PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK PADA SISWA KELAS VIII MTS MASDARUL ULUM OGAN ILIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK PADA SISWA KELAS VIII MTS MASDARUL ULUM OGAN ILIR"

Transkripsi

1 PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK PADA SISWA KELAS VIII MTS MASDARUL ULUM OGAN ILIR TESIS Nurjanah Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2016 i

2 ii

3 iii

4 SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nurjanah NPM : Program Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis saya yang berjudul Peningkatan Pembelajaran Membaca Memindai Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Pada Siswa Kelas VIII Mts Masdarul Ulum Ogan Ilir adalah hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari ternyata bukan hasil karya saya, maka saya bersedia diberikan sanksi sesuai dengan pasal 70 Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi Lulusan yang karya ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan, saya bersedia menerima sanksi yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku atau denda sebesar Rp ,00 (dua ratus juta rupiah) dan kurungan 2 tahun penjara. Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Palembang, Februari 2016 Yang menyatakan, Nurjanah iv

5 PERSEMBAHAN DAN MOTO Tesis ini kupersembahkan kepada: - Ibu (Hj. Kartina) dan ayahku (H. Majasun Naktra) serta mertuaku (Almarhumah Maryam dan Almarhum Fuadi Zen) - Suamiku Muhamad Nasir, S.Pd., M.Pd. - Anak-anakku terkasih: Carisna Aprianti dan Muhamad Nurhidayatullah Pascadh - Saudara-saudaraku, Indra Kesuma Nusantara, Makenoru Wiriantini, Heri Ismawan, dan Elsiana - Almamater tercinta - Bapak dan Ibu dosen yang telah membekaliku ilmu pengetahuan dan teman-teman kuliah maupun seprofesi tanpa terkecuali yang selalu memotivasiku untuk menyelesaikan studi Moto: Ilmu tanpa amal bagaikan sebuah pohon yang tak berbuah v

6 KATA PENGANTAR Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang. Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Missriani, M.Pd. dan Bapak Drs. Sjech Dullah, M.Pd. selaku pembimbing, yang telah memberikan bimbingan selama penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas PGRI Palembang Bapak Dr. H. Syarwani Ahmad, MM, Direktur Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang Bapak Dr. Tahrun, M.Pd., dan Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang Ibu Dr. Hj. Missriani, M.Pd. yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fiki Yanzelma, Kepala MTs Masdarul Ulum, yang telah memberikan kemudahan dalam pengumpulan data. Kepada Bapak Andi Sriwijaya, guru Bahasa Indonesia di MTs Masdarul Ulum, yang menjadi kolabarotor dalam penelitian ini, penulis haturkan terima kasih atas kesediaannya. Juga kepada segenap siswa MTs Masdarul Ulum yang telah secara sukarela membantu peneliti untuk membuktikan ketepatan penggunaan metode pembelajaran ini demi kemauan hasil belajar mereka. Juga pihak lain yang telah memberikan bantuannya sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. Mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi pengajaran bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia di MTs Masdarul Ulum. Palembang, Maret 2016 Penulis, vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI... iii HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTO... iv v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii ABSTRAK... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah D. Perumusan Masalah E. Pemecahan Masalah F. Tujuan G. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN TEORETIK... 7 vii

8 A. Kajian Teoretik Konsep Penelitian Tindakan Pengertian Membaca Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check B. Temuan Penelitian Terdahulu yang Relevan C. Kerangka Pikir D. Hipotesis Tindakan E. Kriteria Keberhasilan PTK BAB III RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Subjek Penelitian B. Waktu dan Lamanya Tindakan C. Lokasi Penelitian D. Prosedur Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Siklus I Perencanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan Observasi Refleksi B. Hasil Penelitian Siklus II viii

9 1. Perencanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan Observasi Refleksi C. Pembahasan Hasil Penelitian D. Keterbatasan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTARPUSTAKA ix

10 DAFTAR TABEL Tabel 1 : Membaca Memindai Tabel 2 : Jadwal Kegiatan Tabel 3 : Penilaian Terhadap Lima Deskripsi Tabel 4 : Observasi Guru Tabel 5 : Penilaian Kegiatan Siswa Selama Pbm Tabel 6 : Indikator Penilaian Tabel 7 : Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa Tabel 8 : Hasil Observasi Guru Tabel 9 : Aktivitas Siswa Membaca Memindai Tabel 10 : Hasil Belajar Siswa Membaca Memindai Tabel 11 : Hasil Tes Yang Dicapai Siswa Tabel 12 : Hasil Observasi Guru Siklus Ii Tabel 13 : Aktivitas Siswa Membaca Memindai Tabel 14 : Hasil Belajar Siswa Membaca Memindai Tabel 15 : Hasil Tes Yang Dicapai Siswa Tabel 16 : Distribusi Frekuensi Tes Siklus I Dan II Tabel 17 : Peningkatan Hasil Belajar x

11 DAFTAR GRAFIK Grafik 1 : Observasi Guru pada Siklus I Grafik 2 : Data Observasi Siswa pada Siklus I Grafik 3 : Sebaran Nilai Tes Siklus I Grafik 4 : Sebaran Nilai Tes Siklus I Grafik 5 : Persentase Nilai Siklus I Grafik 6 : Ketuntasan Siklus I Grafik 7 : Observasi Guru pada Siklus II Grafik 8 : Aktivitas Siswa pada Siswa pada Siklus II.. 83 Grafik 9 : Sebaran Nilai Tes Siklus II Grafik 10 : Persentase Nilai Siswa Siklus II Grafik 11 : Persentase Nilai Siswa Siklus II Grafik 12 : Ketuntasan Siklus II Grafik 13 : Nilai Tes Siklus I dan II Grafik 14 : Frekuensi Nilai Tes Siklus I dan II. 96 Grafik 15 : Persentase Nilai Tes Siklus I dan II Grafik 12 : Peningkatan Ketuntasan Belajar xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Empat Langkah PTK Model Lewin Gambar 2 : Penelitian Tindakan Menurut Elliot Gambar 3 : Penelitian Model Dave Ebbut Gambar 4 : Penelitian Model Kemmis Dan Mc Tagart Gambar 5 : Siklus Tindakan Kelas xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Observasi Guru Lampiran 2 : Lembar Observasi Siswa Lampiran 3 : Instrumen Tes Membaca Memindai mpiran 4 : RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Siklus I, dan Siklus Lampiran 5 : Dokumentasi Foto Lampiran 6 : Kartu Bimbingan ` Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Lampiran 8 : Surat Keterangan Meneliti Lampiran 9 : Riwayat Hidup xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai dan dipahami dengan baik oleh siswa agar mampu berkomunikasi seperti dimaksud adalah keterampilan membaca. Menurut Iskandarwassid (2013:245), Keterampilan membaca merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Dijelaskan Tampubolon (2015:48), salah satu tujuan membaca adalah menemukan informasi fokus. Informasi fokus dapat ditemukan di bagian atau berbagai bagian tertentu dari bacaan. Untuk menemukan informasi fokus dengan efisien, pada umumnya teknik yang dipergunakan adalah dengan teknik baca tatap (scanning) atau membaca memindai. Secara rinci dipaparkan Tampubolon (2015:49) bahwa pembaca dapat mempergunakan teknik baca tatap (scanning), yaitu membaca dengan cepat dan dengan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan, dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi fokus itu ditemukan dengan tepat dan dipahami benar. Dalam membaca memindai pembaca harus menemukan keterangan penting yang diperlukan dalam waktu relatif singkat. Guru harus memiliki pemahaman yang luas dan tinggi dari prinsip-prinsip, teori-teori, dan praktik- 1

15 praktik yang berhubungan dengan membaca pada seluruh tingkatan, (Tarigan, dkk, 2011:82). Hal ini perlu dilakukan agar aktivitas siswa dapat berkembang secara baik. Namun, kenyataan di lapangan siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum masih mengalami kesulitan dalam memahami ragam wacana, misalnya mencari informasi yang terdapat dalam sebuah wacana sehingga kemampuan membaca siswa masih rendah, khususnya dalam membaca memindai. Pengalaman peneliti selama ini, pada umumnya siswa kelas VIII masih mengalami kesulitan dan terkendala dalam membaca memindai. Berdasarkan hasil ulangan membaca memindai tahun dan nilai siswa kelas VIII MTs Masadarul Ulum Ogan Ilir masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Disebut mencapai KKM jika persentase siswa yang mendapat nilai lebih dari 85%. Hasil yang diperoleh dari membaca memindai tahun dari 26 siswa, 10 siswa (38,5%) memperoleh nilai dengan persentase pencapaian pembelajaran yang termasuk kriteria sangat kurang, 5 siswa (19,2%) memperoleh nilai dengan persentase pencapaian pembelajaran yang termasuk kriteria kurang, 8 siswa (30,8%) memperoleh nilai dengan persentase pencapaian pembelajaran yang termasuk kriteria cukup, 3 siswa (11,5%) memperoleh nilai dengan persentase pencapaian pembelajaran yang termasuk kriteria baik. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dari 26 siswa, yang mendapat nilai hanya berjumlah 11 orang (42,3%). Pada tahun dari 25 siswa, 8 siswa (32%) memperoleh nilai dengan persentase pencapaian pembelajaran yang termasuk kriteria sangat kurang, 3 siswa (12%) memperoleh nilai dengan persentase pencapaian pembelajaran yang termasuk kriteria kurang, 7 siswa (28%) memperoleh nilai dengan persentase pencapaian pembelajaran yang termasuk kriteria cukup, 5 siswa (20%) 2

16 memperoleh nilai dengan persentase pencapaian pembelajaran yang termasuk kriteria baik, hanya 2 siswa (8%) memperoleh nilai dengan persentase pencapaian pembelajaran yang termasuk kriteria sangat baik. Di tahun ini, tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan persentase pencapaian pembelajaran atau yang termasuk kriteria gagal. Berdasarkan data yang dirincikan di atas, dapat diketahui bahwa ternyata siswa yang mendapat nilai hanya berjumlah 14 orang (56%). Ristiani (dalam Tarigan, dkk, 2011:167) menyatakan bahwa: Keterampilan membaca siswa SMP umumnya tidak sama. Ada yang baru memiliki keterampilan dalam membaca sebagian saja, ada pula yang ternyata telah menguasai keterampilan yang sempurna. Tugas guru lah dalam menghadapi anak yang lambat atau yang kurang Sehingga hasilnya pun bisa menjadi lebih baik. Di samping itu mengadakan latihan kelompok, melaporkan keberhasilan mereka dan mengorganisasikan bahan lain kepada mereka. Hal ini dilakukan mengingat banyaknya jumlah siswa dalam kelas, dan mungkin guru pun mengalami kesulitan dalam pendekatan terhad individu. Untuk itu, guru harus dapat meningkatkan keterampilan membaca anak didiknya. Guru harus dapat membantu siswa untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswanya. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan materi pembelajaran maupun karakteristik siswa. Agar hasil belajar maksimal, faktor yang menentukan adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif. Daryanto (2012:229) mengemukakan model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab peserta didik akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Begitu juga pendapat yang dikemukakan Aunurahman (2009:140), Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan dan menggunakan model-model 3

17 pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. Pemilihan model pembelajaran hendaknya dilandasi prinsip efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat keterlibatan anak didik. Pemilihan model pembelajaran yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, (Uno, 2012:9) Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan, menurut Taniredja (2014:120) adalah Model Pembelajaran Pair Check. Dalam pembelajaran membaca pun, tentunya penggunaan model pembelajaran kooperatif pair check perlu diupayakan secara optimal. Hal itu diharapkan agar siswa terbiasa bersikap kritis dan peka dalam menanggapi berbagai fenomena dan makna yang terdapat di dalam sebuah tulisan dengan ragam yang berbeda. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran membaca memindai di MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir seperti dipaparkan di atas, peneliti perlu melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Kemampuan Membaca Memindai Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Siswa Kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan yang ditemui selama ini dalam pembelajaran membaca, khususnya membaca memindai di MTs Masdarul Ulum, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran membaca memindai pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir? 4

18 2. Bagaimanakah proses pembelajaran membaca memindai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir? 3. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan membaca memindai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir? 4. Bagaimanakah hasil yang diperoleh dalam pembelajaran membaca memindai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir? C. Pembatasan Masalah Permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah di atas masih terlalu luas sehingga tidak mungkin untuk diteliti dalam penelitian ini secara keseluruhan dan mendalam. Oleh karena itu, penelitian ini akan dibatasi hanya pada peningkatan kemampuan membaca memindai melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe pair check pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir. D. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah meningkatkan pembelajaran membaca memindai melalui model pembelajaran kooperatif tipe pair check pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir? E. Pemecahan Masalah Untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca memindai, peneliti berinisiatif mengambil langkah tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check. Alasan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam membaca memindai karena 5

19 penggunaan model pembelajaran tersebut lebih banyak memberikan semangat dan membangkitkan minat siswa serta melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran membaca, khususnya membaca memindai.target yang diharapkan dalam pembelajaran ini ialah 85% siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum, Ogan Ilir mampu menemukan informasi tertentu melalui membaca memindai. F. Tujuan Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membaca memindai melalui model pembelajaran kooperatif tipe pair check pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Pemulutan, Ogan Ilir. G. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Bagi siswa, penelitian ini merupakan upaya meningkatkan pembelajaran membaca memindai pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check. 2. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe pair check untuk meningkatkan pembelajaran membaca memindai pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir. 3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan menciptakan output siswa yang bisa lebih berkualitas. 6

20 BAB 2 KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teoretik 1. Konsep Penelitian Tindakan a. Hakikat Penelitian Tindakan Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan. Bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran atau memecahkan masalah pada suatu kelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Iskandar ((2011:21) menjelaskan action research merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan guru dan dosen (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara, tujuannya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dan dosen/pengajarpeneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal dalam proses pembelajaran di kelas. Selanjutnya, Yoni (2012:7) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat di antaranya sebagai alat pengembangan kurikulum, sekolah, dan keahlian mengajar. 7

21 Dengan kata lain penelitian tindakan merupakan suatu penelitian yang mampu menawarkan cara baru untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran. Penelitian tindakan dimaksudkan untuk menguji praktik-praktik secara sistematis dan hati-hati dengan menggunakan teknik-teknik tertentu berdasarkan asumsi bahwa penyelenggaraan tersebut akan menjadi lebih baik jika dilakukan kajian yang mendalam untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi menjadi lebih efektif bila didorong untuk memeriksa dan menilai pekerjaan yang dihasilkan dan kemudian saling membantu dan bekerja sama dalam pengembangan potensi. Esensi penelitian tindakan, menurut Yoni (2012:6) terletak pada adanya tindakan dalam situasi alami untuk memecahkan masalah praktis. Penelitian tindakan biasa digunakan untuk meningkatkan pendidikan, terutama kualitas praktisi (guru) dalam proses kegiatan belajar mengajar. PTK, seperti dijelaskan Aqib (2014: 18) merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Tujuan ini melekat pada diri guru dalam penuntasan misi profesional kependidikannya. Pada dasarnya penelitian tindakan dilaksanakan sebagai tindakan pencarian solusi perbaikan terhadap proses demi memperoleh hasil yang lebih baik. Penelitian tindakan mengawali penyelidikan reflektif pada diri sendiri, yang dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan masalah, meningkatkan praktik atau memperdalam pemahaman yang dilakukan secara kolaboratif. 8

22 Penelitian tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil dengan mengubah cara, metode, pendekatan atau strategi yang berbeda dari biasanya. Cara, metode, pendekatan atau strategi tersebut berupa proses yang harus diamati secara cermat, dilihat kelancaran dan kesesuaiannya. Penelitian tindakan harus dapat menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan kepada siswa memang berbeda dari apa yang sudah biasa dilakukan. Adanya kesadaran dan keinginan untuk meningkatkan diri. Tindakan yang dilakukan harus berbeda dari biasanya, karena yang biasa sudah jelas menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, guru melakukan tindakan yang diperkirakan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Secara sederhana penelitian tindakan merupakan belajar dengan melakukan di mana adanya identifikasi masalah, melakukan sesuatu untuk memecahkan masalahnya, mengamati bagaimana usahanya, dan jika belum juga memadai, dicoba lagi. Tujuan umum dari penelitian tindakan adalah untuk memberikan kontribusi kepada kepedulian praktisi dalam situasi problematik secara langsung. Dengan demikian, ada dua komitmen dalam penelitian tindakan untuk mengkaji suatu sistem dan secara bersamaan untuk berkolaborasi dengan anggota dari sistem tersebut dalam mengubah apa yang secara bersama-sama disepakati sebagai arah yang diinginkan. Penelitian tindakan menghadirkan suatu perkembangan bidang penelitian pendidikan yang mengarahkan pengidentifikasian karakteristik kebutuhan pragmatis dari praktisi bidang pendidikan untuk mengorganisasi penyelidikan reflektif ke dalam pengajaran di kelas. Penelitian tindakan adalah sebuah proses yang dirancang untuk memperdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru, dan peserta lainnya) 9

23 dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan dalam pengalaman pendidikan. Semua partisipan merupakan anggota aktif dalam sebuah penelitian. Pada kesempatan ini, penelitian tindakan mengawali penelitiannya dari telaah atau pengkajian situasi dan kondisi yang dilanjutkan secara hierarkis ke arah perencanaan, pelaksanaan proses tindakan disertai pemantauan. Penelitian tindakan pada satu siklus akan diakhiri dengan refleksi timbal balik dari tindakan dengan evaluasi menuju ke arah pengembangan secara profesional. Hal ini akan dilakukan secara kolaboratif. b. Model Penelitian Tindakan 1) Penelitian Tindakan Kurt Lewin Menurut Iskandar (2011:28) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan Kurt Lewin pada tahun Konsep inti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ialah dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting). berikut: Keempat langkah PTK, oleh Aqib (2014:21) digambarkan secara rinci sebagai 10

24 Gambar 1 Empat Langkah dalam PTK Model Lewin Model ini, seperti dijelaskan Aqib (2014:21), oleh Ernest T Stringer dielaborasi lagi menjadi: (a) perencanaan (planning), (b) pelaksanaan, (c) penilaian (evaluating). Berdasarkan langkah-langkah itu, selanjutnya penelitian dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa siklus, yang akhirnya menjadi kumpulan beberapa siklus. 2) Penelitian Tindakan Elliot Model Elliot menekankan pendefinisian ulang dari evolusi yang tetap dari tujuan asli melalui serangkaian peninjauan berulang setiap siklus. Menurut Aqib (2014:24), Peninjauan tersebut harus mencakup beberapa tingkatan analisis. Desain ini membolehkan fleksibilitas yang jauh lebih besar. 11

25 Ide Awal Temuan dan Analisis Perencanaan Umum langkah tindakan 1, 2,3 Implementasi Langkah Tindakan Revisi Perencanaan Umum Monitoring Implementasi dan efeknya Penjelasan kegagalan tentang implementasi Perbaikan Perencanaan Langkah Tindakan 1, 2, 3 Implementasi Langkah Berikutnya Monitoring Implementasi dan efek Penjelasan Kegagalan dan Efek Monitoring Implementasi dan efek Gambar 2 Revisi Ide Umum Perbaikan Perencanaan Langkah Tindakan 1,2, 3 Implementasi Langkah Berikutnya Penelitian Tindakan Menurut Elliot Penelitian tindakan model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara iru setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanaan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri 12

