KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun 211 ini bisa diselesaikan pada waktunya. Profil kesehatan Provinsi Bali tahun 211 merupakan kelanjutan dari profil-profil sebelumnya dan merupakan salah satu wujud akuntabilitas di Dinas Kesehatan Provinsi Bali dengan menampilkan data dan informasi sesuai dengan tahun yang tercantum. Dalam penyusunan Profil ini digunakan data dari unit pelaksana program baik di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun di Dinas Kesehatan Provinsi serta sumbersumber terkait. Oleh karena itu Profil Kesehatan ini merupakan rangkuman dan rekapitulasi data dari masing-masing unit kegiatan dengan hasil cakupan tahun 211. Sesuai dengan tujuan penyusunannya, tentunya Profil Kesehatan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan atau pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan di tahun mendatang. Walaupun Profil ini sudah berusaha menggunakan pedoman profil yang terbaru dengan data terpilah menurut jenis kelamin, namun dalam kenyataannya belum juga dapat menampilkan data terpilah secara keseluruhan karena belum semua program dapat menampilkan data terpilah secara utuh. Oleh karena itu untuk tahun selanjutnya diharapkan kepada semua program agar menyesuaikan instrumen pelaporannya sehingga tahun depan semua data sudah terpilah menurut jenis kelamin. Dengan menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan Profil ini, maka untuk peningkatan dalam penyusunan Profil yang akan datang maka saran-saran penyempurnaan akan diterima dengan senang hati. Kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah terlibat dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 211 tak lupa kami ucapkan terima kasih. Denpasar, Juni 212 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali dr. Ketut Suarjaya, MPPM Pembina Tingkat I NIP DAFTAR ISI

3 KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN TABEL... ix BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI....2 C. SISTEMATIKA BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK... 4 A. GEOGRAFI Letak Wilayah Luas Wilayah Iklim... 5 B. KEADAAN PENDUDUK C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PRILAKU PENDUDUK Saran Air Bersih yang Digunakan dan Akses Air Minum Berkualitas Saran dan Akses terhadap Sanitasi Dasar Rumah Sehat Rumah Tangga Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. MORTALITAS Angka Kematian Bayi (AKB)... 14

4 2. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Ibu (AKI) Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Angka Kematian Kasar... 2 B. MORBIDITAS Pola 1 Penyakit Terbanyak di Puskesmas dan Rumah Sakit Status Gizi Penyakit Menular Penyakit Potensial KLB/Wabah BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Pelayanan Imunisasi B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah sakit... 58

5 2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat C. PENCEGAHAN DAN PEMBERABTASAN PENYAKIT Pengendalian Penyakit Polio Pengendalian TB Paru Pengendalian Penyakit ISPA Penanganan Penyakit HIV,AIDS dan IMS Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Pengendalian Penyakit Malaria D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) Pemberian Kapsul Vitamin A Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu BAB V. SUMBER DAYA KESEHATAN A. TENAGA KESEHATAN Distribusi SDM Kesehatan berdasarkan sebaran geografis wilayan Tenaga Medis Tenaga Keperawatan Tenaga Kefarmasian Tenaga Kesehatan Masyarakat Tenaga Gizi Tenaga Keteknisan Medis B. Sarana Kesehatan

6 1. Puskesmas Puskesmas Pembantu Rumah Saki Pemerintah Rumah Sakit Swasta C. PEMBIAYAAN KESEHATAN BAB VI JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA A. Prosedur Pelayanan B. Hasil Capaian BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN B. SARAN LAMPIRAN TABEL

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tabel 2.2. Nama-nama Kabupaten/Kota dan Ibukotanya di Provinsi Bali Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per keluarga, dirinci per Kabupaten/Kota Keadaan Terakhir Tahun 211. Tabel 3.1. Angka Kematian Kasar per 1 Penduduk Provinsi Bali Tahun Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 3.5. Pola 1 Besar penyakit pada pasien di Puskesmas di Provinsi Bali Tahun 211. Pola 1 Besar penyakit Pasien Rawat Inap di RSUD se-bali Di Provinsi Bali Tahun 211. Pola 1 Besar Penyakit pada Pasien Rawat Jalan di RSUD se-bali di Provinsi Bali Tahun 211. Persentase Status Gizi Balita (BB/U) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel 3.6. Kasus Rabies Pada Manusia di Provinsi Bali Tahun 28 Tanggal 9 Maret 211. Tabel 5.1. Jumlah dan Jenis Tenaga Medis Berdasarkan Kelamin. Tabel 5.2. Jumlah dan Persentase Tenaga Keperawatan di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5. Tabel 5.6. Distribusi Tenaga Perawat menurut Unit Kerja di Provinsi Bali Tahun 211. Distribusi Tenaga Perawat Gigi menurut unit kerja dirinci menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 211. Distribusi Tenaga Bidan menurut unit kerja Dirinci Menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 211. Distribusi Tenaga Kefarmasian di Kabupaten/Kota Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 211.

8 Tabel 5.7. Distribusi Tenaga Kefarmasian menurut unit kerja di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel 5.8. Jumlah Tenaga Kesmas di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel 5.9. Distribusi Tenaga Kesmas Menurut Unit Kerja di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel 5.1. Jumlah Tenaga Gizi di Provinsi Bali Menurut Jenis Kelamin Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun 211. Tabel Distribusi Tenaga Gizi Menurut Unit Kerja di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel Distribusi Tenaga Keteknisan Medis Menurut Unit Kerja di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel Jumlah Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel Data Puskesmas Dengan Fasilitas Rawat Inap tahun 211. Tabel Jumlah Puskesmas Pembantu Per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel Data RS Pemerintah di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel Data RS Swasta di Provinsi Bali Tahun 211. Tabel Tabel 6.1. Jumlah Anggaran Pembangunan Kesehatan Menurut Sumber Pembiayaan di Provinsi Bali Tahun 29/211. Jumlah Peserta JKBM Menurut Distribusi Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali tahun Tabel Besar Penyakit Rawat jalan JKBM di Puskesmas Tahun 211. Tabel Besar Penyakit Rawat Inap di Puskesmas tahun 211. Tabel 6.4. Total kunjungan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas jejaring JKBM Tahun 211. Tabel 6.5. Total Kunjungan Pelayanan Kesehatan di RS JKBM tahun 211.

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Piramida Penduduk Bali Tahun 211. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Persentase Keluarga Dengan Sumber Air Minum Terlindung Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 211. Persentase Keluarga Dengan Kepemilikan Jamban Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 2.4. Persentase Rumah Sehat Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 2.5. Persentase Rumah Tangga Ber PHBS Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 3.1. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1 KH Tahun Gambar 3.2. AKB Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 3.3. Angka Kematian Balita (AKABA) per 1 KH Tahun Gambar 3.4. AKABA Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 3.5. Angka Kematian Ibu (AKI) per 1 KH Tahun Gambar 3.6 AKI Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 211 Gambar 3.7. Estimasi Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Di Provinsi Bali Tahun Gambar 3.8. Angka Kesembuhan TB paru Provinsi Bali tahun 2 s/d 211. Gambar 3.9. Cakupan Penemuan Peneumonia balita Menurut Kabupaten/Kota tahun 211. Gambar 3.1. Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Kabupaten/Kota Provinsi Bali tahun 211. Gambar Tren API Malaria Provinsi Bali Tahun 2 s/d 211.

10 Gambar Incidence Rate (IR) Campak Per 1. Menurut Kabupaten/Kota Tahun 211. Gambar Tren Incidence Rate (IR) DBD Provinsi Bali Tahun 2 s/d 211. Gambar Tren CFR DBD Provinsi Tahun 2 s/d 211. Gambar 4.1. Persentase Cakupan K1 dan K4 Provinsi Bali Tahun Gambar 4.2. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K1) di Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 4.3. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 4.4. Gambar 4.5. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Bali Tahun Cakupan Persalinan Oleh tenaga Kesehatan di Kab/Kota Prov. Bali Tahun 211. Gambar 4.6. Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Manurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar 4.7. Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar 4.8. Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar 4.9. Cakupan Kunjungan Neonatal (KN2) Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar 4.1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar Cakupan Pelayanan Kesehatan Murid SD/MI Per Kab/Kota Tahun 211. Gambar Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat sesuai Standar Per Kab/Kota Tahun 211. Gambar Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi di Provinsi Bali Tahun 211. Gambar Cakupan Imunisasi Campak Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar Persentase Desa UCI Tahun

11 Gambar Cakupan TT2+ Pada Ibu Hamil Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar Pencapaian BOR dan BTO Rumah sakit di Prov. Bali Tahun Gambar 4.2. Pencapaian LOS dan TOI Rumah Sakit di Prov. Bali Tahun Gambar Pencapaian GDR dan NDR per 1 paqsien Keluar Rumah sakit di Prov. Bali Tahun Gambar Cakupan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Provinsi Bali Tahun 211. Gambar Perbandingan Realisasi Program JPKM Provinsi Bali Tahun 21 dengan 211. Gambar Persentase BTA Positif Terhadap Suspek Tahun 211. Gambar Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Pada Balita di Provinsi Bali Tahun Gambar Jumlah Kasus Baru HIV dan AIDS di Provinsi Bali Tahun 211. Gambar Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) Tahun Gambar Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe Tahun Gambar Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tabelt Fe3 Menurut Kab/Kota 211. Gambar 4.3. Persentase Balita Mendapatkan Kapsul Vitamin A Tahun Gambar Persentase Anak Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar Persentase Pemberian ASI Eksklusif Tahun Gambar Persentase Pemberian ASI Eksklusif 6 bulan Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar Persentase Kunjungan Balita Yang ditimbang di Posyandu Menurut Kab/Kota Tahun 211. Gambar 5.1. Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan Di Provinsi Bali tahun 211. Gambar 5.2. Jumlah dan Jenis Tenaga Medis Dirinci Menurut Kabupaten/Kota tahun 211. Gambar 5.3. Jumlah dan persentase Tenaga Medis Menurut Kabupaten/Kota tahun 211.

12 Gambar 5.4. Perbandingan Jumlah Tenaga Medis Menurut Jenisnya di Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 5.4. Distribusi Tenaga Dokter Spesialis Di Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 5.6. Distribusi Tenaga Dokter Umum di Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 5.7. Distribusi Dokter Umum Menurut Unit Kerja di Provinsi Bali tahun 211. Gambar 5.8. Gambar 5.9. Jumlah dan Persentase Dokter Gigi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 211. Distribusi Tenaga Dokter Gigi Menurut Unit Kerja di Provinsi Bali Tahun 211. Gambar 5.1. Jumlah dan Persentase Tenaga Kesehatan Menurut kabupaten/kota Tahun 211. Gambar Distribusi tenaga bidan berdasarkan status kepegawaian Provinsi Bali Tahun 211. Gambar Distribusi Tenaga Keterapisan Fisik Menurut Kabupaten/Kota Tahun 211. Gambar Distribusi Keterapisan Fisik Menurut Unit Kerja Provinsi Bali Tahun 211. Gambar Jumlah Tenaga Keteknisan Medis Dirinci Menurut Jenis Tenaga Di Provinsi tahun 211. Gambar Distribusi Tenaga Keteknisan Medis Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 211. Gambar Persentase Keberadaan Puskesmas Perawatan dan Non Perawatan di Provinsi Bali Tahun 211 Gambar Proporsi Anggaran Kesehatan Bersumber APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten, BLN/PHLN dan Lain-lain di Provinsi bali Tahun 211. Gambar 6.1. Alur Pelayanan JKBM

13 DAFTAR LAMPIRAN TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten di Provindi Bali Tahun 21 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin dan Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Provinsi Bali Tahun 21. Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 1 Tahun Keatas dirinci menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan dan Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Persentase Penduduk Berumur 1 Tahun Keatas yang melek huruf di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah Kematian Ibu Maternal menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban dan Meninggal terhadap Jumlah Penduduk dirinci menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 AFP Rate, % TB Paru Sembuh, dan Pneumonia Balita ditangani di Provinsi Bali Tahun 21 HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual, DBD dan Diare pada Balita ditangani di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 11 Persentase Penderita Malaria diobati di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 12 Persentase Penderita Kusta selesai berobat di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 13 Kasus Penyakit Filariasis ditangani di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 14 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di Provinsi Bali Tahun 21

14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 2 Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi BBLR yang ditangani di Provinsi Bali Tahun 21 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi di Provinsi Bali Tahun 21 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1, K4), Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan dan Ibu Nifas di Provinsi Bali Tahun 21 Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMU di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah PUS, Peserta KB Baru, dan KB Aktif menurut Kabupaten dan Puskesmas di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 21 Pelayanan KB Baru menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Cakupan Bayi, Balita yang mendapat Pelayanan Kesehatan menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Fe1, Fe3 menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah Wanita Usia Subur dengan Status Imunisasi TT menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Persentase Akses Ketersediaan Darah untuk Bumil dan Neonatus yang dirujuk di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi ditangani menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat (GADAR) di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 3 Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan terkena KLB yang ditangani < 24 Jam menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21

15 Tabel 31 Jumlah Penderita dan Kematian serta Jumlah Kecamatan dan Desa yang terserang KLB di Provinsi Bali tahun 21 Tabel 32 Jumlah Bayi yang diberi ASI Eksklusif di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 33 Tabel 34 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang baik menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 35 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 36 Tabel 37 Tabel 38 Tabel 39 Tabel 4 Tabel 41 Tabel 42 Tabel 43 Tabel 44 Tabel 45 Tabel 46 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar di Provinsi Bali Tahun 21 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Provinsi Bali Tahun 21 Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal di Provinsi Bali Tahun 21 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila di Provinsi Bali Tahun 21 Cakupan Wanita Usia Subur mendapat Kapsul Yodium di Provinsi Bali Tahun 21 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV-AIDS di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar di Provinsi Bali Tahun 21 Ketersediaan Obat sesuai dengan kebutuhan Pelayanan Kesehatan Dasar di Provinsi Bali Tahun 21 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah dan Persentase Posyandu menurut Strata dan Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 47 Persentase Rumah Sehat menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21

16 Tabel 48 Persentase Keluarga memiliki Akses Air Bersih di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 49 Tabel 5 Tabel 51 Tabel 52 Tabel 53 Tabel 54 Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Persentase Institusi dibina Kesehatan Lingkungannya di provinsi Bali Tahun 21 Persentase Rumah/Bangunan yang diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk Aedes menurut Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 21 Persebaran Tenaga Kesehatan menurut Unit Kerja di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 55 Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 56 Tabel 57 Tabel 58 Tabel 59 Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan di Provinsi Bali tahun 21 Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan di Provinsi Bali tahun 21 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 21 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 6 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 61 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 21 Tabel 62 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di Provinsi Bali tahun 21 Tabel 63 Indikator Pelayanan Rumah Sakit di Provinsi Bali Tahun 21

17 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 29 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui system informasi dan melalui kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu keluaran dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan, yang merupakan salah satu paket penyajian data/informasi kesehatan yang relative lengkap, berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan data/informasi yang terkait lainnya yang terbit setiap tahun. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 211 disusun berdasarkan data/informasi yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, pengelola program di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Lembaga/Badan yang terkait. Pada penyusunan Profil Kesehatan Tahun 211 ini mengacu pada Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan kabupaten/kota tahun 21 (berdasarkan data terpilah jenis kelamin) yang dikeluarkan Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

18 B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI Profil Kesehatan Provinsi Bali merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, dan pencapaian target indikator Millenium Development Goals bidang kesehatan, serta berbagai upaya terkait dengan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan lintas sektor seperti Badan Pusat Statistik. C. SISTEMATIKA BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang Latar Belakang disusunnya Profil Kesehatan, tujuan serta isi secara ringkas daripada Profil Kesehatan serta Sistematika dari penyajiannya. BAB II GAMBARAN UMUM Pada bab ini diuraikan Keadaan Umum daerah. Selain uraian tentang letak geografis, administrative dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misalnya kependudukan, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Dalam bab ini diuraikan tentang indikator mengenai angka kematian, angka harapan hidup, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini

19 juga mengakomodir kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya. BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. BAB VI PROGRAM JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara) Bab ini berisikan tentang hasil pelayanan yang telah dilakukan dalam program unggulan Pemerintah Provinsi Bali dalam upaya memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh masyarakat Bali termasuk biaya yang telah terealisasi untuk pelaksanaan program tersebut. BAB VII SIMPULAN Bab ini menyajikan tentang ha-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari profil kesehatan berdasarkan hasil analisis sederhana dari masing-masing hasil pelaksanaan program kesehatan. Selain keberhasilankeberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. LAMPIRAN Pada lampiran berisi resume/angka pencapaian program kesehatan dan 79 tabel data yang merupakan gabungan tabel indikator Kabupaten/kota sehat dari semua Kabupaten/kota dan indikator pencapaian kinerja standar pelayanan minimal bidang kesehatan.

20 BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK A. GEOGRAFI Provinsi Bali terdiri dari beberapa pulau yaitu Pulau Bali sebagai Pulau terbesar, Pulau Nusa Penida, Ceningan, Nusa Lembongan dan Pulau Serangan yang terletak di sekitar kaki Pulau Bali serta Pulau Menjangan yang terletak di bagian Barat Pulau Bali. 1. Letak Wilayah. Secara geografis Provinsi Bali terletak pada posisi antara l 53 ll 8 5 l 48 ll Lintang Selatan dan l 53 ll l 4 ll Bujur Timur. Provinsi Bali berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur yang dibatasi oleh Selat Bali pada bagian Barat sedangkan pada bagian Timur berbatasan dengan Pulau Lombok dengan dibatasi oleh Selat Lombok. Pada bagian Utara terdapat Laut Jawa dan bagian Selatan terdapat Samudra Indonesia. 2. Luas Wilayah Luas wilayah Provinsi secara keseluruhan sebesar 5.636,66 km 2 atau,29 % dari luas kepulauan Indonesia. Daerah Pemerintahan Provinsi Bali saat ini terbagi menjadi 9 (sembilan) Kabupaten/Kota. Kota Denpasar sebagai daerah terbaru merupakan pecahan Kabupaten Badung yang mulanya merupakan ibukota dari Kabupaten Badung. Sembilan Kabupaten/Kota yang dimaksud adalah :

21 Tabel 2.1. Nama-nama Kabupaten/Kota dan Ibukotanya di Provinsi Bali N KABUPATEN/KOTA IBUKOTA 1 Buleleng Singaraja 2 Jembrana Negara 3 Tabanan Tabanan 4 Badung Mangupura 5 Denpasar Denpasar 6 Gianyar Gianyar 7 Bangli Bangli 8 Klungkung Semarapura 9 Karangasem Amlapura 3. Iklim Provinsi Bali memiliki iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba. Suhu rata-rata di Bali sekitar 21,9-33,4 o C dengan kelembaban udara rata-rata 73,3-82,1 %. Curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara, s/d 425,4 mm dan tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari dan Pebruari, sedang terendah pada bulan Juni, Juli dan Agustus. B. KEADAAN PENDUDUK Jumlah penduduk Bali pada tahun 211 berdasarkan hasil perhitungan secara geometris (dibantu oleh BPS) yang didasarkan pada hasil sensus penduduk tahun 21 Provinsi Bali sebesar jiwa. Adapun rincian kependudukan Provinsi Bali secara garis besar sebagai tabel berikut ini.

22 Tabel 2.2. Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per Keluarga, Dirinci per Kabupaten/Kota Keadaan Terakhir Tahun 211 Kab/Kota Luas Wilayah Jml Rumah tangga Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio Kepadatan (per KM 2 ) Ratarata Jiwa/RT Buleleng 1.365, ,31 46,78 3,57 Jembrana 481, ,81 313,72 3,45 Tabanan 839, ,79 55,76 3,81 Badung 418, , ,43 4,8 Denpasar 127, , ,25 3,55 Gianyar 368, , ,54 4,35 Klungkung 315, ,68 544,91 3,64 Bangli 52, ,5 416,7 3,66 Karangasem 839, ,32 475,37 3,68 BALI , , ,75 BALI , ,74 BALI , , BALI , ,11 BALI , , ,16 BALI , ,7 BALI , ,76 3,78 Sumber : Hasil Perhitungan Geometris dibantu BPS Prov. Bali. Berdasarkan jumlah penduduk hasil sensus tahun 21 dan perhitungan geogmetris untuk penduduk tahun 211, dapat diperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut :

23 Gambar 2.1. Piramida Penduduk Bali Tahun 21 dan Tahun 211 TAHUN TAHUN Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Sumber : Th. 21 dari BPS, Th 211 Dihitung secara geometris Kalau di lihat secara seksama perubahan komposisi penduduk antara tahun 21 dengan tahun 211 ternyata tidak ada perbedaan yang berarti, baik secara keseluruhan maupun per kelompok umur. C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI Badan Pusat Statistik mencatat produk domestik regional bruto Provinsi Bali pada tahun 211 meningkat sebesar 6,49% dibanding 21 dengan pertumbuhan pada seluruh sektor ekonomi.. Besaran PDRBBali 211 mencapai Rp. 73,47 triliun atas dasar harga berlaku. Pada 21, PDRB Bali atas dasar harga berlaku hanya Rp. 66,69 triliun dan atas harga konstan sebesar Rp. 2 triliun. Sumber utama pertumbuhan ekonomi Bali adalah sektor perdangangan, hotel dan restoran sebesar 2,76%, diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 1,38%. Sementara sektor-sektor lain memberi sumbangan di bawah 1%. Pertumbuhan tertinggi pada sektor pertambagan dan penggalian yaitu sebesar 1,51% dan terendah pada sektor pertanian sebesar 2,23%, diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 9,97%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,65%, sektor bangunan 7,88%, sektor listrik, gas dan air bersih 7,35%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 6,22% dan sektor pengangkutan dan komunikasi 5,97%.

24 % Sumber Air Minum Terlindung Sementara sektor yang menguasai hajat pokok hidup orang banyak atau pertanian hanya tumbuh dibawah 5% dengan mencatat pertumbuhan terendah sebesar 2,23%.ktor pertanian sebesar 1,76%. D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PRILAKU PENDUDUK Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering kali mendapatkan perhatian khusus dalam menilai kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator sebagai berikut : 1. Sarana Air Bersih yang Digunakan dan Akses Air Minum Berkualitas Secara nasional berdasarkan data tahun 21, 9% kualitas fisik air minum di Indonesia termasuk dalam kategori baik (tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau). Kalau dilihat distribusinya per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali untuk tahun 211 adalah sebagai berikut : Gambar 2.2 Persentase Keluarga Dengan Sumber Air Minum Terlindung Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Provinsi Buleleng Denpasar Karangasem Klungkung Jembrana Badung Tabanan Bangli Gianyar

25 Pada gambar 2.2. terlihat bahwa sebagaian besar (75,58%) keluarga di Provinsi Bali sudah menggunakan sumber air minum terlindung, hanya ada tiga Kabupaten yang masih berada di bawah rata-rata Provinsi yaitu Kabupaten Gianyar (7,26%), Kabupaten Bangli (58,81%) dan kabupaten Tabanan (18,46). Jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 21 (79,7%) ternyata terjadi penurunan, oleh karena itu diharapkan pemegang program untuk mencermati secara serius. 2. Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Data tahun 211, memperlihatkan bahwa angka kepemilikan sanitasi dasar tertinggi adalah kepemilikan terhadap pengelolaan air limbah sebesar 67,%, sedangkan kepemilikan tempat sampah sebesar 62,6% dan kepemilikan jamban sebesar 57,6%. Walaupun angka ini sudah berada diatas target MDGs, yaitu : 55,5% untuk akses pembuangan tinja yang layak dan 28,7% untuk rumah tangga yang menangani sampah dengan baik, akan tetapi khususnya untuk kepemilikan jamban telah terjadi penurunan dibandingkan dengan angka Riskesdas tahun 21 untuk Provinsi Bali sebesar 73,% dan bahkan berada di bawah angka nasional hasil Riskesdas tahun 21 sebesar 69,7%. Jika dibandingkan dengan daerah lain, Provinsi Bali memiliki sarana dan prasarana yang relatif lebih memadai seharusnya hal itu tidak terjadi. Kalau kita lihat capaian kepemilikan jamban untuik masing-masing Kabupaten/Kota di provinsi Bali tahun 21, seperti gambar berikut :

26 % Kepemilikan Jamban Gambar 2.3. Persentase Keluarga Dengan Kepemilikan Jamban Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Tabanan Denpasar Badung Karangasem Bangli Klungkung Jembrana Provinsi Buleleng Gianyar Kabupaten/Kota dengan kepemilikan jamban tertinggi adalah Kota Denpasar (1%), Kabupaten Tabanan (95,18%) dan Kabupaten Karangasem (85,54%). Sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Buleleng (17,64%), Kabupaten Gianyar (21,29%) dan Kabupaten Jembrana (3,97%). 3. Rumah Sehat Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap manusia. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, tetapi juga mempunyai fungsi yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga yang sehat dan sejahtera. Kriteria rumah sehat berdasarkan Riskesdas 21 adalah apabila memenuhi tujuh kriteria, yaitu atap berplafon, dinding permanen, jenis lantai bukan tanah, teredia jendela, ventilasi cukup, pencahayaannya alami cukup, dan tidak padat huni.

27 % Rumah Sehat Gambar 2.4 Persentase Rumah Sehat Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Klungkung Denpasar Badung Jembrana Tabanan Provinsi Gianyar Buleleng Bangli Karangasem Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun 211, Kabupaten/Kota yang mempunyai rumah sehat tertinggi adalah berturut-turut Kota Denpasar (98,19%), Kabupaten Klungkung (92,27%) dan Kabupaten Jembrana (92,%), sedangkan Kabupaten/Kota yang memiliki rumah sehat terendah adalah Kabupaten Bangli (71,24%), Kabupaten Karangasem (71,35%) dan Kabupaten Gianyar (8,61%). 4. Rumah Tangga Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat. PHBS itu jumlahnya banyak sekali, bias ratusan. Misalnya tentang gizi: makan beraneka ragam makanan, minum tablet darah, mengkonsumsi Garam beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan. Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanaka semua perilaku kesehatan. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga di

28 lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS. Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 1 PHBS di rumah tangga yaitu : a. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan b. memberi bayi ASI eksklusif c. menimbang balita setiap bulan d. menggunakan air bersih e. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun f. menggunakan jamban sehat g. memberantas jentik di rumah sekali seminggu h. makan buah dan sayur setiap hari i. melakukan aktifitas fisik setiap hari j. tidak merokok di dalam rumah. Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS Bagi Rumah Tangga : Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit. Anak tumbuh sehat dan cerdas. Anggota keluarga giat bekerja. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga. Bagi Masyarakat: Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.

29 % Rumah Tangga ber PHBS Gambar 2.5 Persentase Rumah Tangga Ber PHBS Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Badung Denpasar Jembrana Klungkung Provinsi Karangasem Gianyar Bangli Buleleng Tabanan Data yang berasal dari pemegang program Promosi Kesehatan Kabupaten/Kota dan sudah divalidasi dengan data pemegang program Promosi Kesehatan diketahui bahwa persentase rumah tangga yang ber PHBS di Provinsi Bali Tahun 211 sebesar 69,39%, dengan persentase tertinggi ada di Kabupaten Klungkung (76,87%), Kabupaten Jembrana (76,86%) dan Kota Denpasar (76,45%), sedangkan terendah berada di Kabupaten Buleleng (63,11%) dan Tabanan (69,37%). Kedua Kabupaten terendah berada di bawah rata-rata Provinsi.

30 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN D erajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui angka morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada bab berikut ini situasi derajat kesehatan di Provinsi Bali digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas beberapa peyakit. A. MORTALITAS Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka Kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI dan Angka Kematian Kasar (AKK). 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1. kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKB

31 Angka Kematian Bayi Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1 KH Thn 1986 s/d Bali Nasional Tahun Sumber : Riskesdas 27 dan Profil Kesehatan Kab. Kota se-bali tahun 211 Memperhatikan gambar 3.1. terlihat bahwa AKB di Provinsi Bali dari tahun 1986 sampai dengan tahun 21 menunjukan kecenderungan menurun dan sudah lebih rendah dari angka kematian bayi secara nasional.tapi tahun 211 ini kembali terjadi peningkatan menjadi 7,21 per 1 kelahiran hidup, masih lebih rendah dibandingkan dengan angka AKB nasional yang masih menggunakan angka hasil SDKI 27 sebesar 34 per 1 kelahiran hidup. Salah satu penyebabnya diprediksi sebagai pengaruh dari berlakunya Jampersal dan Jaminan Kesehatan Masyarakat Bali (JKBM), yang menyebabkan semakin meningkatnya masyarakat memeriksakan kesehatan pada pelayanan kesehatan. Data kematian bayi belum bisa dibedakan per jenis kelamin karena belum semua Kabupaten/Kota menampilkan data secara terpilah. Berdasarkan Profil Kabupaten/Kota tahun 211 dapat dilihat bahwa Kabupaten/Kota dengan AKB terendah adalah Kota Denpasar (1,78 per 1 KH), Kabupaten Badung (4,93 per 1 KH) serta Kabupaten Buleleng (5,97 per 1 KH). Sedangkan AKB tertinggi terdapat di Kabupaten Jembrana (14,8 per 1 KH) dan Kabupaten Klungkung (11,8 per 1 KH). Gambaran AKB per Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Gambar III.2 di bawah ini.

32 Angka Kematian Balita Per 1 KH AKB Per 1 KH Gambar 3.2. AKB Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Klungkung Jembrana Bangli Tabanan Provinsi Karangasem Badung Tabanan Buleleng Denpasar Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1. kelahiran hidup. AKABA mempresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 14, tinggi dengan nilai 71-14, sedang dengan nilai 2-7 dan rendah dengan nilai <2. Sesuai dengan profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun 211, capaian nilai AKABA sebesar 6,76 per 1 kelahiran hidup. Angka ini jika dibandingkan dengan nilai normatif AKABA pada target MDGs termasuk kategori rendah. Gambar 3.3 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1 KH Thn 25 s/d Tahun Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun 211

33 AKABA Per 1 KH Berdasarkan capaian nilai AKABA pada tingkat Kabupaten/Kota, diketahui AKABA terendah ada di Kota Denpasar sebesar 3,9 per 1 KH dan AKABA tertinggi ada di Kabupaten Bangli yaitu sebesar 15,34 per 1 KH. Gambaran AKABA menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar 3.4. berikut ini. Gambar 3.4. AKABA Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Gianyar Bangli Jembrana Karangasem Provinsi Badung Buleleng Klungkung Tabanan Denpasar Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 215 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan dan juga data capaian program, AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dapat dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan kesehatan.

34 AKIPer 1. KH Pada gambar 3.5. berikut nampak adanya kecendrungan penurunan AKI sejak tahun 2 sampai dengan 211. Gambar 3.5 Angka Kematian Ibu (AKI) per 1. KH Thn 2 s/d Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211 Pada gambar 3.5. terlihat bahwa AKI dari tahun 2 sampai dengan 211 sangat fluktuatif. Dalam 4 tahun terakhir terlihat ada kecendrungan penurunan yang signifikan, namun tahun 211 kembali mengalami kenaikan yang tajam menjadi 84,2. Kalau dilihat sebaran AKI perkabupaten/kota tahun 211, AKI tertinggi ada di Kabupaten Bangli sebesar 134,59 per 1. KH dan terendah ada di Kabupaten Tabanan yaitu sebesar 4,1 per 1. KH. Gambaran capaian AKI per kabupaten/kota seperti terlihat pada Gambar 3.6. di bawah ini :

35 AKI Per 1. KH Gambar 3.6. Cakupan AKI Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Jembrana Bangli Klungkung Badung Denpasar Gianyar Karangasem Provinsi Buleleng Tabanan Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211 Pada gambar di atas terlihat bahwa capaian AKI di Provinsi Bali Tahun 21 sebesar 57,56 per 1. KH, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan target MDGs sebesar 11 per 1. KH dan juga lebih rendah dibandingkan terget nasional tahun 21 yaitu sebesar 11 per 1. KH dan bahkan seluruh Kabupaten/Kota di provinsi Bali telah mencapai target. Hal ini menunjukkan bahwa program kesehatan ibu dan anak sudah tepat sasaran. 4. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Derajat kesehatan masyarakat juga dapat diukur dengan melihat besarnya Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH). Umur Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu Indikator Kesejahteraan Rakyat. Dengan asumsi kecenderungan Angka Kematian Bayi (AKB) menurun serta perubahan susunan umur penduduk. Selain itu, UHH juga menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan dalam menilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kondisi UHH di Provinsi Bali dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Perkembangannya dari tahun 2 hingga tahun 21 dapat dilihat pada gambar berikut.

36 Umur Harapan Hidup (Tahun) Gambar 3.7. Estimasi Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Di Provinsi Bali Tahun Tahun UHH Sumber : BPS Provinsi Bali Dengan memperhatikan gambar diatas terlihat bahwa secara estimasi peningkatan umur harapan hidup waktu lahir di Provinsi Bali setiap tahunnya terus mengalami peningkatan dan rata-ratanya lebih tinggi dari rata-rata Umur Harapan Hidup nasional. 5. Angka Kematian Kasar (AKK) Menurut hasil Supas 1995 angka kematian kasar di Propinsi Bali 8,3 per 1 penduduk. Berdasarkan estimasi BPS, CDR Bali dalam tahun 1997 adalah 4,9 per 1. penduduk. Dalam Buku Data Bali Membangun 1999, angka kematian kasar Bali tahun 1998 dan 1999 menjadi 1,6 per 1. penduduk dan tahun 21 diperkirakan (estimasi BPS) angka kematian kasar 6 per 1. penduduk dan tahun 22 belum ada angka yang pasti demikian pula untuk tahun 23. Sedangkan tahun 24 dari hasil survey Derajat Kesehatan Bali oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali bekerja sama dengan PS IKM UNUD mendapatkan AKK sebesar 3,6 per 1. penduduk.

37 Terlihat disini AKK sangat fluktuatif (naik turun), hal ini menandakan bahwa pencatatan kependudukan kita terutama kematian masih belum tertib/baik. Tabel 3.1. Angka Kematian Kasar per 1. Penduduk Propinsi Bali Tahun SUMBER TAHUN AKK Supas 1995 Data Bali Membangun Estimasi BPS Data Bali Membangun Estimasi BPS Hasil survey UNUD Estimasi BPS ,3 7,6 4,9 1,6 1,6 6, ,6 B. MORBIDITAS Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. 1. Pola 1 Penyakit Terbanyak di Puskesmas dan Rumah Sakit Pola 1 penyakit terbanyak pada pasien di Puskesmas tahun 29 menunjukkan kasus terbanyak adalah infeksi akut lain pada saluran nafas bagian atas dengan jumlah kasus kasus dengan perincian seperti tabel berikut.

38 Tabel 3.2 Pola 1 Besar penyakit pada Pasien di Puskesmas Di Provinsi Bali tahun 211 No. Nama Penyakit Jumlah 1 Infeksi akut lain pada saluran nafas bagian atas Penyakit pada otot dan jaringan pengikat Hipertensi Kecelakaan dan rudapaksa Penyakit kulit alergi Penyakit Pulpa dan jaringan periapikal Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas Penyakit kulit infeksi Gastritis Diare (termasuk tersangka kolera) Sumber : Bidang Bina Yandas Dnkes Prov. Bali tahun 211 Pada pasien rawat inap di RSUD se-bali tahun 211, pola gambaram 1 penyakit terbanyak menunjukkan pola yang berbeda. Diare, gastroenteritis memiliki jumlah kasus terbanyak yaitu 5495 kasus, diatas DBD yang tahun lalu berada paling atas, dengan perincian sebagai berikut.

39 Tabel 3.3 Pola 1 Besar penyakit pada Pasien rawat Inap di RSUD se Bali Di Provinsi Bali tahun 211 No. Nama Penyakit Jumlah 1 Diare, gastroenteritis Demam Berdarah Dengue Pneumonia Demam Thipoid dan parathipoid Penyakit Appendiks Infark serebral Bronchitis, empisema & penyakit paru-paru Penyakit hipertensi lainnya Hipertensi essensial (primer) Dispepsia 1391 Sumber : Bidang Bina Yandas Dinkes Prov. Bali tahun 211 Sedangkan pada pasien rawat jalan di RSUD se-bali tahun 211, demam yang sebabnya tidak diketahui memiliki jumlah kasus tertinggi yaitu sebesar kasus, menurun dibandingkan dengan tahun lalu sebesar kasus. Adapaun rinciannya sebagai berikut Tabel 3.4 Pola 1 Besar penyakit pada Pasien Rawat Jalan di RSUD se Bali Di Provinsi Bali tahun 21 No. Nama Penyakit Jumlah 1 Demam yang sebabnya tidak diketahui Infeksi saluran nafas bagian atas akut lain Diare, gastroenteritis Penyakit kulit & jaringan sub ikutan lainnya Dispepsia Nyeri perut dan panggul Asma akibat kerja Hipertensi essensial (primer) Penyakit telinga & prosesus mastoid Bronchitis, empisema & penyakit paru 442 Sumber : Bidang Bina Yandas Dinkes Prov. Bali tahun Status Gizi

40 Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan karena anaknya pendek (kronis) atau karena diare atau penyakit infeksi lain (akut). Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh, pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya mengidap penyakit tertentu dan kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan anak menjadi kurus. Untuk status gizi balita di Provinsi Bali dengan indikator BB/U belum bisa ditentukan dari hasil penimbangan yang dilakukan di Posyandu karena cakupan penimbangan balita di Posyandu belum mencapai 85% yaitu balita yang ada, hanya balita (44,88%) yang datang ke posyandu dan ditimbang. Namun demikian kita tetap dapat melihat hasil penimbangannya untuk delapan Kabupaten/Kota kecuali Kabupaten Badung menggunakan data PSG tahun 21. Oleh karena itu kita tidak dapat melihat angka Prevalensi Status Gizi untuk Provinsi karena sumber data yang berbeda.

41 Tabel 3.5. Persentase Status Gizi Balita (BB/U) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 211 No Kabupaten Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih 1 Buleleng,3 2,3 97,35,59 2 Jembrana,2 2,49 97,22,27 3 Tabanan,2 2,82 96,45,71 4 Badung 1,3 6,1 88,8 3,9 5 Denpasar,6,8 98,6,54 6 Gianyar,4 2,18 97,26,52 7 Klungkung,14 2,47 97,12,27 8 Bangli,25 5,66 92,68 1,41 9 Karangasem,4, 99,65,31 Sumber : Profil Kes. Kabupaten/Kota Tahun Penyakit Menular a. TB Paru Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi hasil TB. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDG s. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Disamping itu untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif

42 Angka Kesembuhan (%) yang tercatat. Succes Rate dapat membantu dalam mengetahui kecendrungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Berikut ini gambaran SR untuk Provinsi Bali tahun 2 s/d 211. Gambar 3.8. Angka Kesembuhan TB paru Provinsi Bali Tahun 2 s/d Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211 Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa capaian SR pada tahun sangat fluktuatif, sebagain besar berada di atas target 85% kecuali tahun 25, 26 dan tahun 29. Untuk tahun 211 sudah berada di atas target Renstra Dinas dan target nasional tahun 21 yaitu sebesar 85%. Tapi dibandingkan dengan tahun 21 terjadi penurunan namun masih diatas 85%. Besar kecilnya angka kesembuhan juga dipengaruhi oleh besar kecilnya angka drop out, yang juga akan berimbas pada besar kecilnya angka penemuan penderita TB MDR (Multi Drug Resisten) yang semakin merebak belakangan ini, disamping juga adanya pengaruh dari peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS. b. Pneumonia Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pnemonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan

43 terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita tahun 211 sebesar 1,7 jauh menurun dibandingkan dengan tahun 21 sebesar 74,46%. Jika dibandingkan dengan penemuan kasus tahun 29 sebesar 1,16% terjadi peningkatan penemuan yang tidak begitu signifikan. Berikut ini ditampilkan angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut Kabupaten/Kota tahun Gambar 3.9. Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Menurut Kabupaten/Kota Tahun Klungkung Jembrana Karangasem Gianyar Denpasar Provinsi Tabanan Bangli Buleleng Badung Sumber : Profil kesehatan kabupaten/kota Tahun 211 Pada tingkat Kabupaten/Kota dapat diketahui bahwa rata-rata yang cakupan penemuannya kurang dari 15%, dan Kabupaten yang penemuannya tertinggi adalah Kabupaten Klungkung yaitu 37,6%. Sedangkan Kabupaten dengan penemuan terendah adalah Badung sebesar 2.4%. c. HIV/AIDS

44 Kasus HIV dan AIDS (orang) HIV/AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui. Kasus HIV/AIDS menunjukkan tren peningkatan setiap tahun. Sampai dengan Desember 211 jumlah kumulatif kasus HIV mencapai 435 kasus dan AIDS mencapai 557 kasus. Gambar berikut menampilkan jumlah kumulatif kasus AIDS setiap Kabupaten/Kota di Bali. 25 Gambar 3.1. Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun HIV AIDS 5 Denpasar Buleleng Gianyar Tabanan Badung Bangli Jembrana Klungkung Karangasem Besaran kasus juga dapat dlihat dengan menggunakan Case Rate AIDS yang diperoleh dengan membandingkan jumlah kasus kumulatif terhadap jumlah penduduk per 1. penduduk. Case Rate AIDS Bali secara nasional pada tahun 29 termasuk tertinggi ke kedua sebesar 45,4 setelah Papua. Sedangkan tahun 21 Case Rate Provinsi Bali sebesar 24,5 per 1. penduduk dan tahun 211 sebesar 14,3 per 1. penduduk dan jumlah kematian keseluru

45 d. Kusta Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Pada tahun 211, di Provinsi Bali ditemukan kasus baru kusta sebesar 65 orang penderita, 13 orang penderita kusta PB dan 52 orang penderita Kusta MB. Dari 65 orang tersebut, sebagian besar (42 orang) berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 23 orang berjenis kelamin wanita. Kalau digabungkan dengan kasus sebelunya, jumlah kasus keseluruhan berjumlah 14 orang, 68 orang diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 36 orang berjenis kelamin perempuan dan angka prevalensi secara keseluruhan sebesar,3 per 1. penduduk. e. Penyakit Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umunya adalah wilayah terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu : - Endemis Tinggi bila API > 5 per 1 penduduk - Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1 penduduk - Endemis Rendah bila API 1 per 1 penduduk - Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembebasan malaria) atau API =. API Provinsi Bali tahun 21 sebesar.1 per 1 penduduk sama dengan API tahun 29, dengan persentase penderita positif terbanyak ada di Kabupaten Klungkung sebesar 1,9% dan ada 2 kabupaten/kota yang tidak ada penderita malaria yaitu

46 API (per 1 ppdk) Kabupaten Bangli dan Kota Denpasar. Berikut Tren API di Provinsi Bali tahun Gambar Tren API Malaria Provinsi Bali Tahun 2 s/d Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211 Dengan memperhatikan API di Provinsi Bali dalam 1 tahun terakhir menunjukkan bahwa Provinsi Bali termasuk daerah endemis rendah dan API tahun 29, 21 dan 211 merupakan capaian yang paling rendah, dengan mendapatkan penanganan yang lebih baik bukan tidak mungkin penyakit malaria bisa dieliminasi. 4. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Tetanus Neonatorum Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Pada tahun 211 terdapat 23 kasus TN yang dilaporkan oleh sebagian besar Kabupaten/Kota, hanya Kabupaten Buleleng, Jembrana, Gianyar dan Klungkung yang tidak melaporkan kasus, dan kasus terbanyak ada di Kota Denpasar sebesar 148 kasus, 119 diantaranya berjenis kelamin laki-laki, 22 orang diantaranya meninggal dunia. Kalau

47 dilihat dari jumlah kasus antara tahun 21 dengan 211 terjadi peningkatan kasus yang sangat besar, hal ini patut mendapatkan perhatian dari pengelola program tentang peningkatan kasus tersebut atau kebenaran laporan yang ada, karena kalau di hitung CFR seluruh kasus ternyata cukup besar yaitu 11,74%. b. Difteri Penyakit Difteri disebabkan oelh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Jumlah kasus difteri tahun 211 sebanyak 1 kasus berjenis kelamin laki-laki yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kuta Selatan Kabupaten Badung dengan CFR 1%. c. Campak Campak disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi. Tahun 211 ditemukan 211 kasus, menurun dibandingkan dengan tahun 21 sebesar 256 kasus campak dengan incidence rate sebesar,53 per 1. penduduk, meningkat dibandingkan tahun 21 sebesar,41 per 1. penduduk. Berikut ini ditampilkan incidence rate (IR) campak menurut kabupaten/kota tahun 211.

48 Gambar Incidence Rate (IR) Campak Per 1. Menurut Kab/Kota Tahun Tabanan Badung Karangasem Buleleng Provinsi Denpasar Jembrana Bangli Klungkung Gianyar Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 211 IR tertinggi berturut-turut ada di kabupaten Karangasem, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan terendah ada di Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar dengan jumlah kasus. d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis) Polio merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umunya menyerang anak berumur -3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Tahun 211 terdapat 2 kasus Polio yang terjadi di Kabupaten Karangasem dengan perincian 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate minimal sebesar 2/1. anak usia < 15 tahun. Pada tahun 211 di Provinsi Bali ditemukan non Polio AFP Rate sebesar 1,89/1. anak usia < 15 tahun, terjadi penurunan dibanding tahun 21sebesar 2,78/1. anak usia < 15 tahun, angka ini sudah lebih rendah dibandingkan dengan

49 IR (per 1. pddk) AFP rate mnimal yang ditetapkan oleh Kemeterian Kesehatan. Walaupun telah terjadi penurunan berturut-turut selama 3 tahun, namun jika dihubungkan dengan cakupan imunisasi lengkap pada bayi tahun 211 yang sudah mencapai 97,96%, hal itu seharusnya tidak terjadi. Oleh karena itu, program imunisasi perlu lebih dimantapkan lagi begitu juga usaha dalam penemuan kasus AFP. 4. Penyakit Potensial KLB/Wabah a. Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Pada tahun 211, terdapat kasus, kasus diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan sisanya (1.331) kasus berjenis kelamin perempuan, dengan jumlah kematian 8 orang, menurun dibandingkan tahun 21 sebanyak 35 orang. Dengan demikian IR DBD pada tahun 211 sebesar 75,1 per 1. penduduk dan CFR sebesar,27%. Berikut ini gambaran IR dan CFR DBD tahun Gambar 3.13 Tren Incidence Rate (IR) DBD Provinsi Bali Tahun 2 s/d Sumber : Profil Kesehatan kab/kota Tahun 211 Walaupun IR tahun 21 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 211, akan tetapi CFR tahun 21 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 211. IR tahun 21 yang tinggi disebabkan karena tahun tersebut terjadi hujan sepanjang tahun yang

50 CFR (%)) memicu berjangkitnya DBD, sedangkan tahun 211 tidak terjadi hujan sepanjang tahun. CFR yang meningkat di tahun 211 terjadi karena keterlambatan penderita dibawa ke pelayanan kesehatan. Gambar Tren CFR DBD Provinsi Bali Tahun 2 s/d Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 211 Kalau dibandingkan dengan angka bebas jentik tahun 211 sebesar 91,4% atau menurun dibandingkan tahun 21 sebesar 96,52% sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi IR DBD, seharusnya IR DBD tahun 211 mengalami peningkatan. Ini berarti ada hal yang belum tepat dalam pelaksanaan program penanggulangan DBD, untuk itu perlu dilakukan evaluasi penatalaksananan penyakit DBD secara menyeluruh. Sedangkan CFR, kalau dibandingkan dengan target Renstra Dinas tahun sebesar < 1 %, CFR tahun 21 sudah melampaui target. b. Penyakit Diare Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam Penyakit saluran pencernaan seperti Diare masih cukup tinggi ditemukan di Propinsi Bali. Pada tahun 211 diperkirakan jumlah kasus diare sekitar kasus,

51 dinataranya berjenis kelamin laki-laki dan sisanya (81.437) kasus berjenis kelamin perempuan, dengan perhitungan perkiraan kasus bahwa diantara 1 orang penduduk diperkirakan sebanyak 411 orang mengalami diare dan hanya 1% datang ke pelayanan kesehatan. Kalau dibandingkan dengan perkiraan kasus tahun 21 sebesar kasus, terjadi peningkatan signifikan di tahun 211 menjadi , hal ini menunjukan masih perlunya peningkatan sanitasi lingkungan. c. Rabies Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan srigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus rabies. Penyakit dengan CFR tinggi ini terus menyebar ke berbagai wilayah di Provinsi Bali. Sampai dengan akhir tahun 211, seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali sudah terdapat kasus rabies. Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian rabies yaitu : GHPR (kasus Gigitan Hewan Penular Rabies), kasus yang divaksinasi dengan Vaksin Anti Rabies (VAR), dan Lyssa. Berikut gambaran perkembangan kasus rabies di Provinsi Bali.

52 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, Badung RS Sanglah Gambar 3.16 Jumlah Kasus GHPR dan VAR di Provinsi Bali Tahun 211 Gianyar Tabanan Buleleng Bangli Denpasar Jembrana Klungkun g Karangas em GHPR 1,976 1,549 1,548 1,123 1, VAR 1,976 1,549 1,548 1,123 1, Tabel 3.6 Kasus Rabies Pada Manusia di Provinsi Bali Tahun 28 sampai tanggal 2 Maret Total Kab/Kota Ks pos Ks pos Ks pos Ks pos Ks pos Denpasar Badung Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Bangli Jembrana Buleleng JML

53 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN S ecara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah stiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat aditif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan selama beberapa tahun terakhir, khususnya tahun 211 di Provinsi Bali. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

54 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Seorang ibu mempunyai peran sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seseorang yang sedang hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kendungannya hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anak. Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun pelayanan kesehatan swasta. Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, AKI, AKB dan AKABA di Indonesia termasuk tinggi. Menurut data SDKI 27, AKI sebesar 228 per 1. kelahiran hidup, AKB 34 per 1 kelahiran hidup, AKN 19 per 1 kelahiran hidup dan AKABA 44 per 1 kelahiran hidup. Dalam upaya pencapaian MDG s dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 12 per 1. kelahiran hidup pada tahun 215 dari 425 per 1. kelahiran hidup. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas. Salah satu upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas yang dilaksanakan di Provinsi Bali adalah dengan menerapkan program pusat berupa Jaminan Persalinan (Jampersal) serta melalui Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), disamping juga selalu berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan, antara lain peningkatan status Pukesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap dengan pelayanan PONED. a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan

55 yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat. Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar. Ditetapkan bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Cakupan kunjungan ibu hamil terdiri dari cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trisemester pertama sekali pada trisemester kedua dan dua kali pada trisemester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Cakupan k1 dan K4 di Provinsi Bali dalam empat tahun terakhir dapat dilihat dibawah ini;

56 cakupan (%) Gambar 4.1. Persentase Cakupan K1 dan K4 provinsi Bali Tahun Cakupan K Cakupan K Tahun Cakupan K1 Cakupan K4 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211 Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa ada kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4. Pada tahun 21 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 5,89%, kemudian sampai dengan tahunn 211 sudah semakin mengecil menjadi 5,2%. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal selalu berkunjung ke pelayanan kesehatan sampai pada kunjungan ke dua trisemester ketiga kehamilannya. Hal ini dapat meminimalisir kematian ibu melahirkan. Gambar di atas menyajikan hasil capaian K1 tahun 211, yang menunjukkan pencapaian indikator K1 sebesar 98,9%, yang berarti belum memenuhi target Renstra Dinas Kesehatan Tahun untuk tahun 211 mematok angka 1%. Kabupaten Badung, Jembrana dan Kota Denpasar merupakan daerah dengan

57 pencapaian K1 1%, sedangkan Kabupaten Bangli adalah kabupaten dengan pencapaian K1 terendah, yaitu sebesar 96,1% Gambar 4.2. Cakupan Pelayananan Ibu Hamil (K1) Provinsi Bali Tahun Jembrana Badung 1 Denpasar 98.9 Provinsi 98.3 Gianyar Klungkung Tabanan Buleleng 96.1 Karangasem Bangli Sumber : Profil Kesehatan Kabupate/Kota Tahun 211 Dari seluruh Kabupaten Kota, 3 Kabupaten/Kota telah mencapai target Renstra Dinas yaitu Kabupaten Jembrana, Badung dan Kota Denpasar. Sedangkan hasil capaian indikator cakupan pelayanan K4 tahun 211 sebesar 93,7% yang berarti juga belum mencapai target Renstra Dinas tahun 21 sebesar 95%, hanya 2 Kabupaten/Kota yang telah mencapai target Renstra Dinas yaitu Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Untuk lebih jelasnya terlihat pada gambar dibawah ini;

58 Denpasar Gambar 4.3. Cakupan Pelayananan Ibu Hamil K4 Provinsi Bali Tahun Badung Provinsi Tabanan 93.2 Jembrana 93.2 Karangasem Gianyar Buleleng 91.1 Klungkung 86.9 Bangli Sumber data : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 211 b. Cakupan pertolongan persalinan oleh Nakes Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap AKI. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 6% dari seluruh kematian ibu. Sedangkan dalam target MDGs, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 12 per 1. kelahiran hidup pada tahun 215 dari 425 per 1. kelahiran hidup pada tahun 1992, serta meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 9% pada tahun 215 dari 4,7% pada tahun Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan. Gambar 4.4. memperlihatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sejak tahun 26 sampai dengan tahun 211 yang cendrung meningkat. Pada tahun 21 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Bali telah mencapai 97,31% yang berarti telah mencapai target K4 tahun 21 sebesar 92,39. Sedangkan tahun 211 terjadi penurunan walaupun kecil menjadi 97,1%, masih diatas target MDG s tahun 215. Terjadinya penurunan ini sangat ironis karena dari pemerintah pusat sudah disiapkan biaya persalinan lewat program jampersal.

59 Linakes (%) Gambar 4.4 Cakupan pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Bali tahun 26 s/d Tahun Sumber : Profil Kesehatan kabupaten/kota Tahun 211 Untuk melihat distribusi persalinan oleh tenaga kesehatan untuk masing-masing Kabupaten/Kota seluruh Provinsi Bali tahun 211, dapat dilihat pada gambar berikut;

60 Gambar 4.5. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Kab/Kota Prov. Bali Tahun Jembrana Denpasar Badung Karangasem Provinsi Tabanan Bangli Target SPM 215 : 9% Bueleng Gianyar Klungkung Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 211 Gambar 4.5. memperlihatkan bahwa kabupaten Jembrana merupakan Kabupaten dengan pencapaian tertinggi (13,1%), diikuti Kota Denpasar (1%) dan Kabupaten Badungh (99,1%) dan Karangasem (97,2%). Sedangkan Kabupaten Klungkung merupakan Kabupaten dengan pencapaian terendah (92.5%), diikuti oleh Kabupaten Gianyar (94%) dan Kabupaten Buleleng (94.2%). Target indikator persalinan oleh tenaga kesehatan menurut Renstra Dinas tahun sebesar 1%, ini berarti Provinsi Bali belum mencapai target tersebut dan hanya 2 Kabupaten/Kota yang mencapai terget yaitu Jembrana dan Kota Denpasar. Namun bila dibandingkan dengan target SPM sesuai dengan KEPMENKES RI NO. 828/MENKES/SK/IX/28, bahwa target SPM tahun 215 untuk indikator pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah sebesar 9%, ini berarti sudah semua Kabupaten/Kota di Provinsi Bali telah mencapai target.

61 c. Cakupan pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3) Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan pertama (KF1) pada 6 jam setelaah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas (KF2) dilakukan pada minggu ke 2 setelah persalinan; 3) kunjungan nifas ke 3 (KF3) dilakukan pada minggu ke 6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan pada saat dilaksanakannya kegiatan di posyandu dan dilakukan bersamaan pada kunjungan bayi. Gambar 4.6. Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Menurut Kab/Kota Tahun Jembrana Denpasar Badung Provinsi Karangasem Klungkung Buleleng Target SPM 215 : 9% Gianyar Tabanan Bangli Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211 Dibandingkan dengan target SPM 215, maka seluruh Kabupaten/Kota sudah mencapai target dengan capaian tertinggi ada di Kabupaten Jembrana (98,6%) dan terendah ada di Kabupaten Bangli (9.8%). Adapaun capaian Pfrovinsi untuk tahun 211 adalah sebesar 95,1% atau mamsih dibawah target renstra 213.

62 d. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan, karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole > 14 mmhg, diastole > 9 mmhg, oedeme nyata, eklampsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, dan persalinan prematur. Gambar 4.7. memperlihatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut kabupaten/kota pada tahun 211, ternyata hanya Kabupaten Gianyar yang mencapai 1,1%, sedangkan Kabupaten/Kota lainnya tidak ada yang mencapai target SPM 215 yaitu 8% dan yang paling rendah terjadi di Kabupaten Karangasem yaitu 41.6%. Secara provinsi juga belum mencapai target SPM bahkan masih di bawah angka capaian Bali secara Nasional berdasarkan laporan Dirjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI tahun 21 sebesar 73.8 Gambar 4.7. Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Kab/Kota Tahun Klungkung Gianyar Buleleng Badung Provinsi Bangli Denpasar Tananan 6.3 Target SPM 215 : 8% Karangasem Jembrana Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211

63 Neonatus risti/komplikasi meliputi asfeksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Pada tahun 211 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang dilaporkan sebesar 59,1%, dengan kisaran cakupan terendah sebesar 34,8% di Kabupaten Buleleng dan tertinggi sebesar 88,1% di Kabupaten Gianyar. Sementara target standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan untuk indikator tersebut yang harus dicapai tahun 21 adalah sebesar 8% dan. Gambaran cakupan penanganan komplikasi neonatal per Kabupaten/Kota tahun 211 dapat dilihat pada Gambar 4.8. berikut, Gambar 4.8. Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kab/Kota Tahun Gianyar Denpasar Tabanan Klungkung Badung 59.1 Provinsi 54.2 Bangli Jembrana Target SPM 21 : 8% Karangasem Buleleng Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211

64 e. Kunjungan Noenatal 3 Kali (KN Lengkap) Bayi sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguang kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (-28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam 48 jam setelah lahir; pada hari ke 3-7 hari, dan hari ke 8 28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan di samping melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah nenggunakan buku KIA. Pencapaian target pelayanan kesehatan bayi berdasarkan laporan rutin tahun 211 yaitu cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN3) Provinsi Bali sebesar 96,66%, tidak bisa dibandingkan dengan KN3 tahun 21 karena laporan tahun 21 belum lengkap, begitu juga tidak bisa dibandingkan dengan target renstra Dinas tahun karena belum menentukan target KN3. Gambar 4.9. Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN3) Menurut Kab/Kota Tahun BALI Denpasar Buleleng Karangasem Jembrana Bangli Target Renstra Dinas 21 : 91% Klungkung Gianyar Tabanan Badung Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211

65 Sejak tahun 28 terjadi perubahan kebijakan waktu pelaksanaan kunjungan minimal 2 kali menjadi 3 kali. Sampai dengan tahun 21 data KN lengkap tersebut belum terkumpul. f. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayana kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari 3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi imunisasi dasar (BCG, DPT / HB1-3, Polio 1-4 dan campak), stimulalsi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Pada tahun 211 cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 11,9%, dengan cakupan tertinggi ada di Kabupaten Gianyar sebesar 191,6%. Angka persentase yang melebihi 1% ini karena tingginya jumlah penduduk pendatang yang masuk ke Kabupaten Gianyar, Badung dan Klungkung, termasuk yang mamsih bayi.

66 Gambar 4.1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Kab/Kota Tahun Badung Gianyar Tabanan Karangasem Buleleng Jembrana Provinsi Klungkung Denpasar Bangli Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 211 g. Pelayanan Kesehatan Pada Balita Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayana kesehatan pada anak umur bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun dan pemberian vitamin A 2 kali setahun (bulan Februari dan Agustus). Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan di Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit, Bidan Praktek Swasta serta sarana / fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK oleh petugas kesehatan. Pemberian vitamin A dilaksanakan oleh petugas kesehatan di sarana kesehatan. Pada tahun 211 cakupan pelyanan kesehatan anak balita (12-59 bulan) sebesar 82,11%, sementara yang harus dicapai berdasarkan SPM 21 adalah 9% belum mencapai target SPM. Terjadi disparitas pencapaian cakupan yang cukup besar antara Kabupaten/Kota dengan capaian tertinggi di Kabupaten Buleleng dan Tabanan sebesar 1% berbanding dengan Kabupaten dengan capaian terendah yaitu Karangasem

67 sebesar 47,45%. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita per kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar di bawah ini; Gambar Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut Kab/Kota Tahun Tabanan Buleleng Bangli Jembrana Klungkung Karangasem Gianyar Denpasar Badung Provinsi Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 211 h. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat Masalah kesehatan anak usia sekolah semakin komplek, yang biasanya berkaitan dengan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Berdasarkan hasil Riskesdas 27 disebutkan bahwa untuk masalah kesehatan mata sebesar 1,1% anak usia 6-14 tahun mengalami kelainan refraksi dan,2% mengalami kebutaan. Untuk proporsi masalah kesehatan gigi dan mulut, sebesar 21,6% terjadi pada anak usia 5-9 tahun dan 2,6% pada anak usia 1-14 tahun. Sementara karies gigi aktif yang terjadi pada anak usia 12 tahun adalah 29,8% dan anak di atas usia 12 tahun sebesar 43,9%. Sedangkan anak usia 12 tahun dengan karies gigi sebanyak 36,1% dan anak di atas 12 tahun sebanyak 72,1%. Untuk status gizi pada anak usia > 15 tahun, yang kurus 14,8% dan yang obesitas 1,3 %. Angka anemi pada anak usia <14 tahun 9,8%, sementara pada anak usia > 15 tahun, pada perempuan

68 ,7% dan pada laki-laki 13,1 %. Hasil survei kecacingan 29 oleh Ditjen P2PL menyebutkan 31,8% siswa SD menderita kecacingan. Sebelum dilakukan pelayanan kesehatan terhadap siswa SD dan setingkat terlebih dahulu dilakukan penjaringan sasaran. Untuk tahun 211 jumlah siswa SD dan setingkat yang terjaring sebanyak 93.3 dengan distribusi untuk setiap Kabupaten/Kota seperti gambar dibawah; Gambar Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Per Kab/Kota Tahun Badung Denpasar Bangli Buleleng Jembrana Karangasem Klungkung Provinsi Gianyar Tabanan Sumber : profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211 Sedangkan pencapaian cakupan pelayanan kesehatan siswa SD dan stingkat tahun 211 sebesar 51.5%, meningkat dibandingkan tahun 21 sebesar 3,49%, pencapaian setiap kabupaten/kota terlihat pada gambat dibawah ini;

69 Gambar Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Sesuai Standar Per Kab/Kota Tahun Jembrana Gianyar Badung Bangli Provinsi Denpasar Klungkung Buleleng Tabanan Karangasem Sumber : Profil Kesehatan Kabup;aten/Kota Tahun Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritas untuk menggunakan alat/cara KB Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana salah satunya dapat dilihat dari cakupan peserta KB aktif dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

70 Gambar Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kab/Kota Tahun Bangli Tabanan Jembrana Gianyar Badung Buleleng Denpasar Provinsi Klungkung Karangasem Sumber : Profil Kesehatan kabupaten/kota Tahun 211 Kabupaten/Kota dengan pencapaian cakupan peserta KB aktif tertinggi adalah Kabupaten Tabanan (96,7%), Bangli (94,75%) dan Gianyar (89,28%), Sedangkan persentase peserta KB aktif terendah adalah Kabupaten Karangasem (77,8%), Badung (77,24%) dan Buleleng (83,22%). Perlu diperhatikan Kabupaten dengan pencapaian terendah ini yaitu Kabupaten Badung, dimana daerah ini selain pencapaian cakupan KB aktifnya rendah juga merupakan daerah tujuan dari penduduk pendatang, sehingga akan terjadi ledakan penduduk yang tidak terkendali. Persentase peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang digunakan tahun 211 terlihat pada Gambar dibawah ini. Pada tahun 211 IUD dan suntikan yang paling banyak digunakan sebagai alat kontarsepsi oleh PUS yaitu masing-masing sebesar 44,3% dan 37,51%, sebaliknya obat vagina merupakan metode kontrasepsi yang tidak ada peminatnya.

71 Gambar Persentase peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Di Provinsi Bali Tahun IUD MOP MOW Implan Suntik Pil Kondom Obat Vagina Lainya Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan prov. Bali tahun Pelayanan Imunisasi Bayi dan anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian, seperti difteri, tetanus, hepatitis B, typus, radang selaput otak, radang paru-paru dan masih banyak lagi penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi. Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif, munisasi aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya penyuntikan ATS pada orang yang mengalami luka kecelakaan. a. Imuniasi Dasar pada Bayi Diantara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Oleh karena itu harus dipertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 9%. Target tersebut sejalan dengan target Renstra Kemenkes 214 yang menetapkan target cakupan imunisasi campak sebesar 9%.

72 Provinsi Bali tahun 21 telah mencapai target cakupan imunisasi campak sebesar 92,11% dan kembali meningkat di tahun 211 menjadi 97,96%. Dengan demikian Bali telah mampu mencapai target imunisasi campak yang ditetapkan oleh WHO dan target Kemenkes RI 214. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan pencapaian tahun 29 yaitu sebesar 99,95%. Gambar 4.16 Cakupan Imunisasi CampakMenurut Kab/Kota Tahun Jembrana Badung Buleleng Tabanan Klungkung Bangli Karangasem Denpasar Provinsi Gianyar Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211 Dari 9 Kabupaten/Kota, hanya Kabupaten Bangli yang belum mencapai target WHO dan Kemenkes RI karena pencapaiannya masih berada di bawah 9%, padahal pada tahun 21, pencapaian Kabupaten Bangli sudah mencapai target. Hal inilah yang menyebabkan pencapaian secara Provinsi menjadi menurun. Menurut hasil Riskesdas 27, pendidikan dan pengeluaran perkapita berhubungan dengan persentase anak umur bulan yang mendapatkan imunisasi dasar termasuk juga campak. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga maka semakin tinggi pula persentase anak mendapatkan imunisasi. Begitu pula dengan pengeluaran perkapita, bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran perkapita semakin tinggi pula anak mendapatkan imunisasi dasar. Persentase di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar lengkap pada bayi (-11 bulan). Desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan 8% jumlah bayi yang ada di desa

73 tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam kurun waktu satu tahun. Target UCI tahun 211 menurut Renstra Dinas Kesehatan sebesar 1%. Sedangkan pencapaian target UCI tahun 211 sudah mencapai target Renstra Dinas yaitu 1%, meningkat dibandingkan tahun 21 yaitu sebesar 99,58%. Gambar 4.17 Persentase Desa Mencapai UCI Tahun % umber Seksi Pencegahan Penyakit Tahun 211 S b. Imunisasi pada Ibu Hamil Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah-daerah terpencil berada dalam kondisi yang masih jauh dari mondisi steril saat persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun bayinya terkenan tetanus. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan meternal adalah 1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan 3) penyelenggaraan surveilans.

74 Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, penacatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu mapun WUS tidak hamil) belum seragam dan cakupan uminisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari vakupan K4. Cakupan TT2+ di Provinsi Bali dari tahun ke tahun cendrung stagnan yaitu dari 13,44% tahun 21 menurun menjadi 1,45% di tahun 211, dengan distribusi seperti gambar berikut. Gambar 4.18 Cakupan TT2+ Pada Ibu Hamil Menurut Kab/Kota Tahun Jembrana Gianyar Tabanan Bangli Denpasar Badung Klungkung Provinsi Karangasem Buleleng B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit, cakupan pelayanan gawat darurat dan lain-lain. 1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Penilaian tingkat pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lama hari perawatan (Lenght of Stay/LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn Over/BTO),

75 rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal 48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR). BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur RS. Tahun 211 Angka penggunaan tempat tidur RSU Singaraja, RSU Tabanan, RSUP Sanglah, RSU Wangaya, RSU Sanjiwani Gianyar, RSJP Bangli, RS Amlapura yang memenuhi BOR ideal (6-8%). Untuk RS Swasta yang mempunyai BOR ideal antara lain : RS. Kasih Ibu Kedonganan, RS Surya Husada, RS Puri Raharja, RS Kasih Ibu, RSAB Ari Santi RS dan RS Prima Medika. Dan secara keseluruhan RS di Propinsi Bali (Pemerintah, ABRI maupun Swasta) mempunyai BOR rata-rata 61,63%, berarti secara keseluruhan sudah mencapai target dari BOR ideal (6-8%). Tahun 21 angka penggunaan tempat tidur (BOR) di Provinsi Bali sebesar 53,9%, masih di bawah BOR ideal. Tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit dari tahun 22 sampai 21 dapat dilihat pada gambar 4.19 BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (biasanya satu tahun), beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 4-5 kali. Pada tahun 211 BTO rumah sakit telah melebihi angka ideal yaitu lebih dari 5 kali (5,92 kali) menurun dibandingkan tahun 21 sebesar 52,97 kali.

76 Gambar Pencapaian BOR dan BTO Rumah Sakit di Prov. Bali Tahun BOR BTO BOR BTO Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211 LOS adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi dan mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Sedangkan TOI adalah ratarata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan sampai saat digunakan kembali (rata-rata lama tempat tidur kosong antara pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur kosong pada kisaran 1-3 hari. Gambaran LOS dan TOI rumah sakit di provinsi Bali sebagai berikut

77 Gambar 4.2. Pencapaian LOS dan TOI Rumah Sakit di Prov. Bali Tahun LOS TOI LOS TOI sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 211 Dari gambar diatas terlihat bahwa dari tahun 23 sampai dengan 211 angka LOS di Proviinsi Bali berkisar antara 3,27 hari sampai 4,43 hari hari dan belum mencapai angka ideal karena masih dibawah 6-9 hari. Begitu pula halnya dengan angka TOI dari tahun 23 sampai dengan 21 berkisar antara 3,12 sampai 5,7 hari dan bahkan selama 9 tahun tersebut tidak pernah angka TOI mencapaiu angka ideal, bahkan ditahun 211 menurun tajam menjadi 2,76 GDR adalah angka kematian umum setiap 1. penderita keluar rumah sakit. Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien berada di rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Nilai ideal GDR adalah < 45 per 1. pasien keluar. Pada tahun 211 angka GDR di provinsi Bali sebesar 33,3 kamatian per 1. pasien, dari seluruh rumah sakit yang ada tidak satupun rumah sakit yang ada di Provinsi Bali memiliki GDR di atas 45 per 1. pasien. Kalau di lihat per pengelola rumah sakit, ternyata rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah rata-rata angka GDR dari tahun 23 sampai 21 sebagain besar > dari 45 per 1. pasien.

78 Gambar Pencapaian GDR dan NDR per 1. pasien Keluar Rumah Sakit di Prov. Bali Tahun GDR NDR GDR NDR Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 211 NDR adalah angak kematian pasien setelah dirawat 48 jam per 1. pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal < 48 jam masa perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per 1. pasien keluar. NDR sejak tahun 23 sampai 211 berkisar antara 8,42 sampai 17,6 per 1. pasien keluar. Dengan demikian NDR telah mencapai angka ideal yaitu < 25 per 1. pasien keluar. 2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar merupakan suatu upaya penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, berkesinambungan dengan mutu yang terjamin dan biaya

79 yang terkendali. Di Provinsi Bali JPK Pra Bayar meliputi Askes, JPKM, Jamsostek, Kartu Sehat, Dana Sehat dan lainnya. Tahun 211 cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar sebesar 93,79 dengan perincian seperti gambar berikut; Gambar Cakupan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Provinsi Bali Tahun ( % ) Askes Jamostek Jamkesmas Lainnya/JKBM Jenis Jaminan Pemeliharaan Kes. sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 21 Untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin, pemerintah pusat telah membantu dengan program Askekin/Jamkesmas yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin agar yercapai derajat kesehatan msyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Melalui jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat miskin umumnya. Cakupan program Jamkesmas tahun 211 dan dibandingkan dengan cakupan tahun 21 dapat dilihat pada gambar berikut;

80 Gambar Perbandingan Realisasi Program JPKM Provinsi Bali Tahun 21 Dengan Sararan Rawat Jalan Rawat Inap Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 21 dan 211 D. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT 1. Pengendalian Penyakit Polio Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya itu ditindaklanjuti dengan kegaiatn surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Tahun 211 dijumpai adanya 2 kasus polio di Provinsi Bali yaitu dari kabupaten Karangasem dengan jenis kelamin 1 laki-laki dan 1 perempuan, walaupun ditemukan 25 kasus AFP pada kelompok umur <15 tahun. 2. Pengendalian TB Paru Upaya dalam penanggulangan TB paru setiap tahunnya semakin menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan disembuhkan. Pada gambar 4.23 memperlihatkan persentase TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru selama 6 tahun terakhir (26-211). Selama enam tahun tersebut persentase

81 TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru tertinggi terjadi pada tahun 29 yaitu 1,75% dan terendah terjadi tahun 26 yaitu 7,91% Gambar Persentase BTA Positif Terhadap Suspek Tahun ( % ) sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 211 Menurut standar, persentase BTA + diperkirakan 1% dari suspek yang diperkirakan di masyarakat dengan nilai yang ditoleransi 5-15%. Bila angka ini terlalu kecil (,5%) kemungkinan disebabkan penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang tidak memenuhi kriteria suspek atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Sedangkan bila angka ini terlalu besar (>15%) kemungkinan disebabkan penjaringan terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu). Dengan demikian, sejak tahun persentase BTA+ terhadap suspek masih dalam batas yang ditolerir, atau petugas kesehatan mampu mendiagnosis kasus BTA+ sesuai standar. 3. Pengendalian Penyakit ISPA Menurut hasil survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 25, sebanyak 22,3% bayi maupun balita meninggal karena ISPA. Dari angka tersebut sebanyak 23,6% kematian disebabkan oleh pneumonia. Program pemberantasan penyakit ISPA membagi ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagin atas pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan

82 penyakit jalan nafas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebgian besar penyakit jalan nafas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus ditatalaksanakan sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus pneumonia juga menggambarkan penetalaksanaan kasus ISPA. Tahun 211, angka cakupan penemuan penderita pneumunia pada balita mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 21, yaitu dari 74,46% di tahun 21 menjadi 1,7 di tahun 211. Berikut ini gambaran cakupan dari tahun sebagai berikut. Gambar Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Pada Balita di Provinsi Bali Tahun ( % ) Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun Penanganan Penyakit HIV, AIDS dan IMS Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV dan AIDS, disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Hasil pelaksanaan surveilans HIV dan AIDS selama empat tahun terakhir menggambarkan peningkatann kasus HIV dan AIDS sebagai berikut.

83 Gambar Jumlah Kasus Baru HIV dan AIDS di Provinsi Bali Tahun ( 25 % ) Laki-laki Perempuan Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 211 Pada gambar diatas terlihat bahwa, baik pada HIV maupun AIDS kasus pada jenis kelamin laki-laki selalu lebih tinggi. Oleh karena penularan penyakit ini sangat berkaitan dengan perilaku maka dalam penanggulangannya perlu dicari terobosan yang sekiranya dapat merubah perilaku laki-laki terutama yang berhubungan dengan sek yang sehat. 5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Upaya pemberantasan DBD terdiri dari 3 hal yaitu : 1) peningkatan kegaiatn surveilans penyakit dan surveilans vektor; 2) diagnosis dini; dan 3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan vektor dilakukan melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemeriksaan jentik berkala. Keberhasilan PSN antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

84 Gambar Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) Tahun ABJ Target Sumber : Profil Kesehatan kab/kota tahun Dari Gambar diatas terlihat bahwa sejak tahun belum pernah cakupan angka bebas jentik (ABJ) mencapai target ( 95%), walaupun dari tahun ke tahun ABJ cendrung mengalami peningkatan, dan angka tertinggi terjadi tahun 21 sebesar 93,62%. Dalam lima tahun terakhir, setiap terjadi kasus DBD telah tertangani dengan baik dengan cakupan penanganan sebagai besar 1% kecuali pada tahun 29 cakupan penanganannya sebesar 96,34%. 6. Pengendalian Penyakit Malaria Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan reemerging. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya kasus import, resistensi obat dan beberapa insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor, serta adanya vektor potensial yang dapat menularkan dan menyebabkan malaria. Selain itu, malaria umumnya merupakan penyakit di daerah terpencil, sulit dijangkau dan banyak ditemukan di daerah miskin atau sedang berkembang. Oleh karena itu, malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi sasaran prioritas komitmen global dalam MDGs. Pemberantasan malaria digalakkan melalui gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak Malaria telah dicetuskan pada tahun 2. Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan dengan berbagai sektor dengan slogan Ayo Berantas Malaria.

85 a. Kasus Baru Malaria Sesuai dengan hasil Riskesdas 21, angka kasus baru Malaria di Bali terendah dibandingkan dengan Provinsi lain yaitu 3,4% dan tertinggi di Papua sebesar 261,5%. Besarnya kasus baru malaria di kawasan luar Jawa-bali adalah 42,2 per mil atau hampir 6 kali angka kasus baru malaria di kawasan Jawa-Bali (7,6 per mil). b. Persentase Penderita Malaria yang Diobati Persentase penderita malaria yang diobati merupakan persentase penderita malaria yang diobati sesuai pengobatan standar dalam kurun waktu 1 tahun dibandingkan dengan tersangka malaria dan atau positif malaria yang datang ke sarana pelayanan kesehatan. Dalam lima tahun terakhir (26-21), persentase penderita malaria yang diobati sebagain besar sudah mencapai 1%, kecuali tahun 29 dengan pencapaian 93,94%, berarti sebagian besar tersangka malaria dan/atau positif malaria yang datang ke sarana kesehatan diobati sesuai pengobatan standar. D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat antara lain anemi gizi besi, kekurangan vitamin A dan gangguan akibat kekurangan yodium. 1. Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) Anemi gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalah darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemi ini disebabkan karena kekurangan zat besi (fe) hingga disebut anemi kekurangan zat besi atau anemi gizi besi dan kelompok yang paling rentan adalah wanita hamil. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut.

86 Gambar Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe Tahun Fe1 Fe Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet penambah darah (Fe) selama tahun terlihat ada kecendrungan naik setiap tahun, baik cakupan Fe1 maupun Fe3, namun dalam 2 tahun terakhir (21 dan 211) masih lebih rendah dari tahun 28. Pada tahun 211 cakupan pemberian Fe1 naik menjadi 98,23% dan Fe3 naik menjadi 93,5%. Sebaran cakupan pemberian tablet tambah darah (Fe3) pada ibu hamil menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe3 Menurut Kab/Kota Badung Denpasar Tabanan Provinsi Jembrana Karangasem Gianyar Klungkung Buleleng Bangli

87 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 211 Kabupaten dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Badung dankota Denpasar (98,4%) dan terendah Kabupaten Bangli (85,98%). Cakupan pemberian tablet tambah darah terkait erat dengan antenatal care (ANC). Analisis cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar, hal ini disebabkan karena belum optimalnya koordinasi sistem pencatatan dan pelaporan antar program terkait. 2. Pemberian Kapsul Vitamin A Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan) diberikan kapsul vitamin A 1. SI, anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin A 2. SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 2. SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pada bayi (6-11 bulan) diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus; dan anak balita enam bilan sekali, yang diberikan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus. Sedangkan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas atau dapat pula diberikan di luar pelayanan tersebut selama ibu nifas belum mendapatkan kapsul vitamin A. Persentase cakupan pemberian vitamin A balita dalam 5 tahun terakhir seperti gambar berikut. Gambar 4.3. Persentase Anak Balita Mendapatkan Kapsul Vitamin A 2X Tahun

88 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun Dalam 5 tahun terakhir, sudah berturut-turut selama 3 tahun terakhir cakupan pemberian vitamin A 2x pada anak balita menunjukkan kenaikan dan di atas 8%, sedangkan dalam 3 tahun sebelumnya menunjukkan kecendrungan menurun dan paling rendah terjadi tahun 28 (61,3%) dengan rata-rata angka cakupan dibawah 8%. Pada tahun 211 cakupan pemberian vitamin A 2x pada anak balita sebesar 95,88% dengan distribusi cakupan pada setiap kabupaten/kota sebagai berikut. Gambar Persentase Anak Balita Yang Mendapat Kapsul Vitamin A 2x Menurut Kab/Kota Tahun Badung 1 Klungkung 1 Tabanan Denpasar Karangasem Gianyar Provinsi Jembrana Bangli Buleleng Sumber : profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 211 Gambar diatas memperlihatkan bahwa hanya Kabupaten Badung dan Klungkung yang cakupannya mencapai 1% sedangkan 2 Kabupaten dengan nilai terendah adalah Buleleng (87,53%) dan Bangli (91,68) sekaligus lebih rendah dari ra-rata Provinsi. 3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Cara pemberian makakan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapatkan makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.

89 Gambar Persentase Pemberian ASI Eksklusif Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun Dalam 5 tahun terakhir, cakupan pemberian ASI eksklusif sangat fluktuatif. Dibandingkan dengan cakupan tahun 29 (46.25%), pada tahun 21 turun menjadi 36,54%, tapi kembali naik tajam tahun 58,65, namun dari tahun mengalami peningkatan secara drastis. Cakupan pemberian ASI eksklusif 6 bulan tahun 211 menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar di bawah.

90 Gambar Persentase Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Menurut Kab/Kota Tahun Gianyar Denpasar Badung Jembrana Provinsi Klungkung Bangli Buleleng Karangasem Tabanan Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 211 Kabupaten/Kota dengan cakupan pemberian ASI eksklusif 6 bulan terendah berturut-turut yaitu Kabupaten Tabanan (48,7%) dan Kabupaten Karangasem (54,9%), sedangkan kabupaten dengan cakupan tertinggi adalah Kabuipaten Gianyar (74,3%) dan Denpasar (65,2%). 4. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khusunya imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.

91 Gambar Persentase Kunjungan Balita Yang Ditimbang di Posyandu Menurut Kab/Kota Tahun Tabanan Denpasar Klungkung Badung Bangli Gianyar Karanagsem Provinsi Jembrana Buleleng Sumber : Profil Kesehatan kab/kota tahun 211 Cakupan penimbangan balita di posyandu yang tertinggi ada di Kabupaten Tabanan (95,%), Denpasar (83,4%) dan Klungkung (83.1%), sedangkan cakupan terendah ada di Kabupaten Buleleng (53,1%) dan Jembrana (67,8%).

92 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN U paya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan sumber daya tenaga, pembiayaan dan sarana kesehatan dapat memadai dan seimbang dengan kebutuhan. Sumber daya kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator kecukupan sebagai berikut : A. TENAGA KESEHATAN Sumber daya manusia (SDM) Kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara efektif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Jenis tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik dan tenaga keteknisan medis. Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 211 seeprti yang dikutip dari dokumen data dan informasi Program Pengembangan dan pemberdayaan Sumber daya Kesehatan Provinsi Bali tahun 211 adalah seperti gambar berikut:

93 1. Distribusi SDM Kesehatan berdasarkan sebaran geografis wilayah Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 211 adalah seperti tabel berikut: Gambar 5.1. Jumlah Dan Jenis Tenaga Kesehatan Di Provinsi Bali tahun 211 dok.s dok. dok. pera bida farm Kes Sanit Gizi Kete Kete pesia umu gigi wat n asi mas arian rapia knisa lis m n n fisik medi Laki s Perempuan Jumlah Sumber : Profil SDMK Provinsi Bali Tahun Tenaga Medis Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan, yang dimaksud dengan tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. Pelayanan medis menurut Permenkes RI No. 512 Tahun 27 tentang Ijin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya yang dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif. Lebih lanjut juga disebutkan, yang dimaksud dengan dokter adalah dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau

94 kodekteran gigi di dalam maupun luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Profesi kedokteran menurut keputusan konsil Kedokteran Indonesia No. 2 tahun 26 tentang Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter adalah suatu pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan dan kompetensi yang diperolah melalui pendidikan yang berjenjang, serta kode etik yang bersifat melayani masyarakat sesuai dengan UU No. 29 Tahun 24 tentang Praktek Kedokteran. Jumlah tenaga medis (dokter, dokter gigi dan dokter spesialis) yang ada di Provinsi Bali saat ini sesuai data yang dikumpulkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, RSUD, RSUP, RS Swasta dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta berjumlah 2.16 orang (1196 laki-laki dan 91 perempuan). Dengan rincian seperti table berikut : Tabel 5.1 Jumlah dan Jenis tenaga medis berdasarkan Jenis kelamin No Tenaga Medis Laki Perempuan Jumlah 1 Dokter Spesialis Dokter umum Dokter Gigi Jumlah Sumber : Profil SDMK Provinsi Bali tahun 211 Jumlah dan jenis tenaga medis diinci menurut Kabupaten/Kota seperti grafik berikut : adalah

95 Gambar 5.2. Jumlah dan jenis Tenaga Medis Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun Jem tbn bul Bdg Dpr Gia Klu Bgl K. Prov SPESIALIS Asem 8 27 UMUM GIGI Jumlah dan pesentase tenaga medis menurut Kabupaten/Kota seperti Grafik berikut : Gambar 5.3. Jumlah dan Persentase Tenaga Medis Menurut Kabupaten/Kota Tahun 211 Karangasem % Bangli % Klungkung % Gianyar % Provinsi % JembranaTabanan % 9.78% Denpasar % Buleleng % Badung %

96 Sebaran tenaga medis di Provinsi Bali sebagian besar terkonsentrasi di Kota Denpasar yaitu sebanyak : 25,17%, dan distribusi paling kecil terdapat di Kabupaten Bangli sebesar 4,46%. Perbandingan jumlah masing-masing tenaga medis, dapat dilihat pada grafik di bawah. Dokter Gigi % Gambar 5.4. Perbandingan Jumlah Tenaga Medis Menurut Jenisnya di provinsi Bali Tahun 211 Dokter Umum % Dokter spesialis %

97 1) Distribusi Tenaga Dokter Spesialis Menurut Kabupaten/Kota Jumlah dan sebaran dokter spesialis di Provinsi Bali dirinci menurut kabupaten adalah sebagai berikut : Gambar 5.5. Distribusi Tenaga Dokter Spesialis Di Provinsi Bali tahun 211 KAB. BULELENG RSUD : 29 org RS SWASTA :12 org KAB. BADUNG RSUD : 27 org RS SWASTA: 17 org KAB. BANGLI RSUD :13 org KAB. KARANGASEM RSUD : 8 org KAB. JEMBRANA RSUD : 15 org RS SWASTA : 2 org KAB. TABANAN RSUD : 37 org RS SWT: 3 org KAB. KOTA DENPASAR RSUD : 46 org RS SWASTA : 138 org DINKES PROV. BALI RSUP & RSJ : 27 org KAB. KLUNGKUNG RSUD : 15 org RS SWASTA :3 org KAB. GIANYAR RSUD : 3 org RS SWASTA : 11 org SARKES LAIN: 4 Og

98 2). Distribusi Dokter umum menurut kabupaten dan unit kerja Distribusi tenaga dokter umumdi Provinsi Bali disajikan pada gambar : Gambar 5.6. Distribusi Tenaga Dokter Umum Di Provinsi Bali Tahun 211 Kab.Jembrana Puskesmas : 21 RSUD : 19 RS Swasta : 5 Dinkes Kab : 5 JUMLAH : 5 org Kab.Buleleng Puskesmas : 55 org RS Pem : 28 org RS Swasta : 19 org Dinkes Kab : 3 Jumlah : 15 org Kab.Bangli Puskesmas : 13 org RSPem : 23 org Dinkes /UPT : 17 org Jumlah : 53 org Kab.Karangasem Puskesmas : 43 RSUD : 32 org Dinkes Kab : 3 org Jumlah : 78 org TABANAN: PUSK : 69 Org RSUD : 37 org RS SWT : 4 Sarkes lian : 1 org Dinkes/ UPT: 5 Org Jumlah : 116 org KLUNGKUNG Puskesmas : 28 RS Pem : 24 RS Swasta : 5 Dinkes /UPT : 13 Jumlah : 7 org BADUNG : Puskesmas : 63 org RS Pem : 26 org RS Swasta : 33 org Sarkes lain : 2 org Dinkes Kab : 7 org Jumlah : 1 org KOTA DENPASAR Puskesmas : 51 org RS Pem : 53 org RS Swasta : 143 org Sarkes Lain : 4 org Dinkes/UPT:5org Jumlah : 256 org Dinkes Prov/sarkes lainnya : 16 org Kab.Gianyar Puskesmas : 68 org RS Pem : 2 org RS Swasta : 8 org Sarkes lain : 3 org Dinkes Kab : 4 org Jumlah : 13 org

99 Distribusi dokter umum di Provinsi Bali sebagian besar terpusat di Kota Denpasar yaitu sebanyak 362 orang (33,9%), dan yang paling sedikit terdapat di Kabupten jembrana sebanyak 5 orang (4.68%). Berdasarkan gambar diatas juga dapat diketahui jumlah dokter umum yang berkerja di unit pelayanan ( Pukesmas, Rumah sakit pemerintah, RS Swasta dan Sarana kesehatan lain ) sebanyak 982 orang (91,95%). Sedangkan jumlah dokter umum yang bekerja bukan di unit pelayanan (Institusi Pendidikan dan latihan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi) sebanyak 86 orang (8,5%). Data mengenai jumlah dokter umum yang bekerja di unit pelayanan dan bukan pelayanan disajikan pada grafik 4.4 Gambar 5.7 Distribusi Dokter Umum Menurut Unit Kerja Di Provinsi Bali Tahun JUMLAH 6 5 PERSEN PUSK RS PEM RS SARKES DINKES/ UNIT BUKAN SWASTA LAIN UPT YANKES UNIT JUMLAH YANKES 86 PERSEN ) Distribusi Dokter Gigi menurut Kabupaten dan Unit Kerja Distribusi dokter gigi relatif lebih merata dibandingkan dengan tenaga medis lainnya, namun distribusi tenaga dokter gigi terbanyak masih terdapat di Kota

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali. dr. Ketut Suarjaya, MPPM Pembina Tingkat I NIP

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali. dr. Ketut Suarjaya, MPPM Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun 2011 ini bisa diselesaikan pada waktunya. Profil kesehatan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. i P r o f i l K e s e h a t a n P r o v i n s i B a l i T a h u n xv

KATA PENGANTAR. i P r o f i l K e s e h a t a n P r o v i n s i B a l i T a h u n xv KATA PENGANTAR Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun 2013 ini bisa diselesaikan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2013 DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusunan Profil Kesehatan Propinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Denpasar, April 2011 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali. dr. I Nyoman Sutedja, MPH Pembina Utama Muda NIP

KATA PENGANTAR. Denpasar, April 2011 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali. dr. I Nyoman Sutedja, MPH Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun 2010 ini bisa diselesaikan pada waktunya. Profil kesehatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI

KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015 dapat diterbitkan untuk merespon

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI

KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puja Astuti Angayubagia kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2016 dapat diterbitkan untuk merespon tingginya kebutuhan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015 Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem KATA PENGANTAR Berkat Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sanghyang Widhi

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN

RESUME PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 203.269 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1.581 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 3.164.800 Jiwa Tabel

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem KATA PENGANTAR Berkat Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sanghyang Widhi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

DAFTAR TABEL. Judul Tabel DAFTAR TABEL Tabel Judul Tabel Tabel 1 : Tabel 2 : Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kota Depok tahun 2007 Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DINAS KESEHATAN UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI Jalan Undata No. 3 Palu - Telp.+62-451-421070-457796 http://dinkes.sulteng.go.id

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi NTB

Profil Kesehatan Provinsi NTB Profil Kesehatan Provinsi NTB January 1 2013 [Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 581.947

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2017 Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem KATA PENGANTAR Berkat Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sanghyang Widhi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN DESA KELURAHAN DESA+KEL.

JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN DESA KELURAHAN DESA+KEL. TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN WILAYAH DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala, karena atas berkat dan rahmatnya sehingga buku "Profil Kesehatan

Lebih terperinci