ANALISIS COST-BENEFIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS COST-BENEFIT"

Transkripsi

1 ANALISIS COST-BENEFIT USAHA RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA (STUDI KASUS PADA PROGRAM SAPI BERGULIR DI DESA ARJANGKA, KECAMATAN PRINGGARATA, KABUPATEN LOMBOK TENGAH) Juwita Widyastuty Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi keuntungan dari program sapi bergulir; (2) mengidentifikasi kelayakan dari program sapi bergulir; (3) mengidentifikasi tingkat sensitivitas dari program sapi bergulir; dan (4) menganalisis dampak program sapi bergulir bagi penyerapan tenaga kerja. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan mewawancarai 7 orang penerima bantuan program. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan tingkat bunga 6% selama 7 tahun akan menghasilkan NPV , IRR sebesar 46%, B/C Ratio sebesar 3,6, dan payback period proyek adalah 4,6 tahun. Penyerapan tenaga kerja yang terjadi adalah 14,58%, sehingga total tenaga kerja menjadi 44,90%. Oleh karena itu, program sapi bergulir ini layak untuk dilakukan. Kata kunci: Sapi Bergulir, NPV, IRR, B/C Ratio, Payback Period. A. PENDAHULUAN Sebagian besar peternakan sapi potong di Indonesia diusahakan peternakan rakyat dengan skala kecil, tetapi memiliki kontribusi yang berarti bagi kehidupan petani. Usaha peternakan rakyat masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan kurangnya modal usaha atau belum adanya kesempatan untuk memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya. Menurut Mubyarto (1995), modal merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Salah satu permodalan bagi usaha ternak tradisional adalah bantuan pemerintah. Pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk mengembangkan peternakan sapi potong rakyat, antara lain dengan program pemberdayaan masyarakat dengan berbagai pola bantuan modal. Pemberdayaan adalah upaya memberikan kesempatan kepada kelompok masyarakat berkemampuan lemah yang dilakukan secara sengaja dan terukur. Upaya yang dilakukan secara sengaja dan terukur menggunakan berbagai strategi, mekanisme, dan tahapan yang disusun secara sistematis untuk memberdayakan kelompok masyarakat berkemampuan lemah dalam jangka waktu tertentu (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007). Kabupaten Lombok Tengah sebagai salah satu daerah produsen ternak besar, seperti sapi dan kerbau, terus mengembangkan potensi yang dimilikinya.

2 Dalam upaya pengembangan tersebut, pemerintah Kabupaten Lombok Tengah telah melakukan beberapa program pengembangan hewan ternak, salah satunya adalah Program Sapi Bergulir yang diberikan kepada masyarakat tani ternak di Desa Arjangka. Untuk mengetahui seberapa besar manfaat sesungguhnya yang dihasilkan oleh program tersebut, maka dilakukan analisis finansial dengan menggunakan metode Cost-Benefit Analysis. B. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Desa Arjangka, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 orang peternak penerima bantuan program sapi bergulir di Desa Arjangka. Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling, yaitu dipilih petani ternak yang masih melakukan aktivitas usaha ternak sapi potong hingga saat ini. Metode pengambilan data dilakukan dengan survei. Data yang diambil meliputi dara primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan dan wawancara langsung dengan peternak, sedangkan data sekunder merupakan data pendukung dari data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. C. ANALISIS DATA Hasil penelitian berupa data lapangan ditabulasi dan dianalisis sebagai berikut. Net Present Value (NPV). Variabel yang diperlukan dalam analisis ini adalah benefit dan cost yang telah dihitung dengan present value dan nilai tingkat discount rate yang telah ditetapka. Menurut Common (1996), rumus NPV yang digunakan adalah: (1) Keterangan: NPV = Net Present Value B t = keuntungan kotor yang diperoleh pada tahun t C t = biaya yang dikeluarkan pada tahun t k = tingkat discount factor Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah discount rate yang dapat membuat besarnya NPV = 0 atau yang dapat membuat B/C Ratio = 1. Variabel yang diperlukan dalam analisis adalah benefit dan cost yang telah dihitung dengan present value. Menurut Santosh (2008), rumus IRR yang digunakan adalah: NPV IRR t NPV NPV x i i (2) Keterangan: IRR = Internal Rate of Return i = discount factor yang rendah

3 i = discount factor yang tinggi NPV = NPV dari discount factor yang rendah NPV = NPV dari discount factor yang tinggi Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio). B/C Ratio Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan apabila total present value dari benefit lebih dari satu dan bertujuan untuk memperoleh nilai benefit yang efisien. Menurut Santosh (2008), rumus B/C Ratio yang digunakan adalah: B/C Ratio (3) C Keterangan: B/C R = Benefit Cost Ratio B t = benefit (inflow) selama periode t C t = biaya (outflow) selama periode t k = tingkat discount factor t = periode proyek Payback Period. Menurut Pudjosumarto (1998), rumus payback period yang sering digunakan dalam analisa proyek adalah: B I A (4) Keterangan: I = besarnya biaya investasi yang diperlukan. A b = benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahun Analisis Sensitivitas. Menurut Common (1996), analisis sensitivitas merupakan tahap terakhir dalam melakukan analisis manfaat-biaya, agar hasil yang diperoleh bisa diuji dan bisa diambil keputusannya secara tepat. Penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja dihitung berdasarkan ketersediaan dan penggunaan tenaga kerja (Soekardono dalam Djaelani, 2009). Ketersediaan tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut. Ketersediaan TK = ( a x 0,5 x d) + ( b x 0,7 x d) + ( c x 1 x d) (5) Keterangan: a/b/c = jumlah orang d = jumlah jam kerja tersedia, di mana: a. 1 orang anak (umur tahun) = 0,5 HOK b. 1 orang wanita dewasa = 0,7 HOK c. 1 orang pria dewasa = 1 HOK d. Jam kerja tersedia adalah 1 HOK = 8 jam bekerja/hari. Selanjutnya, penggunaan tenaga kerja dihitung berdasarkan jumlah jam tercurahkan untuk pemeliharaan sapi potong per hari, sehingga penyerapan tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: Penyerapan TK Penggunaan Tenga Kerja Ketersediaan Tenaga Kerja X100% (6)

4 D. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Desa Arjangka merupakan salah satu desa dari sebelas desa yang ada di wilayah Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah. Desa Arjangka berada di tengah Pemerintahan Kecamatan, sehingga permasalahan yang dihadapi pemerintah desa sangat kompleks. Desa Arjangka adalah desa hasil pemekaran dari Desa Pringgarata pada dua tahun yang lalu. Secara geografi, wilayah Desa Arjangka terletak di tengah Pemerintah Kecamatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut. a. Sebelah Utara : Desa Murbaya b. Sebelah Selatan : Desa Pringgarata c. Sebelah Barat : Desa Sintung d. Sebelah Timur : Desa Pringgarata Kantor Kepala Desa yang berada di wilayah Dusun Arjangka Selatan merupakan pusat pemerintahan yang mempunyai luas wilayah 450 km 2 yang terdiri dari areal persawahan seluas 100 km 2, areal perkebunan seluas 50 km 2, areal pemukiman seluas 160 km 2, dan lain-lain seluas 360km 2. Wilayah Desa Arjangka dilintasi oleh saluran primer Jurang Sate Hulu sebagai sumber pengairan teknis bagi petani. Areal pertanian yang dialiri antara lain Puspalaya, Dasan Suman, Arjangka Utara, Arjangka Selatan, Kubur Jaran, dan Dasan Baru Jabon Utara. Secara administratif, Desa Arjangka terbagi dalam tujuh dusun dengan luas wilayah km 2 yang secara rinci tersaji dalam tabel berikut. Tabel 1. Pembagian Wilayah Administrasi Desa Arjangka Dusun Jumlah Luas Jenis Kelamin Penduduk (Km 2 ) L P Arjangka Selatan ,60 Arjangka Utara ,42 Puspalaya ,46 Dasan Suman ,32 Jabon Utara ,63 Kubur Jaran Utara ,37 Kubur Jaran Selatan ,61 Jumlah ,81 Sumber : Data Pemerintah Desa Arjangka Tahun 2011 Identitas Peternak Responden Para peternak responden merupakan penerima pinjaman dari program sapi bergulir yang dilakukan Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah pada tahun Kemampuan peternak responden sebagai pengelola sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha ternak. Untuk mengetahui kemampuan seorang peternak responden, maka perlu diketahui latar belakang yang berhubungan dengan keterlibatan dalam kerjasama program tersebut. Beberapa faktor yang turut berpengaruh terhadap kemampuan peternak responden dalam mengelola ternak sapi adalah umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan

5 keluarga, pengalaman beternak, dan pemilikan lahan yang digunakan untuk menunjang usaha ternaknya. Rata-rata umur peternak responden adalah 38,7 tahun dengan kisaran tahun. Usia tersebut merupakan kisaran usia produktif, sehingga masih memungkinkan untuk mengembangkan usaha peternakan sapi potong. Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kerja dan pola pikir peternak responden untuk menentukan corak dan pola manajemen yang diterapkan dalam mengelola usaha ternaknya. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang turut berperan dalam menentukan kemampuan peternak mengelola usaha ternaknya. Tingkat pendidikan tertinggi peternak responden adalah SMA sebanyak 1 orang (14,2%), SMP sebanyak 4 orang (57,2 %), dan SD sebanyak 2 orang (28,6%). Tingkat pendidikan peternak responden didominasi oleh SD dan SMP sebesar 85,8%. Hal ini sesuai dengan kondisi umum peternakan rakyat di Indonesia yang sebagian besar berpendidikan SMP ke bawah. Peternak dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih cepat dalam menerima dan memahami informasi baru, serta mampu melakukan perubahan inovatif dalam manajemen ternaknya. Jumlah anggota keluarga peternak mempengaruhi aktivitas usaha peternak karena menentukan ketersediaan tenaga kerja dalam membantu kegiatan peternak. Jumlah anggota keluarga peternak responden berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin secara rata-rata 2 5 orang, termasuk peternak sebagai kepala keluarga. Tenaga kerja yang digunakan peternak responden untuk usaha ternak sapi potong berasal dari tenaga kerja keluarga. Dilihat dari segi tanggungan keluarga, maka besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi besarnya kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Hal ini akan mendorong kepala keluarga untuk berusaha memperoleh tambahan pendapatan melalui usaha lainnya. Peternak responden telah mengenal sapi dalam waktu yang relatif lama, yaitu dengan kisaran 5 25 tahun. Hal ini disebabkan karena ternak sapi memiliki hubungan yang sangat erat dengan usaha pertanian. Dalam upaya pengembangan usaha ternak sapi potong tersebut, peternak dibekali dengan pengetahuan praktis tentang cara beternak melalui penyuluhan dan bimbingan langsung dari Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah. Jumlah kepemilikan lahan sawah peternak responden berkisar antara 0,05 sampai 0,1 ha. Mata pencaharian pokok responden sebagian besar sebagai petani dengan jumlah 5 orang (72%), buruh tani sebanyak 1 orang (14%), dan pedagang sebanyak 1 orang (14%). Pelaksanaan Program Sapi Bergulir Masyarakat penerima program sapi bergulir harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah, antara lain (1) tergabung dalam kelompok peternak; (2) belum memiliki ternak sapi potong dalam usaha taninya; (3) bertempat tinggal tetap pada desa tersebut; dan (4) sanggup mentaati perjanjian yang telah ditetapkan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah. Program sapi bergulir di Desa Arjangka telah berjalan sejak 1991 hingga saat ini. Pada tahun 2010, pola perguliran yang digunakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah adalah dengan memberikan pinjaman 1 ekor induk Sapi Bali dan 1 ekor induk Sapi Brangus kepada setiap peternak. Pinjaman ini dianggap lunas apabila peternak telah menggulirkan sapi-sapi tersebut kepada peternak lainnya yang belum mengikuti

6 program ini. Perguliran dilakukan setelah sapi-sapi tersebut bereproduksi sebanyak 2 kali, di mana setiap ekor anak keturunan dikenakan pungutan sebesar Rp Bagi peternak yang menjual sapinya sebelum berusia 6 bulan dikenakan sanksi denda sebesar Rp Sapi-sapi yang telah bereproduksi sebanyak 5 kali akan dihentikan pergulirannya dan dijual untuk dibelikan sapi betina remaja. Biaya dan Penerimaan Peternak Biaya usaha sapi bergulir. Biaya yang dipehitungkan dalam usaha sapi bergulir adalah biaya investasi sebesar Rp dengan nilai sisa proyek Rp , biaya operasional sebesar Rp , dan biaya tetap sebesar Rp Dalam kegiatan usaha diasumsikan bahwa jumlah biaya variabel sama atau tetap pada setiap periode usaha. Namun, biaya variabel akan mengalami peningkatan apabila jumlah sapi ternak yang dimiliki bertambah. Besarnya peningkatan biaya variabel diasumsikan 50% per 1 ekor peningkatan sapi ternak. Penerimaan peternak. Keuntungan yang diperoleh dari usaha ternak sapi potong berupa anak (pedet), tambahan nilai ternak atau kenaikan harga jual, dan sebagai simpanan yang sewaktu-waktu dapat diuangkan untuk keperluan keluarga. Penerimaan yang diperoleh dari usaha sapi potong yaitu penjualan ternak dan nilai sisa ternak. Penjualan ternak hanya dilakukan apabila ada kebutuhan keluarga yang sangat mendesak. Sistem penjualan yang tidak rutin dikarenakan usaha ternak sapi bukan merupakan usaha pokok peternak, tetapi hanya usaha sampingan. Selain itu, penjualan ternak hanya dilakukan sewaktuwaktu apabila ada kebutuhan keluarga yang sangat mendesak, seperti untuk keperluan menikah anggota keluarga atau acara besar agama. Harga jual sapi potong yang berlaku di daerah penelitian didasarkan pada umur dan jenis kelamin dengan mempertimbangkan juga kondisi hewan ternak. Selain itu, permintaan pasar juga turut berpengaruh terhadap harga jual sapi potong. Analisis Cash Flow Untuk mengetahui besarnya net cash yang dapat memberikan gambaran mengenai jumlah dana yang tersedia digunakan analisis cash flow. Analisis cash flow memperhitungkan nilai aliran penerimaan uang tunai dan non tunai yang dinilai-uangkan dengan oportunity cost (inflow cash flow) serta aliran yang semua dinilai-uangkan (outflow cash flow). Nilai cummulative net cash flow usaha ternak sapi potong yang semakin besar menunjukkan bahwa usaha ini mendapatkan keuntungan. Namun, perhitungan tersebut belum dapat digunakan sebagai indikator kelayakan usaha karena nilai discount factor belum diperhitungkan. Hasil tersebut hanya menunjukkan bahwa pada periode pemeliharaan tertentu telah dicapai hasil yang positif. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis investasi yang memperhitungkan nilai uang di masa mendatang dengan menggunakan discount factor sebesar 6%. Tahun pertama hingga tahun ketiga usaha ini menghasilkan net cash masing-masing Rp , Rp , dan Rp Inflow belum dihasilkan pada tahun pertama hingga tahun ketiga, sehingga biaya yang terus dikeluarkan menghasilkan net cash bernilai negatif. Pada tahun keempat inflow yang diperoleh adalah Rp dengan outflow Rp , sehingga menghasilkan net cash bernilai positif. Inflow diperoleh dari penjualan kotoran ternak dan kelahiran anak sapi ternak.

7 Tabel 2. Cash Flow Analisis Finansial Usaha Peternakan Sapi Potong di Desa Arjangka (Umur Proyek 7 Tahun) Tahun Proyek DF (6%) Biaya (Outflow) Manfaat (Inflow) M-B (Net Cash Flow) Nilai Outflow untuk IRR Nilai Inflow untuk IRR Nilai Cashflow untuk IRR ( ) ( ) 1 0, ( ) ( ) 2 0, ( ) ( ) ( ) 3 0, ( ) ( ) ( ) 4 0, , , , , NPV IRR 46% NBC 3,6 PBP 4,6 tahun Sumber: Data diolah, 2013 PV Analisis Finansial Untuk mengetahui kelayakan usaha yang dijalankan, maka digunakan tiga kriteria kelayakan, yaitu NPV, IRR, dan NBC. Nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp Nilai ini menunjukkan penanaman investasi pada usaha peternakan sapi potong dalam penelitian ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp selama 7 tahun umur proyek. IRR sendiri merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasional, investasi, dan proyek baru hingga sampai pada tingkat pengembalian modal. Hasil penelitian menunjukkan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga 6% atau dengan kata lain usaha ini akan memberikan pendapatan dengan rata-rata 46% setiap tahun dari modal yang telah diinvestasikan. Artinya, dengan biaya oppurtunity of capital sebesar 6%, usaha ini masih layak dilaksanakan karena memberikan pendapatan rata-rata sebesar 46% pertahun dari modal yang ditanamkan. Besarnya nilai IRR disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya penggunaan faktor produksi rendah, manfaat substansial mulai mengalir pada awal proyek, dan 90% dari investasi dibiayai oleh pinjaman. NBC merupakan besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. NBC yang diperoleh dalam usaha ini sebesar 3,6 yang berarti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran Rp 1 akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,6 dengan jangka waktu pengembalian modal selama 4,6 tahun. Nilai NBC >1 menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilakukan.

8 Analisis Sensitivitas Dalam analisis usaha peternakan sapi potong di Desa Arjangka ini dilakukan dua model skenario perubahan biaya variabel. Perubahan biaya variabel ini berpengaruh terhadap komponen-komponen kelayakan usaha, yaitu NPV, IRR, dan NBC. Kedua skenario yang akan dilihat sensitivitas perubahannya adalah (1) jika biaya variabel dinaikkan 2% dan (2) jika biaya variabel dinaikkan 10%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara finansial kedua skenario tersebut tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap perubahan komponen kelayakan usaha karena adanya perbedaan range nilai yang cukup kecil. Oleh karena itu, tanpa menerapkan kedua skenario tersebut pun, usaha peternakan sapi potong di Desa Arjangka sudah memiliki tingkat kelayakan usaha yang memadai secara finansial. Penyerapan Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja untuk usaha ternak sapi potong adalah jumlah jam tercurahkan untuk pemeliharaan sapi potong per hari. Rata-rata jumlah anggota keluarga responden peternak yang tergolong usia kerja (10 64 tahun) adalah sebanyak 4,42 orang dengan perincian 1,14 orang anak berusia tahun; 2 orang wanita dewasa; dan 1,28 orang pria dewasa. Dengan demikian apabila dikonversikan berdasarkan HKP, maka jumlah jam kerja keluarga yang tersedia untuk masing-masing peternak responden adalah 19,06 JOK yang terdiri dari tenaga kerja anak 3,34 JOK, tenaga kerja wanita dewasa 8,21JOK, dan tenaga kerja pria dewasa 7,51 JOK. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk usaha inti dan usaha ternak sapi potong masing-masing adalah 5,78 JOK dan 2,78 JOK. Penyerapan tenaga kerja untuk usaha inti adalah 30,32%, sedangkan penyerapan tenaga kerja untuk usaha ternak sapi potong adalah 14,58% dari total tenaga kerja yang tersedia. Tabel 3. Ketersediaan Tenaga Kerja Keluarga untuk Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Arjangka Kategori Umur Rata-rata Jumlah Orang per Responden Jam Kerja Tersedia Ketersedian Tenaga Kerja (JOK) Anak-anak ,14 5,87 3,34 Wanita Dewasa >14 2 5,87 8,21 Pria Dewasa >14 1,28 5,87 7,51 Jumlah Jam Kerja Keluarga Tersedia 19,06 Sumber: Data diolah, Besaran nilai penyerapan tenaga kerja bagi usaha ternak sapi potong yang kecil mengindikasikan bahwa usaha ini hanya merupakan usaha sambilan untuk menambah penghasilan keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk usaha ternak sapi potong sebesar 2,78 JOK menunjukkan bahwa kerja yang dibutuhkan untuk usaha ini tidak mengganggu aktivitas dalam melakukan usaha inti. Meskipun rata-rata penggunaan tenaga kerja kecil, tetapi dengan adanya usaha ternak sapi potong ini, maka penyerapan tenaga kerja meningkat menjadi 44,90% dari total tenaga kerja keluarga yang tersedia.

9 E. KESIMPULAN Berdasarkan uraian mengenai hasil penelitian, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Usaha pengembangan ternak sapi potong melalui program pinjaman sapi bergulir memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat. Pengadaan investasi awal yang besar mampu memberikan manfaat yang sepadan bagi masyarakat yang mengikuti program tersebut. 2. Program pinjaman sapi bergulir memiliki tingkat kelayakan atau feasibility yang sangat tinggi. Di mana, nilai present value cash inflow-nya di atas present value initial investment, sehingga proyek tersebut dapat diterima. Nilai BCR yang tinggi menandakan bahwa program tersebut dapat diterima, dan IRR yang tinggi menunjukkan nilai yang lebih besar dari tingkat suku bunga. 3. Program sapi bergulir memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap perubahan-perubahan parameter input yang berhubungan dengan output usaha. Hal ini ditunjukkan dengan tidak signifikannya perubahan nilai NPV, IRR, dan BCR setelah adanya perubahan parameter input. 4. Dengan adanya usaha ternak sapi potong, besaran penyerapan tenaga kerja menunjukkan peningkatan dari total tenaga kerja keluarga yang tersedia. 5. Usaha ternak sapi potong yang dilakukan dapat memberdayakan peternak rakyat. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan populasi sapi potong berdasarkan usaha ternak sapi potong yang telah dilakukan. UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga jurnal ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan. DAFTAR PUSTAKA Common, Michael S Environmental and Resource Economics: An Introduction (2 nd eds) (hlm ). Singapore: Longman. Djaelani, Supriyanti; Rini Widiati, dan Krishna Agung Santosa Pemberdayaan Masyarakat Melalui Proyek Gaduhan Sapi Potong di Kecamatan Oba Tengah dan Oba Utara, Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Buletin Peternakan, Volume 33 (1) : Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan Ke 4, Edisi 3. (Hlm ). Jakarta: PPBS.

10 Pudjosumarto, Muljadi Evaluasi Proyek. Uraian Singkat dan Soal-Jawab (Hlm. 6-8). Yogyakarta: Liberty. Santosh, Sahu Cost Benefit Analysis of Participatory Natural Resource Management: A Study of Watershed Development Initiative in Indian Village (Hlm ). Jakarta: Gramedia. Wrihatnolo, R. R., dan R. N. Dwidjowijoto Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat (Hlm ). Jakarta: Gramedia.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROYEK GADUHAN SAPI POTONG DI KECAMATAN OBA TENGAH DAN OBA UTARA, TIDORE KEPULAUAN, MALUKU UTARA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROYEK GADUHAN SAPI POTONG DI KECAMATAN OBA TENGAH DAN OBA UTARA, TIDORE KEPULAUAN, MALUKU UTARA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROYEK GADUHAN SAPI POTONG DI KECAMATAN OBA TENGAH DAN OBA UTARA, TIDORE KEPULAUAN, MALUKU UTARA PROJECT OF CATTLE SHARING SYSTEM AS A MEANS FOR COMMUNITY DEVELOPMENT IN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 6 (2), September 2008: 22-30 ISSN 1693-8828 Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman Shanti Emawati 1), Rini Widiati 2) dan I Gede Suparta

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO Ukuran Kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah net present value (NPV) dan net benevit cost ratio (net

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sudi Mampir di Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian adalah bulan April sampai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada potensi hutan rakyat yang terdapat di desa/kelurahan yang bermitra dengan PT. Bina Kayu Lestari Group.

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Disusun oleh: ANDINI PRASTIWI NRP : 3111105038 Dosen Pembimbing: Christiono Utomo, ST., MT., PhD. Program

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP ABSTRAK Town house merupakan salah satu investasi yang diminati dengan membidik pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Town house adalah kompleks perumahan dengan unit terbatas disertai fasilitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan Ngudiluhur dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PERUMAHAN GRIYA MAPAN DI KABUPATEN SUMENEP

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PERUMAHAN GRIYA MAPAN DI KABUPATEN SUMENEP STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PERUMAHAN GRIYA MAPAN DI KABUPATEN SUMENEP Febriyanto Andra 1, M. Hamzah Hasyim 2, Kartika Puspa Negara 2 Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jalan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR Oleh: Candra Santosa 1119151001 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 PERNYATAAN Yang bertanda tangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO Dwi Joko Fachrur Rozi 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada AHASS Pasirkaliki Motor yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada AHASS Pasirkaliki Motor yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada AHASS Pasirkaliki Motor yang akan melakukan ekspansi di antara dua tempat yaitu Cimahi atau Soreang, maka penulis

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. ABSTRAK Dalam memasuki era globalisasi, Indonesia dituntut untuk mempersiapkan dirinya agar dapat bersaing khususnya dalam bidang ekonomi. Perekonomian Indonesia sekarang dapat dikatakan sudah mulai meningkat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan 54 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional adalah mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup menarik dan menguntungkan tentu saja akan mendorong para pengusaha untuk masuk

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI. Nama : Aji Tri Sambodo NPM : Kelas : 3EA18

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI. Nama : Aji Tri Sambodo NPM : Kelas : 3EA18 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI Nama : Aji Tri Sambodo NPM : 10210466 Kelas : 3EA18 Pendahuluan Penilaian investasi / studi kelayakan sangat diperlukan oleh orang atau badan yang

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu metode yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah masalah yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bogor merupakan salah satu kota wisata yang perlu mengembangkan wisata lainnya, salah satunya adalah wisata Batik. Batik merupakan warisan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Kelayakan Ekonomi Bendungan Jragung Kabupaten Demak (Kusumaningtyas dkk.) KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Ari Ayu Kusumaningtyas 1, Pratikso 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa Program Pasca

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Analisis kelayakan investasi proyek jalan tol pada dasaraya adalah mencoba mengkaji ulang suatu rencana penanaman sejumlah uang dengan memperhatikan manfaat yang dinikmati oleh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa Alam Santosa Aspek Keuangan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Analisis Aspek Keuangan Menentukan sumber dana Menghitung kebutuhan dana untuk aktiva tetap dan modal kerja Aliran Kas Penilaian Investasi

Lebih terperinci