IDENTIFIKASI AKTIVITAS ETNOMATEMATIKA PETANI PADI PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA SETAIL
|
|
- Suparman Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IDENTIFIKASI AKTIVITAS ETNOMATEMATIKA PETANI PADI PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA SETAIL Uun Fadlilah 1, Dinawati Trapsilasiwi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Abstract. Ethnomathematic is a study done for examines how a group of people in particular culture comprehending, expressing and applying the mathematic concept and use on culture which described mathematically by the researcher. The aim of this research for describing kind of ethnomathematic activity of Javanese in Setail Village. This research is a qualitative ethnographic approach. How to capture the subject of research by the snowball technique, that is by looking one by one the subject prior to the data obtained experiencing saturation point and limited to 7 farmers. The result of this research shown there are mathematic applied on farming done by farmer of Setail Village. They are enumerating, counting, measuring, and designing. Rice farmers of Javanese in Setail Village always use the standard size of land area seprapat bau to count and measure in a variety of activities such as determining the amount of fertilizer, medicine, seed number, and number of workers. Counting activities shown when the farmer chopping the frequency of fertilization and seed treatment and plant rice. Designing activities shown when farmers designing farming tool called kerek. Keywords: Ethnomathematics, counting, designing, enumerating, Javanese rice farmers, measuring. PENDAHULUAN Salah satu keunikan Negara Indonesia adalah keragaman budayanya yang tidak dimiliki oleh negara-negara lainnya. Kebudayaan merupakan suatu fenomena universal. Sikap, perilaku dan gaya hidup menjadi identitas dari masing-masing kebudayaan daerah suku bangsa dalam kehidupan sehari-hari [1]. Keberagaman budaya Bangsa Indonesia telah menggunakan aktivitas matematika yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sebagian besar masyarakat tidak menyadari bahwa mereka telah menggunakan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat berfikir bahwa matematika hanyalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolahsekolah. Padahal matematika tidak hanya sebatas itu, matematika menyatu dengan kehidupan manusia, matematika tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Matematika adalah ilmu yang selalu digunakan oleh manusia sepanjang hidupnya. Misalnya, jika anak-anak ditanya berapa kali makan dalam sehari?, 1 Mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 2 Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 3 Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember
2 46 Kadikma, Vol. 6, No. 3, hal , Desember 2015 biasanya anak akan menjawab tiga kali. Selain itu ketika ditanya, dalam sehari berapa kali mandinya? maka biasanya dia akan menjawab dua kali. Dalam pertanyaanpertanyaan mendasar seperti itu mereka menggunakan aktivitas matematika untuk menjawabnya. Hal ini merupakan keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari yang biasa dikenal dengan etnomatematika. Etnomatematika adalah suatu kajian yang dilakukan untuk meneliti cara sekelompok orang pada kebudayaan tertentu dalam memahami, mengekspresikan, dan menggunakan konsep-konsep serta pratik dalam kebudayaan yang dideskripsikan oleh peneliti sebagai sesuatu yang matematis. Aktivitas matematika yang muncul pada aktivitas petani padi adalah mencacah, menghitung, mengukur, dan mendesain. Mencacah merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan masyarakat, berkaitan dengan banyaknya sesuatu, jawaban dari pertanyaan berapa banyak? [2]. Menghitung berarti mencari jumlahnya (sisanya, pendapatannya) dengan menjumlahkan, mengurangi, dansebagainya [3]. Sedangkan mengukur merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang dimensi/bentuk suatu objek. Aktivitas pendesainan yang dilakukan masyarakat berkaitan dengan kegiatan membuat rancang bangun yang memiliki fungsi tertentu. Daerah yang dipilih dalam penelitian ini adalah Desa Setail, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, karena diketahui adanya aktivitas masyarakat yang menggunakan matematika di daerah tersebut, diantaranya aktivitas petani dalam menyatakan satuan luas yang berbeda. Kantor Desa Setail mencatat bahwa sebagian besar penduduk Desa Setail memiliki mata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut merupakan salah satu alasan pentingnya dilakukan penelitian di daerah tersebut agar masyarakat Desa Setail mengetahui bahwa terdapat konsep matematika dalam sebagian aktivitas bertani. Selain itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk menunjukkan bahwa sebenarnya mereka telah mendapatkan pengetahuan tentang matematika dan mereka sering menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diajukan penelitian dengan judul Identifikasi Aktivitas Etnomatematika Petani Padi pada Masyarakat Jawa di Desa Setail.
3 Fadlilah, dkk : Identifikasi Aktivitas Etnomatematika Petani 47 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian kualitatif lebih menekankan analisisnya pada penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah [4]. Etnografi merupakan usaha yang dilakukan untuk menjelaskan kebudayaan atau aspek-aspek [5]. Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi dan analisis yang mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan yang intensif. Daerah penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desa Setail Kecamatan Genteng, kabupaten Banyuwangi. Subjek penelitian yang digunakan adalah masyarakat di Desa Setail yang berprofesi sebagai petani padi. Subjek penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan teknik snowball sampling. Dalam penelitian ini subjek penelitian yang diambil sebanyak 7 petani padi yang merupakan masyarakat Desa Setail. HASIL PENELITIAN Menurut hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 26 November sampai dengan 3 Desember 2016, dapat diketahui bahwa aktivitas bertani ketika bercocok tanam padi yang dilakukan oleh masayarakat Jawa di Desa Setail terdapat aktivitas matematika yang muncul. Aktivitas matematika tersebut diantaranya mencacah, menghitung, mengukur, dan mendesain. Aktivitas matematika mencacah muncul ketika petani padi menyebutkan ukuran luas sawah dengan menggunakan imbuhan sak dan se yang memiliki makna satu. Terdapat beberapa satuan luas yang digunakan oleh masyarakat Jawa di Desa Setail yaitu ru, wolon, bau, dan hektar. Petani padi menyatakan ukuran luas sawah dalam ukuran bau. Selain sebau, ukuran luas sawah yang sering digunakan adalah sakwolon, seprapat bau, setengah bau, sebau, dan sak hektar. Dalam bahasa Indonesia, sakwolon berarti satu wolon, seprapat bau berarti seperempat bau, setengah bau berarti setengah bau, sebau berarti satu bau, dan sak hektar berarti satu hektar. Keterkaitan besar keenam ukuran luas sawah secara dirinci adalah sebagai berikut. Sakru = 3,75 meter Seprapat bau = 125 ru Sebau = 500 ru Sakwolon = 62,5 ru Setengah bau = 250 ru Sak hektar = 625 ru Aktivitas mencacah selanjutnya muncul ketika petani menjelaskan cara pembibitan padi dan cara perawatan tanaman padi setelah ditanam. Cara pembibitan
4 48 Kadikma, Vol. 6, No. 3, hal , Desember 2015 yang dilakukan oleh petani tidak semuanya sama. Aktivitas matematika muncul pada saat petani menyatakan frekuensi pemupukan yang dilakukan selama pembibitan. Petani menyatakan frekuensi pemupukan dengan sepisan yang berarti satu kali. Tidak semua subjek penelitian langsung menyatakan frekuensi pemupukan tersebut, terdapat beberapa petani yang harus ditanya berapa kali pemupukan dilakukan? agar dapat diketahui ada atau tidak aktivitas mencacah yang muncul ketika melakukan pembibitan. Ketika petani menjelaskan cara merawat tanaman padi setelah ditanam, petani juga menyebutkan pemupukan sebanyak pindo atau yang berarti dua kali. Aktivitas matematika menghitung muncul di berbagai aktivitas petani. Aktivitas pertama yaitu pada saat memperkirakan jumlah benih padi yang akan ditanam, muncul konsep perbandingan senilai di dalamnya. Para petani di Desa Setail mayoritas menggunakan sawah yang luasnya seprapat bau sebagai acuan untuk menyatakan jumlah benih yang digunakan. Cara untuk memperkirakan benih padi yang akan ditanam ada bermacam-macam yaitu dengan mencoba-coba, dari pengalaman orang tua, maupun dari kebiasaan. Benih yang digunakan pun jumlahnya bervariasi mulai dari 2 kg, 5 kg, hingga 10 kg. Hal ini menunjukkan bahwa petani telah mengenal dan sering menggunakan satuan ukuran berat dalam aktivitas bertaninya, salah satunya dalam memperkirakan jumlah benih yang akan ditanam. Selain itu, petani juga menggunakan luas sawah sebagai acuan untuk menentukan jumlah benih yang akan ditanam. Misalnya benih untuk sawah sakwolon, jumlahnya harus kurang dari jumlah benih awal. Benih awal yang dimaksud adalah benih yang digunakan pada sawah seprapat bau. Dikatakan benih awal karena pada saat ditanyakan jumlah benih awal yang digunakan, mereka menggunakan sawah seprapat bau untuk menyatakan jumlah tersebut. Sehingga untuk sawah sakwolon, jumlah benih harus setengah dari jumlah benih awal, sebab sakwolon sama dengan setengah dari seprapat bau. Penggunaan luas sawah sebagai acuan perkiraan jumlah benih, juga berlaku untuk menentukan jumlah benih pada sawah yang lebih luas, seperti setengah bau, sebau, maupun sak hektar. Benih yang dibutuhkan pada sawah yang luasnya lebih dari seprapat bau harus lebih banyak dari benih awal. Apabila luas sawah yang akan digunakan setengah bau maka jumlah benih harus 2 kali jumlah benih awal. Apabila luas sawahnya sebau maka jumlah benih harus 4 kali benih awal. Hal tersebut dikarenakan luas sawah setengah bau, dan sebau sama dengan 2 dan 4 kali luas sawah
5 Fadlilah, dkk : Identifikasi Aktivitas Etnomatematika Petani 49 seprapat bau. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kecil luas sawah maka jumlah benih yang akan digunakan harus semakin sedikit, sedangkan untuk sawah yang semakin luas maka jumlah benih yang akan digunakan semakin banyak. Aktivitas menghitung selanjutnya muncul pada saat menghitung jumlah benih yang digunakan pada lahan yang luasnya kurang dan lebih dari seprapat bau. Cara ke-7 subjek penelitian menentukan jumlah benih yang dibutuhkan pada sawah yang luasnya lebih dari seprapat bau dengan menggunakan perkalian. Teknik perkalian yang sering digunakan yaitu dengan langsung mengalikan seperti perkalian pada umumnya, tetapi ada juga yang menggunakan penjumlahan. Misalnya 5 2, cara subjek penelitian menghitung perkalian tersebut dengan menjumlahkan 5 sebanyak 2 kali. Konsep yang tertanam pada diri petani berbeda dengan konsep yang ada dalam buku ajar matematika, dimana apabila ada perkalian antara a dan b berarti bahwa b dijumlahkan sebanyak a. Jadi perkalian antara 5 dan 2 tersebut berarti 2 yang dijumlahkan sebanyak 5 kali. Petani tersebut tidak mengetahui bahwa konsep perkalian yang telah digunakan berbeda dengan konsep dasar yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan pada saat menghitung dengan konsep seperti itu, hasil yang diperoleh selalu mendapatkan jawaban yang benar. Sehingga ia terus menggunakan konsep tersebut sampai sekarang. Konsep perbandingan senilai juga muncul pada saat petani padi memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh pekerja dengan jumlah tetap, yang bekerja pada sawah dengan luas kurang dan lebih dari seprapat bau. Dari keenam subjek penelitian tersebut diperoh hasil misalnya, 2 orang pekerja yang menanam bibit padi pada sawah seprapat bau biasanya membutuhkan waktu sampai satu hari (dalam artian sampai sore hari/jam 4 sore). Apabila luas sawah yang dikerjakan oleh 2 orang pekerja lebih kecil dari seprapat bau, maka waktu yang dibutuhkan akan semakin cepat (sedikit). Namun apabila 2 orang pekerja tersebut bekerja pada sawah yang luasnya lebih dari seprapat bau, maka waktu yang dibutuhkan akan lebih lama (banyak) dibandingkan sebelumnya. Selain konsep perbandingan senilai, ada juga konsep perbandingan berbalik nilai. Berdasarkan data yang diperoleh dari ke-6 subjek penelitian, jumlah pekerja sangat berpengaruh pada waktu yang dibutuhkan. Misalnya 3 orang pekerja menanam bibit padi pada sawah seprapat bau biasanya membutuhkan waktu sampai satu hari (dalam artian sampai sore hari/jam 5 sore). Apabila jumlah pekerjanya lebih sedikit dari 3 orang dan luas sawah tetap seprapat bau, maka waktu yang dibutuhkan akan semakin lama
6 50 Kadikma, Vol. 6, No. 3, hal , Desember 2015 (banyak). Tetapi apabila jumlah orang yang bekerja pada sawah seprapat bau semakin banyak, maka waktu yang dibutuhkan akan semakin cepat (sedikit). Pada saat menghitung jumlah upah yang diberikan kepada pekerja juga muncul akivitas menghitung. Aktivitas tersebut berupa operasi perkalian, pembagian, dan penjumlahan. Misal pekerja yang dipekerjakan sebanyak 6 orang dan upah yang diberikan sebesar Rp untuk setiap orang, maka cara menghitung jumlah upah tersebut dengan mengalikan upah per orang dengan banyaknya pekerja. Dalam mengalikan jumlah upah, mereka selalu mengabaikan ribuannya. Pada saat menghitung upah, para petani jarang sekali menggunakan alat bantu sebab mereka sudah terbiasa dan sudah menghafal perkalian 1 sampai 10. Selain itu, ke-7 petani tersebut juga sudah memahami dasar-dasar perkalian. Dapat dilihat pada saat mereka mengalikan 40 dengan 3, tanpa mengalikan satu per satu, mereka sudah langsung dapat menyatakan bahwa hasilnya 120. Hal tersebut dikarenakan mereka sudah mengetahui bahwa angka 0 dikalikan berapapun hasilnya akan tetap 0. Aktivitas menghitung juga muncul pada pemberian upah pekerja pada sistem borongan. Aktivitas tersebut berupa operasi pembagian. Upah yang diberikan pada sistem borongan tidak berdasarkan banyak orang, tetapi sudah berdasarkan kesepakatan awal. Sehingga jumlah pekerja tidak akan mempengaruhi jumlah upah yang diberikan. Untuk menghitung upah yang diberikan pada setiap pekerja, caranya yaitu dengan membagi upah sebanyak orang yang bekerja. Misalnya upah yang diberikan Rp untuk 5 orang, berarti untuk mengetahui upah yang didapatkan oleh setiap orang dengan membagi dengan 4. Cara pembagian yang digunakan adalah pembagian secara langsung yaitu dengan cara membagi 25:5=5. Seperti halnya dengan perkalian, petani selalu mengabaikan angka nol. Selain pada pemberian upah pekerja pada sistem borongan, aktivitas menghitung juga muncul pada sistem bagi hasil. Aktivitas matematika yang muncul adalah operasi perkalian dalam bentuk prosentase. Upah yang diberikan berdasarkan banyaknya hasil panen. Hasil yang diberikan kepada pekerja adalah 20% dari hasil panen yang didapatkan. Untuk menghitung upah yang diberikan pada setiap pekerja, caranya yaitu dengan mengubah bentuk prosentase kedalam bentuk pecahan biasa, selanjutnya mengalikannya dengan hasil panen yang didapatkan. Misalnya upah pekerja adalah 20% dan hasil panennya adalah 5 karung, maka untuk mengetahui upahnya, petani merubah
7 Fadlilah, dkk : Identifikasi Aktivitas Etnomatematika Petani 51 bentuk 20% menjadi kemudian menyederhanakannya menjadi. Setelah menjadikan kedalam bentuk yang paling sederhana, petani tersebut langsung mengalikannya dengan hasil panen sebanyak 5 karung dan diperoleh upah pekerja sebanyak 1 karung. Aktivitas menghitung berupa operasi perkalian juga muncul pada perhitungan panjang kerek. Panjang kerek yang sering digunakan adalah kurang lebih 2,5meter (untuk jarak tanam 28cm). Cara menghitung panjang kerek dengan mengalikan banyaknya mata tancap dan jarak tanam yang digunakan. Pada umumnya, dalam 1 kerek terdapat 10 mata tancap. Jadi, panjang kerek = Perhitungan perkalian tersebut sama seperti perhitungan perkalian pada saat menghitung upah pekerja dengan mengabaikan angka nol. Pada saat menghitung panjang kerek, juga muncul aktivitas menghitung berupa mengkonversi satuan. Setelah mengetahui panjangnya dalam satuan cm, ada sebagian subjek penelitian yang mengubah bentuk tersebut menjadi satuan meter. Dari sini dapat diketahui bahwa mereka sudah mengenal satuan panjang dengan baik dan mengetahui cara mengkonversikan satuan panjang tersebut. Aktivitas menghitung lainnya muncul pada saat petani menandai waktu panen. Berdasarkan data yang didapat, cara untuk menandai tanaman sudah siap dipanen dengan diingat tanggal saat menanam dan ditandai pada kalender, kemudian dihitung sampai 100 hari. Cara menghitung waktu tersebut ada 2 yaitu dengan menghitung bulan dan hari pasaran. Pertama, cara dengan menghitung bulan yaitu apabila umur tanaman sudah 3 bulan tandanya tanaman siap dipanen. Dalam 1 bulan terdapat 30 hari, maka cara menghitung waktu penanaman menuju panen yaitu dengan menjumlahkan 30 hari tersebut sebanyak 3 kali. Cara yang kedua, dengan menghitung hari pasaran. Terdapat istilah selapan dalam hari pasaran. Selapan sama dengan 36 hari, cara menghitung selapan misalnya senin legi pertama sampai senin legi selanjutnya. Jadi cara yang digunakan untuk menghitung waktu tanam menuju waktu panen dengan menjumlahkan banyaknya hari dalam selapan sampai 3 kali. Hal ini berarti bahwa tanaman sudah bisa dipanen apabila sudah 3 kali selapan atau dalam istilah jawa telung lapan. Cara memanen padi yang dilakukan oleh lima subjek pertama adalah sama. Secara umum, kelima subjek pertama melakukan proses panen sendiri yang dibantu oleh beberapa buruh. Langkah memanen yang dilakukan adalah memotong padi, menumpuknya menjadi satu, menggiling padi dan menaruh hasil padi yang telah digiling ke dalam karung, dan yang terakhir adalah mengangkutnya sampaike jalan.
8 52 Kadikma, Vol. 6, No. 3, hal , Desember 2015 Setiap proses memanen yang dilakukan oleh kelima subjek penelitian tersebut memerlukan buruh yang berbeda dan upah yang berbeda-beda pula. Upah yang diberikan untuk pemotong padi menggunakan sistem karungan dengan harga setiap karungnya Rp20.000/karung untuk S1, S3, dan S4, sedangkan S2 memberikan upah Rp60.000/karung dan S5 memberikan upah Rp70.000/karung. Untuk upah penggiling juga dengan sistem karungan yaitu Rp12.000/karung. Upah penakar padi yang telah digiling adalah Rp3.000/karung. Buruh yang terakhir adalah kuli panggul yang bertugas mengangkut padi sampai ke jalan. Kelima subjek penelitian menjelaskan upah yang diberikan kepada kuli angkut bergantung pada jarak yang ditempuh ketika mengangkut padi. Semakin jauh jarak tempuhnya, maka upah yang diberikan juga semakin banyak, begitu pula sebaliknya. Dari waktu yang dibutuhkan oleh pekerja, kelima subjek penelitian menjelaskan semakin banyak pekerja maka waktu yang dibutuhkan akan semakin sedikit atau lebih cepat. S6 dan S7 berbeda dengan kelima subjek penelitan sebelumnya dalam menjelaskan cara memanen padi. S6 menjelaskan cara memanen padi sudah diserahkan kepada pengkedok yang sudah bekerja mulai awal bercocok tanam padi. Upah yang diberikan 20% dari hasil panen. S7 menggunakan sistem borongan dan ditebasne. Ditebasne merupakan istilah memanen padi yang masih ada di sawah dengan menjualnya kepada pedagang dan yang memanen adalah pekerja dari pihak pedagang (penebas). Borongan merupakan istilah mempekerjakan buruh, dengan cara mencari satu pekerja terlebih dahulu dan memintanya untuk mencari pekerja lain. Upah yang diberikan sudah disepakati sejak awal, sehingga berapapun jumlah pekerjanya tidak akan merubah upah yang diberikan. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat aktivitas matematika yang muncul ketika memanen padi yaitu aktivitas matematika menghitung dan terdapat konsep perbandingan senilai serta berbalik nilai. Aktivitas matematika menghitung muncul ketika subjek penelitian menghitung total upah yang diberikan kepada pemotong padi. Cara menghitung yang dilakukan dengan mengalikan harga setiap karung dengan jumlah buruh yang dipekerjakan. Konsep perbandingan senilai muncul ketika petani memperkirakan upah yang diberikan kepada kuli angkut. Semakin jauh jarak tempuhnya maka upah yang diberikan akan semakin banyak, begitu pula sebaliknya, semakin dekat jaraknya maka semakin sedikit upah yang diberikan.
9 Fadlilah, dkk : Identifikasi Aktivitas Etnomatematika Petani 53 Sedangkan konsep perbandingan berbalik nilai muncul ketika memperkiran waktu yang dibutuhkan pekerja. Ketika jumlah buruh yang bekerja semakin banyak, maka waktu yang dibutuhkan akan semakin sedikit untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan sebaliknya. Hasil panen yang diperoleh ke-6 petani selalu untung. Untuk mengetahui untung/ruginya hasil panen yang diperoleh, terdapat aktivitas menghitung yaitu dengan mengurangi hasil panen tersebut dengan biaya pengeluaran. Apabila masih ada sisa pada hasil pengurangannya, maka hasil panen dapat dikatakan untung. Tetapi apabila tidak ada sisa/lebihnya bahkan sampai minus, berarti hasil panen mengalami kerugian. Selama proses penanaman dan perawatan padi sampai panen, tidak seluruh subjek penelitian selalu menghitung biaya pengeluarannya. Terdapat satu petani yang tidak menghitung biaya pengeluaran karena sawah yang dimiliki tidak rata atau kurang bagus, serta hasil panennya untuk dikonsumsi sendiri. Pada aktivitas ini, terdapat aktivitas menghitung berupa operasi penjumlahan. Cara menghitung biaya pengeluaran tersebut dengan menjumlahkan seluruh biaya, seperti biaya untuk pembelian benih, pengolahan sawah, mempekerjakan buruh, perawatan dan sebagainya. Penjumlahan yang dilakukan oleh petani yang diteliti tidak sama. Terdapat subjek penelitian yang menggunakan konsep penjumlahan dari belakang yaitu dengan menjumlahkan satuan terlebih dahulu, kemudian puluhan, dan dilanjutkan dengan menjumlahkan ratusannya. Misalkan biaya pembelian benih sebesar Rp80.000, biaya tanam Rp , biaya traktor Rp , dan pupuk Rp Sehingga total biaya pengeluaran dari contoh tersebut didapatkan dari penjumlahan seluruh biaya , penjumlahan dimulai dari nilai satuan = 10, nilai puluhan = 120, dan nilai ratusan = 700. Jadi total biayanya = 830, yang berarti Rp Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, aktivitas matematika mengukur muncul ketika menyatakan ukuran luas sawah dan ketika petani menanam padi. Aktivitas menyatakan luas sawah yang dilakukan oleh petani dengan mengkonversikan satuan luas. Satuan ukuran luas yang dikonversikan dari satuan wolon, bau, dan hektar kedalam satuan ukuran luas ru. Rincian konversi untuk masingmasing ukuran luas sawah sudah disebutkan di atas. Aktivitas mengukur selanjutnya muncul ketika petani melakukan aktivitas penyebaran benih. Ketika petani diminta untuk mempraktikkan cara penyebaran benih
10 54 Kadikma, Vol. 6, No. 3, hal , Desember 2015 kedalam lahan atau kotak yang berukuran 30 cm 30 cm, seluruh petani melakukan penakaran benih menggunakan genggaman tangan masing-masing petani. Ketika petani diminta untuk mempraktikkan penyebaran benih padi dengan kriteria renggang, petani tersebut terlebih dahulu memperkirakannya dengan mengambil benih padi sebanyak setengah genggaman agar terlihat renggang ketika disebar. Terdapat petani yang mengambil atau menakar benih sebanyak satu genggaman untuk kriteria renggng. Setelah melakukan praktik penyebaran benih dengan kriteria renggang, petani diminta untuk melakukan praktik penyebaran benih dengan kriteria sedang. Petani tidak memulai dari awal, akan tetapi hanya menambahkan benih yang telah disebarkan sebelumnya dengan satu atau satu setengah genggaman benih padi untuk membuat penyebaran dengan kriteria sedang. Begitu pula dengan kriteria rapat, petani hanya menambahkan takaran sebanyak satu atau satu setengah genggaman agar terlihat perbedaan antara kriteria renggang, sedang, dan rapat. Selain itu, aktivitas mengukur juga muncul ketika petani melakukan aktivitas menanam padi yang selalu dilakukan dengan cara membuat jalur menanam terlebih dahulu dengan sebuah alat agar jarak tanam antara bibit yang satu dengan yang lainnya sama. Cara menanam padi dari ke-7 subjek penelitian berbeda-beda sesuai dengan kebiasaannya masing-masing. Pada saat menanam padi, ada yang menggunakan alat bernama kerek dan ada juga yang tidak menggunakan alat. Alat tersebut diukur sesuai dengan panjang jarak tanam yang akan digunakan, kemudian diberi tanda sehingga dapat digunakan untuk mengukur jarak tanam setiap tancap bibit padi pada saat menanam. Untuk membuat jarak pada lahan, petani meletakkan kerek di salah satu tepi batas sawah, kemudian menariknya hingga ke tepi batas sawah selanjutnya sehingga terbentuk garis-garis dengan jarak yang sama sesuai jarak yang terdapat pada kerek. Jarak setiap mata tancap pada kerek pada umumnya berkisar mulai dari cm, setiap kerek memiliki 10 mata tancap. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, aktivitas matematika mendesain muncul ketika petani melakukan praktik penyeberan benih kedalam kotak yang telah disiapkan. Kotak tersebut berukuran 30 cm 30 cm. Aktivitas matematika mendesain terlihat ketika petani menata benih padi yang disebar kedalam kotak yang telah tersedia sehingga terlihat sedemikian rupa perbedaan kriteria penyebaran benih padi antara renggang, sedang, dan rapat. Petani tidak melakukan secara natural dalam
11 Fadlilah, dkk : Identifikasi Aktivitas Etnomatematika Petani 55 penyebaran benih padi agar terlihat perbedaan dari ketiga kriteria tersebut. Petani mengeker-eker terlebih dahulu benih yang berada pada kotak tersebut agar terlihat renggang atau rapat. Petani tidak langsung menyebar begitu saja benihnya. Aktivitas mendesain selanjutnya muncul pada saat pembuatan alat untuk menanam padi. Sedangkan aktivitas mendesain muncul ketika petani menyatakan bentuk dari alat kerek yang terdiri dari 8-10 mata tancap dengan jarak masing-masing mata tancap adalah 28 cm. Petani membuat alat dari kayu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter. Kayu tersebut kemudian dibagi menjadi 10 bagian untuk diberikan kayu kecil-kecil yang dinamakan mata tancap. Kemudian alat tersebut diberikan pegangan sepanjang 2 meter yang berfungsi untuk menarik kerek. Petani mendesain sedemikian rupa agar jarak yang diperoleh sama untuk menanam padi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak aktivitas etnomatematika dalam kegiatan bertani yang dilakukan oleh masyarakat Jawa di desa Setail. Aktivitas etnomatematika tersebut meliputi aktivitas mencacah, menghitung, dan mengukur. Aktivitas mencacah muncul ketika petani padi menyatakan frekuensi pemupukan dan pengobatan bibit dan tanaman padi. Aktivitas menghitung yang dilakukan oleh petani padi masyarakat Jawa di Desa Setail adalah aktivitas menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan, membagi, menggunkan konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai. Dalam menentukan jumlah pupuk, obat, dan banyaknya buruh, petani padi menggunakan standar ukuran luas tanah seprapat bau. Ukuran luas sawah yang digunakan oleh petani padi adalah sebagai berikut. kriteriaberdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak aktivitas etnomatematika dalam kegiatan bertani yang dilakukan oleh masyarakat Jawa di desa Setail. Aktivitas etnomatematika tersebut meliputi aktivitas mencacah, menghitung, dan mengukur. Aktivitas mencacah muncul ketika petani padi menyatakan frekuensi pemupukan dan pengobatan bibit dan tanaman padi. Aktivitas menghitung yang dilakukan oleh petani padi masyarakat Jawa di Desa Setail adalah aktivitas menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan, membagi, menggunkan konsep perbandingan senilai dan
12 56 Kadikma, Vol. 6, No. 3, hal , Desember 2015 berbalik nilai. Dalam menentukan jumlah pupuk, obat, dan banyaknya buruh, petani padi menggunakan standar ukuran luas tanah seprapat bau. Tabel 1. Ukuran luas sawah yang digunakan oleh petani padi adalah sebagai berikut. Ukuran luas sawah (dalam Bahasa Ukuran luas sawah (dalam Bahasa Ukuran luas sawah (dalam bentuk Besarnya (dalam ru) Jawa) Indonesia) Matematika) Sakwolon Satu wolon 1 wolon 62,5 ru Seprapat bau Setengah bau Satu perempat bau Setengah bau bau 125 ru bau 250 ru Sebau Satu bau 1 bau 500 ru Sak hektar Satu hektar 1 hektar 625 ru Dengan luas 1 ru = 3,75 meter x 3,75 meter Aktivitas mendesain muncul ketika membuat alat kerek yang berfungsi sebagai pembuat jalur menanam padi. SARAN Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat lebih teliti lagi dalam memilih subjek penelitian sehingga informasi yang diperoleh dapat sesuai dengan apa yang diinginkan pada tujuan penelitian serta Lebih tanggap terhadap jawaban yang diberikan subjek penelitian sehingga data yang diperoleh lebih mendalam. DAFTAR PUSTAKA [1] Maran, Rafael Raga Manusia dan Kebudayaan dalam Prespektif Ilmu BudayaDasar. Jakarta: PT. Aneka Cipta. [2] Hartoyo, Agung Eksplorasi Etnomatematika Pada Budaya Masyarakat Dayak Perbatasan Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau Kalbar. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol 13 (1). [3] Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. [4] Azwar, Saifuddin Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. [5] Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lila Na'imatul Ngiza et al., Identifikasi Aktivitas Etnomatematika Petani pada...
1 Identifikasi Aktivitas Etnomatematika Petani pada Masyarakat Jawa di Desa Sukoreno (The Identification of Ethnomathematics Activities of Javanese Farmers at Sukoreno) Lila Na'imatul N., Susanto, Nurcholif
Lebih terperinciETNOMATEMATIKA PADA PENANGGALAN JAWA TERKAIT ARITMETIKA DI DESA YOSOMULYO. Leni Ofta Agustina 1, Sunardi 2, Susanto 3
ETNOMATEMATIKA PADA PENANGGALAN JAWA TERKAIT ARITMETIKA DI DESA YOSOMULYO Leni Ofta Agustina 1, Sunardi 2, Susanto 3 Abstract. This research aims to describe the form of the etnomathematics in calculation
Lebih terperinciETNOMATEMATIKA PADA AKTIVITAS MASYARAKAT PETANI MADURA DI KRANJINGAN SUMBERSARI JEMBER SEBAGAI BAHAN AJAR LEMBAR PROYEK SISWA
ETNOMATEMATIKA PADA AKTIVITAS MASYARAKAT PETANI MADURA DI KRANJINGAN SUMBERSARI JEMBER SEBAGAI BAHAN AJAR LEMBAR PROYEK SISWA Siti Jamilatus Juhria 1, Hobri 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Abstract.Ethnomathematics
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA PERTANIAN PADA USAHATANI PADI SAWAH (STUDY KASUS DI DESA KARANG DUREN) ENDANG SRI SUDALMI
Analisis Penggunaan Tenaga Kerja Pertanian Pada Usahatani Padi Sawah (Study Kasus Di Desa Karang Duren) ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA PERTANIAN PADA USAHATANI PADI SAWAH (STUDY KASUS DI DESA KARANG
Lebih terperinciSTUDI ETNOMATEMATIKA DI KALANGAN PETANI DESA KELIR KECAMATAN KALIPURO
STUDI ETNOMTEMTIK DI KLNGN PETNI DES KELIR KECMTN KLIPURO Ikrimah, Miftachul Rahmi, Randhi N. Darmawan Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas PGRI Banyuwangi e-mail : ikrimahhamirki@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.
BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik 1. Demografi Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN
VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim
Lebih terperinciBAB III TRADISI HUTANG PUPUK DIBAYAR DENGAN UANG PRESPEKTIF MASYARAKAT DESA LAJUKIDUL. Desa Laju Kidul adalah sebuah desa yang terletak di wilayah
BAB III TRADISI HUTANG PUPUK DIBAYAR DENGAN UANG PRESPEKTIF MASYARAKAT DESA LAJUKIDUL A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Laju Kidul adalah sebuah desa yang terletak di wilayah Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu yang telah tumbuh dan berkembang ratusan tahun yang lalu. Tidak dipungkiri lagi bahwa awalnya masyarakat memahami matematika bukan
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
Lebih terperinciCara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag
Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas
Lebih terperinciMengangkat Harkat dan Martabat Petani Dengan Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Hasil Pertanian Padi Melalui Pengembangan Pola Tanam SRI Organik
Mengangkat Harkat dan Martabat Petani Dengan Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Hasil Pertanian Padi Melalui Pengembangan Pola Tanam SRI Organik LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai negara agraris
Lebih terperinciVIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan taraf hidup yang relatif masih rendah. Berdasarkan data BPS tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pedesaan, dan bermatapencaharian dari hasil pertanian dengan taraf hidup
Lebih terperinciBAB III PRAKTIK POLA KERJA NGEDOK BIDANG PERTANIAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO
BAB III PRAKTIK POLA KERJA NGEDOK BIDANG PERTANIAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO A. Keadaan Demografis Obyek Penelitian 1. Letak Daerah Desa Brangkal merupakan salah satu dari lima
Lebih terperinciBAB III LAPORAN PENELITIAN
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung
Lebih terperinciPERMAINAN TEBAK-TEBAK BUAH MANGGIS: SEBUAH INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ETNOMATEMATIKA
PERMAINAN TEBAK-TEBAK BUAH MANGGIS: SEBUAH INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ETNOMATEMATIKA (THE MANGOSTEENE GUESS GAME: A MATHEMATICS LEARNING INOVATION BASED ON ETHNOMATHEMATICS) Rachmaniah Mirza
Lebih terperinciBAGI HASIL DAN SEWO MANGSAN (Studi Kasus Petani di Desa Jagoan Kecamatn Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2011) NASKAH PUBLIKASI
BAGI HASIL DAN SEWO MANGSAN (Studi Kasus Petani di Desa Jagoan Kecamatn Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2011) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1 Pendidikan
Lebih terperinciEFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR
SEPA : Vol. 13 No.1 September 2016 : 48 52 ISSN : 1829-9946 EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR Arya Senna Putra, Nuning Setyowati, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis, Fakultas
Lebih terperinciCara Menanam Cabe di Polybag
Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciLampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur
LAMPIRAN 89 90 Lampiran. Pengukuran Variabel Tabel. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur Indikator Kriteria. Umur 5-40 tahun 4-55 tahun >55. Pendidikan formal > 8 tahun -7 tahun
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN PETANI TOMAT PADA LAHAN SAWAH DI DESA TOSURAYA SELATAN KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Welson Wangke Benu Olfie L.
ANALISIS PENDAPATAN PETANI TOMAT PADA LAHAN SAWAH DI DESA TOSURAYA SELATAN KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Welson Wangke Benu Olfie L.S ABSTRACT This study aims to determine how much income
Lebih terperinci5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida
5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT (Kasus : Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang) COMPARISON ANALYSIS OF THE
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN
BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN A. Profil Desa Tanggungharjo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Desa
Lebih terperinciANALISIS USAHA TANI PADI SAWAH MENGGUNAKAN SISTEM LEGOWO DI KECAMATAN KAMANG MAGEK KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT
ISSN Online 2407-6279 Jurnal Galung Tropika, 4 (2) Agustus 2015, hlmn. 89-95 ISSN Cetak 2302-4178 ANALISIS USAHA TANI PADI SAWAH MENGGUNAKAN SISTEM LEGOWO DI KECAMATAN KAMANG MAGEK KABUPATEN AGAM SUMATERA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJA NGEDOK DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJA NGEDOK DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO A. Analisis Deskripsi Praktik Pola Kerja Ngedok Bidang Pertanian di Desa Brangkal Kecamatan Sooko
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani. Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya.
Lebih terperinciuntuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya
1 PENDAHULUAN Hutan rakyat merupakan hutan yang dibangun oleh masyarakat pada lahan milik rakyat. Hutan rakyat tetap penting, karena selain secara ekologi dapat mendukung lingkungan (menahan erosi, mengurangi
Lebih terperinciABSTRAK. XAVERIUS GINTING, SALMIAH, JUFRI Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT PENERIMAAN PETANI PADI SAWAH VARIETAS LOKAL DITINJAU DARI GARIS KEMISKINAN (Studi kasus : Desa Tangga Batu II, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba
Lebih terperinciKAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO
KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo
BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI SAYURAN
ANALISIS USAHATANI SAYURAN Meta Sianturi, Diana Chalil, Thomson Sebayang Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan Hp. 085275910600, E-Mail: metasianturi@yahoo.com
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Letak Geografis Desa Beji Lor Desa Beji Lor merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak
Lebih terperinciMenanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai
Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai
Lebih terperinciPENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR KOTA METRO
1 PENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR KOTA METRO Yulia Ely Sesari, Sudarmi*, Sugeng Widodo** Abstract The aim of this research was to find
Lebih terperinciVARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)
VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul) Retno Utami H. dan Eko Srihartanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi kehidupan petani karet, karena pada musim hujan petani karet
BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Mayoritas masyarakat Nagari Lubuk Tarok bermata pencaharian sebagai petani karet. Pada pertanian karet itulah mereka menggantungkan kehidupannya. Pertanian karet bukanlah
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas
Lebih terperinciReza Raditya, Putri Suci Asriani, dan Sriyoto Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT
ISSN -4-8837 ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH PENGGUNA BENIH BERSERTIFIKAT DAN BENIH NON SERTIFIKAT DI KELURAHAN KEMUMU KECAMATAN ARMA JAYA KABUPATEN BENGKULU UTARA Comparation Analysis Of Paddy
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam
Lebih terperinciPENGARUH IRIGASI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU
e-j. Agrotekbis 2 (1) : 76-84, Pebruari 2014 ISSN : 2338-3011 PENGARUH IRIGASI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU An effect of irrigation about farm enterprises
Lebih terperinciMotivasi Masyarakat Melakukan Penanaman Jagung di Kenagarian Garagahan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam
Motivasi Masyarakat Melakukan Penanaman Jagung di Kenagarian Garagahan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam Mike Sepdina Putri*Yeni Erita ** Nila Afryansih** ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga
Lebih terperinciTeknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur
Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Tinggi Tanaman Sawi Hijau Selama kegiatan budidaya dilakukan pengamatan, salah satu pengamatan
26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Tinggi Tanaman Sawi Hijau Selama kegiatan budidaya dilakukan pengamatan, salah satu pengamatan tersebut yaitu mengukur tinggi tanaman. Pengukuran tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian adalah salah satu wujud dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya pembangunan nasional
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi
Lebih terperinci1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN
1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sembunglor merupakan sebuah desa yang terletak dalam cakupan wilayah Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Desa Sembunglor itu desa yang amat kecil dan terpencil
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN PETANI PENGGARAP PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KALEKE KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis 4 (3) : 310-315, Juni 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN PETANI PENGGARAP PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KALEKE KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI Analysis of The Farmer Income
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PENANAM
ALAT DAN MESIN PENANAM Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan tanah atau menanamkan tanah didalam tanah. Hal
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis Desa Sumberrejo
BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO A. Deskripsi Tentang Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian tersebut, meliputi beberapa bagian,
Lebih terperinciVIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan
Lebih terperinciVI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa Yunani adalah studi besaran, struktur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika berasal dari bahasa Yunani adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Matematika dalam bahasa Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti. Matematika
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO Kiki Diantoro 1, M. Sunarsih 2, Djoko Soejono 3 1) Alumni Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciBUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK
BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK System of Rice Intensification Prepared by : Utju Suiatna Beberapa Contoh Pesawahan SRI Pembibitan Penyiapan Tegalan Penyemaian Untuk bibit 1 ha diperlukan sekitar 5 kg benih
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU. Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti
ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian KM 6,5 Bengkulu
Lebih terperinciSOSIALISASI POLA TANAM PADI SRI ORGANIK
SOSIALISASI POLA TANAM PADI SRI ORGANIK tanggung jawab sosial untuk masyarakat petani Mengangkat Harkat dan Martabat Petani Dengan Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Hasil Pertanian Padi Melalui Pengembangan
Lebih terperinciV HASIL DAN PEMBAHASAN
V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,
Lebih terperinciBAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN
BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada
Lebih terperinci1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani
1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu
Lebih terperinciPENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN PEKARANGAN RUMAH
Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 2, Mei 2013 Halaman 82-87 PENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS UBI KAYU MELALUI KEGIATAN DEMONSTRASI FARM DI DESA BAKALAN JUMAPOLO
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS UBI KAYU MELALUI KEGIATAN DEMONSTRASI FARM DI DESA BAKALAN JUMAPOLO JM Sri Hardiatmi, Siswadi, Kharis Triyono dan Efrain Patola Fakultas Pertanian Universitas Slamet Riyadi Surakata
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil
Lebih terperinci8. Dalam satu minggu rata-rata berapa jam Bapak/ Ibu bekerja di sawah?
DAFTAR PERTANYAAN Judul : Studi Tentang Beralihnya Mata Pencaharian Penduduk dari Petani Padi Sawah menjadi Petani Ikan di Desa Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2011 A. Identitas
Lebih terperinciPROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL
PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL (PROFILES OF STUDENTS REASONING ABILITIES IN SOLVING ARITHMETIC PROBLEMS OF SOCIAL) Dwi Suciati (dwisuciati18@gmail.com) Aunillah
Lebih terperinciKeywords: fertilizer, income, land area, rubber.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET (Studi Kasus di Desa Getas Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal) Agus Stiawan, Sri Wahyuningsih, Eka Dewi Nurjayanti Progdi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan
Lebih terperinciASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO. Kelompok 5
ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO Kelompok 5 1. AMUL HEKSA BAJAFITRI 125040201111131 2. ANISA SILVIA 125020201111152 3. AMANU BUDI SETYO U 125040201111208 4.
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan
Lebih terperinciBAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK
BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak
Lebih terperinciDAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH
DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar
Lebih terperinciBAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION Eka Puji Lestari 1), Kuswadi 2), Karsono 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi
Lebih terperinciV. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana
V. HASIL DANPEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu petani penangkar benih padi yang bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting
Lebih terperinciKata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.
KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL
TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, sehingga padi termasuk tanaman prioritas. Hampir diseluruh
Lebih terperinciFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN KELEMBAGAAN LAHAN DI DUKUH SRIBIT LOR DESA SRIBIT KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN Skripsi Untuk memenuhi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dasar deksriptif. Metode deskriptif artinya
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini menggunakan metode dasar deksriptif. Metode deskriptif artinya metode yang digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciStatistik Upah Buruh Tani
Statistik Upah Buruh Tani Di Perdesaan 2010 BADAN PUSAT STATISTIK, Jakarta-Indonesia KATA PENGANTAR Publikasi Statistik Upah Buruh Tani di Perdesaan 2010 ini merupakan seri publikasi tahunan yang diterbitkan
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI
BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI A. Gambaran umum Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati 1. Letak geografis Desa Pondowan
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA
e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan
Lebih terperinci