BAB I PENDAHULUAN. memberikan serta mewujudkan keinginan berbagai pihak, dan tidak terkecuali

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi publik saat ini dituntut untuk mampu mengefisienkan biaya ekonomi maupun biaya sosial yang dikeluarkan untuk suatu aktivitas yang dilakukan. Menurut Prof. Dr. Taliziduhu Ndraha, organisasi publik adalah organisasi yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa publik dan layanan sipil. Menurut Fahmi (2013: 1) organisasi publik merupakan sebuah wadah yang memiliki multi peran dan didirikan dengan tujuan mampu memberikan serta mewujudkan keinginan berbagai pihak, dan tidak terkecuali kepuasan bagi pemiliknya, sedangkan menurut Stephen P. Robbins dalam Fahmi (2013: 2) organisasi publik merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar relatif terus menerus untuk mencapai tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Tujuan organisasi publik berbeda dengan organisasi swasta. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, organisasi publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Ulum, 2004). Organisasi publik yang sering diidentikkan dengan pemerintahan atau badan usaha yang mayoritas kepemilikannya berada di tangan pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan publik untuk memenuhi public welfare di berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, perekonomian, keamanan, kebebasan beragama dan beberapa hal lainnya.

2 2 Berdasarkan tuntutan pada organisasi publik tersebut menjadikan akuntansi sebagai suatu ilmu yang dibutuhkan untuk membantu organisasi didalam mengelola semua urusan yang berhubungan dengan publik. Hal ini menjadikan ilmu akuntansi sektor publik lebih dikenal dalam masyarakat. Didalam ilmu akuntansi sektor publik, standar akuntansi keuangan tidak hanya ditujukan kepada instansi-instansi pemerintahan, tetapi juga kepada organisasi non pemerintah dan organisasi non profit lainnya. Standar akuntansi sektor publik memberi kerangka terkait fungsi-fungsi tahapan siklusnya, yaitu perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan, audit, dan pertanggung jawaban publik (Bastian: 2010). Moh. Taufik Hidayat, Drs., M.Si.(2015) dari berbagai buku Anglo Amerika, mengatakan bahwa akuntansi sektor publik diartikan sebagai mekanisme akuntansi swasta yang diberlakukan dalam praktik-praktik organisasi publik. Sedangkan menurut Wikipedia akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta. Menurut Bastian (2010), standar akuntansi sektor publik memepunyai dua tujuan yaitu pertama, sebagai suatu pedoman akuntansi yang diharapkan dapat diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan organisasi sektor publik; kedua, menyediakan suatu pedoman akuntansi yang dilengkapi dengan klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah disesuaikan dengan siklus kegiatan organisasi sektor publik, yang mencangkup penganggaran,

3 3 perbendaharaan, dan pelaporannya. Kebutuhan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik di Indonesia dikembangkan sesuai dengan standar yang berlaku di tingkat internasional, dengan harapan dapat tercapainya informasi keuangan yang konsisten dan dapat dibandingkan bagi semua yuridiksi. Walaupun praktek dan aplikasi-aplikasi prinsip akuntansi serta manajemen keuangan pada entitas sektor publik dapat terjadi baik pada entitas dengan level yuridiksi yang sama maupun berbeda. Di Indonesia, standar akuntansi yang telah digunakan yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAB) dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Standar-standar tersebut menjadi acuan yang telah disepakati dan ditetapkan oleh organisasi yang berkompetensi serta berwenang dalam bidang yang terkait. Penerapan standarstandar akuntansi tersebut akan menghasilkan system akuntansi dan manajemen keuangan yang lebih baik, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan mempunyai informasi yang jelas dan mudah dipahami. Entitas nirlaba merupakan suatu entitas sektor publik yang tujuannya tidak mencakup penciptaan laba pribadi bagi pemilik atau pengelolanya, organisasi nirlaba sering kali berusaha mencapai keuntungan finansial, tetapi keuntungankeuntungannya tersebut digunakan untuk mencapai tujuan sosial atau pendidikan dari organisasi dan bukannya untuk kepentingan pribadi (Nickels,et al., 2009: 8). Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk

4 4 mencapai tujuan tadi, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan semata (Nainggolan, 2005: 01). Di Indonesia, organisasi nirlaba telah berkembang cukup pesat, terutama di bidang keagamaan serta advokasi. Selain itu, dibidang pendidikan kini juga mulai berkembang, seperti yang dilakukan oleh Internews Indonesia, dimana mereka melakukan bimbingan bagi para jurnalis (Wikipedia). Karakteristik entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis. Perbedaan utama terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Pendirian entitas bisnis/perusahaan dibentuk berdasarkan motif ekonomi. Setiap pihak yang terlibat dalam entitas bisnis dinilai dan diposisikan sesuai dengan besarnya porsi kontribusi yang diberikan mereka. Peran, fungsi, tanggung jawab dan kesempatan untuk mendapatkan manfaat ekonomi maupun kewajiban untuk menanggung resiko/kerugian bergantung kepada besarnya kontribusi/andil dari setiap pihak yang terlibat dalam entitas bisnis tersebut. Sedangkan entitas nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari entitas nirlaba tersebut. Akibat dari karakteristik tersebut, dalam entitas nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau tidak pernah terjadi dalam entitas bisnis, misalnya penerimaan sumbangan (PSAK : 2). Pada beberapa bentuk entitas nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, entitas nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang, dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran kas masuk menjadi ukuran kinerja

5 5 penting bagi para pengguna laporan keuangan entitas nirlaba tersebut, seperti kreditor dan pemasok dana lainnya (PSAK No. 45, 2011: 1). Para pengguna laporan keuangan entitas nirlaba memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan entitas bisnis, yaitu untuk menilai jasa yang diberikan oleh entitas nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut, dan cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek kinerja manajer. Kemampuan entitas nirlaba untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, aset neto, dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut (PSAK No. 45, 2011: 2). Salah satu bentuk entitas nirlaba yang sudah banyak dikenal masyarakat adalah yayasan. Pada dasarnya yayasan bukanlah suatu istilah yang asing didengar oleh masyarakat saat ini. Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 16 tahun 2001 tentang yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagaaman, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. sedangkan Subekti (Kamus Hukum: 156) menyatakan bahwa yayasan adalah badan hukum di bawah pimpinan suatu badan pengurus dengan tujuan sosial dan tujuan tertentu yang legal. Menurut C.S.T. Kansil, Yayasan atau Stichting (Belanda), suatu badan hukum yang melakukan kegiatan dalam bidang sosial. Kegiatan-kegiatan yang pada umumnya dilakukan oleh yayasan antara lain adalah mendirikan pelayanan sosial dan pendidikan, memberikan santunan kepada anak yatim piatu, memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, kepada orang-orang yang sedang menderita suatu penyakit, memberikan beasiswa kepada anak yang berasal

6 6 dari golongan tidak mampu, memberikan bantuan kepada korban bencana, dan lain sebagainya. Karena yayasan memiliki maksud dan tujuan yang bersifat sosial, dan memerankan fungsi kemasyarakatan sehingga oleh pemerintah diberikan insentif di bidang perpajakan. Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Pembina dapat terdiri dari satu orang atau lebih anggota pembina. Dalam hal terdapat lebih dari seorang anggota, maka seorang diantaranya diangkat sebagai ketua pembina. Dalam yayasan terdapat pula kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pembina, menetapkan anggaran dasar, dan mempunyai wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas. Pengelolaan kekayaan dan pelaksanaan kegiatan yayasan dilakukan sepenuhnya oleh Pengurus. Pengurus wajib membuat laporan tahunan yang disampaikan kepada Pembina mengenai keadaan keuangan dan perkembangan kegiatan yayasan. Pengawas bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan (UU No. 16/2001 juncto UU No. 28/2004). Setiap yayasan memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang bersifat kuantitatif mencakup pencapaian laba maksimum, penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi, dan produktifitas. Sementara tujuan kwalitatif dapat di sebutkan sebagai efensiensi dan efektivitas entitas yayasan, manajemen yayasan yang tangguh, moral karyawan yang tinggi, reputasi entitas yayasan, stabilitas pelayanan kepada masyarakat, dan citra entitas yayasan (Akuntansi Yayasan : 2013).

7 7 Sebelum diberlakukannya undang-undang No. 16 tahun 2001 tentang yayasan pada tanggal 6 Agustus 2001, pendirian Yayasan masih mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgerlijk wetboek) dan Kitab Undang Undang Hukum Dagang (wetboek van koophandel). Masyarakat cenderung memilih bentuk yayasan karena proses pendiriannya sederhana, tanpa memerlukan pengesahan dari pemerintah, serta persepsi masyarakat bahwa yayasan bukan merupakan subjek pajak (Setiawan: 1992). Yayasan belum mempunyai peraturan yang rinci dan jelas, pada notaris juga belum ada format baku mengenai akta pendirian yayasan. Akibatnya, setiap yayasan dapat memiliki format anggaran dasar sendiri seperti halnya Perkumpulan atau Persekutuan Perdata. Masing-masing yayasan bisa membuat anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal itu, menjadikan masyarakat untuk mendirikan yayasan dalam berbagai macam bentuk yang di arahkan kepada maksud dan tujuan sosial tersebut, sehingga Rumah Sakit, Sekolah, Universitas (lembaga pendidikan), bahkan penyalur pembantu rumah tangga memilih bentuk Yayasan sebagai wadah usaha mereka (Devita: 2007). Pada saat diundangkannya UU No. 16/2001, berbagai polemik timbul, karena salah satu syarat yayasan adalah tidak boleh mengalihkan kekayaan yayasan baik langsung maupun tidak langsung, yaitu berupa gaji, upah, honorarium atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang (dengan kata lain dilarang membagikan keuntungan) kepada pendiri/pembina, pengurus dan pengawas. Tahun 2002 terjadi perubahan besar dari sisi penertiban atas yayasan. Banyak Yayasan yang bergerak di bidang Rumah Sakit merubah status mereka menjadi Perseroan Terbatas (PT). Untuk yayasan baru yang bergerak di bidang

8 8 pengobatan seperti rumah sakit, klinik dan lainnya juga diarahkan untuk berbentuk PT. Dengan adanya pembatasan UU Yayasan tersebut, maka saat itu yang masih dipertahankan adalah yayasan-yayasan yang didirikan untuk fungsi sosial atau yayasan yang bergerak di bidang agama, kemanusiaan, lingkungan hidup, dan lain-lain (Devita: 2007). Pada tahun 2004 UU No. 16/2001 diubah dengan UU No. 28/2004 yang isinya menyampaikan bahwa seorang pengurus dapat saja memperoleh gaji, upah, atau honorarium dengan kriteria sebagai berikut: pertama, bukan pendiri, dan tidak terafiliasi dengan pendiri, pembina dan pengawas. Kedua, melaksanakan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh dan ketentuannya ditentukan oleh Pembina sesuai dengan kemampuaan kekayaan Yayasan. Dengan demikian satu-satunya organ yang dapat memperoleh gaji hanyalah pengurus, sedang Pembina dan pengawas tidak dapat memperoleh gaji. Seperti halnya perusahaan, yayasan juga membutuhkan ilmu akuntansi untuk mencatat pengeluaran dan pendapatannya. Guna memberikan suatu bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas kepada masyarakat, maka yayasan juga dituntut untuk dapat menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan aturan atau standar yang telah ada. Di era globalisasi sekarang ini akuntansi juga dapat digunakan yayasan untuk membantu dalam mengambil keputusan-keputusan yang penting dibidang keuangan. Keputusan yang telah diambil tidak hanya berpengaruh kepada kondisi keuangan yang ada di yayasan, namun juga pihakpihak yang berkepentingan dengan yayasan. Bentuk konkrit yang dilakukan oleh yayasan adalah dengan cara membenahi administrasinya serta mempublikasi laporan keuangannya setiap tahun (Rizky: 2013).

9 9 Akuntansi dibutuhkan oleh yayasan untuk menghasilkan informasi keuangan maupun untuk meningkatkan mutu pada yayasan itu sendiri. Dengan dibutuhkannya informasi keuangan tersebut pada entitas nirlaba, maka dikeluarkanlah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 (PSAK 45). PSAK 45 menjelaskan tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba, yang dijadikan acuan dalam menyusun laporan keuangan entitas nirlaba agar dapat mencapai tujuannya dalam menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba (PSAK 45: 2). Di dalam PSAK 45 diatur mengenai bagaimana bentuk format dari laporan keuangan yang terdapat pada yayasan, berisi mengenai laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan. Standar ini juga mengatur bagaimana model pencatatannya dan pelaporannya. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya. PSAK merupakan produk non International Financial Reporting Standards (IFRS), seperti PSAK 28, PSAK 38, dan PSAK 45. PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba telah disahkan pada tanggal 8 April PSAK 45 ini merevisi PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang telah dikeluarkan pada tanggal 23 Desember 1997.

10 10 Ada beberapa Penelitian tentang PSAK No. 45 salah satunya dilakukan oleh Fatih (2015) yang mencoba mengimplementasikan PSAK No. 45 (Study Kasus pada Yayasan Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin Kecamatan Pakis Kabupaten Malang), hasilnya menunjukkan bahwa objek penelitian sudah menyusun laporan keuangan namun hanya sebatas penerimaan dan pengeluaran serta jumlah aset yang dimilikinya. Repi dk (2015) menganalisis PSAK 45 (pada STIKES Muhammadiyah Manado), hasilnya tidak jauh berbeda dengan penelitian Fatih yang menunjukkan bahwa objek penelitian belum menerapkan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan format laporan keuangan nirlaba yang terdapat dalam PSAK No. 45, karena untuk penyusunannya objek penelitian hanya mengacu sesuai arahan dan kebutuhan dari yayasan yang bentuknya masih berupa neraca saldo. Objek penelitian juga belum menilai penyusutan aset, namun baru mencatatnya dalam bentuk inventaris. Penelitian PSAK oleh Mansur (2015) mengenai akuntansi zakat dan infak yang diatur dalam PSAK No. 109 yang menunjukkan hasil penelitian bahwa proses pelaksanaan akuntansi zakat pada objek penelitian masih tergolong sangat sederhana, dimana hanya ada buku kas penerimaan yang mencakup semua pemasukan kas dan buku kas pengeluaran yang mencakup semua pengeluaran. Dalam melakukan pembukuannya masih menggunakan sistem pencatatan single entry, dimana dana zakat dan infak/sedekah yang diterima langsung dicatat sebagai kas masuk dan ketika ada dana zakat dan infak/sedekah yang disalurkan langsung dicatat sebagai kas keluar. Objek penelitian dalam proses akuntansinya belum sepenuhnya mengacu pada PSAK No. 109 yang memiliki komponen laporan keuangan yaitu neraca, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset

11 11 kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Dari kelima komponen tersebut belum ada satupun yang disajikan oleh objek peneliti, hal ini dikarenakan minimnya SDM yang ahli dan berkompeten. Penelitian tentang yayasan oleh Endrayanto (2015) terkait dengan Penerapan PSAK No. 45 bagi Yayasan Pendidikan. penlitian tersebut menyajikan bahwa pentingnya laporan keuangan bagi yayasan pendidikan berdasarkan PSAK No. 45 yang juga disesuaikan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Penyempurnaan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dimaksudkan pula agar Yayasan tetap dapat berfungsi dalam usaha mencapai maksud dan tujuannya di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas. Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditur dan pihak lainnya untuk mengevaluasi kinerja dalam suatu periode. Penelitian mengenai yayasan dilakukan oleh Yuliarti (2014), hasil penelitiannya menyebutkan bahwa Yayasan Panti Asuhan Yabbapenatim belum membuat catatan atas laporan keuangan. Untuk penyajian laporan keuangannya Yayasan Panti Asuhan Yabbapenatim membuat dua laporan keuangan yaitu neraca sederhana dan laporan sumber dan pendayagunaan dana. Yayasan Panti Asuhan Yabbapenatim sudah memenuhi peraturan perundang-undangan zakat untuk membuat laporan keuangan. Namun komponen laporan keuangan yang

12 12 dibuat belum lengkap dan belum memenuhi komponen laporan keuangan menurut PSAK 45, karena keterbatasan dana yang dikelola dan SDM. Penelitian tentang yayasan juga dilakukan oleh Rizky dk (2013), yang hasilnya menunjukkan bahwa Yayasan Masjid Al Falah telah menyusun laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam PSAK No. 45, dimana yayasan menyusun empat laporan keuangan. Aset bersih yayasan tidak diklasifikasikan kedalam tiga bagian yaitu aset bersih tidak terikat, terikat temporer, dan terikat permanen. Laporan aktivitas telah diklasifikasikan sesuai dengan pembatasannya yaitu tidak terikat, terikat temporer, dan terikat permanen yang sesuai dengan laporan aktivitas bentuk B pada PSAK No. 45. Laporan arus kas telah disusun sesuai dengan PSAK No. 45 dengan mengambil bentuk metode langsung pada penyusunannya. Catatan atas laporan keuangan yang disusun Yayasan Masjid Al Falah terdapat beberapa perbedaan yaitu, yayasan tidak mencatatkan penerimaan hibah atau wakaf yang telah diterima. Dari penelitian-penelitian tersebut sekilas permasalahan yang menarik peneliti untuk memilih PSAK adalah karena sudah banyak standar pelaporan yang dikeluarkan, tetapi masyarakat masih belum menggunakannya secara menyeluruh. Perbedaan peneliti dengan penelitian terdahulu terletak pada study kasusnya (peneliti melakukan study kasus pada Yayasan Sunan Kalijogo Jabung). Dan peneliti terdahulu menganalisi tentang PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat dan infak/sedekah sedangkan peneliti ini menganalisis PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Contoh konkret yayasan yang sedang berkembang ditengah masyarakat adalah Yayasan Sunan Kalijogo Jabung yang terletak di kabupaten Malang.

13 13 Yayasan Sunan kalijogo Jabung merupakan organisasi yang bergerak dibidang sosial dan keagamaan, dibidang sosial berkegiatan dengan menyelenggarakan pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dan dibidang keagamaan berkegiatan menyelenggarakan pendidikan Agama Pondok Pesantren dan Madrasah. Yayasan ini berdiri sejak tanggal 20 Mei 2011 yang dikelola oleh swasta. Sampai saat ini, seperti yang diketahui peneliti, yayasan ini belum pernah di teliti oleh peneliti sebelumnya. Yayasan Sunan Kalijogo Jabung dalam pelaksanaan harian sudah mencatat seluruh transaksi yang sudah terjadi, yang nantinya menjadi acuan dalam setiap pembuatan laporan keuangannya. Setiap periode dalam yayasan ini adalah satu tahun yaitu mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dalam menyusun laporan keuangan, Yayasan Sunan Kalijogo Jabung sudah tepat waktu, namun dalam penyusunannya belum sepenuhnya sesuai dengan standar pelaporan keuangan yang berlaku yaitu PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Berdasar uraian diatas peneliti tertarik untuk menyusun laporan skripsi dengan judul: "Analisis Penerapan PSAK No. 45 Tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba pada Yayasan Sunan Kalijogo Jabung Kab. Malang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang disampaikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

14 14 Bagaimana penerapan pelaporan keuangan organisasi nirlaba pada Yayasan Sunan Kalijogo Jabung kabupaten Malang, apakah sudah sesuai dengan PSAK 45? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengevaluasi kesesuaian penerapan pelaporan keuangan organisasi nirlaba pada Yayasan Sunan Kalijogo Jabung kabupaten Malang dengan PSAK Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Diharapkan penelitian ini menjadi media untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan terhadap permasalahan yang timbul pada masyarakat tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba. 2. Bagi Yayasan Sunan Kalijogo Jabung Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan Yayasan Sunan Kalijogo Jabung khususnya dalam penerapan pelaporan keuangan organisasi nirlaba. 3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Diharapkan hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dan bahan kajian bagi penelitian berikutnya dan menambah referensi ilmu

15 15 dibidang akuntansi sektor publik khususnya dalam penelitian mengenai pelaporan keuangan organisasi nirlaba. 4. Bagi Pemerintah Diharapakan menjadi masukan bagi pemerintah untuk memperhatikan tersampainya informasi mengenai standar pelaporan keuangan yang diberlakukan terhadap masyarakat oleh pemerintah.