Mata Kuliah Keuangan Bisnis I. Nur Imamah. Department of Business Administration

Transkripsi

1 Mata Kuliah Keuangan Bisnis I Manajemen Modal Kerja Nur Imamah Department of Business Administration

2 Manajemen Modal Kerja Manajemen modal kerja berkenaan dengan manajement current account perusahaan (aktiva lancar dan utang lancar) Apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan bankrut

3 Tujuan Manajemen Modal Kerja Untuk mengelola masing-masing pos aktiva lancar dan utang lancar, sehingga net working capital (Aktiva Lancar Hutang Lancar) yang diinginkan tetap dapat dipertahankan.

4 Hutang Lancar - hutang dagang - notes payable (hutang surat-surat berharga) - accruals (biaya-biaya yang masih harus dibayar)

5 Net Working Capital Yaitu selisih AL dengan HL Yaitu bagian AL yang dibiayai oleh modal jangka panjang Seringkali digunakan untuk mengukur technical insovency (ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibankewajiban yang segera jatuh tempo). Semakin besar net working capital, semakin likuid keadaan perusahaan dan semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera jatuh tempo

6 Trade Off Antara Profitabilitas dan Risiko Dalam konteks net working capital, Profitabilitas diukur dengan probabilitas perusahaan untuk berada dalam keadaan technical insolvent. Sedangkan keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan penjualan dan atau menekan biaya-biaya.

7 Profitabilitas Semakin besar rasio AL terhadap TA, semakin kecil profitabilitas yang diperoleh, demikian pula risiko yang dihadapi. Begitu pula sebaliknya. Trade off antara profitabilitas dan risiko harus dipertimbangkan dalam menilai net working capital perusahaan

8 Perusahaan HAN Neraca per 31 Desember 2005 AKTIVA PASIVA AL HL AT HJP MS TOTAL

9 AKTIVA LANCAR (AL) Pengaruh dari tingkat AL atas trade off antara profitabilitas dan risiko dapat diilustrasikan dengan menggunakan rasio AL atas TA. Persentase yang diperoleh akan menunjukkan berapa bagian dari TA yang tertanam dalam pos-pos lancar. Apabila rasio AL/TA menurun maka profitabilitas dan risiko meningkat. Begitu pula sebaliknya.

10 Pengaruh Besar Kecilnya Aktiva Lancar (AL) Apabila perusahaan HAN dapat menghasilkan 6% AL dan 40% AT, maka jumlah penghasilan yang akan diperoleh: AL : 6% x Rp AT : 40% x Rp Total Penghasilan NWC = Rp = Rp = Rp = Rp Rp = Rp Rasio AL/TA = Rp /Rp = 38,6%

11 Apabila perusahaan menurunkan rasio tersebut dengan jalan menguragi AL sebesar Rp dan ditanamkan ke AT, maka penghasilan perusahaan menjadi: AL : 6% x Rp = Rp AT : 40% x Rp = Rp Total Penghasilan = Rp NWC = Rp Rp = Rp Rasio AL/TA = Rp /Rp = 34,3%

12 Hutang Lancar (HL) Pengaruh dari tingkat HL atas trade off antara profitabilitas dan risiko dapat diilustrasikan dengan menggunakan rasio HL atas TA. Persentase yang diperoleh akan menunjukkan berapa bagian dari TA yang dibiayai oleh modal jangka pendek (HL) Apabila HL menurun maka rasio HL/TA menurun begitu pula profitabilitas dan risiko. Ini disebabkan karena biayanya meningkat.

13 Pengaruh Besar Kecilnya Hutang Lancar (HL) Apabila biaya Hutang Jangka Pendek (HJPd) perusahaan HAN sebesar 18% dan Hutang Jangka Panjangnya (HJPj) maka : HJPd: 18% x Rp HJPj : 24% x Rp Total Biaya NWC = Rp = Rp = Rp = Rp Rp = Rp Rasio HL/TA = Rp /Rp = 22,9%

14 Apabila perusahaan HAN mengganti Modal Jangka Pendeknya (MJPd) sebesar Rp dengan Modal Jangka Panjang (MJPj) yang artinya perusahaan mengurangi jumlah HL maka : MJPd: 18% x Rp MJPj : 24% x Rp Total Biaya NWC = Rp = Rp = Rp = Rp Rp = Rp Rasio HL/TA = Rp /Rp = 18,6%

15 Penentuan Komposisi Pembelanjaan Pembelanjaan jangka pendek (HL) adalah terbatas Adapun faktor-faktor yang membatasi jumlah MJPd adalah: - Jumlah Hutang Dagang dibatasi oleh pembelian bahan-bahan secara kredit - Jumlah biaya yang masih harus dibayar - jumlah pinjaman yang dianggap pantas oleh para kreditur

16 Kebutuhan Pembelanjaan Kebutuhan Pembelanjaan dibagi menjadi 2: a. Kebutuhan sifatnya permanen b. Kebutuhan sifatnya berubah (variabel)

17 Pendekatan untuk menentukan komposisi pembelanjaan A. B. C. Pendekatan agresif Pendekatan konservatif Pendekatan rata-rata

18 A. Pendekatan Agresif Yaitu kebutuhan MJPd harus dibiayai dengan pinjaman jangka pendek, sedangkan kebutuhan-kebutuhan jangka panjang harus dibiayai dengan pinjaman atau MJPj pula

19 NWC = MJPj (kebutuhan Permanen) AT Total Biaya - Biaya MJPd = Biaya MJPd x Rata-rata pinjaman jk pdk - Biaya MJPj = Biaya MJPj x Rata-rata Modal permanen Tingkat Risiko dan Tingkat keuntungan adalah Tertinggi

20 B. Pendekatan konservatif Yaitu seluruh proyeksi kebutuhan modal perusahaan harus dibiayai dengan MJPj, sedangkan MJpd akan dipergunakan hanya apabila timbul keadaan yang darurat atau karena arus kas keluar yang tidak terduga sebelumnya.

21 NWC = TA tertinggi AT Total Biaya (Hanya biaya MJPj) - Biaya MJPj x TA tertinggi * Tingkat Risiko dan Tingkat Keuntungan adalah terendah

22 C. Pendekatan RataRata-rata Sebagian besar perusahaan menggunakan perencanaan pembelanjaan yang terletak pada suatu titik diantara kedua pendekatan yang sudah dijelaskan NWC = Kebutuhan dana rata-rata - AT Kebutuhan dana rata-rata =( Kebutuhan permanen + TA tertingi) : 2 Tingkat Risiko dan Tingkat keuntungan adalah sedang

23 TERIMA KASIH