BAB II KAJIAN TEORI. Cacing Eeugeniae termasuk hewan tingkat rendah karena tidak. Annelida dan kelas Clitellata, Ordo Oligochaeta.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. Cacing Eeugeniae termasuk hewan tingkat rendah karena tidak. Annelida dan kelas Clitellata, Ordo Oligochaeta."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Cacing Eudrilus Eugeniae 1. Klasifikasi Cacing Eeugeniae termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata) yang digolongkan dalam filum Annelida dan kelas Clitellata, Ordo Oligochaeta. Penggolongan ini didasarkan pada bentuk morfologi, karena tubuhnya tersusun atas segmensegmen yang berbentuk cincin (chaeta), yaitu struktur berbentuk rambut yang berguna untuk memegang substrat dan bergerak. Kedudukan E. eugeniae dalam taksonomi adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Annelida : Oligochaeta : Megadrilacea : Eudrilidae : Eudrilus : Eudrilus eugeniae (Kinberg, 1867 dalam Blakemore, 2015: 527) 2. Morfologi Cacing Eudrilus eugeniae atau yang lebih dikenal dengan cacing African Night Crawler (ANC) berasal dari Benua Afrika dan banyak dikembangkan untuk keperluan ternak diberbagai penjuru dunia. Tubuhnya 8

2 tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin (chaeta), yaitu struktur berbentuk rambut yang berguna untuk memegang substrat dan bergerak. Tubuh dibedakan atas bagian anterior dan posterior. Pada bagian anteriornya terdapat mulut dan beberapa segmen yang lebih menebal membentuk klitelium (Edward & Lofty, 1977 : 25). Sherman (2003 : 18) menjelaskan bahwa cacing tanah tidak mempunyai kepala, tetapi mempunyai mulut pada ujungnya (anterior) yang disebut prostomium. Bagian belakang mulut terdapat bagian badan yang sedikit segmennya dinamakan klitelium yang merupakan pengembangan segmen-segmen, biasanya mempunyai warna yang sedikit menonjol atau tidak dibandingkan dengan bagian tubuh lain. Klitelium muncul pada hari setelah menetas. Cacing tanah tidak mempunyai alat pendengar dan mata, tetapi tingkat kepekaan sangat tinggi sekali terhadap sentuhan dan getaran, sehingga dapat mengetahui kecenderungan untuk menghindari cahaya, selain itu cacing tidak mempunyai gigi. Gambar 1. Tampilan bagian tubuh cacing tanah (Sumber : Rukmana, 2008: 17) 9

3 Cacing tanah dewasa terdapat alat untuk menyiapkan proses perkembangbiakkannya yang disebut klitelium. Klitelium merupakan bagian cacing tanah yang menebal, terletak diantara anterior dan posterior, warnanya lebih terang daripada warna tubuhnya. klitelium dapat ditemukan pada segmen 13, dengan bentuk lebih menonjol ( Gates, 1972 :51) Cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmensegmen fraksi luar dan fraksi dalam yang saling berhubungan secara integral, diselaputi oleh epidermis (kulit) berupa kutikula (kulit kaku) berpigmen tipis dan setae (lapisan daging semu di bawah kulit) kecuali pada dua segmen pertama yaitu pada bagian mulut. Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen. Terdiri dari segmen (Gates, 1972 : 61) atau (Viljoen dan Reinecke, 1994: 27). Setiap segmen terdapat rambut yang keras dan berukuran pendek yang disebut setae. Terdapat 8 setae per segmen. Setae berfungsi sebagai pencengkram atau pelekat yang kuat pada tempat cacing tanah itu berada. Lubang kelamin jantan terletak pada segmen ke 17 dan lubang kelamin betina terdapat pada segmen ke 14. Cacing Afrika berwarna coklat kemerahan dengan permukaan dorsal berwarna merah cokelat, warna anterior biru terang hijau kemilauan karena adanya difraksi kutikula dan warna klitelium lebih pucat dari sisa tubuh. Bentuk tubuh cacing Eudrilus eugeniae silindris memanjang. Cacing Afrika memiliki panjang tubuh mm dan mencapai mm pada kondisi yang optimum. Cacing Afrika ketika dewasa memiliki massa 1 gram 10

4 apabila pada kondisi optimum dapat mencapai 5-6 gram ketika dewasa. Telur dari Eudrilus eugeniea memiliki bentuk oval yang tidak teratur dan tajam berserat di kedua ujungnya. Telur lembut dan berwarna putih keabuabuan setelah bertelur, kemudian mengeras dengan cepat dan warna berubah menjadi coklat orange. Akhirnya, kepompong menjadi gelap-coklat segera sebelum menetas. Panjang telur adalah 6.02 mm (kisaran 4,3-7,8 mm), diameter antara mm dan memiliki massa mg (Parthasarathi, 2007 : ). 3. Sistem Pencernaan Gambar 2. Struktur Cacing Tanah Sumber : Rukmana, 2008: 17) Sistem pencernaan cacing Eudrilus eugeniae sama dengan cacing tanah lainnya yang terdiri atas rongga mulut, faring, esofagus, tembolok, lambung,dan usus. Cacing tanah memperoleh makanan dari bahan organic berupa organ tumbuhan, protozoa, rotifera, nematoda, bakteri, fungi dan sisa-sisa pembusukan hewan (Edwards dan Lofty, 1972 : 45 ). Sistem pencernaan (metabolisme) makanan cacing tanah melalui alur sebagai berikut menurut Rukmana (2008 :19). 11

