdasarkan peraturan yang ada serta telah disahkan a. Tersedia dokumen RKL dan RPL yang disusun mengacu pada dokumen AMDAL yang telah disahkan Komisi Penilai AMDAL no /882/Ek.Bang tanggal 6Juni Prosedur dan implementasi K Pemenuhan hak-hak tenaga kerja b. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang meliputi dampak penting aspek fisikkimia, biologi dan sosial sesuai dengan rencana dan dampak penting yang terjadi di lapangan a. Terdapat prosedur K3 No. 002/SOP- K3yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang (Direktur PH) tanggal 10 Desember 2013, Struktur Organisasi P2K3 yang disahkan oleh Kepala Dinsosnakertrans serta tercantum pula didalam Peraturan Perusahaan dan telah ada bukti implementasinya dilapangan. b. Tersedia peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sesuai ketentuan dan kebutuhan serta berfungsi baik. c. Terdapat catatan kejadian kecelakaan kerja dan ada upaya menekan tingkat kecelakaan kerja dalam bentuk program K PT GSP belum memiliki serikat pekerja, akan tetapi pihak manajemen telah

30 mengeluarkan surat pernyataan tidak berkeberatan pembentukan SPI Terdapat dokumen Peraturan Perusahaan yang telah diperpanjang pada bulan Juni 2015 yang disahkan oleh Kepala Dinas Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Katingan Tidak terdapat pekerja yang masih di bawah umur.