AYAH SEBAGAI PENGASUH BAGI ANAK YANG BELUM MUMAYYIZ (Analisis Putusan Perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AYAH SEBAGAI PENGASUH BAGI ANAK YANG BELUM MUMAYYIZ (Analisis Putusan Perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS)"

Transkripsi

1 AYAH SEBAGAI PENGASUH BAGI ANAK YANG BELUM MUMAYYIZ (Analisis Putusan Perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy) Oleh: SYAHBANA ARIEF NIM PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A S K H S I Y Y A H ) FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1437 H / 2015 M

2

3 AYAH SEBAGAI PENGASUH BAGI ANAK YANG BELUM MUMAYYIZ (Analisis Putusan Perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS)

4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy) Oleh: SYAHBANA ARIEF NIM PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A S K H S I Y Y A H ) FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1437 H / 2015 M

5 ABSTRAK Syahbana Arief. NIM AYAH SEBAGAI PENGASUH BAGI ANAK YANG BELUM MUMAYYIZ (ANALISIS PUTUSAN PERKARA NO. 2282/PDT.P/2012/PA.JS).Program Studi Hukum Keluarga Islam, Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syari ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435/2015. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hak hadhanah akibat putusnya perkawinan dalam Fikih dan Kompilasi Hukum Islam dan juga ingin mengetahui dasar dan pertimbangan majelis hakim yang digunakan dalam menjatuhkan penetapan perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS. Studi ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris dan dengan pendekatan conceptual approach. Sumber data primer berupa wawancara hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Dan teknik analisis data yang telah diperoleh, lalu diuraikan dan dihubungkan dengan sedemikian rupa sehingga menjadi sistematis dalam menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Data-data tersebut lalu dianalisis, sehingga membantu sebagai dasar acuan dan pertimbangan hukum yang berguna. Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS telah menetapkan suami atau ayah berhak mendapatkan hak asuh anak akibat putusnya perkawinan setelah Majelis Hakim mendengarkan keterangan anak yang bersangkutan di persidangan. Studi ini menjelaskan bahwa fikih dan KHI sama-sama memberikan hak asuh anak pasca putusnya perkawinan kepada Ibu kandungnya, bahwa hak hadhanah anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun berhak atas ibunya untuk mengasuh. Sedangkan putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan perkara nomor 2282/Pdt.G/PA.JS. bahwasanya hak pengasuh anak diberikan pada ayah. Adapun hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang memberi pertimbangan melihat dari kemaslahatan dan kepentingan si anak, bukan semata-mata yang secara normatif paling berhak. Sekalipun si anak belum berumur 12 tahun (mumayyiz). Kata kunci: Hukum Kewarisan Islam, Ahli Waris Non Muslim, Penetapan Pengadilan Agama. Pembimbing : Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag., M.Ag. Daftar Pustaka :Tahun 1964 s.d Tahun 2013 v

6 KATA PENGANTAR بسم هللا الرحمن الرحيم Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, pembawa Syari ahnya yang universal bagi semua umat manusia dalam setiap waktu dan tempat hingga akhir zaman. Skripsi ini penulisan persembahkan kepada ayahandadjakaria dan ibunda Maisuti.Yang selalu memberikan dorongan, bimbingan, kasih sayang, dan doa tanpa kenal lelah dan bosan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-nya kepada mereka. Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis temukan, namun syukur alhamdulillah berkat rahmat dan rida-nya, kesungguhan, serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga pada akhir skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr.H.Abdul Halim, M.A., dan Arip Purkon, M.A., Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. vi

7 3. Dr. Mohammad Ali Wafa, S.Ag, M.Ag dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama membimbing penulis. 4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan. 5. Doa dan harapan penulis panjatkan kepada keluarga tercinta,ayahanda, Djakaria, dan ibunda Maisuti, serta adik-adikku tercinta Maliza fauziah, Rizka Marhanizah, dan Anis Faturahma yang senantiasa memberikan dukungan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 6. Rekan seperjuangan Peradilan Agama Angkatan 2010, Irfan Zidny, Erwin Hikmatiar, M. Zaky, M. Ulil Azmi, Rifki Abdurrahman, Rizky Rusdi Lubis, M. Faudzan, Arif Rahman Hakim, Zian, Kahfi, dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yangberlipat ganda. Sungguh, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda pula. Jakarta, 10 September 2015 Penulis Syahbana Arif vii

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9 D. Metode Penelitian E. Tinjauan Kajian Terdahulu F. Sistematika Penulisan HADHANAH DALAM HUKUM ISLAM, KHI, DAN PERUNDANG-UNDANGAN DIINDONESIA A. Hadhanah Menurut Hukum Islam B. Hadhanah Menurut Kompilasi Hukum Islam C. Hak Pemeliharaan Anak Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak D. Orang-Orang yang Berhak Mengasuh E. Syarat-Syarat Pemeliharaan Anak F. Biaya, Masa Pengasuhan dan Hak Khiyar Hadhanah BAB III HAK HADHANAH DALAM PUTUSAN HAKIM NOMOR 2282/Pdt.G/2009/PA.JS A. Profil Singkat Pengadilan Agama Jakarta Selatan B. Deskripsi Putusan Perkara Nomor 2282/Pdt.G/2009/PA.JS Tentang Hak Hadhanah Anak BAB IV HAK AYAH SEBAGAI PENGASUH BAGI ANAK YANG BELUM MUMAYYIZ DALAM PUTUSAN NOMOR 228/Pdt.G/2009/PA.JS A. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan Memberikan Hak Hadhanah Anak Belum Mumayyiz Kepada Ayah B. Analisis Terhadap Pertimbangan Majelis Hakim Memberikan Hak Asuh Anak Belum Mumayyiz Kepada Ayah viii

9 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah swt tidak membiarkan manusia, pria dan wanita, berkumpul dan bertemu, dan mengadakan hubungan semuanya sendiri, seperti berkumpulnya hewan jantan dengan hewan betinanya, kapan saja mereka menghendakinya, dan kapan saja suasana mendesak, tanpa adanya peraturan, dan tanpa adanya ikatan kekeluargaan. 1 Maka untuk manusia, secara khusus, Allah swt menetapkan perkawinan, sebagai jalannya untuk bolehnya berkumpul dan mengadakan adanya hubungan itu; dan untuk perkawinan itu, Allah swt menetapkan peraturan-peraturan yang baik, sedemikian baiknya sehingga dengan menerapkan peraturan-peraturan itu, manusia akan mempunyai keturunan, yang lahir dan dibesarkan dalam pengayoman ibu-bapaknya yang sayang kepadanya, dipelihara dalam lingkungan keluarganya yang selalu menjaga dan mengayominya dengan pengawasan yang sempurna dan pendidikan yang sejahtera. 2 Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat manusia. Dengan adanya perkawinan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat ), h.9. 1 Zakariya Ahmad Al Barry, Hukum Anak-Anak Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2 Zakariya Ahmad Al Barry, Hukum Anak-Anak Dalam Islam, h Imam Taqiyudin Abi Bakr Ibn Muhammad Al-Husaini, Kifayah Al-Akhyar, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1994), h.88. 1

11 2 Hukum perkawinan Islam adalah perkawinan yang didasarkan atas hukumhukum yang ditetapkan oleh Islam yang terkait dengan pernikahan (Fiqh Munakahat). Materi Fiqh Munakahat tersebut sudah diadopsi ke dalam UU No. 1 tahun 1974 dan KHI tentang Perkawinan. Menurut Fikih, perkawinan adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan hanya untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lainnya. 4 Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, pengertian perkawinan adalah Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 5 Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 2, perkawinan adalah Suatu pernikahan yang merupakan akad yang sangat baik untuk mentaati perintah Allah dan pelaksanaannya adalah merupakan ibadah. Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. 6 Namun, tidaklah dapat dipungkiri bahwa untuk mempertahankan suatu mahligai perkawinan yang sesuai dengan tujuan perkawinan dan ketentuan pergaulan suami istri seperti yang diharapkan agama Islam itu tidaklah mudah. 4 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama, dan Zakat menurut Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), h Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, h.44.

12 3 Hal itu karena manusia adalah makhluk yang tidak luput dari kesalahan, khilaf, dan dosa. Pertengkaran dan perselisihan terus-menerus dalam suatu rumah tangga tidaklah hanya digambarkan secara fisik maupun dari kata kata tidak senonoh ataupun mengucapkan kata talak, baik secara sharih (jelas) maupun khinayah (sindiran bermaksud mentalaq) tetapi juga dapat suatu pertengkaran itu berupa adanya acuh (tidak ada komunikasi) dan mendiamkan satu sama lain yang menunjukan tidak ada harapan lagi keduanya akan hidup rukun kembali dalam rumah tangga. Jika suami menceraikan istrinya, sedangkan dia memiliki anak darinya, maka istrinya lebih berhak untuk memelihara si anak sampai mumayyiz. Setelah itu, anak diberi hak memilih diantara kedua orang tuanya. Siapa saja yang dia pilih diantara keduanya, maka anak itu diserahkan kepadanya. 7 Abu Dawud meriwayatkan dari Amru bin Syu aib dari bapaknya dari kakeknya bahwa Rasulullah saw didatangi oleh seorang wanita dan berkata, Wahai Rasulullah! Putraku ini membutuhkan perutku sebagai bejananya, payudaraku sebagai minumannya, dan pangkuanku. Rasulullah lalu bersabda kepadanya, Engkau lebih berhak mengasuhnya selama engkau belum menikah. 8 Hadhanah menurut bahasa berarti meletakan sesuatu dekat tulang rusuk seperti menggendong, atau meletakan sesuatu dalam pangkuan. Seorang ibu 7 Musthafa Diib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap Madzhab Syafi i (Penjelasan Hukum- Hukum Islam), (Solo: Media Zikir, 2009), h Musthafa Diib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap Madzhab Syafi i (Penjelasan Hukum- Hukum Islam), h.418.

13 4 waktu menyusukan, meletakan dipangkuannya, dan melindunginya dari segala yang menyakiti. 9 Erat hubungannya dengan pengertian tersebut, hadhanah menurut istilah ialah tugas menjaga dan mengasuh dan mendidik bayi atau anak kecil sejak ia lahir sampai mampu menjaga dan mengatur dirinya sendiri. 10 Syarat untuk mengasuh anak itu ada tujuh: berakal, merdeka, beragama, bisa menjaga kehormatan diri (wanita baik-baik), amanah, bermukim disuatu daerah yang jelas, tidak bersuami. Jika kurang dari salah syarat, maka gugurlah hak untuk mengasuh anak dari istri yang dicerai itu. 11 Seorang anak pada permulaan hidupnya sampai umur tertentu memerlukan orang lain dalam kehidupannya, baik dalam pengaturan fisiknya, maupun dalam pembentukan akalnya. Seorang yang melakukan tugas hadhanah sangat berperan dalam hal tersebut. Oleh sebab itu masalah hadhanah mendapatkan perhatian khusus dalam ajaran Islam, di atas pundak kedua orangtuanya terletak kewajiban untuk melakukan tugas tersebut. Bilamana orangtuanya tidak dapat atau tidak layak untuk tugas itu disebabkan tidak mencukupi syarat-syarat yang ditentukan menurut pandangan Islam, maka hendaklah dicarikan pengasuh yang mencukupi syarat-syaratnya. 12 Maka yang paling diharapkan adalah keterpaduan kerjasama antara ayah dan ibu dalam melakukan tugas ini. Jalinan kerjasama antar keduanya 9 Sayyid Sabiq, Fiqih Al-Sunnah Jilid IV, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1983),h Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Analisis Yurisprudensi Dengan Pendekatan Ushuliyah), (Jakarta: Prenada Media, 2004), h Musthafa Diib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap Madzhab Syafi i (Penjelasan Hukum- Hukum Islam), h Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Analisis Yurisprudensi Dengan Pendekatan Ushuliyah), h.166.

14 5 hanya akan bisa diwujudkan selama kedua orang tua itu masih tetap dalam hubungan suami istri. Dalam suasana yang demikian kendatipun tugas hadhanah sesuai dengan tabiatnya akan lebih banyak dilakukan oleh pihak ibu, namun peranan seorang ayah tidak bisa diabaikan, baik dalam memenuhi segala kebutuhan yang memperlancar tugas hadhanah, maupun dalam menciptakan suasana damai dalam rumah tangga dimana anak diasuh dan dibesarkan. 13 Harapan di atas tidak akan terwujud, bilamana terjadi perceraian antara ayah dan ibu si anak. Peristiwa perceraian, apapun alasannya merupakan malapetaka bagi si anak. Disaat itu si anak dapat merasakan kasih sayang sekaligus dari kedua orang tuanya. Padahal merasakan kasih sayang kedua orang tua merupakan unsur penting untuk pertumbuhan mental si anak. Pecahnya rumah tangga orang tua, tidak jarang membawa kepada terlantarnya pengasuhan anak, itulah sebabnya menurut ajaran Islam perceraian sedapat mungkin harus dihadirkan. 14 Dalam sebuah hadits diingatkan, bahwa, Sesuatu yang halal (dibolehkan) yang paling tidak disukai Allah adalah perceraian. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah). 15 Suatu gugatan perceraian, bisa mengundang berbagai permasalahan. Di samping gugatan cerai itu muncul pula masalah-masalah lain sebagai akibat 13 Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Analisis Yurisprudensi Dengan Pendekatan Ushuliyah), h Syeikh Hassan Khalid dan Adnan Najja, Ahkam Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah fi Al- Syari ah Al-Islamiyyah Cet I, (Beirut: Al-Maktabah Al-Tijari, 1964), h Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Analisis Yurisprudensi Dengan Pendekatan Ushuliyah), h.167.

15 6 dari dikabulkannya surat cerai tersebut, seperti masalah pembagian harta bersama, dan bilamana mempunyai keturunan timbul pula permasalahan tentang siapa yang lebih berhak melakukan hadhanah (pemeliharan) terhadap anak. 16 Masalahnya akan menjadi lebih rumit, bilamana masing-masing dari kedua orangtua tidak mau mengalah, disebabkan ada pertimbangan prinsipal dalam pandangan kedua belah pihak. 17 Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 105 huruf a yang menyatakan bahwa, Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya. Akan tetapi pada kenyataannya Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan telah menjatuhkan putusan hak hadhanah yang seharusnya jatuh pada istri, namun memberikan hak hadhanah tersebut kepada si suami, hal ini sangat bertentangan terhadap fikih maupun Kompilasi Hukum Islam. Sehingga berlatar belakang dari persoalan itu, dengan ketidaksesuaian antara ketentuan fikih dan Kompilasi Hukum Islam dengan kenyataan yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi mengenai Ayah Sebagai Pengasuh Bagi Anak Yang Belum Mumayyiz (Analisis Putusan Perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS). 16 Saud Agil Husain Al-Munawwar, Problematika Keluarga Islam Konteporer (Analisis Yurisprudensi Dengan Pendekatan Ushuliyah), (Jakarta: Prenada Media, 2004), h Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Analisis Yurisprudensi Dengan Pendekatan Ushuliyah), h.168.

16 7 B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Menyadari karena luasnya permasalahan pada hukum perkawinan, maka penulis membatasi masalah pada putusan hak asuh anak (hadhanah) terhadap anak belum mumayyiz pada perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan al-qur an, Hadits, dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam bahwa pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak istri. Sedangkan dalam kenyataannya di Pengadilan Agama, telah memberikan hak hadhanah kepada suami seperti yang diputuskan Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS. Rumusan masalah di atas, penulis rinci dalam beberapa pertanyaan berikut: a. Bagaimana hak hadhanah anak yang belum mumayyiz akibat putusnya perkawinan dalam Fikih dan Kompilasi Hukum Islam? b. Apa dasar dan pertimbangan majelis hakim yang digunakan dalam menetapkan perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah terjawabnya semua permasalahan yang dirumuskan, yaitu:

17 8 a. Untuk mengetahui hak hadhanah anak yang belum mumayyiz akibat putusnya perkawinan dalam Fikih dan Kompilasi Hukum Islam. b. Untuk mengetahui dasar dan pertimbangan majelis hakim yang digunakan dalam menjatuhkan penetapan perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS. 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, hasil studi ini diharapkan bermanfaat untuk penulis khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya, yaitu: a. Secara Akademik Menambah ilmu pengetahuan dibidang hukum perdata serta mengembangkan ilmu dibidang syariah, khususnya dalam bidang hadhanah akibat putusnya perkawinan. b. Secara Lembaga Pustaka Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan ilmiah dalam memperkaya studi analisis yurisprudensi. c. Secara Pribadi Untuk memperluas pengetahuan hukum bagi penulis, khususnya mengenai Keperdataan Islam dibidang hadhanah serta meningkatkan kualitas penulis dalam membuat karya tulis ilmiah serta memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar S1 dalam bidang hukum Islam.

18 9 d. Secara Umum Pengembangan wawasan hukum terhadap perkara-perkara yang ada pada perkawinan yaitu perkara hadhanah akibat putusnya perkawinan. D. Metode Penelitian Metode dalam sebuah penelitian merupakan hal yang penting dan harus dipegang untuk mencapai hasil yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Metodologi dibutuhkan agar penelitian yang dilakukan terlaksana dengan teratur sesuai dengan prosedur keilmuan yang berlaku. Dalam penyusunan skripsi ini, metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini diaplikasikan model pendekatan kasus, yaitu mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum. Terutama mengenai kasus-kasus yang telah diputus lalu dipelajari untuk memperoleh gambaran terhadap dampak dimensi penormaan dalam suatu aturan hukum dalam praktik hukum. Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan kualitas sesuai dengan pemahaman deskriptif. Penelitian ini berupa analisis terhadap kasus yang berkenaan dengan putusan hak hadhanah kepada ayah bagi anak belum mumayyiz yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

19 10 Adapun pendekatan penelitian ini dilakukan dengan penggabungan dari penelitian yuridis dan penelitian empiris. Penelitian yuridis dilakukan dengan cara mempelajari data sekunder berupa buku-buku dan PerUndang-Undangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Sedangkan penelitian empiris dilakukan dengan wawancara dan menganalisa putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Sedangkan jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif. 2. Metode Pengumpulan Data Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumbersumber penelitian berupa data primer dan data sekunder. Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu: a. Data Primer 1) Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan perkara perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS. 2) Wawancara mendalam (indept interview) terhadap hakim untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana pertimbangan hakim dalam menetapkan perkara. b. Data sekunder 1) Buku-buku dan kitab-kitab yang berkenaan dengan hadhanah. 2) Artikel-artikel yang berkaitan baik dari surat kabar maupun elektronik. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

20 11 a. Putusan perkara perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS, yaitu teknik pengumpul data dengan cara meng-copy putusan tersebut kemudian dianalisis oleh penulis. b. Wawancara mendalam (indept interview), yaitu teknik pengumpul data untuk mendapat informasi dengan cara mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan kepada hakim yang memutus perkara tersebut. c. Kajian kepustakaan, untuk memahami teori-teori dan konsep yang berkenaan dengan metode ijtihad hakim melalui berbagai buku dan literatur yang dipandang mewakili (representative) dan berkaitan dengan obyek penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah putusan pengadilan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan yaitu putusan perkara perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS. 3. Teknik Penulisan Skripsi Penulisan yang digunakan adalah deskriptif analisis yaitu dengan cara penulisan yang menggambarkan permasalahan yang didasari pada data-data yang ada, lalu dianalisis lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan. Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Serta penulisan ayat Al-Qur an dan Hadits ditulis satu spasi, termasuk terjemahan Al-Quran dan Hadits dalam penulisannya diketik satu spasi meskipun kurang dari enam baris dan penulisan skripsi ini menggunakan

21 12 ejaan yang disempurnakan (EYD), kecuali nama pengarang dan daftar pustaka ditulis di awal. E. Teknik Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis mengenai alasan dan dasar hukum yang dijadikan pegangan hakim dalam menetapkan keputusan terhadap kasus yang dibahas. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan content analysis (analisis isi) dan mengidentifikasi apa yang menjadi perhatian penulis yaitu terhadap putusan hakim yang berkenaan dengan hadhanah anak di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, serta apa yang menjadi persoalan. Dalam melakukan identifikasi ini proses yang akan penulis lakukan antara lain: 1. Proses kategorisasi, yaitu proses menyusun kembali catatan dari hasil observasi atau wawancara menjadi bentuk yang lebih sistematis. 2. Proses prioritas, yaitu dengan memilih mana yang kategori yang dapat ditampilkan dan mana yang tidak perlu ditampilkan. 3. Proses penentuan kelengkapan, yaitu untuk mengetahui kategori yang dihasilkan sudah cukup atau belum. F. Tinjauan Kajian Terdahulu 1. Siti Maryam ( ), Hak Hadahanah Anak Belum Mumayyiz Akibat Istri Nusyuz (Analisis Putusan Perkara No.2545/Pdt.G/2010/ Pengadilan Agama Jakarta Timur).

22 13 Menganalisa tentang pandangan hukum positif, konsep, serta dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara hadhanah, penetapan perkara No. 2545/Pdt.G/2010/PA.JT. Tulisan ini lebih mengacu kepada praktik penetapan hadhanah di Pengadilan Agama Jakarta Timur. 2. Aziz Angga Riana ( ), Kewajiban Pembiayaan Hadhanah Anak Yang Masih Dibawah Umur Akibat Perceraian (Studi Kritis Pasal 105 Point e Pasal 156 Point d Kompilasi Hukum Islam). Menyajikan tentang kewajiban pembiayaan anak yang masih dibawah umur akibat perceraian dengan menganalisa Pasal 105 point c jo. Pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam, langkah apa yang seharusnya dilakukan oleh Pengadilan Agama apabila si ayah/suami tidak bisa atau tidak mampu bertanggung jawab dalam masalah pembiayaan hadhanah. 3. Mochammad Ansory ( ), Hak Hadhanah Terhadap Ibu Wanita Karir (Analisis Putusan Perkara No. 458/Pdt.G/2006/Pengadilan Agama Depok). Menganalisa tentang pandangan hukum positif, konsep, serta dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara hadhanah, penetapan perkara No. 458/Pdt.G/2006/PA.Dpk. Tulisan ini lebih mengacu kepada praktik penetapan hadhanah di Pengadilan Agama Depok. 4. Rizal Purnomo ( ), Gugat Rekonpensi Dalam Sengketa Cerai Gugat Dan Implikasinya Hak Hadhanah Di Pengadilan Agama (Studi Analisis Perkara No. 078/Pdt.G/2007/Pa. Jakarta Pusat).

23 14 Menyajikan tentang pandangan hukum Islam dan hukum positif, konsep, serta dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara hadhanah, dalam perkara No. 78/Pdt.G/2007/PA.JP yang dijatuhkan melalui gugatan rekopensi. Dari review yang saya lakukan, terlihat bahwa para peneliti memang sudah banyak yang membahas mengenai masalah hadhanah yang dijatuhkan kepada suami. Para peneliti terdahulu lebih fokus kepada analisis yang dikaitkan dengan hukum fikih dan hukum positif. Dari kasus peneliti di atas, maka penulis sangat membedakan penelitian dalam masalah hadhanah yaitu berdasarkan perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS. Ketidakserasian dalam pemberian hak asuh anak yang belum mumayyiz di Pengadilan Agama dengan teori yaitu fikih dan Kompilasi Hukum Islam, menarik sekali bagi penulis untuk membahasnya, dikarenakan penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelum pembahasan skripsi ini memberikan inspirasi pada penulis untuk mengkaji lebih lanjut ditinjau dari segi mana dan apa yang menjadi dasar seorang hakim menjatuhkan putusan yang memberikan hak asuh anak kepada suami bukan kepada istri. Agar pembahasan skripsi ini tidak melebar, penulis ingin lebih fokus dengan analisis perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS yaitu perkara cerai gugat yang didalamnya terdapat hak hadhanah. Dengan demikian penulis menggarisbawahi bahwasannya bahasan ini tidak ada kesamaan isi dan pertimbangan hakim karena berdasarkan data yang diperoleh di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

24 15 G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, yaitu sabagai berikut: Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, teknik analisis data, kajian tinjauan terdahulu, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisikan tentang ruang lingkup hadhanah yaitu hadhanah menurut hukum Islam, hadhanah menurut kompilasi hukum Islam, hak pemeliharaan anak menurut undang-undang perlindungan anak dan yurisprudensi mahkamah agung, orang-orang yang berhak mengasuh, syaratsyarat pemeliharaan anak biaya, masa pengasuhan dan hak khiyar hadhanah. Bab ketiga mengenai profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan deskripsi putusan perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS. Bab keempat mengenai analisis penulis yaitu, pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan memberikan hak hadhanah anak belum mumayiz dalam putusann Nomor 2282/Pdt.G/PA.JS dan analisis penulis terhadap pertimbangan majelis hakim perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS. Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran

25 BAB II HADHANA DALAM HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Hadhanah Menurut Hukum Islam Pada dasarnya yang dimaksud dengan pemeliharaan anak adalah mengasuh, memelihara dan mendidik anak hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri. Adapun pemeliharaan anak diambil dari pengertian istilah bahasa Arab hidanah atau dapat pula dibaca hadhanah yang berasal dari kata al hidnu yang artinya: 1 sisi, samping, arah, lambung, rusuk,anggota tubuh dari ketiak sampai ke pinggul, dan meletakkan sesuatu pada tulang rusuk atau pangkuan, karena sewaktu menyusukan anaknya ibu meletakkan pada pangkuan atau sebelah rusuknya, yang seakan-akan ia melindungi dan memelihara anaknya. 2 Secara terminologis pengertiannya adalah pemeliharaan anak kecil, orang lemah, orang gila sudah besar tapi belum mumayyiz dari apa yang dapat memberikan mudarat kepadanya, mengusahakan pendidikannya mengusahakan kemaslahatanya berupa kebersihan, memberi makan dan mengusahakan apa saja yang menjadi kesenanganya. 3 Sayyid Sabiq mendefinisikan hadhanah sebagai melakukan pemeliharaan anak-anak yang 1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-munawwir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h Jamaan Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang: Dina Utama, 1993), h Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, cet. Ke-3, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h

26 17 masih kecil laki-laki maupun perempuan dan sudah besar tetapi belum mumayyiz, tanpa perintah dari padanya, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikan baginya, menjaga sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani rohani dan akalnya agar mampu berdiri sediri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawab. 4 Menurut Wahbah Zuhaili yaitu mendidik dan memelihara orang yang tidak dapat menjaga dirinya sendiri dari hal yang dapat menyakitinya karena tidak cakap seperti anak kecil dan orang gila. 5 Pengertian yang lebih moderat didefinisikan dalam Encyclopedia Islam yaitu mengasuh anak kecil atau abnormal yang belum atau tidak dapat hidup mandiri yakni dengan memenuhi kebutuhan hidupnya, menjaganya dari hal-hal yang membahayakan, pendidikan fisik maupun psikis serta mengembangkan kemampuan intelektualnya agar sanggup memikul tanggung jawabnya. Hadhanah berbeda dengan tarbiyah, dalam hadhanah terkandung pengertian pemeliharaan anak jasmani dan rohani disamping ada pengertian pendidikan terhadap anak, pendidik mungkin terdiri dari keluarga si anak dan mungkin pula bukan dari keluarga si anak dan ia merupakan pekerjaan profesional. Hadhanah dilaksanakan dan dilakukan oleh keluarga si anak kecuali jika anak tidak mempunyai keluarga, maka hal ini dilakukan oleh setiap ibu anggota kerabat lainnya. 6 Menurut Asywadie Syukur, bahwa dalam konsep hadhanah termasuk pula dimensi penyusuan tetapi menurut 4 Al-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Terjemah, h.288. h Wahbah az-zuhaili, Al-Fiqh al-islami wa-adillatuhu, Jus X, (Dimasqy: Dar al-fikr), 6 Jamaan Nur, Fiqih Munakahat, h.120.

27 18 Mugniyah penyusuan berbeda dan terpisah dari konsep hadhanah hal itu nampak jelas dari kenyataan bahwa seorang ibu bisa atau boleh menggugurkan haknya untuk menyusui, namun tetap mempertahankan haknya dalam hadhanah. 7 Syari at Islam membebani kewajiban orang tua untuk memelihara keselamatan dan perkembangan anak, atas dasar pertimbangan bahwa anakanak adalah titipan (amanat) Tuhan yang harus dijaga baik-baik sebab mereka akan mempertanggung jawabkannya kepada tuhan. Anak kecil selama bertahun-tahun pada permulaan hidupnya belum dapat menyadari terhadap bahaya yang megancam hidupnya. Di samping itu, mereka juga belum dapat menjaga dan menghindarkan diri dari ancaman berbagai penyakit. Oleh karena itu orang tualah yang seharusnya bertanggung jawab terhadapnya. Karena pertimbangan itulah, maka Islam sangat menekankan pentingnya pemeliharaana anak. Al-Qur an menetapkan aturanaturan tentang perlindungan anak, juga menetapkan tuntunan tingkah laku sepanjang hidupnya. Ada sejumlah aturan umum dan prinsip-prinsip dasar sebagai pedoman di mana Islam mengajarkan bahwa menjaga kelangsungan hidup anak dan perkembangan anak merupakan keharusan. Meremehkan atau megendurkan pelaksanaan prinsip-prinsip dasar tersebut dianggap sebagai suatu dosa besar, prinsip-prinsip dasar tersebut antara lain terdapat pada al- Q.S. An-Nisa (4) : 9 yang berbunyi: 7 Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh Lima Mazhab alih bahasa Masykur AB, Afif Muhammad, (Jakarta : Lentera, 1999), h.608.

28 19 )الن ساء )۹:٤ Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. Yang dimaksud dengan anak-anak yang lemah atau manusia yang lemah dalam ayat tersebut meliputi lemah mental spiritual. Karena itu Al- Qur an selanjutnya memerintahkan dalam QS At-Tahrim (66) : 6 yang berbunyi: )الت حرمي )٦ :٦٦ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Memelihara dari api neraka berarti harus melaksanakan seluruh perintah Allah SWT. dan meghentikan seluruh larangan-nya. Karena anak termasuk dalam lingkungan keluarga maka orang tua atau kerabat juga mempunyai kewajiban untuk mendidiknya seperti menjadi orang yang beragama agar kelak ia dapat terhindar dari siksaan api neraka. Sedangkan yang dimaksud dengan memelihara keluarga dalam ayat diatas ialah mengasuh dan mendidik mereka sehingga menjadi seorang

29 20 muslim yang berguna bagi agama. Firman Allah SWT. dalam Q.S. Al- Baqarah (2) : 233 yang berbunyi: )البقرة )٢٢٢ :٢ Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Begitu juga hadis Nabi saw. و ع ن ر اف ع ب ن س ن ان ; أ ه ه أ س ل, و أ ب ت ا م ر أ ث ه أ ن ج س ل ف أ ق ع د ا لن ب صىل هللا عليه وس ل ا ل م ن ح ي ة, و ا ل ب ن ح ي ة, و أ ق ع د ا لص ب ب ي ن م ا ف م ال ا ل ف م ال ا ل أ ب يه, ف أ خ ذ )أ خ ر ج ه أ ب و د او د, و الن س ا ئ, و ال ح اك ) أ م ه, ف ق ال : ا لل ا د

30 21 Dari Rafi bin Sinan ra. ia masuk Islam, tetapi istrinya tidak mau (mengikutinya) masuk Islam maka Nabi saw. mendudukan sang ibu di satu sudut dan sang ayah di sudut yang lain, kemudian beliau dudukan si anak diantara keduanya. Ternyata si anak cenderung kepada ibunya. Maka beliau berdoa, Ya Allah berilah petunjuk. Dan kemudian ia condong kepada ayahnya, maka sang ayah mengambilnya. 8 (HR. Abu Dawud dan Nasa I, hadis ini dinilai shahih oleh Imam Hakim). Dari dasar-dasar pemeliharaan anak di atas secara implisit dapat ditangkap suatu gagasan sentral bahwa pokok dari pemeliharaan anak pada hakekatnya menurut ajaran Islam mengandung misi penyelamatan, yaitu menyelamatkan kehidupan anak baik di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu, dilihat dari aspek moralnya bahwa misi hadhanah adalah untuk kepentingan anak yang diasuh. Karena itu memelihara dan mengasuh anak merupakan suatu kewajiban bagi orang tua, karena apabila anak tidak dipelihara, dididik, maka anak akan celaka, apabila orang tua mengabaikan pendidikan anak maka ia akan berdosa dan ketika masih kecil anak masih butuh pada asuhan orang tuanya. 9 Para fuqaha sepakat bahwa hak pemeliharaan anak (hadhanah) ada pada ibu selama ia belum bersuami lagi. Apabila ia telah bersuami lagi dan sudah disetubuhi oleh suami yang baru maka gugurlah pemeliharaannya. 10 Sedangkan para Imam Mazhab berbeda pendapat tentang suami istri yang bercerai, adapun mereka mempunyai seorang anak atau lebih. h.139. h Imam Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Juz II, (Beirut: Dar al-kutub al- Ilmiyah, 1996), 9 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, h Muhammad bin Abdurrahman. Fikih Empat Mazhab, (Bandung: Pustaka Setia, 2004),

31 22 Menurut pendapat Imam Hanafi dalam salah satu riwayatnya: Ibu lebih berhak atas anaknya hingga anak itu besar dan dapat berdiri sendiri dalam memenuhi keperluan sehari-hari seperti makan, minum, pakaian, beristinjak, dan berwudhu. Setelah itu, bapaknya lebih berhak memeliharanya. Untuk anak perempuan, ibu lebih berhak memeliharanya hingga ia dewasa, dan tidak diberi pilihan. Imam Miliki berkata: ibu lebih berhak memelihara anak perempuan hingga ia menikah dengan orang laki-laki dan disetubuhinya. Untuk anak laki-laki juga seperti itu, menurut pendapat Maliki yang masyhur, adalah hingga anak itu dewasa. Imam Syafi i berkata: Ibu lebih berhak memeliharanya, baik anak itu laki-laki maupun perempuan, hingga ia berusia tujuh tahun. Apabila anak tersebut telah mencapai usia tujuh tahun maka anak tersebut diberi hak pilih untuk ikut diantara ayah atau ibunya. Imam Hambali dalam hal ini mempunyai dua riwayat: Pertama, ibu lebih berhak atas anak laki-laki sampai ia berumur tujuh tahun. Setelah itu, ia boleh memilih ikut bapaknya atau masih tetap bersama ibunya. Sedangkan untuk anak perempuan, setelah ia berumur tujuh tahun, ia terus tetap bersama ibunya, tidak boleh diberi pilihan. Kedua, seperti pendapatnya Imam Hanafi, yaitu ibu lebih berhak atas anaknya hingga anak itu besar dan berdiri sendiri dalam memenuhi keperluan sehari-hari sepeti makan, minum, pakaian, beristinjak, dan berwuduk. Setelah itu, bapak lebih berhak memeliharanya. Untuk anak perempuan, ibu yang lebih berhak memeliharanya hingga ia dewasa dan tidak diberi pilihan Muhammad bin Abdurrahman, Fikih Empat Mazhab, h. 417.

32 23 B. Hadhanah Menurut Kompilasi Hukum Islam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam berbagai hal merujuk kepada peratuan perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu, ia juga merujuk kepada pendapat fuqaha yang sangat dikenal di kalangan ulama dan masyarakat Islam Indonesia. Hal itu menunjukan bahwa Kompilasi Hukum Islam (KHI) menjadi pelaksana bagi peraturan perundang-undangan, terutama yang berkenaan dengan keberlakuan hukum Islam (bagi orang Islam) dalam bidang perkawinan sebagaiman diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undangundang Nomor 1 Tahun KHI juga mengakomodasi berbagai pandangan fuqaha, bersumber pada ajaran Islam yang sebagian telah menjadi hukum yang hidup di masyarakat. Kedua landasan tersebut dijadikan landasan yuridis dan fungsional dalam penyusunan KHI. 12 Oleh sebab itu, KHI mengacu kepada dua tatanan hukum yang berbeda, ia memikul beban untuk mengintegrasikan keduanya. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) terdapat beberapa pasal tentang pemeliharaan anak, dan untuk lebih jelasnya penyusun kemukakan pasal-pasal tersebut sebagai berikut: 13 Pasal 156 Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah: a. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh: 12 Cik Hasan Bisri, Peradilan Islam Dalam Tatanan Masyarakat Indonesia, cet.1, (Bandung: Rosdakarya, 1997), h Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, h.41.

33 24 1. wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu. 2. ayah. 3. wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah. 4. saudara perempuan dari anak yang bersangkutan 5. wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu. 6. wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah. b. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya. c. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula. d. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat mengurus dirinya sendiri (21 tahun). e. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah an.ak, Pengadilan Agama memberikan putusannya berdasarkan huruf (a), (b), (c), dan (d). f. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya. C. Hak Pemeliharaan Anak Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak Walaupun kata Hak Asuh telah biasa dipergunakan dalam membahas hak orang tua untuk mengasuh anaknya khususnya ketika pasangan suami istri yang telah memiliki anak melakukan perceraian atau pisah rumah akan tetapi kata hak asuh tersebut tidak ditemukan dalam UU Perlindungan Anak yang terkait dalam hukum keluarga. Kosa kata yang identik dengan itu adalah Kuasa Asuh sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 angka 11 UU Perlindungan Anak yang mengatakan bahwa kuasa asuh adalah kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik,

34 25 memelihara, membina, melindungi, dan menumbuh kembangkan anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan kemanpuan, bakat, serta minatnya. 14 Apabila kata Kuasa Asuh tersebut berdiri sendiri maka kata tersebut dapat diartikan sebagai suatu kewenangan untuk mengasuh. Pemahaman demikian dapat memberikan kesan bahwa orang tua di satu pihak memiliki kewenangan terhadap anak di pihak lain. Namun demikian halnya apabila menafsirkan kata Kuasa Asuh seperti halnya rumusan UU Perlindungan Anak yang dikutip di atas karena kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan dalam mengasuh, mendidik, memelihara, membina dan melindungi serta kewenangan untuk menumbuh kembangkan anak dengan catatan bahwa cara dan arah pengembangan harus disesuaikan dengan Agama yang dianut serta kemampuan, minat dan bakatnya, dengan kata lain kuasa asuh merupakan hak dari orang tua untuk menjalankan kewajiban dalam halhal tersebut. Di dalam UU Perlindungan Anak pada dasarnya murni mengatur tentang perlindungan terhadap anak, tanpa melihat latar belakang kondisi orang tua yang bercerai atau tidak bercerai. Undang-Undang ini juga tidak mempermasalahkan apakah anak memiliki kejelasan orang tua atau tidak. Makna lain yang terlihat adalah, adanya fenomena kekhususan dan ketegasan UU Perlindungan Anak dalam memberikan perlindungan terhadap anak. Tanggung jawab perlindungan anak berdasarkan UU ini, secara tegas dikontruksikan dengan pelibatan kewajiban bersama antara orang tua, 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, Pasal 1 Angka 11.

35 26 masyarakat dan Negara yang terbaik bagi anak. UU Perlindungan Anak dapat dikatakan memiliki nilai Universal yang tinggi. Sebab prolog kelahiran Undang-Undang ini setelah lebih dulu melalui fase-fase keprihatian masyarakat Internasional. Khususnya berkaitan dengan nasib anak sebagai penerus peradaban manusia. 15 D. Orang-Orang yang Berhak Mengasuh Dalam hal terjadinya perceraian selama tidak ada hal-hal yang melarang, dan anak-anak belum memiliki kemampuan untuk memilih, ibulah yang paling berhak untuk mengasuh anaknya, karena ibu mempunyai kasih sayang yang lebih, di samping itu wanita umumnya lebih sering dirumah, sedangkan laki-laki mempunyai pekerjaan di luar rumah. Para ahli fiqih kemudian memperhatikan bahwa kerabat ibulah yang lebih didahulukan dari pada kerabat ayah dalam menangani asuhan terhadap anak. Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat tentang siapa yang paling berhak terhadap asuhan pasca ibu. Ketika anak tersebut telah mumayyiz maka hak hadhanah diberikan sepenuhnya kepada anak untuk memilih diantara keduanya. Dalam hal urutan orang yang berhak melakukan hadhanah antara lain yaitu: 1. Apabila anak mempunyai kerabat laki-laki dan perempuan, maka didahulukan ibu dari pada ayah. Kemudian ibu dari ibu seterusnya ke atas dengan syarat ada hubungan hak waris dengan anak. Apabila mereka tidak ada hubungan hak waris maka ayahlah yang lebih berhak melakukan 15 diakses pada tanggal 20 Februari 2015 pukul WIB.

36 27 hadhanah, kemudian ibu dari ayah dan seterusnya ke atas dengan syarat ada hubungan waris. Apabila pada tingkat ini tidak ada, maka yang berhak adalah kerabat yang paling dekat, dengan ketentuan kerabat yang perempuan didahulukan dari kerabat yang laki-laki. Dan juga apabila mereka juga tidak ada, maka yang berhak adalah keturunan menyamping (hawasyi), seperti saudara perempuan, saudara laki-laki dan sebagainya. 2. Apabila anak hanya mempunyai keluarga perempuan saja, maka ibu didahulukan, kemudian ibu dari ibu, ibu dari ayah dan seterusnya ke atas. Kemudian saudara perempuan, saudara perempuan ibu, anak perempuan dari saudara perempuan, saudara perempuan ayah, anak perempuan dari saudara perempuan ayah, anak perempuan dari saudara lak-laki ibu, dengan ketentuan didahulukan yang sekandung dari pada yang tidak, dan didahulukan yang seayah dari pada yang seibu. 3. Apabila anak hanya mempunyai keluarga yang laki-laki saja, maka didahulukan ayah, kemudian kakek, saudara laki-laki kandung, seayah, saudara laki-laki dari ayah yang sekandung atau seayah, kemudian anak dari saudara laki-laki seayah. 16 Sementara hak asuh itu berturut-turut dari ibu kepada ibunya dan seterusnya ke atas, saudara perempuan ibu sekandung, saudara perempuan ibu seibu, saudara nenek perempuan dari pihak ibu, saudara perempuan kakek dari pihak ibu, saudara perempuan kakek dari pihak ayah, ibu ibunya ayah ibu bapaknya ayah dan seterusnya Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, h Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), h

37 28 E. Syarat-Syarat Pemeliharaan Anak Hadhanah dimaksudkan untuk mempersiapkan anak ke dalam kondisi, baik secara fisik maupun mental. Menjadi kewajiban bagi orang yang mengasuh untuk menangani dan menyelenggarakan kepentingan anak yang diasuhnya dengan memperhatikan kemaslahatan, yakni dengan adanya kecakapan dan kecukupan. Oleh karena itu, untuk dapat menyelenggarakan hal ini diperlukan cara-cara tertentu yang harus dimiliki oleh pelaku hadhanah. Jika salah satu dengan cara-cara tersebut tidak dipenuhi, maka gugurlah haknya untuk melakukan hadhanah. Syarat-syarat tersebut adalah: Baligh Ulama sepakat bahwa pelaku hadhanah harus baligh, sebab anak kecil sekalipun sudah mumayiz tetap masih membutuhkan orang lain untuk mengurusi urusannya dan mengasuhnya. Karena itu, ia tidak boleh mengurusi orang lain. 2. Berakal sehat. Orang gila dan orang kurang sehat akalnya tidak boleh melakukan hadhanah. Karena mereka tidak dapat mengurusi urusannya sendiri dan masih membutuhkan orang lain untuk mengurusnya. 3. Mampu melakukan tugas-tugas pengasuhan anak. Orang yang karena lemah badannya, sakit, cacat jasmaninya, atau sudah tua dan tidak mampu untuk melakukan tugas untuk mengasuh anak, maka orang yang seperti itu tidak berhak lagi untuk melakukan hadhanah. 18 Zakariya Ahmad al-barry, Hukum Anak-Anak Dalam Islam, alih bahasa Chadijah Nasution, cet ke-1, (Jakarta: Bulan Bintang,1977), h

38 29 4. Memiliki sifat amanah dalam mendidik anak. Sebab orang yang curang atau tidak memiliki sifat amanah tidak aman bagi anak yang diasuhnya dan tidak dapat dipercaya untuk melakukan kewajibannya dengan baik. Bahkan mungkin anak itu akan meniru atau berkelakuan seperti orang yang mengasuhnya. 5. Merdeka (bukan budak). Karena budak tidak berkuasab atas dirinya sendiri (berada di bawah kekuasaan tuanya), sehingga tidak mampu mengurusi urusan orang lain. 6. Jika pelaku hadhanah ibunya, maka disyaratkan dia belum menikah dengan laki-laki lain yang bukan mahram anaknya. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW. yang berbunyi: 19 ع ن ع ب د ا لل و ب ن ع م ر و ر ض ي ا لل و ع ن ه م ا; أ ن ا م ر أ ة ق ال ت : ي ا ر س ول ا لل و! إ ن ا ب ن ي ى ذ ا ك ان ب ط ن ي ل و و ع اء, و ث د ي ي ل و س ق اء, و ح ج ر ي ل و ح و اء, و إ ن أ ب اه ط ل ق ن ي, و أ ر اد أ ن ي ن ت ز ع و م ن ي ف ق ال ل ه ا ر س ول ا لل و صلى اهلل عليو وسلم أ ن ت أ ح ق ب و, م ا ل م ت ن ك ح ي ) ر و اه أ ح م د, و أ ب و د او د, و ص ح ح و ا ل ح اك م ( Artinya: Seorang perempuan berkata (kepada Rasullulah): Wahai Rasullulah sesungguhnya anakku ini aku yang mengandungnya, air susuku yang diminumnya, dan dibilikku tempat berkumpulnya (bersamaku). Sesungguhnya ayahnya telah menceraikan aku, dan ingin memisahkannya dariku. Maka rasullulah Saw. bersabda: kamulah yang lebih berhak (memeliharanya), selama kamu tidak menikah. (HR. Abu Dawud). 7. Islam Fuqaha berbeda pendapat mengenai syarat ini. Fuqaha mazhab Syafi i dan Hambali mensyaratkan Islam bagi pelaku Hadhanah, sehingga 19 Imam Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Juz II, h.150.

39 30 seorang istri yang kafir tidak berhak melakukan hadhanah terhadap orang yang Islam, karena tidak ada walayah terhadapnya dan dikhawatirkan akan menyesatkan anak dari agamanya. Sedang fuqaha mazhab Hanafi dan Maliki tidak mensyaratkan Islam bagi pelaku hadhanah karena Rasullulah telah memberikan hak pilih kepada seorang anak untuk diasuh oleh ayahnya yang Islam atau ibunya yang kafir. Di samping itu dasar hadhanah adalah kasih sayang dan hal itu tidak akan terpengaruh dengan adanya perbedaan agama. Jika salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka hak seseorang akan gugur. Ulama berbeda pendapat mengenai apakah hak hadhanah kembali kepada seseorang jika syarat-syarat tersebut telah dipenuhi atau kembali, yaitu: 1. Ulama mazhab Maliki berpendapat bahwa jika gugurnya hak itu karena uzur, seperti sakit, tidak mempunyai tempat tinggal atau pergi haji, kemudian penghalang itu telah hilang, maka hal tersebut kembali lagi kepadanya, tetapi jika penghalang itu berupa mennikahnya ibu dengan laki-laki lainnya yang bukan mahram anak atau bepergian dengan tanpa uzur kemudian penghalang itu hilang, yakni dengan adanya perceraian baik karena talak, fasakh, maupun meninggalnya suami atau telah kembali dari bepergian, maka hak tersebut tidak bisa kembali lagi kepadanya, karena menurut mazhab ini penghalang dalam hadhanah adalah unsur yang idtidrari.

40 31 2. Ulama jumhur (Hanafiyyah, Syafi iyyah dan Hanabilah) berpendapat bahwa jika hak hadhanah itu gugur karena adanya penghalang, maka hak itu kembali lagi kepadanya ikhtiyari (dapat diusahakan, seperti menikah lagi, bepergian atau fasiq). Berdasarkan kaidah yang berbunyi: 20 Artinya: Ketika hilang sesuatu yang mencegah, maka suatu larangan menjadi hilang (kembali diperbolehkan). Apabila penghalang telah hilang, maka hukum yang dihalangi seperti semula, baik penghalang itu idtirari atau ikhtiyari. Akan tetapi, menurut istilah ulama ushul fiqh, al-mani (penghalang) adalah sesuatu ketika sebab itu telah jelas dan syarat telah terpenuhi, dan menghalangi timbulnya akibat atas sebabnya.30jadi, ketiadaan syarat menurut istilah mereka tidak disebut al-mani, meskipun dapat menghalangi timbulnya sebab atau akibat. Dengan demikian, apabila syarat-syarat di atas tidak terpenuhi, maka hal itu termasuk kategori tidak adanya syarat yang lengkap, bukan termasuk adanya al-mani yang dapat kembali lagi, hukum yang dihalanginya jika penghalang itu telah hilang. F. Biaya, Masa Pengasuhan dan Hak Khiyar Hadhanah Pemeliharaan anak juga mengandung arti sebuah tanggung jawab orang tua untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya serta mencukupi kebutuhan hidup dari seorang anak oleh orang tua. Selanjutnya, tanggung jawab pemeliharaan berupa pengawasan dan pelayanan serta 20 Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Usuliyah dan Fiqhiyyah, cet. Ke-3, (Jakarta: Grafindo Persada, 1999), h.181.

41 32 pencukupan nafkah anak tersebut bersifat terus menerus sampai anak tersebut mencapai batas umur legal sebagai orang dewasa yang telah mampu berdiri sendiri. 21 Jika yang melakukan hadhanah itu ibunya sendiri, maka ibu tidak berhak meminta upah atau biaya dalam melakukan tugasnya, selama ia masih berstatus sebagai istri dari ayah anak itu atau ia sudah diceraikan dan masih dalam masa iddah, baik talak satu, dua atau tiga. Dalam hal ini ibu masih berhak mendapatkan nafkah dari ayah. Jadi ayah tidak membayar dobel, nafkah dan upah hadhanah. Tetapi jika telah bercerai dan masa iddahnya telah habis, maka ia berhak atas upah itu sebagaimana haknya atas upah menyusui. Firman Allah SWT. dalam surat At-Talaq ayat 6 yang berbunyi: Jika yang melakukan hadhanah itu perempuan lain (bukan ibu) maka ia berhak memperoleh upah dari ayah, kecuali kalau ia sendiri yang menggugurkan haknya dengan sukarela untuk melakukan hadhanah. Demikian juga ayah wajib membayar ongkos sewa rumah atau perlengkapanya jika orang yang mengasuhnya tidak mempunyai rumah sendiri sebagai tempat untuk mengasuh anak, atau membayar gaji pembantu jika pengasuh (pelaku hadhanah) membutuhkannya. Jika ayah tidak mampu membayar upah hadhanah, maka upah itu wajib dibayar oleh orang yang bertugas menanggung nafkah anak itu. Karena upah itu sama dengan upah menyusui yang merupakan bagian dari nafkah anak. Ayat-ayat al-qur an maupun Hadis-hadis Nabi tidak menerangkan dengan tegas tentang 21 Amiur Nurruddin dan Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, )Jakarta: PT. Prenada Media 2004(, h.294.

42 33 berakhirnya masa pemeliharaan anak, yang ada hanyalah petunjuk-petunjuk saja. Oleh karena para mujtahid dan para ulama berijtihad sendiri-sendiri untuk menetapkan masa pemeliharaan anak, dengan tetap berpedoman pada isyarat-isyarat al-qur an dan Hadis. 22 Pada dasarnya ulama fiqh sepakat bahwa pengasuhan anak dimulai sejak anak lahir sampai mumayyiz dan mempunyai kemampuan berdiri sendiri, akan tetapi mereka berbeda pendapat mengenai umur mumayyiz dan mampu berdiri sendiri. Adapun perempuan berumur sembilan tahun adalah batas maksimal untuk diasuh. Apabila anak itu telah melewati batas maksimal, bapaknya boleh mengambilnya dari ibunya, seterusnya bila anak tersebut mendapat usia rusyd (sempurna akalnya) ia boleh memilih tempat tinggalnya sendiri, kecuali jika anak itu kurang sehat akhlak maka ia terus tinggal bersama bapaknya untuk mendapat pengawasan seperlunya. 23 Menurut mazhab Malikiyyah bahwa masa asuhan anak laki-laki adalah dari lahir sampai baligh, sementara masa asuhan anak perempuan adalah sampai ia menikah dan di dukhuli oleh suaminya. Imam Syafi i berpendapat bahwa tidak ada batasan masa waktu tertentu untuk mengasuh anak, anak tetap tinggal bersama ibunya sampai ia bisa menentukan pilihan apakah tinggal bersama ibu atau bapaknya. Kalau anak sudah sampai pada tingkat ini dia disuruh memilih apakah akan tinggal bersama ibunya atau bapaknya, kalau seorang anak laki-laki memilih tinggal bersama dengan ibunya, maka ia boleh tinggal bersama ibunya di malam hari dan dengan 22 Jamaan Nur, Fiqih Munakahat, h Hasby as-siddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.311.

43 34 ayahnya di siang hari, agar bapak juga bisa mendidiknya. Bila anak itu perempuan, maka ia boleh tinggal bersam ibunya siang dan malam, tetapi bila anak memilih tinggal bersama ayah dan ibunya, maka dilakukan undian, bila anak diam (tidak memberi pilihan) maka ia ikut bersama ibunya. 24 Di samping itu mazhab Syi ah berpendapat bahwa asuhan anak lakilaki adalah sampai berumur dua tahun, sedangkan anak perempuan sampai berumur tujuh tahun. Adapun masalah khiyar, Syafi i berpendapat bahwa anak laki-laki yang sudah berumur tujuh tahun, maka ia berhak memilih antara ibu dan bapaknya. Menurut mazhab alikiyyah dan Hanafiyyah tidak ada khiyar, tetapi jika anak sudah mampu berdiri sendiri, makan, berpakaian dan beristinja sendiri, maka ayah lebih berhak terhadapnya. Mengenai hak khiyar anak perempuan, Imam Syafi i mendasarkan bahwa apabila anak laki-laki punya hak khiyar maka anak perempuan juga mempunyai hak. Abu Hanifah berkata: ibu lebih berhak kepadanya sampai ia haid dan menikah, Malikiyyah juga berpendapat bahwa ibu juga lebih berhak kepadanya sampai ia menikah dan didukhuli oleh suaminya, sebab tidak ada hukum yang menyuruh mereka untuk memilih, dan tidak mungkin dipisahkan dari ibunya, maka ibu lebih berhak terhadapnya sebagaimana sebelum berumur tujuh tahun Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Mazhab, h.417. h Abdurahman I, Perkawinan Dalam Syari at Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),

44 BAB III HAK HADHANAH DALAM PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN NOMOR 2282/PDT.G/2009/PA.JS A. Profil Singkat Pengadilan Agama Jakarta Selatan 1. Sejarah Singkat Pengadilan Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai salah satu instansi yang melaksanakan tugasnya memiliki dasar hukum dan landasan kerja sebagai berikut: Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24. Undang-undang Nomor 14 Tahun1970. Undang-undang Nomor 1 Tahun Undang-undang Nomor 7 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun Peraturan Pemertintah Nomor 10 Tahun Peraturan/Instruksi/Edaran Mahkamah Agung RI. Instruksi Dirjen Bimas Islam/ Bimbingan Islam. Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 69 Tahun 1963 tentang Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan tata kerja dan wewenang Pengadilan Agama. 1 Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan surat keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun Pada Mulanya Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta hanya terdapat tiga kantor yang dinamakan Kantor Cabang yaitu: Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Tengah. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai Induk. 2 1 Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini dikutip utuh dari di download pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 pukul WIB. 2 Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini dikutip utuh dari di download pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 pukul WIB. 35

45 36 Semua Pengadilan Agama tersebut diatas termasuk Wilayah Hukum Cabang Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian setelah berdirinya Cabang Mahkamah Islam Tinggi Bandung ber asarkan surat keputusan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1976 tanggal 16 Desember 1976, semua Pengadilan Agama di Propinsi Jawa Barat termasuk Penngadilan Agama yang berada di Daerah Ibu Kota Jakarta Raya berada dalam perkembangan selanjutnya istilah Mahkamah Islam Tinggi menjadi Pngadilan Tinggi Agama (PTA). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1985 Pengadilan Tinggi Agama Surakarta dipindah di Jakarta, akan tetapi realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 oktober 1987 dan secara otomatis Wilayah Hukum Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta adalah menadi Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta. 3 Terbentuknya kantor Pengadilan Agama Jakrta Selatan merupakan perubahan dari perkembangan masyarakat Jakarta, yang ketika itu pada tahun 1967 merupakan cabang dari Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya yang berkantor di Jalan Otista Raya Jakarta Timur. Sebutan pada waktu itu adalah cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta selatan dibentuk sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk dan bertambahnya pemahaman penduduk serta tuntutan masyarakat Jakarta Selatan yang wilayahnya cukup luas. 3 Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini dikutip utuh dari di download pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 pukul WIB.

46 37 Keadaan kantor ketika itu masih dalam keadaan darurat yang menempati gedung bekas Kantor Kecamatan Pasar Minggu disebuah Gang kecil yang sampai saat ini dikenal dengan gang Pengadilan Agama Pasar Minggu Jakarta Selatan, Pimpinan kantor dipegang Oleh H. Polana. 4 Penanganan kasus-kasus hanya berkisar perceraian kalaupun ada tentang warisan masuk kepada komparisi itupun dimulai tahun 1969 kerjasama dengan Pengadilan Negeri yang ketika itu dipimpin oleh Bapak Bisma Siregar, SH. Sebelum tahun 1969 pernah pula membuat fatwa waris akan tetapi hal itu ditentang oleh pihak keamanan karena bertentangan dengan kewenangannya sehingga sempat beberapa orang termasuk Pak Hasan Mughni ditahan karena penetapan Fatwa Waris sehingga sejak itu Fatwa Waris ditambah dengan kalimat Jika ada harta peninggalan. Pada tahun 1976 gedung Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke Blok D Kebayoran baru Jakarta Selatan dengan menempati serambi Masjid Syarif Hidayatullah dan sebuah Kantor Cabang pun dihilangkan menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan pada masa itu diangkat pula beberapa Hakim honorer yang diantaranya adalah Bapak H. Ichtijanto, SA, SH. Penunjukan tempat tersebut atas inisitif Kepala Kandepag Jakarta Selatan yang waktu itu dijabat oleh Bapak Drs. H. Muhdi Yasin. Seiring dengan perkembangan tersebut diangkat pula 8 karyawan untuk menangani tugas-tugas kepaniteraan yaitu Ilyas Hasbullah, Hasan Jauhari, 4 Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini dikutip utuh dari di download pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 pukul WIB.

47 38 Sukandi, Saimin, Tuwon Haryanto, Fathullan AN, Hasan Mughni, dan Imron. Keadaan penempatan Kantor di serambi Masjid tersebut bertahan sampai pada tahun Pada bulan September 1979, kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke gedung Baru di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang dengan menempati gedung baru dengan tanan yang masih menumpang pada areal tanah PGAN Pondok Pinang, dan pada tahun 1979 pada saat Pengadilan Agama Jakarta Selatan dipimpim oleh Bapak H. Alim, BA diangkat pila Hakim-hakim honorer untuk menangani perkara-perkara yang masuk, diantaranya adalah KH. Ya kub, KH. Muhdats Yusuf, Hamim Qarib, Rasyid Abdullah, Ali Imran, Drs. H. Noer Chazin. 6 Pada perkembangan selanjutnya yaitu semasa berkepimpinan Drs. H. Djabir Manshur, SH., Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke Jalan Rambutan VII No. 48 Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan dengan menempati gedung baru. Di gedung baru ini meskipun tidak memenuhi syarat untuk sebuah kantor Pemerintah setingkat walikota, karena gedungnya berada di tengah-tengah penduduk dan jalan masuk dengan kelas IIIC. Namun sudah lebih baik daripada masih di Pondok Pinang. Pembenahan-pembenaan fisik terus dilakukan terutama pada masa kepemimpinan Bapak Drs. H. Jayusman, SH. Begitu pula pembenahanpembenahan administrasi terutama pada masa kepemimpinan Bapak Drs. 5 Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini dikutip utuh dari di download pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 pukul WIB. 6 Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini dikutip utuh dari di download pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 pukul WIB.

48 39 H. Ahmad Kamil, SH. Pada masa ini pula Pengadilan Agama Jakarta Selatan mulai mengenal computer walaupun hanya sebatas pengetikan dan ini terus ditingkatkan pada masa kepemimpinan Bapak Drs. Rif at Yusuf. Pada tahun 2000, ketika kepemimpinan dijabat oleh Bapak Drs. H. Zainuddin Fajari, SH dilakukan pembenahan-pembenahan semua bidang, baik fisik maupun non fisik, serta diadakan sistim komputerisasi dengan online komputer. Pembenahan ini tetap dilakukan sampai sekarang oleh Ketua Pengadilan Agama Bapak drs. H. Syed Usman, SH, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan dan menciptakan peradilan yang mandiri dan berwibawa. Kemudian pada tahun , ketika kepemimpinan dijabat oleh Bapak Drs. H.A. Choiri, SH, MH, Pengadilan Agama Jakarta Selatan berhasil melakukan pengadaan tanah untuk bangunan gedung baru seluas ± 6000 m2 yang terletak di Jl. Harsono RM, Ragunan, Jakarta Selatan. Pada tahun 2008 mulai dibangun gedung baru yang sesuai dengan prototype Mahkamah Agung RI. Pembangunan dilaksanakan 2 tahap, tahap pertama tahun 2008 dan tahap kedua tahun Pada saat itu Pengadilan Agama Jakarta Selatan di Ketuai oleh Bapak Drs. H. Pahlawan Harahap, SH, MA. Selanjutnya pada ahir April 2020 gedung baru Pengadilan Agama Jakarta Selatan diresmikan bersama-sama dengan gedung-gedung baru lainnya di Pontianak (Kalimantan Barat) oleh Ketua Mahkamah Agung RI. Pada awal Mei 2010 diadakan tasyakuran dan sekaligus dimulainya

49 40 aktifitas perkantoran di gedung baru tersebut, pada saat itu Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan dijabat oleh Drs. H. Ahsin A. Hamid, SH. Sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representative tersebut di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dilakukan pembenahan dalam segala hal, baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam hal peningkatan IT yang sudah semakin canggih disertai dengan program-program yang menunjang pelaksanaa tugas poko, seperti program SIADPA yang sudah berjalan dan terintergrasi dengan TV Media Center, Touch Screen (KIOS-K) serta beberapa fitur tambahan dari situs Web Pa-jakartaselatan.go.id Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan dalam pasal 24 ayat (2) bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung bersama badan peradilan lainnya di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer, merupakan salah satu badan peradilan pelaku kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam. 8 7 Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini dikutip utuh dari di download pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 pukul WIB. 8 Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini dikutip utuh dari di download pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 pukul WIB.

50 41 Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. 3. Struktur Organisasi Tata Kerja Pengadilan Struktur organisasi Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengacu pada Undang-Undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung nomor KMA/004/II/92 tentang organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama dan KMA Nomor 5 tahun 1996 tentang Struktur Organisasi Peradilan. 9 9 Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan ini dikutip utuh dari di download pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

Lebih terperinci

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYERAHAN HAK H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH KANDUNG PASCA PERCERAIAN A. Analisis Terhadap Pertimbangan dan Dasar Hukum Hakim PA Malang Dalam Perkara Nomor:

Lebih terperinci

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TIDAK DITETAPKANNYA NAFKAH IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI ATAS PUTUSAN NOMOR 2542/PDT.G/2015/PA.LMG) A. Pertimbangan Hukum Hakim yang Tidak Menetapkan Nafkah

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak

Lebih terperinci

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg A. Deskripsi Perkara Kasus yang diteliti penulis kali ini merupakan perkara cerai gugat yang di dalamnya disertai gugatan hak

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum yang Digunakan oleh Majlis Hakim dalam H{Ad{A>Nah Anak kepada Ayah karena Ibu Wanita Karir.

BAB IV. A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum yang Digunakan oleh Majlis Hakim dalam H{Ad{A>Nah Anak kepada Ayah karena Ibu Wanita Karir. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SURABAYA NOMOR 2339/PDT.G/2005/PA.SBY TENTANG H{AD{A>NAH ANAK KEPADA AYAH KARENA IBU WANITA KARIR A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan menimbulkan kewajiban nafkah atas suami untuk istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr 69 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Mojokerto Dalam Memutus Perkara Nomor: 1298/Pdt.G/2014/PA.Mr

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan menurut istilah ilmu fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan ziwaj, nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya ( hakikat ) dan arti kiasan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT A. Analisis Terhadap Pemberian Wasiat Dengan Kadar Lebih Dari 1/3 Harta Warisan Kepada

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.Mr A. Analisis Pertimbangan Hakim Pada Putusan Nomor 1375/Pdt.G/2013/PA.Mr

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI PERKARA PUTUSAN NOMOR 1708/pdt.G/2014/PA.bjn. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri M dalam Putusan Nomor:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan 67 BAB IV ANALISIS A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan Verstek pada Perkara Nomor: 1884/Pdt.G/VERZET/2012/PA.Kab.Mlg Terhadap formulasi putusan penulis mengacu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca perceraian. Perselisihan yang erat kaitannya dengan perceraian adalah masalah pembagian harta bersama

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG HADHANAH. yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. 1

BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG HADHANAH. yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. 1 BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG HADHANAH A. Pengertian dan Dasar Hadhanah Dalam istilah fiqh digunakan dua kata namun ditujukan untuk maksud yang sama yaitu kafalah dan hadhanah. Yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK 64 BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hukum yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim

Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendapatkan pertanyaan dari majalah SuaraAisyiyah berkenaan dengan hukum menyekolahkan anak di sekolah

Lebih terperinci

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

Prosiding Peradilan Agama ISSN: Prosiding Peradilan Agama ISSN: 2460-6391 Pendapat Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafi iyah Tentang Penarikan Analisis Pendapat Imam Syafi i terhadap Pasal 116 (Huruf E) KHI Tentang Kriteria Cacat Badan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah dalam surat yasin: 36 1 2

Lebih terperinci

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR حفظه هللا Ustadz Abu Ismail Muslim al-atsari Publication 1436 H/ 2015 M MENZHALIMI RAKYAT TERMASUK DOSA BESAR Sumber: Majalah As-Sunnah, No.08 Thn.XVIII_1436H/2014M

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK Sebagaimana permasalahan yang telah diketahui dalam pembahasan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA PEDAGAN SAYUR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN (STUDI KASUS KEPADA IBU PEDAGANG SAYUR)

PENDIDIKAN ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA PEDAGAN SAYUR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN (STUDI KASUS KEPADA IBU PEDAGANG SAYUR) PENDIDIKAN ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA PEDAGAN SAYUR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN (STUDI KASUS KEPADA IBU PEDAGANG SAYUR) OLEH RINI AMELIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2017 M /

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO NOMOR. 2865/Pdt.G/2013/PA.Bjn. TENTANG CERAI GUGAT KARENA PENDENGARAN SUAMI TERGANGGU A. Analisis Terhadap Dasar Hukum Hakim Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ا ل ج ت ه اد ل ي ن ق ض ب ل ج ت ه اد Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1438 H_2017 M Sebuah Ijtihad

Lebih terperinci

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI YANG HARAM UNTUK DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H_2016 M RINGHASAN FIKIH ISLAM: Yang Haram Untuk Dinikahi حفظه هللا Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi Disalin dari web Beliau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Militer III-19 Jayapura Nomor: 143-K/PM. III-19/AD/IX/2013.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) A. Analisis Terhadap Deskripsi Dissenting Opinion Dalam Putusan Perkara

Lebih terperinci

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN 1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar setiap manusia mengalami tiga peristiwa hukum, yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan diakhiri dengan kematian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai

Lebih terperinci

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M Qawaid Fiqhiyyah ن ي ة ال م ر ء أ ب ل غ م ن ع م ل ه Niat Lebih Utama Daripada Amalan Publication : 1436 H_2015 M Sumber: Majalah as-sunnah, Ed. 01 Thn.XVIII_1435H/2014M, Rubrik Qawaid Fiqhiyyah Download

Lebih terperinci

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM HUKUM KEWARISAN MENURUT IMAM SYAFI'I DAN HAZAIRIN (Studi Perbandingan Dalam Kasus Ahli Waris Pengganti Dan Relevansinya Dengan KHI) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Islam Negeri

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 285 آم ن الر س ول ب م ا ا ن ز ل ا ل ي ه م ن ر ب ه و ال م و م ن ون ك ل آم ن ب الل ه و م ل اي ك ت ه و ك ت ب ه و ر س ل ه ل ا ن ف ر ق ب ي ن ا ح د م ن ر س ل ه و ق ال وا

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menciptakan manusia di dunia ini menghendaki dan mengangkatnya menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah:30 Artinya:

Lebih terperinci

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak dalam rumah tangga adalah tugas semua orang tua, namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut menjadi dewasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia,

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 A. Analisis Hukum Terhadap Landasan Penetapan Harta Bersama Dalam Permohonan

Lebih terperinci

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan. ADAB ISLAMI : ADAB SEBELUM MAKAN Manusia tidak mungkin hidup tanpa makan. Dengan makan manusia dapat menjaga kesinambungan hidupnya, memelihara kesehatan, dan menjaga kekuatannya. Baik manusia tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MENGIKUTI PELAJARAN BACA TULIS AL-QUR AN DI SMP HASANUDDIN 7 SEMARANG SKRIPSI

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MENGIKUTI PELAJARAN BACA TULIS AL-QUR AN DI SMP HASANUDDIN 7 SEMARANG SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MENGIKUTI PELAJARAN BACA TULIS AL-QUR AN DI SMP HASANUDDIN 7 SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan

Lebih terperinci

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI خفظ اهلل Oleh: Ustadz Abu Aniisah Syahrul Fatwa bin Lukman Publication: 1434 H_2013 M PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI خفظ اهلل Oleh: Ustadz Abu Aniisah Syahrul

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg. BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg. A. Analisis Hukum Terhadap Deskripsi Putusan Nomor: 455/Pdt.G/2013/PA.Spg Mengenai Perceraian Akibat Suami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ت ش ر ع ال ق ر ع ة إ ذ ا ج ه ل ال م س ت ح ق و ت ع ذ ر ت ال ق س م ة Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif

Lebih terperinci

ب س م الله ال رح م ن ال رح یم

ب س م الله ال رح م ن ال رح یم P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm ب س م الله ال رح م ن ال رح یم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah setiap orang tentu akan meninggal, baik ia seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: SYARIAH - MUNAKAHAT KOMPETENSI DASAR: Menganalisis ajaran Islam tentang perkawinan Menganalisis unsur-unsur yang berkaitan dengan ajaran perkawinan dalam agama Islam INDIKATOR: Mendeskripsikan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah dan amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dipelihara oleh orang tua, karena kelak akan di minta pertanggung jawabanya dihadapan-nya,

Lebih terperinci

(Studi Komparatif Antara Al-Maraghi dan Al-Ghazali)

(Studi Komparatif Antara Al-Maraghi dan Al-Ghazali) NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM AMTSAL NUR KAJIAN ATAS QS. AN-NUR AYAT 35 (Studi Komparatif Antara Al-Maraghi dan Al-Ghazali) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat Jibril sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO Setelah memberikan gambaran tentang praktik pengupahan kulit

Lebih terperinci

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN 61 BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN A. Analisis terhadap Faktor yang Melatar Belakangi Alasan Terjadinya Pernikahan sebagai Pelunasan

Lebih terperinci

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? "kemal pasa", k_pasa03@yahoo.com Pertanyaan : Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? Jawaban : Tidak

Lebih terperinci

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis implementasi Hukum Islam terhadap ahli waris non-muslim dalam putusan hakim di Pengadilan Agama

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : ARIF HIDAYANTO 0806010018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO A. Analisis Penerapan Bagi Hasil dalam Pembiayaan Musha>rakah di BMT An- Nur Rewwin

Lebih terperinci

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar 49 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI STANDARISASI PENETAPAN MAHAR DALAM PERNIKAHAN GADIS DAN JANDA DI DESA GUA-GUA KECAMATAN RAAS KABUPATEN SUMENEP A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadlânah adalah Pengasuhan anak dibawah umur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadlânah adalah Pengasuhan anak dibawah umur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadlânah adalah Pengasuhan anak dibawah umur yang wajib dilaksanakan oleh kedua orang tua, karena pada dasarnya seorang anak dilahirkan tanpa memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 0138/Pdt.G/2013/PA.Mlg TENTANG PENOLAKAN HAK ASUH ANAK OLEH SUAMI YANG DICERAI GUGAT

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 0138/Pdt.G/2013/PA.Mlg TENTANG PENOLAKAN HAK ASUH ANAK OLEH SUAMI YANG DICERAI GUGAT 53 BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR 0138/Pdt.G/2013/PA.Mlg TENTANG PENOLAKAN HAK ASUH ANAK OLEH SUAMI YANG DICERAI GUGAT A. Analisis Terhadap Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Malang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT A. Analisis terhadap Pembagian Harta Waris melalui Wasiat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam kehidupan masyarakat. Ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dasar pembentukan akhlak

Lebih terperinci

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di  PETUNJUK RASULULLAH PETUNJUK RASULULLAH Bagi YANG BERHUTANG حفظه االله Ustadz Nur Kholis bin Kurdian Publication: 1434 H_2013 M PETUNJUK RASULULLAH صلى االله عليه وسلم BAGI YANG BERHUTANG حفظه االله Ustadz Nur Kholis bin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa, A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa, karena tujuan pendidikan suatu bangsa erat hubungannya dengan usaha mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 286 ل ا ي ك ل ف الل ه ن ف س ا ا ل ا و س ع ه ا ل ه ا م ا ك س ب ت و ع ل ي ه ا م ا اك ت س ب ت ر ب ن ا ل ا ت و اخ ذ ن ا ا ن ن س ين ا ا و ا خ ط ا ن ا ر ب ن ا و ل ا ت ح

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SURABAYA NO. 950/PDT.G/2012/PA.SBY TENTANG PERCERAIAN TANPA ADANYA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SURABAYA NO. 950/PDT.G/2012/PA.SBY TENTANG PERCERAIAN TANPA ADANYA BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SURABAYA NO. 950/PDT.G/2012/PA.SBY TENTANG PERCERAIAN TANPA ADANYA KEWAJIBAN SUAMI MURTAD MEMBERI NAFKAH ANAK PASCA PERCERAIAN A. Analisis Dasar dan Pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada satu pun agama di dalam dunia yang memiliki kesempurnaan sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, hal itu dapat

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum. Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak

BAB IV. Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum. Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak BAB IV Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak Perspektif Fiqh dan Hukum Positif Berdasarkan Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2011

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN 58 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Penarikan Kembali Hibah Bersyarat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya permasalahan kehidupan telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat Indonesia seperti permasalahan ekonomi, politik, sosial, dan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan dan kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya saling kenal-mengenal

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA Kaidah Fiqh اخ ت ال ف الد ي ن ي ق ط ع الت و ار ث و ك ذ ل ك و ال ي ة الت ز و ي ج Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: TRILOGI - AQIDAH KOMPETENSI DASAR: Menganalisis trilogi ajaran Islam dan kedudukan aqidah dalam agama Islam Menganalisis unsur-unsur dan fungsi aqidah bagi kehidupan manusia (umat Islam) INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang Fatwa Pedoman Asuransi Syariah 1 FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang PENGEMBALIAN KONTRIBUSI TABARRU BAGI PESERTA ASURANSI YANG BERHENTI SEBELUM MASA PERJANJIAN BERAKHIR ا ا رل

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR A. Analisis Pertimbangan Hakim Mengabulkan Pengajuan Perwalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan betapa pentingnya arti suatu keluarga yang diawali dengan perkawinan. Perkawinan merupakan pondasi awal membentuk suatu keluarga yang harmonis

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas KAIDAH FIQH ا إ ل قإر ار ح ج ة ق اص ر ة Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf Publication 1437 H_2016 M Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH)

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH) BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH) A. Analisis Putusan Pengadilan Agama Demak No. 619/ Pdt. G/ 2003/ PA. Dmk Tentang

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Oleh : Ahmad Abdillah NPM:

Oleh : Ahmad Abdillah NPM: PETUNJUK-PETUNJUK RASULULLAH SAW TERHADAP PENDIDIKAN PEMUDA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MASA KINI (Kajian terhadap Kitab al-hady an-nabawiy fi Tarbiyah al-aula d fi Ḍaui al-kita b wa as-sunnah)

Lebih terperinci