BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sejarah penggunaan filter pasir Filter pasir yang dikategorikan sebagai granular filter telah lama digunakan sebagai bagian proses dalam instalasi penyediaan air minum. Crittenden dkk (2005) menguraikan sejarah penggunaan filter pasir dimulai dari penggunaan filter pasir dan kerikil secara tradisional sejak tahun 2000 sebelum masehi di India. Bangsa Romawi menampung air yang tersaring secara alamiah melewati tanggul saluran yang dibangun sejajar danau untuk pemenuhan kebutuhan air domestik. Filter pasir digunakan di Venesia untuk menyaring air hujan dengan sistem cisterns yaitu kolam penampungan air hujan yang diisi pasir dan di bagian tengah dipasang sumur pengambilan. Sejak tahun 1750 di Perancis digunakan filter dengan media partikel seperti spons, arang, wool, pasir, kerikil dan batu pecah. Penggunaan filter pasir dalam sistem penyediaan air minum skala perkotaan dimulai di Inggris dan Skotlandia pada sekitar tahun Perkembangan lebih lanjut, pada tahun 1829 Perusahaan Air Minum Chelsea di kota London menggunakan teknologi filter pasir lambat yang cukup modern untuk penyediaan air minum perkotaan. Filter pasir lambat yaitu filter pasir yang dioperasikan pada kecepatan aliran lambat. Pada tahun 1852 pemerintah kota Metropolitan London mengeluarkan aturan kewajiban penggunaan filter pasir dalam pemanfaatan air sungai sebagai air baku air minum. Filter pasir semakin banyak digunakan seiring dengan kesadaran bahwa teknologi tersebut mempunyai peran dalam pencegahan penyakit menular yang berkembang dalam media air (waterborne disease). Kota Altona di Jerman pada tahun 1892 terbebas dari penyakit Kholera setelah masyarakat mengkonsumsi air minum yang disaring dengan filter pasir lambat. Air baku air minum kota tersebut berasal dari sungai Elbe yang telah terpolusi oleh limbah yang berasal dari kota Hamburg. Kasus yang sama ditunjukkan pada pengalaman penggunaan filter pasir lambat yang mampu menurunkan perkembangan penyakit tipus di Lawrence Massachusetts. Penggunaan filter pasir lambat pada sistem penyediaan air minum dalam skala yang lebih besar mulai dikembangkan di Amerika Serikat pada dua dekade awal abad keduapuluh. Filter pasir cepat pertama kali dikembangkan pada sekitar tahun 1880 di Amerika Serikat. 1

2 Filter pasir cepat yaitu filter pasir yang dioperasikan pada kecepatan aliran cepat. Pada dekade tersebut, dikembangkan teknologi filter pasir cepat yang dilengkapi dengan sistem pembersihan dengan proses backwashing (cucibalik). Proses cucibalik adalah pencucian/pembersihan media filter dengan sistem aliran yang berlawanan arah (aliran balik) dengan aliran filtrasi. Teknologi filter pasir cepat dengan sistem cucibalik tersebut digunakan pertama kali dalam sistem penyediaan air minum perkotaan di Somerville New Jersey pada tahun Filter pasir terus berkembang, dan sejak pertengahan abad ke XX sampai saat ini, filter pasir cepat lebih banyak digunakan dibanding filter pasir lambat. Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) menyebutkan bahwa di Indonesia sampai tahun 2012 terdapat 394 PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Teknologi pengolahan air minum yang digunakan oleh PDAM secara umum masih menggunakan teknologi konvensional dengan sistem koagulasiflokulasi, filtrasi (filter pasir cepat) dan desinfeksi (Said dan Yudo, 2012). Filter pasir cepat dikenal secara luas di Indonesia sejak tahun 1959 bersamaan dengan pembangunan sistem penyediaan air minum di Jakarta (3.000 l/det), Bandung (250 l/det), Manado (250 l/det), Banjarmasin ((250 l/det), Padang (250 l/det), dan Pontianak (250 l/det) (WikiCamp, 2014). 2. Gambaran umum filter pasir Filter pasir disusun dari pasir silika, kwarsa atau jenis pasir lain dengan ukuran partikel tertentu dan ditimbun atau disusun lepas (bulk arrangement) dalam suatu ruang filter dengan luasan dan ketebalan tertentu. Filter pasir dikategorikan sebagai teknologi konvensional yang difungsikan untuk membuang bahan-bahan yang terkandung dalam air seperti partikel suspensi; bahan organik penyebab bau, warna dan rasa pada air; ganggang dan jamur; serta organisme mikro. Media filter harus keras sehingga awet dan tidak mudah pecah atau aus, terutama akibat abrasi dan tumbukan antar partikel selama proses cucibalik. Pasir, garnet dan ilmenite merupakan bahan yang cukup keras dan tahan terhadap abrasi akibat aliran air dan tumbukan antar partikel filter selama proses cucibalik (Crittenden dkk, 2005). Pasir silika dengan tingkat kekerasan 6 7 skala Mohs, Quartz (SiO 3 ) 7 skala Mohs dan Garnet 6,5 7,5 skala Mohs merupakan material yang sangat baik sebagai media filter. 2

3 Filter yang menggunakan satu jenis media dikenal sebagai filter media tunggal (single media filter), dan dapat pula dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti anthracite, coal, zeolite atau arang aktif membentuk filter media ganda (dual media filter), atau menggunakan beberapa jenis media membentuk filter media jamak (multi media filter). Filter dirancang dengan ukuran partikel yang relatif seragam (uniformly graded) atau gradasi sempit (narrowly graded). Proses aliran melewati filter dapat dilakukan secara gravitasi (gravity filtration) atau dengan tekanan (pressure filtration). Filter dikategorikan sebagai filter pasir lambat (slow sand filter) atau filter pasir cepat (rapid sand filter) ditinjau berdasarkan kecepatan filtrasi yang digunakan. Filter pasir lambat yang dioperasikan pada kisaran kecepatan 0,05 0,2 m/jam digunakan untuk menyaring air dengan tingkat kekeruhan rendah (< 50 NTU atau Nephelometry Turbidity Unit) secara langsung tanpa diawali proses pengolahan awal. Ukuran media filter pasir lambat antara 0,30 0,45 mm; tebal antara 0,9 1,5 m dan dioperasikan pada tinggi tekanan 0,9 1,5 m-h 2 O (Crittenden dkk, 2005). Filter pasir lambat dapat pula dibuat dengan ukuran yang lebih kecil yaitu ukuran efektif (effective size - ES) antara 0,25 0,35 mm dengan koefisien keragaman (uniformity coefficient = UC) antara 2,0 3,0 dan dioperasikan pada kecepatan yang lebih tinggi antara 0,1 0,4 m/jam (Al-layla, 1980). Ukuran efektif partikel filter (ES) setara dengan nilai d 10, sedang koefisien keragaman (UC) setara dengan nilai d 60 /d 10. Nilai d 10 adalah ukuran yang menunjukkan bahwa 10% dari berat total bahan filter memiliki diameter lebih kecil dari ukuran tersebut, sedang d 60 adalah ukuran yang menunjukkan bahwa 10% dari berat total bahan filter memiliki diameter lebih kecil dari ukuran tersebut. Filter pasir lambat memiliki kelemahan karena membutuhkan lahan yang luas, sehingga tidak ekonomis apabila digunakan dalam penyediaan air dengan kapasitas besar. Filter pasir lambat memiliki kelebihan dibanding filter cepat, karena memiliki kemampuan menahan bakteri pathogen. Filter pasir cepat yang dioperasikan pada kisaran kecepatan 1,7 15,0 m/jam digunakan untuk menyaring air keruh setelah melalui proses pengolahan awal seperti koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Filter pasir cepat digunakan pula pada proses penyaringan partikel suspensi dalam air limbah sebagai proses lanjutan atau proses tahap ketiga (tertiary treatment) setelah proses pengolahan biologis. 3

