Disusun oleh: Akip Bustomi Muslih KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disusun oleh: Akip Bustomi Muslih KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM"

Transkripsi

1 PENYELESAIAN SENGKETA HAK ASUH ANAK (HADHANAH). (Studi Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor : 2558/Pdt.G/2013/PA.Js dan Pengadilan Negeri Tangerang No. 282/Pdt.G/2014/PN.TNG). SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah. (S.Sy) Disusun oleh: Akip Bustomi Muslih KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

2

3 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 29 Juni 2016 Akip Bustomi Muslih iii

4 ABSTRAK Akip Bustomi Muslih. NIM Penyelesaian Sengketa Hak Asuh Anak (Hadhanah). (Studi Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 2558/Pdt.G/2013/PA.JS dan Pengadilan Negeri Tangerang No. 282/Pdt.G/2014/PN.TNG). Skripsi Progam Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2016 M/1437 H. Terdiri dari xii + 79 halaman + 7 lampiran. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang dalam memutuskan perkara sengketa hak asuh anak. karena pada dua putusan yang penulis analisis terdapat kesamaan yaitu, pihak yang berhak mendapatkan hak asuh anak adalah pihak bapak. Sedangkan dalam beberapa ketentuan peraturan di Indonesia dan hukum Islam menjelaskan bahwa, pihak yang diutamakan untuk mendapatkan hak asuh anak adalah pihak ibu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang menekankan dengan pemahaman deskriptif. Penelitian ini berupa analisis terhadap kasus yang berkenaan dengan pelimpahan hak asuh anak kepada ayah kandungnya, yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang. Jenis data yang didapatkan berupa data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa hak asuh yang diberikan kepada ayah pada dua putusan tersebut, dikarenakan pihak ibu dari masingmasing kasus dapat dikategorikan berbuat nusyuz (durhaka/membangkang terhadap suami), sibuk dengan urusannya sendiri dan sering menelantarkan kepentingan anak-anak. Sehingga demi kesejahteraan dan tumbuh kembang si anak, hak asuhnya diberkan kepada pihak ayah.. Kata Kunci : Hadhanah (Hak Asuh Anak), Analisis Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang Pembimbing I : Dra. Hj. Maskufa, M.A Pembimbing II : Arip Purkon, S.H.I, M.A Daftar Pustaka : Tahun 1974 s.d Tahun 2014 iv

5

6 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, maha adil dan maha pengasih yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-nya kepada semua mahluk-nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat yang telah banyak berkorban dalam mensyiarkan agama Islam sehingga kita dapat merasakan nikmatnya iman sampai saat ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar strata satu (SI), dalam konsentrasi Perbandingan Hukum, program studi Perbandingan Madzhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul: Penyelesaian Sengketa Hak Asuh Anak (Hadhanah). (Studi Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 2558/Pdt.g/2013/PA.JS dan Pengadilan Negeri Tangerang No. 282/Pdt.G/2014/PN.TNG) Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, terutama disebabkan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Tanpa Ridho Allah SWT, serta doa, dukungan, bimbingan, bantuan dan saran-saran dari berbagai pihak, maka skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan. Tanpa adanya partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dalam penyelesaian skripsi ini tentu akan terasa berat. vi

7 Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. Ketua Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum, ibu Siti Hanna, L.c, M.A Sekretaris Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum. 3. Ibu Dra Hj. Maskufa M.A dan bapak Arip Purkon, M.A. Dosen pembimbing yang senantiasa ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, koreksi, dan bimbingan yang sangat berarti demi kelancaran pembuatan skripsi ini, serta segala kesabaran dalam memberikan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. 4. Staf Pengadilan Negeri Tangerang dan Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang telah memberikan izin, arahan dan bantuan dalam melaksanakan observasi dan wawancara selama penulis mengadakan penelitian, khusus kepada bapak Muhammad Irfan, S.H, M.Hum, dan bapak Drs. Saifuddin, S.H, M.H, hakim yang telah bersedia diwawancarai dalam menggali informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis bahas. 5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang selama delapan semester dengan ikhlas dan sabar memeberikan ilmu pengetahuan, semoga vii

8 ilmu yang diberikan dapat menjadi bekal hidup penulis dalam menghadapi samudra kehidupan dan dapat diamalkan dalam keseharian. Serta tidak lupa para pemimpin dan staf perpustakaan baik perpustakaan umum maupun perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan guna menyelesaikan skripsi ini. 6. Teristimewa ucapan terima kasih penulis yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Muslih, S.Pd, Ibunda Opin Ropiah, adik-adik tercinta yang senantiasa memberikan banyak bantuan baik berupa moril atau materil, terima kasih pula atas doa, keridhoan dan pengorbanan kalian yang tak ternilai harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan baik, terutama motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Hanya allah SWT, yang mampu membalas segala pengorbanan kalian, semoga kalian selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Amin 7. Sahabat-sahabatku, teman-teman tercinta seperjuangan jurusan Perbandingan Hukum 2011, teman-teman FORSA, Tenis Meja UIN Jakarta, teman-teman Kos Rt. Rosyid dan kawan-kawan KKN Cintamanik 2014, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah rela bersama-sama mengukir sejarah selama delapan semester ini. viii

9 Semoga segala kebaikan kalian semua dicatat oleh Allah SWT, serta diberikan balasan yang berlipat ganda dan menjadikannya amal jariyah yang tiada henti mengalir kebaikannya hingga yaum al-akhir. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Jakarta, 29 Juni 2015 Akip Bustomi Muslih ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK.. HALAMAN PENGESAHAN. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 8 C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah... 8 D. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 9 E. Review Studi Terdahulu.. 10 F. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan G. Sistematika Penulisan.. 16 BAB II HADHANAH DALAM ISLAM DAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA A. Pengertian Hadhanah.. 18 B. Dasar Hukum Hadhanah C. Syarat Bagi Pemegang Hadhanah 22 D. Pihak yang Berhak Mendapatkan Hadhanah.. 26 x

11 E. Masa Hadhanah 31 BAB III HAKIM DAN KONSEP PENEMUAN HUKUM A. Syarat syarat Untuk Diangkat Menjadi Hakim 36 B. Kode Etik Hakim C. Kewajiban dan Fungsi Hakim. 45 D. Konsep Penemuan Hukum.. 48 E. Putusan Hakim dan Independensi Hakim Dalam Menetapkan Putusan BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA HAK ASUH ANAK DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN DAN PENGADILAN NEGERI TANGERANG A. Duduk Perkara Putusan Hak Asuh Anak (hadhanah) di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang 57 B. Pertimbangan Hukum Hakim Tentang Hak Asuh Anak di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang C. Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang. 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 75 B. Saran 76 xi

12 DAFTAR PUSTAKA. 77 DAFTAR LAMPIRAN xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah tangga yang dibina oleh pasangan suami istri akan terwujud secara baik manakala keduanya saling memahami satu dengan yang lainnya. Konsep sakinah, diurai melalui bahasa hati saling mengerti dan pengertian berimplikasi pada suasana harmonis antara keduanya (suami istri). Selain sakinah, Islam memperkenalkan konsep Mawaddah, yaitu terjalinnya hasrat saling cinta mencinta diantara keduanya yang mengantarkan kepada sikap agresif satu sama lain. Pada tahapan berikutnya disempurnakan rahmah, yang berarti saling menyayang dan itu merupakan anugerah agung dari Allah karena predikat ini kelak akan langgengnya suatu hubungan. 1 Menjalani kehidupan rumah tangga, pada mulanya pasangan suamiistri penuh kasih sayang, seolah-olah tidak akan terjadi perpisahan. Namun pada kenyataannya rasa kasih sayang itu bila tidak dijaga bisa menjadi berkurang, bahkan bisa hilang berganti dengan kebencian, apabila kebencian sudah datang, dan suami-istri tidak dengan sungguh hati mencari jalan keluar dan memulihkan kembali kasih sayangnya, maka akan berakibat negatif bagi anak keturunannya. Oleh karena itu upaya kembali memulihkan kasih sayang merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Dan kasih sayang itu bisa beralih 1 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan (Analisa Perbandingan Antar Madzhab), (Jakarta : PT. Prima Heza Lestari, 2006) cet Ke 1, h

14 menjadi kebencian. Akan tetapi perlu diingat bahwa kebencian itu kemudian bisa pula menjadi kasih sayang. 2 Islam hanya mengizinkan perceraian karena tidak ada jalan lain untuk keluar dari lingkaran ketegangan yang terus menerus dalam rumah tangga. Lagipula setelah dipertimbangkan bahwa bercerai adalah jalan yang terbaik bagi mereka, dari pada terus menerus hidup dalam perselisihan atau konflik keluarga yang berkelanjutan pada suatu rumah tangga. Maka diperbolehkanlah pasangan suami-istri tersebut untuk bercerai. 3 Istilah perceraian terdapat dalam Pasal 38 UU No. 1 Tahun 1974 yang memuat ketentuan fakultatif 4 bahwa perkawinan dapat diputus karena kematian, perceraian, dan atas putusan pengadilan. Jadi istilah perceraian secara yuridis berarti putusnya perkawinan, yang mengakibatkan putusnya hubungan suami istri atau berhenti suami-istri. Perceraian berakibat hukum putusnya suatu perkawinan, putusnya suatu perkawinan itu ada dalam bentuk tergantung dari segi apa sebenarnya yang berkehendak untuk putusnya perkawinan itu. 5 Perceraian yang ada pada dasarnya merupakan suatu peristiwa hukum, yaitu suatu kejadian yang menimbulkan atau menghilangkan hak ataupun kewajiban. Sebagai peristiwa hukum, maka perceraian mempunyai hubungan erat dengan sikap-tindak dalam hukum yang berupa tanggung jawab 2 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Analisis Yurisprudensi dengan pendekatan Ushuliyyah). (Jakarta : Kencana, 2004), cet. Ke 2, h Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional (Tangerang Selatan: UIN Syarif Hidayatullah, 2011),. Cet ke- 1, h Fakultatif memiliki tidak diwajibkan atau sesuatu yang bersifat pilihan. 5 Muhammad Syarifuddin, dkk.hukum Perceraian (Jakarta : Sinar Grafika, 2014), h 18. 2

15 (responsibility) terhadap pihak lain. Pihak lain disini dapat menyangkut keturunan atau anak dan harta benda, dan mungkin juga bekas istri (yang merupakan tanggung jawab bekas suami). 6 Pasal 115 Kompilasi Hukum Islam (KHI) menjelaskan bahwa setiap perceraian harus dilakukan di Pengadilan Agama, setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. 7 Dengan tujuan bahwa setiap ada permohonan perceraian, seorang hakim tidak dapat langsung mengabulkan permohonan tersebut, seharusnya hakim mengajukan adanya perdamaian antara kedua belah pihak dengan harapan perceraian tersebut tidak terjadi, akan tetapi apabila perdamaian tidak terwujud maka hakim dapat mengabulkan permohonan perceraian tersebut. Salah satu akibat yang tidak dapat dihindari ketika terjadinya suatu perceraian adalah akan adanya sengketa ataupun permasalahan, siapakah yang berhak mengasuh anak yang lahir dari hasil pernikahan suami dan istri, meskipun sebenarnya kedua orangtuanya berkewajiban untuk memberikan pendidikan kepada si anak sampai ia dewasa. Dalam KHI Pasal 105 dijelaskan bahwa dalam hal apabila terjadi perceraian : apabila anak belum mencapai usia mumayyiz atau usia 12 Tahun maka hak asuh terhadap anak diberikan kepada ibunya, atas ketentuan Pasal 105 KHI tersebut, apabila terjadi suatu perceraian dan pasangan tersebut memiliki anak yang masih belum mumayyiz dibawah 12 tahun, maka hak asuh secara penuh ada pada ibunya dan kewajiban ayahnya adalah menafkahi anak tersebut, sebagaimana 6 Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta :PT. Raja Graffindo Persada, 2003), h Pasal 115 Intruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam 3

16 dijelaskan dalam Pasal 104 KHI, sedangkan apabila telah mencapai umur mumayyiz maka anak diberikan kebebasan untuk memilih apakah akan tinggal bersama ayah ataupun ibunya. 8 Keinginan untuk memperoleh anak merupakan tujuan yang mulia dan paling sehat dari suatu perkawinan. Suatu penelitian belakangan ini menunjukan bahwa selama berlangsungnya lima tahun pertama perkawinan itu, terdapat enam kali lipat banyaknya perceraian dikalangan pasangan suami istri tanpa anak bila dibandingkan dengan pasangan suami istri yang mempunyai anak. Dan dalam sepuluh tahun pertama berlangsungnya perkawinan itu, terdapat empat kali lipat besarnya perceraian pasangan tidak punya anak dibandingkan dengan yang punya anak. Akan tetapi tentu saja hal ini bukanlah berarti bahwa anak-anak bisa mencegah terjadinya perceraian antara suami istri. Kenyataan ini tiada lain memperlihatkan bahwa pasangan suami istri yang menginginkan anak akan mempunyai landasan yang sehat untuk hubungan mereka. Keinginan untuk memperoleh anak biasanya merupakan pertanda baik dan menunjukan gejolak emosional yang sehat. 9 Secara yuridis, kedudukan anak dalam perkawinan diatur dalam Pasal 42 UU No.1 tahun 1974 yang memuat ketentuan definitif 10 bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang 8 Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh Al-Qadha, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h Sylvanus M. Duvall, Diambang Pernikahan (Jakarta : Mitra Utama : 1993), h Definitif memiliki arti sesuatu yang sudah pasti 4

17 sah. Kemudian, menurut ketentuan limitatif 11 dalam Pasal 43 ayat (1) UU No. 1 tahun 1974, anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Ini berarti bahwa UU No. 1 tahun 1974 tidak membenarkan pengakuan terhadap anak diluar perkawinan yang diatur dalam Pasal 43ayat (1) UU No. 1 tahun Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan keburukan serta ditelantarkan seperti hewan ternak, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan binasa. Keadaan fitrahnya akan senantiasa siap untuk menerima yang baik atau yang buruk dari orang tua atau pendidiknya. Inilah barangkali pesan moral Islam kepada para orang tua berkaitan dengan pendidikan anak-anaknya. Orang tua sangat berkepentingan untuk mendidik dan mengarahkan putra-putrinya ke arah yang lebih baik dan memberi bekal berbagai adab dan moralitas agar mereka terbimbing menjadi anak-anak yang dapat dibanggakan oleh kedua orangtuanya kelak dihadapan Allah SWT. Anak merupakan karunia dari Allah SWT, bahkan anak dianggap harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan harta benda lainnya. Anak sebagaimana amanah Allah harus senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat, martabat, dan hak-hak 11 Limitatif memiliki arti sesuatu yang bersifat membatasi 12 Muhammad Syarifuddin, dkk.hukum Perceraian, h

18 sebagai manusia yang dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak. Dilihat dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah pewaris dan sekaligus potret masa depan bangsa di masa mendatang, generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil kebebasan. 13 Kesejahteraan anak adalah hak asasi anak yang harus diusahakan bersama. Pelaksanaan pengadaan kesejahteraan bergantung pada partisipasi yang baik antara obyek dan subyek dalam usaha pengadaan kesejahteraan anak tersebut. Berarti setiap anggota masyarakat dan pemerintah (yang berwajib) berkewajiban ikut serta dalam pengadaan kesejahteraan anak dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, akan membawa akibat yang baik pada keamanan dan stabilitas suatu masyarakat, yang selanjutnya akan mempengaruhi pembangunan yang sedang diusahakan dalam masyarakat tersebut. Oleh sebab itu usaha perlindungan anak merupakan suatu upaya yang harus terus dikembangkan. 14 Islam membagi status dari anak, sesuai dengan sumber asal anak itu sendiri. Sumber asal itulah yang akan menentukan status seorang anak. Setiap keadaan menentukan kedudukannya, membawa sifatnya sendiri dan 13 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam (Jakarta : Kencana Prenada Grup, 2010) cet ke-1, h Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta : Akademika Pressindo, 1985), h

19 memberi haknya. Hukum mengenai status anak berdasarkan ketentuanketentuan tersebut, yang demikian menjadikan sang anak dekat atau jauh dari ibu bapaknya, dengan adanya hubungan antara mereka yang sah atau yang tidak sah bahkan apakah hubungan yang pernah ada itu dibolehkan atau diharamkan. Hubungan antara anak dengan ibu-bapaknya mempunyai syaratsyarat yang membenarkan hubungan yang ada dan terdapat antara ibu bapaknya itu. Perkawinan menentukan status anak, maka sang anak bergantung kepada perkawinan atau hubungan antara ibu dan bapak. 15 Permasalahan hak asuh anak (hadhanah) menjadi isu penting ketika terjadinya suatu perceraian, bagaimana hukum mengatur apabila terjadi perceraian dan terjadi sengketa hak asuh anak (hadhanah) yang diajukan di Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas penulis bermaksud untuk meneliti tentang kasus sengketa hak asuh anak (hadhanah) yang terjadi pada putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 2558/Pdt.G/2013/PA.Js. dan Pengadilan Negeri Tangerang No. 282/Pdt.G/2014/PN.TNG. Dua putusan tersebut membahas tentang gugatan perceraian dan permohonan hak asuh anak yang terjadi pada dua lembaga penegak hukum yang berbeda yaitu Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri akan tetapi pihak hakim pada dua Pengadilan tersebut memenangkan pihak yang sama dalam hal permohonan hak asuh anak, maka dari itu, penulis ingin mengamati apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim Pengadilan 15 Fuad Mohd Fakhrudidin, Masalah Anak dalam Hukum Islam (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1991) Cet ke-2, h

20 Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang dalam menetapkan permasalahan hak asuh anak. Guna tersistemasinya penulisan skripsi ini, maka penulis mengemasnya dalam suatu judul : Penyelesaian Sengketa Hak Asuh Anak (Hadhanah). (Studi Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor : 2558/Pdt.G/2013/PA.Js dan Pengadilan Negeri Tangerang No. 282/Pdt.G/2014/PN.TNG). B. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana ketentuan yang terdapat dalam fikih dan undang-undang yang berhubungan dengan perceraian. 2. Faktor apa yang menyebabkan terjadi perselisihan antara kedua belah pihak sehingga berujung kepada perceraian. 3. Adanya perselisihan siapa yang berhak untuk mendapatkan hak asuh anak setelah terjadi perceraian. 4. Kasus sengketa hak asuh anak yang terjadi pada dua lembaga penegak hukum yaitu Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang. C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dibahas, dibatasi pada kasus sengketa hak asuh anak yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor : 2558/Pdt.G/2013/PA.Js. dan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor :282/Pdt.G/2014/PN. TNG. 8

21 2. Perumusan Masalah a. Bagaimana pandangan fikih dan ketentuan undang-undang yang berlaku di Indonesia mengenai hak asuh anak (hadhanah)? b. Apa yang menjadi dasar pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dengan nomer perkara : 2558/Pdt.G/2013/PA.Js dan Pengadilan Negeri Tangerang dengan nomer perkara : 282/Pdt.G/2014/PN. TNG dalam memutuskan perkara hak asuh anak (hadhanah)? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah : a. Untuk menemukan ketentuan dalam fikih dan undang-undang yang berlaku di Indonesia, mengenai hak asuh anak (hadhanah), dengan siapa si anak akan tinggal setelah terjadinya perceraian antara ibu-bapaknya dan yang paling berhak mendapat hak asuh atas anak. b. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis dasar pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang dalam penetapan hak asuh anak (hadhanah). 2. Manfaat secara teoritis dan pragmatis dari penelitian ini adalah: 9

22 a. Menemukan ketentuan yang digunakan Pengadilan Negeri dalam memutuskan perkara hak asuh anak (hadhanah), karena tidak adanya undang-undang yang secara khusus mengatur tentang hak asuh anak. b. Bagi akademisi penelitian ini dapat menambah wawasan tentang cara hakim memutuskan suatu perkara dan metode-metode yang digunakan hakim dalam menetapkan atau memutuskan. c. Menambah kontribusi keilmuan bagi akademisi dalam rangka menganalisis ketentuan dalam hukum Islam dan undang-undang mengenai hak asuh anak (hadhanah). d. Memberikan pemahaman yang benar kepada akademisi tentang aturan aturan hukum hak asuh anak (hadhanah), agar sesuai dalam penerapannya di masyarakat. E. Review Studi Terdahulu Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain: 1. Tuntutan Hak Asuh Anak oleh Suami (Studi Putusan Pengadilan Agama Makassar, No.339/Pdt.g/2010/PA.Mks). Skripsi yang ditulis oleh Alfrianti Alimuddin (Mahasiswi Hukum Acara Universitas Hassanuddin Makassar th. 2013). a. Isi Skripsi tersebut memaparkan tentang sengketa hak asuh anak (hadhanah), yakni hak asuh anak yang belum mumayyiz diberikan kepada ayah, sedangkan dalam ketentuan KHI Pasal 105, yang berhak 10

23 mendapatkan hak asuh adalah ibunya. Pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Makassar ialah pihak ibu yang sibuk bekerja sampai malam hari dan tidak ada waktu untuk mengasuh anakanaknya. b. Perbedaan Perbedaan dengan materi yang akan dibahas oleh penulis ialah, faktor penyebab hak asuh anak diberikan kepada ayahnya, pada skripsi ini faktor utamanya adalah karena pihak ibu sibuk bekerja, sedangkan judul yang penulis bahas, faktor penyebab hak asuh diberikan kepada ayahnya dikarenakan pihak ibu tidak memiliki iktikad baik dalam mengurus anak dan tidak aktif bekerja, baik dalam perkara Pengadilan Negeri Tangerang dan Pengadilan Agama Jakarta Selatan. 2. Pelimpahan Hak Asuh Anak Kepada Bapak (Studi Analisis Putuan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomer 1829/Pdt.G/2008/PAJT). Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Zamahsyari (Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhshiyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). a. Isi Skripsi ini membahas tentang analisis penulis terhadap putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan nomer perkara No. 1829/Pdt.G/2008/PA.JT, yaitu menganalisis tentang faktor penyebab majlis hakim memberikan hak asuh anak kepada ayahnya, dengan demikian hal tersebut berlainan dengan ketentuan yang terdapat 11

24 dalam Pasal 105 KHI, yang menjelaskan bahwa, apabila usia anak masih dibawah umur maka hak asuh jatuh kepada ibunya. b. Perbedaan Perbedaan antara permasalahan yang penulis bahas dengan skripsi yang ditulis oleh Ahmad Zamahsyari terdapat pada poin pembanding dengan Pengadilan Negeri. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Zamahsyari hanya membahas tentang analisis putusan hakim PA Jakarta Timur, sedangkan dalam skripsi ini penulis membandingkan sengketa hak asuh anak dengan kasus yang ada di Pengadilan Negeri dengan ketentuan kasus yang sama kemudian sumber hukum yang digunakan berbeda, akan tetapi hasil putusan keduanya sama. 3. Hak Perwalian Anak Apabila Terjadi Perceraian (Studi di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Semarang). Tesis yang ditulis oleh Masita Harumawarti, S.H (Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponogoro, 2007). a. Isi Tesis ini menjelaskan tentang bagaimana proses permohonan perwalian anak, pelaksanaan perwalian anak sebagai akibat dari perceraian dan analisis penyelesaian sengketa di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Semarang. b. Perbedaan Perbedaan utama dengan materi yang akan penulis bahas ialah perwalian dan hak asuh anak itu merupakan hal yang berbeda. Suatu 12

25 perwalian mencakup pribadi maupun harta benda si anak, dan seorang anak dapat dikatakan berada dibawah kekuasaan wali ketika berusia dibawah 18 tahun sebagaimana ketentuan dalam Pasal 50 UU Perkawinan dan penyebabnya ialah orangtua tidak mampu, orangtua tersebut dalam pengampuan (curatele), orang tua bercerai dan apabila orang tua meninggal, sedangkan hak asuh anak (hadhanah) dapat timbul hanya karena adanya perceraian dan tidak mencakup kepada harta benda si anak dan usia anak yang dikatakan berhak untuk mendapatkan hadhanah ialah dibawah 12 tahun, apabila diatas usia tersebut, maka anak diberikan kekuasaan untuk tinggal bersama ayah ataupun ibunya. Sebagaimana dalam ketentuan Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam, kemudian pertimbangan penulis menjadikan tesis ini sebagai review studi terdahulu dikarenakan materi perbandingan yang akan dibahas serupa yaitu Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri. F. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang menggambarkan data-data dan informasi berdasarkan fakta yang diperoleh secara mendalam. 16 Adapun data yang diperoleh meliputi transkip interview, salinan putusan pada dua pengadilan dan lain-lain. Jenis data yang digunakan bersifat naratif, dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang Setia, 2002), h Sudarwan Danim, Metode Penelitian Kualitatif, cet. Ke 5, (Bandung: CV Pustaka 13

26 menggunakan penalaran. Menganalisis perkara hak asuh anak (hadhanah) yang sudah mendapat penetapan hukum, kemudian juga menganalisis isi (content analisyst) penetapan untuk melihat sejauh mana proses penyelesaian perkara oleh hakim dan penerapan peraturan perundangundangannya tentang hak asuh anak (hadhanah). 2. Sumber Data a. Data Primer 1) Dokumen tentang putusan penetapan hak asuh anak (hadhanah) perkara nomor: 2558/Pdt.G/2013/PA.Js yang diperoleh dari Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan perkara No. 282/Pdt.G/2014/PN.TNG yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Tangerang. 2) Hasil wawancara yang dilakukan kepada 2 orang Hakim, pada Pengadilan Agama Jakarta Selatan yaitu Bapak Drs. Syaifuddin, S.H, M.H dan Pengadilan Negeri Tangerang yaitu Bapak Muhammad Irfan, S.H, M.Hum. b. Data sekunder 1) Buku-buku yang berkaitan dengan hak asuh anak (hadhanah). 2) Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan. 3) Intruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI), khususnya yang berkaitan dengan hak asuh anak (hadhanah). 3. Tehnik Pengumpulan Data 14

27 Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dokumentasi, yakni mengkaji hasil penetapan hak asuh anak (hadhanah) di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang b. Wawancara mendalam (indept interview), yaitu tanya jawab lisan antara dua orang secara langsung, dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung kepada hakim yang bersangkutan ataupun hakim yang bertugas pada pengadilan tersebut. 17 Tehnik ini digunakan untuk mendapat informasi dengan cara mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan kepada hakim yang memutus perkara tersebut, dan pihakpihak terkait. 4. Analisis Data Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan analisa isi (content analysist) yaitu menganalisa dengan cara menguraikan serta mendeskripsikan sengketa hak asuh anak (hadhanah) dan menganalisis pertimbangan hakim dengan menghubungkan hasil wawancara, dalil tentang nash, aturan fikih, dan aturan perundangundangan tentang hak asuh anak (hadhanah). kemudian membandingkannya satu sama lain. 2003), h Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Cet. ke IV, (Jakarta: Bumi Aksara, 15

28 G. Sistematika Penulisan Penulisan ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang memberikan gambaran dan penjelasan mengenai berbagai akibat hukum putusnya perkawinan karena perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 serta analisis yang dilakukan oleh penulis mengenai sengketa hak asuh anak yang terjadi di pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang. Bab pertama membahas tentang pendahuluan yang terbagi kedalam 7 (enam) sub bab, yaitu perumusan latar belakang, permasalahan mengenai tulisan; pokok-pokok permasalahan yang akan dijawab melalui penulisan ini berdasarkan pada teori-teori dan fakta-fakta yang akan dipaparkan di bab selanjutnya; identifikasi masalah merupakan uraian yang terkait dengan segala masalah yang sedang di teliti; pembatasan dan perumusan masalah yang membahas tentang pokok permasalahan yang akan dibahas agar tidak keluar dari konteks permasalahan dan inti permasalahan; tujuan penulisan yang membahas mengenai akibat hukum putusnya perkawinan, dasar-dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara hak asuh anak; review studi terdahulu merupakan perihal yang membahas tentang tulisan-tulisan yang membahas tentang hak asuh anak, baik itu merupakan skripsi, tesis, artikel, dll; metodologi penulisan yang memberikan gambaran tentang berbagai sumber yang dijadikan bahan penulisan skripsi ini dan sistematika penulisan yang memaparkan urutan penulisan. 16

29 Bab kedua membahas tinjauan umum mengenai hukum hak asuh anak (hadhanah), pengertian, dasar hukum, syarat menjadi hadhinah dan hadhin, pihak yang berhak mendapatkan hadhanah dan masa hadhanah sebagaimana dijelaskan dalam ketentuan fikih dan ketentuan dalam perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Bab ketiga membahas tentang suatu tinjauan umum mengenai peran hakim dalam menangani suatu perkara pada lembaga peradilan tertentu, diantaranya adalah tugas dan wewenang hakim, syarat untuk menjadi hakim, baik yang ada di peradilan umum ataupun peradilan agama, kode etik hakim, kewajiban dan fungsi hakim, konsep penemuan hukum, penetapan pengadilan dan independensi hakim dalam menjatuhkan putusan. Bab keempat merupakan sebuah pembahasan mengenai analisis putusan sengketa hak asuh anak yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang, diantaranya; duduk perkara kedua putusan; pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Tangerang dan Pengadilan Agama Jakarta Selatan; serta analisis penulis terhadap dua putusan tersebut. Bab kelima membahas tentang rangkuman dari hasil pembahasan melalui kesimpulan serta saran-saran mengenai permasalahan yang berkaitan dengan hak asuh anak (hadahanah). 17

30 BAB II HADHANAH DALAM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Pengertian Hadhanah Hadhanah berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti antara lain: hal memelihara, mendidik, mengatur, mengurus segala kepentingan/urusan anak-anak yang belum mumayyiz (belum dapat membedakan baik dan buruknya sesuatu atau tindakan bagi dirinya). Secara etimologi kata hadhanah berarti al-janb yang berarti disamping atau dibawah ketiak, atau bisa juga berarti melakukan sesuatu dekat tulang rusuk berarti menggendong, atau meletakan sesuatu dalam pangkuan. 1 Menurut ahli fikih seperti Muhammad Ibnu Ismail San ani mengatakan bahwa pemeliharaan anak atau hadhanah itu berasal dari kata yang memiliki arti mengasuh atau memelihara, seperti dalam (حضه) ungkapan( الصبى (حضه dia mengasuh atau memelihara anak. 2 Keterangan hak asuh anak dalam fikih digunakan dua kata namun ditujukan untuk maksud yang sama yaitu kafalah dan hadhanah. Dalam arti yang sederhana ialah pemeliharaan atau pengasuhan. 3 Dalam arti yang lebih lengkap adalah pemeliharaan anak yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. Hadhanah berarti meletakan sesuatu didekat tulang rusuk 1 Satria Efendi M.Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta: Kencana 2004), h Al Imam Muhammad Ibnu Ismail San ani, Subulussalam, Penerjemah :Abu Bakar Muhammad, (Bandung:Dahlan), Juz 3, h Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang ( Jakarta : Prenada Media, 2007), cet ke 2 h

31 atau dipangkuan, karena pada waktu menyusui anaknya seorang ibu meletakan anak itu dipangkuannya, seakan-akan ibu disaat itu melindungi dan memelihara anaknya sehingga hadhanah dijadikan istilah yang maksudnya : pendidikan dan pemeliharaan anak sejak dari lahir sampai sanggup berdiri sendiri mengurus dirinya yang dilakukan oleh kerabatnya itu. Kompilasi Hukum Islam pasal 1 huruf g menyebutkan bahwa, yang dimaksud dengan hadhanah/pemeliharaan anak ialah kegiatan mengasuh, memelihara dan mendidik anak hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri, secara khusus masalah hadhanah terdapat pada bab XIV dengan judul pemeliharaan anak, bab ini menjelaskan hadhanah semenjak bayi sampai sudah menjadi dewasa disamping menjelaskan status dan usia anak yang bisa dilakukan hadhanah. 4 Undang-Undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002 menjelaskan tentang hal yang berkaitan dengan pengasuhan, pada Pasal 37 ayat 1 bahwa suatu pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. 5 Hak asuh anak (hadhanah) berbeda maksudnya dengan pendidikan tarbiyyah. Dalam hadhanah terkandung pengertian pemeliharaan jasmani dan rohani disamping terkandung pula pengertian pendidikan. Sedangkan pendidikan, yang diasuh mungkin saja terdiri dari keluarga si anak dan ia merupakan pekerjaan professional. Hadhanah dilaksanakan dan dilakukan 4 Dedi Supriyadi dan Mustofa, Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam, (Bandung: Pustaka Al Fikriis, 2010) h Pasal 37 ayat 1 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 19

32 oleh keluarga si anak, kecuali jika anak tersebut tidak memiliki keluarga serta ia bukan profesional; dilakukan oleh setiap ibu, serta anggota keluarga kerabat yang lain. Hadhanah merupakan hak dari hadhin, sedangkan pendidikan belum tentu merupakan hak pendidik. 6 Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan adalah kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran yang memungkinkan anak tersebut menjadi manusia yang memiliki kemampuan dan kecakapan sesuai dengan pembawaan bakat anak tersebut yang akan dikembangkannya ditengah-tengah masyarakat, sebagai landasan hidup dan penghidupannya. Setelah ia lepas dari tanggung jawab orang tua. 7 B. Dasar Hukum Hadhanah Ulama fikih sepakat menyatakan bahwa pada prinsipnya hukum merawat dan mendidik anak adalah kewajiban bagi kedua orang tua, karena apabila anak yang masih kecil/belum mumayyiz, tidak dirawat dan diberikan pendidikan dengan baik, maka akan berakibat buruk pada diri dan masa depan mereka, bahkan bisa mengancam eksistensi jiwa mereka. Oleh sebab itu, anak-anak tersebut wajib dipelihara, dirawat dan di berikan pendidikan dengan baik. Dasar hukum hadhanah (pemeliharaan anak) adalah firman Allah dalam surah At-Tahrim ayat 6 : 6 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta : Prenada Media, 2003), h Amiur Nuruddin, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1 Tahun 1974 sampai KHI, (Jakarta : Misaqa ghaliza, 2003), h. 293 &

33 آم ى ا ال ذ ه ا أ ا ق ا أ وف س ك م أ ل ك م و ار ا ق د ا الى ا س ال ح ج ار ة ع ل ا م ل ئ ك ت غ ل ظ ش د اد ل ع ص ن ا لل م ا أ م ز م ف ع ل ن م ا ؤ م ز ن Artinya : Hai orang orang yang beriman perihalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Pada ayat ini orang tua diperintahkan Allah SWT, untuk memelihara keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh anggota keluarganya itu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan -larangan-nya, termasuk anggota keluarga dalam ayat ini adalah anak. 8 Pemeliharaan anak juga mengandung arti sebuah tanggung jawab orang tua untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya serta mencukupi kebutuhan hidup dari seorang anak oleh orang tua. Selanjutnya, tanggung jawab pemeliharaan berupa pengawasan dan pelayanan serta pencukupan nafkah anak tersebut bersifat berkelanjutan sampai anak tersebut dikatakan sebagai seorang yang dewasa dan mampu berdiri sendiri. Suatu ketika datang sepasang suami istri kepada Rasulullah SAW. Untuk meminta penetapan siapa yang lebih berhak untuk mengasuh anak, sedangkan mereka sudah bercerai. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda : 8 Abd. Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, h

34 ا لل ع ب د ع ه ا لل ب ه ع م زر ض أ ن ا لل ع ى م ا; ا ب ى إ ن ر س ل ا ا م ز أ ة ق ال ت: ( إ ن ث د ح ا ء, ل ح ج ز ي س ق ا ء, ل ع ا ء, ل ب ط ى ك ا ن ذ ا أ ب اي ط ل ق ى, أ ر اد أ ن ر س ل ل ا ف ق ا ل ى ت ز ع م ى ا لل صلى هللا عل م ا ب أ ح ق أ و ت سلم أ ب د ا د, ص ح ح ا ل ح اك م ل م ت ى ك ح ( ر اي أ ح م د, Artinya: Dari Abdullah bin Ar Ra. Sesungguhnya seorang wanita datang dan mengadu kepada Rasulullah, ya Rasulullah sesungguhnya anak ini perut saya yang mengandungnya dan dari susu saya ia mandapat minuman, dan pangkuan sayalah yang menjadi penjaganya. Sedangkan ayahnya telah menceraikan saya, dan ia bermaksud memisahkan dia dari saya. Maka Rasulullah bersabda kepadanya: Engkau lebih berhak terhadap anakmu selama engkau belum kawin dengan orang lain. (Diriwayatkan oleh Abu Daud). 9 Hadis diatas menjelaskan bahwa ibu yang lebih berhak untuk memelihara anaknya selama ia belum menikah dengan orang lain, dengan kata lain jika ibunya menikah, maka praktis hak asuh terhadap anaknya itu gugur lalu berpindah kepada ayahnya. Karena jika ibunya menikah lagi, besar kemungkinan perhatiannya akan beralih pada suaminya yang baru dan dikhawatirkan apabila hak asuh anak tetap diberikan kepada ibunya, maka anak akan mendapatkan perlakuan yang kurang baik sehingga akan lebih baik apabila hak asuh tersebut diberikan kepada ayahnya. C. Syarat Bagi Pemegang Hak Hadhanah Pemeliharaan atau pengasuhan anak itu berlaku antara dua unsur yang menjadi rukun dalam hukumnya, yaitu orang tua yang mengasuh yang disebut hadhin dan anak yang diasuh atau mahdun. Keduanya harus 9 Syaikh Nashiruddin al-albani, Shahih Sunan Abi Dawud (Riyadh: Maktabah al-ma arif li al-nasyir wa al-tawzi 1998) juz, II, h

35 memenuhi syarat yang ditentukan untuk wajib dan sahnya tugas pengasuhan itu. Dalam masa ikatan perkawinan ibu dan ayah secara bersama berkewajiban untuk memelihara anak hasil dari perkawinan itu. setelah terjadinya perceraian dan keduanya harus berpisah, maka ibu dan ayah berkewajiban untuk memelihara anak-anaknya. 10 Adapun syarat-syarat sebagai pemegang hak hadhanah adalah seperti berikut: a. Islam, terdapat perbedaan diantara para Ulama tentang boleh tidaknya seorang anak diasuh oleh nonmuslim, Ulama madzhab Syafi i dan Hambali mensyaratkan bahwa pengasuh harus seorang muslimah atau muslim, karena orang non-islam tidak punya kewenangan dalam mengasuh dan memimpin orang Islam, disamping itu juga dikhawatirkan pengasuh akan membawa anak masuk ke dalam agamanya. Apabila orang Islam tidak ada maka (menurut Imam Hambali) diperbolehkan kepada kafir dzimmi karena kafir dzimmi lebih dapat dipercaya dibandingkan kafir harbi. Akan tetapi, Ulama madzhab Hanafi dan Maliki tidak mensyaratkan seorang pengasuh harus muslimah, jika anak tersebut juga wanita. 11 b. Baligh (dewasa), pengasuh itu haruslah orang yang sudah dewasa, karena seorang pengasuh yang masih kecil atau belum dewasa tidak bisa mengurus dirinya sendiri, apalagi mengurus orang lain, sehingga anak yang berada dalam asuhannya dikhawatirkan tidak akan tumbuh 10 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang, h Abdurrahman al-jaziry, Al-Fiqh Ala al-madzahib Al-Arba ah (Beirut: Dar al Fikr), jilid IV h

36 dengan baik, oleh karena itu pengasuh harus orang yang lebih dewasa. 12 c. Berakal, jika orang yang tidak sempurna akal seperti gila, mereka tidak diberikan kepercayaan untuk menjaga anak-anak. Mereka sendiri tidak dapat menjaga diri dengan baik, jadi bagaimana dapat memelihara anak-anak dan apa yang bersangkutan dengannya. Akan tetapi apabila gilanya orang tersebut hanya sementara saja seperti satu atau dua hari dalam setahun, maka mereka masih memiliki hak hadhanah. d. Mampu, mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memelihara dan mendidik mahdun (anak yang diasuh), dan tidak terikat dengan suatu pekerjaan yang bisa mengakibatkan tugas hadhanah jadi terlantar. 13 e. Jujur, wanita fasik (jahat) bermoral rendah dan berakhlak buruk tidak boleh mengasuh, sebab apabila dibawah asuhannya dikhawatirkan akan berpindah tingkah lakunya kepada anak yang diasuh. Imam Taqiyuddin dalam Kifayatul Akhyar halaman 153, menganggap jujur dan dipercaya itu cukup dilihat dari kenyataan, sebagaimana halnya dalam saksi perkawinan. Tetapi Ibnu Al Qayim membantah syarat ini, menurut pendapatnya adalah berkelakuan baik itu tidak termasuk dalam syarat, walaupun sahabat-sahabat Imam Muhammad Idris As-Syafi i dan Imam Ahmad bin Hambal mensyaratkannya. 12 Zakariya Ahmad Al-Barry, Hukum Anak-Anak dalam Islam, Penerjemah Chadijah Nasuiton, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) h Satria Effendi, Problematika Hukum Kelurga Islam Kontemporer, (Jakarta; Kencana, 2004) h

37 f. Tidak kawin, hendaklah hadhinah tidak bersuamikan laki-laki yang tidak ada hubungan mahram dengan si anak, jika ia menikah dengan laki-laki yang ada hubungan mahram dengan si anak maka hadhinah itu berhak melaksanakan hadhanah, seperti ia menikah dengan paman anak tersebut, akan tetapi apabila hadhinah menikah lagi dengan lakilaki yang tidak ada hubungan mahram dengan si anak maka hak hadhanahnya gugur. 14 g. Akhlak terpercaya, tiada hadhanah bagi orang yang tidak bisa dipercaya merawat dan membina akhlak anak, seperti orang fasik, pemabuk, pezina atau perbuatan haram lainnya. Tetapi, menurut Ibnu Abidin ibu kandung yang fasik dan dapat merusak anak anak tetap berhak selama umur anak belum dapat memikirkan dan memahami sifat tercela ibunya, tetapi jika sudah berakal hak ibu dicabut. Dalam hal ini madzhab Malikiyah mensyaratkan tempat tinggal yang aman, tiada hadhanah orang yang rumah atau lingkungan sekitarnya penuh keburukan, karena dikhawatirkan dapat merusak anak atau hartanya dicuri atau dirampas. Menurut Muhyiddin al-nawawi, orang fasik tidak akan menunaikan hak hadhanah dan akan menghambat perkembangannya sehingga anak tidak akan bahagia bersamanya, sehingga tidak boleh diberikan kepadanya Tihami dan Sahrani, sohari Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta : Rajawali Press, 2009) h Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh Al-Qadha, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h

38 h. Merdeka, seorang budak biasanya sangat sibuk dengan urusan-urusan tuannya, sehingga ia tidak ada kesempatan untuk mengasuh anak kecil. Ibnu Qayyim berkata : tentang syarat merdeka ini, tidaklah ada dalilnya yang meyakinkan hati. Hanya murid-murid dari tiga madzhablah yang menetapkannya. Dan Imam Malik bin Anas berkata tentang seseorang laki-laki yang merdeka yang punya anak dari budak perempuannya ; sesungguhnya ibunya lebih berhak selama ibunya tidak dijual, maka hadhanahnya berpindah, dan ayahnya yang berhak atas anaknya. 16 Kelompok madzhab Hanafiyah menyebutkan beberapa syarat yang harus dimiliki pengasuh. Syarat-syarat tersebut adalah seorang pengasuh (suami atau istri) tidak melakukan riddah (seorang muslim), tidak fasik (melakukan ibadah atau menjalankan ajaran agama dengan baik, dan tidak meninggalkan tempat (kota/rumah kediaman). Sementara kelompok Syafi iyah menjelaskan bahwa terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi seorang pengasuh, yaitu berakal, merdeka, muslim, penyayang, dapat dipercaya, berada ditempat kediaman asal dan tidak menikah lagi dengan suami baru, kecuali suami pertama rela. 17 D. Pihak yang Berhak Mendapatkan Hadhanah Para Ulama berbeda pendapat tentang siapa yang berhak itu hadhin (pengasuh) atau mahdhun (anak). Sebagian pengikut madzhab Hanafiyah berpendapat bahwa hadhanah itu merupakan hak anak, sedangkan menurut madzhab Syafi iyah, madzhab Hambali, dan sebagian pengikut madzhab 16 Al-Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 2, (Darul Fattah: Kairo, tth) h Asep Saepudin Jahar, dkk. Hukum Keluarga, Pidana dan Bisnis (kajian perundangundangan Indonesia, Fikih dan Hukum Internasional) (Jakarta :Prenada media group, 2013), h

39 Malikiyah berpendapat bahwa yang berhak terhadapt hadhanah itu adalah hadhin (pengasuh). 18 Menurut Imam Abu Hanifah, hak itu secara berturut-turut dialihkan dari ibu kepada ibunya ibu, ibunya ayah, saudara-saudara perempuan kandung, saudara-saudara perempuan seibu, saudara-saudara perempuan si ayah, anak perempuan dari saudara perempuan kandung, kemudian anak perempuan dari saudara seibu, dan demikian seharusnya hingga pada bibi dari pihak ibu dan ayah. Imam Malik bin Anas berpendapat bahwa hak asuhan itu berturutturut dialihkan dari ibu kepada ibunya dan seterusnya ke atas, saudara perempuan ibu sekandung, saudara perempuan ibu seibu, saudara perempuan nenek perempuan dari pihak ibu, saudara perempuan kakek dari pihak ibu, saudara perempuan kakek dari pihak ayah, ibu-ibunya ayah, ibu bapaknya ayah dan seterusnya. Menurut Imam Muhammad Idris As-Syafi i, hak atas asuhan, secara berturut-turut adalah, ibu, ibunya ibu dan seterusnya hingga ke atas dengan syarat mereka itu adalah pewaris-pewaris si anak. Sesudah itu adalah ayah, ibunya ayah, ibu dari ibunya ayah dan seterusnya hingga ke atas, dengan syarat mereka adalah pewaris-pewarisnya pula. Selanjutnya adalah kerabatkerabat dari pihak ibu, dan disusul kerabat-kerabat dari ayah. Imam Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa, hak asuh itu berturutturut berada pada ibu, ibunya ibu, ibu dari ibunya ibu, ayah, kakek, ibu-ibu 18 Tihami dan Sahrani, sohari Fikih Munakahat, h

40 dari pihak kakek, saudara perempuan kandung, saudara perempuan seibu, saudara perempuan seayah, saudara perempuan ayah sekandung, seibu dan seterusnya. 19 Ulama tidak sepakat dalam keutamaan haknya. Apabila ibu yang berhak dan memenuhi syarat melepaskan haknya, kepada siapa hak hadhanah itu beralih, hal ini menjadi pembicaraan dikalangan ulama. Sebagian ulama berpendapat hak hadhanah pindah kepada ayah, karena ibunya merupakan cabang, sedangkan ayah bukan merupakan cabang daripada haknya. Pendapat kedua yang dianggap lebih kuat mengatakan bahwa ibu melepaskan haknya, maka hak tersebut pindah kepada ibu-ibunya, karena kedudukan ayah dalam hal ini lebih jauh urutannya. 20 Pada masyarakat Batak Toba di Medan menganut sistem kekerabatan patrillineal yaitu dalam hal orang tuanya bercerai maka yang lebih berhak atas pemeliharaan/hak asuh anak hidup anak adalah pihak suami/kerabat suami, karena masyarakat dengan sistem kekerabatan patrilineal semua anak-anak akan mengikuti dan meneruskan marga ayahnya, dan kedudukan ini tidak akan berubah walaupun orang tuanya sudah bercerai. Namun dalam hal anak masih balita (masih menyusui), hak pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang dibawah umur, umumnya akan jatuh ke tangan ibunya. Hal ini sesuai dengan ketentuan agama, adat dan juga peraturan per-undang-undangan yang berlaku sekarang, khususnya dalam Kompilasi Hukum Islam, hal ini 19 Muhammad Jawad Mughniyyah. Fiqih Lima Madzhab, Penerjemah :Masykur A.D, dkk, Al-Fiqh Ala Madzhab Al-Khomsah, (Jakarta : PT Lentera Basritama, 1996), h Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h

41 disebabkan oleh karena anak-anak dibawah umur masih memerlukan perhatian dari ibunya. 21 Kompilasi Hukum Islam menjelaskan dalam Pasal 156 bahwa yang berhak mendapatkan hak asuh anak (hadhanah) adalah sebagai berikut; a. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali bila ibunya meninggal dunia, maka kedudukannnya digantikan oleh: 1. Wanita-wanita garis lurus ke atas dari ibu. 2. Ayah. 3. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah. 4. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan. 5. Wanita-wanita kerabat menurut garis kesamping dari ibu, 6. Wanita-wanita kerabat menurut garis ke samping dari ayah. b. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya; c. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah tercukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Peradilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula. 21 E. Sitorus, Hak Asuh Anak dalam Hukum Adat Batak Toba, di akses pada hari selasa 05 April

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG HADHANAH. yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. 1

BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG HADHANAH. yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. 1 BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG HADHANAH A. Pengertian dan Dasar Hadhanah Dalam istilah fiqh digunakan dua kata namun ditujukan untuk maksud yang sama yaitu kafalah dan hadhanah. Yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum yang Digunakan oleh Majlis Hakim dalam H{Ad{A>Nah Anak kepada Ayah karena Ibu Wanita Karir.

BAB IV. A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum yang Digunakan oleh Majlis Hakim dalam H{Ad{A>Nah Anak kepada Ayah karena Ibu Wanita Karir. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SURABAYA NOMOR 2339/PDT.G/2005/PA.SBY TENTANG H{AD{A>NAH ANAK KEPADA AYAH KARENA IBU WANITA KARIR A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum

Lebih terperinci

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg A. Deskripsi Perkara Kasus yang diteliti penulis kali ini merupakan perkara cerai gugat yang di dalamnya disertai gugatan hak

Lebih terperinci

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYERAHAN HAK H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH KANDUNG PASCA PERCERAIAN A. Analisis Terhadap Pertimbangan dan Dasar Hukum Hakim PA Malang Dalam Perkara Nomor:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA 0-10 TAHUN (TELAAH BUKU ISLAMIC PARENTING KARYA SYAIKH JAMAL ABDURRAHMAN)

PENDIDIKAN ANAK USIA 0-10 TAHUN (TELAAH BUKU ISLAMIC PARENTING KARYA SYAIKH JAMAL ABDURRAHMAN) PENDIDIKAN ANAK USIA 0-10 TAHUN (TELAAH BUKU ISLAMIC PARENTING KARYA SYAIKH JAMAL ABDURRAHMAN) SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia agar

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TIDAK DITETAPKANNYA NAFKAH IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI ATAS PUTUSAN NOMOR 2542/PDT.G/2015/PA.LMG) A. Pertimbangan Hukum Hakim yang Tidak Menetapkan Nafkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca perceraian. Perselisihan yang erat kaitannya dengan perceraian adalah masalah pembagian harta bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai

Lebih terperinci

MANAJEMEN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 SEMARANG

MANAJEMEN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 SEMARANG MANAJEMEN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 SEMARANG SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Prodi Kependidikan

Lebih terperinci

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT menciptakan manusia laki-laki dan perempuan yang diciptakan berpasang-pasangan. Maka dengan berpasangan itulah manusia mengembangbiakan banyak laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO NOMOR. 2865/Pdt.G/2013/PA.Bjn. TENTANG CERAI GUGAT KARENA PENDENGARAN SUAMI TERGANGGU A. Analisis Terhadap Dasar Hukum Hakim Dalam

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr 69 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Mojokerto Dalam Memutus Perkara Nomor: 1298/Pdt.G/2014/PA.Mr

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT A. Analisis Terhadap Pemberian Wasiat Dengan Kadar Lebih Dari 1/3 Harta Warisan Kepada

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO TENTANG PERMOHONAN IZIN POLIGAMI (PEMBUKTIAN KEKURANGMAMPUAN ISTERI MELAYANI SUAMI) A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan

Lebih terperinci

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI PERKARA PUTUSAN NOMOR 1708/pdt.G/2014/PA.bjn. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri M dalam Putusan Nomor:

Lebih terperinci

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI YANG HARAM UNTUK DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H_2016 M RINGHASAN FIKIH ISLAM: Yang Haram Untuk Dinikahi حفظه هللا Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi Disalin dari web Beliau

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

BAB II. atau lebih tepat dikatakan memelihara dan mendidik anaknya. 2. mengasuh atau menggendong anaknya yang masih kecil sering menyusui

BAB II. atau lebih tepat dikatakan memelihara dan mendidik anaknya. 2. mengasuh atau menggendong anaknya yang masih kecil sering menyusui 27 BAB II A. Definisi H}ad}a>nah Dalam istilah fiqh digunakan dua kata namun ditujukan untuk maksud yang sama yaitu kafalah dan h}ad}a>nah. Yang dimaksud kafalah dan h}ad}a>nah dalam arti sederhana ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam kehidupan masyarakat. Ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dasar pembentukan akhlak

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama

Lebih terperinci

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M Qawaid Fiqhiyyah ن ي ة ال م ر ء أ ب ل غ م ن ع م ل ه Niat Lebih Utama Daripada Amalan Publication : 1436 H_2015 M Sumber: Majalah as-sunnah, Ed. 01 Thn.XVIII_1435H/2014M, Rubrik Qawaid Fiqhiyyah Download

Lebih terperinci

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN TESIS Oleh: FADLIYANUR NIM. 1202520950 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI PASCASARJANA

Lebih terperinci

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK 64 BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hukum yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : ARIF HIDAYANTO 0806010018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta Islam mengatur hubungan manusia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diperoleh melalui jalur sekolah dan luar sekolah, salah satu jalur pendidikan luar sekolah adalah keluarga. Keluarga merupakan penanggung jawab pertama

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA PEDAGAN SAYUR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN (STUDI KASUS KEPADA IBU PEDAGANG SAYUR)

PENDIDIKAN ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA PEDAGAN SAYUR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN (STUDI KASUS KEPADA IBU PEDAGANG SAYUR) PENDIDIKAN ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA PEDAGAN SAYUR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN (STUDI KASUS KEPADA IBU PEDAGANG SAYUR) OLEH RINI AMELIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2017 M /

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki kedudukan mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling berhubungan antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan menurut istilah ilmu fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan ziwaj, nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya ( hakikat ) dan arti kiasan

Lebih terperinci

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MENGIKUTI PELAJARAN BACA TULIS AL-QUR AN DI SMP HASANUDDIN 7 SEMARANG SKRIPSI

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MENGIKUTI PELAJARAN BACA TULIS AL-QUR AN DI SMP HASANUDDIN 7 SEMARANG SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MENGIKUTI PELAJARAN BACA TULIS AL-QUR AN DI SMP HASANUDDIN 7 SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam

Lebih terperinci

Oleh : Ahmad Abdillah NPM:

Oleh : Ahmad Abdillah NPM: PETUNJUK-PETUNJUK RASULULLAH SAW TERHADAP PENDIDIKAN PEMUDA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MASA KINI (Kajian terhadap Kitab al-hady an-nabawiy fi Tarbiyah al-aula d fi Ḍaui al-kita b wa as-sunnah)

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA MUSLIM JAWA DALAM PENDIDIKAN SEKS ANAK REMAJA DI PADUKUHAN PUNDONG III DESA TIRTOADI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN

PERAN ORANG TUA MUSLIM JAWA DALAM PENDIDIKAN SEKS ANAK REMAJA DI PADUKUHAN PUNDONG III DESA TIRTOADI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN PERAN ORANG TUA MUSLIM JAWA DALAM PENDIDIKAN SEKS ANAK REMAJA DI PADUKUHAN PUNDONG III DESA TIRTOADI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Oleh: WAHYU PRASTIYANI NPM: 20100720022 FAKULTAS AGAMA ISLAM

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA ATASAN ATAU INSTANSI TERKAIT PASCA PERCERAIAN

PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA ATASAN ATAU INSTANSI TERKAIT PASCA PERCERAIAN PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA ATASAN ATAU INSTANSI TERKAIT PASCA PERCERAIAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN 61 BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN A. Analisis terhadap Faktor yang Melatar Belakangi Alasan Terjadinya Pernikahan sebagai Pelunasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadlânah adalah Pengasuhan anak dibawah umur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadlânah adalah Pengasuhan anak dibawah umur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadlânah adalah Pengasuhan anak dibawah umur yang wajib dilaksanakan oleh kedua orang tua, karena pada dasarnya seorang anak dilahirkan tanpa memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA MATERI MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V DI MI AN NUR DEYANGAN KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM HUKUM KEWARISAN MENURUT IMAM SYAFI'I DAN HAZAIRIN (Studi Perbandingan Dalam Kasus Ahli Waris Pengganti Dan Relevansinya Dengan KHI) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum. Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak

BAB IV. Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum. Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak BAB IV Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak Perspektif Fiqh dan Hukum Positif Berdasarkan Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2011

Lebih terperinci

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN 1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan itu sendiri

Lebih terperinci

MOTIVASI WALI MURID MEMASUKKAN ANAKNYA DI TPQ AL- ANWAR DESA DADAPAYAM KECAMATAN SURUH, SEMARANG TAHUN 2013/2014

MOTIVASI WALI MURID MEMASUKKAN ANAKNYA DI TPQ AL- ANWAR DESA DADAPAYAM KECAMATAN SURUH, SEMARANG TAHUN 2013/2014 MOTIVASI WALI MURID MEMASUKKAN ANAKNYA DI TPQ AL- ANWAR DESA DADAPAYAM KECAMATAN SURUH, SEMARANG TAHUN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STUDI KORELASI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII SMP N 4 CEPIRING KENDAL TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan 67 BAB IV ANALISIS A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan Verstek pada Perkara Nomor: 1884/Pdt.G/VERZET/2012/PA.Kab.Mlg Terhadap formulasi putusan penulis mengacu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

Prosiding Peradilan Agama ISSN: Prosiding Peradilan Agama ISSN: 2460-6391 Pendapat Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafi iyah Tentang Penarikan Analisis Pendapat Imam Syafi i terhadap Pasal 116 (Huruf E) KHI Tentang Kriteria Cacat Badan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah dan amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dipelihara oleh orang tua, karena kelak akan di minta pertanggung jawabanya dihadapan-nya,

Lebih terperinci

PENERAPAN AKAD WAKALAH PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT HUDATAMA SEMARANG CABANG SEKARAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN AKAD WAKALAH PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT HUDATAMA SEMARANG CABANG SEKARAN TUGAS AKHIR PENERAPAN AKAD WAKALAH PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT HUDATAMA SEMARANG CABANG SEKARAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Meperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah

Lebih terperinci

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI خفظ اهلل Oleh: Ustadz Abu Aniisah Syahrul Fatwa bin Lukman Publication: 1434 H_2013 M PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI خفظ اهلل Oleh: Ustadz Abu Aniisah Syahrul

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN PA SURABAYA OLEH PTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN PA SURABAYA OLEH PTA SURABAYA BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN PA SURABAYA OLEH PTA SURABAYA A. Analisis terhadap Putusan dan Dasar Hukum Hakim Pengadilan Agama Surabaya No. 1440/Pdt.G/2007/PA. Sby Pengadilan Agama merupakan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.Mr A. Analisis Pertimbangan Hakim Pada Putusan Nomor 1375/Pdt.G/2013/PA.Mr

Lebih terperinci

PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : Rizki Setiyanawati

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PERILAKU SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO WONOGIRI

PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PERILAKU SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO WONOGIRI PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PERILAKU SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR حفظه هللا Ustadz Abu Ismail Muslim al-atsari Publication 1436 H/ 2015 M MENZHALIMI RAKYAT TERMASUK DOSA BESAR Sumber: Majalah As-Sunnah, No.08 Thn.XVIII_1436H/2014M

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ا ل ج ت ه اد ل ي ن ق ض ب ل ج ت ه اد Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1438 H_2017 M Sebuah Ijtihad

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang Fatwa Pedoman Asuransi Syariah 1 FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang PENGEMBALIAN KONTRIBUSI TABARRU BAGI PESERTA ASURANSI YANG BERHENTI SEBELUM MASA PERJANJIAN BERAKHIR ا ا رل

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa, A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa, karena tujuan pendidikan suatu bangsa erat hubungannya dengan usaha mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR A. Analisis Pertimbangan Hakim Mengabulkan Pengajuan Perwalian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN REMAJA DI DUSUN WONOREJO BANYUWANGI BANDONGAN MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN REMAJA DI DUSUN WONOREJO BANYUWANGI BANDONGAN MAGELANG HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN REMAJA DI DUSUN WONOREJO BANYUWANGI BANDONGAN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan menimbulkan kewajiban nafkah atas suami untuk istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 A. Analisis Hukum Terhadap Landasan Penetapan Harta Bersama Dalam Permohonan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

Tatkala Menjenguk Orang Sakit

Tatkala Menjenguk Orang Sakit هللا ىلص Doa-doa Rasulullah Tatkala Menjenguk Orang Sakit Publication : 1438 H_2017 M DOA-DOA RASULULLAH TATKALA MENJENGUK ORANG SAKIT حفظو هللا Oleh Ustad Abu Minhal, Lc Disalin dari Majalah As-Sunnah_Baituna,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN 58 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Penarikan Kembali Hibah Bersyarat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna. Salah satu buktinya bahwa manusia diberikan cipta, rasa,

Lebih terperinci

PENERAPAN PELAYANAN PRIMA PADA PRODUK SIMPANAN SI RELA (SUKARELA LANCAR) DI BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG KALIWUNGU

PENERAPAN PELAYANAN PRIMA PADA PRODUK SIMPANAN SI RELA (SUKARELA LANCAR) DI BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG KALIWUNGU PENERAPAN PELAYANAN PRIMA PADA PRODUK SIMPANAN SI RELA (SUKARELA LANCAR) DI BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG KALIWUNGU TUGAS AKHIR Diajukkan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syariah Jurusan Muamalah.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syariah Jurusan Muamalah. TRADISI PENDISTRIBUSIAN ZAKAT FITRAH KEPADA PARA USTADZ DAN KYAI SEBAGAI PRIORITAS PENERIMA ZAKAT FITRAH (Pelaksanaan Zakat Fitrah di Desa Pulokulon Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia diatas permukaan bumi ini pada umumnya selalu menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi miliknya. Sesuatu kebahagiaan itu

Lebih terperinci

KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT 30-31 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BIDANG OLAHRAGA DI MA NU 04 AL MA ARIF BOJA KENDAL

MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BIDANG OLAHRAGA DI MA NU 04 AL MA ARIF BOJA KENDAL MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BIDANG OLAHRAGA DI MA NU 04 AL MA ARIF BOJA KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com Mengadu Domba Sesama Muslim Pengertian Namimah Secara etimologi, dalam bahasa Arab, namimah bermakna suara pelan atau gerakan. Secara istilah pada dasarnya namimah adalah menceritakan perkataan seseorang

Lebih terperinci

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat (الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 9 BANJARMASIN

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 9 BANJARMASIN PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 9 BANJARMASIN Oleh UTAMI NING TYAS TUTI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H PENGGUNAAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV DI MI KHADIJAH BANJARMASIN OLEH MAHDIATI UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan adalah ikatan yang suci antara pria dan wanita dalam suatu rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU A. Analisis Terhadap Praktik Penukaran Uang Dengan Jumlah Yang Tidak

Lebih terperinci

Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim

Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendapatkan pertanyaan dari majalah SuaraAisyiyah berkenaan dengan hukum menyekolahkan anak di sekolah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sanksi hukum bagi seorang ayah melakukan tindak pidana pemerkosaan terhadap anak kandungnya, berdasarkan ketentuan hukum positif di Indonesia, ia dapat dijerat dengan pasal-pasal

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: SYARIAH - MUNAKAHAT KOMPETENSI DASAR: Menganalisis ajaran Islam tentang perkawinan Menganalisis unsur-unsur yang berkaitan dengan ajaran perkawinan dalam agama Islam INDIKATOR: Mendeskripsikan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Militer III-19 Jayapura Nomor: 143-K/PM. III-19/AD/IX/2013.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) A. Analisis Terhadap Deskripsi Dissenting Opinion Dalam Putusan Perkara

Lebih terperinci