- 1 - KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 77/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "- 1 - KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 77/KEP-BKIPM/2017 TENTANG"

Transkripsi

1 1 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 77/KEPBKIPM/2017 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN TERHADAP MEDIA PEMBAWA DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan terhadap media pembawa dan/atau hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, perlu menetapkan pedoman pemeriksaan dengan Keputusan Kepala Badan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Pedoman Pemeriksaan Terhadap Media Pembawa dan/atau Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Wilayah Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482); 2. UndangUndang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor154, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073); 3. UndangUndang...

2 2 3. UndangUndang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 Tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726; 6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 7. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5); 8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.21/MEN/2006 tentang Tindakan Karantina Dalam Hal Transit; 9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup sebagai Barang Bawaan ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari Luar Negeri dan dari Suatu Area ke Area Lain di dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 11. Peraturan...

3 3 11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan; 12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMENKP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; 13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41/PERMENKP/2014 tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 14. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 74/PERMENKP/2016 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2157); 15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMENKP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220); 16. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8/KEPMENKP/2014 tentang Pemberlakuan Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan; 17. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/KEPMENKP/2015 tentang Penetapan Jenis Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa, dan Sebarannya; 18. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/KEPMENKP/2016 tentang Status Area Tidak Bebas Penyakit Ikan Karantina Di Wilayah Negara Republik Indonesia; 19. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 64/KEPMENKP/2016 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; MEMUTUSKAN...

4 4 MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN TERHADAP MEDIA PEMBAWA DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA. KESATU KEDUA : Menetapkan Pedoman Pemeriksaan Terhadap Media Pembawa dan/atau Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan kepala Badan ini. : Pedoman Pemeriksaan sebagaimana dimaksud diktum KESATU bertujuan untuk menyamakan pemahaman dan persepsi serta menjadi acuan bagi petugas karantina di seluruh Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan. KETIGA : Kegiatan pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sebagai dasar pelayanan sertifikasi karantina ikan, mutu dan hasil perikanan dalam rangka pengendalian masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina, maupun masuknya hasil perikanan yang tidak memenuhi standar mutu ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia. KEEMPAT : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Lembar Pengesahan No. Nama Pejabat Paraf 1 Sekretaris BKIPM 2 3 Kepala Pusat Standarisasi Sistem dan Kepatuhan Kepala Bagian Hukum, Kerja Sama dan Humas 4 Kepala Sub Bagian Hukum Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Juli 2017 KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, ttd. RINA

5 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 77/KEPBKIPM/2017 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LABORATORIUM TERHADAP MEDIA PEMBAWA DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PEMERIKSAAN TERHADAP MEDIA PEMBAWA DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan era globalisasi dengan sistem perdagangan bebas, maupun perkembangan teknologi informasi dan transportasi, akan berdampak terhadap meningkatnya arus lalulintas barang termasuk komoditi perikanan baik antar negara maupun antar area di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Salah satu tugas dan fungsi Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan adalah melaksanakan tugas pencegahan masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) serta pengendalian mutu hasil perikanan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia, antar area dan yang keluar dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Sebagai ujung tombak dan benteng terdepan dalam menyelamatkan sumber daya alami hayati Indonesia, maka Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan (BKIPM) perlu bertindak secara hatihati dalam pelaksanaan pengamanan sumberdaya hayati dengan memperhitungkan setiap resiko yang dapat terjadi dalam pelaksanaan eksporimpor dan lalu lintas antar area media pembawa dan hasil perikanan agar keamanan sumber daya hayati negara ini senantiasa terjaga. 1

6 Peluang terjadinya penyebaran hama dan penyakit ikan karantina maupun kemungkinan pengeluaran jenisjenis media pembawa yang dilarang/dibatasi/dilindungi serta hasil perikanan yang tidak memenuhi standar mutu tanpa melalui prosedur yang ditetapkan sangat besar, sehingga tindakan karantina sebagai langkah awal pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit ikan karantina serta pengendalian mutu hasil perikanan mutlak diperlukan. Dalam melaksanakan tindakan karantina tersebut, tantangan terbesar bagi petugas karantina adalah bagaimana menerapkan tindakan karantina secara cepat, tepat dan efisien, sehingga di satu sisi hama dan penyakit ikan berbahaya tidak dapat masuk, dan di lain pihak arus kelancaran keluar masuknya barang di tempat pemasukan dan pengeluaran tidak terhambat. Untuk menghindari terhambatnya arus lalulintas barang (dwelling time), yang disebabkan karena lamanya pelaksanaan tindakan karantina maka perlu suatu manajemen tindakan karantina secara baik, sehingga perlu menentukan tindakan karantina yang cepat, tepat dan efisien sesuai dengan tingkat risiko media pembawanya/produk hasil perikanan. Dalam memberikan jaminan mutu dan keamanaan hasil perikanan terhadap produk perikanan yang masuk kewilayah Negara Republik Indonesia maka diperlukan pengujian secara laboratoris sesuai persyaratan pengujian terhadap media pembawa dan atau produk hasil perikanan tersebut. Sebagai acuan pelaksanaan maka diperlukan suatu standar pelaksanaan perkarantinaan dan pengendalian mutu terhadap media pembawa dan atau produk hasil perikanan yang masuk ke wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagai antisipasi hal tersebut diatas, dalam upaya pencegahan HPIK dan/atau HPI tertentu, dan untuk memenuhi jaminan mutu dan keamanan terhadap hasil perikanan yang dilalulintaskan, BKIPM menyusun Pedoman Pemeriksaan Media Pembawa dan Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Dalam Wilayah Republik Indonesia. 2

7 1.2. Maksud dan Tujuan Pedoman ini disusun untuk menyamakan pemahaman dan persepsi dan dijadikan acuan bagi petugas karantina di seluruh UPT KIPM dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sebagai dasar pelayanan sertifikasi karantina ikan, mutu dan hasil perikanan dalam rangka pengendalian masuk dan tersebarnya HPIK, maupun masuknya hasil perikanan yang tidak memenuhi standar mutu ke dalam wilayah negara Republik Indonesia Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Pemeriksaan Media Pembawa dan Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia, mencakup pemeriksaan dokumen, kategorisasi risiko berdasarkan media pembawa/hasil perikanan, serta pengujian laboratorium terhadap media pembawa/hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Definisi a. Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan penyakit ikan yang telah ditetapkan baik yang belum terdapat dan/atau telah terdapat hanya di area tertentu di wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. b. Hama dan penyakit ikan tertentu yang selanjutnya disebut HPI Tertentu adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum terdapat atau telah terdapat hanya di area tertentu di wilayah Negara Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat, tetapi belum ditetapkan sebagai HPIK. 3

8 c. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati, termasuk bagianbagiannya. d. Hasil Perikanan adalah ikan yang ditangani, diolah dan/atau dijadikan produk akhir yang berupa ikan segar, ikan beku, dan olahan lainnya. e. Tindakan Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Tindakan Karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari luar negeri dan dari suatu Area ke Area lain di dalam negeri, atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. f. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina, yang selanjutnya disebut media pembawa, adalah ikan dan/atau benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan karantina. g. Pemeriksaan adalah tindakan untuk mengetahui kelengkapan dan keabsahan dokumen persyaratan serta untuk mendeteksi Hama dan Penyakit Ikan Karantina dan/atau Hama Penyakit Ikan serta mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. h. Importir adalah orang perorangan atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang melakukan kegiatan impor. i. Unit Pengolahan Ikan, yang selanjutnya disingkat UPI, adalah tempat dan fasilitas untuk melakukan aktifitas pengolahan Ikan. j. Sertifikat Kesehatan Ikan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh pejabat/otoritas yang berwenang di negara asal yang menyatakan bahwa Hasil Perikanan tidak tertular dari hama dan penyakit Ikan karantina dan/atau hama dan penyakit Ikan yang disyaratkan serta aman untuk konsumsi manusia. k. Sertifikat Kesehatan Produk Pengolahan Ikan adalah sertifikat yang ditandatangani oleh pejabat/otoritas yang berwenang di negara asal yang menyatakan bahwa Ikan dan 4

9 Hasil Perikanan telah memenuhi persyaratan mutu dan keamanan untuk konsumsi manusia. l. Sertifikat Pelepasan adalah dokumen yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum didalamnya tidak tertular hama dan penyakit Ikan karantina dan memenuhi jaminan mutu dan keamanan Hasil perikanan sehingga dapat dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia. m. Kategorisasi adalah penyusunan, klasifikasi, penggolongan atau pengelompokan media pembawa berdasarkan tingkat risiko atau peluang membawa HPIK. n. Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan adalah dokumen resmi yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya, disetujui dikeluarkan dari tempat pemasukan atau kawasan pabean untuk pelaksanaan tindakan karantina Ikan atau dilalulintas bebaskan. o. Analisis Risiko Importasi Ikan adalah penilaian terhadap potensi masuk dan tersebarnya hama dan penyakit Ikan berbahaya, risiko bahaya bagi kelestarian sumber daya Ikan dan lingkungan, kesehatan manusia, dan kelangsungan usaha perikanan yang mungkin ditimbulkan dari importasi Ikan. p. Office International des Epizooties, yang selanjutnya disingkat OIE, adalah Badan Kesehatan Hewan Dunia. q. Laboratorium adalah Laboratorium penguji yang telah terakreditasi sesuai dengan ruang lingkup pengujian yang dipersyaratkan. r. Pengambilan Contoh adalah proses pemilihan dan pengambilan kemasan atau unit contoh dari suatu lot produk. s. Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas Karantina adalah Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina, pengendalian mutu, dan keamanan Hasil Perikanan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. 5

10 1.5. Dasar Hukum a. UndangUndang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); b. UndangUndang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); c. UndangUndang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); d. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4197); e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424); f. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181); g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri dan Suatu Area ke Area Lain Di Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; h. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan Media 6

11 Pembawa Berupa Ikan Hidup Sebagai Barang Bawaan ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; i. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.10/MEN/2012 tentang Kewajiban Tambahan Karantina Ikan; j. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 74/PERMENKP/2016 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; k. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 06/PERMENKP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; l. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 34/PERMENKP/2017 tentang Tindakan Karantina Terhadap Pemasukan Obat Ikan Jenis Sediaan Biologik Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; m. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8/KEPMENKP/2014 tentang Pemberlakuan Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan; n. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 80/KEPMENKP/2015 tentang Penetapan Jenisjenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan; o. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 64/KEPMENKP/2016 tentang Penetapan Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; p. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/KEPMENKP/2016 tentang Status Area Tidak Bebas Penyakit Ikan Karantina Di Wilayah Negara Republik Indonesia; q. Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor 31/KEPDJP2HP/2015 tentang perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor 125/KEP DJP2HP/2014 tentang Penetapan JenisJenis Hasil 7

12 Perikanan yang dapat dimasukkan ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. 8

13 BAB II PERSYARATAN DAN PENGGOLONGAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2.1. Persyaratan Dokumen Persyaratan dokumen yang harus dipenuhi terhadap media pembawa/hasil perikanan yang masuk kedalam wilayah Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sebagai berikut: a. Ikan Hidup/Hasil Perikanan: 1) Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) impor; 2) Sertifikat Kesehatan/Health Certificate yang diterbitkan oleh pejabat berwenang di Negara asal dan/atau Negara transit; 3) Sertifikat asal/certificate of origin yang diterbitkan oleh pejabat berwenang di Negara asal; 4) Surat Izin Pemasukan (Impor) Ikan Hias/Ikan hidup/ konsumsi/udang/induk Udang/Induk Ikan ke dalam wilayah Republik Indonesia dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya; 5) Sertifikat Penetapan Instalasi Karantina Ikan milik pihak ketiga yang diterbitkan oleh Badan KIPM dalam bentuk foto copy (apabila instalasi milik Pemerintah belum tersedia); 6) Dokumen CITES untuk jenisjenis media pembawa yang dilindungi atau diatur peredarannya berdasarkan ketentuan CITES; dan 7) Dokumen lain lain yang dibenarkan sebagai kewajiban tambahan sesuai dengan peraturan perundangundangan. b. Hasil Perikanan: 1) Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) impor; 9

14 2) Surat izin pemasukan hasil perikanan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia dari Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan; 3) Sertifikat Kesehatan Ikan/Health Certificate di bidang karantina dan/atau di bidang mutu dari instansi yang berwenang/otoritas kompeten di Negara asal; 4) Surat Keterangan Asal/Certificate of Origin dari instansi yang berwenang di Negara asal; 5) Persyaratan label untuk hasil perikanan dalam bentuk kemasan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris; 6) Dokumen (Invoice dan packing list) dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris; 7) Sertifikat Penetapan Instalasi Karantina Ikan milik pihak ketiga yang diterbitkan oleh Badan KIPM dalam bentuk foto copy (apabila instalasi milik Pemerintah belum tersedia); 8) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI)/Catch Certificate untuk hasil perikanan yang akan di ekspor kembali ke eropa; dan 9) Persyaratan lain yang dibenarkan sebagai kewajiban tambahan sesuai dengan peraturan perundangundangan c. Benda Lain: 1) Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) impor; 2) Sertifikat Analisis/Certificate of Analysis dari instansi yang berwenang di Negara asal; 3) Surat Keterangan Asal/Certificate of Origin dari instansi yang berwenang di Negara asal; 4) Persyaratan label untuk hasil perikanan dalam bentuk kemasan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris; 5) Dokumen (Invoice dan packing list) dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris; 6) Surat Keterangan Teknis (SKT) dari Direktorat Jenderal Budidaya untuk Media Pembawa berupa bahan baku 10

15 pakan ikan/udang (fish meal, fish oil, dll), makanan ikan/udang, dan obat ikan; 7) Sertifikat Penetapan Instalasi Karantina Ikan milik pihak ketiga yang diterbitkan oleh Badan KIPM dalam bentuk foto copy (apabila instalasi milik Pemerintah belum tersedia); dan 8) Persyaratan lain yang dibenarkan sebagai kewajiban tambahan sesuai dengan peraturan perundangundangan Penggolongan Jenis Penyakit Penyakit Ikan Karantina Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/KEPMENKP/2015 tentang Jenisjenis HPIK, Media pembawa dan daerah sebarannya, terdapat 37 jenis HPIK. Jenis HPIK yang sudah terdapat di Indonesia berjumlah 12 jenis, sedangkan HPIK eksotik terdapat 24 jenis yang, dan inang utamanya yang terdiri dari HPIK Golongan Virus, Bakteri, Jamur dan Parasit. Jenis HPIK yang sudah terdapat di Indonesia tersebut adalah ; 1) HPIK golongan parasit Perkinsus olseni. 2) HPIK golongan bakteri Aeromonas salmonicida, Edwarsiella ictaluri, Pseudomonas anguilliseptica. 3) HPIK golongan jamur Ichthyophonus hofferi, 4) HPIK golongan virus Infectious hypodermal and hematopoeietic necrosis (IHHNV), Red sea bream Iridoviral Disese (RSBIVD), Viral nervous necrosis (VNN), Koi herpes virus (KHV), Yellow Head Virus (YHV), Taura Syndrome Virus(TSV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) Penyakit Ikan Karantina Eksotik Penyakit ikan karantina eksotik adalah jenisjenis penyakit ikan karantina yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/KEPMEN KP/2015, tetapi tidak terdapat di Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 11

16 58/KEPMENKP/2016. Penyakit ikan karantina eksotik terdiri dari 24 (dua puluh empat) jenis berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/KEPMENKP/2015, yaitu: 1. Channel Catfish Virus Disease (CCVD); 2. Spring viraemia of carp (SVC); 3. Infectiouspancreatic necrosis(ipn); 4. Infectious haematopoeitic necrosis (IHN); 5. Grouper Iridovirus Disease (GIVD); 6. White tail disease (WTD); 7. Monodon Slow Growth Syndrome (MSGS) atau Laem Singh Virus (LSNV) retinopathy; 8. Epizootic Haematopoietic Necrosis (EHN); 9. Viral Haematopoietic Septicaemia (VHSD); 10. Abalone Viral Gangliometris (AVG); 11. Infection with Ostreid Herpesvirus1; 12. Early Mortality Syndrome (EMS)/Acute Hepatopancreatic Necrosis Syndrome (AHPNS); 13. Infection with Xenohaliotis californiensis; 14. Nocardia crassostreae (Nocardiosis/gill tubercolosis); 15. Nocardia asteroides (Nocardiosis/gill tubercolosis); 16. Infection with Bonamia exitiosa; 17. Infection with Bonamia ostreae; 18. Infection with Martelia refringens; 19. Infection with Perkinsus marinus; 20. Infection with Gyrodactylus salaris; 21. Ichtyophonus hoferi (Sand Paper disease); 22. Infection with Batrachhochytrium dendrobatidis; 23. Aphanomyces invadans (Epizootic Ulcerative Syndrome); 24. Aphanomyces astaci (Aphanomycosis/crayfish plaque) Penggolongan Parameter Pengujian Mutu Hasil Perikanan Pengujian Organoleptik/Sensori a) Sensory Test; b) Filth; 12

17 c) Suhu Pusat Ikan; d) Bobot Tuntas; e) Visible parasit Pengujian Fisik a) Fisik Produk Kaleng Pengujian Mikrobiologi a) Enterococci sp.; b) Clostridium sp.; c) Total Plate Count (TPC) Aerob; d) Total Plate Count (TPC) Anaerob; e) Coliform; f) Escherichia coli; g) Salmonella sp.; h) Shigella; i) Staphylococcus aureus; j) Vibrio Cholera; k) Vibrio parahemolyticus; l) Listeria Monocytogenes; m) Deteksi penghitungan enterocooci intestinal; n) Kualitas Deteksi dan Penghitungan Bakteri an aerob pereduksi sulfite pembentuk spora (clostridia) Pengujian Kimia a) Protein; b) Lemak; c) Kadar Air; d) Abu Total; e) Kadar Garam; f) Histamin; g) Mercury (Hg); h) Cadmium (Cd); i) Plumbum (Pb); j) TVB/TMA; k) Abu yang tidak larut dalam asam; l) Tetracycline; m) AOZ Furazolidone; n) AMOZ (Furaltadone); 13

18 o) SEM (Semicarbazide); p) AHD (Aminohydantoin); q) Chloramphenicol; r) Malachite Green; s) Chloramphenicol; t) Fluoroquinolone; u) Sulfadiazine. 14

19 BAB III KATEGORISASI MEDIA PEMBAWA/PRODUK HASIL PERIKANAN YANG DI IMPOR 3.1. Kategorisasi Resiko Media Pembawa/Hasil Perikanan Kategorisasi Resiko Media Pembawa/Hasil Perikanan dilakukan dilakukan melalui pertimbangan ilmiah untuk menentukan status media pembawa dan hasil perikanan yang masuk kedalam wilayah negara Republik Indonesia. Kategorisasi tingkat risiko media pembawa/hasil perikanan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu risiko tinggi (high risk) dan risiko rendah (low risk). Kategorisasi risiko berdasarkan jenis media pembawa dapat dilihat pada tabel Media Pembawa Tingkat Risiko Tinggi Ikan dengan tingkat risiko tinggi (high risk) adalah ikan yang berpotensi membawa dan menyebarkan HPIK dan/atau HPI berbahaya, yaitu: a. merupakan inang definitif, inang carrier, inang antara, atau mampu sebagai pembawa (pathway) HPIK dan/atau HPI berbahaya (susceptible species). b. berupa ikan susceptible species terhadap HPIK dan/atau HPI berbahaya, dalam keadaan hidup, mati atau bagianbagiannya, dan berasal dari negara endemis, negara yang sedang terjadi wabah, negara yang tidak/belum memiliki status bebas dari penyakit ikan sesuai daftar penyakit OIE dan/atau Keputusan Menteri yang menetapkan jenisjenis HPIK, golongan, media pembawa dan sebarannya. Alur sertifikasi kesehatan ikan dan hasil perikanan impor dengan risiko tinggi dapat dilihat pada Lampiran 1. 15

20 Tabel 1. Kategorisasi Risiko Berdasarkan Jenis Media Pembawa Jenis Media Pembawa Ikan susceptible species hidup Ikan susceptible species mati Ikan non susceptible species hidup Ikan non susceptible species mati Negara Endemis Negara Sedang Terjadi Wabah Negara Tidak Ada Status Kesehatan dari OIE atau KEPMEN Negara Dengan Status Bebas dari OIE atau KEPMEN Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Media Pembawa Tingkat Risiko Rendah Media pembawa yang termasuk dalam kelompok risiko rendah adalah sebagai berikut: a. Media pembawa berupa ikan (Pisces, Crustacea, Coelenterata, Amphibia, Mamalia, Reptilia,Mollusca, Echinodermata, Algae) dalam keadaan sudah diolah dan masih memungkinkan memiliki potensi membawa mikroorganisme patogen. b. Media pembawa benda lain berupa bahan pembuat pakan ikan yang proses pembuatannya masih memungkinkan memiliki potensi membawa mikro organisme patogen. Penilaian risiko media pembawa yang berdasarkan pada asal negara media pembawa dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Penilaian Tingkat Risiko Berdasarkan Jenis dan Media Pembawa Bentuk Jenis Media Pembawa Negara endemis Negara tidak endemis Negara tidak tercantum Susceptible species hidup Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Non susceptible species hidup Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Susceptible species mati Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Non susceptible species mati Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Susceptible species olahan (pengeringan) Non susceptible species olahan (pengeringan) Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah 16

21 Jenis Media Pembawa Negara endemis Negara tidak endemis Susceptible species olahan (perebusan) Non susceptible species olahan (perbusan) Benda lain berupa makanan ikan atau bahan makanan ikan dalam bentuk hidup Benda lain berupa bahan patogenik atau bahan biologic Benda lain berupa tepung ikan atau bahan pembuat makanan ikan Bagian tubuh ikan susceptible species dalam bentuk segar, basah atau beku Bagian tubuh ikan non susceptible species dalam bentuk segar, basah atau beku Bagian tubuh ikan susceptible species atau non susceptible species dalam bentuk kering Negara tidak tercantum Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko tinggi Risiko Rendah Risiko tinggi Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Alur sertifikasi kesehatan ikan dan hasil perikanan impor dengan risiko rendah dapat dilihat pada Lampiran Kategorisasi Jenis Media Pembawa dan Hasil Perikanan Penentuan katagorisasi produk hasil perikanan dibagi menjadi 2, yaitu kategorisasi risiko tinggi dan kategorisasi risiko rendah, yang berdasarkan pada potensi dan kemungkinan terjadinya bahaya, dikelompokkan sesuai produk yang dilalulintaskan, Kategorisasi jenis media pembawa dan hasil perikanan seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Kategorisasi Tingkat Risiko Media Pembawa No. Golongan MP Bentuk Media Pembawa Kategori Tingkat Risiko Tinggi Rendah Keterangan Ikan Hidup Seluruh Ikan Hidup Termasuk didalamnya cista (artemia) 2. Ikan Non Hidup Seluruh ikan segar dan beku Termasuk bagianbagiannya 17

22 No. Golongan MP Bentuk Media Pembawa Kategori Tingkat Risiko Tinggi Rendah Keterangan Seluruh ikan yang diolah (raw material) Proses pengolahan tidak mematikan mikroorganisme patogen / diolah dengan cara di fillet, cincang, giling, pengeringan, penggaraman, tanpa proses pemanasan. Contoh: Fillet ikan, loin, sako, ikan asin, dll. 3. Ikan Olahan Seluruh ikan yang diolah (setengah matang) Proses pengolahannya masih dapat membawa mikroorganisme patogen / diolah dengan cara pemanasan (pengasapan, fermentasi namun tidak mematikan mikroorganisme patogen. Contoh : ikan asap Seluruh ikan yang telah diolah (matang) Proses pengolahannya masih memungkinkan memiliki potensi membawa mikroorganisme patogen / diolah dengan cara pemanasan (Pengalengan, Pemindangan) sampai mematikan mikroorganisme patogen. Contoh: ikan kaleng (canned, nugget, bakso) Bahan patogenik, biologik dan sarana pengendali hayati yang teregistrasi Bahan patogenik, biologik dan sarana pengendali hayati dalam bentuk kemasan pabrikan. Contoh: Vaksin, probiotik, dll. 4. Benda Lain Bahan patogenik, biologik, Vektor dan sarana pengendali hayati yang belum teregistrasi Pakan Ikan Buatan Bahan patogenik, biologik dan sarana pengendali hayati dalam bentuk bukan kemasan pabrikan. Contoh: isolat, dll. Pellet, freepack, powder dalam kemasan pabrikan Pakan Ikan Alami Spirulina, Rotifera, blood worm, Brachionus, Chlorella. Seluruh bahan pembuat pakan ikan 1. Kategori Tinggi: Crude oil, tepung ikan, waste, fasta 2. Kategori Rendah: Minyak ikan semi refine dan refine. 5. Bentuk Lain Seluruh bentuk lain diluar ikan dan benda lain, yang berasal dari bagian tubuh ikan kancing, kerajinan dari bagian tubuh ikan, dll. 18

23 3.3. Kategorisasi Jenis Bahan Baku Yang Diperbolehkan Masuk ke Dalam Wilayah Negara Bahan Baku Untuk Industri Pengalengan No. Jenis bahan baku pengalengan untuk industri pengelengan sebagaimana terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Bahan baku untuk industri pengalengan Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk 1. Sarden (Sardinella spp) Beku/Frozen 2. Ikan mackerel jack dan mackerel kuda (Trachurus spp) 3. Atlantik Mackerel (Scomber Scombrus) 4. Pasific Mackerel (Scomber japonicus) Beku/Frozen Beku/Frozen Beku/Frozen Bahan Baku Unit Pengolahan Ikan Untuk di Ekspor Kembali dan Tidak Diperdagangkan Di Wilayah Indonesia. Semua jenis hasil perikanan untuk bahan baku industri pengolahan hasil perikanan diperbolehkan masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali jenis hasil perikanan yang dilarang menurut peraturan perundangundangan Bahan Baku Pengolahan Tradisional Berupa No. Pemindangan Jenis bahan baku pengolahan pemindangan secara tradisional, sebagaimana terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Bahan baku Pengolahan Tradisional Berupa Pemindangan Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk 1. Salem (Scomber japonicus) Beku/Frozen 2. Kuring (Rastrelliger kanagurta) Beku/Frozen 19

24 No. Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk 3. Asoaso (Rastrelliger brachysoma) 4. Pasific Mackerel (Scomber japonicus) Beku/Frozen Beku/Frozen Bahan Baku Fortifikasi/Pengkayaan Makanan Tertentu Jenis bahan baku sebagai fortifikasi atau bahan pengkaya makanan dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 6. Tabel 6. Bahan baku Fortifikasi/Pengkayaan Makanan tertentu No. Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk Keterangan 1. Minyak Ikan /Fish oil Mutu pangan/food grade 2. Konsentrat Protein Ikan /Fish protein consentrat Mutu pangan/food grade 3. Karaginan rafinasi /Kappa, Lota dan lamda Bubuk/in powder form 4. Alginate dan turunannya Bubuk/in powder form/cair 5. Tepung dari udang Tepung dari invertebrata air selain crustacea 7. Jenis bahan fortifikasi berbahan baku yang tidak diproduksi di Indonesia *) Dilengkapi dengan foto,nama dagang, nama ilmiah, dan kode HS Konsumsi Hotel, Restoran, Katering dan Pasar Modern Jenis hasil perikanan untuk tujuan konsumsi hotel, restaurant, katering dan pasar modern, dapat dilihat pada Tabel 7. 20

25 Tabel 7. Bahan baku Konsumsi Hotel, Restoran, Katering dan Pasar Modern No. Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk Keterangan 1. Trout (Salmo trutta, Oncorhynchus spp) Segar/Fresh Beku/Frozen Segar utuh Beku utuh 2. Pasifik Salmon (Oncorhynchus spp) Segar/Fresh Beku/Frozen Segar utuh Beku utuh 3. Atlantik salmon (Salmo solar) Halibut (Reinhardtius spp) Segar/Fresh Beku/Frozen Segar/Fresh Beku/Frozen Segar utuh Beku utuh Segar utuh Beku utuh 5. Ikan Cod (Anoplopoma fimbria/gadus spp) Segar/Fresh Beku/Frozen Segar utuh Beku utuh 6. Lobster (Homarus spp) Beku/Frozen Beku utuh 7. Udang Galah/Giant Fresh Water Shrimp (Macrobrachium rosenbergii) Beku/Frozen Beku utuh 8. Nori/Kelp/Roasted laver Dried/lembar an /Potongan 9. Surumeika/Squid/Cumicumi (Loligo spp, natotodarus spp, Todarodes pacificus) Segar/Fresh Beku/Frozen Segar utuh Beku utuh 10. Ikan jenis lain yang tidak terdapat di Perairan Indonesia Dilengkapi dengan foto,nama dagang, nama ilmiah, dan kode HS Keperluan Umpan Jenis hasil perikanan untuk keperluan umpan, sebagaimana pada Tabel 8. Tabel 8. Bahan baku untuk keperluan umpan No. Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk 1. Sardinella (Sardinella spp) Beku/Frozen 2. Cumi karet/illex Squid (Illex spp) Beku/Frozen 21

26 BAB IV PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LABORATORIUM Pemeriksaan dan pengujian laboratorium untuk media pembawa/hasil perikanan dilaksanakan sesuai dengan standar dan peraturan perundangundangan yang berlaku Pemeriksaan Media Pembawa di Tempat Pemasukan Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 khususnya pasal 6, setiap media pembawa yang dimasukkan ke dalam, dibawa atau dikirim dari suatu Area ke Area lain atau transit di dalam wilayah Negara Republik Indonesia maupun yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina. Tindakan Karantina terdiri dari 8P, meliputi pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan. Tindakan Karantina dilaksanakan oleh Petugas Karantina di tempat pemasukan dan/atau pengeluaran. Tindakan karantina dilakukan setelah dipenuhinya ketentuanketentuan yang terkait pemasukan/pengeluaran media pembawa. Target pemeriksaan laboratorium berdasarkan media pembawa dan negara sebaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Pengujian Mutu Hasil Perikanan a. Ikan Beku Parameter pengujian mutu hasil perikanan untuk ikan beku, sebagaimana terdapat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengujian Mutu Ikan Beku Parameter Uji Satuan Persyaratan a. Sensori Min. 7 (Skor 1 9) b. Kimia a Histamin c Maks 100 TVB mgn% Maks 20 c. Fisika Suhu Pusat oc Maks. 18 d. Cemaran Mikroba ALT koloni/g Maks. 5.0 x

27 Parameter Uji Satuan Persyaratan Escherichia coli APM/g < 3 Salmonella per 25 g Negatif Vibrio cholera a per 25 g Negatif Vibrio parahaemolyticus a APM/g < 3 Listeria monocytogenes a.f per 25 g Negatif e. Cemaran Logam a f. Arsen(As) Maks 1,0 Kadmium Maks 0,1 Maks 0,5 b Maks 0,05 d Merkuri (Hg) Maks. 0,5 Maks 1,0 b Timah (Sn) Maks. 40,0 Timbal Maks. 0,3 Cemaran Bahan Kimia Non Pangan Maks 0,4 b Maks 0,2 d Formalin 0 Borax 0 Rhodamin B 0 Kuning Metanil Mg/kg 0 f. Cemaran Fisik a Filth 0 g. Racun Hayati a Ciguatoksin Negatif Catatan : a. bila diperlukan b. untuk ikan predator c. untuk ikan scombroid, clupiedae,scrombresocidae,pomatomidae,coryphaenedae d. untuk ikan yang dibudidayakan e. untuk ikan karang f. untuk ikan salmonidae bila tidak ada tanda maka parameter uji wajib dilakukan 23

28 b. Persyaratan mutu dan keamanan ikan segar (SNI 2729 : 2013) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan ikan segar berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 10. Tabel 10. Pengujian Mutu Ikan Segar Parameter Uji Satuan Persyaratan a. Organoleptik Min. 7 (Skor 1 9) b. Cemaran Mikroba ALT koloni/g Maks. 5.0 x 10 5 Escherichia coli APM/g < 3 Salmonella Negatif/ 25 g Vibrio cholera Negatif/ 25 g Vibrio parahaemolyticus APM/g < 3 c. Cemaran Logam* Arsen(As) Maks 1,0 Kadmium Maks 0,1 Maks 0,5** Merkuri (Hg) Maks. 0,5 Maks 1,0** Timah (Sn) Maks. 40,0 Timbal Maks. 0,3 d. Kimia* Maks 0,4** Histamin*** Maks 100 e. Residu Kimia* Kloramfenikol**** Tidak boleh ada Malachite green dan Leuchomalachite green **** Nitrofuran (SEM, AHD, AOZ, AMOZ)**** f. Racun Hayati* Tidak boleh ada Tidak boleh ada Ciguatoksin***** Tidak terdeteksi g. Parasit* (Zoonosis) Tidak boleh ada * bila diperlukan ** untuk ikan predator *** untuk ikan scombroidae (scromboid), clupeidae, pomatomidae, coryphaenedae **** untuk ikan hasil budidaya ***** untuk ikan karang 24

29 c. Persyaratan mutu dan keamanan Minyak ikan sardine (Sardinella sp) kasar (crude sardine)oil (SNI 7950 : 2013) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan munyak ikan sardin, berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 11. Tabel 11. Pengujian Mutu Minyak ikan sardine (Sardinella sp) kasar (crude sardine) oil Parameter Satuan Mutu A B a. Sensori min 7 (19) min 7 (19) b. Kimia Asam lemak bebas % < Bilangan iod % < 140 Bilangan peroksida meq/kg maks Kadar Air % < 1 maks 2 Bilangan anisidin* meq/kg maks 20 maks 20 Total Oksidasi* meq/kg maks 26 maks 26 Logam berat* maks 0,1 maks 0,1 (Pb, Hg. Cd, As, Sn) PCB meq/kg maks 0,09 maks 0,09 c. Fisika Kotoran tidak ada tidak ada d. Mikrobiologi Escherichia coli APM/gram < 3 < 3 Salmonella per 25 gram negatif negatif *) jika diperlukan d. Persyaratan mutu dan keamanan semi refined carragenan (SNI : 2013) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk carragenan semi refined berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 12. Tabel 12. Pengujian Mutu Semi Refined Carragenan Jenis Uji Satuan Persyaratan (food) Kappa Iota a. Sensori Angka (1 9) 7 7 b. Cemaran mikroba 25

30 Jenis Uji Satuan ALT koloni/g Persyaratan (food) Kappa Maks 5 x 10 3 Iota Maks 5 x 10 3 Salmonella per 25 g Negatif negatif E. Colli APM/g < 3 c. Cemaran kimia* Kadmium (Cd) Maks 2,0 Maks 2,0 Timbal (Pb) Maks 5,0 Maks 5,0 Merkuri (Hg) Maks 1,0 Maks 1,0 Arsen (As) Maks 3,0 Maks 3,0 Timah (Sn) d. Fisika Maks 40,00 < 3 Maks 40,00 Kekuatan gel g/cm 2 Min 400 Min 100 (1,5% ; KCI 0,2% : suhu 10 0 C Viskositas cps Min 15 Min 15 e. Persyaratan mutu dan keamanan belut (Monopterus albus) beku (SNI : 2013) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk belut berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 13. Tabel 13. Pengujian mutu dan keamanan hasil perikanan untuk belut Jenis Uji Satuan Persyaratan Organoleptik Angka (1 9) Min. 7 Cemaran Mikroba ALT koloni/g Maks 5 x 10 5 Escherichia coli APM/g < 3 Salmonella per 25 g Negatif Vibrio cholerae* per 25 g Negatif Staphylococcus aureus* koloni/g Maks 1,0 x

31 Jenis Uji Satuan Persyaratan Cemaran Logam* Kadmium Maks 0,1 Merkuri (Hg) Maks. 0,5 Timbal Maks. 0,3 Arsen(As) Maks 10,25 Timah (Sn) Maks. 40,0 Fisika Suhu Pusat oc Maks. 18 CATATAN* Bila Diperlukan f. Persyaratan mutu dan keamanan Alkali treated seaweed chips (SNI 8170 : 2015) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan alkali untuk seaweed chips berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 14. Tabel 14. Pengujian Mutu Alkali Treated Seaweed Chips Parameter Uji Satuan Persyaratan Organoleptik Min. 7 (Skor 1 9) Kimia Kadar Air % Maks. 20,0 ph* 8 9 Cemaran Logam* Arsen(As) Maks 3,0 Kadmium (Cd) Maks 1 Merkuri (Hg) Maks. 1,0 Timah (Sn) Maks. 40,0 Timbal Maks. 0,3 * bila diperlukan ** untuk ikan predator 27

32 g. Persyaratan mutu dan keamanan udang beku (SNI 2705 : 2014) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk udang beku berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 15. Tabel 15. Pengujian Mutu Udang Beku Parameter Uji Satuan Persyaratan Organoleptik Min. 7 (Skor 1 9) Cemaran Mikroba ALT koloni/g Maks. 5.0 x 10 5 Escherichia coli APM/g < 3 Salmonella per 25 g Negatif Vibrio cholera per 25 g Negatif Vibrio parahaemolyticus APM/g < 3 Cemaran Logam* Arsen(As) Maks 1,0 Kadmium (Cd) Maks 0,5 Merkuri (Hg) Maks. 0,5 Timbal Maks. 0,5 Timah (Sn) Maks. 40,0 Fisika Suhu pusat oc Maks. 18 Benda asing* Tidak terdeteksi Cemaran Fisik* Filth 0 CATATAN* Bila Diperlukan h. Persyaratan mutu dan keamanan daging kerang beku/frozen shellfish meat (SNI : 2009) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk daging kerang berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 16. Tabel 16. Pengujian Mutu Daging Kerang Beku Parameter Uji Satuan Persyaratan Sensori Angka 1 9 Minimal 7 Cemaran Mikroba ALT koloni/g Maks. 5.0 x

33 Parameter Uji Satuan Persyaratan Escherichia coli APM/g Maksimal < 3 Salmonella per 25 g Negatif Vibrio parahaemolyticus per 25 g Maksimal < 3 Staphylococcus aureus* APM/g Maks. 1,0 x 10 3 Cemaran kimia* Kadmium (Cd) Maksimal 1,0 Merkuri (Hg) Maksimal 0,5 Timbal (Pb) Maksimal 1,0 Fisika Suhu pusat oc Maks. 18 Filth ppotongan Maksimal 0 Hayati PSP (Paralitytic Shellfish Poisoning) DSP (Diarhetic Shellfish Poisoning) ASP (Amnesic Shellfish Poisoning) CATATAN* Bila Diperlukan µg toksin/ 100 gr maksimal 80 µg toksin/ 100 gr Negatif µg asam domoic/ kg Maksimal 20 i. Persyaratan mutu dan keamanan cumicumi beku (SNI : 2010) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk cumicumi beku berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 17. Tabel 17. Pengujian Mutu Cumicumi Beku Parameter Uji Satuan Persyaratan Sensori Angka (1 9) Minimal 7 Cemaran Mikroba ALT koloni/g Maks. 5.0 x 10 5 Escherichia coli APM/g Maksimal < 3 Salmonella per 25 g Negatif Vibrio cholerae* per 25 g Negatif Vibrio parahaemolyticus* APM/25 g Maksimal < 3 Cemaran kimia* Kadmium (Cd) Maksimal 1,0 29

34 Parameter Uji Satuan Persyaratan Merkuri (Hg) Maksimal 0,5 Timbal Maksimal 1,0 Fisika Suhu pusat oc Maks. 18 CATATAN* Bila Diperlukan sesuai permintaan pasar j. Persyaratan mutu dan keamanan Scallop (SNI : 2010) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk scallop berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 18. Tabel 18. Pengujian Mutu Scallop Parameter Uji Satuan Persyaratan a. Organoleptik Angka (1 9) Minimal 7 b. Cemaran Mikroba ALT koloni/g Maks. 5.0 x 10 5 Escherichia coli APM/g < 3,0 Salmonella per 25 g Negatif Vibrio cholerae per 25 g Negatif Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 1,0 x 10 3 c. Cemaran kimia* Kadmium (Cd) Maksimal 1,0 Merkuri (Hg) Maksimal 0,5 Timbal Maksimal 1,0 d. Biotoxin* PSP (Paralitytic Shellfish Poisoning) DSP (Diarhetic Shellfish Poisoning) ASP (Amnesic Shellfish Poisoning) CATATAN* Bila Diperlukan sesuai permintaan pasar µg/ kg Maksimal 800 µg/ kg Maksimal 160 µg/ kg Maksimal 20 30

35 k. Persyaratan mutu dan keamanan Fillet ikan beku/frozen shellfish meat (SNI 2696 : 2013) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk fillet ikan beku berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 19. Tabel 19. Pengujian Mutu Fillet Ikan Beku Parameter Uji Satuan Persyaratan a. Sensori Min. 7 (skor 1 9) b. Kimia Histamin*** Maks. 100 c. Cemaran Mikroba ALT koloni/g Maks. 5.0 x 10 5 Escherichia coli APM/g Maksimal < 3,0 Salmonella Negatif/ 25 g Vibrio cholerae Negatif/ 25 g d. Cemaran Logam* Arsen(As) Maks 1,0 Kadmium (Cd) Maks 0,1 Maks. 0,5** Merkuri (Hg) Maks. 0,5 Maks. 1,0** Timah (Sn) Maks. 40,0 Timbal (Pb) Maks. 0,3 e. Residu Kimia* Maks. 0,4** Kloramfenikol**** Tidak boleh ada Malachite green dan Leuchomalachite green **** Nitrofuran (SEM, AHD, AOZ, AMOZ)**** f. Racun Hayati* Tidak boleh ada Tidak boleh ada Ciguatoksin***** Tidak terdeteksi g. Fisika Suhu pusat oc Maks. 18 h. Parasit* Tidak boleh ada * bila diperlukan ** untuk ikan predator 31

36 *** untuk ikan scombroidae (scromboid), clupeidae, pomatomidae, coryphaenedae **** untuk ikan hasil budidaya ***** untuk ikan karang l. Persyaratan mutu dan keamanan lobster beku (SNI : 2009) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk lobster beku berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 20. Tabel 20. Pengujian Mutu Lobster beku Parameter Uji Satuan Persyaratan a. Sensori Angka (1 9) Minimal 7 b. Cemaran Mikroba Escherichia coli APM/25 g < 3 Salmonella per 25 g Negatif ALT koloni/g Maks. 5.0 x 10 5 Vibrio cholerae* per 25 g Negatif Vibrio parahaemolyticus* c. Cemaran kimia* APM/25 g < 3 Merkuri (Hg) Maksimal 0,5 Timbal (Pb) Maksimal 0,5 Kadmium (Cd) Maksimal 0,5 d. Fisika Suhu pusat oc Maks. 18 CATATAN* Bila Diperlukan m. Persyaratan mutu dan keamanan teri nasi setengah kering (SNI : 2013) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk teri nasi berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel

37 Tabel 21. Pengujian Mutu Teri Nasi Setengah Kering Parameter Uji Satuan Persyaratan a. Sensori Angka (1 9) Minimal 7 b. Cemaran Mikroba ALT koloni/g Maks. 1 x 10 5 Escherichia coli APM/g < 3 Salmonella per 25 g Negatif Vibrio cholerae* per 25 g Negatif c. Cemaran logam* Kadmium (Cd) Maks 0,1 Merkuri (Hg) Maks 0,5 Timbal (Pb) Maks 0,3 Arsen (As) Maks 1,0 Timah (Sn) Maks 40,0 d. Kimia Kadar garam % Maks 10 Kadar Air % Maks 60 Kadar Abu tak larut dalam asam % Maks 0,3 CATATAN* Bila Diperlukan n. Persyaratan Mutu Otak otak Ikan (SNI 7757:2013) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk otak ikan berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 22. Tabel 22. Pengujian Mutu Otak Otak Ikan Parameter Uji Satuan Persyaratan a. Sensori Min 7 (Skor 3 9) b. Kimia Kadar air Kadar abu Kadar protein Kadar lemak % % % % Maks 60.0 Maks 2,0 Maks 5,0 Maks 16,0 c. Cemaran Mikroba ALT Eschericia coli Salmonella Vibrio colerae* Staphylococcus aures d. Cemaran Logam Kadmiun Cd) Merkuri (Hg) koloni/g Maks 5 x 10 4 APM/g < 3 Negatif/25 g Negatif/25 g koloni/g Maks 1,0 x10 2 Maks 0,1 33

38 Parameter Uji Satuan Persyaratan Timbal (Pb) Arsen (As) Timah (Sn) e. Cemaran Fisik Filth CATATAN * bila diperlukan Maks 0,5 Maks 0,3 Maks 1,0 Maks 40,0 0 o. Persyaratan Mutu Surimi (SNI 2694 : 2013) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk surimi berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 23. Tabel 23. Pengujian Mutu Surimi Parameter Uji Satuan Persyaratan a. Sensori Min 7 (Skor 1 9) b. Kimia Kadar air Kadar protein % % Maks. 80 Maks. 12 c. Cemaran Mikroba ALT Eschericia coli Salmonella Vibrio colerae* koloni/g APM/g koloni/g Maks 5,0 x 10 4 < 3 Negatif/25 g Negatif/25 g d. Cemaran Logam Arsen (As) Kadmiun Cd) Merkuri (Hg) Timah (Sn) Timbal (Pb) Maks. 1.0 Maks.0.1 Maks 0,5** Maks 0,5 Maks 1,0** Maks 40,0 Maks. 0,3 Maks. 0,4** e. Cemaran Fisik Filth 0 f. Fisika Suhu Pusat Kekuatan Gel (gel strength) o C g/cm 2 Maks 18 Min. 600 CATATAN * bila diperlukan ** untuk ikan predator *** untuk ikan scombroidae (scombroid), clupeidae, pomatomidae, coryphaenedae **** untuk ikan hasil budidaya ***** untuk ikan karang 34

39 p. Persyaratan Mutu Nuget Ikan (SNI 7758 : 2013) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk daging kerang berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 24. Tabel 24. Pengujian Mutu nuget ikan Parameter Uji Satuan Persyaratan a. Sensori Min 7 (Skor 1 9) b. Kimia Kadar air Kadar abu Kadar protein Kadar lemak c. Cemaran Mikroba ALT Eschericia coli Salmonella Vibrio colerae* Staphylocoocus aereus* % % % % koloni/g APM/g koloni/g Maks.60.0 Maks. 2.5 Min 5.0 Maks.15.0 Maks 5,0 x 10 4 < 3 Negatif/25 g Negatif/25 g Maks. 1x10 2 d. Cemaran Logam Kadmiun Cd) Merkuri (Hg) Timbal (Pb) Arsen (As) Timah (Sn) Maks 0,1 Maks 0,5 Maks. 0,3 Maks. 1,0 maks. 40,0 e. Cemaran Fisik Filth 0 CATATAN * Bila diperlukan q. Persyaratan Mutu Ikan Berlapis Tepung (SNI : 2009) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk ikan berlapis tepung, sebagaimana pada Tabel 25. Tabel 25. Pengujian Mutu ikan berlapis tepung Jenis Uji Satuan Persyaratan a. Sensori Angka (19) Min 7 b. Cemaran Mikroba Eschericia coli Salmonella ALT Staphylococcus aures* Vibrio colerae* APM/g per 25 g Koloni/g Koloni/g per 25 g <3 Negatif Maksimal 5,0 x 10 5 Maksimal 1,0 x 10 3 Negatif 35

40 Jenis Uji Satuan Persyaratan c. Cemaran Logam Merkuri (Hg) Timbal (Pb) Kadmiun (Cd) Maksimal 0,5 Maksimal 0,2 Maksimal 0,1 d. Uji Kimia Histamin* Maksimal 50 e. Fisika Suhu Pusat o C Maksimal 18 f. Fisik Filth Bobot Tuntas % 0 50 CATATAN * bila diperlukan r Persyaratan Mutu Udang Berlapis Tepung (SNI 61631:2009) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk udang berlapis tepung berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 26. Tabel 26. Pengujian Mutu Udang Berlapis Tepung Jenis Uji Satuan Persyaratan a. Sensori Angka (19) Min 7 b. Cemaran Mikroba ALT Eschericia coli Salmonella Vibrio colerae Vibrio parhaemolyticus* Staphylococcus aures* c. Cemaran Kimia Kadmiun (Cd) Raksa (Hg) Timbal (Pb) Kloramfenikol Tetrasiklin Oksitetrasiklin Klortetrasiklin Koloni/g APM/g per 25 g per 25 g APM/g Koloni/g μg/kg μg/kg μg/kg μg/kg Maksimal 5,0 x 10 5 < 3 Negatif Negatif < 3 Maksimal 1,0 x 10 3 Maksimal 0,05 Maksimal 0,5 Maksimal 0,5 Maksimal 0,3 Maksimal 100 Maksimal 100 Maksimal 100 d. Fisika Suhu Pusat o C Maksimal 18 e. Fisik Filth Bobot Tuntas Udang % bobot 0 Minimal 50 CATATAN * bila diperlukan 36

41 s Persyaratan Mutu Bakso Ikan (SNI ) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk bakso ikan berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 27. Tabel 27. Pengujian mutu bakso ikan Jenis Uji Satuan Persyaratan a. Sensori Angka (19) Min 7 b. Kimia Kadar air Kadar abu Kadar Protein Histamin* c. Cemaran Mikroba ALT Eschericia coli Salmonella Staphylococcus aures Vibrio cholerae** Vibrio parahaemolyticus** d. Cemaran Logam Kadmiun Cd) Merkuri (Hg) Timbal (Pb) Arsen (As) Timah (Sn) % % % koloni/g APM/g per 25 g koloni/g per 25 g per 25 g Maksimal 65 Maksimal 2,0 Min 7 Maksimal 100 Maksimal 1.0x10 5 <3 Negatif Maksimal 1.0x10 2 Negatif Negatif Maks 0,1 Maks 0,5 Maks. 0,3 Maks. 1,0 Maks. 40,0 e. Cemaran Fisik Filth 0 CATATAN * Untuk bahan baku yang berasal dari jenis scombroidae ** Bila diperlukan t Persyaratan Mutu Tepung Ikan Bahan Baku Pakan (SNI2715: 2013) Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil perikanan untuk bahan tepung ikan untuk bahan baku pakan berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel

42 a. Sensori Jenis Uji Tabel 28. Pengujian Mutu Tepung Ikan Bahan Baku Pakan Satuan Mutu A B C Min 7(19) Min 7 (19) Min 7 (19) b. Kimia Kadar Protein % Min 60 Min 55 Min 50 TVBN mg/100 g Maks. 150 Maks. 180 Maks. 230 Kadar Lemak % Maks.10 Maks. 11 Maks. 12 Kadar Air % Kadar Abu Total % Maks.20 Maks. 25 Maks. 30 Kadar Garam % Maks.5 Maks.5 Maks.5 Protein non ikan Negatif Negatif Negatif Kadar pepsin tercernakan (digest) % Min.90 Min.85 Min.80 Kadar antioksidan ethoxyquin c. Fisika Ukuran (mesh 12) d. Mikrobiologi* Salmonella CATATAN * Bila diperlukan Min.150 Min.150 Min.100 % lolos Negatif Negatif Negatif 38

43 BAB V PENUTUP Pedoman Pemeriksaan Terhadap Media Pembawa dan Hasil Perikanan Yang Masuk Kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia disusun sebagai acuan bagi petugas karantina di UPT KIPM dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan terhadap media pembawa/hasil perikanan yang dimasukan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia sesuai tugas pokok dan fungsinya, seperti yang tercantum dalam pasal 3 UndangUndang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, yaitu mencegah masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari luar negeri dan antar area di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Standar pemeriksaan dan parameter pengujian mutu yang digunakan dalam pelaksanaan pengendalian produk impor mengacu pada Standar Nasional Indonesia dan Internasional dalam pelaksanaan pengendalian sistim jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Diharapkan dengan diterbitkannya pedoman ini dapat meningkatkan pemahaman petugas karantina ikan dalam menetapkan parameter pengujian yang diwajibkan untuk dilakukan pemeriksaan pada produk impor, guna menjaga keamanan hasil perikanan yang masuk kedalam wilayah Negara Republik Indonesia. Pedoman ini bersifat dinamis, dapat berubah sesuai dengan perkembangan peraturan perundangan yang berlaku dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu diharapkan saran dan masukannya untuk penyempurnaannya agar lebih mudah dipahami dan dilaksanakan. 39

44 Lampiran 1. Alur Sertifikasi Kesehatan Ikan dan Hasil Perikanan Impor Risiko Tinggi No. Uraian Kegiatan Petugas Administrasi Pelaksana Kegiatan Kepala UPT/Pejabat yang ditunjuk PHPI Petugas Laboratorium Kelengkapan Mutu Baku 1 Menerima dan melakukan pencatatan PPK secara manual serta Dokumen yang dipersyaratkan 10 menit penginputan ke dalam Sisterkaroline Waktu Output Draf Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen Keterangan 2 Memerintahkan PHPI untuk melaksanakan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen Dokumen yang dipersyaratkan; Draf Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen 5 menit Dokumen yang dipersyaratkan; Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen 3 Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen Dokumen yang dipersyaratkan; 10 menit Laporan Hasil Pemeriksaan Surat Perintah Pemeriksaan Kelengkapan dan Keabsahan Dokumen Dokumen 4 Berdasarkan disposisi Kepala UPT/Pejabat yang ditunjuk, menyiapkan Laporan Hasil Pemeriksaan 5 menit Surat Perintah Analisis Media Pembawa Kelengkapan dan Keabsahan Dokumen 5 Melakukan analisis media pembawa serta rekomendasinya Surat Perintah Analisis Media 10 menit Pembawa Surat Perintah Analisis Media Pembawa Rekomendasi analisis MP/HP Dilanjutkan SOP Penahanan dan/atau Penolakan apabila dokumen dinyatakan tidak lengkap/sah 6 Berdasarkan rekomendasi analisis MP/HP dari PHPI, memerintahkan Rekomendasi analisis MP/HP 5 menit Petugas Administrasi untuk menyiapkan Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KID7) dan Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan (KID8) untuk tindakan karantina lebih lanjut di instalasi Disposisi Menyiapkan Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KID7) dan Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan (KID8) dan menyampaikan ke PHPI Disposisi 10 menit Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KID7) dan Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan (KID8); Surat Perintah Pengawalan MP/HP; SP Pemeriksaan Kebenaran Isi Dokumen; SP Pemeriksaan Klinis; SP Pengambilan Contoh Uji 7 Melakukan pengawalan MP/HP ke instalasi karantina ikan, dan melakukan pemeriksaan kesesuaian jenis, jumlah dan/atau ukuran termasuk kematian ikan dan penempatannya di instalasi Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KID7) dan Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan (KID8); Surat Perintah Pengawalan; SP Pemeriksaan Kebenaran Isi Dokumen; SP Pemeriksaan Klinis; SP Pengambilan Contoh Uji 8 Melaksanakan pemeriksaan kesesuaian jenis/jumlah dan/atau ukuran Surat Perintah Pemeriksaan 60 menit media pembawa/hasil perikanan secara menyeluruh di Instalasi Kebenaran Isi Dokumen Karantina Ikan 240 menit Laporan Hasil Pengawalan LHP Kebenaran Isi Dokumen Dilaksanakan di IKI 9 Melaksanakan pemeriksaan klinis MP dan membuat LHP Klinis Surat Perintah Pemeriksaan Klinis 30 menit LHP Klinis MP Dilaksanakan di IKI

45 10 Melaksanakan pengambilan sampel MP dan membuat LHP Surat Perintah Pengambilan 30 menit Pengambilan Sampel dan melaporhan hasilnya kepada Kepala Contoh Uji UPT/Pejabat yang ditunjuk untuk didisposisi LHP Pengambilan Contoh Uji Dilaksanakan di IKI 11 Memerintahkan Petugas Laboratorium untuk melaksanakan pengujian LHP Pemeriksaan Klinis dan 5 menit contoh uji sesuai target HPIK/mutu hasil perikanan Pengambilan Sampel Surat Perintah Pemeriksaan Laboratorium 12 Melakukan pengujian dan membuat Laporan Hasil Uji (LHU) Surat Perintah Pemeriksaan 4,5 hari laboratorium Laboratorium Laporan Hasil Uji (LHU) Laboratorium Pengujian laboratorium sesuai target HPIK (parasit, bakteri, jamur dan virus) dan mutu hasil perikanan 13 Berdasarkan LHU laboratorium (HPIK dan Mutu Hasil Perikanan) dan LHP Klinis 10 menit Disposisi LHP klinis, membuat disposisi kepada Petugas Administrasi LHU Laboratorium (Penyakit Ikan dan Mutu Hasil perikanan) 14 Menyiapkan draf Sertifikat Pelepasan (KID12) Disposisi 5 menit Draf Sertifikat Pelepasan (KID12) Dilanjutkan SOP Perlakuan apabila LHU Lab menunjukkan MP terinfeksi HPIK golongan II; atau SOP pemusnahan apabila MP terinfeksi HPIK Gol.I / tdk memenuhi standar mutu 15 Menandatangani Sertifikat Pelepasan (KID12) Draf Sertifikat Pelepasan 5 menit (KID12) Sertifikat Pelepasan (KID12) ditandatangani Total waktu yang dibutuhkan 4 hari 11 jam 20 menit

46 Lampiran 2. Alur Sertifikasi Kesehatan Ikan dan Hasil Perikanan Impor Risiko Rendah No. Uraian Kegiatan Petugas Administrasi Pelaksana Kegiatan Kepala UPT/Pejabat yang ditunjuk 1 Menerima dan melakukan pencatatan PPK secara manual serta Dokumen yang dipersyaratkan 10 menit penginputan ke dalam Sisterkaroline PHPI Kelengkapan Mutu Baku Waktu Output Draf Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen Keterangan 2 Memerintahkan PHPI untuk melaksanakan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen Dokumen yang dipersyaratkan; Draf Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen 5 menit Dokumen yang dipersyaratkan; Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen 3 Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen Dokumen yang dipersyaratkan; Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen 10 menit Laporan Hasil Pemeriksaan Kelengkapan dan Keabsahan Dokumen 4 Berdasarkan disposisi Kepala UPT/Pejabat yang ditunjuk, menyiapkan Laporan Hasil Pemeriksaan 5 menit Surat Perintah Analisis Media Pembawa Kelengkapan dan Keabsahan Dokumen Surat Perintah Analisis Media Pembawa Dilanjutkan SOP Penahanan dan/atau Penolakan apabila dokumen dinyatakan tidak lengkap/sah 5 Melakukan analisis media pembawa serta rekomendasinya Surat Perintah Analisis Media 10 menit Pembawa Rekomendasi analisis MP/HP 6 Berdasarkan rekomendasi analisis MP/HP dari PHPI, memerintahkan Rekomendasi analisis MP/HP 10 menit Petugas Administrasi untuk menyiapkan Surat Perintah Pemeriksaan Kebenaran Isi Dokumen (Kesesuaian jenis/jumlah dan/atau ukuran) Disposisi 7 Menyiapkan Surat Perintah Pemeriksaan Kebenaran Isi Dokumen Disposisi 5 menit Surat Perintah Pemeriksaan (Kesesuaian jenis/jumlah dan/atau ukuran media pembawa/hasil Kebenaran Isi Dokumen perikanan) 8 Melaksanakan pemeriksaan kesesuaian jenis, jumlah dan/atau ukuran Surat Perintah Pemeriksaan 240 menit media pembawa/hasil perikanan kemudian membuat LHP Kebenaran Kebenaran Isi Dokumen Isi Dokumen untuk didisposisi oleh Kepala UPT/Pejabat yang Ditunjuk LHP Kebenaran Isi Dokumen Dilakukan di dalam kawasan pabean 9 Berdasarkan disposisi Kepala UPT/Pejabat yang ditunjuk, menyiapkan Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KID7) LHP Kebenaran Isi Dokumen; Disposisi 5 menit Draf Surat Persetujuan Dilanjutkan SOP Penolakan apabila Pengeluaran Media Pembawa dari terdapat ketidaksesuaian jenis, jumlah Tempat Pemasukan (KID7) dan/atau ukuran 10 Menandatangani Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Draf KID7 5 menit Tempat Pemasukan (KID7) KID7 ditandatangani Total waktu yang dibutuhkan 5 jam 10 menit

47 Lampiran 3. Target Pemeriksaan Laboratorium Berdasarkan Media Pembawa dan Negara Sebaran No Organisme Penyebab Nama Penyakit Gol Media Pembawa (Inang Rentan) Negara Sebaran (1) (2) (3) (4) (5) (6) Virus 1 Channel Catfish Virus Disease (CCVD) Channel Catfish Virus Disease (CCVD) 2 Rhabdovirus carpio Spring Viraemia of Carp Disease (SVCD) I African Catfish(Clarias gariepinus) Asian Catfish (Clarias batrachus ) Blue Catfish (Ictalurus furcatus ) Bullhead (Ameiurus melas ) Bullhead (Ameiurus natalis ) Bullhead (Ameiurus nebulosus ) Channel catfish (Ictalurus punctatus ) European Catfish (Silurus glanis ) White Catfish (Ictalurus catus ) I Bighead Carp (Aristichthys nobilis ) Bream (Abramis brama ) Catla (Gibelion catla ) Common Carp (Cyprinus carpio ) Crucian Carp (Carassius carassius ) European Catfish (Silurus glanis ) Golden shiner (Notemigonus crysoleucas) Goldfish (Carassius auratus ) Grass Carp (Ctenopharyngodon idella ) Guppy (Poecilia reticulata ) Mrigal (Cirrhinus mrigala, Cirrhinus cirrhosus ) Nile Tilapia (Oreochromis niloticus ) Orfe (Leuciscus idus ) Northern pike (Esox lucius ) Pumpkinseed (Lepomis gibbosus ) Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss ) Rohu (Labeo rohita ) Silver Carp (Hypophthalmichthys molitrix ) Tench (Tinca tinca ) Zebra Fish (Danio rerio ) Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Honduras Amerika Serikat, Belarusia, China, Brazil, Denmark, Georgia, Hawai, Israel, Italia, Jepang, Kanada, Maldova, Rusia, Spanyol, Swiss, Ukraina, Yugoslavia 3 Infectious pancreatic Infectious Pancreatic I Arctic Char (Salvelinus alpinus ) Afrika Selatan, Amerika Serikat,

48 necrosis virus (IPNV)/Birnavirus Necrosis Disease Atlantic Menhaden (Brevoortia tyrannus ) Brook Trout (Salvelinus fontinalis ) Brown Trout (Salmo trutta ) Cichlids (Cichlidae) Coalfish (Pollachius virens ) Common Scallop (Pecten maximus ) Drums/Croakers (Sciaenidae ) Giant gouramy(osphronemus goramy) Loach (Cobitidae ) Nile Tilapia (Oreochromis niloticus ) Noble Crayfish (Astacus astacus ) Pasific Halibut (Hippoglossus stenolepis ) Perch (Percidae ) Northern pike (Esox lucius ) Redfin Perch (Perca fluviatilis ) River Lamprey (Lampetra fluviatilis ) Southern Flounder (Paralichthys lethostigma ) Southwest European Nase (Chondrostoma toxostoma ) Spanish Barbel (Barbus graellsii ) Summer Flounder (Paralichthys dentatus) Turbot (Scophthalmus maximus ) White seabass (Moronidae ) White Suckers (Catostomas commersoni ) Whitefish (Coregonidae ) Australia, China, Chile, Inggris, Iran, Jepang, Kanada, Korea, Selandia Baru, Norwegia, Perancis, Skotlandia, Spanyol, Taiwan, Thailand. 4 Infectious Haematopoietic Necrosis Virus (IHNV)/Rhabdovirus Infectious Haematopoietic Necrosis Disease I Amago Salmon (Oncorhynchus rhodurus) Arctic Char (Salvelinus alpinus ) Atlantic Salmon(Salmo salar ) Brook Trout (Salvelinus fontinalis ) Brown Trout (Salmo trutta ) Chinook Salmon (Oncorhynchus tshawytscha ) Chum Salmon (Oncorhynchus keta ) Coho Salmon (Oncorhynchus kisutch ) Cutthroat Trout (Salmo clarki ) Gill Lice (Salminicola spp) GiltHead Seabream (Sparus aurata ) Amerika Serikat, Australia, Ceko, Slovakia, China, Inggris, Iran, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea, Kroasia, Perancis, Rusia, Swiss

49 Masou Salmon (Oncorhynchus masou ) Pacific Herring (Clupea pallasii ) Pacific Salmon (Oncorhynchus spp) Northern pike (Esox lucius ) Pile Perch (Damalichthys vacca ) Pink Salmon (Oncorhynchus gorbuscha ) Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss ) Shiner Perch (Cymatogaster aggregata ) Sockeye Salmon (Oncorhynchus nerka ) Tubesnout stickleback (Aulorhynchus flavidus) Turbot (Scophthalmus maximus ) 5 Infectious hypodermal and haematopoietic necrosis Virus (IHHNV)/Parvovi rus Infectious Hypodermal and Haematopoitic Necrosis Disease I Banana Shrimp (Penaeus merguiensis) Giant River Prawn (Macrobranchium rosenbergii) Giant Tiger Shrimp(Penaeus monodon) Gray Shrimp (Penaeus semiculatus) Kuruma Prawn (Penaeus japonicus) Northern Brown Shrimp (Penaeus aztecus) Northern Pink Shrimp (Penaeus duorarum) Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Pasific Blue Shrimp (Litopenaeus stylirostris) Western White Shrimp (Penaeus occidentalis) White Shrimp (Penaeus setiferus) Yellow leg Brown Shrimp (Penaeus californiensis) Afrika Timur, Amerika Serikat, Australia, Brasil, Caledonia, China, Costa Rica, Equador, Guatemala, Hawai, Honduras, India, Karibia, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Meksiko, Panama, Peru, Philipina, Singapura, Tahiti, Tanzania, Thailand 6 Yellowhead virus (Okavirus) Yellowhead disease (YHD) I Blue Shrimp (Litopenaeus stylirostris) Giant Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Krill/small Crustacean (Euphausia spp) Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Amerika Serikat, Australia, China, India, Kenya, Malaysia, Philipina, Srilanka, Taiwan, Thailand

50 7 Taura syndrome virus (TSV) (Picornavirus) 8 White spot syndrome virus (WSSV)/Whispovirus 9 Megalocytivirus /Iridovirus Palaemonid Shrimp (Palaemon styliferus) Small Prawn (Acetes spp) Taura Syndrome I Giant Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Pacific Blue Shrimp (Litopenaeus stylirostris) White Spot Disesase I Artemia (Artemia salina ) Banana Shrimp (Penaeus merguiensis) Cat Tiger Shrimp (Parapenaeopsis spp) Eunicid Polychaete worm (Marphysa sanguena ) Fleshy Prawn (Penaeus chinensis) Giant Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Green Tiger Shrimp (Penaeus semisulcatus) Indian Penaeid Shrimp (Metapenaeus dobsoni) Indian Prawn (Penaeus indicus) Intertidal Brachyuran Crab (Sesarma sp) Kuruma Shrimp (Penaeus japonicus) Long Clawed Freshwater Prawns (Macrobrachium spp) Mangrove Crab (Scylla serrata) Mud Crab (Scylla tranquebarica) Northern White Shrimp (Penaeus setiferus) Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Purple Climber Crab (Metapograpsus sp) Speckled Shrimp (Metapenaeus monoceros) Scalloped spiny lobster (Panulirus homarus) Ornate spiny lobster (Panulirus ornatus ) Red Sea Bream Iridovirus Disease (RSIVD) I Atlantic Bluefin Tuna (Thunnus thynnus ) Barramundi/Sea Bass (Lates calcarifer ) Blackhead sea bream (Achanthopagrus schlegeli) Blackspotted grouper (Epinephelus fuscoguttatus ) Brown Spotted Grouper (Epinephelus malabaricus ) Chicken Grunt (Parapristipoma trilineatum ) Chiclid (Chiclidae ) Amerika Serikat, Brazil, China, Ekuador, Elsalvador, Guatemala, Hawaii, Honduras, Kolumbia, Meksiko, Nikaragua, Peru, Philipina, Taiwan, Thailand, Vietnam, Indonesia Amerika Serikat, Belanda, Brazil, China, Guatemala, Honduras, India, Iran, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Nikaragua, Perancis, Thailand, Taiwan, Vietnam Australia, China, Hongkong, Jepang, Korea, Malaysia, Phillipina, Singapura, Thailand, Taiwan

51 Chinese Emperor(Lethrinus haimatopterus) Chub Mackarel (Scomber japonicus ) Cobia (Rachycentron canadum ) Convict Sevenband Grouper (Epinephelus septemfasciatus ) Crescent Sweetlips (Plectorhinchus cinctus ) Crimson Sea Bream (Evynnis japonica ) Crocein Croaker (Pseudosciaena crocea ) Giant gouramy(osphronemus goramy) Giant/Dragon Grouper (Epinephelus lanceolatus ) Goldenstriped/Yellowtail Amberjack (Seriola lalandi ) Greasy Grouper/Estuarine rock cod (Epinephelus tauvina ) Greater Amberjack (Seriola dumerili ) Guppy (Poecilia reticulata ) Humpback Grouper (Chromileptes altivelis ) Japanese amberjack (Seriola quinqueradiata ) Japanese Flounder, Hirame Flounder (Paralichthys olivaceus ) Japanese Horse/Jack Mackeral (Trachurus japonicus ) Japanese Parrotfish (Oplegnathus fasciatus ) Japanese Sea bass (Lateolabrax japonicus ) Japanese Spanish Mackarel (Scomberomorus niphonius ) Korean rockfish (Sebastes schlegeli) Largemouth Bass (Micropterus salmoides) Largescale Black Fish, Rudderfish (Girella punctata ) Longtooth Grouper (Epinephelus bruneus) OrangeSpotted Grouper (Epinephelus coioides ) Paradise (Macropodus Opercularis ) Red Sea Bream (Pagrus major ) Red Spot Grouper/Hongkong Groper (Epinephelus akaara ) Samson Fish (Seriola hippos )

52 10 Iridovirus Grouper Iridovirus Disease (GIVD) 11 Viral nervous necrosis (VNN) atau Viral Encephalopathy and Retinopathy (VER)/Betanodavirus Nervous Necrosis Virus Disease I Snubnose Dart (Trachinotus blochii ) Spangled Emperor (Lethrinus nebulosus ) Spotted Halibut (Verasper variegatus ) Spotted Knife Jaw (Oplegnathus punctatus ) Threadsail Filefish (Stephanolepis cirrhifer ) Tiger Puffer (Takifugu rubripes ) Torafugu (Takifugu rubripes ) White trevally (Pseudocaranx dentex ) Yellow Grouper (Epinephelus awoara ) Yellowfin Sea Bream (Acanthopagrus latus ) Greasy grouper/estuarine rock cod (Epinephelus tauvina) Brown Spotted Grouper (Epinephelus malabaricus ) Yellow Grouper (Epinephelus awoara) I Atlantic cod (Gadus morhua ) Atlantic halibut (Hippoglossus hippoglossus) Australian bass (Macquaria novemaculata) Australian catfish (Cnidoglanis macrocephalus) Australian catfish (Tandanus tandanus ) Barcoo grunter (Scortum barcoo ) Barfin flounder (Verasper moseri ) Hongkong, Vietnam, Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand Amerika Serikat, Australia, Brunei Darussalam, China, India, Inggris, Iran, Israel, Italia, Jepang, Kanada, Karibia, Korea, Malaysia, Malta, Norwegia, Perancis Philipina, Portugal, Singapura, Spanyol, Tahiti, Taiwan, Thailand, Tunisia, Vietnam, Yunani Barramundi/Asian sea bass (Lates calcarifer ) Barred knifejaw/rock bream (Oplegnathus fasciatus ) Blackspotted grouper (Epinephelus fuscoguttatus ) Brown Spotted Grouper (Epinephelus malabaricus ) Chinese catfish (Parasilurus asotus ) Cobia (Rachycentron canadum ) Common sole (Solea solea ) Convict sturgeonfish (Acanthurus triostegus ) Crimson snapper (Lutjanus erythropterus) Dusky grouper (Epinephelus marginatus ) European eel (Anguilla anguilla )

53 European seabass (Dicentrarchus labrax ) Flounders (Paralichthyidae ) Giant grouper (Epinephelus lanceolatus ) Gilthead seabream (Sparus aurata ) Golden Grey Mullet (Liza aurata ) Golden perch (Macquaria ambigua ) Greasy grouper/estuarine rock cod (Epinephelus tauvina) Greater amberjack/purplihs amberjack (Seriola dumerili ) Flathead grey mullet (Mugil cephalus) Guppy (Poecilia reticulata ) Haddock (Melanogrammus aeglefinus ) Humpback grouper (Chromileptes altivelis ) Japanese flounder, Hirame Flounder (Paralichthys olivaceus ) Japanese puffer (Takifugu rubripes) Japanese seabass (Lateolabrax japonicus) Kelp grouper (Epinephelus moara ) Macquarie perch (Macquaria australasica) Mangrove red snapper (Lutjanus argentimaculatus ) Milk Fish (Chanos chanos ) Murray cod (Maccullochella peelii peelii ) Narrowstripe cardinalfish (Pristiapogon exostigma ) Nile Tilapia (Oreochromis niloticus ) OrangeSpotted Grouper (Epinephelus coioides ) Orbicular batfish (Platax orbicularis ) Pacific bluefin tuna (Thunnus orientalis ) Red drum (Sciaenops ocellatus ) Red Mullet (Mullus barbatus ) Red Spot Grouper/Hongkong Groper (Epinephelus akaara ) Red tilefish (Branchiostegus japonicus ) Russian sturgeon (Acipenser gueldenstaedti ) Samson fish (Seriola hippos )

54 12 Koi herpesvirus (KHV) Koi Herpesvirus Disease 13 Macrobrachium rosenbergii nodavirus Extra small virus 14 Infectious myonecrosis virus (IMNV) 15 Laem Singh Virus (LsNV) White Tail Disease (WTD) Infectious myonecrosis Monodon Slow Growth Sydroms (MSGS) atau Laem Singh Disease/Retinophaty Sevenband grouper (Epinephelus septemfasciatus ) Shi drum (Umbrina cirrosa ) Silver perch (Bidyanus bidyanus ) Sleepy cod (Oxyeleotris lineolatus ) Snubnose pompano (Trachinotus blochii ) Spotted knifejaw (Oplegnathus punctatus) White trevally (Pseudocaranx dentex ) Striped trumpeter (Latris lineata ) Threadsail filefish (Stephanolepis cirrhifer) Turbot (Scophthalmus maximus ) White grouper (Epinephelus aeneus ) White seabass (Atractoscion nobilis ) Winter flounder (Pseudopleuronectes americanus ) Wolffish (Anarhichas minor ) Yellow Grouper (Epinephelus awoara) Yellowwax pompano (Trachinotus falcatus ) I Common carp (Cyprinus carpio ) Goldfish (Carassius auratus ) Grass carp (Ctenopharyngodon idellus) Giant gouramy(osphronemus goramy) Nile Tilapia (Oreochromis niloticus ) Silver carp (Hypophthalmichthys molitrix ) Silver perch (Bidyanus bidyanus ) Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia, Chilli, China, Hongkong, Inggris, Israel, Jepang, Jerman, Kanada, Korea, Malaysia, Philipina, Rumania, Rusia, Singapura, Slovenia, Spanyol, Swedia, Taiwan, Thailand I Giant river prawn (Macrobarachium rosenbergii) Australia, China, India, Karibia, Dominika, Taiwan, Thailand, Vietnam I I Giant tiger shrimp (Penaeus monodon) Pacific blue shrimp (Litopenaeus stylirostris) Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei) Banana shrimp (Fenneropenaeus merguiensis) Giant tiger shrimp (Penaeus monodon) Indian Penaeid shrimp (Metapenaeus dobsoni) Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei) Brazil India, Malaysia, Vietnam, Thailand

55 16 Epizootic Haematopoietic Necrosis Virus (EHNV) Epizootic Haematopoietic Necrosis I Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) Redfin Perch (Perca fluviatilis) Australia 17 Viral haemorrhagic septicemia Virus (VHSV) Viral Haemorrhagic Septicemia Disease I Alaska pollock (Theragra chalcogramma) American gizzard shad (Dorosoma cepedianum) American yellow perch (Perca flavescens) Argentine (Argentina sphyraena) Atlantic cod (Gadus morhua) Atlantic halibut (Hippoglossus hippoglossus) Atlantic Herring (Clupea harengus) Atlantic Salmon (Salmo salar) Black crappie (Pomoxis nigromaculatus) Blackhead sea bream (Achanthopagrus schlegeli) Blue whiting (Micromesistius poutassou) Bluegill (Lepomis macrochirus) Bluntnose minnow (Pimephales notatus) Brook Trout (Salvelinus fontinalis) Brown bullhead (Ictalurus nebulosus) Brown trout (Salmo trutta) Polandia, Denmark, Perancis, Jerman, Italia, Ceko, Swiss, Norwegia, Belgia Burbot (Lota lota) Channel catfish (Ictalurus punctatus ) Chinook Salmon (Oncorhynchus tshawytscha) Chub Mackarel (Scomber japonicus) Chum Salmon (Oncorhynchus keta) Coho Salmon (Oncorhynchus kisutch) Common dab (Limanda limanda) Emerald shiner (Notropis atherinoides) English sole (Parophrys vetula) Eulachon (Thaleichthys pacificus) European Eel (Anguilla anguilla) European flounder (Platichthys flesus) European plaice (Pleuronectes platessa) European seabass (Dicentrarchus labrax) European sprat (Sprattus sprattus) European whitefish (Coregonus lavaretus) Fourbeard rockling (Enchelyopus cimbrius)

56 Freshwater drum (Aplodinotus grunniens) GiltHead Seabream (Sparus aurata) Golden Trout (Oncorhynchus aguabonita) Grayling (Thymallus thymallus) Greenland halibut (Reinhardtius hippoglossoides) Haddock (Melanogrammus aeglefinus) Iberian nase (Chondrostoma polylepis) Japanese amberjack (Seriola quinqueradiata ) Japanese flounder/ Hirame Flounder (Paralichthys olivaceus) Japanese red rockfish (Sebastes inerrmis) Korean rockfish (Sebastes schlegelii) Lake whitefish (Coregonus clupeaformis) Largemouth Bass (Micropterus salmoides) Marbled flounder (Pleuronectes yokohamae) Mummichog (Fundulus heteroclitus) Muskellunge (Esox masquinongy) North American lake trout (Salvelinus namaycush) North Pacific hake (Merluccius productus) Northern pike (Esox lucius ) Norway pout (Trisopterus esmarkii) Pacific cod (Gadus macrocephalus) Pacific Herring (Clupea pallasii) Pacific sandlance (Ammodytes hexapterus) Pacific tomcod (Microgadus proximus) Poor cod (Trisopterus minutus) Pumpkinseed (Lepomis gibbosus) Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) Red Sea Bream (Pagrus major) Red Spot Grouper/Hongkong Groper (Epinephelus akaara) River Lamprey (Lampetra fluviatilis ) Rock bass (Ambloplites rupestris) Round goby (Neogobius melanostomus) Sablefish (Anoplopoma fimbria) Sand goby (Pomatoschistus minutus) Senegalese sole (Solea senegalensis) Shiner Perch (Cymatogaster aggregata)

57 18 Abalone Herpesvirus (AbHV) 19 Osterid herpersvirus1 Microvariant Abalone Viral Ganglioneuritis (AVG) Infection with Ostreid Herpesvirus1 20 Ranavirus Infection with Ranavirus Bakteri 1 Pseudomonas anguilliseptica Red Spot Disease/Sekitenbyo I I Shorthead redhorse (Moxostoma macrolepidotum) Silver redhorse (Moxostoma anisurum) Smallmouth bass (Micropterus dolomieu) Sockeye Salmon (Oncorhynchus nerka) South American pilchard (Sardinops sagax) Spottail shiner (Notropis hudsonius) Striped bass (Morone saxatilis) Surf smelt (Hypomesus pretiosus) Threespined stickleback (Gasterosteus aculeatus) Troutperch (Percopsis omiscomaycus) Tubesnout stickleback (Aulorhynchus flavidus) Turbot (Scophthalmus maximus) Walleye (Sander vitreus) White bass (Morone chrysops) White perch (Morone americana) Whiting (Merlangius merlangus) Zebra Fish (Danio rerio) Blacklip Abalone (Haliotis rubra) Greenlip Abalone (Haliotis laevigata) Variously coloured abalone (Haliostis diversicolor) Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas) Portuguese oyster (Crassostrea angulata) Australia, Kanada, China Perancis, Inggris, Irlandia, Belanda, Australia, Selandia Baru I Frog (Rana sp) Amerika, Asia, Eropa II Atlantic salmon (Salmo salar ) Atlantic cod (Gadus morhua) Ayu/sweetfish (Plecoglossus altivelis ) Baltic herring (Clupea harengus membras) Barramundi/Sea Bass (Lates calcalifer) Blackhead sea bream (Achanthopagrus schlegeli) Brown trout (Salmo trutta ) Catfish (Pangasius sp ) Common carp (Cyprinus carpio ) European Eel Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jepang, Kanada, Malaysia, Swiss, Taiwan

58 (Anguilla anguilla ) European sea bass (Dicentrarchus labrax) European whitefish (Coregonus lavaretus) Gilthead sea bream (Sparus aurata ) Gold Fish (Carassius auratus) Greasy grouper/estuarine rock cod (Epinephelus tauvina) Japanese Eel (Anguilla japonica ) Nile Tilapia (Oreochromis niloticus ) Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss ) Rasbora (Trigonostigma heteromorpha ) Turbot (Scophthalmus maximus ) 2 Aeromonas salmonicida Furunculosis/Carp erytrodermatitis II Atlantic cod (Gadus morhua) Blue devil/caerulian damsel (Pomancentrus caeruleus) Brook trout (Salvelinus fontinalis ) Brown trout (Salmo trutta ) Bullhead (Cottus gobio ) Catfish (Clarias sp) Common Carp (Cyprinus carpio ) Eel (Anguilla sp) Frog (Rana sp) Giant gouramy (Osphronemus goramy) Gilthead seabream (Sparus aurata ) Goldfish (Carassius auratus ) Nile Tilapia (Oreochromis niloticus ) Pacific Halibut (Hippoglossus stenolepis ) Northern pike (Esox lucius ) Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss ) Salmon (Salmonidae ) Scrawled butterflyfish (Chaetodon meyeri) Shortjaw cisco (Coregonus zenithicus ) Spotted Minnows (Galaxiidae ) Turbot (Scophthalmus maximus ) Amerika Serikat, Australia, India, Israel, Jepang, Kanada, Malaysia, Philipina, Switzerland, Thailand 3 Edwardsiella ictaluri Enteric Septicaemia of Catfish (ESC) II African catfish (Clarias gariepinus) Blue catfish (Ictalurus furcatus) Brown bullhead (Ictalurus nebulosus) Afrika Selatan, Amerika Serikat, Jepang, Kenya, Mexiko, Thailand, Vietnam

59 Catfish/Walking Catfish (Clarias batrachus ) Chanel catfish (Ictalurus punctatus ) Danio (Danio devario ) Eel (Anguilla sp) Flounder (Paralichthys sp) Gold fish (Carrasius auratus ) Green knifefish (Eigemannia virens) Jambal Catfish (Pangasius djambal) Blue spot mullet (Valamugil sehel ) Nile Tilapia (Oreochromis niloticus ) Sutchi Catfish (Pangasius sutchi / P. hypophthalmus) Amberjack (Seriola sp) 4 Unique strain of Vibrio parahaemolyticus Early Mortality Syndrome (EMS) / Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) I Fleshy Prawn (Penaeus chinensis) Giant Tiger shrimp (Penaeus monodon) Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei) China, Malaysia, Vietnam, Thailand, Mexico, India 5 Xenohaliotis californiensis Infections with Xenohaliotis californiensis I Black abalone (Haliostis cracherodii) European Abalone (Haliostis tuberculata) Flat Abalone (Haliostis wallalensis) Green Abalone (Haliostis fulgens) Japanese Abalone (Haliostis discus) Variously coloured abalone (Haliostis diversicolor) Pink Abalone (Haliostis corrugata) Red Abalone (Haliostis rufescens) White Abalone (Haliostis sorenseni) Amerika Serikat, Kanada, China, Irlandia, Israel, Jepang, Mexico, Spanyol, Thailand 6 Nocardia crassostreae Nocardiosis/Gill tuberculosis I European Flat Oyster (Ostrea edulis ) Japanese amberjack (Seriola quinqueradiata ) Mediterranean Mussel (Mytilus galloprovincialis ) Neon Tetras (Hyphessobycon innes i) Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas) Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss ) Belanda, Kanada, Italia, USA, Inggris 7 Nocardia asteroides Nocardiosis/Gill tuberculosis I Blotched Snakehead (Channa maculata ) Inggris, Jepang, Taiwan

60 Parasit 1 Bonamia exitiosa Infection with Bonamia exitiosa 2 Bonamia ostreae Infection with Bonamia ostreae 3 Marteilia refringens Infection with Martelia refringens I Blue gouramy (Trichogaster trichopterus) Japanese Sea bass (Lateolabrax japonicus) Largemouth Bass (Micropterus salmoides) Neon Tetras (Hyphessobycon innesi ) Dwarf oyster (Ostrea stentina) European flat oyster (Ostrea edulis ) Mud oyster (Ostrea angasi) New Zealand dredge oyster (Ostrea chilensis ) New zealand flat oyster (Tiostrea lutaria) Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas) I European flat oyster (Ostrea edulis ) Mud oyster (Ostrea angasi ) Suminoe Oyster (Crasssotrea ariakensis) I Argentinian flat oyster (Ostrea puelchana) Atlantic/Eastern/Virginia Oyster (Crassostrea virginica ) Australian Flat Oyster (Ostrea angasi) Calico scallop (Argopecten gibbus ) Common cockle (Cardium edule ) European flat oyster (Ostrea edulis ) Mussels (Mytilus edulis, Mytilus galloprovincialis ) New Zealand dredge oyster (Ostrea chilensis ) Olympia oyster (Ostrea conchaphila ) Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas) Tock oyster (Saccostrea cucullata ) Australia, Inggris, Sendia Baru, Italia, Perancis, Spanyol Amerika Serikat, Denmark, Inggris, Irlandia, Kanada, Selandia Baru, Spanyol Albania, Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Italia, Kanada, Kroasia, Maroko, Perancis, Portugal, Tunisia, Yunani.

61 4 Perkinsus olseni Infection with Perkinsus olseni I Clams (Anadara trapezia, Austrovenus stutchburyi, Ruditapes decussatus, Ruditapes decussatus, R. philippinarum, Tridacna maxima,tridacna crocea, Protothaca jedoensis, Pitar rostrata) Oysters (Crassostrea ariakensis, C. sikamea) Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas) Pearl Oysters (Pinctada maxima, P.martensii, P.culata) Sea snail (Haliotis cyclobates, H. scalari) The blacklip abalone (Haliotis rubra, H. laevigata) Australia, China, Italia, Jepang, Korea, New Zealand, Perancis, Portugal, Spanyol, Thailand, Uruguay, Vietnam 5 Perkinsus marinus Infection with Perkinsus marinus I Blood cockle (Anadara sp) Mangrove oyster (Crasosstrea rhizophorae) Mangrove oyster (Crassostrea corteziensis) Marine bivalve (Macoma balthica) Oyster (Crassostrea virginica ) Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas) Pearl oysters (Pinctada maxima) Soft Shelf Clam/Sand graper (Mya Arenaria) Suminoe oysters (Crassostrea ariakensis) Amerika Serikat, Australia, Kanada, Meksiko 6 Gyrodactylus salaris Infection with Gyrodactylus salaris I Adriatic Salmon (Salmothymus obtusirostris ) Arctic char (Salvelinus alpinus ) Atlantic Salmon (Salmo salar ) Brook Trout (Salvelinus fontinalis) Brown trout (Salmo trutta ) Eurasian minnow (Phoxinus phoxinus ) European whitefish (Coregonus lavaretus) Grayling (Thymallus thymallus ) Ninespine stickleback (Pungitius pungitius ) North American lake trout (Salvelinus namaycush ) Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss ) Finlandia, Rusia, Swedia, Norwegia

62 Threespined stickleback (Gasterosteus aculeatu s) 5 Perkinsus marinus Infection with Perkinsus marinus I Blood cockle (Anadara sp) Mangrove oyster (Crasosstrea rhizophorae) Mangrove oyster (Crassostrea corteziensis) Marine bivalve (Macoma balthica) Oyster (Crassostrea virginica ) Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas) Pearl oysters (Pinctada maxima) Soft Shelf Clam/Sand graper (Mya Arenaria) Suminoe oysters (Crassostrea ariakensis) Amerika Serikat, Australia, Kanada, Meksiko Jamur/Mikotik 1 Ichthyophonus hoferi Sand paper disease I Atlantic cod (Gadus morhua) Atlantic Herring (Clupea harengus) Atlantic mackerels (Scomber scombrus) Atlantic salmon (Salmo salar) Brook Trout (Salvelinus fontinalis) Brown trout (Salmo trutta ) Flag tetra (Hyphessobrycon heterorhabdus) Longhorn sculpin (Myoxocephalus octodecemspinosus) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Yellowtail flounder (Limanda ferruginea ) Amerika Serikat, Inggris, Skotlandia, Swedia, Switzerland, Rusia 2 Batrachochytrium dendrobatidis Infection with Batrachhochytrium dendrobatidis Chytridiomycosis I The Green/Golden Frog (Litoria raniformis) Tasmanian Tree Frog (Litoria burrowsae) Sharp Snouted Day Frog (Taudactylus acutirostris) Tree Frog (Litoria genimaculata) Mist Frog (Litoria lorica) Smooth Froglet (Geocrinia laevis) Spotted Marsh Frogs (Limnodynastes tasmaniensis) Striped Marsh Frogs (Limnodynastes peronii) Amerika Selatan, Amerika Tengah, Amerika Utara, Australia, Eropa.

63 Brown Tree Frog (Litoria ewingii) Banjo Frog (Limnodynastes dumerilii) Common Froglet (Crinia signifera) Southern Toadlet (Pseudophryne semimarmorata) Corroboree Frog (Pseudophryne corroboree) 3 Aphanomyces invadans Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS) I Arowana/Gulf saratoga (Scleropages jardini) Ayu/sweetfish (Plecoglossus altivelis ) Banded tilapia (Tilapia sparrmanii) Blue gouramy (Trichogaster trichopterus) Bony bream (Nematalosa erebi) Bulldog fish (Marcusenius macrolepidotus) Channel catfish (Ictalurus punctatus ) Churchill (Petrocephalus catostoma) Dusky flathead (Platycephalus fuscus) Flathead grey mullet (Mugil cephalus) Freshwater longtom (Strongylura kreffti) Giant gouramy(osphronemus goramy) Green bream (Sargochromis codringtonii) Greenhead tilapia (Oreochromis machrochir) Indian halibut (Psettodes sp) Java barb (Puntius gonionotus) Keti bangladeshi (Rohtee sp.) Marble goby (Oxyeleotris marmoratus) Pink bream (Sargochromis giardi) Pool barb (Puntius sophore) Primitive archerfish (Toxotes lorentzi) Rainbow bream (Sargochromis carlottae) Rainbow fish (Melanotaenia splendida ) Redbreast tilaphia (Tilapia rendalli) Sand whiting (Sillago ciliata) Sharptooth tetra (Micralestes acutidens) Silver butter catfish (Schilbe intermedius) Sleepy cod (Oxyeleotris lineolatus) Snakeskin gouramy (Trichogaster pectoralis) Speckleface bream(serranochromis angusticeps) Spot banded scat (Selenotoca multifasciata) Spotted archerfish (Toxotes chatareus) Amerika Serikat, Australia, Bostwana, India, Jepang, Namibia, Pakistan, Papua New Guinea, Philipina, Thailand, Zambia

64 Spotted scat (Scatophagus argus) Terapon (Therapon sp) Three spot tilapia (Oreochromis andersoni) Yellow belly bream (Serranochromis robustus) 4 Aphanomycosis/ Crayfish Plaque Aphanomyces astaci I Crayfish (Cherax spp) Chinese mitten Crab (Eriocheir sinensis ) Crayfish congener (Orconectes spp) Noble crayfish (Astacus astacus ) Louisiana swamp crayfish (Procambarus clarkii) Signal crayfish (Pacifastacus leniusculus), Slender clawed/turkish crayfish (Astacus leptodactylus) Stone crayfish (Austropotamobius torrentium) White clawed crayfish (Austropotamobius pallipes ) Australia, Inggris, Jepang, Kanada, Philipina, Thailand, Italia, Jerman, Rusia, Finlandia, Swedia, Spanyol, Turki, Norwegia KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, ttd. RINA

- 2 - MEMUTUSKAN: KESATU : Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan

- 2 - MEMUTUSKAN: KESATU : Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN MOR 31/KEPDJP2HP/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN MOR 125/KEPDJP2HP/2014

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN NOMOR : KEP.025/DJ-P2HP/2012

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN NOMOR : KEP.025/DJ-P2HP/2012 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN MOR : KEP.025/DJ-P2HP/2012 TENTANG PENETAPAN JENIS-JENIS HASIL PERIKANAN YANG DAPAT DIMASUKKAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.61/MEN/2009 TENTANG PEMBERLAKUAN WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.61/MEN/2009 TENTANG PEMBERLAKUAN WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.61/MEN/2009 TENTANG PEMBERLAKUAN WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.1629, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKP. Hasil Perikanan. Pengendalian. Mutu dan Keamanan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PERMEN-KP/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PERMEN-KP/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 46/PERMEN-KP/2014 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP YANG DIREKOMENDASIKAN LP-392-IDN

RUANG LINGKUP YANG DIREKOMENDASIKAN LP-392-IDN RUANG LINGKUP YANG DIREKOMENDASIKAN LP-392-IDN Nama Laboratorium : Balai Uji Standar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BUSKIPM) Alamat : Jl. Harapan I No 1 A, Setu Cipayung,

Lebih terperinci

- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG - 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA DENGAN

Lebih terperinci

Sosis ikan SNI 7755:2013

Sosis ikan SNI 7755:2013 Standar Nasional Indonesia Sosis ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/2012 TENTANG KEWAJIBAN TAMBAHAN KARANTINA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/2012 TENTANG KEWAJIBAN TAMBAHAN KARANTINA IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/2012 TENTANG KEWAJIBAN TAMBAHAN KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Siomay ikan SNI 7756:2013

Siomay ikan SNI 7756:2013 Standar Nasional Indonesia Siomay ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, \ PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PERMEN-KP/2015 TENTANG PENGENDALIAN RESIDU OBAT IKAN, BAHAN KIMIA, DAN KONTAMINAN PADA KEGIATAN PEMBUDIDAYAAN IKAN KONSUMSI DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/PERMEN-KP/2014 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1532, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KKP. Hasil Perikanan. Wilayah Negara RI. Keamanan. Mutu. Pengendalian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 251/KEP-BKIPM/2013 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR DAN SERVICE LEVEL ARRANGEMENT UNTUK IMPOR KOMODITAS IKAN

Lebih terperinci

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng Standar Nasional Indonesia Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1603, 2017 KEMEN-KP. Jenis Komoditas Wajib Periksa Karantina Ikan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50/PERMEN-KP/2017 TENTANG JENIS

Lebih terperinci

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2011 TENTANG HASIL PERIKANAN DAN SARANA PRODUKSI BUDIDAYA IKAN DARI NEGARA JEPANG YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa pengawasan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2017 BPOM. Pangan Olahan. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat. PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 69/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

- 1 - KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 69/KEP-BKIPM/2017 TENTANG - 1 - KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 69/KEP-BKIPM/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN LOKASI SEBARAN PENYAKIT

Lebih terperinci

TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN OLEH PIHAK KETIGA

TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN OLEH PIHAK KETIGA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER.03/MEN/2005 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN OLEH PIHAK KETIGA Menimbang : a. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN PEMERIKSAAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN

Lebih terperinci

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010. Nama : RaisAbdullah NPM : 230110097026 Kelas : Perikanan B Tugas Manajemen Mutu Terpadu Spesifikasi CUMI-CUMI BEKU SNI 2731.1:2010 1. Istilah dan definisi cumi-cumi beku merupakan produk olahan hasil perikanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM LP-103-IDN

LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM LP-103-IDN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM LP-103-IDN Mikrobiologi Udang segar, udang beku, Angka lempeng total SNI 01-2339-1991 udang kupas mentah beku, Escherichia coli SNI 01-2332-1991 udang kupas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

2016, No tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

2016, No tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); No.2156, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Hasil Perikanan. Pengendalian Mutu dan Keamanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/PERMEN-KP/2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR /KEP-BKIPM/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN PENYAKIT IKAN EKSOTIK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

Bakso ikan SNI 7266:2014

Bakso ikan SNI 7266:2014 Standar Nasional Indonesia Bakso ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 481/Kpts/OT.210/5/98. Tentang PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOMODITAS HASIL PERTANIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 481/Kpts/OT.210/5/98. Tentang PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOMODITAS HASIL PERTANIAN G/SPS/N/IDN/4 REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN Nomor : 481/Kpts/OT.210/5/98 Tentang PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOMODITAS HASIL PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa Menteri Negara Riset dan Teknologi/Ketua

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN PEMERIKSAAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN No.148, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Tuna dalam kemasan kaleng

Tuna dalam kemasan kaleng Standar Nasional Indonesia Tuna dalam kemasan kaleng ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG MENTERI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN ATAU PENGELUARAN SARANG WALET KE DAN DARI DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

Ikan beku SNI 4110:2014

Ikan beku SNI 4110:2014 Standar Nasional Indonesia Ikan beku ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.469, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Karantina Hewan. Sarang Walet. Tindakan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PERMENTAN/OT.140/3/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN HASIL BAHAN ASAL HEWAN KONSUMSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Per

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Per No.1757, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. UPT Pelayanan Operasional KIPM. Kriteria Klasifikasi. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PERMEN-KP/2017 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TERHADAP PEMASUKAN OBAT IKAN JENIS SEDIAAN BIOLOGIK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/KEPMEN -KP/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN PENERAPAN STANDAR INDONESIA PRODUK PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG TINDAKAN KARANTINA UNTUK PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA DARI LUAR NEGERI DAN DARI SUATU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, -1- PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG JENIS, TATA CARA PENERBITAN, DAN FORMAT DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 08/MEN/2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN IKAN JENIS ATAU VARIETAS BARU KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN CAMPURAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN CAMPURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN CAMPURAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 04/MEN/2005 TENTANG BENTUK DAN JENIS SERTA TATA CARA PENERBITAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 04/MEN/2005 TENTANG BENTUK DAN JENIS SERTA TATA CARA PENERBITAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 04/MEN/2005 TENTANG BENTUK DAN JENIS SERTA TATA CARA PENERBITAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NO 218/KEP-BKIPM/2014 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NO 218/KEP-BKIPM/2014 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16 JAKARTA 10110, KOTAK POS 4130 JKP 10041 TELEPON (021) 3519070 (LACAK),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Gizi Beras Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, beras dapat digantikan/disubsitusi oleh bahan makanan lainnya, namun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BPOM. Pangan Campuran. Bahan Tambahan. Persyaratan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BPOM. Pangan Campuran. Bahan Tambahan. Persyaratan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA No. 739, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pangan Campuran. Bahan Tambahan. Persyaratan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA Oleh : Pandapotan Sianipar Kepala Seksi Pengawasan Usaha P3 Wilayah Timur Direktorat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN NOMOR : KEP.076/DJ-P2HP/2011 TENTANG

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK

PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas rahmat dan hidayahnya, penyusunan Pedoman Teknis Sertifikasi Cara Karantina

Lebih terperinci

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM LAPANGAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN

PRAKTIKUM LAPANGAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN PRAKTIKUM LAPANGAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN Nama NIM Kelompok Asisten Oleh : : Lathifah : B0A013042 : 1 (Satu) : Rifqi Aulia Akbar LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/PERMEN-KP/2017 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TERHADAP PEMASUKAN OBAT IKAN JENIS SEDIAAN BIOLOGIK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PELAYANAN DOKUMEN KARANTINA PERTANIAN DALAM SISTEM ELEKTRONIK INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 75/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 75/KEP-BKIPM/2017 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 75/KEP-BKIPM/2017 TENTANG STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).tiga perempat dari luas wilayah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).tiga perempat dari luas wilayah BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut.garis pantai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Terasi udang SNI 2716:2016

Terasi udang SNI 2716:2016 Standar Nasional Indonesia ICS 67.120.30 Terasi udang Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lampiran : Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor KEP. 70/DJ-PB/2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerbitan Surat Keterangan Teknis Impor Pakan Dan/Atau Bahan Baku Pakan Ikan BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK, DAN TERNAK POTONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PERMEN-KP/2013 TENTANG PENGENDALIAN MUTU MUTIARA YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 13/MEN/2007 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 13/MEN/2007 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 13/MEN/2007 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 120/KEP-DJPDSPKP/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G TINDAKAN KARANTINA UNTUK PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA DARI LUAR NEGERI DAN DARI SUATU AREA KE AREA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.25/MEN/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UPT KARANTINA IKAN PENGENDALIAN

PETUNJUK TEKNIS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.25/MEN/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UPT KARANTINA IKAN PENGENDALIAN PETUNJUK TEKNIS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.25/MEN/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UPT KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA TUNA DALAM KEMASAN KALENG DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SARDEN DAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2007 TENTANG KETENTUAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP SEBAGAI BARANG BAWAAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2017, No penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai; b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum, perlu melakukan penyesuai

2017, No penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai; b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum, perlu melakukan penyesuai BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1464, 2017 KEMENKEU. Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai. Ternak dan Pakan Ikan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142/PMK.010/2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 05/MEN/2005 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 5 Juni 2013 di PT. Awindo Internasional Jakarta. PT. Awindo Internasional terletak

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS MONITORING KESEGARAN, RESIDU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

PETUNJUK TEKNIS MONITORING KESEGARAN, RESIDU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan ng Maha Esa atas segala rahmat, taufik dan hidayah-nya sehingga Petunjuk Teknis Monitoring Kesegaran, Residu dan Keamanan Hasil Perikanan ini

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PAKAN IKAN.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PAKAN IKAN. RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PAKAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG (Penaeus sp) UNTUK PENGANEKARAGAMAN MAKANAN RINGAN BERBENTUK STICK Tri Rosandari dan Indah Novita Rachman Program Studi Teknoogi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 74 /KEP-BKIPM/2015 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 74 /KEP-BKIPM/2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16 JAKARTA 10110, KOTAK POS 4130 JKP 10041 TELEPON (021) 3519070 (LACAK),

Lebih terperinci

PROGRAM SURVEILAN KESEGARAN IKAN, RESIDU DAN BAHAN BERBAHAYA TA. 2017

PROGRAM SURVEILAN KESEGARAN IKAN, RESIDU DAN BAHAN BERBAHAYA TA. 2017 PROGRAM SURVEILAN KESEGARAN IKAN, RESIDU DAN BAHAN BERBAHAYA TA. 2017 TUGAS FUNGSI BIDANG SURVEILAN DAN SERTIFIKASI PRODUK SUB BIDANG SURVEILAN SUB BIDANG SERTIFIKASI PRODUK Melaksanakan koordinasi pelaksanaan

Lebih terperinci

PEDOMAN CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK (CKIB)

PEDOMAN CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK (CKIB) PEDOMAN CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK (CKIB) PUSAT KARANTINA IKAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 PEDOMAN CARA KARANTINA

Lebih terperinci

2 Menetapkan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lemb

2 Menetapkan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1161, 2014 KEMEN KP. Karantina. Ikan. Instalasi. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pangan yang aman,

Lebih terperinci