4 Filter pasir cepat memiliki ukuran efektif atau effective size (ES) antara 0,5 1,20 mm dan tebal antara 0,6 1,8 m dan dioperasikan pada tinggi tekanan 1,8 3,0 m-h 2 O. Filter pasir dengan ukuran media yang lebih seragam (narrowly graded) sering pula digunakan pada nilai UC = 1,3 1,7 dan ES = 0,4 0,8 mm (Crittenden dkk, 2005). Filter pasir cepat sering pula dibuat dari media dengan ES lebih kecil antara 0,45-0,55 mm dan nilai UC = 1,50 (Al-layla, 1980) atau ES = 0,50-0,70 mm dengan nilai UC = 1,50-2,00 (Salvato, 1982). Material butiran dikatakan seragam (uniformly graded) atau narrowly graded apabila memiliki nilai ES < 3,3 (Ogbonnaya dkk, 2009). Filter pasir harus dicuci setelah proses filtrasi berhenti yaitu setelah terjadi akumulasi partikel suspensi dalam pori filter. Kecepatan cucibalik filter pasir dibatasi pada kondisi partikel pasir terfluidisasi / terekspansi pada ketinggian tertentu, namun tetap pada posisi melayang di dalam aliran air pencuci dan tidak menyebabkan partikel filter terseret/terangkut keluar dari ruang filter. Kecepatan aliran dan waktu yang dibutuhkan untuk cucibalik filter sangat tergantung pada jenis dan ukuran media yang digunakan, tingkat ekspansi selama proses cucibalik, dan metoda cucibalik yang digunakan. Metoda pertama adalah cucibalik menggunakan air pada kecepatan 50 m/jam selama 5 menit (Casey, 1997) atau antara m/jam selama 3 15 menit (Baruth, 2005). Metoda kedua adalah cucibalik yang diawali scouring dengan aliran udara pada kecepatan 30 m/jam selama 3 menit dilanjutkan aliran air pada kecepatan 20 m/jam selama 5 menit (Casey, 1997). Filter pasir dengan ukuran efektif 0,6 1,2 mm dicucibalik dengan scouring udara pada kecepatan m/jam selama 3-5 menit dilanjutkan aliran air pada kecepatan m/jam selama 6 10 menit, sedang filter dual atau multi media dicucibalik dengan scouring udara pada kecepatan m/jam, dilanjutkan aliran air pada kecepatan m/jam (Baruth, 2005). Metoda ketiga adalah cucibalik yang diawali scouring aliran udara dengan kecepatan 50 m/jam bersama aliran air dengan kecepatan 20 m/jam selama 5 menit, dilanjutkan aliran air dengan kecepatan 20 m/jam selama 5 menit (Casey, 1997). Filter pasir dengan ukuran efektif 1,0 2,0 mm dicucibalik dengan scouring aliran udara dengan kecepatan m/jam bersama aliran air dengan kecepatan 15,4 m/jam selama 5-10 menit, dilanjutkan aliran air dengan kecepatan 15,4 m/jam selama 5-10 menit (Baruth, 2005). Filter dengan ukuran efektif yang lebih besar pada kisaran antara 2,0 6,0 mm dicucibalik pada kecepatan yang lebih tinggi yaitu aliran udara pada kecepatan 4

5 m/jam dan aliran air pada kecepatan 15,4 18,3 m/jam. Tinggi tekanan cucibalik dilakukan antara 2,0 4,0 m-h 2 O pada dasar filter yang diperoleh dari proses pemompaan atau dari menara air dengan tinggi tekanan lebih dari 10 m-h 2 O (Crittenden dkk, 2005). Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kamijoro milik PDAM Bantul (kapasitas 25 l/detik) mampu menurunkan kekeruhan air sungai Progo dari NTU menjadi <5 NTU setelah melalui proses-proses koagulasi, flokulasi dan filtrasi. Filter dibuat menggunakan media pasir kuarsa diameter partikel 0,425 0,85 mm dan tebal media 0,60 m ditambah arang aktif diameter partikel maksimum 2,00 mm dengan tebal media 0,20 m (lihat Gambar 1.1). 0,20 m 0,40 m Arang aktif Pasir kuarsa Gambar 1.1. Susunan media filter IPA Kamijoro PDAM Bantul. Data operasional dan hasil pengamatan proses cucibalik filter di lapangan menunjukkan bahwa cucibalik dilakukan pada kecepatan lebih kurang 75 m/jam dalam waktu 6 menit. Pencucian filter dilakukan dengan intensitas 1 2 kali per hari tergantung kekeruhan air dan dengan kebutuhan air pencuci 1,7 3,4% dari kapasitas produksi filter atau 7,5 m 3 per m 2 luas filter (luas per unit 1,2 m 2 ). Media filter mengalami ekspansi selama proses cucibalik dengan besaran yang tergantung pada jenis dan ukuran media filter serta metoda cucibalik yang digunakan. Cucibalik menggunakan air tanpa diawali proses scouring dengan udara dilakukan pada tingkat ekspansi antara 20 50% (Baruth, 2005). Filter dual media dengan media pasir (ES = 0,55 mm, UC = 1,35 dan tebal 0,30 m) dan anthracite (ES = 0,85 mm, UC = 1,5 dan tebal 0,45 m) terfluidisasi pada tingkat ekspansi total sebesar 10% apabila dicucibalik dengan kecepatan 32 m/jam (Droste, 1997). 5

6 3. Permasalahan penggunaan filter pasir Filter pasir sampai saat ini masih digunakan secara luas dalam sistem penyediaan air minum di Indonesia, karena sangat efektif menahan partikel suspensi penyebab kekeruhan air. Permasalahan yang terjadi dalam proses filtrasi menggunakan filter pasir adalah sebagai berikut: a. Penurunan kapasitas filter dalam memproduksi air akibat sumbatan permukaan (surface clogging). Sumbatan permukaan disebabkan oleh stratifikasi partikel filter setelah proses cucibalik akibat ukuran partikel yang kurang seragam (nilai UC besar). Stratifikasi partikel filter ditandai dengan penumpukan partikel filter ukuran kecil pada permukaan atas filter dan bergradasi ke bawah ukuran partikel filter semakin besar. Penumpukan partikel kecil pada permukaan filter menyebabkan sumbatan permukaan (surface clogging) dan partikel suspensi tidak terdistribusi secara merata pada sepanjang filter. Sumbatan permukaan menyebabkan peningkatan laju kehilangan tinggi tekanan (headloss) dan memperpendek durasi operasi filter, sehingga meningkatkan intensitas pencucian filter. b. Penurunan kemampuan filter dalam menjernihkan air akibat filter tidak bersih. Filter pasir tidak bersih apabila filter dicucibalik dengan kecepatan yang terlalu rendah dan waktu pencucian yang terlalu singkat. Cucibalik yang tidak sempurna menyebabkan partikel suspensi yang melekat pada permukaan pasir tidak terlepas sehingga dapat terbentuk gumpalan partikel pasir (mudballs). Mudballs menyebabkan air tidak terdistribusi secara merata di seluruh bidang filter atau terjadi pemusatan aliran selama proses filtrasi, sehingga partikel suspensi tidak dapat difiltrasi dengan baik. c. Penurunan kemampuan filter dalam menjernihkan air akibat tebal filter berkurang. Tebal filter berkurang akibat partikel pasir berkurang apabila filter dicucibalik dengan kecepatan dan tekanan yang terlalu tinggi. Kecepatan dan tekanan cucibalik yang terlalu tinggi menyebabkan partikel pasir terekspansi dan terfluidisasi melebihi batas toleransi, sehingga partikel pasir terangkut bersama air pencuci keluar dari filter. d. Cucibalik filter pasir membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk keperluan penyediaan air pencuci dan energi. Cucibalik balik filter pasir dibatasi oleh kecepatan dan tekanan agar partikel pasir tidak terangkut keluar dari filter namun diperoleh filter yang bersih. Batasan tersebut menyebabkan proses cucibalik tidak 6

7 hemat waktu, sehingga meningkatkan kebutuhan air dan biaya untuk pengadaan energi / listrik. Biaya energi diperlukan untuk menggerakkan pompa cucibalik dan untuk pengadaan air pencuci. Cucibalik filter sering pula diawali proses scouring dengan injeksi udara untuk mengurai ikatan antar partikel filter dan ikatan partikel suspensi dengan partikel filter. Cara tersebut diperlukan agar partikel suspensi yang tertahan dalam filter mudah dilepaskan, diangkut dan dibuang keluar dari ruang filter. Proses scouring meningkatkan kebutuhan biaya untuk pengadaan energi dalam pelaksanaan cucibalik. Permasalahan penggunaan filter pasir dapat diatasi dengan cara sebagai berikut: a. Penghilangan stratifikasi partikel filter dengan menggunakan partikel yang lebih seragam dan mengikat partikel pasir membentuk media massif. Cara ini dapat menghilangkan stratikasi partikel filter, sehingga mengurangai dampak sumbatan permukaan pada proses operasi filter dan mempertahakan kapasitas filter sesuai yang direncanakan. b. Penerapan proses cucibalik yang tepat sehingga partikel suspensi dalam filter dapat dibuang keluar dari filter dan diperoleh filter yang benar-benar bersih. Cara ini dapat menghilangkan / mengurangi problem mudballs, sehingga dapat mempertahakan kemampuan filter dalam mereduksi partikel suspensi dalam air. c. Pencegahan pelepasan partikel pasir terlepas saat cucibalik atau pencegahan pengurangan tebal filter setelah proses cucibalik, sehingga dapat mempertahakan kemampuan filter dalam mereduksi partikel suspensi dalam air. d. Penerapan proses cucibalik yang tepat terkait usaha untuk lebih menghemat air, waktu, dan energi, sehingga biaya cucibalik dapat ditekan. Filter beton dengan media beton porus yang dibuat dengan campuran pasir, semen dan air pada komposisi tertentu diusulkan sebagai alternatif / pengganti filter pasir dan diharapkan memberikan solusi dari permasalahan penggunaan filter pasir tersebut. Peluang penelitian filter beton masih sangat luas, karena aplikasi dan penelitian filter beton belum banyak dilakukan, terutama terkait pengembangan rumusan teoritis beton porus sebagai filter. 7

8 B. Lingkup dan Batasan Penelitian Agar penelitian terarah sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka ditetapkan lingkup dan batasan penelitian sebagai berikut: 1. Kajian sifat fisik filter beton dibatasi pada perubahan porositas dan diameter partikel filter beton berbasis diameter dan porositas pasir penyusun filter beton pada rasio pasir semen tertentu. 2. Pengaruh nilai faktor air semen dan kuat tekan beton porus sebagai filter tidak dikaji dalam penelitian ini. 3. Diameter partikel pasir yang digunakan dibatasi pada 3 model ukuran dan ditetapkan berdasarkan kisaran ukuran yang umum digunakan sebagai media filter pasir lambat dan filter pasir cepat. 4. Uji coba filter menggunakan air simulasi dengan bahan dari tanah / lempung kering yang dilarutkan dalam air bersih. 5. Kinerja penjernihan air oleh filter beton dibatasi pada kajian parameter fisik mencakup kekeruhan dan kandungan partikel suspensi dalam air, dan tidak dilakukan kajian parameter kimiawi, biologi dan sifat lekatan partikel. 6. Kinerja cucibalik filter beton dibatasi pada kajian parameter fisik mencakup kekeruhan dan kandungan partikel suspensi dalam air, dan tidak dilakukan kajian kimiawi dan sifat lekatan partikel. 7. Batasan tingkat kebersihan filter beton adalah output air cucibalik dengan kekeruhan < 25 NTU. Batasan kekeruhan tersebut mengacu pada persyaratan air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih dan Air Minum. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah melakukan kajian karakterisik hidraulik filter beton dan karakteristik cucibalik filter beton yang mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Pengembangan rumusan teoritis perubahan porositas dan diameter partikel filter beton berdasarkan porositas dan diameter partikel pasir penyusun filter akibat penambahan semen sebagai bahan pengikat pasir. 2. Pengembangan rumusan teoritis perubahan sifat hidraulik filter beton berdasarkan sifat hidraulik filter pasir ditinjau dari kehilangan tinggi tekanan. Rumusan teoritis 8

9 kehilangan tinggi tekanan dikalibrasi dengan uji aliran pada berbagai variasi kecepatan melewati filter beton yang dibuat dengan ukuran partikel pasir yang bervariasi. Hasil kalibrasi ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dan mendapatkan faktor koreksi perubahan kehilangan tinggi tekanan filter beton terhadap filter pasir. 3. Kajian kapasitas filter beton mengalirkan atau memproduksi air dan kemampuan filter beton mereduksi kekeruhan air. 4. Pengembangan rumusan teoritis pelepasan partikel suspensi selama cucibalik filter beton. Rumusan teoritis dikalibrasi dengan uji coba cucibalik pada berbagai variasi kecepatan terhadap filter beton yang dibuat dengan ukuran partikel pasir yang bervariasi. Hasil kalibrasi ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelepasan partikel dan untuk mendapatkan nilai koefisien konstanta pelepasan partikel suspensi selama cucibalik filter beton. D. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai beton porus sebagai bahan struktur ringan seperti perkerasan porus (paving block) untuk meresapkan air hujan sudah banyak dilakukan, namun penelitian beton porus sebagai media filter untuk keperluan penjernihan air masih sangat sedikit dilakukan. Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan ide dan gagasan bagi peneliti lain untuk melakukan berbagai kajian yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi filtrasi dengan filter beton. Peluang penelitian menyangkut pengembangan teori filtrasi dengan filter beton sangat luas, baik dalam aspek struktur/bahan, aspek hidraulik maupun dalam aspek proses filtrasi partikel suspensi yang terdapat dalam air. Pendekatan proses filtrasi dapat ditinjau dari berbagai aspek, baik fisik/hidraulik, kimiawi maupun biologi. 2. Memberikan ide dan gagasan bagi penciptaan paket teknologi filtrasi dengan filter beton untuk tujuan penyelesaian permasalahan penyediaan air bersih dengan air baku yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengembangan teknologi filtrasi dengan filter beton yang tepat guna dan berdaya guna tinggi yang berorientasi pada kemanfaatan yang luas di masyarakat sangat dibutuhkan. Filter beton dapat diciptakan dengan berbagai bentuk yang kompak, menyesuaikan kebutuhan dan dapat dioperasikan 9

10 dengan mudah tanpa ketrampilan tinggi. Masyarakat dapat membuat dan mengoperasikan sendiri instalasi filtrasi dengan filter beton apabila dengan dibekali pelatihan singkat. Filter beton dapat digunakan dalam lingkup rumah tangga maupun dalam lingkup komunal di masyarakat atau dalam lingkup/kondisi khusus seperti pada saat terjadi kekurangan air bersih akibat bencana alam. 10

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04 Yuniati, PhD KOMPONEN SPAM Materi yang akan dibahas : 1.Komponen SPAM 2.Air baku dan bangunan intake KOMPONEN SPAM Sumber air baku Pipa transimisi IPAM Reservoar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air

BAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan air dalam semua aspek kehidupan, untuk memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air berperan pada semua proses dalam tubuh

Lebih terperinci

Bab 4 Satuan Operasi BAB 4 FILTRASI. Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas)

Bab 4 Satuan Operasi BAB 4 FILTRASI. Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) BAB 4 FILTRASI 4.1. Umum adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin

Lebih terperinci

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas   ABSTRAK OP-012 EFEKTIVITAS PENURUSAN KEKERUHAN DENGAN DIRECT FILTRATION MENGGUNAKAN SARINGAN PASIR CEPAT (SPC) Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas Email : suarni_sa@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai analisis kualitas air dengan alat uji model filtrasi buatan diantaranya; Eka Wahyu Andriyanto, (2010) Uji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

BAB 7 UNIT FILTRASI. Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut:

BAB 7 UNIT FILTRASI. Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut: BAB 7 UNIT FILTRASI 7.1. Tujuan Filtrasi Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PDAM TIRTA KHATULISTIWA KOTA PONTIANAK Oleh : Ir. Tano Baya Ir. Tatit Palgunadi Camelia Indah Murniwati, ST Bidang

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Hamimal Mustafa R 1), Nurina Fitriani 2) dan Nieke Karnaningroem 3) 1) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Yohanna Lilis Handayani, Lita Darmayanti, Frengki Ashari A Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Air merupakan kebutuhan vital makhluk hidup. Tanpa adanya air, metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berjalan dengan sempurna. Manusia membutuhkan air, terutama

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON Dito Widha Hutama dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Perencanaan instalasi saringan pasir lambat

Perencanaan instalasi saringan pasir lambat Standar Nasional Indonesia Perencanaan instalasi saringan pasir lambat ICS 91.220 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

FILTRASI 12. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

FILTRASI 12. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 FILTRASI 12 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

STUDI PENGOLAHAN AIR MELALUI MEDIA FILTER PASIR KUARSA (STUDI KASUS SUNGAI MALIMPUNG)

STUDI PENGOLAHAN AIR MELALUI MEDIA FILTER PASIR KUARSA (STUDI KASUS SUNGAI MALIMPUNG) PROS ID I NG 2 0 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI PENGOLAHAN AIR MELALUI MEDIA FILTER PASIR KUARSA (STUDI KASUS SUNGAI MALIMPUNG) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA) Dalam perencanaan dan perancangan istalasi penjernihan air (IPA) harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku guna mendapatkan

Lebih terperinci

Efektifitas Backwashing Untuk Menjaga Kinerja Rapid Sand Filter Di Daerah Gambut Hugo Pratama 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Bambang Sujatmoko) 3

Efektifitas Backwashing Untuk Menjaga Kinerja Rapid Sand Filter Di Daerah Gambut Hugo Pratama 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Bambang Sujatmoko) 3 Efektifitas Backwashing Untuk Menjaga Kinerja Rapid Sand Filter Di Daerah Gambut Hugo Pratama 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Bambang Sujatmoko) 3 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil 1), Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit dan arang batok yang dianalisis di Laboraturium Teknik Lingkungan Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu kebutuhan utama bagi semua mahluk hidup di dunia terutama bagi manusia, dengan terus bertambahnya jumlah populasi manusia, maka kebutuhan air bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti mencuci, dan mandi. Jenis air yang digunakan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT (DOWNFLOW) YANG BERSUMBER DARI SUNGAI MUSI

TEKNIK PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT (DOWNFLOW) YANG BERSUMBER DARI SUNGAI MUSI TEKNIK PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT (DOWNFLOW) YANG BERSUMBER DARI SUNGAI MUSI Rachmat Quddus Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya Jl. Palembang-Prabumulih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k )

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k ) BAB II DASAR TEORI 2.1 Analisis Dimensional Analisis dimensi adalah analisis dengan menggunakan parameter dimensi untuk menyelesaikan masalah masalah dalam mekanika fluida yang tidak dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA disusun oleh : ERVANDO TOMMY AL-HANIF 21080113140081 FAKULTAS TEKNIK SEMARANG 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN TEKNOLOGI BIOSAND FILTER DUAL MEDIA

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN TEKNOLOGI BIOSAND FILTER DUAL MEDIA PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN TEKNOLOGI BIOSAND FILTER DUAL MEDIA Ratika Usman 1) Lita Darmayanti 2) Manyuk Fauzi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 INSTALASI PENGOLAHAN AIR Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan yang cukup besar dalam kehidupan,bagi manusia air berperan dalam pertanian, industri,

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA Damiyana Krismayasari**) dan Sugito*) Abstrak : Peningkatan jumlah pasien dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air bersih tentunya sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Permasalahan air bersih memang permasalahan yang sangat kompleks untuk saat ini, dengan padatnya

