HYGIENE BANGUNAN DALAM USAHA PEMBANGUNAN PERUSAHAAN DAN PERUMAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HYGIENE BANGUNAN DALAM USAHA PEMBANGUNAN PERUSAHAAN DAN PERUMAHAN"

Transkripsi

1 uoc : 628: HYGIENE BANGUNAN DALAM USAHA PEMBANGUNAN PERUSAHAAN DAN PERUMAHAN Oleh lr. A. l<artahardja '.J STAI<AAN L. ITBANG n pek erjaa n umum : A R EPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DAN TENAGA LISTRIK IREKTORAT JENDERAL CIPTAKARYA ~ DIREKTORAT PENYELIDIKAN MASALAH BANGUNAN Diterbitkan Oleh : YAYASAN LEMBAGA PENYELIDIKAN MASALAH BANGUNAN

2

3 UDC : 628 : HYGIENE BANGUNAN DALAM USAHA PEMBANGUNAN PERUSAHAAN DAN PERUMAHAN 0 leh I r. A. Kartahardja ~ 1,_ ' : : ~ :... ).., J. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DAN TENAGA LISTRIK DIREKTORAT JENDERAL CIPTAKARYA DIREKTORAT PENYELIDIKAN MASALAH BANGUNAN Diterbitkan Oleh: YAYASAN LEMBAGA PENYELIDIKAN MASALAH BANGUNAN

4 c Hak Cipta Hak Penerbitan Cetakan Keempat Pengarang Yayasan L.P.M.B. Desem ber Dilarang mereproduksi I memperbanyak I fotokopi,agian maupun seluruh isi buku ini tanpa seijin Penerbit. Hak Cipta, dilindungi oleh Undang-undang.

5 Prakata dari Penerbit Berhubung dengan banyaknya permintaan dan dengan persetujuan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan; kami menerbitkan (cetak ulang) kembali buku Hygiene Bangunan dalam usaha pembangunan Perusahaan dan Perumahan. Cetak u lang yang keempat in i isinya tidak berbeda dengan cetakan sebelumnya. Semoga penerbitan ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ahli ahli yang bergerak di bidang teknik pembangunan dan guna melengkapi perpustakaan buku-buku teknik di Indonesia. Bdg, Desember 1980 Penerbit.

6 DAFTAR lsi Halaman. I. PENDAHULUAN II. CAHAYA DAN PEMBAHARUAN UDARA DALAM RUMAH DAN GEDUNG.... ( 1). Untuk ruangan tempat kediaman (2). Untuk kantor... : (3). Untuk toko (4). Untuk rumah makan, Ruang makan, Night Club dsb. 3 (5). Untuk gudang PENERANGAN BUATAN PEMBAHARUAN UDARA ME KANIS Ill. T E K N I K P E NY E HAT AN PEMBUANGAN AIR HUJAN PEMBUANGAN AIR KOTOR 5 3. KAMAR MANDl DAN KAKUS 6 4. TEMPAT CUCI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH KAKUS IV. R U M A H S E HAT SYARAT-SYARAT RUMAH SEHAT LUAS RUMAH GAMBAR GAMBAR

7 HYGIENE BANGUNAN DALAM USAHA PEMBANGUNAN PERUSAHAAN DAN PERUMAHAN Garis besar dari ceramah yang diberikan oleh lr. A. Kartahardja Direktur Penyelidikan Masalah Bangunan kepada Dokter-dokter Perusahaan dalam rangka pembinaan keahlian dalam bidang occupational health yang diselenggarakan oleh Lembaga Nasional Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di Jakarta dalam bulan Oktober 1971 s/d Januari I. Pendahuluan Salah satu akibat dari kemajuan yang cepat di bidang teknik dan bersamaan dengan itu berkembangnya perindustrian, adalah tumbuhnya keinsyafan bahwa produksi dan daya guna seorang karyawan banyak dipengaruhi oleh keadaan tempat bekerjanya dan tempat kediamannya. Oleh karena itu, baik Pemerintah maupun "Masyarakat sudah menginsyafi bahwa dalam pembangunan gedung-gedung (perusahaan) dan perumahan harus diperhatikan pula syarat-syarat kesehatan atau Hygiene Bangunan (terjemahan dari Bouwhygiene) disamping syaratsyarat teknis seperti kekuatan konstruksi, keawetan dsb. Dalam tulisan di bawah ini dicoba untuk menerangkan syarat-syarat terpenting yang a.l. ditetapkan dalam buku Peraturan Bangunan Nasional dan yang harus diperhatikan supaya terjamin kesehatan karyawan ditempat-kerjanya (perusahaan, kantor, pabrik dsb). dan kehidupan yang sehat dari seorang karyawan bersama keluarganya dalam tempat kediamannya (rumah, flat dsb.). Berturut-turut akan dibahas soal ( 1) Cahaya dan Pembaharuan Udara. (2) Teknik Penyehatan. (3). Rumah Sehat. II. Cahaya dan Pembaharuan Udara I. Dalam Rumah dan Gedung (1) Untuk Ruangan Tempat Kediaman a. Setiap ruangan yang dipakai sebagai ruangan kediaman harus; ( 1) mempunyai satu atau lebih banyak lubang yang langsung berhubungan dengan udara luar. Jumlah luas bersih (bebas dari rintangan-rintangan) dari semua lubang itu

8 harus sekurang-kurangnya satu persepuluh dari luas lantai ruangan tersebut. Lubang-lubang itu harus meluas kearah atas sampai sekurang-kurangnya 1,95 m diatas permukaan lantai. 50% dari jumlah luas lubang harus dapat dibuka. (2) Ada lubang atau saluran-saluran angin pada dan/atau dekat permukaan bawah langit-langit yang luas bersihnya sekurang-kurangnya 0,35% luas lantai ruang yang bersangkutan. b. Setiap kamar mandi dan kakus harus diberi penerangan dan pembaharuan udara dan dapat juga diberi penerangan buatan dan/atau pembaharuan udara mekanis yang memenuhi syaratsyarat. c. Ruang Umum, Dapur Umum dsb. : Dapur, ruang makan umum, ruang istirahat dan ruang-ruang umum semacamnya dapat diberi penerangan : ( 1) dengan car a penerangan a tap a tau langit-1 angit yang mempunyai luas bersih, bebas dari rintangan-rintangan terhadap cahaya, sekurang-kurangnya sepersepuluh dari luas lantai yang bersangkutan dengan menyediakan cara pembaharuan udara mekanis yang memenuhi syarat; (2) dengan cara penerangan buatan dan perbaikan udara yang memenuhi ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini. (2) Untuk Kantor Selain syarat-syarat yang ditentukan untuk R uangan kediaman di tetapkan pula syarat-syarat sbb. : a. Penerangan dari atas (atap atau langit-langit) disediakan disamping jendela-jendela. b. Bagian dari lantai dalam bangunan yang letaknya lebih jauh dari 12,00 meter dan bagian dari bangunan yang dipergunakan sebagai ruang kerja yang letaknya lebih jauh dari 9,00 meter terhadap jendela atau jendela atap bebas dari rintangan (jarak jarak diukur horizontal); demikian pula bagian dari lantai yang letaknya terhadap jendela yang terdekat melebihi dua kali tingginya bagian teratas jendela; harus diberi penerangan atap atau penerangan langit-langit atau diberi pe- 2

9 nerangan buatan. c. Bila diberikan penerangan atap atau langit-langit maka harus diperlengkapi dengan sistim (susunan) pembaharuan udara alam atau mekanis. (3) Untuk Toko Ditentukan syarat-syarat tambahan sbb.: a. Penerangan atap atau langit-langit dapat menggantikan jendela. b. Luas bersih dari jendela atau jendela atap dapat diperkecil sehingga sekurang kurangnya sepersepuluh luas lantai yang bersangkutan, dan 50% dari jumlah luas jendela atau jendela atap dapat dibuka dan diletakan sedemikian hingga memberikan pembaharuan udara silang (cross-ventillation) yang epektip c. B ila ada bagian dari lantai yang letaknya terhadap jendela yang terdekat melebihi dua kali tinggi bagian teratas jendela maka bagian dari lantai termaksud harus diberikan penerangan atap atau langit-langit atau diberi penerangan buatan. d. Setiap toko yang sifatnya terkurung bilamana dalamnya (pan jangnya) melebihi dua kali lebarnya, harus diperlengkapi dengar sistim pembaharuan udara mekanis; kecuali bilamana pembaharuan udara silang dapat dijamin. e. Sistim pembaharuan udara yang memenuhi syarat harus diberikan bila pembaharuan udara alam belum cukup terjamin. f. Penerangan dan pembaharuan udara alam dapat dihapuskan dan tidak dipergunakan dengan pengertian bahwa alat-alat pembangkit tenaga listrik untuk sistim-sistim penerangan dan pembaharuan udara mekanis bekerja cukup terjamin, (4) Untuk Rumah Makan, Ruang Makan, Night Club dsb. Harus diperhatikan pula syarat-syarat tambahan sbb.: a. Harus dipasang saluran udara yang diteruskan sampai keatas atap atau b. Ada suatu sistim pembaharuan udara mekanis atau perbaikan udara (air-conditioning); atau c. Ada penerangan buatan dan sistim pembaharuan udara me kanis atau perbaikan udara (air-conditioning). 3

10 (5) Untuk Gudang Selain syarat-syarat yang ditentukan untuk Toko harus diperhatikan pula syarat-syarat : a. Setiap ruangan yang digunakan untuk pameran dan penjualan barang, harus diberi Penerangan dan pembaharuan udara b. Setiap ruangan yang digunakan hanya untuk penyimpanan barang-barang harus diberi penerangan dan dekat pada langitlangitnya di perlengkapi dengan saluran-saluran udara dengan luas bersih 0,17% dari luas lantai. Selain dari pada itu, pembaharuan udara alam dapat diabaikan bila sistim pembaharuan udara mekanis diberikan dengan kemampuan (kapasitas) yang cukup, sesuai dengan sifat penggunaan dari ruangan bersangkutan. 2. Penerangan Buatan (1) Nilai Penerangan a. Nilai penerangan sekurang-kurangnya 50 lux harus diberikan pada semua bagian ruang kerja; b. Sekurang-kurangnya 20 lux harus diberikan pada semua ruangan untuk jalan, ruangan tangga dan ruangan yang bukan kerja. (2) Penerangan pada jalan-jalan terusan, koridor dsb. : Jalan terusan, tangga dan semacamnya harus diberikan penerangan alam atau buatan. Penerangan buatan harus disediakan bila ruangan-ruangan termaksud di atas mempunyai kemungkinan digunakan pada malam hari. (3) Ruangan di bawah permukaan tanah (basement)_ a. Setiap ruangan di bawah permukaan tanah harus diberi penerangan dan pembaharuan udara sesuai dengan ketentuanketentuan dalam peraturan ini selaras dengan kelas penggunaannya. Bilamana syarat-syarat tersebut tidak dapat dicapai maka harus diperlengkapi dengan penerangan buatan dan/atau pembaharuan udara mekanis. b. Pada ketentuan-ketentuan yang mengharuskan memberi perlengkapan pembaharuan udara mekanis dalam hal suatu 4

11 ruangan yang hanya digunakan untuk menyimpan barang, dapat diadakan perubahan-perubahan. 3. Pembaharuan Udara Mekanis ( 1) Penjelasan : Dengan Pembaharuan Udara dimaksud ialah : penggantian seluruh udara dari suatu ruangan atau suatu bangunan dengan jumlah udara segar (baru) yang sama volumenya dari udara luar/ruang lain yang bebas dari kuman-kuman kotoran. (2) Suatu sistim pembaharuan udara mekanis harus diberikan jika pembaharuan udara alam yang memenuhi syarat, tidak mungkin diberikan. (3) Bilamana digunakan Pembaharuan udara mekanis, sebagai pengganti pembangunan udara alam, sistim yang dimaksud harus bekerja terus menerus selama ruang dimaksud dipergunakan. (4) Udara kotor atau yang busuk atau merusak, harus dikeluarkan dengan suatu sistim pembaharuan udara mekanis pada suatu tempat sedemikian hingga tidak menjadi gangguan. Teknik Penyehatan 1. Pembuangan Air Hujan ( 1) semua air hujan harus disalurkan melalui pipa-pipa atau saluransaluran terbuka dan/atau tertutup baik dari besi, beton, pasangan ataupun keramik. Penyambungan pipa-pipa harus dengan cara-cara dan adukan bahan sesuai dengan bahan-bahan pipa bersangkutan. (2) Pada dasarnya air hujan harus dibuang atau dialirkan kesaluran umum kota. Tetapi jika hal itu tidak mungkin, berhubung belum tersedianya saluran umum kota ataupun sebab-sebab lain, maka pembuangan air hujan harus dilakukan melalui proses peresapan ataupun cara-cara lain. 2. Pembuangan Air Kotor (1) Semua air kotor, baik yang asalnya dari kotoran manusia (kakus) ataupun air kotor dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci, harus dibuang melalui pipa-pipa atau saluran-saluran terbuka dan/atau tertutup baik dari beton, pasangan ataupun keramik. 5

12 (2) Pada dasarnya pembuangan air kotor baik yang asalnya dari kotoran manusia (kakus) ataupun air kotor dari dapur dan kamar mandi dan tempat cuci harus dib.uang atau dialirkan kesaluran umum kota. Tetapi jika hal demikian tidak mungkin, berhubung belum tersedianya saluran umum kota ataupun sebabsebab lain, maka pembuangan air kotor harus dilakukan melalui proses pengolahan dan/atau peresapan (umpamanya mernakai tangki septik dll.) sedemikian hingga kesehatan umum dari penduduk yang berdiam disekitarnya tidak terganggu oleh akibat-ak ibatnya. 3. Kamar Mandi dan Kakus (1) Setiap pembangman baru dan/atau perluasan suatu bangunan yang diperuntukan sebagai tempat kediaman (rumah kediaman biasa, hotel, losmen, asrama dll.) diharuskan dilengkapi dengan ruangan-ruangan kamar mandi dan kakus dengan ketentuanketentuan minimum sbb.: a. 1 rumah tangga dengan kurang dari 6 penghuni: 1 kesatuan. 1 rumah tangga dengan 6 orang dan lebih (maximum 12 orang) penghuni : 2 kesatuan. b. Untuk tempat kediaman luar biasa (hotel losmen, asrama dsb). [)engan kapasitas penghuni kurang dari 10 orang: 1 kesatuan. Dengan kapasitas penghuni kurang orang:2 kesatuan. Dengan kapasitas penghuni kurang orang:3 kesatuan. Dengan kapasitas penghuni kurang orang:4 kesatuan. Penghuni lebih dari 40 orang : ditambah satu kesatuan untuk tambahan tiap-tiap 20 orang. (2) Yang dimaksud dengan kesatuan ialah kakus dan tempat mandi Bila kakus dan tempat mandi berada dalam satu ruangan, luas lantai (bers1h) : luas minimum : 3,00 m2 Bila ruang kakus berdiri sendiri : luas minimum 1,00 m2 Bila ruang mandi berdiri sendiri dan dilengkapi bak, luas lantainya (bersih) : minimum 2,50 m2 Bila ruang mandi hanya mempergunakan douche/pancuran luas lantainya (bersih) : minimum 1,50 m2 6

13 4. Tempat Cuci ( 1) Setiap pembangu nan baru dan/atau peri uasan suatu bangu nah yang diperuntukan sebagai tempat kediaman diharuskan di lengkapi dengan tempat/ruangan cuci yang terbuka/tertutup baik berapa a tau tidak dengan ketentuan ketentuan sbb.: Untuk 1 rumah tangga dengan kurang dari 10 orang penghuni harus disediakan tempat dengan luas lantai (bersih), minimum 2,00 m2. Untuk 1 rumah tangga dengan 10 orang atau lebih (maximum 20 orang) penghuni harus disediakan luas lantai (bersih) : minimum 3,00 m2 (2) Yang dimaksud dengan tempat cuci ialah tempat yang dibuat khusus untuk dipergunakan mencuci pakaian/alat-alat dapur. 5. Tempat Pembuangan Sampah (1) Setiap pembangunan baru dan/atau perluasan suatu bangunan yang diperuntukan sebagai tempat kediaman diharuskan dilengkapi dengan tempat/kotak/lobang pembuangan sampah yang ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga kesehatan umum masyarakat sekitarnya terjamin. (2) Didaerah perkotaan yang mempunyai dinas pembersihan kota, maka kotak-kotak sampah yang tertutup ditempatkan sedemikian sehingga petugas-petugas dinas tersebut diatas dapat dengan melakukan tugasnya. (3) Didaerah pedusunan yang belum memiliki dinas pembersihan, maka sampah-sampah diharuskan dimasukan lubang dan/atau dibakar dengan cara-cara yang aman dan baik. 6. Kakus (1) Setiap bangunan yang mempunyai ruangan tempat kediaman diharuskan memil iki sedik itnya satu kakus, baik yang terletak di dalam bangunan tersebut maupun diluarnya pada jarak yang mudah dicapai. 7

14 (2) Bagian bangunan tempat kediaman luar biasa (hotel, losmen, IV. Rumah Sehat. asrama dsb.) dan bangunan-bangunan perdagangan, kantor-kantor, sekolah-sekolah serta bangunan-bangunan umum lninnya berlaku ketentuan-ketentuan sbb. a. Untuk orang laki-laki baik dewasa maupun anak-anak yang bertempat tinggal atau bekerja di dalam bangunan harus disediakan sedikitnya satu kakus. b. Untuk orang perempuan, baik dewasa maupun anak-anak yang bertempat tinggal atau bekerja di dalam bangunan harus disediakan satu kakus. 1. Syarat-syarat Rumah Sehat. Beberapa syarat dasar untuk rumah dan lingkungan yang sehat diuraikan dengan singkat di bawah ini : (1) Tiap keluarga mendiami tempat kediaman yang berdiri sendiri lengkap, dipelihara baik dan yang cukup aman dan kuat konstruksi nya. Disetiap tempat kediaman sekurang-kurangnya ada : a. Jumlah ruangan/kamar yang cukup banyak dengan luas lantai dan isi yang cukup besar, yang sesuai dengan kebutuhan penghuninya. b. Jaminan kebebasan (privacy) dan kemerdekaan bagi tiap orang penghuni dan tidak adanya gangguan dari luar. c. Pemisahan yang baik dari ruangan/kamar tidur untuk suami isteri, untuk orang-orang dewasa pria dan wanita dan untuk anak-anak. Kadang-kadang untuk hewan seperti ayam, kambing, anjing dsb. sebaiknya jangan di dalam tempat kediaman. d. Persediaan air bersih yang dapat diminum dalam jumlah cukup banyak untuk pemeliharaan kesehatan penghuni dan kebersihan tempat kediaman. Air bersih sejauh mungkin dialirkan kedalam rumah atau kedala:-n halaman melalui pipa/saluran yang memenuhi syaratsyarat kesehatan. 8

15 e. Perlengkapan dan peralatan untuk pembuangan air kotor, sampah dan kotoran lain dengan cara yang memenuhi syaratsyarat kesehatan. f. Ruangan untuk mandi dan mencuci yang cukup luas. g. Ruangan untuk masak dan makan. h. Ruangan untuk menyimpan bahan pangan, alat-alat rumah tangga dan harta benda penghuni. i. Perlindungan terhadap panas, dingin dan lembab yang berlebihan yang dapat membahayakan kesehatan penghuni. j. Ventilasi yang baik dan udara yang bersih, yang tidak mengandung racun. k. Penerangan alam dan buatan yang cukup terang. (2) Rumah ditempatkan dalam lingkungan perumahan yang direncanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kota dan daerah Dilingkungan perumahan harus diusahakan : a. Fasilitas umum sep~rti : pemberian air minum - pengaliran air kotor dan air hujan - pengangkutan sampah dan kotoran lain b. Udara bersih yang tidak berbau atau mengandung racun, asap dari industri, debu dsb. c. Fasilitas penjagaan keamanan dan bahaya kebakaran. d. Fasilitas atau bangunan untuk : industri, perdagangan, sosial, kebudayaan, pendidikan, ibadah, rekreasi, kesehatan dsb. yang terletak tidak jauh dari rumah dan yang mudah dikunjungi melalui jalan-jalan yang baik atau fasilitas pengangkutan yang teratur. e. Penjagaan terhadap gangguan yang membahayakan kesehatan kesejahteraan dan moral masyarakat. 2.. Luas Rumah ( 1) Luas Ruangan Luas ruangan ditentukan oleh : - Ukuran dan jumlah pemakainya. 9

16 - ukuran dan jumlah perabot - ukuran dan jumlah pintu jendela. (2) Banyak Ruangan Seperti telah dikemukakan dalam syarat-syarat umum, didalam setiap rumah harus ada cukup banyak ruangan untuk bekerja, beristirahat bergerak, berekreasi dengan tujuan agar setiap penghuni rumah merasa nikmat dan bahagia dalam rumah tersebut. Sekurang-kurangnya harus ada dua ruangan didalam rumah supaya seorang penghuni yang berpenyakit menular dapat dipisahkan dari penghuni-penghuni lain. Untuk menghemat dalam banyaknya ruangan dapat direncanakan ruangan-ruangan serba guna (multi-purpose rooms) misalnya: ruang duduk yang dapat dipakai sebagai ruang makan, ruang tidur sebagai ruang bekerja, ruang makan didalam dapur, dsb. (3) Tata Letak ruangan/kamar. Tata letak ruangan didalam rumah harus sedemikian sehingga - Lalu-lintas didalam rumah lancar. - kebebasan dan kenikmatan penghuni terjamin Khususnya harus diperhatikan letaknya ruang tidur, yaitu harus diusahakan agar : orang sedang tidur tidak terganggu; sinar matahari diwaktu pagi dapat masuk; suhu didalam ruangan tidak panas; ventilasi cukup baik; dsb. (4) Penghuni rumah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penghuni rumah dan yang mempengaruhi luas rumah adalah a.l. : adat dan kebiasaan penghuni; keinginan dan kebutuhan penghuni; tarat kehidupan dan pendidikan penghuni; susunan dan hubungan keluarga penghuni. 10

17 CAT A TAN Untuk melengkapi keterangan-keterangan diatas, dic.njurkan untuk membaca juga publikasi-publikasi yang diterbitkan oleh Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Jalan Tamansari No_ 84, Bandung; diantaranya ialah Peraturan Bangunan Nasional, Prototype Rumah, Rumah dan Sekolah yang Sehat. Bandung, 10 Januari

18 PENJELASAN CERAMAH HYGIENE BANGUNAN DALAM USAHA PEMBANGUNAN PERUSAHAAN DAN PERUMAHAN HI a. 1. LUAS LANTAI - II. 1 (1) a.(i)...-- "yt1' "" Min. jumlah luas lubang angin X eahaya = 1/10 X luas lantai Hal. 1 II. 1. (1).a.(i) a b LUAS LUBANG "I I a X e Kaea "0 axd Kaea II b X f Kaea axe Kaea II I 1\\\lJ}i~ u (\ ~\ I axe Kaea 1 1 l jumlah luas bersih yang langsung berhubungan dongan udara luar = 2(axe) + (axd) + (axe) + (bxf) I II 1 I 'in,\

19 Hdl. 2 II. 1 (1) a. (i) lubang cahaya lubang angin ~ ~ll ~ ~~!&~ - - r--r--,..._ l~ ~ "' It>~ I~. ~ ~I ~ T 1 lantai J min. tinggi meluasnya bidang untuk menempatkan lubang angin & cahaya - Hal. 2 II. 1. (l).a.(i) lubang angin & cahaya dari langit ldngit dan atap \-)'-- lubang angin & cahaya pad a dinding luas lantdi lubang cah.:~ya ho.&rus dapat dibuka

20 Hal ( 1 ).a.(ii) Kaca Kaca lubang/saluran angin di bawah permukaan langit langit luas bersihnya min. 0,35% dari luas lantai ruang bersangkutan Hal. 2,.._..._Q matahari II. 1 ( 1 ).b. ""- ~ /! \~ pembaharuan udara a lam dan cahaya alam pembaharuan ud ara mekanis dan cahaya buatan.

21 Hal. 2 II. 2.b. jendela r diberi penerangan, langit-langit atap atau ::: buatan dinding J, jendela diberi penerangan langit-langit, atap atau buatan 9.00 jendela l diberi penerangan / langit-langit, atap atau \ '-buatan lantai ruang Hal. 3 II 3.d. dinding ~ X ~~~~da=la=m~n~y~a~2~ ~~~~~~~~~ T Jl : ~ I i \ ~ ;~ ~

22 langit-langit OJ ooo I I I I I kamar mandi & kakus 3.00 m2 I I I I I Tl I I I kakus 1.00 m2 ( I I T I I I I I I I I I I I ) kamar mandi pakai bak 2.50 m2 kamar mandi pakai douche 1.50 m2

23

24

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ground Tank Ground tank atau dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut Tangki bawah tanah, merupakan salah satu bentuk bak penampungan air yang dibangun atau diletakkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017

M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017 M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017 A PA I T U S E H AT? A PA YA N G M E M P E N G A R U H I K E S E H ATA N I N D I V I D U? S I A PA YA N G B E R P E R A N T E R H A D A P K E S E H ATA N I

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN Nama Rumah Makan/Restoran : Alamat : Nama Pengusaha : Jumlah Karyawan : Jumlah Penjamah Makanan : Nomor Izin Usaha :

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan bangunan MCK umum

Tata cara perencanaan bangunan MCK umum Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan bangunan MCK umum ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Halaman Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

Lebih terperinci

Perencanaan rumah maisonet

Perencanaan rumah maisonet Perencanaan rumah maisonet Pd-T-01-2005-C 1 Ruang lingkup Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan rumah maisonet, sebagai arahan desain dan spesifikasi teknis yang diperuntukkan bagi para

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN dr. Tutiek Rahayu,M.Kes tutik_rahayu@uny.ac.id TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN 1 syarat LOKASI KONSTRUKSI Terhindar dari Bahan Pencemar (Banjir, Udara) Bahan

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM COPY SNI 03-2399 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM 1 Ruang Iingkup Tata cara ini meliputi istilah dan definisi, persyaratan yang berlaku untuk sarana

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Lembar Observasi Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun 2012 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama Bekerja : Observasi ini merupakan jawaban tentang persyaratan Hygiene Petgugas Kesehatan

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Masyarakat Sub Pokok Bahasan : SPAL yang memenuhi standar kesehatan. Sasaran : Waktu : Tempat : I. A. Tujuan Instruksi Umum Setelah mengikuti

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG KOMPETENSI: MENGGAMBAR TEKNIK BANGUNAN MODUL / SUB-KOMPETENSI: MEMBUAT ANALISA PERENCANAAN

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI I. DATA UMUM : Tanggal Konseling : No. Rekam Medik : Nama : Umur : Nama orang tua/kk : Pekerjaan : Alamat RT/RW/RK : Kelurahan/Desa : II. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen LAMPIRAN Lampiran. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen. Kapan anda datang untuk makan di restoran ini? Jawab:....... Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawab:....... Selama makan di restoran ini apakah

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :. b.. CONTOH FORMULIR RM.. PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN. Nama rumah makan/restoran :.. Alamat :... NamaPengusaha/penanggungjawab :.. Jumlah karyawan :... orang. Jumlah penjamah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT Lampiran KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT I. Karakteristik Responden. Nama :. Jenis Kelamin :. Pekerjaan : 4. Pendidikan : II. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rumah Sehat 1) Definisi Rumah Sehat Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan

Lebih terperinci

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT DIFINISI AIR BERSIH Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGHEMATAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Menimbang : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas

Lebih terperinci

TENTANG PENGHE. : a. Peraturan. b. menetapkan. Gubernur : 1. Pemerintah. Menimbang. tentang. Nomor ); 4. Tahun. Prov Jatim

TENTANG PENGHE. : a. Peraturan. b. menetapkan. Gubernur : 1. Pemerintah. Menimbang. tentang. Nomor ); 4. Tahun. Prov Jatim GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PENGHE EMATAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWAA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN

Lebih terperinci

UU 11/1962, HYGIENE UNTUK USAHA USAHA BAGI UMUM

UU 11/1962, HYGIENE UNTUK USAHA USAHA BAGI UMUM UU 11/1962, HYGIENE UNTUK USAHA USAHA BAGI UMUM Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tentang Pokok-pokok Kesehatan perlu ditetapkan Undang-undang Hygiene

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Menurut George Terry (dikutip Sayuti 2013:8) mengemukakan manajemen kantor ialah perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a. LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 0 I. Indentitas

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tuberculosis Paru 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Kecamatan Pancoran Mas pada bulan Oktober 2008 April 2009 dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat Ashadi 1, Nelfiyanthi 2, Anisa 3 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Rumah Pengertian sanitasi adalah usaha usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit 3. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA Oleh : A.A.M Fungsi Pintu dan Jendela: - Akses keluar/masuk ruangan - Penerangan (Lighting) - Penghawaan (Ventilation) Syarat: - Stabil, kuat dan aman Rangka pintu & jendela

Lebih terperinci

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu dg tekanan cukup dan air panas bila diperlukan Menyalurkan

Lebih terperinci

Abd. Gafur, SKM.,M.Kes. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Abd. Gafur, SKM.,M.Kes. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia SYARAT RUMAH SEHAT Abd. Gafur, SKM.,M.Kes. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia PENDAHULUAN Rumahku Istanaku", inilah hadis nabi yang harus dihayati oleh

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: Sistem pembuangan air kotor. Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview Overview PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT?? Ns. Eka M. Rumah? Perumahan? Prasarana, adalah Kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Mis : Jaringan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran. 159

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran. 159 DAFTAR ISI LEMBARAN PENGESAHAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI. v DAFTAR TABEL. x DAFTAR GAMBAR. xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 1.2. Rumusan Masalah 5 1.3. Batasan Masalah..

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder sehingga memiliki keterbatasan dalam pengambilan variabel-variabelnya. Laik fisik penilaiannya berdasarkan ketentuan Kepmenkes No. 715 tahun

Lebih terperinci

Lembar Observasi. : Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan

Lembar Observasi. : Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan Lembar Observasi KONDISI SANITASI RUANG RAWAT INAP KELAS III DAN PENGGUNAAN DESINFEKTAN TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN LANTAI DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Nama Rumah

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Student Housing Student housing atau asrama mahasiswa didefinisikan sebagai suatu fasilitas tempat penginapan yang ditunjukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL 18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL 2.1 Pengawasan 2.2.1 Pengertian Pengawasan Pengawasan secara umum merupakan serangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA UNIT 9 SUMBER-SUMBER PANAS Delapan unit sebelumnya telah dibahas dasar-dasar tata udara dan pengaruhnya terhadap kenyamanan manusia. Juga

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

KAKUS/JAMBAN SISTEM CEMPLUNG ATAU GALIAN

KAKUS/JAMBAN SISTEM CEMPLUNG ATAU GALIAN KAKUS/JAMBAN SISTEM CEMPLUNG ATAU GALIAN 1. PENDAHULUAN Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Nomor : 384 / KPTS / M / 2004 Tanggal : 18 Oktober 2004

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN No LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI 060934 DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2016 Menurut 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA Perihal : Permohonan Surat Izin Mendirikan Bangunan Pangkajene Sidenreng,.................... Kepada Yth. Bupati Sidenreng Rappang Cq, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Yang bertandatangan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA Wita Kristiana 1) ABSTRAK Rumah sederhana adalah rumah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

Penerangan Alami Dan Bukaan Bangunan

Penerangan Alami Dan Bukaan Bangunan Penerangan Alami Dan Bukaan Bangunan BASARIA TALAROSHA Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara Pengantar Untuk menghemat energi, pemanfaatan cahaya alami pada bangunan sedapat

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengendalikan pembangunan agar sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo, yang secara geografis terletak pada 00⁰ ⁰ 35 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo, yang secara geografis terletak pada 00⁰ ⁰ 35 56 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum A. Letak Geografis, Batas Wilayah dan Iklim Kota Gorontalo memiliki luas sebsesar 64,79 km² atau 0,53 % dari luas Provinsi Gorontalo, yang secara

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 60/PRT/1992 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 60/PRT/1992 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 60/PRT/1992 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

Prakata. Bandung, Desember 2004

Prakata. Bandung, Desember 2004 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Prakata... ii Pendahuluan.. iii Ruang Lingkup... 1 Acuan Normatif... 1 Istilah dan Definisi... 1 Konsepsi Rumah Maisonet... 2 4.1 Arsitektur Bangunan (ketentuan umum)... 2 4.1.1

Lebih terperinci