26 dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak dapat diselesaikan dalam beberapa bentuk. Itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model yang berbeda secara skematis dengan model lainnya. 3) Penelitian Tindakan Dave Ebbut Aqib (2014:26) menjelaskan bahwa sesudah Dave Ebbut mempelajari modelmodel PTK yang dikemukakan para ahli sebelumnya, dia berpendapat bahwa model-model PTK yang ada seperti yang dikemukakan John Elliot, Kemmis dan Taggart dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi dalam model itu masih ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat sehingga masih perlu dibenahi. Dave Ebbut merasa tidak puas dengan model-model PTK yang ada sebelumnya, dia kemudian memperkenalkan model PTK yang disusunnya sendiri berbeda dengan model sebelumnya. Secara skematis model Ebbut dapat digambarkan sebagai berikut. 13

27 Ide Umum Ide Umum yg diubah Ubah rencana umum Survei Rencana keseluruhan Tindakan 1 Umum Rencana yg sdh direvisi survei Ide baru atau Monitoring Survei atau Tindakan 2 dst nya Ide Umum Gambar 3 Penelitian Model Dave Ebbut 4) Penelitian Tindakan Kemmis dan McTaggart Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robert McTaggart. Mereka menggunakan empat komponen penelitian tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam satu sistem spiral yang terkait sebagai dasar untuk memahami bagaimana melakukan tindakan untuk mengembangkan pendidikan (Aqib, 2014:22). Model yang dikembangkan Kemmis dan Taggart tampak masih begitu dekat dengan model yang diperkenalkan Kurt Lewin. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen seperti halnya yang dilaksanakan oleh Kurt Lewin. Hanya saja, sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan 14

28 beberapa kali siklus. Untuk alur pelaksanaannya yang lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut. Siklus I Siklus II Gambar 4 Model Penelitian Kemmis dan McTaggart Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan McTaggart dikarenakan model tersebut pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus 15

29 adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi digunakan untuk merencanakan siklus berikutnya untuk memecahkan masalah. Keunggulan model ini sangat dimengerti untuk melaksanakan suatu tindakan memecahkan permasalahan. Model Kemmis dan McTaggart ini sangat cocok digunakan bagi peneliti pemula yang hendak memecahkan masalah yang terjadi di dalam proses belajar mengajar. Model ini sangat mempermudah dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan model Elliot yang telah dijelaskan sebelumnya. Model Elliot sangat skematis dan terperinci. Pada kesempatan ini penelitian tindakan mengawali penelitiannya dari telaah atau pengkajian situasi dan kondisi yang dilanjutkan secara hierarkis ke arah perencanaan, pelaksanaan proses tindakan disertai pemantauan. Penelitian tindakan pada satu siklus akan diakhiri dengan refleksi timbal balik dari tindakan dengan evaluasi menuju ke arah pengembangan secara profesional. Hal ini akan dilakukan secara kolaboratif. Pada penerapannya penelitian tindakan mempunyai berbagai bentuk yang mengakibatkan pengaruh pada langkah-langkah tersebut. Model yang dipopulerkan oleh Stephen Kemmis dan Robin McTaggart ini mereka memformulasikan bahwa setelah refleksi diadakan maka diadakan perencanaan ulang yang menjadi revisi terhadap pelaksanaan sebelumnya. Perencanaan dan pelaksanaan ulang tersebut ditindaklanjuti dengan aksi observasi serta refleksi. Kegiatan demikian disebut siklus berikutnya. Dengan demikian siklus akan berlanjut sampai beberapa kali sampai menemukan cara atau teknik yang cocok untuk menanggulangi ataupun meringankan masalah yang dihadapi peran partisipan, praktisi dan kolaborator akan sangat dominan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sebagai landasan kebijakan siklus berikutnya. 16

30 Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahanpermasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Keadaan dan situasi yang ada di dalam proses pembelajaran dilaksanakan guna meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasaalahan yang dijumpai guru. Tujuan penelitian tindakan yaitu untuk memperbaiki mutu dan praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran. Penelitian tindakan bermaksud untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka harus berkaitan dengan pembelajaran. Dengan kata lain penelitian tindakan ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran. Hal yang perlu dipahami bahwa penelitian tindakan bukan sekadar mengajar seperti biasanya, tetapi harus mengandung satu pengertian, bahwa tindakan yang didasarkan atau upaya peningkatan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Rancangan atau desain penelitian tindakan yang dipergunakan menurut Kemmis dan Mc Taggart meliputi empat alur yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan itu dilakukan. Bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan tersebut peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilaksanakan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar 17

31 mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal. 2. Pengertian Membaca Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian membaca adalah Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati); mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan, mengetahui (Depdiknas, 2005:83). Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks (Iskandarwassid, 2013:246). Pendapat lain dari Tarigan (2013:7), Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Menurut Nurhadi (2010:13), Membaca adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan, faktor lingkungan, kebiasaan, dan tradisi membaca. Pengertian membaca menurut Sulistiati (Tarigan, 2011:108), Membaca dapat diartikan sebagai proses perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan untuk mengenal lambang yang disampaikan penulis untuk menyampaikan makna. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan membaca adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan untuk memperoleh pesan dan memahami isi/makna yang tertulis. a. Tujuan Membaca 18

32 Menurut Tampubolon (2015:35), Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Nurhadi (2010:137) menyebutkan bahwa tujuan membaca secara khusus adalah (1) mendapatkan informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang. Sebaliknya, secara umum, tujuan membaca adalah: (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan. Membaca tanpa tujuan bagaikan perahu yang berlayar tanpa tujuan, ibarat pergi ke pasat tanpa tujuan, sehingga bingung apa yang harus dicari dan dibeli. Oleh karena itu, tujuan membaca mempunyai arti penting, maka tentukanlah terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai dalam membaca suatu buku. Selain tujuan membaca, bahan yang akan dibaca pun penting membantu membangunkan motivasi yang tinggi. Tujuan yang ditentukan dalam membaca akan mempengaruhi apa yang perlu dibaca dan bagaimana cara membacanya. berikut: Adapun tujuan membaca menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:79) sebagai (1) memahami secara detail dan menyeluruh isi buku; (2) menangkap ide pokok/gagasan utama buku secara cepat; (3) mendapatkan informasi tentang sesuatu, mengenali makna kata/istilah sulit, mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia dan masyarakat di sekitar, memperoleh kenikmatan dari karya fiksi, ingin memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan, ingin mencari merek barang yang cocok untuk dibeli, ingin menilai kebenaran gagasan pengarang, ingin mendapatkan alat tertentu, dan ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) atau keterangan tentang definisi suatu istilah. b. Ciri-Ciri Pembaca yang Baik Ada empat ciri yang dapat disebut sebagai pembaca yang baik, yaitu: Pembaca yang baik tahu mengapa dia membaca; pembaca yang baik memahami apa yang 19

33 dibacanya; pembaca yang baik harus menguasai kecepatan membaca; pembaca yang baik harus menguasai media cetak (Tarigan, 2013:120). Pembaca yang baik tahu mengapa dia membaca, maksudnya tahu dan sadar mengapa dia membaca. Dia membaca untuk mencari informasi dan menikmati bacaan. Pembaca yang baik memahami apa yang dibacanya, menuntut konsentrasi dan suatu kemampuan yang erat sekali berhubungan dengan maksud serta menuntut pengetahuan mengenai kata-kata dan keresponsifan terhadap organisasi bagian sebagai suatu keseluruhan. Pengalaman menunjukkan bahwa para siswa yang mempunyai kosakata yang memadai, dan keterampilan dalam meringkas serta merangkumkan tidak akan menemui kesulitan dalam pemahaman. Pembaca yang baik harus dapat menguasai kecepatan membaca dan selalu dapat menyesuaikannya dengan sifat cetakan yang menuntut perhatiannya secara mendalam dan serius. Adapun beberapa hal yang harus diketahui dan dikuasai oleh pembaca secara baik, yaitu sebagai berikut. a) Membaca sekilas, memetik secara kasar tiga atau empat hal dalam satu halaman untuk memperoleh gambaran umum bagian sebagian suatu keseluruhan; b) Membaca dengan cepat, membaca segala sesuatu secara cepat untuk mencari hal tertentu yang diinginkan; c) Membaca demi kesenangan, suatu cara membaca yang melewatkan hal-hal yang kurang menarik dan membaca lambat-lambat hal-hal yang menarik hati; d) Membaca secara serius bahan-bahan yang penting dan tidak akan kehilangan sesuatu hal. 20

34 Pembaca yang baik harus mengenal media cetak, maksudnya pembaca harus mengenal secara baik bentuk-bentuk kontemporer media cetak, yang meliputi: paperbacks (buku saku, buku berjilid tipis, kulit kertas), media grafika (komik, kartun, foto, diagram, peta, dan lain-lain), majalah, surat kabar. c. Kebiasaan Membaca yang Tidak Efisien Kebiasaan membaca yang tidak efisien umumnya mengurangi kemampuan membaca. Menurut Nurhadi (2010:110), ada empat tipe pembaca yang tidak efisien, yaitu: a) tipe pembaca yang memvokalkan apa yang dibacanya, b) tipe pembaca bergerak, c) membaca sambil tiduran (berbaring), d) tipe pembaca yang tidak berkonsentrasi. Tipe pembaca yang suka memvokalkan apa yang dibacanya adalah tipe pembaca yang suka membaca dengan suara keras. Banyak orang melakukan cara membaca melafalkan apa yang dibacanya kata demi kata. Jika seseorang membaca dengan memvokalkan apa yang dibacanya berarti ia melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu berpikir dan berbicara. Jelas sekali tindakan tersebut menghambat kecepatan membaca dan menghambat pemahaman. Tipe pembaca ini adalah pembaca yang kurang efektif. Tipe pembaca bergerak adalah tipe pembaca yang dalam perbuatan dan tindak membacanya diikuti oleh gerak-gerik sebagian anggota badannya, baik disengaja maupun tidak. Misalnya, membaca sambil menggerak-gerakkan kepala, membaca sambil menggoyang-goyangkan kaki, atau membaca sambil menggerak-gerakkan bibir dan sebagainya. Tipe pembaca bergerak sebenarnya tidak begitu mengganggu, tetapi 21

35 menghilangkan kebiasaan ini akan dapat menambah konsentrasi dalam menghadapi bacaan. Tipe pembaca sambil berbaring merupakan kebiasaan membaca yang tidak efisien terutama apabila ditinjau dari segi kesehatan mata. Kebiasaan membaca sambil berbaring memaksa mata bekerja lebih keras. Kebiasaan membaca yang tidak efisien menurut Tampubolon (2015:10) adalah sebagai berikut. a) Membaca dengan suara terdengar. b) Membaca dengan suara seperti berbisik. c) Membaca dengan bibir bergerak. d) Membaca dengan kepala bergerak. e) Membaca dengan menunjuk baris bacaan dengan jari atau alat lainnya. f) Membaca kata demi kata. g) Susah mengadakan konsentrasi sewaktu membaca. h) Cepat lupa isi bagian-bagian bacaan yang telah dibaca. i) Tidak dapat dengan cepat menemukan pikiran pokok dalam bacaan. j) Tidak dapat dengan cepat menemukan informasi tertentu yang diperlukan dalam bacaan. k) Jarang sekali membaca. d. Metode Kecepatan Membaca Kemampuan membaca adalah hasil dari pembiasaan dan latihan sehingga diperoleh tahap yang tinggi keefektifannya (Nurhadi, 2010:53). Kebiasaan membaca sehari-hari adalah penentu dalam latihan. Menurut Tampubolon (20`5:228), usaha pembentukan kebiasaan membaca ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu minat 22

36 (perpaduan antara keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca. Keterampilan membaca yang dimaksud adalah keterampilan mata dan penguasaan teknik-teknik membaca. Kalau minat tidak berkembang (tidak ada), maka kebiasaan membaca sudah tentu tidak akan berkembang. Kebiasaan membaca ialah kegiatan membaca yang telah membudaya dalam suatu masyarakat. Hal yang perlu dicapai ialah kebiasaan membaca yang efisien, yaitu kebiasaan membaca yang disertai minat yang baik dan keterampilan membaca yang efisien. Untuk tujuan tertentu kita perlu menggunakan kemampuan membaca cepat. Misalnya ketika kita dihadapkan pada sebuah buku yang menarik di sebuah toko buku, sementara waktu yang tersedia terbatas serta kantong yang penuh tidak memungkinkan untuk membeli buku tersebut. Untuk mengetahui keseluruhan isi buku secara cepat diperlukan teknik membaca cepat. Nurhadi (2010:54) menyatakan bahwa ada beberapa metode untuk meningkatkan kecepatan membaca, yaitu metode kosakata, metode motivasi (minat), metode bantuan alat, dan metode gerak mata. Metode kosakata adalah metode mengembangkan kecepatan membaca melalui pengembangan kosakata. Metode ini mengarahkan perhatian pada aspek perbendaharaan kata seorang pembaca. Kosakata seseorang itu terbatas jumlahnya, dan akan selalu berkembang terus sesuai sesuai dengan kemampuannya menambah kosakata itu setiap hari. Metode motivasi adalah metode yang memotivasi para pemula (pembaca yang mengalami hambatan dalam kecepatan membacanya) dengan berbagai macam rangsangan bacaan yang menarik sehingga tumbuh minat membaca. Kebiasaan membaca yang tinggi akan meningkatkan kecepatan dan pemahaman terhadap bacaan. Semakin tertarik atau berminatnya seseorang pada jenis buku tertentu, semakin tinggi kecepatan dan pemahaman seseorang. Oleh karena itu, untuk 23

37 meningkatkan kecepatan membaca siswa berikan motivasi dan rangsangan dengan buku atau bahan bacaan yang diminatnya. Metode bantuan alat adalah metode yang dikembangkan dengan menggunakan alat. Misalnya ketika seseorang membaca (melihat baris-baris bacaan), gerak matanya dipercepat dengan bantuan alat yang berupa ujung pensil, ujung jari, atau alat penunjuk khusus dari kayu. Pertama dengan kecepatan rendah, kemudian dipercepat dan terus dipercepat. Jadi, kecepatan mata mengikuti kecepatan gerak alat. Metode gerak mata adalah metode yang paling banyak dipakai dan dikembangkan orang saat ini. Metode ini diterapkan dengan cara mengembangkan kecepatan membaca dengan meningkatkan kecepatan gerak mata. Dengan kecepatan mata berarti kecepatan gerak mata dalam menyusun unit-unit bahasa dalam bacaan.. e. Membaca Memindai (Scanning) Membaca adalah aktivitas yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Jenis bacaan yang dibaca pun pasti berbeda-beda sesuai dengan lingkungan kita, seperti jenis bacaan di lingkungan mahasiswa pasti akan berbeda dengan jenis bacaan orangorang kantoran ataupun ibu rumah tangga. Hal ini menuntut pembaca untuk menggunakan trik-trik tertentu dalam mengambil informasi pada setiap jenis bacaan yang dibutuhkan. Informasi yang dicari dari suatu bacaan tersebut bisa berupa faktafakta dan detail. Jika kita hanya membutuhkan suatu fakta tertentu saja, atau informasi tertentu saja, atau data statistik tertentu saja, misalnya, kita perlu melompati lainnya dan langsung mencari ke hal tertentu itu saja. Teknik melompat (skipping) untuk langsung kesasaran yang kita cari itu disebut membaca memindai. Berikut ini akan diuraikan mengenai membaca memindai. 24

38 Menurut Ngalimun (2014:62), Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain. Senada dengan Tampubolon (2015:49) Scanning adalah membaca dengan cepat dan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan. Membaca scanning disebut juga membaca memindai. Ketika seseorang membaca memindai, dia akan melampaui banyak kata.teknik membaca ini berguna untuk mencari beberapa informasi secepat mungkin. Biasanya kita membaca kata per kata dari setiap kalimat yang dibacanya. Dengan berlatih teknik membaca memindai, seseorang bisa belajar membaca untuk memahami teks bacaan dengan cara yang lebih cepat dan hasil yang jauh lebih baik. Namun, membaca dengan cara memindai ini tentunya tidak asal digunakan. Jika keperluan untuk membaca buku teks, puisi, surat penting dari ahli hukum, dan sebagainya, perlu lebih detail membacanya. Membaca memindai berarti mencari informasi spesifik secara cepat dan akurat. Memindai artinya pembaca seolah-olah terbang di atas halaman-halaman buku yang dibacanya. Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu halaman buku untuk menemukan sesuatu yang diperlukan. Membaca memindai berkaitan dengan menggerakkan mata secara cepat ke seluruh bagian halaman tertentu untuk mencari kata dan frasa tertentu. Teknik membaca memindai adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat dan akurat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika pembaca sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Selama kegiatan membaca dilakukan, mata bergerak cepat, meloncatloncat, dan tidak melihat kata demi kata. Informasi yang akan dicari dengan membaca memindai dari sebuah teks sebaiknya merupakan informasi yang telah tertata secara sistematis dan teratur, 25

39 misalnya kamus, buku telepon, daftar harga dan sebagainya (Maryati dan Sutopo, 2012:31). Untuk mendukung keberhasilan memindai dari sebuah teks, maka ketika melakukan pemindaian teks pembaca harus siap untuk mencatat informasi yang sudah diperoleh. Oleh karena itu, sebaiknya pembaca dapat selalu menerapkan strategi temukan dan catat sehingga kegiatan membaca yang dilakukan akan jauh lebih maksimal. 1) Langkah-Langkah Membaca Memindai Untuk memperoleh informasi yang akurat dari teks secara cepat dan tepat perlu dilakukan dengan membaca memindai. Pada kegiatan memindai, pembaca memerhatikan langkah-langkah yang benar. Maryati dan Sutopo (2008:31) mengemukakan, untuk memperoleh informasi tertentu secara cepat dan tepat dari sebuah teks, pembaca harus memindai informasi yang tertata secara sistematis. Kemudian temukan informasi yang kita butuhkan dan catatlah informasi yang sudah diperoleh. Adapun cara lain untuk memindai suatu informasi tertentu secara cepat dan tepat adalah sebagai berikut. a) Menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah untuk menemukan informasi yang telah ditetapkan sebelumnya. b) Setelah informasi tersebut ditemukan, kecepatan membaca diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari. b) Pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya. 26

40 2) Tujuan Membaca Memindai Menurut Mikulecky (dikutip Ngalimun, 2014:122), Membaca memindai bertujuan untuk menemukan informasi khusus dengan sangat cepat, yang diperlukan adalah kemampuan mata kita menjangkau kelompok-kelompok kata sebanyak-banyaknya secara sekaligus dan kemampuan berpindah dari satu jangkauan pandangan ke jangkauan pandangan berikutnya dengan cepat sampai menemukan informasi khusus yang kita cari. Membaca memindai merupakan jenis membaca cepat dengan tujuan untuk menemukan informasi dalam teks secara cepat yang telah ditentukan sebelumnya oleh pembaca. Pembaca telah menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan membaca dilakukan, dia tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang telah ditentukan. Selain itu, tujuan membaca memindai untuk mendapatkan informasi lebih spesifik dari sebuah teks. Ini dilakukan jika pembaca telah mengetahui dengan pasti apa yang dicari sehingga berkonsentrasi mencari jawaban yang jauh lebih spesifik dari bacaan yang dihadapinya. 3) Contoh Membaca Memindai Membaca memindai, misalnya mencari arti kata di kamus, membaca acara siaran di televisi, membaca daftar perjalanan, mencari nomor telepon di buku telepon. Selain itu, membaca daftar menu makan, membaca jadwal pelajaran, mencari pada papan pengumuman, dan mencari topik pada daftar isi sebuah buku termasuk juga membaca memindai. Menurut Nurhadi (2010:114), contoh membaca scanning atau memindai ialah: (1) mencari makna kata tertentu dalam kamus, (2) mencari pendapat-pendapat atau definisi sebuah istilah menurut ahli-ahli tertentu, (3) mencari nomor telepon seorang sahabat dalam buku telepon, (4) mencari keterangan tentang sebuah istilah dan penjelasannya dalam ensiklopedi, dsbnya. 27

41 Tampubolon (2015:49) mengemukakan contoh membaca memindai yang disebutnya baca-tatap, seperti menemukan informasi tertentu di bagian tertentu dari sebuah buku. Juga untuk menentukan informasi fokus tertentu, misalnya suatu penjelasan tentang satu istilah. Contoh lain membaca memindai ialah mencari makna kata tertentu dalam kamus. Kamus merupakan buku yang memuat perbendaharaan kata dan makna suatu bahasa tertentu yang idealnya tidak terbatas jumlahnya. Untuk mempercepat menemukan kata yang dicari, terlebih dahulu pembaca harus mempelajari kamus tersebut. Beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk mencari kata dan maknanya dalam kamus dengan membaca memindai adalah sebagai berikut. 1) Menentukan kata yang akan dicari maknanya. 2) Mencari kata tersebut dengan langsung membuka halaman pertama yang mengandung huruf awal dari kata yang dicari. Misalnya, mencari makna kata silogisme. Pembaca langsung membuka halaman pertama yang berhuruf awal s. Untuk memudahkannya, pembaca dapat memanfaatkan pembatas huruf yang biasanya selalu ada pada kamus. Setelah itu, pembaca memindai halaman tersebut ke halaman berikutnya sampai akhirnya menemukan kata-kata yang termasuk silogisme. 3) Setelah menemukan, lalu membaca dengan teliti makna kata-kata tersebut. Dalam membaca kamus, pembaca perlu memerhatikan petunjuk sebagai berikut. 1) Memerhatikan ejaan kata tersebut dengan saksama. 2) Memerhatikan cara pengucapan, panjang pendeknya, dan tekanannya. 28

42 3) Memerhatikan asal usul katanya, yang biasanya ditulis dalam kurung. Tidak cepat memilih suatu makna kata karena satu kata kadang-kadang mempunyai makna lebih dari satu dan diperinci dengan angka 1, 2, 3. 4) Memerhatikan contoh kalimat yang dapat memperjelas makna kata yang dicari. Untuk dapat lebih cepat menemukan makna kata yang dicari, hendaknya memerhatikan petunjuk yang biasanya ada pada setiap halaman. Berikut adalah tabel kesimpulan yang berkaitan dengan membaca memindai. Tabel 1 Membaca Memindai Komponen Membaca Memindai Pengertian Membaca memindai digunakan untuk mendapatkan informasi spesifik dari sebuah teks. Biasanya, ini dilakukan jika Anda telah mengetahui dengan pasti apa yang Anda cari sehingga berkonsentrasi mencari jawaban yang spesifik. Memindai berkaitan dengan menggerakan mata secara cepat keseluruh bagian halaman tertentu untuk mencari kata dan frasa tertentu. Contoh Membaca memindai untuk menemukan nomor tertentu pada buku telepon, kata dalam kamus, bentuk kata baku dalam deretan kata, dsb. Strategi Langkah-langkah membaca memindai: Pembaca memindai informasi yang tertata secara sistematis dan temukan informasi yang dibutuhkan serta catatlah informasi itu. 29

43 3. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Slavin (dikutip Taniredja dkk., 2014:55) mengemukakan, In cooperative learning methods, students work together in four teams to master material initially presented by the teacher. Dari uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang dan memotivasi untuk siswa lebih bergairah dalam belajar. Senada dengan pendapat Daryanto (2014:241), Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompokkelompok dan setiap siswa dalam kelompok-kelompok tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Selain itu, Anita Lie (dalam Yoni, 2012:159) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam sebuah kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang dapat membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asalasalan. Adapun unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. saling ketergantungan positif, b. tanggung jawab perseorangan, c. tatap muka, d. komunikasi antaranggota, e. evaluasi proses kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Arends (dikutip Yoni, 2012;160), yaitu sebagai berikut. a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menguasai materi. b. Kelompok terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah. 30

44 c. Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda-beda. d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok. Jadi, pembelajaran kooperatif mendorong manusia untuk saling bertukar pikiran, pengalaman dan gagasan-gagasan sehingga dapat membangun pengetahuan dan membelajarkan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif meningkatkan kemampuan yang telah dimilikinya maupun meningkatkan kemampuan baru, baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. 4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Model pembelajaran pair check merupakan model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993 (Taniredja dkk, 2014:120). Menurut Moody & Gifford dalam Slavin (2005:91) menemukan bahwa sementara tidak ada perbedaan dalam perolehan pencapaian dari kelompok-kelompok yang homogen dan heterogen, pembagian siswa berpasangan menunjukkan pencapaian yang jauh lebih besar dalam bidang ilmu pengetahuan daripada kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang, dan kelompok dengan jenis kelamin yang homogen ternyata kinerjanya jauh lebih baik dari pada kelompok campuran. Menurut Aqib (2014:34), Model pembelajaran pair check adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang berpasangan yang bertujuan untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari sebelumnyanya. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep/topik dalam suasana yang jauh lebih menyenangkan. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Jadi, model pembelajaran kooperatif pair check merupakan salah satu model pembelajaran siswa berpasangan. 31

45 b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Model pembelajaran kooperatif tipe pair check ini cocok untuk menyampaikan semua level materi, termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe pair check adalah sebagai berikut. 1) Bekerja berpasangan Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu masalah. 2) Pelatih mengecek Apabila partner benar pelatih memberi kupon 3) Bertukar peran Seluruh partner bertukar peran dan mengulangi langkah 1-3 4) Pasangan mengecek Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban 5) Penegasan guru Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep (Taniredja dkk, 2014:120). Berikut ini dipaparkan sintak dari model pembelajaran kooperatif pair check. 1) Guru menjelaskan konsep. 2) Siswa dibagi menjadi beberapa tim. Dalam setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam setiap tim, terdiri dari 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan adapula yang menjadi partner. 3) Guru membagikan soal kepada si partner. 4) Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Untuk setiap soal yang dijawab benar, pelatih memberi kupon. 32

46 5) Bertukar peran. Si pelatih menjadi partner dan si partner menjadi pelatih. 6) Guru membagikan soal kepada si partner. 7) Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas untuk mengecek jawabannya. Untuk setiap soal yang dijawab benar, pelatih memberi kupon. 8) Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain. 9) Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal dan mengecek jawabannya. 10) Tim yang paling banyak mendapat kupon selanjutnya akan diberi hadiah. 11) Evaluasi, guru memberikan evaluasi kepada semua kelompok pasangan tersebut dengan memberikan post test. 12) Refleksi, hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan tersebut kemudian dikumpulkan, dianalisis, dan selanjutnya dievaluasi oleh peneliti untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan. c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe pair check ini adalah sebagai berikut. 1) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check a) Meningkatkan kemandirian siswa b) Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya. c) Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat d) Melatih kecepatan berpikir siswa. 33

47 2) Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check a) Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik. b) Lebih sedikit ide yang masuk. c) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor. B. Temuan Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian tentang peningkatan kemampuan membaca memindai dengan model pembelajaran terpadu membaca dan menulis pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian tersebut dilakukan oleh Eva Fatmawati (2013) berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Metode CIRC untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Memindai Siswa Kelas V SD Negeri Paseh 2 Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif melalui metode CIRC dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca memindai. Guru dapat melakukan pembelajaran membaca memindai melalui penerapan model kooperatif CIRC dengan baik. Siswa juga dapat menikmati pembelajaran membaca memindai dengan senang hati dan tanpa beban. Peningkatan ini dihitung dari sebelum melakukan tindakan (tes awal) sampai dilakukan tindakan siklus I dan II. Selain itu, penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Hamdani (2010) dengan judul Peningkatan Kemampuan Membaca Scanning (Memindai) dengan Model Chart Ekspose Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Air Tiris Kabupaten Kampar Tahun Pelajaran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model chart ekspose ternyata dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca scanning. 34

48 Hasil evaluasi siswa siklus I pertemuan 1 rata-rata kemampuan siswa adalah 66,1 dengan kategori kurang, pada siklus I pertemuan 2 rata-rata kemampuan siswa adalah 69,7 dengan kategori sedang. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 rata-rata kemampuan siswa adalah 72,9 dengan kategori sedang, pada siklus II pertemuan 2 rata-rata kemampuan siswa adalah 79,9 dengan kategori baik. Hal itu berarti bahwa penggunaan model chart ekspose pada siklus pertama maupun siklus kedua cukup memberikan peningkatan terhadap kemampuan membaca scanning (memindai) siswa. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan ini telah mampu meningkatkan membaca scanning (memindai) siswa. Penelitian serupa yang lain juga pernah dilakukan oleh Abdan Syakur (2009) dengan judul Penerapan Model Pair Check dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Pembelajaran menulis karangan narasi melalui penerapan strategi pair check menunjukkan efektivitasnya dalam meningkatkan keterampilan siswa menulis karangan. Hasil tindakan pembelajaran tahap pramenulis ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam hal (1) pemilihan tema, (2) penulisan kerangka karangan, dan (3) penentuan judul. Secara kuantitatif hasil tindakan pada tahap pramenulis siklus I adalah 72,5 dan pada siklus II 86,6. Hasil tindakan pembelajaran tahap saat menulis, yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam hal (1) pengembangan kerangka karangan menjadi sebuah karangan yang utuh dan padu, (2) organisasi gagasan, (3) penggunaan unsur-unsur kebahasaan, (4) penggunaan ejaan dan tanda baca, serta (5) informasi faktual. Secara kuantitatif, hasil tindakan siklus I adalah 60 dan pada siklus II 71,5. Hasil tindakan pembelajaran tahap pasca menulis ditandai dengan 35

49 meningkatnya kemampuan siswa dalam hal perbaikan dan perevisian unsur-unsur kebahasaan dan ejaan dan tanda baca, serta unsur-unsur kebahasaan lainnya. Secara kuantitatif, hasil tindakan pada siklus I adalah 63 dan pada siklus II 75. Secara keseluruhan rerata hasil siklus I adalah 64.5 yakni berkualifikasi cukup, dan pada siklus II meningkat menjadi 76.5, yakni berkualifikasi baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pair check dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi. C. Kerangka Pikir Membaca merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan untuk memperoleh pesan dan memahami isi/makna yang tertulis. Kegiatan membaca merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang bersifat aktif produktif. Berkaitan dengan kegiatan membaca di kalangan siswa terdapat permasalahan, yaitu pada umumnya kemampuan siswa dalam membaca masih rendah. Selain itu, guru juga mengalami kendala dalam mengajarkan keterampilan membaca. Kendala tersebut di antaranya berkaitan dengan metode pembelajaran yang digunakan. Metode ceramah yang monoton membuat siswa bosan dan tidak bersemangat dalam belajar. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang tepat agar para siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca. Adapun model pembelajaran yang tepat untuk keterampilan membaca khususnya membaca memindai adalah model pembelajaran kooperatif tipe pair check. Kemampuan membaca memindai melalui model pembelajaran kooperatif tipe pair check menuntut guru untuk dapat membimbing siswa selama proses/kegiatan membaca berlangsung. Dengan demikian, guru tidak hanya sekadar menerangkan materi dengan menggunakan metode ceramah, tetapi dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check sehingga siswa merasa senang dan lebih 36

50 bersemangat dalam belajar. Hasilnya, akan membuahkan kemampuan membaca memindai yang jauh lebih baik. Penelitian tindakan kelas ini merupakan upaya untuk mengatasi kendala pembelajaran membaca, khususnya membaca memindai di MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe pair check. Hasil penelitian ini dapat menyelesaikan masalah pembelajaran membaca memindai di MTs. Masdarul Ulum, Ogan Ilir. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis tindakan yang dapat diajukan adalah Model pembelajaran kooperatif tipe pair check dapat meningkatkan pembelajaran membaca memindai siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir. E. Kriteria Keberhasilan PTK Kriteria keberhasilan PTK ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan terkait dengan suasana pembelajaran maupun hasil belajar siswa (Yoni, 2012:64). Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Indikator Keberhasilan Proses Indikator keberhasilan proses dilihat dari perkembangan proses pembelajaran. Analisis in dilakukan dengan mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama proses tindakan kelas. 2. Indikator Keberhasilan Produk Indikator keberhasilan produk didasarkan atas keberhasilan membaca memindai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil pembelajaran 37

51 membaca memindai sebelum dengan sesudah dilakukan tindakan pada tiap siklusnya, baik siklus I maupun siklus II. 38

52 BAB III RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII 3 MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir yang berjumlah 32 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah proses dan hasil yang diperoleh dalam meningkatkan pembelajaran membaca memindai melalui model pembelajaran kooperatif tipe pair check pada siswa kelas VIII 3 MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir tahun pelajaran B. Waktu dan Lamanya Tindakan Penelitian ini akan dilaksanakan selama satu semester. Dimulai dari penyusunan laporan, pelaksanaan siklus I dan siklus II. Kemudian dilanjutkan dengan penulisan laporan hasil penelitian. Tabel 2 Jadwal Kegiatan September Oktober November Desember Januari No Kegiatan Penyusunan Proposal 2 Seminar Proposal 3 Pelaksanaan Penelitian 4 Analisis Data 5 Penyusunan Draf Laporan 6 Seminar Hasil PTK 7 Perbaikan Laporan 8 Pengesahan Laporan 9 Pemublikasian Laporan 39

53 C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII 3 MTs. Masdarul Ulum terletak di Desa Teluk Kecapi Kecamatan Pemulutan Kabupaten, Ogan Ilir. D. Prosedur Penelitian Menurut Jean Mc Niff dikutip Yoni (2012:7), Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri. Hasilnya bisa bermanfaat untuk pengembangan kurikulum, sekolah, dan keahlian mengajar. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam bentuk siklus berulangulang, empat bagian utama yang ada dalam setiap siklus adalah sebagai berikut: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan McTaggart dikarenakan model tersebut pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi digunakan untuk merencanakan siklus berikutnya untuk memecahkan masalah. Keunggulan model ini sangat dimengerti untuk melaksanakan suatu tindakan memecahkan permasalahan. Proses siklus kegiatan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. 40

54 Siklus Siklus II Siklus N (Aqib, 2014:31) Gambar 5 Siklus Tindakan Kelas 1. Perencanaan Tindakan Kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan ini adalah sebagai berikut. a. Guru menelaah kurikulum dan buku bahasa Indonesia yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan serta beberapa buku penunjang yang mendukung pelaksanaan KTSP. 41

55 b Guru menyiapkan administrasi pembelajaran yang mencakup RPP yang di dalamnya terdapat penyesuaian garis-garis pokok dan silabus termasuk sistem penilaian. c. Guru menyiapkan alat-alat tes, seperti soal yang akan diberikan kepada siswa. d. Guru menyiapkan alat bantu pembelajaran, seperti white board, spidol, penghapus. 2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan tahap ini adalah pengimplementasian semua rencana yang telah disusun dan berlangsung pada saat jam pelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Guru menjelaskan konsep membaca memindai b. Siswa membagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang menjadi partner. c. Guru membagikan soal kepada si partner. d. Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon. e. Bertukar peran. Si pelatih menjadi partner dan si partner menjadi pelatih. f. Guru membagikan soal kepada si partner. g. Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon. h. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain. 42

56 i. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal dan mengecek jawabannya. j. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah. 3. Tahapan Pengamatan Pada tahap pengamatan, kolaborator memiliki peran yang sangat penting karena bertindak sebagai pengamat dalam proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Pengamatan ini dilakukan dengan: a. mengacu pada lembar pengamatan yang telah dibuat. b. didokumentasikan setiap detil kejadian dalam proses pelaksanaan tindakan. c. untuk memperoleh gambaran secara objektif, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauh mana efek tindakan yang telah diberikan kepada subjek penelitian. 4. Tahap Evaluasi-Refleksi Tahap refleksi merupakan tahapan ketika peneliti dan kolaborator bersamasama berdiskusi dan melakukan evaluasi berdasarkan hasil tindakan serta pengamatan yang telah dilakukan. Hal yang direfleksi adalah hasil belajar siswa setelah menyelesaikan soal-soal yang diberikan dalam bentuk tes tertulis. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan pengolahan data dan menarik kesimpulan tentang pencapaian target penelitian berdasarkan proses pembelajaran yang telah terjadi. 43

57 E. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik. Menurut Arifin (2009:44), Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode dan teknik tertentu. 1. Observasi Menurut Nurgiyantoro (2011:93), Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana. Objek yang dimaksud dapat berupa orang, kegiatan, keadaan, benda dan sebagainya. Observasi sebagai teknik pengumpulan data banyak digunakan untuk mengamati tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi dengan tujuan untuk mengamati pelaksanaan pengajaran membaca memindai melalui model pembelajaran pair check, respon siswa, hasil belajar siswa dan untuk mengetahui kreativitas siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dalam observasi, yang diamati ada lima deskripsi yang meliputi: a. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran b. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran c. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru d. Respons atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran e. Komentar siswa selama pembelajaran berlangsung 2. Tes Djojosuroto (2014:59) mengatakan bahwa tes merupakan alat ukur yang penting dalam pendidikan dan nilai yang diperoleh dari tes yang baik dapat dijadikan petunjuk mengenai taraf kemampuan yang diukur. Menurut Gronlund (dikutip Nurgiyantoro, 2011:7), Tes adalah sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis 44

58 untuk mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab pertanyaan seberapa baik kinerja seseorang yang jawabnya berupa angka. Tes juga dapat diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Suatu tes yang baik memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan itu adalah keterandalan (reliabilitas), kesahihan (validitas), dan objektivitas. Selain itu, suatu tes harus dapat dilaksanakan (Djojosuroto, 2014:59). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dalam upaya mengetahui hasil belajar siswa. Alat yang digunakan adalah alat perangkat soal, misalnya tes pertama yaitu tes yang dilakukan pada akhir tindakan siklus pertama dalam bentuk soal esai yang diambil sebagai data T1. F. Teknik Analisis Data 1. Observasi Observasi digunakan untuk mengetahui perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran dan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Observasi ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati dalam observasi siswa meliputi perilaku yang ditunjukkan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data selengkap mungkin untuk mengetahui perilaku yang ditunjukkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini terdiri atas enam deskripsi yang diamati, yaitu: a. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran b. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran c. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 45

59 d. Respons atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran e. Komentar siswa selama pembelajaran berlangsung. Tabel 3 Penilaian Terhadap Lima Deskripsi Nilai Deskripsi Tampak 5 deskripsi Tampak 4 deskripsi Tampak 3 deskripsi Tampak 2 deskripsi Tampak 1 deskripsi Dari tabel di atas, dapat dimaknai bahwa siswa diberi nilai sesuai dengan deskripsi yang ada atau yang diamati selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penilaian terhadap keaktifan siswa selama proses pembelajaran dikonversi dalam tabel berikut. Sementara observasi guru meliputi 20 perilaku penilaian. Kedua puluh sikap dan tindakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran meliputi hal-hal yang tergambar dalam tabel berikut. 46

60 Tabel 4 Observasi Guru. NO ASPEK YANG DIAMATI 1 Guru membuka pelajaran dengan ramah, menyapa, memeriksa kehadiran siswa apersepsi. 2 Guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai materi pembelajaran membaca memindai 3 Guru menguasai materi pembelajaran membaca memindai dengan baik 4 Guru membimbing siswa dalam proses pair check 5 Guru membimbing siswa untuk membentuk pasangan 6 Guru berkeliling dan mengontrol pasangan agar diskusi berjalan dengan efektif 7 Guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi dengan pasangannya 8 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan pembelajaran membaca memindai 9 Guru memberikan pengarahan proses pair check 10 Guru membantu siswa berbagi dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pair check 11 Guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa selama proses pembelajaran 12 Guru menghidupkan komunikasi interaktif 13 Guru menumbuhkan partisipasi siswa aktif dalam belajar 14 Guru merespon positif partisipasi siswa 15 Guru mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah 16 Guru memancing siswa lain untuk merespon pertanyaan/ jawaban teman 17 Guru memberikan tugas sesuai dengan materi yang diberikan 18 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya 19 Guru memperhatikan siswa selama proses pembelajaran KRITERIA

61 berlangsung dan membantu mengarahkan siswa yang menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas membaca memindai 20 Guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan. Keterangan: 5 = sangat baik 4 = baik 3 = sedang 2 = rendah 1 = sangat rendah Tabel 5 Penilaian Kegiatan Siswa Selama PBM Rentang Nilai 4,20 5,00 3,40 4,19 2,60 3,39 1,80 2,59 1,00 1,79 Kategori Keaktifan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mencapai rentang nilai 4,20 5,00 tergolong mempunyai keaktifan yang sangat tinggi. Sebaliknya, siswa yang hanya mencapai rentang nilai 1,00 1,79 tergolong tidak mempunyai keaktifan dalam PBM. 48

62 2. Tes Teknik analisis data tes digunakan untuk menganalisis hasil tes subjektif siswa yang dilakukan pada setiap siklus. Jumlah siswa yang tuntas dibagi jumlah seluruh siswa pada setiap akhir siklus. Penghitungan ketuntasan belajar ini dihitung menggunakan rumus: PK= x 100 keterangan: PK = Persentase ketuntasan ST= Siswa Tuntas R = Jumlah responden Penelitian ini dianggap berhasil apabila keterampilan membaca memindai siswa mengalami peningkatan. Jika siswa yang mendapat nilai lebih atau sama dengan 65 minimal 85%, maka proses belajar mengajar dinyatakan tuntas. Untuk mengetahui parameter yang penulis tetapkan, perhatikanlah tabel di bawah ini! Tabel 6 Indikator Penelitian No Hasil yang Dicapai Siswa Kategori 1 < 65 Kurang Cukup Baik 4 >85 Sangat baik Langkah selanjutnya adalah melihat hasil belajar siswa yang merupakan nilai rata-rata dari tes dengan menggunakan rumus: 49

63 X = (Nurgiyantoro, 2011:219) Keterangan: X = nilai rata-rata x = jumlah nilai yang diperoleh N = jumlah siswa Nilai keterampilan membaca memindai siswa diperoleh dari nilai total keseluruhan aspek. Hasilnya dikonsultasikan dengan parameter penelitian untuk menentukan kategori yang diperoleh siswa. Tabel 7 Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa No Kode Responden Aspek Penilaian R1 2 R2... NRt K Keterangan: = Kemampuan menuliskan informasi secara cepat dan tepat R NRt K = Kode Responden = Nilai akhir siswa = Kategori 50

64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Siklus I Hasil penelitian yang akan diuraikan meliputi observasi dan hasil tes. Hasil penelitian ini diperoleh dari dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Siklus pertama penelitian ini dilakukan pada hari Senin, 25 Januari Tindakan yang dilakukan pada siklus pertama adalah melaksanakan pembelajaran memindai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check. Mengenai pembahasan lebih rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, meliputi pengamatan pelaksanaan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe pair check dan pelaksanaan observasi guru dan observasi keaktifan belajar siswa yang dilaksanakan dalam dua siklus, dipaparkan peneliti sebagai berikut. 1. Perencanaan Tindakan Dalam tahap perencanaan tindakan, peneliti menyusun rancangan tindakan yang akan diberikan sebagai berikut. a. Guru menelaah kurikulum dan buku bahasa Indonesia yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan serta beberapa buku penunjang yang mendukung pelaksanaan KTSP. b. Guru menyiapkan administrasi pembelajaran yang mencakup RPP yang di dalamnya terdapat penyesuaian garis-garis pokok dan silabus termasuk sistem penilaian. c. Guru menyiapkan alat-alat tes, seperti soal yang akan diberikan kepada siswa. d. Guru menyiapkan alat bantu pembelajaran, seperti white board, spidol, penghapus. 51

65 2. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti dibantu oleh guru kolaborator. Peneliti dan guru berkolaborasi dalam kegiatan belajar mengajar. Pada saat tindakan berlangsung kolaborator melakukan observasi menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Kolaborator mengamati guru dan keaktifan siswa tanpa mengganggu kegiatan siswa, mencatat data-data, atau temuan-temuan yang ada, memberikan catatan-catatan apa saja yang terjadi dalam penelitian tersebut. Tahapan-tahapan dari pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check, yaitu sebagai berikut. a. Guru menjelaskan konsep membaca memindai. b. Siswa membentuk beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi siswa pelatih dan ada yang menjadi siswa partner. c. Siswa partner mendapatkan soal dari guru. d. Siswa partner menjawab soal, dan siswa pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar siswa pelatih memberi kupon. e. Bertukar peran. Siswa pelatih menjadi siswa partner dan siswa partner menjadi siswa pelatih. f. Siswa partner mendapat soal dari guru. g. Siswa partner menjawab soal, dan siswa pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar siswa pelatih memberi kupon. h. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain. i. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal dan mengecek jawabannya. 52

66 j. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah. k. Guru memberikan evaluasi kepada semua kelompok pasangan tersebut dengan memberikan post test. Tes akhir siklus diberikan pada akhir pembelajaran setiap siklus. Tes akhir siklus ini diberikan dengan tujuan agar pada saat pembelajaran berlangsung siswa benarbenar berusaha memahami materi yang diberikan sehingga dapat mengerjakan soal tes akhir dengan baik. Tes akhir ini untuk mengukur kemampuan dan keterampilan siswa setelah diberikan pembelajaran dan dilaksanakan secara individu. Pada pelaksanaan tes akhir siklus I ini siswa terlihat tegang dan kurang fokus karena menghadapi tes individu. Peneliti memberikan penjelasan bahwa tujuan tes akhir ini adalah untuk mengukur kemampuan dan keterampilan siswa setelah pembelajaran selesai diberikan, sehingga dapat diketahui siswa yang bersungguhsungguh memerhatikan materi atau tidak. 3. Observasi Hasil observasi guru dan siswa pada siklus I dilaksanakan selama pembelajaran membaca memindai dengan model pembelajaran tipe pair check pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir berlangsung. Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan mengetahui perilaku guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi pada penelitian ini dilakukan oleh kolaborator. Dalam kegiatan pengamatan pada penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi guru dan siswa sebagai instrumen dalam penelitian. Berikut sajian data hasil dari pengamatan dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa yang telah peneliti persiapkan. a. Data Hasil Observasi guru dan Siswa 53

67 1) Hasil Observasi Guru Observasi dilakukan guru kolaborator selama pelaksanaan siklus I. Hasil pengamatan guru kolaborator disajikan lembar observasi berikut ini. LEMBAR OBSERVASI GURU Nama Guru Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/Semester Siklus : Nurjanah : Bahasa Indonesia : Membaca Memindai : VIII/2 : I (Pertama) Berilah tanda cek list ( ) pada kolom yang sudah disediakan! KRITERIA NO ASPEK YANG DIAMATI Guru membuka pelajaran dengan ramah, menyapa, memeriksa kehadiran siswa apersepsi. 2 Guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai materi pembelajaran membaca memindai 3 Guru menguasai materi pembelajaran membaca memindai dengan baik 4 Guru membimbing siswa dalam proses pair check 5 Guru membimbing siswa untuk membentuk pasangan 6 Guru berkeliling dan mengontrol pasangan agar diskusi berjalan dengan efektif 7 Guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi dengan pasangannya 8 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan pembelajaran membaca memindai 9 Guru memberikan pengarahan proses pair check 10 Guru membantu siswa berbagi dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pair check 11 Guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa selama proses pembelajaran 12 Guru menghidupkan komunikasi interaktif 54

68 13 Guru menumbuhkan partisipasi siswa aktif dalam belajar 14 Guru merespons positif partisipasi siswa 15 Guru mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah 16 Guru memancing siswa lain untuk merespon pertanyaan/ jawaban teman 17 Guru memberikan tugas sesuai dengan materi yang diberikan 18 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya 19 Guru memperhatikan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan membantu mengarahkan siswa yang menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas membaca memindai 20 Guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan. Hasil observasi guru kolaborator dengan melakukan pengamatan selama tindakan siklus I dilaksanakan, ditampilkan dalam tabel dan grafik berikut ini Tabel 8 Hasil Observasi Guru NO ASPEK YANG DIAMATI Skor 1 Guru membuka pelajaran dengan ramah, menyapa, memeriksa kehadiran siswa apersepsi. 5 2 Guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai materi pembelajaran membaca memindai 4 3 Guru menguasai materi pembelajaran membaca memindai dengan baik 4 4 Guru membimbing siswa dalam proses pair check 4 5 Guru membimbing siswa untuk membentuk pasangan 4 6 Guru berkeliling dan mengontrol pasangan agar diskusi berjalan dengan efektif 3 7 Guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi dengan 55

69 pasangannya 4 8 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan pembelajaran membaca memindai 4 9 Guru memberikan pengarahan proses pair check 4 10 Guru membantu siswa berbagi dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pair check 4 11 Guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa selama proses pembelajaran 5 12 Guru menghidupkan komunikasi interaktif 2 13 Guru menumbuhkan partisipasi siswa aktif dalam belajar 4 14 Guru merespons positif partisipasi siswa 4 15 Guru mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah 3 16 Guru memancing siswa lain untuk merespon pertanyaan/ jawaban teman 3 17 Guru memberikan tugas sesuai dengan materi yang diberikan 4 18 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya 3 19 Guru memperhatikan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan membantu mengarahkan siswa yang 4 menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas membaca memindai 20 Guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan. 5 Keterangan: 5 = sangat baik 4 = baik 3 = sedang 2 = rendah 1 = sangat rendah 56

70 Data observasi guru kolaborator pada siklus I dipaparkan juga dalam grafik berikut untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas.. Siklus I 6 s K O R sangat baik Baik Cukup Rendah Sangat rendah Grafik 1 Observasi Guru Pada Siklus I Berdasarkan data hasil observasi guru di atas, dapat diketahui bahwa ada tiga item sikap dan cara guru menyampaikan pelajaran yang dinilai sangat baik. Yakni, guru membuka pelajaran dengan ramah, menyapa, memeriksa kehadiran siswa apersepsi; guru menguasai materi pembelajaran membaca memindai dengan baik; guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa selama proses pembelajaran; dan guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan. Lalu, ada ada dua belas item yang dinilai baik. Meliputi: guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai materi pembelajaran membaca memindai; Guru menguasai materi pembelajaran membaca memindai dengan baik; guru membimbing 57

71 siswa untuk melakukan diskusi dengan pasangannya; Guru membimbing siswa untuk membentuk pasangan; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan pembelajaran membaca memindai; guru membantu siswa berbagi dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pair check; guru menumbuhkan partisipasi siswa aktif dalam belajar; guru merespon positif partisipasi siswadan guru memperhatikan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan membantu mengarahkan siswa yang menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas membaca memindai. Selain itu, ada empat iitem yang dinilai cukup. Yakni, guru mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah; guru memancing siswa lain untuk merespons pertanyaan/jawaban teman; guru berkeliling dan mengontrol pasangan agar diskusi berjalan dengan efektif; dan guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. Terakhir, ada satu item yang dinilai kurang oleh kolaborator. Yakni, guru menghidupkan komunikasi interaktif. Dari hasil pengamatan di atas, item yang dinilai baik dianggap sudah memadai. Namun butuh perhatian dan diupayakan dapat ditingkatkan pada siklus kedua. Sehingga diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Dan yang sangat perlu mendapat perhatian dan ditingkatkan adalah item yang dinilai cukup. Dalam siklus berikutnya, diharapkan bisa ditingkatkan dan diupayakan dioptimalkan. Guru diharapkan bisa meningkatkan kontrol kepada semua siswa dan semua kelompok yang terbentuk sehingga suasana diskusi bisa lebih hidup. Begitu juga komunikasi interaktif dapat lebih dibangun sehingga komunikasi tidak hanya antara siswa dan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa. 58

72 Oleh sebab itu, kekurangan ataupun persoalan dan kendala yang dihadapi bisa diketahui dan bisa diminimalisasi. 2) Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Aspek yang diamati dalam observasi siswa meliputi perilaku yang ditunjukkan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data selengkap mungkin untuk mengetahui perilaku yang ditunjukkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek yang menjadi sasaran dalam kegiatan observasi adalah sebagai berikut. a. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. b. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. c. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru. d. Respons atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. e. Komentar siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam siklus I ini seluruh perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dideskripsikan melalui observasi. Selama proses pembelajaran berlangsung, tidak semua siswa mengikutinya dengan baik. Ada beberapa siswa yang berbicara atau mengobrol sendiri dengan siswa lain sehingga membuat suasana kelas menjadi ramai dan mengganggu siswa yang sedang memperhatikan penjelasan dari guru. 59

73 Tabel 9 Aktivitas Siswa Membaca Memindai Siklus I Nama Kelompok Ket No Deskripsi P Q Y R F W Re A 1 Keaktifan siswa dalam ,38 kegiatan pembelajaran 2 Antusias siswa dalam ,5 mengikuti pembelajaran 3 Perhatian siswa ,0 terhadap penjelasan guru 4 Respons atau sikap ,0 siswa selama mengikuti pembelajaran 5 Komentar siswa selama ,5 pembelajaran berlangsung jumlah Rata-rata 3,4 3,2 3,2 3,0 3,0 3,0 3,2 3,2 3,15 Keterangan: Sangat tinggi = 4,20 5,00 Tinggi = 3,40 4,19 Cukup = 2,60 3,39 Rendah = 1,80 2,59 Sangat rendah = 1,00 1,79 Data observasi siswa juga dipaparkan dalam grafik berikut ini supaya mendapat gambaran lebih jelas. 60

74 Skor. 3,5 3 3,38 3, ,20-5,00 sangat tinggi 3,40-4,19 tinggi 2,60-3,39 cukup 1,80-2,59 rendah 2,5 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Siklus I Keaktifan Antusias Perhatian Aktivitas Respon Komentar Rerata= 3,15 Grafik 2 Data Observasi Siswa Pada Siklus I Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran masih dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan karena mereka kelihatan malu dan ragu-ragu atas pertanyaan yang ingin mereka sampaikan kepada guru, takut jika pertanyaan yang akan dikemukakan salah, atau malah mereka bingung apa yang harus ditanyakan. Namun juga ada kemungkinan bahwa siswa yang tidak bertanya dikarenakan sudah paham dengan materi yang disampaikan guru. Hal tersebut diketahui pada saat guru bertanya kepada siswa Apakah kalian sudah paham dengan penjelasan yang ibu berikan? dan mereka semua menjawab sudah sangat paham! Antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran termasuk ke dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan antusias yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran membaca memindai. Hal ini ditunjukkan kesiapan siswa sebelum kegiatan pembelajaran membaca memindai dimulai, siswa mempersiapkan buku mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan tertib. Sebagian siswa masih kelihatan malu dan 61

75 ragu saat bertanya kepada guru mengenai materi pembelajaran, dan saat praktik membaca memindai beberapa siswa kelihatan bermalas-malasan. Hal ini disebabkan siswa merasa kesulitan menemukan informasi khusus dengan cepat dan tepat dari wacana yang diberikan. Perhatian siswa terhadap penjelasan yang diberikan guru cukup baik. Siswa yang memperhatikan penjelasan dari guru ini sering menanggapi dan memperhatikan penjelasan dari guru serta menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Sedangkan untuk siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru perilakunya bermacammacam seperti ada yang asyik berbicara dengan teman sebangkunya, menanyakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi, melamun, mengganggu teman yang lain, asyik memainkan alat tulis. Respons siswa selama mengikuti pembelajaran pun cukup baik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan secara keseluruhan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup baik, walaupun ada beberapa siswa yang kurang merespons pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Respons atau sikap siswa yang kurang baik pada saat mengikuti pembelajaran antara lain, pada saat membaca memindai ada siswa yang senang mondar-mandir atau berjalan dari bangku satu ke bangku lain, melemparkan alat tulis, bersikap pasif saat diberi pertanyaan, dan lain-lain. Berdasarkan hasil pengamatan yang kolaborator lakukan, komentar yang diberikan siswa selama pembelajaran membaca memindai berlangsung secara umum masih rendah. Dari komentar yang baik, siswa mengungkapkan bahwa untuk pembelajaran membaca memindai sebaiknya ditambah alokasi waktunya, memberikan contoh memindai kamus, memberikan kebebasan untuk mencari informasi yang 62

76 diinginkan, dan lain-lain. Siswa yang berkomentar kurang baik mengungkapkan bahwa mereka merasa malas dan capek saat mengikuti pembelajaran. b. Hasil Tes Tabel 10 Hasil Belajar Siswa Membaca Memindai Siklus I No Nama Siswa Aspek Penilaian Nilai Kategori AR Kurang 2 AS Kurang 3 Am Kurang 4 AN Cukup 5 Am Kurang 6 BPS Kurang 7 Dav Cukup 8 Er Kurang 9 HF Cukup 10 Il Cukup 11 Im Kurang 12 KF Kurang 13 LZ Cukup 14 Mau Kurang 15 Nur Cukup 16 NQ Cukup 17 PSH Sangat baik 18 Pa Kurang 19 Qib Cukup 20 Ra Kurang 21 RR Baik 22 RF Cukup 23 RAF Cukup 24 Rus Baik 25 SW Kurang 26 Ta Kurang 27 Tan Cukup 28 Tas Kurang 29 Wah Kurang 30 WPi Cukup 31 War Sangat baik 32 Ye cukup 63

77 berikut ini. Sebaran nilai tes yang diperoleh siswa pada siklus I dapat dilihat pada Grafik 3 N i l a i Siswa Grafik 3 Sebaran Nilai Tes Siklus Pertama Penjelasan data tes siklus pertama (T1) tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 11 Hasil Tes Yang Dicapai Siswa No Nilai Siswa Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) Kategori 1 > ,25 Sangat baik ,25 Baik ,63 Cukup 4 < Kurang Rerata X= = 57,09 Kurang Jumlah Rata-rata nilai yang dicapai siswa setelah dilaksanakan tes siklus I adalah sebagai berikut. 64

78 X = 1827 = = 57,09 Ketuntasan belajar dihitung dengan rumus: Banyak siswa yang tuntas PK = x 100 Jumlah siswa ini. 17 = x = 53,13 Sebaran nilai tes pada siklus I untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut Nilai Tes Siklus I. Kurang; 15,625 Cukup; 43,75 Sangat Baik; 34,38 Baik; 6,25 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Grafik 4 Sebaran Nilai Tes Siklus I 65

79 Persentase Data pada Tabel 5 dan Grafik 2 menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai >85 dengan kategori sangat baik ada 2 siswa atau 6,25%. Siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik sebanyak 2 siswa atau 6,25% dan siswa yang mendapat nilai dengan kategori cukup sebanyak 13 siswa atau 40,63%. Akhirnya siswa yang mendapat nilai kurang ada 15 siswa atau 46,88%. Perolehan nilai membaca memindai pada siklus 1 masih dalam kategori kurang dengan rata-rata nilai mencapai 57,09. Lebih jelasnya persentase sebaran perolehan nilai hasil tes belajar pada siklus I dapat dilihat pada Grafik 5 berikut ini. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%. 46,87 40,53 6,25 6,25 Persentase Kurang 46,87 Cukup 40,53 Baik 6,25 Sangat Baik 6,25 Grafik 5 Persentase Nilai Siklus I Untuk ketuntasan belajar berdasarkan tes yang dilaksanakan pada siklus ini digambarkan pada Grafik 6 berikut ini. 66

80 Persentase Jumlah Siswa. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 46,87 53,13 Persentase Tidak Tuntas 46,87 Tuntas 53, Frekuensi Tidak Tuntas 15 Tuntas 17 Grafik 6 Persentase dan Frekuensi Ketuntasan Siklus I Perhitungan di atas menunjukkan bahwa ada 17 orang siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 53,13%. Ini berarti secara klasikal, kelas tersebut masih belum dapat dikatakan mencapai taraf ketuntasan belajar dan rata-rata hasil belajar siklus I adalah 57, Refleksi Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembar observasi guru dan observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil tes. Data-data hasil penelitian terhadap proses pembelajaran ini dilaksanakan oleh peneliti dan siswa di dalam kelas tersebut, kemudian direfleksi oleh peneliti. Tujuan refleksi ini tindakan penelitian yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil evaluasi ini kemudian digunakan sebagai acuan perbaikan dalam penyusunan rencana tindakan pada siklus selanjutnya. Evaluasi yang dilakukan peneliti di akhir siklus ini didasarkan pada hasil diskusi peneliti bersama kolaborator tentang hal-hal yang diperoleh setelah diberikan tindakan pada saat pembelajaran, hal-hal yang didiskusikan mengenai hambatan-hambatan 67

81 serta masalah yang muncul setelah pelaksanaan tindakan. Setelah memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian mencari solusi untuk masalah yang berhasil diidentifikasi. Masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi saat pemberian tindakan pada proses pembelajaran antara lain: 1) Guru hendaknya berkeliling dan mengontrol pasangan agar diskusi berjalan dengan efektif dan dapat menghidupkan komunikasi interaktif. Guru hendaknya mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah dan memancing siswa lain untuk merespon pertanyaan/ jawaban teman. Selain tiu, guru sebaiknya memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. 2) Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran masih dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan karena mereka kelihatan malu dan ragu-ragu atas pertanyaan yang ingin mereka sampaikan kepada guru, takut jika pertanyaan yang akan dikemukakan salah, atau malah mereka bingung apa yang harus ditanyakan. 3) Beberapa siswa masih terlihat kurang antusias dan bermalas-malasan dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa merasa kesulitan dalam menemukan informasi khusus dengan cepat dan tepat dari wacana yang diberikan. 4) Beberapa siswa masih terlihat kurang memperhatikan penjelasan guru perilakunya bermacam-macam seperti ada yang asyik berbicara dengan teman sebangkunya, menanyakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi, melamun, mengganggu teman yang lain, asyik memainkan alat tulis, dan lain- lain. 5) Beberapa siswa terlihat kurang siap dan tegang saat pelaksanaan tes akhir siklus yang bersifat induvidual. 68

82 Dari hasil diskusi yang dilakukan peneliti dan kolaborator diperoleh kesimpulan bahwa perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran pada siklus selanjutnya (siklus II), yaitu: 1) Peneliti diharapkan bisa meningkatkan kontrol kepada semua siswa dan semua kelompok yang terbentuk sehingga suasana diskusi bisa lebih hidup. Begitu juga komunikasi interaktif dapat lebih dibangun dan komunikasi tidak hanya antara siswa dan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa sehingga kekurangan ataupun permasalahan dan kendala yang dihadapi bisa diketahui dan bisa diminimalisasi. Guru diharapkan dapat mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah dan memancing siswa lain untuk merespon pertanyaan/ jawaban teman. Selain tiu, guru sebaiknya memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. 2) Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar jangan merasa malu-malu, raguragu, atau takut salah dalam menyampaikan pertanyaan. Semua itu merupakan proses pembelajaran untuk menjadi yang lebih baik. 3) Peneliti mengarahkan siswa agar antusias dan berkonsentrasi serta tidak malas atau mengobrol dengan teman sebangkunya dalam pembelajaran sehingga materi yang disampaikan guru dapat dipahami siswa. 4) Peneliti mengarahkan siswa agar pada siklus berikutnya lebih berkonsentasi dan menyimak semua arahan dari guru agar proses pembelajaran berjalan efektif dan siswa dapat menguasai materi dengan lebih baik. 69

83 B. Hasil Penelitian Siklus II Hasil penelitian yang akan diuraikan meliputi hasl observasi dan hasil tes. Hasil penelitian ini diperoleh dari dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Siklus kedua penelitian ini dilakukan pada hari senin, 2 Februari Tindakan yang dilakukan pada siklus kedua adalah melaksanakan pembelajaran memindai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check. Mengenai pembahasan lebih rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, meliputi pengamatan pelaksanaan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe pair check dan pelaksanaan observasi guru dan observasi keaktifan belajar siswa yang dilaksanakan dalam dua siklus, dipaparkan peneliti sebagai berikut. 1. Perencanaan Tindakan Dalam tahap perencanaan tindakan siklus kedua ini, peneliti menyusun rancangan tindakan yang akan diberikan sebagai berikut. a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan sesuai dengan model yang digunakan. b. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi guru dan keaktifan siswa. c. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam setiap pembelajaran, yaitu buku paket dan alat peraga. d. Mempersiapkan soal-soal latihan dan soal tes untuk tes akhir siklus. e. Mempersiapkan hadiah sebagai bentuk penghargaan untuk diberikan pada pasangan yang memenuhi kriteria pada siklus I dan siklus II. Perencanaan tindakan yang disusun pada siklus II ini mengacu pada perbaikanperbaikan masalah yang terdapat pada refleksi. Peneliti dan kolaborator melakukan beberapa perubahan-perubahan positif, yaitu: 70

84 1) Peneliti diharapkan bisa meningkatkan kontrol kepada semua siswa dan semua kelompok yang terbentuk sehingga suasana diskusi bisa lebih hidup. Begitu juga komunikasi interaktif dapat lebih dibangun dan komunikasi tidak hanya antara siswa dan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa sehingga kekurangan ataupun permasalahan dan kendala yang dihadapi bisa diketahui dan bisa diminimalisasi. 2) Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar jangan merasa malu-malu, raguragu, atau takut salah dalam menyampaikan pertanyaan. Semua itu merupakan proses pembelajaran untuk menjadi yang lebih baik. 3) Peneliti mengarahkan siswa agar antusias dan berkonsentrasi serta tidak malas atau mengobrol dengan teman sebangkunya dalam pembelajaran sehingga materi yang disampaikan guru dapat dipahami siswa. 4) Peneliti mengarahkan siswa agar pada siklus berikutnya lebih berkonsentasi dan menyimak semua arahan dari guru agar proses pembelajaran berjalan efektif dan siswa dapat menguasai materi dengan lebih baik. Dengan melakukan beberapa perubahan yang didasarkan pada masalah dan hambatan yang timbul pada siklus I, diharapkan perbaikan tindakan yang diberikan pada pembelajaran siklus II ini akan berjalan optimal sehingga akan tampak terjadi peningkatan aspek pengamatan dibandingkan hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus II. 2. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II peneliti masih bersama guru sebagai kolaborator. Tahap-tahap pembelajaran pada siklus II ini hampir sama dengan tahapan pada siklus I. Pada siklus II ini kelompok-kelompok masih sama seperti pada siklus I. 71

85 Deskripsi dari pelaksanaan pembelajaran membaca memindai menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check tersebut sebagai berikut. a. Presentasi guru Pada apersepsi di siklus II ini, peneliti sedikit mengulang pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada siklus I. Peneliti menegaskan kepada siswa dalam membaca memindai harus lebih fokus dan berkonsentrasi serta meninggalkan kebiasaan yang kurang efisien dalam membaca memindai sehingga lebih jelas lagi dalam memahami materi yang diberikan. Guru mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah dan memancing siswa lain untuk merespons pertanyaan/ jawaban teman. Selain tiu, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. b. Siswa membentuk tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap tim pasangan ada yang menjadi siswa pelatih dan ada yang menjadi siswa partner. Dalam kegiatan ini, peneliti meningkatkan kontrol kepada semua kelompok pasangan sehingga suasana pembelajaran bisa lebih hidup dan komunikasi interaktif dapat lebih dibangun. c. Siswa partner mendapatkan soal dari guru. d. Siswa partner menjawab soal, dan siswa pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar siswa pelatih memberi kupon. e. Bertukar peran. Siswa pelatih menjadi siswa partner dan siswa partner menjadi siswa pelatih. f. Siswa partner mendapat soal dari guru. g. Siswa partner menjawab soal, dan siswa pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar siswa pelatih memberi kupon. h. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu 72

86 sama lain. i. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal dan mengecek jawabannya. j. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah. k. Guru memberikan evaluasi kepada semua kelompok pasangan tersebut dengan memberikan post test (pelaksanaan tes akhir siklus). Seperti pada siklus I, tindakan yang diberikan adalah tes akhir siklus. Sebelum melaksanakan tes akhir siklus, siswa diberi pengarahan agar bersikap tenang dan tidak tegang serta berkonsentrasi untuk menjawab setiap soal. Tes akhir siklus diberikan dengan tujuan mengukur pemahaman dan kemampuan siswa dalam menghadapi masalah setelah diberikan materi pembelajaran. Setelah diberi pengarahan, siswa bekerja secara individu dan mereka sudah tidak lagi tegang dan bingung. Pada pertemuan siklus II ini, siswa tampak lebih perhatian dan antusias dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh peneliti. Siswa sudah terlihat lebih siap dan tidak mengalami kesulitan. 3. Observasi Sama seperti pada siklus I, Hasil observasi guru dan siswa pada siklus II dilaksanakan selama pembelajaran membaca memindai dengan model pembelajaran tipe pair check pada siswa kelas VIII MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir berlangsung. Observasi pada penelitian ini dilakukan oleh kolaborator. Dalam kegiatan pengamatan pada penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi guru dan siswa sebagai instrumen dalam penelitian. Berikut sajian data hasil dari pengamatan dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa yang telah peneliti persiapkan. a. Data Hasil Observasi Guru 73

87 Observasi juga dilakukan guru kolaborator selama pelaksanaan siklus I. Hasil pengamatan guru kolaborator disajikan lembar observasi berikut ini. Nama Guru Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/Semester Siklus LEMBAR OBSERVASI GURU : Nurjanah : Bahasa Indonesia : Membaca Memindai : VIII/2 : II (Kedua) Berilah tanda cek list ( ) pada kolom yang sudah disediakan! KRITERIA NO ASPEK YANG DIAMATI Guru membuka pelajaran dengan ramah, menyapa, memeriksa kehadiran siswa apersepsi. 2 Guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai materi pembelajaran membaca memindai 3 Guru menguasai materi pembelajaran membaca memindai dengan baik 4 Guru membimbing siswa dalam proses pair check 5 Guru membimbing siswa untuk membentuk pasangan 6 Guru berkeliling dan mengontrol pasangan agar diskusi berjalan dengan efektif 7 Guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi dengan pasangannya 8 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan pembelajaran membaca memindai 9 Guru memberikan pengarahan proses pair check 10 Guru membantu siswa berbagi dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pair check 11 Guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa selama proses pembelajaran 12 Guru menghidupkan komunikasi interaktif 13 Guru menumbuhkan partisipasi siswa aktif dalam belajar 74

88 14 Guru merespon positif partisipasi siswa 15 Guru mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah 16 Guru memancing siswa lain untuk merespon pertanyaan/ jawaban teman 17 Guru memberikan tugas sesuai dengan materi yang diberikan 18 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya 19 Guru memperhatikan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan membantu mengarahkan siswa yang menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas membaca memindai 20 Guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan. Hasil observasi guru kolaborator dengan melakukan pengamatan selama tindakan siklus I dilaksanakan, ditampilkan dalam tabel dan grafik berikut ini Tabel 12 Hasil Observasi Guru Siklus II NO ASPEK YANG DIAMATI KRITERIA 1 Guru membuka pelajaran dengan ramah, menyapa, 5 memeriksa kehadiran siswa apersepsi. 2 Guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai 5 materi pembelajaran membaca memindai 3 Guru menguasai materi pembelajaran membaca memindai 5 dengan baik 4 Guru membimbing siswa dalam proses pair check 5 75

89 5 Guru membimbing siswa untuk membentuk pasangan 5 6 Guru berkeliling dan mengontrol pasangan agar diskusi 5 berjalan dengan efektif 7 Guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi dengan 5 pasangannya 8 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 5 terkait dengan pembelajaran membaca memindai 9 Guru memberikan pengarahan proses pair check 5 10 Guru membantu siswa berbagi dan memotivasi siswa untuk 5 lebih aktif dalam kegiatan pair check 11 Guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa 5 selama proses pembelajaran 12 Guru menghidupkan komunikasi interaktif 4 13 Guru menumbuhkan partisipasi siswa aktif dalam belajar 5 14 Guru merespon positif partisipasi siswa 5 15 Guru mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif 5 pemecahan masalah 16 Guru memancing siswa lain untuk merespon pertanyaan/ 5 jawaban teman 17 Guru memberikan tugas sesuai dengan materi yang 5 diberikan 18 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya 5 19 Guru memperhatikan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan membantu mengarahkan siswa yang menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas membaca memindai 20 Guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan. 4 5 Untuk lebih jelasnya, hasil observasi guru juga ditampilkan dalam grafik berikut. 76

90 Siklus II Sangat Baik Baik Cukup Grafik 7 Observasi Guru pada Siklus II Berdasarkan pengamatan kolaborator dari sepuluh item yang dinilai baik pada siklus pertama, ternyata ada sembilan item yang mengalami peningkatan menjadi sangat baik: Yakni guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai materi pembelajaran membaca memindai; guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi dengan pasangannya; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan pembelajaran membaca memindai; guru membantu siswa berbagi dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pair check; guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa selama proses pembelajaran; guru menumbuhkan partisipasi siswa aktif dalam belajar; guru merespon positif partisipasi siswa; guru mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah; dan guru memancing siswa lain untuk merespon pertanyaan/jawaban teman. Hanya satu item yang tidak mengalami peningkatan, yakni guru memperhatikan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan membantu 77

91 mengarahkan siswa yang menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas membaca memindai. Perhatian sudah dilakukan guru dengan baik, tetapi karena terkendala jumlah siswa dan terbatasnya waktu, tidak semua siswa bisa diarahkan dan dibantu dalam mengatasi kesulitan dalam mengerjakan tugas membaca memidai. Lalu untuk dua item yang pada siklus pertama dinilai cukup, pada siklus kedua mengalami peningkatan. Walaupun tidak semuanya menjadi sangat baik. Pada item, guru berkeliling dan mengontrol pasangan agar diskusi berjalan dengan efektif, dinilai sangat baik. Artinya guru dapat meningkatkan kontrol dan berkeliling pada semua kelompok yang ada. Sehingga, masing-masing kelompok menunjukkan antusias dan kerjasama serta keaktifan yang sama. Hanya saja, pada item guru menghidupkan komunikasi interaktif, kolaborator hanya memberi nilai baik. Upaya yang dilakukan guru sepertinya sudah maksimal terkait membangun komunikasi interaktif. Terbukiti dari item-item yang terkait membangun komunikasi, kalau dalam siklus pertama dinilai baik, pada siklus kedua mengalami peningkatan menjadi sangat baik. Di antaranya pada item: guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi dengan pasangannya; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan pembelajaran membaca memindai; guru membantu siswa berbagi dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pair check; guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa selama proses pembelajaran; guru menumbuhkan partisipasi siswa aktif dalam belajar; guru merespon positif partisipasi siswa; guru mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah. Faktor terbatasnya waktu dan banyaknya siswa, yang barangkali tidakbisa membuat komunikasi interaktif bisa dinilai sangat baik. Namun upaya-upaya yang 78

92 dilakukan guru untuk menunjang komunikasi interaktif berjalan sangat baik, sudah maksimal. b. Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Dari hasil observasi pada siklus kedua dapat diketahui perubahan peningkatan tingkah laku siswa ke arah positif bila dibandingkan dengan tingkah laku siswa pada siklus pertama. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi setiap aspek yang telah diobservasi oleh kolaborator dan peneliti pada siklus kedua. Adapun aspek yang menjadi sasaran dalam kegiatan observasi siklus kedua adalah (1) Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran,(2) antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran,(3) perhatian siswa terhadap penjelasan guru,(4) Respon atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, dan (5) komentar siswa selama pembelajaran berlangsung. Tabel 13 Aktivitas Siswa Membaca Memindai Siklus II Nama Kelompok Ket No Deskripsi P Q Y R F W Re A 1 Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran 2 Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran 3 Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 4 Respons atau sikap siswa selama belajar 5 Komentar siswa selama pembelajaranberlangsung , , , , ,9 79

93 jumlah Rata-rata 4,2 4,0 4,0 3,6 4,4 4,4 3,8 4,2 4,1 Keterangan: Sangat baik = 4,20 5,00 Baik = 3,40 4,19 Cukup = 2,60 3,39 Rendah = 1,80 2,59 Sangat rendah = 1,00 1,79 Data observasi siswa juga dipaparkan dalam grafik berikut ini supaya mendapat gambaran lebih jelas. s k o r 4,3 4,2 4,1 4 3,9 3,8 3,7 3,6 3,5 4,13 4,3 3,8 4 4,20-5,00 sangat tinggi 3,40-4,19 tinggi 2,60-3,39 cukup 1,80-2,59 rendah 3,9 Siklus II Keaktifan Antusias Perhatian Respon Aktivitas Siswa Komentar Rerata=4,1 Grafik 8 Aktivitas Siswa Pada Siklus Ii Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca memindai sudah baik. Sebagian besar siswa sangat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini diperlihatkan dengan keaktifan siswa dalam 80

94 kegiatan pembelajaran yaitu siswa sudah tidak malu lagi jika bertanya kepada guru, siswa sudah kelihatan percaya diri waktu mengemukakan pendapat mereka. Sikap mereka sudah lebih baik jika dibandingkan pada siklus I yang masih kelihatan malumalu untuk bertanya. Pertanyaan yang meraka ajukan juga berhubungan dengan materi yang sedang dibahas. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat baik. Semua siswa sangat bersemangat dan berantusias saat akan dimulai kegiatan pembelajaran membaca memindai dan pada saat kegiatan pembelajaran beralngsung. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasnya siswa yang bertanya tentang hal-hal yang kurang siswa pahami. Siswa yang berani berpendapat mengemukakan bahwa mereka sangat menyukai kegiatan membaca, khususnya membaca memindai. Melalui membaca memindai mereka dapat memperoleh informasi penting dengan tepat dan cepat sehingga akan mempermudah mereka nantinya apabila diminta untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran ke dalam bentuk tulisan kreatif. Siswa merasa senang dan bersemangat saat disuruh mengerjakan tugas yang guru berikan yaitu tugas membaca memindai. Pada saat praktik membaca memindai, suasana kelas sangat mendukung karena siswa kelihatan sangat berkonsentrasi kepada tugas yang sedang dikerjakan. Perhatian siswa terhadap penjelasan yang diberikan guru sudah baik. Hal ini diperlihatkan dengan cara antara lain, siswa memperhatikan penjelasan dari guru dengan baik sehingga suasana kelas sangat mendukung, siswa menanggapi penjelasan dari guru dan menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Sedangkan untuk siswa yang kurang merespons penjelasan guru perilakunya bermacam-macam seperti ada yang asyik berbicara dengan teman sebangkunya, menanyakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi, melamun, mengganggu teman yang lain, asyik 81

95 memainkan alat tulis, dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada siklus II siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru lebih sedikit jika dibandingakn pada siklus I. Respons atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran sudah baik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator, dapat disimpulkan secara keseluruhan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajan sudah baik. Semua siswa memberikan respons yang baik selama mengikuti pembelajaran membaca memindai. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik dan tepat waktu. Pada saat kegiatan membaca memindai siswa kelihatan sangat serius, tenang, dan tertib. Berdasarkan pengamatan kolaborator, komentar-komentar yang diberikan siswa sangat beraneka-ragam. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator, komentar yang diberikan siswa selama pembelajaran membaca memindai berlangsung sudah baik karena dapat menambah masukan atau perbaikan dalam pembelajaran membaca memindai berikutnya. Komentar-komentar yang mereka ungkapkan antara lain, 1) menambah alokasi waktu untuk pembelajaran membaca memindai, 2) dalam pembelajaran membaca memindai harus lebih banyak menekankan kepada praktik agar siswa lebih paham, 3)sering memberikan latihan kepada siswa untuk membaca memindai, dan 4) memberikan banyak contoh wacana/ensiklopedi/kamus yang lebih bervariasi untuk dipindai. b. Hasil Tes Setelah kegiatan belajar, pada siklus II juga dilakukan tes terhadap siswa. Hasil tes belajar membaca memindai tersebut ditampilkan dalam tabel berikut ini. Tabel 14 82

96 Hasil Belajar Siswa Membaca Memindai No Nama Siswa Aspek Penilaian Nilai Kategori AR Cukup 2 AS Cukup 3 Am Cukup 4 AN Sangat baik 5 Am Sangat baik 6 BPS Cukup 7 Dav Cukup 8 Er Cukup 9 HF Sangat baik 10 Il Sangat baik 11 Im Cukup 12 KF Kurang 13 LZ Sangat baik 14 Mau Kurang 15 Nur Sangat baik 16 NQ Cukup 17 PSH Sangat baik 18 Pa Cukup 19 Qib Cukup 20 Ra Kurang 21 RR Sangat baik 22 RF Baik 23 RAF Cukup 24 Rus Cukup 25 SW Cukup 26 Ta kurang 27 Tan Sangat baik 28 Tas Baik 29 Wah Kurang 30 WPi Sangat baik 31 War Cukup 32 Ye Sangat baik berikut ini. Sebaran nilai tes yang diperoleh siswa pada siklus II dapat dilihat pada Grafik 9 83

97 Siklus II Grafik 9 Sebaran Nilai Tes Siklus II Penjelasan data tes siklus kedua (T2) tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini. Tabel 15 Hasil Tes Yang Dicapai Siswa No Nilai Siswa Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) Kategori 1 > ,375 Sangat baik ,25 Baik ,75 Cukup 4 < ,625 Kurang Rerata X= = Kurang Jumlah Rata-rata nilai yang dicapai siswa setelah dilaksanakan tes siklus 1 adalah sebagai berikut. X = 2382 =

98 32 = 74,4 Ketuntasan belajar dihitung dengan rumus: Banyak siswa yang tuntas PK = x 100 Jumlah siswa 27 = x = 84,38 Sebaran persentase nilai tes pada siklus I untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut ini. Nilai Siklus II. Kurang; 15,625 Cukup; 43,75 Sangat Baik; 34,375 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik; 6,25 Grafik 10 Persentase Nilai Siswa Siklus II Lebih jelasnya persentase sebaran perolehan nilai hasil tes belajar pada siklus I dapat dilihat pada Grafik 11 berikut ini. 85

99 Grafik 11 Persentase Nilai Siklus II Data pada tabel 7 dan grafik 10 maupun 11 menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai >85 dengan kategori sangat baik ada 11 siswa atau 34,375%. Siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik sebanyak 2 siswa atau 6,25% dan siswa yang mendapat nilai dengan kategori cukup sebanyak 14 siswa atau 43,75%. Akhirnya siswa yang mendapat nilai kurang ada 5 siswa atau 15,625%. Untuk ketuntasan belajar berdasarkan tes yang dilaksanakan pada siklus II ini digambarkan pada Grafik 12 berikut ini. 86

100 Persentase Jumlah Siswa. 100% % 31 90% 15, % % 84, % Persentase Tidak Tuntas 15,625 Tuntas 84, Frekuensi Tidak Tuntas 5 Tuntas 27 Grafik 12 Ketuntasan Belajar Siklus II Perhitungan di atas menunjukkan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 84,375%. Ini berarti secara klasikal, kelas tersebut dapat dikatakan hampir mencapai ketuntasan belajar dan rata-rata nilai hasil belajar siklus kedua adalah 74,4. Peningkatan keterampilan siswa dalam membaca memindai tersebut dapat diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor dari siswa dan faktor dari strategi belajar. Faktor siswa yaitu, siswa mampu memahami dan membaca memindai dengan baik sehingga dapat mencapai target yang sudah ditentukan. Faktor yang kedua yaitu strategi pembelajaran yang digunakan guru. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe pair check berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca memindai. 87

101 Hasil tersebut menunjukkan keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe pair check. Setelah mengikuti pembelajaran siswa mampu membaca memindai dengan baik. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya kemampuan membaca memindai sesuai dengan aspek penilaian. 4. Refleksi Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembar observasi guru dan observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil tes. Data-data hasil penelitian terhadap proses pembelajaran ini dilaksanakan oleh peneliti dan siswa di dalam kelas tersebut, kemudian direfleksi oleh peneliti. Tujuan refleksi ini adalah melakukan evaluasi hasil tindakan penelitian yang telah dilakukan pada siklus II. Hasil evaluasi ini kemudian digunakan sebagai acuan perbaikan dalam penyusunan rencana tindakan pada siklus selanjutnya. Evaluasi yang dilakukan peneliti di akhir siklus ini didasarkan pada hasil diskusi peneliti bersama kolaborator tentang hal-hal yang diperoleh setelah diberikan tindakan pada saat pembelajaran, hal-hal yang didiskusikan mengenai hambatan-hambatan serta masalah yang muncul setelah pelaksanaan tindakan. Setelah memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian mencari solusi untuk masalah yang berhasil diidentifikasi. Kemudian, hasil refleksi diperoleh permasalahan-permasalahan sebagai berikut. a. Beberapa siswa masih ada yang kurang perhatian dalam pembelajaran. b. Waktu yang diberikan sebenarnya cukup, tetapi beberapa siswa masih belum mampu memperkirakan alokasi waktu yang tersedia dengan ketepatan dan kecepatan dalam pembelajaran, sehingga waktu yang disediakan seolah menjadi kurang memadai. 88

102 Melihat data hasil pengamatan maka hasil penelitian pada siklus II mengalami banyak peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus I. Meskipun keterbatasan waktu penelitian membuat hasil penelitian pada siklus II ini belum dapat meningkat secara maksimal. C. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ditujukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Permasalahan pertama yaitu adakah perubahan perilaku sikap siswa kelas VIII 3 MTs. Masdarul Ulum Pemulutan dalam membaca memindai setelah mengikuti pembelajaran membaca memindai dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check dan adakah peningkatan pembelajaran membaca memindai dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check pada siswa kelas VIII 3 MTs. Masdarul Ulum Pemulutan, Ogan Ilir. 1) Peningkatan Keterampilan Membaca Memindai Siswa Kelas VIII 3 MTs. Masdarul Ulum Pemulutan Permasalahan peningkatan pembelajaran membaca memindai dapat dijawab dengan deskripsi data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa membaca memindai dari tahap siklus I dan siklus II. Pada kegiatan pembelajaran membaca memindai siklus I terlihat bahwa keterampilan siswa dalam membaca memindai belum memenuhi rata-rata klasikal yang ditentukan. Hasil ketuntasan belajar siswa baru mencapai 53,13%. Ini berarti secara klasikal, kelas tersebut masih belum dapat dikatakan mencapai taraf ketuntasan belajar dan rata-rata hasil belajar siklus I adalah 57,09. 89

103 Pembelajaran membaca memindai pada siklus I walaupun telah dioptimalkan pembelajarannya dengan refleksi dan analisis hasil kegiatan pembelajaran di akhir pembelajaran namun hasilnya belum memuaskan. Keadaan tersebut disebabkan oleh masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menemukan subjek informasi tertentu dengan cepat dan tepat yang ditugaskan. Hal tersebut disebabkan siswa masih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak efisien dalam membaca cepat. Siswa belum dapat menuliskan kembali informasi yang diperoleh berdasarkan hasil pemikiran siswa sendiri sehingga masih banyak ditemui hasil pengembangan informasi khusus tadi yang nyaris sama. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check pada siklus II dengan tema yang berbeda-beda dan lebih sederhana lagi dan membahas kesulitan-kesulitan siswa dalam membaca memindai pada siklus I, ternyata kesulitan siswa dalam membaca memindai dapat diatasi. Hasil siklus II mengalami peningkatan dari hasil tes siklus I. Lebih rinci peningkatan keterampilan membaca memindai setelah mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check untuk tiap aspek penilaian disajikan pada tabel berikut. Tabel 16 Distribusi Frekuensi Tes Siklus IDan Siklus II Nilai siswa frekuensi Persentase (%) Kategori Hasil MTs. MU MTs. MU Belajar T 1 T 2 T 1 T2 > ,25 34,375 Sangat Baik ,25 6,25 Baik ,63 43,75 Cukup < ,88 15,625 Kurang Jumlah

104 Dari hasil tes yang dicapai siswa dengan dilaksanakannya siklus I (T 1) dan siklus II (T 2), peningkatan ketuntasan belajar siswa dan rata-rata nilai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sementara itu peningkatan yang terjadi selama tindakan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini Siklus I Siklus II Grafik 13 Nilai Tes Siklus I dan II Dari tabel dan grafik di atas dapat diketahui dari 32 siswa, sebanyak 26 siswa mengalami peningkatan nilai hasil belajar pada siklus I dan II, 5 orang nilainya tidak mengalami perubahan, dan 1 orang yang mengalami penurunan yakni nilai 87 pada siklus I dan 73 pada siklus II. 91

105 Tabel 17 Peningkatan Hasil Belajar Selama Tindakan Nilai. Hasil Penelitian T1 T2 Peningkatan (%) > , ,38 28, ,25 2 6,25 0, , ,75 3,12 < , ,63-31, , ,37 31,25 Rata-Rata 67,09 74,4 Lebih jelasnya peningkatan frekuensi dan persentase sebaran nilai tes siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada Grafik 14 dan Grafik 15 berikut ini. 92

106 Jumlah Siswa Siklus I Siklus II Kurang 15 5 Cukup Baik 2 2 Sangat Baik 2 11 Grafik 14 Frekuensi Nilai Tes Siklus I dan II Dari grafik di atas diketahui terjadi peningkatan frekuensi perolehan nilai tes dari siklus I ke siklus II. Di kategori sangat baik, dari 2 orang meningkat menjadi 11 orang, kategori baik tetap 2 orang, kategori cukup dari 13 siswa menjadi 14 siswa, dan untuk kategori kurang mengalami penurunan. Dalam siklus I ada 15 siswa yang mendapat nilai tes kategori kurang, di siklus II berkurang menjadi hanya 5 siswa. 93

107 P 100% 90% 15,625 e 80% 46,87 r 70% 43,75 s 60% e 50% n 40% 6,25 t 40,53 30% a 20% 34,375 s 6,25 10% e 6,25 0% Siklus I Siklus II Kurang 46,87 15,625 Cukup 40,53 43,75 Baik 6,25 6,25 Sangat Baik 6,25 34,375. Grafik 15 Persentase Nilai Siklus I dan II Dari grafik di atas terlihat persentase perolehan nilai siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Di kategori sangat baik, hanya 6,25% pada siklus I meningkat menjadi 34,375% pada siklus II. Kategori baik, stagnan di 6,25%, kategori cukup meningkat dari 4,53% menjadi 43,75% di siklus II. Sementara di kategori kurang, justru mengalami penurunan, dari 46,87% di siklus I menjadi hanya 15,625% di siklus II. Peningkatan ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan II, lebih rinci dapat dilihat pada grafik berikut ini. 94

108 Persentase Jumlah Siswa , , , , Siklus I Siklus II Tidak Tuntas 46,875 15,625 Tuntas 53,125 84,375 0 Tidak Tuntas Siklus I Siklus II 15 5 Tuntas Grafik 16 Peningkatan Ketuntasan Belajar Pada siklus I, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar. Dari 32 siswa baru 17 orang atau 53,14% yang tuntas. Sedangkan pada siklus II terjadi kenaikan secara signifikan karena hampir mencapai ketuntasan belajar mencapai 84,375% atau sebanyak 27 siswa yang tuntas. Melihat tahap peningkatan dari siklus pertama sampai siklus kedua telah terjadi peningkatan sebesar 31,25%. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dilanjutkan sehingga tidak diperlukan lagi siklus berikutnya. 1) Perub ahan Perilaku Siswa Kelas VIII 3 MTs. Masdarul Ulum Pemulutan Untuk menjawab pertanyaan yang kedua dari permasalahan bagaimanakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran membaca memindai dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check dapat dikatakan bahwa ada perubahan perilaku belajar siswa. 95

109 Dari hasil observasi pada siklus I kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check belum terlihat dan sikap siswa dalam menerima materi yang diberikan guru juga belum terfokus. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang mengobrol sendiri dengan teman sebangkunya atau teman lain, adanya siswa yang suka melamun saat guru sedang menjelaskan materi, masih ada siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, dan lain-lain. Pada siklus II sudah ada perubahan perilaku siswa. Kesiapan untuk mengikuti pembelajaran sudah mulai terlihat pada saat guru menjelaskan manfaat yang dapat siswa peroleh pada pembelajaran membaca memindai. Selain itu, siswa juga masih banyak yang belum berani bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini berbeda dengan siklus II yang sudah baik dalam memperhatikan penjelasan dari guru, pada siklus II siswa memperhatikan penjelasan dari guru serta menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Siswa terlihat sangat bersemangat untuk mendengarkan dan mengikuti penjelasan guru. Tidak terlihat lagi siswa yang berbicara sendiri dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan materi di depan kelas. Pada siklus II keaktifan siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan guru sudah terlihat. Mereka tidak lagi malu dan ragu bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi membaca memindai. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran tidak terkesan tegang dan kaku karena antara guru dan siswa terjalin komunikasi yang baik dalam hal menyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa dapat menerima materi dengan baik. Pada siklus II keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga sudah baik. Pada siklus II siswa kelihatan serius dalam kegiatan pembelajaran karena mereka 96

110 menganggap pembelajaran membaca memindai adalah materi yang penting bagi siswa. Siswa kelihatan serius dalam kegiatan pembelajaran karena mereka menganggap pembelajaran membaca memindai adalah materi yang penting bagi siswa. Siswa merasa senang dan bersemangat saat disuruh mengerjakan tugas yang guru berikan yaitu tugas membaca memindai. Perilaku ketiga yang diamati adalah keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus I keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran masih dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan karena mereka kelihatan malu dan ragu-ragu atas pertanyaan yang ingin mereka sampaikan kepada guru, takut jika pertanyaan yang akan dikemukakan salah, atau malah mereka bingung apa yang harus ditanyakan. Berbeda dengan siklus II, pada siklus II keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat baik. Hal ini diperlihatkan dengan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran yaitu siswa sudah tidak malu lagi jika bertanya kepada guru, siswa sudah kelihatan percaya diri waktu mengemukakan pendapat mereka. Perilaku keempat yang diamati adalah respons atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Pada siklus I dan siklus II, respons atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran sudah baik. Semua siswa memberikan respons yang baik selama mengikuti pembelajaran membaca memindai. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik dan tepat waktu. Pada saat kegiatan membaca memindai siswa kelihatan sangat serius, tenang, dan tertib. Perilaku terakhir yang diamati adalah komentar yang diberikan siswa selama pembelajaran membaca memindai berlangsung. Pada siklus I dan siklus II siswa memberikan komentar yang baik yang dapat bermanfaat untuk memberikan masukan dalam pembelajaran membaca memindai sedangkan pada siklus II sebagian besar siswa juga memberikan komentar yang baik yang dapat menambah masukan terhadap 97

111 pembelajaran membaca memindai. Pada siklus I siswa mengungkapkan bahwa untuk pembelajaran membaca memindai sebaiknya ditambah alokasi waktunya, memberikan contoh wacana, memberikan kebebasan untuk pemindaian, dan lain-lain. Berbeda dengan siklus II, komentar-komentar yang mereka ungkapkan antara lain, 1) menambah alokasi waktu untuk pembelajaran membaca memindai, 2) dalam pembelajaran membaca memindai harus lebih banyak menekankan kepada praktik agar siswa lebih paham, 3) sering memberikan latihan kepada siswa untuk membaca memindai, dan 4) memberikan banyak contoh wacana yang lebih bervariasi. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan siklus II, siswa semakin senang terhadap kegiatan pembelajaran membaca memindai. Selain itu, siswa juga sangat tertarik dengan model pembelajaran yang digunakan guru karena dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan mereka pada saat membaca memindai. Hal ini ditunjukkan antusias dan semangat siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Kesulitan siswa dalam membaca memindai juga berkurang. Nilai rata-rata tes membaca memindai siswa yang semakin meningkat dari siklus I ke siklus II. Dapat disimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair check mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca memindai. Selain itu, terdapat juga perubahan perilaku siswa ke arah yang jauh lebih baik saat mereka mengikuti pembelajaran membaca memindai. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan ini memiliki keterbatasanketerbatasan yang perlu diungkapkan, yaitu sebgai berikut. 1. Pengamat dalam penelitian ini adalah guru yang diminta untuk menjadi kolaborator, sementara selama pelaksanaan pembelajaran siswa banyak 98

112 menuntut perhatian atau bertanya kepada peneliti pada saat observasi sehingga dimungkinkan adanya data yang terlewatkan. 2. Pemberian perhatian kepada siswa yang memerlukan bimbingan lebih mendalam dirasakan cukup sulit karena peneliti dibatasi oleh waktu dan target ketercapaian materi. 3. Waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas sehingga dilaksanakan pada saat pokok bahasan saja, sehingga keaktifan siswa belum terlihat secara maksimal. 99

113 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca memindai dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check ternyata sangat efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca memindai pada siswa kelas VIII 3 MTs. Masdarul Ulum Ogan Ilir. Dengan demikian, hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa pembelajaran membaca memindai dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check dapat meningkatkan pembelajaran membaca memindai siswa dapat terbukti atau diterima. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan siklus II, siswa semakin aktif dan senang terhadap kegiatan pembelajaran membaca memindai. Selain itu, siswa juga sangat tertarik dengan model pembelajaran yang digunakan guru karena dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan mereka pada saat membaca memindai. Hal ini ditunjukkan antusias dan semangat siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Kesulitan siswa dalam membaca memindai juga berkurang. Selain itu, terdapat juga perubahan perilaku siswa ke arah yang jauh lebih baik saat mereka mengikuti pembelajaran membaca memindai. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check pada siklus II dengan tema yang berbeda-beda dan lebih sederhana lagi dan membahas kesulitan-kesulitan siswa dalam membaca memindai pada siklus I, ternyata kesulitan siswa dalam membaca memindai dapat diatasi. Hasil siklus II mengalami peningkatan dari hasil siklus I. Hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I baru mencapai 53,14% dan rata-rata hasil belajar siklus I adalah 57,09. Kemudian, hasil tes membaca memindai siklus II, 100

114 siswa MTs. Masdarul Ulum hampir mencapai ketuntasan belajar hingga 84,375%. Telah terjadi peningkatan sebesar 31,25%. Dan rata-rata hasil belajar siswa mencapai 74,4. B. Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut. 1. Bagi siswa a. Siswa dapat mengambil pengalaman dari pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe pair check untuk dikembangkan ke dalam pelbagai bentuk teks yang akan dipindai karena banyak manfaat yang dapat diperoleh dari keterampilan tersebut. b. Dalam pembelajaran membaca memindai siswa sebaiknya tidak sekadar menerima informasi dari penjelasan guru, tetapi juga memikirkan informasiinformasi yang telah diterima dari sumber pelajaran lain. 2. Bagi guru a. Para Guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menggunakan model yang sesuai agar siswa menjadi lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran membaca memindai sehingga tujuan pengajaran bahasa dapat tercapai. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe pair check merupakan alternatif yang dapat mewujudkan pembelajaran tersebut. b. Guru sebagai fasilitator bisa mengadakan perubahan pada cara mengajar yang sebelumnya lebih banyak secara teori, dengan pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada keaktifan dan kreativitas peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. 3. Bagi sekolah 101

115 a. Pembelajaran kooperatif tipe pair check yang telah dilaksanakan dengan menggunakan tahapan-tahapannya dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia. Oleh karena itu, dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan menciptakan output siswa yang bisa lebih berkualitas. b. Pembinaan dan pelatihan intensif terhadap guru perlu dilakukan, ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kemampuan mengajar dalam rangka inovasi pembelajaran di kelas. 4. Bagi peneliti lain a. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tindakan kelas hendaknya menggunakan sumber yang lebih banyak lagi, sehingga temuan-temuan dalam pelaksanaan penerapan model kooperatif pair check dalam membaca memindai bisa lebih lengkap. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bandingan sekaligus landasan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran membaca memindai. 102

116 DAFTAR PUSTAKA Arifin, E Zaenal dan Amran Tasai Karya Ilmiah, Guru Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Pustaka Mandiri. Aqib, Zainal Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Konstektual Aqib, Zainal Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya. Aunurrahman Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Daryanto dan Gava Media. Muljo Rahardjo Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Djojosuroto, Kinayati Bahasa dan Sastra, Penelitian, Analisis, dan Pedoman Apresiasi. Bandung: Nuansa Cendekia. Fatmawaty, Eva Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Metode CIRC untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Memindai. Laporan Hasil Penelitian. UPI Kampus Sumedang. Hamdani Peningkatan Kemampuan Membaca Scanning (Memindai) dengan Model Chart Ekspose Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Air Tiris Kabupaten Kampar Tahun Pelajaran 2008/2009. Laporan Hasil Penelitian. Pekanbaru: Universitas Islam Riau. Iskandar Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar Strategi Pembelajaran Membaca. Bandung: Remaja Rosdakarta. Joyce, Bruce, dkk Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Maryati dan Sutopo Bahasa dan Sastra Indonesia 2 untuk KelasVIII. Sumatera Selatan. Departemen Pendidikan Nasional. SMP/MTs. Ngalimun dan Noor Alfulaila Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Nurhadi Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nurgiyantoro, Burhan Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE. 103

117 Slavin, Robert E Copperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media. Penerjemah: Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dn R&D. Bandung: Alfabeta. Syakur, Abdan Penerapan Model Pair Check dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng. Laporan Hasil Penelitian. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Tampubolon Kemampuan Membaca,Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Taniredja, Tukiran dkk Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta. Tarigan, Henry Guntur Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur Membaca Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa. Uno, Hamzah B Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.Jakarta: Bumi Aksara. Yoni, Acep Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. 104

118 Lampiran 1: LEMBAR OBSERVASI GURU Nama Guru : Mata Pelajaran : Pokok Bahasan : Kelas/Semester : Siklus : Berilah tanda cek list ( ) pada kolom yang sudah disediakan! KRITERIA NO ASPEK YANG DIAMATI Guru membuka pelajaran dengan ramah, menyapa, memeriksa kehadiran siswa apersepsi. 2 Guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai materi pembelajaran membaca memindai 3 Guru menguasai materi pembelajaran membaca memindai dengan baik 4 Guru membimbing siswa dalam proses pair check 5 Guru membimbing siswa untuk membentuk pasangan 6 Guru berkeliling dan mengontrol pasangan agar diskusi berjalan dengan efektif 7 Guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi dengan pasangannya 8 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan pembelajaran membaca memindai 9 Guru memberikan pengarahan proses pair check 10 Guru membantu siswa berbagi dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pair check 11 Guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa selama proses pembelajaran 12 Guru menghidupkan komunikasi interaktif 13 Guru menumbuhkan partisipasi siswa aktif dalam belajar 14 Guru merespon positif partisipasi siswa 105

119 15 Guru mendorong siswa mengungkapkan pendapat/alternatif pemecahan masalah 16 Guru memancing siswa lain untuk merespon pertanyaan/ jawaban teman 17 Guru memberikan tugas sesuai dengan materi yang diberikan 18 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya 19 Guru memperhatikan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan membantu mengarahkan siswa yang menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas membaca memindai 20 Guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan. Keterangan: 5 = sangat baik 4 = baik 3 = sedang 2 = rendah 1 = sangat rendah Teluk Kecapi, Januari 2016 Pengamat, Andi Sriwijaya 106

120 Lampiran 2: LEMBAR OBSERVASI SISWA PEMBELAJARAN MEMBACA MEMINDAI DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK Nama Siswa:... NO ASPEK YANG DIAMATI Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran 2 Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran 3 Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 4 Respon atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran 5 Komentar siswa selama pembelajaran berlangsung Keterangan: 5 = sangat tinggi 4 = tinggi 3 = sedang 2 = rendah 1 = sangat rendah 107

121 Lampiran 3: Instrumen Tes Membaca Memindai SOAL SIKLUS 1 Nama Siswa A. Bagian 1 1. Bacalah baris-baris kata berikut dengan cepat, dan tuliskanlah bentuk-bentuk kata yang tidak baku dalam waktu 20 detik! a. kelalaian klaparan keindahan keteduhan kesedihan b. membenahi memukuli menimbuli menyakiti menunggui c. penampilan perasaan pnampungan peralatan peradilan d. efisient eksperimen efektif edukatif insiden e. pengaman psakitan pesangon penyakit pelindung f. memutih menguning menyakit membaik membatu g. ketiduran kterlaluan kesabaran keindahan kesepian h. pertinggi perkuat perbaik perindah perketat i. berjemur berdiri berlari berpergi berjalan j. bersalaman berpelukan berdatangan berpandangan bercemasan 2. Bacalah baris-baris kata di bawah ini dengan cepat dan tuliskanlah kata sinonim dari kata atau frase yang terdapat pada kolom 1 dalam waktu 20 detik! Kolom 1 Kolom 2 a. sukses Bekerja bergiat berhasil bergairah bersemangat b. Tak berhasil Mundur lemah gagal sedih turun c. penghalang Peluang penentang pendukung kendala pelindung d. deskripsi Ceita berita pemerian ceramah pembicaraan 108

122 e. tepat Indah kena benar lugas baik SOAL SIKLUS 1 Nama Siswa A. Bagian 2 1 Bacalah baris-baris kata berikut dengan cepat, dan tuliskanlah bentuk-bentuk kata yang tidak baku dalam waktu 20 detik! a. ketiduran kemalaman kelarian keteduhan kesedihan b. berjemur berdiri berlari berpergi berjalan c. penampilan prasaan penampungan peralatan peradilan d. efisien eksperiment efektif edukatif insiden e. pengaman psakitan pesangon penyakit pelindung f. ambilkan buatkan ambilin siapkan turunkan g. makanan coklatan minuman hidangan sayuran h. pertinggi perkuat perbaik perindah perketat i. berjemur berdiri berlari berpergi berjalan j. bersalaman berpelukan berdatangan berpandangan bercemasan 2. Bacalah baris-baris kata di bawah ini dengan cepat dan tuliskanlah kata sinonim dari kata atau frase yang terdapat pada kolom 1 dalam waktu 20 detik! Kolom 1 Kolom 2 a. antusias Bekerja bergiat berhasil bergairah bersemangat b. Tak berdaya Mundur lemah gagal sedih turun c. hambatan Peluang penentang pendukung kendala pelindung d. narasi Cerita berita pemerian ceramah pembicaraan 109

123 e. tepat Indah kena benar lugas baik SOAL SIKLUS 2 Nama Siswa A. Bagian 1 1. Bacalah baris-baris kata berikut dengan cepat, dan tuliskanlah bentuk-bentuk kata yang baku dalam waktu 60 detik! a. sistim sistem system sisttem sisthem b. apotik praktik apotek tehnik tecnik c. pnampilan prasaan penampungan peralatan peradilan d. efisien eksperiment epektif edukativ insident e. bus bis biskota buskota bis kota f. tunjukan buatin ambilin siapkan naikan g. doai coklatan minuman hidangi sayuri h. pertinggian perkuati perbaiki perindahi perkenali i. berjemur berrambut berkerja berpergi berjalanan j. bersedihan beringinan berbaringan berpandangan bercemasan 2. Bacalah baris-baris kata di bawah ini dengan cepat dan tuliskanlah kata sinonim dari kata atau frase yang terdapat pada kolom 1 dalam waktu 20 detik! Kolom 1 Kolom 2 a. antusias Bekerja bergiat berhasil bergairah bersemangat b. Tak berdaya Mundur lemah gagal sedih turun c. hambatan Peluang penentang pendukung kendala pelindung d. narasi Cerita berita pemerian ceramah pembicaraan 110

124 e. tepat Indah kena benar lugas baik SOAL SIKLUS 2 Nama Siswa B. Bagian 2 1. Bacalah baris-baris kata berikut dengan cepat, dan tuliskanlah bentuk-bentuk kata yang baku dalam waktu 60 detik! a. sistim sistem system sisttem sisthem b. apotik praktik apotek tehnik tecnik c. pnampilan prasaan petanaman perralatan peradilan d. efisien eksperiment epektif efisient insident e. pengamanan psakitan petanam pesakit pelindung f. tunjukan buatin ambilin siapkan naikan g. doai coklatan minuman hidangi sayuri h. pertinggian perkuati perbaiki perindahi perkenali i. berjemur berrambut berkerja berpergi berjalanan j. bersedihan beringinan berbaringan berpandangan bercemasan 2. Bacalah baris-baris kata di bawah ini dengan cepat dan tuliskanlah kata sinonim dari kata atau frase yang terdapat pada kolom 1 dalam waktu 30 detik! Kolom 1 Kolom 2 a. antusias Bekerja bergiat berhasil bergairah bersemangat b. Tak berdaya Mundur lemah gagal sedih turun c. hambatan Peluang penentang pendukung kendala pelindung d. narasi Cerita berita pemerian ceramah pembicaraan 111

125 e. tepat Indah kena benar lugas baik Soal 1. Bacalah baris-baris kata berikut dengan cepat, dan tuliskanlah bentuk-bentuk kata yang tidak baku dalam waktu 20 detik! k. kelalaian klaparan keindahan keteduhan kesedihan l. membenahi memukuli menimbuli menyakiti menunggui m. penampilan perasaan pnampungan peralatan peradilan n. efisient eksperimen efektif edukatif insiden o. pengaman psakitan pesangon penyakit pelindung p. memutih menguning menyakit membaik membatu q. ketiduran kterlaluan kesabaran keindahan kesepian r. pertinggi perkuat perbaik perindah perketat s. berjemur berdiri berlari berpergi berjalan t. bersalaman berpelukan berdatangan berpandangan bercemasan 3. Bacalah baris-baris kata di bawah ini dengan cepat dan tuliskanlah kata sinonim dari kata atau frase yang terdapat pada kolom 1 dalam waktu 20 detik! Kolom 1 Kolom 2 f. sukses Bekerja bergiat berhasil bergairah bersemangat g. Tak berhasil Mundur lemah gagal sedih turun h. penghalang Peluang penentang pendukung kendala pelindung i. deskripsi Ceita berita pemerian ceramah pembicaraan j. tepat Indah kena benar lugas baik 112

126 Skor maksimum No 1 : 10 No 2 : 5 Jumlah: 15 Penghitungan nilai akhir: Jumlah yang benar Nilai Akhir : x skor ideal (100) = (Tampubolon, 2015:72-73) Lampiran 4: RPP Siklus I dan Siklus 2 Siklus 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : MTs. Masdarul Ulum Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII (Delapan)/ 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Memahami Ragam Wacana Tulis dengan Membaca Memindai :. Menemukan Informasi Secara Cepat dan Tepat dari Ensiklopedi/Buku Telepon dengan Membaca Memindai. Alokasi Waktu : I x Pertemuan ( 2 X 40 Menit ) A. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menemukan informasi secara cepat dan tepat dari ensiklopedi/buku telepon dengan membaca memindai. 2. Peserta didik dapat menentukan subjek informasi dan alokasi waktu yang harus dicapai dalam menemukan subjek. Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) 113

127 B. Materi Pembelajaran Membaca memindai Tekun ( diligence ) 1 Definisi informasi 2 Definisi ensiklopedia 3 Buku telepon/ buku ensiklopedi 4 Cara- cara membaca memindai C. Metode Pembelajaran 1. Pemodelan 2. Model pembelajaran kooperatif tipe pair check 3. Demonstrasi D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan pertama 1. Kegiatan Awal Apersepsi : a. Peserta didik mencari dan menemukan ensiklopedi/buku telepon di perpustakaan. b. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang informasi, ensiklopedi, dan buku telepon 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan konsep membaca memindai b. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi siswa pelatih dan ada yang menjadi siswa partner. c. Guru membagikan soal kepada siswa partner. d. Siswa partner menjawab soal, dan siswa pelatih bertugas mengecek jawabannya.setiap soal yang benar pelatih memberi kupon. e. Bertukar peran. Siswa pelatih menjadi siswa partner dan siswa partner menjadi siswa pelatih. f. Siswa partner mendapat soal dari guru. g. Siswa partner menjawab soal, dan siswa pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon. h. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain. i. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal dan mengecek jawabannya. j. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah. 3. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: 114

128 a. bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran; b. memberikan tes akhir (post tes); c. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; d. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; e. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. E. Sumber Belajar 1 Buku teks 2 Buku telepon 3 Buku ensiklopedi F. Penilaian Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Penilaian Penilaian Instrumen Mampu menuliskan subjek informasi secara cepat dan tepat Tes esai Tes tertulis 1. Bacalah baris-baris kata berikut dengan cepat, dan tuliskanlah bentuk-bentuk kata yang tidak baku dalam waktu 40 detik!. 2.Bacalah baris-baris kata dengan cepat dan tuliskanlah kata sinonim dari kata atau frase yang terdapat pada kolom 1 dalam waktu 20 detik! Soal 1. Bacalah baris-baris kata berikut dengan cepat, dan tuliskanlah bentuk-bentuk kata yang tidak baku dalam waktu 40 detik! u. kelalaian klaparan keindahan keteduhan kesedihan v. membenahi memukuli menimbuli menyakiti menunggui w. penampilan perasaan pnampungan peralatan peradilan 115

129 x. efisient eksperimen efektif edukatif insiden y. pengaman psakitan pesangon penyakit pelindung z. memutih menguning menyakit membaik membatu aa. ketiduran kterlaluan kesabaran keindahan kesepian bb. pertinggi perkuat perbaik perindah perketat cc. berjemur berdiri berlari berpergi berjalan dd. bersalaman berpelukan berdatangan berpandangan bercemasan 2. Bacalah baris-baris kata di bawah ini dengan cepat dan tuliskanlah kata sinonim dari kata atau frase yang terdapat pada kolom 1 dalam waktu 20 detik! Kolom 1 Kolom 2 k. sukses Bekerja bergiat berhasil bergairah bersemangat l. tak berhasil Mundur lemah gagal sedih turun m. penghalang Peluang penentang pendukung kendala pelindung n. deskripsi Ceita berita pemerian ceramah pembicaraan o. tepat Indah kena benar lugas baik Skor maksimum No 1 : 10 No 2 : 5 Jumlah: 15 Penghitungan nilai akhir: Jumlah yang benar Nilai Akhir : x skor ideal (100) = (Tampubolon, 2015:72) 116

130 Mengetahui, Kepala Madrasah Teluk Kecapi, Januari 2016 Guru Bahasa Indonesia, Fiki Janselma, S.Pd. NIK Nurjanah, S.Pd. NIP 117

131 Siklus II RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : MTs. Masdarul Ulum Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII (Delapan)/ 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Memahami Ragam Wacana Tulis dengan Membaca Memindai :. Menemukan Informasi Secara Cepat dan Tepat dari Ensiklopedi/Buku Telepon dengan Membaca Memindai. Alokasi Waktu : I x Pertemuan ( 2 X 40 Menit ) C. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat informasi paling lengkap, cepat, dan tepat. 2. Peserta didik dapat menentukan subjek informasi dan alokasi waktu yang harus dicapai dalam menemukan subjek. Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) B. Materi Pembelajaran Membaca memindai 5 Cara- cara membaca memindai 6 Hambatan-hambatan membaca memindai E. Metode Pembelajaran 1. Pemodelan 2. Model pembelajaran kooperatif tipe pair check 3. Demonstrasi F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 2. Kegiatan Awal Apersepsi : a. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang kegiatan membaca memindai sebelumnya b. Peserta didik membandingkan kecepatan dan ketepatan menemukan informasi 118

132 dengan peserta lain. Motivasi : c. Menentukan subjek informasi dan alokasi waktu yang harus dicapai dalam menemukan subjek. 4. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan konsep membaca memindai Pada apersepsi di siklus II ini, peneliti hanya sedikit mengulang pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada siklus I. Peneliti menegaskan kepada siswa dalam membaca memindai siswa harus lebih fokus dan berkonsentrasi serta meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang kurang efisien dalam membaca memindai sehingga siswa lebih jelas lagi dalam memahami materi yang diberikan. b. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi siswa pelatih dan ada yang menjadi siswa partner. Dalam kegiatan ini, peneliti harus meningkatkan kontrol kepada semua kelompok pasangan yang terbentuk sehingga suasana pembelajaran bisa lebih hidup dan komunikasi interaktif dapat lebih dibangun. c. Guru membagikan soal kepada siswa partner. d. Siswa partner menjawab soal, dan siswa pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon. e. Bertukar peran. Siswa pelatih menjadi siswa partner dan siswa partner menjadi siswa pelatih. f. Siswa partner mendapat soal dari guru. g. Siswa partner menjawab soal, dan siswa pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon. h. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain. i. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal dan mengecek jawabannya. j. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah. 5. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: a. bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran; b. memberikan tes akhir (post tes); 119

133 Sebelum melaksanakan tes akhir siklus, siswa diberi pengarahan agar bersikap tenang dan tidak tegang serta berkonsentrasi untuk menjawab setiap soal. Tes akhir siklus diberikan dengan tujuan mengukur pemahaman dan kemampuan siswa dalam menghadapi masalah setelah diberikan materi pembelajaran. c. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; d. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; e. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. F. Sumber Belajar 4 Buku teks 5 Buku telepon 6 Buku ensiklopedi F. Penilaian Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Penilaian Penilaian Instrumen Mampu menuliskan subjek informasi secara cepat dan tepat Tes esai Tes tertulis 1. Bacalah baris-baris kata berikut dengan cepat, dan tuliskanlah bentuk-bentuk kata yang tidak baku dalam waktu 40 detik!. 2.Bacalah baris-baris kata dengan cepat dan tuliskanlah kata sinonim dari kata atau frase yang terdapat pada kolom 1 dalam waktu 20 detik! 120

134 Soal 1. Bacalah baris-baris kata berikut dengan cepat, dan tuliskanlah bentuk-bentuk kata yang baku dalam waktu 40 detik! k. sistim sistem system sisttem sisthem l. apotik praktik apotek tehnik tecnik m. pnampilan prasaan penampungan peralatan peradilan n. efisien eksperiment epektif edukativ insident o. bus bis biskota buskota bis kota p. tunjukan buatin ambilin siapkan naikan q. doai coklatan minuman hidangi sayuri r. pertinggian perkuati perbaiki perindahi perkenali s. berjemur berrambut berkerja berpergi berjalanan t. bersedihan beringinan berbaringan berpandangan bercemasan 2. Bacalah baris-baris kata di bawah ini dengan cepat dan tuliskanlah kata sinonim dari kata atau frase yang terdapat pada kolom 1 dalam waktu 20 detik! Kolom 1 Kolom 2 f. antusias Bekerja bergiat berhasil bergairah bersemangat g. tak berdaya Mundur lemah gagal sedih turun h. hambatan Peluang penentang pendukung kendala pelindung i. narasi Cerita berita pemerian ceramah pembicaraan j. tepat Indah kena benar lugas baik Skor maksimum No 1 : 10 No 2 : 5 Jumlah: 15 Penghitungan nilai akhir: 121

135 Jumlah yang benar Nilai Akhir : x skor ideal (100) = (Tampubolon, 2015:72) Mengetahui, Kepala Madrasah Teluk Kecapi, Februari 2016 Guru Bahasa Indonesia, Fiki Janselma, S.Pd. NIK Nurjanah, S.Pd. NIP 122

136 Lampiran 5: Dokumentasi Foto Dokumentasi foto merupakan data yang cukup penting sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Dalam penelitian ini, penulis memandang perlu juga menggunakan dokumentasi foto sebagai salah satu data instrumen nontes. Penggunaan instrumen berupa pengambilan gambar (foto) ini dimaksudkan untuk memperoleh rekaman aktivitas atau perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran dalam bentuk dokumentasi gambar. Dokumentasi foto akan memperkuat bukti analisis pada setiap siklus. Selain itu, data yang diambil melalui dokumentasi foto juga memperjelas data lain yang hanya terdeskripsikan melalui tulisan atau angka. Sebagai data penelitian, hasil dokumentasi foto ini selanjutnya dideskripsikan sesuai keadaan yang ada dan dipadukan dengan data-data yang lain. Dokumentasi foto dilakukan pada saat pembelajaran membaca memindai dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check berlangsung. A. Deskripsi Hasil Dokumentasi Foto pada Siklus I Gambar 1 Kegiatan Awal Pembelajaran 123

137 Gambar di atas menunjukkan kegiatan siswa pada awal pembelajaran berlangsung, yaitu pada waktu guru melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu. Berdasarkan gambar 6 terlihat kondisi kelas yang agak ramai. Terlihat sebagian siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi ada juga beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan. Gambar 2 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Materi Gambar 2 di atas menunjukkan sikap siswa pada saat guru memberikan penjelasan mengenai wacana dan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran membaca memindai. Berdasarkan gambar di atas, dapat terlihat bahwa siswa sangat tenang saat menerima penjelasan guru. Siswa sangat memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Dari gambar tersebut terlihat sikap siswa yang kelihatan sedikit malu pada saat ingin mengajukan pertanyaan. 124

138 Gambar 3 Sikap Siswa Saat Membaca Memindai Gambar 3 menunjukkan bahwa kegiatan siswa mencari informasi tertentu dalam teks yang sudah ditentukan. Tampak pada gambar di atas, siswa sangat serius mengerjakan tugas dari guru dan suasana dalam ruang kelas kelihatan sangat tenang sehingga mendukung siswa dalam berkonsentrasi untuk menulis. Tetapi, masih ada juga siswa yang berbicara atau mengganggu teman lain. Gambar 4 Kegiatan Siswa Saat Mengerjakan Tes Siklus I 125

139 Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa sikap siswa saat mengerjakan tes siklus I cukup fokus meskipun sebagian di antara mereka belum bisa berkonsentrasi secara penuh. B. Deskripsi hasil Dokumentasi Foto pada Siklus II Dokumentasi foto pada siklus II dilakukan pada saat pembelajaran membaca memindai dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check berlangsung. Deskripsi hasil dokumentasi foto pada siklus II adalah sebagai berikut. Gambar 5 Kegiatan Awal Pembelajaran Gambar 5 di atas menunjukkan kegiatan siswa pada awal pembelajaran berlangsung, yaitu pada waktu guru memberikan penjelasan tentang tujuan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan manfaat yang akan diperoleh siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran membaca memindai. Berdasarkan gambar 10 terlihat kondisi kelas yang sangat tertib sehingga mendukung kegiatan pembelajaran. Terlihat sebagian siswa sangat bersemangat dan berantusias memperhatikan penjelasan guru. 126

140 Gambar 6 Guru Memaparkan Membaca Memindai Gambar 6 di atas menunjukkan sikap siswa pada saat guru memberikan penjelasan mengenai pemindaian dan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran membaca memindai. Berdasarkan gambar di atas, dapat terlihat bahwa siswa sangat tertib dan tenang saat menerima penjelasan guru sehingga siswa mudah memahami maksud yang guru sampaikan. Meskipun suasana kelas tenang, kelas tidak terkesan pasif karena antara siswa dan guru saling berinteraksi. Siswa sangat memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Pada gambar terlihat siswa juga mencatat materi yang disampaikan oleh guru. 127

141 Gambar 7 Sikap Siswa Saat Berdiskusi Gambar 7 menunjukkan sikap siswa pada saat siswa sedang mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang siswa temukan dalam pembelajaran membaca memindai pada siklus I. Berdasarkan gambar di atas, terlihat sangat jelas bahwa siswa sangat berperan aktif dalam kegiatan diskusi. Siswa mendiskusikan kesulitannya dengan teman sebangkunya atau teman lain, kemudian siswa dibantu guru untuk membahas kesulitan tersebut agar dapat diperbaiki. 128

142 Gambar 8 Sikap Siswa Saat Membaca Memindai Gambar 8 menunjukkan bahwa kegiatan siswa dalam membaca memindai pada siklus II sudah baik. Tampak pada gambar di atas, siswa sangat fokus dan senang mengerjakan tugas yang diberikan guru. Suasana kelas kelihatan sangat tenang sehingga mendukung siswa untuk berkonsentrasi membaca memindai. Tidak tampak lagi siswa yang berbicara atau mengganggu teman lain. 129

143 Gambar 9 Siswa Mengecek Tugas Partner Gambar 9 menunjukkan bahwa sikap siswa saat mengecek tugas partner dalam membaca memindai sudah baik. Tampak pada gambar di atas, siswa sangat bersemangat dan serius dalam pembelajaran membaca memindai, 130

144 Lampiran 6: Kartu Bimbingan 131

145 132

146 133

147 134

148 135

149 Lampiran 7: Surat Izin Penelitian 136

150 Lampiran 8: Keterangan Sudah Meneliti 137

151 Lampiran 9: RIWAYAT HIDUP Nurjanah. Merupakan puteri ketiga dari lima bersaudara dari Ayahanda H. Majasun Naktra dan Ibunda Hj. Kartina. Penulis dilahir di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 28 April Pada tahun 1982 istri dari Muhamad Nasir ini menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Tamansiswa (Taman Muda) Palembang, pada tahun 1985 ibu dari Carisna Aprianti dan Muhamad Nurhidayatullah Pascadh ini menyelesaikan pendidikan SMP Tamansiswa (Taman Dewas) Palembang, dan pada tahun 1988 menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri Palembang. Selanjutnya, pada tahun 1994 penulis menyelesaikan pendidikan S-1 di STKIP PGRI Palembang (kini Universitas PGRI Palembang) di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni sebagai Mahasiswa. Sejak sebagai pamong tetap Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Tamansiswa (Taman Madya) Palembang. Selain itu tahun 2000-hingga sekarang guru PNS Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di MTs Masdarul Ulum, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Penulis membuat tesis ini pada semester IV. Tesis berjudul, Peningkatan Kemampuan Membaca Memindai Melalui Model Pembelajaran Pair Check pada Siswa Kelas VIII Mts Masdarul Ulum Ogan Ilir syukur alhamdulilah dapat diselesaikan. Walaupun banyak rintangan yang dihadapi, hal itu merupakan pengalaman yang paling berharga untuk mencapai masa depan yang bahagia. Melalui tesis ini penulis ingin berbagi pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Palembang, 17 Maret 2016 Peneliti, Nurjanah 138

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK PADA SISWA KELAS VIII MTS MASDARUL ULUM OGAN ILIR

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK PADA SISWA KELAS VIII MTS MASDARUL ULUM OGAN ILIR PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK PADA SISWA KELAS VIII MTS MASDARUL ULUM OGAN ILIR Jurnal Nurjanah Nomor Induk Mahasiswa 20136011036 Program

Lebih terperinci

PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI

PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI 1 PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI A. DEFINISI Penelitian Tindakan pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian Metode adalah cara sistematis yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

PTK DAN STRATEGI PENYUSUNAN PROPOSALNYA *) Oleh: Ali Muhson **)

PTK DAN STRATEGI PENYUSUNAN PROPOSALNYA *) Oleh: Ali Muhson **) PTK DAN STRATEGI PENYUSUNAN PROPOSALNYA *) Oleh: Ali Muhson **) Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain: melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian merupakan cara-cara yang terencana, cermat, sistematis, dan reliabilitas dalam menemukan dan memperdalam suatu pemahaman. Penelitian menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian Tindakan Kelas merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini, hal ini berdasarkan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Metode penelitian adalah suatu cara untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang bersifat reflektif, dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang bersifat reflektif, dilakukan 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian penelitian tindakan kelas (PTK) yang pada hakikatnya dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Reseach. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian, model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan, lokasi dan waktu penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar, 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Bodgan dan Taylor metodologi adalah proses, prinsif dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban sedangkan Penelitian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN MEDIA GAMBAR BERKATA KUNCI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 PELEM KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tindakan ini dikembangkan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah dikenal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Untuk mengetahui waktu dan tempat diadakannya penelitian, serta subjek dan karakteristik dari subjek penelitian, berikut

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA IKLAN TELEVISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA IKLAN TELEVISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA IKLAN TELEVISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Agus Susanto Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS IX MTs NEGERI 1 PALEMBANG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS IX MTs NEGERI 1 PALEMBANG MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS IX MTs NEGERI 1 PALEMBANG Oleh Muhamad Nasir dan Abstrak Tulisan ini berawal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian mencakup kondisi sekolah dan kondisi kelas secara khusus yang digunakan untuk penelitian serta jangka waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Metode Penelitian Tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Metode Penelitian Tindakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah asingnya clssroom action research yang berarti penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sesuai dengan program yang telah dilaksanakan di SDN Cisalak 2 Cimanggis Depok dengan jumlah dan jam pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran. Oleh karena itu, metode yang tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Lebih terperinci

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh ABSTRAK Pengaruh keefektifan membaca cepat terhadap kemampuan menemukan ide pokok paragraf yang diteliti di SMA Informatika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK atau yang biasa dikenal dengan classroom action research

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan keguaan tertentu. Cara ilmiah berdasarkan hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek, Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat yang dijadikan penelitian ini adalah SDN Manglayang II Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang. Kelas IV Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN BAB III METODOLOGI PENELITIAAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas IV. Adapun metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode Penelitian 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik kelas IV SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian, disain penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Sudjana (2004) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Oktober sampai 02 November 2009 di MTs Safinatul Huda Kemujan Karimunjawa pada saat pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR). Metode ini merupakan penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting dan Waktu Penelitian Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandung, Jalan Semar No. 5 Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Stephen

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan 51 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengidentifikasi unsur intrinsik cerita anak melalui teknik discovery ini

III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengidentifikasi unsur intrinsik cerita anak melalui teknik discovery ini III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian mengenai pembelajaran aspek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metoda Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Keputusan mengenai metode yang akan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

A. METODE PENELITIAN B. DESAIN PENELITIAN C. SUBJEK DAN OBJEK D. PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN E. TEKNIK ANALISIS DATA...

A. METODE PENELITIAN B. DESAIN PENELITIAN C. SUBJEK DAN OBJEK D. PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN E. TEKNIK ANALISIS DATA... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... MOTO HIDUP... PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xii DAFTAR GRAFIK...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Pemecahan Masalah Hamsah (2003), mengatakan bahwa pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Bahkan di dalam

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action 34 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan penerapan metode make a match, yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

Model-Model Dan Bentuk Penelitian Tindakan Kelas

Model-Model Dan Bentuk Penelitian Tindakan Kelas Model-Model Dan Bentuk Penelitian Tindakan Kelas Beberapa model dan Bentuk PTK yang sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK) atau classroom action research. Penelitian tindakan ini dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK) atau classroom action research. Penelitian tindakan ini dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Penelitian tindakan ini dilakukan untuk membenahi

Lebih terperinci

Mukhamad Murdiono, M. Pd. Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Mukhamad Murdiono, M. Pd. Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Mukhamad Murdiono, M. Pd. Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta GURU PROFESIONAL Guru yang memiliki kemandirian dalam melaksanakan tugas profesinya. Konsekuensi logis dari kemandirian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB III METODOLOGI PENELITIAN c) Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK/classroom action research). Suharsimi Arikunto mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan model Penelitian Tindakan Kelas,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Masalah ini akan dipecahkan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Berdasarkan permasalahan yang muncul di

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITAN

BAB III METODELOGI PENELITAN BAB III METODELOGI PENELITAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Elliot (1991) (dalam Kunandar, 2009:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di dalam kelas dengan menerapkan sebuah metode pembelajaran, yaitu Pairs Check, seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Rubiyanto (2013:105) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Oleh sebab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Oleh sebab BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Oleh sebab itu sesuai dengan penelitian tindakan kelas maka masalah penelitian yang harus dipecahkan

Lebih terperinci

BAB III RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN. Paseh 2 Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Lokasi penelitian tersebut

BAB III RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN. Paseh 2 Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Lokasi penelitian tersebut 37 BAB III RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Rencana Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi tempat penulis melakukan penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri Paseh 2 Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SEPAT 2 SRAGEN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SD Negeri Kebumen yang beralamat di Jalan Kaswari nomer 2 Kelurahan Kebumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dalam menentukan pokok

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dalam menentukan pokok 29 BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dalam menentukan pokok pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan sejak peserta didik mengikuti pendidikan formal di bangku sekolah. Membaca

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berusaha mengkaji dan merefleksi secara kolaboratif

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Situraja yang terletak di Jalan. Kaum No. 14 Situraja Kabupaten Sumedang. Sekolah ini memiliki 27 ruangan kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian terdiri dari dua kata yaitu metode dan penelitian. Menurut Hadi dan Haryono (2009:81), Metodologi penelitian berasal dari kata methodology

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai fungsi yang sangat penting bagi manusia. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Tanpa bahasa manusia tidak akan dapat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjaya (2009: 26) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan proses

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjaya (2009: 26) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan proses BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Wina Sanjaya (2009: 26) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kelas (classroom action research). Berbagai definisi diketengahkan oleh pakar

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kelas (classroom action research). Berbagai definisi diketengahkan oleh pakar BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Berbagai definisi diketengahkan oleh pakar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian maka metode yang akan digunakan yaitu metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27 39 BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian secara umum diartikan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah Penelitian

Lebih terperinci

Sri Sunarti. Sri Sunarti SD Negeri 1 Pakis

Sri Sunarti. Sri Sunarti SD Negeri 1 Pakis Upaya Peningkatan Motivasi dan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Huruf Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri 1 Pakis Kecamatan Kradenan Tahun Pelajaran 2017/2018 Sri Sunarti srisunartipks1@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang berjudul; Peningkatan hasil Belajar Matematika Materi Bilangan Romawi Dengan Menggunakan Metode Inquiry Kelas IV MI Al- Hidayah Margorejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa, yang merupakan hal penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Di dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang bermakna penelitian yang didesain untuk membantu guru mengetahui

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan suatu tindakan reflektif guna untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipasif

METODE PENELITIAN. menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipasif III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) model Kemmis dan McTaggart, karena model ini mudah dipahami dan sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas [PTK](classroom action research). Pemilihan bentuk PTK dalam penelitian ini berdasarkan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008

PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008 PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Oleh: Ali Muhson, M.Pd.

Oleh: Ali Muhson, M.Pd. Oleh: Ali Muhson, M.Pd. 1 Merupakan intervensi skala kecil terhadap tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut (Cohen & Manion) Merupakan suatu rangkaian langkah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut;

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut; III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Dan Prosedur Penelitian. Dalam penelitian ini akan digunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 25 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian tindakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian tindakan BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 51 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), menurut Isaac (1971) penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan

Lebih terperinci

RETNO INDAR WATI A

RETNO INDAR WATI A PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN EYD DALAM MENULIS LAPORAN PERJALANAN MELALUI PENDEKATAN VAK (VISUAL, AUDITORY, DAN KINESTETIC) SISWA KELAS VIII C SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI

Lebih terperinci

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran.

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian pada umumnya dilakukan oleh pakar pendidikan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS VII D SMP PLUS DARUSSALAM TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS VII D SMP PLUS DARUSSALAM TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS VII D SMP PLUS DARUSSALAM TAHUN AJARAN 2012/2013 Ali Manshur Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia ABSTRAK: Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan membahas metode penelitian yang digunakan. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Selain itu, akan dibahas pula desain penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Wibawa (Taniredja, 2012, hlm.15) menemukakan

Lebih terperinci

MAKALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1

MAKALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1 MAKALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1 Oleh: Muhammad Nursa ban 2 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 Disampaikan dalam workshop penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 35 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian Penggunaan metode penelitian ini termasuk kedalam kelompok Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan gabungan antara data

Lebih terperinci