Lebih terperinci

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR NASKAH PUBLIKASI ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR Tugas Akhir ini disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair atau gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain, untuk menghilangkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KETEBALAN MEDIA TERHADAP LUAS PERMUKAAN FILTER PADA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT

PERBANDINGAN KETEBALAN MEDIA TERHADAP LUAS PERMUKAAN FILTER PADA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT PERBANDINGAN KETEBALAN MEDIA TERHADAP LUAS PERMUKAAN FILTER PADA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT Eryan Chintya Debby, Lita Darmayanti Yohanna Lilis Handayani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan yang pertama bagi terselenggaranya kesehatan yang baik adalah tersedianya air yang memadai dari segi kuantitas dan kualitasnya yang memenuhi syarat kebersihan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN Oleh : Edwin Patriasani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman ISSN:

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman ISSN: Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman 125 135 ISSN: 2085 1227 Peningkatan Kinerja Unit Filtrasi di Instalasi Pengolahan Air Minum Unit Sewon-Bantul dengan Penggantian

Lebih terperinci

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja Alat dan Bahan 1. Sampel air yaitu sungai dan sumur sebagai bahan uji 2. Filter sebagai media filtrasi, batu basal, ijuk, karbon aktif, pasir silica (batu kuarsa) 3. Bak

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI Indri Sukma Dewi, Khayan dan Hajimi Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: indridri@gmail.com Abstrak: Gambaran

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA FILTER BATU APUNG

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA FILTER BATU APUNG Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.1 No.1 PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA FILTER BATU APUNG Anderson Edwardo, Lita Darmayanti *), dan Rinaldi *) Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya) SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Pengertian air a. Pengertian air minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 8) b. Pengertian air bersih Air bersih

Lebih terperinci

Terpadu Universitas Islam Indonesia. Namun dalam pemanfaatannya air tanah

Terpadu Universitas Islam Indonesia. Namun dalam pemanfaatannya air tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air tanah pada umumnya tergolong bersih secara bakteriologis. Akan tetapi kadar kimia yang terkadung dalam air tanah relatif sangat tinggi, yang sangat bergantung pada

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM

PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM Putu Rasindra Dini 1), Nurina Fitriani 2), Wahyono Hadi 3) 1) Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Pengaruh Ketebalan Media dan Rate filtrasi pada Sand Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform

Pengaruh Ketebalan Media dan Rate filtrasi pada Sand Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-193 Pengaruh Ketebalan Media dan Rate filtrasi pada Sand Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform Deni Maryani,

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF 22 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Saringan kasar (Horizontal Roughing Filter - HRF) merupakan pengolahan pendahuluan untuk menurunkan kekeruhan atau memisahkan padatan dalam jumlah besar serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan kimia sintetis pada umumnya digunakan oleh kegiatan industri dan domestik untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis. Salah satu produk yang

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 2 L/det V.1. Umum Pelayanan air bersih di Kota Kendari diawali pada tahun 1928 (zaman Hindia

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) Dian Paramita 1 dan Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FILTER CORING DALAM EVALUASI KINERJA FILTER CEPAT PADA PDAM SIDOARJO

PENERAPAN METODE FILTER CORING DALAM EVALUASI KINERJA FILTER CEPAT PADA PDAM SIDOARJO Seminar Tugas Akhir PENERAPAN METODE FILTER CORING DALAM EVALUASI KINERJA FILTER CEPAT PADA PDAM SIDOARJO APPLICATION OF FILTER CORING METHODS IN PERFORMANCE EVALUATION RAPID SAND FILTER AT PDAM SIDOARJO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan dan kebutuhan manusia, segala aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan dan kebutuhan manusia, segala aktifitas 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air merupakan sumber kehidupan dan kebutuhan manusia, segala aktifitas dapat berjalan dengan baik apabila kebutuhan akan air bersih telah terpenuhi bagi kebutuhan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan milik daerah yang bergerak di bidang pengolahan dan perindustrian air bersih bagi masyarakat umum.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal dalam melakukan penelitian ini dimulai dari studi pustaka yaitu mencari data serta informasi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK TUGAS 1 MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK 1. Feriska Yuanita (105100200111012) 2. Alifian Juantono Sahwal (105100213111003) 3. Nadia Sabila

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, pengujian

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c.

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. Materi #6 Sumber Air 2 Air Tanah Lebih sedikit bakteri. Kemungkinan terdapat banyak larutan padat. Air Permukaan Lebih banyak bakteri. Lebih banyak padatan tersuspensi dan ganggang. 6623 - Taufiqur Rachman

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN : Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan terutama bagi makhluk hidup, makhluk hidup tidak dapat hidup tanpa air, terutama

Lebih terperinci

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG Laksmi Handayani, Taufik Anwar dan Bambang Prayitno Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: laksmihandayani6@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Definisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Definisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Air bersih adalah air permukaaan maupun air tanah yang sudah mengalami suatu proses pengolahan sehingga siap digunakan untuk dikonsumsi oleh konsumen baik untuk keperluan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING

PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING ROUGHING FILTER AND SLOW SAND FILTER Kurnia Primadani 1, Wahyono

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi PENGOLAHAN AIR BERSIH PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi PENGOLAHAN LENGKAP Dilaksanakan pada air permukaan, air sungai), Diperlukan unt menjernihkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Pada tugas akhir ini dilakukan penelitian pemanfaatan air bekas mandi. Penelitian pemanfaatan limbah air bekas bekas mandi di landaskan pada penggunaan

Lebih terperinci

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air LEMBAR KERJA SISWA 1 Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air Apakah air yang kamu gunakan dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

NASKAH SEMINAR ¹ ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN FILTRASI MENGGUNAKAN PASIR SILIKA SEBAGAI MEDIA FILTER (Dengan parameter kadar Fe, ph dam Kadar Lumpur)

NASKAH SEMINAR ¹ ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN FILTRASI MENGGUNAKAN PASIR SILIKA SEBAGAI MEDIA FILTER (Dengan parameter kadar Fe, ph dam Kadar Lumpur) 1 NASKAH SEMINAR ¹ ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN FILTRASI MENGGUNAKAN PASIR SILIKA SEBAGAI MEDIA FILTER (Dengan parameter kadar Fe, ph dam Kadar Lumpur) Mahyudin², Burhan Barid³, Nursetiawan 4 ABSTRAK Air

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis ABSTRAK Akibat pengaruh manusia air mengalami penurunan kualitas, air limbah sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sedangkan, air bersih banyak berkurang jumlahnya yang dapat diambil langsung dari

Lebih terperinci

PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER. Oleh : Satria Pratama Putra Nasution

PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER. Oleh : Satria Pratama Putra Nasution PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER Oleh : Satria Pratama Putra Nasution 3308100040 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada sistem pengolahan desentralisasi karena memiliki. beberapa keunggulan, diantaranya; kompak, kokoh, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada sistem pengolahan desentralisasi karena memiliki. beberapa keunggulan, diantaranya; kompak, kokoh, memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tangki septik merupakan unit pengolahan yang paling banyak digunakan pada sistem pengolahan desentralisasi karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya;

Lebih terperinci

DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG. Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT

DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG. Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT Kolhua IPAB is a means of channeling water to the people

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Air merupakan kebutuan yang sangat vital bagi manusia. Air yang layak diminum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT IPALS

PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT IPALS PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT IPALS (Instalasi Pengolahahan Air Laut Sederhana): Transformasi Air Laut Menjadi Air Tawar dengan Pemisahan Elektron Cl - Menggunakan Variasi Batu Zeolit sebagai Upaya Penyediaan

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PENYEDIAAN AIR SEBAGAI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Oleh : Mardayeli Danhas, ST, M. Si Staf Bidang Bina Teknik Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT. SEMINAR AKHIR KAJIAN KINERJA TEKNIS PROSES DAN OPERASI UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BABAT PDAM KABUPATEN LAMONGAN Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari 3309 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, Pengujian

Lebih terperinci

Resirkulasi Air Tambak Bandeng Dengan Slow Sand Filter

Resirkulasi Air Tambak Bandeng Dengan Slow Sand Filter JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Resirkulasi Air Tambak Bandeng Dengan Slow Sand Filter Chandra Tri Febriwahyudi*, Wahyono Hadi** Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Sungai dan Klasifikasi Sungai Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai adalah jalur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disegala

Lebih terperinci

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS 8.1. Sistem Daur Ulang Di BTIK Magetan mempunyai dua unit IPAL yang masingmasing berkapasitas 300 m 3 /hari, jadi kapasitas total dua IPAL 600 m 3 /hari.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspal Aspal didefinisikan sebagai bahan yang berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, mempunyai sifat lekat baik dan berlemak,

Lebih terperinci

-_::'...:" _._.~

-_::'...: _._.~ ... I. ~_.- DAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu hal terpenting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, ratarata 60% berat tubuh manusia terdiri dari air. Oleh karena itu kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini pengeringan merupakan satuan operasi kimia yang paling tua, paling umum dan paling tersebar dimana-mana. Lebih dari 400 jenis pengeringan telah ada dan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya air dipakai sebagai air minum, untuk mandi dan mencuci, dan kegiatan lainnya.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY,Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber energi yang terpenting di dunia ini adalah air. Ketersediaan air yang cukup secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas sangat penting untuk

Lebih terperinci

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

Available online  Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Jurnal Einstein 2 (3) (2014): 33-40 Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sungai

Lebih terperinci