BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembuatan Kertas di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills II PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills mempunyai banyak mesin kertas (Paper Machine) dan setiap mesin memiliki spesialisasi produk dan proses tertentu. Sistem proses yang ada pada PM 9 ( Paper Machine 9) terbagi atas tiga unit, yaitu Unit Stock Preparation, Unit Paper Machine, dan Unit Finishing Unit Stock Preparation Fungsi utama dari stock preparation adalah untuk memperoleh keseragaman umpan (pulp) yang terdiri dari berbagai campuran untuk mencapai kondisi optimum. Unit ini bertujuan menghasilkan buburan pulp yang siap di proses menjadi kertas. Pada unit ini, pengolahan bahan baku berlangsung dengan melalui berbagai tahapan, yaitu pulping, cleaning, refining, mixing, dan machine Unit Paper Machine Paper machine merupakan alat untuk membuat buburan kertas (pulp) menjadi lembaran kertas. Mesin ini dirancang untuk memproduksi fine paper dengan gramatur maksimal 125 gsm dan kapasitas mesin tersebut MT/Tahun dengan kecepatan 1300 mpm. Pada proses paper machine terbagi atas beberapa tahapan, diantaranya adalah: a. Forming Forming merupakan proses pembentukan lembaran kertas dengan cara pengurangan kadar air secara metode vakum dari buburan kertas (pulp) yang terjadi pada former section. Buburan kertas (pulp) yang keluar dari slice headbox dilewatkan pada celah diantara dua wire dengan cara disemprotkan pada permukaan wire. Wire berfungsi untuk membentuk lembaran kertas basah (paper web). Lembaran yang keluar dari bagian former mempunyai kadar air 80%. 6

2 BAB II Tinjauan Pustaka 7 b. Pressing Lembaran yang keluar dari bagian wire masih mempunyai kadar air yang tinggi dan sudah tidak ekonomis untuk dikeluarkan menggunakan sistem vakum. Sehingga dilakukan penekanan lembaran di antara dua roll (pressing) yaitu lembaran masuk ke bagian press section, kemudian mengalami pengeluaran air secara mekanis dengan cara dijepit diantara dua roll. Proses pressing ini dilakukan secara bertahap mulai dari tekanan rendah hingga tinggi untuk mencegah kertas putus. Kadar air pada lembaran kertas yang keluar dari bagian press adalah 50%. c. Main Drying Setelah melewati Press Section, lembaran masih mempunyai kadar air yang cukup tinggi dan sudah tidak mungkin dipisahkan menggunakan metode penekanan (press). Maka dari itu digunakanlah metode penguapan (evaporasi). Di mana pada main dryer ini terdapat silinder-silinder untuk melewatkan lembaran kertas dan melakukan pengeringan. Silinder silinder tersebut dipanaskan menggunakan steam pada bagian dalamnya. Pemanasan dilakukan secara bertahap, mulai dari tahap awal ±60 0 C sampai pada bagian akhir ±150 0 C dengan kadar air yang keluar dari main dryer sekitar 90%. d. Sizing Untuk meningkatkan kualitas sifat permukaan lembaran, digunakan pelapisan menggunakan surface sizing pada size press. Penambahannya berupa starch (pati) dengan tujuan agar sifat permukaan kertas menjadi lebih halus dan kertas memiliki daya serap yang baik terhadap tinta. e. After Drying Pelapisan surface sizing pada size press menyebabkan lembaran kertas menjadi basah kembali. Untuk mengeringkan lembaran kertas tersebut digunakan proses after drying yang sama halnya dengan proses main drying. Kadar air dalam yang kelujar dalam bagian ini ±5% tergantung dari jenis kertas yang diproduksi f. Calendering Calendering merupakan proses penekanan lembaran kertas dengan tekanan nip tertentu. Calendering dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kehalusan

3 BAB II Tinjauan Pustaka 8 (smoothes) permukaan kertas, untuk menyeragamkan ketebalan (thickness), dan untuk menghaluskan noda dari wire dan felt. g. Pope Reel Kertas yang keluar dari proses calendering sudah merupakan produk jadi. Pope reel ini berfungsi sebagai penggulung lembaran kertas. Lembaran kertas digulung hingga mencapai berat 33 ton atau panjang m. Kecepatan putaran pope reel adalah ± 1200 m/menit pada gulungan jumbo roll Unit Finishing Finishing merupakan proses akhir penanganan lembaran kertas sebelum dikirim ke konsumen. Pada umumnya konsumen memesan produk dalam tiga bentuk yaitu lembaran sesuai standar, lembaran dengan ukuran khusus, dan dalam bentuk roll. Gambar 2.1 Skema Proses Pembuatan Kertas 2.2 Main Dryer Ketika paper web melewati Press Section, lembaran masih mempunyai kadar air yang cukup tinggi dan sulit dipisahkan menggunakan metode penekanan (press) kembali. Maka dari itu digunakanlah metode penguapan (evaporasi). Di mana pada main dryer ini terdapat silinder-silinder untuk melewatkan lembaran kertas dan melakukan pengeringan. Secara singkat main dryer tersebut dapat

4 BAB II Tinjauan Pustaka 9 dilihat dalam gambar 2.1 yang berada dalam skema sistem proses pembuatan kertas. Namun untuk lebih detail pada bagian main dryer dapat dilihat pada gambar 2.2 Sumber : Red Army Evaluation, Cahya Nugraha, Uncoated Division Gambar 2.2 Bagian Main Dryer Pada gambar 2.2 terlihat lingkaran-lingkaran yang bertuliskan angka-angka yang menunjukan bahwa itu adalah cylinder dryer dan lingkaran yang tidak bertuliskan angka adalah roll penggerak untuk cylinder dryer. Bagian main dryer memiliki cylinder sebanyak 28 buah dan terbagi dalam lima section. Adapun banyaknya cylinder dapat dilihat dalam Tabel 2.1 Tabel 2.1 Jumlah Cylinder Tiap Section Section Jumlah Cylinder Dryer Section 1 Section 2 Section 3 Section 4 Section 5 3 buah 4 buah 7 buah 2 buah 12 buah

5 BAB II Tinjauan Pustaka 10 Silinder silinder tersebut dipanaskan menggunakan steam pada bagian dalamnya. Pemanasan dilakukan secara bertahap, mulai dari tahap awal ±60 0 C sampai pada bagian akhir ±150 0 C dengan kadar air yang keluar dari main dryer sekitar 90%. Pada gambar 2.2 pun terlihat warna coklat yang semakin ke arah cylinder 1 semakin pudar warnanya hingga menjadi putih. Itu menandakan bahwa pemanasan berlangsung dari cylinder 28 pada section 5 dengan suhu yang lebih tinggi dari cylinder-cylinder yang lainnya. 2.3 Pengeringan di Dryer Section Proses pengeringan kertas merupakan proses terakhir dari proses pembuatan kertas sebelum masuk ke calendar dan di gulung di pope reel. Pada bagian dryer section inilah kualitas kertas banyak ditentukan disamping pada proses sebelumnya. Untuk itu dalam pengoperasian mesin pengeringan perlu diketahui atau dipahami dalam proses yang terjadi di dalam mesin pengering adalah bagaimana menghasilkan produk kertas yang baik. Setelah lembaran kertas basah (paper web) melewati Press Section, lembaran masih mempunyai kadar air yang cukup tinggi dan tidak mungkin dipisahkan menggunakan metode penekanan (press) terus-menerus. Oleh karena itu digunakanlah metode penguapan (evaporasi). Peralatan pengering yang digunakan berupa silinder dryer. Pada main dryer lembaran dari bagian press section dibawa menggunakan kanvas dan lembaran kertas berada di atas kanvas. Kemudian dilewatkan melalui silinder-silinder yang terdapat pada main dryer. Silinder silinder tersebut dipanaskan menggunakan steam yang ditransformasikan kedalamnya sehingga terjadi proses perpindahan panas dari steam menuju silinder dan dari silinder panas dialirkan ke kertas. Jadi pada silinder ada tiga lapisan utama yang berbeda, lapisan paling luar merupakan kertas, lapisan tengah adalah kanvas, dan lapisan paling dalam merupakan steam. Sehingga terjadi perpindahan panas secara konveksi dan konduksi.

6 BAB II Tinjauan Pustaka 11 Gambar 2.3 Konfigurasi Dryer Section Pada gambar 2.3 menunjukan single-tier dryer section dalam bagian wet end di paper machine. Proses pengeringan meliputi pemasukan steam yang cukup untuk proses evaporasi di mana panas dari steam mampu menguapkan kandungan air dari lembaran kertas. Pemanasan dilakukan secara bertahap, mulai dari tahap awal ±60 0 C sampai pada bagian akhir ±150 0 C. Steam yang digunakan merupakan saturated steam dan tekanan yang diberikan antara kg/cm 2 atau bar. Kondensat yang terbentuk di dalam silinder dryer dikeluarkan menggunakan rotary syphon yang ditampung di separator untuk selanjutnya dialirkan ke kondenser. Distribusi steam pada bagian ini menggunakan sistem cascade, artinya steam sisa unit silinder yang lebih panas disalurkan kembali ke unit sebelumnya. Sedangkan untuk penanganan uap air yang keluar dari lembaran, digunakan sirkulasi udara dengan sistem hood tertutup. Kadar air yang keluar dari main dryer sekitar 90%.

7 BAB II Tinjauan Pustaka Komponen Dryer Section Silinder Dryer Pengeringan silinder merupakan tipe alat pengering yang terdiri dari satu atau lebih silinder. Terbuat dari logam yang berputar sesuai dengan porosnya pada posisi horizontal yang dilengkapi dengan pemansan internal oleh uap air, air atau media cairan pemanas lainnya. Penggunaan uap sebagai sumber utama energi panas dan permukaan silinder yang berputar sebagai area perpindahan panas adalah metode yang paling umum pengeringan untuk buburan kertas (pulper) menjadi produk kertas. Hampir seluruh paper machine di dunia perindustrian kertas menggunakan konvensional uap panas silinder atau konfigurasi pengeringan multi silinder. Selain memberikan efisiensi energi yang baik, pengeringan silinder juga memungkinkan mendukung perpindahan pulper dengan baik, dan meningkatkan kelancaran pengeringan pulper. Silinder pengeringan juga dapat mencegah beberapa penyusutan pulper dalam machine direction dan cross direction. Sebagian besar silinder pengering dibuat dari cast iron maupun stainless steel. Ujung pengering atau kepala silinder terbuat juga dari cast iron. Gambar 2.4 menunjukkan pandangan penampang silinder pengering yang mencakup semua komponen seperti pasokan uap dan keluaran kondensat. Panjang silinder pengering yang paling umum adalah 7,5 m dan 1,8 m untuk diameter. Ketebalannya dapat bervariasi, tetapi mm adalah yang paling umum untuk digunakan dengan besarnya tekanan sekitar 1000 kpa.

8 BAB II Tinjauan Pustaka 13 Gambar 2.4 Penampang Cylinder Dryer Umpan buburan kertas dalam hal ini adalah pulper yang akan dikeringkan pada permukaan silinder yang dipanaskan oleh uap panas dan berputar pada kecepatan yang diinginkan. Pada dryer section di perindustrian pulp dan kertas memiliki sistem multi silinder atau silinder ganda. Silinder ini didesain dengan dua silinder yang puncaknya paralel dan bahan yang akan dikeringkan dimasukkan dari bagian atas pada daerah di antara dua drum (APV Crepaco 1992). Konfigurasi dryer multi silinder dapat dilihat pada gambar 2.5. Gambar 2.5 Konfigurasi Dryer Multi Silinder

9 BAB II Tinjauan Pustaka 14 Prinsip kerja alat pengering silinder adalah silinder berputar dengan tenaga penggerak motor, dipanaskan dari bagian dalam dengan menggunakan steam. Panas permukaan drum mencapai suhu C. Lapisan bahan yang akan dikeringkan disebarkan secara merata pada permukaan atas silinder Kanvas Dryer Kanvas digunakan sebagai kain pengering di bagian dryer section paper machine. Agar proses berjalan dengan baik, maka kertas harus menempel pada permukaan silinder dengan baik. Sehingga untuk menempel kertas tersebut maka digunakanlah kanvas. Gambar 2.6 Kanvas Cylinder Dryer Kanvas ini mirip seperti ban berjalan, membawa pulper dengan kecepatan tinggi dan menekan kertas pada dinding silinder pengering, sehingga kertas dapat menempel dengan rata pada silinder tersebut. Akibat dari itu semua proses perpindahan panas berlangsung dengan cepat dan efisien. Selain itu penggunaan kanvas berfungsi agar buburan kertas tidak kontak langsung dengan permukaan silinder pengering yang mempunyai suhu tinggi, karena akan menyebabkan buburan kertas menjadi menempel dengan silinder pengering.

10 BAB II Tinjauan Pustaka Sistem Steam dan Kondensat Pada paper machine yang modern ada beberapa poin dalam sistem steam dan kondensat yang diperhatikan. Ini termasuk dryer, steam box, wire pit, dan proses pemanasan air. Dalam hal pengeringan kertas, steam utama dan titik konsumsi kondensat merupakan energi panas yang dibutuhkan untuk pengeringan kertas bersumber dari silinder pengering dan ventilasi udara panas. Gambar 2.7 menunjukkan gambaran secara umum steam dan sistem kondensat dari perindustrian kertas di dunia. Ada sejumlah variasi steam dan sistem kondensat tergantung pada mesin desainnya. Desain steam dan sistem kondensat dipengaruhi oleh tekanan steam, kecepatan mesin, gramatur, kekeringan lembaran kertas setelah press section dan persyaratan kualitas produk jadi. Sistem uap dan kondensat untuk grade kertas yang berbeda adalah cascade system, thermo-compressor systems atau kombinasi dari keduanya. Gambar 2.7 Sistem Uap (Steam) dan Kondensat pada Paper Machine Industry 2.5 Proses Pengeringan di Dryer Section Proses pembuatan kertas sangat dipengaruhi oleh proses pengeringan di dryer section. Dalam proses pengeringan ini terjadi perpindahan panas dan massa

11 BAB II Tinjauan Pustaka 16 karena adanya perbedaan temperatur. Panas akan mengalir dari tempat yang temperatur tinggi ke temperatur lebih rendah Mekanisme Pengeringan di Dryer Section Pada main dryer ini terdapat 28 s ilinder yang digunakan di mana terbagi menjadi lima section. Silinder tersebut berputar secara linier yang sama di mana silinder diputar dengan satu sumber yaitu motor listrik yang dihubungkan dengan roda gigi pada setiap silindernya. Adapun skema dari mesin pengering kertas dapat dilihat pada gambar 2.8 IV Gambar 2.8 Skema Dryer Section Pada gambar terdapat penulisan I, II, dan III yang menunjukan adanya tiga tahap utama dalam pengeringan kertas. Tahap pertama adalah tahap perjalanan kertas mulai menempel pada silinder sampai saat kanvas mulai menyentuh silinder. Tahap kedua adalah tahap perjalanan kertas sepanjang kanvas menyelimuti silinder. Tahap ketiga adalah tahap perjalanan kertas pada permukaan luar silinder saat kanvas meninggalkan, dimana kertas masih menempel pada silinder. Tahap ke empat adalah tahap perjalanan kertas bebas tidak menempel pada silinder, letaknya di antara dua buah silinder. Tahap pertama, lembaran kertas mulai membungkus silinder pengering. Akibat dari temperatur silinder lebih tinggi dari temperatur kertas maka akan

12 BAB II Tinjauan Pustaka 17 terjadi perpindahan panas dari silinder pengering ke lembaran kertas yang menyebabkan naiknya temperatur dan tekanan uap air pada permukaan lembaran kertas sehingga laju penguapan menjadi bertambah. Tahap kedua, kanvas akan membungkus dan menekan lembaran kertas lebih kuat ke silinder sehingga perpindahan panas dari silinder lembaran kertas akan bertambah besar. Panas yang masuk akan menaikkan temperatur, dengan demikian tekanan uap air akan naik juga yang menyebabkan naiknya laju penguapan. Setelah kanvas mulai meniggalkan silinder, kertas mulai memasuki tahap ketiga. Pada tahap ini laju penguapan bertambah, itu disebabkan karena pada saat kertas di selimuti oleh kanvas terjadi kenaikkan temperatur yang cukup tinggi. Setelah melewati tahap ketiga kertas akan menuju tahap keempat, pada tahap ini kertas tidak menempel pada silinder dan juga pada kanvas (bebas kontak). Kertas tidak mendapatkan pertambahan energi, bahkan hanya melepaskan energi pada dua sisi permukaannya yang menyebabkan penurunan temperatur pada kertas Mekanisme Perpindahan Panas Dalam pengeringan kertas metode utama dalam perpindahan panas adalah dengan konduksi dan konveksi untuk pembuatan pada seluruh grade kertas. Perpindahan panas secara radiasi biasanya diabaikan dalam pengeringan kertas konvensional karena kontribusinya terhadap perpindahan panas keseluruhan jauh lebih sedikit dari pada konduksi dan konveksi. Oleh karena itu perpindahan panas secara konveksi dan konduksi adalah metode utama untuk dapat menghitung besarnya perpindahan panas pada cylinder dryer. a. Perpindahan Panas dari Steam ke Dinding Silinder Temperatur steam (T sat ) yang dialirkan dengan laju dan tekanan tertentu didalam dinding silinder akan mengalir secara konduksi atau rambatan dengan menembus tahanan ketebalan dinding silinder yang bertemperatur lebih rendah

13 BAB II Tinjauan Pustaka 18 sehingga mengalami penurunan temperatur yang menghasilkan temperatur dinding luar silinder (T sil ). T sat silinder T sil Gambar 2.9 Perpindahan Panas dari T sat ke T sil Proses pengeringan menggunakan multi silinder dan panas T Sat merupakan sumber panas yang akan dipindahkan ke lembaran kertas. Sumber panas mengalir melalui beberapa tahanan termal yang akan menyebabkan temperatur akan turun mencapai temperatur permukaan kertas ( T S ). Tahanan termal tersebut meliputi tebal dinding silinder, kotoran pada permukaan silinder dan tahanan akibat adanya kertas. Konduksi Jika sebuah logam yang salah satu ujungnya dipanaskan dalam selang waktu tertenu, ujung lainnya pun akan terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada batang logam tersebut terjadi aliran atau perpindahan kalor dari bagian logam yang bersuhu tinggi ke bagian logam yang bersuhu rendah. Perpindahan kalor pada logam yang tidak diikuti perpindahan massa ini disebut dengan perpindahan kalor secara konduksi. Perpindahan kalor konduksi atau hantaran adalah perpindahan energi yang terjadi pada medium yang diam (padat atau zat yang dapat mengalir) apabila ada gradien temperatur dalam medium tersebut, tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat perantaranya. Syarat terjadinya konduksi kalor suatu benda adalah adanya perbedaan suhu antar dua tempat pada benda tersebut. Kalor akan berpindah dari tempat bersuhu tinggi ke tempat

14 BAB II Tinjauan Pustaka 19 bersuhu rendah. Jika suhu kedua tempat tersebut menjadi sama, maka rambatan kalor pun akan terhenti. Perpindahan Panas Konduksi pada Silinder Berongga Suatu silinder panjang berongga dengan jari-jari dalam r i, jari-jari luar r o dan panjang L dialiri panas sebesar q. Suhu permukaan dalam T i dan suhu permukaan luar T o. Gambar 2.10 Silinder Berongga Aliran panas hanya berlangsung ke arah radial (arah r) saja. Luas bidang aliran panas dalam system silinder ini adalah : A r = 2πrL (1) Sehingga hukum Fourier menjadi: (2) Sumber : Luqman Buchori, Perpindahan Panas (Heat Transfer). b. Perpindahan Panas dari Kertas ke Udara Sekeliling Panas yang dipindahkan dari kertas menuju udara sekeliling ada dua bentuk yaitu panas akibat penguapan (evaporasi) dan panas akibat konveksi. Panas akibat konveksi berupa panas sensible yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur

15 BAB II Tinjauan Pustaka 20 antara udara dengan permukaan kertas basah. Panas akibat penguapan berupa panas laten yang terjadi karena terdapat beda tekanan parsial antara uap air di udara dan tekanan air pada kertas basah. Adapun model sistemnya seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.11 V Q conv Q evap T K Kertas Gambar Model Perpindahan Panas dari Kertas ke Udara Sekeliling Konveksi Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat dengan fluida yang mengalir disekitarnya, dengan menggunakan media penghantar berupa fluida (cairan/gas). Arus fluida yang melintas pada suatu permukaan, maka akan ikut terbawa sejumlah enthalphi. Aliran enthalphi ini disebut aliran konveksi kalor atau konveksi. Konveksi merupakan suatu fenomena makroskopik dan hanya berlangsung bila ada gaya yang bekerja pada partikel atau ada arus fluida yang dapat membuat gerakan melawan gaya gesek (McCabe,1993). Contoh sederhana pepindahan panas secara konveksi adalah aliran air yang dipanaskan dalam belanga.kalor yang dipindahkan secara konveksi dinyatakan dengan persamaan Newton tentang pendinginan (Holman, 1986 ). Perpindahan panas konveksi tergantung pada viskositas fluida, disamping ketergantungannya terhadap sifat-sifat termal fluida, seperti konduktivitas termal, kalor spesifik, dan densitas. Hal ini disebabkan karena viskositas mempengaruhi laju perpindahan energi di sistem konveksi, yaitu : Perpindahan panas konveksi alami (natural convection) Gerakan fluida dalam konveksi bebas, baik fluida gas atau cair terjadi karena gaya apung yang alami apabila densitas fluida di dekat permukaan

16 BAB II Tinjauan Pustaka 21 perpindahan kalor berkurang sebagai akibta proses pemanasan. Gaya apung ini tidak akan terjadi apabila fluida itu tidak mengalami sesuatu gaya dari luar seperti gaya gravitasi. Walaupun gravitasi bukan satu-satunya gaya luar yang dapat menghasilkan arus konveksi bebas. Perpindahan panas konveksi paksa (forced convection) Konveksi paksa disebakan karena adanya gaya pemaksa yang menyebabkan fluida bergerak dan mempunyai kecepatan. Pada umumnya peralatan untuk memindahkan panas pada industri menggunakan sistem konveksi paksa. Sebagai gambaran dalam fenomena perpindahan panas konveksi alamiah dan paksa didalam pipa dinyatakan sebagai berikut qq = mm. CCCC. dddd = h cc xx AA (TTTT TTTT) (3) Untuk mencari nilai h c (koefisien perpindahan panas konveksi) digunakan bilangan-bilangan tak berdimensi seperti : Bilangan Grashof Bilangan Prandtl Bilangan Nusselt GGGG = LL3 xx ρρ 2 xx gg xx ββ xx ΔΔΔΔ μμ 2 PPPP = CCCC xx μμ kk NNNN = h cc xx LL kk Sumber : Luqman Buchori, Perpindahan Panas (Heat Transfer). (4) (5) (6)

17 BAB II Tinjauan Pustaka 22 Keterangan L panjang silinder ρ densitas g percepatan gravitasi β 1/T (Koefisien ekspansi volume) µ viskositas k konduktivitas bahan Untuk Konveksi Paksa qq = UU AA ΔΔΔΔ (7) U = koefisien perpindahan panas keseluruhan Δ T = LMTD (Logaritmic Mean Temperature Difference) Nilai LMTD didapat dari LLLLLLLL = ΔΔΔΔ1 ΔΔΔΔ2 ln ΔΔΔΔ1 ΔΔΔΔ2 Sumber : Geankoplis, Transport Processes and Separation Process Principles Fourt Edition (8) Perpindahan panas melalui konduksi erat hubungannya dengan Hukum Fourier. Hubungan dasar yang menguasai aliran kalor melalui konduksi ialah berupa kesebandingan antara laju aliran kalor yang melintas pada permukaan isotermal dan gradien suhu yang terdapat dalam permukaan tersebut. sesuai dengan persamaan (2) bentuk dasar perpindahan panas secara konduksi pada kondisi steady state ditunjukkan pada persamaan (9), sedangkan perpindahan panas konveksi ditunjukkan pada persamaan (10). :

18 BAB II Tinjauan Pustaka 23 Q = kaδ T / Ax (9) Q = haδ T (10) Sumber : Ajit K Ghosh, Fundamentals of Paper Drying Theory and Application from Industrial Perspective Keterangan: Q Panas transfer rate, J / s (W) k Termal konduktivitas, W / m.k A Luas permukaan perpindahan panas, m 2 T Suhu, K X Diameter atau ketebalan, m H Koefisien perpindahan panas, W/m 2 o C Laju perpindahan konduksi panas adalah berbanding lurus dengan k (konduktivitas termal bahan) dan gradien temperatur, AT / Ax. Koefisien perpindahan panas tergantung pada sifat fisik fluida dan kondisi aliran. Dalam pengeringan kertas, tekanan perpindahan panas konveksi terjadi pada antarmuka antara uap dan kondensat dalam silinder, dan antara kertas dan udara luar silinder. Jenis aliran adalah turbulen. Perpindahan panas konvektif dianggap sebagai aliran dari analisis cairan dan dimensi digunakan untuk mengkarakterisasi koefisien perpindahan panas (h). Resistensi Perpindahan Panas Panas dipindahkan dari daerah bertemperatur tinggi ke daerah temperatur rendah. Tingkat panas ditransfer dari steam dalam silinder ke kertas di permukaan silinder yang tergantung pada gradien suhu keseluruhan dan resistensi yang berbeda untuk perpindahan panas:

19 BAB II Tinjauan Pustaka 24 Q = UA (Ts - Tp) (11) Sumber : Ajit K Ghosh, Fundamentals of Paper Drying Theory and Application from Industrial Perspective Keterangan: Q Laju aliran panas dari pengering dalam untuk kertas U Koefisien perpindahan panas total Ts Temperatur steam Tp Temperatur kertas Gambar 2.12 menunjukkan panas yang berbeda dan resistensi perpindahan panas yang terlibat ketika paper web kontak dengan silinder. Gambar 2.12 Potongan Gambar Panas Pada Cylinder Dryer Dan Resistensi Perpindahan Panas. Resistensi berbagai arus panas ditunjukkan pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Sumber resistensi perpindahan panas dan aliran panas

20 BAB II Tinjauan Pustaka 25 Sumber : Ajit K Ghosh, Fundamentals of Paper Drying Theory and Application from Industrial Perspective Keterangan: A Area h Konduktansi termal konduktif k Termal konduktivitas L Panjang Karena dalam kondisi steady state, panas yang ditransfer melalui setiap lapisan dan nilai q adalah sama. Aliran panas sama dengan tekanan total dibagi dengan resistansi total, oleh karena itu: (12) (13) Sumber : Ajit K Ghosh, Fundamentals of Paper Drying Theory and Application from Industrial Perspective

21 BAB II Tinjauan Pustaka 26 Sehingga jika persamaan-persamaan yang terdapat pada tabel 2.2 dan persamaan (13) saling di substitusi, maka didapatkan nilai koefisien perpindahan panas total (U) secara umum sebagai berikut: (14) Sumber : Ajit K Ghosh, Fundamentals of Paper Drying Theory and Application from Industrial Perspective

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kertas adalah salah satu penemuan paling penting sepanjang masa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Pengantar KONDUKSI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI RADIASI Perpindahan Panas Konveksi Konveksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

PENDINGIN TERMOELEKTRIK BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan 134 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thermosiphon Reboiler Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan didihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi almiah (Natural Circulation),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL KELOMPOK II BRIGITA O.Y.W. 125100601111030 SOFYAN K. 125100601111029 RAVENDIE. 125100600111006 JATMIKO E.W. 125100601111006 RIYADHUL B 125100600111004

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume. Cooling Tower Menara pendingin adalah suatu menara yang digunakan untuk mendinginkan air pendingin yang telah menjadi panas pada proses pendinginan, sehingga air pendingin yang telah dingin itu dapat digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG DIAN HIDAYATI NRP 2110 030 037 Dosen Pembimbing Ir. Joko Sarsetyanto, MT PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 i KONDUKTIVITAS TERMAL LAPORAN Oleh: LESTARI ANDALURI 100308066 I LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 ii KONDUKTIVITAS

Lebih terperinci

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL KEGIATAN IPTEK bagi MASYARAKAT TAHUN 2017 PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL Mohammad Nurhilal, S.T., M.T., M.Pd Usaha dalam mensukseskan ketahanan pangan nasional harus dibangun dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT KELEMBABAN LEMBARAN KERTAS SETELAH MELALUI TAHAP PENGERINGAN

PENGUJIAN TINGKAT KELEMBABAN LEMBARAN KERTAS SETELAH MELALUI TAHAP PENGERINGAN PENGUJIAN TINGKAT KELEMBABAN LEMBARAN KERTAS SETELAH MELALUI TAHAP PENGERINGAN Era Budi Prayekti 1*, Anggun Amalia 1, Iin Afriyanti 1, Tresno Santoso 2 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh udara

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal 64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

PENGANTAR PINDAH PANAS

PENGANTAR PINDAH PANAS 1 PENGANTAR PINDAH PANAS Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, September 2009 Pindah Panas Konduksi (Hantaran)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Proses pendinginan sangat diperlukan dalam dunia perindustrian. Terutama industri yang bergerak di bidang material logam. Untuk menghasilkan logam dengan kualitas baik

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.

Lebih terperinci

Sistem pengering pilihan

Sistem pengering pilihan Sistem pengering pilihan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan alat pengeringan yang khusus (pilihan) Sub Pokok Bahasan 1.Pengering dua tahap 2.Pengering

Lebih terperinci

KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL

KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL Disusun Oleh : Brigita Octovianty Yohana W 125100601111030 Jatmiko Eko Witoyo 125100601111006 Ravendi Ellyazar 125100600111006 Riyadhul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN. Cara kerja evaporator mesin pendingin absorpsi difusi amonia-air

PERMASALAHAN. Cara kerja evaporator mesin pendingin absorpsi difusi amonia-air LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Cara kerja evaporator mesin pendingin absorpsi difusi amonia-air Pengaruh inputan daya heater beban pada kapasitas pendinginan, koefisien konveksi, dan laju alir massa refrigeran.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI INSULATION MATERIAL PADA ELEMEN PEMANASMESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER DAN PUTARAN 280 Rpm

PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI INSULATION MATERIAL PADA ELEMEN PEMANASMESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER DAN PUTARAN 280 Rpm PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI INSULATION MATERIAL PADA ELEMEN PEMANASMESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER DAN PUTARAN 280 Rpm SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA SIMUASI PROSES EVAPORASI NIRA DAAM FAING FIM EVAPORATOR DENGAN ADANYA AIRAN UDARA Oleh : Ratih Triwulandari 2308 100 509 Riswanti Zawawi 2308 100 538 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Kusno Budhikarjono, MT Dr.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Radiator Radiator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan maupun memanaskan.radiator

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas tentang dasar-dasar teori yang digunakan untuk mengetahui kecepatan perambatan panas pada proses pasteurisasi pengalengan susu. Dasar-dasar teori tersebut meliputi

Lebih terperinci

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pendinginan

Konsep Dasar Pendinginan PENDAHULUAN Perkembangan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi (pendingin) merintis jalan bagi pertumbuhan dan penggunaan mesin penyegaran udara (air conditioning). Teknologi ini dimulai

Lebih terperinci

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLIN FILM EVAPORATOR DENAN ADANYA ALIRAN UDARA Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas dan pembuatan es krim Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim digolongkan atas kategori economy, good average dan deluxe. Perbedaan utama dari

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR Jotho *) ABSTRAK Perpindahan panas dapat berlangsung melalui salah satu dari tiga

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI Oleh IRFAN DJUNAEDI 04 04 02 040 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena konveksi merupakan fenomena akibat adanya perpindahan panas yang banyak teramati di alam. Sebagai contohnya adalah fenomena konveksi yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penukar panas (heat exchanger), mekanisme perpindahan panas pada heat exchanger, konfigurasi aliran fluida, shell and tube heat exchanger,

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS. Pertemuan 9 Fisika 2. Perpindahan Panas Konduksi

PERPINDAHAN PANAS. Pertemuan 9 Fisika 2. Perpindahan Panas Konduksi PERPINDHN PNS Pertemuan 9 Fisika 2 Perpindahan Panas onduksi dalah proses transport panas dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dalam satu medium (padat, cair atau gas), atau antara medium

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN PENGARUH KECEPATAN UDARA. PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN A. Walujodjati * Abstrak Penelitian menggunakan Unit Aliran Udara (duct yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penukar kalor, mekanisme perpindahan kalor pada penukar kalor, konfigurasi aliran fluida, shell and tube heat exchanger, bagian-bagian shell

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B Kalor sebagai Energi 143 B A B B A B 7 KALOR SEBAGAI ENERGI Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan gambar di atas. Seseorang sedang memasak air dengan menggunakan kompor listrik. Kompor listrik itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci