BAB II. Kajian Pustaka
|
|
- Dewi Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II Kajian Pustaka 2.1. Landasan Teori dan Pengertian Variabel Agency Theory Agency theory atau teori keagenan menjadi dasar teori dari penelitian ini. Teori ini menyatakan perbedaaan kepentingan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Manajer mungkin secara sengaja melakukan penipuan yang merugikan pemegang saham. Hal ini dikenal dengan istilah moral hazard. Tindakan penipuan atau moral hazard oleh manajer memiliki dampak negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan oleh karena itu dapat meningkatkan kemungkinan financial distress pada perusahaan. Agency theory menjelaskan dalam sebuah hubungan keagenan, terjadi kontrak antara satu pihak, yaitu pemilik (prinsipal), dengan pihak lain, yaitu agen. Dalam kontrak, agen terikat untuk memberikan jasa bagi pemilik (Eisenhardt, 1989). Agency theory menggunakan tiga dimensi asumsi sifat manusia yaitu : 1) Asumsi tentang sifat manusia. Menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion). 2) Asumsi tentang keorganisasian. Adanya konflik antara organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. 12
2 3) Asumsi tentang informasi. Informasi dipandang sebagai barang komoditi yang diperjualbelikan (Eisenhardt, 1989). Berdasarkan tiga asumsi diatas, antara prinsipal dan agen akan selalu mengalami pertentangan dan saling bertolak belakang dalam praktiknya, namun saling membutuhkan. Kondisi ini dinamakan masalah keagenan.salah satu penyebab masalah keagenan adalah adanya asymmetric information. Asymmetric information adalah informasi yang tidak seimbang yang disebabkan adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen yang berakibat menimbulkan permasalahan bagi prinsipal untuk memonitor dan mengendalikan tindakan-tindakan agen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan ada dua jenis asymmetric information yaitu: 1) Adverse selection terjadi ketika pihak pemilik atau prinsipal tidak mengetahui keputusan yang diambil oleh agen tentang strategi perusahaan apakah sudah didasarkan pada perintah prinsipal atau menjadi sebuah kelalaian dalam pengambilan keputusan. 2) Moral hazard yang dilakukan oleh manajer memiliki dampak negatif bagi perusahaan. Financial distress dapat terjadi karena serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang tidak tepat, dan kelemahan - kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyebabkan secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta tidak adanya atau kurangnya upaya mengawasi kondisi keuangan sehingga penggunaan uang tidak sesuai dengan keperluan perusahaan. 13
3 Dengan adanya situasi situasi di atas dibutuhkan suatu karakteristik pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak tersebut. Karakteristik corporate governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, sehingga tidak terjadi konflik antara pihak agen dan prinsipal yang berdampak pada penurunan biaya keagenan (Bodroastuti, 2009). Corporate governance diperlukan untuk mengurangi masalah keagenan antara pemilik dan manajer sehingga timbul keselarasan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer (Triwahyuningtias dan Muharam, 2012) Financial Distress Pengertian Financial distress Financial distress didefinisikan telah kehilangan nilai pasar karena kinerja yang buruk, mereka adalah produsen yang tidak efisien, dan cenderung memiliki pengaruh finansial yang tinggi dan masalah cash flow. Dalam arti manajerial bahwa harga mereka cenderung lebih sensitif terhadap perubahan ekonomi, dan mereka cenderung untuk bertahan hidup di kondisi ekonomi yang memburuk (Bhattacharjee & Han, 2014). Menurut Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress terlebih dahulu sebelum akhirnya perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan, hal ini disebabkan karena pada saat tersebut keadaan keuangan yang terjadi di perusahaan dalam keadaan 14
4 yang krisis, dimana dalam keadaan seperti ini dapat dikatakan bahwa perusahaan mengalami penurunan dana dalam menjalankan usahanya yang dapat disebabkan karena adanya penurunan dalam pendapatan dari hasil penjualan atau hasil operasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan laba, namun pendapatan atau hasil yang diperoleh tidaklah sebanding dengan kewajiban-kewajiban atau hutang yang banyak dan telah jatuh tempo Bentuk bentuk Financial Distress Namun, secara umum terdapat beberapa macam kondisi perusahaan yang mengalami financial distress (Emery, 1997) yaitu : 1. Economic Failure (kegagalan ekonomi) Kondisi economic failure terjadi bila suatu perusahaan : a. Tidak mempunyai pendapatan yang cukup untuk dapat menutup biaya produksi maupun biaya modal (cost of capital). b. Tingkat pengembalian investasi modalnya (rate of return) lebih rendah daripada tingkat investasi modal yang bisa dihasilkan di luar perusahaan, misalnya tingkat deposito lebih besar dari return of investment (ROI). c. Tingkat pengembalian investasi modalnya lebih rendah daripada besarnya biaya modal yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Biaya modal disini misalnya tingkat bunga kredit yang berlaku. Perusahaan yang mengalami kondisi economic failure tetap dapat melanjutkan kegiatannya selama para 15
5 investor atau kreditur masih bersedia untuk menambahkan modal dan pemilik perusahaan bersedia untuk menerima tingkat pengembalian (return) di bawah tingkat bunga pasar. 2. Business Failure (kegagalan bisnis) Kondisi menggambarkan suatu perusahaan atau bisnis yang pengembalian atas investasinya (return) negatif atau rendah. Dengan kata lain apabila suatu perusahaan mengalami kerugian operasional secara terus menerus, maka nilai pasar (market value) dari perusahaan tersebut akan mengalami penurunan, sehingga apabila perusahaan tersebut tidak mampu untuk memperoleh return yang lebih besar dari biaya modalnya maka perusahaan atau bisnis tersebut dikatakan mengalami kegagalan. 3. In Default Suatu perusahaan berada dalam kondisi in default bila perusahaan melanggar jangka waktu perjanjian hutang (term of loan agreement). Terdapat dua istilah yang berbeda dalam kondisi ini, yaitu: a. Technical Default Kondisi ini terjadi jika debitur dalam hal ini perusahaan, melanggar perjanjian pinjaman. Perusahaan yang mengalami technical default tidak selalu mengarah kepada kondisi bangkrut, karena perusahaan dapat tetap melanjutkan kegiatan operasionalnya bila perusahaan melakukan negosiasi kembali dengan debitur. 16
6 b. Payment Default Perusahaan dinyatakan dalam kondisi payment default jika perusahaan gagal memenuhi kewajiban membayar bunga ataupun pokok pinjamannya. Kegagalan di sini tidak selalu berarti bahwa perusahaan tidak mampu membayar hutangnya, tetapi mungkin saja karena perusahaan tersebut terlambat membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo, walaupun hanya satu hari saja. Jika dalam perjanjian hutang dilengkapi dengan perjanjian grace period (perpanjangan waktu periode), maka kondisi payment default terjadi setelah masa grace period tersebut berakhir 4. Insolvent Perusahaan dikatakan dalam kondisi insolvent jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebabkan kekurangan likuiditas atau perusahaan tidak mampu memperoleh laba bersih (menderita kerugian). 5. Bankruptcy Kondisi ini memiliki modal yang telah negatif, yang berarti klaim dari kreditur tidak akan dapat dipenuhi kecuali harta dari perusahaan telah dapat dilikuidasi (dijual). Perusahaan dinyatakan bangkrut secara legal apabila perusahaan telah membuat pernyataan kebangkrutan yang berlaku. 17
7 Penyebab Terjadinya Financial distress Financial distress atau kesulitan keuangan adalah hasil dari kerusakan dalam bisnis perusahaan, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti manajemen yang buruk, tidak bijaksana ekspansi, persaingan sengit, terlalu banyak utang, pengadilan gugatan dan tidak menguntungkan kontrak Good Corporate Governance Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/M- MBU/2002 mendefiniskan corporate governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh suatu organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntanbilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tentap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya berlandaskan peraturan perundang undangan dan nilai - nilai etika. Tujuan dari corporate governance di sini adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan Prinsip Good Corporate Governance a. Transparency (keterbukaan informasi) Transparency dapat diartikan sebagai keterbukaan informasi. Prinsip ini dapat diwujudkan dengan cara menuntut perusahaan untuk menyediakan informasi cukup, akurat dan tepat waktu kepada stakeholder. 18
8 b. Accountability (akuntabilitas) Akuntanbilitasi adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi. c. Responsibility (pertanggung jawaban) Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya adalah masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada shareholder juga kepada stakeholders-lainnya. d. Indepandency (kemandirian) Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. e. Fairness (kesetaraan dan kewajaran) Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 19
9 Manfaat Good Corporate Governance Menurut FCGI, penerapan corporate governance dalam perusahaan akan membawa beberapa manfaat, antara lain: 1. Mudah untuk meningkatkan modal, 2. Rendahnya biaya modal, 3. Meningkatkan kinerja bisnis dan kinerja ekonomi, 4. Memberi pengaruh positif pada harga saham Karakteristik Good Corporate Governance Karakteristik corporate governance merupakan suatu hubungan antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Karakteristik corporate governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi sistem dalam sebuah organisasi serta diharapkan dapat mengontrol biaya keagenan. Karakteristik corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Juniarti (2013) dan Ming (2014) yang diantaranya adalah ukuran dewan direksi, audit committee, ownership structure, dan dewan komisaris independen dan dewan komisaris Telaah Penelitian Terdahulu Juniarti (2013) melakukan penelitian dengan judul Good Corporate Governance And Predicting Financial Distress Using Logistic and Probit Regression Model. Metode yang digunakan adalah dengan regresi logistik dan probit regresi. Populasi 20
10 yang digunakan adalah perusahaan infrastruktur, transportasi, utilites and trade, services and hotel yang terdaftar di BEI periode Sampel yang digunakan 111 perusahaan. Variabel independen dalam jurnal ini antara lain ukuran dewan direksi, audit committee, ownership structure. Dalam penelitian ini hasilnya semua variabel independen tidak terbukti mempengaruhi variabel dependennya. Ming (2014) melakukan penelitian dengan judul Impact of Corporate Governance on Financial Distress: An Evidence From Shanghai Stock Market. Metode yang digunakan adalah regresi logistic. Sampel dalam penelitian ini adalah 555 perusahaan yang listeddi Shanghai stock exchange. Variabel independen yang digunakan adalah dewan komisaris independen, dewan direksi, kepemilikan manajerial, shareholder.dalam penelitian ini hanya shareholder yang tidak terbukti signifikan mempengaruhi financial distress. Elena Merino Madrid (2014) melakukan penelitian dengan judul Corporate Governance And Accuracy Level Of Financial Distress Prediction Models. Menggunakan sampel 70 perusahaan Spanyol yang terdaftar selama periode waktu Elena menggunakan variabel independen pemegang saham, jumlah dewan direksi, proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional. Hasil dari penelitian ini yang menggunkan metode regresi linier menunjukan bahwa variabel independen tidak mempengaruhi secara significant terhadap variabel independen. Brédart (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Financial Distress and Corporate Governance around Lehman Brothers Bankruptcy dapat membuktikan 21
11 bahwa ukuran dewan direksi dapat mengurangi resiko terjadinya financial distress pada suau perushaan. Dalam penelitiannya menggunakan sampel sebesar 312 perusahaan dan menggunakan metode regresi logistik. Zheng (2015) membuat penelitian berjudul Does Ownership Structure Affect the Degree of Corporate Financial Distress in China?. Penelitian yang menggunakan sampel 378 perusahaan yang mengalami financial distress di China dapatmembuktikan bahwa ownership structure dapat mempengaruhi secara significant terhadap financial distress. Triwahyuningtias dan Muharam (2012) melakukan penelitian serupa yang berjudul Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas, Leverage terhadap Terjadinya Kondisi Financial Distress (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun ). Penelitian ini dilakukan pada 34 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, likuiditas, dan leverage. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, leverage, serta likuditas berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Sedangkan ukuran dewan komisaris dan komisaris independen tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap financial distress. 22
12 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Pengarang, Judul, Sumber dan Tahun Sampel, Metode Variabel Penelitian Kesimpulan 1 Xiao ming, Impact of Sampel : 555 Dependent: Hasil penelitian Corporate Governance perusahaan financial distress mengarah pada on Financial Distress: An yang terdaftar, Independent : kesimpulan berikut: Evidence from Shanghai di Bursa Efek independent Peningkatan proporsi Stock Market, Shanghai directors (POID), direksi independen, Interdisciplinary Journal Metode : Panel supervisors scale proporsi kepemilikan Of Contemporary Data dan Logit (SS), direktur, manajemen dan Research In Business, Model manajemen konsentrasi 2014, ownership, kepemilikan akan shareholder, mengurangi ownership kemungkinan kerugian, concentration, sementara jumlah dewan komisaris orang di dewan komisaris dan persentase saham holding direktur negatif 23
13 efek keuntungan. Ini berarti bahwa untuk meningkatkan kinerja perusahaan harus mengurangi jumlah dari orang di dewan pengawas. Selain itu persentase kepemilikan saham direktur harus dikurangi. Kami menemukan bahwa variabel pemerintahan lainnya memiliki dampak pada kinerja perusahaan. 2 Juniarti Juniarti Good Sampel : 111 Dependent : GCG kategori Corporate Governance sampel Financial perusahaan tidak and Predicting (infrastruktur, Distress membuktikan secara Financial Distress transportasi, signifikan memprediksi Using Logistic and utilitas Independent : kemungkinan 24
14 Probit Regression &perdagangan, board of perusahaan mengalami Model, Jurnal layanan dan directors, audit kesulitan keuangan. Akuntansi Dan hotel committee and Keuangan, 15 (2013), perusahaan ownership mengalami structure < kesulitan 44/jak >. keuangan pada periode Metode : Logit Regressions 3 Elena Merino Madrid Sampel : 70 Dependent : GCG tidak Corporate Governance perusahaan financial distress mempengaruhi secara And Accuracy Level Of Spanyol yang significant Financial Distress terdaftar Independent : Prediction Models, 13 selama periode pemegang saham (2014), waktu 2007-, jumlah dewan 25
15 International Business & 2012 yang direksi, proporsi Economics Research menggunakan dewan Journal data panel dan komisaris menerapkan independen, metodologi kepemilikan statistik cross- institusional sectional. Metode : logistic regresi model 4 Xavier Brédart, Sampel: 312 Dependent : Kami menemukan Financial Distress and perusahaan financial distress bahwa board size itu Corporate Governance dikutip di berhubungan negatif around Lehman Brothers Amex, Nasdaq Independent dengan terjadinya Bankruptcy, dan NYSE dari :Board size, financial distress untuk International Business pertengahan board dua sub Periode. Research, 7 (2014), independence,ce Meskipun demikian, < O ownership and hasil kami menyoroti 9/ibr.v7n5p1>. CEO duality. perbedaan antara dua 26
16 Metode : Logit Regressions sub periode; ini menyangkut dampak kepemilikan dan CEO dualitas pada kemungkinan kesulitan keuangan. Mengenai dampak kepemilikan CEO pada kemungkinan kesulitan keuangan, tampaknya menjadi positif dan tidak signifikan untuk periode sub pertama dan negatif dan signifikan bagi kedua sub periode. Mengenai dampak CEO dualitas pada kemungkinan kesulitan keuangan, tampaknya menjadi negatif dan signifikan 27
17 untuk periode sub pertama dan positif dan tidak signifikan untuk periode sub kedua. 5 Meilinda Metoode : -Variabel Kepemilikan Triwahyuningtias dan Logit regresion Dependen: Manajerial, Harjum Muharam (2012) Financial Kepemilikan Analisis Pengaruh Distress Institusional, Ukuran Struktur Kepemilikan, -Variabel Dewan Direksi, Ukuran Dewan, Independen: Likuiditas, dan Komisaris Indpenden, Kepemilikan Leverage berpengaruh Likuiditas, dan Leverage Manajerial, signifikan terhadap terhadap Terjadinya Kepemilikan Financial Distress. Kondisi Financial Institusional, Sebaliknya, Ukuran Distress (Studi pada Ukuran Dewan Dewan Komisaris dan Perusahaan Manufaktur Direksi, Ukuran Komisaris Independen yang terdaftar BEI Tahun Dewan tidak berpengaruh ) Komisaris, signifikan terhadap Komisaris Financial Distress. Independen, 28
18 Likuiditas, dan Leverage 2.3. Hipotesis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kembali pengaruh karakteristik corporate governance (ukuran dewan direksi, audit committee, ownership structure,dewan komisaris independen, dewan komisaris terhadap financial distress. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali karena belum adanya konsistensi hasil dari penelitian-penelitian terdahulu Ukuran Dewan Direksi Direktur diposisikan sebagai kepala atau orang yang memiliki kekuasaan penuh untuk memimpin kegiatan operasi dalam perusahaan. Direksi bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Menurut Fama dan Jensen (1983) direktur memiliki dua fungsi utama, yaitu (1) berfungsi sebagai pembuat keputusan manajemen (strategi perusahaan dalam jangka pendek, kebijakan investasi dan keuangan), (2) berfungsi dalam mengendalikan keputusan (kompensasi manajerial, pengawasan alokasi modal). 29
19 Dasar munculnya Agency theory adalah ketika pihak prinsipal mendelegasikan wewenang pengelolaan perusahaan kepada agen yang dipercayainya dapat menjalankan perusahaan dengan baik. Jika diimplikasikan dalam perusahaan, agen adalah direksi, yang posisinya sebagai pengelola perusahaan dengan mengacu pada perintah yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Terkadang pemilik perusahaan membentuk dewan direksi dengan jumlah lebih dari seorang direksi.jumlah yang besar ini digadang-gadang dapat memberikan keuntungan dan kinerja yang lebih efektif bagi kedua belah pihak. Pembagian tugas sangat mungkin dilakukan ketika jumlah dewan direksi yang dibentuk memiliki jumlah lebih dari satu. Jumlah dewan yang besar dapat menguntungkan bagi perusahaan (Al-Tamimi, 2012; Ming, 2014; Iwasaki, 2014; Darrat et al., 2014; Miglani et al., 2015). Hal ini dimaksud bahwa perusahaan tergantung pada jumlah dewan dalam pengelolaan sumber daya. Pengelolaan sumber daya akan lebih bagus jika jumlah dewan di perusahaan banyak, yang berimbas pada keuntungan perusahaan dalam bisnis, dengan begitu perusahaan dapat terhindar dari financial distress. Berdasarkan pertimbangan di atas diperoleh hipotesis : H1 : Dewan direksi berpengaruh negatif terhadap kemungkinan financial distress Audit committee Audit committee merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran, dan tanggungjawab audit committee adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan 30
20 agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota audit committee, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal (KNGCG, 2002). Audit committee di suatu perusahaan bekerja sebagai karakteristik corporate governance internal dan mengurangi biaya agensi (Forker, 1992), dan memainkan peran penting dalam membantu dewan direksi dalam mengontrol laporan keuangan dan sistem control sehingga menurunkan terjadinya kecurangan yang dapat membuat kerugian perusahaan dan mengurangi tingkat kemungkinan financial distress. Jumlah anggota audit committee di dalam perusahaan mempengaruhi kinerja perusahaan (Miglani et al., 2015; Iwasaki, 2014). Hal ini dimaksud anggota audit committee yang terdapat di dalam perusahaan dapat menunjang kinerja peusahaan dan menurunkan tingkat kemungkinan financial distress. Berdasarkan pertimbangan diatas diperoleh hipotesis. H2 : Audit committee berpengaruh negatif terhadap financial distress Ownership structure Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan sangat menentukan bagi perusahaan tersebut karena hal tersebut dapat menjelaskan komitmen pemilik untuk menyelamatkan perusahaan. Ownership structure terdiri dari kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Kepemilikan institusional adalah merupakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh badan hukum atau institusi keuangan seperti 31
21 perusahaan asuransi, dana pensiun, reksadana, bank, dan institusi-institusi lainnya. Kepemilikan manajerial adalah pihak internal di dalam perusahaan yang dapat memiliki sebagian saham yang ada di perusahaan adalah dewan komisaris. Kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak internal tersebut dapat membantu meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Eisenhardt (1989) Agency theory menggunakan tiga dimensi asumsi sifat manusia salah satunya mementingkan diri sendiri, hal ini mengakibatkan agen dapat memanfaatkan asymmetric information yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahuinya oleh prinsipal. Asymmetric information dan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen, mendorong agen untuk bertindak melenceng dari apa yang diperintah prinsipal yang bertujuan untuk membuat perusahaan terlihat lebih baik dan lebih berpotensi mendapatkan keuntungan di mata pemilik. Terdapat dua jenis asymmetric information yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection terjadi ketika pihak pemilik atau prinsipal tidak mengetahui keputusan yang diambil oleh agen tentang strategi perusahaan apakah sudah didasarkan pada perintah prinsipal atau menjadi sebuah kelalaian dalam pengambilan keputusan. Sedangkan moral hazard adalah keadaan dimana agen tidak melaksanakan perintah dari prinsipal (Jensen & Meckling, 1976). Kepemilikan manajerial pada perusahaan diharapkan dapat menurunkan konflik-konflik keagenan tersebut, karena kepemilikan manajemen menunjukkan bahwa perusahaan dimiliki oleh kalangan pengelola perusahaan sendiri, dengan kata lain para pemilik (prinsipal) ini juga 32
22 berfungsi sebagai pengelola (agen) perusahaan tersebut. Pengelolaan yang baik akan menimbulkan keefektifan kerja yang berimbas pada peningkatana performance yang berujung pada menghasilkan laba yang banyak bagi perusahaan. Sehingga dapat menghindarkan perusahaan dari financial distress. Dari hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa tidak adanya hubungan antara kepemilikan perusahaan terhadap financial distress. Juniarti (2013) mengatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena penilaian kinerja yang baik bukan dillihat dari besar kecilnya kepemilikan namun dilihat dari kemampuan dewan untuk mengelola perusahaan hal ini juga diamini oleh Madrid (2014). Perbedaan hasil ditunjukan penelitian yang dilakukan oleh Zheng (2015) dan Iwasaki (2014) yang menemukan adanya hubugan negatif signifikan antara kepemilikan dan financial distress. Menurutnya hal ini dikarenakan besarnya kepemilikan saham dapat mengurangi terjadinya financial distress. Dengan demikian ownership structure memiliki peranan penting untuk menjaga kestabilan dalam perusahaan agar proses pengendalian selalu terjaga. Berdasarkan pertimbangan diatas diperoleh hipotesis : H3 : Ownership structure berpengaruh negatif terhadap kemungkinan financial distress. 33
23 2.4. Dewan Komisaris Independen Dewan Komisaris independen yang merupakan dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi. Pengawas dalam perusahaan yang bertugas mengawasi perilaku manajemen dalam pelaksanaan strategi perusahaan dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance. Namun demikian, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Teori keagenan menilai bahwa dewan komisaris independen dibutuhkan pada dewan komisaris untuk mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan direksi, sehubungan dengan perilaku oportunistik mereka (Jensen dan Meckling, 1976). Dengan dilakukan pemonitoran dan pengelolaan dapat memecahkan masalah keagenan. Di mana masalah keagenan itu muncul ketika manajer cenderung membuat keputusan yang mementingkan dirinya dari pada kepentingan pemegang saham theory agency menyatakan bahwa dewan komisaris independen menyediakan sarana untuk memantau kegiatan pengelolaan melalui peningkatan fokus pada kinerja keuangan perusahaan, sehingga minimalisasi biaya agensi (Fama dan Jensen, 1983). Jadi dewan komisaris independen dapat membantu pengurangan agency cost yang dapat menghambat keuangan perusahaan sehingga perusahaan dapat terhindar dari financial distress 34
24 Penelitian yang dilakukan Ming (2014); Darrat et al. (2014); dan Iwasaki (2014) dewan komisaris independen memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress. Berdasarkan pertimbangan diatas diperoleh hipotesis : H4 : Dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap financial distress Dewan Komisaris Peran dewan komisaris dalam sebuah perusahaan adalah memonitoring pengimplementasian kebijakan direksi. Dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik corporate governance yang diperlukan untuk mengurangi masalah keagenan antara pemilik dan manajer sehingga timbul keselarasan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer. Hal ini didukung oleh adanya teori keagenan, sehingga tidak menimbulkan biaya keagenan yang dapat menyebabkan kondisi kesulitan keuangan perusahaan.menurut Triwahyuningtias dan Muharam (2012) dewan komisaris bertanggung jawab mengawasi tindakan direksi dan memberikan nasihat kepada direksi jika dipandang perlu. Semakin kecil jumlah dewan komisaris berarti fungsi monitoring yang ada dalam perusahaan tersebut cenderung lemah. Penelitian ini dilakukan oleh Ming (2014) dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap financial distress. Berdasarkan pertimbangan diatas diperoleh hasil : H5 : Dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap financial distress. 35
25 2.4. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan penyusunan hipotesis diatas maka kerangka penelitian sebagai berikut : GAMBAR 2.1. KERANGKA PEMIKIRAN Variabel Independen UDD AUD_COMM OWN_STRUC DKI DK H1 (-) H2 (-) H3 (-) H4 (-) H5 (-) Variabel Dependen Financial distress 36
BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dikatakan mengalami kondisi financial distress yaitu pada saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dikatakan mengalami kondisi financial distress yaitu pada saat perusahaan tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi jadwal pembayaran kembali
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 120 perusahaan. Sampel
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi objek penelitian ini adalah meneliti profil perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Mekling (1976) dalam Hanifah (2013) menggambarkan hubungan keagenan (agency
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi adalah teori yang menjelaskan perilaku agen (Berle dan Means dalam Fachrudin, 2008). Dalam teori ini terdapat dua pihak yang dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun teori yang dapat mendukung dengan masalah yang sedang di teliti adalah: 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu informasi dari pihak eskternal dan pihak internal dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu informasi dari pihak eskternal dan pihak internal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Kinerja manajemen perusahaan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan terbebas dari permasalahan keuangan (financial distress). Financial distress terjadi bermula ketika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu memiliki nilai jual yang berbeda, yang biasa disebut dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar saham
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam
9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam memahami corporate governance (Aditya, 2012). Hubungan keagenan diartikan sebagai hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean China Free Trade Area) pada 1 Januari 2010 lalu kemudian berlaku AFTA (Asean Free Trade Area)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab, misalnya saja perusahan mengalami rugi terus-menerus, penjualan yang tidak laku, bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate Governance (GCG) atau lebih dikenal dengan tata kelola perusahaan.bermanfaat sebagai suatu perangkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pilihan utang dan modal sebagai sumber pendanaan, merupakan keputusan penting yang mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan memiliki beberapa alternatif dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari isi laporan keuangan perusahaan. Laba merupakan salah
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang
Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis yang mulai memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan perusahaan semakin tajam. Hal ini menuntut perusahaan untuk melakukan kegiatan dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. untuk memahami good corporate governance. Hal yang dibahas dalam teori ini
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori agensi (agency theory) merupakan dasar yang digunakan perusahaan untuk memahami good corporate
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Hubungan keagenan adalah suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya (agent)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 memiliki dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Pada tahun itu, terjadi inflasi secara besar-besaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu perusahaan dibutuhkan banyak dana. Melalui pembenahan struktur modal inilah yang pada akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas
Lebih terperinci1. Pengertian Agency Theory
1. Pengertian Agency Theory Agency theory (teori keagenan) merupakan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingannya sendiri. Pemegang saham sebagai diasumsikan hanya bertindak terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini
INTISARI Masalah utama penelitian ini adalah bagaimana meminimalisasi pelaksanaan manajemen laba melalui struktur Corporate Governance (kepemilikan manajerial, kepemilian institusional, proporsi dewan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan kesulitan untuk tetap eksis dalam mempertahankan persaingan yang sangat ketat. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Agensi Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer sebagai agent. Teori agensi menggambarkan bahwa agent memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perkembangan bisnis saat ini, perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemakmuran para pemilik modal atau para pemegang saham dengan mempercayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Jensen dan Meckling menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap konflik. Konflik ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saham merupakan salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling banyak digunakan oleh para investor karena keuntungan yang diperoleh lebih besar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi tren global dan ketatnya persaingan bisnis sekarang ini, para pimpinan dan manajer dituntut untuk lebih lagi memperhatikan aspek dimensi sosial, ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Corporate Governance) yang kurang baik atau dikarenakan oleh kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab, misalnya saja perusahan mengalami rugi terus-menerus, penjualan yang tidak laku, bencana alam yang
Lebih terperinciGOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY
GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY Mailani Hamdani Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Pondok Cabe mailani@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dalam mempertahankan bisnis perusahaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sahamnya yang di-publish dalam situs resmi baik itu laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan go public yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas. Perusahaan ini wajib melaporkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum di seluruh dunia. Sebagian. besar negara mengalami kemunduran dan kesulitan keuangan karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis finansial global pada tahun 2008 yang mengakibatkan melemahnya aktivitas bisnis secara umum di seluruh dunia. Sebagian besar negara mengalami kemunduran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi pengendalian (control) dalam hubungan keagenan sering menimbulkan masalah masalah keagenan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi (Soewardjono, 2005 dalam Yenibra, 2014). Asimetri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hubungan antara kedua pihak yaitu manajemen dengan investor atau kreditur dapat dipandang sebagai hubungan keagenan, dimana asimetri informasi dapat terjadi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1.1 Agency Theory Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) dengan investor.menurut Darmawati dkk (2005), inti dari hubungan keagenan adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan (Agency Theory) Praktik manajemen laba tidak dapat dipisahkan dari adanya teori keagenan dan asimetri informasi. Teori keagenan adalah teori
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Agency Problem Pengelolaan perusahaan yang semakin memisahkan kepemilikan dengan manajemen memberikan potensi terjadinya masalah agensi atau agency problem. Menurut agency theory,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif terhadap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Corporate Governance II.1.1 Pengertian Corporate Governance Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya, bangsa Indonesia mengalami banyak masalah yang disebabkan oleh berbagai macam krisis yang terjadi di dalam maupun dari luar negeri. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun. Laporan keuangan menjadi media bagi perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi merupakan teori yang mendefinisikan adanya hubungan antara prinsipal dan agen. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era Globalisasi saat ini, negara-negara berkembang dituntut untuk menerapkan sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsifungsi keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang bersangkutan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep Teori Keagenan (agency theory) menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan antara principal dan agen. Principal mempekerjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat. Perusahaan ini menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat
Lebih terperinciPengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress)
Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress) ILHAM PANDIKA Program Studi Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen perusahaan menggambarkan informasi mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga berguna
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan wewenang pada
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap paradigma Good Governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakan lagi. Istilah Good Governance sendiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Abdullah, 2001). Teori keagenan menjelaskan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Agency Theory Agency theory menjelaskan permasalahan yang mungkin timbul ketika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian tentang pengaruh dari struktur good corporate governance seperti
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini dibahas mengenai latar belakang dilakukannya penelitian tentang pengaruh dari struktur good corporate governance seperti independensi dewan komisaris, kepemilikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Masalah keagenan terjadi ketika manajemen melakukan tindakan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Gumanti dan Prasetiawati (2011) Penelitian mengenai Dualitas Peran, Komisaris Independen dan Manajemen Laba pada Penawaran Saham Perdana menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa perusahaan perbankan telah berdiri dan berkembang di Indonesia.Tujuan perusahaan itu berdiri adalah untuk menghasilkan laba.industri perbankan mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan sumber daya perusahaan dan kinerja manajemen digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelimpahan kewenangan pengelolaan perusahaan di Indonesia termasuk juga pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari pemilik (shareholders)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen perusahaan pada dasarnya memiliki kepentingan ganda yaitu untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham dan kepentingan perusahaan itu sendiri. Untuk itu,
Lebih terperinciPeran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan
Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Masalah keagenan muncul ketika principal (investor) kesulitan untuk memastikan bahwa agen bertindak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebagian besar perusahaan, terutama perusahaan yang berorientasi bisnis, adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat
Lebih terperinciISNI WIYATMI B
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kebijakan Hutang Pada dasarnya kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent
11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu kontrak yang terjadi antara principal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk perusahaan yang merupakan jendela informasi bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan yang memungkinkan mereka untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) baru mulai berkembang setelah kejadian The New York Stock Exchange Crush pada tanggal 19 Oktober
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang dihasilkan perusahaan yang berguna untuk proses pengambilan keputusan, hal tersebut tidak terlepas dari proses penyusunannya.
Lebih terperinci