BAB II LANDASAN TEORI. tertulis dari pihak satu ke pihak lain kepada pembaca surat. Oleh karena itu, suratmenyurat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. tertulis dari pihak satu ke pihak lain kepada pembaca surat. Oleh karena itu, suratmenyurat"

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Surat Menyurat Surat-menyurat merupakan suatu sarana untuk menyampaikan informasi secara tertulis dari pihak satu ke pihak lain kepada pembaca surat. Oleh karena itu, suratmenyurat dapat pula dikatakan sebagai alat komunikasi tertulis bagi masyarakat. Sehubungan dengan surat-menyurat ini ada beberapa hal penting yang perlu diketahui, yaitu: 1. Pengertian Surat Surat adalah alat komunikasi yang mempergunakan bahasa tulisan di atas selembar kertas yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia (Subagyo, 1997: 1). Apabila ditinjau dari sifat isinya, surat adalah jenis karangan (komposisi) paparan. Di dalam paparan pengarang memgemukakan maksud dan tujuanya, menjelaskan apa yang dipikirkan dan dirasakannya demikian pula di dalam surat (Soedjito dan Solchan Tw, 2004: 1). Berbeda halnya jika ditinjau dari fungsinya, surat merupakan suatu alat atau sarana komunikasi tertulis. Surat dipandang sebagai alat komunikasi tulis yang paling efisien, efektif, ekonomis dan praktis. Dibandingkan dengan alat komunikasi lisan, surat mempunyai kelebihan-kelebihan. Apa yang dikomunikasikan kepada pihak lain secara tertulis, misalnya berupa pengumuman, pemberitahuan, dan sebagainya, akan sampai kepada alamat yang dituju sesuai dengan sumber aslinya. Tidak demikian halnya jika disampaikan secara lisan. Dengan cara tersebut sering dialami perubahan- 7

2 8 perubahan, terutama tentang isinya, mungkin ditambah atau dikurangi, miskipun mungkin tidak disadari (Soedjito dan Solchan Tw, 2004: 1). Melengkapi dari beberapa pendapat tersebut, surat adalah suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi tertulis oleh satu pihak ke pihak lain. Informasi yang disampaikan itu dapat berupa pemberitahuan, laporan, peryataan, perintah, permintaan, dan lain sebagainya (Triharjanto, 2008: 1). Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa surat adalah suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pemberitahuan, laporan, peryataan, perintah, permintaan, dan sebagainya dari satu pihak ke pihak lain. 2. Fungsi Surat Menurut Soedjito dan Solchan Tw (2004: 2), surat dapat memenuhi fungsifungsi berikut: a. Alat komunikasi, yaitu suatu alat untuk menyampaikan bahan komunikasi yang berupa berita, laporan, pemberitahuan, penunjukan, permohonan, dan lain-lain. b. Alat bukti tertulis, yaitu sebagai bukti nyata yang sah yang lazimnya dikenal sebagai hitam di atas putih. Hal itu sangat penting, terutama dalam surat-surat resmi, seperti : surat perjanjian, surat wasiat, surat sewa-menyewa rumah, surat jual beli, dan surat kuasa. Surat-surat tersebut mempunyai kekuatan hukum yang dapat dipakai sebagai bukti tertulis dalam perkara dipengadilan. c. Alat bukti historis, yaitu dapat dipakai sebagai bahan penelitian untuk mengetahuai dan menggali informasi mengenai bagaimana keadaan, cara dan pengelolahan administrasi, dan cara pelaksanaan berbagai kegiatan pada masa lalu.

3 9 d. Alat pengingat, yaitu dapat dipakai untuk mengingat dan mengetahui surat-surat yang sudah dikirimkan atau diterima dalam suatu periode waktu tertentu. Hal itu dapat diketahui melalui arsip dan ekspedisi surat. e. Duta organisasi, yaitu dapat mencerminkan corak, keadaan mentalitas, jiwa, dan nilai pejabat/ jawatan/ atau kantor yang bersangkutan. Oleh kerena itu, dalam menyusun surat hendaklah selalu berhati-hati dalam berfikir secara cermat agar tidak menimbulkan kesan yang tidak menyenangkan. f. Pedoman kerja, yaitu dapat dipakai sebagai pola yang harus dipedomani dan diikuti oleh lembaga, organisasi, atau jawatan yang menjalankan fungsi kesekretariatan tersebut, antara lain, dalam menerbitkan berbagai macam atau jenis surat yang dikehendaki. Misalnya surat keterangan tidak sama dengan surat kuasa, dan surat penunjukan tidak sama dengan surat edaran. 3. Surat Sebagai Sarana Komunikasi Surat-menyurat berperan penting dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Hal ini karena banyak persoalan kehidupan yang hanya dapat diselesaikan secara efektif dan efesien melalui surat-menyurat. Bagi instansi pemerintah, swasta, serta lembaga keorganisasian, surat- menyurat sangat menunjang kelancaran kegiatan administrasi. Misalnya, seorang karyawan ingin mengelola dana pensiun. Agar pengelolaan tersebut berjalan dengan lancar, dibutuhkan surat persetujuan dari direktur keuangan sebagai tanda bukti administrasi bahwa pengelolaan dana pensiun yang dilakukan karyawan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari direktur keuangan. Oleh

4 10 karena itu, jika suatu lembaga pemerintah, swasta, maupun organisasi mengabaikan ketentuan surat-menyurat, maka mereka akan mengalami kerugian besar. Kegiatan surat-menyurat dapat berlangsung jika terdapat tiga komponen, yaitu penulis, pembaca, dan pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia secara tertulis. Karena itu, surat juga merupakan salah satu bentuk karangan. Karenanya, ketentuan penulisan karangan juga berlaku dalam penulisan surat. Ketentuan tersebut meliputi, penggunaan ejaan yang disempurnakan (EYD), penyusunan kalimat dengan tepat dan sebagainya. Kegiatan surat-menyurat merupakan salah satu sarana komunikasi tertulis yang banyak dilakukan orang, sebab surat memiliki beberapa faktor yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi. Faktor-faktor kemudahan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Biaya relatif murah. 2. Tidak terkait waktu dan tempat. 3. Jangkaunnya lebih luas. 4. Dapat diarsipkan sebagai tanda bukti. 5. Pesan sampai ketujuan sesuai dengan sumbernya. 6. Pesan dapat dibaca berulang-ulang (Arifin, 1987: 17-18). Oleh karena kemudahan itulah pada akhirnya surat-menyurat merupakan kegiatan penting dalam berkomunikasi. Namun kenyataannya dalam berkomunikasi melalui surat masih banyak ditemukan kesulitan yang umumnya dialami penulis surat, antara lain: 1. Bagaimana menggunakan bentuk surat yang tepat 2. Bagaimana menyusun bagian-bagian surat secara cermat. 3. Bagaimana penggunan EYD dalam surat (Arifin, 1987:19).

5 11 Dari kesulitan-kesulitan tersebut, sebaiknya dalam menyusun surat harus diperhatikan ketentuan pembuatan surat yang baik agar tujuan yang diinginkan dan pesan yang disampaikan dapat mencapai sasaran. Tidak jarang surat yang dibuat seseorang atau instansi tidak beroleh jawaban yang dikehendaki. Hal itu mungkin salah satu akibat kurang tepat di dalam menyusun bentuk dan bahasa surat sehingga pesan yang ingin disampaikan melalui surat tidak tercapai. 4. Syarat Surat Surat yang baik haruslah memenuhi syarat-syarat penyusunan sebagai berikut: a. Surat harus disusun dengan teknik penyusunan surat yang benar, yaitu: 1) Menyusun letak bagian-bagian surat (bentuk) yang tepat sesuai dengan aturan atau pedoman yang telah ditentukan; 2) Pengetikan yang betul, jelas, bersih dan rapi; 3) Pemakaian kertas yang sesuai dengan ukuran, jenis, warna b. Isi surat harus dinyatakan secara ringkas, jelas, dan eksplisit. Hal itu menguntungkan kedua pihak, yaitu: 1) Penerima dapat memahami isinya dengan tepat dan tidak ragu-ragu; 2) Pengirim memperoleh jawaban secara tepat apa yang dikehendakinya (Soedjito dan Solchan Tw, 2004: 3-4). c. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang benar/ baku sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, baik tentang ejaan, pemilihan kata, bentuk kata, maupun kalimatnya. Selain itu, bahasa surat haruslah efektif. Untuk itu, bahasa surat haruslah logis, wajar, hemat, cermat, sopan, dan menarik. Sedapat mungkin harus dihindari gaya keasing-asingan atau kedaerah-daerahan.

6 12 5. Jenis Surat Dari beberapa surat yang dikenal dewasa ini terdapat beraneka ragam atau jenis surat, maka dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal bermacam-macam jenis surat. Aneka macam jenis surat itu dapat ditinjau dari berbagai segi (Soedjito dan Solchan Tw, 1994: 14-17), sehingga surat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: a. Berdasarkan Isinya Berdasarkan isinya, surat dapat dibedakan atas tiga surat, yaitu: 1) Surat pribadi, yaitu surat yang berisi masalah pribadi yang ditunjukan kepada keluarga, teman atau kenalan. 2) Surat dinas/ resmi, yaitu surat yang berisi masalah kedinasaan atau administrasi pemerintah. Surat dinas/resmi hanya dibuat oleh instansi pemerintah dan dapat dikirimkan oleh semua pihak yang memiliki hubungan dengan instansi tersebut. Karena sifatnya resmi, surat resmi harus ditulis dengan menggunakan bahasa ragam resmi. Contoh surat dinas/resmi diantaranya adalah surat keputusan, instruksi, surat tugas, surat edaran, surat panggilan, nota dinas, pengumuman, dan surat undangan rapat dinas. 3) Surat niaga/ dagang, yaitu surat yang berisi masalah perniagaan/ perdagangan. Surat dagang dibuat oleh suatu perusahaan yang ditujukan kepada semua pihak. Contoh surat niaga/dagang diantarannya adalah surat permintaan penawaran, surat penawaran jasa, surat pesanan, surat tagihan, surat permohonan lelang, dan periklanan. b. Berdasarkan Keamanan Isinya

7 13 Berdasarkan keamanan isinya, surat dibedakan atas empat jenis, yaitu: 1) Surat sangat rahasia, yaitu surat yang berisi dokumen/ naskah yang sangat penting yang berhubungan dengan rahasia keamanan Negara. Surat tersebut ditandai dengan kode SR atau SRHS (Sangat Rahasia). Contohnya, yaitu dokumen dari Departemen Penerangan, dokumen dari Negara tetangga, dokumen di kalangan kemiliteran. 2) Surat rahasia, yaitu surat yang berisi dokumen penting yang hanya boleh diketahui oleh pejabat yang berhak menerimanya. Contohnya, yaitu surat rekomendasi dan laporan konduite dari seorang pejabat (DPPP). 3) Surat terbatas, yaitu surat yang isinya hanya boleh diketahui oleh para pejabat tertentu. Surat tersebut harus dibahas, dipertimbangkan semasak-masaknya sebelum diinformasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Contohnya, yaitu hasil rapat pimpinan terbatas, usul pengangkatan pegawai baru, dan laporan perjalanan. 4) Surat biasa, yaitu surat yang berisi masalah biasa, bukan rahasia, yang bila diketahui oleh orang lain tidak meragukan lembaga atau pejabat yang bersangkutan. Contohnya, yaitu surat edaran, surat undangan, surat ucapan terima kasih, pengumuman, dan pemberitahuan. c. Berdasarkan Derajat Penyelesaiannya Berdasarkan derajat penyelesaiannya, surat dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu: 1) Surat sangat segera (kilat), yaitu surat yang isinya harus segera mungkin diketahui oleh penerima surat dan harus sesegera mungkin diselesaikan atau ditanggapi. Contohnya, yaitu surat pemberitahuan tenaga penguji, surat tugas penyusun soal ujian, dan surat undangan rapat-rapat dinas.

8 14 2) Surat segera, yaitu surat yang isinya harus segera diketahui dan ditanggapi. Contohnya, yaitu surat lamaran pekerjaan, surat usul kenaikan pangkat, surat penawaran tugas belajar ke luar negeri. 3) Surat biasa, yaitu surat yang isinya tidak harus segera diketahui, ditanggapi. Miskipun demikian, surat yang kita terima harus segera kita balas agar komunikasi dapat berjalan lancar. Contohnya, yaitu surat permohonan sumbangan, surat pemberitahuan, surat edaran, dan surat pengumuman biasa. d. Berdasarkan Jangkauan Penggunaannya Berdasarkan jangkauan penggunaannya, surat dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1) Surat intern, yaitu surat yang hanya digunakan untuk berkomunikasi dalam satu kantor/ instansi yang bersangkutan. Contohnya, yaitu memo dan nota. Memo, yaitu surat yang berisi catatan singkat tentang pokok-pokok persoalan. Sedangkan nota, yaitu surat yang hanya dibuat oleh atasan untuk bawahan. 2) Surat ekstern, yaitu surat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pihakpihak diluar kantor/instansi yang bersangkutan. e. Berdasarkan Jumlah Penerimanya Berdasarkan jumlah penerima yang dituju, surat dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu: 1) Surat edaran, yaitu surat yang beredar di luar kantor/ instansi yang bersangkutan. Isi surat ini ada kalanya hanya diketahui oleh pejabat yang bersangkutan (edaran khusus), dan adakalanya disebarkan kepada lingkup yang lebih luas (edaran umum). 2) Pengumuman, yaitu surat yang ditunjukkan kepada para pejabat, para karyawan, dan masyarakat umum.

9 15 3) Surat biasa, yaitu surat yang khusus ditujukan kepada seseorang, pejabat, atau instansi tertentu. Kustiawan (2003: 9-13) membedakan surat berdasarkan wujudnya, tujuannya, sifat isinya, jumlah penerima, keamana isinya, dan urgensi pengirimannya. a. Jenis surat berdasarkan wujudnya dapat dibedakan menjadi: (1) Kartu pos, (2) Warkat pos, (3) Warkat pos, (4) Surat bersampul, (5)Memorandum atau nota. b. Berdasarkan tujuanya dapat dibedakan menjadi: (1) Surat pemberitahuan, (2) Surat perintah, (3) Surat permintaan atau permohonan, (4) Surat peringatan atau teguran, (5) Surat susulan, (6) Surat panggilan (7) Surat pengantar, (8) Surat keputusan, (9) Surat laporan, (10) Surat perjanjian dan sebagainya c. Berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi (1) Surat dinas, (2) Surat pribadi, (3) Surat niaga, (4) Surat sosial, (5) Telegram, (6) Surat pengantar d. Berdasarkan jumlah penerimaan dapat dibedakan menjadi: (1) Surat biasa, (2) Surat edaran, (3 Surat pengumuman e. Berdasarkan keamana isinya dapat dibedakan menjadi: (1) Surat rahasia, (2) Surat rahasia yang ditandai dengan RHS atau R saja, (3)Surat biasa Berdasarkan jenis surat tersebut secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa surat yang diteliti termasuk surat dinas/resmi, surat biasa, surat intern, surat

10 16 ekstern, surat edaran, surat pengumuman, surat pemberitahuan, surat perintah, surat pengantar, dan surat laporan. 6. Bahasa Surat Bahasa surat adalah bahasa yang digunakan dalam surat, terutama dalam bagian inti surat itu. Bahasa yang digunakan harus tunduk kepada semua aturan bahasa yang berlaku baik struktur kata dan kalimat, penggunaan tanda-tanda baca, maupun pemakaian alinea/paragraf (Badudu, JS. 1983: 92). Bahasa surat pada umumnya mempunyai ragam tersendiri, tergantung jenis surat. Pada jenis surat dinas bahasa yang digunakan harus bahasa yang benar/ baku, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, baik tentang ejaan, pemilihan kata, bentuk kata, maupun kalimatnya. Selain itu, bahasanya haruslah efektif. Untuk itu, bahasa surat harus bersifat jelas, singkat, logis, sopan, dan menarik. Bahasa yang digunakan pada surat dinas/resmi biasanya tidak sama dengan bahasa yang digunakan pada surat-surat yang tidak resmi atau surat pribadi (Soedjito dan Solchan Tw, 1994: 3). Bahasa resmi yang digunakan pada surat-surat resmi, mempunyai dua ragam, yaitu ragam kaku (frozen stlye) dan bahasa resmi ragam baku (formal stlye). Bahasa resmi ragam baku adalah bahasa resmi yang bentuk dan pemakainya pada surat secara tetap dan singkat. Sementara itu, bahasa resmi ragam kaku adalah bahasa resmi yang tidak dibakukan pemakaiannya termasuk untuk komunikasi tertulis pada surat. Penggunaan bahasa baku dapat membawa wibawa seseorang dan dipandang sebagai lambang status sosial yang tinggi. Itulah sebabnya surat dinas/resmi haruslah menggunakan bahasa baku. Bahasa baku dapat dikenali dari 1) ejaan, 2) pemakaian kata, 3) bentuk kata, dan 4) kalimat.

11 17 Bahasa resmi ragam kaku pada surat, biasanya digunakan untuk menulis kepala surat, pembuka surat, dan penutup surat. Sedangkan bahasa resmi ragam baku digunakan untuk menuliskan isi surat pada tubuh surat. Oleh karena itu surat juga termasuk karangan, maka semua yang meliputi penataan paragraf, kalimat, pemilihan kata, pembentukan kata, istilah singkatan dan ejaan juga berlaku untuk surat. Bahasa yang digunakan pada surat pribadi bersifat tidak resmi karena sifatnya yang personal. Jadi, bahasa yang digunakannya pun lebih bebas atau tidak terikat aturan dan boleh saja menggunakan bahasa percakapan sehari-hari asalkan kedua belah pihak, baik si pengirim maupun si penerima sama-sama memahami isi pesan yang disampaikan. Misalnya, menulis surat kepada guru berbeda bahasanya dengan menulis surat kepada sahabat. Apabila menulis surat kepada guru, sebaiknya menggunakan bahasa baku atau formal. Sebaliknya, penulisan untuk sahabat, tidak harus menggunakan bahasa baku, tetapi dapat memakai bahasa santai atau bahasa yang biasa dipakai dalam pergaulan sehari-hari. Bahasa dalam surat harus berupa kalimat-kalimat efektif, yaitu kalimat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Sederhana/wajar, bararti bersahaja, lugas, mudah, tidak berbelit-belit, baik pemakaian kata-katanya maupun kalimat-kalimatnya. Untuk itu, hendaklah dipakai kata-kata yang biasa dan lazim. b. Ringkas, berarti kalimat yang ringkas pada umumnya lebih tegas dan mudah dipahami. Sedangkan kalimat yang panjang biasanya lemah dan kabur serta tidak cepat dipahami maksudnya. c. Jelas, berarti tidak samar-samar, tidak meragukan, tidak mendua makna, atau tidak menimbulkan salah paham.

12 18 d. Sopan, berarti hormat dengan takzim, tertip menurut adat yang baik, atau baik kelakuannya. Dalam surat menyurat resmi bahasa sopan itu dapat dicapai dengan beberapa cara sebagai berikut: a. Menggunakan kata-kata yang sopan atau halus; b. Menggunakan kata sapaan atau kata ganti; c. Menggunakan kata-kata resmi (bukan kata sehari-hari). e. Menarik, berarti dapat membangkitkan perhatian, tidak membosankan dan dapat mengesankan pada angan-angan pembaca. Dalam surat menyurat resmi untuk menarik perhatian dapat digunakan: 1. Kalimat bervariasi; 2. Paragraf induktif; 3. Gaya bahasa. Sebaiknya kekurangcermatan dapat dihindari, terutama dalam membuat suratsurat dinas/ resmi. Untuk itu, perhatikanlah beberapa dari bagian pedoman umum ejaan yang disempurnakan yang berhubungan dengan keperluan surat. Misalnya penulisan tanda titik, tanda koma, dan sebagainya. 7. Pengertian Surat Dinas Surat dinas merupakan surat-surat resmi yang didalamnya menyangkut berbagai hal tentang kedinasan, misalnya: pengangkatan pegawai, kenaikan pangkat, kenaikan gaji, perpindahan pegawai, keputusan pemberhentikan karyawan dan lain-lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis surat dinas, diantaranya adalah: a. Surat dinas ditulis atas nama instansi, lembaga atau Negara. b. Bagian kepala surat biasanya ditempatkan di bagian kiri, kecuali bila kepala suratnya panjang dapat ditulis di bagian tengah-tengah.

13 19 c. Alamat bagian surat biasanya diletakkan atau ditempatkan di bagian kanan atas, di bawah nama tempat dan tanggal surat. d. Tidak terdapat kalimat pembuka surat dan kalimat penutup surat. e. Menggunakan kata ganti kami, tidak terdapat inisial pengetik maupun pembuat konsep surat di dalamnya namun biasanya dicantumkan paraf dari pejabat atau staf yang jabatannya atau kedudukannya lebih rendah dibandingkan pejabat penandatangan surat tersebut. f. Nama penandatangan di tulis dengan huruf besar tanpa tanda kurung dan di bawahnya dicantumkan NIP, NIK, kecuali untuk jabatan menteri. Contoh-contoh surat dinas (Triharjanto, 2008: 126) diantaranya sebagai berikut: a. Surat dinas/ resmi b. Surat pengangkatan c. Surat keputusan d. Surat perintah e. Surat perintah kerja f. Surat tugas g. Surat kuasa Perbedaan surat dinas atau surat resmi atau surat jabatan, surat niaga atau surat perniagaan dan surat peribadi atau surat keluarga berdasarkan isinya telah dilakukan oleh beberapa ahli. Kustiawan (2003:11) menjelaskan bahwa surat dinas adalah surat yang memuat persoalan kedinasan yang dibuat oleh instansi swasta maupun pemerintah. Menurut Soedjito (dan Solchan Tw,1994:14), surat dinas berisi masalah kedinasaan atau administrasi pemerintah. Surat dinas/ resmi hanya dibuat oleh

14 20 instansi pemerintah dan dapat dikirimkan oleh semua pihak yang memiliki hubungan dengan instansi tersebut. Karena sifatnya resmi, surat dinas harus ditulis dengan menggunakan bahasa ragan resmi. Contoh surat dinas/resmi dintaranya adalah surat keputusan, instruksi, surat tugas, surat edaran, surat panggilan, nota dinas, pengumuman, dan surat undangan rapat dinas. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa surat dinas adalah surat yang berisi permasalahan kedinasan, surat dinas sama dengan surat resmi, pembuat surat dinas dapat instansi pemerintah dan dapat pula perorangan. 8. Bagian-bagian Surat Dalam kaitannya dengan membuat surat dinas/ resmi, maka diperlukan pengenalan bagian-bagian surat. Tanpa memahami hal itu, maka kita tidak akan mampu membuat surat yang baik dan benar. Penempatan bagian-bagian itu berhubungan dengan bentuk surat yang digunakan. Artinya jika bagian-bagian surat itu diletakkan pada margin kiri, terbentuklah bentuk lurus. Jika bagian-bagian surat itu tidak diletakkan pada margin kiri, dapat terbentuk bentuk surat setengah lurus atau Indonesia baru. Hal itulah yang membedakan komposisi surat dengan komposisikomposisi yang lain, seperti novel, cerpen, dan roman. Surat terdiri dari beberapa bagian yaitu 1) kepala surat, 2) nama tempat dan tanggal, 3) nomor, 4) lampiran, 5) hal/ perihal, 6) alamat, 7) salam pembuka, 8) isi, 9) salam penutup, 10) tembusan (Nanang Kustiawan, 2003: 46). Penjelasannya bagianbagian tersebut sebagai berikut. a. Kepala surat Kepala surat disebut pula kop surat. Surat yang ada kopnya biasanya surat-surat instansi atau lembaga, baik pemerintah maupun swasta. Tujuan penulisan kepala surat

15 21 untuk memberikan informasi tentang identitas perusahaan, misalnya nama perusahaan dan alamatnya. Kepala surat disusun dalam bentuk yang menarik, dan menyebutkan: 1) nama kantor/ jawatan/ perusahaan dan sebagainya, 2) alamat, 3) nomor telepon, 4) nomor kotak pos, 5) faksimile atau . Kepala surat berfungsi untuk mempermudah pembaca mengetahui nama dan alamat kantor atau instansi serta keterangan lain mengenai organisasi yang mengirim surat. Contoh penulisan kepala surat: Contoh 1 DEPARTEMAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Logo Jalan Mayjen Haryono 163 A, Malang, Telepon: 7396 Pesawat Contoh 2 Logo DEPARTEMAN AGAMA WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jalan Sukonansi 8, Yogyakarta Telepon Contoh 3 DEPARTEMAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT Logo KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MALANG (Institute of Teacher Training and Education) Jalan Surabaya 6, Malang 65112, Telepon: i2, b. Tanggal Surat Surat dinas atau surat resmi harus disertai dengan tanggal. Tanggal yang ditulis menginformasikan kapan surat itu dibuat. Apabila surat itu menggunakan kop

16 22 atau kepala surat, maka penulisan tanggal tidak perlu dengan nama tempat atau kota, sebab pada kop surat sudah tercantum alamat. Lain halnya dengan surat pribadi yang biasanya menggunakan kertas polos (tanpa kepala surat). Contoh penulisan benar: (1) 12 Agustus 2002 (2) 21 Oktober 2008 (3) 16 Maret 1997 (4) 22 Nopember 1997 Contoh penulisan salah: (1) (2) Tangal (3) 10 Juli 89 (4) 18 Agustus Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tanggal surat dinas tidak perlu didahului nama karena nama kota sudah tercantum pada kepala surat. Tanggal surat ditulis di sebelah kanan bawah kepala surat dengan garis pemisah kepala surat. Pada akhir surat tidak dibubuhkan tanda baca. Spasinya tidak dijarang-jarangkan. Huruf awal nama bulan ditulis dengan huruf kapital. Tanggal surat tidak perlu ditulis tanggal. Angka tahun ditulis lengkap. c. Nomor Surat Setiap surat resmi yang keluar selalu diberi kode yang berupa nomor. Nomor tersebut berguna untuk mempermudah pengaturan penyimpanan arsip, memudahkan mencari surat itu kembali, dan untuk mengetahui jumlah surat yang telah keluar dalam setiap waktu. Bagian nomor surat berisi nomor urut surat yang terbit, kode surat, dan angka tahun, jika angka tahun termasuk ke dalam sistem penomoran. Contohnya sebagai berikut:

17 23 (1) No. 450/PD-GK/02, berarti bahwa nomor urut surat tersebut adalah 450, sedangkan PD singkatan dari pengajuan dana, GK artinya Gunung Krinci (nama lembaga atau perusahan). 02 artinya tahun surat itu dibuat. (2) Nomor: 157/F8/1994 Contoh penulisan yang belum benar 1) Nomer: 778/BI/1998 2) No : /104 d. Lampiran Kata lampiran bermakna tambahan. Tambahan itu dapat berupa surat, kertas surat, foto kopi ijazah, salinan-salinan surat berharga, kuitansi, dan sebagainya. Lampiran adalah sesuatu yang ditambahkan pada surat yang dikirimkan. Kata Lampiran harus dicantumkan jika surat yang diterbitkan dilampiri berkas atau surat lain. Bilamana kata lampiran sudah tercetak pada surat kertas yang diterbitkan tanpa dilampiri sesuatu, bagian surat itu harus diisi dengan tanda yang menyatakan bahwa surat diterbitkan tanpa lampiran agar orang lain tidak mengisinya untuk mengacaukan permasalahan. Dalam hal ini, tanda yang umum untuk mengisi itu adalah tanda (-) hubung. Contohnya sebagai berikut: (1) Lampiran : satu berkas (2) Lampiran : empat bendel (3) Lamp. : dua eksemplar Jika tidak ada yang dilampirkan kata lampiran diikuti tanda (-) hubung seperti: Lampiran : - Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lampiran surat merupakan bagian surat yang berfungsi sebagai petunjuk tentang dokumen yang disertakan bersama surat. Jumlah lampiran pada setiap surat tentu berbeda, tergantung kebutuhan atau urgensi pada setiap surat.

18 24 Penulisan kata lampiran disingkat lamp. Kemudian diikuti tanda titik (:) disertai jumlah barang yang dilampirkan. Ada kaidah yang menyatakan bahwa lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan (Pedoman Umum EYD). Berdasarkan kaidah itu maka bilangan yang menunjukkan jumlah barang pada lampiran dapat dituliskan dengan satu atau dua kata, bilangan tersebut ditulis lebih dari dua kata, penulisannya dengan angka. Jika tidak ada yang dilampirkan kata lampiran tidak perlu ditulis. Kesimpulan penulisan lampiran adalah sebagai berikut: (1) Lampiran : satu berkas (2) Lamp. : satu berkas (3) Lampiran : 234 eksemplar e. Hal/ perihal surat Hal surat disebut juga perihal surat atau pokok surat. Yang ditemukan pada hal surat adalah isi atau inti surat yang jelas. Dengan membaca hal atau perihal surat, pembaca akan segera mengetahui surat yang hendak dibacanya. Hendaknya hal atau perihal ditulis secara ringkas dan jelas. Contohnya sebagai berikut: (1) Hal: jadwal ujuan ulangan (2) Hal: bantuan tenaga pengajar (3) Hal: pemilihan mahasiswa teladan (4) Hal: panggilan kerja (5) Hal: Pengusulan calon pegawai f. Alamat surat Pada surat yang ditulis selalu dicantumkan nama alamat tujuan. Biasanya alamat tujuan ini ditulis di dua tempat, yaitu di amplop dan di dalam surat itu sendiri.

19 25 Hendaknya alamat yang ditulis di amplop dan yang ada di dalam harus sama agar tidak membingungkan penerimanya. Dalam menulis surat hendaknya dijaga kesopanan dan diperhatikan derajat penerima. Surat yang ditujukan kepada teman atau bawahan tentu berbeda dengan surat yang ditujukan kepada atasan atau seorang pejabat. Karena itu perlu dijaga kesopanan kalimatnya. Di samping itu, alamat tujuan harus ditulis selengkaplengkapnya, terutama yang berada di amplop. Sebab, jika tidak lengkap maka surat akan dikembalikan. Perhatikanlah nama, alamat, nomor rumah, gang, kelurahan, kota, jalan dan negara tujuan. 1) Alamat luar Alamat luar adalah alamat yang ditulis pada sampul surat. Alamat pada sampul surat berfungsi sebagai petunjuk dalam menyampaikan surat kepada orang yang berhak menerima surat. Contoh alamat luar: a. Yth. Kepada Balai Penelitian Bahasa Jalan 1 Dewa Nyonya Oka 34 Yogyakarta b. Yth. Kepala Direktorat Jendral Bea dan Cukai Jalan cendana 9, Yogyakarta ) Alamat Dalam Alamat (alamat dalam) berguna sebagai alat bagi penerima surat. Bagi pengirim surat, alamat berfungsi untuk mengetahui kecocokan alamat yang dituju sewaktu pemrosesan surat ke dalam amplop. Oleh karena itu penulisan alamat dalam dapat seperti penulisan alat luar.

20 26 Contohnya sebagai berikut: (1) Yth. Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Rawangmangu, Jakarta (2) Yth. Sdr. Imam Santoso Jalan Galunggung 100 Malang (3) Yth. Kepala Bagian Pemesaran PT. DUTA SARANA Jalan Kusuma Bangsa NO. 8 Jakarta Selatan. g. Salam Pembuka Salam pembuka merupakan tanda hormat pengirim surat sebelum ia berbicara secara tertulis. Dalam surat dinas/ resmi yang biasa digunakan sebagai salam pembuka ialah Dengan hormat, yang ditulis segaris lurus dengan baris-baris lainya. Salam pembuka biasanya menggunakan kalimat: (1) Dengan hormat, (2) Saudara yang terhormat, (3) Ibu yang terhormat, (4) Bapak yang terhormat, Disamping itu, terdapat pula salam pembuka yang bersifat khusus, seperti: (1) Assalamualaikum, wr.wb, (2) Salam pramuka, (3) Salam perjuangan, h. Isi Surat Isi surat merupakan bagian yang sangat penting karena bagian ini merupakan wadah segala sesuatu atau semua persoalan yang ingin disampaikan. Isi surat harus singkat, jelas, hormat, dan sopan.

21 27 Secara umum bahasa yang digunakan dalam bagian isi surat harus benar. Kebenaran itu diukur dengan ketepatan pemilihan kata, struktur kalimat sesuai kaidah dan ejaannya benar. Isi surat yang lengkap terdiri atas 1) alinea pembuka, 2) alinea isi, 3) alinea penutup. 1) Alinea Pembuka Alinea pembuka disebut juga sebagai kata pendahuluan. Kalimat ini ditulis setelah salam pembuka. Tujuanya sebagai pengantar isi surat. Oleh karena, itu gunakan kalimat yang dapat menumbuhkan minat dan perhatian bagi pembacanya untuk mengetahui dengan segera maksud kita. Dengan demikian maka pembaca akan terarik dan memiliki minat untuk mempelajari surat kita sampai selesai. Contohnya sebagai berikut: (1) Dengan ini kami beritahukan bahwa (2) Dengan ini kami sampaikan bahwa.. (3) Dengan ini kami terangkan bahwa... (4) Dengan sangat menyesal kami beritahukan kepada saudara bahwa (5) Dengan ini kami tawarkan.. 2) Alinea Isi Alinea isi memuat sesuatu yang diberitahukan, ditanyakan, diminta dan lain sebagainya yang disampaikan kepada penerima surat. Isi surat harus jelas, singkat, hormat, dan sopan. Contohnya sebagai berikut: (1) Akan tetapi,.. (2) Oleh sebab itu, (3) Berkaitan dengan hal tersebut di atas, kami ucapkan terimakasih. Untuk menyusun isi surat yang baik hendaklah diperhatikan pedoman-pedoman sebagai berikut:

22 28 1) Tetapkan dahulu maksud yang diberitahukan, dikemukakan, ditanyakan, dimintai, dan sebagainya secara jelas. 2) Tetapkan urutan maksud surat itu secara sistematis dan logis. 3) Tuliskanlah maksud surat itu dalam alinea-alinea yang jelas. 4) Hindarkan pemakaian akronim dan singkatan-singkatan yang belum lazim, lebihlebih yang ditulis hanya atas kemauan sendiri. 5) Hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sederhana, logis, sopan, dan menarik. 6) Hendaklah dituliskan dengan ejaan yang betul. 7) Hendaklah diketik serapi-rapinya, hindarkan ketikan yang bertumpuk-tumpuk. 8) Hindarkan pemakaian kata-kata yang asing/ kata-kata daerah sehingga terasa keasing-asingan atau kedaerah-daerahan, kecuali yang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. 9) Hendaklah dipakai bentuk surat yang tepat, cocok dan menarik. 3) Alinea Penutup Penutup surat merupakan kesimpulan yang berfungsi sebagai kunci isi surat. Umumnya berisi ucapan terima kasih terhadap semua hal yang dikemukakan dalam isi surat. Hendaknya penutup surat itu ditulis secara singkat dan jelas. Contohnya sebagai berikut: (1) Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih (2) Atas bantuan Bapak, saya ucapkan terima kasih (3) Atas kehadiran Bapak, kami ucapkan terima kasih i. Salam Penutup

23 29 Kata-kata yang biasa digunakan sebagai salam penutup adalah hormat kami, hormat saya, salam saya, salam kami, dan wassalam. Contohnya sebagai berikut: (1) Atas perhatian Anda, saya ucapkan terima kasih Wassalam, (2) Atas perhatian Anda, kami ucapkan terima kasih Hormat kami, j. Tembusan Surat Bagian tembusan surat digunakan untuk menuliskan instansi nama yang mendapatkan tembusan surat. Letak bagian ini di margin sebelah kiri, lurus vertikal dengan bagian isi surat. Contohnya sebagai berikut: (1) Tembusan: a. Kepala Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Barat b. Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa c. Rektor (2) Tembusan: a. Ketua Jurusan Bahasa Indonesia b. Drs. Soedjito c. Pembantu Rektor 1 B. Kesalahan- Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu, yakni berdasarkan komponen ketatabahasanya. Berdasarkan komponen ketatabahasanya kesalahan meliputi: kesalahan bidang ortografi, dan kesalahan bidang leksikal. 1. Bidang ortografi Menurut Soeparno (2002:26) ortografi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari ejaan. Oleh karena itu subdisiplin ini juga disebut sebagai ilmu ejaan. Hal-hal yang dipelajari meliputi bagaimana mewujudkan bentuk bunyi ke dalam

24 30 bentuk huruf dan sekaligus menyusun hutuf-huruf konstruksi yang lebih besar, yakni kata. Untuk itu, bidang ortografi dalam penelitian ini dibatasi pada: a. pemakaian huruf kapital b. penulisan kata c. tanda baca. Peneliti membatasi pada bidang ortografi tersebut karena pada surat dinas yang diteliti secara keseluruhan, sejauh pengamatan peneliti, hanya ditemukan kesalahan pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan kesalahan tanda baca. 2. Bidang leksikal Leksikal atau yang disebut juga dengan perbendaharan kata adalah kekayaan kata suatu bahasa. Kekayaan kata yang dimaksud adalah kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis, atau kata-kata yang banyak dimiliki suatu bahasa (Verhaar,2001:1). Dalam penelitian ini, pembahasan bidang leksikal hanya meliputi: 1) Ketidaktepatan pemilihan kata 2) Ketidakhematan pemilihan kata Peneliti membatasi pada bidang leksikal tersebut karena pada surat dinas yang diteliti secara keseluruhan, sejauh pengamatan peneliti, hanya ditemukan kesalahan yang berupa ketidaktepatan pemilihan kata dan ketidakhematan pemilihan kata. Padahal pilihan kata dalam penulisan surat dinas harus mengandalkan kedua hal tersebut.

Bahasa Indonesia. Korespondensi

Bahasa Indonesia. Korespondensi Bahasa Indonesia Korespondensi 1 Daftar isi A. Pendahuluan... 3 B. Arti dan Fungsi Surat... 4 C. Syarat Syarat Surat yang Baik... 5 D. Jenis Jenis Surat... 6 E. Bagian Bagian dan Bentuk Surat... 13 F.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tiga hal. Pertama surat ditinjau dari sifat isinya, yaitu jenis karangan (komposisi)

BAB II LANDASAN TEORI. dari tiga hal. Pertama surat ditinjau dari sifat isinya, yaitu jenis karangan (komposisi) 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Surat Menurut Soedjito dan Solchan TW. (2003: 1) pengertian surat bisa ditinjau dari tiga hal. Pertama surat ditinjau dari sifat isinya, yaitu jenis karangan (komposisi)

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: MATA KULIAH BAHASA INDONESIA 14 SURAT DINAS Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail: supriyadibahasa@gmail.com

Lebih terperinci

Bahasa Surat Dinas H

Bahasa Surat Dinas H Bahasa Surat Dinas H KRITERIA SURAT YANG BAIK 1. Surat sebaiknya ditulis dalam bentuk dan isi yang menarik serta disusun secara sistematis sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penyusunan surat. 2. Surat

Lebih terperinci

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI NSPK TATA NASKAH Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Norma,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 20152015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN SURAT - MENYURAT

PEDOMAN SURAT - MENYURAT PEDOMAN SURAT - MENYURAT DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 3 3.1 Pengolongan Surat..... 3 3.2 Teknik Pembuatan dan Penyusunan Surat...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam penggunaannya mengikuti syarat dan kaidah bahasa. Dengan mengikuti

I. PENDAHULUAN. dalam penggunaannya mengikuti syarat dan kaidah bahasa. Dengan mengikuti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat dapat dipahami jika dalam penggunaannya mengikuti syarat dan kaidah bahasa. Dengan mengikuti syarat dan kaidah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana komunikasi kedinasan di lingkungan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana komunikasi kedinasan di lingkungan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Surat Tatalaksana surat merupakan cara pengaturan penertiban surat sebagai sarana komunikasi kedinasan di lingkungan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa untuk tertib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang disepakati

Lebih terperinci

SURAT DINAS. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen.

SURAT DINAS. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen. Modul ke: SURAT DINAS Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. 1. Pengertian surat dinas surat dinas adalah kertas yang tertulis; secarik kertas

Lebih terperinci

SURAT DINAS* Hartono Jurdik Bahasa dan Sastra Indonesia FBS, UNY

SURAT DINAS* Hartono Jurdik Bahasa dan Sastra Indonesia FBS, UNY SURAT DINAS* Hartono Jurdik Bahasa dan Sastra Indonesia FBS, UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id 1. Pengertian Surat Surat merupakan salah satu alat komnikasi tertulis untuk menyampaikan psan dari sesorang

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara No.2099, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR74 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN A. Ketentuan Penyusunan Surat Jabatan Presiden dan Wakil Presiden 1. Setiap surat jabatan Presiden dan Wakil Presiden harus disusun dan ditata

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR.../IT3/TU/2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PEDOMAN TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS SEBELAS MARET Nomor : 437/H27/HK/2010 TENTANG PEDOMAN TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 KATA PENGANTAR Penyusunan

Lebih terperinci

KORESPODENSI BAHASA INDONESIA. LIA YULIANA, M.Pd FIP UNY

KORESPODENSI BAHASA INDONESIA. LIA YULIANA, M.Pd FIP UNY KORESPODENSI BAHASA INDONESIA LIA YULIANA, M.Pd FIP UNY lia_yuliana@uny.ac.id KONSEP DASAR PENGERTIAN SURAT FUNGSI SURAT JENIS-JENIS SURAT SYARAT SURAT YANG BAIK KORESPONDENSI (SURAT MENYURAT) Kegiatan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN (BNPB) TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Dalam rangka peningkatan efisiensi dan perwujudan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No.215, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian, Fungsi, dan Syarat-syarat 2.1.1 Pengertian menurut Finoza (2009:4), adalah informasi tertulis yang dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi tulis yang dibuat dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN - 1 - PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Lebih terperinci

APAKAH BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS SUDAH BENAR?

APAKAH BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS SUDAH BENAR? APAKAH BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS SUDAH BENAR? Kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar di kalangan masyarakat, mahasiswa, dan pegawai negeri sangat diperlukan. Yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA -1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selama melaksanakan Proyek Akhir di Sub Bagian Tata Usaha dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selama melaksanakan Proyek Akhir di Sub Bagian Tata Usaha dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Selama melaksanakan Proyek Akhir di Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian kurang lebih tiga bulan melaksanakan beberapa tugas-tugas pokok. Tugas-tugas tersebut antara lain melakukan

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS A. Persyaratan Penyusunan Setiap naskah dinas harus merupakan kebulatan pikiran yang jelas, padat, dan meyakinkan dalam susunan yang sistematis. Dalam penyusunannya perlu

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu (a) menyimak, (b) berbicara, (c)

II. KAJIAN PUSTAKA. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu (a) menyimak, (b) berbicara, (c) II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu (a) menyimak, (b) berbicara, (c) membaca, dan (d) menulis.keempat keterampilan berbahasa tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Definisi aplikasi adalah penggunaan dan penerapan suatu konsep yang menjadi suatu pokok pembahasan (Eka Noviansyah, 2008 : 4). Aplikasi dapat diartikan juga sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nomor : 346/PER/2012 tentang TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nomor : 346/PER/2012 tentang TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR Nomor : 346/PER/2012 tentang TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN REKTOR Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan struktur organisasi di lingkungan Universitas Brawijaya, perlu dilakukan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Surat Menyurat Surat merupakan bagian yang sangat penting bagi organisasi atau instansi, karena surat dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tertulis dan juga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO, bahwa

Lebih terperinci

Bentuk Form Surat Dinas yang Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru yang Baru

Bentuk Form Surat Dinas yang Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru yang Baru Bentuk Form Surat Dinas yang Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru yang Baru Contoh cara mengisi Form Surat Dinas yang Baru ini berdasarkan Tata Naskah Dinas IPB Revisi Terbaru Tahun 2017 dan Hasil Diklat

Lebih terperinci

BAB 13 SURAT DINAS 1. Bahasa Surat Dinas a. Pemilihan kata b. Penerapan Ejaan c. Penyusunan Kalimat d. Penyusunan Paragraf 2. Format Surat Dinas

BAB 13 SURAT DINAS 1. Bahasa Surat Dinas a. Pemilihan kata b. Penerapan Ejaan c. Penyusunan Kalimat d. Penyusunan Paragraf 2. Format Surat Dinas BAB 13 SURAT DINAS 1. Bahasa Surat Dinas a. Pemilihan kata b. Penerapan Ejaan c. Penyusunan Kalimat d. Penyusunan Paragraf 2. Format Surat Dinas Bahasa dalam Surat Dinas Yang harus diperhatikan dalam surat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.253, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Tata Naskah Dinas. BNN. Administrasi. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Menurut Ramelan (2005:5), mengartikan bahwa surat merupakan sarana tertulis untuk menyampaikan pesan. Sedangkan menurut Wijaya (2009:13), s urat-surat kesekretariatan

Lebih terperinci

-5- BAB I PENDAHULUAN

-5- BAB I PENDAHULUAN -5- LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

Bentuk Form Surat Dinas Baru

Bentuk Form Surat Dinas Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru Lengkap Tahun 2016 Contoh cara mengisi Form Surat Dinas di IPB berdasarkan Tata Naskah Dinas IPB Revisi Terbaru Tahun 2016 dan Hasil Diklat Fungsional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa untuk tertib administrasi dan penyeragaman sistem

Lebih terperinci

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. secara teoritis. Teori-teori yang akan dikemukakan merupakan dasardasar

BAB III LANDASAN TEORI. secara teoritis. Teori-teori yang akan dikemukakan merupakan dasardasar BAB III LANDASAN TEORI Landasan Teori yaitu bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasanpembahasan secara teoritis. Teori-teori yang akan

Lebih terperinci

BAB III PENATAAN NASKAH DINAS

BAB III PENATAAN NASKAH DINAS BAB III PENATAAN NASKAH DINAS A. Petunjuk Umum 1. Setiap naskah dinas harus disusun atau ditata secara cermat dan mencerminkan suatu kebulatan pikiran yang lengkap dan akurat, terang dan jelas, singkat

Lebih terperinci

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.533, 2016 KEMENKUMHAM. Pencabutan. Tata Naskah Dinas. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENULIS SURAT DINAS. MODUL untuk SMK. PAKET KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN Mata Pelajaran Korespondensi

MENULIS SURAT DINAS. MODUL untuk SMK. PAKET KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN Mata Pelajaran Korespondensi MODUL untuk SMK PAKET KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN Mata Pelajaran Korespondensi 2016 MENULIS SURAT DINAS Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar Administrasi Perkantoran Disusun oleh

Lebih terperinci

Prosedur Penanganan Surat Masuk

Prosedur Penanganan Surat Masuk KEARSIPAN Prosedur Penanganan Surat Masuk 1. Penerimaan Surat Semua surat yang masuk diterima dan dikumpulkan pada suatu bagian atau petugas tertentu. Kemudian diteliti alamatnya satu persatu apakah alamatnya

Lebih terperinci

Kepada : Nama :... Pangkat :... Jabatan :... Alamat :...

Kepada : Nama :... Pangkat :... Jabatan :... Alamat :... Surat perintah adalah surat yang berisi perintah dari pimpinan kepada bawahan yang berisi petunjuk yang harus dilakukannya. Surat perintah berlaku sementara dan berakhir setelah tugas yang diperintahkannya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektifitas administrasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

Modul Cara Membuat Komunikasi Tulis 1

Modul Cara Membuat Komunikasi Tulis 1 Modul Cara Membuat Komunikasi Tulis 1 PERANGKAT MODUL SMK KORESPONDENSI KELAS X / SEMESTER 1 Cara Membuat Komunikasi Tulis DISUSUN OLEH: ANDISAH CHOIROTUN NISA 140412603513 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187); - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Tata Naskah Dinas Badan Pengawas Pemilihan Umum,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 1 AGUSTUS 2011 NOMOR : 11 TAHUN 2011 TENTANG : TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SUKABUMI Sekretariat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau maksud dengan sejelas-jelasnya. Penerima

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau maksud dengan sejelas-jelasnya. Penerima BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, yaitu penggunaan bahasa tulis. Surat sebagai sarana komunikasi tertulis mempunyai kelebihan dibanding dengan sarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut telah dicapai. Evaluasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut telah dicapai. Evaluasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi dan Sistem 1. Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses dalam menyediakan informasi untuk mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut telah dicapai. Evaluasi mengukur

Lebih terperinci

Modul ke: SURAT DINAS. Fakultas Ekonomi. Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Program Studi Akuntansi.

Modul ke: SURAT DINAS. Fakultas Ekonomi. Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Program Studi Akuntansi. Modul ke: SURAT DINAS Fakultas Ekonomi Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pengertian Surat Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.63/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 31 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 31 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TATA TERTIB ADMINISTRASI SURAT MENYURAT DALAM KESATUAN

TATA TERTIB ADMINISTRASI SURAT MENYURAT DALAM KESATUAN TATA TERTIB ADMINISTRASI SURAT MENYURAT DALAM KESATUAN Yang dimaksudkan dengan Tata Tertib Administrasi dalam satu Kesatuan : 1) Organisasi adalah suatu badan yang terdiri dari kumpulan manusia dan alat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA PETUNJUK UMUM: 1. Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban. 2. Semua jawaban dikerjakan pada lembar jawaban yang tersedia. 3. Baca dengan teliti setiap soal sebelum

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BERITA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI BERITA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 289 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Contoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI

Contoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI Contoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI Diterima Tgl : Agenda No : Dari : Pengirim No Surat : Catatan : 1. Mohon tidak memisahkan lembar disposisi ini dari suratnya 2. Pengisian

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. b. c. Mengingat :

Lebih terperinci

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini Memahami Surat Formal Disertai Berbagai Macam Contoh Surat, oleh Mariskha Z, S.E., M.M. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas...

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan yang seragam di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, akan sangat mendukung kelancaran administrasi, komunikasi,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG BUPATI LUMAJANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENGELOLA

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2014, No

2014, No 2014, No.248 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN TAHUN 2012 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN MENTERI DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI

Lebih terperinci

KORESPONDENSI BISNIS INDONESIA

KORESPONDENSI BISNIS INDONESIA KORESPONDENSI BISNIS INDONESIA Juni Ahyar, S.Pd., M.Pd Diterbitkan Oleh: CV. SEFA BUMI PERSADA - ACEH 2015 Juni Ahyar, S.Pd., M.Pd i Buku Korespondensi Bisnis Indonesia Oleh : Juni Ahyar, S.Pd., M.Pd Hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, keinginan, dan perasaan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, keinginan, dan perasaan. Hal tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus menjadi alat pemersatu bangsa. Melalui bahasa kita dapat mengetahui hakikat manusia. Dengan kata lain bahasa adalah cermin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Tentang Pengelolaan Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pengelolaan mempunyai beberapa macam arti, yaitu: Proses, cara perbuatan mengelola Proses melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. merupakan suatu pemberitahuan, pengumuman, laporan, dan lain-lain.

BAB III LANDASAN TEORI. merupakan suatu pemberitahuan, pengumuman, laporan, dan lain-lain. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Surat Menyurat Surat menyurat tidak pernah lepas dari suatu organisasi, kegiatan tersebut merupakan hal yang penting dalam mendapatkan informasi baik secara internal maupun secara

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH 2013, No.69 4 PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 5 2013, No.69 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1360, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Landasan Teori Pengertian dan FungsiSurat A Pengertian

BAB III PEMBAHASAN Landasan Teori Pengertian dan FungsiSurat A Pengertian BAB III PEMBAHASAN 3.1. Landasan Teori 3.1.1. Pengertian dan FungsiSurat A Pengertian Menurut Barthos (2005: 36) Surat adalah alat komunikasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan kepada

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Fungsi Bahasa 1. Alat/media komunikasi 2. Alat u/ ekspresi diri 3. Alat u/ integrasi & adaptasi sosial 4. Alat kontrol sosial (Keraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa utama yaitu sebagai

Lebih terperinci

Manual Prosedur Pengurusan Surat Keluar

Manual Prosedur Pengurusan Surat Keluar Manual Prosedur Pengurusan Surat Keluar Riset Grup Halal and Qualified Industry Development (HAL-Q ID) Universitas Brawijaya Malang 2016 1 Manual Prosedur Pengurusan Surat Keluar Riset Grup HAL-Q ID Universitas

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkan

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga

Lebih terperinci