KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015 dapat diterbitkan untuk merespon tingginya kebutuhan akan data dan informasi kesehatan, di tengah-tengah banyaknya tantangan yang dihadapi terkait pemenuhan data dan informasi sebagai landasan pengambilan keputusan yang evidence based. Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2015 merupakan kelanjutan dari profilprofil sebelumnya yang merupakan penyajian yang relatif komprehensif terdiri dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data umum serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan. Penyediaan data dan informasi dilaksanakan melalui serangkaian proses panjang mulai dari pengumpulan data dan informasi dari tingkat layanan kesehatan masyarakat, dilanjutkan dengan pengelolaan data dan informasi di masing-masing unit program di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Untuk itu, diperlukan komitmen bersama antara provinsi dan kabupaten/kota dalam mewujudkan penyediaan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Pengelola data dan informasi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota juga harus menjadikan pengelolaan data dan informasi sebagai komponen prioritas dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Data yang ditampilkan pada Profil Kesehatan Provinsi Bali dapat membantu kita dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan antar kabupaten/kota, capaian pembangunan kesehatan di Provinsi Bali dengan capaian pembangunan kesehatan secara nasional. Dengan demikian akan dapat diketahui posisi pembangunan kesehatan Provinsi Bali bila dilihat secara nasional. Meskipun profil ini sudah berpedoman pada petunjuk teknis penyusunan profil yang terbaru dengan data terpilah menurut jenis kelamin, namun dalam kenyataannya belum juga dapat menampilkan data terpilah secara keseluruhan karena belum semua program dapat menampilkan data terpilah secara utuh. Oleh karena itu untuk tahun selanjutnya diharapkan semua program menyesuaikan instrumen pelaporannya dengan data terpilah menurut jenis kelamin. Data terpilah berbasis gender dapat membantu proses identifikasi ada tidaknya maupun besaran PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI i

3 kesenjangan mengenai kondisi kebutuhan, dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait dengan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam pembangunan bidang kesehatan. Terbitnya Profil Kesehatan Provinsi Bali 2015, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan terhadap data dan informasi kesehatan di semua lini, baik instansi pemerintah/swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya. Profil kesehatan ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan dalam mengukur kinerja program pembangunan kesehatan baik di provinsi maupun kabupaten/kota yang berguna bagi perencanaan program pembangunan kesehatan berikutnya. Dengan menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan profil ini, maka untuk peningkatan dalam penyusunan profil yang akan datang maka saransaran penyempurnaan akan diterima dengan senang hati. Melalui kesempatan ini kami ucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, dalam hal ini pengelola data di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta lintas sektor yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Bali Denpasar, Juni 2016 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya, MPPM Pembina Utama Muda NIP PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI ii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI... 2 C. SISTEMATIKA... 2 BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK... 4 A. GEOGRAFI 4 1. Letak Wilayah 4 2. Luas Wilayah 4 3. Iklim... 5 B. KEADAAN PENDUDUK... 5 C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI... 8 D. KEADAAN PENDIDIKAN... 8 E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA... 9 F. ANGKA HARAPAN HIDUP BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. MORTALITAS Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Neonatal (AKN) Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Balita (AKABA) B. MORBIDITAS Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Dan Rumah Sakit Penyakit Menular a. Penyakit Paru b. HIV/AIDS c. Kusta PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI iii

5 d. Penyakit Malaria Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Tetanus Neonatorum b. Difteri c. Campak d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis) Penyakit Potensial KLB/Wabah a. KLB b. Demam Berdarah Dengue c. Penyakit Diare d. Rabies BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN Pelayanan Kesehatan Ibu Pelayanan Kesehatan Anak Status Gizi B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah sakit Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Perilaku Hidup bersih Dan Sehat Air Minum Sanitasi Layak Persentase rumah Sehat Tempat Tempat Umum (TTU) Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN A. TENAGA KESEHATAN Tenaga Kesehatan Di Pusat Kesehatan Masyarakat Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Ratio Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Dengan Status Pegawai Tidak Tetap B. SARANA KESEHATAN Puskesmas PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI iv

6 2. Puskesmas pembantu UKBM a. Posyandu, Polindes, dan Poskesdes b. Desa Siaga Aktif Rumah Sakit Sarana Pelayanan Kesehatan Lain C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN D. PEMBIAYAAN KESEHATAN BAB VI JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA (JKBM) A. PENDAHULUAN B. TUJUAN DARI JKBM C. LANDASAN HUKUM D. TRIAS MANAJEMEN Kepesertaan Pelayanan Kesehatan Pembiayaan E. UPAYA INTEGRASI JKBM KE JKN BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN B. SARAN PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI v

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 5.1. Nama-nama Kabupaten/Kota dan Ibukotanya di Provinsi Bali Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per keluarga, dirinci per Kabupaten/Kota Keadaan Terakhir Tahun Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Pola 10 Besar Penyakit pada Pasien di Puskesmas di Provinsi Bali Tahun Pola 10 Besar Penyakit pada Pasien Rawat Inap di RSUD Di Provinsi Bali tahun Pola 10 Besar Penyakit pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Di Provinsi Bali tahun Target Ratio Tenaga Kesehatan Terhadap Penduduk. Tabel 5.2. Jumlah Puskesmas Menurut Kab/Kota di Provinsi Bali Tahun Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5. Tabel 5.6. Data Puskesmas Dengan Fasilitas Rawat Inap dan Jumlah Tempat Tidur Di Provinsi Bali Tahun Jumlah Pustu Dan Pusling Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Jumlah Posyandu, Polindes dan Poskesdes Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Data Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Dan Pengelola di Provinsi Bali Tahun Tabel 5.7. Jumlah Anggaran Pembangunan Kesehatan Menurut Sumber Pembiayaan di Provinsi Bali Tahun 2012 s/d Tabel 6.1. Kepesertaan JKBM Tabel 6.2. Jumlah Kunjungan di Puskesmas Provinsi Bali Tahun Tabel 6.3. Jumlah Kunjungan di Rumah Sakit Provinsi Bali Tahun Tabel 6.4. Alokasi Anggaran JKBM Provinsi Bali Tahun Tabel 6.5. Realisasi Penggunaan Dana JKBM Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Piramida Penduduk Bali Tahun Gambar 2.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Kepemilikan Ijazah Tertinggi. Gambar 2.3. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Bali Tahun Gambar 2.4. Indeks Pembangunan Manusia Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar 2.5. Angka Harapan Hidup (AHH) Provinsi Bali dan Nasional Tahun Gambar 3.1. Gambar 3.2. Angka Kematian Ibu (AKI) Per KH Di Provinsi Bali Tahun Cakupan Angka Kematian Ibu Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar 3.3. AKN Provinsi Bali Tahun 2013 s/d Gambar 3.4. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH Di Provinsi Bali Tahun 2006 s/d Gambar 3.5. Cakupan AKB Per Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar 3.6. Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1000 KH Tahun Gambar 3.7. AKABA Per Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar 3.8. CNR Kasus BTA+ Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar 3.9. CNR Seluruh Kasus TB Menurut Kab/Kota di Provinsi Bali Tahun Gambar Angka Kesembuhan TB Paru Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Penemuan Balita Pneumonia Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar Proporsi Komulatif HIV/AIDS Provinsi Bali Tahun Gambar Situasi Kasus HIV/AIDS Di Provinsi Bali Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI vii

9 Gambar Persentase Kasus HIV/AIDS Yang Diobati (Mendapat ARV) Di Provinsi Bali Tahun Gambar Proporsi Kasus Komulatif HIV/AIDS Menurut Jenis Kelamin Di Provinsi Bali Tahun Gambar Jumlah Campak Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar Penemuan AFP Per Penduduk< 15 Tahun Di Provinsi Bali Tahun Gambar Jumlah KLB Di Provinsi Bali Tahun 2015 Gambar Distribusi KLB Di Provinsi Bali Tahun 2015 Gambar Trend Incidence Rate (IR) DBD Provinsi Bali Tahun Gambar Tren CFR DBD Provinsi Bali Tahun Gambar Kasus DBD dan Jumlah Kematian DBD Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun 2015 Gambar Jumlah Kasus GHPR, Pasien Diberikan VAR dan kematian Karena Rabies Provinsi Bali Tahun Gambar Sebaran kasus kematian Rabies Di Provinsi Bali Tahun Gambar 4.1. Cakupan K1 dan K4 Di Provinsi Bali Tahun Gambar 4.2. Cakupan K4 Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar 4.3. Cakupan Pn Provinsi Bali Tahun Gambar 4.4. Cakupan Pn Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar 4.5. Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 4.8. Gambar 4.9. Cakupan Ibu Hamil K4 dan Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga kesehatan Di Provinsi Bali Tahun Cakupan Ibu Nifas Mendapat Yankes Nifas Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Cakupan Ibu Nifas Mendapat Vit A Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Di Provinsi Bali Tahun Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Di Provinsi Bali Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI viii

10 Gambar Persentase Peserta KB Aktif Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Gambar Persentase Peserta KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Persentase Peserta KB Baru Di Provinsi Bali Tahun Gambar Persentase Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kab/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan KN1 dan KN3 Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan ASI Eksklusif Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Pemberian Vit A Pada Balita Usia 6-59 Bulan Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Penimbangan Balita D/S Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Imunisasi Campak Pada Bayi Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Kab/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan UCI Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar Status Gizi Menurut BB/U Di Provinsi Bali Tahun Gambar Sebaran Status Gizi Balita Menurut Indeks TB/U Per Kab/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Rumah Tangga Konsumsi Garam Beryodium Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI ix

11 Gambar Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk di Provinsi Bali Tahun Gambar Cakupan Desa Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Tahun Gambar Cakupan Rumah Tangga Ber-PHBS Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Gambar Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum Yang memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Gambar Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Gambar Penduduk Dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinis Bali Tahun Gambar Persentase Rumah Memenuhi Kriteria Sehat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Gambar Persentase TTU Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Gambar Persentase TPM Yang Memenuhi Syarat Hygiene Sanitasi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Gambar 5.1. Data Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan Menurut Kab/Kota di Provinsi Bali Tahun Gambar 5.2. Jumlah Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Provinsi Bali Tahun Gambar 5.3. Gambar 5.4. Gambar 5.5. Ratio Dokter Umum Terhadap Puskesmas Menurut Kab/Kota di Provinsi Bali Tahun Ratio Perawat Per Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Ratio Bidan Per Puskesmas Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar 5.6. Jumlah Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Provinsi Bali Tahun Gambar 5.7. Ratio Tenaga Medis Menurut Kab/Kota Di Provinsi Bali Tahun Gambar 5.8. Ratio Tenaga Paramedis Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar 5.9. Ratio Tenaga Kefarmasian, Apoteker dan Gizi Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun Gambar Ratio Tenaga Kesling, Kesmas, Keterapian Fisik dan Keteknisian Medis Menurut Kab/Kota Di Provinsi Bali Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI x

12 Gambar Persentase Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Provinsi Bali Tahun Gambar Persentase Posyandu Aktif Di Provinsi Bali Tahun Gambar Persentase Strata Posyandu Di Provinsi Bali Tahun Gambar Persentase Desa Siaga Aktif Provinsi Bali Tahun Gambar Persentase Strata Desa Siaga Aktif Provinsi Bali Tahun Gambar Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya Di Provinsi Bali Tahun Gambar Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan Provinsi Bali Tahun Gambar 6.1. Kepemilikan Jaminan Kesehatan Di Provinsi Bali Tahun Gambar 6.2. Alur Rujukan Pelayanan Kesehatan JKBM. Gambar 6.3. Jumlah Kunjungan Pasien JKBM Tahun Gambar 6.4. Persentase Sharing Biaya 2015 Sesuai PKS. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI xi

13 DAFTAR LAMPIRAN TABEL Tabel 1 : Tabel 2 : Tabel 3 : Tabel 4 : Tabel 5 : Tabel 6 : Tabel 7 : Tabel 8 : Tabel 9 : Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Provinsi Bali Tahun Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Provinsi Bali Tahun Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus pada TB pada Anak, dan Case Notification Rate (CNR) Per Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ Serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 10 : Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 11 : Tabel 12 : Tabel 13 : Tabel 14 : Jumlah Kasus HIV, AIDS, dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin Provinsi Bali Tahun Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin Provinsi Bali Tahun Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI xii

14 Tabel 15 : Tabel 16 : Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 17 : Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RTF) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 18 : Tabel 19 : Tabel 20 : Tabel 21 : Tabel 22 : Tabel 23 : Tabel 24 : Tabel 25 : Tabel 26 : Tabel 27 : Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Lanjutan. Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Pengukuran Tekanan Darah Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Provinsi Bali Tahun Tabel 28 : Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/Kelurahan yang Ditangani < 24 Jam Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 29 : Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan Pelayanan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 30 : Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI xiii

15 Tabel 31 : Tabel 32 : Tabel 33 : Tabel 34 : Tabel 35 : Tabel 36 : Tabel 37 : Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet FE1 dan FE3 Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 38 : Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 39 : Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 40 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 41 : Tabel 42 : Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari dan BCG pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 43 : Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak dan Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 44 : Tabel 45 : Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 46 : Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 47 : Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI xiv

16 Tabel 48 : Tabel 49 : Tabel 50 : Tabel 51 : Tabel 52 : Tabel 53 : Tabel 54 : Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin Provinsi Bali Tahun Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Bali Tahun Tabel 55 : Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Provinsi Bali Tahun Tabel 56 : Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Provinsi Bali Tahun Tabel 57 : Tabel 58 : Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber- PHBS) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 59 : Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 60 : Tabel 61 : Tabel 62 : Tabel 63 : Tabel 64 : Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan Provinsi Bali Tahun Penduduk dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tempat Pengelolaan Makan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI xv

17 Tabel 65 : Tempat pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 66 : Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Provinsi Bali Tahun Tabel 67 : Tabel 68 : Tabel 69 : Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan Provinsi Bali Tahun Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level 1 Provinsi Bali Tahun Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 70 : Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 71 : Jumlah Desa Siaga Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabel 72 : Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun Tabel 73 : Tabel 74 : Tabel 75 : Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun Jumlah Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun Tabel 76 : Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun Tabel 77 : Tabel 78 : Tabel 79 : Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun Tabel 80 : Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun Tabel 81 : Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI xvi

18 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui system informasi dan melalui kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada Pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sehingga untuk melaksanakan ketentuan Pasal 168 Ayat 3, UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Informasi Kesehatan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No. 46 Tahun Salah satu keluaran dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan, yang merupakan salah satu paket penyajian data/informasi kesehatan yang relatif lengkap, berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan data/informasi yang terkait lainnya yang terbit setiap tahun. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015 disusun berdasarkan data/informasi yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, pengelola program di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Lembaga/Badan yang terkait. Pada penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2015 ini mengacu pada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan kabupaten/kota tahun 2013 edisi revisi (berdasarkan data terpilah jenis kelamin) yang dikeluarkan Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 1

19 B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI Profil Kesehatan Provinsi Bali merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, dan pencapaian target indicator Millenium Development Goals bidang kesehatan, serta berbagai upaya terkait dengan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan lintas sektor seperti Badan Pusat Statistik. C. SISTEMATIKA BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang Latar Belakang disusunnya Profil Kesehatan, maksud dan tujuan serta Sistematika dari penyajiannya. BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK Pada bab ini disajikan Gambaran Umum Provinsi Bali. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misalnya kependudukan, ekonomi, pendidikan, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Dalam bab ini diuraikan tentang indikator mengenai angka kematian, angka harapan hidup dan angka kesakitan. BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 2

20 Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya serta upaya kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota. BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. BAB VI PROGRAM JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara) Bab ini berisikan tentang hasil pelayanan yang telah dilakukan dalam program unggulan Pemerintah Provinsi Bali dalam upaya memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh masyarakat Bali termasuk biaya yang telah terealisasi untuk pelaksanaan program tersebut. BAB VII SIMPULAN Bab ini menyajikan tentang ha-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari profil kesehatan berdasarkan hasil analisis sederhana dari masing-masing hasil pelaksanaan program kesehatan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. LAMPIRAN Pada lampiran berisi resume/angka pencapaian program kesehatan dan 81 tabel data yang merupakan gabungan tabel indikator Kabupaten/kota dan indikator pencapaian kinerja standar pelayanan minimal bidang kesehatan. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 3

21 BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK A. GEOGRAFI Provinsi Bali terdiri dari beberapa pulau yaitu Pulau Bali sebagai Pulau terbesar, Pulau Nusa Penida, Ceningan, Nusa Lembongan dan Pulau Serangan yang terletak di sekitar kaki Pulau Bali serta Pulau Menjangan yang terletak di bagian Barat Pulau Bali. 1. Letak Wilayah Secara geografis Provinsi Bali terletak pada posisi antara 08º03'40" - 08º50'48" Lintang Selatan dan 114º25'53" - 115º42'40" Bujur Timur. Relief dan topografi Pulau Bali di tengah-tengah terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Provinsi Bali berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur yang dibatasi oleh Selat Bali pada bagian Barat sedangkan pada bagian Timur berbatasan dengan Pulau Lombok dengan dibatasi oleh Selat Lombok. Pada bagian Utara terdapat Laut Jawa dan bagian Selatan terdapat Samudra Indonesia. 2. Luas Wilayah Luas wilayah Provinsi secara keseluruhan sebesar 5.636,66 km 2 atau 0,29 % dari luas kepulauan Indonesia. Daerah Pemerintahan Provinsi Bali saat ini terbagi menjadi 9 (sembilan) Kabupaten/Kota. Sembilan Kabupaten/Kota yang dimaksud adalah: PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 4

22 Tabel 2.1. Nama-Nama Kabupaten/Kota dan Ibukotanya di Provinsi Bali N0 KABUPATEN/KOTA IBUKOTA 1 Buleleng Singaraja 2 Jembrana Negara 3 Tabanan Tabanan 4 Badung Mangupura 5 Denpasar Denpasar 6 Gianyar Gianyar 7 Bangli Bangli 8 Klungkung Semarapura 9 Karangasem Amlapura 3. Iklim Provinsi Bali memiliki iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba. Suhu rata-rata di Bali sekitar 23,2 32,7 o C dengan kelembaban udara rata-rata 63-90%. Curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara 1428,5 s/d 1796,6 mm dan tertinggi terjadi pada bulan Nopember, Desember, Januari dan Pebruari, sedang terendah pada bulan Juni, Agustus, September dan Oktober. B. KEADAAN PENDUDUK Jumlah penduduk Bali pada tahun 2015 berdasarkan hasil proyeksi BPS yang didasarkan pada hasil sensus penduduk tahun 2010 Provinsi Bali sebesar jiwa. Adapun rincian kependudukan Provinsi Bali secara garis besar sebagai tabel berikut ini. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 5

23 Tabel 2.2. Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per Keluarga, Dirinci per Kabupaten/Kota Keadaan Terakhir Tahun 2015 Kab/Kota Luas Wilayah Jml Rumah tangga Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio Kepadatan (per KM 2 ) Ratarata Jiwa/ RT Jembrana , , Tabanan , , Badung , , , Gianyar , , Klungkung , , Bangli , , Karangasem , , , Buleleng 1, , , Denpasar , , BALI ,66 1,086, ,152, BALI , , ,99 BALI , , ,73 BALI , , ,95 BALI , , ,75 Sumber : Hasil Perhitungan Proyeksi dibantu BPS Prov. Bali. Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar pramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida bagian kiri menunjukkan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan badan piramida bagian kanan menunjukkan banyaknya jumlah penduduk perempuan. Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa dan tua. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 6

24 Gambar 2.1. Piramida Penduduk Bali Tahun 2015 TAHUN Laki-laki Perempuan Sumber : BPS Bali Tahun 2015 Dihitung secara proyeksi Pada gambar 2.1 ditunjukkan bahwa struktur penduduk di Indonesia termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang masih tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif. Jumlah golongan usia lanjut juga cukup besar, terutama perempuan, ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup. Bertambahnya jumlah usia lanjut dapat dimaknai sebagai meningkatnya tingkat kesejahteraan, meningkatnya kondisi kesehatan tetapi juga dapat dimaknai sebagai beban Karena usia lanjut sudah tidak produktif lagi. Angka beban tanggungan atau dependency ratio adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (usia dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (usia tahun). Angka beban tanggungan Bali sebesar 45,61, hal ini berarti bahwa 100 penduduk Bali yang produktif, disamping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 45,61 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 7

25 C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI Dalam Berita Resmi Statistik Provinsi Bali 5 Februari 2016 disebutkan bahwa Perekonomian Bali tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 177,17 triliun, sementara PDRB atas dasar harga konstan mencapai 129,14 triliun. Untuk PDRB perkapita pada tahun 2015 mencapai Rp.42,66 juta. Ekonomi Bali tahun 2015 tumbuh 6,04 persen lebih rendah dibanding tahun 2014 sebesar 6,73 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,94 persen. Dari sisi pengeluaran kontribusi tertinggi masih disumbang oleh komponen pengeluaran Rumah Tangga sebesar 48,74 persen yang pada tahun ini tumbuh sebesar 7,50 persen, Ekonomi Bali triwulan IV-2015 bila dibandingkan triwulan IV-2014 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,96 persen lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,73 persen. D. KEADAAN PENDIDIKAN Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia. Pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia dan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk meningkatkan peran pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan rata-rata lama sekolah. Ratarata lama sekolah di Bali baru sebesar 8,11 tahun. Penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf sebesar 93,30%. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 8

26 Gambar 2.2 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Kepemilikan IJazah Tertinggi 1,32 1,88 6,38 5,70 0,55 23,66 TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD SD/MI SMP/ MTs 20,99 SMA/ MA 15,74 23,79 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIPLOMA I/DIPLOMA II AKADEMI/DIPLOMA III UNIVERSITAS/DIPLOMA IV S2/S3 (MASTER/DOKTOR) Sumber: BPS Provinsi Bali Tahun 2015 Pada gambar 2.2, berdasarkan perhitungan BPS kepemilikan ijazah tertinggi ada pada tingkat SD/MI sebesar 23,79%, dan terendah pada tingkat S2/S3 (Master/Doktor). E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar yaitu, umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. IPM Provinsi Bali dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, terlihat seperti gambar berikut ini; PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 9

27 ,52 66,53 Gambar 2.3 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Bali Tahun ,87 67,09 71,62 67,7 72,09 68,31 72,48 68, BALI NASIONAL Sumber: BPS Provinsi Bali Tahun 2015 Dilihat dari gambar 2.3 diatas, terlihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bali mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dan berada di atas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Nasional.Saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Provinsi Bali berada di peringkat ke 5 dengan angka 72,48 dan berada diatas nilai IPM nasional sebesar 68,90. Namun pertumbuhan IPM Provinsi Bali masih berada di bawah tingkat nasional. Pertumbuhan IPM Provinsi Bali hanya 0,54 sedangkan di tingkat nasional sebesar 0,86. Gambar 2.4 Indeks Pembangunan Manusia Per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014 Karangasem Bangli Klungkung Jembrana Buleleng Provinsi Tabanan Gianyar Badung Denpasar 64,01 65,75 68,3 68,67 69,16 72,48 72,68 74,29 77,98 81, PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 10

28 Pada dari gambar 2.4. terlihat bahwa Kota Denpasar memiliki IPM tertinggi sebesar 81,65 dan IPM terendah adalah Kabupaten Karangasem sebesar 64,01. Berdasarkan kategori, hanya Kota Denpasar yang masuk kategori IPM sangat tinggi dengan range > 80, sedangkan kabupaten Tabanan, Gianyar dan Badung serta Provinsi berada pada kategori IPM tinggi Dan Kabupaten Buleleng, Jembrana, Klungkung, Bangli dan Karangasem berada pada kategori IPM sedang dengan range F. Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengna asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini adalah angka pendekatan yang menunjukkan kemampuan hidup lebih lama. AHH merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Kondisi UHH di Provinsi Bali dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. 71,5 Gambar 2.5 Angka Harapan Hidup (AHH) Provinsi Bali dan Nasional Tahun , ,5 70,61 69,81 70,78 70,01 70,94 70,2 71,11 70,4 71,19 70,59 Bali Indonesia Sumber: BPS Provinsi Bali Tahun 2015 Dengan memperhatikan gambar diatas terlihat bahwa secara estimasi peningkatan umur harapan hidup waktu lahir di Provinsi Bali setiap tahunnya terus mengalami peningkatan, namun rata-rata masih lebih rendah dari rata-rata Angka PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 11

29 Harapan Hidup Nasional. Sedangkan disparitas Angka Harapan Hidup pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Bali seperti terlihat pada Tabel 2.3. di bawah ini, Tabel 2.3 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Kabupaten Denpasar Badung Gianyar Tabanan Buleleng Jembrana Klungkung Bangli Karangasem Sumber: BPS Provinsi Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 12

30 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Penilaian terhadap derajat kesehatan dapat menggunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan). Pada profil kesehatan Provinsi Bali ini, derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Bali digambarkan melalui Angka Mortalitas yang terdiri atas Angka Kematian Neonatal (AKN) per kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) per kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per kelahiran hidup, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per kelahiran hidup, sedangkan untuk Angka Morbiditas yaitu Angka Kesakitan beberapa penyakit. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. A. MORTALITAS Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka Kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKI, AKN, AKB,AKABA. 1. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 13

31 Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359/ Kelahiran Hidup. Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Pada Gambar 3.1. terlihat bahwa AKI di Provinsi Bali dari tahun 2006 sampai dengan 2015 sudah mencapai target MDG s 2015 yaitu kurang dari 102/ KH. Namun demikian, trendnya sangat fluktuatif yakni masih mengalami naik turun sehingga diharapkan target AKI di Provinsi Bali dapat menurun setiap tahunnya. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 14

32 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Dilihat dari Gambar 3.2. sebaran AKI per kabupaten/kota tahun 2015, AKI terendah ada di Kabupaten Gianyar sebesar 0 per KH dan tertinggi ada di Kabupaten Jembrana yaitu sebesar 145,7 per KH. Kondisi AKI yang fluktuatif selama 10 tahun terakhir tentunya harus menjadi perhatian kita bersama. Dinas Kesehatan Provinsi Bali telah melakukan serangkaian upaya dalam rangka menurunkan AKI diantaranya: a) Menerapkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) pada semua ibu hamil b) Memantapkan pelaksanaan PONED dan PONEK c) Pemenuhan Unit Transfusi Darah pada semua RSUD kabupaten/kota d) Meningkatkan kemitraan Bidan dengan Bidan e) Pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas f) Pemenuhan sumber daya manusia kesehatan yang kompeten dan berkualitas g) Meningkatkan pelayanan Ante Natal Care yang berkualitas dan terpadu serta tindakan berencana dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir h) Melakukan monitoring-evaluasi dan supervisi fasilitatif berjenjang i) Pelaksanaan AMP terus dilakukan pada setiap kasus kematian j) Mengupayakan regionalisasi sistem rujukan. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 15

33 2. Angka Kematian Neonatal (AKN) Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah kematian bayi usia sampai 28 hari yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka Kematian neonatal di Provinsi Bali per kabupaten/kota tahun dapat dilihat pada Gambar 3.3. berikut; Gambar 3.3. AKN per Kab/Kota Provinsi Bali Tahun 2013 s/d 2015 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2015 Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat sebaran AKN per kabupaten/kota tahun 2015 terjadi peningkatan di beberapa kabupaten/kota seperti, Kabupaten Karangasem meningkat 0,95 per KH, Kabupaten Buleleng meningkat 1,34 per KH, Kota Denpasar meningkat sebesar 0,13 per KH. Sedangkan di Kabupaten lain terjadi penurunan AKN, sehingga mempengaruhi capaian Provinsi yang menurun dibandingkan tahun 2014 sebesar 0,09 per KH. Pada tahun 2014 AKN Provinsi sebesar 4,50 per KH, sedangkan di tahun 2015 menurun menjadi 4,41 per KH. Hal ini disebabkan oleh kematian neonatal yang dikarenakan BBLR dan asfiksia masih cenderung tinggi. Upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan pelayanan ANC yang berkualitas dan terpadu, meningkatkan pelaksanaan GSI-B dan P4K, meningkatkan fungsi puskesmas dalam memberikan pelayanan neonatal esensial, peningkatan SDM Kesehatan melalui peningkatan keterampilan dan pelatihan, meningkatkan fungsi keluarga dalam perawatan bayi dan balita melalui kelas ibu balita, meningkatkan pemanfaatan buku KIA. Diharapkan PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 16

34 dengan berbagai upaya yang dilakukan dapat menurunkan AKN di tahun berikutnya sehingga merata di semua kabupaten/kota. 3. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi usia 0-11 bulan yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Dari 5,97% kematian balita per kelahiran hidup, sebagian besar (91,87%) disumbangkan oleh umur 0-11 bulan atau bayi, sehingga angka kematian bayi tidak jauh berbeda dengan angka kematian balita. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi Sumber : Profil Kesehatan Kab. Kota se-bali tahun 2015 Memperhatikan Gambar 3.4. terlihat bahwa AKB di Provinsi Bali dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2015 menunjukan trend yang fluktuatif, meski sudah lebih rendah dari angka kematian bayi secara nasional, tapi masih perlu mendapat perhatian kita bersama. Angka ini tetap lebih rendah dibandingkan dengan target Renstra Dinkes Prov. Bali yaitu 15 per kelahiran hidup di tahun 2014 dan target MDG s tahun 2015 yaitu 23 per kelahiran hidup. Gambaran AKB per Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Gambar 3.5. di bawah ini. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 17

35 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Berdasarkan gambar 3.5. dapat dilihat AKB terendah dicapai oleh Kota Denpasar sebesar 0,6/1000 Kelahiran Hidup, sedangkan AKB tertinggi dicapai oleh kabupaten Karangasem sebesar 10,6/1000 Kelahiran Hidup. Permasalahan yang berkaitan dengan kematian bayi di Provinsi Bali antara lain adalah penyebab kematian masih didominasi oleh karena BBLR dan asfiksia, masih adanya disparitas angka kematian bayi antar kabupaten/kota. Berdasarkan masalah tersebut untuk menekan AKB, Dinas Kesehatan Provinsi Bali telah melakukan berbagai upaya diantaranya; dilakukannya pelayanan ANC yang berkualitas dan terpadu, meningkatkan pelaksanaan GSI-B dan P4K, meningkatkan fungsi puskesmas dalam memberikan pelayanan neonatal esensial, peningkatan SDM kesehatan melalui peningkatan keterampilan dan pelatihan, meningkatkan fungsi keluarga dalam perawatan bayi dan balita melalui kelas ibu balita, meningkatkan pemanfaatan buku KIA. 4. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per kelahiran hidup. AKABA mempresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Millenium Development Goals (MDG s) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai , sedang PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 18

36 dengan nilai 20-70, dan rendah dengan nilai < 20. Sesuai dengan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2015, capaian nilai AKABA sebesar 6,4 per kelahiran hidup. Angka ini jika dibandingkan dengan nilai normatif AKABA pada target MDG s termasuk kategori rendah karena < 20. AKABA di Provinsi Bali dari tahun menunjukkan trend yang fluktuatif, tahun cenderung meningkat, dan tahun 2015 ada kecenderungan menurun. Kematian balita disebabkan oleh BBLR dan asfiksia yang masih cenderung tinggi, penyakit infeksi lainnya, trauma/kecelakaan yang menyebabkan meninggalnya balita. Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2015 Berdasarkan capaian nilai AKABA pada tingkat kabupaten/kota, diketahui AKABA terendah ada di Kota Denpasar sebesar 0,8 per 1000 KH dan AKABA tertinggi ada di Kabupaten Gianyar yaitu sebesar 11,9 per 1000 KH. Gambaran AKABA menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar 3.7. berikut ini. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 19

37 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 B. MORBIDITAS Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalens dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. 1. Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Pola 10 penyakit terbanyak pada pasien di Puskesmas tahun 2015 menunjukkan kasus terbanyak adalah Nasofaringitis acute (common cold) masih sama seperti tahun 2014, hanya terdapat penurunan jumlah kasus dari kasus menjadi kasus, dengan perincian seperti tabel berikut. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 20

38 Tabel 3.1 Pola 10 Besar penyakit pada Pasien di Puskesmas Di Provinsi Bali tahun 2015 No. Nama Penyakit Jumlah 1 Nasofaringitis acute (common cold) Hypertensi primer Faringitis Akut Arthritis lainnya Headache Kecelakaan dan Ruda Paksa Dermatitis kontak alergi Gastritis (tidak ditentukan) Penyakit lain dari saluran pernafasan bagian atas Fever unspicified Sumber : Bidang Bina Yandas Dinkes Prov. Bali tahun 2015 Tabel 3.2 Pola 10 Besar Penyakit pada Pasien Rawat Inap di RSU Provinsi Bali tahun 2015 No. Nama Penyakit Jumlah 1 Demam Berdarah Dengue Diare, Gastroenteritis Demam Thipoid dan Parathipoid Pneumonia Penyakit Appendiks Gagal Ginjal Lainnya Dispepsia Bronchitis, Empisema, & Penyakit Paru Hernia Inguinal Infark Serebral 970 Sumber : Bidang Bina Yan. Rujukan Dinkes Prov. Bali tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 21

39 Tabel 3.3 Pola 10 Besar Penyakit pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Di Provinsi Bali tahun 2014 No. Nama Penyakit Jumlah 1 Penyakit Telinga dan Prosessus Mastoid Diare, Gastroenteritis Nyeri Perut dan panggul GG Refraksi dan Akomodasi Asma Katarak dan gangguan lain lensa Dispepsia Konjungtivitis dan gangguan lain konjungtiva Hipertensi Essensial (Primer) Faringitis akut Sumber : Bidang Bina Yan. Rujukan Dinkes Prov. Bali tahun Penyakit Menular a. Penyakit Paru Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi hasil TB. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDG s. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Notification Rate (CNR), yaitu angka yang menunjukkan jumlah seluruh pasien TB yang ditemukan dan tercatat diantara penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah. Disamping itu untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Berikut CNR kasus baru BTA+ dan seluruh kasus TB di Provinsi Bali tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 22

40 Gambar 3.8. CNR Kasus BTA+ Menurut Kab/Kota di Provinsi Bali Tahun Sumber: Seksi Penanggulangan Penyakit Diskes Prov. Bali Berdasarkan gambar 3.8 diatas, CNR kasus baru BTA+ di Provinsi Bali tahun 2015 sebesar 35,28 per penduduk menurun dibandingkan tahun 2014 sebesar 39,98 per penduduk. Tertinggi masih Kota Denpasar sebesar 50,76 per penduduk di tahun 2015 dan terendah kabupaten Bangli sebesar 14,82 per penduduk di tahun Gambar 3.9. CNR Seluruh Kasus TB Menurut Kab/Kota di Provinsi Bali Tahun Sumber: Seksi Penanggulangan Penyakit Diskes Prov. Bali Selama kurun waktu 3 tahun terakhir CNR Provinsi Bali secara umum sudah terjadi peningkatan walaupun tidak signifikan. Tahun 2012 CNR Provinsi Bali sebesar 71/ penduduk dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 74/ PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 23

41 penduduk, sedangkan tahun 2014 angka tersebut tetap sebesar 74/ penduduk, sedangkan di tahun 2015 menurun menjadi 70/ penduduk, angka ini dibawah target renstra Dinas kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2015 sebesar 73/ penduduk. Secara nasional Case Notification Rate ditargetkan naik 5% setiap tahun, berdasarkan hasil capaian tahun 2014, maka target di tahun 2015 sebesar 79/ penduduk. Sehingga Bali belum memenuhi target di tahun 2015 ini. Succes Rate dapat membantu dalam mengetahui kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Berikut ini angka kesembuhan TB Paru per kabupaten/kota Tahun Gambar Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa capaian Succes Rate tertinggi dicapai Kabupaten Tabanan yaitu 96,79% dan terendah Kabupaten Jembrana 84,48%. Capaian Provinsi tahun 2015 adalah 88,52% berada di atas target Renstra Dinas Kesehatan 2015 sebesar 86%, namun masih belum mencapai target Renstra Kemenkes di tahun 2015 sebesar 89%. Besar kecilnya angka kesembuhan juga dipengaruhi oleh besar kecilnya angka drop out, yang juga akan berimbas pada besar kecilnya angka penemuan penderita TB MDR (Multi Drug Resisten) yang semakin merebak belakangan ini, disamping juga adanya pengaruh dari peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS. Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta Balita meninggal karena Pneumonia (1 Balita/20 detik) dari 9 juta total kematian Balita. Diantara 5 kematian Balita, 1 di antaranya PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 24

42 disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai pandemi yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau the forgotten killer of children (Unicef/WHO 2006, WPD 2011). Di negara berkembang 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut hasil Riskesdas 2007 proporsi kematian Balita karena pneumonia menempati urutan kedua (13,2%) setelah diare. Sedangkan SKRT 2004 proporsi kematian Balita karena pneumonia menempati urutan pertama sementara di negara maju umumnya disebabkan virus. Cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita tahun 2015 sebesar 5,32 lebih rendah dari capaian tahun 2014 sebesar 12,4. Kondisi ini menunjukkan status kesehatan Balita yang semakin membaik sehingga kasus pneumonia mulai menurun. Berikut ini ditampilkan angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut kabupaten/kota tahun Gambar 3.11 Sumber : Profil kesehatan kabupaten/kota Tahun 2015 Pada tingkat kabupaten/kota dapat dilihat yang penemuannya tertinggi adalah Kabupaten Klungkung yaitu 50,85%. Sedangkan kabupaten dengan penemuan terendah adalah Badung sebesar 1,01%. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 25

43 b. HIV/AIDS HIV/AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Volluntary, Counseling, and Testing (VCT). Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui. Gambar 3.12 Proporsi Kasus Baru HIV, AIDS dan Syphilis Berdasarkan Kelompok Umur Di Provinsi Bali Tahun 2015 Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar 3.10 di atas dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak kasus HIV dan AIDS terdapat pada golongan usia tahun, dimana golongan usia ini adalah golongan usia produktif. Penyebaran kasus HIV/AIDS di Bali saat ini lebih banyak ditularkan melalui hubungan seksual. Jumlah kematian akibat AIDS tahun 2015 sebanyak 36 orang; laki-laki 24 orang dan perempuan 12 orang. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 26

44 Gambar Proporsi Kasus Komulatif HIV/AIDS Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2015 Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar diatas menurut jenis kelamin, persentase kasus HIV/AIDS tahun 2015 pada kelompok laki-laki lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan. Penderita HIV/AIDS pada laki-laki sebesar 59,83% dan perempuan 40,17%. Gambar Situasi Kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali Tahun Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Berdasarkan grafik 3.12, Kasus HIV/AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahun. Sampai dengan Desember 2015 jumlah kasus HIV mencapai kasus dan AIDS mencapai 966 kasus. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 27

45 Gambar Persentase Kasus HIV/AIDS yang Diobati (Mendapat ARV) di Provinsi Bali Tahun Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Angka kasus penderita HIV/AIDS atau ODHA yang mendapatkan pengobatan ARV tahun 2015 sebesar 59,57% lebih rendah dari tahun 2014 sebesar 60,91%. Hasil capaian Provinsi Bali pada tahun 2015 sudah melampaui target sesuai Renstra Dinkes di tahun 2015 sebesar 45%. Memastikan layanan darah yang aman pada pelayanan skrining darah adalah salah satu peran Palang Merah Indonesia (PMI) dalam penanggulangan HIV adalah program pencegahan, perawatan dan dukungan terhadap ODHA. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1990, tugas dari UTD PMI adalah menyediakan darah yang aman dan bebas dari Human Immunodeficiency Virus (HIV). Tapi perlu kita ketahui bahwa UTD PMI merupakan unit skrining untuk periksaan darah donor. Upaya yang dilakukan dapat berupa optimalisasi pengelolaan darah dalam suatu UTD baik input, proses maupun output. Penyediaan darah juga harus terstandarisasi dan berkualitas. Sesuai dengan strategi I dari World Health Organization (WHO), maka darah yang tercemar HIV pada pemeriksaan awal akan segera dibuang. Optimalisasi pengelolaan darah dalam hal input yang terpenting adalah di saat proses seleksi calon donor darah sehingga didapatkan donor darah sukarela risiko rendah. Begitupun dalam pemeriksaan dokter juga harus cermat ketika menilai kondisi kesehatan calon donor saat itu. Penanganan input yang optimal merupakan awal dari penyediaan darah yang aman dimana didapatkan bahan tersebut dari donor. Saat ini tiap Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) telah melakukan uji saring terhadap 4 penyakit menular berbahaya yaitu Sifilis, Hepatitis B & C dan HIV. Apabila ada donor darah yang dicurigai terinfeksi dengan hasil tes yang mendukung, maka dirujuk ke Unit PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 28

46 Tranfusi Darah Pusat (UTDP) untuk dilakukan tes ulang darah donor tersebut. Hasilnya dikembalikan ke UTDC yang bersangkutan. Di Unit Tranfusi Darah Daerah (UTDD) DKI Jakarta apabila dicurigai adanya infeksi HIV AIDS maka dilakukan rujukan pasien ke rumah sakit yang menyediakan layanan konseling dan tes HIV. Untuk Provinsi Bali hasil capaian bersumber dari laporan PMI yang dipergunakan dalam pembuatan profil tahunan, sampai saat ini pelaporan hasil skrining HIV belum menjadi bagian pelaporan resmi ke Dinas Kesehatan. Hasil capaian pada tahun 2015 sebesar 0,37% lebih rendah dari tahun 2014 sebesar 0,42% menurun dari tahun 2013 sebesar 0,74%. c. Kusta Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Tahun 2000 mempunyai arti penting bagi program pengendalian kusta. Pada tahun 2000, dunia dan khususnya negara Indonesia berhasil mencapai eliminasi penyakit kusta. Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1 kasus per penduduk. Dengan demikian, sejak tahun tersebut di tingkat dunia maupun nasional, kusta bukan lagi menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat. Diagnosis dini dan pengobatan dengan menggunakan MDT (Multi Drug Therapy) merupakan kunci utama keberhasilan mengeliminasi kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat. Pengobatan dengan MDT berhasil menurunkan 84,6% kasus penyakit kusta di Indonesia sejak tahun 1985 hingga akhir tahun Target yang ditetapkan secara Nasional untuk angka penemuan kasus baru penyakit kusta tahun 2015 adalah kurang dari 5/ penduduk. Sedangkan angka penemuan kasus baru (New Case Detection Rate) penyakit kusta untuk Provinsi Bali tahun 2015 adalah 1,30/ penduduk, lebih rendah dari tahun 2014 sebesar 1,66/ penduduk. Situasi ini menunjukkan kondisi yang relatif statis. Hal ini dapat dilihat dari angka penemuan kasus baru kusta yang berkisar antara 1-2 kasus per sejak tahun 2012 hingga 2015 ini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat II. Angka cacat tingkat II pada tahun 2015 sebesar 0,10/ penduduk, meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 0/ penduduk. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 29

47 d. Penyakit Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah wilayah terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. Di Jawa Bali, masih terjadi fluktuasi dari angka kesakitan malaria yang diukur dengan Annual Paracite Incidence (API). Dilihat dari indikator program penanggulangan malaria (API) sejak 5 tahun terakhir walaupun angka API berfluktuasi namun sudah mencapai target nasional < 1 per 1000 penduduk, baik capaian API di kabupaten/kota maupun capaian secara provinsi. Tahun 2014 indikator API Provinsi Bali menunjukkan 0,003 per 1000 penduduk. Berikut Tren API di Provinsi Bali tahun Gambar Proporsi Kasus Komulatif HIV/AIDS Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2015 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Pencapaian ini didukung oleh kegiatan penemuan dan pengobatan penderita Malaria secara aktif maupun pasif dan pemberantasan vektor di kabupaten/kota dan monitoring evaluasi kegiatan penanggulangan malaria di provinsi. Tahun 2015 ini di Provinsi Bali beserta seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota telah memperoleh sertifikasi Eliminasi Malaria, dimana hal ini merupakan upaya menghentikan PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 30

48 penularan malaria setempat (kasus indigenous) dalam suatu wilayah. Dukungan ini juga menjadi komitmen kuat untuk melaksanakan penanggulangan malaria pasca eliminasi malaria di semua kabupaten/kota. Upaya yang dilakukan adalah melakukan berbagai penguatan surveilans kasus, surveilans migrasi, surveilans faktor resiko secara berkala. 3. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Tetanus Neonatorum Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Di Provinsi Bali pada tahun 2015 tidak ada kasus Tetanus Neonatorum yang dilaporkan. Sementara itu, kasus Tetanus Non Neonatorum terlaporkan 3 kasus. b. Difteri Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Jumlah kasus difteri tahun 2014 terdapat 1 kasus yang dilaporkan oleh Kota Denpasar dengan CFR 0,00%. Hal ini menunjukkan kejadian difteri yang kemungkinan disebabkan oleh perubahan cuaca dan iklim, yang mengakibatkan bakteri dapat berkembang biak dengan baik. c. Campak Campak disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi. Berikut sebaran campak di Provinsi Bali PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 31

49 Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat kejadian campak di Provinsi Bali terlaporkan 135 orang, kejadian terbanyak ada di kabupaten Buleleng sebanyak 58 kasus, sedangkan di kabupaten Bangli dan Gianyar, tidak ada kasus campak yang terlaporkan. Kasus campak di tahun 2015 menurun dibandingkan tahun 2014 sebanyak 971 kasus campak yang terlaporkan. Kasus ini kemungkinan disebabkan oleh perubahan cuaca dan iklim, yang membuat virus berkembang biak dengan baik. d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis) Polio merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umunya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Acute Flaccid Paralysis (AFP) merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan Non Folio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kementerian Kesehatan menetapkan non polio AFP Rate minimal 2/ populasi anak < 15 tahun. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 32

50 Sumber : Seksi Pencegahan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat sebagian besar kab/kota sudah memenuhi target penemuan AFP > 2/ penduduk. Capaian penemuan tertinggi ada di Kabupaten Tabanan sebesar 87,91 / penduduk, dan yang dibawah target Kabupaten Bangli (1,79/ penduduk), Kota Denpasar (1,19/ penduduk), Kabupaten Karangasem (0,93/ penduduk) dan Kabupaten Gianyar (0). Pada tahun 2014 sebesar 4,63/ terjadi penurunan di tahun 2015 dengan penemuan sebesar 4,17/ penduduk. Penemuan kasus ini menunjukkan pelaksanaan surveilans untuk program AFP sudah berjalan dengan baik. Selama kurun waktu 3 tahun terakhir, target yang diberikan kepada Bali selalu tercapai bahkan melebihi target yakni AFP rate 2/ Kegiatan ini harus terus dipertahankan dan dijaga keberlangsungannya sehingga kasus Polio yang telah dieradikasi dapat dipertahankan dan tidak muncul kembali. 4. Penyakit Potensial KLB/Wabah a. KLB Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah ditanganinya KLB tersebut <24 jam sehingga dampak yang ditimbulkan akibat kejadian tersebut tidak meluas. Dari frekuensi KLB yang terjadi di Provinsi Bali pada tahun 2014 sebanyak 84 kali, seluruh kejadian luar biasa tersebut telah tertangani kurun waktu <24 jam. Hal ini didukung dengan adanya Tim Gerak Cepat (TGC) dalam hal ini disebut District Surveillance Officer (DSO) di tiap kabupaten/kota di Bali dengan koordinasi di PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 33

51 tingkat provinsi. Berikut adalah Jumlah KLB yang terjadi di Provinsi Bali tahun 2015: Sumber : Seksi Pencegahan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar 3.19 diatas, Kasus Susp Rabies terbanyak di tahun 2015 sebanyak 15 kasus. AFP 13 kasus, DHF 12 kasus dan DSS 11 kasus. Dari kasus KLB diatas, berikut dapat dilihat sebarannya berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2015 : Sumber : Seksi Pencegahan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 34

52 Berdasarkan Gambar diatas dapat dilihat kejadian KLB tertinggi ada di Kabupaten Buleleng, Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, yang merupakan 3 daerah dengan jumlah penduduk yang tinggi di Provinsi Bali. d. Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, famili flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp, aedes aegypti, dan aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit DBD. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Pada tahun 2015, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak kasus dengan jumlah kematian 29 orang (Incidence Rate/Angka Kesakitan: 259,1 per penduduk dan CFR/angka kematian : 0,3%), meningkat dibandingkan tahun 2014 dengan jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak kasus dengan jumlah kematian 17 orang (Incidence Rate/Angka Kesakitan: 210,2 per penduduk dan CFR/angka kematian : 0,2%). Berikut ini gambaran IR dan CFR DBD tahun Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Berdasarkan Gambar 3.21 diatas situasi IR tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan 4 tahun sebelumnya. IR tertinggi terjadi pada tahun Target nasional Angka Kesakitan (IR) DBD tahun 2015 yaitu < 49 per penduduk. Sedangkan angka kesakitan DBD di Provinsi Bali tahun 2015 adalah PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 35

53 259,1 per penduduk jauh diatas target nasional. Meningkatnya IR tahun 2015 dipengaruhi oleh rendahnya ABJ Provinsi Bali yang < 90%, perubahan iklim, pembukaan pemukiman baru, mobilisasi penduduk; standar diagnosis yang belum seragam dimana masih memakai kriteria WHO tahun 2009 (belum menggunakan pemeriksaan serologis terutama di RSUD Kabupaten/Kota); serta belum adanya pemilahan kasus antara kasus yang didiagnosis sebagai kasus demam dengue dan demam berdarah dengue. Pada tahun 2014 jumlah kasus terbanyak adalah di Kota Denpasar yaitu kasus, Kabupaten Gianyar sebanyak kasus, Kabupaten Badung sebanyak kasus, dan Kabupaten Buleleng sebanyak kasus. Daerah-daerah tersebut memiliki jumlah penduduk yang besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sehingga merupakan salah satu faktor resiko penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Jika dibandingkan CFR 2 tahun sebelumnya tahun 2015 CFR mengalami peningkatan berbanding lurus dengan IR yang juga meningkat. CFR tahun 2015 jika dibandingkan dengan target Renstra Dinas Kesehatan tahun sebesar < 1 %, CFR tahun 2015 sudah memenuhi target. Kematian oleh karena DBD sudah bisa ditekan, penanganan sudah sesuai dengan protap yang ada. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 36

54 Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat jumlah kematian tertinggi pada tahun 2015 terdapat di kota Denpasar yaitu 14 kematian, Kabupaten Gianyar 6 kematian, Badung 6 kematian, Buleleng 3 kematian sehingga total kasus kematian karena DBD di Provinsi Bali sebanyak 29 kasus. Kasus kematian DBD terjadi di kabupaten/kota yang jumlah kasus DBD nya tinggi. Upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan DBD oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali diantaranya advokasi peran kabupaten/kota pada upaya-upaya di Hulu untuk melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), revitalisasi peran Pokjanal DBD sampai pokja tingkat desa, pemetaan resistensi vektor,pemetaan subtype virus. b. Penyakit Diare Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan penyakit potensial KLB yang sering disertai kematian. Penyakit saluran pencernaan seperti Diare masih cukup tinggi ditemukan di Provinsi Bali. Pada tahun 2015 diperkirakan jumlah target penemuan kasus diare sekitar 88,870 orang meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar orang, hal ini dikarenakan perumusan target penemuan kasus berdasarkan jumlah penduduk {10% X (jumlah penduduk/1000)x Angka Kesakitan (214)}. Sementara kasus Diare PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 37

55 yang tertangani sebanyak kasus (89,2%) meningkat dari tahun 2014 sebesar 79,5%, dan angka kesakitan diare 214 per 1000 penduduk. c. Rabies Rabies merupakan penyakit zoonosa yang disebabkan oleh Lyssa-virus (virus rabies) dan ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan srigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus rabies. Penyakit ini dikenal di Indonesia sejak diketahui dan dilaporkan adanya seekor kerbau menderita rabies oleh Esser pada tahun 1884, kemudian pada tahun 1894 pertama kali dilaporkan rabies pada manusia oleh E.V. de Haan. Berikut ini jumlah kasus GHPR dan pasien yang diberikan VAR di Provinsi Bali tahun Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Dilihat dari gambar 3.24, dapat dilihat kasus gigitan hewan penular rabies (GPHR) tahun 2015 sedikit menurun dibandingkan tahun 2014 demikian juga dengan penggunaan vaksin anti rabies (VAR). Namun yang perlu menjadi perhatian adalah kematian yang meningkat di tahun 2015 sebanyak 15 orang terlaporkan terbanyak. Berikut sebaran kasus kematian Rabies di Provinsi Bali Tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 38

56 Gambar Sebaran Kasus Kematian Rabies di Provinsi Bali Tahun 2015 Jembrana Buleleng 6 Bangli 0 2 Tabanan 1 Gianyar 1 Denpasar 0 Badung 1 2 Kr.Assem 2 Klungkung Penderita rabies sekali gejala klinis timbul biasanya diakhiri dengan kematian. Untuk itulah setiap kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) harus ditangani sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Adapun upaya yang sudah dilakukan Pemerintah Provinsi Bali dalam pengendalian rabies : semua gigitan hewan penular rabies diberikan vaksin anti rabies (var) sesuai protap, Vaksinasi secara intensif dan eliminasi selektif hewan penular rabies, Pengawasan masuk dan keluarnya hewan penular rabies, Penyediaan anggaran yang cukup, Koordinasi yang mantap antar instansi dinas kesehatan. Dinas peternakan dan badan pemberdayaan (desa pekraman/desa adat), menerbitkan perda no.15 tahun 2009 tentang pengendalian rabies di provinsi bali yang mengatur antara lain: tata cara pemeliharaan hewan penular rabies, mengatur peredaran hewan penular rabies. Permasalahan yang terjadi dalam pengendalian Rabies diantaranya Peran serta masyarakat dalam penanganan rabies baik dalam sektor kesehatan dan peternakan belum optimal, Hewan positif dan desa tertular semakin meningkat, Tahun kasus kematian sudah bisa ditekan tetapi tahun 2015 kembali meningkat, Perda penanggulangan Rabies belum berjalan optimal. Untuk mengatasi hal tersebut Dinas Kesehatan tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi atau penyuluhan hingga ke pelosok-pelosok desa dengan melibatkan semua komponen masyarakat. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 39

57 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat aditif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan selama beberapa tahun terakhir, khususnya tahun 2015 di Provinsi Bali. A. PELAYANAN KESEHATAN Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Seorang ibu mempunyai peran sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seseorang yang sedang PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 40

58 hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anak. Dalam upaya pencapaian MDG s dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per kelahiran hidup pada tahun Menurut data SDKI 2012, AKI sebesar 359 per kelahiran hidup. Capaian AKI Provinsi Bali di tahun 2015 sebesar 83,4 per kelahiran hidup, angka ini sudah berada dibawah target MDGs. Akan tetapi, upaya untuk menurunkan AKI masih terus dilaksanakan dengan gencar, untuk semakin menekan angka kematian ibu di Provinsi Bali. Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggungjawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta akses terhadap keluarga berencana. Disamping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan penurunan AKI. a) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat. Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar. Ditetapkan bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas, yaitu : a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; b) Pengukuran tekanan darah; PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 41

59 c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA); d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundusuteri); e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi; f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan; g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (djj); h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana); i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); dan j) Tatalaksana kasus. Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Cakupan K1 dan K4 di Provinsi Bali dalam lima tahun terakhir dapat dilihat dibawah ini; PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 42

60 Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Dari gambar 4.1 diatas dapat terlihat bahwa secara umum relatif stabil, meski terjadi sedikit penurunan cakupan K1 dan juga K4. Ada kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4. Pada tahun 2013 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 4,1%, kemudian sampai dengan tahun 2014 selisih itu terjadi perubahan cenderung melebar menjadi 4,5%, dan semakin melebar lagi di tahun 2015 sebesar 5,4%. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dengan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal selalu berkunjung ke pelayanan kesehatan sampai pada kunjungan ke dua trisemester ketiga kehamilannya dengan kata lain seluruh ibu hamil telah mendapatkan pelayanan kehamilannya sesuai dengan standar. Hal ini dapat meminimalisir kematian ibu melahirkan.indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2015 sudah melampaui target Renstra Dinas Kesehatan tahun 2015 sebesar 95%. Berikut capaian K4 dari masing-masing kabupaten/kota. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 43

61 Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Dari seluruh kabupaten/kota, 3 kabupaten/kota telah mencapai target Renstra Dinas 2015 yaitu Kabupaten Tabanan (96,49%), Kota Denpasar (97,99%) dan Kabupaten Jembrana (98,08). Sedangkan hasil capaian indikator cakupan pelayanan K4 Provinsi Bali tahun 2015 sebesar 93% yang berarti juga belum mencapai target Renstra Dinas tahun 2015 sebesar 95%. Cakupan K4 tertinggi yaitu Kabupaten Jembrana akan tetapi Angka Kematian Ibu tertinggi juga Kabupaten Jembrana sebesar 145,7 per kelahiran hidup. Kondisi ini perlu menjadi perhatian pemegang program, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesahatan bagi ibu hamil. Berbagai program dan kegiatan yang telah dilaksanakan untuk semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat hingga ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan pelayanan antenatal. Adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Jaminan Persalinan (Jampersal), dimana keduanya saling bersinergi. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping kasus drop out, pelaksanaan kelas ibu hamil serta penguatan kemitraan bidan dan dukun. Sementara itu Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal, termasuk yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau sweeping, baik pada kehamilan normal maupun kehamilan dengan resiko tinggi. Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 44

62 Pemerintah daerah dan masyarakat termasuk sektor swasta diharapkan dapat mendorong tercapainya target cakupan pelayanan antenatal. b) Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap AKI. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan Pn). Dari total kematian di Provinsi Bali tahun 2015, kematian ibu pada saat bersalin sebanyak 14 orang. Gambaran cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan Gambar 4.3. memperlihatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Pn) sejak tahun 2010 sampai dengan tahun Secara umum cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Bali tahun telah mencapai target MDG s tahun 2015 sebesar 90%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, sehingga pelaksanaan prinsip persalinan yang bersih dan aman semakin meningkat, sehingga diharapkan dapat menekan angka kematian ibu. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 45

63 Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Untuk melihat distribusi persalinan oleh tenaga kesehatan untuk masing-masing kabupaten/kota seluruh Provinsi Bali tahun 2015, dapat dilihat pada gambar berikut; Target MDGs 2015 : 90% Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Gambar 4.4. memperlihatkan bahwa Kabupaten Jembrana dengan pencapaian tertinggi (102,91%). Sedangkan Kabupaten Gianyar merupakan kabupaten dengan pencapaian terendah (92,82%). Target indikator persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai MDG s dan SPM sebesar 90% dan juga Renstra Kemenkes 2014 sebesar 95%, ini berarti Provinsi Bali dengan capaian 97,49% sudah melampaui target tersebut. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 46

64 Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa, meski cakupan pelayanan ibu hamil K4 mengalami penurunan, namun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tetap stabil. Persentasenya selalu di atas K4. Pelayanan antenatal memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya agar dapat dilakukan deteksi dan tata laksana dini komplikasi yang dapat timbul pada saat persalinan. Apabila seorang ibu datang langsung untuk bersalin di tenaga kesehatan tanpa adanya riwayat pelayanan antenatal sebelumnya, maka faktor risiko dan kemungkinan komplikasi saat persalinan akan lebih sulit diantisipasi. c) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke 4 sampai dengan hari ke 28 pasca persalinan, dan pada hari ke 29 sampai dengan hari ke 42 pasca persalinan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas (KF2) dilakukan pada minggu ke 2 setelah persalinan; 3) kunjungan nifas ke 3 (KF3) dilakukan pada minggu ke 6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 47

65 dilakukan pada saat dilaksanakannya kegiatan di posyandu dan dilakukan bersamaan pada kunjungan bayi. Target : 95% Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa capaian cakupan kunjungan nifas Provinsi Bali tahun 2015 sebesar 95,9% cenderung menurun dibandingkan tahun 2014 sebesar 96,5%, namun capaian ini sudah melampaui target Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015 sebesar 95%. Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 48

66 Dari gambar 4.7 diatas dapat dilihat bahwa capaian cakupan ibu nifas mendapat vitamin A Provinsi Bali tahun 2015 sebesar 97,1% meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 96,34%. Kematian ibu pada tahun 2015 ini terbanyak terjadi pada masa nifas sebanyak 26 orang. Karena itu, pelayanan kesehatan ibu nifas terus mendapat perhatian dari pemerintah provinsi Bali. Penempatan PTT untuk dokter dan bidan terus dilaksanakan. Selain itu luncuran dana BOK agar dimanfaatkan maksimal oleh tenaga kesehatan di Puskesmas, Poskesdes, Posyandu dalam mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kesehatan ibu nifas, diantaranya kegiatan sweeping atau kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. d) Pelayanan/ penanganan Komplikasi Kebidanan Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan perlindungan/pencegahan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 49

67 Pada gambar 4.8 diatas dapat diketahui bahwa secara umum, cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Provinsi Bali selama 6 tahun terakhir terlihat fluktuatif, dan tahun ini cenderung menurun dibandingkan tahun lalu. Cakupan penanganan komplikasi Provinsi Bali di tahun 2015 ialah 74,96%. Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Gambaran mengenai cakupan penanganan komplikasi kebidanan pada tahun 2015 menurut kabupaten/kota disajikan pada gambar 4.9 menunjukkan bahwa cakupan penanganan komplikasi kebidanan tertinggi yaitu Kabupaten Gianyar (119,41%). Angka cakupan yang melebihi 100% ini dimungkinkan karena jumlah sasaran yang digunakan adalah perkiraan, yakni diperkirakan pada kurun waktu 1 tahun sebanyak 20% dari jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja yang akan mengalami komplikasi kebidanan. Cakupan tertinggi kedua dan ketiga berada di Kabupaten Tabanan (94,3%) dan Klungkung (77,13%). Sedangkan cakupan terendah berturut-turut yaitu Kabupaten Karangasem (50,60%), Buleleng (65,53%), serta Bangli (70,49%). Diperkirakan 20% dari kehamilan akan mengalami komplikasi. Sebagian komplikasi ini dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila : 1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2) tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca salin; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi; 4) apabila komplikasi terjadi, PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 50

68 tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan; 5) proses rujukan efektif; 6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna. Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran; serta 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan. Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia salah satunya dilakukan melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program tersebut menitikberatkan kepedulian dan peran keluarga dan masyarakat dalam melakukan upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil, serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan Kesehatan Keluarga pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. P4K mulai diperkenalkan oleh Menteri Kesehatan pada tahun Pelaksanaan P4K di desa - desa tersebut perlu dipastikan agar mampu membantu keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat. Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK, puskesmas dan rumah sakit diharapkan bisa menjadi institusi terdepan dimana kasus komplikasi dan rujukan dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Kegiatan ini dilakukan melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu hasil kajian yang didapat dari AMP adalah kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir. Kajian tersebut juga menghasilkan rekomendasi intervensi dalam PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 51

69 upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang. e) Pelayanan Kontrasepsi Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan Sistem Informasi Keluarga. Yang dimaksud dengan program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan Sistem Informasi Keluarga. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan berapa jumlah anak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui tahapan konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS) dapat menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan. Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 52

70 kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia15-49 tahun. Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar diatas, metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah IUD (40,20%), terbanyak kedua adalah suntik KB (39%), sedangkan yang terendah adalah penggunaan MOP (0,5%), Implan (2,5%), dan Kondom (3,3%). Persentase peserta KB aktif menurut kabupaten/kota selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah: Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 53

71 Gambar 4.11 diatas menunjukkan bahwa Kabupaten dengan persentase KB aktif tertinggi adalah Kabupaten Bangli (91,56%), kemudian Badung (85,67%) dan Klungkung (85%). Sedangkan kabupaten dengan persentase peserta KB aktif terendah adalah Kabupaten Gianyar (76,8%) dan Buleleng (77,75%). Secara Provinsi Bali, persentase peserta KB aktif tahun 2015 ialah sebesar 80,7%. Sedangkan pada gambar terlihat bahwa peserta KB baru, persentase metode kontrasepsi terbanyak digunakan adalah KB suntik (51,20%). Terbanyak kedua adalah IUD (24,6%). Metode yang paling sedikit dipilih untuk digunakan peserta KB baru adalah MOP (0,3%), implan (5,1%) dan kondom (5,1%). Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 54

72 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa persentase peserta KB baru tertinggi ialah Kabupaten Buleleng (10,37%), kemudian Kota Denpasar (8,88%) dan Kabupaten Jembrana (8,34%). Sedangkan persentase peserta KB baru terendah ialah Kabupaten Tabanan (0,45%) dan Badung (2,09%). Secara Provinsi Bali persentase peserta KB baru tahun 2015 sebesar 6,27%. 2. Pelayanan Kesehatan Anak Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 point dibanding SDKI tahun yaitu 20 per kelahiran hidup. a) Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam waktu satu jam pertama setelah lahir. Jika dilihat dari hubungan antara waktu kelahiran dengan umur kehamilan, kelahiran bayi dapat dikelompokan menjadi tiga. Pertama yakni kelompok bayi kurang bulan (prematur), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi kehamilan) <37 minggu (<259 hari). Kedua, bayi cukup bulan, yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara minggu ( hari). Kelompok ke tiga adalah bayi lebih bulan, ialah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi >42 minggu (>294 hari). Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tidak hanya PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 55

73 dapat terjadi pada bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan. Persentase berat bayi lahir rendah disajikan pada gambar berikut ini. Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Melihat gambar menyatakan bahwa persentase bayi dengan berat badan lahir rendah sebesar 2,21%. Persentase tertinggi adalah kabupaten Klungkung (4,37%) dan terendah Bangli (0,40%). Masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro intestinal, ginjal, termoregulasi. b) Penanganan Komplikasi neonatal Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Komplikasi PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 56

74 yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Riskesdas, 2007). Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan. Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya. Pada gambar berikut disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal dengan komplikasi tahun Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Dari gambar diatas dapat dilihat cakupan penanganan komplikasi neonatal tiga tahun terakhir cenderung stabil. Cakupan tahun 2015 sebesar 69,7%. Sedangkan kabupaten dengan cakupan penanganan komplikasi neonatal tertinggi adalah Gianyar (110,03%) disusul Tabanan (87,55%). Cakupan terendah terdapat di kabupaten Buleleng (34,46%) dan Bangli PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 57

75 (50,08%). Cakupan yang melebihi 100% disebabkan perhitungan sasaran neonatal dengan komplikasi yang dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi. Pada gambar berikut disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal dengan komplikasi menurut kabupaten/kota tahun Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 c) Pelayanan Kesehatan Neonatal Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari. Pada masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Kejadian kematian tertinggi pada bayi dan balita terjadi pada masa neonatus. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Dengan melihat adanya risiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi pada minggu pertama kelahiran, maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering, minimal PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 58

76 dua kali dalam minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat menyebabkan kematian. Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi untuk menurunkan kematian bayi baru lahir. Terkait hal tersebut, pada tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam pelaksanaan kunjungan neonatal, dari dua kali (satu kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8-28 hari) menjadi tiga kali (dua kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8 28 hari). Dengan demikian, jadwal kunjungan neonatal yang dilaksanakan saat ini yaitu pada umur 6-48 jam (KN1), umur 3-7 hari (KN2), dan umur 8-28 hari (KN3). Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan neonatal yang komprehensif. Capaian indicator kunjungan neonatal pertama (KN1) dan kunjungan neonatal ketiga (KN3) menurut kabupaten/kota, digambarkan pada gambar dibawah ini; Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar terlihat bahwa capaian KN1 di Provinsi Bali sebesar 101,4% dan KN3/KN lengkap sebesar 99%. Pencapaian KN3 / KN lengkap cukup baik di Provinsi Bali. Berarti neonatus telah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 59

77 kunjungan rumah. Berdasarkan capaian tertinggi KN1 dan KN3 dicapai oleh Kabupaten Jembrana dengan capaian KN1107,7% dan KN3 107,1%, sedangkan terendah Kabupaten Bangli dengan KN 1 sebesar 96,9% dan KN3 sebesar 94,6%. Kabupaten/kota di Provinsi Bali pada tahun 2015 seluruhnya telah melampaui target renstra yang ditentukan yaitu 85%. d) Pelayanan Kesehatan Bayi Kesehatan bayi dan balita harus selalu dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita. Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal empat kali, yaitu pada usia 29 hari 2 bulan, usia 3 5 bulan, usia 6 8 bulan dan usia 9 12 bulan sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI). Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah dalam meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit, serta peningkatan kualitas hidup bayi. Gambaran capaian indikator ini di Provinsi Bali menunjukkan capaian provinsi sebesar 94,2% telah memenuhi target Renstra tahun 2015 yaitu sebesar 90 % seperti yang disajikan pada gambar berikut ini. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 60

78 Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dikes Prov Bali Tahun 2015 Kabupaten dengan capaian tertinggi adalah Bangli (105,6%), Buleleng (105,3%), sedangkan kabupaten dengan capaian terendah adalah Kota Denpasar (85,5%) dan Karangasem (78,8%). e) Cakupan pemberian ASI eksklusif Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral). Pengaturan pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk : menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya; memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya; dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap ASI eksklusif. ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 61

79 mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi. Mengacu pada target program pada tahun 2015 sebesar 80%, maka secara Provinsi Bali cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 72,8% masih belum mencapai target. Menurut kabupaten/kota, hanya terdapat dua kabupaten yang berhasil mencapai target yaitu Kabupaten Jembrana sebesar 84,7% dan Kabupaten Gianyar sebesar 80,02%. Buleleng (61,95%), Karangasem (69,68%) dan Badung (70,29%) merupakan tiga kabupaten dengan capaian terendah. Sumber: Seksi GiziMasyarakat Dikes Prov Bali Tahun 2015 f) Cakupan pemberian kapsul Vitamin A Balita usia 6 59 bulan Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak, disimpan dalam hati, dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh. Manfaat vitamin A diantaranya (1) meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi seperti campak dan diare, (2) membantu proses penglihatan dalam adaptasi terang ke tempat yang gelap, (3) mencegah kelainan pada sel sel epitel termasuk selaput lendir mata, (4) mencegah terjadinya proses metaplasi sel sel epitel sehingga kelenjar tidak memproduksi cairan yang dapat menyebabkan kekeringan mata, (5) PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 62

80 mencegah terjadinya kerusakan mata hingga kebutaan, dan (6) vitamin A esensial untuk membantu proses pertumbuhan. Suplementasi kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan bertujuan tidak hanya untuk mencegah kebutaan tetapi juga untuk penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) yaitu suatu kondisi dimana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang, akan berdampak kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai dengan 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan. KVA biasa terjadi pada anak yang menderita kurang energi protein atau gizi buruk tetapi dapat juga terjadi karena gangguan penyerapan pada usus. Tahap awal KVA ditandai dengan gejala rabun senja atau kurang jelas melihat pada malam hari atau menurunnya kadar serum retinol dalam darah. Selanjutnya terdapat kelainan jaringan epitel pada paru-paru, usus, kulit, dan mata. Penanggulangan masalah KVA pada anak balita sudah dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui distribusi kapsul vitamin A di posyandu setiap enam bulan yaitu bulan Februari dan Agustus dan peningkatan promosi konsumsi makanan sumber vitamin A. Ada dua jenis vitamin A yang diberikan, yaitu yang berwarna biru ( IU) untuk bayi usia 6-11 bulan dan yang berwarna merah ( IU) untuk anak usia bulan. Berdasarkan target program pada tahun 2015 sebesar 90%, maka cakupan pemberian vitamin A secara Provinsi (98,69%) sudah mencapai target. Seluruh Kabupaten/kota di Provinsi Bali sudah memenuhi target. Cakupan pemberian vitamin A pada balita 6-59 bulan tertinggi sebesar 100% yaitu Klungkung, Badung dan Tabanan. Terdapat seperti yang terlihat pada Gambar 4.20 berikut ini. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 63

81 Sumber: Seksi GiziMasyarakat Dikes Prov Bali Tahun 2015 g) Cakupan Penimbangan Balita Di Posyandu (D/S) Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) adalah jumlah balita yang ditimbang di seluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh balita yang ada di seluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Manfaat penimbangan balita diantaranya untuk (1) mengetahui kesehatan, (2) mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan, (3) mengetahui balita sakit atau berat badan dua bulan tidak naik, berat badannya berada di bawah garis merah di kartu menuju sehat, (4) mengetahui balita gizi buruk sehingga dapat dirujuk ke puskesmas, (5) mengetahui kelengkapan imunisasi, dan (6) mendapatkan penyuluhan tentang gizi. Tindak lanjut dari hasil penimbangan selain penyuluhan juga pemberian makanan tambahan dan pemberian suplemen gizi. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga berakibat pada kematian. Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan adalah pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan janin sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan akan berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus. Semakin banyak balita yang ditimbang di posyandu, maka akan semakin mudah mendeteksi adanya balita gizi kurang atau gizi buruk dan semakin cepat dilakukan upaya untuk penanggulangannya. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 64

82 Sumber: Seksi GiziMasyarakat Dikes Prov Bali Tahun 2015 Capaian Provinsi Bali tahun 2015 sebesar 80,52% mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 sebesar 79,92%, akan tetapi capaian ini masih dibawah target Renstra sebesar 81%. Kabupaten yang belum mencapai target yaitu Buleleng (67,12%) dan Bangli (73,52%). Sementara kabupaten lainnya sudah memenuhi target. Capaian tertinggi dicapai oleh kabupaten Klungkung (86,%1%) dan Badung (86,02%). Masih ada 19% balita yang belum terpantau status gizinya yang kemungkinan disinilah terjadi masalah-masalah kesehatan. Masih rendahnya persentase balita yang ditimbang di posyandu mengharuskan pemerintah untuk melakukan berbagai upaya seperti : meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait seperti KIA, imunisasi, promosi kesehatan, PKK, BPMPD dan lainlain; meningkatkan penyuluhan ke masyarakat tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan balita; melakukan refreshing kader; pemenuhan sarana dan prasarana di posyandu; dan memberikan insentif kader. h) Imunisasi Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: TBC, Difteri, PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 65

83 Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/bakteri/protozoa/jamur, masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang kedua dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anakanak, wanita usia subur, dan ibu hamil. 1) Imunisasi Dasar pada Bayi Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasiasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar Lengkap yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal ini sesuai komitmen Indonesia pada global untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90% secara tinggi dan merata. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 66

84 Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita. Sumber: Seksi Pencegahan Penyakit Dikes Prov Bali Tahun 2015 Pada gambar 4.22 diatas dapat diketahui bahwa seluruh bayi di Provinsi Bali telah mendapatkan imunisasi campak. Capaian imunisasi campak di Bali tahun 2015 sebesar (100,6%). Semua kabupaten/kota di Bali telah mencapai diatas 95% untuk imunisasi campak. 2) Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Program imunisasi pada bayi diharapkan agar setiap bayi mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Keberhasilan bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Sumber: Seksi Pencegahan Penyakit Dikes Prov Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 67

85 Pada gambar 4.23 diatas dapat diketahui bahwa seluruh bayi di Provinsi Bali telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Capaian imunisasi dasar lengkap di Bali tahun 2015 sebesar (100,6%) sudah sesuai target renstra dinas kesehatan tahun 2015 sebesar 100%. 3) Universal Child Immunization (UCI) Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi yaitu Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. UCI desa/kelurahan adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target Renstra Kementerian Kesehatan untuk cakupan desa/ kelurahan UCI pada tahun 2015 sebesar 100%. Sedangkan pada tahun 2015 cakupan desa/kelurahan UCI Provinsi Bali sebesar 98,87% yang berarti belum mencapai target yang telah ditetapkan. Sumber: Seksi Pencegahan Penyakit Dikes Prov Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar kabupaten/kota di Bali telah mencapai 100%. Kabupaten yang belum mencapai 100% adalah Buleleng (97,97%) dan Bangli (91,67%). Capaian indicator UCI Provinsi Bali yang belum 100%, hal ini dikarenakan beberapa hal antara lain : jumlah bayi yang menjadi sasaran program Imunisasi diperoleh berdasarkan prediksi angka kelahiran yang berhasil hidup (surviving infant), mobilitas penduduk yang cukup tinggi dari wilayah pedesaan ke perkotaan dengan alasan dibawa bekerja oleh orang tua dan PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 68

86 tidak dilaporkan kembali ke unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan imunisasi sebelumnya. Dalam program Imunisasi hal terpenting adalah bahwa setiap anak memperoleh imunisasi dan Kejadian Luar Biasa (KLB) karena Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dapat dikendalikan. i) Pelayanan Kesehatan Anak Balita Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat penting. Usia tersebut merupakan landasan yang membentuk masa depan kesehatan, kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pembelajaran anak di sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan secara umum. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikatorindikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita, salah satu diantaranya adalah pelayanan kesehatan anak balita. Adapun batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita yang dilakukan oleh tenaga kesehatan meliputi : Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal delapan kali setahun (penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan minimal delapan kali dalam setahun). Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari dan Agustus Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal dua kali dalam setahun. Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Pada tahun 2015 cakupan pelayanan kesehatan anak balita mencapai 92,99% meningkat dibandingkan tahun 2014 (86,91%) dan tahun 2013 (81,3%), capaian ini sudah melewati target renstra kemenkes 2015 yaitu 85%, hanya 1 kabupaten yang belum mencapai target yaitu Kabupaten Karangasem (74,99%). Cakupan pelayanan kesehatan anak balita per kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar di bawah ini; PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 69

87 Sumber: Seksi Kesga Dikes Prov Bali Tahun 2015 j) Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan Setingkat Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat kelas satu. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 70

88 kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya. Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan terhadap murid SD/MI kelas satu juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi keberhasilannya melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Kegiatan penjaringan kesehatan selain untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk memperoleh data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah, maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Penjaringan kesehatan diukur dengan menghitung persentase SD/MI yang melakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi sasaran penjaringan. Cakupan SD atau sederajat yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas satu pada tahun 2015 di Bali sebesar 99,72%. Capaian ini telah melampaui target Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015 sebesar 75%. Seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali capaiannya berada diatas 97%, ini artinya telah melampaui target renstra Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015 Sumber: Seksi Kesga Dikes Prov Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 71

89 3. Status Gizi a) Status Gizi Balita Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti Posyandu, Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang lain. Pada Riskesdas 2013, informasi tentang pemantauan pertumbuhan anak diperoleh dari frekuensi penimbangan anak umur 6-59 bulan selama enam bulan terakhir. Idealnya dalam enam bulan anak balita ditimbang minimal enam kali. Sedangkan untuk status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum, dan juga menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare atau penyakit infeksi lainnya. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun sehingga tidak proporsional lagi dengan tinggi badannya dan pada akhirnya anak menjadi kurus. Sumber: Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Dikes Prov Bali Tahun 2015 Dari gambar diatas, dapat dilihat sebagian besar balita (87,7%) dalam kategori gizi baik, gizi kurang (7,4%), gizi buruk (1,6%) dan gizi lebih (3,3%). Balita gizi buruk yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 99 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 72

90 orang dan sudah mendapat perawatan seluruhnya (100%). Balita dengan status gizi lebih yang sebanyak 3,3% atau 100 orang, terbanyak dijumpai di Badung sebanyak 22 balita (6,5%) dan Denpasar sebanyak 18 kasus (5,3%). Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut umur (TB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Misalnya:kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat). Misalnya: terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi kurus. Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai penyakit degenerative pada saat dewasa. Balita yang mengalami hambatan pertumbuhan yang ditandai dengan fisik yang pendek dan sangat pendek merupakan masalah gizi balita yang utama di Bali. Dijumpai sebanyak 169 balita (5,5%) dengan ukuran fisik sangat pendek dan 462 balita lainnya (15,2%) dengan ukuran fisik pendek. Bila dilihat sebarannya per kabupaten, terdapat empat kabupaten yang memiliki proporsi balita sangat pendek yang melebihi angka provinsi yaitu Buleleng (8,8%); Jembrana (8,5%); Karangasem (8,3%); dan Bangli (7,1%). Sumber: Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Dikes Prov Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 73

91 b) Cakupan Rumah Tangga Menggunakan Garam Beryodium Iodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik tanah maupun air dan merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mahkluk hidup. Iodium sangat esensial untuk membentuk hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dan berfungsi untuk mengatur perkembangan janin sampai dewasa dan amat diperlukan untuk perkembangan otak manusia. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam beriodium 6-10 gram/orang/hari. Kebijakan garam beriodium di Indonesia dituangkan dalam bentuk regulasi antara lain dengan ditetapkannya Standar Nasional Indonesia (SNI) Garam Beriodium sebagai SNI wajib. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam mengandung cukup iodium pada tahun 2013 adalah 77,1%, mengandung kurang iodium 14,8%, dan tidak beriodium 8,1%. Sedangkan target WHO adalah universal salt iodization (USI) atau garam beriodium untuk semua minimal 90% rumah tangga mengkonsumsi garam yang mengandung cukup iodium. Hasil Riskesdas tahun 2013, cakupan rumah tangga dengan konsumsi garam beryodium Provinsi Bali sebesar 50,8%. Sumber: Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Dikes Prov Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat realisasi cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium pada tahun 2015 sebesar 79,20% meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 76,12%, cakupan ini masih jauh dibawah target yang ditetapkan yaitu 85%. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 74

92 B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Penilaian tingkat pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lama hari perawatan (Average Lenght of Stay/ALOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn Over/BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal 48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR). BOR (Bed Occupancy Rate) adalah suatu prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-80%.Tahun 2015 Angka penggunaan tempat tidur RSU Wangaya (79,4), RSUD Badung (66,6), RSUD Negara (66,4), RSUD Karangasem (65,7) dan RSUD Klungkung (60,1) yang memenuhi BOR ideal (60-80%). Sementara RS Tabanan (87,6), RSUD Singaraja (84,6) dan RS Sanglah (90,2) memiliki BOR yang melebihi angka ideal > 80%, yang artinya pemanfaatan tempat tidur di RS tersebut sangat tinggi. Untuk RS Swasta yang mempunyai BOR ideal antara lain : RSU Bali Royal (78,9), RSU Bhakti Rahayu Denpasar (78,8), RSU Dharma Kerti (70,6), RSU Premagana (69,8), RS Ari Canti (69), RSU Wisma Prashanti (67,9), RSU Bali Med (61,4), RSU Surya Husadha (61,4), RSU Kertha Usadha (61), dan RSU Siloam (60,3). Sementara RS swasta yang memiliki BOR yang melebihi angka ideal >80% yaitu RS Kasih Ibu Tabanan (85) dan RSIA Puri Bunda (82,2). Dari 52 RS Swasta dan Pemerintah ada 53.8 % yang BOR dibawah 60 %. Dimana 82,1 % dari BOR rendah tersebut adalah RS Swasta. Dan semua RSUD BOR >60 % kecuali RSUD Bangli. Situasi ini mengindikasikan tidak meratanya pemanfaatan RS di Provinsi Bali, terlihat dari beberapa RS pemerintah dan swasta yang memiliki BOR > 80%, sementara masih ada juga RS pemerintah maupun swasta yang memiliki BOR < 60%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh tipe RS serta mutu dan kualitas pelayanan yang belum merata. Selain itu juga disebabkan oleh belum masuknya semua data BOR RS, sehingga perlu diperhatikan untuk melaporkan BOR secara tepat sehingga data yang didapatkan akurat. BTO (Bed Turn Over) menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata- PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 75

93 rata dipakai kali. Rumus BTO adalah jumlah pasien keluar (hidup + mati) dibagi dengan jumlah tempat tidur. Dari 52 rumah sakit terdapat 25 % (13 buah) RS yang BTO di bawah 40 %. Sedangkan TOI (Turn Over Interval) adalah ratarata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan sampai saat digunakan kembali (rata-rata lama tempat tidur kosong antara pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur kosong pada kisaran 1-3 hari. Dari 52 rumah sakit terdapat 40,4 % RS yang TOI nya diatas 3 hari. TOI dan BTO adalah indikator yang menggambarkan permintaan masyarakat kepada RS karena kedua indikator ini berhubungan langsung dengan jumlah pasien yang telah dilayani. ALOS (Average Length Of Stay) adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi dan mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari. Rumus ALOS adalah jumlah lama dirawat dibagi dengan jumlah pasien keluar (hidup + mati). Dari 52 rumah sakit terdapat 2 rumah sakit yang ALOS diatas 9 yaitu RSJ (67,5) dan Parama Sidhi (10,8). Untuk RSJ angka dirawat lama masih wajar, namun untuk RSU yang ALOS nya masih tinggi perlu dievaluasi penyebabnya. Kondisi rinci mengenai indicator angka BOR, BTO, TOI dan ALOS dapat dilihat di lampiran tabel 56. GDR (Gross Death Rate) menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Dengan rumus : Jumlah pasien mati seluruhnya dibagi dengan jumlah pasien keluar (hidup + mati) dikali dengan 1000 penderita keluar. Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien berada di rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Nilai ideal GDR adalah < 45 per pasien keluar. Pada tahun 2015 angka GDR di Provinsi Bali sebesar 3,0 per 1000 pasien meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 1,35 kematian per pasien, dari seluruh rumah sakit yang ada ternyata masih ada rumah sakit di Provinsi Bali memiliki GDR di atas 45 per pasien. NDR (Net Death Rate) menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Dengan rumus: jumlah pasien mati > 48 jam dibagi dengan jumlah pasien keluar (hidup + mati) dikalikan dengan 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal < 48 jam masa perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien meninggal. Nilai NDR yang ideal PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 76

94 adalah < 25 per pasien keluar. NDR Provinsi Bali tahun 2015 sebesar 2,0 per pasien keluar. Dengan demikian NDR telah mencapai angka ideal yaitu < 25 per pasien keluar. Data NDR dan GDR yang angkanya tinggi di setiap kabupaten adalah RSUD terutama RSUD sebagai rujukan regional (Tabanan dan Gianyar) dan paling tinggi di RSUP Sanglah. Hal ini dikarenakan RSUD di masing-masing daerah merupakan pusat rujukan dimana pasien dengan kondisi terminal sering dirawat. Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Bali untuk menurunkan NDR dan GDR yaitu dengan meningkatkan bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi terhadap RS Swasta yang angka kematiannya masih tinggi dan melaksanakan akreditasi RS. Kondisi rinci mengenai indicator angka GDR dan NDR dapat dilihat di lampiran tabel Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia yang harus dipenuhi. Kesehatan menjadi salah satu penentu kesejahteraan manusia dan kualitas dari sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan menjadi tanggung jawab diri sendiri dan pemerintah. Dalam hal ini pemerintah yang dimaksud adalah pemerintah pusat dan daerah. Sejak tahun 2010 Pemerintah Daerah Provinsi Bali telah menjalankan program Jaminan Kesehatan Masyarakat Bali (JKBM) sebagai upaya mengatasi masalah kesehatan. Program ini sangat baik untuk mengatasi masalah kesehatan yang sifatnya kuratif dan rehabilitatif, terutama bagi masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan. Karena harus disadari bahwa sehat itu mahal tetapi saat sakit biaya yang dibutuhkan untuk penyembuhan lebih mahal lagi. Sampai akhir tahun 2014 jumlah peserta JKBM sebesar 50,09% Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari System Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undangundang nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN. Tujuannya agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 77

95 Sumber: Seksi JPKM Dikes Prov Bali Tahun 2015 Dari gambar diatas dapat dilihat sebagian penduduk masih memanfaatkan Jamkesda (JKBM) sebesar 50,09%. Peserta JKN penerima bantuan iuran APBN (PBI APBN) sebesar 21,98%, pekerja penerima upah (PPU) sebesar 20,15%, JKN Mandiri sebesar 5,48 dan JKN bukan pekerja (BP) sebesar 2,3%. Karena tahun 2017 JKBM akan terintegrasi dengan JKN maka perlu peningkatan sosialisasi JKN kepada masyarakat untuk ikut JKN mandiri terutama masyarakat yang mampu secara ekonomi. C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sedangkan menurut WHO, kesehatan lingkungan meliputi seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi dari luar tubuh manusia dan segala faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Kondisi dan kontrol dari kesehatan lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum, harus bebas dari unsur-unsur yang PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 78

96 menimbulkan gangguan, diantaranya limbah (cair, padat, dan gas), sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi. 1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yang dimaksud dengan STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam pelaksanaan STBM berpedoman pada lima pilar yaitu: Stop buang air besar sembarangan (BABS), Cuci tangan pakai sabun, Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, Pengamanan sampah rumah tangga, dan Pengamanan limbah cair rumah tangga Desa STBM adalah desa yang sudah stop BABS minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leader, dan telah mempunyai rencana kerja STBM atau rencana tindak lanjut. Provinsi Bali belum memiliki desa dengan kategori desa STBM. Jumlah desa melaksanakan STBM mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 jumlah desa melaksanakan STBM adalah 181 desa dan meningkat menjadi 214 desa pada tahun Pada tahun 2015 jumlah desa melaksanakan STBM mencapai 507 desa, dari 716 desa di Provinsi Bali. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 79

97 Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dikes Prov Bali Tahun 2015 Desa yang telah melaksanakan STBM sudah mencapai 70,81 Desa (dari 716 Desa) tertinggi di Kabupaten Klungkung dan Kota Denpasar (100%), terendah di Buleleng (47,97%) dan Tabanan (51,13%). Desa dengan kategori stop BABS 9,78% yaitu 70 desa dari 716 desa di Provinsi Bali. Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinis Bali dengan melaksanakan pemicuan STBM, sehingga 5 indikator desa STBM dapat terpenuhi. 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Kementerian Kesehatan melalui Pusat Promosi Kesehatan menerapkan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS merupakan suatu tindakan pencegahan agar masyarakat terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. PHBS dapat dilakukan di berbagai tatanan masyarakat, seperti tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja dan tempat-tempat umum. PHBS di tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-phbs, terdapat sepuluh upaya yang harus dilakukan, yaitu: Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 80

98 Memberi bayi ASI eksklusif Menimbang balita setiap bulan Menggunakan air bersih Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Menggunakan jamban sehat Memberantas jentik di rumah sekali seminggu Makan sayur dan buah setiap hari Melakukan aktivitas fisik setiap hari Tidak merokok di dalam rumah Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dikes Prov Bali Tahun 2015 Berdasarkan gambar diatas, Cakupan RT ber-phbs tertinggi Kabupaten Klungkung (81,80) dan Kota Denpasar (81,48), sedangkan cakupan terendah Kabupaten Tabanan (60,82) dan Karangasem (72,09). Capaian Provinsi Bali tahun 2015 sebesar 74,33 meningkat dibandingkan capaian tahun 2014 sebesar 69, Air Minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Pada Permenkes tersebut juga disebutkan bahwa penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 81

99 diproduksinya aman bagi kesehatan. Dalam hal ini penyelenggara air minum diantaranya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat dan/atau individual yang menyelenggarakan penyediaan air minum. Air minum yang aman bagi kesehatan adalah air minum yang memenuhi persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia, dan radioaktif. Secara fisik, air minum yang sehat adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna serta memiliki total zat padat terlarut, kekeruhan, dan suhu sesuai ambang batas yang ditetapkan. Secara mikrobiologis, air minum yang sehat harus bebas dari bakteri E.Coli dan total bakteri koliform. Secara kimiawi, zat kimia yang terkandung dalam air minum seperti besi, aluminium, klor, arsen, dan lainnya harus di bawah ambang batas yang ditentukan. Secara radioaktif, kadar gross alpha activity tidak boleh melebihi 0,1 becquerel per liter (Bq/l) dan kadar gross beta activity tidak boleh melebihi 1 Bq/l. Pada tahun 2015, dari 1247 penyelenggara air minum dilakukan pengambilan sampel air minum pada 647 penyelenggara (53,73%). Yang memenuhi syarat 86,57% sebanyak 580 sampel. Capaian tertinggi Kabupaten Bangli dan Kota Denpasar (100%), terendah Kabupaten Tabanan (29,41%), Klungkung (44,44%) dan Jembrana (68,09%). Berikut sebaran cakupan persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang memenuhi syarat kesehatan. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 82

100 Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dikes Prov Bali Tahun 2015 Untuk meningkatkan capaian pemeriksaan kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan dengan melakukan upaya diantaranya melakukan advokasi dan sosialisasi Permenkes nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dan Permenkes nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum, meningkatkan Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) serta melibatkan lintas program, lintas sektor dan lembaga Internasional seperti WHO, mendukung ketersediaan peralatan pengawasan kualitas air minum untuk seluruh kabupaten/kota, mengoptimalisasi peran UPT Lab Kesehatan dan monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan. Badan Pusat Statistik setiap tahunnya melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diantaranya melakukan survei rumah tangga yang memiliki akses air minum layak. Berdasarkan kuesioner Susenas, rumah tangga dikatakan menggunakan/mempunyai akses air minum layak apabila sumber air minum yang digunakan rumah tangga berasal dari ledeng (ledeng meteran dan eceran), air terlindung (pompa/sumur bor, sumur terlindung, mata air terlindung) dengan jarak 10 m dari penampungan kotoran/limbah, atau air hujan. Apabila sumber air minum utama tidak berasal dari leding, air terlindung dengan jarak 10 m dari penampungan kotoran/limbah, dan air hujan maka tetap mempunyai akses air minum layak apabila sumber air mandi/cucinya yang berasal dari ledeng (ledeng meteran dan eceran), air terlindung (pompa/sumur bor, sumur terlindung, mata air terlindung) atau air hujan. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 83

101 Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dikes Prov Bali Tahun 2015 Gambar menunjukkan bahwa Akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) di Provinsi Bali secara umum sudah baik dengan persentase : 87,83% dengan rentang 75,45% sampai dengan 97,19%. Capaian ini sudah melebihi target Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2015 yaitu sebesar 80%. Kabupaten dengan persentase rumah tangga yang memiliki akses air minum layak tertinggi yaitu Jembrana sebesar 97,19%, diikuti oleh Badung dengan persentase sebesar 94,04% dan Bangli dengan persentase sebesar 92,08%. Sedangkan kabupaten dengan persentase rumah tangga yang memiliki akses air minum layak terendah dan capaian <80% yaitu Gianyar sebesar 75,74%, dan Klungkung sebesar 79,96%. Perlu dilakukan peningkatan akses terutama di Kabupaten dengan cakupan <80%, melalui: meningkatkan dan menjaga kualitas air minum, inspeksi sanitasi sarana air minum, uji petik pengambilan sampel, dan melakukan koordinasi lintas sektor (PDAM & PU), serta kegiatan lain yang berorientasi pada pembinaan, penyediaan sarana air minum dan sanitasi dasar yang layak serta terbangunnya perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat dengan menggunakan pendekatan STBM. Namun masih ada kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan akses air minum layak. Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi ulang sebagai sumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang tidak termasuk sebagai sumber air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan oleh pendataan yang dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap sumber air yang digunakan untuk minum, belum memperhitungkan kondisi rumah tangga PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 84

102 yang memiliki lebih dari satu sumber air yang layak untuk diminum. Penyediaan infrastruktur air minum yang ada juga belum dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk. Selain itu, anggaran daerah untuk perbaikan sarana air minum yang dipakai di masyarakat belum teralokasi, termasuk sumber air minum bukan jaringan perpipaan yang tidak terlindungi. 4. Sanitasi Layak Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu pondasi inti dari masyarakat yang sehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif dibanyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit. Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, rumah tangga memiliki akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septik (septic tank)/ Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau bersama. Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dikes Prov Bali Tahun 2015 Dari gambar diatas dapat dilihat persentase penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) di Provinsi Bali sebesar 86,5% dengan rentang 73,4% sampai dengan 95,6%. Kabupaten dengan persentase penduduk dengan akses sanitasi layak tertinggi adalah Badung (95,6%), diikuti Jembrana (94,3%). PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 85

103 Kabupaten dengan persentase penduduk dengan akses sanitasi layak terendah adalah Karangasem (73,4%) dan Bangli (79,2%). Melihat persentase diatas maka berpotensi terjadi penularan penyakit berbasis lingkungan dan perilaku. Kendala lain pada program sanitasi diantaranya kerjasama dan kemitraaan pada program sanitasi yang belum optimal dan investasi pada sektor sanitasi masih minim karena belum mempunyai nilai ekonomis secara langsung. Selain itu perubahan perilaku masyarakat terhadap PHBS yang relatif lama juga menjadi kendala tersendiri. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas, yaitu dengan melakukan advokasi dan sosialisasi secara terpadu bersama lintas program dan lintas sektor, mengalokasikan anggaran APBD yang cukup untuk monitoring dan pendampingan kepada masyarakat oleh sanitarian/fasilitator/kader untuk mewujudkan perubahan perilaku higiene di masyarakat secara berkesinambungan dan melakukan pengambangan STBM. 5. Persentase Rumah Sehat Rumah sehat adalah rumah yang memiliki kriteria minimal akses air minum, akses jamban sehat, lantai, pencahayaan, dan ventilasi sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes Nomor 1077/MENKES/PER/2012 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah.Menurut Kepmenkes RI No. 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, ketentuan rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan sebagai berikut: a) Bahan bangunan Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain: debu total kurang dari 150 μg/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, dan timah hitam (Pb) kurang dari 300 mg/kg Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen b) Komponen dan penataan ruangan rumah Lantai kedap air dan mudah dibersihkan Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 86

104 Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap c) Pencahayaan Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata. d) Kualitas udara Suhu udara nyaman antara 18 30OC Kelembaban udara % Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3 e) Ventilasi Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai f) Vektor penyakit Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah g) Penyediaan air Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum h) Sarana penyimpanan makanan Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman i) Pembuangan Limbah Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah j) Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan untuk lebih dari dua orang tidur. Persyaratan ini juga berlaku juga terhadap rumah susun atau kondominium, rumah toko, dan rumah kantor pada zona permukiman. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 87

105 Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dikes Prov Bali Tahun 2015 Dari jumlah rumah yang belum memenuhi syarat tahun 2014 yaitu rumah, persentase yang dibina tahun 2015 baru sebesar 51,48% atau sebanyak rumah. dari jumlah rumah yang dibina tersebut, persentase rumah memenuhi kriteria sehat menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar 4.37 diatas. Capaian terkecil di Kabupaten Buleleng (79,6%) dan Karangasem (85,2%), capaian tertinggi Kabupaten Jembrana (95,2%) dan Kota Denpasar (99%). Perlu akselerasi di Kabupaten dengan cakupan rendah. Koordinasi dan kemitraan terkait penyehatan pemukiman yang belum optimal dan minimnya SDM dan dana untuk melakukan penilaian rumah sehat juga menjadi penghambat dalam program penyehatan pemukiman. Hambatan lainnya adalah tidak semua pemilik rumah mampu memperbaiki rumah sesuai rekomendasi sanitarian puskesmas. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut antara lain melakukan koordinasi dan kemitraan antar stakeholder yang terkait, advokasi dan sosialisasi ke daerah untuk melakukan penilaian dan pendataan rumah sehat, menyebarluaskan media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terkait rumah sehat, dan mengoptimalkan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan (klinik sanitasi) di puskesmas. 6. Tempat Tempat Umum (TTU) Tempat Tempat Umum (TTU) adalah tempat atau sarana umum yang digunakan untuk kegiatan masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan, antara lain sarana pendidikan (sekolah PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 88

106 dasar/madrasah ibtidaiyah, sekolah menegah pertama/madrasah tsanawiyah, sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah), fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit dan Puskesmas), serta hotel bintang dan nonbintang. TTU dinyatakan sehat sesuai dengan Kepmenkes RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Kesehatan Lingkungan RS, Kepmenkes RI No 1429/ MENKES/ SK/ XII/ 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, dan Permenkes No 80/ MENKES/ Per/ II/ 1990 tentang Persyaratan Kesehatan Hotel. Beberapa hal yang menjadi ketentuan TTU sehat di lingkungan rumah sakit, sekolah, dan hotel yaitu: Lokasi TTU Konstruksi bangunan seperti atap, langit-langit, dinding, lantai, tangga, pintu, jendela, dan pembuangan air hujan Kualitas udara Pencahayaan Ventilasi Kebisingan Fasilitas air bersih, air minum, dan sarana pembuangan limbah Kondisi ruangan dan penggunaan sesuai peruntukkannya TPM Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dikes Prov Bali Tahun 2015 Pada gambar diatas, secara Provinsi Bali TTU yang telah memenuhi syarat sebesar 95% sudah sesuai dengan target Renstra Kementerian Kesehatan yaitu PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 89

107 78%. Kabupaten dengan persentase tertinggi adalah Buleleng dengan persentase 98,8%. Kabupaten dengan persentase terendah adalah Gianyar sebesar 90,3%. 7. TPM Tempat pengelolaan makanan (TPM) adalah usaha pengelolaan makanan yang meliputi jasaboga atau katering, rumah makan dan restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan. TPM dinyatakan sehat sesuai dengan Kepmenkes Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, persyaratan hygiene sanitasi yang harus dipenuhi meliputi: a) Persyaratan lokasi dan bangunan b) Persyaratan fasilitas sanitasi c) Persyaratan dapur, rumah makan, dan gudang makanan d) Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi e) Persyaratan pengolahan makanan f) Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi g) Persyaratan penyajian makanan jadi h) Persyaratan peralatan yang digunakan Gambar dibawah menunjukkan bahwa Provinsi Bali terdapat 47,1% TPM yang memenuhi syarat kesehatan. Hasil ini belum memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015 yaitu sebesar 75%. Kabupaten dengan persentase tertinggi TPM yang memenuhi syarat kesehatan dan sudah memenuhi target yaitu sebesar 75% adalah Badung (97,1%), Jembrana(89,7%) dan Buleleng (78,5%). Sedangkan kabupaten dengan persentase terendah TPM yang memenuhi syarat kesehatan adalah Karangasem (15,7%) diikuti oleh Gianyar (22,1%) dan Kota Denpasar (24,2%). Berikut gambar tentang persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 90

108 Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dikes Prov Bali Tahun 2015 Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah TPM yang memenuhi syarat diantaranya dengan memberikan dukungan aspek legal untuk operasionalisasi pembinaan dan pengawasan TPM dan Tempat Pengolahan Pangan (TPP), meningkatkan jejaring kemitraan, meningkatkan kapasitas SDM, menyediakan sarana dan prasarana seperti media KIE tentang higiene sanitasi pangan dan alat deteksi cepat sistem kewaspadaan dini KLB keracunan pangan, menyediakan pengelolaan data dan informasi yang up to date dan real time dengan e-monev Higiene Sanitasi Pangan (HSP), mengembangkan daerah intervensi kabupaten/kota yang berkomitmen untuk pelaksanaan pembinaan dan pengendalian TPM terstandar, dan memfasilitasi tugas perbantuan sentra pangan jajanan di kabupaten/kota. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 91

109 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan sumber daya tenaga, pembiayaan dan sarana kesehatan dapat memadai dan seimbang dengan kebutuhan. Sumber daya kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator kecukupan sebagai berikut: A. TENAGA KESEHATAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau juga merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka melakukan upaya kesehatan tersebut perlu didukung dengan sumber daya kesehatan, khususnya Tenaga kesehatan yang memadai, baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun penyebarannya. Undang undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan menyebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam 12 (duabelas) jenis tenaga yaitu tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lainnya. Penguatan sumber daya dalam mendukung pengembangan dan pemberdayaan Tenaga Kesehatan dilakukan melalui peningkatan kapasitas Tenaga Kesehatan, penguatan system informasi Tenaga Kesehatan, serta peningkatan pembiayaan dan fasilitas pendukung lainnya. Ratio method/ratio terhadap nilai adalah metode perhitungan yang diperkirakan untuk menghitung kebutuhan tenaga kesehatan di suatu wilayah PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 92

110 berdasarkan ratio terhadap penduduk. Perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan dalam penyusunan Dokumen Data dan Informasi PPSDM Kesehatan di Provinsi Bali sampai dengan Tahun 2015 menggunakan ratio kebutuhan per penduduk perjenis tenaga kesehatan. Untuk menghitung kekurangan perjenis tenaga menggunakan perhitungan jumlah kebutuhan dikurangi jumlah tenaga yang ada saat ini. Jumlah tenaga yang ada saat ini dihitung tenaga kesehatan yang ada di unit pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan rumah sakit daerah seperti tabel berikut ini. No Tabel 5.1 Target Ratio Tenaga Kesehatan Terhadap Penduduk Jenis Tenaga Kesehatan Target RPTK (Ratio per penduduk) Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Perawat Gigi Apoteker Tenaga Teknis Kefarmasian Tenaga Kesehatan Masyarakat Tenaga Sanitasi Lingkungan Tenaga Gizi Keterapian Fisik Keteknisian Medis Sumber: Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan, BPPSDMK, Tahun 2015 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan berdasarkan ratio method (ratio terhadap penduduk) di Provinsi Bali menunjukan bahwa dari 13 jenis tenaga yang ada ternyata 11 jenis tenaga yang masih kurang dari kebutuhan yaitu: dokter Umum, dokter gigi, perawat, bidan, perawat gigi, apoteker, teknik kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga sanitasi lingkungan, tenga gizi dan keterapian fisik. Sedangkan jenis tenaga dokter spesialis dan keteknisian medis sudah melebihi kebutuhan berdasarkan ratio method. Data mengenai Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan seperti gambar berikut: PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 93

111 Gambar 5.1 Data Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Provinsi Bali Menurut Kabupaten/KotaTahun Ada Kebutuhan Kekurangan Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa jumlah kekurangan tenaga kesehatan terbanyak di Provinsi Bali adalah untuk jenis bidan 915 orang, dokter umum 514 orang, perawat 286 orang, apoteker 204 orang, dan tenaga kesehatan masyarakat 301 orang. Sedangkan dokter spesialis merupakan jenis tenaga terbanyak kelebihannya dari kebutuhan berdasarkan ratio method yaitu 716 orang, dan tenaga keteknisan medis 22 orang. Kelebihan Tenaga Kesehatan ini umumnya terkonsentrasi di Kota Denpasar yaitu pada institusi pelayanan kesehatan swasta disamping di Kota Denpasar terdapat Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. 1. Tenaga Kesehatan Di Pusat Kesehatan Masyarakat Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Sumber daya manusia PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 94

112 puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga penunjang (non tenaga kesehatan). Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis tenaga kesehatan di puskesmas paling sedikit terdiri atas: dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Tenaga kesehatan di puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja. Berikut adalah gambaran jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Provinsi Bali tahun Gambar 5.2. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Provinsi Bali Tahun Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dikes Prov Bali Tahun 2015 Standar ketenagaan puskesmas sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, untuk puskesmas kawasan perkotaan, puskesmas kawasan perdesaan dan puskesmas kawasan terpencil/sangat terpencil disyaratkan untuk puskesmas rawat inap jumlah minimal sebanyak dua dokter dan untuk puskesmas non rawat inap jumlah minimal sebanyak satu dokter. Pada tahun 2015, jumlah seluruh Puskesmas di Bali sebanyak 120, dengan jumlah puskesmas rawat inap sebanyak 38 puskesmas dan puskesmas PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 95

113 non rawat inap sejumlah 82 puskesmas yang berarti kebutuhan minimal dokter umum di provinsi Bali sebanyak 158 orang. Dengan menggunakan jumlah puskesmas dan jumlah tenaga dapat disusun rasio tenaga kesehatan terhadap puskesmas. Rasio dokter umum terhadap puskesmas dapat digunakan untuk mengetahui ketersediaan dokter di puskesmas. Rasio dokter umum di puskesmas terhadap jumlah puskesmas tahun 2015 menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar 5.3. Pada tahun 2015 rasio dokter umum per puskesmas sebesar 3,72. Secara umum jumlah dokter yang bekerja di puskesmas telah tercapai, tetapi persebarannya yang belum merata. Rasio dokter umum terhadap puskesmas tertinggi terdapat di Kabupaten Badung sebesar 5,62 dokter umum per puskesmas, Gianyar sebesar 5,31 dokter umum per puskesmas dan Jembrana sebesar 4,60 dokter umum per puskesmas. Rasio dokter umum per puskesmas terendah terdapat di Kabupaten Bangli sebesar 2 dokter umum per puskesmas, Klungkung sebesar 2,67 dokter umum per puskesmas dan Buleleng sebesar 2,70 dokter umum per puskesmas. Gambar 5.3. Ratio Dokter Umum Terhadap Puskesmas Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun ,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 5,62 5,31 4,60 4,25 3,72 3,64 3,25 2,70 2,67 2,00 Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dikes Prov Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 96

114 Rasio perawat terhadap puskesmas dapat digunakan untuk mengetahui ketersediaan perawat di puskesmas. Rasio perawat di puskesmas terhadap jumlah puskesmas tahun 2015 menurut provinsi dapat dilihat pada gambar 5.4. Gambar 5.4. Ratio Perawat Per Puskesmas menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun ,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 13,54 12,00 10,67 10,58 10,38 9,98 9,50 9,05 8,91 5,50 Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dikes Prov Bali Tahun 2015 Rasio perawat di puskesmas terhadap jumlah puskesmas terbesar terdapat di Kabupaten Gianyar sebesar 13,54 perawat per puskesmas, Klungkung sebesar 12 perawat per puskesmas dan Bangli sebesar 10,67 perawat per puskesmas. Rasio perawat di puskesmas terhadap jumlah puskesmas terkecil terdapat di Kabupaten Jembrana sebesar 5,50 perawat per puskesmas, Denpasar sebesar 5,5 perawat per puskesmas, dan Tabanan sebesar 9,05 perawat per puskesmas. Rasio bidan terhadap puskesmas dapat digunakan untuk mengetahui ketersediaan bidan di puskesmas. Rasio bidan di puskesmas terhadap jumlah puskesmas tahun 2015 menurut provinsi dapat dilihat pada gambar 5.5 berikut ini. Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014, jumlah minimal tenaga perawat adalah lima perawat untuk puskesmas non rawat inap dan delapan perawat untuk puskesmas rawat inap. Rasio perawat di puskesmas terhadap jumlah puskesmas di Bali pada tahun 2015 sebesar 10,72 perawat per puskesmas. Secara nasional jumlah perawat telah mencapai target, tetapi persebaran per provinsi yang belum merata. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 97

115 Gambar 5.5. Ratio Bidan Per Puskesmas Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun ,00 21,77 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 17,70 16,69 16,25 15,50 15,42 15,25 14,67 12,95 8,00 Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dikes Prov Bali Tahun 2015 Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014, jumlah minimal tenaga bidan adalah empat bidan untuk puskesmas non rawat inap dan tujuh bidan untuk puskesmas rawat inap. Rasio bidan di puskesmas terhadap jumlah puskesmas di Bali pada tahun 2015 sebesar 15,42 bidan per puskesmas. Secara Provinsi jumlah bidan telah mencapai target, persebaran per kabupaten/kota yang belum merata. Rasio bidan terhadap jumlah puskesmas terbesar terdapat di Kabupaten Gianyar sebesar 21,77 bidan per puskesmas, Jembrana sebesar 17,70 bidan per puskesmas dan Badung sebesar 16,69 bidan per puskesmas. Rasio bidan terhadap jumlah puskesmas terkecil terdapat di Kota Denpasar sebesar 8 bidan per puskesmas, Buleleng sebesar 12,95 bidan per puskesmas, dan Klungkung sebesar 14,67 bidan per puskesmas. 2. Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit, sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 98

116 berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Sumber daya manusia kesehatan memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dari hasil pendataan, jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit sebesar tenaga kesehatan dan 739 tenaga penunjang (tenaga non kesehatan). Jumlah sumber daya manusia kesehatan di rumah sakit pada tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.6 berikut ini Gambar 5.6. Jumlah Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Provinsi Bali Tahun Sumber: Seksi Jibang Dikes Prov Bali Tahun 2015 Jumlah seluruh rumah sakit pada tahun 2015 sebanyak 52. Jumlah tenaga kesehatan terbanyak pada posisi perawat dan bidan. Jumlah perawat yang bertugas di rumah sakit sebanyak orang dan bidan yang bertugas di rumah sakit sebanyak orang. Jumlah dokter spesialis yang bertugas di rumah sakit sebanyak 717 orang. Jumlah dokter umum yang bertugas di rumah sakit sebanyak 701 orang, sedangkan dokter gigi yang bertugas di rumah sakit sebanyak 126 orang. 3. Ratio Tenaga Kesehatan Berdasarkan data jumlah tenaga kesehatan yang bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya dan estimasi jumlah penduduk, dapat disusun rasio tenaga kesehatan di Indonesia. Jumlah tenaga kesehatan yang digunakan adalah jumlah tenaga kesehatan yang bekerja sesuai dengan fungsinya. Hal ini dianggap lebih baik apabila dibandingkan dengan data tenaga kesehatan yang hanya mempunyai STR, karena lebih mencerminkan data tenaga yang didayagunakan sesuai dengan tugas dan fungsinya dan lebih mencerminkan pada lokasi tenaga PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 99

117 kesehatan tersebut bekerja. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk digunakan sebagai indikator untuk mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai target pembangunan kesehatan tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun , telah ditetapkan sejumlah target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2014, rasio dokter spesialis ditetapkan sebesar 10 dokter spesialis per penduduk, rasio dokter umum sebesar 40 dokter umum per penduduk, rasio perawat sebesar 158 perawat per penduduk dan bidan sebesar 100 bidan per penduduk. Gambar 5.7. menunjukkan rasio dokter spesialis di Bali sebesar 27,2 dokter spesialis per penduduk, lebih tinggi dari target tahun Sebanyak 6 kabupaten/kota di Bali telah mencapai target rasio dokter spesialis terhadap penduduk dan 3 kabupaten lainnya belum mencapai target rasio dokter spesialis yang telah ditetapkan. Gambar 5.7. menunjukkan bahwa rasio dokter spesialis terbesar berada di Kota Denpasar sebesar 83,5 per penduduk, Klungkung sebesar 25,6 per penduduk dan Bangli sebesar 21,6 per penduduk. Kabupaten yang belum mencapai target rasio dokter spesialis adalah Buleleng sebesar 9 per penduduk, Jembrana sebesar 7,4 per penduduk dan Karangasem sebesar 4,9 per penduduk. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 100

118 Gambar 5.7. Ratio Tenaga Medis Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun 2015 Provinsi 27,2 27,2 9,1 Kota Denpasar 83,5 42,6 13,4 Buleleng 9,0 14,1 6,5 Karangasem 4,9 14,2 6,9 Bangli 21,6 38,2 14,4 Klungkung 25,6 33,6 13,1 Gianyar 11,3 25,2 2,0 Badung 16,9 26,9 7,0 Tabanan 10,3 21,8 12,2 Jembrana 7,4 27,2 10,3 0% 20% 40% 60% 80% 100% dr.spesialis Target 10/ pnddk dr. gigi Target 12/ pnddk dr. Umum Target 40/ pnddk Sumber: Seksi Jibang & Sub Bag Kepegawaian Dikes Prov Bali Tahun 2015 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran, dokter adalah lulusan pendidikan kedokteran baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Rasio dokter umum terhadap jumlah penduduk digunakan sebagai indikator untuk mengukur ketersediaan dokter umum untuk mencapai target pembangunan kesehatan pada tahun tertentu. Pada tahun 2015, rasio dokter umum sebesar 27,2 per penduduk lebih rendah dari target yang telah ditetapkan, yaitu 40 dokter umum per penduduk. Hanya Kota Denpasar yang telah memenuhi target yang ditetapkan dengan rasio sebesar 42,6 per penduduk, sedangkan kabupaten lainnya belum memenuhi target ratio yang telah ditetapkan. Ratio dokter gigi di Provinsi Bali tahun 2015 sebesar 9,1 per penduduk, lebih rendah dari target rasio yang ditetapkan sebesar 12 per penduduk. Dari Sembilan kabupaten/kota, empat kabupaten sudah melampaui target rasio yaitu Bangli (14,4 per penduduk), Denpasar (13,4 per penduduk), Klungkung (13,1 per penduduk) dan Tabanan (12,2 per penduduk). PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 101

119 Gambar 5.8. Ratio Tenaga Paramedis Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun 2015 Provinsi Kota Denpasar Buleleng Karangasem Bangli Klungkung Gianyar Badung Tabanan Jembrana 78,0 75,9 59,3 62,4 131,6 128,1 92,7 44,3 96,4 96,5 151,1 261,4 87,4 68,8 256,5 185,0 135,1 96,2 148,9 117,8 9,3 9,0 5,6 8,3 14,8 17,1 8,7 5,5 16,1 10,7 0% 20% 40% 60% 80% 100% Bidan Target 100/ pnddk Perawat Target 158/ pnddk Perawat Gigi Target 15/ pnddk Sumber: Seksi Jibang & Sub Bag Kepegawaian Dikes Prov Bali Tahun 2015 Jenis tenaga kesehatan berikutnya adalah tenaga keperawatan, yang terdiri dari tenaga perawat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/ MENKES/ 148/ I/ 2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Rasio perawat terhadap jumlah penduduk digunakan sebagai indikator untuk mengukur ketersediaan perawat untuk mencapai target pembangunan kesehatan pada tahun tertentu. Rasio perawat terhadap jumlah penduduk menurut Provinsi Bali pada tahun 2015 terlihat pada Gambar 5.8. Pada tahun 2015, rasio perawat terhadap penduduk sebesar 151,1 perawat per penduduk, lebih rendah jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebesar 158 per penduduk. Sebanyak 3 kabupaten/kota telah memenuhi target rasio perawat terhadap penduduk dan 6 kabuapten lainnya belum memenuhi target. Kabupaten/kota dengan rasio yang telah melampaui target yang ditetapkan yaitu Kota Denpasar sebesar 261,4 perawat per penduduk, Kabupaten PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 102

120 Bangli sebesar 256,5 perawat per penduduk, dan Klungkung sebesar 185 perawat per penduduk. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui ketersediaan bidan dapat digunakan rasio bidan terhadap penduduk. Rasio bidan terhadap jumlah penduduk menurut kabupaten/kota pada tahun 2015 terlihat pada Gambar 5.8. Pada tahun 2015, rasio bidan terhadap penduduk di provinsi Bali sebesar 78 per penduduk, lebih rendah jika dibandingkan dengan target tahun 2014 sebesar 100 bidan per penduduk. Pada tahun 2015, baru ada dua kabupaten yang telah mencapai target rasio bidan terhadap penduduk, sedangkan tujuh kabupaten/kota lainnya belum mencapai target yang telah ditetapkan. Kabupaten dengan rasio bidan terhadap penduduk yang sudah memenuhi target adalah Bangli sebesar 131,6 bidan per penduduk dan Klungkung sebesar 128,1 bidan per penduduk. Kabupaten dengan rasio bidan terhadap penduduk terendah terdapat di Badung sebesar 44,3 bidan per penduduk dan Buleleng sebesar 59,3 bidan per penduduk. Rasio perawat gigi terhadap jumlah penduduk menurut kabupaten/kota pada tahun 2015 terlihat pada Gambar 5.8. Pada tahun 2015, rasio perawat gigi terhadap penduduk di provinsi Bali sebesar 9,3 per penduduk, lebih rendah jika dibandingkan dengan target tahun 2014 sebesar 15 perawat gigi per penduduk. Pada tahun 2015, baru ada dua kabupaten yang telah mencapai target rasio perawat gigi terhadap penduduk, sedangkan tujuh kabupaten/kota lainnya belum mencapai target yang telah ditetapkan. Kabupaten dengan rasio perawat gigi terhadap penduduk yang sudah memenuhi target adalah Klungkung sebesar 17,1 perawat gigi per penduduk dan Tabanan sebesar 16,1 perawat gigi per penduduk. Kabupaten dengan rasio perawat gigi terhadap penduduk terendah terdapat di Badung sebesar 5,5 perawat gigi per penduduk dan Buleleng sebesar 5,6 perawat gigi per penduduk. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 103

121 Gambar 5.9. Ratio Tenaga Kefarmasian, Apoteker dan Gizi Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun 2015 Provinsi 30,6 4,2 8,7 Kota Denpasar 30,5 5,0 9,8 Buleleng 3,6 1,7 9,3 Karangasem 4,9 2,2 5,1 Bangli 14,4 5,4 15,7 Klungkung 15,4 6,8 12,0 Gianyar 15,4 4,8 9,5 Badung 5,4 4,9 3,2 Tabanan 12,2 4,8 11,0 Jembrana 14,0 4,1 9,2 0% 20% 40% 60% 80% 100% Teknik Kefarmasian Target 18/ pnddk Apoteker Target 9/ pnddk Tenaga gizi Target 10/ pnddk Sumber: Seksi Jibang & Sub Bag Kepegawaian Dikes Prov Bali Tahun 2015 Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerja kefarmasian, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian. Tenaga kefarmasian terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian terdiri atas Sarjana Farmasi, ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Rasio tenaga teknik kefarmasian terhadap jumlah penduduk menurut kabupaten/kota pada tahun 2015 terlihat pada Gambar 5.9. Pada tahun 2015, rasio tenaga teknik kefarmasian terhadap penduduk di provinsi Bali sebesar 30,6 per penduduk, lebih tinggi jika dibandingkan dengan target tahun 2014 sebesar 18 per penduduk. Pada tahun 2015, baru ada satu kabupaten yang telah mencapai target rasio tenaga teknik kefarmasian terhadap penduduk, sedangkan delapan kabupaten/kota lainnya belum mencapai target yang telah ditetapkan. Rasio tenaga teknik kefarmasian terhadap penduduk tertinggi adalah kota Denpasar sebesar 30,5 per penduduk. Kabupaten dengan rasio tenaga teknik kefarmasian terhadap penduduk terendah terdapat di Buleleng sebesar 3,6 per penduduk. Pada tahun 2015, rasio apoteker PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 104

122 terhadap penduduk di provinsi Bali sebesar 4,2 per penduduk, lebih rendah jika dibandingkan dengan target tahun 2014 sebesar 9 per penduduk. Pada tahun 2015, belum ada satupun kabupaten yang telah mencapai target rasio apoteker terhadap penduduk yang telah ditetapkan. Dilihat dari gambar 5.9. sebaran tenaga kefarmasian persebarannya masih belum merata, hal ini berkaitan dengan jumlah sarana yang ada di masing-masing wilayah yang ikut mempengaruhi komposisi distribusi tenaga kefarmasian. Disamping itu juga masalah pendokumentasian ketenagaan yang harus terus dibenahi, sehingga data tenaga yang diperoleh lebih akurat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 menyebutkan bahwa tenaga gizi terdiri atas nutrisionis dan dietisien. Akan tetapi pada profil ini, hanya nutrisionis yang terlaporkan. Dari gambar 5.9. dapat dilihat ratio tenaga gizi provinsi Bali tahun 2015 sebesar 8,7 per penduduk lebih rendah dari target ratio yang telah ditetapkan sebesar 10 per penduduk. Dari 9 kabupaten/kota di Bali baru 3 kabupaten/kota yanng telah melampaui target ratio, yaitu Bangli sebesar 15,7 per penduduk, Klungkung sebesar 12 per penduduk dan Tabanan 11 per penduduk. Gambar Ratio Tenaga Kesling, Kesmas, Keterapian Fisik dan Keteknisian Medis Menurut Kab/Kota Provinsi Bali Tahun 2015 Kota Denpasar Karangasem Klungkung Badung Jembrana 5,8 7,5 2,2 3,7 11,7 5,1 5,9 7,8 4,1 8,5 5,5 3,0 8,4 8,1 19,3 9,1 1,7 10,7 1,6 5,7 14,7 5,9 1,1 1,7 3,1 0,8 0,7 14,5 21,2 24,5 23,6 4,2 0,8 2,5 21,4 6,3 6,6 24,3 3,1 13,1 0% 20% 40% 60% 80% 100% Tenaga Kesmas Target 13/ pnddk Tenaga Kesling Target 15/ pnddk Keterapian Fisik Target 4/ pnddk Keteknisian Medis Target 14/ pnddk Sumber: Seksi Jibang & Sub Bag Kepegawaian Dikes Prov Bali Tahun 2015 Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) terdiri atas epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 105

123 administrator kesehatan dan sanitarian. Dari gambar dapat dilihat ratio tenaga kesehatan masyarakat provinsi Bali tahun 2015 sebesar 5,8 per penduduk lebih rendah dari target ratio yang telah ditetapkan sebesar 13 per penduduk. Dari 9 kabupaten/kota di Bali belum ada kabupaten/kota yang mencapai target ratio tersebut. Dari gambar dapat dilihat ratio tenaga kesehatan lingkungan (kesling) provinsi Bali tahun 2015 sebesar 8,5 per penduduk lebih rendah dari target ratio yang telah ditetapkan sebesar 15 per penduduk. Dari 9 kabupaten/kota di Bali hanya 1 kabupaten yang telah melampaui target ratio tersebut, yaitu kabupaten Bangli dengan ratio sebesar 19,3 per penduduk. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 menyebutkan bahwa tenaga keterapian fisik terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis dan terapi wicara. Dari gambar dapat dilihat ratio tenaga keterapian fisik provinsi Bali tahun 2015 sebesar 1,7 per penduduk lebih rendah dari target ratio yang telah ditetapkan sebesar 4 per penduduk. Dari 9 kabupaten/kota di Bali belum ada kabupaten/kota yang mencapai target ratio tersebut. Adapun tenaga keteknisian medis terdiri atas radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis. Namun demikian dalam profil kesehatan ini tidak menjelaskan seluruh data. Hanya mengangkat data keteknisian medis. Dari gambar dapat dilihat ratio tenaga keteknisian medis provinsi Bali tahun 2015 sebesar 14,5 per penduduk telah melampaui target ratio yang telah ditetapkan sebesar 14 per penduduk. Dari 9 kabupaten/kota di Bali 5 kabupaten/kota telah melampaui target ratio tersebut yaitu Klungkung sebesar 24,5 per penduduk, Bangli sebesar 24,3 per penduduk, Gianyar sebesar 23,6 per penduduk, Jembrana sebesar 21,4 per penduduk dan kota Denpasar sebesar 21,2 per penduduk. 4. Tenaga Kesehatan Dengan Status Pegawai Tidak Tetap Di dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 167 disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat melalui pengelolaan administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan perlindungan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 106

124 di bidang kesehatan serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu untuk menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam mewujudkan hal tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menjamin ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan dengan jumlah, penyebaran dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan. Permasalahan distribusi dan terbatasnya formasi pegawai negeri karena adanya moratorium serta kemampuan daerah yang belum mencukupi dalam pemenuhan tenaga kesehatan, masih merupakan isu utama dalam sistem kesehatan di Provinsi Bali. Penempatan dokter dan bidan sebagai pegawai tidak tetap diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengangkatan dan Penempatan Dokter dan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap. Pegawai Tidak Tetap (PTT) adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis operasional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pengangkatan dan penempatan PTT oleh pemerintah dilaksanakan oleh menteri kesehatan melalui kepala biro kepegawaian sekretariat jenderal kementerian kesehatan dan pengangkatan dan penempatan PTT oleh pemerintah daerah dilaksanakan oleh gubernur dan bupati/walikota. Di Provinsi Bali terdapat 2 jenis tenaga PTT yaitu dengan SK pemerintah pusat dan SK pemerintah daerah. Bidan PTT dengan SK pemerintah daerah sejumlah 427 orang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali, Bidan PTT dengan SK pemerintah pusat sejumlah 77 orang, perawat PTT dengan SK pemerintah pusat sejumlah 23 orang, dokter gigi 13 orang dan dokter umum 17 orang dengan SK PTT pemerintah pusat. Berikut sebaran tenaga PTT di Provinsi Bali tahun 2015: PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 107

125 Gambar Sebaran Tenaga PTT Di Provinsi Bali Tahun 2015 Kota Denpasar Buleleng Karangasem Bangli Klungkung Gianyar Badung Tabanan Jembrana Bidan PTT Daerah Bidan PTT Pusat Perawat PTT Pusat Dokter Gigi PTT Pusat Dokter PTT Pusat Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dikes Prov Bali Tahun 2015 B. SARANA KESEHATAN Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini adalah fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas terdiri dari : puskesmas, rumah sakit, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Sarana pelayanan kesehatan di Provinsi Bali relatif cukup banyak baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah (puskesmas) telah menjangkau keseluruhan kecamatan yang ada di kabupaten/kota, bahkan jika digabungkan dengan puskesmas pembantu sebagai jaringan pelayanannya dan UKBM, telah mampu menjangkau seluruh desa yang ada. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 108

126 Perkembangan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan di sektor swasta juga bekembang pesat dengan munculnya berbagai sarana pelayanan seperti rumah sakit swasta, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta, klinik dan lain-lain. 1. Puskesmas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Selain melaksanakan tugas tersebut, puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. Berdasarkan kemampuan penyelenggaraannya, puskesmas dikategorikan menjadi puskesmas non rawat inap dan puskesmas rawat inap. Puskesmas non rawat inap adalah puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal. Sedangkan puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Jumlah puskesmas di Provinsi Bali pada tahun 2015 adalah 120 puskesmas. Dari 120 puskesmas yang ada terdiri dari 38 buah diantaranya merupakan puskesmas disertai dengan layanan rawat inap dan sisanya sebanyak 82 buah adalah puskesmas yang tidak memiliki fasilitas rawat inap. Di Provinsi Bali rasio puskesmas per penduduk sebesar 0,87 per penduduk. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2014 sebesar 0,88, kondisi PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 109

127 ini disebabkan karena laju pertambahan jumlah puskesmas tidak sebanding dengan laju pertumbuhan penduduk. Di Provinsi Bali, ratio 0,87 puskesmas per penduduk disebabkan karena jumlah dan kepadatan penduduk yang tinggi dengan wilayah yang tidak luas. Jika dilihat dari rasio terhadap jumlah penduduk, Provinsi Bali angkanya masih rendah. Rasio puskesmas 0,87 per penduduk belum menggambarkan kondisi real aksessibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar. Walaupun demikian dalam hal sarana pelayanan kesehatan dasar, Bali memiliki kondisi yang baik yang berasal dari sektor swasta, dipertegas lagi dengan capaian kesehatan di Provinsi Bali yang menunjukkan angka yang baik. Akan tetapi kondisi ini sebetulnya tetap harus diperhatikan, karena meskipun kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dipenuhi karena juga disokong oleh sektor swasta, tetapi suatu wilayah tetap membutuhkan entitas yang berperan sebagai penanggung jawab upaya kesehatan. Jumlah dan persebaran puskesmas yang mencakup layanan rawat inap dan layanan non rawat inap di puskesmas yang ada di Provinsi Bali pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 110

128 Tabel 5.2 : Jumlah Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun 2015 Kabupaten/Kota Jumlah Puskesmas Dengan Fasilitas Rawat Inap Non Rawat Inap Total 1. Buleleng Jembrana Tabanan Badung Denpasar Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber : Buku Sarana Kesehatan DiKes Prov. Bali Tahun 2015 Tabel Data Puskesmas Dengan Fasilitas Rawat Inap dan Jumlah Tempat Tidur di Provinsi Bali Tahun 2015 NO PUSKESMAS ALAMAT TT 1 Kabupaten Buleleng 1. Puskesmas Banjar I Desa Banjar Puskesmas Gerokgak I Desa Gerogak Puskesmas Tejakula I Desa Tejakula Puskesmas Busungbiu I Desa Busungbiu 10 2 Kabupaten Jembrana 1. Puskesmas I Pekutatan 2. Puskesmas I Melaya 3. Puskesmas II Malaya 4. Puskesmas II Negara 5. Puskesmas II Jembrana 3 KabupatenTabanan 1. Puskesmas Selemadeg I 2. Puskesmas Pupuan I 3. Puskesmas Baturiti I 4. Puskesmas Tabanan III 5. Puskesmas Penebel I 4 Kabupaten Badung Desa Pekutatan Desa Melaya Kelurahan Gilimanuk Desa Pengambengan Desa Yeh Kuning Desa Bajera Desa Pupuan Desa Baturiti Desa Pasekan Desa Pitra PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI

129 1. Puskesmas Abiansemal I 2. Puskesmas Mengwi I 3. Puskesmas Kuta I 5 Kota Denpasar 1. Pusk. II Denpasar Barat 2. Pusk. IV Denpasar Selatan 3. Puskesmas I Dentim 6 Kabupaten Gianyar 1. Pusk. Tampaksiring II 2. Puskesmas Ubud I 3. Puskesmas Payangan 4. Puskesmas Tegallalang I 7 Kabupaten Klungkung 1. Pusk. Banjarangkan II 2. Pusk. Nusa Penida I 3. Pusk. Nusa Penida II 8 Kabupaten Bangli 1. Pusk. Kintamani I 2. Pusk. Kintamani III 3. Pusk Susut I 4. Pusk Kintamani V 5. Pusk. Tembuku II 9 Kabupaten Karangasem 1. Puskesmas Manggis I 2. Puskesmas Kubu I 3. Puskesmas Sidemen 4. Puskesmas Selat 5. Puskesmas Rendang 6. Puskesmas Karangasem II Desa Blahkiuh Desa Mengwi Kelurahan Kuta Ds.Pemecutan Klod Ds. Pedungan Ds. Sumerta Desa Pejeng Desa Ubud Desa Payangan Desa Tegallalang Desa Takmung Desa Batu Munggul Desa Jungut Batu Desa Kintamani Desa Belantih Desa Kayuambua Desa Songan A Desa Metro Desa Ulakan Desa Kubu Desa Sidemen Desa Selat Desa Menanga Desa Seraya Tengah Sumber : Buku Sarana Kesehatan DiKes Prov. Bali Tahun Gambar Persentase Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap di Provinsi Bali Tahun ,33% 31,67% RRI Non RRI Sumber : Buku Sarana Kesehatan DiKes Prov. Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 112

130 Pada tabel di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas non rawat inap meningkat dari 37 unit pada tahun 2014 menjadi 38 unit pada tahun Hal ini karena adanya perubahan status dari puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap. Dapat dikatakan bahwa terdapat 31,67% puskesmas rawat inap pada tahun Puskesmas juga berkomitmen terhadap penurunan AKI dan AKB melalui upaya kesehatan ibu, anak, gizi, promosi kesehatan serta penyelenggaraan puskesmas PONED. Bentuk pelayanan lain yang juga diberikan terkait dengan program kesehatan yaitu pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga, dan tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA). Bentuk pelayanan kesehatan tersebut diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan yang ada di wilayah kerja. Salah satu upaya pengembangan puskesmas yang penting adalah Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Upaya kesehatan ini dilakukan untuk mendekatkan akses masyarakat kepada pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Akses masyarakat yang semakin mudah terhadap pelayanan kegawatdaruratan diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan AKI dan AKB. Pada tahun 2015 jumlah Puskesmas PONED di Provinsi Bali sebanyak 38 Puskesmas dari 120 puskesmas yang ada di Provinsi Bali, sehingga prosentase puskesmas PONED sebesar 31,6%. Dari 38 puskesmas yang telah memiliki SK PONED hanya 22 puskesmas yang melakukan tindakan emergency. Dalam 1 kabupaten/kota di Provinsi Bali, masing-masing sudah memiliki 3 Puskesmas PONED. Salah satu upaya pengembangan di puskesmas adalah pembinaan kesehatan pekerja dan olahraga dimana tujuan dari kegiatan tersebut adalah melaksanakan pemeriksaan kesehatan khususnya pekerja dan pemeriksaan kebugaran. Pemeriksaan kesehatan pekerja adalah untuk menilai fitness for work yang merupakan persyaratan dalam pelaksanaan program kesehatan kerja dalam rangka mendapatkan data dasar kesehatan bagi pekerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja dimana setiap perusahaan wajib untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan. Pencapaian indikator jumlah puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja di kawasan industri di Provinsi Bali tahun 2015 sebanyak 76 Puskesmas dari target yang ditetapkan sebanyak 16 Puskesmas. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 113

131 Upaya Kesehatan Olahraga adalah salah satu upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui peningkatan aktifitas fisik, latihan fisik dan olahraga. Peningkatan kesehatan yang optimal dapat dicapai dengan meningkatkan upaya terus menerus dan berkesinambungan untuk memberdayakan masyarakat termasuk keluarga di bidang kesehatan olahraga dan meningkatkan pelayanan kesehatan olahraga dengan memprioritaskan sasaran kepada masyarakat yang sehat melalui upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan yang sakit melalui upaya kuratif dan rehabilitatif. Pencapaian indikator jumlah puskesmas yang melaksanakan program kesehatan olahraga di Provinsi Bali tahun 2015 sebesar 68% dari target 20%. 2. Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Jumlah puskesmas pembantu Tahun 2015 sebanyak 523 pustu. Tabel 5.4 Jumlah Pustu Dan Pusling Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun 2015 No. Kab/Kota Pustu Pusling 1 Buleleng Jembrana Tabanan Badung Denpasar Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber : Buku Sarana Kesehatan DiKes Prov. Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 114

132 3. UKBM Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui konsep Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat berperan serta aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk UKBM antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan desa/kelurahan siaga aktif. Desa/kelurahan siaga aktif adalah desa/kelurahan yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawat daruratan, surveilans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). a) Posyandu, Polindes dan Poskesdes Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita. Adapun jenis posyandu ada 4 jenis yaitu; posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri. Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk KB desa. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan dasar, buka setiap hari dan dapat diakses dengan mudah oleh penduduk di wilayah tersebut. Poskesdes dikelola oleh 1 orang bidan dan minimal 2 orang kader. Adapun jumlah Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang diberdayakan di Provinsi Bali dapat dilihat pada tabel berikut. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 115

133 Tabel 5.5 Jumlah Posyandu, Polindes dan Poskesdes Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun 2015 No. Kab/Kota Posyandu Polindes Poskesdes 1 Buleleng Jembrana Tabanan Badung Denpasar Gianyar Kungkung Bangli Karangasem Tahun Tahun Tahun Sumber : Buku Sarana Kesehatan Dinkes Prov. Bali Tahun 2015 Pada tahun 2014 jumlah posyandu sebesar Terdapat penambahan sebanyak 3 unit sehingga pada tahun 2015 jumlah Posyandu menjadi 4.794, terjadi penurunan jumlah polindes dari 32 unit pada tahun 2014 menjadi 21 Polindes pada tahun 2015 sedangkan Poskesdes terjadi penurunan sebanyak 12 unit dari 424 unit pada tahun 2014 menjadi 412 Poskesdes pada tahun Penurunan jumlah Polindes dan menurunnya jumlah Poskesdes disebabkan karena pada awal terbentuknya Desa Siaga tahun 2006 semua desa siaga wajib memiliki poskesdes sedangkan pada tahun 2014 desa siaga tidak harus memiliki poskesdes. Gambar Persentase Posyandu Aktif Di Provinsi Bali Tahun ,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 97,9 95,0 90,1 87,8 68,7 61,1 61,0 54,5 51,5 46,7 Jumlah Posyandu Aktif : 3295 unit Sumber : Seksi Promosi Kesehatan Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 116

134 Gambar Persentase Strata Posyandu Di Provinsi Bali Tahun ,73 1,61 29,64 PRATAMA MADYA 62,96 PURNAMA MANDIRI Sumber : Seksi Promosi Kesehatan Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, ditandai oleh kegiatan posyandu belum terlaksana secara rutin setiap bulan dan jumlah kader kurang dari 5. Persentase posyandu pratama di Provinsi Bali sangat kecil, hanya sebesar 1,61%. Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Persentase posyandu madya sebesar 29,64%. Posyandu purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatannya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang kepesertaannya masih kurang dari 50% KK di wilayah kerja posyandu. Persentasenya paling besar sebanyak 62,96%, artinya sebagian besar posyandu di Provinsi Bali termasuk kategori posyandu purnama. Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatannya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang kepesertaannya lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Persentasenya sebesar 5,73%. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 117

135 b) Desa Siaga Aktif Desa siaga adalah desa dan kelurahan yang penduduknya dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Pencapaian desa siaga aktif di Bali pada tahun 2015 menunjukkan angka secara umum telah mencapai target nasional. Berikut adalah gambaran persentase desa siaga aktif berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun Gambar Persentase Desa Siaga Aktif Provinsi Bali Tahun ,60 60,15 Sumber : Seksi Promosi Kesehatan Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Gambar Persentase Strata Desa Siaga Aktif Provinsi Bali Tahun ,0 0,9 19,5 65,6 Pratama Madya Purnama Mandiri Sumber : Seksi Promosi Kesehatan Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Dari gambar 5.14 diatas dapat dilihat, hanya Kabupaten Tabanan yang belum memenuhi target, capaiannya sebesar 60,15%. Capaian Provinsi Bali pada tahun 2015 telah mencapai target nasional yang telah ditetapkan (target 70%, pencapaian 92,60 %). Gambar 5.15 menunjukkan adanya variasi pada pentahapan desa siaga aktif di Bali tahun 2015 yaitu sebagian besar masih PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 118

136 berada pada strata pratama sebesar 65,6%. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pembinaan dalam upaya meningkatkan strata desa siaga aktif. 4. Rumah Sakit Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah sakit public dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola pemerintah, pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Total rumah sakit di Provinsi Bali sejumlah 52 unit dengan total jumlah tempat tidur buah. Berikut sebaran rumah sakit berdasarkan jenis dan pengelola/kepemilikan pada table 5.6. Tabel 5.6 Data Rumah Sakit Berdasarkan Jenis dan Pengelola Di Provinsi Bali Tahun 2015 NO PENGELOLA RSU RSK 1 KemenKes Pem. Prov Pem. Kab/Kota TNI/POLRI Swasta 30 7 TOTAL 44 8 Sumber : Seksi Yan.Kes. Rujukan Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 119

137 Dibandingkan dengan tahun 2014 terjadi pengurangan jumlah rumah sakit swasta sebanyak 3 unit, hal ini dikarenakan masalah perijinan, turun status menjadi klinik dan sedang proses renovasi total. Provinsi Bali tahun 2015, dari 52 rumah sakit yang ada, 21 unit telah melaksanakan pelatihan tenaga PONEK. Menurut standar WHO, ratio ideal jumlah Tempat Tidur (TT) RS terhadap jumlah penduduk adalah 1 Tempat Tidur untuk orang dan dalam Permenkes No 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, rasio tempat tidur kelas III di rumah sakit pemerintah adalah 30% dari jumlah tempat tidur keseluruhan dan untuk rumah sakit swasta adalah 20% dari jumlah tempat tidur keseluruhan. Di Bali jumlah penduduk mencapai jiwa ditambah dengan jumlah kunjungan wisatawan. Berdasarkan data di Dinkes Provinsi Bali memiliki 52 rumah sakit yang terdiri dari 44 RSU dan 8 RS khusus dengan total jumlah ketersediaan tempat tidur Sarana Pelayanan Kesehatan Lain Sarana pelayanan kesehatan lainnya yang dimaksud adalah sarana kesehatan yang ada selain puskesmas dan rumah sakit. Yang termasuk di profil ini adalah rumah bersalin, balai pengobatan atau klinik, praktek dokter bersama/perorangan, praktek pengobatan tradisional, bank darah rumah sakit dan unit transfusi darah. Gambar Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya di Provinsi Bali Tahun Sumber : Seksi Sertifikasi Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 120

138 Kondisi tahun 2015, Sarana yang menunjang Upaya Kesehatan Perseorangan sebagian besar adalah milik swasta dimana sebagian besar tersebar di area Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan, sedangkan sarana Upaya Kesehatan Masyarakat sebagian besar adalah mlik pemerintah. Ada 85 Praktik Pengobat Tradisional. Yang dimaksud adalah pengobat Tradisional yang sudah terdaftar karena ada ribuan tenaga kesehatan yang belum terdaftar, Bank darah baru ada 1 unit di Provinsi Bali. C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih. Salah satu kebijakan dalam Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat sesuai tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yaitu meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya di masyarakat. Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT)/Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)/Usaha Mikro PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 121

139 Obat Tradisional (UMOT), Produksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Gambar Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan Provinsi Bali Tahun Sumber : Seksi Sertifikasi Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Sarana kefarmasian sebagian besar adalah sarana distribusi dan baru memiliki 1 industri yaitu IKOT. Usaha kecil obat tradisional yang terdaftar ada 14 unit. Yang tersaji pada gambar diatas adalah industry yang sudah terdaftar dan memiliki ijin operasional. Ketersediaan Obat dan Vaksin dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar. Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan puskesmas. Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau adalah 144 item obat dan vaksin yang terdiri dari 135 item obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan 9 jenis vaksin untuk imunisasi dasar. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 122

140 Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Bali tahun 2015 melebihi 100% dengan total rata-rata 240%. Hal ini berarti melebihi target ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%. Data dan informasi lebih rinci mengenai ketersediaan obat dan vaksin 144 item terdapat pada Lampiran table 66. D. PEMBIAYAAN KESEHATAN Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015 terdapat Sembilan bidang pembangunan sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 dimana salah satunya adalah reformasi pembangunan kesehatan. Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna sehingga pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terlaksana. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain. Sesuai Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi minimal sepuluh persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (belanja pegawai). Persentase anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi terhadap total APBD di atas termasuk dengan gaji pegawai. Persentase anggaran kesehatan terhadap APBD Provinsi Bali dibandingkan tahun 2014 dengan 2015 mengalami peningkatan. Persentase anggaran kesehatan tahun 2014 sebesar 10,07%. Sedangkan anggaran kesehatan perkapita Provinsi Bali tahun 2014 sebesar Rp ,77. Dan pada tahun 2015 persentase anggaran kesehatan terhadap APBD meningkat menjadi sebesar 11,36% dengan anggaran kesehatan perkapita sebesar Rp ,25. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 123

141 BAB VI JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA (JKBM) A. PENDAHULUAN Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia yang harus dipenuhi. Kesehatan menjadi salah satu penentu kesejahteraan manusia dan kualitas dari sumber daya manusia. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Untuk mencapai hal tersebut, Visi Kementerian Kesehatan RI adalah Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat dengan misi: Membuat Masyarakat Sehat yang akan tercapai dengan salah satu strateginya adalah meningkatkan pembiayaan kesehatan. Sejalan dengan Visi Bali Mandara yaitu Bali Maju, Aman, Damai dan Sejahtera dengan salah satu misi dari tiga misi yang ada yakni Mewujudkan Bali yang sejahtera dan sukerta lahir batin. Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat diperlukan adanya kegiatan yang dapat menyentuh langsung kebutuhan masyarakat akan kesehatan yang paling mendasar untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Disadari bahwa kesehatan masih merupakan prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya disamping pendidikan. Dalam upaya melindungi dan meningkatkan derajat kesehatan diperlukan adanya upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan untuk meningkatkan mutu upaya tersebut diatas perlu dilakukan revitalisasi sistem kesehatan secara menyeluruh sehingga masalah kesehatan mulai dari hulu sampai kehilir dapat diatasi dengan baik. Gambaran masyarakat Bali yang telah tercakup dengan Jaminan Kesehatan (JK) adalah sebagai berikut : 1. Tanggal 1 Januari 2014, di Indonesia secara Nasional mulai berlaku Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sehingga Asuransi Kesehatan yang dilaksanakan sebelumnya seperti, Askes, Jamkesmas, ASABRI dan Jamsostek bergabung menjadi satu jaminan kesehatan yakni Jaminan Kesehatan Nasional dengan penyelenggaranya adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bidang Kesehatan (BPJS Kesehatan). Jumlah peserta JKN mencapai jiwa per 31 Desember 2015 (BPJS Kesehatan Divisi Regional XI, 2015) atau PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 124

142 49,91% dari jumlah penduduk Bali Tahun 2014 yaitu jiwa (BPS, 2015) dengan rincian: - Peserta Pekerja Penerima Upah (Askes, TNI/POLRI, Jamsostek) sebanyak jiwa - Masyarakat Miskin Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebanyak jiwa - Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja sebanyak jiwa 2. Kelompok masyarakat yang belum tercakup Jaminan Kesehatan adalah kelompok Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja sejumlah jiwa atau 50,09%. Berdasarkan gambaran tersebut diatas, Pemerintah Provinsi Bali mengambil kebijakan untuk menaungi masyarakat dengan pelayanan kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) untuk seluruh Masyarakat Bali secara berkelanjutan namun demikian kelompok masyarakat pada poin 2 tersebut diatas sesuai amanah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, bahwa seluruh masyarakat Indonesia pada Tahun 2019 wajib menjadi peserta JKN. JKBM sendiri telah dilaksanakan di Provinsi Bali sejak tahun B. Tujuan dari JKBM 1. Tujuan Umum Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat Bali agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. 2. Tujuan Khusus a) Meningkatkan cakupan masyarakat Bali yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit. b) Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Bali. c) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparant dan akuntabel. Sasaran program adalah penduduk Bali yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Bali dan anggota keluarganya, memiliki Kartu Keluarga dan belum memiliki jaminan kesehatan. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 125

143 C. LANDASAN HUKUM Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) berdasarkan pada: 1. Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen), pasal 28H dan pasal 34; 2. Undang-Undang No. 40 tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, pasal 2, pasal 3, pasal 5, pasal 18, pasal 19, pasal 22, pasal 23 dan pasal 24; 3. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 2, pasal 3, pasal 4, pasal 5, pasal 13 dan pasal 20; 4. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, pasal 51; 5. PP No 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, pada sub bidang pembiayaan kesehatan tugas Pemerintah daerah Provinsi; 6. Peraturan Gubernur Bali No. 20 Tahun 2011 tentang Besaran Biaya Pelayanan Kesehatan dan Formularium Obat Peserta Jaminan Kesehatan Bali Mandara di Rumah Sakit; 7. Peraturan Gubernur Bali No. 21 Tahun 2011 tentang Besaran Biaya Pelayanan Kesehatan Peserta Jaminan Kesehatan Bali Mandara di Puskesmas dan Jaringannya; 8. Peraturan Gubernur Bali No. 54 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM); 9. Peraturan Gubernur Bali No. 7 Tahun 2014 tentang Regionalisasi Pelayanan Sistem Rujukan di Provinsi Bali; 10. Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Bali Mandara mengacu pada Perda/Pergub yang berlaku; PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 126

144 D. TRIAS MANAJEMEN 1. Kepesertaan a. Kepemilikan Jaminan Kesehatan Kepemilikan Jaminan Kesehatan di Provinsi Bali tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 6.1 berikut: Sumber: Seksi JPKM Dikes Prov. Bali Tahun 2015 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa jumlah masyarakat Bali yang menjadi peserta JKBM di tahun 2015 sebesar 50,9% hampir berimbang dengan jumlah peserta JKN di Bali yaitu sebesar 49,91%. Peserta JKBM ini, secara perlahan akan di advokasi menjadi peserta JKN di tahun Berikut data kepesertaan JKBM tahun PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 127

145 Tabel 6.1. Kepesertaan JKBM Tahun Sumber:Kepesertaan JKBM tahun berdasarkan DPA Dinkes Prov.Bali Kepesertaan JKBM tahun berdasarkan DPA UPT. JKMB Dikes Prov.Bali Pada tabel diatas merupakan prediksi jumlah kepesertaan JKBM yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan penetapan anggaran JKBM dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Gubernur dan Bupati/Walikota se-bali. Dari data diatas juga dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 terjadi penambahan jumlah kepesertaan JKBM, hal ini disebabkan oleh perubahan data yang dilakukan oleh kabupaten/kota. a. Manajemen Kepesertaan Prinsip kepesertaan JKBM adalah masyarakat Bali yang belum mempunyai jaminan kesehatan seperti jaminan kesehatan nasional atau asuransi kesehatan lainnya dengan administrasi kepesertaan sebagai berikut : 1) Persyaratan Masyarakat Bali wajib memiliki Kartu JKBM atau memiliki Nomor JKBM sebagai persyaratan peserta yang sah, oleh karena itu untuk mendapatkan Kartu JKBM, masyarakat Bali wajib mendaftar dengan membawa persyaratan sebagai berikut : a. Foto copy KTP dan Kartu Keluarga kode 51 masing-masing sebanyak 1 lembar. b. Surat Keterangan Tidak Mempunyai Jaminan Kesehatan dari Lurah/Kepala Desa/Perbekel. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 128

146 c. Fotocopy Surat Keterangan Lahir/akte kelahiran bagi bayi sampai umur 1 tahun dengan catatan bayi tersebut belum masuk pada kartu keluarga d. Surat Keterangan Sebagai Sulinggih/Pemangku Kayangan Tiga dari Lurah/Kepala Desa/Perbekel. 2) Prosedur a. Jika persyaratan diatas sudah lengkap, maka masyarakat Bali dapat mendaftar untuk pertama kalinya ke Klian Dinas/dusun/lingkungan setelah itu masyarakat tinggal menunggu Kartu JKBM atau Nomor JKBM dari Kelian tempat pertama kali masyarakat mendaftar paling lama 2 minggu sejak pendaftaran. b. Kelian Dusun/Lingkungan segera membawa berkas pendaftaran warganya ke Kantor Desa/Perbekel/Kelurahan dan selanjutnya Petugas di Kantor Desa/ Perbekel/Kelurahan segera membawa berkas pendaftaran ke Puskesmas yang mewilayahi desa tersebut. c. Masyarakat yang ingin langsung mendaftar ke Puskesmas untuk mendapatkan Kartu JKBM diperbolehkan sepanjang sudah membawa persyaratan seperti tersebut diatas. d. Operator E-JKBM yang ada di Puskesmas segera melakukan Input data melalui aplikasi pendaftaran anggota secara lengkap sesuai SOP aplikasi Pendaftaran Anggota dan segera memberitahukan Operator E-JKBM di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan persetujuan. Khusus untuk Pemangku dan Sulinggih, pada saat menginput data berlaku seperti berikut: untuk Sulinggih pada kolom pekerjaan diisi dengan pekerjaan Pendeta. untuk Pemangku, karena dalam kolom pekerjaan tidak ada pekerjaan sebagai Pemangku maka, pada saat menginput nama di depan nama di isi kode "(M)". e. Operator di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan aplikasi persetujuan sesuai SOP segera melakukan persetujuan keanggotaan, namun sebelum persetujuan dikoordinasikan dengan Pengelola Program JKBM di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. f. Setelah dilakukan persetujuan anggota, Operator E-JKBM di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota segera mengunggah data kepesertaan ke pusat data dan membuat rekapan data peserta lengkap dengan nomor PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 129

147 JKBM dan mengirimkan data tersebut ke UPT JKMB Dinas Kesehatan Provinsi Bali melalui g. Data yang telah diunggah serta rekapan data kepesertaan yang telah dikirim lewat tersebut, UPT JKMB akan segera melakukan proses cetak kartu sesuai SOP aplikasi cetak kartu dan jika sudah selesai dicetak UPT JKMB akan segera menginformasikan kepada Operator E- JKBM di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mengambil dan segera didistribusikan ke Puskesmas sesuai asal usulan permintaan Kartu JKBM. h. Puskesmas segera mendistribusikan Kartu JKBM ke Desa, desa mendistribusikan ke Banjar dan dari banjar ke warga. 3) Mutasi Perubahan Kartu JKBM akan terjadi apabila ada penambahan anggota keluarga, meninggal dan pidah domisili termasuk Kartu JKBM yang salah nama, tidak sesuai KK, dan lain-lain mengikuti prosedur sebagai berikut: a. Masyarakat Bali yang akan merubah Kartu JKBM dapat langsung ke Puskesmas terdekat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau masyarakat dapat langsung ke UPT JKMB untuk melakukan perubahan kartu JKBM dengan membawa Kartu JKBM Asli serta fotocopy Kartu Keluarga (KK). b. Proses perubahan kartu JKBM akan dilakukan di UPT JKMB untuk 50 kartu paling lama diselesaikan 1 (satu) hari. 4) Hal-hal lain a. Jika ada masyarakat yang kartunya hilang, dapat diganti dengan kartu JKBM baru dengan syarat mengajukan permohonan kartu hilang ke Puskesmas terdekat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun ke UPT JKMB dengan membawa : 1. Foto copy Kartu Keluarga 2. Surat keterangan Kartu JKBM hilang dari Kepolisian b. Proses pembuatan kartu JKBM hilang akan dilakukan di UPT JKMB. Untuk 50 kartu JKBM hilang diselesaikan dalam 1 (satu) hari. c. Operator E-JKBM di Puskesmas dan Rumah Sakit Jejaring JKBM diwajibkan melakukan update database kepesertaan terbaru dengan mengunduh data tersebut melalui pusat data setiap hari sehingga semua PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 130

148 Kartu JKBM atau nomor JKBM dapat terbaca dan di print out saat pelayanan JKBM. b. Pelayanan Kesehatan 1. Alur Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan dapat dilayani di 9 kabupaten/kota di Provinsi Bali. Pemberi pelayanan kesehatan adalah puskesmas dan jaringannya, rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta jejaring JKBM, dengan mendapatkan fasilitas rawat inap kelas III. Berikut ini adalah gambar alur pelayanan rujukan pada peserta JKBM. Gambar 6.2 Alur Rujukan Pelayanan Kesehatan JKBM Sumber: UPT. JKMB Diskes Prov. Bali PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 131

149 Pada gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: - Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar (non emergency) harus ke puskesmas dan jaringannya terlebih dahulu. - Untuk keadaan gawat darurat, peserta JKBM dapat langsung menuju ke puskesmas dan jaringannya atau ke RS jejaring JKBM terdekat. - Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan identitas peserta JKBM. - Apabila peserta JKBM memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjut (RJTL dan RITL), dirujuk dari puskesmas dan jaringannya ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut dengan disertai surat rujukan dan identitas kepesertaan JKBM yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali dalam keadaan emergency dapat langsung ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut dan identitas peserta JKBM dapat disusulkan kemudian dalam waktu maksimal 2 x 24 jam (2 hari kerja). Namun sebagai jaminan, rumah sakit dapat meminta panjar kepada pasien JKBM yang akan dikembalikan setelah melengkapi identitas sebelum 2x24 jam. - Bagi sarana pelayanan kesehatan penerima rujukan agar memberikan jawaban atas pelayanan rujukan (rujukan balik) ke sarana pelayanan kesehatan yang merujuk disertai tindak lanjut yang harus dilakukan. 2. Manfaat yang diperoleh peserta JKBM Pada dasarnya manfaat yang disediakan untuk masyarakat bersifat komprehensif sesuai dengan indikasi medis, kecuali beberapa hal yang dibatasi dan tidak dijamin. Pelayanan kesehatan komprehensif tersebut meliputi : a. Pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya a) Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dilaksanakan pada puskesmas dan jaringannya baik dalam maupun luar gedung, meliputi; - Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum. - Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis - Pemeriksaan kehamilan dan nifas - Tindakan medis kecil termasuk, cuci luka, rawat luka dan jahit luka - Penunjang diagnostik sederhana - Pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/tambal PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 132

150 b) Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada puskesmas perawatan, meliputi ; - Perawatan dan akomodasi rawat inap - Partus - Visite dokter spesialis - Konsultasi medis - Pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan - Tindakan medis kecil termasuk, cuci luka, rawat luka dan jahit luka - Penunjang diagnostik sederhana - Pemberian obat c) Pelayanan gawat darurat (emergency). b. Pelayanan kesehatan di rumah sakit a) Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), dilaksanakan pada puskesmas yang menyediakan pelayanan spesialistik, poliklinik spesialistik rumah sakit pemerintah yang merupakan jejaring JKBM, meliputi : - Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis/umum - Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan memerlukan penanganan spesialistik - Rehabilitasi medik - Penunjang diagnostik, laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik - Tindakan medis kecil dan sedang - Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan - Pemberian obat yang mengacu pada formularium obat JKB - Pelayanan darah b) Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang perawatan kelas III rumah sakit pemerintah, meliputi : - Akomodasi dan konsumsi rawat inap pada kelas III - Konsultasi medis, - pemeriksaan fisik penunjang diagnostik : patologi klinik, patologi anatomi, laboratorium mikro patologi, patologi radiologi dan elektromedik - Tindakan medis kecil-sedang-besar - Partus dan komplikasi kehamilan PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 133

151 - Operasi kecil, sedang dan besar sesuai dengna kompetensinya - Pelayanan rehabilitasi medis - Perawatan itensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU) - Pemberian obat mengacu pada formularium obat JKBM - Pelayanan darah - Pelayanan hemodialisa (HD) sesuai indikasi medis dan kebutuhan pasien - Bahan habis pakai c) Pelayanan gawat darurat (emergency) c. Pelayanan Yang Dibatasi (Limitation) a) Kacamata diberikan pada kasus gangguan refraksi dengan lensa koreksi minimal +1/-1 dengan nilai maksimal Rp berdasarkan resep dokter. b) Intra Ocular Lens (IOL) diberi penggantian sesuai resep dari dokter spesialis mata, dengan nilai maksimal Rp ,- untuk operasi katarak SICS, maksimal Rp ,- untuk operasi katarak dengan metode Phaeco dan bola mata palsu penggantian maksimal Rp ,- c) Kacamata, IOL dan bola mata palsu, disediakan oleh rumah sakit bekerjasama dengan pihak-pihak lain. d) Transportasi untuk kasus rujukan pasien emergency dari Nusa Penida ke RS dan transportasi dokter spesialis ke Nusa Penida. e) Kehamilan, persalinan dan komplikasi kehamilan dibatasi hanya sampai anak ketiga hidup dan verifikasi data dilakukan berdasarkan KK. f) Pelayanan darah hanya dijamin sebesar Rp ,- per kantong dan selisih harga dibebankan kepada pasien. d. Pelayanan yang tidak dijamin (Exlusion) 1) Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku 2) Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika 3) General check up 4) Prothesis gigi tiruan 5) Operasi jantung 6) Pengobatan alternatif dan pengobatan lain yang belum terbukti secara ilmiah. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 134

152 7) Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapatkan keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi. 8) Pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat bencana alam 9) Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti sosial. 10) Pelayanan kesehatan canggih (kedokteran nuklir, transplantasi organ) 11) Pembersihan karang gigi dan usaha meratakan gigi. 12) Ketergantungan obat-obatan 13) Obat di luar formularium obat JKBM 14) Sirkumsisi 15) Anti Retro Viral (ARV) 16) Kelainan bawaan 17) Biaya transportasi rujukan 18) Biaya autopsi atau biaya visum 19) Kemoterapi dan Radioterapi 20) Kecelakaan lalu lintas ada lawan 21) Percobaan bunuh diri 22) Penyakit akibat konsumsi alkohol/miras 23) Alat kesehatan e. Hal-hal yang membatalkan pelayanan Pelayanan JKBM dapat dibatalkan apabila: a) Peserta emergency tidak membawa identitas peserta JKBM paling lambat 2x24 jam kerja. b) Peserta non emergency datang ke RS tanpa membawa rujukan dari puskesmas atau RS kab/kota pada jam kerja. c) Peserta memaksakan kehendaknya untuk meminta rujukan dari Puskesmas atau RS kab/kota tanpa pemeriksaan. d) Peserta yang dirawat inap di RS tetapi meminta pulang paksa. e) Peserta yang dirawat inap di RS yang meminta pindah kelas perawatan dari kelas III ke kelas yang lebih tinggi. f) Peserta yang sudah memiliki jaminan kesehatan lainnya (JKN dan lainlain). g) Jumlah kunjungan PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 135

153 Jumlah kunjungan peserta JKBM di puskesmas dan rumah sakit dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Gambar 6.3 Jumlah Kunjungan Pasien JKBM di Tahun Sumber: UPT.JKBM Diskes Prov. Bali Tahun 2015 Pada gambar 6.3 dapat dilihat jumlah kunjungan pasien JKBM di Rumah sakit dan Puskesmas yang mengalami penurunan di seluruh kabupaten pada tahun Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak 1 Januari 2014 yang disertai peningkatan jumlah penduduk bali yang menjadi peserta JKN dan memanfaatkan layanan kesehatan dengan JKN. b) Pembiayaan a) Ketentuan Umum Pendanaan (1) Pendanaan untuk pembiayaan program JKBM merupakan sharing pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta JKBM. (2) Sharing kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada poin 1, ditransfer ke rekening Kas Umum Daerah Provinsi Bali sesuai prosentase tanggungan atas realisasi klaim pelayanan kesehatan yang sudah terverifikasi. (3) Pendanaan untuk manajemen operasional dianggarkan tersendiri oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 136

KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI

KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puja Astuti Angayubagia kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2016 dapat diterbitkan untuk merespon tingginya kebutuhan

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. i P r o f i l K e s e h a t a n P r o v i n s i B a l i T a h u n xv

KATA PENGANTAR. i P r o f i l K e s e h a t a n P r o v i n s i B a l i T a h u n xv KATA PENGANTAR Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun 2013 ini bisa diselesaikan

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2013 DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 9 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 7 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 113.883 115.084

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0 RESUME PROFIL KESEHATAN 0 TAHUN 0 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 148,640 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1034 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala, karena atas berkat dan rahmatnya sehingga buku "Profil Kesehatan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusunan Profil Kesehatan Propinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 3.538 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 135 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 128.162

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42 Desa/Kel

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LOMBOK BARAT TAHUN 2015 NO INDIKATOR

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali KATA PENGANTAR Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun 211 ini bisa diselesaikan pada waktunya. Profil kesehatan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2017 Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem KATA PENGANTAR Berkat Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sanghyang Widhi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali. dr. Ketut Suarjaya, MPPM Pembina Tingkat I NIP

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali. dr. Ketut Suarjaya, MPPM Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun 2011 ini bisa diselesaikan pada waktunya. Profil kesehatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013 RESUME PROFIL INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 71.681 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 6113 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 6.648.190 6.678.117

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi NTB

Profil Kesehatan Provinsi NTB Profil Kesehatan Provinsi NTB January 1 2013 [Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem KATA PENGANTAR Berkat Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sanghyang Widhi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN Jl. M. Natsir Simpang Ampek telp/fax (0753) 7464101 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-nya, telah

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / KODE WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA DESA + PENDUDUK (km

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 200 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 63 Desa/Kel Tabel

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN Jalan Ahmad Yani No. 100 Selong Telp. (0376) 2921033, Fax. (0376) 2922926, Kode Pos 83612 Email: dinkeskablotim@gmail.com

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA 2013 (edisi revisi 2014) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. dr. Endid Romo Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan. Penanggung Jawab. Ketua

TIM PENYUSUN. Pengarah. dr. Endid Romo Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan. Penanggung Jawab. Ketua TIM PENYUSUN Pengarah dr. Endid Romo Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan Penanggung Jawab Zulfan, S.Pi, M.Si Kabid Pengembangan Sumber Daya Dan Informasi Kesehatan Ketua Melli Oktiana,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Praya, Januari 2014 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah

KATA PENGANTAR. Praya, Januari 2014 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena perkenan-nya maka Profil Kesehatan Lombok Tengah 2013 dapat diselesaikan. Profil

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Mataram, Agustus 2016 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat

KATA PENGANTAR. Mataram, Agustus 2016 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas semua limpahan berkah dan perkenan- Nya sehingga Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun

Lebih terperinci

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN 2016 270 202 167 153 177 131 144 109 93 81 80 87 69 44 33 15 25 15 19 17 10 6 10 12 6 5 12 8 5 4 JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 214 Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci