UJI EFEK JUS BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn.) TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) DAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) PADA MENCIT (Mus musculus)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI EFEK JUS BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn.) TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) DAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) PADA MENCIT (Mus musculus)"

Transkripsi

1 UJI EFEK JUS BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn.) TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) DAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) PADA MENCIT (Mus musculus) Novanita Cisilia Lantapi, Marianti A. Manggau, dan Gemini Alam Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) merupakan tumbuhan yang tumbuh luas didaerah tropis, dan buahnya sangat bermanfaat untuk pengobatan. Telah dilakukan penelitian efek jus buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) terhadap aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imuno-globulin G (IgG). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek jus buah mengkudu terhadap aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG). Lima konsentrasi berbeda untuk jus buah mengkudu yaitu 0,05%, 0,1%, 0,15%, 0,2 %, dan 0,25 % yang diberikan secara peroral sebanyak 1 ml/30 g bobot badan mencit selama 5 hari yang sebelumnya setiap hewan diimunisasi dengan antigen sel darah merah domba (SDMD) 2% v/v secara intraperitoneal sebanyak 1 ml/30 g bobot badan mencit. Pengamatan aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) dilakukan pada hari keenam dan hari kesebelas dengan menggunakan metode hemaglutinasi titer antibodi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jus buah mengkudu dapat me-ningkatkan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) yang lebih tinggi dari kelompok kontrol. Hasil analisis statistik dengan uji ANNOVA menunjukkan pengaruh pemberian jus yang nyata (p>0,05) untuk aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan sangat nyata (p>0,01) untuk imunoglobulin G (IgG). Uji Beda Jarak Nyata Duncan menunjukkan bahwa konsentrasi jus 0,1% b/v menunjukkan efek paling tinggi dibandingkan kelompok kontrol.. Kata kunci : buah mengkudu, jus, imunoglobulin, mencit PENDAHULUAN Dewasa ini, salah satu metode yang dikembangkan dalam dunia pengobatan adalah penggunaan obat tradisional dalam meningkatkan sistem imunitas tubuh. Ketika penyakit menyerang termasuk penyakit infeksi, maka sistem imunitas tubuh akan membunuh penyebab penyakit tersebut dengan mekanisme tidak langsung yaitu dengan cara meningkatkan ketahanan sel. Ini merupakan salah satu alasan untuk meningkatkan sistem imun pasien (1). Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) adalah tumbuhan dari famili Rubiaceae. Tanaman ini tumbuh hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Umumnya tanaman ini tumbuh liar di pantai, ladang, hutan, atau sengaja ditanam orang di pekarangan sebagai tanaman sayur atau tanaman obat (2). Mengkudu mempunyai berbagai khasiat penyembuhan terhadap berbagai penyakit degeneratif seperti tumor dan kanker. Masyarakat menggunakannya sebagai obat demam. Di Filipina daun mengkudu dipakai sebagai obat antiartritis. Di Vietnam, buahnya untuk mengobati disentri dan flu. Secara empiris mengkudu bisa meningkatkan daya tahan tubuh, respon imun orang yang mengkonsumsi buah mengkudu mengalami beberapa perubahan signifikan : meningkatkan populasi limfosit T, makrofag, dan aktivitas limfosit. Respon makrofag yang meningkat mendorong fungsi fagositosis terhadap bakteri juga meningkat (3). Buah mengkudu mengandung xeronin zat yang mengaktifkan fungsi kekebalan tubuh, polisakarida (asam glukoronat) dan glikosida yang bermanfaat sebagai imunostimulan, antikanker, dan antibakteri (2). Hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa jus buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) secara invitro dengan konsentrasi 1,5 mg/ml dapat meningkatkan aktivitas imunomodulator pada mencit (4). Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan polisakarida dari buah mengkudu kemungkinan dapat menekan pertumbuhan tumor melalui pengaktifan sistem kekebalan tubuh inang (5). Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu dibuktikan adanya pengaruh jus buah mengkudu pada mencit (Mus musculus) jantan terhadap aktivitas IgG dan IgM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek jus buah mengkudu berefek sebagai imunomodulator khususnya terhadap aktivitas imunoglobulin G dan imunoglobulin M pada mencit jantan (Mus musculus). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hemaglutinasi, yaitu antibodi diinduksi dengan antigen dengan sel darah merah domba (SDMD), 24 jam setelah diinduksi dilakukan 99

2 100 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 Juli 2011, hlm pemberian jus selama 5 hari berturut-turut untuk pengamatan IgM dan untuk IgG dilakukan pemberian jus 10 hari berturut-turut. Efek imunomodulator diamati dari terjadinya aglutinasi pada serial pengenceran serum (mengandung antibodi) saat sel darah merah domba (SDMD) ditambahkan kembali dalam sumur mikrotiter (6,7). METODE PENELITIAN Pengambilan dan Penyiapan Sampel Sampel buah mengkudu matang dengan panjang lebih kurang 7 cm, diameter lebih kurang 4 cm, bobot lebih kurang 40 g, bentuk bulat panjang/oval dikumpulkan, dicuci dengan air bersih, kemudian ditiriskan dan dipotong-potong kecil. Setelah itu, dimasukkan ke dalam alat pembuat jus (juicer) untuk dibuat jus dengan konsentrasi 0,05, 0,1, 0,15, 0,2, dan 0,25 %. Untuk membuat jus 0,05 %, sebanyak 0,05 aquadest higga 100 ml di dalam labu tentukur. Jus mengkudu 0,05% setara dengan 0,5 mg/ml. Untuk membuat jus 0,1 %, sebanyak 0,1 Jus mengkudu 0,1% setara dengan 1mg/mL. Untuk membuat jus 0,15 %, sebanyak 0,15 Jus mengkudu 0,15% setara dengan 1,5 mg/ml. Untuk membuat jus 0,2 %, sebanyak 0,2 Jus mengkudu 0,2% setara dengan 2 mg/ml. Untuk membuat jus 0,25 %, sebanyak 0,25 Jus mengkudu 0,25% setara dengan 2,5 mg/ml. Penyiapan Phosphat Buffred Saline (PBS) (7) Phosphat Buffered Saline (PBS) dibuat dengan cara mencampurkan larutan I yaitu larutan NaH 2 PO 4 1,3 g/l dan NaCl 8,3 g/l sebanyak 280 ml dengan larutan II yaitu larutan NaH 2 PO 4 1,42 g/l dan NaCl 8,5 g/l sebanyak 720 ml sampai diperoleh PBS dengan ph 7,2. Penyiapan Suspensi Sel Darah Merah Domba (SDMD) 2 % (6) Sebanyak 1 ml darah domba ditampung dalam tabung yang bersih dan telah dikeringkan yang berisi dengan 1 mg EDTA yang berfungsi sebagai antikoagulan. Kemudian disentrifus pada kecepatan 1500 rpm untuk memisahkan sel darah merah domba (SDMD) dari plasmanya. Sel darah merah domba yang didapatkan dicuci dengan PBS dalam tabung, lalu tabung tersebut dibolak-balik beberapa kali, kemudian disentrifus kembali. Pencucian dilakukan paling sedikit 3 kali. Setelah disentrifus, PBS dipisahkan sehingga yang tertinggal adalah SDMD 100%, lalu ditambahkan lagi PBS dengan jumlah yang sama hingga diperoleh suspensi SDMD 50%, kemudian sebanyak 0,4 ml diencerkan dengan 9,6 ml PBS hingga diperoleh suspensi antigen dengan konsentrasi SDMD 2 % v/v. Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji (6,8) Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) yang sehat dengan bobot badan g, sebanyak 6 ekor yang masingmasing akan diberi perlakuan yang. Perlakuan 1 adalah pemberian air suling sebagai kontrol, perlakuan 2 adalah pemberian jus buah mengkudu 0,05%, perlakuan 3 dengan jus 0,1%, perlakuan 4 dengan jus 0,15%, perlakuan 5 dengan jus 0,2%, dan perlakuan 6 dengan jus 0,25%. Pemberian Perlakuan Pada Hewan Uji (6) Mula-mula mencit diimunisasi secara intraperitoneal dengan SDMD 2 % sebanyak 1 ml. Selanjutnya masing-masing diberi sediaan seperti di atas dengan volume 1 ml per 30 gram bobot badan secara oral setiap hari selama 5 hari untuk pengamatan terhadap IgM dan 10 hari untuk IgG. Pada hari ke-6, darah mencit jantan diambil secara intrakardiak untuk mengetahui aktivitas IgM, dan pada hari ke-11, darah mencit jantan diambil untuk mengetahui aktivitas IgG. Cuplikan darah dibiarkan membeku/menggumpal pada suhu kamar selama 2 jam, lalu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dan diambil serumnya (supernatan). Uji Hemaglutinasi (6) Serum yang diperoleh lalu diencerkan secara double dilution dengan PBS dengan perbandingan 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128, 1/256, dan 1/512. Dari masing-masing perbandingan ini dipipet sebanyak 50 µl ke dalam 8 sumur piring mikrotiter (well plate 96) untuk setiap konsentrasi jus buah mengkudu, setelah itu ditambahkan 50 µl suspensi sel darah merah domba 2 % pada setiap sumur dan digoyang-goyang selama 5 menit agar homogen. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 º C selama 60 menit dan didiamkan 24 jam pada suhu kamar. Setelah itu, dilakukan pengamatan pengenceran tertinggi dari setiap serum darah mencit jantan yang masih dapat mengaglutinasi sel darah merah domba. Pengumpulan dan Analisis Data (9) Data yang diperoleh dari hasil pengamatan pengenceran tertinggi serum darah mencit jantan yang masih menunjukkan aglutinasi dari sel darah merah domba dikumpulkan dan dikonversi dengan menggunakan rumus [2log(titer)+1]. Selanjutnya,

3 Novanita C Lantapi, Uji Efek Jus Buah Mengkudu Terhadap Aktivitas Imunoglobulim M dan G Pada Mencit 101 data dianalisis secara statistik dengan rancangan acak lengkap (RAL) dan diteruskan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND). HASIL DAN PEMBAHASAN Data uji aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) sebelum dan setelah pemberian jus buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) 0,05%, 0,1%, 0,15%, 0,2%, dan 0,25% berdasarkan titer imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) pada mencit jantan setelah diberikan SDMD 2% v/v disajikan pada tabel 1. Immunoglobulin (antibodi) merupakan molekul yang dihasilkan oleh limfosit B dan makrofag yang dirangsang oleh antigen asing. Antigen yang digunakan untuk diinduksi produksi antibodi adalah sel darah merah domba (SDMD) yang merupakan imunogen, yaitu antigen yang berasal dari gen spesies lain. SDMD merupakan antigen polivalen yang merupakan protein dengan determinan potensial yang lebih besar dibandingkan dengan antigen monovalen. Semakin asing antigen yang digunakan, semakin efektif ia menimbulkan respon imun. Antigen ini diinjeksikan ke tubuh mencit secara intraperitoneal sebelum diberi jus. Imunisasi ini dimaksudkan untuk memberikan respon imun pada hewan coba. Setelah satu hari, mencit diberi jus buah mengkudu 0,05% b/v, 0,1% b/v, 0,15% b/v, 0,2% b/v, dan 0,25% b/v secara oral selama 5 hari berturut-turut karena dosis yang diberikan adalah dosis pemeliharaan (7). Pada hari ke-6, atau 5 hari setelah induksi SDMD, darah mencit diambil secara intrakardiak untuk mengamati aktivitas IgM dan hari ke-11 untuk IgG. Selama kurun waktu tersebut, diharapkan telah terjadi sensitasi sel B yang akan berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi yaitu IgM dan IgG (10). IgM merupakan imunoglobulin yang pertama kali diproduksi sebagai respon imun terhadap antigen yang diikuti pengalihan ke produksi IgG atau antibodi kelas lain. Hal ini tergantung dari sinyal sel Th yang memerlukan ikatan dengan ligan CD40 (CD154) di permukaan sel T, dan dengan CD40 di sel B. Di samping itu, sitokin yang diproduksi sel T berpengaruh terhadap gen regio konstan yang menimbulkan pengalihan kelas (10). Pada penelitian ini, tanaman yang digunakan adalah buah mengkudu. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) termasuk jenis kopi-kopian yang dapat tumbuh di dataran rendah sampai tinggi. Mengkudu merupakan tumbuhan asli Indonesia dengan habitus perdu, sistem akar tunggang, daun tunggal berseling berhadapan, ada daun penumpu, pertulangan daun menyirip, bangun daun bulat telur lebar sampai bentuk ellips, ujung daunnya runcing, permukaan daun bagian atas licin mengkilat. Bunga bongkol majemuk berbenjol-benjol tidak teratur, daging buah berwarna putih jika sudah tua. Pada penelitian ini, sampel buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang diperoleh dicuci kemudian ditiriskan dan dipotong-potong kecil. Setelah itu, dimasukkan ke dalam alat pembuat jus (juicer) dengan konsentrasi 0,05%, 0,1 %, 0,15%, 0,2%, dan 0,25%. Tujuan dilakukan pengamatan terhadap jus buah mengkudu ini adalah untuk mengetahui aktivitas buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) yang telah digunakan secara empiris oleh masyarakat sejak lama. Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan karena informasi menyatakan bahwa banyak penelitian toksikologi menggunakan mencit. Dipilih mencit jantan, karena tidak dipengaruhi oleh siklus hormonal, yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Hasil penelitian dipengaruhi juga oleh variasi biologik hewan coba, misalnya jenis, berat bobot badan, umur, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan (7,8). Pengujian terhadap serum darah mencit dilakukan dengan menambahkan antigen yang sama yaitu sel darah merah domba. Interaksi antara antigen dengan antibodi menyebabkan terjadinya reaksi sekunder, yaitu berupa aglutinasi atau presipitasi sebab antigen merupakan partikelpartikel kecil yang tidak larut (10). Gumpalan yang terbentuk antara antigen dan anti serum spesifik akan bersatu dan akhirnya mengendap sebagai gumpalan-gumpalan besar dan mudah terlihat dengan cairan di atasnya tetap jernih. Hal ini terjadi karena pada umumnya antibodi memiliki lebih dari satu reseptor pengikat antigen sehingga antibodi bereaksi dengan molekul antigen lain yang mungkin sudah berikatan dengan salah satu molekul antibodi dan terbentuklah gumpalan. Pencampuran serum dengan antigen dibuat dalam pelarut PBS (NaCl dalam buffer fosfat) dengan ph 7,2 yang dianggap baik adalah ph netral, yaitu antara 6-7,5. ph sebaiknya tidak kurang dari 6 dan tidak lebih dari 8,6 menyebabkan kompleks antigen-antibodi mudah berdisosiasi sehingga tidak terjadi aglutinasi. Selanjutnya, dilakukan pengadukan ( shaker ) serta inkubasi selama 1 jam sebelum dibiarkan selama 1x24 jam pada suhu kamar. Hal ini dilakukan karena reaksi aglutinasi baru dapat terjadi bila rasio antara antigen dan antibodi seimbang (10), sehingga terbentuk zona ekuivalen, dibantu oleh suhu yang tinggi (37-56 o C) dan oleh gerakan yang menambah kontak antigen dan antibodi (misalnya mengocok, mengaduk dan memutar) serta ber-kumpulnya gumpalan memerlukan garam-garam yang berasal dari PBS yang digunakan (6). Pengamatan aktivitas imunoglobulin dilakukan dengan melihat titer antibodi yaitu pengenceran tertinggi dari larutan yang masih menunjukkan reaksi aglutinasi. Hasil perhitungan dengan mengkonversi nilai titer antibodi dengan rumus [2 log (titer) + 1]. Hasil perhitungan digambarkan dalam grafik perbandingan titer antara perlakuan seperti pada gambar 1.

4 Titer antibodi* Replikasi 102 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 Juli 2011, hlm Tabel 1. Data Titer* Imunoglobulin Setelah Pemberian Jus Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Konsentrasi Pemberian dan Tipe Ig 0,05% 0,1% 0,15% 0,2% 0,25% Kontrol IgM IgG IgM IgG IgM IgG IgM IgG IgM IgG IgM IgG 1 1/64 1/16 1/128 1/64 1/128 1/32 1/32 1/16 1/8 1/8 1/8 1/8 2 1/64 1/32 1/256 1/128 1/64 1/64 1/16 1/8 1/16 1/4 1/4 1/8 3 1/32 1/32 1/256 1/128 1/128 1/64 1/32 1/16 1/16 1/4 1/4 1/4 Ket : * titer immunoglobulin merupakan pengenceran tertinggi yang masih dapat mengaglutinasikan antigen. 4 3,5 3 3,61 3,01 3,01 2,5 2,41 2,41 2 1,81 1,81 1,5 1,21 1,21 1 0,5 0,61 0,61 0,40 0 IgM IgG perlakuan 0,05% perlakuan 0,10% perlakuan 0,15% perlakuan 0,20% perlakuan 0,25% perlakuan kontrol Gambar 1. Profil Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) pada Mencit Setelah Pemberian Jus Buah Mengkudu Pada gambar 1 di atas, terlihat adanya peningkatan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) optimum pada kelompok perlakuan yang diberi jus buah mengkudu 0,1% b/v jika dibandingkan dengan kontrol negatif yang hanya diberi air suling, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi hingga 0,1% menunjukkan peningkatan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG). Hal ini diduga karena senyawa aktif sebagai imunostimulator telah mencapai puncaknya pada konsentrasi jus buah mengkudu 0,1% b/v. Ini telah dibuktikan bahwa salah satu kandungan buah mengkudu yaitu alkaloid dapat mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dengan telah dilakukannya uji identifikasi terhadap kandungan buah mengkudu dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan 2 eluen yang berbeda yaitu Hexan : Etil asetat = 1 : 3 dan Kloroform : Metanol = 1 : 3 yang diperoleh bahwa buah mengkudu mengandung senyawa nonpolar yaitu alkaloid (2). Namun, pada konsentrasi 0,25% b/v diduga reaksi aglutinasi tidak terjadi karena perbandingan antara antigen dan antibodi tidak seimbang. Perbandingan antigen dan antibodi merupakan faktor terpenting dalam reaksi presipitasi. Pembentukan presipitat terjadi apabila antara kon-sentrasi antigen dan antibodi terjadi keseimbangan. Kondisi antigen berlebihan akan mengakibatkan melarutnya kembali kompleks yang terbentuk, sedangkan antibodi berlebihan menyebabkan kompleks antigen-antibodi tetap ada dalam larutan tanpa membentuk presipitat (6).

5 Novanita C Lantapi, Uji Efek Jus Buah Mengkudu Terhadap Aktivitas Imunoglobulim M dan G Pada Mencit 103 Pada penelitian ini, metode analisis statistik yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) karena media atau bahan percobaan seragam karena hanya ada satu sumber keragaman, yaitu perlakuan (disamping pengaruh acak). Berdasarkan analisis statistika dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Analisis Sidik Ragam (ASR) memperlihatkan bahwa pemberian jus buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) memberikan pengaruh yang sangat nyata (p>0,01) terhadap peningkatan aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan aktivitas imunoglobulin G (IgG). Analisis antarperlakuan dilakukan dengan metode Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND). Hasil yang diperoleh menunjukkan semua kelompok perlakuan berbeda nyata terhadap kontrol negatif, dan hasil optimum adalah kelompok yang diberi jus dengan konsentrasi 0,1%. Pada pengamatan aktivitas imunoglobulin G (IgG) menunjukkan konsentrasi jus buah mengkudu 0,05 0,2 % b/v memiliki efek terhadap aktivitas IgG bila dibandingkan dengan kontrol, namun besarannya berbeda satu sama lain, dan konsentrasi 0,1 % b/v memberikan efek yang paling besar. Konsentrasi tertinggi, 0,25% tidak memberikan efek yang nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Pada pengamatan aktivitas imunoglobulin M (Ig) menunjukkan konsentrasi jus buah mengkudu 0,05 0,25 % b/v memiliki efek terhadap aktivitas IgM bila dibandingkan dengan kontrol, namun besarannya berbeda satu sama lain, dan konsentrasi 0,1 % b/v memberikan efek yang paling besar, dan efek terendah diberikan oleh konsentrasi tertinggi 0,25%. Dari hasil ini berarti terjadi peningkatan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) dengan pemberian jus buah mengkudu dengan konsentrasi 0,1% adalah konsentrasi yang paling baik jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Jus mengkudu 0,1% setara dengan 1 mg/ml pada mencit dan jika dikonversi ke dosis manusia 387,9 mg/ml/ 70 kg BB. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa : 1. Jus buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) pada konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,15%, 0,2%, dan 0,25% dapat meningkatkan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan immunoglobulin G (IgG) 2. Jus buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) pada konsentrasi 0,1% b/v menunjukkan kemampuan tertinggi dalam meningkatkan aktivitas immunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) jika dibandingkan dengan konsentrasi 0,05%, 0,15%, 0,2%, 0,25%, dan kelompok kontrol. DAFTAR PUSTAKA 1. Winarno, M., Pengaruh Aktivitas Biologik Jus Benalu Teh (Scrulla atropurpurea Bl. Danser) terhadap Aktivitas Sistem Imun Mencit. Cermin Dunia Kedokteran [CDK] [7 Februari 2010] Vol.1.No.127 [4 Screen]. hal.1 2. Neil, S., Noni Nature s Amazing Healer. Woodland Publ. Pleasant Grove. Utah. diakses 1 Mei Anonim Herbal Indonesia Berkhasiat. PT.Trubus Swadaya. Jakarta. hal Palu, A.K., Kim, A.H., West, B.J., Deng, S., Jensen, J., and White, L., The Effect Morinda cirifolia Linn. (noni) on the immune system: its molecular mechanisms of action. J. Ethnopharmacol Feb 12; 115 (3) : Oct Hirazumi, A. and Furusawa, E., An immunomodulatory polysaccharide-rich substance from the fruit juice of Morinda citrifolia (noni) with antitumor activity. Phytother. Res Aug; 13 (5): Kresno, S.B IMUNOLOGI : Diagnosa dan Prosedur Laboratorium, Ed.4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. hal. 4-5, 7, 11-12, 15-16, 44-47, 53-54, Endjo, D., Mengkudu (Morinda citrifolia L) Tanaman Obat Potensial. Perkembangan Teknologi. Vol. XV No.1. hal Malole, M.B.M. dan Pramono, C.S.U., Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antara. Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal Sastrosupad, A., Rancangan Percobaan Praktis untuk Bidang Pertanian. Cet.1, Kanisius. Yogyakarta. 10. Bratawijaya, K., Imunologi Dasar. Ed.7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. hal. 6-27, 73, 76, 78, 82.

6 104 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 Juli 2011, hlm Halaman ini sengaja dikosongkan

Andi Emelda*, Safriani Rahman*, Hardianti *Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia ABSTRACT

Andi Emelda*, Safriani Rahman*, Hardianti *Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia ABSTRACT EFEK IMUNOSTIMULAN INFUS BUAH MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA (SCHEFF.) BOERL.) ASAL KAB. SIDRAB SULAWESI SELATAN TERHADAP SEKRESI ANTIBODI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN DENGAN TEKNIK HEMAGLUTINASI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IG.M) EKSTRAK ETANOLIK DAUN CEPLUKAN (Physalis Minima Linn.) PADA MENCIT

IDENTIFIKASI AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IG.M) EKSTRAK ETANOLIK DAUN CEPLUKAN (Physalis Minima Linn.) PADA MENCIT Nurmaya Effendi, Harti Widiastuti Identifikasi Aktivitas Imunglobulin M (IG.M) Ekstrak... IDENTIFIKASI AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IG.M) EKSTRAK ETANOLIK DAUN CEPLUKAN (Physalis Minima Linn.) PADA MENCIT

Lebih terperinci

Safriani Rahman, Bayu Putra, Rachmat Kosman, Riska Mustika. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia

Safriani Rahman, Bayu Putra, Rachmat Kosman, Riska Mustika. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia As-Syifaa Vol 04 (02) : Hal. 144-150, Desember 2012 ISSN : 2085-4714 UJI AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) EKSTRAK ETANOL HERBA RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa) PADA MENCIT (Mus musculus) JANTAN DENGAN

Lebih terperinci

JST Kesehatan, April 2016, Vol.6 No.2 : ISSN

JST Kesehatan, April 2016, Vol.6 No.2 : ISSN JST Kesehatan, April 2016, Vol.6 No.2 : 179 184 ISSN 2252-5416 UJI EFEK IMUNOSTIMULAN KOMBINASI EKSTRAK MAHKOTA BUNGA KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.) DAN EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine

Lebih terperinci

PENGARUH BAKTERI PROBIOTIK DARI SUSU KERBAU TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN PADA MENCIT JANTAN Mus musculus

PENGARUH BAKTERI PROBIOTIK DARI SUSU KERBAU TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN PADA MENCIT JANTAN Mus musculus PENGARUH BAKTERI PROBIOTIK DARI SUSU KERBAU TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN PADA MENCIT JANTAN Mus musculus Jepi Kendek Tasik L. Jurusan Biologi, Fakultas Biologi dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi pengumpulan bahan, pengolahan bahan, penyiapan hewan percobaan (mencit), penyiapan bahan uji dan pengujian efek imunomodulator

Lebih terperinci

AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Vita Olivia Siregar, Rolan Rusli, Arsyik Ibrahim Labotarium Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang terkandung seperti polisakarida,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Serum dan Kuning Telur Hasil AGPT memperlihatkan pembentukan garis presipitasi yang berwarna putih pada pengujian serum dan kuning telur tiga dari sepuluh ekor ayam yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya 10 MATERI DAN METODA Waktu Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu FKH-IPB, Departemen Ilmu Penyakit Hewan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus Norvegiens)

AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus Norvegiens) AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus Norvegiens) Ilham Firdaus Rizky Perkasa*, Victoria Yulita Fitriani, Arsyik Ibrahim Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (analisis variansi) dan Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey

BAB III METODE PENELITIAN. (analisis variansi) dan Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan penelitian yaitu penyiapan sampel, skrining simplisia, karakterisasi simplisia, penyiapan hewan percobaan dan pengujian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental yaitu dengan mengamati kemungkinan diantara variabel dengan melakukan pengamatan terhadap kelompok

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 17 METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB, kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada keadaan normal, paparan mikroorganisme patogen terhadap tubuh dapat dilawan dengan adanya sistem pertahanan tubuh (sistem imun). Pada saat fungsi dan jumlah sel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus) AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus) Novita Sari, Islamudin Ahmad, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Tumbuhan pepaya jantan a. Tumbuhan pepaya jantan b. Bunga pepaya jantan c. Simplisia bunga pepaya jantan Lampiran 3. Perhitungan hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. (Munasir, 2001a). Aktivitas sistem imun dapat menurun oleh berbagai faktor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. (Munasir, 2001a). Aktivitas sistem imun dapat menurun oleh berbagai faktor, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imunitas atau daya tahan tubuh adalah respon tubuh terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh. Sistem imun adalah sistem koordinasi respon biologis yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. 19 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. Penginduksian zat karsinogen dan pemberian taurin kepada hewan uji dilaksanakan di

Lebih terperinci

IMUNOSTIMULAN EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN ( Centell asiatica (L.) URBAN.) TERHADAP IG G MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI SEL DARAH MERAH DOMBA

IMUNOSTIMULAN EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN ( Centell asiatica (L.) URBAN.) TERHADAP IG G MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI SEL DARAH MERAH DOMBA EFEK IMUNOSTIMULAN EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN ( Centell asiatica (L.) URBAN.) TERHADAP IG G MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI SEL DARAH MERAH DOMBA Shirly Kumala 1), Aulia Tisna Dewi 2) dan Yun Astuti Nugroho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mayarakat secara umum harus lebih memberi perhatian dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti

Lebih terperinci

] 2 (Steel dan Torrie, 1980)

] 2 (Steel dan Torrie, 1980) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode post test only control group design. B. Tempat Penelitian Tempat pemeliharaan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental untuk mengetahui terdegradasi atau tidaknya TEL dalam liposom EPC-TEL 2,5 oleh hepar mencit secara in vivo.

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti virus dan bakteri sangat perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode eksperimental karena adanya manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Immunologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kandang Terpadu, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental sederhana (posttest only control group

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN Bahan, alat, dan hewan percobaan Bahan Alat Hewan uji 3.2 Penyiapan Ekstrak Petiveria alliacea

BAB 3 PERCOBAAN Bahan, alat, dan hewan percobaan Bahan Alat Hewan uji 3.2 Penyiapan Ekstrak Petiveria alliacea BAB 3 PERCOBAAN 3. 1. Bahan, alat, dan hewan percobaan 3.1.1 Bahan Zymosan A, LPS, larutan NaCl steril, gelatin, tinta cina Pelikan, asam asetat 0,1%, medium tioglikolat, larutan Hank s (ph 7,2-7,4), etanol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

UJI EFEK ANALGETIK REBUSAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Hilda Wiryanthi Suprio *) ABSTRAK

UJI EFEK ANALGETIK REBUSAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Hilda Wiryanthi Suprio *) ABSTRAK UJI EFEK ANALGETIK REBUSAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Hilda Wiryanthi Suprio *) *) Program Studi DIII STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium BKP Kelas II Cilegon untuk metode pengujian RBT. Metode pengujian CFT dilaksanakan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Uji Serum (Rapid Test) Pada Ikan Mas Yang Diberikan Pelet Berimunoglobulin-Y Anti KHV Dengan Dosis rendah Ig-Y 5% (w/w) Ikan Mas yang diberikan pelet berimunoglobulin-y anti

Lebih terperinci

6) Analisis Serapan N pada Anak Ayam 7) Analisis Kadar Lemak pada Bubuk Teripang

6) Analisis Serapan N pada Anak Ayam 7) Analisis Kadar Lemak pada Bubuk Teripang Setelah itu labu destruksi didinginkan dan larutan dimasukkan ke dalam labu penyuling dan diencerkan dengan 300 ml air. Selanjutnya ditambah beberapa butir batu didih dan larutan dijadikan basa dengan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A) REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk

Lebih terperinci

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba 17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona Muricata L.) terhadap kadar enzim transaminase (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus musculus)

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir 66 LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir Keberadaan bakteri mempunyai nilai yang penting dalam patogenesis pulpa dan periapeks. Eliminasi mikroorganisme dari saluran akar yang terinfeksi merupakan fokus utama pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian: a. Tempat pemeliharaan dan induksi hewan dilakukan di kandang hewan percobaan Laboratorium Histologis Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuester)

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA) mammae mencit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan sistem kekebalan tubuh terhadap serangan berbagai virus atau antigen spesifik lainnya dewasa ini sangat perlu mendapat perhatian serius.

Lebih terperinci

UJI EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) PADA MENCIT (Mus musculus) Muhammad Isrul 1*, Usmar 2, Subehan 2

UJI EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) PADA MENCIT (Mus musculus) Muhammad Isrul 1*, Usmar 2, Subehan 2 UJI EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) PADA MENCIT (Mus musculus) Muhammad Isrul 1*, Usmar 2, Subehan 2 1 STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia 2 Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah merah merupakan tanaman endemik Papua yang bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu pengobatan beberapa penyakit, antara lain kanker, tumor,

Lebih terperinci

Tim Pengajar Praktek Farmakologi, 2011, Penuntun Praktikum Farmakologi, Poltekkes KemenkesMakassar

Tim Pengajar Praktek Farmakologi, 2011, Penuntun Praktikum Farmakologi, Poltekkes KemenkesMakassar Tim Pengajar Praktek Farmakologi, 2011, Penuntun Praktikum Farmakologi, Poltekkes KemenkesMakassar Rahardja, K.,dan,Tjay, T.H., 2007, Obat-obat Penting dan Khasiatnya, PT. Elex Media Kompetindo, Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental untuk mengetahui kestabilan biologik TEL dalam liposom EPC-TEL 2,5 secara in vivo pada hepar mencit. 3.2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunitas merupakan suatu mekanisme untuk mengenal suatu zat atau bahan yang dianggap sebagai benda asing terhadap dirinya, selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya AKTIVITAS ANTIBAKTERI

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUAH MAHKOTA DEWA Nama :NURANI NIM :11.11.5256 Kelas :11-S1TI-09 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAKSI Karya tulis ilmiah ini dibuat dengan tujuan untuk memberitahukan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Aktivitas Enzim Alanin Amino Transferase Plasma a. Kurva kalibrasi Persamaan garis hasil pengukuran yaitu : Dengan nilai koefisien relasi (r) = 0,998.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode post test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Ayam yang diimunisasi dengan antigen spesifik akan memproduksi antibodi spesifik terhadap antigen tersebut dalam jumlah banyak dan akan ditransfer ke kuning telur (Putranto 2006).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN D. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan adalah rendang iradiasi yang memiliki waktu penyinaran yang berbeda-beda (11 November 2006, DIPA 14 Juni 2007, dan no label 14 Juni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan

Lebih terperinci

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L. Less) TERHADAP ZONA HAMBAT BAKTERI Escherichia coli patogen SECARA IN VITRO Oleh: Ilma Bayu Septiana 1), Euis Erlin 2), Taupik Sopyan 3) 1) Alumni Prodi.Pend.Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel darah yaitu obyek glass, cover glass, Haemicitometer, jarum suntik, pipet kapiler, mikroskop monokuler. Vitamin E

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 27 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian proyek Hibah Penelitian Strategis Nasional di bidang gizi dan kesehatan yang diketuai oleh Marliyati (2009) dan dibiayai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 21 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai Maret sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Mikrobiologi Medis, laboratorium Terpadu unit pelayanan mikrobiologi

Lebih terperinci

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun.

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. ii ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Viusid Pet terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak rimpang teki dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) Nurhidayati Febriana, Fajar Prasetya, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi

Lebih terperinci