BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG HADHANAH. yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. 1
|
|
- Agus Surya Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG HADHANAH A. Pengertian dan Dasar Hadhanah Dalam istilah fiqh digunakan dua kata namun ditujukan untuk maksud yang sama yaitu kafalah dan hadhanah. Yang dimaksud dengan kafalah atau hadhanah dalam arti sederhana ialah pemeliharaan atau pengasuhan. Dalam arti yang lebih lengkap adalah pemeliharan anak yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. 1 Hadhanah menurut bahasa berarti meletakkan sesuatu dekat tulang rusuk atau di pangkuan, karena ibu waktu menyusukan anaknya meletakkan anak di pangkuannya, seakan-akan ibu di saat itu melindungi dan memelihara anakya, sehingga Hadhanah dijadikan istilah yang maksudnya: pendidikan dan pemeliharaan anak sejak dari lahir sampai sanggup berdiri sendiri mengurus dirinya dilakukan oleh kerabat anak itu. 2 Hadhanah berasal dari kata Hidhan, artinya lambung. Seperti kata: sayapnya. burungالطير itu menggapai telur yang ada di bawah بيضحضن Begitu pula seorang perempuan (ibu) yang mengempit anaknya. 3 1 Amir Syarifuddin, Op,.Cit. Hal Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh jilid 2, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hal Slamet Abidin, H. aminudin,op,.cit. Hal
2 Yang dimaksud dengan hadhanah ialah: mengasuh anak dengan jalan mendidik dan melindunginya. Yang paling tepat untuk mengasuh adalah para perempuan, karena perempuan lebih dapat memberi perhatian dan lebih sabar ketika mengasuh seorang anak. Orang yang paling tepat untukmengasuh seorang anak adalah ibunya yang darinya si anak akan mendapatkan pendidikan agama,keperwiraan,kejujuran dan kesabaran. 4 Para ulama fiqh mendefinisikan: Hadhanah yaitu melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki maupun perempuan, atau yang sudah besar tetapi belum mumayyiz, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikanya, menjaganya dari sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan akalnya, agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawab. 5 Dasar hukum hadhanah (pemeliharaan anak) adalah firman Allah SWT: اي اهيا الذلين ا منو ا قو ا نفسمك و ا هليمك ان ر ا و قو د ها النا س و احلجا رة Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu... (QS. At-Tahrim: 6). B. Syarat-Syarat Hadhanah Untuk kepentingan anak dan pemeliharannya bagi seorang Hadhin atau Hadhinah diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Berakal sehat 4 Sayyid Ahmad Musayyar, terj. Faturrahman Yahya, Ahmad Ta yudin, Islam Berbicara Soal Seks, Percintaan dan Rumah Tangga, (Jakarta: Penerbit Erlanga, 2008), hal Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal
3 2. Dewasa 3. Mampu mendidik 4. Amanah dan berbudi 5. Islam 6. Ibunya belum menikah lagi 7. Merdeka 6 8. Hadhin atau Hadhinah hendaklah bukan orang yang membenci si anak. 7 C. Urutan Orang yang Berhak Menerima Hadhanah Dalam hal hadhanah, yang pertama kali mempunyai hak adalah ibunya. Para ahli fiqh kemudian memperhatikan bahwa kerabat ibu didahulukan daripada kerabat ayah dalam mengenai masalah hadhanah dan urut-urutannya sebagai berikut: Jika ada suatu halangan yang mencegahnya untuk didahulukan, misalnya karena salah satu syaratnya tidak terpenuhi, maka berpindahlah ke tangan ibu dari ibu (nenek) dan terus ke atas. Jika ternyata ada suatu halangan, maka berpindahlah ke tangan ayah, kemdian saudara perempuannya sekandung, lalu saudara perempuanya seibu, kemudian saudara perempuan seayah. Setelah itu keponakan perempuannya sekandung, kemudian saudara perempuan ibu yang seibu, lalu saudara perempuan ibu yang seayah. Kemudian keponakan perempuan ibu yang Slamet Abidin, H. aminudin, Fiqih Munakakhat 2, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hal Abd. Rahman Ghazaly, Op., Cit. Hal
4 seayah, anak perempuan ke saudara laki-lakinya yang sekandung, lalu anak perempuan saudara laki-lakinya yang seayah. Setelah itu kemudian bibi dari ibu sekandung lalu bibi dari ibu yang seibu, lalu bibi dari ibu yang seayah, lalu bibinya ibu, lalu bibinya ayah, kemudian bibinya ibu dari ayah ibu, lalu bibinya ayah dari ayahnya ayah. 8 Jika anak yang masih kecil tersebut tidak mepunyai kerabat diantara mahram-mahramnya diatas, atau memlikinya tetapi tidak pandai melakukan hadhanah, maka berpindahlah tugas tersebut kepada para asabah yang laki-lai dari mahram-mahramnya di atas sesuai dengan tertib hukum ahli waris maka lalu berpindahlah ke tangan ayah, ayahnya ayah terus ke atas kemudian saudara laki-laki ayah yang seayah, lalu paman yang sekandung dengan ayahnya ayah, lalu paman yang seayah dengan ayahnya ayah. 9 Drs. H. Ibnu Mas ud dalam bukunya Fiqih Menurut Madzhab Syafi i menyebutkan bahwa, orang yang paling utama mengasuh anak adalah dengan urutan sebagai berikut: 1. Ibu yang belum menikah dengan laki-laki lain. 2. Ibu dari ibu, dan seterusnya keatas. 3. Bapak. 4. Ibu dari bapak (nenek). 5. Saudara yang perempuan. 6. Tante (bibi). 8 Slamet Abidin, H. aminudin, Op.,Cit, Hal Ibid,. Hal
5 7. Anak perempuan. 8. Anak perempuan dari saudara laki-laki. 9. Saudara perempuan dari bapak. 10 D. Pandangan Ulama tentang Masa Hadhanah Dalam literatur fiqh disebutkan dua periode bagi anak dalam kaitannya dengan hadhanah, yaitu masa sebelum mumayyiz dan masa sesudah mumayyiz. Periode sebelum mumayyiz adalah hari waktu lahir sampai menjelang umur tujuh atau delapan tahun. Pada masa tersebut seorang anak belum mumayyiz artinya belum bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang berbahaya bagi dirinya. Masa mumayyiz adalah dari usia tujuh tahun sampai menjelang balig berakal. Pada masa ini seorang anak sudah dapat membedakan antara yang berbahaya dan yang bermanfaat bagi dirinya. 11 Bila anak laki-laki telah melewati masa kanak-kanak yaitu mencapai usia tujuh tahun, yang di dalam ilmu fiqh disebut mumayiz, dan dia tidak idiot, antara ibu dan ayah berselisih dalam memperebutkan hak hadhanah maka si anak diberi hak pilih antara tingal bersama ayah atau ibunya untuk pengasuhan selanjunya. Inilah pendapat sebagian ulama diantaranya Imam Ahmaddan Al Syafi i. 12 Imam Malik dan Abu Hanifah berpendapat tidak diberikanhak pilih kepada si anak. Namun, diantara keduanya berbeda pendapat dalam 10 Ibid,. Hal Satria Effendi, Op,.Cit. Hal Amir Syarifuddin, Op,. Cit. Hal
6 penyelesainnya. Abu Hanifah berpendapat bahwa bila si anak setelah dapat hidup mandiri, baik dalam berpakaian, makan, dan membersihkan badannya maka ayah lebih berhak atasnya. Malik berpendapat ibu berhak sampai selesai pengasuhannya. 13 Bila yang telah mencapai masa tamyiz itu adalah anak perempuan, para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan yangberhak melakukan hadhanah. Menurut pendapat Imam Ahmad, yang diikuti oleh pengikut dan ulama lainnya, anak perempuan itu diberikan kepada ayah, karena ia yang berhak melakukan hadhanah. Imam Syafi i berpendapat anak perempuan diberipilihan untuk hidup bersama ibu atau ayahnya sebagaimana yang berlaku pada laki-laki. Abu Hanifah berpendapat bahwa ibu lebih berhak melakukan hadhanah sampai dia kawin atau haid. Menurut Imam Malik ibu lebih berhak sampai dia kawin atau bergaul dengan suaminya, karena anak dalam usia tersembut telah mampu memilih Ibid. Hal Ibid. Hal
BAB IV. Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum. Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak
BAB IV Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak Perspektif Fiqh dan Hukum Positif Berdasarkan Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2011
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. ) diambil dari kata ( berusaha mendidiknya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk
18 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian H}ad}anah Kata ( ) diambil dari kata ( ) yang artinya pendamping.jika ditinjau dari segi syara, maka artinya menjaga dan mengasuh anak kecil atau yang senada dengannya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama
58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah Agama yang paling sempurna yang di turunkan Allah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam adalah Agama yang paling sempurna yang di turunkan Allah SWT kepada umat manusia dan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Islam mengandung
Lebih terperinciHAK ASUS ANAK : SUATU ANALISA TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH SYAR IYAH LANGSA TENTANG PENGALIHAN HAK ASUH ANAK. Oleh : Fakhrurrazi 1 dan Noufa Istianah 2
HAK ASUS ANAK : SUATU ANALISA TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH SYAR IYAH LANGSA TENTANG PENGALIHAN HAK ASUH ANAK Oleh : Fakhrurrazi 1 dan Noufa Istianah 2 Abstrak Dalam pembahasan ini peneliti memfokuskan kepada
Lebih terperinciTINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN
1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca perceraian. Perselisihan yang erat kaitannya dengan perceraian adalah masalah pembagian harta bersama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAD}A<NAH. Selain itu juga bermakna mendekap, memeluk, mengasuh dan merawat 2.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAD}A
Lebih terperinciH}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYERAHAN HAK H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH KANDUNG PASCA PERCERAIAN A. Analisis Terhadap Pertimbangan dan Dasar Hukum Hakim PA Malang Dalam Perkara Nomor:
Lebih terperinciBAB II KONSEP HADLÂNAH DALAM PERSEPEKTIF FIQIH. Secara etimologi kata hadlânah berasal dari bahasa Arab yaitu akar kata
BAB II KONSEP HADLÂNAH DALAM PERSEPEKTIF FIQIH A. Pengertian Hadlânah Secara etimologi kata hadlânah berasal dari bahasa Arab yaitu akar kata dari ح ض ن ي ح ض ن - ح ض ن ا yang artinya asuh, mengasuh, dan
Lebih terperinciBAB II. atau lebih tepat dikatakan memelihara dan mendidik anaknya. 2. mengasuh atau menggendong anaknya yang masih kecil sering menyusui
27 BAB II A. Definisi H}ad}a>nah Dalam istilah fiqh digunakan dua kata namun ditujukan untuk maksud yang sama yaitu kafalah dan h}ad}a>nah. Yang dimaksud kafalah dan h}ad}a>nah dalam arti sederhana ialah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadlânah adalah Pengasuhan anak dibawah umur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadlânah adalah Pengasuhan anak dibawah umur yang wajib dilaksanakan oleh kedua orang tua, karena pada dasarnya seorang anak dilahirkan tanpa memiliki pengetahuan
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum yang Digunakan oleh Majlis Hakim dalam H{Ad{A>Nah Anak kepada Ayah karena Ibu Wanita Karir.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SURABAYA NOMOR 2339/PDT.G/2005/PA.SBY TENTANG H{AD{A>NAH ANAK KEPADA AYAH KARENA IBU WANITA KARIR A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum
Lebih terperinciH}AD}A>NAH DALAM HUKUM ISLAM
BAB II H}AD}A>NAH DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian dan Dasar Hukum H}ad}a>nah H}ad}a>nah berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti antara lain: memelihara, mendidik, mengatur, mengurus segala kepentingan/urusan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kerangka Teori 1. Tinjauan tentang Perceraian a. Pengertian Perceraian Perceraian sering diartikan oleh masyarakat luas adalah suatu kegagalan yang terjadi di rumah tangga. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.
1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi
Lebih terperinciSiapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain
Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan. Lihat Ahkam An-Nazhar Ila
Lebih terperinciBAB III HADHANAH MENURUT HUKUM ISLAM
25 BAB III HADHANAH MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Hadhanah 1. Pengertian menurut bahasa Hadhanah berasal dari bahasa Arab, dengan asal kata, hadhanah hadinatun,(ا ح ت ض ن ( ihtadhana,(ح ض ن ا),( hadnan
Lebih terperinciBAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki -
BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS A. Pengertian dan Sumber Hukum. Pakar Hukum waris mengklasifikasikan kakek kepada dua macam, yaitu kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Masyarakat Desa Pagedangan Kecamatan Turen Kabupaten
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Masyarakat Desa Pagedangan Kecamatan Turen Kabupaten Malang 1. Profil Desa Pagedangan Kecamatan Turen Kabupaten Malang Desa Pagedangan merupakan salah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI A. Analisis Terhadap Deskripsi Pembagian Warisan Oleh Ibu Senen dan Bapak Kasiran Kepada Ahli Waris Pengganti Di Desa Kasiyan
Lebih terperinciA. Analisis faktor penyebab nushu>z nya istri karena ketidakmampuan suami. memberi nafkah
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS NUSHUz nya istri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat
Lebih terperinciBAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENYEBAB PEMBATALAN HAK ASUH TERHADAP ANAK-ANAK YANG MASIH DIBAWAH UMUR
33 BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENYEBAB PEMBATALAN HAK ASUH TERHADAP ANAK-ANAK YANG MASIH DIBAWAH UMUR A. Pengertian Dan Syarat-Syarat Hak Asuh Anak Pada kenyatannya seorang anak memerlukan orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Agama Islam Negeri Kendari dengan judul "Hadhanah Menurut Hukum Islam dan
11 A. Kajian Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini dilakukan oleh Nur Khalis Amri pada tahun 2014 dari Institut Agama Islam Negeri Kendari dengan judul "Hadhanah Menurut Hukum Islam dan Hukum
Lebih terperinciBAB II KARAKTER HADHANAH PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MEDAN DARI TAHUN Perceraian Dan Akibat Hukum Terhadap Anak
BAB II KARAKTER HADHANAH PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MEDAN DARI TAHUN 2010-2012 1. Perceraian Dan Akibat Hukum Terhadap Anak a. Perceraian Sesuai dengan prinsipnya perkawinan itu untuk selama-lamanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, akan tetapi secara substansi memiliki perbedaan. Di antara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang hadhânah telah banyak dilakukan sebelumnya dan ditemukan beberapa judul skripsi yang memiliki kemiripan dengan judul penelitian ini, akan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hadlanah 1. Pengertian Hadlanah (Pemeliharaan Anak) Hadlanah berasal dari kata Hidhan, artinya lambung. Dan seperti kata Hadhanah ath-thaairu baidhahu, artinya burung itu mengempit
Lebih terperinciBAB III Rukun dan Syarat Perkawinan
BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan Rukun adalah unsur-unsur yang harus ada untuk dapat terjadinya suatu perkawinan. Rukun perkawinan terdiri dari calon suami, calon isteri, wali nikah, dua orang saksi
Lebih terperinciBAB II. telurnya di bawah sayap. Begitu pula seorang ibu yang akan mengapit anak
28 BAB II HADLANAH DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pengertian Hadlanah dan Dasar Hukumnya Hadlanah berasal dari kata hidhan (,(ح ضن artinya lambung, seperti kata hadlanah ath- thairu baidhahu ( بي ده الطي
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK
64 BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hukum yang Digunakan
Lebih terperinciSIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1)
SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1) Adapun ketentuan siapa yang mahram dan yang bukan mahram
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Hadhanah berasal dari kata yang berarti. (lambung, rusuk) erat atau dekat, jadi hadhanah ialah Seperti kalimat
18 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Hadhanah Hadhanah berasal dari kata yang berarti (lambung, rusuk) erat atau dekat, jadi hadhanah ialah Seperti kalimat hadhanah ath-thaairu baidhahu, burung itu menggempit
Lebih terperinciو ك ان ر ب ك ق د ي ر ا{ ٥٤ { Islam. 3 Allah swt berfirman dalam QS. Al-Furqa>n (25) ayat 54: BAB II
BAB II NASAB, PERWALIAN, DAN LARANGAN PERKAWINAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab dalam Perspektif Hukum Islam Menurut konsep Hukum Islam, hubungan kekeluargaan dikenal dengan istilah nasab. 1 Nasab
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM LBH DAN HADLANAH. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan
BAB II TINJAUAN UMUM LBH DAN HADLANAH A. Lembaga Bantuan Hukum ( LBH ) 1. Pengertian LBH Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan
Lebih terperinciSIAPAKAH MAHRAMMU? 1
SIAPAKAH MAHRAM KITA SIAPAKAH MAHRAMMU? 1 Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan. 2 Adapun ketentuan siapa yang mahram
Lebih terperinciDisusun oleh: Akip Bustomi Muslih KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PENYELESAIAN SENGKETA HAK ASUH ANAK (HADHANAH). (Studi Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor : 2558/Pdt.G/2013/PA.Js dan Pengadilan Negeri Tangerang No. 282/Pdt.G/2014/PN.TNG). SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana
Lebih terperinciBolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?
"kemal pasa", k_pasa03@yahoo.com Pertanyaan : Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? Jawaban : Tidak
Lebih terperinciHAK PEMELIHARAAN ATAS ANAK (HADHANAH) AKIBAT PERCERAIAN DITINJAU DARI HUKUM POSITIF
HAK PEMELIHARAAN ATAS ANAK (HADHANAH) AKIBAT PERCERAIAN DITINJAU DARI HUKUM POSITIF Oleh : Prihatini Purwaningsih Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Ibn Khaldun Bogor Abstrak Perceraian bukanlah halangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciPERAN SEORANG IBU YANG BEKERJA SEBAGAI TKW TERHADAP ANAK DI DESA PENGKOL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO PROPOSAL SKRIPSI
PERAN SEORANG IBU YANG BEKERJA SEBAGAI TKW TERHADAP ANAK DI DESA PENGKOL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO (Perspektif Ulama NU Dan Muhammadiyah Kabupaten Ponorogo) PROPOSAL SKRIPSI Disusun Oleh USWATUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai ajarannya. Ajaran serta aturan-aturan yang telah di atur dalam Islam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam Sebagai Agama yang rahmatan lil alamin selalu memperhatikan nilai-nilai ajarannya. Ajaran serta aturan-aturan yang telah di atur dalam Islam sangat memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu fitrah manusia adalah adanya perasaan saling suka antara lawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sisi keistimewaan agama Islam adalah memberikan perhatian terhadap fitrah manusia dan memperlakukan secara realistis. Salah satu fitrah manusia adalah
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN Dalam memahami batasan usia seseorang mampu menikah menurut Undang- Undang No.1 Tahun 1974 dan Mazhab Syafi i, maka harus diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kesadaran untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup, 1 yang dilaksanakan di dalam
Lebih terperinciBAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak
Lebih terperinciAD{AL DENGAN ALASAN CALON SUAMI SEORANG MUALLAF DAN
BAB IV ANALISIS 4 MADZAB FIQIH TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NGANJUK NOMOR 0034/Pdt.P/2016/PA.NGJ TENTANG WALI AD{AL DENGAN ALASAN CALON SUAMI SEORANG MUALLAF DAN KHAWATIR KEMBALI KEAGAMANYA SEMULA.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalimat hadhana ath-thaairu baidhahu burung itu menggempit telur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hadhanah berasal dari kata hidnan yang berarti lambung. Seperti kalimat hadhana ath-thaairu baidhahu burung itu menggempit telur dibawah sayapnya, begitu juga dengan
Lebih terperinciBAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg
BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg A. Deskripsi Perkara Kasus yang diteliti penulis kali ini merupakan perkara cerai gugat yang di dalamnya disertai gugatan hak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAFKAH DAN MAHRAM A. TINJAUAN UMUM TENTANG NAFKAH. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Nafkah
16 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAFKAH DAN MAHRAM A. TINJAUAN UMUM TENTANG NAFKAH 1. Pengertian dan Dasar Hukum Nafkah Kata nafkah yang berasal dari kata انفق dalam bahasa Arab secara etimologi mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang. dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perceraian itu sesungguhnya dibenci tanpa adanya hajat. Akan tetapi Nabi menyebutnya sebagai barang halal. Dikarenakan perceraian itu menghilangkan nikah yang
Lebih terperinciPENGASUHAN ANAK MENURUT HUKUM ISLAM
PENGASUHAN ANAK MENURUT HUKUM ISLAM Abdul Basith Junaidiy Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya. Email: basithjunaidy71@gmail.com Abstract: Divorce between husband and wife has consequences
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai subyek hukum pada dasarnya dipandang. mempunyai kecakapan yang berfungsi untuk mendukung hak dan kewajiban
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai subyek hukum pada dasarnya dipandang mempunyai kecakapan yang berfungsi untuk mendukung hak dan kewajiban sejak manusia menjadi dewasa. Dengan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sanksi hukum bagi seorang ayah melakukan tindak pidana pemerkosaan terhadap anak kandungnya, berdasarkan ketentuan hukum positif di Indonesia, ia dapat dijerat dengan pasal-pasal
Lebih terperinciBAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni
15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. KOTA PEKALONGAN NO. 0123/Pdt.G/2013/PA.Pkl TENTANG HAK ASUH ANAK
BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA KOTA PEKALONGAN NO. 0123/Pdt.G/2013/PA.Pkl TENTANG HAK ASUH ANAK A. Analisis Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perkara No.0123/Pdt.g/2013/PA.Pkl tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan
BAB I PENDAHULUAN Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Aturan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS
BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS A. Analisis Pertimbangan Hukum dalam Putusan MA. No. 184 K/AG/1995 A. Mukti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat kuat atau mitsaqhan ghalidhon untuk mentaati perintah Allah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu sunah dari beberapa sunatullah yang ditetapkan pada hamba-nya 1 untuk mengatur hubungan suami istri yang baik, pernikahan juga
Lebih terperinciNafaqah merupakan kewajiban suami terhadap istrinya dalam
26 BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG NAFKAH IDDAH DAN MUT AH A. NAFKAH IDDAH 1. Pengertian nafkah iddah Nafkah adalah pemberian berupa harta benda kepada orang yang berhak menerimanya, seperti: istri, anak,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN
58 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Penarikan Kembali Hibah Bersyarat di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga
Lebih terperinciHAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT PERCERAIAN (Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan Perkara Nomor: 0305/Pdt.G/2010/PA.
HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT PERCERAIAN (Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan Perkara Nomor: 0305/Pdt.G/2010/PA.JS) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS A. Sebab-Sebab Terjadinya Penguasaan Tirkah Al-Mayyit Yang Belum Dibagikan Kepada Ahli Waris Harta peninggalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan orang tua khususnya ibu adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang luhur dan sakral, bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah Rasulullah. Sebab di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia karena dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan kelangsungan generasinya. Pengertian Perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah setiap orang tentu akan meninggal, baik ia seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan itu sendiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan Menurut Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 Pasal 1 dan Pasal 2, perkawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 0138/Pdt.G/2013/PA.Mlg TENTANG PENOLAKAN HAK ASUH ANAK OLEH SUAMI YANG DICERAI GUGAT
53 BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR 0138/Pdt.G/2013/PA.Mlg TENTANG PENOLAKAN HAK ASUH ANAK OLEH SUAMI YANG DICERAI GUGAT A. Analisis Terhadap Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Malang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemeliharaan anak dalam istilah fikih disebut hadhanah, diartikan sebagai mengasuh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeliharaan anak dalam istilah fikih disebut hadhanah, diartikan sebagai mengasuh anak kecil yang belum tahu dan belum dapat hidup mandiri, yakni dengan memenuhi
Lebih terperinciMEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9
MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9 A. KELUARGA Untuk membangun sebuah keluarga yang islami, harus dimulai sejak persiapan pernikahan, pelaksanaan pernikahan, sampai pada bagaimana seharusnya suami dan
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu Syari ah
STUDI ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy- Syafi i telah diuraikan dalam bab-bab yang lalu. Dari uraian tersebut telah jelas mengungkapkan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM A. Pengertian Harta Dalam Perkawinan Islam Menurut bahasa pengertian harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan. 1
Lebih terperinciHAK WARIS DZAWIL ARHAM
Nama Kelompok : M. FIQHI IBAD (19) M. ROZIQI FAIZIN (20) NADIA EKA PUTRI (21) NANDINI CHANDRIKA (22) NAUFAL AFIF AZFAR (23) NOER RIZKI HIDAYA (24) XII-IA1 HAK WARIS DZAWIL ARHAM A. Definisi Dzawil Arham
Lebih terperinciBAB II HAK ASUH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG
26 BAB II HAK ASUH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG A. Pengertian Hak Asuh Anak dan Dasar Hukumnya 1. Perspektif Undang- Undang No.23 Tahun 2002 Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU
PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU Oleh : Gita Putri Candra Pembimbing 1 : Hj. Mardalena Hanifah, SH., M.Hum Pembimbing 2 : Ulfia Hasanah,
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.Mr A. Analisis Pertimbangan Hakim Pada Putusan Nomor 1375/Pdt.G/2013/PA.Mr
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia terus berupaya meningkatkan dan melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun, Negara Republik Indonesia terus berupaya meningkatkan dan melaksanakan pembangunan di segala bidang, upaya tersebut
Lebih terperinciAYAH SEBAGAI PENGASUH BAGI ANAK YANG BELUM MUMAYYIZ (Analisis Putusan Perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS)
AYAH SEBAGAI PENGASUH BAGI ANAK YANG BELUM MUMAYYIZ (Analisis Putusan Perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy) Oleh:
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH MUI JAWA TIMUR TERHADAP PENDAPAT HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG STATUS ISTRI SETELAH PEMBATALAN NIKAH
75 BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH MUI JAWA TIMUR TERHADAP PENDAPAT HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG STATUS ISTRI SETELAH PEMBATALAN NIKAH A. Analisis Pendapat Hakim Tentang Status Istri Setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Allah SWT kepada pasangan suami dan istri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah buah perkawinan, kedua orang tua yang telah memainkan peranannya dalam penciptaan ini dan harus berbagi dalam segala suka duka untuk membimbing anaknya.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Kewarisan Kakek
BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Kewarisan Kakek bersama Saudara Sebagaimana telah penulis sebutkan pada bab
Lebih terperinciBAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi
16 BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian dan Sumber Hukum 1. Pengertian Ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas warisan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut
Lebih terperinciBAB II BATAS USIA ANAK DALAM HAK H{AD{A<NAH PASCA PERCERIAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM
BAB II BATAS USIA ANAK DALAM HAK H{AD{A
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpasang-pasangan merupakan sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1 Firmah Allah SWT dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO
BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO A. Akad Perjanjian Kerja antara TKI dengan PJTKI di PT. Amri Margatama Cabang Ponorogo
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan
BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH A. Isbat Nikah 1. Pengertian Isbat Nikah Kata isbat berarti penetapan, penyungguhan, penentuan. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Terdahulu. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh peneliti yang pernah penulis baca yaitu: 1. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah dalam dua jenis yaitu laki-laki dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan.penciptaan dua jenis makhluk ini nantinya akan hidup bersama dalam ikatan perkawinan. Tujuan
Lebih terperinciBAB II PIHAK YANG BERHAK MENGASUH ANAK PADA SAAT TENGGANG WAKTU PENENTUAN HAK HADHANAH ANAK. A. Tinjauan Tentang Hadhanah Menurut Hukum Islam
25 BAB II PIHAK YANG BERHAK MENGASUH ANAK PADA SAAT TENGGANG WAKTU PENENTUAN HAK HADHANAH ANAK A. Tinjauan Tentang Hadhanah Menurut Hukum Islam 1. Pengertian Hadhanah Adapun dalam Hukum Islampemeliharaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH)
BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH) A. Analisis Putusan Pengadilan Agama Demak No. 619/ Pdt. G/ 2003/ PA. Dmk Tentang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME
51 BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME A. Analisis Terhadap Perlindungan Hak Nafkah Perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam Hak perkawinan
Lebih terperinciKAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf
KAIDAH FIQH ا ل ج ت ه اد ل ي ن ق ض ب ل ج ت ه اد Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1438 H_2017 M Sebuah Ijtihad
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN WALI AD}AL DAN HARTA WARISAN
BAB II KEDUDUKAN WALI AD}AL DAN HARTA WARISAN A. Wali Ad}al 1. Pengertian Wali Ad}al Wali secara etimologis ialah seseorang yang dengan perantaraannya, urusan seseorang dapat dilaksanakan oleh lainnya
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG WALI. pengasuh, orang tua atau pembimbing terhadap orang atau barang 1.
24 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG WALI A. Definisi Wali Kata wali dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengasuh, orang tua atau pembimbing terhadap orang atau barang 1. Perwalian dalam istilah
Lebih terperinci