STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H"

Transkripsi

1 STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN AGITA KIRANA PUTRI. Studi Kelayakan Usaha Sapi Perah Rakyat di Wilayah Kabupaten Bogor (dibimbing oleh SYAMSUL HIDAYAT PASARIBU). Krisis ekonomi tahun mengakibatkan perekonomian Indonesia memburuk dan dampaknya masih dirasakan hingga saat ini. Karakteristik usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang minim modal dan operasional sederhana menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengusaha yang mencari alternatif pendapatan agar mampu bertahan menghadapi akibat krisis ekonomi tersebut. Usaha sapi perah rakyat sebagai wakil dari sektor UMKM yang ada di Indonesia merupakan jenis usaha pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Susu sebagai produk utama usaha sapi perah merupakan sumber protein hewani yang semakin dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, produksi susu nasional selama periode tahun hanya mampu memenuhi permintaan konsumen susu nasional rata-rata 25,18 persen per tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2005). Bantuan kredit untuk usaha sapi perah sangat dibutuhkan untuk pengembangan usahanya baik itu kredit modal kerja ataupun investasi. Pemeliharaan sapi-sapi perah terutama terkonsentrasi di daerah-daerah Pengalengan, Lembang, Garut, Bogor dan Sukabumi. Daerah-daerah tersebut merupakan barometer perkembangan usahatani sapi perah di daerah Jawa Barat (Siregar dan Praharini, 1993). Di satu sisi, potensi usaha sapi perah telah didukung kontrol dari pengusaha yang mengajukan kredit dan rekomendasi dari koperasi dimana pengusaha tersebut bergabung. Namun, potensi UMKM sapi perah untuk dikembangkan mengalami kendala akibat perbankan yang kurang tertarik untuk menyalurkan kredit (pembiayaan). Hal itu dapat dilihat dari proporsi UMKM yang terjangkau kredit baru mencapai 21 persen atau 10 juta dari sekitar 48 juta UMKM di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jumlah kredit, baik itu kredit modal kerja ataupun kredit investasi, yang sebenarnya dibutuhkan untuk memulai usaha sapi perah selaku debitur, menganalisis kelayakan usaha sapi perah selaku debitur melalui studi kelayakan, dan menganalisis pola pembiayaan yang sesuai menurut karakteristik usaha sapi perah tersebut. Penelitian ini mengasumsikan bahwa usaha ternak sapi perah ideal dengan kepemilikan 10 ekor sapi induk dimulai dari awal berdasarkan rekomendasi Forum Komunikasi Peternakan Bogor (2001). Lokasi penelitian yang dipilih adalah daerah pengembangan sapi perah (produsen susu) di Kabupaten Bogor dan waktu penelitian dari bulan Januari 2008 sampai dengan Juni Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini adalah pengusaha sapi perah di daerah penelitian. Sedangkan data sekunder berupa data pengusaha sapi perah diperoleh dari Koperasi Susu yang terkait dengan daerah

3 penelitian, BPS serta Bank atau lembaga lain seperti perusahaan penampung komoditi susu yang telah bekerjasama dengan pengusaha sapi perah sebelumnya. Hasil analisis dan pembahasan penelitian ini didapatkan kesimpulan berupa jumlah kredit yang dibutuhkan oleh usaha ternak sapi perah dengan kepemilikan 10 ekor sapi induk adalah kredit investasi sebesar Rp ,00 dan kredit modal kerja sebesar Rp ,00. Pelaksanaan proyek usaha ternak sapi perah dengan kepemilikan 10 ekor sapi induk produktif dinyatakan layak dari berbagai aspek kelayakan usaha meski pada aspek lingkungan masih terdapat masalah pada polusi udara. Pada analisis kelayakan aspek keuangan, pengajuan kredit komersial (KUR) dinyatakan layak dengan kriteria NPV positif sebesar Rp ,67 pada masa proyek 7 tahun, Net B/C Ratio sebesar 1,30 (Net B/C Ratio 1), IRR sebesar 24 persen (lebih besar dari suku bunga KUR 16 persen), dan masa pengembalian selama 2 tahun 3 bulan dan 18 hari (tidak melebihi masa pinjaman yaitu 5 tahun). Hasil analisis switching value penurunan pendapatan sampai dengan 14 persen masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika penurunan pendapatan lebih dari 14 persen, analisis switching value kenaikan biaya operasional akan menjadikan proyek tidak layak pada tingkat kenaikan biaya operasional lebih dari 11 persen, dan analisis switching value penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional secara bersama-sama akan menjadikan proyek tidak layak pada tingkat perubahan lebih dari 10 persen. Komponen pendapatan yang diasumsikan berubah adalah produktivitas sapi perah dan komponen biaya operasional yang diasumsikan berubah adalah harga pakan konsentrat. Pola pembiayaan usaha kecil sesuai diberikan perbankan menurut karakteristik usaha sapi perah dalam penelitian ini.

4 STUDI KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR Oleh AGITA KIRANA PUTRI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Agita Kirana Putri Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Studi Kelayakan Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat di Wilayah Kabupaten Bogor dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Rina Oktaviani, Ph.D NIP Tanggal Kelulusan : 15 Agustus 2008

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2008 Agita Kirana Putri H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 April 1986 dari pasangan Nana Rusmana dan Yetty Sinaga. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Pegadilan 3 Bogor pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Bogor pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bogor pada tahun 2001 sampai dengan tahun Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu Hipotesa dan BEM-FEM, menjadi panitia di beberapa kegiatan kampus, peserta seminar dan pelatihan.

8 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Studi Kelayakan Usaha Sapi Perah Rakyat di Wilayah Kabupaten Bogor. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini karena usaha sapi perah rakyat merupakan sarana investasi yang potensial di Kabupaten Bogor. Skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Syamsul H. Pasaribu, M.Si., selaku dosen pembimbing dan Bapak Jusuf M. Colter, MS. yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu Tanti Novianti, SP, M.Si. sebagai dosen penguji dari skripsi ini dan kepada Ibu Widyiastutik, SE, M.Si., terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Nana Rusmana dan Ibu Yetty Sinaga, adik tercinta yaitu Ajeng Kartika Putri serta keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan skripsi ini. Penulis juga berterimakasih kepada teman-teman seperjuangan (Akbar, Kak Diah dan Wenda), teman-teman sepermainan (ABCDEF, Geng Slebor, Wuri dan Teh Ia), Budiman, Bang Jomb dan Kang Dadan atas bantuan dan dukungannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2008 Agita Kirana Putri H

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Teori Pengenalan Kredit dan Pembiayaan Pengenalan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN Karakteristik Geografis dan Pemerintahan Kabupaten Bogor Penduduk dan Ketenagakerjaan Koperasi dan Keuangan Sektor Pertanian Kabupaten Bogor Karakteristik Sentra Produksi Sapi Perah Kabupaten Bogor V. HASIL DAN PEMBAHASAN Studi Kelayakan Aspek Pasar dan Pemasaran Studi Kelayakan Aspek Teknis dan Produksi... 39

10 Lokasi Usaha Fasilitas Produksi dan Peralatan Bahan Pakan Proses Produksi Jumlah dan Mutu Produksi Produksi Optimum Kendala Produksi Studi Kelayakan Aspek Legalitas/Hukum Studi Kelayakan Aspek Manajemen dan Organisasi Studi Kelayakan Aspek Keuangan Studi Kelayakan Aspek Sosial Ekonomi Studi Kelayakan Aspek Lingkungan dan Budaya VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 64

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1 Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia pada Periode Statistik Perusahaan Peternakan Sapi Perah pada Propinsi di Indonesia Tahun Produksi Susu Kabupaten Bogor Nama-nama Perusahaan Pengolah Susu Daftar Peralatan dan Perlengkapan Peternakan Sapi Perah Asumsi dan Parameter Perhitungan Kelayakan Usaha Biaya Investasi Peternakan Sapi Perah Modal Kerja Peternakan Sapi Perah Biaya Operasional Peternakan Sapi Perah Dana Proyek yang Dibutuhkan Peternakan Sapi Perah Kriteria Kelayakan Finansial Analisis Switching Value Penurunan Pendapatan Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Operasional Analisis Switching Value Perubahan Pendapatan dan Biaya Operasional... 55

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1 Alur Pemikiran Penelitian Jalur Pemasaran Produk Susu Percontohan Kandang Peralatan Milk Can Pakan Hijauan Pupuk Kandang Mentah Struktur Organisasi Peternakan... 47

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Perhitungan Angsuran Kredit Investasi Perhitungan Angsuran Kredit Modal Kerja Proyeksi Pendapatan Operasional Proyeksi Laba Rugi Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Analisis Switching Value Penurunan Pendapatan 14 persen Analisis Switching Value Penurunan Pendapatan 15 persen Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Operasional 11 persen Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Operasional 12 persen Analisis Switching Value Perubahan Pendapatan dan Biaya Operasional 10 persen Analisis Switching Value Perubahan Pendapatan dan Biaya Operasional 11 persen... 73

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi tahun mengakibatkan perekonomian Indonesia meemburuk dan dampaknya masih dirasakan hingga saat ini. Karakteristik usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang minim modal dan operasional sederhana menjadi alasan bagi para pengusaha untuk memilih sektor tersebut sebagai alternatif pendapatan agar mampu bertahan menghadapi akibat krisis ekonomi tersebut. UMKM pada umumnya tidak bergantung pada kegiatan bahan baku impor sehingga pada saat nilai tukar Rupiah memburuk akibat krisis ekonomi, sektor tersebut tidak terkena imbasnya. Pengembangan UMKM menjadi perhatian Pemerintah karena sektor tersebut memegang peranan yang dominan terhadap perekonomian. Sebelum krisis, jumlah UKM tercatat 34,53 juta unit dengan komposisi 34 juta unit usaha mikro, unit usaha kecil, dan unit usaha menengah, serta unit koperasi (BPS, 1997). Perkembangan UMKM pada periode terakhir ( ) dapat dilihat pada Tabel 1.1. Menurut statistik BPS tahun 2000, UMKM mendominasi lebih dari 90 persen total unit usaha dan menyerap angkatan kerja dengan presentase yang sama. Kontribusi UMKM terhadap pendapatan domestik bruto paling besar yaitu sebesar 57 persen (BPS, 2000). Kemudian menurut statistik 2003, jumlah UMKM mengalami peningkatan 9,5 persen dibanding dengan tahun 2000 hingga mencapai 42,4 juta unit atau sekitar 99,99 persen dari total usaha dengan perbandingan sekitar 99,84 persen terdiri dari usaha mikro dan kecil dan sisanya sekitar 0,15 persen merupakan usaha menengah. UMKM

15 37 tersebut didominasi oleh bidang pertanian yaitu sekitar 58 persen. Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM mencapai jumlah 79 juta(99,45 persen) dan penyerapan tenaga kerja didominasi oleh bidang pertanian yaitu sekitar 47,1 persen. Tabel 1.1. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia pada Periode Indikator Jumlah UMKM (juta unit) 42,4 43,7 44,7 48,9 Total UMKM / total usaha (%) 99,9 99,9 99,9 99,98 Tenaga kerja UMKM (juta orang) 79,00 75,5 83,2 85,4 Tenaga kerja UMKM / total tenaga kerja (%) 99,45 96,00 93,58 96,18 PDB UMKM (Rp Triliun) 1.013,5 930, , ,7 PDB UMKM / total PDB (%) 56,7 56,13 56,5 53,3 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2006 (diolah) Kinerja UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Besaran PDB yang diciptakan UKM tahun 2003 mencapai nilai Rp 1.013,5 triliun (56,7 persen dari total PDB Nasional) dengan perincian 41,1 persen berasal dari Usaha Kecil dan 15,6 persen dari Usaha Menengah. Pada tahun 2000, sumbangan UKM baru mencapai 54,5 persen terhadap total PDB Nasional berasal dari Usaha Kecil (39,7 persen) dan Usaha Menengah (14,8 persen). Pertumbuhan PDB UKM sejak tahun 2001 bergerak lebih cepat dari total PDB Nasional dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 3,8 persen tahun 2001, 4,1 persen tahun 2002, kemudian 4,6 persen tahun Sumbangan pertumbuhan PDB UKM lebih tinggi dibandingkan sumbangan pertumbuhan dari Usaha Besar. Pertumbuhan PDB Nasional pada tahun 2000 sebesar 4,9 persen, dimana 2,8 persen berasal dari pertumbuhan UMKM. Kemudian, di tahun 2003 dari 4,1 persen pertumbuhan PDB Nasional secara total, 2,4 persen diantaranya berasal dari pertumbuhan UKM.

16 38 Perhatian Bank Indonesia terhadap pengembangan UMKM yang intensif dan selalu berusaha mengikuti perkembangan yang ada. Perhatian tersebut diberikan melalui penyediaan skim-skim kredit yang mendukung pembiayaan UMKM sejak tahun 1965 maupun pemberian bantuan teknis sejak tahun Penyediaan dana untuk skim kredit saat ini diberikan secara tidak langsung melalui Surat Utang Pemerintah. Hingga saat ini, walaupun dengan telah diberlakukannya UU Bank Sentral No.23 tahun 1999 dimana Bank Indonesia tidak lagi menyalurkan kredit program, Bank Indonesia masih tetap melaksanakan kegiatan bantuan teknis kepada perbankan berupa pelaksanaan pelatihan, penelitian, dan penyediaan informasi yang mendukung bagi pengembangan UMKM. Sebagai salah satu usaha untuk memenuhi pemberian bantuan teknis tersebut, Bank Indonesia bekerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian telah mengadakan penelitian mengenai pola-pola pembiayaan melalui studi kelayakan terhadap komoditi tertentu yang dianggap cukup potensial untuk dikembangkan, memenuhi persyaratan teknis perbankan dan mengguntungkan bagi bank dan UMKM. Penelitian tersebut dimaksudkan untuk menyajikan referensi awal dalam rangka memotivasi perbankan dalam membiayai usaha komoditi ini. Sebagai bentuk partisipasi perbankan terhadap sektor UMKM yang sedang berkembang, disediakan bantuan kredit khusus untuk sektor tersebut. Setiap bank memiliki skema kredit yang berbeda dalam proses pembiayaan UMKM. Pada BRI terdapat beberapa jenis kredit yang khusus ditujukan untuk sektor UMKM. Salah satunya adalah kredit RITEL, diperuntukkan untuk investasi dan modal kerja, dengan besar investasi proyek antara Rp. 100 juta sampai dengan Rp. 1 miliar.

17 39 Dalam skema ini, pembiayaan dilakukan dengan perbandingan 35 persen berasal dari dana sendiri dan 65 persen berasal dari kredit. Kemudian terdapat skema kredit lain yaitu KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang menetapkan suku bunga pinjaman sebesar 16 persen. Usaha sapi perah sebagai wakil dari sektor UMKM yang ada di Indonesia merupakan jenis usaha pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Susu sebagai produk utama usaha sapi perah merupakan sumber protein hewani yang semakin dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, produksi susu nasional selama periode tahun hanya mampu memenuhi permintaan konsumen susu nasional rata-rata 25,18 persen per tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2005). Ketimpangan dalam memenuhi permintaan konsumen susu nasional, ditutupi dengan cara mengimpor susu dari luar negeri. Sangat ironis sekali, Indonesia yang kaya akan Sumber Daya Alam namun produksi susu dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan konsumen susu nasional. Di sisi lain, konsumsi susu rata-rata warga Indonesia pada tahun 1998 lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya seperti Kamboja (12,97 kg/kapita/tahun)dan Bangladesh (31,55 kg/kapita/tahun), yaitu sebesar 4,16 kg/kapita/tahun (Siregar, 2007). Jumlah tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jepang yang mencapai puluhan bahkan ratusan liter per kapita per tahun. Peningkatan konsumsi susu rata-rata kapita/tahun di Indonesia berjalan sangat lamban dan hanya sekitar 1,47 persen per tahun selama periode (Direktorat Jenderal Peternakan, 2005). Jumlah konsumsi susu rata-rata warga Indonesia pada tahun 2007 masih berkisar 7 liter per kapita per tahun.

18 40 Bantuan kredit untuk usaha sapi perah sangat dibutuhkan untuk pengembangan usahanya baik itu kredit modal kerja ataupun investasi. Pengembangan usaha sapi perah khususnya di Jawa Barat, dirasa sangat perlu karena bukan hanya menyerap dan mengefisienkan tenaga kerja keluarga peternak, tetapi juga peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan memberikan dampak terhadap peningkatan ekonomi penduduk (Siregar,1993). Namun, penyaluran skim kredit sapi perah dirasa kurang menguntungkan untuk mengoptimalkan pengembangan usaha ternak sapi perah karena besar kredit yang kecil yaitu senilai 1-2 ekor sapi perah menurut ketentuan pemerintah dan perbankan yang mengeluarkan skim kredit sapi perah seperti BRI, Bukopin dan Bank Mandiri. Pada lokakarya kebijakan pengembangan industri peternakan modern pada tahun 2001 oleh Forum Komunikasi Peternakan Bogor, direkomendasikan untuk peningkatan skala usaha agribisnis sapi perah dengan minimal memelihara 7 ekor induk yang berproduksi sepanjang tahun dari pemeliharaan minimal 10 ekor induk. Pemeliharaan sapi-sapi perah terutama terkonsentrasi di daerah-daerah Pengalengan, Lembang, Garut, Bogor dan Sukabumi. Daerah-daerah tersebut merupakan barometer perkembangan usahatani sapi perah di daerah Jawa Barat (Siregar dan Praharini, 1993). Di satu sisi, potensi usaha sapi perah telah didukung kontrol dari pengusaha yang mengajukan kredit dan rekomendasi dari koperasi dimana pengusaha tersebut bergabung. Komoditi susu dianggap potensial untuk dikembangkan mengingat usaha sapi perah tersebut memiliki komitmen dengan koperasi yang menaunginya. Komitmen tersebut mengindikasikan adanya

19 41 peraturan untuk senantiasa menjaga kualitas dan kuantitas komoditi yang dihasilkan yaitu komoditi susu. Tabel 1.2. menunjukkan bahwa dari total perusahaan sapi perah, sebagian besar berlokasi di Jawa Timur (37,50 persen) kemudian diikuti dengan Jawa Barat (31,11 persen). Dilihat dari penyerapan tenaga kerja, perusahaan sapi perah di Jawa Barat menyerap tenaga kerja paling banyak di Indonesia (41,25 persen) dan rasio tenaga kerjanya sedikit lebih besar dibandingkan dengan Jawa Timur (33,87 persen). Tabel 1.2. Statistik Perusahaan Peternakan Sapi Perah pada Propinsi di Indonesia Tahun 2005 Provinsi Jumlah Perusahaan Jumlah Pekerja (orang) Jumlah Sapi Perah (ekor) Nilai Produksi (Juta Rp) Sumut ,58 DKI ,52 Jabar ,94 Jateng ,61 Jatim ,64 Propinsi Lain ,42 Total ,71 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (diolah) Populasi sapi perah betina di Indonesia pada akhir tahun 2005 adalah ekor (BPS, 2005). Berdasarkan golongan produktivitas, terdiri dari 23,72 persen belum berproduksi, sebesar 67,27 persen sedang berproduksi/laktasi, 7,91 persen sedang dalam keadaan kering dan 1,10 persen sudah tidak berproduksi lagi. Produksi susu segar selama tahun 2005 sebanyak ,83 ribu liter dengan total nilai sebesar ,14 juta rupiah. Jika dibandingkan tahun 2004, produksi susu tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 9,62 persen. Kabupaten Bogor sebagai barometer perkembangan sapi perah memiliki populasi sapi perah yang tercatat sebesar ekor pada tahun 2005 dan

20 42 mengalami penurunan jumlah hingga mencapai ekor pada tahun 2006 (BPS, 2007). Dominasi jumlah sapi perah terdapat pada wilayah Kecamatan Cisarua (1.090 ekor), Kecamatan Pamijahan (857 ekor), disusul kemudian oleh Kecamatan Cibungbulang (853 ekor) pada tahun Dari laporan BPS yang sama, data produksi susu Kabupaten Bogor mencapai liter pada akhir tahun Perumusan Masalah Potensi UMKM sapi perah untuk dikembangkan mengalami kendala akibat perbankan yang kurang tertarik untuk menyalurkan kredit (pembiayaan). Hal itu dapat dilihat dari proporsi UMKM yang terjangkau kredit baru mencapai 21 persen atau 10 juta dari sekitar 48 juta UMKM di Indonesia. Faktor penyebab kurang tertariknya perbankan untuk menyalurkan kreditnya adalah tidak tersedianya informasi yang cukup jelas tentang UMKM bagi perbankan selaku kreditur. Untuk itu, diperlukan studi kelayakan berbagai aspek dari usaha tersebut (debitur). Dari pernyataan tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Berapakah jumlah kredit, baik itu kredit modal kerja ataupun kredit investasi, yang dibutuhkan untuk memulai usaha sapi perah tersebut selaku debitur? 2. Bagaimana kelayakan usaha ternak sapi perah tersebut? 3. Pola pembiayaan apa yang seharusnya diterapkan menurut karakteristik usaha sapi perah?

21 Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah kredit, baik itu kredit modal kerja ataupun kredit investasi, yang dibutuhkan untuk memulai usaha sapi perah selaku debitur. 2. Menganalisis kelayakan usaha sapi perah selaku debitur melalui beberapa aspek, yaitu aspek hukum, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek teknis produksi, serta aspek sosial, ekonomi, dan dampak lingkungan. 3. Menganalisis pola pembiayaan yang sesuai menurut karakteristik usaha sapi perah tersebut Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan proposal bagi UMKM sapi perah dalam mengajukan kredit terhadap perbankan sehingga posisi tawar yang dimiliki UMKM tersebut lebih besar. Manfaat penelitian ini dapat dirasakan oleh koperasi yang menaungi usaha sapi perah sebagai anggotanya sehingga kontrol dapat terus dilakukan. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai rujukan bagi perbankan dalam rangka pembiayaan UMKM sehingga perbankan merasa tertarik dan tidak khawatir lagi untuk menyalurkan bantuan kreditnya kepada usaha kecil seperti usaha sapi perah. Bagi pemerintah daerah tempat penelitian dilakukan, penelitian ini memberikan gambaran akan usaha sapi perah yang diharapkan dapat memotivasi pemerintah daerah tersebut untuk memperhatikan dan mendukung usaha tersebut

22 44 untuk berkembang. Sedangkan bagi pemerintah pusat dan Bank Sentral, penelitian ini bermanfaat sebagai laporan perkembangan sektor UMKM yang menopang perekonomian negara. Penelitian ini mengimplikasikan tujuan pemerintah dan Bank Sentral untuk memberi perhatian pada UMKM seperti yang dibahas pada latar belakang. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses belajar yang akan memberi banyak tambahan ilmu dan pengetahuan bagi penulis. Juga dapat dijadikan sebagai suatu bentuk pemahaman dan pengaplikasian dari materi-materi yang telah didapat dari perkuliahan atas peristiwa ekonomi yang terjadi Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pengusaha sapi perah di Kabupaten Bogor karena daerah tersebut adalah daerah perkembangan sapi perah dan produsen susu yang cukup potensial untuk dikembangkan.

23 45 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Pengenalan Kredit dan Pembiayaan Kredit dapat diartikan sebagai kepercayaan, begitu pula dalam bahsa latin kredit yaitu credere yang artinya percaya. Maksud si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan, berarti menerima amanah sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. Menurut Bank Indonesia (2001), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Pembiayaan merupakan proses kegiatan perbankan dalam menyalurkan dana atau disebut juga sebagai alokasi dana kepada masyarakat khususnya kepada pengusaha, dalam bentuk pinjaman yang lebih dikenal sebagai kredit. Pembiayaan atau alokasi dana tersebut adalah menjual kembali dana yang terkumpul dalam bentuk simpanan. Penyaluran dana ini tidak lain agar perbankan harus dapat memilih dari berbagai alternatif yang ada. Kegiatan dan usaha bank yang berupa pembiayaan pada hakekatnya merupakan kebijakan masing-masing bank. Dalam praktek perbankan di Indonesia, pembiayaan hanya diatur secara umum dalam berbagai peraturan

24 46 perundang-undangan, terutama oleh ketentuan UU Perbankan Indonesia 1992/1998 dan beberapa ketentuan dan perundanga-undangan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Walaupun demikian, dalam pelaksanaan pembiayaan akan banyak terkait dengan berbagai ketentuan lainnya yang terdapat dalam hukum positif Indonesia. Pembuatan perjanjian kredit dalam rangka melakukan pengikutan kredit tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan hukum perikatan yang tercantum dalam KUH Perdata. Pengikatan jaminan kredit, misalnya yang berupa tanah yang akan terkait kepada ketentuan UU No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda- benda yang Berkaitan dengan Tanah. Demikian pula mengenai pemohon kredit, misalnya badan usaha yang berbentuk hukum Perseroan Terbatas akan terkait kepada ketentuan-ketentuan UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Kredit yang diberikan oleh Bank Umum termasuk BPR untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum, jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari Tujuan Penggunaan a. Kredit Investasi Kredit investasi digunakan untuk keperluan pembangunan proyek / pabrik baru atau rehabilitasi atau perluasan usaha dalam bentuk pembelian peralatan/mesin-mesin dan lain-lain yang bersifat investasi. b. Kredit Modal Kerja Kredit modal kerja adalah kredit yang dipergunakan untuk pembelian bahan baku pembantu, membayar upah tambahan pegawai tambahan

25 47 dengan tujuan meningkatkan produksi atau menghasilkan barang lebih banyak sehingga meraih keuntungan lebih baik. c. Kredit Konsumsi Kredit konsumsi adalah kredit yang dipergunakan untuk tujuan konsumtif secara pribadi seperti halnya perumahan, kendaraan atau keperluan lainnya secara pribadi. 2. Dilihat dari Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah Kredit yang berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun biasanya untuk investasi. c. Kredit Jangka Panjang Kredit yang masa pengembaliannya berjangka waktu panjang biasanya lebih dari 3 tahun Pengenalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Adapun pengertian dan ciri-ciri dari usaha mikro, kecil dan menengah adalah sebagai berikut: 1. Pengertian dan Ciri-ciri Usaha Mikro Usaha mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil

26 48 penjualan paling banyak Rp ,- (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp ,- (lima puluh juta rupiah). Ciri-ciri usaha mikro: (1). Jenis barang/komoditi usahanya selalu tetap dan sewaktu-waktu dapat berganti. (2). Tempat usahanya tidak selalu menetap dan sewaktu-waktu dapat pindah tempat. (3). Belum melakukan manajemen/catatan keuangan yang sederhana sekalipun, belum atau masih sangat sedikit yang dapat membuat neraca usahanya. (4). Sumber daya manusianya (pengusahanya) berpendidikan rata-rata sangat rendah, umumnya sampai tingkat SD dan belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai. (5). Pada umumnya tidak/belum mengenal perbankan tapi lebih mengenal rentenir atau tengkulak. (6). Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya ternasuk NPWP. 2. Pengertian dan Ciri-ciri Usaha Kecil Usaha Kecil sebagaimana dimaksud UU No.9 Tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp ,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp ,- (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit

27 49 dari bank maksimal di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri Usaha Kecil: (1). Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap atau tidak gampang berubah. (2). Lokasi/tempat usaha umunya sudah menetap tidak berpindah-pindah. (3). Pada umumnya sudah melakukan pembukuan/manajemen keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga dan sudah membuat neraca usaha. (4). Harus memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. (5). Sumberdaya manusia (pengusaha) sudah mulai/lebih maju rata-rata berpendidikan SMU namun masih perlu ditingkatkan pengetahuan usahanya dan sudah ada pengalaman usaha namun jiwa wirausahanya masih harus ditingkatkan lagi. (6). Sebagian sudah mulai mengenal dan berhubungan dengan perbankan dalam hal keperluan modal, namun sebagin besar belum dapat membuat business planning, studi kelayakan dan proposal kredit kepada bank sehingga masih sangat memerlukan jasa konsultan/pendampingan. 3. Pengertian dan Ciri-ciri Usaha Menengah Usaha menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 Tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp ,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar ,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah

28 50 dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp ,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima milyar rupiah). Ciri-ciri Usaha Menengah: (1). Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang lebih jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, bagian produksi dll. (2). Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan. (3). Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll. (4). Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll. (5). Telah sering bermitra dan memanfaatkan pendanaan yang ada di bank. (6). Sumber daya manusianya sudah lebih meningkat, banyak yang sudah meraih kesarjanaannya sebagai manajer dan telah banyak yang memiliki jiwa wirausaha yang cukup handal, dll Penelitian Terdahulu Gitinger (1986) dalam Bahsan (2003), mengatakan bahwa langkah pertama yang digunakan dalam persiapan dan analisis usaha adalah melakukan suatu studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk

29 51 menentukan dimulainya perencanaan lebih lanjut. Pada mulanya, suatu studi kelayakan diharapkan paling tidak usaha itu layak ditinjau dari tiga aspek, yaitu secara aspek teknis usaha tersebut dapat dilakanakan dengan baik, secara aspek sosial dapat diterima masyarakat dan secara aspek lingkungan bahwa usaha tersebut tidak akan berdampak negatif serta penting bagi kelestarian lingkungan. Pengertian studi kelayakan adalah suatu kegiatan studi analisis yang cermat, sistematis dan menyeluruh mengenai semua faktor atau aspek yang dapat mempengaruhi kemungkinan berhasilnya (kelayakan) pelaksanaan gagasan suatu usaha. Aspek-aspek yang penting dan menentukan terhadap kelayakan suatu rencana usaha, adalah sebagai berikut: 1. Aspek Pasar dan Pemasaran 2. Aspek Teknis dan Produksi 3. Aspek Legalitas/Hukum Perusahaan 4. Aspek Manajemen dan Organisasi 5. Aspek Keuangan 6. Aspek Sosial Ekonomi 7. Aspek Lingkungan dan Budaya Pola pembiayaan melalui studi kelayakan yang dilakukan Bank Indonesia (2004) mengenai Pengolahan Minyak Kelapa bertujuan menganalisis pola pembiayaan usaha kecil pengolahan minyak kelapa tersebut. Penelitian ini mengambil studi kasus pengolahan minyak kelapa di propinsi Gorontalo dimana diasumsikan umur proyek selama 5 tahun dan sisanya umur barang investasi dihitung sebagai pendapatan pada akhir periode (tahun kelima).

30 52 Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah kesimpulan bahwa usaha ini layak secara finansial untuk dijalankan di Indonesia. Karena kelayakan tersebut, bank dapat membiayai pengolahan minyak kelapa ini dengan kredit komersil. Berdasarkan analisis sensitivitas dimana asumsi penurunan pendapatan mencapai 5 persen, usaha pengolahan minyak kelapa masih layak. Namun berdasarkan analisis sensitivitas dimana asumsi yang dipakai adalah penurunan pendapatan sebesar 6 persen, usaha tersebut dikategorikan tidak layak karena payback period usaha lebih dari 5 tahun. Berdasarkan analisis sensitivitas dimana asumsi yang dipakai adalah kenaikan biaya operasional sebesar 7 persen, usaha pengolahan minyak kelapa masih layak untuk dijalankan. Namun, ketika biaya operasional mencapai 8 persen menyebabkan usaha pengolahan minyak kelapa menjadi tidak layak karena payback period usaha dan payback period kredit melebihi umur proyek. Penelitian studi kelayakan Bank Indonesia selanjutnya berjudul Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan (2005), juga menganalisis pola pembiayaan usaha kecil. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng berada di wilayah Kecamatan Sawan dan Kabutambahan yang dijadikan obyek penelitian telah mendapatkan kredit sejak tahun 1985 yaitu dari Bank Perniagaan Umum Singaraja dengan plafond kredit Rp ,- dan tahun 1986 dari BPD Bali dengan plafond kredit sebesar Rp ,- dan tingkat suku bunga kredit sebesar 1 persen per bulan. Selanjutnya pembiayaan dilakukan oleh BNI. Jenis kredit yang disalurkan kepada tiga debitur perorangan di dua kecamatan adalah Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar masing-masing Rp ,- (seratus juta rupiah), Rp ,- (lima puluh juta rupiah), dan Rp ,- (dua

31 53 puluh juta rupiah) dengan bunga pinjaman yang menurun sebesar 15,75 persen dan jangka waktu pinjaman 1 tahun dengan review setiap tahun serta tidak diberlakukan grace period untuk usaha ini. Kemudian asumsi-asumsi yang digunakan untuk analisis aspek keuangan adalah: 1. Periode proyek selama 3 tahun sesuai dengan umur ekonomis peralatan. 2. Biaya dalam analisis keuangan berdasarkan harga bahan baku, sarana produksi dan upah tenaga kerja pada tahun 2004/2005 (musim tanam tahun 2004). 3. Harga jual bibit berdasarkan harga jual tahun 2005 dan diasumsikan harga sama pada tahun berikutnya. 4. Jangka waktu pengembalian kredit adalah 12 bulan dengan asumsi bahwa bank melakukan review maka pengembalian kredit dapat diperpanjang hingga 3 tahun. 5. Asumsi total kehilangan hasil sebesar 30 persen. 6. Produksi bibit buah ditentukan oleh jumlah order/pesanan dan ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel. 7. Biaya investasi showroom terdiri dari sewa lahan showroom, bahan-bahan showroom (bambu dan daun kelapa) dan pembuatan showroom. 8. Tenaga kerja tetap. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan sebesar Rp ,- sedangkan investasi bersumber dari dana sendiri.

32 54 Terdapat beberapa penelitian ekonomi tentang kelayakan usaha sapi perah. Pada penelitian Sinaga (2003) tentang pendugaan fungsi biaya ternak sapi perah di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Cibungbulang, dihasilkan kesimpulan bahwa dengan rataan pemilikan ternak sapi perah sebanyak 11,26 ST (Satuan Ternak) dapat dikatakan layak dengan rataan nilai RCR (Return to Cost Ratio) sebesar 1,15. Meskipun demikian, tingkat produksi susu sapi perah yang dihasilkan KUNAK masih jauh dari tingkat optimal. Sedangkan pada penelitian Mandaka (2004) pada peternakan sapi perah rakyat di Kebon Pedes, Bogor, dapat disimpulkan bahwa jumlah input produktif yang dimiliki peternak adalah variabel yang paling nyata pengaruhnya terhadap keuntungan. Efisiensi yang dimiliki peternak rakyat di Kebon Pedes Bogor masih belum ekonomis namun ada kecenderungan skala usaha menengah dan besar relatif lebih menguntungkan daripada skala usaha kecil. Penelitian ekonomi lain tentang usaha sapi perah di wilayah Bogor adalah penelitian yang dilakukan oleh Rauf (2005). Penelitian tersebut menganalisis finansial dan risiko usaha ternak sapi perah salah satu perusahaan peternakan sapi perah di wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa perusahaan sapi perah tersebut layak karena NPV yang bernilai lebih dari 0 yaitu Rp ,00 per tahun, BCR lebih dari 1 yaitu 1,16 dan IRR sebesar 25,94 persen dan berada di atas nilai suku bunga yang dipakai yaitu 18 persen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu tentang studi kelayakan sapi perah adalah karakteristik usaha yang memiliki 10 ekor sapi induk produktif dimulai dari awal proyek hingga proyek berakhir dengan hanya

33 55 mempertahankan input produktif dengan kata lain, anak sapi sebagai replacement stock dijual setelah masa menyapih 3 bulan Kerangka Pemikiran Usaha ternak sapi perah yang merupakan contoh UMKM di Indonesia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua tipe usaha, yaitu usaha ternak maju/usaha ternak rakyat dan perusahaan/tipe usaha komersiil (Dasuki dan Atmaja, 1975). Usaha sapi perah yang menjadi objek penelitian adalah usaha peternakan rakyat. Usaha peternakan rakyat mencirikan sebagian tipe usaha peternakan di daerah pedesaan. Beberapa ciri umum tipe usaha ini adalah : rendahnya tingkat keterampilan peternak, kecilnya modal usaha, belum digunakannya bibit unggul, kecilnya jumlah ternak yang produktif dan cara penggunaan ransum yang belum sempurna (Birowo, 1973). Rendahnya pendapatan petani disebabkan penggunaan faktor produksi usaha peternakan yang tidak efisien (Fakultas Peternakan IPB, 1972). Produksi susu sapi perah, secara tekno-biologis dipengaruhi oleh berbagai faktor produksi. Kenyataan menunjukkan bahwa faktor produksi yang besar pengaruhnya adalah : (1) makanan hijauan, (2) makanan penguat, (3) jam kerja produktif dan (4) jumlah sapi laktasi (Lumintang, 1978). Secara umum, peternak memikul dua tugas dalam waktu bersamaan, yaitu sebagai pemelihara ternak dan sekaligus sebagai pengusaha (Slamet dan Asngari, 1969). Keuntungan utama yang diharapkan oleh pengusaha atau peternak sapi perah adalah berupa produksi susu sapi-sapinya (Mulyana, 1982). Widodo (1991) menyatakan, bahwa apabila peternak sapi perah rakyat hanya memiliki lahan

34 56 usahatani kurang dari 0,5 ha, maka pendapatan dari usahataninya belum mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya; sedangkan sebagian besar peternak memiliki lahan kurang dari 0,5 ha, dengan pemilikan ternak sebanyak 1-4 unit ternak (Musofie dan Wahyono, 1992). Usaha ternak sapi perah diperlakukan sebagai proyek yang dimulai dari awal. Dengan berbagai asumsi yang digunakan, usaha sapi perah tersebut dimulai dengan kepemilikan sapi induk ideal sebanyak 10 ekor. Modal kerja dan investasi dihitung dari awal proyek dan pembiayaannya berdasarkan aturan dari bank atau perusahaan yang melakukan pembiayaan. Dengan karakteristik yang dimiliki oleh usaha sapi perah dengan kepemilikan 10 ekor induk, proyek tersebut digolongkan sebagai usaha kecil yang dapat mengajukan kredit atau pembiayaan selayaknya usaha kecil komersil lainnya. Sehingga besar kredit atau pembiayaan yang dapat diajukan adalah kredit usaha kecil komersil. Pembiayaan dapat melalui dua jalur, yaitu pembiayaan langsung dari bank atau perusahaan pembiayaan kepada peternak dan pembiayaan tidak langsung dari bank atau perusahaan pembiayaan melalui koperasi yang menaungi usaha ternak sapi perah tersebut untuk kemudian disalurkan ke peternak. Namun, pemberian kredit tersebut harus melalui studi kelayakan terhadap usaha sapi perah terlebih dahulu. Berbagai aspek dikaji pada studi kelayakan ini yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek keuangan, aspek sosial ekonomi dan aspek lingkungan serta budaya. Hasil studi kelayakan memberikan informasi apakah usaha tersebut layak atau tidak mendapatkan kredit. Baik perusahaan maupun perbankan seringkali membutuhkan rekomendasi dari Koperasi Susu yang menaungi usaha sapi perah

35 57 tersebut. Studi kelayakan dijadikan acuan oleh perusahaan, bank, maupun koperasi untuk menentukan apakah usaha tersebut layak mendapat kredit. Krisis Ekonomi Alternatif Usaha yang Potensial UMKM : Usaha Sapi Perah Studi Kelayakan : 1. Aspek Pasar dan Pemasaran 2. Aspek Teknis dan Produksi 3. Aspek Legalitas/Hukum Perusahaan 4. Aspek Manajemen dan Organisasi 5. Aspek Keuangan 6. Aspek Sosial Ekonomi 7. Aspek Lingkungan dan Budaya Perusahaan atau Bank Koperasi Pembiayaan Keterangan : Kerjasama Aliran dana Analisis Switching Value Pengembalian kredit Gambar 2.1. Alur Pemikiran Penelitian

36 58 Dalam studi kelayakan tersebut, dilakukan analisis keuangan melalui proyeksi laba rugi dan aliran kas untuk mengetahui apakah kredit tersebut layak dan memberikan dampak positif sesuai tujuannya. Analisis tersebut juga memberikan informasi tentang kemampuan usaha sapi perah untuk membayar kreditnya kembali. Analisis lain dilakukan untuk melihat bagaimana respon usaha tersebut apabila ada perubahan aspek keuangan pada prosesnya. Analisis tersebut dinamakan analisis switching value. Analisis switching value merupakan analisis yang memprediksi sejauh mana perubahan aspek keuangan yang dapat ditolerir oleh usaha tersebut. Asumsi yang dibutuhkan untuk analisis switching value adalah perubahan pendapatan dan atau perubahan biaya operasional. Dari analisis tersebut, dapat dilihat apakah pembiayaan masih dapat dikategorikan layak apabila ada perubahan pada salah satu asumsi tersebut atau bahkan keduanya (perubahan pendapatan dan perubahan biaya operasional).

37 59 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil data di daerah pengembangan sapi perah (produsen susu) di Kabupaten Bogor. Daerah penelitian yang dipilih adalah sentra-sentra peternakan sapi perah yang diunggulkan di Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan Cisarua, Megamendung, Cijeruk, Cibungbulang dan Pamijahan. Pengambilan data juga dilakukan pada Koperasi Susu yang menaungi usaha sapi perah di daerah penelitian serta Bank ataupun Perusahaan penampung komoditi susu. Proses pelaksanaan penelitian yang dimulai dari penelusuran sumbersumber yang relevan, pengumpulan data, pengolahan data hingga penulisan skripsi berlangsung sejak Januari 2008 sampai dengan Agustus Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini adalah pengusaha sapi perah di daerah penelitian. Sampel peternak dipilih secara acak dengan proporsi yang sama sebanyak dua responden dari masing-masing sentra produksi. Metode pengumpulan data primer yang dilakukan adalah survei langsung ke lapangan menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi langsung oleh penulis. Sedangkan data sekunder berupa data pengusaha sapi perah diperoleh dari Koperasi Susu yang terkait dengan daerah penelitian serta Bank atau lembaga lain seperti BPS, dinas peternakan, serta perusahaan penampung komoditi susu yang telah bekerjasama dengan pengusaha sapi perah sebelumnya.

38 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Dalam pemberian kredit, selain syarat-syarat seperti 5C yang harus dipenuhi oleh debitur, berbagai aspek penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada (kelayakan usaha). Aspek-aspek yang dinilai itu antara lain : 1. Aspek Pasar dan Pemasaran Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang dan bagaimana prospeknya di masa yang akan datang. Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah : a. Pemasaran produknya b. Rencana penjualan dan produksi c. Prospek produk secara keseluruhan. 2. Aspek Teknis dan Produksi Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan teknis atau cara produksi dan produksi dari usaha sapi perah tersebut seperti jumlah sapi perah, cara pemeliharaan, masalah lokasi, keadaan kandang, dan jumlah makanan yang diberikan. Yang diteliti pada aspek ini adalah : a. Lokasi Usaha b. Fasilitas Produksi dan Peralatan c. Bahan Pakan d. Proses Produksi e. Jumlah dan Mutu Produksi f. Produksi Optimum

39 61 g. Kendala Produksi 3. Aspek Legalitas/Hukum Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izinizin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. 4. Aspek Manajemen dan Organisasi Aspek ini menilai struktur organisasi, sumber daya manusia yang dimiliki, serta latar belakang pengalaman sumberdaya manusianya. 5. Aspek Keuangan Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Rumus dan cara perhitungan pada analisis aspek keuangan : a. Menghitung Jumlah Angsuran Angsuran kredit terdiri dari angsuran pokok ditambah dengan pembayaran bunga pada periode angsuran. Jumlah angsuran pokok tetap setiap bulannya. Sedangkan jumlah angsuran bunga tergantung sistem menurun atau flat. Cicilan pokok = Pinjaman dibagi Periode (3.1) Bunga x% menurun = i% x Sisa Pinjaman (3.2) Bunga x% flat = i% x Cicilan Pokok (3.3) b. Penyusutan = Nilai Investasi dibagi Umur Ekonomis (3.4) c. Menghitung Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah nilai bersih sekarang dengan faktor diskonto tertentu yang diharapkan dari arus kas proyek. NPV dapat bernilai positif maupun negatif. Kelayakan sebuah proyek dilakukan

40 62 dengan menghitung NPV dengan menggunakan data sekunder maupun primer yang ditemukan di lapangan. NPV dirumuskan sebagai berikut : NPV = t B (1 t C + i 1 ) t t (3.5) BBt C t (1+i) t t i = nilai keuntungan proyek tahun ke t = nilai biaya proyek tahun ke t = faktor diskonto = umur proyek = tingkat suku bunga Dari NPV dapat diperkirakan aliran kas proyek atau kemampuan keuangan proyek dari waktu ke waktu. Apabila NPV positif maka proyek dapat dilaksanakan karena manfaat masih lebih besar daripada biaya yang ditanggung proyek. Sebaliknya apabila NPV negatif maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan. d. Menghitung Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat profitabilitas modal yang ditanam, baik modal sendiri maupun modal pinjaman atau bunga maksimum seluruh modal yang masih dapat dibayar oleh hasil proyek. IRR merupakan nilai discount rate i yang menyebabkan nilai NPV sama dengan nol. IRR juga dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan dari investasi bersih suatu proyek. IRR juga dapat dihitung dengan cara : IRR = i 1 + (i 2 -i 1 ) x NPV1 ( NPV NPV1) 2 (3.6)

41 63 IRR = nilai internal rate of return dalam presentase NPV 1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil NPV 2 = Net Present Value pertama pada DF terbesar i 1 i 2 = Tingkat suku bunga pertama = Tingkat suku bunga kedua Jika nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunga maka suatu proyek dinyatakan layak. Sebaliknya, jika nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunga maka proyek tersebut tidak layak untuk dikerjakan. e. Menghitung Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) BCR adalah perbandingan nilai sekarang dengan faktor diskonto tertentu antara arus pendapatan dengan arus pembiayaan proyek. Rasio manfaatbiaya ini memberikan sinyal sampai seberapa besar setiap satu rupiah yang diinvestasikan mampu memberikan manfaat. Rasio manfaat-biaya dihitung sebagai berikut : B/C Ratio = t 1 t 1 B 1 (1 + i) C t (1 + i) t t (3.7) Jika nilai B/C Ratio lebih besar dari 1 maka proyek layak dilaksanakan. Sebaliknya, jika nilai B/C Ratio kurang dari 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. f. Menghitung Net B/C Ratio Net Benefit Cost Ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini bersifat studi kasus dimana objek yang diteliti adalah peluang usaha produksi alat pemerah susu sapi SOTE di Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM Menurut Raffinaldy (2006) dalam tulisannya yang berjudul Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi Penumbuhan Usaha Baru bahwa karakteristik UMKM merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bogor merupakan salah satu kota wisata yang perlu mengembangkan wisata lainnya, salah satunya adalah wisata Batik. Batik merupakan warisan Indonesia

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci