ii Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ii Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai upaya memberi perlindungan sosial bagi Keluarga Miskin (KM). Sebagai bagian dari upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemberian bantuan dana tunai bersyarat, dalam jangka pendek PKH diharapkan mampu membantu KM mengurangi beban pengeluaran. Pada jangka menengah PKH diharapkan mampu menciptakan perubahan perilaku peserta dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi. Peserta PKH hingga tahun 2015 berjumlah 3,5 juta keluarga miskin. Tahun 2016 terdapat penambahan target 2,5 juta keluarga miskin, sehingga jumlah keseluruhan menjadi 6 juta keluarga miskin. Kebijakan pelaksanaan PKH untuk kepesertaan kohor secara umum menggunakan ketentuan sebelumnya, sementara untuk kepesertaan baru kohor 2016 menggunakan beberapa ketentuan baru, diantaranya komponen kesejahteraan sosial yang terdiri atas penyandang disabilitas berat dan lanjut usia 70 tahun ke atas, dan perubahan indeks bantuan dan komponen. Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi stakeholder PKH baik di pusat dan daerah dan diharapkan dapat menyamakan gerak langkah semua pihak terkait dalam mensukseskan PKH. Akhir kata kepada semua pihak yang telah berkontribusi terhadap penyusunan Pedoman Pelaksanaan PKH, kami sampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih. Jakarta, Maret 2016 Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial R. Harry Hikmat Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 i

2 ii Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

3 ISI BUKU BAGIAN PERTAMA BUKU I PEDOMAN UMUM BAGIAN KEDUA BUKU II BUKU III BUKU IV BUKU V BUKU VI BUKU VII BUKU VIII VALIDASI CALON PESERTA PKH PENYALURAN BANTUAN VERIFIKASI KOMITMEN PEMUTAKHIRAN DATA PENGELOLAAN SDM RAPAT KOORDINASI PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 iii

4 iv Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

5 DAFTAR ISTILAH AKB Angka Kematian Bayi AKBAL Angka Kematian Balita AKI Angka Kematian Ibu APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APK Angka Partisipasi Kasar APMAngka Partisipasi Murni BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BBKPMBalai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BCG Bacillus Calmate Guerrin BKIMBalai Kesehatan Indera Masyarakat BKMM Balai Kesehatan Mata Masyarakat BKPMBalai Kesehatan Paru Masyarakat BLT SKPD Bantuan Langsung Tunai Satuan Kerja Perangkat Daerah BP4 Balai Pelayanan Pengobatan Penyakit Paru BPKB Balai Pengembangan Kegiatan Belajar BSMBantuan Siswa Miskin CCT Conditional Cash Transfers DISABILITAS Cacat DPT Diphteri Pertusis Tetanus FDS Family Development Session Fe Ferrum HB HepatitisB IPMIndeks Pembangunan Manusia IU International Unit Jampersal Jaminan Persalinan K1 Pemeriksaan kehamilan yang pertama dilakukan pada trimester I kehamilan K4 Pemeriksaan kehamilan yang ke empat dilakukan pada trimester III Kemenag Kementerian Agama Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 v

6 Kemenkes Kementerian Kesehatan Kemenkominfo Kementerian Komunikasi dan Informatika Kemensos Kementerian Sosial KIA Kesehatan Ibu dan Anak KIP Kartu Indonesia Pintar KIS Kartu Indonesia Sehat KKS Kartu Keluarga Sejahtera KMS Kartu Menuju Sehat KN Kunjungan Neonatal Komplementaritas Pelengkap KSMKeluarga Sangat Miskin KMKeluarga Miskin KUBE Kelompok Usaha Bersama LKD Layanan Keuangan Digital LSMLembaga Swadaya Masyarakat MDGs Millenium Development Goals = Sasaran Pembangunan Milenium Orsos Organisasi Sosial P2K2 Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga PA Pertemuan Awal Pedum PKH Pedoman Umum Program Keluarga Harapan PIP Program Indonesia Pintar PIS Program Indonesia Sehat PKBMPusat Kegiatan Belajar Mengajar PKH Program Keluarga Harapan Polindes Pondok Bersalin Desa PONED Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar PONEK Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif Poskesdes Pos Kesehatan Desa Posyandu Pos Pelayanan Terpadu PPK Pemberi Pelayanan Kesehatan PPLS Pendataan Program Perlindungan Sosial PSKS Program Simpanan Kesejahteraan Sejahtera PSMPekerja Sosial Masyarakat vi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

7 Pusdatin Pusat Data dan Informasi Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat Pusling Puskesmas Keliling Pustu Puskesmas Pembantu RASKIN Beras Miskin RTMRumah Tangga Miskin RTSMRumah Tangga Sangat Miskin SALAFIYAH Pendidikan Pondok Pesantren Setara SMP SALAFIYAH ULA Pendidikan Pondok Pesantren Setara SD SD/MI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SDKI Survei Demografidan Kesehatan Indonesia SDMSumber Daya Manusia SIMSistem Informasi Manajemen SIM PKH Sistem Informasi Manajemen Program Keluarga Harapan Sinergitas Proses memadukan beberapa aktifitas dalam rangka mencapai satu hasil yang SKP Surat Keabsahan Peserta SLB Sekolah Luar Biasa SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SMALB Sekolah Menengah Luar Biasa SMP/MTS Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah SPM PKH Sistem Pengaduan Masyarakat Program Keluarga Harapan TKPKD Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah TT Tetanus Toksoid UEP Usaha Ekonomi Produktif Pelaksana PKH Pelaksana Program Keluarga Harapan Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 vii

8 viii Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

9 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Aspek Kesehatan Aspek Pendidikan Aspek Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas Penyandang Disabilitas Berat Komponen Lanjut Usia Sinkronisasi Penyedia dan Kebutuhan Layanan Dasar Hukum Tujuan Sasaran Pengertian Perluasan PKH Tahun BAB II RANCANGAN UMUM Rancangan Umum PKH Kegiatan PKH Hak dan Kewajiban Peserta PKH Hak Peserta PKH Kewajiban Peserta PKH Sanksi Sanksi Bagi Peserta PKH Sanksi Bagi Pendamping PKH Transformasi Kepesertaan Tujuan Resertifikasi Tujuan P2K Komplementaritas dan Sinergitas Program Jaminan Kesehatan Nasional Beras untuk Masyarakat Sejahtera (Rastra) 26 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 ix

10 Program Indonesia Pintar (PIP) Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu) Asistensi Lanjut Usia Terlantar (Aslut) Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas Berat (ASPDB) Pendampingan 28 BAB III PELAKSANAAN PKH Penetapan Sasaran (Targeting) Penyiapan Data dan Penetapan Sasaran Penetapan Data Awal Validasi Persiapan Daerah Pertemuan Awal dan Validasi Proses Persiapan Pertemual Awal dan Validasi Penetapan Peserta Usulan Proposal Daerah Penetapan Lokasi Penyaluran Bantuan Pembentukan Kelompok Peserta PKH Verifikasi Komitmen Penangguhan dan Pembatalan Pemutakhiran Data Pengaduan 40 BAB IV KELEMBAGAAN PKH Pelaksana Program di Pusat Tim Koordinasi Nasional Tim Koordinasi Teknis Pelaksana PKH Pelaksana PKH Daerah Tim Koordinasi Teknis PKH Daerah Pelaksana PKH Daerah 46 x Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

11 BAB V REKRUTMEN, BIMTEK, WORKSHOP, RAKOR, DAN PEMANTAPAN Rekrutmen dan Seleksi Pendidikan dan Pelatihan Workshop Bimbingan Teknis Rapat Koordinasi (Rakor) PKH Pemantapan PKH Sosialisasi PKH Sasaran Sosialisasi Materi Sosialisasi Sarana Sosialisasi 61 BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring Tujuan Monitoring Jenis Monitoring Pengumpulan Data dan Analisis Evaluasi Tujuan Evaluasi Cakupan Evaluasi 65 BAB VII PENUTUP 67 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 xi

12 xii Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, sejak tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Bantuan Langsung Tunai Bersyarat (BLTB) yang dikenal dengan nama Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai salah satu tahapan menuju sistem perlindungan sosial. Program Perlindungan Sosial yang juga dikenal di dunia internasional dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) ini terbukti cukup berhasil dalam menanggulangi kemiskinan yang dihadapi di negara-negara tersebut, terutama masalah kemiskinan kronis. Gambar 1. Perluasan PKH Tahun 2016 Pada PJPTahun terjadi peningkatan target beneficeries dan alokasi budget PKH, melampaui baseline target perencanaan Pelaksanaan PKH tahun 2015 sebanyak 3,5 juta keluarga miskin dengan anggaran sebesar Rp. 6,4 Triliun (setelah ditambah APBN-P sebesar 1,3T) Target pelaksanaan PKH tahun 2016 sebanyak 6 juta keluarga miskin dengan anggaran kurang lebih Rp. 10Triliun Sasaran Program Keluarga Harapan (PKH) adalah Keluarga Miskin (KM) berdasarkan Basis Data Terpadu. Peserta PKH harus terdaftar dan hadir pada fasilitas kesehatan dan pendidikan Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

14 terdekat. Kewajiban peserta PKH di bidang kesehatan meliputi pemeriksaan kandungan bagi ibu hamil, pemberian asupan gizi, dan imunisasi serta timbang badan anak balita dan anak prasekolah. Sedangkan kewajiban di bidang pendidikan adalah mendaftarkandan memastikan kehadiran anggota keluarga PKH ke satuan pendidikan sesuai jenjang sekolah dasar dan menengah. Khusus anggota keluarga peserta PKH penyandang disabilitas, kewajibannya disesuaikan dengan kondisi disabilitasnya. B. Aspek Kesehatan Gambar 2. Akses Layanan PKH Rendahnya penghasilan menyebabkan KM tidak mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan, bahkan untuk tingkat minimal sekalipun. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil yang tidak memadai berakibat pada buruknya kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan seringkali menyebabkan tingginya kematian bayi. Gambar 3. Data Angka Kematian Ibu 2 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

15 Secara nasional, kecenderungan Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 menunjukkan penurunan signifikan. Namun kondisi inikemudian memburuk. Berdasarkan data SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 2012, jumlah angka kematian ibu dan anak tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini meningkat sekitar 57% bila dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Terpaut jauh dari komitmen Pemerintah untuk menekan tingkat AKI hingga 102 per kelahiran hidup di tahun Lebih lanjut, jika dibandingkan dengan negara tetanggga, angka kematian di Vietnam 159 per 100 ribu kelahiran hidup dan I Malaysia hanya 29 per 100 ribu kelahiran hidup. Tingginya angka kematian ibu tersebut pada banyak kasus disebabkan oleh tidak adanya kehadiran tenaga medis pada kelahiran, fasilitas kesehatan yang tidak tersedia pada saat membutuhkan tindakan, atau masih banyaknya rumah tangga miskin yang lebih memilih tenaga kesehatan tradisional daripada tenaga medis profesional lainnya. Selain AKI, Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih rendah. Berdasarkan data SDKI 2012, tingkat AKB hanya 34 per 1000 kelahiran hidup. Sementara target MDG tahun 2015 adalah 23 per 1000 kelahiran hidup. Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin juga berdampak pada tidak optimalnya proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5 tahun. Selama kurun waktu , angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang tidak berpendidikan adalah 73 per kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang berpendidikan menengah atau Iebih tinggi adalah 24 per kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik di antara perempuan-perempuan yang berpendidikan. Masalah Indonesia, bukan cuma kematian ibu dan anak saja, namun juga masalah gizi buruk. Pada tahun 2012, Indonesia merupakan negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

16 di Indonesia mencapai 8 juta jiwa dengan prevalansi kekurangan gizi balita sebesar 17,9% (SDKI 2012). Dibanding target MDGs yang 15%, kondisi Indonesia sangatlah buruk. Artinya, lebih dari 400 anak-anak meninggal setiap hari di Indonesia. Berita baiknya, itu juga berarti di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah berkurang dari pada tahun 1990 menjadi pada tahun 2012 dan 147,000 pada tahun Laporan berjudul Promise Renewed: 2015 Progress Report dari UNICEF menyatakan bahwa tingkat kematian balita saat ini berada di angka 27 kematian per kelahiran jika dibandingkan dengan 85 kematian per kematian di tahun Dengan begitu, Indonesia masuk ke dalam kelompok 24 negara dari 81 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang berhasil mengurangi kematian balita hingga dua pertiga dalam periode tersebut yang merupakan target Tujuan Pembangunan Millenium Empat (Millennium Development Goal Four). C. Aspek Pendidikan Berdasarkan laporan Education for All Global Monitoring Report yang dirilis UNESCO 2011, tingginya angka putus sekolah menyebabkan peringkat indeks pembangunan rendah. Karenanya, mendorong anak untuk tetap bersekolah pada usia remaja menjadi hal mendasar. Keikutsertaan mereka yang berada di luar sistem sekolah pun harus menjadi perhatian utama. Hal ini karena meningkatnya resiko anak putus sekolah rentan menjadi korban eksploitasi, termasuk perdagangan anak. Bahkan mereka rentan pula terhadap pelanggaran hukum dari penyalahgunaan obat terlarang sampai dengan kriminalitas. Pada usia ini mereka rawan terjangkit HIV/AIDS. Kondisi sosial dan budaya di Indonesia ikut andil meningkatkan resiko tersebut, terutama terhadap para remaja putri. Sampai saat ini tingkat partisipasi anak dalam bersekolah, baik di satuan pendidikan formal maupun informal masih rendah. Berdasar data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013 menunjukkan rata-rata nasional angka putus sekolah usia 7-12 tahun mencapai 0,67 persen atau 182/73 anak, usia tahun sebanyak 2,21 persen, atau Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

17 anak, dan usia tahun semakin tinggi hingga 3,14 persen atau anak. Tahun ini, UNICEF melaporkansebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penyebab utama angka putus sekolah menurut data BPS diatas disebabkan ketiadaan biaya untuk melanjutkan sekolah dan tidak adanya minat anak untuk bersekolah. Data statistik tingkat provinsi dan kabupaten menunjukkan bahwa terdapat kelompok anak-anak tertentu yang terkena dampak paling rentan sebagian besar berasal dari keluarga miskin sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, memiliki kemungkinan putus sekolah empat kali lebih besar daripada mereka yang berasal dari keluarga berkecukupan. Untuk data statistik geografis, tingkat putus sekolah anak SD di desa 3:1 dibandingkan dengan di daerah perkotaan. Hal tersebut terjadi antara lain dipicu oleh faktor kekurangan tenaga pengajar untuk daerah terpencil dan tergolong berpenghasilan rendah. Tingkat putus sekolah anak di desa dapat mencapai 3% jika dibandingkan dengan anak di perkotaan Tabel 1. Data Anak Putus Sekolah Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

18 Anak putus sekolah sebagian besar kernudian menjadi pekerja anak untuk menopang ekonomi keluarganya. Berdasar data dari Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas, ) dan Hasil Survei Pekerja Anak yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada 2009 menunjukkan, jumlah penduduk berumur 5-12 tahun yang bekerja mencapai 674,3 ribu jiwa atau mencakup sekitar 16,64 persen dari jumlah total pekerja anak (penduduk usia 5-17 tahun) yang mencapai 4,05 juta orang. Pada 2014, misalnya, jumlah anak berumur tahun yang secara ekonomi aktif bekerja mencakup 2,77 persen dari jumlah total penduduk tahun. Tabel 2. Tingkat Pekerja Anak D. Aspek Kesejahteraan Sosial 1. Penyandang Disabilitas Sebagai bagian dari anak Indonesia, anak penyandang disabilitas terutama dari KM perlu mendapat perhatian dan perlindungan dari pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, 6 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

19 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Undang- Undang Nomor 8 Tentang Penyandang Disabilitas. Sebagian besar Penyandang Disabilitas di Indonesia hidup dalam kondisi rentan, terbelakang, dan/atau miskin dikarenakan masih adanya pembatasan, hambatan, kesulitan, dan pengurangan atau penghilangan hak Penyandang Disabilitas. Untuk mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan bagipenyandang Disabilitas menuju kehidupan yang sejahtera, mandiri, dan tanpa diskriminasi diperlukan bantuan sosial terhadap penyandang disabilitas. Karenanya, upaya pelayanan kesehatan maupun pendidikan perlu dikembangkan untuk memberikan akses bagi anak dengan disabilitas demi kemandirian dan masa depan yang lebih baik. WHO memperkirakan jumlah anak dengan disabilitas mencapai sekitar 7-10% dari total populasi anak (Kemenkes, 2014). Di Indonesia, gambaran data anak dengan disabilitas sangat bervariasi dan belum merefleksikan fakta sebenarnya. Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011, terdapat anak penyandang disabilitas dari keluarga miskin. Angka tersebut belum dapat mewakili total jumlah anak penyandang disabilitas secara komprehensif. Sebagai rujukan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, terdapat 8,3 juta anak dengan disabilitas di Indonesia, atau 10% dari total populasi anak di Indonesia ( anak). Susenas berikut menunjukkan kecenderungan peningkatan selama tahun Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

20 Sumber: Pedoman Umum PKH, 2015 Gambar 4. Anak Usia 5-15 Tahun Tidak Sekolah Karena Difabel Selanjutnya, UNESCO memperkirakan bahwa sepertiga dari 75 juta anak di seluruh dunia yang tidak bersekolah adalah penyandang disabilitas (Global Monitoring Report and Education For All, 2010). Kemungkinan seorang anak usia 6-11 tahun dengan disabilitas untuk bersekolah hanya setengah dari anak tanpa disabilitas (Global Monitoring Report and Education For All, 2008). Dalam konteks Indonesia, meskipun pemerintah sudah mengupayakan pendidikan yang inklusif, tingkat partisipasi sekolah dasar dari anak-anak penyandang disabilitas masih sekitar 60 persen lebih rendah dibanding dengan anak-anak tanpa disabilitas (Global Monitoring Report and Education For All, 2010). 2. Penyandang Disabilitas Berat Penyandang Disabilitas Berat adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama kedisabilitasannya sudah tidak dapat direhabilitasi, tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan/atau sepanjang hidupnya pada bantuan/pertolongan orang lain, tidak mampu menghidupi diri sendiri, serta tidak dapat berpartisipasi penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan lainnya 8 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

21 (Sumber: Pedoman Pelaksanaan Pemberian Asistensi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Berat, 2015). Meski belum ada data jumlah penyandang disabilitas beratyang akurat dan dapat dijadikan rujukan nasional, namun jumlah mereka diperkirakan cukup tinggi. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial RI telah memiliki data lengkap by name and by address (BNBA) sebanyak penyandang disabilitas berat. Sampai dengan tahun 2016 Jaminan Sosial bagi mereka baru mencakup sekitar jiwa (26,8%) (ASPBD, 2016) dari yang terdata. Bantuan yang diberikan berupa dana tunai sejumlah Rp per bulan dan mendapatkan pendampingan. Penyandang disabilitas berat menjadi beban ekonomi, sosial dan psikologis yang sangat menekan bagi keluarga miskin terutama jika tidak mendapat dukungan dari pemerintah untuk perawatannya. Pada implementasinya diperlukan sinergi lintas sektor dalam penanganan lanjut usia dan penyandang disabilitas miskin berdasarkan status tinggal.bantuan PKH diberikan kepada penyandang disabilitas dalam keluarga. Baik keluarga tersebut memilikikomponen kesehatan dan atau pendidikan, maupun keluarga yang tidak memiliki komponen kesehatan dan atau pendidikan. Sedangkan untuk penyandang disabilitas berat di luar keluarga PKH dilakukan intervensi program panti atau penanganan lainnya. Sinergi lintas sektor untuk bantuan penyandang disabilitas berat dapat dilihat pada gambar 5. Sumber: Diolah dari Paparan Bappenas, 2016 Gambar 5. Komponen disabilitas berat penerima PKH Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

22 3. Komponen Lanjut Usia Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia merupakan seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Secara fisik, lanjut usia dapat dibedakan menjadi lanjut usia potensial maupun lanjut usia tidak potensial. Lanjut usia rentan mengalami masalah fisik, mental, sosial, dan psikologis, sehingga dapat mengakibatkan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah lanjut usia 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen penduduk. Tahun 2014 lalu, jumlah lansia mencapai 18,78 juta orang lebih. Sementara jumlah lanjut usia terlantar berjumlah jiwa (berdasarkan data Pusdatin Kesos Tahun 2012). Perbaikan perawatan dan penyediaan fasilitas kesehatan serta semakin baiknya gizi masyarakat selama tiga dekade terakhir berdampak pada meningkatnyausia harapan hidup penduduk Indonesia yang membawa konsekuensi meningkatnya jumlah lanjut usia dari tahun ke tahun. Semakin panjangnya usia harapan hidup dapat berimplikasi pada timbulnya permasalahan sosial yang berkaitan dengan kondisi fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi sehingga permasalah jumlah lanjut usia terlantar akan cenderung meningkat. Data proyeksi penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia diprediksi semakin meningkat dalam masa mendatang. Tabel 3. Prediksi Jumlah Lanjut Usia Sumber: Bappenas, Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

23 Tabel 4. Masalah Kesehatan Lanjut Usia Sumber: Riskesdas, 2013 Lanjut usiayang menjadi target bantuan PKH adalah lansia yang berusia 70 tahun ke atas. Lansia dalam keluarga PKH memiliki kebutuhanakan pemeliharaan kesehatan maupun kebutuhan harian yang dapat menambah komponen pengeluaran keluarga. Bantuan bersyarat yang diberikan kepada lansia dalam keluarga PKH ditujukan untuk meringankan beban ekonomi keluarga, sekaligus memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatannya. Dengan demikian, perbaikan taraf hidup dalam kesehatan dan pendidikan untuk ibu dan anak keluarga PKH dapat terjamin dengan mengurangi beban perawatan lansia dalam keluarga. Upaya perluasan kepesertaan PKH dengan penambahan komponen disabilitas berat dan lanjut usia 70 tahun ke atas akan berdampak signifikan pada penambahan kuantitas penerima PKH. Bantuan PKH untuk lanjut usia 70 tahun ke atas diberikan kepada lansia yang berada dalam keluarga. Baik keluarga tersebut memiliki memiliki komponen kesehatan dan atau pendidikan, maupun keluarga yang tidak memiliki komponen kesehatan dan atau pendidikan. Sedangkan lanjut usia 70 tahun ke atas yang di luar keluarga Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

24 (homeless) bantuannya diintervensi melalui program panti.intervensi program untuk lanjut usia 70 tahun ke atas secara umum dapat dilihat pada gambar 6. Sumber: Diolah dari Paparan Bappenas, 2016 Gambar 6. Komponen lanjut usia penerima PKH E. Sinkronisasi Penyedia dan Kebutuhan Layanan Berbagai indikator di atas menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya bidang pendidikan dan kesehatan, terutama bagi KM perlu ditingkatkan sejalan dengan upaya pemerintah membangun sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta meluncurkan program-program yang ditujukan bagi keluarga miskin. Berdasar banyak kajian, penyebab KM tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan terletak pada masalah yang dihadapi oleh sisi permintaan, yaitu KM itu sendiri (demand side) maupun sisi penyedia layanan (supply side). Alasan terbesar para KM tidak melanjutkan sekolah umunya karena tidak adanya biaya, bekerja untuk mencari nafkah, merasa pendidikannya sudah cukup, dan alasan lainnya. Begitupun dari aspek kesehatan, KM tidak mampu membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi anggota keluarga akibat rendahnya tingkat pendapatan. 12 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

25 Sementara itu, permasalahan pada sisi pelayanan (supply side) yang menyebabkan rendahnya akses KM terhadap pendidikan dan kesehatan antara lain belum tersedianya pelayanan kesehatan dan pendidikan yang mudah dijangkau oleh KM. Biaya pelayanan yang mahal menurut ukuran KM serta jarak antara tempat tinggal dan lokasi pelayanan yang relatif jauh merupakan tantangan utama bagi penyedia pelayanan pendidikan dan kesehatan. F. Dasar Hukum Secara teknis, kegiatan PKH melibatkan kementerian dan lembaga, yaitu: Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, BPS, TNP2K dan Pemerintah Daerah. Sumber dana PKH berasal dari APBN.Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya PKH dijalankan berdasar peraturan dibawah ini: 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. 4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin. 5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. 7. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8). 9. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86). Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

26 10. Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Rumah Tangga Sangat Miskin Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan. 11. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga. G. Tujuan Buku Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang kebijakan, petunjuk teknis operasional serta mekanisme pelaksanaan. Buku ini ditujukan bagi pelaksana PKH di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, serta pemangku kepentingan terkait. Dalam jangka pendek dana bantuan ini diharapkan mampu mengurangi beban pengeluaran rumah tangga (dampak konsumsi langsung), dan dalam jangka panjang merupakan investasi generasi masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kesehatan dan pendidikan (dampak pengembangan modal manusia). Artinya, PKH diharapkan sebagai program yang mampu memutus rantai kemiskinan antar generasi. Secara khusus, tujuan PKH dijelaskan sebagaimana gambar berikut. Gambar 7. Tujuan PKH 14 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

27 H. Sasaran Sasaran peserta PKH adalah Keluarga Miskin (KM) dan yang memiliki komponen kesehatan (ibu hamil, nifas, balita, anak prasekolah) dan komponen pendidikan (SD sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat) atau anak usia 6-21 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan wajib 12 tahun, penyandang disabilitas berat, dan lanjut usia diatas 70 tahun. Program Keluarga Harapan terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen pendidikan yang mensyaratkan anak-anak peserta PKHterdaftar dan hadir di sekolah minimal kehadiranya 85% dari jumlah hari efektif sekolah yang berlaku, komponen kesehatan dengan kewajiban antara lain peserta mendapatkan layanan prenatal dan postnatal, proses kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, melakukan imunisasi sesuai jadwal, dan memantau tumbuh kembang anak secara teratur dengan minimal kehadiranya 85% dan komponen kesejahteraan sosial yang terdiri dari penyandang disabilitas berat dan lanjut usia 70 tahun atau lebih. Akses terhadap kesehatan dan pendidikan yang diberikan tersebut diharapkan mampu mengubah perilaku masyarakat (miskin) agar lebih peduli terhadap kesehatan dan pendidikan generasi penerusnya, sehingga mampu menghilangkan kesenjangan sosial, ketidakberdayaan dan keterasingan sosial yang selama ini melekat pada diri masyarakat miskin. Sejak 2012, penerima bantuan diperluas dengan rnenarnbah kategori rentan seperti keluarga yang memiliki penyandang disabilitas dan atau manula dalarn rumah tangganya. Program Keluarga Harapan (PKH) dilaksanakan secara berkelanjutan (multiyear) yang dimulai pada tahun 2007 di tujuh provinsi. Sampai dengan tahun 2015, PKH sudah dilaksanakan di 34 provinsi dan mencakup 472 Kabupaten/Kota dan Kecamatan.Target peserta PKH pada tahun 2016 mencapai 6 juta keluarga miskin di 514 Kabupaten/Kota. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

28 Tabel 5. Perkembangan Jumlah Peserta PKH I. Pengertian 1. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan tunai bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) yang ditetapkan sebagai peserta PKH. Kriteria peserta PKH adalah keluarga miskin yang memenuhi minimal salah satu syarat berikut: a. Memiliki komponen kesehatan yakni anak dengan usia di bawah 6 tahun, ibu hamil/menyusui, termasuk anak penyandang disabilitas ringan/ sedang. b. Memiliki komponen pendidikan anak usia sekolah 6 hingga 21 tahun untuk peserta pendidikan SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat dan/atau SMA/MA sederajat, termasuk anak penyandang disabilitas ringan/ sedang. c. Memiliki komponen kesejahteraan sosial untuk Penyandang Disabilitas Berat di dalam keluarga peserta PKH. Penyandang Disabilitas Berat adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama kedisabilitasannya sudah tidak dapat direhabilitasi, tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan/atau sepanjang hidupnya pada bantuan/pertolongan orang lain, tidak mampu menghidupi diri sendiri, serta tidak dapat berpartisipasi penuh dan efektif 16 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

29 dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan lainnya (Sumber: Pedoman Pelaksanaan Pemberian Asistensi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Berat, 2015). d. Memiliki komponen kesejahteraan sosial untuk lanjut usia 70 tahun ke atas di dalam keluarga peserta PKH dengan kriteria: 1. Lanjut usia berusia 70 tahun ke atas per 1 Januari pada tahun validasi. 2. Lanjut usia berusia 70 tahun ke atas yang menjadi orang tua yang mengurusi keluarga PKH. 3. Pendamping PKH adalah sumber daya manusia yang direkrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial sebagai pelaksana pendampingan di tingkat Kecamatan. 4. Operator PKH adalah sumber daya manusia yang direkrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial sebagai pelaksana teknis pengolahan data di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota. 5. Koordinator Kabupaten/Kota PKH adalah sumber daya manusia yang direkrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial sebagai pelaksana koordinator PKH dikabupaten/kota dan membawahi pendamping dan operator. 6. Koordinator Wilayah PKH adalah sumber daya manusia yang direkrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial sebagai pelaksana koordinator PKH di tingkat Provinsi dan membawahi Koordinator Kabupaten/Kota. 7. Koordinator Regional PKHadalah sumber daya manusia yang direkrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial yang membawahi koordinator wilayah PKH. 8. Koordinator Divisi PKH adalah sumber daya manusia yang direkrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial yang bertanggung jawab terhadap subdivisi-subdivisi yang ada di Pusat. 9. Sinergitas Program adalah mekanisme penyelenggaraan PKH yang bersifat multisektor, baik di pusat maupun di daerah, yang melibatkan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan serta masyarakat. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

30 J. Perluasan PKH Tahun 2016 Sebagai upaya perluasan pelaksanaan PKH tahun 2016 dengan target sasaran menjadi 6 (enam) juta keluarga penerima manfaat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Target kepesertaan kohor adalah 3,5 juta keluarga miskin. 2. Target kepesertaan baru kohor 2016 adalah 2,5 juta keluarga miskin 3. Mekanisme penyaluran bantuan untuk kepesertaan kohor sesuai dengan ketentuan penyaluran bantuan pada tahun Indeks bantuan untuk kepesertaan baru kohor sesuai SK Menteri Sosial RI No. 294/HUK/2016 Tentang Indeks dan Komponen PKH tahun 2016 tanggal 13 Oktober Bantuan tetap untuk kepesertaan kohor disalurkan pada tahap pertama tahun 2016, sedangkan kepesertaan baru kohor 2016 tidak mendapatkan bantuan tetap. 6. Kepesertaan baru tahun 2016 terdapat penambahan komponen kesejahteraan sosial, yaitu: Penyandang Disabilitas Berat dan Lanjut Usia 70 tahun ke atas 7. Kehamilan keempat dan berikutnya tidak dihitung sebagai komponen penerima bantuan 8. Penyaluran bantuan untuk kepesertaan barukohor 2016 disalurkan pada tahap IVtahun Jumlah bantuan masing-masing komponen disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dengan mengacu padaindeks bantuan sesuai SK Menteri Sosial RI No. 294/HUK/2016 Tentang Indeks dan Komponen PKH tahun 2016 tanggal 13 Oktober Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

31 A. Rancangan Umum PKH BAB II RANCANGAN UMUM Dalam pelaksanaan PKH, Kementerian Sosial RI berperan sebagai pelaksana yang bekerjasama dengan Kementerian/Lembaga (K/L) baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah sebagai mitra kerja antara lain: 1. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI berperan mengkoordinasikan penyelenggaraan seluruh program penanggulangan kemiskinan, termasuk PKH. 2. Kementerian Sosial RI, berperan dalam pelaksanaan PKH dan seluruh proses bisnis di dalamnya, termasuk menjalin kerja sama dengan pemangku kepentingan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Non Pemerintah dan masyarakat. 3. Kementerian PPN/Bappenas, berperan dalam perencanaan serta monitoring dan evaluasi program. 4. Kementerian Kesehatan RI, berperan sebagai penyedia Iayanan kesehatan dan membantu pelaksanaan verifikasi kesehatan. 5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Kementerian Agama RI, berperan sebagai penyedia Iayanan pendidikan dan membantu pelaksanaan verifikasi pendidikan. 6. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, berperan dalam pelaksanaan sosialisasi PKH secara Nasional. 7. Kementerian Dalam Negeri RI, berperan dalam memfasilitasi penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) peserta PKH. 8. Badan Pusat Statistik (BPS), berperan dalam pelaksanaan pendataan kemiskinan untuk Basis Data Terpadu. 9. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berperan dalam dukungan PKH secara langsung melalui alokasi sharingdana APBD termasuk SDM pelaksana PKH sesuai dengan komitmen Bupati/Walikota. B. Kegiatan PKH Kegiatan PKH terbagi atas pengelolaan di lokasi yang sudah melaksanakan PKH dan pengembangan di lokasi yang baru terjangkau kegiatan PKH. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

32 Kegiatan PKH di lokasi yang telah melaksanakan program antara lain: pendampingan, penyaluran bantuan, verifikasi, pemutakhiran data, Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) dan transformasi kepesertaan. Sedangkan kegiatan di lokasi baru antara lain: menyediakan Kantor Sekretariat Pelaksana PKH Kabupaten/Kota, SDM pelaksana PKH, melakukan koordinasi baik di tingkat pusat maupun daerah, melakukan sosialisasi, Diklat pendamping dan operator PKH, bimbingan teknis, melaksanakan pertemuan awal dan validasi calon peserta PKH, entry data hasil validasiserta penyaluran bantuan pertama untuk peserta PKH baru. C. Hak dan Kewajiban Peserta PKH D. Hak Peserta PKH Gambar 8. Komponen peserta PKH 1. Mendapatkan bantuan uang tunai yang besarannya disesuaikan dengan ketentuan program. 2. Mendapatkan layanan di fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi seluruh anggota keluarga. 3. Terdaftar dan mendapatkan program-program komplementaritas dan sinergitas penanggulangan kemiskinan Iainnya. 20 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

33 E. Kewajiban Peserta PKH Seluruh anggota keluarga peserta PKH memiliki kewajiban memenuhi komitmen berdasarkan kriteria komponen masing-masing sebagai berikut: Gambar 9. Kewajiban peserta PKH 1. Kewajiban komponen kesehatan a. Peserta PKH wajib memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan. b. Peserta PKH yang dikenakan persyaratan kesehatan adalah peserta yang memiliki ibu hamil/nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD. 2. Kewajiban komponen pendidikan Peserta PKH yang memiliki anak usia 6-21 tahun diwajibkan untuk didaftarkan/terdaftar pada lembaga pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/ SalafiyahUla/Paket A, SMP/MTs/SMLB/Salafiyah Wustha/Paket B termasuk SMP/MTs terbuka, atau SMA/MA/Paket C termasuk SMA/MA terbuka) dan kehadiran minimal 85% dari hari belajar efektif setiap bulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak yang berusia 5-6 tahun yang sudah masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka yang bersangkutan dikenakan verifikasi bidang pendidikan. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

34 3. Kewajiban Komponen Kesejahteraan Sosial a. Penyandang disabilitas berat melakukan pemeliharaan kesehatan sesuai kebutuhan. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui kunjungan ke rumah (home care). b. Lansia melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai kebutuhan. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan atau mengunjungi puskesmas santun lanjut usia (jika tersedia). Lansia harus dipastikan mengikuti kegiatan sosial di fasilitas pelayanan kesejahteraan sosial melalui kegiatan day care dan mengikuti berbagai kegiatan yang dibutuhkan. Lansia yang mengalami kesulitan mengikuti day care dapat mengikuti kegiatan home care dengan pendamping lansia mendatangi ke rumah. F. Sanksi 1. Sanksi Bagi Peserta PKH Sanksi dalam hal penangguhan dan pembatalan diberlakukan apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dengan ketentuan: a. Tidak memenuhi komitmen kehadiran pada fasilitas layanan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial sesuai dengan protokol yang berlaku di setiap fasilitas layanan secara rutin setiap bulannya berupa pengurangan nominal bantuan sebesar 10% pada setiap tahapan penyaluran bantuan. b. Jika tiga bulan berturut-turut seluruh anggota keluarga peserta PKH tidak memenuhi komitmen kehadiran pada fasilitas layanan kesehatan dan/ataupendidikan sesuai dengan protokol yang berlaku di setiap fasilitas layanan maka pengurangan nominal bantuan sebesar 100% atau tidak mendapatkan bantuan akan tetapi masih menjadi peserta PKH. c. Jika enam bulan berturut-turut seluruh anggota keluarga peserta PKH tidak memenuhi komitmen kehadiran pada fasilitas layanan kesehatan dan pendidikan sesuai dengan protokol yang berlaku di setiap fasilitas layanan, maka akan dikeluarkan dari kepesertaan PKH secara permanen meskipun masih memenuhi kriteria PKH. d. Khusus bagi daerah pengembangan yang infrastruktur pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial belum 22 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

35 memadai maka penerapan sanksi akan dilakukan secara bertahap. e. Jika dalam tiga kali siklus penyaluran bantuan berturut-turut atau selama sembilan bulan peserta PKH tidak mengambil bantuan, maka dikeluarkan dari kepesertaan PKH. f. KM terbukti tidak memenuhi kriteria sebagai peserta PKH, maka dikeluarkan dari kepesertaan PKH. g. Peserta PKH yang telah dikeluarkan kepesertaannya, tidak dapat diajukan kembali sebagai Peserta PKH. 2. Sanksi Bagi Pendamping PKH Bagi pendamping yang KM dampingannya tidak memenuhi kondisionalitas akan diberikan sanksi dapat berupa: a. Teguran secara lisan maupun tertulis b. Penundaan pembayaran honorarium c. Penghentian kontrak kerja G. Transformasi Kepesertaan Masa kepesertaan penerima bantuan PKH dirancang selama 6 tahun, dengan asumsi selama masa kepesertaan terjadi perubahan perilaku dalam bidang pendidikan, kesehatan dan status sosial ekonomi keluarga. Untuk kesuksesan rancangan tersebut, pada tahun kelima kepesertaan PKH akan didata ulang melalui kegiatan resertifikasi. Proses ini merupakan evaluasi atas kepemilikian komponen kepesertaan PKH dan status sosial ekonomi peserta PKH. Bila hasil resertifikasi menunjukkan perubahan status sosial ekonomi atau tidak memiliki komponen kepesertaan PKH, maka pada tahun keenam peserta PKH dapat keluar dari program (graduasi). Jika belum dianggap layak keluar (transisi), para peserta PKH akan dibekali dengan kegiatan P2K2 dan progam komplementaritas berbasis ekonomi maupun program perlindungan sosial yang terintegrasi dan relevan sehingga membantu para peserta meningkatkan daya dan kapasitas kesejahteraannya hingga mandiri. 1. Tujuan Resertifikasi Dalam jangka pendek dana bantuan tunai bersyarat ini diharapkan mampu mengurangi beban pengeluaran rumah tangga (dampak Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

36 konsumsi langsung), dan dalam jangka panjang merupakan investasi generasi masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kesehatan dan pendidikan (dampak pengembangan modal manusia). Artinya, PKH diharapkan sebagai program yang mampu memutus rantai kemiskinan antar generasi. Secara khusus. Sedangkan tujuan resertifikasi adalah: mengidentifikasi program yang dimiliki peserta atau program lainya, menilai status sosial ekonomi peserta PKH, identifikasi keikutsertaan peserta PKH pada programperlindungan sosial lainya dan penggalian karekteristik sosial peserta pkh untuk komplementaritas program. Pemberian bantuan tunai saja tidak cukup jika yang diharapkan adalah tumbuhnya kesadaran. Pengetahuan kondisi kesehatan yang baik, pendidikan yang memadai, akan dapat meningkatkan kondisi kesejahteraan hidup mereka di masa depan. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau yang dikenal dengan Family Development Session (FDS) merupakan sebuah intervensi perubahan perilaku yang diberikan bagi peserta PKH. P2K2 merupakan proses belajar secara terstruktur untuk meningkatkan keterampilan hidup masyarakat miskin di bidang ekonomi, pendidikan anak, kesehatan, dan perlindungan anak. Materi P2K2 disampaikan melalui pertemuan kelompok bulanan yang disampaikan oleh Pendamping PKH terhadap kelompok-kelompok binaannya. Gambar 10. Pendampingan P2K2 24 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

37 2. Tujuan P2K2 a. Meningkatkan pengetahuan peserta PKH mengenai pengasuhan anak dan mendukung pendidikan anak di sekolah. b. Meningkatkan pengetahuan praktis peserta PKH tentang pengelolaan keuangan keluarga. Peserta PKH belajar bagaimana membedakan antara kebutuhan dan keinginan, membuat target menabung dan menghindari hutang, serta meningkatkan penghasilan dengan membuka usaha. c. Meningkatkan kesadaran peserta PKH dalam hal kesehatan khususnya pentingnya 1000 hari pertama kehidupan yang secara khusus memberi perhatian pada kesehatan ibu hamil dan bayi. d. Meningkatkan kesadaran peserta PKH terhadap pencegahan kekerasan terhadap anak dan memenuhi hak-hak anak. e. Meningkatkan kesadaran peserta PKH terhadap hak-hak lansia dan disabilitas. f. Secara umum meningkatkan kesadaran peserta PKH akan hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat, khususnya dalam pemanfaatan layanan umum yang disediakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pendidikan. P2K2 diberikan sebagai kewajiban Pendamping PKH terhadap Peserta PKH yang menjadi dampingannya dalam pertemuan yang diselenggarakan sebulan sekali. Dalam pelaksanaannya, P2K2 menjadi bagian dari ukuran kinerja seorang pendamping dengan supervisi dari koordinator Kabupaten/Kota, dan koordinator wilayah. Pelaksanaan P2K2 secara lebih rinci dijelaskan dalam lampiran pedoman operasional P2K2. H. Komplementaritas dan Sinergitas Program PKH sebagai program perlindungan sosial yang berfokus pada perbaikan kualitas hidup dasar masyarakat miskin akan menjadi dasar penargetan program-program jaminan dan perlindungan sosial lainnya. Program-program tersebut antara lain: 1. Jaminan Kesehatan Nasional Seluruh peserta PKH pada saat yang bersamaan juga adalah Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari program Jaminan Kesehatan Nasional.Kartu Indonesia Sehat (KIS) menjamin dan memastikan Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

38 masyarakat kurang mampu untuk mendapat manfaat pelayanan kesehatan seperti yang dilaksanakan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Lebih dari itu, secara bertahap cakupan peserta akan diperluas meliputi penyandang masalah kesejahteraan sosial dan bayi yang lahir dari Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang selama ini tidak dijamin. 2. Beras untuk Masyarakat Sejahtera (Rastra) Seluruh penerima PKH berhak menjadi penerima bantuan beras bersubsidi (Rastra) yang dikeluarkan oleh pemerintahuntuk memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarga. Rastra diberikan sebanyak 15 Kg/bulan dengan harga tebus Rp.1.600/Kg. 3. Program Indonesia Pintar (PIP) Peserta PKH dengan usia 6-21 tahun berhak menjadi penerima manfaat dari Kartu Indonesia Pintar, yang bertujuan untuk: a. Meningkatkan akses bagi anak usia 6-21 tahun untuk mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah untuk mendukung pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal/Rintisan Wajib Belajar 12 tahun. b. Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan pendidikan akibat kesulitan ekonomi. c. Menarik siswa putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan agar kembali mendapatkan layanan pendidikan di sekolah/sanggar Kegiatan Belajar (SKB)/Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) maupun Lembaga Kursus dan Pelatihan. Prioritas sasaran dari penerima Program Indonesia Pintar adalah: a. Penerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) 2014 Pemegang KKS yang ada dalam Data Pokok Pedidikan (Dapodik); b. Siswa/anak dari keluarga pemegang KKS yang belum menerima BSM 2014; c. Siswa/anak dari keluarga peserta PKH non KKS; d. Siswa/anak yang berstatus yatim piatu/yatim/piatu dari Panti Sosial/Panti Asuhan; e. konflik sosial, siswa dari keluarga terpidana, anak berada di LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan), dan siswa memiliki lebih dari tiga saudara tinggal serumah; 26 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

39 f. Siswa dari SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang: Pertanian (bidang Agrobisnis dan Agroteknologi) Perikanan, Peternakan, kehutanan dan Pelayaran/Kemaritiman. Siswa/anak yang berasal dari prioritas sasaran penerima PIP, dapat diusulkan dengan syarat sebagai berikut: a. Siswa Pendidikan Formal: 1) Terdaftar sebagai siswa/peserta didik pada sekolah; 2) Terdaftar dalam Dapodik sekolah; 3) Diusulkan oleh sekolah melalui dinas pendidikan kabupaten/kota ke direktorat teknis di Kemdikbud b. Anak Didik Lembaga Pendidikan Non-Formal: 1) Terdaftar sebagai anak didik pada SKB/PKBM/lembaga kursus dan pelatihan; 2) Diusulkan oleh SKB/PKBM/Lembaga kursus dan pelatihan melalui dinaspendidikan kabupaten/kota ke direktorat teknis di Kemdikbud; c. Anak Usia Sekolah yang Tidak Bersekolah: 1) Terdaftar kembali di sekolah/skb/pkbm/lembaga kursus dan pelatihan. 2) Diusulkan oleh sekolah/skb/pkbm/lembaga kursus dan pelatihan melalui dinas pendidikan kabupaten/kota ke direktorat teknis di Kemdikbud. 3) Kelompok Usaha Bersama (KUBE) KUBE merupakan kelompok warga yang dibentuk dengan tujuan melaksanakan kegiatan ekonomi bersama. Peserta PKH diharapkan menjadi penerima bantuan KUBE dengan tujuan meningkatkan penghasilannya. 4) Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu) Rutilahu adalah program bantuan perbaikan rumah yang diharapkan dapat menjangkau peserta PKH termasuk perbaikan fasilitas lingkungan tempat tinggal. 5) Asistensi Lanjut Usia Terlantar (Aslut) Aslut merupakan bantuan sosial berupa uang serta pendampingan bagi lanjut usia. Penerima PKH yang memiliki lanjut usia 70 tahun ke atas diberikan bantuan sosial sebagai penerima PKH komponen kesehjateraan sosial.. 6) Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas Berat (ASPDB) ASPDB merupakan bantuan sosial beraupa uang serta pendampingan bagi penyandang disabilitas berat. Anggota Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

40 I. Pendampingan keluarga penerima PKH yang merupakan penyandang disabilitas berat diberikan bantuan sosial sebagai penerima PKH komponen kesejahteraan sosial. Sebagai ujung tombak dalam pelaksana program dilapangan, pendamping PKH memfasilitasi peserta PKH untuk mengakses layanan fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan kesejahteraan sosial, termasuk melaksanakan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) secara rutin untuk tujuan perubahan perilaku yang lebih baik. Pendamping PKH bertugas untuk memastikan peserta PKH memenuhi kewajibannya dalam memanfaatkan layanan kesehatan dan layanan pendidikan sesuai ketentuan dan persyaratan. Pendamping PKH direkrut oleh Kementerian Sosial melalui seleksi secara terbuka dengan persyaratan pendidikan minimal D3 dan bersedia ditempatkan di lokasi pelaksanaan PKH, dengan jumlah dampingan berkisar antara 250 hingga 300 peserta PKH. Khusus untuk daerah terpencil dan daerah dengan kategori sulit, jumlah dampingan berkisar 100 hingga 200 peserta PKH. Tugas utama pendamping PKH adalah melaksanakan seluruh tahapan pelaksanaan PKH yakni pertemuan awal, validasi KM, pemutahiran data, verifikasi komitmen kehadiran di layanan pendidikan dan kesehatan, mengawal penyaluran bantuan, melakukan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2), melakukan penanganan pengaduan, membuat laporan serta menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan PKH di lapangan. Pendampingan komponen kesehatan dan pendidikan, dilakukan dengan ketentuan berikut: 1. Pendamping PKH berkewajiban mengadakan pertemuan kelompok bulanan dengan peserta PKH dampingannya. 2. Pendamping PKH berkewajiban memastikan bantuan komponen kesehatan dan pendidikan sampai kepada sasaran. 28 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

41 Pendampingan komponen kesejahteraan sosial untuk lansia dan PDB, dilakukan dengan ketentuan berikut: 1. Pendampingan komponen lansia dilaksanakan oleh Pendamping Lansia Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 2. Pendampingan PDB dilaksanakan oleh Pendamping Penyandang Disabilitas Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabiltas. 3. Pendamping PKH berkewajiban memastikan bantuan komponen lansia dan PDB sampai kepada sasaran. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

42 30 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

43 BAB III PELAKSANAAN PKH Bab ini menjelaskan seluruh proses utama dalam implementasi Program Keluarga Harapan (PKH). Proses utama Pelaksanaan PKH dapat dilihat pada gambar di bawah ini. A. Penetapan Sasaran (Targeting) Gambar 11. Alur Pelaksanaan PKH Penetapan sasaran (targeting) dilakukan dalam rangka perluasan jangkauan penerima manfaat PKH. Sumber data penetapan sasaran berasal dari TerpaduProgram Penanganan Fakir Miskin sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 10/HUK/2016 tanggal 3 Mei 2016 tentang Mekanisme Penggunaan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin. 1. Penyiapan Data dan Penetapan Sasaran a. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga melakukan penelusuran Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

44 data KKS per kecamatan untuk dijadikan penetapan kuota calon penerima PKH yang akan divalidasi. b. Penetapan kuota dihitung berdasarkan proporsi jumlah KKS per kecamatan dikalikan jumlah target PKH tahun berjalan dibagi jumlah KKS secara nasional. c. Data dimaksud adalah data KKS yang memiliki kelengkapan komponen PKH berupa kepala keluarga dan anggota keluarga. 2. Penetapan Data Awal Validasi Data Peserta PKH diperoleh dari Basis Data Terpadu (BDT) yang diolah berdasarkan ranking kemiskinan terendah (sekitar 11% dari Keluarga Miskin). Adapun alur penetapan data adalah sebagai berikut: a. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga mengirimkan data calon penerima PKH kepada Pemerintah Daerah cq. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/ Kota. b. Pemerintah Daerah cq. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota melakukan pemilahan data yang sudah dan belum menjadi peserta PKH. c. Dalam hal Pemerintah Daerah memiliki data baru di luar data yang dikriim oleh Pusat, maka Pemerintah Daerah dapat mengusulkan data tersebut untuk dijadikan data awal validasi untuk kemudian dilakukan pemadanan dengan data BDT oleh Kementerian Sosial RI sesuai kuota. d. Hasil pemilihan data pada butir b dan usulan data pada butir c dikirimkan ke Direktorat Jaminan Sosial Keluarga sebagai data awal validasi PKH sesuai kuota yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial disertai Berita Acara Penetapan yang disahkan oleh Pemerintah Daerah cq. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota. 32 e. Pengusulan data oleh Pemerintah Daerah akan dijadikan sebagai data awal pelaksanaan validasi tahun berjalan. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

45 f. Peserta PKH ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI tentang Penetapan Lokasi PKH. Hasil penetapan sasaran berupa Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI tentang Penetapan Lokasi PKH Tahun berjalan.alur penentuan sasaran itu bisa dilihat dari bagan-bagan berikut ini.penetapan sasaran (targeting) dilakukan dalam rangka perluasan wilayah jangkauan. B. Persiapan Daerah Menindaklanjuti penetapan lokasi PKH di masing-masing daerah, maka daerah perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pembentukan Tim koordinasi PKH di Kabupaten/Kota dengan berkoordinasi dengan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). 2. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota menyediakan infrastruktur terkait untuk mendukung pelaksanaan PKH Kabupaten/Kota. 3. Kantor Kecamatan menyediakan infrastruktur terkait untuk mendukung pelaksanaan PKH di Kecamatan. 4. Melakukan sosialisasi, meliputi: 1) Sosialisasi kepada timkoordinasi Kabupaten/Kota, 2) Sosialisasi kepada aparat pemerintah di tingkat kecamatan dan kelurahan, 3) Sosialisasi kepada masyarakat. C. Pertemuan Awal dan Validasi 1. Proses Persiapan Pertemual Awal dan Validasi Setelah proses penetapan sasaran (targeting), Direktorat Jaminan Sosial Keluarga melakukan validasi calon peserta PKH. Tahapan proses validasi, meliputi: a. Pengiriman Data Calon Peserta PKH Direktorat Jaminan Sosial Keluarga melakukan pengiriman data KM calon peserta PKH ke Pelaksana PKH Kabupaten/Kota untuk Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

46 34 keperluan validasi (pencocokkan data). Data ini mencakup seluruh anggota KM yang berhak menerima bantuan program PKH di Kabupaten/Kota yang menjadi wilayah PKH. b. Persiapan Pertemuan Awal (PA) Setelah menerima data calon peserta PKH, Pelaksana PKH Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan pendamping dan operator untuk menetapkan pembagian jumlah calon peserta PKH berdasarkan wilayah kerja pendamping. Kemudian melakukan pencetakan formulir validasi dan Surat Undangan Pertemuan Awal (SUPA). SUPA yang telah tercetak dikirimkan kepada calon peserta PKH sesuai nama dan alamat yang telah tercantum. c. Pertemuan Awal dan Validasi Sebelum pelaksanaan PA, Pendamping harus berkoordinasi dengan aparat Kecamatan dan Kelurahan/Desa setempat. Tujuan pertemuan awal adalah: 1) Menginformasikan tujuan dan ketentuan PKH 2) Melakukan sosialisasi program dan validasi data KM dengan syarat kepesertaan PKH 3) Menjelaskan komitmen yang harus dilakukan oleh peserta PKH untuk dapat menerima bantuan 4) Menjelaskan sanksi dan implikasi apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program 5) Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas pelaksanaan PKH 6) Meminta KM menandatangani surat pernyataan yang tertera di dalam surat undangan pertemuan awal sebagai tanda kesediaan mengikuti komitmen yang ditetapkan dalam program 7) Menjelaskan hak dan kewajiban ibu peserta PKH 8) Menerimapengaduan 9) Penjelasan tentang jadwal penyaluran bantuan PKH 10) Penjelasan jadwal kunjungan ke fasilitas kesehatan (oleh petugas kesehatan) 11) Penjelasan tentang pendaftaran sekolah 12) Penjelasan tentang pelayanan kesejahteraan bagi penyandang disabilitas dan lansia Apabila terdapat KM yang menerima SUPA namun tidak hadir, maka pendamping berkewajiban mendatangi rumah KM tersebut setelah pertemuan awal dan melakukan proses sebagaimana di atas. Penjelasan lebih lanjut tentang pertemuanawal dijelaskan dalam buku Pedoman Operasional Validasi. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

47 2. Penetapan Peserta Setelah Pertemuan Awal dan Validasi, Pendamping melakukan entry data menggunakan aplikasi SIM PKH Hybrid. Selanjutnya data hasil entry diunduh (download) dan diserahkan ke Operator Instansi Sosial Kabupaten/Kota untuk diunggah (upload) ke SIM PKH Nasional. Dan kemudian Direktorat Jaminan Sosial Keluargamengolah data hasil validasi dan menentukan Daftar Tetap Peserta PKH untuk mendapatkan bantuan PKH. Seluruh data peserta PKH yang telah ditetapkan akan menjadi Data Dasar Database tersebut kemudian dikirim Direktorat Jaminan Sosial Keluarga ke Mitra Kerja/Vendor untuk selanjutnya dicetak Kartu Peserta PKH. Dalam hal karena keterbatasan waktu pencetakan kartu, maka pelaksanaannya akan dimasukkan kedalam tahun berikutnya. Kartu ini sebagai bukti kepesertaan dalam PKH dan nama yang tercantum dalam kartu tersebut adalah nama ibu/wanita yang mengurus anak. Kartu Peserta PKH dikirimkan ke Instansi Sosial Kabupaten/Kota untuk selanjutnya didistribusikan oleh pendamping kepada Peserta PKH. 3. Usulan Proposal Daerah Daerah yang akan menjadi pelaksana PKH diharuskan membuat usulan berupa proposal yang memuat hal-hal sebagai berikut: a. Ketersediaan fasilitas pendidikan (fasdik) dan fasilitas kesehatan (faskes) yang memadai untuk mendukung program PKH. b. Penyediaan fasilitas sekretariat Pelaksana PKH Kabupaten/Kota. c. Penyediaan fasilitas sekretariat untuk Pendamping PKH di Kecamatan. d. Penyediaan alokasi dana penyertaan PKH melalui APBD I dan II minimal sebesar 5% dihitung dari total bantuan yang diterima peserta PKH baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota. 4. Penetapan Lokasi Penetapan lokasi Kabupaten/Kota berdasarkan proposal daerah dan ketersediaan data awal. Penetapan lokasi pelaksana PKH dilakukan melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

48 Setelah penetapan sasaran (targeting) selesai, Pelaksana PKH Pusat melakukan validasi calon peserta PKH. Pertemuan awal adalah kegiatan sosialisasi tentang program kepada calon peserta PKH. Sedangkan validasi adalah kegiatan mencocokkan data awal hasil pendataan PPLS dengan kondisi terkini calon peserta PKH. Tujuan validasi calon peserta PKH dalam rangka memperoleh peserta PKH yang valid dan memenuhi kriteria (eligible) sesuai syarat kepesertaan PKH. Mekanisme pertemuan awal dan validasi dijelaskan lebih rinci pada buku pedoman operasional pertemuan awal dan validasi. Gambar 12. Persiapan Pertemuan Awal Gambar 13. Pelaksanaan Pertemuan Awal 36 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

49 D. Penyaluran Bantuan Penyaluran bantuan diberikan kepada peserta PKH berdasarkan komponen kepesertaan PKH. Penyaluran bantuan bagi peserta yang telah ditetapkan pada tahun anggaran sebelumnya dilaksanakan empat tahap dalam satu tahun, sedangkan untukkepesertaan yang ditetapkan pada tahun berjalan, penyalurannya dilaksanakan dalam satu tahap. Penyaluran bantuan PKH dilakukan tunai dan non tunai oleh lembaga bayar. Bantuan PKH diberikan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Bantuan tetap diberikan per tahun. 2. Bantuan diberikan kepada penerima manfaat maksimal tiga anggota keluarga yang memenuhi kriteria kepesertaan PKH. 3. Jika dalam satu keluarga terdapat lebih dari tiga anggota keluarga yang memenuhi kriteria kepesertaan PKH, maka bantuan diberikan berdasarkan nilai nominal bantuan terbesar. 4. Kehamilan keempat dan berikutnya tidak dihitung sebagai komponen penerima bantuan. Jadwal dan pelaksanaan penyaluran bantuan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada tahun berjalan serta disesuaikan dengan kebijakan yang dibuat untuk memperlancar pelaksanaan penyaluran bantuan. Mekanisme dan prosedur pelaksanaan penyaluran bantuan PKH dapat dilihat pada buku pedoman operasional penyaluran bantuan. E. Pembentukan Kelompok Peserta PKH Setelah penyaluran bantuan pertama dilakukan, setiap pendamping menetapkan dan melakukan pertemuan kelompok peserta PKH minimal dilaksanakan setiap bulan sekali. Setiap kelompok berjumlah antara KM dan menunjuk/menetapkan ketua kelompok, yang berfungsi sebagai contact person bagipendamping untuk persiapan pelaksanaan kegiatan, seperti kegiatan sosialisasi, pelatihan, penyuluhan, penyelesaian masalah, sesi pemberdayaan keluarga (P2K2- FDS), dan sebagainya. Ketua kelompok dipilih secara terbuka untuk menjaring kandidat yang secara sukarela memiliki komitmen tinggi (tanpa gaji atau honor) untuk mensukseskan pelaksanaan PKH. Ketua kelompok terpilih tidak Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

50 diperkenankan memungut bayaran apapun dari peserta PKH, tetapi dapat mengikuti kegiatan seperti mengikuti sosialisasi, pelatihan, penyuluhan dan sebagainya yang dilaksanakan oleh program. Mekanisme pembentukan kelompok dijelaskan lebih rinci pada Pedoman Operasional Kelembagaan PKH. F. Verifikasi Komitmen Verifikasi komitmen peserta PKH pada prinsipnya dilakukan terhadap pendaftaran (enrollment) dan kehadiran (attendance) anak baik di sekolah untuk komponen pendidikan maupun Puskesmas dan jaringannya untuk komponen kesehatan. Kepada pihak pelaksana pelayanan pendidikan, baik sekolah/madrasah/ penyelenggara Paket A/B/C sangat diharapkan peran aktifnya untuk dapat menarik kembali anak-anak KM, khususnya yang belum menyelesaikan pendidikan dasar namun telah meninggalkan bangku sekolah atau bekerja, untuk kembali ke sekolah. Verifikasi anggota keluarga peserta PKH penyandang disabilitas hanya diberlakukan pemeriksaan satu kali dalam setahun. Mekanisme verifikasi komitmen dijelaskan lebih rinci pada Pedoman Operasional verifikasi komitmen. Gambar 14. Pelaksanaan Verifikasi Komitmen 38 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

51 G. Penangguhan dan Pembatalan 1. Bantuan tidak dibayarkan bila peserta PKH tidak memenuhi komitmen yang telah ditentukan untuk 1 kali siklus penyaluran bantuan (3 bulan berturut-turut), namun masih tercatat sebagai peserta PKH. 2. Kepesertaan PKH akan dikeluarkan bila peserta PKH tidak memenuhi komitmen verifikasi yang telah ditentukan untuk 2 kali siklus penyaluran bantuan (6 bulan berturut-turut) melalui investigasi dalam monitoring dan evaluasi kegiatan. 3. Dalam 3 kali siklus penyaluran bantuan berturut- turut (9 bulan) peserta PKH tidak mengambil bantuan, maka dikeluarkan dari kepesertaan PKH melalui investigasi dalam monitoring dan evaluasi kegiatan 4. KM terbukti tidak memenuhi kriteria sebagai peserta PKH, maka dikeluarkan dari kepesertaan PKH. 5. Peserta PKH yang telah dikeluarkan kepesertaannya, tidak dapat diajukan kembali sebagai Peserta PKH. 6. Penangguhan program bagi pemerintah Kabupaten/Kota dapat terjadi apabila pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan tidak melaksanakan komitmennya yaitu menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan sebagaimana telah ditetapkan pada saat awal pelaksanaan program melalui proses berikut: a. Terdapat pengaduan terkait pelayanan pendidikan dan kesehatan, seperti ketidak-tersediaan guru, tenaga kesehatan, dan vaksin, hingga melebihi 20% dari total jumlah peserta PKH di Kabupaten/Kota tersebut dalam waktu 4 bulan berturut-turut; b. Dalam 3 (tiga) bulan, belum ada penyelesaian terhadap indikasi permasalahan penyediaan pelayanan kesehatan dan pendidikan; c. Kabupaten/Kota menyatakan keluar dari program. H. Pemutakhiran Data Pemutakhiran data adalah perubahan sebagian atau seluruh data awal yang tercatat pada Master Database. Beberapa contoh perubahan informasi dari KM sebagai berikut: 1. Perubahan tempat tinggal, 2. Kelahiran anggota keluarga, Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

52 3. Penarikan anak-anak dari program (kematian, keluar/pindah sekolah, dan sebagainya), 4. Masuknya anak-anak baru ke sekolah, 5. Ibu hamil, 6. Perbaikan nama atau dokumen-dokumen, 7. Perubahan nama ibu/perempuan penerima PKH (menikah/cerai, meninggal, pindah/bekerja di luar domisili), 8. Perubahan fasilitas kesehatan yang diakses, 9. Perubahan variabel sinergitas program. Pemutakhiran data dilakukan oleh Pendamping PKH setiapada perubahan. Pendamping PKH beker-jasama dengan ketua kelompok PKH untuk memeriksa perubahan data terkait. Mekanisme pemutakhiran data dijelaskan lebih rinci pada Pedoman Operasional Pemutahiran Data. I. Pengaduan Mengingat pelaksanaan suatu program tidak selalu dapat diharapkan berjalan sempurna, maka Pelaksana PKH Pusat, Pelaksana PKH Provinsi dan Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dibentuk layanan Sistem Pengaduan Masyarakat (SPM) PKH. SPM PKH berfungsi memfasilitasi segala jenis pengaduan terkait dengan pelaksanaan PKH dan penyelesaiannya secara berjenjang. Selain itu, SPM PKH juga berfungsi sebagai feedback atas pelaksanaan PKH, sebagai salah satu mekanisme monitoring dan evaluasi implementasi program.mekanisme pengaduan dijelaskan lebih rinci pada Pedoman Operasional SPM PKH. Gambar 15. Mekanisme pengaduan 40 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

53 Pengaduan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Pengaduan dapat dilakukan oleh peserta PKH maupun bukan peserta PKH 2. Pengaduan berupa ketidaksesuaian pelaksanaan PKH di lapangan 3. Pendamping PKH membantu pengadu untuk mengisi formulir pengaduan dan menyampaikan ke Pelaksana PKH Pusat 4. Pendamping PKH berkewajiban memberi informasi pihak yang bisa dihubungi oleh pelapor untuk mengetahui perkembangan pengaduan 5. Ketua pelaksana PKH Kabupaten/Kota memeriksa dan mengumpulkan laporan dari Kecamatan tempat kejadian perkara dan melaporkan ke Pelaksana PKH Pusat. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

54 42 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

55 BAB IV KELEMBAGAAN PKH Kelembagaan PKH terdiri dari Tim Koordinasi Teknis serta Pelaksana Program Keluarga Harapan (Pelaksana PKH) yang dibentuk di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan. A. Pelaksana Program di Pusat 1. Tim Koordinasi Nasional Pengarah : Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Ketua : Menteri Sosial Tim Koordinasi Nasional berada pada tingkat pengembangan kebijakan dan sebagai perumus dalam melakanakan PKH dalam masingmasing kementerian.tim Koordinasi Nasional melakukan kajian pelaksanaan, mekanisme yang sedang berjalan, hasil audit dan evaluasi, dan memberikan solusi atas permasalahan lintas sektor yang teridentifikasi serta berperan kunci dalam menyetujui perubahan pelaksanaan program. Tim Koordinasi Nasional beranggotakan pejabat Eselon 1 yang membidangi urusan pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, anak, keluarga, disabilitas, lanjut usia, data, komunikasi dan informasi di kementerian: a. Kementerian Sosial b. Kementerian Kesehatan c. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan d. Kementerian Agama e. Kementerian Komunikasi dan Informatika f. Kementerian Keuangan g. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi h. Kementerian Dalam Negeri i. Kementerian PPN/Bappenas j. Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal k. Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak l. Badan Pusat Statistik Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

56 2. Tim Koordinasi Teknis Pengarah : Menteri Sosial Ketua : Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Sekretaris : Direktur Jaminan Sosial Keluarga Secara umum, Tim Koordinasi Teknis Pusat bertugas menerjemahkan kebijakan tim Koordinasi Nasional dan mendorong kegiatan operasional PKH. Tim ini juga merupakan jembatan antara Tim Koordinasi Nasional, Pelaksana PKH Pusat, dan jaringan yang ada di bawahnya. a. Tugas pokok dan fungsi Mengkaji berbagai rencana operasional yang disiapkan oleh Pelaksana PKH Pusat, mengkoordinasikan berbagai kegiatan sektoral terkait agar tujuan dan fungsi program dapat berjalan baik, membentuk Tim Lintas Sektor yang bertugas untuk menentukan peserta PKH, memonitor perkembangan pelaksanaan program. b. Susunan keanggotaan Anggota Tim Koordinasi Teknis terdiri dari pejabat Eselon 2 yang membidangi urusan pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, anak, keluarga, fakir miskin, disabilitas, lanjut usia, data, komunikasi informasi, publikasi, kerjasama, kelembagaan, perencanaan, keuangan dan audit. 3. Pelaksana PKH Pelaksana Program Keluarga Harapan adalah Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Sosial No. 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial bagian keenam pasal 175 disebutkan bahwa Direktorat Jaminan Sosial Keluarga menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang validasi dan terminasi, bantuan sosial, kepesertaan, dan sumber daya jaminan sosial keluarga; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang seleksi dan verifikasi, kemitraan, penyaluran bantuan, serta pendampingan jaminan sosial keluarga; 44 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

57 c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan criteria di bidang validasi dan terminasi, bantuan sosial, kepesertaan, serta sumber daya jaminan sosial keluarga; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang validasi dan terminasi, bantuan sosial, kepesertaan, dan sumber daya jaminan sosial keluarga; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang validasi dan terminasi, bantuan sosial, kepesertaan, dan sumber daya jaminan sosial keluarga. Personil pelaksana Program Keluarga Harapan di Pusat terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Iingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dan pegawai non PNS dengan Ikatan Perjanjian Kerja dengan Waktu Tertentu (IPKWT) yang terdiri atas Tenaga Ahli dan Tenaga Operator. Tenaga Ahli dalam Direktorat Jaminan Sosial Keluarga bertugas membantu Direktur dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaliasi PKH agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan program. B. Pelaksana PKH Daerah Pelaksana PKH Daerah adalah Dinas/Instansi Sosial yang membidangi urusan perlindungan dan jaminan sosial. Personil pelaksana Program Keluarga Harapan di daerah terdiri atas Pegawai Negeri Sipil di Dinas/Instansi Sosial dan tenaga pelaksana dengan Ikatan Perjanjian Kerja dengan Waktu Tertentu (IPKWT) yang terdiri atas Koordinator Wilayah Provinsi, Supervisor Kabupaten/Kota, Pendamping dan Operator. Kelembagaan PKH daerah terdiri dari: (i) Tim Koordinasi Teknis ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan, (ii) Pelaksana Program Keluarga Harapan ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan. 1. Tim Koordinasi Teknis PKH Daerah a. Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi 1) Tujuan pembentukan Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi adalah untuk memantau semua kegiatan PKH di wilayah Provinsi serta untuk memastikan komitmen daerah terkait dengan PKH terpenuhi. 2) Tugas dan Tanggung Jawab a) Koordinasi persiapan provinsi untuk mendukung Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

58 pelaksanaan PKH. b) Koordinasi rutin terhadap partisipasi provinsidan Kabupaten/Kota terkait dalam pelaksanaan PKH. 3) Susunan Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi terdiri atas: a) Gubernur sebagai Pembina b) Sekretaris Daerah Provinsi selaku Ketua Tim Pengarah c) Kepala Bappeda Provinsi selaku Ketua Tim Koordinasi Teknis d) Kepala Dinas/Instansi Sosial selaku Sekretaris e) Anggota Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi: (1) Kepala Dinas/Instansi Pendidikan (2) Kepala Dinas/Instansi Kesehatan (3) Kepala BPS Provinsi (4) Kepala BPS Provinsi (5) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (6) Kepala Dinas/Instansi Komunikasi dan Informatika (7) Kepala Dinas/Instansi Tenaga Kerja (8) Kepala Dinas/Instansi Kependudukan dan Catatan Sipil (9) Lembaga lain yang dianggap sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah b. Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota 1) Susunan Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota terdiri atas: a) Bupati selaku Pembina b) Sekretaris Daerah Kabupaten/ Kota, selaku Ketua tim pengarah c) Kepala Bappeda Kabupaten/ Kota, selaku Ketua Tim Koordinasi Teknis d) Kepala Dinas/Instansi Sosial, selaku Sekretaris e) Anggota Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota: (1) Kepala Dinas/Instansi Pendidikan (2) Kepala Dinas/Instansi Kesehatan (3) Kepala BPS Kabupaten/ Kota (4) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (5) Kepala Dinas/Instansi Komunikasi dan Informatika (6) Kepala Dinas/Instansi Tenagakerja (7) Kepala Dinas/Instansi Kependudukan dan Catatan Sipil (8) Lembaga lain yang dianggap sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah. 46 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

59 2) Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota dibentuk untuk memastikan persiapan dan pemenuhan tanggung jawab Kabupaten/Kota terhadap pelaksanaan PKH. Tim koordinasi ini akan menjadi saluran utama informasi program ke berbagai pihak terkait pada Kabupaten/Kota agar semua pihak bisa merespon dalam waktu yang singkat jika diperlukan. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota diperlukan untuk mendorong partisipasi pemberi pelayanan dan menyelesaikan masalah pengadaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terkait dengan program. 3) Tugas dan tanggungjawab Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota, secara umum, terdiri atas: a) Koordinasi persiapan Kabupaten/Kota untuk mendukung pelaksanaan PKH. b) Koordinasi rutin terhadap partisipasi Kabupaten/Kota terkait dalam pelaksanaan PKH. Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota, secara lebih rinci dijelaskan dalam Pedoman Operasional Kelembagaan PKH. c. Tim Koordinasi PKH Kecamatan 1) Susunan Tim Koordinasi Teknis PKH Kecamatan: a) Kepala Bappeda selaku Pembina b) Kepala Dinas Sosial, selaku ketua tim pengarah c) Camat, selaku Ketua Tim Teknis d) Koordinator Pendamping, selaku Sekretaris e) Anggota Tim Koordinasi Teknis PKH Kecamatan: (1) Kepala UPT Pendidikan SD/sederajat dan SMP/sederajat (2) Kepala UPT Kesehatan (3) Pendamping PKH (4) Kepala Desa/Lurah lokasi PKH (5) Lembaga lain yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Kecamatan 2) Tim Koordinasi Teknis PKH Kecamatan dibentuk untuk memastikan persiapandan pemenuhan tanggung jawab Kecamatan terhadap pelaksanaan PKH. Tim koordinasi akan menjadi saluran utama informasi program keberbagai pihak terkait pada Kecamatan agar semua pihak bisa merespon dalam waktu yang singkat jika diperlukan. Tim Koordinasi Kecamatan diperlukan untuk mendorong Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

60 partisipasi pemberi pelayanan dan menyelesaikan masalah pengadaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terkait dengan program. 3) Tugas dan tanggungjawab Tim Koordinasi Teknis PKH Kecamatan: a) Koordinasi persiapan Kecamatan untuk mendukung pelaksanaan PKH. b) Koordinasi rutin terhadap partisipasi Kecamatan terkait dalam pelaksanaan PKH. Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi Teknis PKH Kecamatan, secara lebih rinci dijelaskan dalam Pedoman Operasional Kelembagaan PKH. 2. Pelaksana PKH Daerah Pelaksana PKH dibentuk di setiap Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan di mana PKH dilaksanakan. Pelaksana PKH Daerah merupakan kunci untuk menyukseskan pelaksanaan PKH dan akan menjadi saluran informasi terpenting antara Pelaksana PKH daerah dengan Pelaksana PKH Pusat serta Tim Koordinasi Pusat dan daerah. Pelaksana PKH Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan dibentuk dan ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah yang kemudian disampaikan kepada Kementerian Sosial RI (up. Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial). Kebutuhan personel Pelaksana PKH Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan ditetapkan berdasarkan tugas pokok dan tanggungjawabnya. Wilayah kerja personel Pelaksana PKH Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan meliputi seluruh daerah dalam satuan wilayah kerjanya. a. Pelaksana PKH Provinsi Susunan keanggotaan Pelaksana Program Keluarga Harapan Provinsi berjumlah 8 orang berasal dari Dinas Sosial yang terdiri atas: 1) Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial selaku Pengarah2) Kepala Bidang Perlindungan/Jaminan Sosial Dinas 48 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

61 Sosial/Institusi Sosial selaku Ketua Pelaksana PKH Provinsi 3) Kepala Seksi Dinas Sosial/Institusi Sosial selaku sekretaris Pelaksana PKH Provinsi 4) Staf Dinas Sosial berjumlah 5 orang yang bertanggungjawab pada bidang Data Keluarga Miskin, Sistem Pengaduan Masyarakat, Penyaluran bantuan, Verifikasi, dan Monitoring Evaluasi selaku anggota 5) Tenaga Ahli yang bertanggungjawab untuk membantu tugas dan fungsi pelaksana PKH di tingkat Provinsi 6) Supervisi yang bertanggung jawab untuk memantau jalanya bisnis proses PKH dalam Kabuapten / Kota b. Pelaksana PKH Kabupaten/Kota Struktur Pelaksana Program Keluarga Harapan Kabupaten/Kota terdiri dari: 1) Pengarah : Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial 2) Ketua : Kepala Bidang Perlindungan/Jaminan Sosial 3) Sekretaris : Kepala Seksi Bidang Sosial 4) Koordinator Kabupaten/Kota 5) Pendamping dan Operator Dengan tugas pokok dan fungsi: 1) Bertanggung jawab dalam berbagai penyediaan informasi dan sosialisasi PKH di Kabupaten/Kota. 2) Melakukan supervisi, pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan PKH di tingkat Kabupaten/Kota. 3) Melaporkan secara berkala capaian pelaksanaan PKH ditingkat Kabupaten/Kota kepada Pelaksana PKH Provinsi dan Pelaksana PKH Pusat. 4) Membantu menyelesaikan masalah yang timbul selama pelaksanaan PKH dilapangan. c. Pelaksana PKH Kecamatan Pelaksana PKH Kecamatan dibentuk di setiap kecamatan yang terdapat peserta PKH. Pelaksana PKH Kecamatan merupakan ujung tombak PKH karena unit ini akan berhubungan langsung dengan peserta PKH. Personil Pelaksana PKH Kecamatan terdiri dari Pendamping PKH. Jumlah Pendamping disesuaikan dengan Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

62 jumlah peserta PKH yang terdaftar di Kecamatan. Rasio dampingan untuk satu orang Pendamping adalah 1 berbanding 200 hingga 250 KM peserta PKH. Rasio ini dapat pula disesuaikan dengan kondisi daerah terkait geografis, topografis, maupun iklim di lokasi pelaksana PKH. Khusus untuk daerah kepulauan atau daerah yang sulit dijangkau rasio pendamping dan KM bisa lebih kecil dari ketentuan di atas. Pendamping dan Koordinator Pendamping yang ditunjuk akan ditetapkan oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial RI. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, Pelaksana PKH Kecamatan bertanggung jawab kepada Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dan berkoordinasi dengan Camat.Tugas dan tanggungjawab Pendamping PKH atau Pelaksana PKH Kecamatan secara umum adalah melaksanakan tugas pendampingan kepada KM peserta PKH. Wilayah kerjanya meliputi seluruh desa/kelurahan dalam satuan wilayah kerja di Kecamatan dan lebih rinci dijelaskan dalam Pedoman Operasional Kelembagaan dan SDM PKH.Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Pelaksana PKH Kecamatan bertanggung jawab kepada Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dan berkoordinasi dengan Camat setempat. Pelaksana PKH di tingkat kecamatan adalah seksi yang membidangi kesejahteraan sosial, bantuan sosial, perlindungan sosial dan atau jaminan sosial. Jika dalam satu wilayah Kecamatan terdapat lebih dari dua Pendamping, maka wajib ditunjuk salah seorang dari Pendamping untuk menjadi Koordinator Pendamping tingkat Kecamatan.Di masa yang akan datang, jika diperlukan dalam pelaksanaan PKH di daerah dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). 50 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

63 BAB V REKRUTMEN, BIMTEK, WORKSHOP, RAKOR, DAN PEMANTAPAN A. Rekrutmen dan Seleksi 1. Pengertian a. Tujuan Tersedianya SDM Pelaksana PKH baik di Pusat maupun di Kabupaten/Kota yang profesional dan memiliki kemampuan serta kualitas memadai baik pengetahuan, sikap maupun ketrampilan yang terstandar termasuk komitmen, dedikasi dan integritas sesuai bidang tugasnya. b. Kebutuhan Rekrutmen Kebutuhan rekrutmen SDM Pelaksana PKH terdiri dari : 1) Tenaga Ahli PKH Pusat 2) Koordinator Wilayah tingkat provinsi 3) Koordinator Kabupaten/Kota 4) Pendamping dan Operator c. Tahap Rekrutmen dan Seleksi 1) Persiapan Rekrutmen 2) Pengumuman penerimaan melalui sistem online dan offline 3) Seleksi Administrasi 4) Pengumuman lulus administrasi 5) Pelaksanaan tes kompetensi, meliputi: a) Tes psikologi b) Tes tertulis pengetahuan tentang program perlindungan dan jaminan sosial c) Tes praktik komputer (untuk seleksi Operator) d) Interview dan Diskusi Kelompok Terarah (untuk seleksi Koordinator Kab./Kota, Korwil dan Tenaga Ahli) d. Peserta/Pendaftar Peserta adalah warga negara Indonesia yang telah mendaftar dan lulus syarat admistrasi. B. Pendidikan dan Pelatihan 1. Training of Trainer (TOT) a. Tujuan Diperolehnya SDM Pelatih untuk pelaksanaan Diklat Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

64 Pendamping dan Operator PKH yang mempunyai pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan profesionalitas sebagai tenaga pelatih. b. Peserta 1) PNS non fungsional di lingkungan Kementerian Sosial 2) Widyaiswara Pusdiklat dan Balai Diktat Kesoas 3) Dosen STKS 4) Tenaga Ahli/Pelaksana PKH Pusat c. Pelatih/Narasumber 1) Pejabat struktural di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga 2) Tenaga Ahli PKH Pusat 3) Pusdiklat Kesos Kementerian Sosial 4) Tenaga Pelaksana PKH Pusat 5) Praktisi PKH d. Bentuk Kegiatan 1) Dinamika Kelompok 2) Paparan materi oleh Pelatih/Narasumber 3) Diskusi kelompok 4) Bermain peran/role-play 5) Simulasi 6) Rekomendasi 7) Praktek belajar lapangan 8) Tindak lanjut 2. Diklat Pendamping PKH a. Tujuan Diperolehnya SDM yang mempunyai pengetahuan, kemampuan,ketrampilan dan profesionalitas sebagai Pendamping PKH b. Peserta Pendamping yang telah dinyatakan lulus pada seleksi penerimaan Pendamping PKH c. Pelatih/Narasumber 1) Pejabat struktural di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga 2) Tenaga Ahli Pelaksana PKH Pusat 3) Pusdiklat Kesos, Kementerian Sosial 4) Praktisi PKH d. Bentuk Kegiatan 1) Dinamika Kelompok 2) Paparan materi oleh Pelatih/Narasumber 52 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

65 3) Diskusi Kelompok 4) Bermain peran/role-play 5) Simulasi 6) Rekomendasi 7) Praktek Belajar Lapangan 8) Tindak Lanjut 3. Diklat Operator PKH a. Tujuan Diperolehnya SDM yang mempunyai pengetahuan, kemampuan,keterampilan dan profesionalitas sebagai operator PKH b. Peserta Operator yang telah dinyatakan lulus pada seleksi penerimaan operator. c. Pelatih/Narasumber 1) Pejabat struktural di Iingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga 2) Tenaga Pelaksana PKH Pusat 3) Pusdiklat Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial 4) Praktisi d. Bentuk Kegiatan 1) Dinamika Kelompok 2) Penyajian Materi Pelatihan Operator 3) Diskusi Kelompok 4) Simulasi/praktek operasional Aplikasi SIM PKH 5) Praktek Belajar Lapangan 6) Tindak Lanjut C. Workshop 1. Tujuan Memberikan bekal kepada SDM pelaksana PKH terkait dengan kebijakan PKH, cakupan tugas, koordinasi, penyelesaian masalah dan solusi. 2. Peserta a. Tenaga Ahli PKH b. Koordinator Wilayah c. Koordinator Kabupaten/Kota 3. Bentuk Kegiatan a. Penyajian Materi oleh Narasumber b. Diskusi Kelompok c. Pleno hasil diskusi kelompok Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

66 d. Pembuatan rekomendasi e. Tindak Lanjut 4. Narasumber berasal dari Pusat D. Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis Reguler a. Tujuan Diperolehnya SDM yang mempunyai pengetahuan, kemampuan teknis, pemahaman terhadap peran, tugas dan fungsidalam pendampingan PKHdi lapangan. b. Peserta 1) Pelaksana PKH daerah 2) Pendamping dan Operator 3) Mitra Kerja PKH c. Narasumber 1) Pejabat struktural di lingkungan DirektoratJaminan Sosial Keluarga 2) Tenaga Ahli/Praktisi PKH 3) Narasumber Provinsi dan Kabupaten/Kota d. Bentuk Kegiatan 1) Penyajian materi pelaksanaan PKH di Provinsi/Kabupaten/Kota 2) Penyajian materi pengetahuan PKH, dukungan serta peran, tugas dan fungsi mitra kerja 3) Diskusi dan tanya jawab 4) Simulasi dan praktik 5) Tindak lanjut. 2. Bimbingan Teknis Khusus a. Tujuan 1) Mempersiapkan pelaksanaan PKH untuk lokasi baru 2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan tertentu bagi pelaksana dan mitra kerja PKH 3) Sosialisasi PKH, peran, tugas dan fungsi mitra kerja untuk memberikan dukungan dan partisipasi terhadap PKH. b. Peserta 1) Pendamping dan Operator PKH 2) Mitra kerja PKH c. Narasumber 1) Pejabat struktural di lingkungan DirektoratJaminan Sosial Keluarga Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

67 2) Tenaga Ahli/Praktisi PKH 3) Narasumber Daerah d. Bentuk Kegiatan 1) Penyajian materi Kesiapan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan PKH 2) Penyajian materi oleh Pelatih/Narasumber Pusat tentang Kebiajakan dan Mekanisme PKH, Pertemuan Awal dan Validasi serta Praktek operasional Aplikasi SIM PKH. 3) Penyajian materi oleh Mitra Kerja dalam pelaksanaan PKH 4) Praktek Belajar Lapangan Catatan : Penjelasan lengkap dapat dilihat pada Buku Pedoman Bimbingan Teknis PKH E. Rapat Koordinasi (Rakor) PKH 1. Rakor PKH Tingkat Pusat a. Tujuan 1) Terinformasikannya kebijakan terkini dalam pelaksanaan PKH 2) Teridentifikasi permasalahan pelaksanaan PKH serta solusi pemecahannya 3) Komitmen Kementerian/Lembaga terkait dalam pelaksanaan PKH yang optimal b. Peserta 1) Kementerian Sosial 2) Kementerian Bppenas 3) Kementerian Pendidikan 4) Kementerian Kesehtan 5) Kementerian Agama 6) Badan Pusat Statistik Pusat 7) BPJS Kesehatan 8) Tenaga Ahli PKH 9) Koordinator Wilayah PKH tingkat Provinsi c. Narasumber 1) Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial 2) Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan 3) Direktur Jaminan Sosial 4) Deputi Kementerian Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil Menengah 5) Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

68 6) Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak 7) Kepala BPJS Kesehatan 8) Deputi BPS Bidang Statistik Sosial d. Bentuk Kegiatan 1) Paparan Narasumber dan Tanya Jawab 2) Rekomendasi dan Tindak Lanjut 2. Rapat Koordinasi PKH Tingkat Nasional (Rakornas) a. Tujuan 1) Tersosialisasikannya PKH untuk Kabupaten/Kota Lokasi Baru 2) Memantapkan persiapan Pelaksanaan PKH untuk Kabupaten/Kota Lokasi Baru 3) Terinformasikannya Kebijakan Terkini Dalam Pelaksanaan PKH 4) Terinformasikannya Kebijakan Lintas Sektor Kementerian/ Lembaga Terkait 5) Memantapkan sinergitas dan dukungan pelaksanaan PKH 6) Terpecahkannya permasalahan pelaksanaan PKH b. Peserta 1) Pusat (Kementerian/Lembaga Terkait, Pelaksana PKH Pusat ) 2) Provinsi (BAPPEDA, Dinas/Institusi Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas/Institusi Pendidikan, Kanwil Kementerian Agama) 3) Kabupaten/Kota (BAPPEDA, Dinas/Institusi Sosial) 4) Nominator/Pemenang PKH Award (BAPPEDA, Dinas/Institusi Sosial) 5) Narasumber 6) Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial 7) Direktur Jaminan Sosial 8) Deputi Kementerian Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil Menengah 9) Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 10) Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak c. Bentuk Kegiatan 1) PKH Award 2) Paparan Narasumber dan Tanya Jawab 3) Diskusi Kelompok dan Pleno 4) Rekomendasi Rakornas 56 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

69 3. Rakor PKH Tingkat Provinsi a. Tujuan 1) Pemantapan Persiapan Pelaksanakan PKH untuk Kab/Kota Lokasi Baru 2) Dipahaminya Kebijakan Pelaksanaan PKH Terkini 3) Dipahaminya peran, tugas dan fungsi Dinas/Institusi Terkait dalam Pelaksanaan PKH 4) Teridentifikasi Potensi Pendukung dan Masalah Untuk Merumuskan Solusinya 5) Terwujudnya komitmen provinsi dalam pelaksanaan PKH b. Peserta 1) Dinas/Instansi terkait tingkat Provinsi 2) Dinas/Instansi terkait tingkat Kabupaten/Kota 3) Koordinator Wilayah c. Narasumber 1) Narasumber Pusat (Direktorat Jaminan Sosial) 2) Narasumber Provinsi (BAPPEDA, Dinas Sosial) d. Bentuk Kegiatan 1) Paparan Narasumber dan Tanya Jawab 2) Perumusan Kesepakatan Rakor 4. Rakor PKH Tingkat Kabupaten/Kota a. Tujuan 1) Diketahui dan Dipahaminya Program Keluarga Harapan 2) Diketahui dan Dipahaminya Peran, Tugas dan Fungsi Instansinya Masing-Masing 3) Peserta Dapat Mengidentifikasi Potensi dan Masalah serta solusinya 4) Terwujudnya Komitmen Kabupaten/Kota Dalam Pelaksanaan PKH b. Peserta 1) Dinas/Instansi Terkait Tingkat Kabupaten/Kota 2) Mitra Kerja 3) Koordinator Wilayah 4) Koordinator Kabupaten/Kota c. Narasumber 1) Narasumber Pusat 2) Narasumber Provinsi 3) Narasumber Kabupaten/Kota d. Bentuk Kegiatan 1) Paparan Narasumber dan Tanya Jawab 2) Perumusan Hasil Rakor Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

70 F. Pemantapan PKH Catatan : Penjelasan lengkap dapat dilihat pada Buku Pedoman Rakor PKH 1. Pemantapan Korwil dan Koordinator Kabupaten/Kota a. Tujuan Pemberian bekalkepada Koordinator Wilayah dan Koordinator Kabupaten/Kota untuk meningkatkan kemampuan tugas dan fungsi, peningkatan motivasi kerja, peningkatan kinerja dan kapasitas sebagai Kowil dan Korkab/Kota. b. Peserta 1) Koordinator Wilayah 2) Koordinator Kabupaten/Kota c. Narasumber 1) Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial 2) Pejabat Struktural dilingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga 3) Tenaga Ahli PKH d. Bentuk Kegiatan 1) Pengarahan dan paparan narasumber 2) Paparan permasalahan dan solusi 3) Diskusi kelompok dan pleno 4) Rekomendasi dan tindak lanjut 2. Pemantapan Pendamping dan Operator PKH a. Tujuan Pemberian bekalkepada Pendamping dan Operator PKH untukmeningkatkan motivasi kerja,peningkatan kinerja dan kapasitas b. Peserta 1) Pendamping dan Operator PKH untuk kohor terpilih 2) Ketua Pelaksana PKH Provinsi/Kabupaten/Kota merangkap pimpinan rombongan daerahnya c. Narasumber 1) Menteri Sosial RI 2) Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial 3) Direktur Jaminan Sosial 4) Motivator d. Bentuk Kegiatan 1) Pengarahan Pejabat dilingkungan Kementerian Sosial 2) Seminar 58 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

71 3) Diskusi kelompok dan pleno 4) Motivasi dari motivator 5) Pagelaran seni dan budaya 6) Rekomendasi dan Tindak Lanjut G. Sosialisasi PKH Sosialisasi PKH kepada semua pihak, baik langsung maupun tidak langsung merupakan salah satu kunci sukses pelaksanaan PKH. Fokus sosialisasi PKH tidak hanya pada aspek implementasi dan keberhasilan pelaksanaan program PKH, tetapi juga pada aspek pengembangan kebijakan, khususnya dalam membangunan dukungan dan komitmen untuk melembagakan PKH dalam bentuk Sistem Jaminan Sosial. Pelaksanaan sosialisasi PKH dilakukan oleh SDM Pelaksana PKH Pusat, Provinsi dan kab/kota dan dapat melibatkan instansi terkait. H. Sasaran Sosialisasi Secara garis besar, kelompok sasaran sosialisasi PKH meliputi: 1. Tingkat Pusat, adalah para perumus kebijakan dan penentu kebijakan di pusat yang memengaruhi pelaksanaan program PKH, seperti: Tim Pengendali, Tim Pengarah, Tim Teknis Pelaksana PKH Pusat; Instansi lain yang terkait, termasuk seluruh anggota Kabinet, DPR, Media; Kelompok Strategis seperti: LSM, Ormas, Lembaga Donor, Kelompok Profesional dan kelompok lainnya. 2. Tingkat Provinsi, adalah para perumus kebijakan dan penentu kebijakan pada provinsi yang memengaruhi pelaksanaan program PKH seperti: Tim Koordinasi Provinsi, DPRD, Media; Kelompok Strategis seperti: LSM, Ormas, Kelompok Profesional dan kelompok lainnya. 3. Tingkat Kabupaten/Kota, adalah para perumus kebijakan, penentu kebijakan dan pelaksana program pada daerah Kabupaten/Kota yang mempengaruhi pelaksanaan PKH seperti: Tim Koordinasi Kabupaten/ Kota, Pelaksana PKH Kabupaten/Kota, DPRD, Media; Kelompok Strategis seperti: LSM, Ormas, Kelompok Profesional dan kelompok lainnya. 4. Tingkat Kecamatan, adalah para pelaksana program pada daerah kecamatan seperti: Camat, Pelaksana PKH Kecamatan, Organisasi Sosial dan kelompok-kelompok masyarakat setempat. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

72 5. Kelompok Masyarakat a. Peserta PKH, yaitu wanita/ibu dalam keluarga yang menerima bantuan PKH. Untuk itu akan dilakukan sejumlah kegiatan yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku yang mendukung pada peningkatan kualitas keluarga. b. Anak-anak dan kepala keluarga yang menerima bantuan PKH - agar tercipta pemahaman dan kerjasama yang baik sehingga pelaksanaan program PKH dapat berjalan dengan baik. 6. Kelompok Pendukung a. Kelompok Pendukung mempunyai arti yang sangat penting dan strategis dalam pelaksanaan PKH, baik untuk penyebarluasan informasi maupun untuk mendukung pelaksanaan PKH yang dapat dilibatkan secara aktif sebagai agen sosialisasi dan edukasi. Kelompok Pendukung, seperti: Media Massa, LSM dan Ormas, Jaringan dalam Masyarakat, Kelompok Profesional, Perguruan Tinggi dan Lembagalembaga yang berada di masyarakat penerima. b. Kelompok Lembaga Donor/Dunia Usaha, mengingat keterkaitan dengan tujuan dan sasaran PKH dalam pencapaian MDGs, maka dukungan lembaga donor dan dunia usaha melalui corporate social responsibility sangat diperlukan, seperti: membantu pemerintah daerah dalam menyediakan pelayanan pendidikan dan kesehatan, penyediaan progam bantuan komplementaritas kepada peserta PKH khususnya bagi masyarakat miskin di daerahdaeah terpencil dan terbelakang. 7. Masyarakat Umum Masyarakat sebagai lingkungan yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan peserta PKH mempunyai peran penting dalam menjamin kelancaran pelaksanaan program PKH. Secara khusus, Pelaksana PKH perlu mempersiapkan - perangkat sosialisasi bagi masyarakat umum agar mereka dapat berperan mendukung peserta PKH untuk mengakses fasilitas pelayanan- pendidikan dan kesehatan yang disediakan pemerintah. Masyarakat dapat juga berperan aktif untuk melakukan kontrol sosial dalam pelaksanaan program PKH, baik kepada peserta maupun petugas pelaksana PKH. 60 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

73 I. Materi Sosialisasi Materi sosialisasi PKH berisi muatan informasi tentang mekanisme dan alur pelaksanaan PKH, hasil kajian dan evaluasi tentang PKH, pelbagai kebijakan pelaksanaan PKH. J. Sarana Sosialisasi Sosialisasi dapat dilakukan dengan berbagai jenis sarana, yaitu: 1. Media Massa, TV, radio, Koran, dan majalah, leaflet, poster, brosur 2. Media online, website, media sosial 3. Media yang berkaitan dengan kebijakan lokal, rembug desa, musyawarah desa. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

74 62 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

75 BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memantau pelaksanaan suatu program. Kegiatan monitoring menjadi bagian dari kegiatan evaluasi operasional yang bertujuan untuk menilai efektivitas pelaksanaan program (Khandker dkk., 2010). Ruang Iingkup monitoring PKH secara umum adalah untuk memantau pelaksanaan PKH dari sisi input, proses, dan output (Kemensos, 2014). Kegiatan monitoring PKH didesain menjadi sebuah sistem yang menyatu dengan seluruh aspek pelaksanaan program. A. Monitoring Monitoring merupakan pemantauan secara terus menerus proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Monitoring dapat dilakukan dengan cara mengikuti langsung kegiatan atau menganalisis hasil pelaporan dan perkembangan pelaksanaan PKH dalam waktu tertentu melalui pengumpulan data dan informasi tentang yang sebe-narnya terjadi selama implementasi program. 1. Tujuan Monitoring Secara umum monitoring PKH bertujuan untuk: a. Memastikan konsistensi antara kebijakan penanggulangan kemiskinan dengan pelaksanaan PKH b. Mengetahui sejauh mana tahapan-tahapan dalam rencana kerja tahunan telah dilaksanakan dengan baik. Bagaimana alur dan mekanisme PKH ber jalan dengan baik dalam implementasi program. c. Apakah jadwal yang telah disusun dalam perencanaan satu tahun anggaran yang sesuai dengan rencana PKH dalam implementasinya sudah sesuai atau tidak d. Apakah setiap aspek dalam perencanaan dan implementasi sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 2. Jenis Monitoring a. Monitoring dengan partisipasi masyarakat Monitoring oleh masyarakat melibatkan warga masyarakat secara luas dalam pengawasan dan pemantauan kegiatan/program. Dalam PKH ada kelompok ibu yang dipilih Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

76 dan ditugaskan untuk memastikan pelaksanaan PKH: apakah itu pemutakhiran data, kondisi peserta PKH. b. Monitoring oleh Pemerintah Pemerintah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PKH serta pencapaian target sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan. Untuk kepentingan tersebut Pemerintah melakukan monitoring secara berkala agar pelaksanaan PKH sesuai rencana dan mekanisme yang ditetapkan. c. Monitoring oleh pihak lain Kegiatan monitoring PKH juga dilakukan pihak lain, seperti Lembaga Donor, Bappenas, TNP2K, dll. Pihak lain yang melakukan monitoring dengan cara melakukan kunjungan secara berkala ke lokasi-lokasi PKH untuk memantau pelaksanaan PKHdan memastikan kegiatan sesuai rencana dan target PKH serta dampak pelaksanaan PKH. 3. Pengumpulan Data dan Analisis Pengumpulan data dilakukan oleh tenaga lapangan dan manajemen data dilakukan oleh tim MIS (Management Information System) PKH.Monitoring rutin PKH dijalankan menggunakan beberapa jenis formulir pendataan. Beberapa formulir yang digunakan antara lain: a. Formulir pemutakhiran data keluarga; b. Formulir verifikasi kehadiran anak sekolah; c. Formulir verifikasi kesehatan; d. Formulir pengaduan peserta PKH; e. Formulir pengaduan non-peserta. Analisis data monitoring secara rutin dilakukan oleh Pelaksana PKH Pusat. Seluruh informasi dalam formulir monitoring diinput ke dalam basis data Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang dikelola Pelaksana PKH Pusat. Analisis data MIS PKH dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut: a. Apakah peserta PKH telah menerima bantuan sesuai ketentuan? b. Apakah peserta PKH telah menjalankan kewajibannya (verifikasi)? c. Apakah peserta PKH pada wilayah yang ditunjuk telah menjalankan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)? 64 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

77 B. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan mengukur keberhasilan atau kegagalan dari pelaksanaan PKH dengan menggunakan indikator dan instrumen yang dapat digunakan untuk mengetahui faktor penyebab keberhasilan atau kegagalandari seluruh tahapan pelaksanaan program. Kegiatan evaluasi didasarkan atas hasil dari monitoring. Untuk menjamin pengukuran yang akuratdiperlukan survei dasar (baseline survey) yang menjadi titik tolak dari pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan PKH. 1. Tujuan Evaluasi a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan yang telah disusun dalam rencana kerja tahunan b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada Program secara keseluruhan dan peserta PKH c. Mengetahui dan menganalisa hal-hal lain yang mungkin di luar rencana d. Menyusun indikator kinerja PKH yang menjadi acuan bagi Keberhasilan program. 2. Cakupan Evaluasi Berdasarkan tujuan dan keluaran program yang ingin dicapai, diperlukan indikator kinerja program untuk mengukur pencapaian program selama kurun waktu satu tahun.pengukuran indikator kinerja program dilakukan secara berkala dan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait secara berjenjang. Secara umum cakupan/ruang lingkup pemantauan dan evaluasi meliputi: a. Ruang lingkup subtansi (tahapan) program. Meliputi: penyusunan dan penetapan pedoman umum, penyusunan dan penetapan target PKH, sosialisasi program, penyaluran bantuan PKH, pencapaian target kegiatan, dan tindak lanjut. b. Ruang lingkup pendukung program, meliputi rekrutmen Pendamping/Operator, diklat Pendamping/operator, Bimbingan Teknis PKH, dan Rapat Koordinasi PKH. Proses evaluasi dilakukan secara berkala setelah hasil pemantauan diterima. Evaluasi terhadap sasaran menjadi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

78 masukan penting untuk meningkatkan kinerja PKH kedepan, seperti halnya peninjauan kembali penyebab dari ketidaktercapaian sasaran program. 66 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

79 BAB VII PENUTUP Pedoman pelaksanaan PKH edisi tahun 2016 ini merupakan kelanjutan dari Pedoman PKH sebelumnya dengan berbagai revisi, tambahan dan perbaikan sesuai dengan dinamika PKH. Buku ini terdiri atas dua bagian besar dan berjumlah 8 (delapan) buku. Bagian pertama terdiri atas satu buku yaitu Buku Pedoman Umum dan bagian kedua terdiri atas tujuh buku yaitu Validasi Calon Peserta PKH, Penyaluran Dana Bantuan PKH, Verifikasi Komitmen, Pemutakhiran Data, Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Rapat Koordinasi, dan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga. Pedoman Pelaksanaan PKH disusun untuk menjadi acuan pengembangan kebijakan PKH dan penyusunan pedoman yang diperlukan bagi pelaksanaan PKH. Persyaratan, ketentuan, mekanisme dan prosedur lebih lanjut akan diatur di dalampedoman operasional PKH yang tecantum pada bagian kedua buku ini. Apabila dikemudian hari diperlukan perubahan terhadap Pedoman Pelaksanaan ini, maka perubahannya perlu mendapat persetujuan Tim Pengarah PKH Pusat. Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun

80 68 Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016

81 VALIDASI CALON PESERTA PKH A. SUMBER DATA PKH 1. Penyedia data awal calon peserta adalah Pusdatin Kesos Kemensos RI 2. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga mengajukan permintaan data hasil verifikasi dan validasi (verivali) kepada Pusdatin Kesos Kemensos RI untuk dijadikan sumber data calon peserta PKH. 3. Proses Pengecekan Data Setelah data hasil verivali Pusdatin Kesos diterima, dilakukan proses pengecekan data meliputi: a. Kebersihan data dari anomali dan duplikasi data. b. Kesesuaian dengan struktur data PKH (nama, alamat, wilayah) c. Jumlah dan lokasi sesuai dengan data sasaran 4. Pembuatan Nomor Peserta PKH Pembuatan nomor peserta PKH oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga sebanyak 15 digit berdasarkan wilayah tempat tinggal calon peserta, dengan format PPKKCCCLLLYXXXX : PP : Kode Provinsi KK : Kode Kabupaten/Kota/Kota CCC : Kode Kecamatan LLL : Kode Kelurahan/Desa Y : Kode Tahun Awal Kepesertaan XXXX : Nomor Urut B. KONSEP KEPESERTAAN 1. Definisi Rumah Tangga Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.yang dimaksud dengan satu dapur adalah jika pembiayaan keperluan atau kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama. Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal di suatu rumah, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak ada. Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan 1

82 Anggota rumah tangga yang telah bepergian enam bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari enam bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah enam bulan atau lebih tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga. Tamu yang telah tinggal di rumah tanggal enam bulan atau lebih dan tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari enam bulan tetapi akan bertempat tinggal enam bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga. Definisi Rumah Tangga ini diperlukan untuk memahami konsep kepesertaan dalam PKH.Di awal program kepesertaan PKH berdasarkan Rumah Tangga yaitu peserta kohor kohor 2012, namun mulai tahun 2013 dasar kepesertaan PKH berubah menjadi Keluarga. 2. Definisi Keluarga Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang berkaitan dengan kelahiran, perkawinan, atau adaptasi, yang tinggal bersama-sama. Dengan demikian, sebuah keluarga dapat terdiri dari dua atau lebih orang dewasa yang tinggal bersama dengan saudara kandung, orangtua, anak-anak, atau dua orang dewasa yang dihubungkan oleh tali perkawinan. Dalam PKH keluarga dibatasi dalam definisi Keluarga Inti, yaitu anggota keluarganya memiliki hubungan darah atau terikat secara hukum dalam satu garis keluarga. Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi. b. Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka membentuk satu rumah tangga. c. Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak dan saudara. d. Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas. 2 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan

83 3. Definisi Komponen Anggota Keluarga (*memastikan siapa sajakah yang bisa menjadi anggota keluarga peserta PKH) Sesuai dengan definisi diatas maka dapat disimpulkan anggota keluarga adalah orang dewasa atau anak-anak yang memiliki hubungan darah atau terikat secara hukum (adopsi/perkawinan) segaris yang membentuk sebuah Keluarga. Definisi ini diperlukan untuk menentukan siapa sajakah yang berhak menjadi peserta PKH.dan dipecah menjadi keluarga selanjutnya digunakan sebagai basis data calon peserta PKH. Dalam proses validasi data seringkali ditemukan perbedaan anggota keluarga antara data yang tercetak dalam formulir validasi dengan kondisi riil dilapangan, hal ini seringkali menjadi polemik dikalangan pelaksana validasi data yaitu pendamping PKH. Anggota keluarga yang diperbolehkan masuk menjadi peserta PKH jika tidak tercantum dalam formulir validasi ditinjau dari hubungannya dengan kepala keluarga adalah : a. Istri b. Anak Kandung c. Anak Tiri / Anak angkat d. Cucu/ Cicit Selain dari hubungan diatas, maka anggota keluarga juga harus memiliki persyaratan yang telah ditentukan. C. ALUR PERTEMUAN AWAL Secara garis besar, kegiatan pertemuan awal adalah sebagai berikut: Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan 3

84 Usai penetapan sasaran peserta PKH, Direktorat Jaminan Sosial Keluarga melakukan validasi calon peserta PKH yang dilakukan lewat pertemuan awal. Tahapan proses validasi ini antara lain: mencetak dan mengirim data KSM calon peserta PKH ke Dinas/Instansi Sosial.Data ini mencakup seluruh anggota KSM yang berhak menerima bantuan program PKH di Kabupaten/Kota yang menjadi wilayah PKH. Setelah data diterima, Operator Dinas/Instansi Sosialberkoordinasi dengan Pendamping untuk melakukan Persiapan Pertemuan Awal. Persiapan Pertemuan Awal adalah pertemuan persiapan awal dengan Camat,RT/RW, Dinas Sosial, Bappeda, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan yang tujuannya: 1. Memperkuat komitmen dalam melaksanakan kewajiban sebagai penyedia pelayanan program. 2. Mengumpulkan fakta dan masalah yang ada di lapangan 3. Ajang sosialisasi untuk menyukseskan program secara bersama. 4. Pembicaraan koordinasi mengenai Pertemuan Awal yang akan ditetapkan jadwalnya oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Keluaran dari Persiapan Pertemuan Awal adalah penguatan komitmen dari pemangku kepentingan tersebut serta solusi kesiapan untuk menjalankan pertemuan Awal. 4 Melakukan Koordinasi Setelah mendapat informasi mengenai adanya Surat Undangan Pertemuan Awal (SUPA) dan formulir validasi di Dinas/Instansi Sosial, maka Pendamping berkoordinasi dengan Dinas/Instansi Sosialdan Operator untuk membahas: 1. pembagian jumlah calon peserta PKH yang akan didampingi oleh masing-masing pendamping dalam satu kecamatan (bila jumlah pendamping lebih dari satu untuk satu kecamatan). 2. Rencana jadwal pertemuan awal 3. Biaya pertemuan awal 4. Pembuatan surat tugas sebagai pendamping PKH dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota 5. Kegiatan kesekretariatan dalam pelaksanaan tugas sebagai pendamping PKH Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan

85 Pendamping melakukan koordinasi dengan aparat kecamatan dan kelurahan/desa setempat untuk menyelenggarakan pertemuan awal yang telah ditetapkan jadwalnya. Pertemuan dengan camat dan kelurahan antara lain bertujuan: 1. Mengenalkan diri sebagai pendamping PKH di wilayah kerja yang bersangkutan 2. Melakukan sosialisasi PKH sehingga mampu meyakinkan dan meminta komitmen pejabat bersangkutan dalam mendukung PKH 3. Mengundang camat dan jajarannya untuk hadir di pertemuan awal yang akan ditentukan jadwalnya. 4. Meminta dukungan lancarnya penyelenggaran acara terutama dalam hal partisipasi dalam kegiatan dan menjaga keamanan pelaksanaan. Pendamping melakukan koordinasi dengan Penyedia Layanan Kesehatan dan Pendidikan dengan tujuan: 1. Memperkenalkan diri sebagai pendamping PKH di wilayah kerja yang bersangkutan 2. Melakukan sosialisasi PKH sehingga mampu meyakinkan dan meminta komitmen unit pelayanan bersangkutan dalam mendukung PKH 3. Mengundang PPK dan PPP serta jajarannya untuk menghadiri pertemuan awal yang akan ditentukan jadwalnya. 4. Memastikan bahwa semua buku registrasi kesehatan dan formulir pendidikan disediakan sehingga bisa dibagikan ketika Pertemuan Awal. Menyebarkan Undangan Undangan pertemuan awal(supa = surat undangan pertemuan awal) yang diterima dari pusat disampaikan oleh pendamping ke calon peserta PKH. Pendamping juga menyiapkan lembar validasi dan surat pernyataan komitmen yang akan diisi pada saat pertemuan awal untuk kemudian dikembalikan ke SIM PKH Nasional untukdibuatkan ketetapan menjadi peserta PKH (jika data masih cocok dengan syarat PKH). D. PERSIAPAN PERTEMUAN AWAL DAN VALIDASI Kegiatan pertemuan awal dan validasi melibatkan seluruh unit pelaksana PKH tingkat pusat hingga daerah. Mekanisme pelaksanaan Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan 5

86 kegiatannya adalah sebagai berikut: 1. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga a. melakukan proses pengecekan data verivali PUSDATIN Kemensos RI terkait komponen kepesertaan PKH. b. mengolah data verivali menjadi data calon peserta PKH, kemudian membagi-bagi data by name by address perkabupaten/kota, lalu mendistribusikannya kepada seluruh operator di kabupaten dan kota. c. data calon peserta didistribusikan ke setiap kabupaten/kota melalui FTP server. d. memberikan bimbingan teknis pelaksanaan validasi data kepada pendamping dan operator. e. Melakukan monitoring dan evaluasi terkait jalanya validasi data peserta PKH. 2. Dinas /Instansi Sosial Provinsi Melakukan monitoring persiapan pelaksanaan pertemuan awal dan validasi yang akan dilaksanakan di Kabupaten/Kota. 3. Dinas /Instansi Sosial Kabupaten/Kota a. Menerbitkan surat resmi kepada ketua camat, aparatur desa, untuk mempermudah birokrasi pendamping dalam melakukan pertemuan awal. b. Melakukan monitoring terhadap mekanisme pertemuan awal dan validasi penetapan peserta PKH. c. Operator di Kabupaten dan Kota menerima data calon peserta, d. kemudian dilakukan pemecahan data menjadi per kecamatan untuk disebarkan kepada setiap pendamping. e. Operator memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pendamping untuk mempersiapkan aplikasi hibrid yang akan digunakan untuk mencetak form SUPA dan melakukan entry data hasil validasi. f. Setiap pendamping melakukan Download dan Instal aplikasi hibrid di laptop/pc masing-masing, kemudian menerima data awal validasi dari operator, lalu diimpor ke aplikasi hibrid. 6 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan

87 Pendamping mencetak SUPA dengan bantuan aplikasi hibrid. E. PERTEMUANAWAL 1. Tahap Persiapan a. Koordinasi dengan aparat pemerintah Kabupaten/Kotasetempat b. Koordinasidengan Dinas /Instansi Sosial Kabupaten/Kota 1) Pendamping dan Operator berkoordinasi dengan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kotasetempat mencetak Surat Undangan Pertemuan Awal (SUPA) dan formulir validasi sudah tersedia di Dinas /Instansi Sosial Kabupaten/Kota. 2) Hal-hal yang perlu dikoordinasikan dengan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kotaadalah: a) Pembagian jumlah calon peserta PKH yang akan didampingi oleh masing-masing pendamping dalam Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan 7

88 satu kecamatan (mempertimbangkan rasio jumlah KM per Pendamping). b) Rencana jadwal pelaksanaan pertemuan awal. c) Pejabat dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota yang akan mendampingi pelaksanaaan pertemuan awal. d) Pembuatan surat tugas sebagai Pendamping PKH dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota. e) Sekretariat dalam pelaksanaan tugas sebagai Pendamping PKH. c. Koordinasi dengan Camat Pendamping dan Operator harus berkoordinasi dengan Camat dengan cara: 1) Pendampingan menemui Camat. 2) Perkenalkan diri bahwa Saudara sebagai Pendamping PKH. 3) Sosialisasikan PKH dan mohon dukungan dari Camat. d. Mengisi SUPA e. Mendistribusikan SUPA 1) Pendamping PKH menyampaikan Surat Undangan Pertemuan Awal (SUPA) kepada seluruh calon peserta dan memastikan kesediaannya untuk hadir dalam pertemuan awal. 2) Pendamping memastikan Camat dapat hadir dalam pertemuan awal. 3) Pendamping memastikan Kepala Desa dapat hadir dalam pertemuan awal. 4) Pendamping menyampaikan undangan kepada UPTD Pendidikan. 5) Pendamping menyampaikan undangan kepada UPTD Kesehatan. 6) Pendamping menyampaikan undangan kepada salah seorang tokoh masyarakat. f. Pelaksanaan pertemuan awal F. VALIDASI DATA 1. Operator dan Pendamping mencetak form validasi yang dihasilkan dari aplikasi hibrid. 2. Pengenalan formulir validasi data (*masukkan gambar form validasi terbaru) 8 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan

89 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan 9

90 10 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan

91 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan 11

92 3. Pengisian formulir validasi data a. Tanyakan setiap keterangan yang ada di formulir ini kepada KSM. b. Jika ada keterangan yang berubah atau berbeda, maka tulis perubahannya di baris bawahnya yang bertanda **. c. Kode keterangan dapat dilihat pada bagian bawah formulir ini. d. Jika ada AK (Anggota Keluarga) baru, maka ditulis di baris yang masih kosong. 4. Kelengkapan administrasi formulir a. KTP/KK atau surat keterangan domisili b. Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) c. Kartu Indonesia Pintar (KIP) d. Rapor e. Kartu Indonesia Sehat (KIS) f. Dokumen pendukung lainnya(bukti bantuan sosial lainya : Rastra, KUBE, Rutilahu, PSKS, dll.) 5. Penggantian nama pengurus a. Syarat pengurus pengganti di antaranya adalah: 1) Perempuan dewasa dari keluarga inti yang masih mengurus anggota keluarganya. 2) Perempuan dewasa dari keluarga luas yang bersedia mengurus anggota keluarga tersebut. 3) Perempuan dewasa yang tidak ada hubungan darah namun bersedia mengurus anggota keluarga tersebut. 4) Dalam hal tidak ditemukan pengurus pengganti pada poin i sampai dengan iii di atas maka pengurus dapat diganti oleh bapaknya. 5) Penggantian nama pengurus keluarga dapat dilakukan apabila: a) Kesalahan data nama pengurus. b) Meninggal dunia. c) Pindah domisili (bekerja di luar domisili dalam waktu yang lama baik dalam maupun luar negeri/tenaga Kerja Indonesia). d) Sakit kronis menahun (fisik atau jiwa). e) Tidak mampu menjadi pengurus. 6. Perubahan anggota keluarga baru Anak kandung yang belum tercatat dalam formulir validasi 12 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan

93 dapat ditambahkan untuk dicatat pada halaman terakhir formulir validasi. Orang tua pengurus dan/atau pengurus yang sudah lanjut usia dengan umur 70 tahun ke atas. 7. Persetujuan calon peserta PKH Calon peserta PKH menyetujui syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh PKH dan dinyatakan sah setelah formulir validasi ditandatangani oleh yang bersangkutan dan Pendamping PKH. G. ENTRY DATA VALIDASI Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk entry data validasi melalui aplikasi hibrid, adalah : 1. Login Operator dan pendamping harus login menggunakan user dan password yang diberikan. 2. Impor Data Awal Operator terlebih dahulu melakukan impor data awal untuk di oleh di aplikasi hibrid. Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan 13

94 Kemudian operator melakukan peangalokasian kecamatan binaan kepada masing-masing pendamping. Setelah operator membagikan data-data calon peserta kepada masing masing pendamping sesuai kecamatan binaannya. Operator membagikan data awal kepada masing masing pendamping, sesuai wilayah dampingannya.pendamping melakukan impor data awal tersebut ke dalam aplikasi hibrid pendamping. 14 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan

95 3. Entry Validasi Setelah aplikasi dan data siap digunakan, pendamping melakukan entry validasi pada menu validasi. Validasi dilakukan dengan memiliki keluarga yang akan di entry dan di validasi datanya. Hal-hal yang dilakukan saat melakukan entry validasi adalah a. Pendamping memastikan formulir validasi sudah ditandatangani oleh calon peserta PKH b. Pendamping memasukkan data yang ada pada formulir validasi ke dalam aplikasi sesuai dengan informasi yang tertera Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan 15

96 pada formulir validasi. c. Pendamping memastikan status eligibilitas calon peserta. d. Pendamping mengisi atau memperbaiki konten data di aplikasi sesuai dengan data yang tercantum dalam formulir. e. Operator berkordinasi dengan Pendamping terkait dengan data yang ada pada formulir validasi agar tidak ada kesalahan pengisian. f. Operator memeriksa hasil validasi agar sesuai dengan formulir validasi. g. Operator Berkordinasi dengan Pendamping mengenai data yang sudah tervalidasi dan yang belum di validasi. h. Operator menginformasikan data ke Pendamping jika ada data yang belum di validasi atau data yang tidak sesuai dengan formulir validasi. i. Operator memperbaiki jika ditemukan kesalahan validasi atau data 4. Temporary Closing Temporary closing/penutupan sementara, bisa dilakukan Pendamping setelah selesai melakukan validasi. 16 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan

97 Tujuan dilakukan temporary closing adalah : " Pendamping memastikan jumlah peserta yang divalidasi baik menurut eligibilitas maupun dari Komponen PKH sudah sesuai termasuk hitungan bantuannya. " Hasil validasi sudah benar dan bisa di ekspor untuk di kirimkan kepada operator kabupaten/kota. " Setelah operator menerima data hasil validasi dari pendamping dan melakukan impor ke aplikasi hibrid, Operator dapat memastikan seluruh calon peserta sudah di validasi. " Operator melakukan pemeriksaan terhadap hasil closing. " Operator mendistribusikan data hasil temporary closing ke masing-masing Pendamping (printing hardcopy). 5. Final Closing Final closing/penutupan akhir dilakukan oleh operator kabupaten/kota setelah seluruh data hasil validasi atau pemuktahiran data terkumpul dari pendamping dan di ekspor ke aplikasi hibrid. Final closing di aplikasi hibrid dilakukan untuk memastikan berapa nilai bantuan di kabupaten/kota tersebut. Hal-hal yang harus dilakukan oleh operator adalah : a. Cross check Data Temporary Closing Jika Pendamping menemukan ada data yang tidak masuk dalam data closing, perubahan dapat dilakukan dengan cara masuk ke dalam login Pendamping untuk dilakukan perbaikan. b. Setelah dilakukan pengecekan oleh Pendamping dan tidak ada lagi perbaikan, Operator lakukan final closing pada menu aplikasi validasi. c. Membuat Berita Acara yang berisi rekapitulasi jumlah bantuan dan nominal dalam satu Kabupaten/Kota. d. Meminta kepada Dinas/Institusi Sosial untuk menandatangani Berita Acara final closing. e. Operator mengirimkan data hasil closing (data txt dan excel) ke Dit. Jaminan Sosial Keluarga dan proses ini akan dianggap sebagai final closing. f. Memeriksa kembali hasil closing Kabupaten/Kota dengan hasil closing Dit. Jaminan Sosial Keluarga dan membuat Berita Acara sesuai dengan hasil closing Dit. Jaminan Sosial Keluarga. g. Operator mengirimkan Berita Acara yang sudah ditandatangani ke Dit. Jaminan Sosial Keluarga sebagai acuan Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan 17

98 penyaluran bantuan. h. Mengirimkan file (SPM.xls) hasil final closing ke Dit. Jaminan Sosial Keluarga beserta Berita Acara yang sudah ditandatangani kepada Dinas/Institusi Sosial. i. Berkoordinasi dengan Dit. Jaminan Sosial Keluarga untuk memastikan data bayar sesuai dan tidak ada kesalahan. j. Memeliharakerjakan formulir pemutakhiran data dan menyimpan dengan baik di Dinas Sosial/Instansi Sosial Kabupaten/Kota. 6. Percetakan SUPA. Percetakan surat undangan pertemuan awal, dilakukan dengan bantuan aplikasi hibrid. Data calon peserta yang menjadi sasaran yang akan diundang. H. BERITA ACARA FINAL CLOSING 1. Pembuatan Berita Acara final closing a. Berita Acara (BA) harus mengacu pada format yang sama di setiap Kabupaten/Kota. (Format disamakan di semua wilayah PKH) b. BA harus dicantumkan Nominal/Jumlah Uang (Rp), yaitu nilai Total Terima, bukan Nilai Total Bantuan. c. BA final closing dari Kabupaten/Kota harus sesuai dengan file txt dan excel Surat Perintah Membayar (SPM). d. BA final closing dari Kabupaten/Kota harus menyertakan file txt dan excel SPM. 2. Pengiriman data dan Berita Acara Final Closing ke Dit. Jaminan Sosial Keluarga a. Harus disampaikan melalui Zimbra Pusat. b. Ditujukan kepada Operator Dit. Jaminan Sosial Keluarga dan ditembuskan ke Koordinator Operator Dit. Jaminan Sosial Keluarga. c. Operator Dit. Jaminan Sosial Keluarga melakukan pengecekan dan berkoordinasi dengan Koordinator Dit. Jaminan Sosial Keluarga. d. Jika tidak/belum ada kesesuaian antara data file SPM dengan BA Final Closing, Operator Dit. Jaminan Sosial Keluarga berkoordinasi dengan Operator Kabupaten/Kota untuk memberi info bahwa BA final closing tidak/belum sesuai dengan data file SPM dan agar dilakukan perbaikan. 18 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan

99 e. Tim Asisten Payment hanya menerima BA Final Closing Kabupaten/Kota dari hasil pengecekan Operator Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dan Koordinator Operator Dit. Jaminan Sosial Keluarga yang sama dengan file SPM. Jika data sudah dinyatakan bersih, tahap selanjutnya dilakukan pengajuan penyaluran bantuan. Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan 19

100 20 Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan

101 DAFTAR ISI A. Tujuan 5 B. Sasaran 5 C. Bantuan PKH 5 D. Penerima Bantuan 6 E. Nilai Bantuan 6 1. Bantuan Tetap 6 2. Nilai Bantuan Komponen 7 F. Proses Penyaluran Dana Bantuan 8 1. Penyaluran Bantuan Melalui PT Pos Indonesia (Persero) 8 a. Pembukaan Rekening 8 b. Aktivasi Rekening 8 c. Penyerahan Data ke Lembaga Bayar 9 d. Penerbitan Surat Perintah Pemindahbukuan 9 e. Penerbitan SK Penerima Bantuan 9 f. Pencairan Dana 10 g. Pemindah bukuan Rekening 10 h. PembuatanJadwal pembayaran (form kontrol pendamping) 10 i. Proses Pembayaran Bantuan 10 j. Setelah Penyaluran 11 k. Penyaluran Dana Bantuan PKH yang diwakilkan 12 l. Pelaksanaan Pencairan 12 m. Saldo Dalam Rekening 13 n. Rekonsiliasi Rekonsiliasi tingkat kecamatan Rekonsiliasi tingkat Kabupaten/Kota Rekonsiliasi tingkat Pusat 15 G. Penggantian Nama Penerima bantuan 19 H. Pengembalian Sisa Bantuan Sistem rekening 20 I. Alur Kerja Penyaluran Alur proses GIRO Alur proses penarikan dana GIRO 22 J. Formulir - formulir Format berita acara penyelesaian entry data Formulir berita acara rekonsiliasi Formulir penjelasan peserta yang tidak mencairkan bantuan 25 Penyaluran Bantuan 1

102 2 Penyaluran Bantuan

103 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ATM : Anjungan Tunai Mandiri (Automatic Teller Machine) Bansos : Bantuan Sosial Burekol : Buka Rekening Kolektif (Pembukaan Rekening Massal) BAST : Berita Acara Serah Terima Data CCT : Conditional Cash Transfers CD : Compact Disk CDD : Customer Due Diligence (Verifikasi Data Nasabah) CIF : Customer Information File(Data Informasi Nasabah) Kemensos : Kementerian Sosial RI Dinsos : Dinas Sosial e_warong : Elektronik Warung Gotong Royong KKS : Kartu Keluarga Sejahtera KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPM : Keluarga Penerima Manfaat LKD : Layanan Keuangan Digital PESERTA PKH : Keluarga Sangat Miskin PKH : Program Keluarga Harapan Paket A : Program Pendidikan Setara SD Paket B : Program Pendidikan Setara SMP PIN : Personal Identified Number SD/MI : Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SDM : Sumber Daya Manusia SIM : Sistem Informasi Manajemen SMP/MTS : Sekolah Menengah Pertama/MadrasahTsanawiyah SMA/MA : Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah SOP : Standard Operational Procedure SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana SPM : Surat Perintah Membayar SPM-LS : Surat Perintah Membayar Langsung SPPB : Surat Perintah Pemindah Bukuan PELAKSANA PKH : Pelaksana Program KeluargaHarapan Penyaluran Bantuan 3

104 4 Penyaluran Bantuan

105 PENYALURAN BANTUAN A. Tujuan Pedoman operasional penyaluran bantuan PKH sebagai acuan dalam proses penyaluran dana bantuan PKH agar tepat sasaran, waktu dan jumlah. B. Sasaran Pedoman Operasional ini diperuntukkan bagi Pelaksana PKH Pusat,Provinsi,Kabupaten/Kota,Kecamatan, dan Lembaga Bayar. C. Bantuan PKH Bantuan PKHdiberikan kepada peserta PKH.Penyaluran bantuan bagi pesertayang telah ditetapkan pada tahun anggaran sebelumnya dilaksanakan empat tahap dalam satu tahun, sedangkan untuk kepesertaan yang ditetapkan pada tahun berjalan, penyaluran dilaksanakan satu tahap. Bantuan PKH disalurkan melalui Kantor Pos untuk penyaluran di Kantor Lembaga Bayar maupun di Komunitas serta disalurkan melalui Bank Umum Milik Negara. Jadwal dan pelaksanaan penyaluran bantuan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada tahun berjalan serta disesuaikan dengan kebijakan yang dibuat untuk memperlancar pelaksanaan penyaluran bantuan. Siklus penyaluran bantuan PKH dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Penyaluran Bantuan 5

106 Gambar 1 Siklus Penyaluran D. Penerima Bantuan Penerima Bantuan Sosial PKH adalah pesertapkh hasil validasi data yang bersumber dari hasil verifikasi validasi (verivali) Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan memenuhi satu atau beberapa kriteria program, yaitu: 1. Memiliki komponen kesehatan yakni anak dengan usia di bawah 6 tahun, ibu hamil/menyusui, termasuk anak penyandang disabilitas ringan/ sedang. 2. Memiliki komponen pendidikan anak usia sekolah 6 hingga 21 tahun untuk peserta pendidikan SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat dan/atau SMA/MA sederajat, termasuk anak penyandang disabilitas ringan/ sedang. 3. Memiliki komponen kesejahteraan sosial untuk Penyandang Disabilitas Berat di dalam keluarga peserta PKH. E. Nilai Bantuan 1. Bantuan Tetap Nilai bantuan tetap adalah sejumlah uang yang diberikan kepada penerimabantuan tanpa memperhatikan komponen anggota keluarga.besaran nilai bantuan tetap dalam satu tahun anggaran sebesar Rp ,- yang diberikan pada tahap pertama. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasimeningkatnyakebutuhan peserta dalam rangka memasuki tahun ajaran baru. Sedangkan bantuan tetap untuk peserta baru menerima bantuan satu tahap,adalah sebesar Rp ,-. 6 Penyaluran Bantuan

107 2. Nilai Bantuan Komponen Sesuai SK Menteri Sosial No. 294/HUK/2016 tanggal 13 Oktober 2016 tentang Indeks Bantuan dan Komponen PKH seperti pada tabel 1. Tabel 1 Skema Bantuan PKH per tahun Dengan adanya perbedaan komposisi anggota keluarga peserta PKH, maka besar bantuan yang diterima akan bervariasi pada setiap tahapan bantuan seperti terlihat pada tabel 2. Tabel 2 Variasi Nominal Bantuan per tahun Seluruh anggota rumah tangga peserta PKHyang menjadi penerima bantuan, seperti yang tertera pada tabel 2 di atas, diharuskan menjalankan kewajibannya. Penyaluran Bantuan 7

108 F. Proses Penyaluran Dana Bantuan 1. Penyaluran Bantuan Melalui Kantorpos Langkah-langkah dalam mekanisme penyaluran adalah: a. Pembukaan Rekening Aktivitas pembukaan rekening dilaksanakan untuk seluruh KM penerima bantuan PKH yang belum mempunyai rekening giro penempatan bantuan. Aktifitas pembukaan rekening disesuaikan dengan prosedur pembukaan rekening yang ada pada lembaga bayar. Untuk mempercepat proses pelaksanaan pembukaan rekening, maka input pembukaan rekening dilakukan secara terpusat. Data hasil pembukaan rekening tersebut selanjutnya dijadikan data sumber untuk mencetak formulir Speciment tandatangan dan formulir identitas pembukaan rekening yang telah dilengkapi dengan nomor peserta, identitas peserta PKH dan CIF number. Formulir tersebut selanjutnya dikirimkan oleh lembaga bayar pusat ke lembaga bayar di tingkat Kabupaten/Kota. Selanjutnya formulir-formulir tersebut diserahkan kepada Pendampinguntuk diteruskan kepada peserta PKH dan dilakukan aktifitas pengecekan kelengkapan syarat dan ketentuan pembukaan rekening. Pendampingdengan dalih apapun tidak dibenarkan untuk menandatangani formulir-formulir tersebut. b. Aktivasi Rekening Aktivasi rekening adalah satu proses yang dilakukan oleh lembaga bayar terhadap data peserta PKH yang telah menyerahkan kembali formulir-formulir administrasi seperti yang dijelaskan pada bagian pembukaan rekening. Dalam hal aktifasi rekening,pendamping melakukan: 1) Membantu peserta PKH mengisi nama dan alamat serta membimbing peserta PKH dalam proses penarikan dana bantuan PKH di kantor lembaga bayar. 2) Pendamping mencatat nomor PKH, nomor rekening, nomor CIF, nama dan alamat peserta PKH yang tidak melengkapi dokumen pembukaan rekening. 8 Penyaluran Bantuan

109 c. Penyerahan Data ke Lembaga Bayar Sebagai dasar bagi lembaga bayar dalam melakukan aktivitas penyaluran dana, maka secara administrasi perlu adanya dokumen berita acara penyerahan data ke lembaga bayar. Pembuatan Berita Acara Serah Terima data (BAST) ini mengacu kepada data pengolahan di Pelaksana PKH Pusat yang bersumber dari data hasil final closing. Penandatangan BAST pada dasarnya adalah PPK atau pejabat struktural di Subdit BLTB yang ditunjuk apabila PPK tidak berada ditempat. Penyerahan data ke lembaga bayar dilakukan pada hari kerja dan dibatasi waktu penyerahan data sesuai dengan jam kerja. Penyerahan data dapat dilakukan diluar waktu yang telah ditentukan apabila telah dilakukan konfirmasi dan persetujuan antara petugas penerima data dan petugas penyerah data.penyerahan data oleh Pelaksana PKHPusat dilakukan di tempat kedudukan lembaga bayar atau di PelaksanaPKH Pusat. Apabila terdapat kesalahan data dalam BAST maka perbaikan data harus menggunakan BAST Perubahan Data. d. Penerbitan Surat Perintah Pemindahbukuan Setelah diterimanya SP2D oleh bagian keuangan, maka selanjutnya PPK menerbitkan Surat Perintah pemindahbukuan ke lembaga bayar dari rekening giro Program Keluarga Harapan Ditjamsos ke masing-masing rekening peserta PKH. Tanggal terbitnya SP2D merupakan tanggal awal dimulainya proses penyaluran bantuan kepada peserta PKH di tingkat Kabupaten/Kota hinggamasuk ke masing-masing rekening peserta PKH maksimal selama 30 (tiga puluh) hari kerja dan disebut sebagai realisasi penyaluran bantuan PKH. e. Penerbitan SK Penerima Bantuan Sesuai dengan peraturan bahwa setiap peserta PKH yang menerima bantuan diwajibkan untuk dibuatkan Surat Keputusan Penerima Bantuan yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen sebagai dasar pertanggungjawaban penggunaan anggaran. Penyaluran Bantuan 9

110 f. Pencairan Dana Kegiatan pencairan dana adalah serangkaian kegiatan setelah proses pengolahan data di Pelaksana PKH Pusat selesai dilakukan berdasarkan data dari Pelaksana PKH Kabupaten/Kota. g. Pemindahbukuan Rekening Proses pencairan kepada KM diawali dengan pemindahbukuan rekening. Pemindahbukuan rekening akan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja setelah SP2D terbit dari KPPN Jakarta VII. Pemindahbukuan dilakukan setelah terbitnya Surat Perintah Pemindahbukuan dari PPK Direktorat Jaminan Sosial.Waktu pelaksanaan pemindahbukuan maksimal 7 (tujuh) hari kalender sejak terbitnya Surat Perintah Pemindahbukuan. h. Pembuatan Jadwal pembayaran (form kontrol pendamping) 1) Setelah dilakukan pemindahbukuan maka diterbitkan surat perintah kepada Pendamping untuk melakukan jadwal penyaluran bantuan dengan lembaga bayar. 2) Jadwal pembayaran yang telah disetujui antara PelaksanaPKH Kabupaten/Kota dan Lembaga Bayar wajib dilaporkan penjadwalan tersebut kepada PelaksanaPKH Pusat. 3) Pendamping memberitahukan jadwal penyaluran bantuan kepada peserta PKH dampingannya. 4) Operator PKH mempersiapkan "Daftar Bayar Peserta PKH" dampingannya per Pendamping. Data tersebut diperoleh pada saat closing data dan digunakan sebagai formulir kontrol. i. Proses Pembayaran Bantuan 1) Pendamping PKH mengatur antrian peserta pada saat pencairan dana di Kantor Bayar. 2) Pendamping PKH memeriksa kebenaran dan keabsahan kartu identitas(ktp), Surat Keterangan Diri, surat keterangan kepesertaan PKH dari Dinas/Instansi Sosial setempat, dan atau kartu PKH dengan bukti resi pengambilan dana. 3) Pendamping PKH memastikan jumlah bantuan yang diterima Peserta PKH sama dengan jumlah nominal yang 10 Penyaluran Bantuan

111 tertera pada resi penarikan dana. 4) Sebelum uang diterima oleh peserta PKH, Pendamping PKH mengarahkan dan memastikan Peserta PKH untuk memberikan tanda tangan atau cap jempol pada resi pengambilan. 5) Pendamping PKH bersama Petugas Kantor Lembaga Bayar melakukan penyobekan lembarresi pengambilan, selanjutnya lembar resi 1 pengambilan disimpan oleh Pendamping PKH dan lembar resi 2 oleh petugas kantor lembaga bayar sebagai bukti peserta telah mencairkan dana. 6) Jika masih didapati sisa resi penarikan yang tidak dicairkan setelah waktu yang ditentukan, Pendamping PKH bersama petugas Kantor Lembaga Bayar memberikan tanda silang pada resi pengambilan dari pojok kanan atas ke pojok kiri bawah, dan dari pojok kiri atas ke pojok kanan bawah dengan bolpoint tinta warna merah. j. Setelah Penyaluran 1) Pendamping PKH membuat rekapitulasi penyaluran bantuan berdasarkan slip pengambilan yang dikumpulkan dan direkatkan dalam buku besar sebagai bukti realisasi penyaluran bantuan peserta PKH dampingannya sesuai format yang ditentukan oleh Pelaksana PKH Pusat. 2) Pendamping PKH menyerahkan berita acara rekonsiliasi realisasi penyaluran bantuan kepada koordinator Pendamping PKH untuk selanjutnya diserahkan kepada koordinator Operator PKH. 3) Pendamping PKH berkoordinasi dengan Petugas Lembaga Bayar yang berada di Kecamatan/Kantor Cabang Lembaga Bayar untuk melakukan rekonsiliasi penyaluran bantuan dengan mencocokan data hasil rekapitulasiresi pengambilan dengan data hasil rekapitulasi pencairan dana dari Petugas Lembaga Bayar (Rekonsiliasi Tingkat Kecamatan). 4) Koordinator Kabupaten/Kota bersama dengan Kantor Unit membuat Berita Acara penyaluran danatingkat Kabupaten/Kota (Rekonsiliasi Kabupaten/Kota). 5) Koordinator Operator PKH mengirimkan Berita Acara tersebut ke Pelaksana PKH Pusat 6) Pelaksana PKH Kabupaten/Kota wajib menyimpan resi pengambilan setelah rekonsiliasi. Penyaluran Bantuan 11

112 7) PendampingPKH membuat rekapitulasi Peserta PKH yang tidak mengambil beserta alasannya. 8) Berdasarkan dokumen Rekonsiliasi Kabupaten/Kota, maka dilakukan rekonsiliasi tingkat Pusat (Rekonsiliasi Pusat). k. Penyaluran Dana Bantuan PKH yang diwakilkan Penyaluran dana PKH berupa bantuan kepada peserta PKH melalui sistim cash atau rekening dapat diberikan kepada anggota keluarga yang memiliki hubungan keluarga, dengan syarat sebagai berikut : 1) Membawa surat kuasa atau surat keterangan dari Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kotadengan melampirkan fotocopy identitas pemberi dan penerima kuasa serta fotocopy kartu PKH atau fotocopy identitas lainnya. 2) Surat Kuasa ditandatangani oleh pemberi kuasa dan penerima kuasa serta diketahui oleh Pendamping PKH dengan melampirkan surat keterangan dari Dinas Sosial/Instansi Kabupaten/Kota. l. Pelaksanaan Pencairan Setelah adanya jadwal pencairan seperti diatas, maka seluruh Pendamping mengundang peserta PKH untuk pelaksanaanya.pelaksanan pencairan dilaksanakan di dua tempat yaitu sebagai berikut : 1) Kantor Lembaga Bayar adalah Unit Pelaksana Teknis yang melaksanakan tugas-tugas pelayanan kepada pelanggan, tugas-tugas operasional dan kegiatan pendukungnya. 2) Komunitas adalah tempat pelaksanaan pembayaran dana bantuan PKH kepada peserta PKH yang dilakukan bukan di kantor lembaga bayar untuk menjangkau tempat tinggal peserta PKH, dengan pertimbangan: a) Lokasi Komunitas tidak ada sarana kantor lembaga bayar; b) Lokasi kantor lembaga bayar cukup jauh dari lokasi komunitas, memerlukan waktu lebih dari 3 jam menuju lokasi (atau Pergi-Pulang lebih dari 6 jam) dengan kendaraan bermotor atau perahu/speedboat; c) Tidak ada sarana angkutan umum dari lokasi komunitas menuju Kantor lembaga bayar terdekat. 12 Penyaluran Bantuan

113 d) Ada permintaan tertulis dari Pelaksana PKHKabupaten/Kota setempat untuk kegiatan penyaluran dana PKH di lokasi Komunitas. e) Jumlah KM untuk dibayarkan di Komunitas minimal 250 (dua ratus lima puluh) orang. Apabila jumlah KM tidak mencapai 250 (dua ratus lima puluh) orang, Kepala Kantor Lembaga Bayar harus mengajukan ijin tertulis kepada Manajer Penyaluran Dana di Kantor Pusat. m. Saldo Dalam Rekening Bantuan yang disalurkan dalam rekening KM adalah hak sepenuhnya dari KM tanpa saldo minimal. Lembaga Bayar tidak diperkenankan memotong bantuan dengan alasan apapun. Jika ada peserta yang tidak menginginkan penarikan karena alasan untuk disimpan/ditabung, maka mekanisme penyimpanan dilakukan sesuai aturan yang ditetapkan dilembaga bayar. n. Rekonsiliasi Setelah pelaksanaan pencairan bantuan oleh peserta PKH selesai, maka proses terakhir rangkaian penyaluran bantuan kepada peserta PKH adalah melakukan rekonsiliasi penyaluran bantuan. Rekonsiliasi sebagai wujud pertanggungjawaban lembagabayarterhadap penyaluran bantuan kepada peserta PKH. Gambar 4 Alur proses rekonsiliasi Penyaluran Bantuan 13

114 Rekonsiliasi dilakukan berjenjang mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota dan pusat. Rekonsiliasi dibagi menjadi: 1) Rekonsiliasi tingkat Kecamatan Sebagai bukti pertanggungjawaban bantuan telah diterima peserta PKH, maka berdasarkan pertinggal slip pengambilan bantuan dan rekapitulasi yang dibuat oleh Pendamping, Koordinator Pendamping melakukan rekonsiliasi dengan lembaga bayar tingkat kecamatan untuk mencocokkan bantuan yang telah tersalurkan pada setiap tahapan bayar. Kegiatan ini harus menghasilkan Berita Acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Koordinator Pendamping dan Kepala unit/cabang lembaga bayar. 2) Rekonsiliasi Tingkat Kabupaten/Kota Berdasarkan Berita Acara hasil rekonsiliasi tingkat Kecamatan, Koordinator Operator melakukan rekapitulasi Berita Acara tersebut untuk tingkat Kabupaten/Kota. Berdasarkan dokumen rekonsiliasi tingkat Kecamatan, Koordinator Operator melakukan rekonsiliasi tingkat Kabupaten/Kota dengan lembaga bayar. Hasil rekonsiliasi dibuat dalam Berita 14 Penyaluran Bantuan

115 Acara rekonsiliasi tingkat Kabupaten/Kotayang ditandatangani oleh Koordinator Operator dan Kepala Cabang (Kacab) lembaga bayar serta diketahui oleh Ketua Pelaksana PKH Kabupaten/Kota. Berita acara rekonsiliasi, selanjutnya disampaikan kepada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga sebagai Pelaksana PKH Pusat. 3) Rekonsiliasi Tingkat Pusat Berdasarkan hasil rekonsiliasi tingkat Kabupaten/Kota, Pelaksana PKH Pusat dalam hal ini Direktorat Jaminan Sosial melakukan rekonsiliasi tingkat pusat dengan lembaga bayar tingkat pusat. Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara sebagai dasar tim penerima hasil pekerjaan untuk membuat Berita Acara pemeriksaan pekerjaan pengadaan barang/jasa sebagai syarat penagihan imbal jasa lembaga bayar pada setiap tahapan penyaluran bantuan PKH. 2. Penyaluran Bantuan Melalui Bank Umum Milik Negara : a. Pembukaan Rekening 1) Data penerima bantuan yang diserahkan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, Kementerian Sosial adalah data hasil Final Closing. 2) Mempersiapkan Data Pendukung Pembukaan Rekening. 3) Data pendukung pembukaan rekening memuat minimal Customer Due Diligence (CDD) sederhana diserahkan oleh Kementerian Sosial dalam bentuk soft copy dan hard copy(lampiran Berita Acara Serah Terima). 4) Data yang digunakan untuk pembukaan rekening adalah data yang diserahkan dalam bentuk soft copy. 5) CDD sederhana memuat data sebagai berikut : a) Basic Saving Account - Nama Lengkap/alias - Alamat tempat Tinggal sesuai dokumen identitas - Tempat Tanggal Lahir - Pekerjaan - Data tambahan berupa nomor Hand Phone (HP) apabila ada dan nama ibu kandung. b) Uang Electronic - Nama Lengkap/alias - Alamat tempat Tinggal sesuai dokumen identitas - Tempat Tanggal Lahir Penyaluran Bantuan 15

116 16 - Nama Ibu kandung - Kartu Identitas calon nasabah yang masih berlaku/ NIK/KK/No. PKH - Data tambahan nomor HP 6) Pengisian Formulir pembukaan rekeningakan dilakukan oleh penerima bantuan didampingi oleh Pendamping PKH dengan melampirkan dokumen pendukung yang valid untuk kemudian di serahkan ke unit kerja Bank yang ditunjuk. 7) Dokumen pendukung adalah Fotokopi KTP/KK/Surat Keterangan dari Aparat Pemerintahan Setempat minimal setingkat Kelurahan dan Kartu PKH (apabila ada). b. Dalam hal pendistribusian terjadi terkendala verifikasi karena: 1) KPM tidak bisa hadir antara lain karena kondisi kesehatan, tidak berada ditempat domisili maka : a) Formulir Pembukaan Rekening tetap harus diisi lengkap dan ditanda tangani/cap Jempol/Cap Jari oleh KPM b) Petugas Perbankan wajib memastikan keberadaan KPM sesuai dengan data yang telah diverifikasi oleh pendamping sebagai petugas dari Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. c) Dalam hal KPM mewakilkan pengambilan KKS, Bukti Kepemilikan Rekening dan PIN Pihak Perbankan dan Pendamping memastikan bahwa yang mengambil tersebut adalah keluarga antara lain anak kandung yang cakap dan berwenang secara hukum, orang tua dan suami dengan KPM yang dibuktikan dari asli Dokumen Pendukung. d) Petugas Bank meminta kepada pihak yang mewakili KPM untuk menyerahkan Surat Kuasa Pengambilan KKS dan PIN yang telah diketahui dan ditandatangani oleh Pendamping. e) Dalam hal kondisi KPM sakit dan/atau tidak ada dalam domisili pada waktu yang lama serta adanya perwakilan dari KPM selain yang telah diatur pada point c) diatas maka KKS, Bukti Kepemilikan Rekening dan PIN tidak diperkenankan untuk diserahkan. f) Dinsos Kabupaten/Kota membuat laporan kepada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga akan menerbitkan Surat Instruksi (SI) lebih lanjut terkait hal tersebut. Penyaluran Bantuan

117 2) KPM meninggal dunia maka penyerahan KKS, Bukti Kepemilikan Rekening dan PIN tidak diperkenankan, dan dilanjutkan dengan langkah sebagai berikut: a) Pihak Perbankan mengarahkan Perwakilan KPM untuk berkoordinasi kepada pendamping terkait perubahan nama penerima Penyaluran Bantuan PKH Non Tunai untuk selanjutnya diteruskan kepada Dinsos Kabupaten/Kota setempat. b) Data perubahan nama penerima Penyaluran Bantuan PKH Non Tunai diteruskan oleh Dinsos Kabupaten/Kota Setempat ke Kementerian Sosial untuk ditindaklanjuti dilakukan pergantian nama penerima dan Rekening. Data pergantian rekening dikeluarkan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. c) Perubahan nama penerima dan Rekening dilaksanakan setelah mendapat surat penggantian rekening dari Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. 3) Adanya data KPM yang tidak sesuai maupun tidak lengkap, dengan keterangan sebagai berikut : a) Perbedaan huruf maupun ejaan nama antara asli Dokumen Identitas dengan Dokumen Pendukung KPM. b) Perbedaan alamat antara asli Dokumen Identitas dengan Dokumen Pendukung KPM atau alamat KPM tidak lengkap. c) Perbedaan data KPM yang disampaikan oleh Kemensos untuk dilakukan burekol atau bulk dengan data KPM yang diisi oleh KPM pada Formulir Pembukaan Rekening. d) Tidak membawa asli Dokumen Identitas atau Dokumen Pendukung.Maka penyerahan KKS, Bukti Kepemilikan Rekening dan PIN tidak diperkenankan. e) Dinsos Kabupaten/Kota membuat laporan kepada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga akan menerbitkan SI lebih lanjut terkait hal tersebut. c. Penggantian KKS 1) Apabila KKS rusak atau expired. Penerima manfaat dapat datang ke kantor cabang yang ditunjuk dengan membawa KKS yang rusak/expired, bukti kepemilikan rekening (bila ada), kartu PKH dan identitas asli. Atas penggantian KKS ini akan dikenakan biaya yang di bebankan kepada penerima manfaat. Penyaluran Bantuan 17

118 2) Apabila KKS hilang atau tertelan di mesin ATM, penerima manfaat dapat datang ke kantor bank yang ditunjuk dengan membawa bukti kepemilikan rekening (bila ada), kartu PKH, identitas asli dan surat keterangan kehilangan dari kepolisian. Atas penggantian kartu ini akan dikenakan biaya yang di bebankan kepada penerima manfaat. 3) Penyelesaian penggantian KKS mengacu kepada ketentuan bank yang berlaku. d. Penggantian Bukti Kepemilikan Rekening 1) Apabila Bukti Kepemilikan Rekening yang dapat berbentuk buku tabungan, dokumen lainnya atau kartu rusak/ tidak lagi dapat digunakan, maka penerima manfaat dapat datang ke kantor bank yang ditunjuk dengan membawa Bukti Kepemilikan Rekening yang rusak/yang tidak dapat digunakan, KKS, kartu PKH dan identitas asli. 2) Apabila buku Bukti Kepemilikan Rekening (yang dapat berbentuk buku tabungan, dokumen lainnya atau KKS) hilang, penerima manfaat dapat datang ke kantor bank yang ditunjuk dengan membawa kartu KKS, kartu PKH, identitas asli dan surat keterangan kehilangan dari kepolisian. 3) Pendistribusian KKS dan Bukti Kepemilikan Rekening Pendistribusian KKS dan Bukti Kepemilikan Rekening menjadi tanggung jawab bersama antara kantor cabang yang ditunjuk dan Dinas Sosial Kab/Kota setempat. Teknis penyerahkan KKS dan bukti kepemilikan rekening langsung ke penerima manfaat di dampingi oleh pendamping sebagai verifikator dan di monitoring oleh Dinas Sosial Kab/Kota setempat. e. Penanganan Keluhan Nasabah/Complaint Handling 1) Penanganan Keluhan Nasabah terkait PIN, Transaksi dan KKS dapat disampaikan penerima manfaat melalui agen atau unit kerja yang ditunjuk maupun call center masingmasing bank. 2) Penanganan Keluhan Nasabah terkait agen dapat disampaikan penerima manfaat melalui unit kerja yang ditunjuk maupun Call Center masing-masing bank. 18 Penyaluran Bantuan

119 G. Penggantian Nama Penerima Bantuan Sesuai dengan dinamika perubahan data peserta pada saat dilakukan pemutahiran data, ada kalanya harus dilakukan penggantian nama Penerima bantuan sesuai dengan kondisi peserta pada saat itu. Dinamika perubahan ini sesuai dengan tugas rutin Pendamping dalam melakukan pemutakhiran data. Perubahan data yang dapat dilakukan pada saat pemutahiran data apabila: 1. Perubahan struktur keluarga/penerima bantuan PKH,baik dari segi penambahan atau pengurangan tanggungan maupun perubahan status pendidikan. 2. Perpindahan sekolah/pindah kelas. 3. Perpindahan alamat. 4. Kesalahan identitas. Jika perubahan data dikarenakan adanya penggantian Penerima bantuan keluarga maka pada saat penarikan bantuan dapat menggunakan surat keterangan kepesertaan PKH dari Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota. Untuk penyaluran bantuan yang menggunakan sistem rekening, beberapa hal yang harus dilakukan adalah : 1. Pendamping membuat laporan tertulis tentang perubahan nama dengan mencantumkan : nomor peserta, nomor rekening, nama Penerima bantuan lama, nama Penerima bantuan baru, alamat Penerima bantuan lama, alamat Penerima bantuan baru dan diberikan kepada OperatorKabupaten/Kota. 2. Operator Kabupaten/Kota melakukan kompilasi keseluruhan perubahan data tersebut dan dikirimkan kepelaksana PKH Pusat dalam sheet tersendiri pada file hasilfinal closing termasuk permintaan untuk pencetakan kartu peserta PKH pengganti. 3. Pelaksana PKH Pusat setelah mendapatkan data tersebut selanjutnya mengolah dan mengajukan pembuatan rekening baru ke lembaga bayar. 4. Lembaga bayar melakukan pembukaan rekening baru dan mengirimkan kembali nomor rekening ke Pelaksana PKH Pusat. 5. Setelah nomor rekening diterima di Pelaksana PKH Pusat, maka akan diproses untukperubahan nama dan alamat serta memindahbukukan dari rekening lama ke rekening baru terhadap saldo yang ada pada rekening lama. Penyaluran Bantuan 19

120 6. Berdasarkan surat dari Direktorat Jaminan Sosial ke lembaga bayar untuk melakukan perubahan dan pemindahbukuan dari rekening lama ke rekening baru sesuai ketentuan yang berlaku. 7. Pelaksana PKH Pusatakan melakukan pengadaan barang dan jasa berupa Kartu PKH melalui Mitra kerja. H. Pengembalian Sisa Bantuan 1. Sistem rekening Dinamika perubahan data yang terjadi pada identitas serta alamat peserta PKH tidak menutup kemungkinan pada saat dilakukannya proses administrasi pembukaan rekening, peserta PKH tersebut dapat berubah status dari eligible menjadi non eligible, dari alamat yang ditemukan menjadi alamat tidak ditemukan dan lain sebagainya. Jika hal tersebut terjadi,formulir kelengkapan administrasi tidak dapat diproses lebih lanjut karena sudah tidak valid lagi.pendamping yang dampingannya mengalami mutasi data melaporkan ke Pelaksana PKHKabupaten/Kota. Operator Pelaksana PKH Kabupaten/Kota melaporkan dan mengusulkan untuk penarikan kembali bantuan yang sudah masuk ke rekening peserta PKH. Pengembalian bantuan PKH ke Kas Negara dikarenakan peserta PKH tidak melengkapi dan menandatangani formulir pembukaan rekening serta formulir specimen tandatangan. Berdasarkan hasil rekonsiliasi Pelaksana PKHKabupaten/Kota, Direktorat Jaminan SosialKeluarga memerintahkan kepada lembaga bayar untuk menyetorkan kembali ke Kas Negara. Batas waktu yang ditolerir adalah maksimal 6 (enam) hari kerja sejak tanggal surat perintah disampaikan. 20 Penyaluran Bantuan

121 I. Alur Kerja Penyaluran 1. Alur proses GIRO Penyaluran Bantuan 21

122 2. Alur proses penarikan dana GIRO 22 Penyaluran Bantuan

123 J. Formulir - formulir 1. Format berita acara penyelesaian entry data Penyaluran Bantuan 23

124 2. Formulir berita acara rekonsiliasi 24 Penyaluran Bantuan

125 3. Formulir penjelasan peserta yang tidak mencairkan bantuan Penyaluran Bantuan 25

126 26 Penyaluran Bantuan

127 VERIFIKASI KOMITMEN PESERTA A. TUJUAN 1. Tujuan Pedoman Operasional verifikasi menggunakan DMR adalah sebagai pedoman kegiatan verifikasi komitmen peserta PKH. 2. Tujuan Khusus Pedoman Operasional Verifikasi menggunakan DMR adalah: a. Panduan alur kerja dari pelaksanaan kegiatan verifikasi menggunakan DMR. b. Tersusunnya uraian tugas dan tanggung jawab dari setiap pelaksana. B. SASARAN Pedoman Operasional ini diperuntukkan bagi pelaksana kegiatan verifikasi menggunakan DMR baik di UPPKH Pusat maupun Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan verifikasi menggunakan DMRini dapat berjalan dengan baik dibutuhkan sarana-sarana pendukung baik berupa perangkat keras, perangkat lunak dan sarana pendukung lainnya. C. PERANGKAT KERAS Perangat keras adalah mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan verifikasi menggunakan DMR. Perangkat keras yang dibutuhkan adalah: a. Komputer Perangkat ini akan berfungsi sebagai pengolah informasi dalam pelaksanaan verifikasi menggunakan DMR. b. Printer Perangkat ini akan berfungsi untuk dapat melakukan pencetakan formulir mandiri baik untuk formulir verifikasi kesehatan maupun formulit verifikasi pendidikan. c. Scanner Perangkat ini akan berfungsi sebagai pembaca hasil verifikasi dengan menggunakan formulir DMR. Verifikasi Komitmen Peserta PKH 1

128 d. Dongle DMR Perangkat ini berfungsi sebagai kunci dari aplikasi DMR, dimana tanpa menggunakan dongle ini, maka aplikasi DMR tidak akan dapat dijalankan. D. PERANGKAT LUNAK Perangkat lunak adalah aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk dapat melaksanakan kegiatan verifikasi menggunakan DMR. Perangkat lunak yang dibutuhkan adalah: a. Driver scanner Perangkat lunak ini digunakan untuk membuat agar scanner yang digunakan dapat berkomunikasi dengan komputer yang digunakan. Perangkat lunak ini harus diinstall ke dalam komputer yang terhubung dengan scanner. Tata cara instalasinya dapat dilihat pada bagian dalam dokumen ini mengenai instalasi driver scanner. b. Aplikasi DMR Perangkat lunak ini digunakan untuk dapat melakukan pembacaan formulir verifikasi menggunakan format DMR sesuai dengan desain yang telah dibuat. Aplikasi ini terdiri dari 2 buah yaitu DMR creator dan DMR extractor. DMR creator digunakan untuk melakukan perubahan posisi pembacaan atas lokasi vmr1, vmr2 dan vmr3 (lihat bagian mengenai instalasi aplikasi DMR dan verifikasi DMR). c. Aplikasi verifikasi DMR Perangkat lunak berupa aplikasi ini digunakan untuk membaca hasil scanning menggunakan DMR extractor dan export data hasil scanning verifikasi untuk dapat diimpor ke dalam aplikasi SIM PKH (lihat bagian mengenai instalasi aplikasi DMR dan verifikasi DMR). E. FORMULIR Selain perangkat keras dan perangkat lunak, dibutuhkan pula formulir-formulir yang membantu pelaksanaan verifikasi DMR yaitu formulir verifikasi kesehatan dan formulir verifikasi pendidikan, selain daripada kedua formulir tersebut telah dibuatkan formulir bantuan yang dapat digunakan untuk membantu pelaksana PKH di lapangan dalam melakukan verifikasi komitmen peserta PKH. 2 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

129 1. Formulir verifikasi kesehatan Formulir ini digunakan untuk melakukan verifikasi terhadap komitmen dari peserta PKH yang memiliki komponen kesehatan yaitu ibu hamil/nifas,balita/apras, serta PDB dan Lansia. 2. Formulir verifikasi pendidikan Formulir ini digunakan untuk melakukan verifikasi terhadap komitmen dari peserta PKH yang memiliki komponen pendidikan yaitu anak SD dan anak SMP. 3. Formulir bantuan Formulir ini digunakan untuk memberikan bantuan kepada para Pendamping PKH untuk mengetahui informasi dari para peserta dampingannya. Di dalam Aplikasi SIM PKH telah disediakan menu baru khusus untuk menunjang kegiatan verifikasi dengan menggunakan DMR yaitu menu untuk mencetak formulir bantuan bagi para Pendamping. Formulir bantuan terdiri atas: a. Daftar Anak SD dan Anak SMP per penyedia layanan pendidikan per Pendamping. b. Daftar Bumil/Bufas dan Balita per penyedia layanan kesehatan per Pendamping. c. Daftar Penyandang Disabilitas Berat per penyedian layanan kesehatan per pendamping d. Lansia per penyedia layanan kesehatan per Pendamping e. Daftar tabel prosentasi kehadiran peserta didik. 4. Berita Acara Verifikasi Dokumen ini harus dibuat oleh para pendamping setelah selesai melakukan verifikasi di fasilitas layanan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan social. Kegiatan ini menginformasikan bahwa pelaksanaan kegiatan verifikasi terhadap penyedia layanan tersebut telah selesai dilaksakanan dengan memberikan informasi mengenai jumlah peserta yang memenuhi komitmen dan tidak memenuhi komitmen pada setiap bulan. Verifikasi Komitmen Peserta PKH 3

130 Khusus komponen kesejahteraan sosial (PDB dan Lansia) diverifikasi hanya satu kali dalam setahun pada fasilitas kesehatan. F. ALUR KERJA VERIFIKASI MENGGUNAKAN DMR Gunakan formulir dengan ketebalan minimal 100 gsm agar formulir tidak mudah kusut) 4 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

131 1. Lokasi file verifikasi pendidikan: c:\dmr\vdidik_baru\vdidik_dmr.pdf 2. Lokasi file verifikasi kesehatan: c:\dmr\vsehat_baru\vsehat_dmr.pdf 3. Buka file diatas menggunakan adobe acrobat, 4. Untuk mencetak, pilih opsi berikut ini 5. Pilih menu File lalu pilih print Verifikasi Komitmen Peserta PKH 5

132 6. Pada bagian Page Handling, pilih Page Scaling lalu pilih None 7. Pilih Properties (pastikan ukuran kertas adalah A4) 6 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

133 8. Pilih OK lalu print formulir tersebut Berikut ini adalah rincian tugas dan tanggung jawab dari masingmasing pelaksana kegiatan verifikasi menggunakan DMR, Agar pelaksanaan kegiatan verifikasi DMR dapat berjalan dengan baik, berikut ini adalah beberapa cara pengisian dari formulir verifikasi DMR baik untuk kesehatan maupun pendidikan yang harus diikuti. a. Yang diisi hanya yang tidak komitmen atau tidak hadir saja (baik untuk Formulir Verifikasi Pendidikan Dan Formulir Verifikasi Kesehatan). b. Jumlah rekapitulasi kehadiran baik untuk formulir verifikasi pendidikan maupun kesehatan tidak perlu diisi dan dibuatkan dokumen Berita Acara untuk setiap penyedia layanan baik kesehatan maupun pendidikan yang telah diverifikasi. c. Harus ada cap dan tanda tangan dari penanggung jawab fasilitas penyedia layanan baik pendidikan maupun kesehatan dilakukan di ujung kiri di tempat yang telah disediakan. d. Pengisian menggunakan pensil 2B dan memenuhi seluruh bulatan. e. Untuk pengisian yang bukan menggunakan bulatan dapat diisi menggunakan pulpen. f. Jika keseluruhan peserta ternyata memenuhi kewajibannya dalam satu penyedia layanan baik pendidikan maupun kesehatan, maka yang diisikan pada formulir hanya bagian headernya saja yaitu kode fasdik/faskes, tahap dan tahun serta cap dan tanda tangan saja, yang lainnya dikosongkan. Verifikasi Komitmen Peserta PKH 7

134 G. TATA CARA PENGISIAN FORMULIR DMR Berikut ini adalah tata cara pengisian formulir DMR baik untuk kesehatan maupun pendidikan. 1. Formulir Verifikasi Kesehatan a. Kode Fasilitas Kesehatan Tuliskan kode fasilitas kesehatan pada kotak yang tersedia lalu beri bulatan yang sesuai dengan karakter dari kode tersebut b. Tahap Beri bulatan pada tahapan pelaksanaan verifikasi dilakukan c. Nama Fasilitas Kesehatan Tuliskan nama fasilitas penyedia layanan kesehatan tempat verifikasi dilakukan. 8 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

135 d. Alamat Tuliskan alamat fasilitas penyedia layanan kesehatan tempat verifikasi dilakukan e. Tahun Beri bulatan pada tahun pelaksanaan verifikasi f. Nomor Anggota Keluarga Tuliskan kode anggota keluarga pada kotak yang tersedia lalu beri bulatan yang sesuai dengan karakter dari kode tersebut. g. Nama Anggota Keluarga Tuliskan nama dari anggota rumah tangga yang diverifikasi. Verifikasi Komitmen Peserta PKH 9

136 h. Nama Pengurus Keluarga Tuliskan nama pengurus dari anggota rumah tangga yang diverifikasi i. Verifikasi Ketidakhadiran Bumil/Balita Beri bulatan pada setiap bulan verifikasi sesuai dengan kriteria kehadiran j. Rekapitulasi Kehadiran Tuliskan rekapitulasi kehadiran dari anggota rumah tangga yang diverifikasi pada penyedia layanan kesehatan yang bersangkutan dan mintalah tanda tangan dari kepala penyedia layanan kesehatan. k. Verifikasi Ketidakhadiran PDB dan Lansia Beri bulatan pada setiap bulan verifikasi sesuai dengan kriteria kehadiran 10 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

137 l. Rekapitulasi Kehadiran Tuliskan rekapitulasi kehadiran dari anggota rumah tangga yang diverifikasi pada penyedia layanan kesehatan yang bersangkutan dan mintalah tanda tangan dari kepala penyedia layanan kesehatan. m. Catatan Rekapitulasi kehadiran hanya diisi pada lembar terakhir dari seluruh lembar yang ada di penyedia layanan kesehatan yang diverifikasi kehadiran dari anggota rumah tangga. Jika seluruh anggota rumah tangga pada penyedia layanan kesehatan tersebut ternyata hadir semua. Maka yang diisi hanya: 1) Kode fasilitas kesehatan (lihat pada bagian 8.1.1) 2) Tahap (lihat pada bagian 8.1.2) 3) Nama fasilitas kesehatan (lihat pada bagian 8.1.3) 4) Alamat (lihat pada bagian 8.1.4) 5) Tahun (lihat pada bagian 8.1.5) dan 6) Rekapitulasi Kehadiran (lihat pada bagian ) 2. Formulir Verifikasi Pendidikan a. Kode Sekolah Tuliskan kode fasilitas pendidikan pada kotak yang tersedia lalu beri bulatan yang sesuai dengan karakter dari kode tersebut Verifikasi Komitmen Peserta PKH 11

138 b. Tahap Beri bulatan pada tahapan pelaksanaan verifikasi dilakukan c. Nama Sekolah Tuliskan nama fasilitas penyedia layanan pendidikan tempat verifikasi dilakukan. d. Alamat Sekolah Tuliskan alamat fasilitas penyedia layanan pendidikan tempat verifikasi dilakukan e. Tahun Beri bulatan pada tahun pelaksanaan verifikasi 12 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

139 f. Nomor Anggota Keluarga Tuliskan kode anggota keluarga pada kotak yang tersedia lalu beri bulatan yang sesuai dengan karakter dari kode tersebut g. Nama Anggota Keluarga Tuliskan nama keluarga yang diverifikasi. h. Nama Pengurus Keluarga Tuliskan nama pengurus keluarga yang diverifikasi i. Jumlah Kehadiran Beri bulatan pada setiap buan dilaksanakannya verifikasi, isian hanya dilakukan jika anggota rumah tangga tersebut tidak memenuhi persyaratan kehadiran yang telah ditentukan yaitu kurang dari 85% atas hari efektif belajar di penyedia yayanan pendidikan tersebut. Verifikasi Komitmen Peserta PKH 13

140 j. Rekapitulasi Kehadiran Tuliskan rekapitulasi kehadiran dari anggota rumah tangga yang diverifikasi pada penyedia layanan pendidikan yang bersangkutan dan mintalah tanda tangan dari kepala penyedia layana kesehatan. k. Catatan Jika seluruh anggota rumah tangga pada penyedia layanan pendidikan tersebut ternyata hadir semua. Maka yang diisi hanya: o Kode fasilitas pendidikan (lihat pada bagian 8.2.1) o Tahap (lihat pada bagian8.2.2) o Nama fasilitas pendidikan (lihat pada bagian8.2.3) o Alamat sekolah (lihat pada bagian8.2.4) o Tahun (lihat pada bagian 8.2.5) dan o Rekapitulasi Kehadiran (lihat pada bagian ) H. INSTALASI Cara instalasi dari aplikasi cukup mudah, dimana instalasinya terbagi menjadi 3 bagian utama, 1. Instalasi perangkat keras a. Persyaratan minimal dari perangkat yang digunakan agar scanning formulir verifikasi dapat dilakukan dengan baik adalah sebagai berikut, 1) Komputer dengan sistem operasi Windows 2) Driver Scanner 3) Dongle DMR 4) Aplikasi DMR 5) Aplikasi verifikasi DMR b. Cara instalasi perangkat keras adalah sebagai berikut, 1) Hubungkan kabel USB dari scanner ke komputer 2) Hubungkan kabel listrik dari scanner ke outlet listrik 14 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

141 2. Instalasi perangkat lunak Langkah-langkah instalasi adalah sebagai berikut: a. Instalasi driver scanner Agar perangkat scanner dapat dikenal oleh komputer yang digunakan maka perlu dilakukan instalasi driver scanner dengan cara sebagai berikut: 1) Masukan CD driver scanner 2) Akan muncul jendela sebagai berikut: 3) Pilih INSTALL (Recommended) Setelah itu akan muncul konfirmasi bahasa yang akan digunakan 4) Pilih English, kemudian klik Next, akan muncul jendela berikut ini. Verifikasi Komitmen Peserta PKH 15

142 5) Pilih scanner yang sesuai dengan scanner yang ada lalu klik next 6) Akan muncul pesan konfirmasi instalasi 7) Klik Yes, I accept the terms of license agreement Driver scanner akan diinstall ke komputer hingga selesai. 3. Instalasi aplikasi DMR dan verifikasi DMR Setelah instalasi driver scanner selesai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan instalasi aplikasi DMR. Cara instalasi sangatlah mudah, a. Masukkan CD Instalasi DMR dari PKH Pusat b. Jalankan aplikasi setup exe. Setelah setup.exe selesai dijalankan, maka pada komputer akan dibuat 2 buah directory baru yaitu C:\DMR dan C:\DMRAPP. I. PENGATURAN 1. Pengaturan awal Setting awal dilakukan untuk memastikan bahwa formulir yang akan digunakan baik untuk formulir verifikasi kesehatan maupun formulir verifikasi pendidikan sudah sesuai formatnya dan dapat dibaca dengan benar oleh scanner DMR. Cara melakukan setting awal adalah sebagai berikut, Jalankan aplikasi DMRX yang ada dalam folder c:\dmr, USB dongle DMR harus terpasang dalam salah satu slot USB pada computer Instalasi aplikasi DMR dan Aplikasi Verifikasi DMR Klik Data Scan > Select Scanner, sehingga muncul gambar berikut. 16 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

143 Pada bagian Sources, pilihlah driver scanner yang digunakan, kemudian klik Select. 2. Pengaturan DMR Creator (nama file: DMRE?_??_??.EXE) Langkah berikutnya melakukan perubahan setting konfigurasi scanner. Lakukan perintah berikut ini untuk melakukan setting formulir, Click Setting Click Option Pilih tab Extra Click Edit Global Extras Parameters Perubahan pengaturan dilakukan untuk formulir-formulir berikut ini. Formulir verifikasi kesehatan Formulir verifikasi kesehatan (cetak mandiri) Formulir verifikasi pendidikan Formulir verifikasi pendidikan (cetak mandiri) Berikut ini adalah pengaturan yang perlu dilakukan, a. Formulir verifikasi kesehatan Nama file : VSEHAT.dmr Verifikasi Komitmen Peserta PKH 17

144 Mohon untuk membaca bagian mengenai posisi pembacaan verifikasi. Formulir verifikasi kesehatan (cetak mandiri) Nama file : VSEHATA4.dmr Mohon untuk membaca bagian mengenai posisi pembacaan verifikasi. b. Formulir verifikasi kesehatan Nama file : VDIDIK.dmr Mohon untuk membaca bagian mengenai posisi pembacaan verifikasi. Formulir verifikasi pendidikan (cetak mandiri) Nama file : VDIDIKA4.dmr 18 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

145 Mohon untuk membaca bagian mengenai posisi pembacaan verifikasi. c. Pengaturan DMR Extractor Seluruh formulir menggunakan setting sebagai berikut Pilih menu Data Scan Pilih Scan resolution Pilih Option Lakukan setting sesuai dengan komponen berikut Verifikasi Komitmen Peserta PKH 19

146 20 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

147 Verifikasi Komitmen Peserta PKH 21

148 d. Ujicoba pembacaan formulir verifikasi Untuk memastikan bahwa pembacaan dari scanner akurat, maka perlu dipastikan bahwa posisi pembacaannya benar. Cara melakukan setting untuk posisi pembacaan adalah sebagai berikut, Jalankan aplikasi DMRX, lalu scan formulir yang akan dicek. Akan muncul tambilan dari formulir dengan kotak yang ada di sudut kiri atas, kanan atas dan kiri bawah yang disebut dengan triple marker (Lihat bab mengenai triple marker). Setiap kotak dari sudut tersebut harus persis mengenai pinggiran dari border formulir. Buka aplikasi DMR Extractor (DMRE), kemudian pilih menu setting > Option Pilih tab Extra Kemudian klik Edit Global Extra Parameters Ubah setting vmr1 (untuk sudut kiri atas), vmr2 (untuk sudut kanan atas) dan vmr3 (untuk sudut kiri bawah) dengan format x,y,p,l dimana yang perlu diperhatikan hanya x dan y saja untuk menentukan posisi kotak. X adalah untuk menggeser secara horisontal dan y adalah untuk menggeser secara vertikal. Nilai minus untuk x akan membuat kotak naik keatas sebesar angka yang dituliskan, sedangkan nilai minus untuk y akan membuat kotak bergeser ke kiri (lihat bab mengenai vmr). Lakukan setting untuk vmr1, vmr2 dan vmr3 sehingga kotak akan terlihat seperti gambar dibawah ini 22 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

149 Jangan lupa menyimpan setting tersebut dengan cara klik File > Save Tutup aplikasi DMR Extractor e. Triple marker Triple marker merupakan tiga kotak utama pada DMR-x yang berfungsi sebagai penentu dalam pengambilan referensi.referensi yaitu kotak atau suatu bentuk obyek yang dijadikan acuan dalam pembacaan obyek-obyek pada formulir verifikasi. Hubungan antara triple marker dan referensi adalah bahwa kotak triple marker harus tepat berada di atas referensi. Triple marker pada DMR-x yaitu: Verifikasi Komitmen Peserta PKH 23

150 f. VMR Merupakan fungsi yang menunjukkan posisi dan ukuran triple marker. Vmr2 Terletak di kanan atas. 24 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

151 Vmr3 Terletak di kiri bawah. Prinsipnya vmr1, vmr2, dan vmr3 harus ditempatkan pada kotak referensi pada image. g. Scan formulir verifikasi Setelah setting awal dilakukan, maka proses scanning atas formulir-formulir verifikasi dapat dilakukan. CATATAN: Pada saat melakukan scanning, sebaiknya dipisahkan antara formulir verifikasi kesehatan dan formulir verifikasi pendidikan. Pastikan sebelum melakukan scanning, menuliskan halaman pada setiap lembar formulir menggunakan pensil pada ujung kiri atas formulir dan harus diluar border. Cara melakukan scan dokumen dengan menggunakan DMR adalah sebagai berikut, Masukkan kertas lembar formulir verifikasi dengan posisi tertutup dan terbalik ke tray scanner (maksimum lembar tergantung dari tray scanner, dimana cara mengujinya adalah bahwa kertas yang masuk dalam tray tidak tersangkut jika diambil kembali dari tray). Jalankan aplikasi verifikasi DMR (C:\DMRAPP\vdmr.exe) Verifikasi Komitmen Peserta PKH 25

152 Pilih jenis formulir yang akan di scan. Pastikan formulir yang ada dalam tray scanner sama dengan pilihan anda. Klik tombol Extract Data Scan Kemudian aplikasi DMR Extractor akan muncul Klik tombol scan Lalu pilih formulir yang akan di scan 26 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

153 File yang akan digunakan adalah sebagai berikut, Verifikasi kesehatan dg formulir dari Pusat : C:\DMR\VSEHAT_BARU\VSEHAT.dmr Verifikasi kesehatan dg formulir cetak mandiri : C:\DMR\VSEHAT_BARU\VSEHATA4.dmr Verifikasi pendidikan dg formulir dari Pusat : C:\DMR\VDIDIK_BARU\VDIDIK.dm Verifikasi pendidikan dg formulir cetak mandiri : C:\DMR\VDIDIK_BARU\VDIDIKA4.dmr Scanner akan menarik kertas yang ada dalam tray Setelah selesai, klik tombol Extract Tutup aplikasi DMR Lakukan proses no.1 untuk setiap jenis formulir yang akan di scan. h. Verifikasi data error Tahapan selanjutnya adalah melakukan verifikasi data error yang muncul dari hasil scanning. Hal ini dilakukan untuk dapat dilakukan perbaikan atas datadata error tersebut, sehingga hasil dari scanning yang dilakukan dapat di import ke dalam aplikasi SIM PKH Online di tahapan selanjutnya. Tata cara melakukan verifikasi data error dan melakukan perbaikan datanya adalah sebagai berikut, Pilih formulir yang akan di verifikasi atas data error yang muncul Klik tombol Check Data Scanned Jika data hasil scanning belum ada atas formulir yang dipilih, maka akan muncul pesan berikut ini Verifikasi Komitmen Peserta PKH 27

154 Jika tidak ada data error, maka akan muncul pesan berikut ini Jika ada error, maka yang akan muncul adalah tampilan berikut ini Lakukan perbaikan dengan melihat data-data yang tidak sesuai. Perbaiki data-data tersebut dengan meng klik kotak dimana data yang salah ingin diperbaiki. Lakukan perbaikan sampai daftar data error kosong, jangan lupa klik tombol SIMPAN setiap selesai melakukan satu perbaikan. Perhatikan informasi halaman (hal) dan Baris, informasi tersebut menunjukkan kesalah yang terjadi pada halaman dan baris dari lembar yang di scan. Klik Selesai i. Export data Setelah data error sudah diperbaiki, maka data tersebut dapat diexport ke dalam aplikasi SIM PKH Online yang untuk selanjutnya, hasil verifikasi tersebut akan menjadi dasar perhitungan penyaluran bantuan. Tata cara export data hasil verifikasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, 28 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

155 Pilih formulir yang akan diexport Klik tombol export data Jika belum ada data hasil scan untuk formulir yang akan diexport, maka akan muncul pesan berikut ini Jika masih ada data error maka akan muncul tampilan berikut ini Jika data sudah ada data maka akan muncul pilihan berikut Pilih tombol Export, lalu akan muncul pesan berikut ini Klok tombol OK lalu pilih tombol Tutup Verifikasi Komitmen Peserta PKH 29

156 J.CONTOH FORMULIR VERIFIKASI KESEHATAN K.CONTOH FORMULIR VERIFIKASI PENDIDIKAN 30 Verifikasi Komitmen Peserta PKH

157 MEKANISME DAN PROSEDUR PEMUTAKHIRAN DATA PESERTA PKH A. PEMUTAKHIRAN DATA PERTAMA Pemutakhiran data pertama adalah proses yang dilakukan setelah pelaksanaan validasi yaitu melengkapi dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk kesempurnaan data hasil validasi, terutama data fasilitas kesehatan,pendidikan,data fasilitas Kesejateraan Sosial (KESOS) dan Komplementaritas program kesejateraan sosial. 1.Data Fasilitas Layanan Kesehatan a) Provinsi b) Kabupaten/Kota c) Kecamatan d) Desa/Kelurahan e) Alamat Faskes f) Jenis Faskes (bidan, klinik, mantri, polindes, posyandu, puskesmas, pustu, pusling, Rumah sakit) g) Nama pimpinan 2.Data Fasilitas Layanan Pendidikan a) Provinsi b) Kabupaten/Kota c) Kecamatan d) Desa/Kelurahan e) Alamat Fasdik f) Jenjang sekolah (SD/MI/SDLB/Paket A/Pesantren setingkat SD, SMP/MTs/SMPLB/Paket B/ Pesantren setingkat SMP) g) Nama kepala sekolah h) Kementerian / Lembaga (Kemendikbud dan Kemenag) i) Jenis Fasdik (informal, negeri dan swasta) j) Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) k) Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) 3.Data FasilitasLayanan KESOS a) Provinsi b) Kabupaten/Kota c) Kecamatan d) Desa/Kelurahan e) Jenis fasilitas kesejahteraan sosial ( panti sosial, rumah singgah, rumah perlindungan sosial, lembaga kesejahteraan sosial) Pemutakhiran Data 1

158 f) Rutilahu g) KUBE dan usaha ekonomi produktif h) Jamsostek/askesos 4. Data Bantuan Sosial Lainnya a) Program Beras Sejahtera (rastra) b) Program Indonesia Pintar c) Program Indonesia Sehat 5. Data Status Keluarga a) Nama penanggungjawab keluarga penerima PKH b) Nama Anggota Keluarga Penyandang Disabilitas berat c) Nama Anggota Keluarga Lanjut Usia d) Tempat dan tanggal lahir pengurus e) Pekerjaan pengurus f) Nama ibu kandung g) Nama pendamping PKH h) Alamat pengurus i) Jenis kelamin j) Kategori AK (anggota keluarga) k) Hubungan AK l) Jenjang pendidikan 6.Formulir Pemutakhiran a) Pengenalan Formulir Pemutakhiran b) Tata carapengisian 2 Pemutakhiran Data

159 Pengisian formulir pemutakhiran data dilakukan dengan cara: 1) Memeriksa kelengkapan dokumen pendukung 2) Mengisi dan mencatat formulir pemutakhiran data: (a) Apakah alamat KMini ditemukan : Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah alamat KM ditemukan atau tidak (b) Apakah KM ini pindah alamat keluar wilayah PKH Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah KM ini pindah alamat ke wilayah yang bukan lokasi pelaksana PKH Prosedur pindah domisili antar wilayah PKH (desa, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi) akan dijelaskan pada bagian... (c) Apakah KM ini double dengan KM lain Pertanyaan ini untuk mengetahui apakah KM ini rangkap dengan KM lainnya, baik yang sudah menjadi peserta PKH maupun belum menjadi peserta PKH. Yang dimaksud dengan rangkap adalah jika terdapat nomor peserta PKH yang sama dengan anggota keluarga yang sama atau nama pengurus dan anggota keluarganya sama. (d) Apakah peserta PKH ini merupakan keluarga miskin? Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah peserta PKH ini merupakan keluarga miskin. Untuk peserta PKH yang dinyatakan mampu harus dilengkapi dengan surat keterangan dari aparat setempat. (e) Nama pengurus: Perempuan dewasa dari keluarga inti yang masih mengurus anggota keluarganya Identitas Pengurus keluarga (1) Tempat lahir : tempat lahir pengurus peserta PKH (2) Tanggal lahir : tanggal lahir pengurus (3) Alamat pengurus : alamat pengurus peserta PKH saat ini (4) Provinsi : provinsi tempat peserta PKH berada (5) Kabupaten : kabupaten tempat peserta PKH berada (6) Kecamatan : kecamatan tempat peserta PKH berada Pemutakhiran Data 3

160 I. dentitas Anggota Keluarga (1) Nama anggota keluarga (AK ) : Nama semua orang yang terdapat dalam satu keluarga (2) Kategori : Apa sebagai ibu hamil, anak balita, anak SD, anak SMP, l anak SMA,disabilitas berat, lanjut usia dan meninggal (3) Hubungan dengan kepala KM (KRT): Apa sebagai suami, istri, anak, menantu, cucu, orang tua, mertua, family lain dan lainnya (4) Jenis kelamin: Isi dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan (5) Tanggal lahir: Isi dengan tanggal, bulan dan tahun kelahiran AK (6) Umur: Isi dengan umur AK saat ini (7) Jenjang pendidikan: Isi jenjang pendidikan AK (8) Usia kehamilan: Isi dengan usia kehamilan dalam minggu (9) Status anak (pekerja anak, disabilitas): Isi status anak calon peserta PKH saat ini, apa ada yang bekerja (Pekerja anak) atau penyandang disabilitas (10)Nama sekolah: Isi nama sekolah tempat anak calon peserta PKH bersekolah baik formal maupun non formal (11)Nama pelayanan kesehatan: Isi nama layanan kesehatan seperti puskesmas, pustu, polindes, posyandu, pusling tempat ibu hamil dan atau anak balita mendapatkan layanan kesehatan (i) menjelaskan kewajiban yang harus dilakukan peserta PKH sebelum menandatangani kesediaan menjadi peserta PKH di formulir pemutakhiran data (ii) menjelaskan sanksi yang akan diberikan kepada peserta PKH sebelum menandatangani kesediaan menjadi peserta PKH di formulir pemutakhiran data 4 Pemutakhiran Data

161 (iii)menjelaskan tentang ketentuan sebagai peserta PKH dan meminta calon peserta untuk menandatangani form pemutakhiran data (iv) menjelaskan sanksi dan implikasi apabila tidak menjalankan komitmen (v) memberi kesempatan kepada peserta TOT untuk bertanya tentang formulir pemutakhiran data (12)Nama pelayanan kesos b.waktu Pelaksanaan Pemutakhiran data peserta PKH dilakukan setiap saat dan terus menerus sesuai dengan kondisi peserta PKH. Hasil pemutakhiran ini akan berpengaruh pada jumlah bantuan dan pelaksanaan verifikasi. Pada umumnya proses pemutakhiran data dilakukan sebelum pelaksanaan verifikasi kesehatan dan pendidikan. Namun demikian pada setiap tahapannya pelaksanaan pemutakhiran data berbeda-beda. Pelaksanaan pemutakhiran data pada setiap tahapan penyaluran bantuan dilaksanakan sebagai berikut: 1) Tahap I a) Penyaluran tahap I yang dilaksanakan pada bulan Maret mengacu pada pemutakhiran data yang dimulai bulan November, Desember dan Januari. b) Entry data dilaksanakan sampai dengan bulan Februari c) Entry verifikasi dilaksanakan pada bulan Februari d) Final closing dilaksanakan pada bulan Februari 2) Tahap II a) Penyaluran bantuan tahap II yang dilaksanakan pada bulan Juni mengacu pada pemutakhiran data yang dimulai bulan Februari, Maret dan April. b) Entry data dilaksanakan sampai dengan bulan Mei c) Entry verifikasi dilaksanakan pada bulan Mei d) Final closing dilaksanakan pada bulan Mei Pemutakhiran Data 5

162 3) Tahap III a) Penyalurantahap III hanya berdasarkan verifikasi b) Setelah dilakukan entry verifikasi langsung dilakukan temporary dan final closing c) Besaran nilai bantuan berdasarkan pemutakhiran data tahap II d) Pemutakhiran data dilakukan setelah final closing tahap III 4) Tahap IV a) Penyaluran bantuan tahap IV yang dilaksanakan pada bulan Desember mengacu pada pemutakhiran data yang dimulai bulan Agustus, September dan Oktober. b) Entry data dilaksanakan sampai dengan bulan November c) Entry verifikasi dilaksanakan pada bulan November d) Final closing dilaksanakan pada bulan November c.entry Pemutakhiran a) Pemutakhiran Data Modul ini berfungsi untuk melakukan pemutakhiran data Peserta PKH. Gambar Sub Menu Pemutakhiran Data 6 Pemutakhiran Data

163 Proses untuk mengakses halaman Pemutakhiran Data: Pilih Menu Pemutakhiran Data Pilih Sub Menu Pemutakhiran Data Tampilan Utama halaman Pemutakhiran Data akan muncul seperti dibawah ini Gambar Halaman Utama Pemutakhiran Data (menunggu aplikasi terbaru) Jumlah anggota keluarga secara otomatis akan menghitung jumlah indeks bantuan tertinggi sebanyak 3 (tiga) anggota keluarga. Proses untuk mengakses halaman Utama Pemutakhiran Data: Pilih kriteria berdasarkan Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan, Pendamping dan Kata Kunci Tekan tombol Tampilkan Data sesuai kriteria akan muncul jika ada, jika tidak ada sesuai kriteria maka data tidak akan muncul di daftar Klik angka 1, atau 2 dst.. jika ingin melihat daftar data selanjutnya Klik tanda > jika ingin melihat daftar data selanjutnya Klik tanda >> jika ingin melihat daftar data terakhir Klik tanda < jika ingin melihat daftar data sebelumnya Klik tanda << jika ingin melihat daftar data pertama Select All berfungsi untuk memberi tanda thick (?) di semua daftar data Peserta Deselect All berfungsi untuk menghapus tanda thick (?) di semua daftar data Peserta Pemutakhiran Data 7

164 Valid berfungsi untuk mengecek ke Valid an data peserta Hapus berfungsi untuk menghapus data peserta PDF berfungsi untuk mengupload daftar data peserta ke format file PDF Excel berfungsi untuk mengupload daftar data peserta ke format file Ms. Excel Klik No. Peserta di dalam daftar, untuk melakukan proses pemutakhiran data peserta tersebut Setelah meng-klik No. Peserta, maka halaman pemutakhiran Peserta akan muncul seperti dibawah ini: Gambar Halaman Detail Pemutakhiran Data 8 Pemutakhiran Data Proses untuk mengakses halaman Detail Pemutakhiran Data Peserta PKH: Pilih data Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Kelurahan Pilih data Nama Pengurus Pilih data Pendamping Masukkan data alamat di kotak Alamat Masukkan data No. RT/RW di kotak RT/RW Pilih pilihan "Apakah Alamat KM ditemukan?". Ya atau Tidak Pilih pilihan "Apakah KM ini pindah alamat keluar wilayah PKH?". Ya atau Tidak Pilih pilihan "Apakah KM ini double dengan KM lain?". Ya atau Tidak Pilih pilihan "Apakah KM ini merupakan KM sangat miskin?". Ya atau Tidak

165 Edit berfungsi untuk mengedit data sesuai dengan row data AK, maka daftar data AK akan muncul sperti dibawah ini: Beberapa keterangan mengenai field informasi yang dapat diupdate: NamaAK : informasi nama anggota keluarga KAT atau Kategori data AK HUB atau Hubungan Keluarga: hubungan anggota keluarga, pilih salah satu di antara: KRT, Anak, Istri/Suami, Mertua, dan Menantu JK atau Jenis Kelamin: informasi jenis kelamin anggota keluarga Tanggal Lahir: informasi tanggal lahir anggota keluarga, penting sekali untuk disesuaikan karena akan menentukan Persyaratan masuk program PKH (harus diisi) Umur: Umur data AK JNJG atau Jenjang Sekolah: informasi jenjang sekolah terakhir yang pernah/sedang ditempuh anggota keluarga KELAS: informasi kelas pada jenjang sekolah terakhir yang pernah/sedang ditempuh anggota keluarga STS atau Status Daftar Sekolah Sekolah atau Bersekolah di: informasi di mana anggota keluargabersekolah, posisi sistem saat ini menampilkan daftar sekolah menurut Kelurahan di mana anggota keluarga berdomisili Ketik minimal 3 huruf di kotak Sekolah, seperti gambar dibawah ini Pemutakhiran Data 9

166 Status Hamil: informasi kehamilan anggota keluarga, hanya berlaku bagi Ibu Hamil Usia atau Usia Kehamilan FASKES atau Fasilitas Kesehatan: informasi pelayanan fasilitas yang digunakan oleh anggota keluarga bersangkutan Ketik minimal 3 huruf di kotak FASKES, seperti gambar dibawah ini Hapus berfungsi untuk meng-hapus data AK sesuai dengan row data AK yang di hapus Jika ingin menambah data AK, klik tombol Tambah, maka akan mucul daftar seperti dibawah ini: Gambar daftar input data AK Klik tombol Simpan di dalam kotak daftar AK, untuk memasukkan data AK ke dalam daftar data AK Tekan tombol Batal jika ingin membatalkan proses update data Tekan tombol Simpan jika ingin menyimpan data dan mengakhiri proses b) Pemutakhiran Pindah Alamat/Berhenti Modul ini berfungsi untuk melakukan pemutakhiran data Pindah Alamat/Berhenti. 10 Pemutakhiran Data

167 Gambar Sub Menu Pemutakhiran Pindah Alamat/Berhenti Proses untuk mengakses halaman Pemutakhiran Data Pindah Alamat/Berhenti: Pilih Menu Pemutakhiran Data Pilih Sub Menu Pemutakhiran Data Pindah Alamat/Berhenti Tampilan Utama halaman Pemutakhiran Data Pindah Alamat/Berhenti akan muncul seperti dibawah ini: Gambar Halaman Utama Pemutakhiran Pindah Alamat/Berhenti Proses untuk mengakses halaman Utama Pemutakhiran Data Pindah Alamat/Berhenti: Pilih kriteria berdasarkan Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan, Pendamping dan Kata Kunci Tekan tombol Tampilkan Data sesuai kriteria akan muncul jika ada, jika tidak ada sesuai kriteria maka data tidak akan muncul di daftar Klik angka 1, atau 2 dst... jika ingin melihat daftar data selanjutnya Klik tanda > jika ingin melihat daftar data selanjutnya Klik tanda >> jika ingin melihat daftar data terakhir Klik tanda < jika ingin melihat daftar data sebelumnya Klik tanda << jika ingin melihat daftar data pertama PDF berfungsi untuk mengupload daftar data peserta ke format file PDF Pemutakhiran Data 11

168 Excel berfungsi untuk mengupload daftar data peserta ke format file Ms. Excel Klik radio button pada kolom pilih di tabel untuk memilih peserta yang akan dimutakhirkan pindah alamat/berhenti Gambar tabel Pemutakhiran Pindah Alamat/Berhenti Tekan tombol berhenti jika peserta akan diberhentikan sebagai peserta PKH Setelah menekan tombol berhenti maka akan muncul halaman seperti di bawah ini: Gambar Halaman Detail Berhenti Tekan tombol pindah jika peserta pindah alamat Setelah menekan tombol pindah maka akan muncul halama seperti di bawah ini : 12 Pemutakhiran Data

169 Gambar Halaman Detail Pindah Alamat Proses untuk mengakses halaman detail berhenti: Pilih alasan peserta diberhentikan Tekan Tombol Simpan untuk menyimpan data Pemberhentian Peserta Tekan Tombol Batal untuk membatalkan penyimpanan Proses untuk mengakses halaman detail Pindah Alamat : Pilih Drop Down Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Kelurahan baru peserta Ketik alamat baru peserta Ketik RT/RW baru peserta Ketik alasan peserta pindah Tekan Tombol Simpan untuk menyimpan data Pindah Alamat Peserta Tekan Tombol Batal untuk membatalkan penyimpanan B. PEMUTAKHIRAN DATA REGULER / RUTIN Jenis-Jenis Pemutakhiran data 1.Data status KM: a.data Double : ada double saat pemutakhiran b.bukan KSM : status ekonomi bukan keluarga sangat miskin c.tidak diketemukan : data KM tidak ditemukan saat dilakukan pemutakhiran data 2.Data Perubahan Komponen a.status ibu hamil Pemutakhiran Data 13

170 b.status ibu hamil menjadi nifas c.status bayi menjadi balita d.status balita menjadi Anak prasekolah (APRAS) e.status APRAS menjadi anak SD f.status anak SD menjadi SMP g.status anak SMP menjadi SMA h.status anak yang tidak melanjutkan sekolah i.status anak yang putus sekolah kembali kesekolah j.status anak berkebutuhan khusus k.status penyandang disabilitas berat l.status lanjut usia 3.Data Penggantian Pengurus a.ibu meninggal b.ibu pergi keluar kota/negeri karena bekerja menjadi TKW c.pergantian nama pengurus adalah wanita dewasa yang mengurus KM (nenek, bibi/tante, bude, kakak) 4.Data Perubahan Pendamping/Operator a.perubahan pendamping / operator yang mengundur kandiri b.perubahan pendamping / operator yang diberhentikan c.perubahan pendamping / operator yang tidak diperpanjang d.perubahan pendamping / operator yang di relokasi e.perubahan pendamping / operator yang pindah kecamatan (wilayah kerja) 5.Data KM pindah alamat Perubahan KM yang pindah alamat dalam satu kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi di wilayah PKH 6. Data KM mengundurkan diri a.perubahan data KM yang mengundurkan diri dengan dilengkapi dokumen pendukung dari aparat desa b.perubahan data KM tidak dapat digantikan oleh orang lain 7.Data KM dikeluarkan karena sanksi Data KMyang dikeluarkan karena tidak memenuhi komitmen selama 3 (tiga) kali berturut-turut C. PEMUTAKHIRAN DATA BESAR Pemutakhiran data besar dilakukan pada saat pergantian tahun ajaran bagi murid/siswa sekolah. 14 Pemutakhiran Data

171 1.Murid/siswa naik kelas 2.Murid SD lulus 3.Murid SD tidak lulus 4.Murid SD tidak melanjutkan ke SMP 5.Murid SD melanjutkan ke SMP 6.Siswa SMP lulus 7.Siswa SMP tidak lulus 8.Siswa SMP melanjutkan ke SMA 9.Siswa SMP tidak melanjutkan ke SMA D. CLOSING 1.Printing file temporary closing dan berikan kepada pendamping untuk dilakukan pengecekan ulang 2.Beritahukan kepada pendamping untuk memperbaiki atau mengedit data yang salah dengan cara masuk ke dalam login pendamping a.melakukan final closing b.setelah dilakukan pengecekan oleh pendamping dan tidak ada lagi perbaikan lakukan final closing pada menu aplikasi validasi 1) Membuat berita acara yang berisi rekapitulasi jumlah bantuan dan nominal dalam satu kabupaten 2) Meminta kepada dinas social untuk menandatangani berita acara final closing Pemutakhiran Data 15

172 3) Mengirimkan file (SPM.xls) hasil final closing ke PKH Pusat beserta berita acara yang sudah ditandatangani kepada dinas sosial 4) Berkoordinasi dengan PKH pusat untuk memastikan data bayar sesuai dan tidak ada kesalahan 5) Meng-administrasikan formulir pemutakhiran data dan menyimpan dengan baik di PKH Kabupaten/Kota 16 Pemutakhiran Data

173 PENGELOLAAN SUMBER DAYA A. PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang (SDM) merupakan komponen utama yang berperan terhadap suksesnya tujuan organisasi dalam mengelola sebuah kegiatan/program. Merujuk kepada Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, SDM PKH merupakan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan di lingkup Direktorat Jaminan Sosial. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, Kementerian Sosial harus memiliki sistem pengelolaan sumber daya manusia yang terukur dan komprehensif, sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan pengembangannya dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara. Mengingat perannya yang cukup strategis dalam suksesnya pelaksanaan PKH, maka sumber daya manusia harus dikelola secara profesional dan senantiasa ditingkatkan kualifikasi kompetensinya sebagai bagian dari tuntutan profesional serta ditingkatkan kualitas kepribadian dan tertib administrasinya. Hal ini penting, mengingat sangat dibutuhkan dalam menjalankan tugasnya, khususnya tugas pendampingan dan pemberdayaan bagi keluarga miskin yang menjadi sasaran dari Program Keluarga Harapan. Dalam pedoman ini terdapat 5 bagian yaitu seleksi, pengelolaan, penilaian kinerja, bimbingan teknis dan pendidikan latihan bagi SDM PKH. I. SELEKSI SUMBER DAYA MANUSIA 1. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP a. Maksud dan Tujuan Pedoman Operasional Seleksi SDM PKH dimaksudkan untuk memberikan arah dan panduan kepada para petugas dalam Pengelolaan SDM 1

174 melaksanakan seleksi Pendamping, Operator, Koordinator Kabupaten/Kota, Koordinator Wilayah dan Tenaga Ahli, dengan tujuan sebagai berikut: 1) Terlaksananya proses seleksi Pendamping, Operator, Koordinator Kabupaten/Kota, Koordinator Wilayah dan Tenaga Ahli yang efektif, transparan, obyektif dan akuntabel sesuai dengan standar di seluruh lokasi pelaksanaan seleksi yang telah ditentukan; 2) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan seleksi SDM PKH; 3) Mendapatkan SDM PKH sesuai dengan persyaratan dan kriteria yang ditetapkan. b. Ruang Lingkup Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan seleksi SDM PKH di lingkungan Direkorat Jaminan Sosial Keluarga meliputi: 1) Analisis kebutuhan melalui prosedur need assesment (penilaian kebutuhan) 2) Penetapan kebutuhan dan potensi seleksi calon SDM PKH 3) Pelaksana seleksi calon SDM PKH adalah Subdit Sumber Daya - Direktorat Jaminan Sosial Keluarga 4) Penanggung jawab seleksi adalah Direktur Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial RI 5) Sasaran yang hendak dicapai adalah terwujudnya ketentuan dan mekanisme pelaksanaan seleksi calon SDM PKH yang cepat, tepat, akurat dan memenuhi aspek akuntabilitas. 6) Keluaran (output) pelayanan adalah penetapan hasil seleksi melalui Berita Acara Hasil Seleksi serta calon SDM PKH 7) Kemanfaatan (outcome) pelayanan adalah terpenuhinya kebutuhan SDM PKH Direktorat Jaminan Sosial Keluarga KEBIJAKAN SELEKSI SDM Penetapan kebutuhan seleksi SDM PKH dilakukan untuk memenuhi jumlah SDM yang akan ditugaskan untuk pendampingan PKH didasarkan atas analisis kebutuhan yang dihitung oleh Subdit Sumber Daya, Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Penetapan kebutuhan ini memperhatikan rasio kebutuhan yang dihitung berdasarkan tingkat kesulitan kerja, beban kerja serta aspek-aspek lainnya yang berpengaruh terhadap pelaksanaan PKH. Pengelolaan SDM

175 a. Persyaratan Seleksi 1) Persyaratan Umum Persyaratan umum bagi calon SDM PKH yang dijaring melalui proses seleksi, dengan ketentuan sebagai berikut: a) Warga Negara Indonesia; b) Tidak berkedudukan sebagai CPNS/PNS/TNI/POLRI; c) Siap dan bersedia bekerja purna waktu serta ditempatkan pada wilayah sesuai dengan kebutuhan PKH; d) Tidak berkedudukan sebagai pengurus, anggota dan atau berafiliasi Partai Politik; e) Tidak pernah dan atau sedang tersangkut kasus hukum baik pidana maupun perdata; f) Bagi Pendamping usia Minimal 19 (sembilan belas) tahun maksimal 45 (empat puluh lima) tahun pada saat seleksi; g) Bagi Operator usia maksimal 45 (empat puluh lima) tahun pada saat seleksi; h) Bagi Koordinator Kabupaten/Kota, Suprevisor/koordinator Wilayah, Koordinator Regional dan Tenaga Ahli usia maksimal 55 (lima puluh lima) tahun pada saat seleksi; i) Bebas dari Narkoba dan Zat Adiktif lainnya; j) Sehat jasmani dan rohani; k) Lulusan Perguruan Tinggi atau Sekolah yang program studinya terakreditasi bagi pendidikan Sarjana, Diploma IV, Diploma III dan SMK; l) Tidak terikat kontrak kerja dengan pihak lain; m) Mampu mengoperasikan komputer dan menggunakan aplikasi pengolahan data perkantoran; n) Bersedia menandatangani Pakta Integritas apabila terpilih menjadi SDM Kessos PKH Tahun 2016; o) Mengikuti seluruh tahapan seleksi. 2) Persyaratan Khusus Persyaratan Umum a) Persyaratan Khusus Pendamping (1) Pendidikan Diploma IV/Sarjana Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan Sosial: (2) Mengikuti pelatihan di bidang pekerjaan sosial dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; (3) Memiliki pengalaman praktek pekerjaan sosial/pelayanan kesejahteraan sosial. Pengelolaan SDM 3

176 b) Pendidikan Sarjana dan Diploma di bidang ilmu-ilmu sosial terapan diutamakan: (1) Mengikuti pelatihan di bidang pekerjaan sosial dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; (2) Memiliki pengalaman praktek pekerjaan sosial/pelayanan kesejahteraan social. c) Pendidikan Sarjana atau Diploma di bidang sosial, diutamakan: (1) Mengikuti pelatihan di bidang pekerjaan sosial dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; (2) Memiliki pengalaman praktek pekerjaan sosial/pelayanan kesejahteraan sosial. d) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesejahteraan Sosial / Pekerjaan Sosial/ Keperawatan, diutamakan: (1) Mengikuti pelatihan di bidang pekerjaan sosial dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; (2) Memiliki pengalaman praktek pekerjaan sosial/pelayanan kesejahteraan sosial. 3) Persyaratan Khusus Operator a) Pendidikan Diploma/Sarjana di bidang Komputer /Informatika : (1) Mengikuti pelatihan di bidang komputer/pengolahan data dan internet; (2) Mengikuti praktek pekerjaan di bidang komputer/ pengolahan data dan internet. b) Pendidikan Diploma/Sarjana di bidang Statistik/Teknik, diutamakan : (1) Mengikuti pelatihan di bidang komputer/pengolahan data dan internet; (2) Mengikuti praktek pekerjaan di bidang komputer/pengolahan data dan internet. c) Pendidikan Diploma/Sarjana di bidang selain di bidang Komputer, Informatika, Statistik atau Teknik, diutamakan : (1) Mengikuti pelatihan di bidang komputer/pengolahan data dan internet; (2) Mengikuti praktek pekerjaan di bidang komputer/ pengolahan data dan internet. 4 Pengelolaan SDM

177 4) Persyaratan Khusus Koordinator Kabupaten/Kota a) Memiliki tingkat pendidikan sekurang-kurangnya Dimploma III lebih diutamakan Sarjana Strata I; b) Memiliki kemampuan menjalankan komputer, aplikasi perkantoran/ office dan internet; c) Memiliki pengalaman dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat dan/atau perlindungan sosial; d) Memiliki kemampuan dalam mengorganisasi pelaksanaan kegiatan program dan kegiatan sektoral; e) Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pelatihan dan peningkatan kapasitas; f) Memiliki kemampuan manajerial dan pengendalian kegiatan; g) Memiliki kemampuan analisis dan pemecahan masalah kebijakan implementasi program 5) Persyaratan Khusus Koordinator Regional dan Koordinator Wilayah a) Memiliki tingkat pendidikan sekurang-kurangnya Sarjana Strata I; b) Memiliki kemampuan menjalankan komputer, aplikasi perkantoran/ office dan internet; c) Memiliki pengalaman dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat dan/atau perlindungan sosial; d) Memiliki kemampuan dalam mengorganisasi pelaksanaan kegiatan program dan kegiatan sektoral; e) Memiliki kemampuan dalam melakukan fasilitasi kerja sama antar instansi/lembaga; f) Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pelatihan dan peningkatan kapasitas; g) Memiliki kemampuan manajerial dan pengendalian kegiatan; h) Memiliki kemampuan fasilitasi dan advokasi program; i) Memiliki kemampuan analisis dan pemecahan masalah implementasi program; 6) Persyaratan Khusus Tenaga Ahli a) Memiliki tingkat pendidikan sekurang-kurangnya Sarjana strata I; b) Memiliki kemampuan menjalankan komputer, aplikasi perkantoran/ office dan internet; c) Memiliki pengalaman dalam pendampingan program pemberdayaan masyarakat dan/atau perlindungan sosial; Pengelolaan SDM 5

178 6 d) Memiliki kemampuan dalam merumuskan kebijakan pelaksanaan program; e) Memiliki kemampuan dalam merancang strategi implementasi program; f) Memiliki kemampuan dalam mengorganisasi pelaksanaan program dan kegiatan sektoral; g) Memiliki kemampuan dalam melakukan advokasi dan fasilitasi kerja sama antar instansi/lembaga; h) Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pelatihan dan peningkatan kapasitas; i) Memiliki kemampuan manajerial dan pengendalian kegiatan; j) Memiliki kemampuan analisis dan pemecahan masalah implementasi program; b. Tempat Pendaftaran 1) Tempat Pendaftaran Secara Online Pendaftaran secara Online adalah penerimaan pendaftaran pelamar calon SDM PKH yang dilakukan melalui internet sebagai media pendaftaran, dimana pendaftaran dilakukan secara langsung melalui website Kementerian Sosial dengan alamat portal Proses ini dilakukan untuk penambahan kebutuhan SDM PKH di lokasi pengembangan dan/atau lokasi lama yang mendapatkan penambahan peserta PKH (saturasi) dilakukan. 2) Media Pendaftaran Secara Onffine Pendaftaran secara offline adalah penerimaan pendaftaran pelamar calon SDM PKH yang dilakukan secara langsung melalui Panitia Seleksi yang telah ditetapkan oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga. Proses ini dilakukan untuk kebutuhan penggantian SDM PKH karena sebab pengunduran diri, meninggal, dan pengakhiran kerja. 3. PELAKSANA SELEKSI a. Struktur Pelaksana 1) Panitia Seleksi Panitia Seleksi Kementerian Sosial terdiri dari: Pengarah :Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Penanggung Jawab : Direktur Jaminan Sosial Keluarga Ketua : Kasubdit Sumber Daya Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Sekretaris :Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Pengelolaan SDM

179 Anggota : Pegawai Kementerian Sosial yang ditunjuk dengan SK Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. Jumlah anggota panitia pelaksana seleksi disesuaikan dengan kebutuhan. Panitia Seleksi Daerah terdiri dari : Penanggung Jawab : Kepala Dinas/Istansi Sosial Kabupaten/ Kota Ketua : Kepala Bidang Sosial/Instansi Sosial Sekretaris : Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Anggota : Pegawai di lingkungan Dinas Sosial/Institusi Sosial yang ditunjuk dengan SK Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. Jumlah anggota panitia pelaksana seleksi disesuaikan dengan kebutuhan. 2) Tim Seleksi a) Tim Penguji Petugas yang diberi kewenangan untuk melakukan proses seleksi di lokasi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Tim Penguji terdiri dari: (1) Asesor Kementerian Sosial, (2) Pegawai Kementerian Sosial yang ditugaskan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga; (3) Tingkat pendidikan minimal S1 atau sederajat; (4) Telah mengikuti pembekalan dari Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. b) Asesor Psikolog (1) Psikolog dan Sarjana Psikologi yang ditunjuk dan ditugaskan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. (2) Telah mengikuti pembekalan Seleksi SDM PKH dari Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Pengelolaan SDM 7

180 c) Tim Penguji Praktek (bagi Operator) (1) Penguji yang ditugaskan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. (2) Menguasai aplikasi pengolahan data, khsusunya Microsoft Office, jaringan dan internet. (3) Telah mengikuti pembekalan dari Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. 3) Petugas Administrasi a) Pegawai pada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dan/atau pegawai direktorat lain yang ditugaskan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga; b) Telah mengikuti pembekalan dari Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. b. Tugas dan Tanggung Jawab 1) Panitia Seleksi Tugas dan tanggung jawab Panitia Seleksi SDM PKH adalah: a) Melakukan koordinasi persiapan pelaksanaan seleksi dengan pihak-pihak terkait; b) Menyebarluaskan informasi tentang seleksi SDM PKH pada lokasi yang membutuhkan SDM; c) Memantau dan mengendalikan kelancaran pelaksanaan seleksi SDM PKH; d) Memberikan rekomendasi hasil pelaksanaan seleksi SDM PKH kepada Ketua Panitia Seleksi; e) Melakukan evaluasi pelaksanaan seleksi SDM PKH. 2) Tim Seleksi Tugas dan tanggung jawab Tim Seleksi SDM PKH adalah sebagai berikut: a) Asesor Kementerian Sosial (1) Menyiapkan bahan-bahan dan melaksanakan seleksi calon SDM PKH (2) Memeriksa hasil tes tertulis, dan melakukan penilaian/skoring (3) Menyampaikan hasil skoring kepada asesor psikolog (4) Melaksanakan pengamatan dan penilaian terhadap peserta seleksi pada pelaksanaan Bimtek PKH (5) Melaksanakan wawancara berdasarkan isian form wawancara konfirmasi 8 Pengelolaan SDM

181 (6) Menyusun laporan pelaksanaan seleksi dan menyerahkan kepada petugas administrasi atau kepada Panitia Seleksi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. b) Asesor Psikolog : (1) Melaksanakan psikotes kepada seluruh calon SDM PKH (2) Memeriksa hasil tes dan membuat narasi hasil analisis psikologi (3) Membuat rekapitulasi hasil penilaian calon SDM PKH (4) Membuat rekomendasi kelulusan hasil seleksi dan melaporkan kepada Panitia Seleksi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. c) Penguji Praktek Komputer untuk Operator (1) Menyiapkan bahan-bahan ujian praktek (2) Melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan ujian praktek (3) Memeriksa hasil dan melakukan penilaian/ kelulusan sesuai materi, standarisasi dan kriteria kelulusan (4) Menyusun dan melaporkan rekapitulasi hasil Ujian Praktek ke Panitia Seleksi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. d) Petugas Administrasi (1) Menyelesaikan administrasi keuangan kegiatan seleksi (2) Bekerjasama dengan dinas/instansi sosial provinsi, kabupaten/kota terkait pertanggungjawaban keuangan (3) Memeriksa dan mencocokkan identitas peserta seleksi SDM PKH dan berkas lamaran beserta kelengkapan dokumen lainnya (4) Mendokumentasikan kegiatan selama seleksi (5) Membawa dan menyerahkan berkas-berkas lamaran peserta yang mengikuti seleksi kepada Panitia Seleksi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga (6) Membawa dan menyerahkan berkas-berkas administrasi keuangan ke Bagian Keuangan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Pengelolaan SDM 9

182 4. PELAKSANAAN SELEKSI Seleksi calon SDM PKH dilaksanakan secara terbuka dengan ketentuan sistem gugur, artinya pelamar yang tidak lulus pada tahapan seleksi sebelumnya tidak dapat mengikuti tahapan seleksi berikutnya. Tahapan seleksi SDM PKH terdiri dari: (1) publikasi (2) pendaftaran; (3) seleksi administrasi, (4) pemanggilan peserta seleksi, dan (5) tes kompetensi bidang. a. Publikasi Publikasi atau pengumuman informasi seleksi SDM PKH dilaksanakan oleh Panitia Seleksi SDM PKH Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial RI, dengan kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun desain iklan dengan materi memuat informasi mengenai hal-hal sebagai berikut; 2) Posisi/nama jabatan yang dibutuhkan; 3) Cara, jadwal dan tempat pendaftaran; 4) Persyaratan untuk setiap posisi/nama jabatan; 5) Batas waktu penerimaan surat lamaran. b. Mengirim surat ke pihak-pihak terkait tentang rencana seleksi SDM PKH di lokasi yang telah ditetapkan dengan melampirkan lembar pengumuman. c. Mempublikasikan/mensosialisasikan pengumuman seleksi SDM PKH kepada masyarakat secara luas melalui: 1) Media cetak 2) Media online 3) Media sosial 4) Penyebaran pamflet dan brosur d. Pendaftaran Pelamar melakukan pendaftaran/registrasi secara online dilakukan melalui alamat sesuai batas waktu yang telah ditentukan, sedangkan pendaftaran secara offline dilakukan secara langsung melalui Panitia Seleksi sesuai lokasi dan batas waktu yang telah ditentukan. Pelamar yang telah melakukan registrasi dan melengkapi data lamaran akan mendapatkan nomor registrasi dan formulir pendaftaran sebagai bukti kepesertaan seleksi SDM PKH, dengan data: 1) Data pribadi, meliputi: " Nama lengkap; " Nama panggilan; 10 Pengelolaan SDM

183 " Nomor KTP; " Tempat lahir; " Tanggal lahir; " Jenis Kelamin; " Agama; " Alamat sesuai KTP; " Status Perkawinan; " Nomor telepon rumah/hp; " Alamat pribadi; " Posisi yang dilamar; " Tanggal Pengisian. 2) Data Pendidikan 3) Data Pelatihan yang relevan 4) Pengalaman Kerja, terdiri dari: " Tempat Kerja; " Posisi /Jabatan; " Tugas Pokok; " Spesialisasi; " Tahun Masuk; " Tahun Berhenti. 5) Pengalaman Organisasi (yang relevan dengan posisi yang dilamar) berisi : " Nama Organisasi; " Tahun Pelaksanaan; " Jabatan 6) Referensi : " Nama; " Lembaga; " Jabatan e. Dokumen Pendafaran Dokumen pendaftaran seleksi SDM PKH yang diperlukan, meliputi: 1) Foto copy KTP; 2) Foto copy Ijazah terakhir; 3) Foto copy transkrip nilai/daftar nilai/nem 4) Daftar riwayat hidup/biodata 5) Pas foto Terbaru ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar; 6) Surat keterangan atau sertifikat pegalaman kerja/praktek; 7) Surat Keterangan sehat dari Unit Pelayanan Kesehatan Setempat; Pengelolaan SDM 11

184 8) Sertifikat pelatihan dan sertifikat lainnya yang relevan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) File berkas lamaran yang diunggah secara keseluruhan tidak melebihi 500 kb. 2) Seluruh dokumen data pribadi dan daftar riwayat hidup pelamar online adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan 3) Lamaran yang telah diajukan sebelum pengumuman seleksi dinyatakan tidak berlaku dan wajib mengikuti ketentuan seleksi 4) Seluruh proses seleksi SDM PKH tidak dipungut biaya apapun 5) Panitia Seleksi SDM PKH tidak bertanggung jawab atas pungutan atau tawaran berupa apapun oleh oknum yang mengatasnamakan Kementerian Sosial RI atau Panitia Seleksi SDM PKH 6) Berkas lamaran yang telah masuk menjadi milik Panitia Seleksi SDM PKH. f. Seleksi Administrasi Seleksi administrasi merupakan salah satu tahap seleksi yang diperlukan untuk melakukan penilaian kelayakan pelamar seuai dengan ketentuan: 1) Panitia Seleksi SDM PKH hanya memproses berkas pelamar yang telah melengkapi data lamaran 2) Apabila terdapat berkas dokumen yang tidak sesuai dengan persyaratan, maka pelamar tidak diperbolehkan mengikuti seleksi dan dianggap gugur. 3) Salinan dokumen kelengkapan lamaran yang dilegalisir harus dibawa dan ditunjukkan kepada Tim Seleksi sebelum pelaksanaan tes. g. Pemanggilan Peserta Tes Pemanggilan peserta tes baik yang mendaftar secara online maupun offline disampaikan melalui pelamar, sms broadcast, pemanggilan yang dilakukan oleh panitia daerah melalui telepon, dan media lain yang dianggap efektif. Peserta yang dinyatakan Lulus Seleksi Administrasi selanjutnya dipanggil mengikuti untuk mengikuti Tes Kompetensi Bidang dan wajib membawa seluruh kelengkapan berkas lamaran yang disusun secara secara berurutan meliputi : 12 Pengelolaan SDM

185 1) Surat lamaran yang ditulis dengan tulisan tangan, menggunakan tinta hitam dan ditujukan kepada Panitia Seleksi SDM PKH 2) Formulir pendaftaran secara online yang telah ditandatangani 3) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) 4) Pas photo berwarna berlatar belakang warna biru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar 5) Fotocopy Ijazah dan Transkrip Nilai/Daftar Nilai/NEM yang telah dilegalisir sebanyak 1 rangkap 6) Surat Keterangan Sehat dari Dokter Pemerintah 7) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang masih berlaku 8) Surat Keterangan dari dokter yang menyatakan jenis disabilitas (khusus bagi pelamar penyandang disabilitas, guna mempermudah aksesbilitas) 9) Fotocopy Sertifikat Pelatihan terkait 10) Surat keterangan pengalaman praktek dan atau keteribatan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial 11) Surat pernyataan tidak terikat kontrak kerja dengan pihak lain 12) Surat penyataan tidak menjadi pengurus, anggota dan atau memiliki afiliasi dengan Partai Politik Formulir-formulir sebagaimana tersebut di atas diperoleh melalui website Kementerian Sosial RI pada alamat h. Tes Kompetensi Bidang Tes Kompetensi Bidang calon SDM PKH dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Peserta seleksi tes kompetensi bidang adalah pelamar yang dinyatakan lulus seleksi administrasi dan melengkapi persyaratan pendaftaran sebelum peleksanaan tes kompetensi bidang 2) Tes kompetensi bidang dilakukan dengan mengggunakan metode Psikotes, Observasi, dan Tes Tertulis. 3) Khusus untuk seleksi calon Operator ditambah dengan uji praktek komputer. 4) Tes kompetensi bidang dilaksanakan di lokasi sesuai kebutuhan PKH dengan waktu dan tempat pelaksanaan ditentukan oleh Panitia Seleksi Pengelolaan SDM 13

186 5) Dalam pelaksanaan seleksi kompetensi (Psikotes, Observasi dan Tes Tertulis) biaya transportasi dan akomodasi peserta dari ibukota Provinsi, Kabupaten/Kota tempat tinggal ke lokasi seleksi akomodasi ditanggung oleh panitia seleksi. i. Tes Kompetensi Bidang Calon Pendamping Tes kompetensi Bidang calon Pendamping dilakukan melalui serangkaian tahapan seleksi: 1) Tes psikologi, dilaksanakan oleh Tim Psikolog 2) Observasi saat bimbingan teknis tentang PKH, meliputi: a) Partisipasi dan tingkat keaktifan b) Kemampuan adaptasi c) Kemampuan penguasaan suasana d) Kemampuan menyampaikan pendapat e) Sikap menghargai f) Kerja sama 3) Tes tertulis tentang pengetahuan sosial dan materi bimbingan teknis PKH j. Tes Kompetensi Bidang Calon Operator Tes kompetensi Bidang calon Operator dilakukan melalui serangkaian tahapan seleksi: 1) Tes psikologi, dilaksanakan oleh Tim Psikolog 2) Pengamatan saat bimbingan teknis tentang PKH, meliputi: a) Partisipasi dan tingkat keaktifan b) Kemampuan adaptasi c) Kemampuan penguasaan suasana d) Kemampuan menyampaikan pendapat e) Sikap menghargai f) Kerja sama 3) Tes tertulis tentang pengetahuan ilmu komputer dan materi bimbingan teknis PKH 4) Tes praktek pengerjaan soal-soal pengolahan data dengan computer k. Tes Kompetensi Bidang untuk Tenaga Ahli, Koordinator Wilayah dan Supervisor Kabupaten/Kota Tes kompetensi Bidang calon Operator dilakukan melalui serangkaian tahapan seleksi, meliputi: 14 Pengelolaan SDM

187 1) Tes psikologi Tes psikologi terdiri dari serangkaian tes psikometri untuk mengukur potensi, kemampuan kognitif, gaya kerja, dan kecenderungan perilaku melalui kesesuaian profil peserta seleksi terhadap profil posisi/jabatan yang dibutuhkan. 2) Wawancara Wawancara kompetensi dilaksanakan dengan pengajuan serangkaian pertanyaan yang telah ditentukan untuk mengukur kompetensi tertentu kepada setiap peserta secara individual dengan mengacu kepada panduan wawancara berbasis kompetensi yang telah ditentukan 3) Focus Group Discussion (FGD) a) FGD dilaksanakan dengan penyampaian topik masalah untuk didiskusikan oleh peserta seleksi; b) Peserta FGD diamati dan dinilai perilaku dan keaktifannya dengan menggunakan formulir pengamatan/penilaian c) FGD dilakukan dengan jumlah minimal empat orang peserta, apabila kurang dari empat orang cukup dengan wawancara kompetensi. 4) Wawancara Konfirmasi Wawancara konfirmasi dilakukan untuk menggali dan memastikan kesediaan peserta seleksi terkait: a) Penempatan lokasi kerja b) Kesediaan tidak mengundurkan diri minimal satu tahun setelah dinyatakan lulus c) Besaran honor yang diterima d) Bekerja secara purna waktu, dan e) Tidak memiliki ikatan kerja dengan pihak lain (double jobs) Rekomendasi kelulusan SDM PKH yang disampaikan kepada Panitia Seleksi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dengan mempertimbangkan bobot nilai seluruh item materi seleksi yang telah dilaksanakan. 5. Hasil Seleksi a. Kategori Hasil Seleksi Pengelolaan SDM 15

188 II. PENGELOLAAN SDM Kategori kelulusan hasil seleksi SDM PKH dibagi menjadi 3 (tiga) kategori berikut: 1) Lulus, artinya memenuhi syarat untuk dipekerjakan sebagai SDM PKH dan diterbitkan SK pengangkatannya 2) Lulus Cadangan, artinya memenuhi syarat untuk dipekerjakan sebagai SDM PKH dan ditetapkan sebagai cadangan 3) Tidak Lulus, artinya tidak memenuhi syarat untuk dipekerjakan sebagai SDM PKH. b. Pengumuman Hasil Seleksi Pengumuman hasil seleksi administrasi dan tes kompetensi bidang dapat diakses melalui website serta disampaikan melalui dan SMS kepada masing-masing pelamar yang dinyatakan lulus. Pengumuman hasil seleksi SDM PKH terdiri dari seleksi administrasi dan tes kompetensi bidang, dengan ketentuan: 1) Keputusan Panitia Seleksi SDM PKH ditetapkan oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. 2) Apabila di kemudian hari diketahui pelamar memberikan data/keterangan tidak benar, maka Panitia Seleksi SDM PKH berhak membatalkan hasil seleksi. 3) Kelalaian akibat tidak mengikuti perkembangan informasi menjadi tanggung jawab pelamar. 1. MAKSUD DAN TUJUAN Pedoman Operasional Pengelolaan SDM PKH ini dibuat sebagai acuan dalam pengelolaan SDM PKH, dengan penerapan siklus mutu berupa perencanaan, pelaksanaan, monitoring serta evaluasi. Dengan demikian pemanfaatan Pedoman Operasional Pengelolaan SDM ini diharapkan dapat: a. mendorong pemenuhan kebutuhan SDM PKH baik secara kuantitas maupun kualitas yang proporsional terhadap kebutuhan riil untuk menjamin pelaksanaan PKH sesuai dengan visi, misi 16 Pengelolaan SDM

189 dan tujuan dicanangkannya program; b. mendorong dikembangkannya kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas SDM baik secara kompetensi, kemampuan teknis maupun etika dan kepribadiannya; c. mendorong implementasi kode etik ASN sebagai acuan dalam mengawal nilai dasar yang harus dimiliki oleh SDM pelaksana PKH. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah terwujudnya ketentuan dan mekanisme pengelolaan SDM PKH yang efektif, efisien dan memenuhi aspek akuntabilitas. 2. RUANG LINGKUP a. Analisis pemetaan potensi SDM b. Ruang lingkup pengelolaan SDM meliputi perekrutan, seleksi, pemisahan dan pengakhiran c. Remunerasi atau kompensasi akibat melaksanakan pekerjaan meliputi pembayaran honorarium, tunjangan kinerja, kompensasi lain yang bersifat non keuangan d. Pengelola SDM adalah Subdit Sumber Daya - Direktorat Jaminan Sosial Keluarga e. Penanggung jawab pengelolaan SDM adalah Direktur Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial f. Keluaran (output) adalah tersedianya SDM untuk kelancaran pelaksanaan PKH g. Kemanfaatan (outcome) adalah terciptanya budaya kerja berbasis kompetensi dalam pelaksanaan PKH. 3. STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA PKH Struktur organisasi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga sebagai pelaksana Program Keluarga Harapan tahun 2016 sesuai Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial Republik Indonesia. a. Sub Direktorat Validasi dan Terminasi Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Sub Direktorat Validasi dan Terminasi terdiri dari Seksi Validasi dan Seksi Terminasi, yang didukung oleh Tenaga Ahli, Staf dan Operator. b. Sub Direktorat Bantuan Sosial Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Sub Direktorat Bantuan Sosial terdiri dari Seksi Perencanaan Pengelolaan SDM 17

190 Kebutuhan Bantuan Sosial dan Seksi Pemanfaatan Bantuan Sosial, yang didukung oleh beberapa Tenaga Ahli, Staf dan Operator. c. Sub Direktorat Kepesertaan Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Sub Direktorat Kepesertaan terdiri dari Seksi Pemantauan dan Evaluasi Kepesertaan dan Seksi Peningkatan Kapasitas Kepesertaan, yang didukung oleh beberapa Tenaga Ahli, Staf dan Operator. d. Sub Direktorat Sumber Daya Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Sub Direktorat Sumber Daya terdiri dari Seksi Analisis dan Pemetaan Potensi Sumber Daya dan Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya, yang didukung oleh beberapa Tenaga Ahli, Staf dan Operator. 18 Pengelolaan SDM

191 4. PERENCAANAAN KEBUTUHAN SDM Perencanaan kebutuhan SDM pelaksana PKH, dilakukan oleh Subdit Sumber Daya dengan mekanisme sebagai berikut: a. Perencanaan kebutuhan SDM dilakukan oleh Subdit Sumber Daya berdasarkan analisis dan telaah Tenaga Ahli Sumber Daya b. Jumlah kebutuhan SDM yang telah dihitung oleh Subdit Sumber Daya dilakukan konfirmasi kepada pihak yang membutuhkan SDM c. Hasil konfirmasi dari pihak yang membutuhkan SDM digunakan sebagai pertimbangan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dalam menentukan jumlah kebutuhan seleksi SDM d. Keputusan penetapan kebutuhan seleksi SDM menjadi wewenang Direktur Jaminan Sosial Keluarga. 1) Perencanaan Kebutuhan Pendamping Perencanaan kebutuhan Pendamping PKH ditentukan berdasarkan rasio yang mempertimbangkan kategori/tingkat kesulitas lokasi tugas. Tabel 1. Rasio Pendamping 2) Perencanaan Kebutuhan Operator Perencanaan kebutuhan Operator tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota pelaksana PKH ditetapkan dengan rasio sebagaimana tabel 2 berikut: Tabel 2. Rasio Operator Pengelolaan SDM 19

192 Jumlah kebutuhan Operator Provinsi dan Kabupaten/Kota minimal sebanyak 2 orang dan maksimal 10 orang. 3) Perencanaan Kebutuhan Koordinator Kabupaten/Kota Perencanaan kebutuhan Koordinator Kabupaten/Kota untuk tiap kabupaten/kota ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut: a) Jumlah Koordinator Kabupaten/Kota dalam satu Kabupaten/Kota pelaksana PKH adalah satu orang b) Kabupaten/Kota yang dapat ditempatkan Koordinator Kabupaten/ Kota minimal terdiri dari dua kecamatan dengan jumlah minimal lima orang Pendamping dan Operator c) Mekanisme rekrutmen Koordinator Kabupaten/Kota dapat dilakukan melalui seleksi terbuka atau dengan cara promosi kenaikan jabatan d) Promosi kenaikan jabatan dapat diajukan oleh dua pihak, terdiri dari Ketua Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dan Koordinator Wilayah dengan persyaratan: (i) Koordinator Kabupaten/Kota yang diajukan berasal dari Pendamping atau Operator yang berkinerja terbaik (ii) Pengajuan rekomendasi Koordinator Kabupaten/Kota disertai dengan dokumen: 1) Surat rekomendasi dua pihak, 2) Hasil penilaian dua pihak, 3) Surat pernyataan kesediaan menjadi Koordinator Kabupaten/Kota dari nama yang diajukan e) Perencanaan kebutuhan dan penetapan hasil seleksi/rekomendasi Koordinator Kabupaten/Kota menjadi wewenang Direktur Jaminan Sosial Keluarga. 4) Perencanaan Kebutuhan Koordinator Wilayah Perencanaan kebutuhan Koordinator Wilayah dalam satu provinsi diperlukan dalam rangka pendampingan Kabupaten/Kota pelaksana PKH. Adapun jumlah pendampingan Kabupaten/Kota tiap satu orang Koordinator Wilayah dalam satu provinsi ditetapkan 5 hingga 11 Kabupaten/Kota 5) Perencanaan Kebutuhan Koordinator Regional Perencanaan kebutuhan Koordinator Regional ditetapkan 20 Pengelolaan SDM

193 sesuai kebutuhan tahun berjalan dan berdomisili di PKH Pusat. 6) Perencanaan Kebutuhan Tenaga Ahli pada Sub Direktorat Jaminan Sosial Keluarga ditetapkan mengacu struktur organisasi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Sub Direktorat dan Sub Bagian. 5. KEBIJAKAN MUTU SDM Sesuai Undang-undang ASN Nomor 5 tahun 2014 pasal 93, Kementerian Sosial menerapkan kebijakan mutu SDM meliputi: penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, remunerasi/penggajian, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, kedisiplinan, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan perlindungan. Untuk mendapatkan SDM yang bermutu, dilakukan dengan cara: a. Merekrut SDM yang memiliki integritas, kompetensi dengan standar kualifikasi dan pengalaman kerja sesuai dengan kebutuhan program; b. Melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana kerja SDM mulai dari pusat hingga daerah c. Mengatur pelaksanaan kerja SDM terhadap hari dan jam kerja, hari libur, izin, cuti dan penugasan d. Menyiapkan kegiatan pendidikan dan pelatihan dan bimbingan teknis serta memberi kesempatan dan fasilitas bagi SDM untuk mengembangkan kompetensi, potensi dan prestasi dalam melaksanakan tugas pendampingan program dan pemberdayaan masyarakat e. Menerapkan sistem penilaian prestasi kerja SDM, penghargaan berdasarkan asas kemanfaatan, kelayakan, dan legalitas yang meliputi aspek penerapan tugas pokok dan fungsi dan pemberdayaan masyarakat f. Menerapkan kebijakan reward (penghargaan) dan punishment (sanksi) g. Memberlakukan kode etik SDM serta melengkapinya dengan sanksi bagi yang melanggarnya. 1) Standar Kompetensi SDM Kompetensi adalah karakteristik dan kemampuan kerja Pengelolaan SDM 21

194 yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai tugas dan/atau fungsi jabatan. Standar kompetensi untuk SDM PKH, meliputi: a) Memiliki kompetensi teknis tentang pengetahuan program perlindungan sosial, program bantuan sosial, pendampingan sosial, dan pemberdayaan masyarakat b) Memiliki pengalaman/praktek kerja di bidang pekerjaan sosial, pendampingan masalah-masalah sosial atau pemberdayaan masyarakat c) Memiliki kompetensi personal meliputi hubungan interpersonal, orientasi terhadap kualitas, kemampuan penyelesaian masalah, pengendalian, dan ketaatan. 2) Azas dan Prinsip Penyelenggaraan manajemen mutu SDM PKH dilakukan berdasarkan azas berikut: a) Kepastian hukum b) Profesionalitas dan kemandirian c) Keterpaduan dan proporsionalitas d) Akuntabilitas, efektif dan efisien e) Keterbukaan dan pendelegasian f) Persatuan dan kesatuan g) Keadilan dan kesetaraan, serta h) Kesejahteraan (UU ASN no. 5 tahun 2014, Pasal 2). Prinsip dasar sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip: a) Nilai dasar b) Kode etik dan kode perilaku c) Komitmen, integritas moral dan tanggung jawab pada pelayanan publik d) Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas e) Kualifikasi akademik f) Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas, dan g) Profesionalitas jabatan (UU ASN No. 5 tahun 2014, Pasal 3) 3) Nilai Dasar Mengacu kepada Undang-Undang No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pengelolaan SDM harus mampu menghasilkan pegawai yang profesional, memiliki 22 Pengelolaan SDM

195 nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk keperluan tersebut dalam pengelolaan SDM menerapkan nilai-nilai dasar yang menjadi pijakan bagi SDM PKH dalam melaksanakan tugas di lapangan. Nilainilai dasar tersebut meliputi: a) Memegang teguh ideologi Pancasila b) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah c) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia d) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak e) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian f) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif g) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur h) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik i) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah j) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun k) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi l) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama m) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai n) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan, dan o) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir (UU ASN No. 5 tahun 2014, Pasal 4). 4) Kode Etik Untuk menjaga martabat dan kehormatan SDM PKH, ditetapkan kode etik SDM yang berisi pengaturan perilaku. a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi b) Melaksanakan tugas dengan cermat dan disiplin c) Memberikan pelayanan dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan d) Melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan Pengelolaan SDM 23

196 peraturan perundang-undangan e) Melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan f) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara dan tidak memberikan data kepesertaan PKH baik secara lisan maupun tertulis kepada pihak lain kecuali mendapat izin dari Kementerian Sosial g) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien h) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya i) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan j) Tidak menyalahgunakan informasi, tugas, status, kekuasaan dan jabatannya untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain k) Tidak melakukan penyalahgunaan dana, termasuk menggelapkan uang program, mengutip dana bantuan PKH, tidak menyalurkan bantuan PKH atau membawa/menyimpan/mengelola uang bantuan peserta PKH l) Tidak melakukan manipulasi/pemalsuan data dan/atau dokumen program m) Tidak melanggar ketentuan larangan rangkap pekerjaan. 6. HUBUNGAN KERJA a. Kedudukan Kerja 1) Pendamping berkedudukan di Kecamatan dan berkantor di sekretariat Program Keluarga Harapan Kecamatan 2) Operator a) Operator Kabupaten/Kota berkedudukan di kabupaten dan berkantor di Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota b) Operator Provinsi berkedudukan di provinsi dan berkantor di Dinas Sosial Provinsi 24 Pengelolaan SDM

197 c) Operator pada Sub Direktorat berkedudukan di pusat dan berkantor di Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. d) Koordinator Kabupaten/Kota berkedudukan di kabupaten/kota dan berkantor di Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota pelaksana PKH e) Koordinator Wilayah berkedudukan di provinsi dan berkantor di Dinas Sosial Provinsi pelaksana PKH f) Koordinator Regional berkedudukan di regional dan berkantor di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS). g) Tenaga Ahli Direktorat berkedudukan di pusat dan berkantor di Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. b. Kontrak Kerja Untuk menjamin kepastian hukum, hubungan kerja antara SDM PKH dengan Direktur Jaminan Sosial Keluarga selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang merupakan pihak pemberi kerja, diperlukan pengaturan kontrak kerja yang memuat: 1) Kewajiban SDM dalam menjalankan tugas dan fungsinya 2) Kewajiban pihak pemberi kerja dengan memberikan hak normatif sebagai kompensasi pelaksanaan tugas SDM 3) Hak-hak normatif yang diterima SDM dari pihak pemberi kerja 4) Ketentuan dan sanksi yang ditetapkan sehubungan dengan pelanggaran atas kesepakatan kontrak kerja, dan 5) Kelanjutan kontrak kerja SDM pada waktu/tahun berikutnya. a. Penentuan hak-hak normatif SDM PKH sebagaimana disebutkan di atas harus menjamin terpenuhinya semua hak mereka sebagaimana diatur dalam peraturan kementerian tenaga kerja, yaitu: 6) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai 7) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja 8) Pembinaan karir sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas, dan 9) Kesempatan untuk menggunakan prasarana, sarana, Pengelolaan SDM 25

198 dan fasilitas kerja untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Dalam pasal 92 Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) No. 5 Tahun 2014, disebutkan bahwa setiap pegawai berhak: 1) Memperoleh perlindungan berupa: a) Jaminan kesehatan b) Jaminan kecelakaan kerja c) Jaminan kematian, dan d) Bantuan hukum 2) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat 3) Memiliki hak dalam memberikan penilaian kinerja dan layanan, dan 4) Memiliki hak untuk berserikat dalam organisasi profesi pekerja sosial dan pemberdayaan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya SDM PKH harus melaksanakan kewajiban normatif, yakni: 1) Menjunjung tinggi peraturan perundangundangan, hukum dan kode etik, serta nilainilai agama dan etika 2) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. c. Tugas dan Kewajiban 1) Tugas dan Kewajiban Pendamping a) Tugas Pendamping (1) Melakukan kegiatan sosialisasi PKH kepada aparat kecamatan, pemerintahan desa/kelurahan, UPT Pendidikan, UPT Kesehatan dan masyarakat umum (2) Menyelengarakan kegiatan pertemuan awal dan validasi calon peserta PKH (3) Melakukan kegiatan verifikasi komitmen kehadiran komponen peserta PKH pada layanan fasilitas pendidikan dan fasilitas 26 Pengelolaan SDM

199 kesehatan setiap bulannya dan melakukan pemutakhiran data kepesertaan PKH setiap ada perubahan (4) Memfasilitasi dan melakukan penyelesaian masalah atas keluhan dan pengaduan peserta PKH (5) Melakukan koordinasi dengan petugas pelayanan pendidikan dan kesehatan terkait dengan pelaksanaan PKH di lokasi tugasnya (6) Melakukan pertemuan rutin bulanan dengan seluruh peserta PKH, memberikan motivasi kepada peserta PKH untuk memenuhi kewajibannya (7) Melakukan kegiatan pertemuan kelompok dan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) untuk seluruh peserta PKH untuk tujuan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku (8) Melakukan pendampingan kepada Peserta PKH dan memastikan pemenuhan komitmen kehadiran pada layanan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan (9) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada peserta PKH untuk mendapatkan haknya sebagai peserta PKH serta bantuan dari program komplementaritas, meliputi KKS, KIS, KIP, KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal Layak Huni dan bantuan komplementaritas lainnya (10)Melakukan koordinasi dengan aparat kecamatan, pemerintahan desa/ kelurahan, UPT Pendidikan dan UPT Kesehatan terkait pelaksanaan PKH. b) Kewajiban Pendamping (1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan peraturan/kebijakan pelaksanaan PKH (2) Melakukan koordinasi dan konsultasi pendampingan peserta PKH dengan Koordinator Kabupaten/Kota (3) Membangun kemitraan dengan unsur-unsur di luar PKH termasuk unsur-unsur berbasis Pengelolaan SDM 27

200 masyarakat dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan keluarga peserta PKH (4) Melakukan koordinasi dengan petugas penyedia layanan pendidikan dan layanan kesehatan terkait pelaksanaan verifikasi komitmen Peserta PKH (5) Melakukan koordinasi dengan petugas bayar terkait pelaksanaan penyaluran bantuan Peserta PKH di lokasi tugasnya (6) Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan bimbingan teknis yang diselengarakan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga; (7) Membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan program-program perlindungan dan jaminan sosial serta program penanggulangan kemiskinan (8) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pendampingan lain di tingkat kecamatan dalam pelaksanaan tugas (9) Memfasilitasi laporan pelaksanaan pendampingan PKH oleh Camat kepada Pemerintah Daerah melalui Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota (10)Bertanggung jawab terhadap capaian target dan kualitas pelaksanaan kegiatan PKH di lokasi tugasnya (11)Melaporkan hasil pencatatan dan laporan realisasi kegiatan pendampingan PKH kepada Camat secara periodik. 2) Tugas dan Kewajiban Operator Kabupaten/Kota a) Tugas Operator Kabupaten/Kota (1) Melakukan penerimaan data dan formulir validasi calon peserta PKH dan pendistribusiannya kepada seluruh Pendamping (2) Melakukan penerimaan dan pendistribusian data dan formulir verifikasi komitmen peserta PKH kepada seluruh Pendamping 28 Pengelolaan SDM

201 (3) Melakukan penerimaan dan pendistribusian data dan formulir pemutakhiran peserta PKH kepada seluruh Pendamping (4) Melakukan penerimaan data hasil validasi, data hasil pemutakhiran, data hasil verifikasi dan data realisasi penyaluran bantuan PKH dari seluruh Pendamping (5) Melakukan pemasukan data hasil validasi, data hasil pemutakhiran dan data hasil verifikasi serta data realisasi penyaluran bantuan PKH ke dalam sistem aplikasi PKH (6) Melakukan pengelolaan data/dokumen PKH terkait dengan hasil validasi calon peserta PKH, hasil verifikasi komitmen komponen PKH, hasil pemutakhiran peserta PKH, realisasi penyaluran bantuan PKH, serta data/dokumen lain terkait dengan pelaksanaan PKH (7) Memberikan bantuan teknis kepada Pendamping untuk penanganan keluhan dan permasalahan data dan aplikasi yang digunakan; (8) Menyiapkan kebutuhan data dan administrasi kegiatan PKH untuk para pemangku kepentingan di tingkat Kecamatan dan Kabupaten/Kota pelaksana PKH (9) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada peserta PKH untuk mendapatkan haknya sebagai peserta PKH serta bantuan dari program komplementaritas, meliputi KKS, KIS, KIP, KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal Layak Huni dan bantuan komplementaritas lainnya (10)Berkonsultasi dengan Koordinator Kabupaten/Kota terkait pemantauan dan pengendalian atas penerimaan dan pengiriman data pelaksanaan PKH seluruh kecamatan di Kabupaten/Kota lokasi tugas. b) Kewajiban Operator Kabupaten/Kota (1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH (2) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Pengelolaan SDM 29

202 Koordinator Kabupaten/ Kota dan bekerjasama dengan seluruh Pendamping di Kabupaten/Kota (3) Memastikan kelengkapan dan validitas data/dokumen hasil validasi calon peserta, hasil pemutakhiran kepesertaan, hasil verifikasi komitmen, realisasi penyaluran bantuan PKH serta data/dokumen PKH lainnya yang diterima dari seluruh Pendamping (4) Memastikan seluruh data validitas data/dokumen hasil validasi calon peserta, hasil pemutakhiran kepesertaan, hasil verifikasi komitmen, realisasi penyaluran bantuan PKH serta data/dokumen PKH lainnya telah dimasukkan ke dalam sistem Aplikasi Pengolahan Data PKH (5) Melaporkan setiap permasalahan data dan sistem aplikasi yang digunakan secara berjenjang sesuai dengan ketentuan (6) Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan bimbingan teknis yang diselengarakan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga (7) Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan program-program perlindungan dan jaminan sosial serta program penanggulangan kemiskinan (8) Melakukan koordinasi data-data PKH dengan Pendamping dan memfasilitasi laporan pengelolaan data PKH kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota (9) Bertanggung jawab terhadap capaian target dan kualitas pengelolaan data PKH di tingkat kabupaten/kota (10)Melaporkan hasil pencatatan dan laporan realisasi kegiatan pendampingan PKH kepada Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota secara periodik. 30 Pengelolaan SDM

203 3) Tugas dan Kewajiban Operator Provinsi a) Tugas Operator Provinsi (1) Melakukan penerimaan data dan formulir validasi calon peserta dan pendistribusiannya kepada seluruh Kabupaten/Kota pelaksana PKH (2) Melakukan penerimaan data dan formulir verifikasi komitmen peserta PKH dan pendistribusiannya kepada seluruh Kabupaten/ Kota pelaksana PKH (3) Melakukan penerimaan data dan formulir pemutakhiran kepesertaan PKH dan pendistribusiannya kepada seluruh Kabupaten /Kota pelaksana PKH (4) Melakukan penerimaan data hasil validasi, data hasil pemutakhiran, data hasil verifikasi dan data realisasi penyaluran bantuan PKH dari seluruh Kabupaten/Kota pelaksana PKH (5) Melakukan konsolidasi data hasil validasi, data hasil pemutakhiran dan data hasil verifikasi serta data realisasi penyaluran bantuan PKH ke dalam sistem aplikasi PKH (6) Melakukan pengelolaan dan pengiriman data hasil validasi calon peserta, hasil verifikasi komitmen dan hasil pemutakhiran kepesertaan PKH serta realisasi penyaluran bantuan PKH (7) Memberikan bantuan teknis kepada Operator Kabupaten/Kota untuk penanganan keluhan dan permasalahan data dan aplikasi yang digunakan (8) Menyiapkan kebutuhan data dan administrasi kegiatan PKH untuk para pemangku kepentingan di tingkat Provinsi pelaksana PKH (9) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada peserta PKH untuk mendapatkan haknya sebagai peserta PKH serta bantuan dari program komplementaritas, meliputi KKS, KIS, KIP, KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal Layak Huni dan bantuan komplementaritas lainnya. b) Kewajiban Operator Tingkat Provinsi (1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH (2) Berkoordinasi dengan Korwil serta bekerja sama dengan seluruh Operator tingkat Provinsi dan Pengelolaan SDM 31

204 Operator tingkat Kabupaten/Kota (3) Memastikan kelengkapan dan validitas data hasil validasi calon peserta, hasil pemutakhiran kepesertaan, hasil verifikasi komitmen serta realisasi penyaluran bantuan PKH yang diterima dari seluruh Kabupaten/Kota pelaksana PKH serta yang dimasukkan ke dalam sistem aplikasi PKH (4) Melaporkan setiap permasalahan data dan sistem aplikasi yang digunakan secara berjenjang sesuai dengan ketentuan (5) Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan bimbingan teknis yang diselengarakan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga (6) Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan program-program perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan (7) Melakukan koordinasi data-data PKH dengan Pendamping dan memfasilitasi laporan pengelolaan data PKH kepada Pemerintah Daerah melalui Kepala Dinas Sosial Provinsi (8) Bertanggung jawab terhadap capaian target dan kualitas pengelolaan data PKH sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya (9) Melaporkan hasil pencatatan dan laporan realisasi kegiatan pendampingan PKH kepada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dan Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Provinsi secara periodik. 4) Tugas dan Kewajiban Operator Pusat a) Tugas Operator Pusat (1) Membantu Sub Direktorat/Bagian dalam penyiapan dan pengelolaan data/dokumen terkait dengan pelaksanaan PKH (2) Membantu Sub Direktorat/Bagian dalam penyiapan data/dokumen terkait dengan pembuatan nota dinas dan surat-surat keluar (3) Membantu Sub Direktorat/Bagian dalam pengelolaan dan pengarsipan data/dokumen suratsurat masuk dan surat-surat keluar (4) Membantu Sub Direktorat/Bagian dalam 32 Pengelolaan SDM

205 penyiapan dan pengelolaan rencana kerja/kegiatan (5) Membantu Sub Direktorat/Bagian dalam penyiapan data/dokumen untuk penyusunan laporan. b) Kewajiban Operator Pusat (1) Melaksanakan seluruh ketentuan dan peraturan kepegawaian Kementerian Sosial RI (2) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH (3) Memastikan kelengkapan dan validitas data/dokumen terkait dengan pelaksanaan PKH pada Sub Direktorat/Bagian (4) Memastikan kelengkapan dan validitas data/dokumen terkait dengan nota dinas dan suratsurat keluar pada Sub Direktorat/ Bagian (5) Memastikan kelengkapan arsip data/dokumen surat-surat masuk dan surat-surat keluar pada Sub Direktorat/Bagian (6) Memastikan kelengkapan dan validitas data/dokumen terkait dengan rencana kerja/kegiatan pada Sub Direktorat/Bagian (7) Memastikan kelengkapan dan validitas data/dokumen terkait dengan penyusunan laporan pada Sub Direktorat/Bagian. 5) Tugas dan Kewajiban Koordinator Kabupaten/Kota a) Tugas Koordinator Kabupaten/Kota (1) Mengkoordinasikan penerimaan dan pendistribusian data dan formulir validasi calon peserta kepada seluruh Pendamping di Kabupaten/Kota (2) Mengkoordinasikan penerimaan dan pendistribusian data dan formulir verifikasi komitmen peserta PKH kepada seluruh Pendamping di Kabupaten/Kota lokasi tugas (3) Mengkoordinasikan penerimaan dan pendistribusian data dan formulir pemutakhiran peserta PKH kepada seluruh Pendamping di Kabupaten/Kota lokasi tugas (4) Mengkoordinasikan pengelolaan dan pengiriman data/dokumen PKH terkait dengan hasil validasi Pengelolaan SDM 33

206 calon peserta PKH, hasil verifikasi komitmen komponen PKH, hasil pemutakhiran peserta PKH, realisasi penyaluran bantuan PKH, serta data/dokumen PKH lainnya termasuk data/ dokumen administrasi Pendamping dan Operator di Kabupaten/ Kota lokasi tugas sesuai ketentuan yang telah ditetapkan (5) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyaluran bantuan PKH serta tindak lanjut pelaporan rekonsiliasi atas realisasi penyaluran bantuan PKH di Kabupaten/Kota lokasi tugas (6) Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait atas pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) dan kegiatan bimbingan teknis (BIMTEK) bagi Pendamping dan Operator tingkat Kabupaten/ Kota (7) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak-pihak terkait atas untuk pemasaran sosial PKH di Kabupaten/Kota lokasi tugas (8) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada peserta PKH untuk mendapatkan haknya sebagai peserta PKH serta bantuan dari program komplementaritas, meliputi KKS, KIS, KIP, KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal Layak Huni dan bantuan komplementaritas lainnya (9) Melakukan peningkatan kapasitas, pembinaan, penilaian kinerja serta penilaian kompetensi kepada Pendamping dan Operator di Kabupaten/Kota lokasi tugas (10)Melakukan kegiatan supervisi dan pengendalian atas pelaksanaan PKH di seluruh Kecamatan pelaksana PKH di Kabupaten/Kota lokasi tugas. b) Kewajiban Koordinator Kabupaten/Kota (1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH (2) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Korwil PKH dan Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota serta membangun kemitraan dengan unsur-unsur di luar PKH dan atau dengan unsur berbasis masyarakat serta para stakeholder untuk pengembangan dan 34 Pengelolaan SDM

207 pemberdayaan keluarga peserta PKH di Kabupaten/Kota lokasi tugas (3) Bekerjasama dengan seluruh Pendamping dan Operator Tingkat Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan kegiatan PKH sesuai dengan tugas dan fungsinya (4) Memastikan kelengkapan dan validitas data/dokumen hasil validasi calon peserta, hasil pemutakhiran kepesertaan, hasil verifikasi komitmen, realisasi penyaluran bantuan PKH serta data/dokumen PKH lainnya termasuk data/ dokumen administrasi Pendamping dan Operator sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan (5) Memastikan pelaksanaan dan laporan kegiatan pertemuan kelompok dan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) pada seluruh kecamatan di Kabupaten/Kota lokasi tugas dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan (6) Melakukan koordinasi dan fasilitasi penyelesaian masalah terkait dengan pelaksanaan PKH di kabupaten/kota lokasi tugas (7) Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan bimbingan teknis yang diselengarakan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga (8) Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan program-program perlindungan dan jaminan sosial serta program penanggulangan kemiskinan (9) Melakukan koordinasi pendampingan di tingkat kabupaten/kota dan memfasilitasi laporan pelaksanaan PKH kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota (10)Bertanggung jawab terhadap capaian target dan kualitas pelaksanaan kegiatan PKH di Kabupaten/ Kota lokasi tugas (11)Melaporkan hasil pencatatan dan laporan realisasi kegiatan pendampingan PKH kepada Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota secara periodik. Pengelolaan SDM 35

208 36 Pengelolaan SDM 6) Tugas dan Kewajiban Koordinator Wilayah a) Tugas Koordinator Wilayah (1) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait terhadap pelaksanaan kegiatan PKH yang meliputi penerimaan dan pengiriman data/dokumen kepesertaan, hasil verifikasi kehadiran pada layanan pendidikan dan kesehatan, serta pemutakhiran peserta PKH di seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan (2) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, pembinaan dan peningkatan kapasitas Pendamping, Operator dan Koordinator Kabupaten/Kota di seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan(3) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan peserta PKH melalui pertemuan kelompok dan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) di seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan (4) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait fasilitasi penyediaan anggaran komitmen Pemerintah Daerah melalui sharing APBD di seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan (5) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait terhadap pengelolaan administrasi, sarana dan prasarana kerja Pendamping, Operator dan Koordinator Kabupaten/Kota di seluruh Kabupaten/ Kota wilayah dampingan (6) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak-pihak terkait atas pelaksanaan kegiatan pemasaran sosial PKH di seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan (7) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait terhadap penanganan keluhan dan pengaduan atas pelaksanaan PKH di seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan (8) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyaluran bantuan PKH serta tindak lanjut pelaporan data hasil rekonsiliasi realisasi penyaluran bantuan PKH di seluruh

209 Kabupaten/Kota wilayah dampingan (9) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada peserta PKH untuk mendapatkan haknya sebagai peserta PKH serta bantuan dari program komplementaritas, meliputi KKS, KIS, KIP, KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal Layak Huni dan bantuan komplementaritas lainnya (10)Melakukan kegiatan pengendalian pelaksanaan PKH, memberikan pembinaan serta melakukan evaluasi kinerja dan kompetensi kepada Pendamping, Operator dan Koordinator Kabupaten/Kota di seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan. b) Kewajiban Koordinator Wilayah (1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH (2) Melakukan konsultasi dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial Provinsi dalam membangun kemitraan dengan unsur-unsur di luar PKH dan atau dengan unsur berbasis masyarakat serta para stakeholder untuk pengembangan dan pemberdayaan keluarga peserta PKH di seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan (3) Memastikan kelengkapan dan validitas data/dokumen penerimaan dan pengiriman terhadap hasil validasi calon peserta, pemutakhiran kepesertaan, verifikasi komitmen, realisasi penyaluran bantuan PKH serta data/dokumen PKH lainnya termasuk data/dokumen administrasi Pendamping, Operator dan Koordinator Kabupaten/Kota di seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan (4) Memastikan pelaksanaan dan laporan kegiatan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) pada seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan dapat terlaksana dengan baik (5) Memastikan tindak lanjut penanganan keluhan dan pengaduan atas pelaksanaan PKH di seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan (6) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan Pengelolaan SDM 37

210 38 Pengelolaan SDM pendidikan dan pelatihan serta kegiatan bimbingan teknis yang diselengarakan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga (7) Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan program-program perlindungan dan jaminan sosial serta program penanggulangan kemiskinan (8) Memastikan penerimaan dan pembuatan laporan pelaksanaan PKH secara periodik kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial Provinsi (9) Bekerjasama dengan seluruh Koordinator Kabupaten/Kota dan Operator tingkat Provinsi dalam pelaksanaan kegiatan PKH di wilayah dampingannya (10)Bertanggung jawab terhadap capaian target dan kualitas pelaksanaan kegiatan PKH di seluruh Kabupaten / Kota wilayah dampingan (11)Melaporkan hasil pencatatan dan laporan realisasi kegiatan pendampingan PKH kepada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dan Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Provinsi secara periodik. 7) Tugas dan Kewajiban Koordinator Regional a) Tugas Koordinator Regional (1) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait terhadap seluruh proses bisnis PKH di seluruh provinsi pelaksana PKH (2) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, pembinaan dan peningkatan kapasitas Pendamping, Operator, Koordinator Kabupaten/ Kota dan Korwil di seluruh provinsi pelaksana PKH (3) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan peserta PKH melalui pertemuan kelompok dan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) di seluruh provinsi pelaksana PKH (4) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait fasilitasi penyediaan anggaran komitmen Pemerintah Daerah melalui sharing APBD di seluruh provinsi pelaksana PKH (5) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait

211 terhadap pengelolaan administrasi, sarana dan prasarana kerja Pendamping, Operator, Koordinator Kabupaten/Kota dan Korwil di seluruh provinsi pelaksana PKH (6) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak-pihak terkait atas pelaksanaan kegiatan pemasaran sosial PKH di seluruh provinsi pelaksana PKH (7) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait terhadap penanganan keluhan dan pengaduan atas pelaksanaan PKH di seluruh provinsi pelaksana PKH (8) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyaluran bantuan PKH serta tindak lanjut pelaporan data hasil rekonsiliasi realisasi penyaluran bantuan PKH di seluruh provinsi pelaksana PKH; (9) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada peserta PKH untuk mendapatkan haknya sebagai peserta PKH serta bantuan dari program komplementaritas, meliputi KKS, KIS, KIP, KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal Layak Huni dan bantuan komplementaritas lainnya (10)Melakukan kegiatan pengendalian pelaksanaan PKH, memberikan pembinaan serta melakukan evaluasi kinerja dan kompetensi kepada Pendamping, Operator, Koordinator Kabupaten/Kota dan Korwil di seluruh provinsi pelaksana PKH. b) Kewajiban Koordinator Regional (1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH (2) Melakukan konsultasi dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam membangun kemitraan dengan unsur-unsur di luar PKH dan atau dengan unsur berbasis masyarakat serta para stakeholder untuk pengembangan dan pemberdayaan keluarga peserta PKH di seluruh provinsi pelaksana PKH (3) Memastikan kelengkapan dan validitas data/dokumen penerimaan dan pengiriman terhadap hasil validasi calon peserta, pemutakhiran kepesertaan, verifikasi komitmen, realisasi Pengelolaan SDM 39

212 40 Pengelolaan SDM penyaluran bantuan PKH serta data/dokumen PKH lainnya termasuk data/dokumen administrasi Pendamping, Operator, Koordinator Kabupaten/Kota dan Korwil di seluruh provinsi pelaksana PKH (4) Memastikan pelaksanaan dan laporan kegiatan pertemuan kelompok dan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) pada seluruh provinsi pelaksana PKH dapat terlaksana dengan baik (5) Memastikan tindak lanjut penanganan keluhan dan pengaduan atas pelaksanaan PKH di seluruh provinsi pelaksana PKH (6) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan bimbingan teknis yang diselengarakan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga (7) Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan program-program perlindungan dan jaminan sosial serta program penanggulangan kemiskinan (8) Memastikan penerimaan dan pembuatan laporan pelaksanaan PKH secara periodik kepada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga (9) Bekerjasama dengan seluruh Korwil dalam pelaksanaan kegiatan PKH di wilayah dampingannya (10)Bertanggung jawab terhadap capaian target dan kualitas pelaksanaan kegiatan PKH di seluruh provinsi pelaksana PKH (11)Melaporkan hasil pencatatan dan laporan realisasi kegiatan pendampingan PKH kepada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga secara periodik. 8) Tugas dan Kewajiban Tenaga Ahli Direktorat a) Tugas Tenaga Ahli Direktorat (1) Membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam merumuskan peraturan/kebijakan terkait pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga (2) Membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam menyusun strategi implementasi peraturan/kebijakan terkait pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga

213 (3) Membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam penyiapan rencana kerja/kegiatan terkait pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga (4) Membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam penyiapan telaah dan rekomendasi terkait dengan pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga (5) Membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam analisis dan pemecahan masalah terkait pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga (6) Membantu Subdit Jaminan Sosial Keluarga dalam penyusunan laporan terkait dengan pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga. b) Kewajiban Tenaga Ahli Direktorat (1) Melaksanakan seluruh ketentuan dan peraturan kepegawaian Kementerian Sosial RI (2) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH (3) Memastikan rumusan kebijakan terkait pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga sesuai dengan ketentuan peraturan/ perundang-undangan (4) Memastikan rencana kerja/kegiatan terkait pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga dapat diimplementasikan secara efektif dan efisien (5) Memastikan telaah dan rekomendasi terkait dengan pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga sesuai dengan ketentuan peraturan/ perundang-undangan (6) Memastikan analisis dan pemecahan masalah terkait pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga merupakan solusi terbaik (7) Memastikan penyusunan laporan terkait dengan pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga tepat waktu dan sesuai dengan data yang sebenarnya. Pengelolaan SDM 41

214 42 d. Koordinasi Kerja Sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845), diperlukan ketentuan yang mengatur koordinasi kerja SDM. Selenjutnya koordinasi kerja SDM pelaksana PKH diatur dengan ketentuan berikut. 1) Koordinasi Kerja Pendamping Pendamping adalah SDM pelaksana PKH di tingkat kecamatan. Pendamping mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Camat selaku Ketua Tim Koordinasi PKH tingkat kecamatan dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya Pendamping berkewajiban berkonsultasi kepada Koordinator Kabupaten/Kota. 2) Koordinasi Kerja Operator a) Operator Tingkat Kabupaten/Kota Operator Tingkat Kabupaten/Kota adalah SDM pelaksana PKH di tingkat Kabupaten/Kota. Operator Kabupaten/Kota mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Ketua Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya Operator Kabupaten/Kota berkewajiban berkoordinasi dengan Pendamping serta berkonsultasi kepada Koordinator Kabupaten/Kota. b) Operator Provinsi Operator Tingkat Provinsi adalah SDM pelaksana PKH di tingkat Provinsi. Koordinator Kabupaten/Kota mempertanggung-jawabkan pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Ketua Unit Pelaksana PKH Provinsi dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya Operator Provinsi berkewajiban berkoordinasi dengan Operator Kabupaten/Kota dan berkonsultasi kepada Korwil. c) Operator Pusat Operator Tingkat Pusat atau Staf Operasional adalah SDM PKH pada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Operator Tingkat Pusat mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Kepala Seksi pada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya Pengelolaan SDM

215 Operator Pusat berkewajiban berkonsultasi kepada Tenaga Ahli. d) Koordinasi Kerja Koordinator Kabupaten/Kota Koordinator Kabupaten/Kota SDM pelaksana PKH di tingkat Kabupaten/Kota yang bertugas untuk pendampingan seluruh Kecamatan pelaksana PKH. Koordinator Kabupaten/Kota mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Ketua Unit Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya Koordinator Kabupaten/Kota berkewajiban berkonsultasi kepada Koordinator Wilayah. e) Koordinasi Kerja Koordinator Wilayah Koordinator Wilayah adalah SDM pelaksana PKH di tingkat Provinsi yang bertugas untuk pendampingan sejumlah Kabupaten/Kota pelaksana PKH. Korwil mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Ketua Unit Pelaksana PKH Provinsi dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Koordinator Wilayah berkewajiban berkonsultasi kepada Koordinator Regional. f) Koordinasi Kerja Koordinator Regional Koordinator Regional adalah SDM pelaksana PKH yang ditempatkan pada salah satu Balai Diklat yang bertugas untuk pendampingan sejumlah Provinsi pelaksana PKH. Koordinator Regional mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Kepala Balai Diklat dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya Koordinator Regional berkewajiban berkonsultasi kepada Tenaga Ahli Direktorat Jaminan Sosial Keluarga: (1) Untuk hal-hal terkait dengan validasi dan terminasi, berkonsultasi kepada Tenaga Ahli Validasi dan Terminasi. (2) Untuk hal-hal terkait dengan bantuan sosial, berkonsultasi kepada Tenaga Ahli Bantuan Sosial (3) Untuk hal-hal terkait dengan kepesertaan, berkonsultasi kepada Tenaga Ahli Kepesertaan (4) Untuk hal-hal terkait dengan sumber daya, Pengelolaan SDM 43

216 berkonsultasi kepada Tenaga Ahli Sumber Daya (5) Untuk hal-hal terkait dengan administrasi umum dan sumber daya manusia, berkonsultasi kepada Tenaga Ahli pada Sub Bagian Tata Usaha. g) Koordinasi Kerja Tenaga Ahli Direktorat Tenaga Ahli Direktorat adalah SDM pelaksana PKH yang ditempatkan pada salah satu Sub Direktorat atau Sub Bagian yang bertugas membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Program Keluarga Harapan. Tenaga Ahli Direktorat mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya Tenaga Ahli Direktorat berkewajiban berkoordinasi dan berkonsultasi kepada Kepala Sub Direktorat atau Kepala Sub Bagian pada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. 7. PEMINDAHAN TUGAS 44 Pemindahan tugas SDM diperlukan dalam rangka optimalisasi dan peningkatan kinerja pendampingan program. Di sisi lain, pemindahan tugas SDM ini dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan kekurangan jumlah SDM pada satu tempat dan kelebihan jumlah SDM pada tempat lain. Pemindhan tugas SDM berlaku untuk lokasi tugas dan jabatan yang selevel atau lebih rendah. a. Persyaratan 1) Adanya surat pengajuan pemindahan tugas yang ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga oleh Dinas/Instansi tempat bekerja 2) Tidak meninggalkan permasalahan pelaksanaan PKH di lokasi lama 3) Terdapat kekosongan/kekurangan jumlah SDM di tempat lokasi tujuan 4) Adanya persetujuan dari Kepala Dinas/Institusi tempat bekerja, baik di lokasi lama dan baru. b. Mekanisme 1) Pemindahan Pendamping a) Pemindahan antar kecamatan (1) Pendamping yang mengajukan pemindahan tugas antar kecamatan dalam satu kabupaten harus membuat Pengelolaan SDM

217 surat pengajuan pindah tugas ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota, disertai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (2) Koordinator Kabupaten/Kota memberikan telaah dan rekomendasi kepada Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota terkait dengan pengajuan pemindahan tugas (3) Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota dapat menyetujui/tidak menyetujui pengajuan pemindahan tugas berdasarkan telaah dari Koordinator Kabupaten/Kota (4) Pengajuan pindah tugas dapat disetujui apabila tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu kelancaran program, baik di lokasi yang dituju maupun di lokasi yang ditinggalkan dan/atau dapat meningkatkan kinerja dan efektifitas pendampingan program (5) Pengajuan pindah tugas yang disetujui oleh Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota diajukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui surat secara resmi oleh Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota. b) Pemind ahan Pendamping antar kabupaten (1) Pendamping yang berkeinginan mengajukan pemindahan tugas antar kabupaten membuat surat pengajuan pemindahan tugas ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota, disertai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (2) Koordinator Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan telaah dan rekomendasi kepada Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial terkait dengan pengajuan pemindahan tugas (3) Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial dapat menyetujui/tidak menyetujui pengajuan pemindahan tugas Pendamping berdasarkan telaah dan rekomendasi dari Koordinator Kabupaten/Kota (4) Pengajuan pemindahan tugas dapat disetujui apabila tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu kelancaran program pada lokasi yang Pengelolaan SDM 45

218 ditinggalkan dan/atau mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota tujuan (5) Pengajuan pemindahan tugas yang disetujui oleh kedua Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota disampaikan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui surat secara resmi oleh Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota (6) Keputusan akhir terhadap pengajuan pengajuan pemindahan tugas Pendamping menjadi kewenangan Direktur Jaminan Sosial Keluarga. c) Pemindahan Pendamping antar Provinsi Pemindahan lokasi tugas Pendamping antar provinsi dapat dilakukan dengan mengacu pada ketentuan dan prosedur pemindahan lokasi tugas Pendamping antar Kabupaten/Kota. 2) Pemindahan Operator a) Pemindahan Operator antar Kabupaten (1) Operator yang berkeinginan mengajukan pemindahan tugas antar kabupaten membuat surat pengajuan pemindahan tugas ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota, disertai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (2) Koordinator Kabupaten/Kota memberikan telaah dan rekomendasi kepada Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial terkait dengan pengajuan pemindahan tugas (3) Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial dapat menyetujui/tidak menyetujui pengajuan pemindahan tugas Operator berdasarkan telaah dan rekomendasi dari Koordinator Kabupaten/Kota (4) Pengajuan pemindahan tugas dapat disetujui apabila tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu kelancaran program pada lokasi yang ditinggalkan dan/atau mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota tujuan (5) Pengajuan pemindahan tugas yang disetujui oleh kedua Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota disampaikan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui surat secara resmi 46 Pengelolaan SDM

219 (6) Keputusan akhir terhadap pengajuan pengajuan pemindahan tugas Operator menjadi kewenangan Direktur Jaminan Sosial Keluarga. b) Pemindahan Operator antar Provinsi Ketentuan dan prosedur pemindahan lokasi tugas Operator antar provinsi sama dengan ketentuan dan prosedur mutas Operator antar Kabupaten/Kota. 8. KENAIKAN DAN PENURUNAN JABATAN a. Kenaikan Jabatan Untuk menjamin berlangsungnya jenjang karir bagi SDM PKH, diberlakukan promosi kenaikan jabatan bagi SDM yang memiliki kompetensi dan kinerja sangat baik. Kenaikan jabatan bagi SDM PKH diatur dengan ketentuan berikut: 1) Kenaikan jabatan dilakukan apabila terdapat kekosongan atau kebutuhan jabatan yang dikarenakan pengunduran diri, meninggal atau pemutusan hubungan kerja. 2) Kebutuhan tambahan pegawai akibat beban kerja bertambah 3) Kenaikan jabatan diberikan untuk jenjang satu tingkat di atasnya 4) Kenaikan jabatan dilakukan melalui prosedur rekomendasi oleh atasan dengan dasar penilaian kinerja dan kompetensi dengan cara penilaian: 5) Pengamatan melalui diskusi kelompok terarah 6) Wawancara untuk menggali kompetensi dan kemampuan manajerial 7) Rekomendasi kenaikan jabatan diusulkan oleh atasan langsung kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga 8) Keputusan akhir kenaikan jabatan menjadi kewenangan Diretur Jaminan Sosial Keluarga. b. Penurunan Jabatan Penurunan jabatan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Hasil evaluasi kinerja dan kompetensi yang tidak memenuhi standar, tetapi masih diperlukan untuk mengisi jabatan lain 2) Jabatan yang ada tidak diperlukan lagi 3) Penurunan jabatan diajukan oleh atasan langsung kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga 4) Keputusan akhir penurunan jabatan menjadi kewenangan Direktur Jaminan Sosial Keluarga. Pengelolaan SDM 47

220 9. PENGGANTIAN SDM Penggantian SDM untuk posisi/jabatan yang sama pada lokasi existing (lama) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Penggantian SDM dilakukan melalui proses analisis kebutuhan Subdit Sumber Daya serta need assesment dan konfirmasi kebutuhan kepada Subdit/Dinas Sosil/Institusi Sosial sebagai pengguna b. Penggantian SDM dilakukan dengan memanfaatkan daftar Lulus Cadangan hasil seleksi bulan/tahun sebelumnya, sesuai kebutuhan lokasi c. Daftar Lulus Cadangan yang dapat digunakan untuk penggantian SDM adalah yang memiliki masa tunggu tidak lebih dari 2 tahun, yang dipilih sesuai urutan ranking teratas hasil seleksi d. Jika tidak ada lagi daftar lulus cadangan hasil seleksi bulan/tahun sebelumnya, Subdit Sumber Daya dapat melakukan pemindahan tugas dari lokasi yang terdapat kelebihan SDM atau mengajukan seleksi SDM kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga e. Penetapan SDM pengganti diputuskan oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga. 10. PENGATURAN KERJA a. Waktu Kerja Pengaturan waktu kerja dilakukan dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas dan kewajiban SDM dalam pendampingan PKH sesuai jabatannya. Ketentuan waktu kerja SDM diatur dengan ketentuan berikut: 1) Hari Kerja Hari kerja merupakan aktivitas rutin SDM PKH dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, ditetapkan hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat dengan ketentuan jam kerja sebagai berikut: a) Jam kerja hari Senin sampai dengan Kamis, ditetapkan pukul sampai pukul dengan jam istirahat pukul sampai b) Jam kerja hari Jumat, ditetapkan pukul sampai pukul dengan jam istirahat pukul sampai c) Jam kerja SDM di daerah dapat disesuaikan dengan jam kerja Dinas Sosial/Institusi Sosial di daerah. 48 Pengelolaan SDM

221 2) Hari Libur Hari libur merupakan hak SDM PKH untuk tidak melaksanakan tugas dan kewajiban, ditetapkan terdiri dari: a) Hari Sabtu b) Hari Minggu c) Hari Libur Nasional d) Hari Raya Keagamaan. Jika pada hari libur terdapat kegiatan atau perintah tugas terkait pelaksanaan PKH yang harus dilaksanakan, maka SDM PKH harus memenuhi kewajiban tersebut. b. Pegaturan Cuti Pengaturan cuti SDM diperlukan sebagai pemenuhan hak normatif sebagai pegawai yang terikat dengan kontrak kerja. Ketentuan pengambilan hak cuti diatur dengan ketentuan berikut: 1) Jenis Hak Cuti a) Cuti Tahunan, diberikan kepada SDM yang telah bekerja utntuk pendampingan PKH selama satu tahun atau lebih. Jumlah hak cuti tahunan sebanyak-banyaknya 12 (dua belas) hari kerja. b) Cuti Melahirkan, diberikan kepada SDM yang sedang hamil dan memerlukan persiapan untuk melahirkan. Jumlah hak cuti melahirkan diberikan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) bulan kalender. 2) Mekanisme Pengambilan Hak Cuti a) Pengambilan hak cuti tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan (1) Pengambilan hak cuti Pendamping, Operator, Koordinator Kabupaten/ Kota dan Korwil dilakukan dengan ketentuan: (2) Pengajuan cuti diajukan kepada Direktur Jaminan Sosial melalui Dinas Sosial/Institusi Sosial tempat bekerja, minimal 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan cuti (3) Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial melakukan verifikasi dan dapat menyetujui/tidak menyetujui pengambilan cuti berdasarkan kondisi pelaksanaan PKH di lapangan (4) Pengambilan hak cuti SDM dapat disetujui jika tidak mengganggu pelaksanaan PKH di lapangan (5) Pelaksanaan cuti tahunan terhitung sejak disetujui permohonan cutinya (6) Untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan PKH, Kepala Dinas/Institusi Sosial dapat memerintahkan SDM Pengelolaan SDM 49

222 lainnya untuk menggantikan tugas SDM yang sedang mengambil cuti. b) Pengambilan hak cuti SDM Pusat dan Regional Pengambilan hak cuti Tenaga Ahli Direktorat, Koordinator Regional, dan Operator Pusat dilakukan dengan ketentuan: (1) Pengajuan cuti diajukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Kepala Sub Direktorat/Kepala Sub Bagian Tata Usaha (sesuai penempatan), minimal tiga hari sebelum pelaksanaan cuti (2) Kepala Sub Direktorat/Kepala Sub Bagian Tata Usaha dapat menyetujui/tidak menyetujui pengambilan cuti berdasarkan kondisi pelaksanaan PKH di lapangan (3) Pengambilan hak cuti SDM dapat disetujui jika tidak mengganggu pelaksanaan PKH di lapangan (4) Pelaksanaan cuti terhitung sejak disetujui permohonan cutinya (5) Untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan PKH, Direktur Jaminan Sosial dapat memerintahkan SDM lainnya untuk menggantikan tugas SDM yang sedang mengambil cuti. 11. PEMBAYARAN HONORARIUM Honorararium adalah hak pegawai yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan yang ditetapkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah dilakukan. 50 a. Persyaratan Pembayaran Honorarium Pembayaran honorarium harus diatur dan dikelola secara baik agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan tepat waktu, akurat serta memenuhi aspek akuntabilitas, dengan persyaratan sebagai berikut: 1) Dokumen Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) 2) Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKAKL) 3) Dokumen Surat Keputusan (SK) pengangkatan SDM PKH 4) Dokumen SK / Ikatan Perjanjian Kerja Antar Waktu 5) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) 6) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 7) Pejabat Penguji/Pemeriksa laporan penyelesaian pekerjaan Pengelolaan SDM

223 8) Pejabat Penandatangan SPM 9) Bendahara Pengeluaran, serta 10) Lembaga bayar. Pembayaran honorarium pekada SDM dilakukan dengan ketentuan: 1) Mempunyai hak sesuai SK dan/atau IPKWT yang diputuskan oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen 2) Telah menjalankan tugas dan kewajiban 3) Menyelesaikan kewajiban pembuatan laporan individu bulanan 4) Mempunyai rekening bank persepsi yang telah ditetapkan KPPN 5) Pembayaran dilakukan mulai tanggal 1 hingga tanggal 10 setiap bulannya 6) Tidak sedang mendapat sanksi penundaan atau penghentian pembayaran honor. b. Mekanisme Pembayaran Honorarium Pembayaran honorarium dilakukan secara langsung (LS) melalui KPPN ke rekening penerima, dengan mekanisme berikut: 1) Staf Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Jaminan Sosial Keluarga menyiapkan data/dokumen SDM yang akan diajukan pembayaran honorariumnya 2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Jaminan Sosial Keluarga menyiapkan Berita Acara Pembayaran dan menyampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Jaminan Sosial Keluarga untuk disahkan pembayaran honorariumnya 3) Honorarium yang akan dibayarkan sesuai dengan nilai nominal yang tercantum dalam SK/IPKWT dan mendapat persetujuan dari PPK Direktorat Jaminan Sosial Keluarga 4) Berdasarkan Berita Acara Pembayaran yang telah disahkan oleh PPK, Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (SPM) Direktorat Jaminan Sosial Keluarga mengajukan SPM honorarium SDM kepada KPPN Wilayah VII Jakarta Pusat 5) KPPN Wilayah VII Jakarta Pusat menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan memproses transfer honorarium ke rekening penerima. c. Pengadun pembayaran honorarium Pembayaran honorarium yang terlambat masuk ke rekening SDM atau yang tidak sesuai nominalnya dapat dilakukan laporan pengaduan dengan ketentuan sebagai berikut: Pengelolaan SDM 51

224 1) Pengaduan keterlambatan pembayaran honorarium SDM dilakukan secara resmi oleh Dinas Sosial/Instansi Sosial disertai bukti print-out rekening koran 2) Laporan pengaduan ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga Cq Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Jaminan Sosial Keluarga 3) Pengaduan keterlambatan pembayaran honorarium SDM dapat diajukan mulai tanggal 15 hingga 20 setiap bulannya. d. Penghentian Pembayaran Honorarium Penghentian pembayaran honorarium SDM ditetapkan jika memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Meninggal dunia 2) Berakhirnya kontrak kerja 3) Telah mendapat Surat Peringatan (SP) yang ke-3 4) Menjadi tersangka dalam kasus hukum, baik pidana maupun perdata. Untuk SDM yang meninggal dunia, ditetapkan memperoleh santunan berupa pembayaran honorarium satu bulan berikutnya. 12. PENERAPAN SANKSI 52 Penerapan sanksi kepada SDM yang melanggar ketentuan diperlukan untuk menjaga kelancaran dan kualitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan. Penerapan sanksi dapat diterapkan dalam bentuk pemberian teguran, penundaan pembayaran honorarium dan penghentian pembayaran honorarium. a. Pemberian Teguran Pemberian teguran kepada SDM PKH yang melanggaran disiplin kerja dapat dilakukan dalam bentuk teguran secara lisan maupun tertulis. 1) Teguran lisan Teguran lisan diberikan kepada SDM untuk jenis pelanggaran disiplin ringan yang berdampak kepada kualitas pekerjaan, yaitu: a) Tidak tertib/terlambat masuk jam kerja b) Tidak mengikuti pertemuan atau rapat rutin c) Pembuatan dan penyerahan laporan tidak sesuai ketentuan d) Tidak masuk kerja/meninggalkan tugas tanpa izin e) Tidak berkoordinasi dalam pelaksanaan kegiatan Pemberian teguran secara lisan lebih dari 2 (dua) kali dapat Pengelolaan SDM

225 ditingkatkan menjadi teguran secara tertulis berupa pemberian Surat Peringatan. 2) Teguran tertulis Teguran tertulis dalam bentuk Surat Peringatan (SP) diberikan kepada SDM yang melakukan pelanggaran: a) Mendapat teguran lisan lebih dari dua kali, atau terbukti melakukan pelanggaran sedang, meliputi: (1) Lalai dalam menjalankan tugas dan kewajiban (2) Tidak melaksanakan tugas dan kewajiban utama, sehingga menyebabkan kerugian penerima manfaat program dan/atau kerugian negara (3) Tidak masuk kerja/meninggalkan tugas lebih dari 3 (tiga) hari tanpa izin/surat keterangan (4) Melanggar hukum dan/atau norma yang berlaku di masyarakat (5) Melakukan pelanggaran kode etik b) SDM PKH yang melakukan pelanggaran berat dapat langsung diberikan Surat Peringatan 3 (SP-3). Yang masuk dalam kategori ini adalah: (1) Menyalahgunakan informasi, tugas, status, kekuasaan dan jabatannya untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain (2) Melakukan penyalahgunaan dana, termasuk menggelapkan uang program, mengutip dana bantuan PKH, tidak menyalurkan bantuan PKH atau tidak membawa/ menyimpan/menahan/ mengelola uang bantuan peserta PKH (3) Melakukan manipulasi/pemalsuan data dan/atau dokumen program (4) Melanggar ketentuan larangan rangkap pekerjaan. Pemberian Surat Peringatan kepada SDM yang melakukan pelanggaran dapat diikuti dengan rekomendasi penundaan atau penghentian pembayaran honorariumnya. b. Penundaan Pembayaran Honorarium Pemberian sanksi dalam bentuk penundaan pembayaran honorarium SDM PKH dapat dilakukan untuk kategori pelanggaran: 1) Tidak membuat laporan bulanan 2) Terlambat melaporkan hasil verifikasi dan pemutakhiran data 3) Terlambat mengumpulkan laporan bulanan lebih dari satu bulan Pengelolaan SDM 53

226 4) Tidak melakukan pertemuan kelompok dan/atau pertemuan peningkatan kapasitas keluarga (P2K2). c. Tidak Dibayarkan Honorarium Pemberian sanksi dalam bentuk tidak dibayarkannya honorarium dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan disiplin SDM PKH dalam menjalankan tugasnya, meliputi: 1) Tidak aktif/ meninggalkan tugas lebih dari 14 hari kalender 2) Tidak menjalankan tugas dan kewajiban utamanya. 13. PENGAKHIRAN HUBUNGAN KERJA Pengakhiran hubungan kerja SDM PKH dapat dilakukan dengan sebab berakhirnya program, pengunduran diri atas kemauan diri sendiri, meninggal dunia, wanprestasi dalam kontrak kerja dan force majeur. a. Pengunduran Diri Pengunduran diri SDM sebelum berakhirnya masa kontrak kerja dapat dilalukan dengan prosedur pengajuan surat pengunduran diri yang ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Surat pengajuan pengunduran diri dilakukan minimal sebulan sebelum pelaksanaan 2) Pengajuan pengunduran diri dapat disetujui jika tidak menimbulkan permasalahan yang berdampak signifikan kepada kelancaran pelaksanaan PKH di lapangan 3) Pengajuan pengunduran diri dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima Data/Dokumen Pekerjaan 4) SDM yang mengundurkan diri berakibat dihentikannya hubungan kerja pembayaran honornya 5) SDM yang mengundurkan diri yang disetujui dapat meminta Surat Keterangan Pengalaman Pekerjaan dari Kementerian Sosial. b. Meninggal Dunia Untuk keperluan tertib administrasi, SDM yang meninggal dunia sebelum berakhirnya masa kontrak kerja dilaporkan oleh Dinas Sosial/Institusi Sosial tempat bekerja kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Penyampaian laporan SDM yang meninggal dilengkapi dengan surat keterangan kematian dari instansi yang berwenang 54 Pengelolaan SDM

227 2) SDM yang meninggal diberikan santunan berupa uang sebesar satu kali gaji terakhir 3) SDM yang mengundurkan diri berakibat dihentikannya hubungan kerja dan pembayaran honornya. c. Wanprestasi Pengakhiran hubungan kerja SDM PKH dengan sebab wanprestasi terhadap kontrak kerja dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Telah mendapat Surat Peringatan yang ke-3 2) Tidak aktif bekerja dan/atau meninggalkan lokasi tugas dalam waktu akumulasi 3 (tiga) bulan atau lebih 3) SDM PKH yang diakhiri hubungan kerjanya dengan sebab wanprestasi berstatus PHK dan dihentikannya pembayaran honornya. d. Terlibat Kasus Hukum Pengakhiran hubungan kerja SDM PKH dapat dilakukan dengan sebab dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus hukum, baik kasus hukum pidana maupun kasus hukum perdata. e. Force Majeur Pengakhiran hubungan kerja SDM PKH dapat dilakukan dengan sebab force majeur yang diakibatkan karena: 1) Keadaan darurat perang 2) Terjadinya huru-hara yang mengancam keamanan nasional 3) Bencana alam yang menyebabkan lumpuhnya roda pemerintahan 14. MONITORING DAN EVALUASI Untuk menjamin mutu pelaksanaan pengelolaan SDM PKH diperlukan standar monitoring dan evaluasi SDM melalui penilaian kinerja secara periodik, dengan menggunakan instrumen yang dapat mengukur kinerja pengelolaan SDM, meliputi pengelolaan seleksi, pemenuhan hak dan kewajiban, penilaian kinerja dan kompetensi, penerapan sanksi, pemutusan hubungan kerja serta penanganan pengaduan. Hasil dari monitoring dan evaluasi ini digunakan untuk perbaikan yang relevan secara berkelanjutan. Pengelolaan SDM 55

228 III. PENILAIAN KINERJA SDM 1. MAKSUD DAN TUJUAN Pedoman Operasional Penilaian Kinerja SDM PKH ini dibuat untuk maksud sebagai acuan dalam Penilaian Kinerja SDM PKH, dengan penerapan siklus mutu berupa perencanaan, pelaksanaan, monitoring serta evaluasi. Dengan demikian pemanfaatan Pedoman Operasional Penilaian Kinerja SDM ini diharapkan dapat: a. mendorong pemenuhan kebutuhan SDM PKH baik secara kuantitas maupun kualitas yang proporsional terhadap kebutuhan riil untuk menjamin pelaksanaan PKH sesuai dengan visi, misi dan tujuan dicanangkannya program b. mendorong dikembangkannya kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas SDM baik secara kompetensi, kemampuan teknis maupun etika dan kepribadiannya c. mendorong implementasi kode etik SDM PKH sebagai bagian dari ASN sebagai acuan dalam mengawal nilai dasar yang harus dimiliki oleh SDM PKH. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah terwujudnya ketentuan dan mekanisme Penilaian Kinerja SDM PKH yang efektif, efisien dan memenuhi aspek akuntabilitas. 2. RUANG LINGKUP Analisis pemetaan potensi SDM a. Ruang lingkup Penilaian Kinerja SDM meliputi perekrutan, seleksi, pemisahan dan pengakhiran b. Pengelola dokumen penilaian kinerja SDM adalah Subdit Sumber Daya - Direktorat Jaminan Sosial Keluarga c. Penanggung jawab Penilaian Kinerja SDM adalah Direktur Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial d. Keluaran (output) adalah tersedianya informasi potensi dan penilaian kinerja SDM dalam pelaksanaan PKH e. Kemanfaatan (outcome) adalah terciptanya budaya kerja berbasis kompetensi dalam pelaksanaan PKH KEBIJAKAN PENILAIAN KINERJA a. Penilaian Kinerja Operasional Untuk menjamin tercapainya tujuan dan kualitas pelaksanaan pendampingan PKH, diperlukan manajemen kinerja yang dapat menilai dan mengukur kinerja SDM yang meliputi penilaian kinerja operasional dan penilaian kinerja kompetensi. Pengelolaan SDM

229 Manajemen kinerja yang diperlukan harus dibuat secara terencana, terukur dan terpola sesuai kebutuhan program. Penilaian kinerja operasional SDM dilaksanakan untuk mengevaluasi kinerja individu yang dapat memberikan petunjuk bagi manajemen dalam rangka mengevaluasi kinerja unit dan kinerja organisasi. Penilaian kinerja SDM didasarkan atas hasil capaian yang telah terealisasi dari indikator kinerja yang mengacu kepada tugas dan fungsi. Hasil penilaian kinerja operasional SDM diperlukan untuk perbaikan dan peningkatan pendampingan Program Keluarga Harapan. b. Aspek Penilaian Kinerja operasional Aspek yang diukur dalam penilaian kinerja operasional SDM PKH meliputi enam aspek berikut: 1) Perencanaan kerja, menggambarkan penilaian atas kesesuaian rencana kegiatan terhadap kebutuhan lapangan disertai dengan penentuan target yang akan dicapai. 2) Koordinasi dengan pihak-pihak terkiat, menggambarkan penilaian atas kesesuaian terhadap kebutuhan lapangan terkait dengan pihak-pihak terkait pelaksanaan PKH 3) Pelaksanaan tugas dan fungsi, menggambarkan penilaian atas kesesuaian pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat sesuai dengan tugas dan fungsinya. 4) Monitoring dan pengendalian, menggambarkan penilaian atas kegiatan monitoring dan pengendalian kegiatan yang telah dilaksanakan. 5) Penanganan masalah dan pengaduan, menggambarkan penilaian atas kesesuaian terhadap upaya penanganan masalah dan pengaduan yang terjadi 6) Pelaporan kegiatan, menggambarkan penilaian atas kesesuaian data-data yang dilaporkan terhadap fakta yang ada di lapangan serta kesesuaian dalam hal penggunaan format dan waktu penyelesaiannya. c. Skala Penilaian kinerja operasional Skala penilaian kinerja operasional SDM pada seluruh aspek ditetapkan dengan menggunakan skala berikut. Pengelolaan SDM 57

230 Tabel 5. Skala penilaian kinerja operasional Penilaian kinerja operasional SDM dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali dalam satu tahun. Hasil dari penilaian kinerja operasional ini selanjutnya digunakan untuk kebutuhan pembinaan dan evaluasi akhir tahun. d. Penilaian Kinerja Kompetensi Penilaian kompetensi SDM dilaksanakan untuk mengevaluasi kompetensi individu yang dapat memberikan petunjuk bagi manajemen dalam rangka mengevaluasi kompetensi unit dan kompetensi organisasi. Dalam melakukan penilaian kompetensi SDM didasarkan atas kebutuhan perbaikan dan peningkatan pendampingan Program Keluarga Harapan. 1) Aspek Penilaian Kinerja Kompetensi a) Komunikasi dan hubungan interpersonal Merupakan kemampuan untuk menyampaikan pendapat atau informasi melalui cara yang mudah dimengerti dan sistematis. Menjalin dan membina hubungan kerja yang positif serta memelihara hubungan pertemanan yang bermanfaat dalam membangun kerja sama. b) Orientasi terhadap kualitas Merupakan kemampuan untuk mencapai kualitas hasil kerjanya yang tepat, teliti, memperhatikan batas waktu sehingga menghasilkan mutu atau kualitas hasil kerja yang dapat diandalkan. c) Analisis dan penyelesaian masalah Merupakan kemampuan berfikir logis, mengidentifikasi 58 Pengelolaan SDM

231 informasi, memahami masalah, hambatan atau kesulitan dalam penyelesaian pekerjaan, serta kemampuan dalam mencari berbagai alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah, menetapkan prioritas serta mampu mengantisipasi dampak atau konsekuensi dari setiap alternatif solusi. d) Pengendalian diri Merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri pada saat mengadapi situasi adanya tekanan pekerjaan, baik dari internal maupun eksternal, serta kemampuan untuk tetap menunjukkan sikap positif dan tenang saat mendapat kritikan, penolakan dari pihak/orang lain. e) Ketaatan Merupakan kemampuan membangun budaya yang menjunjung tinggi standar etika, kepatuhan, kedisiplinan kerja, menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap organisasi, menunjukkan komitmen dan menunjukkan konsistensinya dalam menjunjung nilainilai positif. f) Skala Penilaian kompetensi Skala penilaian kompetensi SDM pada seluruh aspek ditetapkan dengan menggunakan skala berikut: Tabel 6. Skala penilaian kompetensi Penilaian kompetensi SDM dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali dalam satu tahun. Hasil penilaian kinerja kompetensi digunakan untuk pembinaan SDM dan evaluasi pegawai akhir tahun. Pengelolaan SDM 59

232 e. Rumusan Perhitungan Evaluasi Kinerja Untuk mengukur kinerja SDM dalam satu tahun pelaksanaan program (PKH) diperlukan rumusan perhitungan evaluasi kinerja, dengan perhitungan rumusan sebagai berikut: Evaluasi Kinerja = Dimana : Kin1 : Hasil penilaian kinerja operasional semester-1 Kin2 : Hasil penilaian kinerja operasional semester-2 Kom1 : Hasil penilaian kinerja kompetensi semester-1 Kom2 : Hasil penilaian kinerja kompetensi semester-2 Selanjutnya hasil evaluasi kinerja SDM digunakan sebagai bahan untuk evaluasi SDM akhir tahun. 4. PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA a. Periode Penilaian Kinerja 1) Penilaian Kinerja Semester I Pelaksanaan penilaian kinerja semester I dilaksanakan untuk penilaian pelaksanaan tugas SDM PKH bulan Januari sampai dengan Juni tahun berjalan. Penilaian kinerja ini meliputi penilaian kinerja operasional dan penilaian kinerja kompetensi yang dilaporkan pada awal bulan Juli tahun berjalan. 2) Penilaian Kinerja Semester II Pelaksanaan Penilaian kinerja semester II dilaksanakan untuk penilaian pelaksanaan tugas SDM PKH bulan Juli sampai dengan Nopember tahun berjalan. Penilaian kinerja ini meliputi penilaian kinerja operasional dan penilaian kinerja kompetensi yang dilaporkan pada awal bulan Desember tahun berjalan. 3) Penilaian Kinerja Akhir Tahun Pelaksanaan Penilaian kinerja akhir tahun dilaksanakan pada bulan Desember Nopember tahun berjalan. Hasil penilaian kinerja ini merupakan gabungan dari keseluruhan hasil penilaian kinerja semester I dan semester II, dengan proporsi 40% penilaian kinerja semester I dan 60% penilaian kinerja semester II. b. Pelaksana Penilaian Kinerja Penilaian kinerja operasional dan kompetensi SDM PKH pada semua jenjang jabatan dilakukan oleh dua pihak penilai atasan, terdiri dari unsur pejabat struktural dan unsur Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. 60 Pengelolaan SDM

233 1) Penilaian Kinerja Pendamping Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Pendamping dilakukan oleh dua pihak penilai, yakni: a) Kepala Bidang yang menangani Bantuan /Kesejahteraan/Perlindungan Sosial pada Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota pelaksana PKH b) Koordinator Kabupaten/Kota Penilaian kinerja Pendamping harus mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas Pendamping. 2) Penilaian Kinerja Operator Kabupaten/Kota Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Operator Kabupaten/Kota dilakukan oleh dua pihak penilai, yakni: a) Kepala Bidang yang menangani Bantuan /Kesejahteraan/Perlindungan Sosial pada Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota pelaksana PKH b) Koordinator Kabupaten/Kota Penilaian kinerja Operator Kabupaten/Kota harus mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas Operator Kabupaten/Kota 3) Penilaian Kinerja Koordinator Kabupaten/Kota Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Koordinator Kabupaten/Kota dilakukan oleh dua pihak penlai, yakni: a) Kepala Bidang yang menangani Bantuan /Kesejahteraan/Perlindungan Sosial pada Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota pelaksana PKH b) Koordinator Wilayah Penilaian kinerja Koordinator Kabupaten/Kota harus mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas Koordinator Kabupaten/Kota. 4) Penilaian Kinerja Koordinator Wilayah Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Koordinator Wilayah dilakukan oleh dua pihak penilai, yakni: a) Kepala Bidang yang menangani Bantuan /Kesejahteraan/Perlindungan Sosial pada Dinas Sosial/Institusi Sosial Provinsi pelaksana PKH b) Koordinator Regional Penilaian kinerja Koordinator Wilayah harus mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas Koordinator Wilayah. Pengelolaan SDM 61

234 5) Penilaian Kinerja Koordinator Regional Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Koordinator Regional dilakukan oleh dua pihak penilai, yakni: a) Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial b) Tenaga Ahli Sumber Daya Penilaian kinerja Koordinator Regional harus mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas Koordinator Regional. 6) Penilaian Kinerja Operator Pusat Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Operator Pusat dilakukan oleh dua pihak penilai, yakni: a) Kepala Seksi pada masing-masing Sub Direktorat b) Tenaga Ahli pada masing-masing Sub Direktorat Penilaian kinerja Operator Pusat harus mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas Operator Pusat. 7) Penilaian Kinerja Tenaga Ahli Penilaian kinerja Operasional dan Kompetensi Tenaga Ahli Sub Direktorat dilakukan oleh empat Kepala Subdit dan satu Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dengan porsi penilaian diatur dalam SOP Penilaian Kinerja, yakni: a) Kepala Subdit Validasi dan Terminasi b) Kepala Subdit Bantuan Sosial c) Kepala Subdit Kepesertaan d) Kepala Subdit Sumber Daya e) Kepala Sub Bagian Tata Usaha. c. Keberatan Hasil Penilaian Kinerja SDM PKH yang telah memperoleh hasil penilaian kinerja operasional dan kompetensi dapat mengajukan keberatan kepada pihak penilai, dengan mekanisme dan prosedur sebagi berikut: 1) Pengajuan keberatan ini dilakukan dengan cara membuat surat keberatan yang ditujukan kepada pihak penilai dengan tembusan ke Pusat disertai dengan bukti dan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan 2) Pihak penilai berkewajiban memberikan jawaban tertulis atas pengajuan keberatan hasil penilaian kinerja yang telah diajukan 3) Pengajuan keberatan hasil penilaian kinerja operasional 62 Pengelolaan SDM

235 dan kinerja kompetensi dapat diterima jika dapat dibuktikan dengan menunjukkan bukti kinerja yang telah dilakukan 4) Pengajuan keberatan hasil penilaian kinerja yang diterima selanjutnya menjadi koreksi atas hasil penilaian kinerja yang telah dilaporkan ke Pusat 5) Koreksi atas perbaikan hasil penilaian kinerja dilakukan melalui surat resmi dari Dinas/Instansi lokasi tugas, yang ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga Cq Subdit Sumber Daya. d. Standar Passing Grade Hasil Evaluasi Kinerja Batas nilai minimum (passing grade) hasil evaluasi kinerja akhir tahun diperlukan untuk menentukan standar minimum kelayakan SDM untuk diperpanjang masa kontrak kerjanya pada waktu/tahun berikutnya. Standar passing grade hasil evaluasi kinerja SDM PKH, selanjutnya ditetapkan dengan ketentuan berikut: 1) Hasil evaluasi kinerja dengan kategori Sangat Baik, layak dilanjutkan kontrak kerjanya 2) Hasil evaluasi kinerja dengan kategori Baik, layak dilanjutkan kontrak kerjanya 3) Hasil evaluasi kinerja dengan kategori Cukup, dipertimbangkan dilanjutkan kontrak kerjanya 4) Hasil evaluasi kinerja dengan kategori Kurang, tidak layak untuk dilanjutkan kontrak kerjanya 5) Hasil evaluasi kinerja dengan kategori Bermasalah, tidak layak untuk dilanjutkan kontrak kerjanya. e. Penetapan Hasil Penilaian Kinerja Hasil penilaian kinerja operasional dan kompetensi SDM PKH pada semua jenjang jabatan dilaporkan melalui surat resmi dari Dinas/Instansi Pelaksana PKH, yang ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga Cq Subdit Sumber Daya. Berdasarkan hasil penilaian kinerja yang dilaporkan oleh masing-masing Dinas/Instansi Pelaksana PKH selanjutnya ditetapkan melalui Surat Keputusan Hasil Penilaian Kinerja dan Kompetensi oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga. Pengelolaan SDM 63

236 IV. BIMBINGAN TEKNIS SUMBER DAYA 1. MAKSUD DAN TUJUAN Bimbingan teknis dimaksudkan sebagai media sosialiasi, pertukaran dan pemutakhiran informasi, penggalian dan pemecahan masalah/kasus serta menemukan gagasan-gagasan baru perbaikan pelaksanaan PKH di lapangan. Sementara tujuannya adalah meningkatkan kapasitas petugas lapangan khususnya Pendamping, Operator, Petugas Verifikasi, termasuk Koordinator Kabupaten/Kota dalam rangka peningkatan kinerja dan memecahkan permasalahan dalam pelaksanaan PKH. 2. SASARAN a. Sasaran Pengguna Panduan Sasaran penguna Panduan Bintek ini adalah para petugas pelaksana Bintek yang terdiri dari Petugas Admin dan Narasumber PKH yang ditetapkan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, termasuk mitra kerja Pemerintah Daerah. b. Sasaran Obyek Bimbingan Teknis 1) Pendamping, Operator, Petugas Data Entry PKH 2) Petugas pelaksana verifikasi kesehatan dan pendidikan (tenaga kesehatan, petugas pusat-pusat pelayahan kesehatan seperti Posyandu, Pusling, Puskesmas dll; guru, penilik sekolah, kepala sekolah, dll) 3) Pemangku kepentingan dalam kaitan penyediaan layanan (service provider) kesehatan dan pendidikan 4) Pihak-pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan PKH di lapangan. 3. KEBIJAKAN BIMBINGAN TEKNIS a. Penyelenggara Penyelenggara Bimbingan Teknis SDM PKH adalah Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial RI dan/atau Pemerintah Daerah pelaksana PKH. Pelaksanaan Bintek SDM PKH dapat dilaksanakan jika terpenuhinya petugas pelaksana di lapangan, meliputi: 1) Petugas Administrasi, yang bertugas mengelola administrasi, keuangan dan akomodasi selama pelaksanan Bintek. 2) Narasumber Bintek, yang memiliki pemahaman teknis pelaksanaan PKH di lapangan, terdiri dari unsur: a) Pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Perlindungan 64 Pengelolaan SDM

237 dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI b) Tenaga Ahli di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga c) Praktisi Program Keluarga Harapan. b. Pembiayaan Pembiayaan atas penyelenggaraan Bimbingan Teknis SDM PKH bersumber dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) yang dibebankan pada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Penggunaan anggaran disesuaikan dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku. c. Jenis-Jenis Bintek 1) Bintek Pemantapan Pendamping dan Operator Bintek ini dilakukan untuk tujuan peningkatan kemampaun dan keterampilan peserta Bintek tentang PKH. Peserta Bintek ini adalah Pendamping dan Operator PKH yang telah melaksanakan pendampingan program di lapangan. Dengan kegiatan Bintek ini diharapkan terjadi peningkatan kemampuan dan keterampilan Pendamping dan Operator dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. 2) Bintek Seleksi Pendamping dan Operator Bintek ini merupakan bagian dari Tes Kompetensi Bidang (TKB) yang merupakan bagian dari tahapan seleksi SDM PKH. Peserta Bintek ini adalah calon Pendamping dan Operator yang dinyatakan lulus tahapan seleksi administrasi. Dengan kegiatan Bintek ini diharapkan terpilih calon Pendamping dan Operator yang memenuhi kulifikasi dan kesiapan untuk menjalankan pendampingan program. 3) Bintek Petugas Layanan Pendidikan dan Kesehatan Bintek ini dilakukan untuk tujuan pemantapan pengetahuan dan kemampuan peserta Bintek tentang PKH yang terkait dengan pendidikan dan kesehtan. Peserta Bintek ini adalah Petugas Layanan Pendidikan dan Kesehatan pada fasilitas pendidikan dan. Dengan kegiatan Bintek ini diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan dan kemampuan Petugas Layanan Pendidikan dan Kesehatan dalam mendukung pelaksanaan PKH. Pengelolaan SDM 65

238 4) Bintek Penyelesaian Kasus Bintek ini dilakukan untuk tujuan peningkatan kemampaun dan keterampilan peserta Bintek dalam penyelesaian kasus/masalah tertentu. Peserta Bintek ini adalah SDM PKH yang secara khusus sedang mendapatkan tugas penyelesaian kasus/masalah tertentu. Dengan kegiatan Bintek ini diharapkan terjadi peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta dalam menyelesaiakn kasus/masalah yang sedang ditangani. d. Petugas Pelaksana 1) Petugas Pusat Petugas Pusat yang melaksanakan Bimbingan Teknis di Daerah mempunyai kewajiban sebagai berikut: a) Mempersiapkan bahan presentasi dan data terkait khususnya keadaan pelaksanaan PKH di Kab/Kota yang dikunjungi b) Mengkoordinasikan jadwal pelaksanaan Bintek di lapangan c) Mempersiapkan urusan administrasi di Dit. JSK dan juga di lapangan d) Menyusun laporan lengkap dan diserahkan paling lama 5 hari sejak selesai penugasan. Laporan berisi: (1) Dasar pelaksanaan bintek (surat tugas) (2) Narasumber dan peserta bintek (3) Tahapan pelaksanaan bintek (4) Hasil yang diperoleh (5) Rekomendasi perbaikan bintek ke depan (6) Lampiran (foto-foto kegiatan) 2) Petugas Daerah Petugas Daerah berkewajiban mempersiapkan pelaksanaan di lapangan seperti antara lain mengundang narasumber daerah dan peserta, menyiapkan tempat kegiatan, membantu penyelesaian urusan administrasi. e. Strategi Pelaksanaan 1) Sumber Belajar a) Pedoman Umum PKH b) Modul Bintek c) Buku kerja Pendamping dan Operator d) Narasumber e) Video / film PKH 66 Pengelolaan SDM

239 2) Metode Pembelajaran a) Presentasi, ceramah b) Dialog & tanya jawab c) Curah pendapat d) Simulasi/praktik e) Bermain peran f) Diskusi (kelompok & berpasangan) g) Kunjungan lapangan h) Investigasi dan pemecahan kasus 3) Alat Bantu Pembelajaran a) Papan tulis (white board) b) Spidol c) Kertas plano d) LCD (liquid crystal display) projector e) Komputer atau laptop f) Sound system. g) Lembar kerja h) Formulir i) Flowchart j) Lembar petunjuk simulasi 4) Prinsip Pelaksanaan Ada beberapa prinsip harus dipedomani dalam pelaksanaan Bimbingan Teknis di lapangan, meliputi: a) Terencana, artinya pelaksanaan Bimbingan Teknis harus berdasarkan rencana kebutuhan program b) Efektif, artinya bimbingan teknis harus mampu menjawab kebutuhan serta mangatasi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan PKH c) Efisien, artinya bimbingan teknis dilaksanakan dengan penggunaan anggaran yang seminimal mungkin d) Praktis, artinya pelaksanaan Bimbingan Teknis dilaksanakan secara ringkas dan sederhana e) Terukur, artinya keluaran hasil bimbingan teknis dapat dikukur keberhasilannya. 5) Keluaran a) Tersosialisasikannya kebijakan-kebijakan pelaksanaan PKH b) Terpenuhinya keterampilan SDM PKH dalam pelaksanaan tugas di lapangan sesuai tugas pokok dan fungsinya Pengelolaan SDM 67

240 c) Terindentifikasi dan terinventarisasi permasalahan pelaksanaan PKH di lapangan d) Terlaksananya pemecahan masalah melalui dialog, diskusi dan berbagai metoda pemecahan masalah oleh peserta e) Teridentifikasi dan terpecahkannya masalah dan kasuskasus pelaksanaan PKH di lapangan. 4. TAHAPAN PERSIAPAN a. Persiapan di Pusat 1) Penyusunan materi Bintek 2) Penyiapan tenaga pelaksana Bintek Pusat dan Daerah 3) Penetapan jadwal dan urusan administrasi kegiatan b. Persiapan di Daerah 1) Penyiapan narasumber dan peserta oleh Kepala Dinas/Instansi Sosial 2) Penyiapan lokasi dan jadwal Bintek termasuk lokasi kunjungan lapangan. 5. TAHAPAN PELAKSANAAN a. Bintek Pemantapan Pendamping dan Operator 1) Hari Pertama Berkoordinasi dengan Petugas dari Dinas Sosial/Institusi Sosial, Koordinator Wilayah dan/atau Koordinator Kabupaten/Kota untuk teknis pelaksanaan Bintek. 2) Hari Kedua a) Pelaksanaan Pre-tes peserta Bintek b) Penyampaian kebijakan pelaksanaan PKH oleh Narasumber Pusat c) Diskusi dan dialog interaktif dengan peserta, dipimpin oleh Koordinator Wilayah Provinsi atau Koordinator Kabupaten/Kota, mencakup brainstorming, inventarisasi permasalahan di lapangan, perumusan alternatif pemecahan masalah d) Penyusunan rencana kunjungan lapangan dan pembagian Tim Kunjungan. 3) Hari Ketiga a) Kunjungan lapangan, melihat langsung pelaksanaan pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk berdiskusi 68 Pengelolaan SDM

241 dengan Keluarga Miskin (KM) penerima PKH. Penyusunan rencana aksi pemecahan masalah dan perbaikan pelaksanaan PKH. b) Refleksi hasil kunjungan lapangan Petugas Pusat dan Pendamping/ Operator peserta untuk membahas kelemahan dan kekuatan PKH di lapangan (dilaksanakan di lapangan) c) Pelaksanaan Pos-tes hasil Bintek. 4) Hari Keempat Penutupan acara serta pemulangan petugas dan peserta Bintek. b. Bintek Seleksi Pendamping dan Operator 1) Hari pertama a) Berkoordinasi dengan Petugas Seleksi Daerah untuk teknis pelaksanaan Bintek Seleksi b) Pemeriksaan berkas/dokumen peserta seleksi dan entry data ke dalam sistem aplikasi database seleksi SDM 2) Hari kedua a) Pelaksanaan Psiko-test b) Pelaksanaan tes praktek komputer (bagi calon Operator). 3) Hari ketiga a) Penyampaian materi pengetahuan PKH, meliputi: (1) Pengertian dan Tujuan PKH (2) Dasar hukum pelaksanaan PKH (3) Komponen kepesertaan PKH b) Penyampaian materi kebijakan pelaksanaan PKH, meliputi: (1) Rancangan umum PKH (2) Ketentuan peserta PKH (3) Transformasi kepesertaan PKH c) Observasi selama pelaksanaan Bintek untuk penilaian peserta. 4) Hari keempat a) Lanjutan penyampaian materi kebijakan pelaksanaan PKH, meliputi: (1) Hak, kewajiban dan Sanksi (2) Alur kerja dan pendampingan program b) Observasi selama pelaksanaan Bintek untuk penilaian peserta c) Pelaksanaan Tes tertulis (Pos-test hasil Bintek). Pengelolaan SDM 69

242 5) Hari Kelima Penutupan acara serta pemulangan petugas dan peserta Bintek. c. Bintek Penyedia Layanan Kesehatan dan Pendidikan 1) Hari Pertama Berkoordinasi dengan Petugas dari Dinas Sosial/Institusi Sosial, Koordinator Wilayah dan/atau Koordinator Kabupaten/Kota untuk teknis pelaksanaan Bintek. 2) Hari Kedua a) Pembukaan oleh Pejabat Daerah b) Diskusi dipandu oleh Koordinator Wilayah, mencakup: (1) Penyampaian kebijakan pelaksanaan PKH oleh Narasumber Pusat (2) Presentasi pelaksanaan PKH bidang layanan Kesehatan oleh perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (3) Presentasi pelaksanaan PKH bidang layanan Pendidikan oleh perwakilan Dinas Pendidikan dan atau Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota c) Pembagian kelompok diskusi tentang kesehatan dan pendidikan d) Pelaksanaan diskusi Kelompok untuk Kesehatan dan Pendidikan untuk membahas teknis pengisian formulir verifikasi, penggalian kasus-kasus dan pemecahannya, rencana aksi penyelesaian kasus dan perbaikan pelaksanaan PKH, diakhiri dengan refleksi bersama hasil diskusi semua kelompok e) Penutup 3) Hari Ketiga : kunjungan Tim Pusat ke Fasilitas Kesehatan dan Fasilitas Pendidikan dan melakukan supervisi pengisian formulir verifikasi, pemecahan kasus-kasus dan sebagainya. 4) Hari Keempat: penutupan acara serta pemulangan petugas dan peserta Bintek. d. Bintek Penyelesaian Kasus 1) Inventasi kasus-kasus di lapangan dan penetapan prioritas oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga 2) Penyusunan strategi pemecahan kasus oleh Tim Pusat 3) Pengiriman petugas Bintek ke lapangan 4) Pemetaan, investigasi, pembahasan, dan rekomendasi penyelesaian kasus. 70 Pengelolaan SDM

243 6. TAHAPAN EVALUASI Evaluasi terhadap pelaksanaan Bintek SDM PKH diperlukan dalam rangka memperoleh gambaran atas pelaksanaan Bintek yang sudah terealisasi dan untuk perbaikan/peningkatan kuaitas pelaksanaan berikutnya. Evaluai Bintek SDM PKH ini meliputi: a. Kesiapan petugas b. Modul yang digunakan c. Alat bantu pembelajaran d. Akomodasi Petugas dan Peserta e. Pembiayaan Bintek f. Efektifitas pelaksanaan Bintek. V. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDM 1. MAKSUD DAN TUJUAN Penyusunan Pedoman Diklat ini dimaksudkan sebagai panduan bagi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dalam pelaksanaan Diklat SDM PKH, dengan tujuan: a. Terwujudnya penyelenggaraan Diklat SDM PKH yang sistematis. b. Tercapainya efektifitas proses pembelajaran dalam pelaksanaan Diklat SDM PKH. c. Terjaminnya mutu hasil pembelajaran dalam pelaksanaan Diklat SDM PKH d. Terwujudnya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional SDM dalam melaksanakan tugas pendampingan PKH. 2. PENYELENGGARA DIKLAT Penyelenggara Diklat SDM PKH adalah Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahtarean Sosial Kementerian Sosial RI di Jakarta dan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) yang tersebar di 6 (enam) wilyah dan 1 (satu) Balai Diklat Kesos di Kota Malang, yakni: " BBPPKS Regional 1 di Kota Padang, Sumatera Barat " BBPPKS Regional 2 di Bandung, Jawa Barat " BBPPKS Regional 3 di Kota Yogyakarta, DIY " BBPPKS Regional 4 di Makassar, Sulawesi Selatan Pengelolaan SDM 71

244 " BBPPKS Regional 5 di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan " BBPPKS Regional 6 Kota Jayapura, Papua " Balai Diklat Kesejahteraan Sosial di Kota Malang, Jawa Timur. a. Pembiayaan Diklat Pembiayaan atas penyelenggaraan Diklat SDM PKH bersumber dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) yang dibebankan pada Anggaran Pusdiklat Kesos Jakarta dan BBPPKS seluruh Indonesia. Penggunaan anggaran disesuaikan dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku. b. Kurikulum Diklat Kurikulum Diklat SDM PKH disusun untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan PKH di lapangan. Kurikulum Diklat SDM PKH terdiri dari beberapa modul/mata diklat, meliputi: 1) Pendampingan Program, meliputi: a) Pengembangan motivasi dan komitmen; b) Pengembangan etika dan integritas; c) Pendampingan sosial 2) Kebijakan Umum PKH, meliputi: a) Ketentuan peserta PKH; b) Hak, kewajiban dan sanksi; c) Alur kerja dan pendampingan program; d) Transformasi kepesertaan. 3) Mekanisme Pelaksanaan PKH, meliputi: a) Pertemuan awal dan validasi calon Peserta PKH; b) Penyaluran bantuan dan rekonsiliasi; c) Kepesertaan PKH, meliputi: (1) Verifikasi komitmen peserta PKH; (2) Pemutakhiran data peserta PKH; (3) Pertemuan rutin kelompok/pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2); (4) Bantuan komplementaritas peserta PKH; (5) Sistem Pengaduan Masyarakat; d) Pelaporan program (PKH) e) Administrasi kesekretariatan (khusus untuk Operator) f) Aplikasi SIM PKH (khusus untuk Operator) 4) Modul Diklat tentang Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2), terdiri dari enam bagian modul yang melingkupi topik Pendidikan dan Pengasuhan, Ekonomi, Kesehatan, dan Perlindungan Anak. 72 Pengelolaan SDM

245 a) Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak Modul ini terdiri dari 4 sesi dengan rincian sebagai berikut : (1) Menjadi orang tua yang lebih baik (2) Memahami perilaku anak (3) Memahami cara anak usia dini belajar (4) Membantu anak sukses di sekolah b) Modul pengelolaan keuangan Modul ini terdiri dari 3 sesi dengan rincian sebagai berikut : (1) Mengelola keuangan keluarga (2) Cermat meminjam dan menabung (3) Memulai usaha c) Modul Kesehatan dan Gizi Modul ini terdiri dari 9 materi. Pendamping dapat memilih 3 materi yang disampaikan dalam 3 pertemuan. Materi yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Peserta dampingannya. : (1) Masalah gizi di indonesia (2) Pelayanan ibu hamil (3) Pelayanan ibu bersalin (4) Pelayanan ibu nifas dan ibu menyusui (5) Pelayanan bayi usia 0-28 hari (6) Pelayanan bayi usia 29 hari - 11 bulan (7) Pelayanan anak usia bulan (8) Pelayanan remaja (9) Perilaku hidup bersih dan sehat d) Modul Perlindungan Anak Modul ini terdiri dari 2 sesi yaitu : (1) Kekerasan terhadap anak (2) Penelantaran dan eksploitasi 5) Orientasi Lapangan (OL). Kurikulum modul/mata Diklat SDM PKH disusun sebagaimana Tabel 1, dengan aspek berikut: a) Kompetensi dasar yang ingin dicapai b) Indikator keberhasilan c) Pokok bahasan d) Sub pokok bahasan e) Metode pembelajaran, dan f) Media pembelajaran. Pengelolaan SDM 73

246 c. Peserta Diklat Peserta yang berhak mendapatkan Diklat PKH adalah SDM yang memiliki ketentuan dan persyaratan sebagai berikut: 1) Pendamping atau Operator PKH yang belum mengikuti Diklat PKH 2) Bersedia mengikuti semua proses pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang ada 3) Bersedia mematuhi semua tata terib selama mengikuti diklat sesuai dengan ketentuan yang ada. 4) Bersedia diasramakan selama mengikuti Diklat. d. Narasumber Diklat Narasumber pada pelaksanaan Diklat SDM PKH terdiri atas: 1) Pejabat Struktural Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial dan Kementerian Sosial RI 2) Tim Penyusun Modul Diklat 3) Tenaga Ahli/Konsultan pada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga PKH yang telah mengikuti Training of Trainers (TOT) Diklat PKH 4) Widyaiswara yang dipandang kompeten dan direkomendasikan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kesejahteraan Sosial RI dan Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial. e. Fasilitator Diklat 1) Pejabat Struktural Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial dan Kementerian Sosial RI 2) Penyusun Modul Diklat 3) Widyaiswara yang dipandang kompeten yang telah mengikuti dan lulus TOT Diklat PKH 4) Tenaga Ahli pada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga 5) Koordinator Regional PKH 6) Koordinator Wilayah PKH 7) Praktisi yang menguasai pelaksanaan konsep, materi dan pelaksanaan Diklat SDM PKH. f. Sumber Belajar 1) Pedoman Pelaksanaan PKH 2) Bukur Kerja Pendamping dan Operator 74 Pengelolaan SDM

247 3) Narasumber 4) Fasilitator/Pengajar 5) Modul Diklat 6) Bahan bacaan 7) Sumber-sumber belajar lain yang terkait dengan PKH g. Metode Pembelajaran 1) Ceramah dan tanya jawab 2) Curah pendapat 3) Bermain peran 4) Curah pendapat 5) Diskusi kelompok 6) Diskusi berpasangan, dan 7) Simulasi h. Alat Bantu Pembelajaran 1) Papan tulis putih (white board) 2) Alat tulis (spidol non-permanen) 3) Kertas plano 4) LCD (liquid crystal display) projector 5) Komputer atau laptop 6) TV (televisi) 7) Sound system 8) Lembar tugas 9) Leaflet 10) Formulir 11) Lembar kasus 12) Flowchart 13) Lembar petunjuk simulasi 14) Lembar petunjuk permainan 15) Film/DVD 16) Musik/lagu 17) Sarana lain sesuai kebutuhan. 3. PELAKSANAAN DIKLAT a. Tempat Diklat Pelaksanaan Diklat SDM PKH bertempat di Pusat Pendidikan Kesejahteraan Sosial (Pusdiklat Kesos) Kementerian Sosial di Jakarta dan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) yang tersebar di 6 (enam) wilyah dan 1 (satu) Pengelolaan SDM 75

248 Balai Diklat Kesos di Kota Malang. Pembagian peserta berdasarkan lokasi penyelenggara/balai diklat, dditetapkan sebagai berikut: 1) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 1 di Kota Padang, terdiri dari provinsi: a) Aceh b) Sumatera Barat c) Sumatera Utara d) Sumatera Selatan e) Bengkulu f) Jambi g) Riau, dan h) Kelupauan Riau 2) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 2 di Bandung, terdiri dari provinsi: a) Lampung b) Kepulauan Bangka Belitung c) Banten d) Jawa Barat, dan e) Kalimantan Barat 3) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 3 di Kota Yogyakarta, terdiri dari provinsi: a) DIY b) Jawa Tengah c) Jawa Timur d) Bali e) Nusa Tengara Timur, dan f) Nusa Tenggara Barat 4) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 4 di Makassar, terdiri dari provinsi: a) Sulawesi Selatan b) Sulawesi Utara c) Sulawesi Tengah d) Sulawesi Tenggara e) Sulawesi Barat, dan f) Gorontalo 5) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 5 di Kota Banjarmasin, terdiri dari provinsi: a) Kalimantan Selatan b) Kalimantan Timur 76 Pengelolaan SDM

249 c) Kalimantan Tengah, dan d) Kalimantan Utara. 6) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 6 Kota Jayapura, terdiri dari provinsi: a) Papua b) Papua Barat c) Maluku, dan d) Maluku Utara 7) Peserta diklat yang diselengarakan di Balai Diklat Kesejahteraan Sosial di Kota Malang, terdiri dari provinsi lain yang tidak tertampung pada BBPKS di sekitarnya. b. Waktu Diklat Pelaksanaan Diklat SDM PKH sesuai dengan ketentuan angaran dan kesiapan teknis masing-masing balai diklat, yang dilaksanakan selama 10 hari dengan 80 jam pelatihan (JP) atau selama 7 hari dengan 60 jam pelatihan (JP) untuk kondisi tertentu. Penyelenggaraan Diklat SDM PKH dilaksanakan dengan mengacu pada jadwal Diklat seperti pada Lampiran 1, dengan Orientasi Lapangan (OL) yang dilakukan sekaligus menjelang saat terakhir pelaksanaan Diklat. c. Tugas dan Tanggung Jawab 1) Master of Training a) Mengelola penyelenggaraan diklat secara keseluruhan b) Memberikan arahan, saran dan pertimbangan guna kelancaran pelaksanaan dan pencapaian tujuan diklat secara substansi c) Berkoordinasi dengan penanggung jawab dalam mengelola diklat d) Melaksanakan supervisi kepada Ketua, Asisten Bidang Akademis, Asisten bidang administrasi dan sekretariat, Co-Fasilitator dan asisten e) Bertanggung jawab memberikan masukan pada narasumber dan fasilitator agar substansi Diklat sesuai dengan tujuan Diklat f) Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan diklat secara keseluruhan g) Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan diklat secara keseluruhan kepada penanggung jawab dan pembina. 2) Co Fasilitator a) Membantu Master of Trainer dalam mengelola Pengelolaan SDM 77

250 penyelenggaraan diklat secara keseluruhan. b) Berkoordinasi dengan ketua, asisten bidang akademis, asisten bidang administrasi dan sekretariat, dan asisten dalam mengelola Diklat. c) Membantu Master of Trainer dalam memberikan masukan pada narasumber dan fasilitator agar substansi Diklat sesuai dengan tujuan. d) Membantu Master of Trainer dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan diklat secara keseluruhan. 3) Asisten a) Membantu Co-Fasilitator dalam mengelola penyelenggaraan Diklat secara keseluruhan b) Berkoordinasi dengan ketua, asisten bidang akademis, asisten bidang administrasi dan sekretariat dalam mengelola Diklat c) Menyiapkan bahan dan blanko biodata yang harus diisi oleh Narasumber/Fasilitator yang didampingi serta memperkenalkan kepada peserta pelatihan d) Membantu dan menyiapkan setiap bahan/alat bantu latihan yang diperlukan oleh Fasilitator yang didampingi selama di dalam kelas e) Menyiapkan segala kebutuhan pendukung bagi Fasilitator selama menyajikan materi di dalam kelas f) Menyiapkan dan menyampaikan daftar hadir peserta dan Fasilitator selama proses penyajian materi g) Merangkum hasil penyajian materi h) Membuat laporan proses pembelajaran di kelas. 4) Narasumber a) Menyiapkan bahan-bahan materi yang dibutuhkan sesuai dengan topik khusus yang akan disampaikan guna mendukung pencapaian tujuan diklat. b) Menyampaikan materi guna mendukung pencapaian tujuan diklat kepada peserta di kelas. c) Memberikan pandangan-pandangan sesuai keahlian dan pengalamannya kepada peserta guna pencapaian tujuan diklat. 5) Fasilitator a) Menyiapkan desain pembelajaran silabus atau garis bersar program pelatihan (GBPP) dan Satuan Acara Pengajaran (SAP). 78 Pengelolaan SDM

251 b) Menyiapkan alat bantu pembelajaran sesuai dengan tujuan mata Diklat c) Mengisi data fasilitator d) Hadir dalam ruang Diklat selambat-lambatnya lima menit sebelum waktu penyajian e) Menerapkan hasil-hasil persiapan dalam proses mengajar sesuai waktu penyajian yang telah ditentukan. f) Menandatangani daftar hadir fasilitator yang telah tersedia. 6) Pembimbing Orientasi Lapangan (OL) a) Menyiapkan bahan-bahan supervisi OL sesuai dengan tujuan OL dan tujuan diklat b) Medesain instrumen-instrumen yang diperlukan dalam OL c) Memberikan penjelasan dan arahan tentang proses persiapan pelaksanaan OL d) Memberikan bimbingan kepada peserta diklat dalam pelaksanaan OL e) Memberikan bimbingan kepda peserta dalam penyusunan laporan OL f) Menghadiri seminar OL dan memberikan tanggapan terhadap keseluruhan proses pelaksanaan OL. 7) Petugas Orientasi Lapangan a) Memfasilitasi lokasi OL dan menerima peserta diklat dalam pelaksanaan OL. b) Memberikan informasi dan arahan secara umum kepada peserta diklat mengenai gambaran umum lokasi OL sesuai dengan tujuan OL. c) Memberikan pandangan-pandangan sesuai dengan keahlian, pengalaman dan tugas di lokasi OL kepada peserta diklat. 8) Pengolah dan Penganalisis Data Evaluasi dan Pemeriksa Ujian a) Menyiapkan bahan instrumen penilaian kemampuan awal/akhir peserta (Pre/Post Test), instrumen penilaian kinerja Widyaiswara/Fasilitator dalam pembelajaran, instrumen penilaian penyelenggaraan praktik kelembagaan/praktik lapangan/studi lapangan, instrumen penilain penyelenggaraan diklat yang diisi peserta diklat. b) Menyerahkan instrumen ke peserta diklat untuk diisi peserta diklat. c) Mengumpulkan instrumen evaluasi yang sudah diisi oleh peserta diklat. Pengelolaan SDM 79

252 d) Mengolah instrumen penilaian kemampuan awal/akhir peserta (Pre Test dan Post Test), instrumen penilaian kinerja Widyaiswara/ Fasilitator dalam pembelajaran, instrumen penilaian penyelenggaraan diklat dan instrumen penilaian penyelenggaraan orientasi lapangan yang sudah diisi peserta diklat. e) Mengolah dan memeriksa hasil evaluasi/ujian peserta diklat. f) Menyerahkan hasil pengolahan instrumen evaluasi proses diklat ke penyelenggara diklat. g) Mengarsipkan hasil pengolahan instrumen evaluasi proses diklat. 9) Penentuan Kelulusan a) Kriteria Kelulusan (1) Memenuhi kehadiran 85 % di dalam kelas. (2) Nilai ujian tertulis termasuk dalam kategori lulus (3) Memenuhi peraturan dan tata tertib selama mengikuti Diklat. b) Jenis Kelulusan (1) Lulus murni (2) Lulus dengan remedial (ujian ulang), dinyatakan lulus apabila telah mengulang mengikuti ujian kembali sebelum Diklat berakhir. 4. PENGENDALIAN DIKLAT a. Monitoring Pemantauan selama penyelenggaraan Diklat SDM PKH akan dilakukan oleh Master of Trainer khususnya pemantauan terhadap ketepatan substansi mata diklat maupun penyajiannya yang dilakukan oleh Narasumber dan Fasilitator. b. Evaluasi 1) Evaluasi Penyelenggaraan Diklat a) Persiapan Diklat dan Pelayanan Penyelenggara (1) Penyediaan pedoman Diklat, jadwal dan perlengkapan peserta. (2) Pengarahan program diklat. (3) Sikap petugas sekretariat/panitia terhadap peserta 80 Pengelolaan SDM

253 selama diklat berjalan (4) Penyediaan pelayanan daftar hadir (5) Alokasi penggantian anggaran transportasi. b) Kurikulum Diklat (1) Kesesuaian tujuan diklat dengan mata diklat (2) Kesesuaian tujuan dengan lamanya waktu Diklat (3) Urutan/sekuen mata diklat (4) Relevansi mata diklat dengan tugas/pekerjaan (5) Kesesuaian tujuan dengan metode, bahan ajar dan evaluasi pembelajaran (6) Proporsi antara waktu untuk teori dan praktik (7) Ketersediaan waktu latihan/praktik. c) Metode pembelajaran dan kualitas bahan ajar (1) Variasi metode pembelajaran (2) Pemberian praktik (3) Penggunaan media/alat bantu pembelajaran (audio visual) (4) Dinamika dan suasana pembelajaran diklat (5) Interaksi antar peserta (6) Ketersediaan bahan ajar (7) Kejelasan bahan ajar (8) Kualitas penyajian bahan ajar (9) Ketersediaan alat dan bahan praktek belajar (10)Kualitas alat dan bahan praktek belajar. d) Kualitas Sarana dan Prasarana (1) Ruang kelas/aula (2) Alat bantu belajar (PC/laptop, LCD, Flipchart) (3) Ruang kamar/asrama (4) Toilet dan kamar mandi (5) Ruang makan (6) Ruang dan kelengkapan sarana perpustakaan (7) Mushola (8) Ruang/fasilitas kesehatan (9) Ruang/fasilitas olah raga (10)Kebersihan lingkungan (11)Sarana cuci pakaian/laundry (12)Tempat/layanan kantin/koperasi. e) Akomodasi Peserta Diklat (1) Fasilitas penginapan (2) Jadwal makan dan makan pelengkap (3) Variasi menu makanan Pengelolaan SDM 81

254 (4) Tingkat gizi dan hidangan makanan (5) Sikap petugas/pramusaji makanan. f) Hubungan Sosial antar Personil (1) Hubungan peserta dengan peserta (2) Hubungan peserta dengan Pelatih/Fasilitator (3) Hubungan peserta dengan panitia (4) Hubungan peserta dengan pejabat. 2) Evaluasi Peserta Diklat a) Pre test dan post test b) Ujian tertulis Soal untuk ujian tertulis sudah disiapkan oleh masingmasing penulis modul yang langsung dihimpun oleh panitia penyelnggara. c) Evaluasi Peserta, dengan kriteria: (1) Kehadiran peserta di kelas setiap harinya (2) Ketepatan hadir setiap mengikuti mata pelajaran (3) Etika dan sopan santun selama proses pembelajaran (4) Kerapihan berbusana baik di kelas, ruang makan dan kegiatan lainnya (5) Sikap dan Perilaku, terdiri dari : disiplin, prakarsa, kerjasama (6) Pemahaman materi/akademik. 3) Evaluasi Narasumber/Fasilitator a) Penguasaan materi b) Sistematika penyajian c) Kemampuan menyajikan d) Ketepatan waktu kehadiran e) Penggunaan metode dan sarana pelatihan f) Gaya, sikap dan perilaku g) Cara menjawab pertanyaan peserta h) Penggunaan bahasa i) Pemberian motivasi terhadap peserta j) Pencapaian tujuan pembelajaran k) Kerapihan berpakaian l) Kerjasama antar fasilitator. 4) Evaluasi Orientasi Lapangan (OL) a) Pembagian kelompok b) Penyusunan program kelompok dan jadwal kegiatan praktik c) Pengarahan praktik 82 Pengelolaan SDM

255 d) Penentuan lokasi praktik e) Transportasi dan akomodasi f) Kesesuaian tugas dan fungsi peserta dengan lokasi praktik g) Koordinasi dengan instansi terkait h) Penerimaan dan orientasi lapangan. i) Obervasi dan interventarisasi data/klien j) Simulasi hasil belajar k) Praktik kerja sesuai dengan jadwal kegiatan l) Pelaksanaan bimbingan dan supervisi m) Bimbingan penulisan laporan n) Ketersediaan sarana penulisan laporan dan komputer. 5. PELAPORAN DIKLAT Keseluruhan kegiatan Diklat SDM PKH dilaporkan secara tertulis Kepada Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial dengan tembusan kepada Kepala Pusdiklat Kesejahteraan Sosial dan Dirjen Banjamsos cq Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, paling lambat 1 (satu) bulan setelah penutupan Diklat dilaksanakan. Laporan atas penyelenggaraan Diklat SDM PKH sekurangkurangnya berisi: a. Proses penyelenggaraan Diklat b. Kepesertaan c. Ketersediaan sarana dan prasarana d. Pencapaian target fungsional e. Narasumber f. Fasilitator/Pelatih g. Pelaksanaan OL h. Akomodasi i. Realisasi keuangan. Pengelolaan SDM 83

256 84 Pengelolaan SDM

257 Pengelolaan SDM 85

258 86 Pengelolaan SDM

259 Pengelolaan SDM 87

260 88 Pengelolaan SDM

261 Pengelolaan SDM 89

262 90 Pengelolaan SDM

263 Pengelolaan SDM 91

264 92 Pengelolaan SDM

265 Pengelolaan SDM 93

266 94 Pengelolaan SDM

267 Pengelolaan SDM 95

268 96 Pengelolaan SDM

269 Pengelolaan SDM 97

270 98 Pengelolaan SDM

271 Pengelolaan SDM 99

272 100 Pengelolaan SDM

273 Pengelolaan SDM 101

274 102 Pengelolaan SDM

275 RAPAT KOORDINASI PKH A. PENDAHULUAN Dalam rangka sosialisasi dan persiapan pelaksanaan PKH untuk lokasi baru, penyampaian informasi tentang perubahan kebijakan pelaksanaan PKH, pelaksanaan dan evaluasi PKH di pusat dan daerah, permasalahan pelaksanaan PKH dan upaya pemecahannya serta langkah-langkah dan tindak lanjut yang akan dilaksanakan, diperlukan suatu forum bersama yakni Rapat Koordinasi. Rapat Koordinasi PKH meliputi Rapat Koordinasi PKH Tingkat Pusat, Rapat Koordinasi Nasional yang dilaksanakan pada beberapa wilayah,rapat Koordinasi Tingkat Provinsi,Kabupaten dan Kota.Agar pelaksanaan Rapat Koordinasi dapat berjalan dengan lancar untuk mencapai sasaran dan tujuannya diperlukan suatu Pedoman Operasional Rapat Koordinasi PKH. B. TUJUAN, TEMA,DAN KELUARAN 1. Tujuan Rapat Koordinasi Secara umum, Rapat Koordinasi Program Keluarga Harapan bertujuan untuk: a. Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi program dengan Kementerian/Lembaga terkait, termasuk penguatan komitmen/dukungan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan PKH di lapangan b. Mensosialisasikan kebijakan pelaksanaan Program Keluarga Harapan c. Menginformasikan perkembangan pelaksanaan PKH di pusat dan daerah serta permasalahan dan pemecahannya. d. Mengidentifikasi kendala dan permasalahan yang muncul atas pelaksanaan PKH di lapangan, serta merumuskan solusi pemecahannya e. Mencapai kesepahaman dan kesepakatan serta tindak lanjut dalam implementasi pelaksanaan PKH oleh Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah dalam mewujudkan komplimentaritas pelaksanaan PKH. Rapat Koordinasi 1

276 2. Tema Rapat Koordinasi Dalam pelaksanaan Rapat Koordinasi perlu adanya "tema" yangmenjadi rujukan pencapaian tujuan Rakornas, diimplementasikan dalam materi dari para narasumber, diskusi kelompok dan rumusan hasil Rakornas. Tema dari Rapat Koordinasi disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang berkembang saat itu yang memerlukan pembahasan, acuan sertapenyelesaian pada tingkat nasional maupun daerah oleh stakeholders yang terkait, sepeti: a. Peran Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam Transformasi Kepesertaan PKH b. Implementari bantuan program komplementaritas bagi peserta PKH c. Perlindungan Sosial secara Komprehensif Bagi Peserta PKH" d. Tema lain sesuai dengan kebijakan dan perkembangan pelaksanaan PKH terkini. 3. Keluaran Rapat Koordinasi a. Terbangunnya komitmen bersama antar Kementerian/Lembaga b. Memastikan dukungan dana sharing dan kesiapan daerah c. Sebagai bahan rumusan untuk Rapat Koordinasi terkait PKH C. RAKOR PKH TINGKAT PUSAT 1. Sumber Dana Rapat Koordinasi (Rakor) PKH Tingkat Pusat bersumber dari Dana Pusat yang berasal dari anggaran pada DIPA Direktorat Jaminan Sosial Keluarga tahun berjalan. 2. Panitia dan Peserta Rakor a. Panitia Rakor Dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dibentuk suatu panitia Rakor PKH tingkat Pusat yang terdiri dari : 1) Pengarah 2) Ketua 3) Sekretaris 4) Seksi Acara dan Persidangan 5) Seksi Perlengkapan 6) Seksi Keuangan 2 Rapat Koordinasi

277 b. Peserta Rakor 1) Peserta Pusat Peserta pusat adalah pejabat dari Kementerian Sosial dan Kementerian/Lembaga terkait, serta Tenaga Ahli pada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, meliputi: 2) Pejabat terkait dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 3) Peserta dari Kementerian Sosial a) Pejabat terkait di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga b) Pejabat terkait di lingkungan Badiklit Kesos c) Pejabat terkait di lingkungan Direktorat Kemiskinan Perkotaan d) Pejabat terkait di lingkungan Direktorat Kemiskinan Pedesaan e) Pejabat terkait di lingkungan Biro Humas Kemensos f) Pejabat terkait di lingkungan Pusat Data dan Informasi g) Pejabat terkait di lingkungan Direktorat/Biro lain sesuai kebutuhan h) Tenaga Ahli Direktorat Jaminan Sosial Keluarga i) Koordinator Regional PKH j) Koordinator Wilayah PKH 4) Pejabat terkait dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 5) Pejabat terkait dari Kementerian Kesehatan 6) Pejabat terkait dari Kementerian Agama 7) Pejabat terkait dari Kementerian Dalam Negeri 8) Pejabat terkait dari Kementerian Kominfo 9) Pejabat terkait dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 10) Pejabat terkait dari Badan Pusat Statistik 11) Pejabat terkait dari Badan Pengawasan Keuangan 12) Pejabat terkait dari BPJS Kesehatan 13) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian/Lembaga lain sesuai kebutuhan. 14) Peserta Lainnya, dapat terdiri dari Koordinator Kabupaten/Kota terpilih yang bertugas di sekitar kota tempat pelaksanaan Rakor Pusat, yang jumlahnya disesuaikan dengan alokasi anggaran yang tersedia. c. Narasumber Narasumber berasal dari Kementerian/Lembaga terkait yang Rapat Koordinasi 3

278 disesuaikan dengan tema dan tujuan Rakor Pusat.Sebagai narasumber utama pada Rapat Koordinasi Tingkat Pusat dialokasikan untuk Menteri atau Pejabat Esselon I pada Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. Narasumber Rakornas antara lain: 1) Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial 2) Dirjen Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan 3) Inspektur Jenderal Kementerian Sosial 4) Dirjen Pendidikan DasarKementerian Pendidikan dan Kebudayaan 5) Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan 6) Deputi Statistik Sosial BPS 7) Kepala BPJS Kesehatan 8) Pejabat Esselon I atau yang setingkat dari Kementerian/Lembaga terkait. Dalam hal Menteri atau Pejabat Esselon I tidak dapat hadir, dimungkinkan untuk ditunjuk penggantinya minimal esselon II atau setingkat yang menguasai substansi PKH terkait dengan program dan tupoksi Kementerian/Lembaga d. Moderator Moderator adalah seseorang yang mempunyai kecakapan untuk memandu jalannya persidangan, memotivasi dan membangkitkan antusias peserta dalam mengikuti persidangan, mengarahkan tanya-jawab, membuat kesimpulan.moderator dapat berasal dari pejabat dilingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga atau dari unsur lain yang memenuhi kriteria diatas. 3. Susunan Acara Rapat Koordinasi Tingkat Pusat dibuka secara resmi oleh Menteri Sosial dan ditutup oleh Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial. a. Pembukaan 1) Acara Pendahuluan, pemutaran Film/Video PKH 2) Pengantar Acara 3) Menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan lagu Mars PKH 4) Pembacaan Do'a b. Acara Inti 4 Rapat Koordinasi

279 1) Laporan Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Keluarga 2) Pengarahan Menteri Sosial sekaligus membuka Rapat Koordinasi Tingkat Pusat PKH 3) Acara Pembukaan selesai c. Penutupan 1) Pembacaan dan penyerahan Hasil Rakor PKH Tingkat Pusat 2) Laporan Penyelenggaraan Rakor PKH Tingkat Pusat oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga 3) Penyerahan Sertifikat Nominator PKH Award 4) Sambutan dilanjutkan Penutupan oleh Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial 5) Menyanyikan lagu Bagimu Negeri 6) Pembacaan Do'a 7) Acara Penutupan Selesai 4. Paparan Narasumber a. Materi Paparan 1) Review pelaksanaan PKH dan persiapan pelaksanaan PKH tahun berjalan 2) Kebijakan terkini dalam pelaksanaan PKH 3) Program Kementerian/Lembaga yang terkait dengan PKH 4) Sinergitas dan dukungan pelaksanaan PKH 5) Permasalahan pelaksanaan PKH dan pemecahannya b. Pelaksanaan Paparan Paparan oleh narasumber dilaksanakan secara panel dalam beberapa sesi.setiap sesi terdiri dari paparan narasumber pejabat di lingkungan Kementerian/Lembaga yang dipandang mempunyai keterkaitan lebih dekat satu dengan lainnya c. Waktu Penyajian Waktu penyajian setiap narasumber bervariasi antara 20 sampai dengan 30 menit disesuaikan dengan urgensinya. 5. Diskusi Kelompok Dalam pelaksanaan PKH, selain keberhasilan masih dijumpai berbagai permasalahan yang memerlukan pemecahan bersama ditingkat pusat, pada sisi yang lain diperlukan adanya dukungan komplementaritas program. a. Tujuan 1) Memperkuat koordinasi lintas sector di tingkat pusat 2) Menjadi wadah strategy and policy sharing Rapat Koordinasi 5

280 3) Memperkuat komitmen dalam komplimentaritas pelaksanaan PKH 4) Meningkatkan kualitas pelaksanaan PKH 5) Memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan PKH 6) Merekomendasikan hal yang dipandang perlu untuk kelancaran dan perbaikan pelaksanaan PKH b. Tema Setiap kelompok mempunyai tema masing-masing yang mencerminkan tema Rakornas dan pokok bahasan setiap kelompok. c. Aspek Bahasan 1) Kebijakan yang mendukung pelaksanaan PKH 2) Substansi dari masing masing kelompok dalam pelaksanaan PKH 3) Mekanisme pelaksanaan PKH 4) Pembahasan isue penting dalam pelaksanaan PKH 5) Permasalah dan kendala dalam pelaksanaan PKH d. Mekanisme Diskusi 1) Penjelasan umum diskusi kelompok Memberikan informasi tentang latar belakang, tujuan,tema,aspek bahasan,mekanisme diskusi dan hasil diskusi. 2) Pembagian Kelompok Peserta Rakornas secara umum dibagi 3 (tiga) kelompok yakni: a) Kelompok Kelembagaan b) Kelompok Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial c) Kelompok Persiapan dan Pelaksanaan PKH untuk lokasi baru. 3) Pelaksanaan Diskusi Kelompok a) Pengantar dari nara sumber yang berisi topic bahasan, arah diskusi, dan memfasilitasi pembentukan organisasi kelompok. b) Pembentukan Organisasi Kelompok yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Penyaji c) Pelaksanaan Diskusi kelompok yang dipimpin oleh Ketua terpilih, membahas tentang aspek bahasan, permasalahan, solusi pemecahan dan rekomendasi e. Penyusunan penandatanganan kesepakatan hasil 6 Rapat Koordinasi

281 diskusi kelompok f. Hasil diskusi merupakan perumusan kebijakan makro di setiap daerah pelaksana PKH. 6. Perumusan Hasil Rakor Pusat a. Tim Perumus 1) Narasumber terpilih 2) Ketua, Sekretaris dan Penyaji dari masing-masing kelompok 3) Para Koordinator Regional dan Koordinator Wilayah 4) Pendamping dan Operator PKH terpilih 5) Untuk kelancaran penyusunan rumusan hasil Rakornas, dipilih seorang Ketua dan seorang Sekretaris. b. Sumber Perumusan Sumber perumusan adalah hasil diskusi kelompok terutama rekomendasi kelompok 1) Format Rumusan 2) Narasi pengantar 3) Pokok pokok rumusan yang bersumber dari hasil diskusi kelompok terutama rekomendasi 4) Narasi penutup 5) Naskah Rumusan hasil Rakornas ditandatangani oleh Tim Perumus Kelompok 6) Pembacaan dan penyerahan Hasil Rumusan Rumusan hasil Rakor PKH Tingkat Pusat dibacakan oleh Ketua Tim Perumus pada saat acara Penutupan Rakor selanjutnya diserahkan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga.Naskah Rumusan Hasil Rakor Pusat dilengkapi dengan hasil rumusan masing-masing kelompok. 7. Publikasi Rakornas PKH merupakan event penting dalam proses bisnis PKH karena akan menghasilkan gagasan dan inovasi pelaksanaan PKH, peningkatan komitmen, solusi penyelesaian masalah, sehubungan dengan hal tersebut sangat diperlukan publikasi dalam pelaksanaan Rakor PKH Tingkat Pusat.Publikasi dilakukan melalui media cetak. 8. Kegiatan Pendukung Dalam pelaksanaan Rakor Pusat dapat diadakan kegiatan pendukung antara lainpameran Kube PKH, pameran film/video/foto kegiatan PKH. Rapat Koordinasi 7

282 D. RAPAT KOORDINASI PKH TINGKAT NASIONAL 1. Sumber Dana Rapat Koordinasi (Rakor) PKH Tingkat Nasional bersumber dari Dana Pusat yang berasal dari anggaran pada DIPA Direktorat Jaminan Sosial Keluarga tahun berjalan. 2. Maksud dan Tujuan Tersosialisasikannya konsep PKH untuk Kabupaten/Kota Lokasi baru a. Memantapkan persiapan pelaksanaan PKH untuk Kabupaten/Kota lokasi baru b. Terinformasikannya Kebijakan Terkini Dalam Pelaksanaan PKH c. Terinformasikannya Kebijakan Lintas Sektor Kementerian/ Lembaga Terkait d. Memantapkan sinergitas dan dukungan pelaksanaan PKH e. Terpecahkannya permasalahan pelaksanaan PKH. 3. Panitia, Peserta, Narasumber, Moderator a. Panitia Dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dibentuk suatu panitia Rakornas yang terdiri dari Panitia Pusat dan Daerah. 1) Panitia Pusat a) Pengarah b) Ketua c) Sekretaris d) Seksi Kesekretariatan e) Seksi Acara f) Seksi Persidangan g) Seksi PKH Award h) Seksi IT i) Seksi Tata Ruang j) Seksi Perlengkapan k) Seksi Keuangan l) Seksi Publikasi dan Dokumentasi 2) Panitia Daerah a) Ketua b) Sekretaris c) Seksi Administrasi d) Seksi Transportasi e) Seksi Penerima Tamu 8 Rapat Koordinasi

283 b. Peserta Peserta Rakornas terdiri dari peserta Pusat, peserta Provinsi, peserta Kabupaten/Kota (Lokasi pengembangan tahun berjalan), Korwil, dan peserta lain yang telah ditetapkan. 1) Peserta Pusat Peserta pusat adalah pejabat dari Kementerian Sosial dan dari Kementerian/Lembaga terkait yang menguasai sinergitas PKH serta dapat memberikan informasi dukungan terhadap PKH dan memberikan solusi terhadap permasalahan pelaksanaan PKH yang terkait dengan Kementerian/Lembaganya. Unsur peserta pusat terdiri dari : a) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) b) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Sosial c) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan d) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan e) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Agama f) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Dalam Negeri g) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Kominfo h) Pejabat terkait di lingkungan Badan Pusat Statistik i) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian/Lembaga lain sesuai kebutuhan j) Tenaga Ahli Direktorat Jaminan Sosial Keluarga k) Koordinator Regional dan Koordinator Wilayah yang bertugas dalam wilayah Rakornas. 2) Peserta Provinsi Peserta Provinsi adalah Kepala Daerah dan Pejabat Dinas terkait di Provinsi pelaksana PKH, yang terdiri dari: a) Gubernur b) Kepala Bappeda Provinsi c) Kepala Dinas/Institusi Sosial Provinsi d) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Provinsi e) Kepala Dinas Kesehatan f) Kepala Kanwil Agama Provinsi Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat menghadiri Rapat Koordinasi PKH Tingkat Nasional, dapat mewakilkan kepada pejabat setingkat di bawahnya. Rapat Koordinasi 9

284 10 3) Peserta Kabupaten/Kota Peserta dari Kabupaten/Kota adalah Kepala Daerah dan Pejabat Dinas terkait di Kabupaten/ Kota lokasi pengembangan PKH (baru), terdiri dari: a) Bupati/Walikota b) Kepala Bappeda Provinsi c) Kepala Dinas/Institusi Sosial Provinsi d) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Provinsi e) Kepala Dinas Kesehatan f) Kepala Kanwil Agama Provinsi. Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat menghadiri Rapat Koordinasi PKH Tingkat Nasional, dapat mewakilkan kepada pejabat setingkat di bawahnya. 4) Peserta Kabupaten/Kota Nominasi PKH Award Peserta Kabupaten/Kota Nominasi PKH award adalah Kepala Daerah,Kepala Dinas/Institusi Sosial dan Kepala Bappeda Kabupaten/Kota sebagai nominator PKH Award dari setiap Kategori PKH Award.Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat menghadiri Rapat Koordinasi PKH Tingkat Nasional, dapat mewakilkan kepada pejabat setingkat di bawahnya. 5) Peserta Lainnya Peserta lain adalah para Koordinator Kabupaten/Kota,Pendamping atau Operator PKH terpilih yang bertugas di sekitar lokasi tempat pelaksanaan Rakornas, yang jumlahnya disesuaikan dengan alokasi anggaran yang tersedia. c. Narasumber Narasumber berasal dari Kementerian/Lembaga terkait yang disesuaikan dengan tema dan tujuan Rakornas.Untuk Rapat Koordinasi Tingkat Nasional dialokasikan untuk Esselon I atau yang setingkat, dalam hal tidak dimungkinkan minimal esselon II atau yang setingkat.narasumber adalah pejabat yang menguasai substansi PKH terkait dengan program dan tupoksi Kementerian/Lembaga. Narasumber Rakornas antara lain: 1) Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial 2) Dirjen Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan 3) Inspektur Jenderal Kementerian Sosial 4) Kepala BPJS Kesehatan 5) Dirjen Pendidikan DasarKementerian Pendidikan dan Kebudayaan Rapat Koordinasi

285 6) Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan 7) Deputi Statistik Sosial BPS 8) Pejabat Esselon I atau yang setingkat dari Kementerian/Lembaga terkait. d. Moderator Moderator adalah seseorang yang mempunyai kecakapan untuk memandu jalannya persidangan, memotivasi dan membangkitkan antusias peserta dalam mengikuti persidangan, mengarahkan tanya-jawab, membuat kesimpulan.moderator dapat berasal dari pejabat struktural di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga atau dari unsur lain yang memenuhi kriteria diatas. 4. Susunan Acara Rakornas dibuka secara resmi oleh Menteri Sosial dan ditutup oleh Gubernur atau Bupati/Walikota tempat dilaksanakannya Rakornas, dengan susunan acara sebagai berikut. a. Acara Pembukaan 1) Acara pendahuluan 2) Upacara adat penyambutan/tarian selamat datang 3) Pengantar acara 4) Menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan lagu Mars PKH 5) Pembacaan do'a b. Acara Inti 1) Laporan Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial 2) Sambutan Selamat Datang Gubernur 3) Penyerahan Bantuan Perlengkapan Kerja Pendamping dan Operator PKH oleh Gubernur, Bupati/Walikota kepada Pendamping dan Operator PKH. (disesuaikan dengan kondisi ) 4) Prosesi acara PKH Award 5) Penyerahan bantuan Program Kesejahteraan Sosial oleh Menteri Sosial kepada Gubernur, Bupati/Walikota 6) Pengarahan Menteri Sosial sekaligus membuka Rakornas PKH 7) Penyerahan Piagam Penghargaan Menteri Sosial kepada Gubernur, Bupati/Walikota tempat berlangsungnya acara Rakornas 8) Persembahan kesenian daerah 9) Acara Pembukaan selesai Rapat Koordinasi 11

286 c. Acara Penutupan 1) Pembacaan dan penyerahan Hasil Rakornas PKH 2) Laporan Penyelenggaraan Rakornas 3) Penyerahan Sertifikat Nominator PKH Award 4) Sambutan dilanjutkan Penutupan oleh Gubernur/Bupati/Walikota 5) Menyanyikan lagu Bagimu Negeri 6) Pembacaan Doa 7) Acara Penutupan Selesai 5. Paparan Narasumber a. Materi Paparan 1) Review pelaksanaan PKH dan persiapan pelaksanaan PKH tahun berjalan 2) Kebijakan terkini dalam pelaksanaan PKH 3) Program Kementerian/Lembaga yang terkait dengan PKH 4) Sinergitas dan dukungan pelaksanaan PKH 5) Permasalahan pelaksanaan PKH dan pemecahannya b. Pelaksanaan Paparan Paparan oleh narasumber dilaksanakan secara panel dalam beberapa sesi.setiap Sesi terdiri dari Kementerian/Lembaga yang dipandang mempunyai keterkaitan lebih dekat satu dengan lainnya c. Waktu Penyajian Waktu penyajian setiap narasumber bervariasi antara 20 sampai dengan 30 menit disesuaikan dengan urgensinya 6. Diskusi Kelompok Dalam pelaksanaan PKH, selain keberhasilan masih dijumpai berbagai permasalahan yang memerlukan pemecahan bersama ditingkat pusat maupun daerah, pada sisi yang lain diperlukan adanya dukungan komplementaritas program. Untuk lokasi baru diperlukan informasi tentang PKH serta langkah yang harus dipersiapkan dengan baik untuk kelancaran pelaksanaan PKH. a. Tujuan 1) Memperkuat koordinasi lintas sektor di pusat dan daerah 2) Menjadi wadah strategy and policy sharing 3) Memperkuat komitmen daerah dalam komplimentaritas pelaksanaan PKH 4) Mempersiapkan pelaksanaan PKH dengan baik bagi Kabupaten/Kota lokasi baru 12 Rapat Koordinasi

287 5) Meningkatkan kualitas pelaksanaan PKH 6) Memecahkan berbagai permasalah yang dihadapi dalam pelaksanaan PKH 7) Merekomendasikan hal yang dipandang perlu untuk kelancaran dan perbaikan pelaksanaan PKH b. Tema Setiap kelompok mempunyai tema masing-masing yang mencerminkan tema Rakornas dan pokok bahasan setiap kelompok. c. Aspek Bahasan 1) Kebijakan yang mendukung pelaksanaan PKH 2) Substansi dari masing masing kelompok dalam pelaksanaan PKH 3) Mekanisme pelaksanaan PKH 4) Kesiapan sarana dan prasarana, dana sharing untuk lokasi baru 5) Pembahasan isu-isu penting dalam pelaksanaan PKH 6) Permasalah dan kendala dalam pelaksanaan PKH d. Mekanisme Diskusi 1) Penjelasan umum diskusi kelompok Memberikan informasi tentang latar belakang, tujuan,tema,aspek bahasan,mekanisme diskusi, dan hasil diskusi. 2) Pembagian Kelompok Peserta Rakornas secara umum dibagi 3 (tiga) kelompok yakni: a) Kelompok Kelembagaan b) Kelompok Pendidikan dan Kesehatan c) Kelompok Persiapan dan Pelaksanaan PKH untuk lokasi baru. 3) Pelaksanaan Diskusi Kelompok a) Pengantar dari narasumber yang berisi topik bahasan, arah diskusi, dan memfasilitasi pembentukan organisasi kelompok. b) Pembentukan Organisasi Kelompok yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Penyaji c) Pelaksanaan Diskusi kelompok yang dipimpin oleh Ketua terpilih, membahas tentang aspek bahasan, permasalahan, solusi pemecahan dan rekomendasi 4) Penyusunan penandatanganan kesepakatan kelompok 5) Hasil Diskusi merupakan perumusan kebijakan makro di setiap daerah pelaksana PKH. Rapat Koordinasi 13

288 7. Perumusan Hasil Rakornas a. Tim Perumus 1) Narasumber terpilih 2) Ketua, Sekretaris dan Penyaji dari masing-masing kelompok 3) Para Koordinator Regional dan Koordinator Wilayah 4) Pendamping dan Operator PKH terpilih 5) Untuk kelancaran penyusunan rumusan hasil Rakornas, dipilih seorang Ketua dan seorang Sekretaris. b. Sumber Perumusan Sumber perumusan adalah hasil diskusi kelompok terutama rekomendasi hasil diskusi kelompok c. Format Rumusan 1) Narasi pengantar 2) Pokok pokok rumusan yang bersumber dari hasil diskusi kelompok terutama rekomendasi 3) Narasi penutup berupa Naskah Rumusan hasil Rakornas ditandatangani oleh Tim Perumus Kelompok d. Pembacaan dan penyerahan Hasil Rumusan Rumusan hasil Rakornas dibacakan oleh Ketua Tim Perumus pada saat acara Penutupan Rakornas selanjutnya diserahkan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga.Naskah Rumusan Hasil Rakornas dilengkapi dengan hasil rumusan masing-masing kelompok. 8. Publikasi Rakornas PKH merupakan event penting dalam proses bisnis PKH karena akan menghasilkan gagasan dan inovasi pelaksanaan PKH, peningkatan komitmen, solusi penyelesaian masalah, sehubungan dengan hal tersebut sangat diperlukan publikasi dalam pelaksanaan Rakornas.Publikasi dilakukan mulai tingkat pusat sampai daerah dengan menggunakan berbagai media. a. Publikasi Pusat/Kemeterian Sosial 1) Pemasangan Baliho 2) Tayangan Megatron b. Publikasi Daerah/Lokasi Rakornas 1) Backdrop 14 Rapat Koordinasi

289 2) Spanduk dari berbagai Kabupaten/Kota pada Provinsi lokasi penyelenggaraan Rakornas 3) Vertikal Banner 4) Umbul-umbul c. Publikasi melalui Televisi 1) Talk Show di Televisi 2) Running text d. Publikasi melalui RRI setempat 1) Talk Show di RRI setempat pada lokasi Rakornas 2) Siaran langsung oleh RRI setempat e. Publikasi melalui Media Cetak 1) Publikasi media cetak pusat melalui Biro Humas Kemensos 2) Publikasi media cetak daerah melalui Bagian Humas Pemda pada lokasi Rakornas 9. Kegiatan Pendukung Pada Acara Rakornas dapat diadakan kegiatan pendukung antara lain Pameran Mini Kube PKH, pameran film/video/foto kegiatan PKH. E. RAPAT KOORDINASI PKH TINGKAT PROVINSI 1. Sumber Dana Rapat Koordinasi PKH tingkat Provinsi bersumber dari Dana Dekonsentrasi, Dana Pusat dan Dana APBD Dana Dekonsentrasi diperuntukan Rakor Provinsi pada Provinsi yang mempunyai lokasi baru PKH Kabupaten/Kota, Dana Pusat diperuntukan Rakor seluruh Provinsi. 2. Panitia, Peserta, Narasumber, Moderator a. Panitia Dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dibentuk suatu panitia Rakor Provinsi dari Dinas/Institusi Sosial. b. Peserta Peserta Rakor Provinsi terdiri daripeserta Provinsi, peserta Kabupaten/Kota, dan Peserta lain yang ditetapkan. 1) Peserta Provinsi Peserta Provinsi adalah Kepala Dinas/Institusi terkait dalam pelaksanaan PKH, jika Kepala Dinas/Institusi berhalangan, yang mewakili adalah pejabat setingkat dibawah Kepala. Rapat Koordinasi 15

290 Unsur Dinas/Institusi peserta adalah : a) Ketua DPRD atau Ketua Komisi yang membidangi sosial b) Kepala Bappeda Provinsi c) Kepala Dinas/Institusi Sosial Provinsi d) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Provinsi e) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi f) Kepala Kanwil Agama Provinsi. Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat menghadiri Rakor Provinsi, dapat mewakilkan kepada pejabat setingkat di bawahnya. 2) Peserta Kabupaten/Kota a) Ketua DPRD atau Ketua Komisi yang membidangi sosial b) Kepala Bappeda Kabupaten/Kota c) Kepala Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota d) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Kabupaten/Kota e) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota f) Kepala Kanwil Agama Kabupaten Kota Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat menghadiri Rakornas Provinsi, dapat mewakilkan kepada pejabat setingkat di bawahnya. 3) Peserta Lainnyaadalah Koordinator Wilayah, yang jumlahnya disesuaikan dengan alokasi anggaran yang tersedia. c. Narasumber 1) Narasumber pusat adalah Direktur Jaminan Sosial Keluarga, jika tidak memungkinkan hadir maka dapat ditunjuk pejabat eselon IIIatau Tenaga Ahli Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. 2) Narasumber Provinsi adalah Kepala Bappeda Provinsi dan Kepala Dinas/Institusi Sosial Provinsi. d. Moderator Rakor Provinsi adalah Kepala Bidang pada Dinas/Institusi Sosial Provinsi pelaksana PKH. Jika berhalangan atau kondisi tidak memungkinkan, dapat ditunjuk Koordinator Wilayah. 3. Susunan Acara Rakor Provinsi dibuka secara resmi oleh Gubernur atau yang mewakili dan ditutup oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi, dengan susunan acara sebagai berikut. a. Acara Pembukaan 16 Rapat Koordinasi

291 1) Acara Pendahuluan a) Pemutaran film/video/dokumentasi PKH b) Pengantar acara c) Menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan lagu Mars PKH d) Pembacaan do'a 2) Acara Inti a) Laporan Kepala Dinas Sosial Provinsi b) Penyerahan Bantuan Perlengkapan Kerja Pendamping dan Operator PKH oleh Gubernur atau yang mewakili dan Bupati/Walikota kepada Pendamping dan Operator PKH c) Pengarahan Gubernur atau yang mewakili sekaligus membuka Rakor PKH tingkat Provinsi d) Acara Pembukaan selesai. 3) Acara Penutupan a) Pembacaan dan penyerahan Kesepakatan Rakor PKH tingat Provinsi b) Laporan penyelenggaraan Rakor PKH tingkat Provinsi c) Sambutan dilanjutkan penutupan Rakor oleh Kepala Dinas/Institusi Sosial Provinsi d) Menyanyikan lagu Bagimu Negeri e) Pembacaan do'a f) Acara Penutupan Selesai 4. Paparan Narasumber a. Materi Paparan 1) Review pelaksanaan PKH dan persiapan pelaksanaan PKH tahun berjalan 2) Kebijakan Nasional terkini dalam pelaksanaan PKH 3) Kebijakan dan program Pemda dalam mendukung PKH 4) Sinergitas dan dukungan pelaksanaan PKH dari Dinas/Institusi terkait 5) Koordinasi dalam pelaksanaan PKH 6) Permasalahan pelaksanaan PKH dari Dinas/Istansi terkait dan pemecahannya b. Pelaksanaan paparan oleh narasumber dilaksanakan secara panel dalam satu sesi. c. Waktu Penyajiansetiap narasumber bervariasi antara 20 sampai dengan 30 menit disesuaikan dengan urgensinya. Rapat Koordinasi 17

292 18 Rapat Koordinasi 5. Perumusan Kesepakatan Rakor a. Tim Perumus 1) Bappeda Provinsi dan Kabupaten/Kota 2) Dinas/Institusi Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota 3) Dinas/Institusi Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota 4) Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota 5) Kanwil Agama Provinsi dan Kantor Agama Kabupaten/Kota b. Sumber perumusan adalah paparan narasumber, tanya jawab selama berlangsungnya Rakor. c. Format rumusan, terdiri atas: 1) Narasi pengantar 2) Pokok pokok kesepakatan 3) Narasi penutup Naskahrumusan hasil Rakor PKH tingkat Provinsi ditandatangani oleh Tim Perumus Kelompok d. Pembacaan Hasil RumusanRumusan Kesepakatan Rakor PKH tingkat Provinsi dibacakan oleh Ketua Tim Perumus pada saat acara Penutupan Rakor Provinsi untuk diserahkan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga. 6. Publikasi Rakor PKH tingkat Provinsi merupakan kegiatan penting dalam proses bisnis PKH karena akan menghasilkan gagasan dan inovasi pelaksanaan PKH, peningkatan komitmen, solusi penyelesaian masalah, sehubungan dengan hal tersebut sangat diperlukan publikasi pelaksanaan Rakor Provinsi dengan menggunakan berbagai media, seperti: a. Spanduk dari berbagai Kabupaten/Kota pelaksana PKH pada Provinsi lokasi penyelenggaraan Rakor b. Vertikal banner c. Umbul-umbul d. Talk Show di RRIsetempat e. Publikasi media cetak koordinasi dengan Bagian Humas Pemda 7. Kegiatan Pendukung Pada acara Rakor PKH tingkat Provinsi dapat juga ditampilkan pameran mini Kube PKH dan pameran film/video/foto kegiatan PKH.

293 F. RAPAT KOORDINASI PKH TINGKAT KABUPATEN / KOTA Rapat Koordinasi PKH tingkat Kabupaten/Kota diperuntukkan bagi Kabupaten/ Kota pelaksana PKH lokasi baru (pengembangan). 1. Sumber Dana Rapat Koordinasi PKH tngkat kabupaten/kota bersumber dari Dana Dekonsentrasi, Dana Pusat dan Dana APBD.Dana Dekonsentrasi diperuntukan Rakor tingkat Kabupaten/Kota lokasi baru. 2. Panitia, Peserta, Narasumber, Moderator a. Panitia Dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dibentuk suatu panitia Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota dari Dinas/Institusi Pelaksana PKH. b. Peserta Peserta Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari: 1) Peserta Kabupaten/Kota a) Ketua DPRD atau Ketua Komisi yang membidangi sosial b) Kepala Bappeda Kabupaten/Kota c) Kepala Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota d) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Kabupaten/Kota e) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota f) Kepala Kanwil Agama Kabupaten Kota Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat menghadiri Rapat Koordinasi PKH tingkat Kabupaten/Kota, dapat mewakilkan kepada pejabat setingkat di bawahnya. 2) Para Koordinator Kabupaten/Kota 3) Peserta lainnya terdiri dari Pendamping atau Operator PKH terpilih yang bertugas di sekitar lokasi tempat Rakor tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan, yang jumlahnya disesuaikan dengan alokasi anggaran yang tersedia. c. Narasumber 1) Narasumber Pusat adalah pejabat Eselon III dari Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, jika tidak memungkinkan hadir maka dapat ditunjuk pejabat setingkat Eselon IV atau Tenaga Ahli Direktorat Jaminan Sosial Keluarga 2) Narasumber Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/ Kota. Rapat Koordinasi 19

294 d. Moderator Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala Bidang Dinas/InstitusiSosial pelaksana PKH. Jika berhalangan atau kondisi tidak memungkinkan, dapat ditunjuk Koordinator Kabupaten/Kota. 3. Susunan Acara Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota dibuka secara resmi oleh Bupati/Walikota dan ditutup oleh Kepala Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota, dengan susunan acara sebagai berikut. a. Acara Pembukaan 1) Acara Pendahuluan 2) Pemutaran film/video/dokumentasi PKH 3) Pengantar acara 4) Menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan lagu Mars PKH 5) Pembacaan do'a b. Acara Inti 1) Laporan Kepala Bidang Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota 2) Penyerahan bantuan perlengkapan kerja Pendamping dan Operator PKH oleh Bupati/Walikota kepada Pendamping dan Operator PKH 3) Pengarahan Bupati/Walikota sekaligus membuka Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota 4) Acara Pembukaan selesai c. Acara Penutupan 1) Pembacaan dan penyerahan Kesepakatan Rakor PKH 2) Laporan penyelenggaraan Rakor PKH 3) Sambutan dilanjutkan penutupan oleh Kepala Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota 4) Menyanyikan lagu Bagimu Negeri 5) Pembacaan do'a 6) Acara penutupan selesai 4. Paparan Narasumber a. Materi Paparan 1) Review pelaksanaan PKH dan persiapan pelaksanaan PKH tahun berjalan 2) Kebijakan Nasional terkini dalam pelaksanaan PKH 3) Kebijakan dan program Pemda dalam mendukung PKH 4) Sinergitas dan dukungan pelaksanaan PKH dari Dinas/Institusi terkait 5) Koordinasi dalam pelaksanaan PKH 20 Rapat Koordinasi

295 6) Permasalahan pelaksanaan PKH dari Dinas/Istansi terkait dan pemecahannya b. Pelaksanaan Paparanoleh narasumber dilaksanakan secara panel dalam satu sesi. c. Waktu Penyajiansetiap narasumber bervariasi antara 20 sampai dengan 30 menit disesuaikan dengan urgensinya. 5. Perumusan Kesepakatan Rakor a. Tim Perumus 1) Kepala Bappeda Kabupaten/Kota 2) Kepala Dinas/Institusi Kabupaten/Kota 3) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Kabupaten/Kota 4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 5) Kepala Kantor Agama Kabupaten/Kota b. Sumber perumusanadalah paparan narasumber, tanya jawab selama berlangsungnya Rakor. c. Format Rumusan, terdiri atas: 1) Narasi pengantar 2) Pokok pokok kesepakatan 3) Narasi penutup Naskah rumusan hasil Rakor PKH tingkat Kabupaten Kota ditandatangani oleh Tim Perumus Kelompok d. Rumusan Kesepakatan Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota dibacakan oleh Ketua Tim Perumus pada saat acara Penutupan Rakor untuk diserahkan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga. 6. Publikasi Publikasi pelaksanaan Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota menggunakan berbagai media yang tersedia, seperti: a. Spanduk di beberapa sudut kota lokasi Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota b. Vertikal banner c. Umbul-umbul d. Talk Show di RRI setempat e. Publikasi media cetak koordinasi dengan Bagian Humas Pemda 7. Kegiatan Pendukung Pada acara Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota dapat juga ditampilkan pameran mini Kube PKH dan pameran film/video/foto kegiatan PKH. Rapat Koordinasi 21

296 Lampiran 1 :Panduan Diskusi Kelompok Lampiran 2 : Tata Tertib Pelaksanaan Rakornas 22 Rapat Koordinasi

297 TATA TERTIB PELAKSANAAN RAPAT KOORDINATOR TINGKAT NASIONAL PROGRAM KELUARGA HARAPAN 1. Peserta a. Peserta diwajibkan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Rakornas PKH sampai dengan selesai. b. Peserta yang meninggalkan acara Rakornas sebelum penyelenggaraan ditutup dengan resmi, wajib lapor kepada panitia. c. Peserta selama mengikuti acara Rakornas diwajibkan menggunakan pakaian sopan dan rapi. d. Apabila peserta terlambat 1 (satu) hari atau pulang 1 (satu) hari lebih awal maka tidak akan diganti uang transport. e. Peserta diwajibkan membawa Surat Tugas dan Lembar II seperti contoh terlampir. f. Pada saat pendaftaran peserta diwajibkan menyerahkan tiket berangkat, airport tax, boarding pass dan foto copy tiket pulang. g. Apabila peserta tidak menyerahkan foto copy tiket pulang maka biaya transportasi pulang disamakan dengan biaya kedatangan. h. Apabila peserta tidak membawa Surat Tugas, maka uang transport tidak akan diganti. i. Penggunaan kendaraan, telepon lokal/interlokal, permintaan tambahan konsumsi, laundry, menerima/mengirim fax, makanan/minuman yang terdapat di minibar ditanggung sendiri oleh peserta. j. Peserta daerah diwajibkan membawa laporan mengenai : 1) Kemajuan PKH 2) Hambatan PKH 3) Jumlah APBD daerah/dukungan daerah 4) Jumlah Peserta PKH penerima Jamkesmas dan Bantuan Siswa Miskin. 5) Komitmen Daerah dan Tim Koordinasi PKH 6) Capaian yang sudah dihasilkan. Rapat Koordinasi 23

298 2. Persidangan a. Peserta sudah siap ditempat sidang 15 (lima belas) menit sebelum acara dimulai. b. Acara pembukaan, paparan dan diskusi kelompok wajib diikuti oleh seluruh peserta. c. Seluruh peserta diharuskan mengikuti Rakornas sampai selesai, dan tidak dibenarkan untuk meninggalkan Rakornas tanpa seijin panitia. d. Sidang pleno dihadiri oleh seluruh peserta dan dipandu oleh penanggung jawab kegiatan e. Sidang pleno berisi action plan masing-masing wilayah berdasarkan hasil diskusi. 24 Rapat Koordinasi

299 PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA A. LATAR BELAKANG Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program bantuan tunai bersyarat yang diberikan kepada keluarga miskin (KM) di Indonesia. PKH berfungsi sebagai salah satu program jaring pengaman bagi masyarakat miskin agar terlindungi dari kemungkinan kondisi krisis. PKH dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui perbaikan kondisi pendidikan dan kesehatan dalam keluarga PKH. Dengan peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan dalam KM, harapannya adalah generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan. Pada tahun 2014, PKH sudah menjangkau lebih dari 2.7 juta rumah tangga sangat miskin di Indonesia Sebagai program bantuan tunai bersyarat, PKH mewajibkan KM untuk memanfaatkan layanan kesehatan hseperti pemeriksaan kesehatan terhadap ibu hamil, nifas, dan balita. Di bidang pendidikan, KM peserta PKH juga harus mendorong anak-anak mereka untuk bersekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan untuk mencapai tingkat kehadiran 85%di sekolah. Ketidakberhasilan memenuhi persyaratan dapat berakibat pada pengurangan nilai bantuan. Sejak 2007 pada saat PKH diluncurkan sebagai program uji coba yang baru menjangkau sekitar keluarga sangat miskin hingga saat ini, PKH terus mengalami perkembangan baik dari segi cakupan jumlah KM maupun cakupan bantuan. Muatan program terus dibenahi salah satunya dengan diperkenalkannya intervensi Family Development Session (FDS) atau disebut juga Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2). P2K2 bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Peserta PKH tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan dalam memperbaiki kualitas hidup keluarga di masa depan. Dengan demikian, pemenuhan kewajiban oleh Peserta PKH tidak semata didorong oleh kekhawatiran akan pengurangan nilai bantuan, namun juga karena adanya kesadaran manfaat pendidikan dan kesehatan bagi anak dalam keluarga Peserta PKH. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) 1

300 P2K2 dilakukan dalam pertemuan bulanan yang selama ini menjadi kewajiban Pendamping terhadap KM. Sebelum adanya P2K2 pertemuan bulanan belum terselenggara secara optimal. Pendamping masih kesulitan menentukan materi atau kegiatan apa yang dapat dilakukan dalam mengisi pertemuan bulanan.p2k2 dirancang untuk memudahkan Pendamping PKH dalam melaksanakan pembelajaran rutin secara terstruktur setiap bulan kepada peserta PKH dengan materi dan langkahlangkah pembelajaransesuai dengan modul yang dikembangkan oleh Kemensos dan pihak lainnya. B. TUJUAN DAN FUNGSI P2K2 1. Meningkatkan pengetahuan praktis mengenai kesehatan, pendidikan dan pengasuhan, ekonomi, dan perlindungan anak. 2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga PKH mengenai kondisi,kebutuhan dan perawatan yang dibutuhkan lansia dan orang dengan disabilitas berat 3. Membangun kesadaran peserta PKH terhadap pentingnya pemenuhan kewajiban dalam bidang kesehatan dan pendidikan dalam PKH 4. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait pendidikan dan pengasuhan, kesehatan, ekonomi dan perlindungan anak. 5. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait perawatan dan pemeliharaan terhadap lansia dan orang dengan disabilitas berat 6. Meningkatkan ketrampilan orang tua dalam bidang pendidikan dan pengasuhan anak, kesehatan, ekonomi dan perlindungan anak 7. Meningkatkan kemampuan peserta untuk mengenali potensi yang ada pada diri dan lingkungannya agar dapat digunakan dalam peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. C. TUJUAN DAN FUNGSI P2K Meningkatkan pengetahuan praktis mengenai kesehatan, pendidikan dan pengasuhan, ekonomi, dan perlindungan anak. 2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga PKH mengenai kondisi,kebutuhan dan perawatan yang dibutuhkan lansia dan orang dengan disabilitas berat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)

301 3. Membangun kesadaran peserta PKH terhadap pentingnya pemenuhan kewajiban dalam bidang kesehatan dan pendidikan dalam PKH 4. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait pendidikan dan pengasuhan, kesehatan, ekonomi dan perlindungan anak. 5. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait perawatan dan pemeliharaan terhadap lansia dan orang dengan disabilitas berat 6. Meningkatkan ketrampilan orang tua dalam bidang pendidikan dan pengasuhan anak, kesehatan, ekonomi dan perlindungan anak 7. Meningkatkan kemampuan peserta untuk mengenali potensi yang ada pada diri dan lingkungannya agar dapat digunakan dalam peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. D. FUNGSI P2K2 BAGI PENDAMPING 1. Meningkatkan pengetahuan terkait pendidikan dan pengasuhan anak, ekonomi, kesehatan, perllindungan anak. 2. Meningkatkan pengetahuan pendamping terkait kesejahteraan sosial lansia dan pelayanan bagi orang dengan disabilitas berat. 3. Meningkatkan kualitas pertemuan bulanan yang diselenggarakan dengan muatan edukasi mengenai pendidikan dan pengasuhan anak, ekonomi, kesehatan dan perlindungan anak, lansia dan disabilitas berat. E. TEMPAT PELAKSANAAN P2K2 P2K2 dilaksanakandi lokasi yang dipastikan dapat mendukung terlaksananya P2K2 dengan baik dengan kriteria sebagai berikut ; 1. Dapat dijangkau dengan mudah oleh peserta 2. Memadai untuk menampung semua peserta 3. Memadai untuk menyajikan dan menampilkan materi pembelajaran 4. Tidak berlokasi di dekat keramaian yang mengganggu pertemuan (jalan, pasar, sekolah) 5. Diselenggarakan di waktu yang disepakati oleh peserta dan pendamping Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) 3

302 6. P2K2 dapat dilaksanakan di tempat fasilitas umum seperti ruang pertemuan aula kelurahan, rumah peserta, sekolah, dll dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait F. WAKTU 1. Pertemuan P2K2 diselenggarakan satu kali dalam sebulan 2. Satu sesi disampaikan dalam satu kali pertemuan 3. Penyampaian sesi P2K2 berlangsung sesuai panduan dalam modul (120 menit) 4. Waktu penyelenggaraan P2K2 dapat ditentukan sesuai kesepakatan antara peserta PKH dan Pendamping G. PERALATAN 1. Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan P2K2 adalah: Modul bagi Pendamping, Buku Pintar, Brosur, Poster, Flipchart, Film, Alat permainan (kartu, papan permainan) 2. Peralatan Audio Visual pendukung berupa laptop, speaker, TV, DVD Player (jika ada) dan alat tulis. H. PESERTA PERTEMUAN 1. Peserta P2K2 adalah seluruh Peserta PKH yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. 2. Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, jumlah peserta yang menghadiri P2K2 tidak lebih dari 40 orangdalam satu pertemuan. I. MATERI DALAM P2K2 Materi P2K2 terdiri dari 6 (enam ) bagian modul yang melingkupi topik Pendidikan dan Pengasuhan, Ekonomi, Kesehatan, dan Perlindungan Anak. Modul-modul tersebut memiliki rincian antara lain : 1. Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak Modul ini terdiri dari 4 sesi dengan rincian sebagai berikut : a. Menjadi orang tua yang lebih baik b. Memahami perilaku anak 4 Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)

303 c. Memahami cara anak usia dini belajar d. Membantu anak sukses di sekolah 2. Modul pengelolaan keuangan Modul ini terdiri dari 3 sesi dengan rincian sebagai berikut : a. Mengelola keuangan keluarga b. Cermat meminjam dan menabung c. Memulai usaha 3. Modul Kesehatan dan Gizi Modul ini terdiri dari 9 materi. Pendamping dapat memilih 3 materi yang disampaikan dalam 3 pertemuan. Materi yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Peserta dampingannya.: a. Masalah Gizi Di Indonesia b. Pelayanan Ibu Hamil c. Pelayanan Ibu Bersalin d. Pelayanan Ibu Nifas Dan Ibu Menyusui e. Pelayanan Bayi Usia 0-28 Hari f. Pelayanan Bayi Usia 29 Hari - 11 Bulan g. Pelayanan Anak Usia Bulan h. Pelayanan Remaja i. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat 4. Modul Perlindungan Anak Modul ini terdiri dari 2 sesi yaitu : a. Kekerasan terhadap anak b. Penelantaran dan Eksploitasi 5. Modul Lansia a. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Bagi Lansia 6. Modul Disabilitas a. Pelayanan Bagi Disabilitas Berat J. JADWAL PELAKSANAAN 14 sesi dalam P2K2 dilaksanakan dalam bentuk jadwal pelaksanaan P2K2 yang dilakukan dalam 14 kali pertemuan bulanan. Jadwal pelaksanaan P2K2 berbentuk sebagai berikut : Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) 5

304 K. PELAKSANAAN P2K2 1. Perencanaan Pelaksanaan oleh Pendamping a. Pendamping wajib menyusun dan memiliki rencana pelaksanaan P2K2 terhadap KSM dampingannya. Pertemuan P2K2 diselenggarakan oleh satu orang pendamping terhadap kelompok dampingannya 6 Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)

305 b. Dalam kondisi wilayah kerja yang mudah, jumlah maksimal peserta P2K2 adalah 40 orang c. Pendamping dan peserta menyepakati lokasi pelaksanaan P2K2 d. Pendamping tidak dibenarkan untuk memungut biaya pertemuan seperti konsumsi dan sejenisnya terhadap peserta PKH e. Pendamping tidak diwajibkan menyediakan konsumsi dalam P2K2 f. Pendamping wajib mengunakan peralatan penunjang seperti modul, buku pintar, poster, flipchart dan brosur yang diberikan pada saat diklat g. Pendamping harus mengacu pada langkah-langkah yang ada didalam modul dalam menyampaikan materi P2K2 h. Pendamping harus mendorong partisipasi aktif peserta PKH dalam diskusi dan bertukar pendapat. i. Dalam pelaksanaan P2K2 Kesehatan, Pendamping berkoordinasi dengan Puskesmas setempat untuk mendapatkan dukungan dari Bidan maupun Tenaga Kesehatan Gizi yang ada untuk menyampaikan materi kesehatan. 2. Persiapan Alat Pembelajaran P2K2 Alat pembelajaran P2K2 merupakan pendukung utama dari pelaksanaan P2K2. Pesan utama yang akan disampaikan dalam P2K2 tidak akan tersampaikan dengan baik tanpa adanya alat pembelajaran. Dengan demikian, rencana distribusi yang baik berguna untuk memastikan Pendamping menerima alat pembelajaran P2K2. a. Alat pembelajaran pelaksanaan P2K2 terdiri dari : 1. Modul panduan pelaksanaan P2K2 bagi Pendamping 2. Buku Pintar untuk Peserta PKH Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) 7

306 3. Poster 4. Flipchart 5. Brosur 6. Buku Prestasi (modul Peningkatan Kesehatan dan Gizi) b. Modul panduan pelaksanaan P2K2, Poster, Flipchart, dan Brosur bagi Pendamping di perbanyak oleh Balai Diklat untuk diditribusikan dalam kegiatan diklat P2K2 bagi Pendamping PKH. c. Buku Pintar dan Buku Prestasi bagi Peserta PKH diperbanyak oleh Direktorat Jamsos Keluarga. d. Buku Pintar dan Buku Prestasi bagi Peserta PKH didistribusikan kepada pelaksana PKH di tingkat Kabupaten. e. Buku Pintar dan Buku Prestasi bagi Peserta PKH harus sudah diterima oleh pelaksana PKH di Kabupaten selambatlambatnya 2 bulan sejak Diklat P2K2 berakhir. L. MONITORING DAN EVALUASI Menyelenggarakan pertemuan bulanan dan menyampaikan materi P2K2 adalah kewajiban bagi seorang Pendamping PKH. Dalam pelaksanaannya, seorang pendamping dapat menghadapi tantangan yang dapat menghambatnya untuk dapat menyelenggarakan P2K2 dengan baik. Monitoring dan evaluasi P2K2 bertujuan untuk memastikan pelaksanaan P2K2 berjalan sebagaimana mestinya sekaligus mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Pendamping PKH di lapangan dalam penyelenggaran P2K2. 1. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan monitoring dan evaluasi P2K2 dilakukan secara berjenjang mulai dari Pendamping PKH hingga Korwil. 2. Kegiatan yang di evaluasi Topik yang di monitor dan evaluasi dalam kegiatan P2K2 disesuaikan dengan jenjang kegiatan monev : Ditingkat Pendamping : Kehadiran KSM Peserta PKH Ditingkat Korkab : Jumlah Pendamping yang melaksanakan P2K2 di kabupaten Di tingkat Korwil : Jumlah Pendamping yang melaksanakan P2K2 di provinsi 8 Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)

307 3. Indikator untuk pelaksanaan FDS adalah: a. Persentase Jumlah peserta PKH yang menghadiri P2K2 setiap bulannya di suatu kabupaten/provinsi b. Persentase Jumlah Pendamping PKH yang melakukan P2K2 setiap bulannya di suatu kabupaten/provinsi. 4. Waktu Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Monitoring dilakukan secara berkala setiap bulannya sementara evaluasi dilakukan di setiap akhir tahun yaitu sekitar bulan Oktober-November 5. Instrumen Monitoring a. Monitoring Pelaksanaan P2K2 di tingkat Pendamping. Pendamping wajib melaporkan pelaksanaan P2K2 dengan mengisi form monitoring dan evaluasi pelaksanaan P2K2 yang dijadikan sebagai bagian dari laporan Pendamping setiap bulannya. b. Form Monitoring Pelaksanaan P2K2 di Tingkat Kordinator Kabupaten Monitoring pelaksanaan P2K2 di tingkat kabupaten dilakukan oleh Kordinator Kabupaten/Kota dengan merekapitulasi laporan dari Pendamping (Form P.1) untuk kemudian dilaporkan kepada Korwil. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) 9

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 2. PKH New Initiatives Pedoman Pelaksanaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 3. Tujuan PKH 6. Pendampingan 9.

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN. Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI

MEKANISME PELAKSANAAN. Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI MEKANISME PELAKSANAAN Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI Outline 5. Pengembangan Kepesertaan 1. Alur Pelaksanaan PKH 6. Pengelolaan Sumber Daya 2. Penetapan Sasaran 7. Organisasi

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le No.940, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P No.187, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) BAGI WARGA BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN (PAKET A, B, DAN C)

PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) BAGI WARGA BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN (PAKET A, B, DAN C) PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) BAGI WARGA BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN (PAKET A, B, DAN C) DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT (DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DAN KESETARAAN) DIREKTORAT

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) DI PROVINSI ACEH OLEH KEPALA DINAS PENDIDIKAN ACEH

PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) DI PROVINSI ACEH OLEH KEPALA DINAS PENDIDIKAN ACEH PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) DI PROVINSI ACEH OLEH KEPALA DINAS PENDIDIKAN ACEH PROGRAM INDONESIA PINTAR PRIORITAS PENERIMA PIP 1. Penerima BSM 2014 Pemegang KPS yang ada dalam Dapodik; 2.

Lebih terperinci

Pemberdayaan masyarakat desa melalui padat karya

Pemberdayaan masyarakat desa melalui padat karya Pemberdayaan masyarakat desa melalui padat karya Jakarta, 15 Januari 2018 Dr. andi za Dulung msc DIREKTUR JENDERAL PENANGANAN FAKIR MISKIN KEMENTERIAN Sosial Republik Indonesia Sept 2017 10.12% (26,58juta)

Lebih terperinci

PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP)

PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) PROGRAM KEGIATAN BANTUAN SISWA MISKIN MELALUI PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) DAN BANTUAN KHUSUS SISWA MISKIN (BKM) DINAS PENDIDIKAN PROV.KALTENG Drs.DAMBER LIWAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

PROGRAM KELUARGA HARAPAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA PELANGI KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM INDONESIA PINTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM INDONESIA PINTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM INDONESIA PINTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROGRAM INDONESIA PINTAR 10 April 2015

PROGRAM INDONESIA PINTAR 10 April 2015 dapodikmen Panduan Praktis Entry Data PIP melalui Dapodikmen PROGRAM INDONESIA PINTAR 10 April 2015 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1 Sistematika

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL RAKYAT BANTEN BERSATU DI PROVINSI BANTEN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM INDONESIA PINTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM INDONESIA PINTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM INDONESIA PINTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Asep Suryahadi, Niken Kusumawardhani, Ridho Al Izzati The SMERU Research Institute % Ekonomi terus tumbuh, kemiskinan menurun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TNP2K DALAM PENGELOLAAN DATA TERPADU YANG MENDUKUNG STRATEGI TRANSFORMASI PKH

KEBIJAKAN TNP2K DALAM PENGELOLAAN DATA TERPADU YANG MENDUKUNG STRATEGI TRANSFORMASI PKH KEBIJAKAN TNP2K DALAM PENGELOLAAN DATA TERPADU YANG MENDUKUNG STRATEGI TRANSFORMASI PKH BAMBANG WIDIANTO DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESRA DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN/ SEKRETARIS EKESEKUTIF TNP2K TANGERANG,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu persoalan utama pembangunan yang

PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu persoalan utama pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu persoalan utama pembangunan yang sifatnya kompleks dan multidimensial yang di alami oleh hampir seluruh negara maupun daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

MEMBANGUN KELUARGA PRODUKTIF

MEMBANGUN KELUARGA PRODUKTIF TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 6 November 2014 Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif TIM NASIONAL

Lebih terperinci

Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif

Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TNP2K) 6 NOVEMBER 2014 1 Pesan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN RESERTIFIKASI PKH: RESERTIFIKASI PKH KOHOR 2007 DAN KOHOR 2008 SERTA SINERGI ANTAR PROGRAM

PERKEMBANGAN RESERTIFIKASI PKH: RESERTIFIKASI PKH KOHOR 2007 DAN KOHOR 2008 SERTA SINERGI ANTAR PROGRAM PERKEMBANGAN RESERTIFIKASI PKH: RESERTIFIKASI PKH KOHOR 2007 DAN KOHOR 2008 SERTA SINERGI ANTAR PROGRAM BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NATIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN RAPAT SINERGI

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011 EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011 Erna Fidyatun Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRAK Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan

Lebih terperinci

ELEKTRONIK WARUNG KELOMPOK USAHA BERSAMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

ELEKTRONIK WARUNG KELOMPOK USAHA BERSAMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN ELEKTRONIK WARUNG KELOMPOK USAHA BERSAMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN DIREKTORAT PENANGANAN FAKIR MISKIN PESISIR PULAU- PULAU KECIL DAN PERBATASAN ANTAR NEGARA Arahan Presiden Rapat Terbatas Tentang Keuangan

Lebih terperinci

LAPORAN SEKRETARIS EKSEKUTIF DALAM RAPAT PLENO TNP2K TENTANG PERBAIKAN DAN PERLUASAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

LAPORAN SEKRETARIS EKSEKUTIF DALAM RAPAT PLENO TNP2K TENTANG PERBAIKAN DAN PERLUASAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIIK INDONESIA LAPORAN SEKRETARIS EKSEKUTIF DALAM RAPAT PLENO TNP2K TENTANG PERBAIKAN DAN PERLUASAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) JAKARTA, 25 OKTOBER 2011 PKH ADALAH PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan kesejahteraan sosial yang kompleks dan multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran, keterbelakangan

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deklarasi pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan hasil kesepakatan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September 2000

Lebih terperinci

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM MENINGKATKAN TARAF KESEHATAN OLEH UPPKH KECAMATAN DI DESA CILIANG KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN IDA YUNANI DESTIANTI ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah POPULASI PENDUDUK DI JAWA TENGAH SEBANYAK 33.270.207 JIWA JUMLAH PMKS SEBESAR 5.016.701 JIWA / 15,08 % DARI PENDUDUK JATENG PERINCIAN : KEMISKINAN 4,468,621

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Masalah Di negara yang sedang berkembang, daftar pelayanan sosial mencakup pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan kesejahteraan sosial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang.

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bantuan. Bantuan tersebut diwujudkan melalui bantuan tunai bersyarat yang diberik an

BAB V PENUTUP. bantuan. Bantuan tersebut diwujudkan melalui bantuan tunai bersyarat yang diberik an BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu bentuk kebijakan perlindungan sosial dengan basis keluarga sangat miskin sebagai peserta peneriman bantuan. Bantuan tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a.

Lebih terperinci

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI) kesehatan ibu dan anak, penyediaan SDM yang berkulitas dan penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Bangka Tengah. Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal,

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL - 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini departemen kesehatan RI mencanangkan program Meningkatkan Kesehatan Masyarakat, maka

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

Khofifah Indar Parawansa

Khofifah Indar Parawansa SAMBUTAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Khofifah Indar Parawansa OPEN PARTNERSHIP DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Disampaikan pada acara Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII di

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.43, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial. Profesi. Pekerjaan Sosial. Standar. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya penurunan angka kematian anak salah

Lebih terperinci

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIREKTORAT JAMINAN SOSIAL DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 03 / HUK / 2007 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 03 / HUK / 2007 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 03 / HUK / 2007 TENTANG BANTUAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PERMANEN BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL NON POTENSIAL

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat maka individu akan mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari untuk bekerja sehingga

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013 DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 PENGANTAR Kemiskinan

Lebih terperinci

TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak TUJUAN 4 Menurunkan Angka Kematian Anak 51 Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian balita.

Lebih terperinci

KINI DAN MASA YANG AKAN DATANG

KINI DAN MASA YANG AKAN DATANG PERLINDUNGAN SOSIAL UNTUK SEMUA, ADIL GENDER & MEMBERDAYAKAN KINI DAN MASA YANG AKAN DATANG DIAN K ARTIKASARI, KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Disampaikan Dalam K onferensi N asional MAMPU, Perempuan Inspirasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya pelayanan kesehatan menyeluruh. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 2013, No.892 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT DI DAERAH TERTINGGAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 semula masih memberikan alokasi yang cukup besar terhadap subsidi energi, termasuk

Lebih terperinci

1. Pelaksanaan Kegiatan Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Se Kalimantan Utara Tahun 2017 tanggal 08 Mei 2017 di Kota Tarakan

1. Pelaksanaan Kegiatan Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Se Kalimantan Utara Tahun 2017 tanggal 08 Mei 2017 di Kota Tarakan 1. Pelaksanaan Kegiatan Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Se Kalimantan Utara Tahun 2017 tanggal 08 Mei 2017 di Kota Tarakan a. Latar Belakang Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan,

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan.

BAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan. BAB 7 : PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Komponen Input 1. Kebijakan berpedoman dari Kementerian Sosial RI, Kementerian Kesehatan RI dan Surat Keputusan Walikota Padang. Kebijakan ini belum maksimal disosialisasikan

Lebih terperinci

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL 1 SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL a. Membangun 22 Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) b. Mengoptimalkan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS) GOAL ( TUJUAN UMUM ) MENINGKATKAN KUALITAS

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEKRETARIAT (TNP2K) RAKORNAS TKPK JAKARTA, 13 MEI 2014 PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI BERSYARAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan antenatal care merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat)

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM LAYANAN RUJUKAN TERPADU DELTA BERAKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

Bidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.

Bidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama. Bidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama. Permasalahan dan Isu Strategis Ada tiga isu strategis di Bidang Perlindungan Anak yang mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak Pendahuluan Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Oleh karena itu perhatian dan harapan yang besar perlu diberikan

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017: Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai

Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017: Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017: Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai ekbis.sindonews.com Dengan pertimbangan bahwa penyaluran bantuan sosial 1 kepada masyarakat dilakukan secara efisien agar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG FORUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL DUNIA USAHA DALAM PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :, a. bahwa penyelenggaraan kesejahteraan

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI SERANG,

TENTANG BUPATI SERANG, BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2017 KEMENSOS. Standar Rehabilitasi Sosial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 Nama : Umur : Tahun Pendidikan

Lebih terperinci

KEWENANGAN KEMENTERIAN SOSIAL DALAM VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA KEMISKINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KHOFIFAH INDAR PARAWANSA

KEWENANGAN KEMENTERIAN SOSIAL DALAM VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA KEMISKINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KHOFIFAH INDAR PARAWANSA KEWENANGAN KEMENTERIAN SOSIAL DALAM VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA KEMISKINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KHOFIFAH INDAR PARAWANSA Disampaikan pada Acara Rakornas Verifikasi dan Validasi Database Kemiskinan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci