BAB II KAJIAN PUSTAKA. 290) memberikan definisi mengenai teks yaitu Text is something that happens, in

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 290) memberikan definisi mengenai teks yaitu Text is something that happens, in"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teks dan Wacana Untuk dapat menganalisis suatu kalimat hal penting yang harus dipahami adalah keseluruhan pemahaman mengenai isi teks, maka di dalam menganalisis suatu kalimat tidak dapat lepas dari sebuah teks atau wacana. Untuk itu akan lebih jelas jika kita memahami dengan baik pengertian mengenai teks dan wacana. Halliday (1985: 290) memberikan definisi mengenai teks yaitu Text is something that happens, in the form of talking or writing, listening or reading. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa teks merupakan bentuk ujaran atau tulisan. Pendapat yang sejalan pun diungkapkan Djajasudarma (1993: 41) mengenai teks yaitu Teks dapat berwujud ujaran, paragraf, atau wacana. Sejalan seperti yang diungkapkan oleh Halliday (1985: 290) bahwa teks dapat berupa bentuk lisan maupun tertulis, Trask (1999: 312) mengungkapkan penjelasan mengenai teks yaitu A continuous piece of spoken or written language, especially one with a recognizable beginning and ending. For some linguists, a text is no different from a discourse. Teks bukan hanya serangkaian kata atau kalimat yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang diciptakan atau disusun dengan cara tertentu sehingga mengandung pengertian dalam konteks tertentu dan berfungsi sebagai penyampaian suatu pesan. Dari pengertian Halliday dan Trask di atas dapat dikenali bahwa teks dapat berupa lisan maupun tulisan. Hal ini sejalan dengan pengertian teks diungkapkan 6

2 7 oleh O Grady dan Dobrovolsky (1993: 455) yaitu The written version of any utterance or body of discourse is called a text. Dalam pemahaman ini O Grady dan Dobrovolsky mengungkapkan definisi teks hanya merupakan ungkapan tertulis. Teks berisi serangkaian kalimat yang memiliki kepaduan dan kesatuan yang utuh sehingga memberikan pemahaman yang jelas tentang isi dan maknanya. Suatu teks mempunyai tekstur atau susunan karena fungsi tekstur adalah sebagai pemersatu antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Tekstur atau susunan ditentukan oleh kelengkapan struktur kalimat atau kohesi. Setelah kita memahami pengertian teks tersebut di atas, maka berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian wacana. Teks dan wacana saling berhubungan karena teks berada di dalam suatu wacana. Kridalaksana (2002: 212) memberikan definisi mengenai wacana yaitu Wacana adalah deretan kalimat, kata yang membentuk ujaran bentuknya bisa berbahasa tertulis dan naskah. Pendapat lain diberikan oleh Parera (2004: 218) mengenai wacana yaitu Secara general sebuah wacana mengacu kepada sebuah teks utuh; sebuah wacana dapat diajukan kepada setiap tujuan berbahasa. Definisi wacana seperti yang diberikan oleh O Grady dan Dobrovolsky (1993: 455) menunjukkan adanya hubungan antara teks dan wacana adalah The field that deals with the organization of texts, ways in which parts of texts are connected, and the devices used for achieving textual structure is discourse analysis. Analisis wacana digunakan untuk menghasilkan atau menjelaskan teks secara tersusun dan saling berhubungan. Hal serupa diungkapkan oleh Trask (1999: 79) mengenai analisis

3 8 wacana yaitu Discourse analysis is an attempt to extend our highly successful analysis of sentence structure to units larger than the sentence. Wacana merupakan suatu teks yang saling berkaitan dan memiliki makna antar kalimatnya secara utuh dan keseluruhan. Pendapat yang masih sejalan mengenai definisi wacana diungkapkan pula Swan (1995: 151) yaitu: Discourse means pieces of language longer than a sentence. Some words and expressions are used to show how discourse is constructed. They can show the connection between what a speaker is saying and what has already been said or what is going to be said; they can help to make clear the structure of what is being said; they can indicate what speakers think about what they are saying or what others have said. Swan (1995: 151) Terdapat kesamaan pengertian antara yang diungkapkan oleh Swan dan Trask (1999: 78) mengenai definisi wacana yaitu Any connected piece of speech or writing. Wacana dibentuk dalam serangkaian kata yang memiliki makna mengenai hal yang terjadi, sudah terjadi, dan akan terjadi. Teks digunakan untuk menunjukkan bagaimana sebuah wacana terbentuk, wacana dapat menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dibicarakan dan apa yang sudah dibicarakan. Sehingga memberikan pemahaman yang jelas mengenai isi dan topik dalam wacana tersebut. Tarigan (1987: 27) mengungkapkan definisi wacana yaitu: Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tulisan. Wacana adalah kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lainnya terikat dengan erat.

4 9 Pengertian wacana menurut Kridalaksana (1987: 259) sejalan dengan pengertian yang diberikan sebelumnya bahwa: Satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal yang merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku seri, ensiklopedia), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Kridalaksana (1987: 259) Wacana adalah satuatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi yang memiliki kohesi dan koherensi untuk menyinambungkan antar kalimat. Analisis wacana digunakan untuk menghasilkan atau menjelaskan teks secara tersusun dan saling berhubungan. 2.2 Kohesi dan Koherensi Sebuah wacana memiliki kohesi dan koherensi setiap kalimatnya. Kohesi merupakan kepaduan dalam suatu kalimat dan koherensi berfungsi untuk menghubungkan agar kalimat-kalimat tersebut saling berkaitan. Kohesi dan koherensi ialah dua mendasar dalam studi wacana kohesi dan koherensi. Trask (1999: 79) yaitu Two fundamental terms in the study of discourse are cohesion and coherence. Terdapat dua hal yang sangat mendasar ketika mempelajari sebuah wacana, yaitu adanya kohesi dan koherensi dalam setiap teks yang tersusun, dalam hal ini sebuah wacana harus saling berkaitan antar kalimatnya sehingga dapat memberikan makna yang jelas.

5 10 Ada perbedaan antara kohesi dan koherensi, namun tidak ada kesesuaian yang jelas untuk membedakan antara keduanya. Seperti yang diungkapkan oleh Tanskanen (2006:7) "However, that cohesion refers to grammatical and lexical elements on surface a text which can form connections between part of text. Coherence, on the other hand, resides not in the text, but is rather the outcome of a dialogue between the text and its listener or reader" Jadi menurut Tanskanen bahwa bagaimanapun, kohesi yang mengacu pada unsur-unsur gramatikal dan leksikal pada permukaan teks yang dapat membentuk hubungan antara bagian dari teks. Koherensi, di sisi lain, tidak hanya dalam teks, tapi sedikit hasil dari dialog antara teks dan pendengar atau pembaca Koherensi Kohesi dan koherensi mendukung suatu teks agar memiliki kesesuaian antar setiap kalimatnya. Trask (1999: 39) memberikan definisi mengenai koherensi yaitu Coherence is the degree to which a piece of discourse makes sense. Setiap kalimat dalam suatu wacana harus saling berkaitan, logis, dan memiliki makna. Menurut Tanskanen (2006:20) bahwa "Coherence can be perceived and communication is more likely to be successful if the receiver's background knowledge is sufficient for making an interpretation". Jadi koherensi dapat dirasakan dan komunikasi lebih mungkin berhasil jika latar belakang pengetahuan penerima cukup untuk membuat interpretasi. Hal serupa diungkapkan oleh Collins-COBUILD English Dictonary (1995:305) bahwa "Coherence is a state or situation in which all the part or ideas fit together well so that they form a united whole." Penjelasan tersebut

6 11 menyubutkan bahwa koherensi adalah keadaan atau situasi di mana semua bagian atau ide sesuai dengan baik sehingga mereka membentuk suatu kesatuan yang bersatu. Contoh: 1) I wanted to buy some apples. but they were sold out. Contoh 1) merupakan kalimat yang koheren karena ada gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama. Kalimat pertama membahas wanted to buy some apples lalu di kalimat selanjutnya menerangkan bahwa they were sold out. Dengan kata lain, setiap kalimat harus bersinambungan agar kalimat ke kalimat selanjutnya menjadi koheren. Menurut Halliday dan Hasan (1976:23) bahwa "Coherence is the coherence of text with its context of situation." Jadi koherensi adalah koherensi teks dengan konteksnya situasi. Menurut Schmidt antara kohesi dan koherensi saling berkaitan erat. Pendapat mengenai pengertian koherensi menurut Trask sejalan dengan pengertian menurut Schmidt bahwa koherensi menunjukkan adanya kelogisan dalam susunan kalimat. Schmidt (1995: 41&125) menjelaskan mengenai koherensi adalah Coherence is a synonym for cohesion, but it relates more to the order and consistency of ideas and statements and it means that all parts of a piece of writing are clearly related to one another in a logical sequence. Koherensi merupakan serangkaian tulisan dengan urutan yang jelas, logis, dan sistematis antar setiap kalimatnya dan semua bagian

7 12 dalam wacana tersebut saling berkaitan dengan makna saling mengikat dan memiliki kepaduan. Dari empat definisi yang dikemukaan di atas teridentifikasi bahwa ada empat syarat koherensi yaitu: 1) memberikan kualitas makna dalam suatu wacana, 2) memberikan pemahaman dalam komunikasi, 3) adanya unsur yang saling menguatkan membentuk satu kesatuan, dan 4) kosistensi gagasan yang saling berkaitan membentuk urutan yang logis Kohesi Kohesi atau kepaduan dalam suatu wacana mutlak diperlukan agar teks yang disajikan memiliki hubungan yang saling berkaitan secara logis dan sistematis. Menurut Halliday (1985: 288) pengertian kohesi adalah The non-structural resources for discourse are what are referred to by the term cohesion. Pendapat lain diberikan oleh Schmidt (1995: 125) mengenai pengertian kohesi yaitu Cohesion means that different parts of something stick together. Unsur-unsur dalam wacana saling mengikat sehingga memberikan makna yang saling bertalian. Sejalan dengan pengertian sebelumnya mengenai definisi kohesi, lebih lanjut Halliday (1976: 299) mengungkapkan bahwa kohesi adalah Cohesion expresses the continuity that exists between one part of the text and another. Kohesi menunjukkan kelancaran antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam suatu teks. Kohesi diperlukan untuk membuat konsep dari suatu teks agar bagian-bagian dalam teks tersebut saling berurutan.

8 13 Menurut Trask (1999: 40) definisi kohesi yaitu Cohesion is the presence in a discourse of explicit linguistic links which provide structure. Kohesi menjadikan kalimat dalam setiap wacana memiliki kepaduan dan struktur yang mudah dipahami, setiap alur dalam kalimatnya memiliki makna yang saling berhubungan. Contoh: 2) The boys climbed the trees. The trees weren't too tall for them. Dari contoh 2) merupakan kohesi karena setiap kalimat memiliki makna yang saling berhubungan. Kalimat pertama menerangkan the boys yang memanjat the trees lalu kalimat selanjutnya menerangkan the tree yang tidak telalu tinggi bagi mereka. Dengan kata lain, pengulangan ini menjadi salah satu cara untuk membuat kalimat menjadi kohesif. Menurut Markels (1984:4) bahwa "Cohesion elevates a random collection of sentence to status of a text, and in the process impart meaning, insight, and purpose to those sentence". Jadi menurut Markels bahwa kohesi meningkatkan koleksi acak kalimat untuk status teks, dan dalam proses menyampaikan makna, wawasan, dan tujuan kalimat tersebut. Hal serupa senada dengan Taboada (2004:156) bahwa "Cohesion occurs when the interpretation of another of some element in the discourse depend on the interpretation of another one, whether preceding or following". Jadi menurut Taboada bahwa kohesi terjadi ketika interpretasi lain dari beberapa elemen dalam wacana tergantung pada interpretasi yang lain, baik sebelum atau setelah. Dari lima definisi di atas dapat diidentifikasikan bahwa terdapat lima syarat kohesi yaitu: 1) Bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain. 2) Saling

9 14 berkesinambungan antar bagian teks. 3) Adanya linguistic link. 4) Meningkatkan pemahaman terhadap teks atau kalimat. 5) Adanya elemen-elemen yang saling ketergantungan (dalam kaitannya dengan pemahaman dalam wacana) Sinonimi Menurut Halliday dan Hasan (1976: 278) Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk beda atau hal yang sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain Crystal (1995:164) menjelaskan bahwa sinonimi adalah leksem yang memiliki arti yang sama. Sinonimi diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana. Sedangkan Verhaar (1994) memaknai sinonimi sebagai ungkapan (kata, frasa, kalimat) yang memiliki sedikitnya dua makna yang sama. Akan tetapi dalam bahasa apapun terdapat dua kata yang merupakan sinonimi yang maknanya sama dalam semua konteks. Contoh; large dan big sebagai kata maknanya tidak jauh beda. Tetapi jika kata itu digunakan dalam frasa My big sister dan My large sister tentu tidak memiliki makna yang sama. Oleh karena itu kita perlu memahami kemungkinan yang membuat sinonimi berbeda. Hal ini bergantung pada tingkatan kata dalam maknanya. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sinonimi adalah makna kata yang sama dengan kata yang lainnya, kata yang bermakna sama atau kata yang hampir sama seperti kata dalam bahasa yang sama. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual

10 15 lain dalam wacana. Sinonimi dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Yang harus diingat dalam sinonim adalah dua buah satuan bahasa (kata, frase atau kalimat) sebenarnya tidak memiliki makna yang persis sama. Menurut Verhaar yang sama adalah informasinya. Hal ini sesuai dengan prinsip semantik yang mengatakan bahwa apabila bentuk berbeda maka makna pun akan berbeda, walaupun perbedaannya hanya sedikit. Selain itu, dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang bersinonim belum tentu dapat dipertukarkan begitu saja. Contoh: 3) My mother usually comes home at seven. 4) wait for me!. before she arrives I should clean the room. Dalam kalimat 3 dan 4 disimpulkan bahwa kata comes dan arrives adalah padanan kata atau sinonim dari arrives Hiponimi Hiponimi adalah hubungan makna leksikal yang bersifat hierarkis antara satu konstituen dan konstituen yang lain. Relasi makna terlihat pada hubungan antara konsituen yang memiliki makna umum dan konstituen yang memiliki makna khusus (Halliday dan Hasan, 1976: 278). Kata hiponimi berasal dari Yunani Kuno yang terdiri dari kata onoma nama dan hypo di bawah. Secara leksikal hiponimi berarti nama yang termasuk di bawah nama lain (Verhaar, 1993). Secara semantis, hiponimi dapat didefinisikan sebagai ungkapan (kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna ungkapan lain.

11 16 Hiponimi (hubungan atas-bawah) diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frase, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang berhiponim itu disebut hipernim atau superordinat. Dalam kata lain, hiponimi merujuk kepada sesuatu yang dikenal dari tingkat keanggotaan yang memiliki kedekatan relasi diantara kata. Contoh : 5) He often use crimson 6) but sometimes he use vermilion to colour the sky. crimson yang artinya merah terang dan vermilion yang berarti merah tua berhubungan dengan hiponim dari (red) warna merah. Kata (red) adalah superodinat yang memiliki subordinat crimson, red berry, scarlet, lust red, vermilion Meronimi Jika hiponimi memiliki hubungan khusus ke umum, maka pada meronimi unsur leksikal yang satu merupakan bagian dari keseluruhan unsur leksikal yang lain (part of the whole). Meskipun demikian, meronimi masih memiliki acuan yang sama. Bentuk meronimi dapat terlihat seperti contoh berikut: 7) She knelt down and looked along the passage into the loveliest garden you ever saw. How she longed to get out of that dark hall, and wander about among those beds of bright flowers and those cool fountains (Halliday, 1985:312).

12 17 Kata flowers dan fountains pada penggalan kalimat di atas merupakan meronimi dari kata garden karena kata flowers dan fountains adalah bagian dari garden. Dengan adanya kata flowers dan fountains menjadikan kata garden di atas menjadi jelas, sehingga penggalan kalimat di atas mempunyai keutuhan Antonimi Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain atau relasi semantik di antara kata yang memiliki makna berlawanan (Halliday dan Hasan, 1976: 279). Sementera itu Jackson (1988: 64) mendefinisikan bahwa Antonym deals with the oppositeness of meaning, word with opposite meaning of various kinds. Furthermore, antonym is word that means the opposite another word antonim berhubungan dengan perlawanan makna, kata yang memiliki macam-macam lawan kata. Sedangkan Bloomsbury (1999:77) menyatakan bahwa Antonym is word which is in the some sense opposite in meaning. For Example: Old and Young are having opposite meaning. Antonim adalah kata yang di dalamnya terdapat makna yang berlawanan. Sebagai contoh, Tua dan Muda memiliki makna yang berlawanan. Dapat disimpulkan bahwa antonim adalah nama lain untuk benda atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Pengertian antonimi mencakup konsep yang benar-benar berlawanan sampai kepada yang hanya kontras makna saja. Contoh : 8) Hey man, look at my dog! he looks so happy. 9) How do you know he is happy? he feels sad behind the face!

13 18 Contoh kedua kata di atas adalah kata yg saling bertentangan dengan rasa. happy yang artinya senang dan "sad berarti sedih menunjukkan bahwa kedua kata tersebut merupakan Antonimi Repetition Repetisi adalah penyebutan kembali satu unit leksikal yang sama yang telah disebutkan sebelumnya. Perulangan kata itu mungkin berupa pengulangan kata, frasa atau klausa (Halliday dan Hasan, 1976: 278). Sementara itu Bloomsburry (1999: 1592) menyatakan bahwa repetisi adalah pengulangan suatu tindakan atau kembali mengerjakan sesuatu lagi. Sesuatu yang sama seperti suatu kejadian atau situasi yang sama seperti hal yang sudah pernah terjadi sebelumnya. Keraf (1994: ) mendefinisikan repetisi yaitu pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat. Repetisi pada umumnya sangat berperan penting dan banyak ditemukan dalam lagu maupun puisi, ketika perkataan atau bagian dari lirik lagu sering diulangulang maka dapat disebut Repetisi. Contoh: 10) we promise we will win the exhibition. 11) we promise!!!!, I said, we promise!!!! Dalam contoh kalimat 10) dan 11) terdapat pengulangan kata we promise yang artinya kita berjanji merupakan bagian dari repetisi. Repetisi merupakan penekan kata untuk meyakinkan sesuatu.

14 19 Menurut Johnstone (1991:11) "That repetition is thereby a central process through which language is created in discourse". Jadi menurut Jonhstone bahwa pengulangan dengan demikian proses yang utama melalui bahasa yang diciptakan dalam wacana. Johnstone (1994:4) menambahkan bahwa "The underlying structural pricinple in text in which repetition is a discourse structuring device" jadi prinsip struktural yang mendasari dalam teks di mana pengulangan adalah perangkat penataan wacana. Hal serupa diungkapkan oleh Tannen (1987:578) bahwa pengulangan adalah strategi yang digunakan dalam wacana baik sastra dan percakapan untuk melibatkan penonton dalam tema pembicara / penulis dan untuk mempengaruhi keikutsertaan mereka dalam negosiasi makna. Each time a word or phrase is repeated, its meaning is altered. The audience reinterprets the meaning of the word or phrase in light of the accretion, juxtaposition, or expansion; thus it participates in making meaning of the utterances. (1987:578) Contoh: 12) Algy met a bear. The Bear was bulgy Jadi kata bear diulang untuk menekankan atau menjelaskan kata bear itu sendiri.

15 20 Selain kegunaan dalam percakapan, pengulangan juga banyak digunakan dalam wacana narasi. Bakker (1989:159) memberikan definisi fungsional berikut Repetition... may involve the exact, verbatim recurrence of a given phrase, but it may also involve the recurrence of a rhythmical pattern....repetitions may be ordered by degree of linguistic sameness.... (mere metrical repetition) to maximal linguistic sameness (verbatim repetition). In between, we may localize repetitions with linguistic sameness on the level of category (parts of speech). (1989:159) Jadi Pengulangan mungkin meliputi perulangan yang tepat dari verbatim (kata demi kata) sebuah yang diberikan frase, namun hal itu mungkin perulangan juga meliputi dari pola ritme. Pengulangan mungkin diperintahkan oleh gelar dari kesamaan linguistik. (hanya pengulangan berirama) untuk maksimal kesamaan linguistik (verbatim pengulangan). Di antara, kita mungkin melokalkan slogan global pengulangan linguistik dengan kesamaan pada tingkat kategori (bagian dari pidato).... doing, saying or writing the same thing more than once. ( ) The recurrence of processes, structures, elements and motifs is fundamental to communication in general and language in particular. (McArthur, 1992: 861) Menurut McArthur bahwa melakukan, mengatakan atau menulis hal yang sama lebih dari sekali. terulangnya proses, struktur, elemen dan motif adalah dasar komunikasi pada umumnya dan bahasa pada khususnya. Senada dengan McArthur, Dicknis, et al. (2002:100) "Pattern of repetition involves repetition of the same pattern in two or more word in close proximity" (2002:100). Menurut Dicknis bahawa pengulangan pola melibatkan pengulangan pola yang sama dalam kata dua atau lebih di jarak terdekat.

16 21 Jadi repetition adalah segala sesuatu yang muncul lebih dari sekali dapat dianggap sebagai pengulangan. Dengan demikian pengulangan merupakan elemen penting yang muncul dalam pidato-pidato dan juga percakapan sehari-hari. Terulangnya suara, kata atau struktur sintaksis digunakan untuk efek retoris. Hal ini juga berfungsi sebagai elemen pemersatu dalam menulis. Pengulangan muncul pada tingkat sintaksis serta ekspresif. Repetition juga mempunyai tujuan yang diungkapkan oleh Montgomery, dkk. (1992:103) "Repetition is used to describe an exact correspondence between two or more element of text (e.g repetition of word, as inthe chorus of a song)" Jadi menurut Montgomery bahwa pengulangan digunakan untuk menggambarkan sebuah korespondensi yang tepat antara dua elemen atau lebih teks (misalnya pengulangan kata, seperti chorus in the lagu). Menurut Aitchison (1994:16) terdapat beberapa jenis repetitions seperti: a) Anadiplosis: Starting a clause or phrase with the word or phrase that ended the preceding unit. b) Anaphora: The repetition of a word or group of words at the beginning of successive clauses or phrases. c) Epistrophe: Ending a series of phrases or clauses with the same word or words. d) Isocolon: A series of similarly structured phrases. e) Ploche (ploce, repetitio): The repetition of the same word in a short span of text

17 22 f) Polyptoton: The repetition of a word, but in a different form (i.e., the repetition of a stem, with a difference in affixes) g) Polysyndeton: Employing many conjunctions between clauses, often slowing the tempo or rhythm Anadiplosis Preminger dan Brogan (1993:69) menyebutkan bahwa anadiplosis adalah bentuk pengulangan kata yang menghubungkan dua frase, klausa, baris, atau bait dengan mengulangi kata di akhir yang pertama pada awal kedua. Anadiplosis is a figure of word repetition that links two phrases, clauses, lines, or stanzas by repeating the word at the end of the first one at the beginning of the second. (1993:69) Hal serupa diungkapkan oleh James Jasinski (2001:543) bahwa "Anadiplosis is when a word at or near the end of one clause or sentence is used to begin the following clause or sentence". Ungkapan itu menunjukan bahwa Anadiplosis adalah ketika sebuah kata pada atau dekat akhir satu kalimat atau kalimat yang digunakan untuk memulai kalimat atau kalimat berikut. Menurut Tannen (2007:184) bahwa Beginning an utterance with thesame unit that ended the preceding utterance. Jadi mulai suatu ungkapan dengan unit yang sama yang mengakhiri ungkapan sebelumnya. Contoh: 13) Comforte it is for man to have a wife. Wife chast, and wise, and lowly all her life.

18 23 14) Suffering breeds character. Character breeds faith, In the end. Pada contoh 13) kata wife berakhir di kalimat sebelumnya dan di sambung dengan kata wife di awal kalimat. Sama dengan contoh 13), contoh 14) terdapat pengulangan yaitu kata character. Pada kalimat pertama kata character ditulis di akhir kalimat dan pada kalimat selanjutnya kata character di tulis pada awal kalimat. Menurut Brett Zimmerman (2005:121) bahwa "Anadiplosis can express emotion" (2005:121). Jadi menurut Brett Zimmerman kalau anadiplosis dapat mengekspresiakan emosi. Menurut Ward Farnsworth (2010:58) bahwa "Anadiplosis is a helpful tool for describing an ascent." Ward Farnsworth berpendapat bahwa anadiplosis adalah alat yang berguna untuk menggambarkan sebuah kenaikan. Jadi Anadiplosis ialah pengulangan kata yang menghubungkan frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, di akhir dan di ulang di awal pada kalimat selanjutnya. Anadiplosis sebuah alat yang berguna untuk menggambarkan sebuah kenaikan dan juga dapat mengekspresikan emosi Anaphora Anaphora atau epanaphora adalah pengulangan kata yang sama atau kata-kata pada awal frasa, klausa, atau kalimat berturut-turut. Hal itu di ungkapkan oleh Preminger dan Brogan (1993:73) bahwa Also epanaphora, the repetition of the same word or words at the beginning of successive phrases, clauses, sentences, or lines. Preminger dan Brogan mengungkapkan bahwa anaphora atau epanaphora ialah pengulangan kata pada awal frasa, klausa, kalimat, atau baris berturut-turut.

19 24 Hal serupa diungkapkan oleh Levin (1982:114) bahwa the Anaphora is beginning of successive clauses with the same word or group of words. Levin berpendapat bahwa awal klausa berturut-turut dengan kata yang sama atau kelompok kata. Contoh: 15) Ask not what your country can do for you. Ask what you can do for your country. Contoh 15) merupakan anaphora karena kata ask terdapt di dua kalimat dan diulang pada awal kalimat secara berturut-turut. Ada juga yang mengungkapkan hal serupa bahwa "Specific type of repetition; word, phrase, or clause repeated at the begining of two more sentences in row." Moran dan Holder (2007:287) menurut Moran dan Holder ialah jenis tertentu pengulangan, kata, frase, atau klausa diulang pada awal dua kalimat lebih berturutturut. Kabalikan dari anaphora ialah epistrophe. Jika anaphora ialah pengulangan kata pada awal frasa, klausa, atau kalimat dan epistrophe ialah pengulan kata pada akhir kalimat, seperti yang diungkapkan oleh Preminger dan Brogan (1993:73) bahwa The opposite of anaphora is epistrophe which repeats words at the ends of clauses, lines or stanzas (1993:73). Preminger dan Brogan menjelaskan bahwa kebalikan dari anaphora adalah epistrophe yang mengulangi kata-kata di ujung klausa, baris atau bait. Hal senada diungkapkan di website A rhetorical term for the repetition of a word or phrase at the end of successive clauses. Also

20 25 known as epiphora. Contrast with anaphora (rhetoric). Jadi menurut dari website bahwa ephistrophe ialah Sebuah istilah retoris untuk pengulangan kata atau frasa pada akhir klausa yang berurutan. Juga dikenal sebagai epiphora. Contoh: 16) Sweet Portia, If you did know to whom I gave the ring, If you did know for whom I gave the ring And would conceive for what I gave the ring And how unwillingly I left the ring, When nought would be accepted but the ring, You would abate the strength of your displeasure. Pengulangan kata the ring terdapat pada akhir klausa, kalimat, atau bait. Berbeda dengan anaphora yang diulang di depan klausa, kalimat, atau bait. Jadi anaphora atau epanophora ialah pengulangan kata yang sama atau katakata pada awal frasa, klausa, atau kalimat secara berturut-turut. Kabalikan dari anaphora ialah epistrophe. Jika anaphora ialah pengulangan kata pada awal frasa, klausa, atau kalimat dan epistrophe ialah pengulan kata pada akhir kalimat

21 Polysyndeton Farnsworth Ward (2010:128) bahwa "Polysyndeton is the repeated use of conjunction." Farnsworth Ward mengungkapkan bahwa polysyndeton ialah pengulangan menggunakan konjungsi. Hal serupa diungkapkan oleh Ada juga polysyndeton yang diungkapkan oleh Baldick (2000:199) bahwa Term for repeated use of conjunctions to link together a succession of words, clauses, or sentences. Baldick mengungkapkan bahwa polysyndeton untuk penggunaan berulang konjungsi untuk menghubungkan uratan kata-kata, klausa, atau kalimat. Contoh : 17) A generation that uses their own creativity and talent and technology. Pada contoh 17) terdapat polysyndeton yaitu terdapat pengulangan konjungsi dalam satu kalimat. Konjungsi yang diulang ilah konjungsi and. Menurut Bartel Dietrich (1997:370 bahwa "The polysyndeton occurs when an emphasis is repeated successively in the same part of a passage" Bartel Dietrich berpendapat bahwa polysyndeton terjadi ketika penekanan ini diulangi di bagian yang sama dari suatu bagian. Polysyndeton juga terdapat di website Employing many conjunctions between clauses, often slowing the tempo or rhythm. Jadi Menggunakan konjungsi banyak antara klausa, sering memperlambat tempo atau irama. Quintilian (2006:9.3.53) mengamati bahwa kalimat menggabungkan perangkat ini menjadi lebih dinamis, intensif dan penuh dengan kasih sayang. Melalui

22 27 mengulangi, irama menjadi penting. Hal ini diungkapkan bahwa Sentences incorporating this device become more dynamic, intensive and filled with affection. Through repeating, the rhythm becomes important. ( 2006:9.3.53) Senada diungkapkan oleh Bodil Helder (2011:183) bahwa "... as rhetorical strategy, polysyndeton is used to show the rhytjm of language and, depending on the genre, it may add an air of solemnity to the text, thus reflecting the pathos appeal". Bodil Helder mengungkapkan bahwa sebagai strategi retoris, polysyndeton digunakan untuk menunjukkan irama bahasa dan tergantung pada genre, mungkin menambah suasana kesungguhan untuk teks, sehingga mencerminkan daya tarik. Menurut J. Gonda (1975:360) bahwa penulis lebih menyukai polysyndeton ketika gagasan saling melengkapi istilah yang terhubung tidak mudah dimengerti, maka akan muncul kepada saya bahwa penyusunan ini tidak jarang dipilih dalam memakai kata tunggal, atau klausa pendek, dengan efek gaya tertentu, dalam rangka untuk menunjukkan kesempurnaan, umum, atau kelengkapan. "An author has preferred a polysyndeton when the idea of mutual completion of the term connected is not obvious, it would appear to me that this construction was not infrequently chosen in a string of single word, or short clauses, with a certain stylistic effect, in order to suggest completeness, generality, or comprehensiveness". (1975:360) Jadi polysyndeton ialah pengulangan konjungsi untuk menghubungkan kata, klausa, atau kalimat. Menggunakan pengulangan konjungsi sering memperlambat tempo atau irama dalam sebuah tulisan. Polysyndeton juga digunakan untuk

23 28 menunjukkan irama bahasa dan tergantung pada genre dan menambah suasana kesungguhan untuk teks, sehingga mencerminkan daya tarik. 2.3 Tujuan Repetition Pengulangan berfungsi untuk menunjukkan keterkaitan kalimat dalam banyak cara yang sama yaitu menunjukkan keterkaitan referensi kepustakaan. Pengulangan juga membantu pemahaman, karena informasi yang tersampai ke pendengar lebih lambat. Hal diatas diungkapkan oleh Hoey (2001:35) "Repetition serves to show the relatedness of sentences in much the same way that a bibliographical reference shows relatedness... repetition also aids comprehension, since information is dripped across to the hearer more slowly." Aitchison (1994:19) mengungkapkan bahwa ada fungsi yang saling berkaitan satu sama lain yang dapat diidentifikasi: 1) pengulangan dapat memperluas sumber daya bahasa yang ada (biasanya pengulangan sendiri), 2) menyambungkan kohesi tekstual dan dapat dimengerti, dengan "text" digunakan dalam arti luas untuk memasukkan pidato diucapkan (sekali lagi, biasanya secara pengulangan), 3) memfasilitasi interaksi percakapan (biasanya pengulangan lainnya) "The function of repetition have been studied above all by stylisticians and sociolinguists. the former have concentrated on self-repetition, and the latter on other-repetition. three broad, overlapping functions can be identified: first, repetition may extend existing language resources (usually self-repetition); second, it promotes textual cohesion and comprehensability, with "text" used in its widest sense to include spoken speech (again, usually self-repetition); third, it facilitates conversation interaction (usually other-repetition)." (Aitchison 1994:19)

24 29 Contoh: 18) Dark behind it rose the forest, Rose the black and gloomy pine-trees, Rose the firs with cones upon them. Jadi Contoh 18) ada pengulangan kata Rose, kata Rose di ulang-ulang untuk menekankan kata Rose dan kata Rose juga untuk menyambungkan kohesi textual. Repetition functions didactically, playfully, emotionally, expressively, ritualistically; repetition can be used for emphasis or iteration, clarification, confirmation; it can incorporate foreign words into a language, in couplets, serving as a resource for enriching the language. (Johnstone et al. 1994:6). Johnstone (1994:6) mengungkapkan Pengulangan fungsi deduktif, jenaka, emosional, ekspresif, ritual; pengulangan dapat digunakan untuk penekanan atau iterasi, klarifikasi, konfirmasi, yang dapat memasukkan kata-kata asing ke dalam bahasa, dalam keduanya, melayani sebagai sumber daya untuk memperkaya bahasa. Pengulangan kata yang berbeda bergantung pada siapa yang mengulangi dan apa yang diulang. Aitchison (1994:15) menyiratkan bahwa When parrots do it, it s parroting. ( ) When children do it, it s imitation. ( ) When orators do it, it s epizeuxis, ploce, anadiplosis, polypton or antimetabole. When novelists do it, it s cohesion. When poets do it, it s alliteration, chiming rhyme or parallelism. (Aitchison, 1994:15)

25 30 Jadi menurut Aitchison bahwa Ketika beo melakukannya, itu membeo. Ketika anak-anak melakukannya, itu menirukan. Ketika orator melakukannya, itu epizeuxis, ploce, anadiplosis, polypton atau antimetabole. Ketika novelis melakukannya, itu kohesi. Ketika penyair melakukannya, itu aliterasi, berdentang sajak atau paralelisme. Hal serupa diungkapkan oleh Crystal dan Davy (1969) bahwa We can study the role and stylistic value of repetition in the language of newspapers and reporting, in legal documents, or rhetoric where quite many figures are based on repetition. Crystal dan Davy mengungkapkan bahwa kita dapat mempelajari peran dan nilai gaya pengulangan dalam bahasa surat kabar dan pelaporan, dalam dokumen hukum, atau retorika yang mana cukup banyak didasarkan pada pengulangan. Priminger dan Brogan mengungkapkan bahwa The effectiveness of motifs depends far more on their position and repetition, and on the relations they establish (1993:1281) Priminger dan Brogan mengungkapkan bahwa efektivitas motif tergantung pada posisi dan pengulangan mereka, dan pada hubungan mereka tetapkan. Zadornova (1986:5) mengungkapkan bahwa penerapan yang luas dari pengulangan suara menggarisbawahi nilai-nilai estetika dari kedua puisi dan sajak bebas. Hal ini penting untuk mengemukakan aliterasi sebagai kiasan yang terdiri dalam pengulangan yang sama (terutama awal) suara dalam kata-kata dalam suksesi dekat (biasanya dalam suku kata stres).

26 31 The broad applicability of sound repetition underlines the aesthetic values of both poetry and free verse. It is essential to adduce alliteration as a figure of speech which consists in the repetition of the same (esp. initial) sound in words in close succession (usually in the stressed syllables). (1986: 5) Sara Thorne (2000:476) juga mengungkapkan bahwa pengulangan adalah perangkat yang menekankan sebuah ide melalui pengulangan. Ini adalah strategi retoris utama untuk memproduksi efek penekanan, kejelasan, amplifikasi atau emosional. Sebagai perangkat pemersatu, independen metrik konvensional, pengulangan ditemukan secara luas dalam sajak bebas di mana paralelisme diperkuat dengan pengulangan kata-kata aktual dan frase, mengatur irama yang membantu untuk membedakan sajak bebas dari prosa. Repetition is a device which emphasizes an idea through reiteration. It is a major rhetorical strategy for producing emphasis, clarity, amplification or emotional effect. As a unifying device, independent of conventional metrics, repetition is found extensively in free verse where parallelism reinforced by the recurrence of actual words and phrases, governs the rhythm which helps to distinguish free from prose. (Sara Thorne, 2000: 476) Jadi repetition ialah mengatakan atau menulis hal yang sama lebih dari sekali. Repetition yang berfungsi sebagai 1) elemen pemersatu dalam menulis. 2) sebagai perangkat pemersatu, deduktif, emosional, ekspresif. 3) penekanan atau iterasi, klarifikasi, konfirmasi, dan upaya untuk membuat kalimat menjadi kohesif.

BAB I PENDAHULUAN. panjang daripada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Selain

BAB I PENDAHULUAN. panjang daripada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah teks terdiri dari unit-unit bahasa. Unit-unit bahasa tersebut merupakan unit gramatikal seperti klausa atau kalimat. Teks terkadang digambarkan sebagai sejenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai,

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai, misalnya I wake

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diwujudkan dalam bentuk wacana dan lebih bersifat konseptual. Halliday (1985:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diwujudkan dalam bentuk wacana dan lebih bersifat konseptual. Halliday (1985: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teks dan Wacana Teks merupakan esensi wujud bahasa. Artinya, teks direalisasikan atau diwujudkan dalam bentuk wacana dan lebih bersifat konseptual. Halliday (1985: 290) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari semakin maju. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Banyak sekali cara untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Banyak sekali cara untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah alat komunikasi yang vital. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi, mengajak, menciptakan dan memelihara suatu hubungan dengan orang

Lebih terperinci

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013 Tips Cara Menjawab Test Tertulis Bahasa Inggris A. Membaca (Reading). 1. Menentukan gambaran umum (General Description). Jenis pertanyaannya adalah sebagai berikut: - What is the text about? - What does

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Kumpulan kata mempunyai

Lebih terperinci

KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)

KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) Read Online and Download Ebook KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) DOWNLOAD EBOOK : KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN Click link

Lebih terperinci

The correlation between Speech Text Writing Habit and Students. writing skill at Daar El-Qolam Islamic Boarding School 2

The correlation between Speech Text Writing Habit and Students. writing skill at Daar El-Qolam Islamic Boarding School 2 76 Appendix 1. Questionnaire and Theory Appendices The correlation between Speech Text Writing Habit and Students writing skill at Daar El-Qolam Islamic Boarding School 2 Research Questions: 1. How is

Lebih terperinci

ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS

ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008 Adi Cahyono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV NOTICE AND ANNOUNCEMENT

BAB IV NOTICE AND ANNOUNCEMENT SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BAHASA INGGRIS BAB IV NOTICE AND ANNOUNCEMENT Dr. Rahmad Husein, M.Ed. Dr. Anni Holila Pulungan, M.Hum. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

المفتوح العضوية المفتوح العضوية

المفتوح العضوية المفتوح العضوية ABSTRAK Skripsi dengan judul Identifikasi Komunikasi Matematis Peserta Didik pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-Ended Kelas VII SMPN 1 Ngantru Kab. Tulungagung Tahun 2016/2017

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Trask (1999: 312) yang mengungkapkan bahwa Text is a continuous piece of

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Trask (1999: 312) yang mengungkapkan bahwa Text is a continuous piece of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Wacana Pada dasarnya, wacana tidak berbeda dari teks seperti yang dikatakan oleh Trask (1999: 312) yang mengungkapkan bahwa Text is a continuous piece of spoken or written language,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu maksud dari pembicara. Secara tertulis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian, kemudian digunakan sebagai landasan dalam menganalisis data yang terdapat pada Bab tiga. 2.1

Lebih terperinci

Alternatif Pembelajaran. Mengamati 1. Menanggapi gambar 2. Menonton video tentang. 3. Membaca daftar ekspresi kebahasaan.

Alternatif Pembelajaran. Mengamati 1. Menanggapi gambar 2. Menonton video tentang. 3. Membaca daftar ekspresi kebahasaan. Kompetensi Dasar Materi Pokok Materi Pembelajaran Alternatif Pembelajaran Aspek Sikap Pengetahuan Keterampilan Indikator Penilaian Indikator Penilaian Menganalisis struktur teks, dan unsur kebahasaan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Oleh karena itu komunikasi berperan penting dalam terciptanya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Oleh karena itu komunikasi berperan penting dalam terciptanya kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial yang secara naluriah membutuhkan manusia lain dalam bergaul, mengekspresikan diri, mengungkapkan keinginan, menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS Jurnal Skripsi Oleh TENRI MAYORE NIM. 070911001 JURUSAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO 2013 0 ABSTRACT

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I PEndidikan

Lebih terperinci

Pemrograman Lanjut. Interface

Pemrograman Lanjut. Interface Pemrograman Lanjut Interface PTIIK - 2014 2 Objectives Interfaces Defining an Interface How a class implements an interface Public interfaces Implementing multiple interfaces Extending an interface 3 Introduction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

A STUDY OF DEIXIS USED IN MICHAEL HEART S SONGS LYRIC ENTITLED WE WILL NOT GO DOWN AND WHAT ABOUT US THESIS BY DIAN SYLVIANA PUTRI NIM

A STUDY OF DEIXIS USED IN MICHAEL HEART S SONGS LYRIC ENTITLED WE WILL NOT GO DOWN AND WHAT ABOUT US THESIS BY DIAN SYLVIANA PUTRI NIM A STUDY OF DEIXIS USED IN MICHAEL HEART S SONGS LYRIC ENTITLED WE WILL NOT GO DOWN AND WHAT ABOUT US THESIS BY DIAN SYLVIANA PUTRI NIM 0911110021 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

CHAPTER 4: NOTICE AND ANNOUNCEMENT

CHAPTER 4: NOTICE AND ANNOUNCEMENT SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 BAHASA INGGRIS CHAPTER 4: NOTICE AND ANNOUNCEMENT Dr. Rahmad Husein, M.Ed. Dr. Anni Holila Pulungan, M.Hum. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki kedudukan sebagai penunjang aktualisasi pesan, ide, gagasan, nilai, dan tingkah laku manusia, baik dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

Nama Soal Pembagian Ring Road Batas Waktu 1 detik Nama Berkas Ringroad[1..10].out Batas Memori 32 MB Tipe [output only] Sumber Brian Marshal

Nama Soal Pembagian Ring Road Batas Waktu 1 detik Nama Berkas Ringroad[1..10].out Batas Memori 32 MB Tipe [output only] Sumber Brian Marshal Nama Soal Pembagian Ring Road Batas Waktu 1 detik Nama Berkas Ringroad[1..10].out Batas Memori 32 MB Tipe [output only] Sumber Brian Marshal Deskripsi Soal Dalam rangka mensukseskan program Visit Indonesia,

Lebih terperinci

Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah (Indonesian Edition)

Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah (Indonesian Edition) Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah (Indonesian Edition) Hery Hery Click here if your download doesn"t start automatically Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinonimi adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun, memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata atau padanan kata.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PEMARKAH KOHESI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

PENGGUNAAN PEMARKAH KOHESI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH PENGGUNAAN PEMARKAH KOHESI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses bersosialisasi tersebut. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. proses bersosialisasi tersebut. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang secara naluriah membutuhkan orang lain dalam bergaul, mengekspresikan diri, mengungkapkan keinginan atau menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional

BAB I PENDAHULUAN. Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional components yang lebih luas secara struktur di antara grup lainnya, sebagaimana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia lain. Interaksi tersebut dikemas dalam suatu wadah yang disebut komunikasi. Salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH

HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH Hubungan Dialog Kreatif dengan Pengalaman Historis Siswa, Adhitya 1 HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH Adhitya Rol Asmi. FKIP Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

1/5. while and do Loops The remaining types of loops are while and do. As with for loops, while and do loops Praktikum Alpro Modul 3.

1/5. while and do Loops The remaining types of loops are while and do. As with for loops, while and do loops Praktikum Alpro Modul 3. Judul TIU TIK Materi Modul Perulangan Ganjil 204/205 Mahasiswa memahami Konsep Perulangan. Mahasiswa mampu menggunakan perintah perulangan For, While do, do While 2. Mahasiswa mampu menggunakan perintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian serta kegunaan penelitian yang masing-masing peneliti bahas pada

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM.

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM. KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM. 10080207 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

KECAKAPAN INTERPERSONAL. Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi

KECAKAPAN INTERPERSONAL. Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi KECAKAPAN INTERPERSONAL Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi Bahasan: - Why - WhatWho - Where - How Who needs to know what I know now? Sharing Information Who knows what I need to know? Communication should

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan tidak ada bahasa tanpa manusia. Dua hal yang

Lebih terperinci

By SRI SISWANTI NIM

By SRI SISWANTI NIM READING COMPREHENSION IN NARRATIVE TEXT OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF MA NAHDLATUL MUSLIMIN UNDAAN KUDUS TAUGHT BY USING IMAGINATIVE READING MATERIALS IN THE ACADEMIC YEAR 2015/2016 By SRI SISWANTI NIM.

Lebih terperinci

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS Compiled by: Theresia Riya Vernalita H., S.Pd. Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada ungkapan memberi saran

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : BAHASA INGGRIS 2 KODE / SKS : IT042138 / 1 Pertemuan ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan dan TIK Teknik Pembelajaran 1 UNIT 1 Vocabulary Structure Supplement

Lebih terperinci

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW Rini Agustina Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak brentex32@yahoo.co.id ABSTRACT This study focuses

Lebih terperinci

Membangun Menara karakter (Indonesian Edition)

Membangun Menara karakter (Indonesian Edition) Membangun Menara karakter (Indonesian Edition) Stella Olivia Click here if your download doesn"t start automatically Membangun Menara karakter (Indonesian Edition) Stella Olivia Membangun Menara karakter

Lebih terperinci

CHAPTER IV RESULT OF THE RESEARCH AND DISCUSSION. answer the research problem is questionnaire. This section covered data of the students

CHAPTER IV RESULT OF THE RESEARCH AND DISCUSSION. answer the research problem is questionnaire. This section covered data of the students CHAPTER IV RESULT OF THE RESEARCH AND DISCUSSION This chapter is present the result of the study and discussion. The finding design to answer the research problem is questionnaire. This section covered

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menyusun suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,

Lebih terperinci

Keseimbangan Torsi Coulomb

Keseimbangan Torsi Coulomb Hukum Coulomb Keseimbangan Torsi Coulomb Perputaran ini untuk mencocokan dan mengukur torsi dalam serat dan sekaligus gaya yang menahan muatan Skala dipergunakan untuk membaca besarnya pemisahan muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting dalam interaksi antar manusia. Manusia melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa juga dipandang sebagai cermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Semantik Mempelajari semantik pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana pemakaian bahasa dalam suatu masyarakat agar mudah dan dapat dimengerti. Untuk menyusun kalimat yang

Lebih terperinci

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu.

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu. I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu. Misal: Verb 1 (infinitive), Verb 2, dan Verb 3. Contoh penggunaan tenses : 1. Saya belajar di

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat sekitar. Ada dua cara

Lebih terperinci

UML USE CASE DIAGRAM

UML USE CASE DIAGRAM UML USE CASE DIAGRAM "Get your team up to speed on these requirements so that you can all start designing the system." Happy Monday READING DOCUMENT REQUIREMENT The requirements are still a little fuzzy,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada peningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa melalui metode diskusi tipe dialog

Lebih terperinci

Tesis. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Tesis. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN BAHASA INGGRIS MAHASISWA SETARA PROGRAM DIPLOMA SATU Kasus : Studi Korelasi Penguasaan Kosakata, Motivasi Berprestasi, dan Persepsi tentang Kompetens Instruktur dengan Kemampuan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword: Algorithm, Depth First Search, Breadth First Search, backtracking, Maze, Rat Race, Web Peta. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keyword: Algorithm, Depth First Search, Breadth First Search, backtracking, Maze, Rat Race, Web Peta. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT In a Rat Race game, there is only one way in and one way out. The objective of this game is to find the shortest way to reach the finish. We use a rat character in this game, so the rat must walk

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPS CHAPTER 10LATIHAN SOAL BAB 10. Be quite. Keep quiet

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPS CHAPTER 10LATIHAN SOAL BAB 10. Be quite. Keep quiet 1. The correct active voice sentence of you are requested to keep quiet is SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPS CHAPTER 10LATIHAN SOAL BAB 10 Be quite Keep quiet Please keep quite Be quite please Please

Lebih terperinci

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SELOKA 2 (1) (2013) Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka KESALAHAN DI BIDANG KOHESI DAN KOHERENSI SERTA PENYEBABNYA PADA KARANGAN BAHASA

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF. presented by : M Anang Firmansyah

KOMUNIKASI EFEKTIF. presented by : M Anang Firmansyah KOMUNIKASI EFEKTIF presented by : M Anang Firmansyah KOMUNIKASI EFEKTIF * Pada komunikasi personal/kelompok Audience mampu memahami pesan yang dikirim oleh Komunikator.setuju/tidak dg pesan. * Pada komunikasi

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. Since the first publishing 3 weeks ago, there have been over 500 copies sold.

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. Since the first publishing 3 weeks ago, there have been over 500 copies sold. 1. Farhan : So, how many copies have been sold this far? Yola : Thank God. Many people seem to like it very much. SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1 Since the first publishing 3 weeks

Lebih terperinci

- Lisan -Isian Rina: I left my pen at home. 2x 40 menit Sani: Let me lend you mine Rina: Oh, thanks. etc

- Lisan -Isian Rina: I left my pen at home. 2x 40 menit Sani: Let me lend you mine Rina: Oh, thanks. etc CONTOH SILABUS Nama Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas/Semester : VIII/1 Standar Kompetensi : 1. Mendengarkan: Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal sangat sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain. Peran bahasa penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai pengolah suatu gagasan, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 10LATIHAN SOAL CHAPTER 10

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 10LATIHAN SOAL CHAPTER 10 SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 10LATIHAN SOAL CHAPTER 10 1. Announcement This is a new school year and there are many new students around. Please be friendly and help them understand the rules of

Lebih terperinci

- LISAN -ISIAN RINA: I LEFT MY PEN AT HOME. 2X 40 MENIT SANI: LET ME LEND YOU MINE RINA: OH, THANKS. ETC

- LISAN -ISIAN RINA: I LEFT MY PEN AT HOME. 2X 40 MENIT SANI: LET ME LEND YOU MINE RINA: OH, THANKS. ETC - LISAN -ISIAN RINA: I LEFT MY PEN AT HOME. 2X 40 MENIT SANI: LET ME LEND YOU MINE RINA: OH, THANKS. ETC CONTOH SILABUS Nama Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas/Semester : VIII/1 Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

Kata kunci: perkembangan makna, relasi makna, dan tafsir hubungan antaragama. xvii

Kata kunci: perkembangan makna, relasi makna, dan tafsir hubungan antaragama. xvii INTISARI Penelitian disertasi ini difokuskan untuk memetakan relasi makna dīn, millah, dan syarī ah serta merumuskan implikasinya terhadap tafsir hubungan antaragama. Untuk mengeksplorasi persoalan ini,

Lebih terperinci

SUKSES BERBISNIS DI INTERNET DALAM 29 HARI (INDONESIAN EDITION) BY SOKARTO SOKARTO

SUKSES BERBISNIS DI INTERNET DALAM 29 HARI (INDONESIAN EDITION) BY SOKARTO SOKARTO Read Online and Download Ebook SUKSES BERBISNIS DI INTERNET DALAM 29 HARI (INDONESIAN EDITION) BY SOKARTO SOKARTO DOWNLOAD EBOOK : SUKSES BERBISNIS DI INTERNET DALAM 29 HARI Click link bellow and free

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk kepaduan dan keutuhan sebuah wacana adalah pemakian konjungsi dalam sebuah kalimat atau wacana. Penggunaan konjungsi sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

KEUTUHAN WACANA LEMBAR KERJA SISWA (LKS): ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI (JURNAL INI MASIH MELALUI PROSES PENYUNTINGAN)

KEUTUHAN WACANA LEMBAR KERJA SISWA (LKS): ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI (JURNAL INI MASIH MELALUI PROSES PENYUNTINGAN) KEUTUHAN WACANA LEMBAR KERJA SISWA (LKS): ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI (JURNAL INI MASIH MELALUI PROSES PENYUNTINGAN) Medita Indriana Radhiah dan Untung Yuwono 1. Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition)

Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition) Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition) Muhammad Noer Click here if your download doesn"t start automatically Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition)

Lebih terperinci

Ya Allah Bimbing Hamba Menjadi Wanita Salehah (Indonesian Edition)

Ya Allah Bimbing Hamba Menjadi Wanita Salehah (Indonesian Edition) Ya Allah Bimbing Hamba Menjadi Wanita Salehah (Indonesian Edition) Aisyah Christy Click here if your download doesn"t start automatically Ya Allah Bimbing Hamba Menjadi Wanita Salehah (Indonesian Edition)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahkluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahkluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahkluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR Media Pembelajaran Bahasa Inggris START KELAS IV SEMESTER GENAP Oleh: I. G. A. Ratih Nirmala Shanti PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu berinteraksi antarsesama. Untuk menjalankan komunikasi itu diperlukan bahasa karena bahasa adalah alat komunikasi.

Lebih terperinci

TESIS KOMPETENSI KEWACANAAN MAHASISWA

TESIS KOMPETENSI KEWACANAAN MAHASISWA TESIS KOMPETENSI KEWACANAAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO DALAM PENULISAN LATAR BELAKANG MASALAH

Lebih terperinci

To provide maximum practice within controlled but realistic and contextualized framework To build confidence in using new language. Important Features

To provide maximum practice within controlled but realistic and contextualized framework To build confidence in using new language. Important Features Presentation Practice Production Purpose To give ss to realize the usefulness and relevance of a new language item To present the meaning and form To check understanding Important Features Clear, motivating,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang terdapat dalam sebuah ujaran yang disampaikan oleh penutur kepada orang yang diajak berkomunikasi.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 SISTIM INFORMASI STIMIK PRABUMULIH

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 SISTIM INFORMASI STIMIK PRABUMULIH Nomor Dokumen: Revisi ke : 00 Tanggal : Dibuat oleh : Direvisi oleh : Disetujui : Hepny Samosir, S.Pd., M.Pd. Tanda Tangan : Tanda Tangan: Tanda Tangan: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

THE TRANSLATION OF PREPOSITIONS AT, ON AND BY WITH REFERENCE TO GREEN S THE FAULT IN OUR STARS

THE TRANSLATION OF PREPOSITIONS AT, ON AND BY WITH REFERENCE TO GREEN S THE FAULT IN OUR STARS THE TRANSLATION OF REOSITIONS AT, ON AND BY WITH REFERENCE TO GREEN S THE FAULT IN OUR STARS Made Jaya Maharani 1* utu Ayu Asty Senja ratiwi 2 I Made Sena Darmasetiyawan 3 [123] English Department Faculty

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV. Abstract

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV. Abstract 1 KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV Ida Ayu Suryantini Putri Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana

Lebih terperinci