APAKAH BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS SUDAH BENAR?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APAKAH BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS SUDAH BENAR?"

Transkripsi

1 APAKAH BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS SUDAH BENAR? Kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar di kalangan masyarakat, mahasiswa, dan pegawai negeri sangat diperlukan. Yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928, dan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tertulis, termasuk penulisan dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya. Kegiatan berkomunikasi melalui tulisan memiliki karakteristik yang berbeda dengan kegiatan berkomunikasi melalui lisan. Kegiatan berkomunikasi melalui tulisan yang berwujud surat perlu dilakukan secara cermat. Hal ini disebabkan paparan dalam surat tidak didukung konteks yang memperjelas pembicaraan. Ini berbeda dengan bahasa lisan yang selalu hadir dalam konteks tertentu. Konteks tersebut sangat membantu kelancaran pembicaraan. Di samping itu, apabila terjadi ketidakjelasan atau ketidakpahaman terhadap suatu tuturan bisa ditanyakan secara langsung. Kegiatan berkomunikasi melalui tulisan (surat), dewasa ini dirasa semakin diperlukan. Hal ini disebabkan berbagai kegiatan yang dahulu (biasanya) dilakukan secara lisan sekarang tidak lagi dilakukan secara lisan. Sekarang hampir tidak dijumpai seseorang mengundang orang lain dengan cara berkomunikasi secara lisan. Itu menunjukkan betapa pentingnya kegiatan melalui tulisan. Surat dinas adalah naskah dinas pelaksanaan tugas pejabat dalam menyampaikan informasi kedinasan berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan, penyampaian naskah dinas atau barang, atau hal kedinasan lainnya kepada pihak lain di luar organisasi yang bersangkutan. 1

2 Surat yang dimaksudkan untuk memberi (informasi) antara lain surat pemberitahuan pengumuman, surat keterangan, dan surat keputusan. Surat yang dimaksudkan untuk meminta antara lain surat permohonan dan surat lamaran. Surat yang dimaksudkan untuk memerintah antara lain surat perintah dan surat tugas. Di samping itu, sebagai sarana komunikasi, surat juga berfungsi sebagai bukti tertulis, bukti kesejarahan, alat pengingat, dan sebagai pedoman. Mengingat demikian pentingnya surat dalam kegiatan berkomunikasi, khususnya surat dinas, maka penulisannya perlu mendapat perhatian serius, baik dari segi penampilan fisik maupun penampilan bahasanya. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan masih dijumpai adanya berbagai kesalahan dalam penulisan surat, atau dalam menjawab soal-soal baik DUD maupun UPKP. Paparan berikut dimaksudkan untuk mendeskripsikan berbagai kesalahan yang bisa terjadi dalam penulisan surat dinas. Sebelum itu, akan dipaparkan terlebih dahulu persyaratan penulisan surat dengan harapan dapat dipakai pijakan dalam mendeskripsi dan menganalisis kesalahan penulisan surat. Analisis kesalahan penulisan surat dinas yang dipaparkan lebih banyak mengacu pada aturan yang berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan RI. SURAT-SURAT YANG BAIK Surat yang baik adalah surat yang dapat menyampaikan pesan/gagasan penulis kepada penerima surat sama seperti yang diinginkan oleh penulis surat, tidak menimbulkan salah penafsiran, menghargai penerima surat, dan tampil dengan bentuk yang benar. Oleh sebab itu, surat yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat, baik syarat yang berkaitan dengan bentuk, pengetikan, isi, maupun bahasa surat. Keempat hal tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama, surat harus disusun dengan teknik penyusunan surat yang benar. Penyusunan letak bagain-bagian surat (bentuk surat) harus sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan. Mengingat setiap lembaga memiliki model yang telah dibakukan untuk lembaga tersebut maka penulisan model harus sesuai dengan ketentuan dari lembaga. Pemilihan model surat yang tidak berasal dari lembaga tempat bekerja dianggap salah. Kedua, surat harus diketik secara benar. Pengetikan surat dianggap benar apabila pengetikan surat tersebut dilakukan secara cermat, bersih, rapi, dan menggunakan kertas yang sesuai dengan aturan. Cermat artinya tidak terdapat kesalahan pengetikan kata-kata yang terdapat dalam surat. Cermat juga berkaitan dengan pemilihan jenis dan ukuran huruf. Dalam 2

3 surat resmi perlu dipilih jenis huruf yang menunjukkan keresmian, misalnya arial, calibri, courier, pica, roman, dan times. Bersih dalam arti tidak terdapat noda (biasanya tinta pita) atau dalam pengetikan manual tidak banyak tindasan (ditip-ex). Kertas yang digunakan adalah kertas yang memang dipersiapkan untuk surat, bukan sembarang kertas. Pemilihan warna kertas juga mendapat perhatian. Ketiga, isi surat harus dinyatakan secara jelas, ringkas, sopan, dan eksplisit. Jelas dalam arti isi atau maksud surat dapat ditangkap secara jelas dan mudah. Surat resmi tidak perlu ditulis dengan cara yang berbelit-belit dan bertele-tele. Isi surat cukup dipaparkan secara ringkas tetapi utuh. Sopan dalam arti tidak ada hal-hal yang dapat menyakitkan hati penerima surat. Kesopanan biasanya berhubungan dengan pemilihan kata yang digunakan dalam surat. Eksplisit dalam arti bahwa isi surat harus dituangkan dengan kata-kata yang nyata. Secara garis besar isi surat dipilah menjadi tiga bagian, yaitu paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup. Paragraf pembuka merupakan pengantar yang mengarah pada inti surat. Dengan pengantar ini diharapkan pembaca tidak terkejut karena penulis langsung mengarah pada isi. Paragraf isi merupakan hal yang akan disampaikan penulis kepada pembaca. Isi surat hendaknya ditulis secara jelas, singkat, dan utuh sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah pengertian. Paragraf penutup merupakan simpulan dari paragraf isi. Sebagai simpulan, paragraf penutup berisi inti hal yang ditulis. Di samping itu, sebagai penutup paragraf ini juga mengungkapkan harapan penulis pada penerima surat dan ucapan terima kasih. Keempat, bahasa yang digunakan dalam surat harus baik dan benar. Penggunaan bahasa dalam surat berhubungan dengan pemakaian ejaan, pemilihan kata, penyusunan kalimat, pengembangan paragraf, dan pemakaian gaya berbahasa. Kesalahan penulisan surat pada umumnya berkaitan dengan pemakaian bahasa. Kesalahan yang dimaksud meliputi kesalahan penerapan ejaan, kesalahan pemilihan kata, dan kesalahan penyusunan kalimat. MASALAH EJAAN Pemakaian ejaan akan berhadapan dengan cara bagaimana menuliskan huruf, kata, dan menggunakan tanda baca. Masalah ejaan yang sering salah dalam penulisan surat resmi meliputi penggunaan titik, koma, tanda hubung dan tanda pisah, tanda kurung, garis miring, dan garis bawah/cetak miring. Kesalahan pemakaian ejaan tersebut menyebar mulai kepala surat sampai dengan tembusan. 3

4 Kepala Surat Kesalahan pemakaian ejaan dalam penulisan kepala surat pada umumnya berkaitan dengan penggunaan singkatan dan pemakaian tanda koma untuk pemilah antarbagian alamat. Perhatikan contoh berikut! KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN Jl. B. Sempor Nomor 28 Malang Telp.: (0341) Penulisan kepala surat tersebut di atas memiliki beberapa kesalahan. Pertama, kepala surat seharusnya ditulis lengkap, tanpa ada penyingkatan. Kata jalan seharusnya ditulis jalan, tidak disingkat dengan Jl. Untuk menghindari kesalahan pemahaman, nama jalan seharusnya tidak disingkat. Singkatan B seperti contoh akan membingungkan pembaca. apakah yang dimaksud dengan B itu adalah Budi, Batang atau yang lainnya. Singakatan nama orang yang digunakan sebagai nama jalan diperbolehkan untuk kepala surat, misal M.T. Haryono. Kedua, antarbagian alamat pada kepala surat seharusnya diberi tanda koma. Antara jalan, kota, telepon, dan antarnomor telepon perlu diberi tanda koma. Di samping itu, setelah kata telepon tidak perlu digunakan tanda titik dua, meskipun nomor telepon yang dimiliki lebih dari satu. Terakhir, kepala surat seharusnya ditutup dengan garis tebal. Pada contph di atas garis itu tidak ada. Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN Jalan Bendungan Sempor Nomor 28, Malang 65151, Telepon (0341) , Penanggalan Surat Kesalahan penulisan tanggal surat ada umumnya berkaitan dengan penggunaan tanda titik pada akhir penanggalan, pemakaian singkatan, penggunaan angka untuk bulan, dan penggunaan nama kota. Perhatikan penulisan tanggal pada surat berikut ini! (1) 4 Juni 2011 (2) 4 Jun (3) 4 Juni 11 4

5 (4) (5) Malang, 4 Juni 2011 Penulisan tanggal tersebut salah karena tidak mengikuti aturan. Aturan penulisan tanggal pada surat adalah sebagai berikut. Penanggalan surat seharusnya tidak diakhiri dengan tanda titik atau tanda lainnya, baik tanda koma (,), titik koma (;) atau titik dan garis hubung (.,). Tanggal surat ditulis secara lengkap, yaitu tanggal ditulis dengan angka, bulan ditulis dengan huruf, dan tahun ditulis dengan angka. Nama bulan tidak boleh disingkat, ditulis lengkap dan benar. Nama bulan juga tidak boleh diganti dengan angka seperti contoh (4). Angka tahun harus ditulis utuh, tidak boleh ditulis hanya dua angka yang terakhir seperti contoh (3). Penulisan tanggal seharusnya tidak diawali dengan nama kota. Nama kota secara jelas sudah terdapat pada kepala surat. Penulisan tanggal yang betul adalah sebagai berikut. (6) 4 Juni 2011 Nomor Surat Kesalahan penulisan nomor surat pada umumnya terdapat pada pemakaian tanda titik. Pemakaian tanda titik yang salah pada nomor surat biasanya terletak pada akhir nomor atau pada kata nomor yang disingkat. Perhatikan contoh berikut! (7) Nomor: 054/BPP.08/2011. (8) No: 054/BPP.08/2011 Kesalahan contoh (7) terletak pada pemakaian tanda pada akhir nomor. Contoh (7) semestinya tidak diakhiri titik. Kesalahan contoh (8) terletak pada tidak dipakainya tanda titik setelah kata nomor yang disingkat. Sebagai suatu singkatan, kata itu memerlukan titik. Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut. (9) Nomor: 054/BPP.08/2011 (10) No.: 054/BPP.08/2011 Hal Surat Kesalahan penulisan hal surat dapat diamati pada contoh berikut. (11) Hal: Permohonan penceramah. (12) Hal.: Permohonan penceramah (13) Hal: Permohonan Penceramah 5

6 (14) Hal: PERMOHONAN PENCERAMAH (15) Hal: Permohonan penceramah Kesalahan contoh (11) terletak pada pemakaian tanda titik pada akhir hal (penceramah). Penulisan hal surat semestinya tidak diakhiri dengan tanda apapun baik tanda titik, koma, titik koma, ataupun tanda lainnya. Contoh (11) semestinya tidak diakhiri titik. Kesalahan contoh (12) terletak pada dipakainya tanda titik setelah kata hal. Kata hal bukan merupakan singkatan dari perihal sehingga penulisan kata hal tidak perlu menggunakan titik. Kesalahan contoh (13) terletak pada penggunaan huruf kapital kata kedua untuk isi hal. Isi hal seharusnya diawali dengan huruf kapital pada kata pertama saja, kata kedua dan seterusnya (bila ada) tidak menggunakan huruf kapital. Kesalahan penulisan hal pada contoh (14) terletak pada penggunaan huruf kapital untuk semua isi hal. Isi hal seharusnya hanya menggunakan huruf kapital satu, yaitu pada awal kata pertama. Perkecualian pada kata yang menurut aturan harus ditulis dengan huruf kapital. Penulisan isi hal tidak perlu diberi garis bawah seperti pada contoh (15). Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut. (16) Hal: Permohonan penceramah Lampiran Surat Kesalahan penulisan lampiran surat pada umumnya berhubungan dengan pemakaian tanda titik dan penggunaan angka. Pemakaian tanda titik yang salah pada lampiran surat biasanya terletak pada akhir lampiran atau pada akhir kata lampiran yang disingkat. Perhatikan contoh berikut! (17) Lampiran: Satu eksemplar. (18) Lampiran: 1 eksemplar (19) Lamp: Satu eksemplar Kesalahan contoh (17) terletak pada pemakaian tanda titik pada akhir lampiran. Contoh (17) semestinya tidak diakhiri titik. Jumlah lampiran contoh (18) hendaknya tidak ditulis angka, tetapi dengan huruf. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi kemungkinan melakukan pengubahan di tengah perjalanan. Kesalahan contoh (19) terletak pada tidak dipakainya tanda titik setelah kata lampiran yang disingkat. Sebagai singkatan, kata itu memerlukan titik. Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut. (20) Lampiran: Satu eksemplar 6

7 (21) Lamp.: Satu eksemplar Alamat Tujuan Perhatikan contoh penulisan alamat surat berikut ini! (22) Kepada Yth. Bapak Yanto Primanto Jalan Sanjaya 99 Di Jakarta Selatan. (23) Yth. Bapak Dr. Tono Jl. B. Sempor 1 Malang (24) Yth. Bapak Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jalan Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya Tangerang Selatan Penulisan alamat tujuan contoh (22) terdapat beberapa kekeliruan. Pertama, penulisan alamat tujuan diawali dengan kata kepada. Seharusnya, penulisan alamat diawali dengan kata Yth. Kata kepada tidak digunakan pada alamat tujuan yang terdapat dalam surat. Kedua, penulisan alamat tujuan dalam surat seharusnya tidak diakhiri dengan tanda titik. Ketiga, sapaan penghormatan (Yth.) seharusnya ditulis sejajar dengan orang yang dihormati Keempat, nama tempat (kota) pada alamat seharusnya tidak didahului kata depan di. Pembetulan contoh (22) tersebut adalah sebagai berikut. (25) Yth. Yanto Primanto Jalan Sanjaya 99 Jakarta Selatan Sapaan Bapak, Ibu, atau Saudara di depan nama jabatan dan gelar tidak diperlukan, baik pada surat maupun pada sampul surat. Dengan demikian, sapaan Bapak pada contoh (23) dan (24) seharusnya tidak ada. Sapaan hanya dipergunakan untuk mengiringi nama orang yang tidak diawali dengan gelar. Contoh: Yth. Bapak Ahmad. Alamat tujuan harus ditulis dengan lengkap, tanpa ada penyingkatan. Ini dimaksudkan agar pembaca memahami secara jelas tanpa adanya keraguan. Contoh (23) seharusnya ditulis Jalan Bendungan Sempor 1. Pembetulan contoh (23) dan (24) adalah sebagai berikut. (26) Yth. Dr. Tono Jalan Bendungan Sempor 1 Malang 7

8 (27) Yth. Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jalan Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya Tangerang Selatan Isi Surat Kesalahan penulisan isi surat yang berhubungan dengan penerapan ejaan pada umumnya berupa kesalahan pemakaian tanda koma, tanda hubung dan tanda pisah, garis miring, dan garis bawah. Paparan berikut secara berturut-turut menyajikan berbagai kesalahan penerapan ejaan pada penulisan bagian isi surat. Kesalahan penggunaan tanda koma (,) dalam surat resmi terdapat pada contoh berikut. (28) Dengan ini diberitahukan, bahwa STNK kenderaan Saudara berakhir masa berlakunya pada tanggal 24 Juni (29) Kami segera memberitahu Saudara, jika ada perubahan jadwal. Tanda koma (,) tidak digunakan untuk mengawali anak kalimat yang terletak di belakang induk kalimat. Jadi, tanda koma sebelum kata sambung bahwa, jika, bila, sebab, sehingga, meskipun, dan sesuah harus dihilangkan. Demikian juga tanda koma sebelum kata bahwa dan jika pada contoh di atas harus dihilangkan. Sebaliknya, anak kalimat yang mendahului induknya harus diakhiri dengan tanda koma. Perhatikan contoh berikut! (30) Meskipun kami tidak dapat mengirimkan utusan, kami tetap mendukung pendanaan kegiatan itu. (31) Karena Saudara belum memberikan jawaban, kami menganggap Saudara tidak bersedia. Tanda koma harus dipakai di belakang ungkapan penghubung antarkalimat atau antarparagraf. Perhatikan contoh berikut! (32) di atas. Karena itu,. (33) Sehubungan dengan itu,. Sebagai kesimpulan,. Sejalan dengan pernyataan di atas,. 8

9 Selanjutnya, tanda koma perlu dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal bagian kalimat untuk menghindari salah baca. Contoh (34) Atas kerjasama baik Saudara, kami ucapkan terima kasih. (35) Atas bantuan Saudara, kami ucapkan terima kasih. Penutup Surat Penutup surat terdiri atas nama jabatan penanda tangan, nama pejabat penanda tangan, tanda tangan, NIP, cap dinas, dan tembusan. Kesalahan penulisan penutup surat dapat diamati pada contoh berikut (36) Direktur Jenderal, (Sasmita) (37) a/n Direktur Jenderal DIAN PUTRI (38) Direktur Jenderal, Sasmita Penulisan nama pejabat penanda tangan surat seharusnya ditulis dengan huruf kapital pada setiap awal kata tanpa ada tanda lainnya, baik berupa garis bawah seperti (38) maupun tanda kurung seperti contoh (36). Dengan semikian, penulisan nama pejabat dengan menggunakan huruf kapital semua tidak dibenarkan. Penulisan singkatan atas nama seharusnya tidak ditulis a/n, tetapi a.n. kesalahan serupa yang sering muncul adalah u/p, u/b, a/p, d/a, dan d/h. Bentuk-bentuk itu seharusnya ditulis u.p. (untuk perhatian), u.b. (untuk beliau), a.p. (atas perintah), d.a. (dengan alamat), dan d.h. (dahulu). Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut. (39) Direktur Jenderal, Sasmita (40) a.n. Direktur Jenderal, Dian Putri Kesalahan penulisan NIP pada umumnya dapat diamati pada contoh berikut. 9

10 (41) NIP (42) N.I.P (43) NIP Singkatan (kumpulan) kata tidak perlu memerlukan tanda titik, demikian juga singkatan setiap kata. Singkatan kata dapat mengambil hurup depannya tidak memerlukan titik. Titik juga tidak dipakai pada angka yang tidak menunjukkan jumlah. Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut. (44) NIP Tembusan Penulisan kata Tembusan (dengan huruf T kapital diikuti dengan tanda titik dua), tidak perlu menggunakan garis bawah dan tidak diikuti oleh kata atau ungkapan Kepada Yang Terhormat atau Yth., apalagi jika diikuti kata penyapa, seperti Bapak, Ibu, atau Saudara. Jika tembusan surat lebih dari satu, angka Arab dipakai untuk menomorinya tidak menggunakan penggunaan tanda hubung (-) sebagai lambang penomoran. Jika tembusan hanya satu, penulisannya tidak perlu diberi nomor. Kata pertinggal atau arsip tidak digunakan dalam tembusan surat karena sebuah surat dinas sudah tentu memiliki arsip. Selain itu, tembusan hanya diisi oleh pihak yang berhak memperoleh tembusan. Oleh karena itu, ungkapan selain nama instansi/badan atau nama orang yang mendapat tembusan tidak perlu dicantumkan. Ungkapan sebagai laporan, tidak perlu dicantumkan. Perhatikan contoh berikut! (45) Tembusan: Direktur Jenderal Pajak (46) Tembusan: 1. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan 2. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai 3. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Umum (47) Tembusan: 1. Ir. Heri Putranto 2. Drs. Lutfi M. BERKAITAN DENGAN PEMAKAIAN KATA 10

11 Pemakaian kata dalam surat resmi hendaknya benar dan cermat. Benar berkaitan dengan pembentukan kata, sedangkan cermat berhubungan dengan pemilihan kata. Perhatikan pemakaian kata menugaskan pada contoh berikut. (48) dengan ini kami menugaskan Budianto, S.H. untuk. Pemakaian kata menugaskan pada contoh (48) tidak betul karena pembentukan katanya tidak benar. Untuk maksud seperti di atas bentukan kata yang betul adalah menugasi. Dengan demikian pembetulannya adalah sebagai berikut. (49) dengan ini kami menugasi Budianto, S.H. untuk. Dalam surat dinas masih terdapat pemakaian kata yang tidak cermat. Berikut ini diberikan contoh-contoh (50) Bersama ini kami mengharap kehadiran Bapak pada rapat yang diselenggarakan (51) Sehubungan dengan itu, bersama ini kami mengharap Saudara segera mengirimkan utusan. Ungkapan bersama ini dipakai jika surat yang dikirimkan itu berlampiran. Apabila surat tersebut tidak berlampiran maka pemakaian kata tersebut tidak benar. Jadi, yang benar adalah (52) Dengan ini kami mengharap. (53) Sehubungan dengan itu, kami mengharap Sejalan dengan pernyataan di atas tidak berarti ungkapan bersama ini tidak bisa dipakai dalam menulis surat. Ungkapan tersebut dipakai bila surat tersebut memiliki lampiran. Ungkapan bersama ini pada kalimat berikut dipakai secara cermat. (54) Sebagai bahan pertimbangan Bapak bersama ini saya lampirkan surat-surat kelengkapan lamaran saya. BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN KALIMAT Dalam surat resmi harus digunakan kalimat efektif. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Atau dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penulis secara tepat 11

12 dan dapat dipahami secara tepat pula oleh penerima (pembaca). Ciri kalimat efektif dapat dikenali dari pemakaian bahasa yang (1) lugas, (2) ringkas, (3) jelas, dan (4) sopan. Lugas berarti wajar, sederhana, atau bersahaja. Kalimat yang lugas adalah kalimat yang wajar, alami, dan tidak berlebihan. Kalimat yang lugas juga tidak berbunga-bunga seperti bahasa sastra. Untuk itu, kalimat dalam surat resmi hanya mengungkapkan hal-hal yang perlu. Perhatikan contoh kalimat tidak lugas berikut. (55) Sudi apalah kiranya Bapak mengabulkan lamaran saya ini. (56) Dengan kerendahan hati kami mohon bantuan Bapak untuk membantu mengawasi tes CPNS. Kalimat (55) dan (56) tidak memiliki ciri kelugasan. Kalimat tersebut sangat berlebihan dan berbunga-bunga. Sifat kelangsungan kalimat tersebut juga kurang. Kalimat tersebut menjadi lugas kalau diubah sebagai berikut. (57) Saya berharap Bapak mengabulkan lamaran saya. (58) Kami mengharapkan bantuan Bapak menjadi pengawas CPNS. Ringkas berarti singkat tetapi padat. Kalimat ringkas adalah kalimat yang ditulis secara singkat tetapi padat. Kalimat ringkas tidak ditulis secara bertele-tele, berpanjang-panjang, dan berbelit-belit. Kepadatan isi perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kalimat yang berteletele. Perhatikan penyusunan kalimat berikut! (59) Setelah Saudara bubuhkan tanda tangan di tempat yang telah disediakan, kami mohon dengan hormat lagi sangat dalam waktu yang tidak terlalu lama tanda terima ini Saudara kirimkan kembali. Kalimat (59) terasa bertele-tele. Demikian panjang dan bertele-tele kalimat tersebut sehingga pembaca kesulitan menangkap gagasan yang dikemukakan. Kalimat (60) atau (61) berikut meskipun lebih pendek tetapi mengandung makna yang tidak jauh berbeda dengan kalimat (59). (60) Setelah Saudara tanda tangani, kami harap tanda terima ini segera Saudara kirimkan kembali. (61) Kami harap tanda terima ini segera Saudara kirimkan kembali. 12

13 Kalimat yang jelas adalah kalimat yang artinya tidak meragukan dan tidak menimbulkan salah paham. Kalimat yang jelas memiliki unsur-unsur yang lengkap, yaitu hal yang diterangkan dan hal yang menerangkan. Perhatikan contoh kalimat tidak jelas berikut! (62) Berdasarkan Juklak (petunjuk pelaksanaan) Penyaringan CPNS menyebutkan bahwa para ketua penguji harus segera melaporkan hasil penyaringan CPNS ke Pemda Tingkat I. (63) Hal itu untuk memperlancar penyelesaian administrasi di Pemda. Kalimat (62) tidak jelas maksudnya. Hal ini disebabkan tidak ada atau tidak jelasnya unsur yang dijelaskan. Kalimat tersebut memerlukan unsur yang dijelaskan. Untuk itu, perlu dihadirkan unsur yang dijelaskan (dicetak miring) secara eksplisit. Kalimat tersebut dapat dibetulkan menjadi beberapa kemungkinan berikut. (64) Berdasarkan Juklak ketua penguji harus segera melaporkan hasil penyaringan ke Pemda Tingkat I. (65) Juklak Penyaringan CPNS menyebutkan bahwa ketua penguji harus segera melaporkan hasil penyaringan ke Pemda Tingkat I. Kalimat (63) tidak jelas maksudnya karena tidak adanya unsur yang menjelaskan agar kalimat itu benar, maka diperlukan unsur yang menjelaskan. Untuk itu, unsur yang menjelaskan (dicetak miring) perlu dihadirkan secara eksplisit. Perhatikan alternatif pembetulan berikut. (66) Hal itu dimaksudkan untuk memperlancar penyelesaian administrasi di Pemda. (67) Hal itu bertujuan memperlancar penyelesaian administrasi di Pemda. Kejelasan suatu kalimat dapat rusak karena pemakaian logika yang salah. Pemakaian logika yang salah menyebabkan hubungan antargagasan dalam kalimat menjadi kabur. Perhatikan pemakaian logika yang salah pada kalimat berikut. (68) Sehubungan dengan permohonan Saudara, maka kami mengharapkan kehadiran Saudara di kantor kami. Pemakaian kata maka sebagai penanda hubung antargagasan dalam kalimat di atas tidak tepat. Kalimat di atas tidak memerlukan penanda hubung antargagasan secara eksplisit. Oleh karena itu, kata maka dalam kalimat tersebut perlu dihilangkan. 13

14 Sopan berarti hormat dengan takzim, tidak menyakitkan perasaan orang lain. Dalam surat dinas rasa hormat itu dinyatakan dengan ungkapan penghormatan yang terhormat (Yth.), salam pembuka dengan hormat, dan salam penutup hormat kami/saya, Wasalam, dan salam takzim. Selain itu, untuk menunjukkan rasa hormat dapat digunakan kata ganti, kata sapaan, kata-kata baku, atau kata-kata yang bernilai rasa halus. Bandingkan kalimat sopan dan tidak sopan berikut! Kalimat Tidak Sopan Kalimat Sopan (69) kami pecat. kami berhentikan. (70) Surat permohonan Anda Surat permohonan Saudara sudah kami sudah kami terima terima. (71) Sehubungan dengan itu, Sehubungan dengan itu, kami ingin kami ingin beritahukan hal-hal berikut. memberitahukan hal-hal berikut. (72) Atas perhatian Ibu terhadap lamaran ini, Atas perhatian Ibu terhadap kami ucapkan terima kasih. lamaran ini, saya ucapkan terima kasih (73) Dengan sangat menyesal permintaan Dengan sangat menyesal permintaan Saudara kami tolak. Saudara kami kembalikan. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal & S. Amran Tasai Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. Basuki, Imam Agus. Kesalahan Umum Penulisan Surat Dinas Dalam Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, Tahun II Nomor 2. Malang: JPBSI FPBS IKIP MALANG. Soedjito Kalimat Efektif. Malang: tanpa penerbit. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.01/2010 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian Keuangan Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia Bahasa Indonesia. Jakarta. Penulis, Abu Samman Lubis Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Malang. 14

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI NSPK TATA NASKAH Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Norma,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tiga hal. Pertama surat ditinjau dari sifat isinya, yaitu jenis karangan (komposisi)

BAB II LANDASAN TEORI. dari tiga hal. Pertama surat ditinjau dari sifat isinya, yaitu jenis karangan (komposisi) 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Surat Menurut Soedjito dan Solchan TW. (2003: 1) pengertian surat bisa ditinjau dari tiga hal. Pertama surat ditinjau dari sifat isinya, yaitu jenis karangan (komposisi)

Lebih terperinci

Bahasa Surat Dinas H

Bahasa Surat Dinas H Bahasa Surat Dinas H KRITERIA SURAT YANG BAIK 1. Surat sebaiknya ditulis dalam bentuk dan isi yang menarik serta disusun secara sistematis sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penyusunan surat. 2. Surat

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: MATA KULIAH BAHASA INDONESIA 14 SURAT DINAS Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail: supriyadibahasa@gmail.com

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nomor : 346/PER/2012 tentang TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nomor : 346/PER/2012 tentang TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR Nomor : 346/PER/2012 tentang TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN REKTOR Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan struktur organisasi di lingkungan Universitas Brawijaya, perlu dilakukan

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PEDOMAN TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS SEBELAS MARET Nomor : 437/H27/HK/2010 TENTANG PEDOMAN TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 KATA PENGANTAR Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, keinginan, dan perasaan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, keinginan, dan perasaan. Hal tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus menjadi alat pemersatu bangsa. Melalui bahasa kita dapat mengetahui hakikat manusia. Dengan kata lain bahasa adalah cermin

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN A. Ketentuan Penyusunan Surat Jabatan Presiden dan Wakil Presiden 1. Setiap surat jabatan Presiden dan Wakil Presiden harus disusun dan ditata

Lebih terperinci

BAB 13 SURAT DINAS 1. Bahasa Surat Dinas a. Pemilihan kata b. Penerapan Ejaan c. Penyusunan Kalimat d. Penyusunan Paragraf 2. Format Surat Dinas

BAB 13 SURAT DINAS 1. Bahasa Surat Dinas a. Pemilihan kata b. Penerapan Ejaan c. Penyusunan Kalimat d. Penyusunan Paragraf 2. Format Surat Dinas BAB 13 SURAT DINAS 1. Bahasa Surat Dinas a. Pemilihan kata b. Penerapan Ejaan c. Penyusunan Kalimat d. Penyusunan Paragraf 2. Format Surat Dinas Bahasa dalam Surat Dinas Yang harus diperhatikan dalam surat

Lebih terperinci

SURAT DINAS. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen.

SURAT DINAS. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen. Modul ke: SURAT DINAS Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. 1. Pengertian surat dinas surat dinas adalah kertas yang tertulis; secarik kertas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No.215, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Bentuk Form Surat Dinas Baru

Bentuk Form Surat Dinas Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru Lengkap Tahun 2016 Contoh cara mengisi Form Surat Dinas di IPB berdasarkan Tata Naskah Dinas IPB Revisi Terbaru Tahun 2016 dan Hasil Diklat Fungsional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 20152015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

ARTIKEL OLEH RAHMAWATY THAIB NIM PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

ARTIKEL OLEH RAHMAWATY THAIB NIM PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 1 PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KORESPONDENSI DI LINGKUNGAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2013 SAMPAI DENGAN 2014 ARTIKEL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

Manual Prosedur Pengurusan Surat Keluar

Manual Prosedur Pengurusan Surat Keluar Manual Prosedur Pengurusan Surat Keluar Riset Grup Halal and Qualified Industry Development (HAL-Q ID) Universitas Brawijaya Malang 2016 1 Manual Prosedur Pengurusan Surat Keluar Riset Grup HAL-Q ID Universitas

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN (BNPB) TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Dalam rangka peningkatan efisiensi dan perwujudan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,

Lebih terperinci

BAB III PENATAAN NASKAH DINAS

BAB III PENATAAN NASKAH DINAS BAB III PENATAAN NASKAH DINAS A. Petunjuk Umum 1. Setiap naskah dinas harus disusun atau ditata secara cermat dan mencerminkan suatu kebulatan pikiran yang lengkap dan akurat, terang dan jelas, singkat

Lebih terperinci

Modul ke: SURAT DINAS. Fakultas Ekonomi. Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Program Studi Akuntansi.

Modul ke: SURAT DINAS. Fakultas Ekonomi. Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Program Studi Akuntansi. Modul ke: SURAT DINAS Fakultas Ekonomi Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pengertian Surat Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam penggunaannya mengikuti syarat dan kaidah bahasa. Dengan mengikuti

I. PENDAHULUAN. dalam penggunaannya mengikuti syarat dan kaidah bahasa. Dengan mengikuti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat dapat dipahami jika dalam penggunaannya mengikuti syarat dan kaidah bahasa. Dengan mengikuti syarat dan kaidah

Lebih terperinci

Bentuk Form Surat Dinas yang Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru yang Baru

Bentuk Form Surat Dinas yang Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru yang Baru Bentuk Form Surat Dinas yang Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru yang Baru Contoh cara mengisi Form Surat Dinas yang Baru ini berdasarkan Tata Naskah Dinas IPB Revisi Terbaru Tahun 2017 dan Hasil Diklat

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR.../IT3/TU/2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis dari pihak satu ke pihak lain kepada pembaca surat. Oleh karena itu, suratmenyurat

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis dari pihak satu ke pihak lain kepada pembaca surat. Oleh karena itu, suratmenyurat 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Surat Menyurat Surat-menyurat merupakan suatu sarana untuk menyampaikan informasi secara tertulis dari pihak satu ke pihak lain kepada pembaca surat. Oleh karena itu, suratmenyurat

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN - 1 - PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara No.2099, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR74 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang disepakati

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN

DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN -33- Contoh Format Surat Dinas Pejabat Selain Menteri KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN Jalan Jenderal Sudirman, Pintu Satu, Senayan,

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA PETUNJUK UMUM: 1. Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban. 2. Semua jawaban dikerjakan pada lembar jawaban yang tersedia. 3. Baca dengan teliti setiap soal sebelum

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Korespondensi

Bahasa Indonesia. Korespondensi Bahasa Indonesia Korespondensi 1 Daftar isi A. Pendahuluan... 3 B. Arti dan Fungsi Surat... 4 C. Syarat Syarat Surat yang Baik... 5 D. Jenis Jenis Surat... 6 E. Bagian Bagian dan Bentuk Surat... 13 F.

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO, bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah adalah karya tulis yang disusun secara sistematis menurut aturan atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Luluk Sri Agus Prasetyoningsih

KARAKTERISTIK PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Luluk Sri Agus Prasetyoningsih KARAKTERISTIK PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Luluk Sri Agus Prasetyoningsih Abstrak: Sebagai karya tulis ilmiah, artikel ilmiah dikomunikasikan dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah (scientific language). Terdapat

Lebih terperinci

CONTOH FORMAT PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAAN. Yth. Direktur Jenderal Pajak... (1) u.b. Kepala KPP... (2)

CONTOH FORMAT PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAAN. Yth. Direktur Jenderal Pajak... (1) u.b. Kepala KPP... (2) LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-21/PJ/2016 TANGGAL : 21 OKTOBER 2016 CONTOH FORMAT PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAAN Yth. Direktur Jenderal Pajak... (1) u.b. Kepala KPP...... (2)

Lebih terperinci

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187); - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Tata Naskah Dinas Badan Pengawas Pemilihan Umum,

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS A. Persyaratan Penyusunan Setiap naskah dinas harus merupakan kebulatan pikiran yang jelas, padat, dan meyakinkan dalam susunan yang sistematis. Dalam penyusunannya perlu

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

-5- BAB I PENDAHULUAN

-5- BAB I PENDAHULUAN -5- LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

2014, No

2014, No 2014, No.248 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk short message service (SMS), melalui internet, dan . Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk short message service (SMS), melalui internet, dan  . Komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara garis besar, keterampilan berbahasa dibedakan atas dua bentuk, yaitu keterampilan berbahasa reseptif dan keterampilan berbahasa produktif. Keterampilan

Lebih terperinci

SURAT DINAS* Hartono Jurdik Bahasa dan Sastra Indonesia FBS, UNY

SURAT DINAS* Hartono Jurdik Bahasa dan Sastra Indonesia FBS, UNY SURAT DINAS* Hartono Jurdik Bahasa dan Sastra Indonesia FBS, UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id 1. Pengertian Surat Surat merupakan salah satu alat komnikasi tertulis untuk menyampaikan psan dari sesorang

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Muhammad Hambali. Disampaikan dalam Pelatihan Tata Naskah Dinas Universitas Brawijaya Malang, 30 November 2016

Muhammad Hambali. Disampaikan dalam Pelatihan Tata Naskah Dinas Universitas Brawijaya Malang, 30 November 2016 Muhammad Hambali Disampaikan dalam Pelatihan Tata Naskah Dinas Universitas Brawijaya Malang, 30 November 2016 BAKU SESUAI KAIDAH LOGIS SANTUN HEMAT DAN CERMAT TIDAK BERTELE-TELE FORMAL TIDAK MENGANDUNG

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Bahasa Indonesia di Aula RRI Manado Selasa, 28 Juni 2005 Penyaji: I Made Sudiana, S.S. PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS

Materi Penyuluhan Bahasa Indonesia di Aula RRI Manado Selasa, 28 Juni 2005 Penyaji: I Made Sudiana, S.S. PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS Materi Penyuluhan Bahasa Indonesia di Aula RRI Manado Selasa, 28 Juni 2005 Penyaji: I Made Sudiana, S.S. PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS Kegiatan kantor pemerintah maupun swasta tidak terlepas

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) STIBA SARASWATI DENPASAR HALAMAN SAMPUL DEPAN Halaman Sampul Depan memuat judul, tempat, logo STIBA Saraswati Denpasar, nama mahasiswa dan nomor pokok

Lebih terperinci

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

5. Penyajian buku pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia. Pernyataan di atas menunjukkan fungsi bahasa Indonesi

5. Penyajian buku pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia. Pernyataan di atas menunjukkan fungsi bahasa Indonesi BAHASA INDONESIA PETUNJUK UMUM: 1. Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban. 2. Semua jawaban dikerjakan pada lembar jawaban yang tersedia. 3. Baca dengan teliti setiap soal sebelum

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata Naskah Dinas adalah pengelolaan

Lebih terperinci

- 1 - FORMAT NASKAH DINAS

- 1 - FORMAT NASKAH DINAS - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07/PRT/M/2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT FORMAT NASKAH DINAS Jenis naskah

Lebih terperinci

4. Berikut ini termasuk ke dalam perintah kerja tertulis, kecuali a. memorandum b. surat pengumuman

4. Berikut ini termasuk ke dalam perintah kerja tertulis, kecuali a. memorandum b. surat pengumuman TUGAS MANDIRI: Untuk lebih mengenal dan memahami bentuk perintah kerja tertulis, kerjakanlah tugas berikut. 1. Carilah minimal tiga bentuk perintah kerja secara tertulis yang lainnya! 2. Jelaskan perbedaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS

BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS A. Naskah Dinas Arahan BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS Naskah dinas arahan adalah naskah dinas yang memuat kebijakan pokok atau kebijakan pelaksanaan yang harus dipedomani dan dilaksanakan dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 2012, No.449 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.533, 2016 KEMENKUMHAM. Pencabutan. Tata Naskah Dinas. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau maksud dengan sejelas-jelasnya. Penerima

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau maksud dengan sejelas-jelasnya. Penerima BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, yaitu penggunaan bahasa tulis. Surat sebagai sarana komunikasi tertulis mempunyai kelebihan dibanding dengan sarana

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Ketentuan Umum Laporan Praktek Kerja Lapangan diketik menggunakan kertas HVS ukuran A4 70 gram, jenis

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR

PELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR PELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR Asep Supriyana 1), Gres Grasia Azmin 2), Reni Nureriyani 3), Aulia

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PERKANTORAN MODERN (Manajemen Persuratan dan Kearsipan)

ADMINISTRASI PERKANTORAN MODERN (Manajemen Persuratan dan Kearsipan) ADMINISTRASI PERKANTORAN MODERN (Manajemen Persuratan dan Kearsipan) Oleh : Iswan, S.Sos., MM Kepala Bagian Tata Usaha Fakultas Teknik Universitas Mataram 12 Nopember 2016 1 BAGAIMANA CARA MENULIS SURAT

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH MAJELIS AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI (MA BAN-PT)

PEDOMAN TATA NASKAH MAJELIS AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI (MA BAN-PT) LAMPIRAN Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Naskah Majelis Akreditasi Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi PEDOMAN TATA NASKAH MAJELIS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

BERITA NEGARA. No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.253, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Tata Naskah Dinas. BNN. Administrasi. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI

Lebih terperinci

Nomor :... (1)...(2) Lampiran :... (3) Hal : Permohonan Pembetulan

Nomor :... (1)...(2) Lampiran :... (3) Hal : Permohonan Pembetulan 11 2013, No.14 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMBETULAN FORMAT SURAT PERMOHONAN PEMBETULAN: Nomor :... (1)...(2) Lampiran :... (3) Hal

Lebih terperinci

BIDANG LOMBA : KARYA ILMIAH SISWA

BIDANG LOMBA : KARYA ILMIAH SISWA NASKAH SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BIDANG LOMBA : KARYA ILMIAH SISWA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DAN PERTI Jalan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa untuk tertib administrasi dan penyeragaman sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas...

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan yang seragam di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, akan sangat mendukung kelancaran administrasi, komunikasi,

Lebih terperinci

2013, No.568 6

2013, No.568 6 2013, No.568 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa untuk tertib

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indon

2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indon BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2014 BPS.Tata Naskah. Dinas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

Lebih terperinci

JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS

JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS LAMPIRAN PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 50/BC/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH

SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1. Pendahuluan Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai alat pengembangan kebudayaan,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 52/BC/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 52/BC/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 52/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGANGSURAN

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu (a) menyimak, (b) berbicara, (c)

II. KAJIAN PUSTAKA. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu (a) menyimak, (b) berbicara, (c) II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu (a) menyimak, (b) berbicara, (c) membaca, dan (d) menulis.keempat keterampilan berbahasa tersebut

Lebih terperinci

TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR. Fakultas Teknik Elektro 1

TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR. Fakultas Teknik Elektro 1 TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR Fakultas Teknik Elektro 1 Kertas Jenis kertas : HVS A4 (210 mm x 297 mm) dan berat 80 g/m2 (HVS 80 GSM), khusus untuk gambar yang tdk memungkinkan dicetak di kertas A4 dapat

Lebih terperinci

Alasan permohonan pengurangan/penghapusan sanksi administrasi:... (16)

Alasan permohonan pengurangan/penghapusan sanksi administrasi:... (16) LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 8/PMK.03/2013 TENTANG : TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT KETETAPAN PAJAK

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 1 /BC/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 1 /BC/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 1 /BC/2012 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PEMBETULAN

Lebih terperinci

Peraturan Rektor Nomor : 24 Tahun Tata Naskah Dinas

Peraturan Rektor Nomor : 24 Tahun Tata Naskah Dinas Peraturan Rektor Nomor : 24 Tahun 2016 Tata Naskah Dinas Peraturan Rektor Nomor : 24 Tahun 2016 Permenristekdikti No. 51 Tahun 2015 Tata Naskah Dinas di Kemenristekdikti PermenANRI No. 2 Tahun 2014 Pedoman

Lebih terperinci

Modul ke: Salesmanship. Surat Bisnis. Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen. Rizal, S.ST., MM

Modul ke: Salesmanship. Surat Bisnis. Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen.  Rizal, S.ST., MM Modul ke: Salesmanship Surat Bisnis Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Rizal, S.ST., MM Pengertian Surat Bisnis Surat bisnis adalah surat yang digunakan oleh seseorang,

Lebih terperinci

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri (Chaer dan Agustina, 2010:11). Bahasa sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diri (Chaer dan Agustina, 2010:11). Bahasa sangat berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri (Chaer

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Fungsi Bahasa 1. Alat/media komunikasi 2. Alat u/ ekspresi diri 3. Alat u/ integrasi & adaptasi sosial 4. Alat kontrol sosial (Keraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi, sebagai alat komunikasi bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada manusia hidup di dunia ini

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1622, 2014 KEMEN KKP. Tata Naskah Dinas. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151/PMK.01/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151/PMK.01/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151/PMK.01/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan tertib

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

A. CONTOH FORMAT PANGGILAN DALAM RANGKA PERTEMUAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN LAPANGAN

A. CONTOH FORMAT PANGGILAN DALAM RANGKA PERTEMUAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN LAPANGAN LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-07/PJ/2017 TANGGAL : 21 APRIL 2017 A. CONTOH FORMAT PANGGILAN DALAM RANGKA PERTEMUAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN LAPANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA -1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV PERANGKAT NASKAH DINAS

BAB IV PERANGKAT NASKAH DINAS BAB IV PERANGKAT NASKAH DINAS A. Umum Disamping pembakuan jenis dan cara penyusunan naskah dinas yang berlaku di Sekretariat Negara, perlu diatur juga cara pembuatan dan penggunaaan beberapa perangkat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN MUSABAQAH KARYA TULIS ILMIAH ALQURAN MTQ REGIONAL JAWA TIMUR TINGKAT SLTA 2014 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PEDOMAN PENULISAN MUSABAQAH KARYA TULIS ILMIAH ALQURAN MTQ REGIONAL JAWA TIMUR TINGKAT SLTA 2014 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG PEDOMAN PENULISAN MUSABAQAH KARYA TULIS ILMIAH ALQURAN MTQ REGIONAL JAWA TIMUR TINGKAT SLTA 2014 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG A. Tema Karya Tulis Ilmiah Alquran - Al-Qur an, Ilmu Pengetahuan,

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo No.2111, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BUMN. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MBU/12/2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DALAM NASKAH DINAS DI KANTOR DESA TEMULUS, KECAMATAN MEJOBO, KABUPATEN KUDUS

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DALAM NASKAH DINAS DI KANTOR DESA TEMULUS, KECAMATAN MEJOBO, KABUPATEN KUDUS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DALAM NASKAH DINAS DI KANTOR DESA TEMULUS, KECAMATAN MEJOBO, KABUPATEN KUDUS NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH 2013, No.69 4 PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 5 2013, No.69 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN

Lebih terperinci