5 Makanan cacing tanah umumnya bahan organik berupa daun-daunan dan binatang kecil. 1. Makanan tersebut dimakan atau diambil oleh bibir mulut atau protomium lalu dimasukkan kedalam faring (pharynx), ke esophagus, dan lanjut ke tembolok (crop). 2. Makanan disimpan sementara untuk disalurkan ke lambung otot. Di dalam lambung otot (perut otot), makanan dihancurkan oleh gerakan otot lambung dan dibantu pasir serta benda-benda keras yang dimakan cacing tanah. Disamping itu, saluran pencernaan makanan mengeluarkan enzimenzim untuk mencerna makanan. 3. Makanan yang tecerna diserap oleh usus, lalu diproses dari bentuk komplek menjadi sederhana, diabsorbsi oleh dinding usus halus masuk ke dalam pembuluh darah, dan selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh. 4. Sisa-sisa makanan yang tidak dicerna dikeluarkan melalui anus sehingga dihasilkan kascing. Penyerapan nutrisi cacing tanah dimulai dari mulut, cacing tidak memiliki gigi dan mulutnya terdapat di bagian depan tubuhnya. Makanan yang sudah membusuk ditelannya bersama-sama tanah. Sebelum masuk ke dalam ususnya, makanan akan disimpan di dalam tembolok. Fungsi Tembolok sebagai tempat penyimpanan sementara dan untuk melunakkan makanan. Makanan yang sudah lunak masuk ke lambung berotot (Gizzard), disini makanan digiling secara mekanis. Setelah itu makanan masuk ke dalam usus tengah, kemudian makan dicerna dengan bantuan enzim. Enzim 12

6 adalah zat yang mengubah makanan menjadi sari-sari makanan yang kemudian diserap usus bagian belakang. Sisa makanan yang tidak tercerna akan dikeluarkan lewat anus dalam bentuk kascing. Bahan yang tidak diperlukan oleh cacing tanah berupa nitrogen dikeluarkan ke luar tubuh melalui proses eksresi. Cacing tanah memiliki ginjal (nepridium) yang berfungsi membuang sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein dan alat untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Setiap nephridium (disebut juga Metanephridium) memiliki silia berbentuk tabung yang disebut nephrostome. Nephrostom bersilia bermuara di rongga tubuh (pseudoselom) dan berlanjut pada saluran berliku-liku (nefridioduct). Bagian akhir dari nefrioduct akhir membesar seperti gelembung. Gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melaui pori yang merupakan lubang nefridiofor. Ujung nefridiofor berbentuk bulbus berfungsi untuk mendorong sisa atau sampah keluar tubuh. Sampah nitrogen dan sedikit air yang tersisa dalam nefridium akan dieksresikan keluar melalui nefridiofor. 13

7 4. Sistem Peredaran Darah Gambar 3. Struktur Sistem Pencernaan Cacing Tanah. (Sumber: Rukmana 2008: 19) Cacing memiliki 3 pembuluh darah utama yaitu satu dorsal dan dua ventral yang diperpanjang hingga hampir ke seluruh tubuh, yang bergabung di setiap segmen oleh pembuluh darah dengan cincin peripheral dari selom dan dinding tubuh. Sistem peredaran darahnya termasuk sistem peredaran darah tertutup, karena darah mengalir ke bagian-bagian tubuh melalui pembuluh darah. Darah dipompa dari 5 pasang jantung ke saluran darah perut untuk dikirim ke bagian-bagian tubuh. Darah kembali masuk jantung melalui saluran darah punggung. Darah cacing tanah terdiri atas cairan plasma yang berisi sel darah putih (lekosit), dan darah merah (hemoglobin). Dalam proes peredaran darah terjadi pengangkutan zat makanan dan oksigen O 2 ke dalam sel-sel atau jaringan tubuh dengan melepaskan CO 2 ke sel-sel atau jaringan tubuh dengan melepaskan CO 2 ke udara. Darah yang mengandung oksigen akan masuk kembali ke dalam jantung (Rukmana, 14

8 2008 : 19). 5. Sistem Pernafasan Gambar 4. Letak Pembuluh Darah Cacing Tanah. (Sumber: Sylvia Mader, 2012: Biology 11 th Edition) Cacing tanah tidak memiliki organ pernafasan yang spesifik, hanya terdapat pembuluh darah kapiler yang mengandung hemoglobin. Pembuluh darah ini melekat pada dinding tubuh cacing tanah. Proses pengangkutan oksigen dan pelepasan karbondioksida di dalam darah melalui difusi. Proses difusi terjadi pada jaringan epidermis dan kutikula yang terdapat dipermukaan tubuh cacing tanah (Edward& lofty, 1972 : 47 ). Bersama-sama proses peredaran darah terjadi pula proses pernafasan. Cacing tanah bernapas dengan kulit. Di atas kulit terdapat lapisan tipis yang disebut kutikula. Pembuluh darah yang terdapat di bawah kutikula berfungsi mengambil oksigen langsung dari udara dengan melepaskan CO 2 ke udara (Rukmana, 2008 : 19). Pernapasan cacing tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan hemoglobin dan tekanan cairan di dalam tubuh. Hemoglobin mampu menyerap dan mengalirkan oksigen melalui plasma darah ke seluruh 15

9 tubuh. Proses bernafas dapat berlangsung dengan baik apabila kelembaban lingkungan cukup tinggi (Rukmana, 2008 :19 ). Kelembaban tubuh diatur oleh kutikula melalui proses sekresi kelenjar mucus pada jaringan epidermis, sehingga menurunkan tekanan cairan di dalam tubuh. Respirasi cacing tanah dengan permukaan tubuh. Permukaan tubuh cacing harus selalu terjaga kelembabannya. Kelembaban diatur oleh kelenjar mucus dari epidermis yang mana pada pori dorsal mengeluarkan cairan selom dan mengekresikan nephridial dari nephridiapore. Pembuluh darah kecil di dinding tubuh melalui lapisan epidermis mengambil oksigen di udara, kemudian dari oksigen diperoleh hemoglobin yang diangkut ke seluruh tubuh. 6. Sistem Reproduksi Cacing tanah merupakan hewan hermaprodit yaitu mempunyai alat kelamin jantan dan betina sekaligus (unisex). Namun, untuk mendapatkan keturunan, seekor cacing dewasa harus kawin dengan cacing lainnya. Walaupun memiliki dua macam alat reproduksi dalam satu tubuh. Jika seekor cacing tidak kawin dengan cacing dewasa lain maka tidak dapat melakukan reproduksi. Cacing menjadi dewasa dan siap kawin setelah berumur 2 sampai 3 bulan terhitung semenjak menetas dari kokon. Masa produktif cacing dewasa terjadi pada umur 4 sampai 11 bulan, yaitu ketika cacing sudah mempunyai alat perkembangbiakan yang disebut dengan klitelum (Rukmana, 2008 : 20). Cacing tanah yang sudah dewasa kelamin memiliki 16

10 klitelium yang berfungsi sebagai alat reproduksi. Klitelium juga merupakan penciri utama pembeda spesies cacing tanah yang berasal dari penebalan jaringan epitel permukaan dan mengandung banyak sekali sel-sel kelenjar. Sel-sel kelenjar tersebut menghasilkan sekreta yang menyerupai lendir. Sekreta tersebut berguna untuk pembentukan kokon serta pelindung pada saat embrio berkembang (Edward dan Lofty, 1972). Alat kelamin betina terdiri atas sepasang ovari yang terletak pada segmen ke-13 di bagian depan, sepasang infundiblum yang masing-masing bermuara dalam kantong telur yang terletak pada bagian depan segmen ke- 14. Dari setiap kantong telur timbul sebuah ovidak yang bermuara keluar pada segmen 14. Alat kelamin jantan terdiri atas dua pasang testes (setiap pasang testes terletak pada segmen 10 dan segmen 11) dan dua buah kantong testes. Dari setiap kantong testes timbul sebuah vas eferens yang bermuara dalam saluran sperma yang membujur di kanan dan di kiri dan berakhir pada forus genital pada segmen 15. Perkawinan terjadi pada malam hari. Pada saat kopulasi (perkawinan) (Palungkun, 2008 : 10). Proses perkawinan cacing tanah berlangsung unik dan spesifik. Kedua cacing tanah yang berpasangan saling melekatkan bagian depannya (anterior) dengan posisi saling berlawanan yang diperkuat oleh setae dalam posisi perkawinan (kopulasi), klitelium masing-masing cacing tanah akan mengeluarkan lendir yang berfungsi melindungi sel-sel sperma yang dikeluarkan oleh lubang alat kelamin jantan masing-masing. Perkawinan silang (cross fertilization) dilakukan dengan cara saling 17

11 bertukar spermatozoid. Sel sel sperma yang keluar dari masing - masing cacing tanah akan bergerak ke arah belakang (posterior), lalu masuk ke dalam lubang penerima sperma masing-masing. Setelah beberapa jam berkopulasi (kawin) dan masing-masing kantung ovarium saling berpisah. Tahap selanjutnya terjadi pembentukan selabung kokon (mucous band). Proses pembentukan selubung kokon terjadi di klitelium. Masingmasaing sel telur yang telah menerima sel sperma bergerak ke arah mulut dan bertemu dengan lubang sakuran sel-sel telur, kemudian masuk ke dalam selubung kokon. Dari selubung kokon, sel-sel telur yang telah dibuahi selsel sperma tadi akan bergerak ke arah mulut, sehingga terjadi pelepasan kokon dari masing-masing cacing tanah bersama dengan selubung kokonnya. Selubung kokon yang berisai berapa sel telur (capsule) akan dilepas ke liang tanah (Rukmana, 2008 : 21). Kokon mengandung jalinan benang-benang fibril yang lunak ketika disekresikan pertama kali, tetapi kemudian menjadi keras dan tahan terhadap kekeringan dan kerusakan. Kokon akan berubah warna dalam perkembangannya yaitu dari keputih-putihan waktu pertama kali terbentuk, kemudaian menjadi kuning, kehijau-hijauan atau kecokelat-coklatan. Jumlah telur di dalam kokon terdiri dari satu sampai 12 telur, tetapi tidak semua dapat menetas dan dapat menjadi cacing dewasa. Perkembangaan telur di dalam kokon sekitar 2-3 pekan yang kemudian akan menetas menjadi cacing muda dan akan tumbuh dewasa sampai umur 2-2,5 bulan. Masa produktif cacing tanah dalam menghasilkan telur sekitar 4-11 bulan dan akan menurun 18

12 produktivitasnya setelah umur 11 bulan. Masa hidup cacing 1 sampai dengan lima tahun tergantung kondisi lingkungan dan spesiesnya. Setiap perkawinan, masing-masing cacing tanah dapat menghasilkan satu kokon dengan ukuran rata-rata 6 x 3 mm. Setiap kokon rata-rata dapat menghasilkan 1-8 anak cacing. Perbedaan jumlah juvenil disebabkan karena perubahan suhu, terbatasnya sumber cadangan makanan di dalam kokon (Chaudhari & Bhattacharjee, 2002). 7. Siklus Hidup Gambar 5. Sepasang Cacing Pada Posisi Kawin (Sumber : Rukmana, 2008: 20) Dari berbagai hasil penelitian yang didapat, lama siklus hidup cacing tanah hingga mati mencapai 1-10 tahun. Palungkun (2008 :11) menjelaskan bahwa siklus hidup cacing tanah dimulai dari kokon, cacing muda (juvenil), cacing produktif dan cacing tua. Lama siklus hidup tergantung pada kesesuaian kondisi lingkungan, cadangan makanan, dan jenis cacing tanah. Kokon yang dihasilkan dari cacing tanah akan menetas setelah berumur hari. Setelah menetas, cacing tanah muda ini akan hidup dan dapat mencapai dewasa kelamin dalam waktu 2,5-3 bulan. Saat dewasa kelamin 19

13 cacing tanah akan menghasilkan kokon dari perkawinannya yang berlangsung selama 6-10 hari dan masa produktifnya berlangsung selama 4-10 bulan. Telur dan cacing tanah terdapat pada kokon (oothecae) yang biasanya diletakan di bawah dekat permukaan tanah. Jika tanah terlalu basah, maka cacing tanah ini sering meletakan telurnya di permukaan tanah, tetapi jika tanah terlalu kering maka telur diletakan di dalam tanah yang Iebih dalam. Pada umumnya cacing tanah (oligochaeta) menghasilkan telur sepanjang tahun, ketika temperatur, ph tanah, kelembaban tanah, cadangan makanan dan faktor lingkungan cukup mendukung kehidupan cacing tanah. Kokon yang dihasilkan pada masing-masing spesies cacing sangat bervariasi. Perkembangan telur setelah fertilisasi di dalam ovarium, berubah menjadi oogonia yang kemudian membelah menjadi bentuk oocytes. Kemudian bertambah besar dan mengandung kuning telur. Oocytes akan lepas dari ovarium dan masuk ke dalam ovisacs, dimana akan lepas sampai bagian peritoneum. Ketika oocytes matang, maka telur akan dilepas dari oviduct ke lubang betina (female aperture) yang kemudian dalam waktu yang bersamaan kokon disekresikan oleh klitelum. Cacing mensekresikan kokon pada deposit telur dan sperma, kemudian terjadi pembuahan dan perkembangan telur terjadi di dalam kokon. Ketika cacing muda muncul mirip seperti cacing dewasa. Kokon disekresikan pada bagian glandular dan klitelum yang terdiri dan beberapa segmen yang tipis. Klitelum dan cacing tanah sangat menyolok mata dengan bagian berbentuk pelana dekat bagian 20

14 anterior cacing tanah. Gambar 6. Proses pembentukan dan pelepasan selubung kokon (Sumber : Rukmana, 2008 : 21) Setelah menetas, cacing tanah berukuran kecil dan terlihat seperti potongan benang putih dengan panjang seperenambelas sampai seperempat inci. Kokon yang dihasilkan oleh cacing dewasa antara usia hari dalam kotoran ternak pada suhu 25ºC menetas selama 17 hari dengan memproduksi 2-7 cacing. Cacing tanah muda ini dapat mencapai dewasa dalam waktu hari. Masa produktif cacing dewasa terjadi pada umur 4 sampai 11 bulan, yaitu ketika cacing sudah mempunyai alat perkembangbiakan yang disebut dengan klitelum. 8. Habitat Habitat alami cacing ialah di dalam tanah, tapi jarang ditemukan di tanah berpasir karena pada dasarnya tempat yang disukai cacing adalah tanah lembab yang tidak terkena sinar matahari langsung karena bila cacing terkena sinar ultraviolet dapat mematikan cacing tersebut. Siklus hidup cacing tanah dipengaruhi oleh temperatur, kadar air, ketersediaan makanan, dan faktor-faktor lingkungan. 21

15 a. Kelembaban Kelembaban sangat berpengaruh terhadap aktivitas pergerakan cacing tanah karena sebagian tubuhnya terdiri atas air yang berkisar % dari berat tubuhnya. Untuk itu, menjaga media pemeliharaan agar tetap lembab menjadi hal yang mutlak karena kehilangan air merupakan masalah bagi cacing tanah. Meskipun demikian cacing tanah masih mampu hidup dalam kondisi kelembaban yang kurang menguntungkan dengan cara berpindah ke tempat yang lebih sesuai atau pun diam. Lumbricus terrestris misalnya, dapat hidup walaupun kehilangan 70% dari air tubuhnya. Kekeringan yang lama dan berkelanjutan dapat menurunkan jumlah cacing tanah (Edward dan Lofty, 1977 : 118). Rukmana (2008 : 28) menjelaskan bahwa kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat menyebabkan cacing tanah berwarna pucat dan kemudian mati. Sebaliknya, bila kelembaban tanah terlalu kering, cacing tanah akan segera masuk ke dalam tanah dan berhenti makan serta akhirnya mati. Sebaliknya, bila kelembaban tanah terlalu kering, cacing tanah akan segera masuk ke dalam tanah dan berhenti makan serta akhirnya mati. Kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara 15%-50%, namun kelembaban optimumnya adalah antara 42%-60%. Pencapain tingkat kelembaban dengan cara menyemprotkan air pada bagian permukaan media dengan menggunakan penyemprot air selain itu, hindarkan berbagai faktor yang bisa mengganggu tingkat kelembaban tanah seperti sinar matahari langsung, 22

16 dan tiupan angin yang terlalu kencang. b. Suhu Kehidupan hewan tanah juga dapat ditentukan oleh suhu tanah. Suhu yang ekstrim tinggi atau rendah dapat mematikan hewan tanah. Di samping itu, suhu tanah pada umumnya mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi, dan metabolisme hewan tanah. Tiap spesies hewan tanah memiliki kisaran suhu optimum. Rukmana (2008: 28) menyatakan di daerah tropika, suhunideal untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon berkisar antara o C, tetapi suhu yang lebih sedikit dari 25 o C masih cocok untuk pertumbuhan cacing tanah namu harus diimbangi dengan naungan dan kelembaban yang memadai. Sedangkan Catalan (1981 : 15) menyatakan bahwa temperatur optimum untuk reproduksi cacing tanah adalah 21 o C sampai 29 o C dan untuk penetasan kokon adalah 26,7 o C sampai 29 o C. c. ph tanah ph menyatakan banyaknya konsentrasi ion H + dan ion OH + di dalam tanah. Cacing tanah sangat sensitif terhadap keasaman tanah, sehingga keasaman tanah sangat mempengaruhi populasi dan aktivitas cacing tanah. ph merupakan faktor pembatas dalam penyebaran cacing tanah dan setiap jenis cacing tanah memiliki tingkat preferensi yang berbeda terhadap ph tanah (Edward dan lofty, 1977 : 99). Cacing tanah dapat berkembang dengan baik pada ph netral, atau sekit basa, ph yang ideal adalah antara 6,5-7,2. Cacing tanah sangat sensitif terhdap kadar 23

17 keasaman tanah. Tanah degan ph asam dapat menggangu pertumbuhan dan daya berkembangbia cacing yanah, karena ketersediaan bahan organik dan unsur hara (pakan) cacing tanah relatif terbatas (Sugiantoro, 2012 :61). 9. Kandungan dan Manfaat Cacing Tanah Kandungan protein cacing tanah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan lemaknya. Komposisi asam amino cacing tanah terdiri atas 9 asam amino esensial dan 4 asam amino non esensial. Selain itu, cacing tanah juga mengandung fosfor, kalsium, dan serat kasar. Tabel 1. Kandungan Gizi Cacing Tanah Asam Amino Komposisi (%) Asam Amino Esensial - Arginin - Histidin - Isoleusin - Leusin - Lisin - Metionin - Fenilalanin - Treonin - Ralin Asam Amino Non Esensial - Sistin - Glisin - Serin - Tirosin Lemak Serat Kasar Fosfot Kalsium (Sumber: Palungkun, 2010 : 20) Cacing tanah selama ini diketahui sebagai makhluk yang berguna untuk menyuburkan tanah dan makanan ternak. Cacing tanah memiliki 24

18 manfaat yang sangat besar, seperti di Korea selatan dan Taiwan cacing telah dikonsumsi oleh manusia untuk sumber protein hewani dan pengobatan tradisional, yang sangat dikenal sebagai negara yang banyak mengekspor cacing tanah (Arlen, 1994) Cacing Eudrilus eugeniae mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Sesuai ukurannya cacing Eudrilus eugeniae juga mempunyai porsi makan yang lebih banyak. Berat cacing Eudrilus eugeniae dapat mencapai 2,5 gram dalam waktu 8-10 minggu. Cacing Eudrilus eugeniae cocok sebagai produsen kascing yang dapat diunggulkan karena cacing ini memiliki nafsu makan yang tinggi dan perkembangbiakannya lebih cepat dibandingkan cacing lainnya. Oleh sebab itu, dalam pemanfaatannya cacing Eudrilus eugeniae lebih banyak digunakan untuk keperluan pakan atau umpan dan pengkomposan (vermicomposting). Cacing Eudrilus eugeniae juga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pengganti tepung ikan, sebagai sumber protein hewani. Sehingga produk asal cacing tanah dapat dipertimbangkan sebagai alternatif bahan pakan ternak dan ikan, terutama pada saat krisis pakan ternak dewasa ini. Disamping itu telah pula dikembangkan penggunaan cacing tanahini sebagai bahan obat-obatan, bahan kosmetik, dan di beberapa negara seperti Thailand, Filipina, dan Perancis, diolah sebagai campuran bahan pangan untuk konsumsi manusia. Cacing tanah juga berpotensi sebagai dekomposer sampah, karena cacing ini dapat mempercepat proses penguraian sampah organik sehingga bermanfaat karena hasil samping dari pemeliharaan cacing 25

19 tanah tersebut berupa kascing (bekas cacing) mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi terutama N, P, dan K. Peluang usaha yang berhubungan dengan budidaya cacing tanah dapat berupa produksi kascing yang dijual sebagai pupuk tanaman, pembibitan cacing dan biomassa cacing untuk pemenuhan kebutuhan bahan pakan ternak, dan juga untuk bahan baku obatobatan dan kosmetik. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sumber protein hewani dapat diperoleh dari tepung cacing tanah. Akhir-akhir ini cacing ini mulai diburu dan dikembangkan oleh masyarakat. B. Media Pemeliharaan Media adalah tempat bersarang cacing tanah yang harus dipilih dan diatur sedemikian agar dapat membantu proses produksi dan reproduksinya. Baik tidaknya mutu media dapat menemukan berhasil atau tidaknya suatu peternakan cacing tanah (Palungkun, 2008 : 35). Media tumbuh cacing tanah harus memiliki beberapa syarat atau kondisi yang digunakan harus dapat mempertahankan kelembaban dan mengandung nutrisi yang cukup. Bahan organik yang layak digunakan sebagai media adalah : kotoran ternak, serbuk gergaji kayu, jerami padi, daun-daunan, lumpur tanah, kompos sampah, ampas singkong dan berbagai macam limbah organik. Media yang digunakan harus terfermentasi sempurna atau telah mengalami proses pelapukan minimal 60%, serta tidak mengeluarkan gas yang merupakan hasil dari proses pembusukan yang tidak disukai cacing. Waktu yang dibutuhkan untuk proses fermentasi berkisar antara 7 sampai 35 hari (Sugiantoro, 2012 : 59). Media 26

20 yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji kelapa dan batang pohon pisang. 1. Serbuk Gergaji Batang Kelapa Batang kelapa merupakan salah satu produk sampingan dari tanaman kelapa. Proses pemanfaatan kayu sebagian besar digergaji terlebih dahulu, menghasilkan limbah serbuk gergaji. Limbah serbuk gergaji yang melimpah dilingkungan banyak yang terbuang, bahkan tidak dimanfaatkan dan hanya dibakar saja. Padahal pembakaran serbuk gergaji ini masih menimbulkan dampak pada lingkungan disebabkan pemilihan caranya yang kurang tepat. Serbuk gergajian adalah serbuk kayu dari jenis kayu yang sembarang yang diperoleh dari limbah ataupun sisa yang terbuang dari jenis kayu dan dapat diperoleh di tempat pengolahan kayu ataupun industri kayu, serbuk ini biasanya terbuang percuma. Serbuk gergaji batang pohon kelapa adalah serbuk kayu kelapa yang diperoleh di tempat pengolahan kayu ataupun indudtri kayu. Menurut Sugiantoro (2012 : 59) serbuk gergaji kayu bisa digunakan sebagai media hidup cacing tanah setelah difermentasikan minimal 5-7 hari atau telah mengalami pelapukan minimal 60% sehingga tidak mengeluarkan gas yang merupakan hasil dari proses pembusukan. Secara fisis batang kelapa memiliki kerapatan yang sangat beragam baik dari pangkal ke ujung maupun dari tepi ke dalam. Pada bagian pangkal dan tepi memiliki kerapatan yang tinggi dan didominasi oleh ikatan pembuluh dewasa sedangkan bagian tengah dan ujung lebih banyak mengandung jaringan 27

21 dasar berupa parenkim serta ikatan pembuluh muda dengan kerapatan yang lebih rendah. Kerapatan yang beragam dalam satu pohon kemungkinan diikuti oleh variasi kandungan kimia. Menurut Usman (2011) dalam Lutfi (2017) kandungan batang kelapa sebagai berikut : No Komponen Kimia Komposisi (%) 1. Silika 0,07 2. Lignin 25,1 3. Hemiselulosa 66,7 4. Pentosan 22,9 5. Pati 4,3-4,6(>6 bulan) 6. ph 6,2 Tabel 2. Komponen Kimia yang terdapat dalam Batang Kelapa (Sumber : Usman, 2011) 2. Batang Pisang Batang pisang sebenarnya terletak di dalam tanah, yakni berupa umbi batang. Di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat tumbuh bunga pisang (jantung), Sedangkan yang berdiri tegak di atas tanah dan sering dianggap sebagai batang merupakan batang semu. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak layaknya batang tanaman. Oleh karena itu, batang semu kerap dianggap batang tanaman pisang yang sesungguhnya. Tinggi batang semu ini berkisar 3,5 7,5 m tergantung dari jenisnya, ( Suyanti,2008: 25) Batang pisang merupakan salah satu komponen penting pada pohon pisang. Batang pisang atau yang sering disebut gedebog sebenarnya bukan batang melainkan batang semu yang terdiri dari pelepah yang berlapis menjulang menguat dari bawah ke atas sehingga dapat menopang daun dan 28

22 buah pisang. Kandungan yang terdapat pada batang pohon pisang sebagian besar berisi air dan serat (selulosa), disamping bahan mineral kalium, kalsium, fosfor, besi (Satuhu, 1999). Komposisi batang pisang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Komposisi Batang Pisang Komposisi Kimia Kandungan (%) Holoselulosa Lignin Pentosa Abu Air 61,5 14,9 12,8 15,7 14,91 (Sumber : Khan, 2013) C. Pakan Cacing Tanah Media cacing tanah dapat berfungsi ganda sebagai tempat hidup dan juga sekaligus sebagai makanan. Pertumbuhan dan laju reproduksi cacing tanah tergantung pada jenis dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Makanan yang paling baik untuk cacing tanah adalah makanan yeng mempunyai ph netral dan menandung protein 9-15%. Selain itu, kandungan serat kasar dalam makanan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah. Pertumbuhan cacing tanah sangat bergantung pada jenis pakannya, pertumbuhan cacing tanah akan meningkat bila pakan tersebut banyak mengandung bahan organik. Pakan utama cacing tanah adalah bahan organik yang dapat berasal dari serasah daun (daun yang gugur), kotoran ternak atau bagian tanaman dan hewan yang sudah mati (Suin, 1997 : 67). Cacing tanah lebih menyukai bahan organik yang sedang mengalami proses dekomposisi dibanding yang sudah terdekomposisi, ataupun yang masih 29

23 segar. Bahan organik tersebut dapat berasal dari hewan yang sudah mati, serasah daun tumbuhan yang telah lapuk, atau kotoran hewan. Cacing tanah mampu mengkonsumsi makanan seberat bobot badannya dalam waktu 24 jam. Media yang digunakan harus terfermentasi sempurna atau telah mengalami proses pelapukan minimal 60%, serta tidak mengeluarkan gas yang merupakan hasil dari proses pembusukan yang tidak disukai cacing. Waktu yang dibutuhkan untuk proses fermentasi berkisar antara 7 sampai 35 hari (Sugiantoro, 2012: 59). Cacing tanah tidak memiliki gigi, agar makanan mudah dicerna oleh cacing tanah pakan yang diberikan harus mengandung kadar air yang tinggi, atau dibuat basah dengan dijadikan dalam bentuk bubur halus. Sebelum diberikan, campuran bahan organik tersebut harus dipotong kecil-kecil, dilumatkan, agar halus merata sehingga mudah dicerna. Pakan organik tersebut diberikan dengan cara ditaruh pada permukaan media, kemudian diaduk secara merata sambil sedikit ditekan tekan kearah dalam agar sedikit bisa masuk ke bagian media yang lebih dalam. Setelah pemberian pakan, media pemeliharaan ditutup dengan lembaran plastik, karung, atau bahan lain yang tidak tembus cahaya. Dalam tempo 24 jam cacing tanah harus mendapatkan pakan dengan porsi sebanyak berat total cacing tanah yang ditebarkan ke dalam media agar cacing tanah selalu bisa mendapatkan pasokan makanan yang segar setiap saat. Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi atau siang hari dan sore menjelang malam agar cacing tanah benar-benar mendapatkan pasokan pakan yang segar. Aktifitas cacing tanah banyak dilakukan pada 30

24 malam hari dan pada keadaan gelap, maka porsi pakan untuk sore atau malam hari ahrus lebih banyak dibandingkan porsi pakan pada pagi atau siang hari. Pada pemberian pakan dalam wadah pemeliharaan apabila masih terdapat pemberian pakan sebelumnya atau pakan pemberian sebelumnya tersebut belum habis tercerna oleh cacing tanah, maka pemberian pakan yang baru harus dikurangi sehingga volume media pemeliharaan tetap sama menyesuaikan wadahnya (Sugiantoro, 2012: 87-88). Ampas tahu merupakan limbah industri tahu yang biasanya dibuang dan mencemari lingkungan seperti bau yang tidak sedap akibat pertumbuhan bakteri. Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup potensial dipakai sebagai bahan makanan karena ampas tahu masih mengandung gizi yang baik. Penggunaan ampas tahu masih sangat terbatas bahkan sering sekali menjadi limbah yang tidak termanfaatkan sama sekali. Ampas tahu diperkirakan dapat menjadi alternatif sebagai bahan pakan budidaya cacing tanah. Ampas tahu jumlahnya berlimpah sehingga potensial sebagai pakan cacing baik dalam pembuatan vermikompos maupun dalam pembiakan cacing tanah. Menurut Palungkun (2010: 85), kompos dari berbagai macam tumbuhan yang dicampur dengan ampas tahu sangat baik digunakan untuk memacu reproduksi cacing tanah, dengan pemberian pakan ini maka jumlah kokon akan meningkat. Formulasi bahan pakan ini sebaiknya dengan perbandingan yang 31

25 sama. Pada proses pembuatan tahu meninggalkan ampas yang dapat dijadikan sebagai campuran pakan dan sebagi bahan pakan cacing. Tabel 4. Komposisi Nutrisi Ampas Tahu Ampas Tahu Nutrisi Basah (%) Kering (%) Bahan. Kering Protein Kasar Serat. Kasar Lemak kasar Abu Beta-N 14,69 2,91 3,76 1,39 0,58 6,05 (Sumber : Suprapti, 2005:4) Bahan. Kering Protein Kasar Serat. Kasar Lemak kasar Abu Beta-N 88,35 23,39 19,44 9,96 4,58 30,48 32

26 D. Kerangka Pikir Berikut adalah bagan kerangka pikir pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang kelapa dan batang pohon pisang terhadap pertumbuhan dan produksi kokon cacing Afrika (Eudrilus eugeniae) Cacing Eudrilus eugeniae Media Tumbuh Nutrisi Batang Pohon Pisang Serbuk Gergaji Batang Kelapa Ampas Tahu Kandungan: Lignin 5-10% Selulosa 60-65% Hemiselulosa 6-8% Air 10-15% Kandungan: Selulosa 33,61% Hemiselulosa 19,27% Lignin 36,51% Kandungan Media Kandungan: Bahan. Kering 14,69% Protein Kasar 2,91% Serat. Kasar 3,76% Lemak kasar 1,39% Abu 0,58% Beta-N 6,05% Penyiraman Air Kondisi Lingkungan : -ph -Kelembaban Media -Suhu Pertumbuhan dan Produksi Kokon Cacing Eudrilus eugeniae Terbaik Pertambahan Massa,Jumlah Kokon, Bobot Cacing, Indeks Kokon Gambar 7. Kerangka Pikir Penelitian 33

27 Cacing Afrika banyak terdapat di Indonesia, karena memiliki beragam manfaat maka banyak dikembangbiakkan, salah satu faktor keberhasilan perkembangbiakkan cacing Afrika adalah media hidup, media hidup yang baik untuk pemeliharaannya adalah serbuk gergaji batang kelapa dan batang pisang karena serbuk gergaji kelapa dan batang pisang mampu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh cacing Afrika. Namun, nutrisi tersebut tidak mampu memenuhi untuk waktu yang lama sehingga diperlukan pakan tambahan berupa ampas tahu, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi kokon cacing Afrika. E. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat pengaruh pada kombinasi serbuk gergaji kelapa (Cocos nucifera) dan Batang Pohon Pisang (Musa paradica) terhadap pertumbuhan cacing afrika (Eudrilus eugeniae) dengan pertambahan bobot massa. 2. Terdapat pengaruh pada kombinasi serbuk gergaji kelapa (Cocos nucifera) dan Batang Pohon Pisang (Musa paradica) terhadap produksi kokon cacing afrilka (Eudrilus eugeniae) dengan bertambahnya jumlah kokon yang diproduksi. 34

BAB II KAJIAN TEORI. eugeniae sering disebut cacing Afrika, atau ANC (African Night Crawler).

BAB II KAJIAN TEORI. eugeniae sering disebut cacing Afrika, atau ANC (African Night Crawler). BAB II KAJIAN TEORI A. Cacing tanah Eudrilus eugeniae 1. Klasifikasi Cacing tanah Eudrilus eugeniae tergolong pada kelompok binatang lunak karena tidak memiliki tulang belakang (avertebrata). Eudrilus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga. dapat berkesinambungan ketersediaannya serta memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga. dapat berkesinambungan ketersediaannya serta memiliki kandungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cacing tanah merupakan hewan yang cepat berkembangbiak, mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga dapat berkesinambungan ketersediaannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. glossocolecidae, dan lumbricidae (Khairulman dan Amri, 2009: 1-3).

BAB I PENDAHULUAN. glossocolecidae, dan lumbricidae (Khairulman dan Amri, 2009: 1-3). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cacing tanah merupakan hewan tingkat rendah yang tidak memiliki tulang belakang (avertebrata) dan bertubuh lunak. Hewan ini paling sering dijumpai di tanah dan tempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tergolong pada kelompok binatang lunak karena tidak memiliki tulang. belakang (avertebrata). Kedudukan Eudrilus eugeniae dalam

BAB II KAJIAN TEORI. tergolong pada kelompok binatang lunak karena tidak memiliki tulang. belakang (avertebrata). Kedudukan Eudrilus eugeniae dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Cacing Tanah Afrika Nightcrawler (Eudrilus eugeniae) 1. Klasifikasi Cacing Tanah Afrika Nightcrawler (Eudrilus eugeniae) tergolong pada kelompok binatang lunak karena tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Onggok Aren terhadap Pertumbuhan Cacing Eisenia foetida Salah satu indikator untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cacing Eudrilus eugeniae (African Night Crawler /ANC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cacing Eudrilus eugeniae (African Night Crawler /ANC) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Eudrilus eugeniae (African Night Crawler /ANC) 1. Klasifikasi cacing Eudrilus eugeniae Kingdom Phylum Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Annelida :

Lebih terperinci

Nama : Siti Pramitha Retno Wardhani TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Siti Pramitha Retno Wardhani TINJAUAN PUSTAKA Nama : Siti Pramitha Retno Wardhani NRP : G34051261 Species : Lumbricid rubellus Klasifikasi Cacing Tanah TINJAUAN PUSTAKA Cacing tanah dalam sistem taksonomi hewan termasuk kedalam kingdom :Animalia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan iklim tropik basahnya memberikan keuntungan terhadap kesuburan tanah. Beraneka ragam jenis tumbuhan dapat ditanami. Adanya hujan menyebabkan tanah tidak

Lebih terperinci

CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

CACING TANAH (Lumbricus terrestris) CACING TANAH (Lumbricus terrestris) Kode MPB2b Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus

Lebih terperinci

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat:

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: Cacing Tanah (Lumbricus terrestris) I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus digestorius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suwardjo dan Dariah (1995) mulsa adalah berbagai macam bahan seperti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suwardjo dan Dariah (1995) mulsa adalah berbagai macam bahan seperti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mulsa Menurut Suwardjo dan Dariah (1995) mulsa adalah berbagai macam bahan seperti jerami, sebuk gergaji, lembaran plastik tipis, tanah lepas-lepas dan sebagainya yang dihamparkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Cacing tanah E. fetida (a), L. rubellus (b). (Sumber: Kinderzeichnungen 2005).

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Cacing tanah E. fetida (a), L. rubellus (b). (Sumber: Kinderzeichnungen 2005). TINJAUAN PUSTAKA Pengenalan Cacing Tanah Cacing tanah E. fetida dan L. rubellus termasuk ke dalam filum Annelida. Kedua spesies cacing tanah ini banyak dijumpai di tempat yang lembab, dan hidup dalam kotoran

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakter Sludge Limbah Organik Saus. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakter Sludge Limbah Organik Saus. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakter Sludge Limbah Organik Saus Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan tersuspensi telah digunakan secara luas diseluruh dunia untuk pengolahan air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan median onggok aren, 1 kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cacing tanah mempunyai potensi memberi keuntungan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia. Selama ini cacing tanah dianggap hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Berikut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Berikut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Tanah Lumbricus rubellus Cacing tanah seperti yang banyak dikenal masyarakat dan menempati bagian permukaan tanah yang lembab termasuk dalam hewan tingkat rendah karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Proses Vermicomposting dan vermikompos

TINJAUAN PUSTAKA. Proses Vermicomposting dan vermikompos TINJAUAN PUSTAKA Proses Vermicomposting dan vermikompos Konsep vermicomposting dimulai dari pengetahuan tentang spesies cacing tanah tertentu yang memakan sisa bahan organik, mengubah sisa bahan organik

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 Energi cahaya menjadi energi potensial Energi kimia menjadi energi gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar Annelida Karakteristik 1.Bilateral simetris, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), tubuhnya bulat dan memanjang biasanya dengan segmen yang jelas baik eksternal maupun internal. 2.Appendages kecil

Lebih terperinci

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dystrudepts Jenis tanah Kebun percobaan Fakukas Pertanian Universitas Riau adalah Dystmdepts. Klasifikasi tanah tersebut termasuk kedalam ordo Inceptisol, subordo Udepts, great

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus)

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus) TINJAUAN PUSTAKA Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) merupakan hewan mamalia hasil domestikasi dari mencit liar yang paling umum digunakan sebagai hewan percobaan pada laboratorium, yaitu sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah organik adalah limbah yang berasal dari makhluk hidup seperti kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman dan lain-lain. Limbah

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol. Volll. Vol! Villi. V,ll. Villi. Vdll V.I. Keterangan : Vi V2V3V4V5

Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol. Volll. Vol! Villi. V,ll. Villi. Vdll V.I. Keterangan : Vi V2V3V4V5 33 Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol Vol! Volll Villi V21 V2III V4 V4III V2II V,ll Villi V.I V31I Vdll Keterangan : Vi V2V3V4V5 = Perlakuan berbagai bahan dasar pembuatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kerbau dan Sapi di Indonesia Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak kerbau tersebar merata di seluruh pulau di Indonesia dengan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses

II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Ternak Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses (Merkel, 1981). Dalam dunia peternakan limbah merupakan bahan yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

SUHARTO. Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor RINGKASAN

SUHARTO. Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor RINGKASAN PENGOLAHAN BEKCOT UNTUK PAKAN TERNAK SUHARTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor 162 RNGKASAN Di beberapa daerah hingga kini bekicot masih dianggap sebagai hama tanaman. Kemungkinan penggunaan bekicot

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Lobster Air Tawar Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUCKY WILANDARI A 420 100 123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

BUDIDAYA CACING TANAH SEBAGAI USAHA ALTERNA TIF DI MASA KRISIS EKONOMI

BUDIDAYA CACING TANAH SEBAGAI USAHA ALTERNA TIF DI MASA KRISIS EKONOMI BUDIDAYA CACING TANAH SEBAGAI USAHA ALTERNA TERNATIF TIF DI MASA KRISIS EKONOMI Achmad Mubarok (97930035), Drh. Lili Zalizar, MS (Mahasiswa Fakultas Peternakan/Produksi Ternak) Ringkasan Cacing tanah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan 1. Jaringan Tumbuhan a. Jaringan Meristem (Embrional) Kumpulan sel muda yang terus membelah menghasilkan jaringan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida. By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman

Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida. By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman Ciri-ciri Annelida : ⱷ Tubuhnya tersusun atas cincin-cincin (gelang-gelang)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditemui di alam bebas sepanjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Salah satu limbah yang banyak

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... Energi kimia menjadi energi gerak Energi cahaya menjadi energi potensial

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

ANNELIDA (Annulus=cincin, Oidos=bentuk)

ANNELIDA (Annulus=cincin, Oidos=bentuk) ANNELIDA (Annulus=cincin, Oidos=bentuk) By Luisa Diana Handoyo, M.Si. Christmas tree fanworm LANGKAH KERJA Ambil cacing yg paling besar Letakkan cacing di bak parafin Kedua ujung di tahan dengan jarum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dengan masalah sampah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dengan masalah sampah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dengan masalah sampah, sampah yang berasal dari limbah rumah tangga maupun sampah pabrik, baik yang berupa sampah cair

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurutus ostreatus) termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Jamur ini dinamakan jamur tiram karena tudungnya berbentuk setengah lingkaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan banyak diantaranya adalah petani sayuran. Produktivitas hasil pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Hamli (2015) salah satu jenis tanaman sayuran yang mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur kayu dari famili Agaricaceae yang pembudidayaannya relatif mudah, karena mempunyai daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci